BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - UMM
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - UMM
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era ini, data dan informasi merupakan komoditi utama yang dapat
diperjual belikan yang dengan mudah dapat diakses oleh pengguna dan
pelanggan. Semuanya itu membawa masyarakat kedalam suasana yang
disebut oleh John Naisbitt, Nana Naisbitt dan Douglas Philips sebagai
“Zona Mabuk Teknologi”.1 Jejaring internet sebagai alat yang dipergunakan
sebagai jaringan komunikasi diseluruh penjuru dunia dimana jaringan
telekomunikasi dapat dijangkau.
Penggunaan jejaring internet di era globalisasi saat ini, merupakan
suatu kebutuhan yang sangat penting. Gaya hidup going mobile ini, dimana
orang dapat melakukan jual beli secara praktis dan nyaman tanpa harus
melakukan transaksi secara langsung kepada produsen. Kegiatan
perdagangan dengan memanfaatkan media internet ini dikenal dengan
istilah electronic commerce, atau disingkat e-commerce.2
Menurut data yang dirilis oleh APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia) jumlah pengguna internet di Indonesia tumbuh 10,12
persen. Dari total jumlah populasi penduduk yang ada di indonesia sebanyak
264 juta jiwa, ada sebanyak 171,17 atau sekitar 64,8% masyarakat indonesia
sudah terhubung dengan internet. APJII juga merilis survei yang melibatkan
5.900 sampel dengan margin of error 1,28 persen. Data lapangan ini diambil
1 John Naisbitt, Nana Naisbitt dan Douglas Philips, High Tech, High Touch, 2001, Pencarian
Makna ditengah Perkembangan Pesat Teknologi, Mizan, Bandung, hal 23-24 2 Ahmad M. Ramli,2004, Cyber Law Dan HAKI Dalam Sistem Hukum Indonesia,Bandung,:
Refika Aditama, Hal. 1.
2
selama periode Maret hingga 14 April 2019. Angka ini meningkat dari tahun
2017 dimana penetrasi pengguna internet tercatat sebanyak 54,86%.
Kontribusi terbesar pengguna jaringan internet terdapat di pulai jawa yang
mencapai 55% dari total keseluruhan dan pulau Sumatra berada di posisi ke
dua dengan menyumbang sebesar 21%. Dari seluruh pengguna internet di
Indonesia, diketahui mayoritas yang mengakses dunia maya adalah
masyarakat dengan rentang usia 15 hingga 19 tahun.3
Manfaat bagi pemasar dan konsumen dalam pemasaran online yaitu
dapat lebih mudah dalam memasarkan produknya. Pemasar dapat
mengunggah gambar produknya pada online dan juga pada media sosial
lainya seperti Facebook, Twitter, BBM, Instagram, Line, Shopee,
Bukalapak, Tokopedia, Lazada, Zalora, sehingga pengaplikasiannya
menjadi sangat praktis. Manfaat lainnya bagi pemasar adalah dapat lebih
hemat biaya untuk iklan, mudah mengetahui respon dari konsumen yang
berminat membeli produk tersebut, dan merupakan media sosial yang
banyak digunakan saat ini oleh semua kalangan sehingga sangat dekat
dengan konsumen dan menjadi pilihan dari keputusan pembelian oleh
konsumen untuk berbelanja online.
Pemanfaatan teknologi tersebut telah mendorong pertumbuhan
bisnis yang pesat, karena berbagai informasi telah dapat disajikan dengan
canggih dan mudah diperoleh, dan melalui hubungan jarak jauh dengan
memanfaatkan teknologi telekomunikasi dapat digunakan untuk bahan
3 Yudha Pratomo,2019, APJII : Jumlah Pengguna Internet Di Indonesia Tembus 171 Juta Jiwa,
https://tekno.kompas.com/ Di akses pada 13 Juli 2020
3
melakukan langkah bisnis selanjutnya.4 Umumnya suatu masyarakat yang
mengalami perubahan akibat kemajuan teknologi, banyak melahirkan
masalah-masalah sosial. Hal itu terjadi karena kondisi masyarakat itu
sendiri yang belum siap menerima perubahan atau dapat pula karena nilai-
nilai masyarakat yang telah berubah dalam menilai kondisi lama sebagai
kondisi yang tidak lagi dapat diterima.5 Salah satu hasil kemajuan teknologi
yaitu penggunaan internet. Peran internet sangat penting bagi masyarakat.
Melalui internet kita dapat mengetahui berbagai hal, mulai dari media
sosial, aplikasi, berita, gaya hidup, bahkan kita dapat melakukan kegiatan
berbelanja yang dalam istilah internet sering disebut online shop.
Perkembangan teknologi, dapat menimbulkan dampak positif dan
dampak negatif. Salah satu dampak negatif yang ditimbulkan karena
perkembangan teknologi yaitu munculnya ancaman kejahatan-kejahatan
yang modern. Kejahatan terus berkembang seiring dengan perkembangan
peradaban manusia, dengan kualitas dan kuantitasnya kompleks dengan
variasi modus operandinya.6 Melalui media internet beberapa jenis tindak
pidana semakin mudah untuk dilakukan seperti, tindak pidana pencemaran
nama baik, pornografi, perjudian, penipuan, pembobolan rekening,
perusakan jaringan cyber (hacking), penyerangan melalui virus (virus at-
tack) dan sebagainya.7 Di Indonesia sendiri pada tahun 2019 kasus cyber
4 Niniek Suparni, 2009, Cyberspace: Problematika dan Antisipasi Pengaturannya, Sinar Grafika,
Jakarta, hlm 1. 5 Dikdik M. Arief Mansur, 2005, Cyber Law-Aspek Hukum Teknologi Informasi, Refika Aditama,
Bandung, hlm 5. 6 H. Abdul Wahid, Mohammad Labib, 2005, Kejahatan Mayantara, Refika Aditama, Bandung,
hlm 36. 7 Dikdik M. Arief Mansur, Op. Cit, hlm 5.
4
ada 4.586 laporan dimana 1.617 di antaranya adalah Tindak Pidana
Penipuan online. Kasus kejahatan cyber khususnya penipuan online terjadi
di berbagai platform seperti instagram : 534 Laporan kasus, whatsapp : 413
laporan kasus facebook : 304 laporan kasus.8
Kejahatan yang ditimbulkan oleh perkembangan dan kemajuan
teknologi informasi dan telekomunikasi adalah kejahatan yang berkaitan
dengan aplikasi internet, atau dalam istilah asing sering disebut cybercrime.
Sehingga menurut Pasal 28D Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi “Setiap orang berhak atas pengakuan,
jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang
sama di hadapan hukum”. Oleh karena itu negara menjamin
keberlangsungan hak dan kewajiban setiap warga negara Indonesia untuk
terwujudnya kepastian hukum. Berbicara mengenai hukum selalu berkaitan
dengan masalah penegakan hukum dalam pengertian luas yang juga
merupakan penegakan keadilan.9
Contoh kasus penipuan online banyak terjadi di kalangan
masyarakat indonesia, seperti contoh kasus ini :
Di Mojokerto, Jawa Timur, dua mahasiswi jadi korbannya. Yakni,
Nurul Fatmawati dan Nurjanna. Mereka merugi hingga jutaan rupiah,
karena masker yang dipesannya melalui sebuah akun instagram, tak
kunjung tiba. Rencananya mereka memesan masker yang sudah di pesan ke
pihak penjual ingin mereka jual kembali. Karena pada tragedi pandemi
8 Siber Polri, 2019, Statistik Jumlah Laporan Polisi yang dibuat masyarakat, https:// patrolisiber.id/
Di akses pada 13 Juli 2020 9 Bambang Purnomo, 1998, Pola Dasar Teori Asas Umum Hukum Acara Pidana, Liberty,
Yogyakarta, hlm 88.
5
global ini banyak orang yang mencari masker untuk menghindari
tertularnya virus COVID-19. Namun, mewabahnya virus COVID-19 ini
banyak dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Nurul
Fatma dan Nurjannah melihat peluang bahwa mereka dapat menjual
kembali masker yang di beli di media sosial instagram yang di jual oleh
pihak produsen dengan harga yang cukup terjangkau. Namun, masker yang
sudah mereka pesan itu belum juga sampai yang berimbas kepada mereka
berdua yang rugi hampir jutaan rupiah. Mereka berdua percaya dengan akun
abal-abal itu, sebab memiliki pengikut puluhan ribu orang, dan masker yang
ditawarkan murah. Berikut diberitakan pada Fokus, 31 Maret 2020. Tak
ingin kehilangan kesempatan, kedua korban langsung mentransfer uang
sesuai harga masker, yang akan dijual lagi. Meski sempat dikirimkan nomor
resi pengiriman barang oleh pelaku, kedua korban sadar menjadi korban
penipuan, setelah barang tak kunjung diterima dan nomor ponsel mereka
diblokir pemilik akun. Kedua korban telah melaporkannya ke polisi. Hingga
saat ini, pihak Satuan Reserse Kriminal Polres Mojokerto masih terus
melakukan penyelidikan. Dihimbau bagi warga untuk berhati-hati saat
bertransaksi online dan segera melapor ke polisi. Lantaran banyak orang
yang sengaja mengambil kesempatan untuk meraup keuntungan di tengah
pandemi COVID-19.10
Adapun kasus penipuan online yang terjadi di Kabupaten Malang.
Korbanya bernama Resti Utami, mahasiswi yang tinggal di Jl Untung
Suropati Kecamatan Pagelaran ini tertipu di media sosial instagram. Saat
10 Didi N, 2020, Mahasiswi di Mojokerto Jadi Korban Penipuan Penjualan Masker Online,
https://surabaya.liputan6.com/ Di akses pada 13 Juli 2020
6
itu ia melihat barang yang sedang dicarinya untuk keperluan pribadi di jual
di instagram. Ia melihat kamera merek Nikon D500 yang ditawarkan
dengan harga yang cukup murah seharga Rp. 3.500.000 (Tiga Juta Lima
Ratus Ribu Rupiah). Resti pun tertarik untuk membelinya dan langsung
menghubungi pemasang iklan melalui pesan singkat. Setelah menghubungi
pemilik akun instagram yang menjual barang mereka berdua sepakat
dengan harga yang sudah di tawarkan yaitu sebesar Rp 3.500.000 (tiga juta
lima ratus ribu rupiah). Hari itu juga Resti berangkat menuju ATM BRI di
Indomaret dan melakukan pengiriman uang senilai harga yang sudah
disepakati. Setelah mengirim uang kepada pemasang iklan atas nama Darul
Dewayanto. Resti pun menunggu untuk diberi kabar selanjutnya oleh
pengirim barang, akan tetapi barang tak kunjung juga datang ke rumahnya.
Korbanpun sempat menghubingi kontak pemasang iklan tetapi sudah tidak
aktif. Habis sudah kesabaran korban sehingga ia melaporkan kejadian ini
kepada polres kota malang. Kasubbag Humas Polres Kota Malang
menjelaskan bahwa kasus penipuan online itu masih dalam penanganan unit
Reskrim Polres Kota Malang, pihaknya menghimbau warga kota malang
agar tidak percaya dengan tawaran iklan menggunakan media sosial terlebih
yang akunnya tidak dapat dikonfirmasi kebenarannya.11
Tidak mudah bagi aparat kepolisian dalam mengungkap Tindak
Pidana Penipuan khususnya di dalam teknologi informasi. Di dalam Pasal
378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) berbunyi “Barang
11 Sany Eka Putri, 2016, Mahasiswa Kabupaten Malang Tertipu Jual-Beli Online di Instagram, Kalian Harus Waspada Ker!, https://Suryamalang.tribunnews.com/ Di akses pada 18 Juli 2020
7
siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu,
dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang
lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi
hutang rnaupun menghapuskan piutang diancam karena penipuan dengan
pidana penjara paling lama empat tahun”.
Penanganan cybercrime melalui hukum pidana (penal policy) di
Indonesia dilakukan dengan menerapkan ketentuan Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP) dan ketentuan Undang-undang pidana di luar
KUHP sebagai dasar hukum.12 Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik tidak secara tegas mengatur
ketentuan pidana bagi pelaku penipuan lewat internet. 28 ayat 1 juncto pasal
45A ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016
tentang perubahan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik yang berbunyi: “Setiap Orang dengan
sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang
mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik dipidana
dengan pidana penjara enam tahun dan denda paling banyak
Rp.1.000.000.000 (satu miliar rupiah)”.
Dalam upaya penanggulangan dan penanganan kejahatan teknologi
informasi Kepolisian Negara Republik Indonesia telah mengupayakan
berbagai cara, seperti melaksanakan penyelidikan dan penyelidikan
12 Widodo, 2009, Sistem Pemidanaan Dalam Cyber Crime, Laksbang Mediatama, Yogyakarta, hlm
34.
8
terhadap kegiatan yang berhubungan dengan teknologi informasi, teknologi
computer, teknologi komunikasi, teknologi elektronika, dan teknologi
penyiaran. Unit yang menangani secara khusus tindak pidana teknologi
informasi ialah Badan Reserse Kriminal (BARESKRIM) MABES POLRI
melalui Direkioral II Ekonomi dan Khusus Unit V IT dan cybercrime dan
juga unit penanggulangan cybercrime dibeberapa Kepolisian Daerah
(Polda).
Penipuan yang dilakukan secara online atau elektronik jelas
merupakan hal yang dapat mengakibatkan kerugian bagi orang lain, dan
dilarang dalam udang-undang. Di dalam pasal 4 ayat 1 Undang-undang
Perlindungan Konsumen tentang Hak dan Kewajiban Konsumen berbunyi
“hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi
barang dan/atau jasa”. Di dalam pasal tersebut kenyamanan dan keamanan
bagi konsumen dalam jual beli onlne sudah di lindungi oleh hukum. Peran
serta masyarakat sangat penting dalam upaya mengungkap kejahatan
penipuan online. Dengan adanya koordinasi dan kerjasama yang baik antara
masyarakat dan aparat penegak hukum akan mempermudah kepolisian
dalam mengungkap kejahatan penipuan online shop.
Berdasarkan uraian diatas permasalahan pada latar belakang dan
beberapa alasan tersebut diatas, maka mendorong penulis untuk melakukan
penelitian terhadap kasua penipuan online yg terjadi di Instagram,
dikrenakan dalam kasus tersebut faktor terjadinya penipuan merugikan
masyarakat dan masih banyak terjadi hingga saat ini, sehingga banyak
konsumen yang dirugikan. Saat ini kasus tersebut ditangani oleh Pihak
9
Kepolisian, sehingga fokus penelitian ini akan dilakukan untuk mengetahui
bagaimana penanganan Penegak Hukum dalam menyelesaikan penipuan
online tsb. Dalam penulisan hukum ini penulis memberikan suatu
pengetahuan akan suatu hal kepada masyarakat yang patut diangkat menjadi
suatu penilitian permasalahan yang berjudul “TINJAUAN YURIDIS
PENEGAKAN HUKUM TINDAK PIDANA PENIPUAN DALAM
JUAL BELI ONLINE MELALUI MEDIA SOSIAL INSTAGRAM
(STUDI KASUS DI POLDA JAWA TIMUR)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah upaya penegakan hukum terhadap Tindak Pidana
Penipuan dalam jual beli online melalui media sosial instagram di
wilayah hukum Polda Jawa Timur ?
2. Apa faktor kendala penegakan hukum terhadap Tindak Pidana Penipuan
dalam jual beli online melalui media sosial instagram di wilayah hukum
Polda Jawa Timur ?
C. Tujuan Penelitian
Dalam melakukan kegiatan penulisan ini, saya mempunyai tujuan penulisan
yang hendak dicapai, sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui upaya penegakan hukum terhadap Tindak Pidana
Penipuan dalam jual beli online melalui media sosial instagram di
wilayah hukum Polda Jawa Timur.
2. Untuk menghetahui kendala penegakan hukum terhadap Tindak Pidana
Penipuan dalam jual beli online melalui media sosial instagram di
wilayah hukum Polda Jawa Timur.
10
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun praktis
1. Secara Teoritis
Dapat memberikan informasi yang bermanfaat mengenai penipuan
dalam jual beli online melalui media sosial instagram di wilayah hukum
Polda Jawa Timur. dan perlu dilakukan penelitian lanjutan.
2. Secara Praktis
Bagi masyarakat memberi kesadaran untuk lebih berhati-hati dan
waspada dalam menggunakan jejaring sosial khususnya untuk jual beli
online melalui media sosial instagram.
E. Kegunaan Penelitian
Dalam hal ini penulis mengemukakan beberapa kegunaan dengan
penjelasan sebagai berikut :
1. Penulis
Diharapkan dapat memperluas wacana keilmuan mahasiswa sebagai
civitas akademika.
2. Masyarakat
Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai tambahan wawasan bagi
masyarakat karena Tindak pidana penipuan dalam jual beli online
banyak terjadi di masyarakat umum.
3. Penegak Hukum
Untuk memberikan informasi yang dapat membantu aparat penegak
hukum khususnya Polisi dalam menanggulangi Tindak Pidana
Penipuan dalam jual beli online di masyarakat dan sebagai himbauan
11
serta tambahan semangat yang dapat meningkatkan kualitas para
penegak hukum agar dapat melaksanakan tugas sesuai dengan
wewenangnya.
F. Metode Penelitian
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Metode Pendekatan
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan
yuridis sosiologis, pendekatan yuridis sosiologis yaitu mencermati hukum
yang didasarkan pada ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dengan dikaitkan dengan teori hukum dan dengan melihat
kenyataan (das sollen) yang ada dalam masyarakat.13 Yuridis dalam
penelitian ini berdasarkan ketentuan perundang-undangan antara lain pasal
378 KUHP, Pasal 35 UU ITE, pasal 45 Undang-undang Perlindungan
Konsumen dan berkaitan dengan teori-teori hukum, serta melihat kenyataan
yang terjadi di masyarakat. Sedangkan sosiologis dalam penelitian ini yaitu
penegakan hukum yang dilakukan oleh aparat penegak hukum terhadap
tindak pidana penipuan dalam jual beli online melalui media sosial
instagram di wilayah hukum Polda Jawa Timur.
2. Lokasi Penelitian
Penulis memilih lokasi penelitian di wilayah hukum Polda Jawa Timur
yang beralamat di jalan Jenderal Ahmad Yani No. 116, Jl., Gayungan, Kec.
Wonocolo, Kota SBY, Jawa Timur 60231. Penulis mengambil lokasi
penelitian di Polda Jawa Timur karena banyaknya kasus dan juga laporan
13 Sidiq Sunaryo, Pedoman Penulisan Hukum, Fakultas Hukum umm, 2012. hlm. 18.
12
yang masuk mengenai Penipuan dalam jual beli online di Polda Jawa Timur.
Di Polda Jatim saat ini juga tengah menangani kasus Penipuan jual beli
online melalui media sosial instagram.
3. Sumber Data
Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder sebagai
berikut :
a. Data Primer yaitu jenis data yang diperoleh dari sumber informasi yang
utama. Data yang diperoleh secara langsung dari tempat penelitian
dapat berupa hasil wawancara, observasi, ataupun dokumentasi
mengenai pelaksanaan Penegakan Hukum terhadap tindak pidana
penipuan dalam jual beli online melalui media sosial instagram di
wilayah hukum Polda Jawa Timur. Penulis melakukan wawancara
dengan Kompol Kurniawan Wulandono, S.H.,M.H di bagian
Cybercrime Polda Jawa Timur.
b. Data sekunder yaitu data yang di peroleh melalui literatur hukum,
perundang undangan, buku-buku, sumber data dapat berupa dokumen-
dokumen resmi dan sumber tertulis lainnya yang ada hubungannya
dengan objek penelitian yaitu terkait Tindak Pidana online. Data
sekunder ini meliputi :
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 378 Tentang Penipuan
3) Undang-Undang No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik
4) Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
13
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Penulis melakukan pengumpulan data dengan wawancara, yaitu
mengadakan tanya jawab dengan narasumber yang meliputi aparat
penegak hukum (Polda Jawa Timur) dengan permasalahan yang akan
penulis teliti untuk memperoleh data primer. Metode wawancara yang
akan dilakukan dengan menggunakan metode terpimpin yaitu dengan
menggunakan pedoman daftar pertanyaan yang telah disusun oleh
penulis sehubungan dengan masalah yang akan penulis teliti. Peneliti
mewawancarai narasumber Kompol Kurniawan Wulandono, S.H.,M.H
di bagian Kanit II SUBDIT V SIBER Polda Jawa Timur.
b. Observasi
Penulis melakukan teknik pengumpulan data observasi dimana
penulis memilih lokasi di Polda Jawa Timur yang dilakukan dengan
cara pengamatan data di tingkat penyelidikan dan penyidikan untuk
permasalahan yang akan penulis teliti. Obeservasi dilakukan di Polda
Jawa Timur.
c. Studi kepustakaan
Metode pengumpulan bahan hukum dilakukan dengan studi
kepustakaan guna memperoleh bahan hukum sekunder dengan cara
mempelajari berbagai peraturan perundang-undangan, putusan
pengadilan, buku-buku, dan berbagai informasi mengenai objek
penelitian yang diperoleh baik dari media elektronik maupun media
cetak terutama mengenai penipuan dalam jual beli online.
14
5. Teknik Analisa Data
Metode yang digunakan dalam menganalisis adalah deskripstif
kualitatif dengan alur berpikir deduktif, yaitu dimulai dari peraturan
hukumnya kemudian dibawa kedalam permasalahan yang sebenarnya.
Deskriptif adalah menganalisis data dengan cara memaparkan secara
terperinci dan tepat tentang suatu fenomena tertentu terkait dengan
Penipuan dalam Jual Beli online Melalui media sosial instagram di wilayah
hukum Polda Jawa Timur. Sedangkan kualitatif adalah menganalisis
pemaparan hasil-hasil penulisan yang sudah disistematiskan tersebut
dengan cara yang didapat dari teori-teori hukum positif untuk dapat
menjelaskan permasalahan penelitian hukum ini dalam bentuk kalimat yang
mudah dimengerti, logis dan bersifat ilmiah.
G. Sitematika Penulisan
Sistematika penulisan hukum yang ada dalam penelitian ini, dibagi 4
(empat) bab, yang mana akan dibagi menjadi sub bab didalam bab tersebut
dengan sistematika yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini menguraikan latar belakang yang berkaitan dengan
permasalahan yang akan diangkat oleh peneliti, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat dan kegunaan penelitian, metode penelitian serta
sistematika penulisan dari penelitian, sehingga dapat memudahkan para
pembaca dalam memahami penelitian ini.
15
BAB II : KERANGKA TEORI
Pada bab ini menguraikan definisi dan teori-teori yang berkaitan dengan
tema utama dari penelitian yang dilakukan. Teori-teori dalam Kerangka Teori
digunakan sebagai landasan pemecahan masalah mengenai Penegakan Hukum
Terhadap Tindak Pidana Penipuan dalam Jual Beli online melalui Media Sosial
Instagram di wilayah hukum Polda Jawa Timur.
BAB III : PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis memaparkan, menguraikan, dan menganalisa terkait
dengan permasalahan yang diteliti yaitu Penegakan Hukum Terhadap Tindak
Pidana Penipuan dalam Jual Beli online melalui Media Sosial Instagram di
wilayah hukum Polda Jawa Timur.
BAB IV : PENUTUP
Pada bab ini adalah bab akhir yang berisi kesimpulan dan saran dari
penelitian. Kesimpulan pada bagian ini menjadi kesimpulan akhir yang berisi
pemikiran, pendapat dan solusi atas penelitian yang dilakukan. Saran dan hasil
penulisan ini diharapkan bermanfaat bagi para pembaca.