1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kemajuan teknologi adalah suatu inovasi yang diciptakan untuk
mempermudah manusia melakukan aktivitas sehari hari seperti teknologi produksi,
teknologi komunikasi, dan teknologi transpotasi . Teknologi transportasi adalah
cara atau alat yang digunakan orang untuk berpindah dari suatu tempat ketempat
lain dengan aman, nyaman, cepat, murah dan sesuai dengan lingkungan untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia.1
Seiring dengan perkembangan zaman model transportasi menjadi beragam
mulai dari transportasi darat, udara, laut. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu dengan adanya Pertambahan penduduk yang disertai peningkatan
perekonomian, maka tingkat mobilitas orang maupun barang akan meningkat pula
keadaan ini harus diimbangi dengan penyediaan sarana prasarana transportasi yang
memadai.2 Namun tidak dipungkiri dengan meningakatnya transportasi
menyebabkan banyaknya pelanggaran, kemacetan dan kecelakaan lalu lintas yang
semakin komplek dan beragam sebagai suatu permasalahan lalu lintas.
Permasalahan lalu lintas disebabkan adanya jumlah kendaraan yang semakin
meningkat, konstruksi jalan yang kurang baik, kurangnya kesadaran terhadap lalu
1 Arif Budiarto dan Mahmudah.2007. Rekayasa Lalu Lintas.Semarang.UNS Press.Hlm. 1
2 Pramadwipa. Hukum.http://scholar.unand.ac.id.diacces pada tanggal 22 Maret 2017.
2
lintas, faktor kelalaian atau kecerobohan manusia yang menyebabkan terjadinya
kecelakaan hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 14
tahun 1992 yang menjelaskan penggolongan dan penanganan perkara kecelakaan
lalu lintas berdasarkan Pasal 229 antara lain sebagai berikut3:
(1) Kecelakaan Lalu Lintas digolongkan atas: (a) Kecelakaan Lalu
Lintas ringan; (b) Kecelakaan Lalu Lintas sedang; atau (c)
Kecelakaan Lalu Lintas berat.
(2) Kecelakaan Lalu Lintas ringan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a merupakan kecelakaan yang mengakibatkan
kerusakan kendaraan dan/atau barang.
(3) Kecelakaan Lalu Lintas sedang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b merupakan kecelakaan yang mengakibatkan luka
ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau barang.
(4) Kecelakaan Lalu Lintas Berat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c merupakan kecelakaan yang mengakibatkan korban
meninggal dunia dan luka berat.
(5) Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat
disebabkan oleh kelalain Pengguna Jalan, Ketidaklaikan
Kendaraan, serta ketidaklaikan jalan dan/atau lingkungan.
Sedangkan dalam Pasal 310 berdasarkan pasal 229 Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menjelaskan sebagai berikut:
(1) Setiap orang yang mengemudikan kendaraan Bermotor yang
karena kelalainnya mengakibatkan Kecelakaan lalu lintas dengan
kerusakan kendaraan dan/atau barang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 229 ayat (2), dipidana penjara paling lama 6(enam)
bulan dan/atau denda paling banyak Rp.1.000.000,00(satu juta
rupiah).
(2) Setiap orang yang mengemudikan Kedaraan Bermotor yang
karena kelalainnya mengakibatkan Kecelakaan lalu lintas dengan
korban luka ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau barang
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 229 ayat (3), dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp.2.000.000,00 (dua juta rupiah).
3 Ardiansyah. Penyelesaian Kasus Kecelakaan Lalu Lintas.Https://www.scribd.com.
diakses pada tanggal 06 April 2017.
3
(3) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang
karena kelalainya mengakibatkan Kecelakaan lalu lintas dengan
korban luka berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat
(4), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp.10.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah).
(4) Dalam hal kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
mengakibatakan orang lain meninggal dunia, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp.12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).
Walaupun peristiwa hukum dalam suatu kecelakaan lalu lintas merupakan hal yang
tidak diinginkan bagi setiap orang terutama anak. Di indonesia anak telah terbiasa
mengendarai kendaraan bermotor, padahal mereka belum memiliki Surat Izin
Mengemudi (SIM), belum memahami dan tidak mengerti peraturan lalu lintas,
sehingga menimbukan pelanggaran lalu lintas yang dilakukan anak semakin
banyak, dan tidak memiliki kemampuan mengemudikan kendaraannya dengan
wajar sehingga tidak mengutamakan keselamatan dalam berkendaran.4
Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya
manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita bangsa di masa yang akan
datang, yang memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus,
memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan
dan perkembangan fisik, mental, dan sosial secara seimbang.5
Berdasarkan Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
4 Hendra Ari Saputra. Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Anak yang Melakukan
Tindak Pidana Kelalaian yang Mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas (Studi Putusan No:51
/Pid.A/2013/PN.Gns) diakses pada tanggal 14 September 2017.
5 M. Joni dan Zulchaina Z. Tanamas. Aspek Hukum Perlindungan Anak dalam Perspektif
Konvensi Hak Anak. Bandung, Citra Aditya Bakti. 1999. hal. 1.dikutip dari UNICEF. Situasi Anak
di Dunia 1995. Jakarta. 1995. hal.1.
4
Anak. Pengertian anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas)
tahun, termasuk anak yang berada dalam kandungan. Sementara itu jika seorang
anak yang berkonflik dengan hukum yanng diatur dalam Undang-Undang Nomor
11 tahun 2012 telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18
(delapan belas) tahun dan diduga telah melakukan tindak pidana maka akan
diproses secara hukum anak yang diatur dalam berlaku di Indonesia, sedangkan
anak yang berusia 12 tahun kebawah jika bersinggungan dengan hukum maka
anak tersebut akan dikembalikan ke orang tua.
Hal tersebut diatur sesuai dengan pasal 1 ayat 1 No. 3 Tahun 1997 tentang
Pengadilan Anak namun tidak diatur dalam pasal 1 ayat 3 UU no 11 Tahun 2012
Walaupun demikian anak memiliki hak-hak mereka yang dijamin UU No. 35
Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak banyak yang tidak terpenuhi selain itu
Penjatuhan pidana penjara terhadap anak dapat merugikan anak karena masyarakat
akan memberikan cap (stigma) kepada anak yang dapat merusak karir dan masa
depan anak, sebagian masyarakat akan menolak kehadiran mantan narapidana anak
sehingga mengakibatkan anak terkucil dari pergaulan masyarakat, anak akan
menjadi lebih ahli dalam melakukan kejahatan karena belajar melakukan kejahatan
selama di penjara.6
Sehingga penyelesaian tindak pidana perlu ada perbedaan antara pelaku
orang dewasa dengan pelaku anak, dilihat dari kedudukannya seorang anak secara
hukum belum dibebani kewajiban dibandingkan orang dewasa, selama seseorang
6 Sri Sutatiek. 2013. Rekonstruksi Sistem Sanksi dalam Hukum Pidana Anak Indonesia.
Yogyakarta. Aswaja Pressindo. 2013. hlm. 45.
5
masih disebut anak, selama itu pula dirinya tidak dituntut pertanggungjawaban
tetapi pertanggungjawabannya di alihkan kepada Orang tua anak, sehingga bila
timbul masalah terhadap anak diusahakan bagaimana haknya dilindungi oleh
hukum.7 Namun dalam asas hukum pidana secara tegas mengatur bahwa tanggung
jawab pidana itu tak bisa dialihkan kepada orang lain. Termasuk, jika pengalihan
itu diberikan kepada keluarga atau orang tua si anak pelaku tindak pidana.Meski
demikian, secara perdata orang tua dapat dimintai pertanggungjawaban membayar
ganti rugi atas perbuatan anaknya.8
Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak dikenal adanya Diversi yang diatur dalam Pasal 1 angka 7
Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak yaitu pengalihan penyelesaian
perkara Anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana.
Diversi diatur dalam Pasal 6 sampai dengan Pasal 15 Undang-Undang Sistem
Peradilan Pidana Anak dan diberlakukan untuk pelaku anak yang berumur di bawah
18 tahun, diancam dengan pidana penjara di bawah 7 tahun dan bukan merupakan
pengulangan tindak pidana. Sedangkan Anak yang berkonflik dengan hukum yang
selanjutnya disebut Anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun,
tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak
pidana.
7 Agung Wahyono dan Siti Rahayu.1983. Tinjauan Peradilan Anak di Indonesia.
Jakarta.Sinar Grafika.
8 Mulyana W. Kusuma. 1986. Hukum dan Hak-Hak Anak.Jakarta. CV. Rajawali.hlm 3.
6
Adapun kasus kecelakaan lalu lintas yang dilakukan oleh anak dengan
kronologi kejadian sebagai berikut, bahwa telah terjadi Tindak Pidana Kecelakaan
Lalu Lintas pada Minggu, 01 Januari 2017 jam 06.11 WIB telah terjadi kecelakaan
lalu lintas antara berinisial A P umur 15 tahun yang merupakan seorang pelajar
dengan alamat Kelurahan Bence Kecamatan Garum Kabupaten Blitar menabrak
pejalan kaki yang bernama Nur Salim umur 61 tahun pekerjaaan Swasta dengan
alamat Kelurahan Bence Kecamatan Garum Kabupaten Blitar dengan kronologi
kejadian kendaraan sepeda motor AG 5778 MU berjalan dari arah barat Bence
Garum, Blitar menabrak pejalan kaki yang menyeberang jalan dari utara ke selatan
jalan yang menyebabkan meninggal dunia Hal tersebut menimbulkan Kerugian
materiil sebesar Rp.200.000,- (Dua Ratus Ribu Rupiah).9
Berdasarkan uraian kasus diatas bagi anak yang berkonflik dengan hukum
dilakukan upaya diversi sebagai pengalihan penyelesaian perkara anak dari proses
peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana. Hal ini menekan kan pada
Keadilan Restoratif bagi anak dengan melibatkan pelaku, korban, keluarga
pelaku/korban, dan pihak lain yang terkait untuk bersama-sama mencari
penyelesaian yang adil dengan menekankan pemulihan kembali pada keadaan
semula, dan bukan pembalasan. Pada umumnya penyelesaian sengketa di luar
pengadilan hanya ada dalam sengketa perdata, namun dalam praktik sering juga
kasus pidana diselesaikan di luar pengadilan melalui berbagai diskresi aparat
penegak hukum atau melalui mekanisme musyawarah yang terdiri dari musyawarah
keluarga, musyawarah desa, musyawarah adat dan sebagainya. Praktik
9 Sumber data dari Laka lantas Polres Blitar
7
penyelesaian perkara pidana di luar pengadilan selama ini tidak ada landasan
hukum formalnya, sehingga sering terjadi suatu kasus yang secara informal telah
diselesaikan secara damai (walaupun melalui mekanisme hukum adat).
Dalam menangani anak yang berkonflik dengan hukum, polisi senantiasa
harus memperhatikan kondisi anak yang berbeda dari orang dewasa. Sifat dasar
anak sebagai pribadi yang masih labil, masa depan anak sebagai aset bangsa, dan
kedudukan anak di masyarakat yang masih membutuhkan perlindungan dapat
dijadikan dasar untuk mencari suatu solusi alternatif bagaimana menghindarkan
anak dari suatu sistem peradilan pidana formal, penempatan anak dalam penjara,
dan stigmatisasi terhadap kedudukan anak sebagai narapidana.
Undang-Undang penyelesaian perkara di luar pengadilan melalui mediasi
penal diatur dalam Surat Kapolri No Pol: B/3022/XII/2009/SDEOPS tanggal 14
Desember 2009 tentang Penanganan Kasus Melalui Alternatif Dispute Resolution
(ADR) serta Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 2008 Tentang Pedoman Dasar Strategi dan Implementasi Kepolisian
Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Tugas Polri. Kepolisian selaku penyidik
diberikan kewenangan untuk melakukan diversi didasarkan pada pasal 7 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
Ada beberapa keuntungan yang akan diperoleh jika diversi dilakukan pada tahap
penyidikan oleh kepolisian, yaitu:10
10 Koeno Adi.2009.Diversi sebagai Upaya Altrnatif Penanggulangan Tindak Pidana
Narkotika oleh Anak.Malang. UMM Press.hlm.112-113.
8
1. Kepolisian merupakan satu-satunya lembaga penegak hukum dalam sub system
peradilan pidana yang mempunyai jaringan hingga tingkat kecamatan sehingga
memungkinkan memiliki jaringan sampai di tingkat paling bawah.
2. Kuantitas aparat kepolisian jauh lebih banyak dibandingkan dengan aparat
penegak hukum lainnya walaupun tidak setiap aparat kepolisian mempunyai
komitmen untukmenangani kasus anak.
3. Diversi di tingkat kepolisian mempunyai makna memberikan jaminan kepada
anak untuk dihindarkan dengan proses peradilan pidana.
4. Kedudukan kepolisian sebagai lembaga penegak hukum yang pertama dan
langsung bersinggungan dengan masyarakat.11
Oleh karena itu dalam penelitian ini, penulis tertarik melakukan penelitian
mengenai "PELAKSANAAN DIVERSI PERKARA TINDAK PIDANA
KECELAKAAN LALU LINTAS YANG DILAKUKAAN OLEH ANAK".
Dalam penelitian ini lebih ditekankan pada pelaksanaan diversi yang dilakukan
pihak kepolisian terhadap anak yang melakukan kecelakaan lalu lintas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis dapat merumuskan beberapa
permasalahan yang kemudian dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana Penyelesaian Diversi Yang Dilakukan Penyidik Polres Blitar
Terhadap Penyelesaian Perkara Kecelakaan Lalu Lintas Oleh Anak?
11Ibid,hlm. 111.
9
2. Apakah Yang Menjadi Alasan Penyelesaian Perkara Lalu Lintas Melalui
Diversi ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki beberapa tujuan
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui, mendiskripsikan dan menganalisis pelaksanaan diversi
oleh kepolisian terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana kecelakaan lalu
lintas
2. Untuk mengetahui, mendiskripsikan dan menganalisis hal-hal yang menjadi
pertimbangan kepolisian untuk melakukan diversi
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat berguna untuk perkembangan
ilmu hukum pada umumnya dan khususnya tentang pelaksanaan diversi
perkara tindak pidana kecelakaan lalu lintas yang dilakukan oleh anak
b. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan refrensi penelitian
hukum terkait pelaksanaan diversi perkara tindak pidana kecelakaan
lalu lintas yang dilakukan oleh anak
c. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi
dibidang karya ilmiah serta bahan masukan bagi penelitian sejenis
dimasa yang akan datang.
10
2. Manfaat Praktis
a. Untuk memberikan wawasan dan pengetahuan kepada masyarakat luas
maupun penyidik polri terkait pelaksanaan diversi perkara tindak
pidana kecelakaan lalu lintas yang dilakukan oleh anak
b. Untuk meningkatkan analisa, pola pikir ilmiah dan pengujian atas ilmu
pengetahuan yang diperoleh penulis selama study di fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Malang
E. Kegunaan Penelitian
a. Bagi peneliti
Hasil penelitian oleh peneliti ini diharapkan dapat menjadikan pijakan
baru dibidang ilmu hukum bagi peneliti dan dapat menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan mengenai pelaksanaan diversi terhadap perkara anak
sebagai pelaku tindak pidana kecelakaan lalu lintas.
b. Pembuat Kebijakan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi
pembuat kebijakan antara lain pemerintah, terhadap kasus mengenai
Pelaksanaan diversi terhadap perkara anak sebagai pelaku tindak pidana
kecelakaan lalu lintas.
c. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi
semua pihak sebagai bahan untuk merumuskan penelitian lebih lanjut
mengenai pelaksanaan diversi terhadap perkara tindak pidana kecelakaan
11
lalu lintas yang dilakukan oleh anak (Studi kasus di Polres Kabupaten
Blitar).
d. Bagi Masyarakat
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi
semua pihak terutama para penyidik Polri dalam mempertimbangkan kasus
kecelakaan lalu lintas yang dilakukan oleh anak melalui diversi sebagai
upaya penyelesaian di luar pengadilan bagi anak .
F. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah langkah dalam menentukan jenis metode
penelitian apa yang dipergunakan dalam penulisan penelitian ini, guna
memperoleh data atas apa yang akan dibahas dalam penelitian dengan tepat,
akurat dan benar. Sehingga dapat memudahkan dalam mempelajari dan
menganalisa data yang diperoleh dalam penelitian. Sesuai dengan judul dari
penelitian ini, maka metode yang akan digunakan oleh penulis adalah sebagai
berikut :
1. Pendekatan Penelitian
Penulis memfokuskan penelitian untuk menggunakan metode
pendekatan Yuridis Sosiologis yakni suatu pendekatan masalah dengan
mengkaji peraturan yang berlaku dibandingkan dengan pelaksanaan
ketentuanyang ada dilapangan.12 Penulis akan mengkaji tentang Diversi yang
12 Roni Hanijito Sumitro.1990. Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri. Ghalia Indonesia.
Jakarta. hlm.34.
12
dilakukan penyidik Polres Blitar terhadap penyelesaian perkara kecelakaan
lalu lintas terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana serta alasan penyidik
melakukan diversi dalam menyelesaikan perkara kecelakaan lalu lintas
terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian yang penulis tetapkan dalam melakukan penelitian
ini adalah di Kabupaten Blitar, lebih spesifiknya penelitian akan dilakukan di
Kepolisian Resort Blitar karena banyak kasus anak yang pernah ditangani
oleh Kepolisian Resort Blitar.
3. Jenis Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan 2 Jenis
penelitian yaitu:
a. Data Primer
Data primer yaitu primer data /bahan hukum yang didapat langsung
dari lokasi penelitian. Data yang langsung di peroleh dari lapangan berupa
hasil wawancara dengan narasumber Kanit Laka Lantas Polres Blitar dan
Unit Laka Polres Blitar yang berdasarkan pemahaman, persepsi, tindakan,
sikap, pengalaman dan penjelasan dari pihak tersebut.
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari buku/tekstual,
artikel ilmiah internet, jurnal-jurnal, pendapat para sarjana, kasus-kasus
13
hukum, serta simposium yang dilakukan pakar terkait dengan
pembahasan.13
Data sekunder (secondary data) diperoleh melalui sumber yang
berasal dari Kepolisian Resor Blitar sebagai instansi yang berkaitan
dengan penelitian ini, baik informasi data berupa catatan-catatan dari
Kepolisian Resor Blitar, arsip-arsip, dokumen, maupun website dari
instansi tersebut. Data sekunder diperoleh melalui penelusuran terhadap
bahan-bahan sebagai berikut:
1. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana;
2. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana;
3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan;
4. Undang-Undang Nomor 02 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik;
5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2015 tentang Pedoman
Pelaksanaan Diversi dan Penanganan Anak yang Belum Berumur
12 (dua belas) tahun;
7. Perma Nomor 04 tahun 2014 tentang Tata Cara Penyelesaian
Pidana Anak sesuai;
13 Johny Ibrahim. 2012. Metode Penelitian Hukum Normatif, Cet. Keenam. Penerbit Bayu
Media Publishing. Malang. Hal.392.
14
4. Teknik Pengummpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut :
1) Teknik Pengumpulan Data Primer
a. Wawancara
Wawancara yang dilakukan secara bebas terpimpin yang dilakukan
penulis dengan mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan,
dan dimungkinkan dalam wawancara berlangsung dapat mengajukan
pertanyaan yang belum tercantum dalam pertanyaan-pertanyaan yang
sudah disipakan dapat ditanyakan secara langsung kepada responden.
b. Observasi
Observasi adalah penulis akan melakukan pencarian data secara
langsung dilokasi penelitian untuk menemukan data-data yang terkait
dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis.
c. Dokumentasi
Cara pengumpulan data atau bahan-bahan hukum yang diperoleh
penulis dari transkip, catatan, tulisan, media massa baik cetak maupun
elektronik, yang berkaitan dengan penelitian.
2) Teknik Pengumpulan Data Sekunder
Teknik pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini diperoleh
melalui:
15
a. Studi Kepustakaan
Cara pengumpulan data atau bahan-bahan hukum yang diperoleh
penulis dari buku-buku, peraturan perundang-undangan yang berlaku,
karya ilmiah, dan artikel yang terkait permasalahan dalam penelitian
ini yang akan digunakan oleh penulis sebagai dasar informasi dan
pertimbangan yang berkaitan dengan penelitian ini.
b. Penelusuran Internet
Cara pengumpulan data atau bahan-bahan hukum yang diperoleh
dari situs-situs, karya tulis, jurnal yang bersifat online, yang berkaitan
dengan penelitian ini.
5. Teknik Analisa Data
Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan metode kualitatif
hasil yang didapat berupa penjelasan, catatan, obsevasi, wawancara atau
angket dan dokumen. Selain itu teknik analisa data yang dilakukan penulis
yaitu dengan mengkaji, mengolah dan dan membahas informasi yang
diperoleh secara ilmiah berupa teknik Descriptive Analitic Method (Metode
Analisa Deskriptif), yaitu suatu metode analisa data penelitian dengan cara
menganalisis isi atau kata-kata hasil wawancara dari subyek penelitian,
mendiskripsikan, menggambarkan, dan menjabarkan data-data yang
diperoleh dari hasil penelitian untuk dikaitkan dengan teori-teori dan
penjelasan yang berkaitan permasalahan yang ada sehingga pembahasan
dilakukan secara efektif dan efisien dalam suatu kesimpulan.
16
G. Sistematika Penelitian
Agar mempermudah dalam mempelajari proposal ini, maka dalam
sistematika penelitian. Peneliti akan memberikan gambaran yang jelas dan
terarah mengenai penelitian proposal. Berikut akan dikemukakan sistematika
penelitian adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan tentang Latar Belakang Masalah,
Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,
Kegunaan Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika
Penelitian.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini di uraikan mengenai Kajian Umum tentang
Diversi, Kajian Umum tentang Tindak Pidana, Kajian
Umum tentang Tindak Pidana Kecelakaan Lalu Lintas,
kajian Umum tentang Penyelidikan dan Penyidikan , Kajian
umum tentang Kepolisian Republik Indonesia, kajian umum
tentang Anak.
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini diuraikan tetang hasil penelitian tentang
Gambaran Umum Polres Blitar, Realita Kasus diversi
terhadap anak sebagai pelaku Kecelakaan Lalu Lintas di
Blitar, Diversi yang Dilakukan Penyidik Polres Blitar
17
Terhadap Penyeselesaian Perkara Kecelakaan Lalu Lintas
melalui diversi terhadap anak sebagai pelaku, Alasan
Penyidik Melakukan diversi dalam Menyelesaikan Perkara
Kecelakaan Lalu Lintas terhadap anak sebagai pelaku, dasar
pertimbangan penyidik menerapkan diversi bagi anak
sebagai pelaku kecelakaan lalu lintas.
BAB VI : PENUTUP
Berisi uraian tentang pokok-pokok Kesimpulan dan Saran
yang perlu disampaikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dengan hasil penelitian.
Top Related