BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh...

63
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terjadinya krisis di Indonesia beberapa tahun lalu antara lain disebabkan oleh tata kelola penyelenggaraan pemerintahan yang kurang baik (poor govermance). Hal ini diindikasikan adanya berbagai masalah seperti korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang sulit diberantas, masalah penegakan hukum yang sulit berjalan, monopoli dalam kegiatan ekonomi serta rendahnya kinerja aparatur termasuk kualitas pelayanan kepada masyarakat di berbagai bidang. Berbagai permasalahan tersebut telah menghambat proses pemulihan ekonomi, sehingga jumlah pengangguran semakin meningkat, jumlah penduduk miskin bertambah, tingkat kesehatan menurun, yang berdampak pada krisis ekonomi dan krisis kepercayaan. Krisis multidimensi ini telah mendorong arus balik yang menuntut perbaikan atau reformasi dalam penyelenggaraan negara termasuk birokrasi pemerintahan. Pada akhirnya keberhasilan reformasi yang diperjuangkan oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia telah banyak membawa perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu tujuan reformasi tersebut adalah adanya desentralisasi keuangan dan otonomi daerah. Berdasarkan ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional Yang Berkeadilan, serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka pemerintah telah mengeluarkan kebijakan tentang otonomi daerah dan desentralisasi keuangan yaitu Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- 1

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terjadinya krisis di Indonesia beberapa tahun lalu antara lain disebabkan oleh

tata kelola penyelenggaraan pemerintahan yang kurang baik (poor govermance). Hal

ini diindikasikan adanya berbagai masalah seperti korupsi, kolusi dan nepotisme

(KKN) yang sulit diberantas, masalah penegakan hukum yang sulit berjalan,

monopoli dalam kegiatan ekonomi serta rendahnya kinerja aparatur termasuk kualitas

pelayanan kepada masyarakat di berbagai bidang. Berbagai permasalahan tersebut

telah menghambat proses pemulihan ekonomi, sehingga jumlah pengangguran

semakin meningkat, jumlah penduduk miskin bertambah, tingkat kesehatan menurun,

yang berdampak pada krisis ekonomi dan krisis kepercayaan. Krisis multidimensi ini

telah mendorong arus balik yang menuntut perbaikan atau reformasi dalam

penyelenggaraan negara termasuk birokrasi pemerintahan. Pada akhirnya

keberhasilan reformasi yang diperjuangkan oleh seluruh lapisan masyarakat

Indonesia telah banyak membawa perubahan dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara. Salah satu tujuan reformasi tersebut adalah adanya desentralisasi keuangan

dan otonomi daerah. Berdasarkan ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang

Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber

Daya Nasional Yang Berkeadilan, serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka pemerintah telah

mengeluarkan kebijakan tentang otonomi daerah dan desentralisasi keuangan yaitu

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Daerah. Namun seiring dengan perkembangan sosial, politik,

dan ekonomi, kedua Undang-undang tersebut sekarang telah direvisi menjadi

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Daerah.

Selain itu karena adanya perubahan sistem politik, sosial, dan ekonomi serta

kemasyarakatan akibat reformasi telah menimbulkan tuntutan terhadap pengelolaan

pemerintahan yang baik (good governance) sebagai prasyarat penyelenggaraan

pemerintahan dengan mengedepankan akuntabilitas dan transparansi. Penyelenggara-

an pemerintahan yang baik merupakan landasan bagi perbuatan dan penerapan

kebijakan negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu

tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan diterbitkannya beberapa peraturan

yaitu :

a. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

b. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,

c. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah,

d. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan,

e. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan

Daerah, dan

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

f. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah, dan diperbaharui dengan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007.

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 mensyaratkan akuntabilitas keuangan

dalam bentuk laporan keuangan meliputi Laporan Realisasi APBD, Neraca, Laporan

Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan yang dilampiri dengan laporan

keuangan perusahaan daerah oleh kepala daerah kepada DPRD, setelah laporan

keuangan tersebut diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Hal ini pada

akhirnya akan mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan

daerah, dan dengan telah ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun

2005, maka paling lambat tahun 2008 semua pemerintah kabupaten / kota di

Indonesia harus melaksanakan Peraturan Pemerintah ini dengan menerapkan Standar

Akuntansi Pemerintah (SAP). Hal ini akan terwujud bila ada komitmen dan dukungan

pejabat daerah dalam mewujudkan akuntabilitas dan transparansi kepada publik.

Dalam Pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 disebutkan

“Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan,

efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan

asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat”. Hal ini berarti telah terjadi

pembaharuan dalam manajemen keuangan daerah yang ditandai dengan perubahan

yang mendasar dari sistem penganggaran, perbendaharaan, sampai dengan

pertanggungjawaban laporan keuangan. Selain itu pembaharuan sistem pengelolaan

keuangan daerah dimaksudkan agar pengelolaan uang rakyat (public money)

dilakukan secara transparan sehingga tercipta akuntabilitas publik.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

Dengan reformasi yang menuntut implementasi otonomi daerah, maka

penyelenggaraan otonomi daerah sekarang lebih dipahami sebagai hak yaitu hak

rakyat atau masyarakat daerah untuk mengatur dan mengelola kepentingannya sendiri

serta mengembangkan potensi dan sumber daya daerah. Dengan adanya otonomi

daerah ini, daerah diberi kewenangan yang lebih luas untuk mengurus rumah

tangganya sendiri dengan sedikit campur tangan pemerintah pusat. Pemerintah daerah

mempunyai hak dan kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber

keuangan yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

Namun dengan kewenangan yang luas tersebut tidak berarti bahwa pemerintah daerah

dapat menggunakan sumber-sumber keuangan yang dimiliki sekehendaknya sendiri

tanpa arah dan tujuan yang jelas. Hak dan kewenangan yang diberikan kepada daerah

pada hakekatnya merupakan amanah yang harus dipertanggungjawabkan secara

akuntabel dan transparan baik kepada masyarakat daerah, maupun pemerintah pusat

yang telah membagikan dana perimbangan kepada seluruh daerah di Indonesia.

Pelaksanaan otonomi daerah meliputi penyerahan kewenangan sesuai

kemampuan daerah kecuali kewenangan di bidang pertahanan dan keamanan, politik

luar negeri, fiskal dan moneter, peradilan, agama, dan administrasi pemerintahan

yang bersifat strategis. Dengan adanya otonomi daerah maka pelaksananaan

pemerintahan daerah dijalankan berdasarkan asas desentrasilisasi, asas dekonsentrasi,

dan tugas pembantuan. Desentralisasi mempunyai tujuan untuk lebih meningkatkan

kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat, pengembangan kehidupan

berdemokrasi, keadilan, pemerataan dan pemeliharaan hubungan yang serasi pusat

dan daerah dan antar daerah (Sidik et.al. 2002). Menurut Sah (1997) dalam

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

Mardiasmo (2004) secara teoritis desentrasilisasi ini diharapkan akan menghasilkan

dua manfaat nyata yaitu :

a. mendorong peningkatan partisipasi, prakarsa dan kreativitas masyarakat dalam

pembangunan, serta mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan (keadilan)

di seluruh daerah dengan memanfaatkan sumber daya dan potensi yang tersedia di

masing-masing daerah, dan

b. memperbaiki alokasi sumber daya produktif melalui pergeseran peran

pengambilan keputusan publik ke tingkat pemerintah yang lebih rendah yang

memiliki informasi paling lengkap.

Pelimpahan kewenangan dalam pengelolaan keuangan daerah merupakan

desentralisasi fiskal yang ditandai dengan penyerahan peralatan, perlengkapan, dan

pembiayaan. Proporsi pengelolaan fiskal dalam penyelenggaraan pemerintahan

yang menjadi tanggungjawab daerah sepenuhnya melalui APBD menjadi

meningkat, karena adanya penyerahan sumber-sumber penerimaan keuangan daerah

dan pembiayaan sehingga diharapkan akan meningkatkan kemandirian daerah.

Desentralisasi fiskal dimaksudkan agar terdapat perimbangan keuangan antara

pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang lebih rasional, proporsional dan nyata

sebagai konsekuensi desentralisasi kewenangan.

Laporan keuangan daerah yang dibuat oleh Pemerintah Daerah merupakan

bentuk akuntabilitas keuangan pada semua pihak yang menjadi pemangku

kepentingan daerah (stakeholders) yang diwakili oleh DPRD. Ketika Pemerintah

Daerah mempertanggungjawabkan masalah pengelolaan keuangan, pelaporan

keuangan menjadi media utama yang dapat diterima secara umum untuk transparansi

dan akuntabilitas keuangan. Laporan keuangan yang dibuat pemerintah daerah pada

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

dasarnya adalah untuk semua pihak yang menjadi pemangku kepentingan daerah

(stakeholders). Sudjana (2002) menyatakan bahwa sasaran laporan keuangan sektor

publik adalah sebagai laporan pertanggungjawaban dan untuk memberikan informasi

yang digunakan sebagai pertimbangan dalam pembuatan keputusan ekonomi, sosial,

dan politik kepada berbagai kelompok pengguna (stakeholders) walaupun mereka

mempunyai kepentingan yang berbeda. Meskipun laporan keuangan bukan

merupakan satu-satunya sumber informasi untuk pembuatan keputusan, akan tetapi

laporan keuangan sebagai sumber informasi finansial memiliki pengaruh yang sangat

besar terhadap kualitas keputusan yang dihasilkan sehingga laporan keuangan

tersebut harus dapat dipahami oleh pemakai.

Rakyat sebagai sumber kekuasaan yang telah memberikan kepercayaan

penuh / mandat kepada pemerintah daerah, sudah sewajarnya kalau menuntut

pertanggungjawaban pemerintah daerah melalui media laporan akuntabilitas laporan

keuangan. Menurut Mardiasmo (2004) tuntutan akuntabilitas sektor publik terkait

dengan perlunya dilakukan transparansi dan pemberian informasi kepada publik

(masyarakat) dalam rangka pemenuhan hak-hak publik. Dalam konteks pemerintahan

akuntabilitas publik merupakan pemberian informasi dan disclosure atas aktivitas dan

kinerja finansial pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan

tersebut. Oleh karena itu pemerintah daerah harus bisa menjadi subyek pemberi

informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik. Pemerintah Daerah selaku

pengelola dana publik (public money) seharusnya mampu menyediakan informasi

keuangan yang diperlukan secara akurat, relevan, tepat waktu dan dapat dipercaya,

sehingga dituntut untuk memiliki sistem informasi keuangan yang handal. Untuk

mewujudkan hal ini maka peranan dukungan pejabat di daerah sangat penting karena

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

untuk menyusun laporan keuangan daerah yang kreditibel dan auditibel maka harus

memahami dan mengikuti ketentuan dalam SAP. Dan menurut ketentuan

Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, daerah telah diberi keleluasaan untuk menyusun

sistem akuntansi keuangan dalam pengelolaan keuangan daerah yang disesuaikan

dengan situasi dan kondisi daerah dengan tetap berpedoman pada SAP. Untuk itu

diperlukan kebijakan pejabat di daerah dalam upaya untuk lebih memperlancar dalam

proses penyusunan laporan keuangan tersebut antara lain dengan penetapan kebijakan

akuntansi, sistem dan prosedur akuntansi, penyediaan sarana prasarana dan

kecukupan dalam pendanaan.

Selain itu dalam rangka memantapkan otonomi daerah dan desentralisasi,

pemerintah daerah hendaknya sudah memikirkan investasi untuk mengembangkan

sistem informasi keuangan (Wahyundaru 2001). Hal ini karena rakyat atau

masyarakat sebagai sumber legitimasi pemerintah daerah yang memerlukan bentuk

pertanggungjawaban secara terbuka atau transparan karena terbatasnya aksebilitas

masyarakat terhadap laporan pertanggungjawaban keuangan Pemerintah Daerah.

Pemerintah daerah umumnya belum mempunyai / melaksanakan Sistem Informasi

Keuangan Daerah (SIKD) sebagai media informasi yang diakses oleh stakeholders.

Sebenarnya informasi yang dimuat dalam SIKD merupakan data terbuka yang dapat

diketahui, diakses dan diperoleh masyarakat. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 56

tahun 2005 tentang SIKD dinyatakan bahwa penyelenggaraan SIKD mempunyai

fungsi penyajian informasi keuangan daerah pada masyarakat (stakeholders) secara

berkala baik melalui surat kabar, internet atau cara lain guna memenuhi kepentingan

dalam pengambilan keputusan. Hal ini merupakan wujud dari transparansi dimana

transparansi mengisyaratkan bahwa laporan keuangan tidak hanya dibuat tapi juga

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

terbuka dan dapat diakses oleh masyarakat, karena aktivitas pemerintah adalah dalam

rangka menjalankan amanat rakyat (Wisnu 2006). Untuk itu pemerintah daerah perlu

segera meningkatkan aksesibilitas laporan keuangan yang berarti bahwa pemerintah

daerah meningkatkan kemudahan kepada para pengguna laporan keuangan guna

mengakses atau mengetahui atau memperoleh publikasi laporan keuangan. Walaupun

pada kenyataannya hal tersebut masih sulit dilakukan oleh pemerintah daerah karena

berbagai keterbatasan yang ada.

Jones et. al. (1985) dalam Steccolini (2002), menyatakan bahwa ketidak-

mampuan laporan keuangan dalam melaksanakan akuntabilitas tidak saja disebabkan

karena laporan keuangan tidak memuat semua informasi relevan yang dibutuhkan

oleh pengguna, tapi juga karena laporan keuangan tersebut tidak secara langsung

tersedia dan aksesibel pada para pengguna potensial. Sebagai konsekuensinya

penyajian laporan keuangan tidak lengkap dan tidak aksesibel dapat menurunkan

kualitas dari transparansi dan akuntabilitas keuangan daerah. Sedangkan Collins et.al.

(1991), meneliti akses pihak-pihak eksternal eksternal terhadap informasi laporan

keuangan menyimpulkan tidak terbukti adanya pihak eksternal yang memiliki akses

terhadap informasi keuangan pemerintah. Hal ini menunjukkan bahwa laporan

keuangan pemerintah masih belum menjadi public figure. Tayib (1994) dalam

Yuliani (2003), meneliti tentang akses pengguna laporan keuangan menyimpulkan

adanya keterbatasan akses pelaporan keuangan, masalah laporan keuangan hanya

aksesibel untuk konsultan dan auditor, sedangkan pembayar pajak sama sekali tidak

akses. Sudjana (2002), meneliti persepsi pemakai laporan keuangan sektor publik

terhadap pelaporan pertanggungjawaban keuangan Pemerintah Daerah,

menyimpulkan bahwa terjadi perbedaan persepsi antara pihak eksekutif dan legislatif

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

terhadap laporan keuangan. Pihak eksekutif lebih menerima informasi mengenai

kesehatan keuangan, informasi mengenai perencanaan dan anggaran sebagai

informasi yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan pertanggungjawaban

kepala daerah kepada pihak legislatif. Sedangkan pihak legislatif lebih menerima

informasi mengenai kondisi perekonomian sebagai informasi yang seharusnya

disajikan dalam pertanggungjawaban kepala daerah kepada legislatif.

Dari berbagai penelitian diatas pada umumnya masih menunjukkan adanya

keterbatasan aksebilitas masyarakat dalam laporan pengelolaan keuangan pemerintah,

sehingga kemungkinan akan menimbulkan perbedaan persepsi tentang akuntabitas

dan transparansi laporan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana hasil penelitian-

penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Steccolini (2002), Sudjana (2002),

Dwiningsih (2006) dan Wisnu (2007).

Untuk mengetahui lebih mendalam apakah sebenarnya ada perbedaan persepsi

stakeholders terhadap akuntabilitas dan transparansi laporan keuangan pemerintah

daerah, maka penulis melakukan pengembangan penelitian yang telah dilakukan oleh

Wisnu (2007) di kota Salatiga dengan menambah variabel baru yaitu dukungan

pejabat dalam penerapan SAP. Hal ini karena ketika pemerintah daerah menyusun

laporan keuangan sebagai wujud akuntabilitas kepada publik maka harus berpedoman

pada SAP. Namun SAP tidak bisa langsung diterapkan di daerah karena memerlukan

perangkat pendukung seperti kebijakan akuntansi, sistem dan prosedur akuntansi dan

sarana pendukung lainnya dimana semua itu menjadi kewenangan pejabat di daerah

(bupati/walikota) untuk menyusun dan menetapkannya. Selain itu penulis juga

menambahkan unsur responden yaitu dari auditor internal dari Bawasda, kalangan

pers atau wartawan. Penelitian dilakukan ditempat berbeda yaitu di Kabupaten Kulon

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

Progo karena ada perbedaan hasil audit laporan keuangan oleh BPK. Laporan

keuangan Kabupaten Kulon Progo tahun 2006 diaudit BPK dengan pernyataan

disclaimer / tidak berpendapat dan untuk laporan keuangan Tahun 2007 dengan

menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian. Disamping itu karena penulis saat

ini adalah PNS yang sedang bertugas di Bawasda Kabupaten Kulon Progo sebagai

auditor internal. Antara kota Salatiga dan kabupaten Kulon Progo tentu ada

perbedaan karakteristik baik itu sistem sosial budaya masyarakatnya maupun kondisi

sumber daya alam dan sumber daya aparat pemerintahnya, sehingga pada akhirnya

dapat diketahui apakah hasil penelitian di kota Salatiga tersebut dapat

digeneralisasikan di Kabupaten Kulon Progo atau tidak.

B. Perumusan Masalah Penelitian

Pada saat ini ketika pemerintah daerah mempertanggungjawabkan masalah

pengelolaan keuangan, pelaporan keuangan menjadi media utama yang dapat

diterima secara umum untuk transparansi dan akuntabilitas keuangan. Sedangkan

untuk menyusun laporan keuangan secara akurat, relevan, tepat waktu dan dapat

dipercaya diperlukan sistem akuntansi pemerintahan dengan didukung sarana

prasarana yang memadai berdasarkan kebijakan pejabat di daerah.

Namun pada umumnya pemerintah daerah belum mempublikasikan secara luas

sehingga masyarakat masih mempunyai keterbatasan yang tinggi terhadap pengelola-

an keuangan daerah yang disebabkan oleh masih minimya aksebilitas laporan

keuangan. Selain itu masyarakat masih mempunyai penilaian yang beragam

terhadap akuntabilitas keuangan dan transparansi karena perbedaan kepentingan

sehingga kemungkinan besar akan menimbulkan perbedaan persepsi terhadap

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

pengelolaan keuangan pemerintah daerah, maka perumusan masalah dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah ada perbedaan persepsi stakeholders internal dan eksternal terhadap

kriteria akuntabilitas keuangan pada laporan keuangan pemerintah daerah ?

2. Apakah ada perbedaan persepsi stakeholders internal dan eksternal terhadap

kriteria transparansi pada laporan keuangan pemerintah daerah ?

3. Apakah ada perbedaan persepsi stakeholders internal dan eksternal terhadap

kriteria dukungan pejabat dalam penerapanan SAP ?

C. Tujuan Penelitian

Pemerintah Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari sekian banyak

lembaga sektor publik yang menjalankan roda pemerintahan yang bersumber dari

legitimasi rakyat atau masyarakat. Karena itu kepercayaan yang diberikan oleh

masyarakat kepada pemerintah seharusnya diimbangi dengan mengelola tata

pemerintahan yang baik (Good Governance). Dan good governance ini dapat tercapai

dengan akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan keuangan daerah. Bila

kedua prinsip ini dapat dilaksanakan dengan benar dan dengan adanya dukungan dari

pejabat pemerintah daerah maka good governance dapat terwujud sehingga

kepercayaan rakyat terhadap pemerintah juga akan semakin bertambah.

Namun sayangnya masyarakat mempunyai keterbatasan yang tinggi terhadap

pengelolaan keuangan daerah, hal ini karena minimnya aksebilitas laporan keuangan,

sehingga masyarakat hanya menggantungkan laporan keuangan sebagai media

akuntabilitas dan transparansi yang kemungkinan besar dapat menimbulkan

perbedaan persepsi dalam pengelolaan laporan keuangan. Beberapa penelitian

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

terdahulu juga menunjukkan terjadinya perbedaan persepsi pemakai laporan

keuangan (stakeholders) yaitu pihak eksekutif (penyaji laporan keuangan) dan

anggota legislatif (DPRD) (Sudjana 2002), pihak eksekutif dan auditor (Syafwirdi

2005) dan antara pihak eksekutif dan legislatif dan masyarakat (Dwiningsih 2006)

dan Wisnu 2007). Keempat hasil penelitian menunjukkan perbedaan persepsi terjadi

karena adanya perbedaan dalam menilai akuntabilitas keuangan dan transparansi,

sehingga untuk mengetahui kriteria apakah yang digunakan stakeholders (anggota

DPRD, PNS dan masyarakat) terhadap persepsi akuntabilitas keuangan dan

transparansi pada laporan keuangan maka tujuan dari penelitian yang ingin dicapai

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui persepsi stakeholders internal dan eksternal yang sebenarnya

terhadap kriteria akuntabilitas keuangan pada laporan keuangan pemerintah

daerah.

2. Untuk mengetahui persepsi stakeholders internal dan eksternal yang sebenarnya

terhadap kriteria transparansi keuangan pada laporan keuangan pemerintah

daerah.

3. Untuk mengetahui persepsi stakeholders internal dan eksternal yang sebenarnya

terhadap kriteria dukungan pejabat dalam penerapan SAP.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut ini:

1. Mendorong motivasi pemerintah Kabupaten Kulon Progo untuk mewujudkan good

governance,

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

2. Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah umumnya dan

pemerintah daerah pada khususnya,

3. Sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas pembuatan keputusan

dan kebijakan daerah, dan

4. Membantu pengembangan ilmu pengetahuan terutama untuk kepentingan

akademisi.

E. Organisasi Bab-bab Selanjutnya

Penelitian ini ini disusun dengan sistematika yang dibagi menjadi 5 (lima) bab.

Bab ke 2 (dua) berisi tinjauan pustaka yang menjadi acuan pemahaman teoritis dalam

penelitian ini yang berkaitan dengan persepsi, good governance, akuntabilitas,

akuntabilitas publik, akuntabilitas keuangan, transparansi, stakeholders laporan

keuangan pemerintah daerah, dukungan pejabat dalam penerapan SAP, kriteria

akuntabilitas keuangan, transparansi dan dukungan pejabat dalam penerapan SAP

serta tinjauan penelitian terdahulu dan pengembangan hipotesis. Bab 3 (tiga)

mengulas metodologi penelitian yang mencakup uraian mengenai objek penelitian,

teknik pengumpulan data, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode dan

teknik analisis data serta definisi operasional. Bab 4 (empat) membahas deskripsi

data, hasil pengujian pengolahan data yang meliputi pengujian validitas, realibilitas,

normalitas dan uji t (t-test) serta pembahasan hasil penelitian dalam rangka

menyusun kesimpulan penelitian. Bab 5 (lima) berisi kesimpulan, keterbatasan,

implikasi serta saran dari penelitian ini.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Dalam uraian bab ini dibahas mengenai telaah literatur yang berisi definisi

hasil penelitian sebelumnya yang digunakan untuk mendukung landasan teori dan

pengembangan hipotesis yang berhubungan dengan dukungan pejabat dalam

penerapan SAP, akuntabilitas keuangan dan transparansi.

A. Tinjauan Pustaka

a. Persepsi

Persepsi merupakan kerangka bagi individu untuk memahami suatu objek.

Persepsi dimulai dari adanya kontak antara individu dengan objek, yang diikuti

dengan interaksi. Dengan demikian persepsi bersifat individu dan subjektif.

Menurut Marconi (1989) persepsi adalah proses yang dialami oleh individu

dalam menyeleksi, mengorganisasi dan menginterpresentasikan suatu rangsangan

kedalam suatu gambar yang berarti dan koheren dengan dunia luar.

Berdasarkan definisi diatas persepsi seseorang terbentuk akibat adanya

rangsangan yang diterima pancaindera seseorang, diteruskan kepada pusat syaraf

sehingga individu tersebut dapat menyadari apa yang ditangkap oleh inderanya.

Terjadi proses interprestasi yang disebut persepsi, yang selanjutnya terjadi respon

individu terhadap rangsangan yang diterimanya.

Menurut Walgito (1993) susunan proses psikologis dapat dikatakan persepsi

jika memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Adanya objek yang dipersepsikan,

b. Adanya alat indera atau reseptor, dan 14

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

c. Adanya perhatian.

Obyek menimbulkan rangsangan yang ditangkap oleh pancaindera sebagai

reseptor dan langsung diteruskan ke otak sebagai pusat kesadaran, dan untuk

memahami adanya objek tersebut diperlukan perhatian sehingga terwujud adanya

persepsi.

Menurut Gibson (2000) ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi

individu yaitu :

a. Stereotyping

Menyamaratakan, menyederhanakan secara berlebihan dan percaya pada

pandangan diri sendiri tentang karakteristik personal seseorang. Proses meniru

lingkungan sekitar mempengaruhi persepsi seseorang tentang sesuatu.

b. Selectivity

Seseorang kadangkala mengabaikan informasi yang mengakibatkan mereka

merasa tidak nyaman dan mereka memahami informasi yang mendukungnya.

c. Self Concept

Seseorang sering menggunakan dirinya sebagai benchmark dalam memandang

orang lain. Orang yang dapat mengenali dirinya secara keseluruhan akan lebih

mudah untuk memahami orang lain.

d. Situation

Tekanan terhadap waktu, sikap seseorang dan pengaruh situasi membuat persepsi

seseorang dapat berubah.

e. Needs

Kebutuhan-kebutuhan individu akan mempengaruhi seseorang terhadap

lingkungan.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

f. Emotions

Emosi seseorang dapat membuat persepsi negatif atau positif terhadap seseorang

atau lingkungan.

Sedangkan menurut Syafwirdi (2005) seseorang dapat memiliki persepsi yang

berbeda terhadap stimulan yang sama disebabkan :

a. Perseptor yaitu individu yang mempersepsikan suatu obyek,

b. Target yaitu obyek persepsi itu sendiri, dan

c. Situasi yaitu lingkungan yang mempengaruhi individu dalam mempersepsikan

suatu obyek.

Monggoting (2000) menyatakan persepsi merupakan suatu proses sehingga bila

stimulan diterimanya komplek maka komplek pula proses persepsi berlangsung. Jika

stimulan komplek maka persepsi merupakan reaksi terhadap situasi keseluruhan dari

sesuatu lingkungan atau keseluruhan stimulan. Proses terbentuknya persepsi banyak

dipengaruhi berbagai kejadian, pengalaman serta pengharapan dan penilaian terhadap

sesuatu sehingga akan terbentuklah persepsi seseorang terhadap sesuatu tersebut.

b. Good Governance

Menurut harafiahnya good governance berarti pemerintahan yang baik. Bank

Dunia mengartikan good governance sebagai penyelenggaraan manajemen

pembangunan yang solid dan bertanggungjawab, sejalan dengan demokrasi dan pasar

yang efisien, menghindari salah alokasi dana investasi, pencegahan korupsi baik

secara politik maupun kewirausahaan. Handori Yunus mengatakan unsur-unsur good

governance adalah tuntutan keterbukaan (transparancy), peningkatan efisiensi di

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

segala bidang (efficiency), tanggungjawab lebih jelas (accountability) dan kewajaran

(fairness).

Perubahan sistem politik, sosial dan kemasyarakatan serta ekonomi akibat

reformasi telah menimbulkan tuntutan terhadap pengelolaan pemerintahan yang baik

(good governance) sebagai prasyarat penyelenggaraan pemerintahan dengan

mengedepankan akuntabilitas dan transparansi. Hal karena pola-pola lama dalam

penyelenggaraan pemerintahan sudah tidak sesuai lagi dengan tatanan masyarakat

yang telah berubah, seiring dengan meningkatnya kesadaran rakyat akan pentingnya

demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan negara. Azhar (1998) mengatakan

sistem administrasi pemerintahan yang identik dengan birokrasi yang berkaitan

dengan prosedur yang rinci dalam bentuk peraturan perundang-undangan. Birokrasi

yang kaku dan tidak efisien telah merusak citra birokrasi sehingga birokrasi sering

diartikan sebagai sesuatu yang negatif dan tindakan sewenang-wenang seorang

pejabat. Karena rakyat sebagai sumber kekuasaan maka sudah sewajarnya bila

menuntut keterbukaan dalam pemerintahan dan pertanggungjawaban atas penggunaan

dana publik oleh pemerintah.

Tuntutan ini merupakan hal yang wajar dan sudah seharusnya direspon oleh

pemerintah dengan melakukan perubahan yang terarah pada penyelenggaraan

pemerintah-an yang baik. Good dalam good government mempunyai makna sebagai

berikut :

a. Nilai-nilai yang menjunjung tinggi keinginan atau kehendak rakyat dan nilai-nilai

yang meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan kemandirian

pembangunan berkelanjutan dan berkeadilan sosial, dan

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

b. Aspek fungsional dari pemerintah yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan

tugasnya untuk mencapai tujuan.

Berdasarkan makna tersebut good government berorientasi pada:

a. Orientasi ideal negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan nasional.

Hal ini mengacu pada demokratisasi dalam kehidupan bernegara dengan elemen-

elemen konstitituante seperti legitimacy (apakah pemerintahan yang dipilih

mendapat kepercayaan dari rakyat), accountability, securing of human right,

otonomy and devalution of power dan assurance of citivian control.

b. Pemerintahan yang berfungsi secara ideal yaitu secara efektif dan efisien dalam

melaksanakan upaya mencapai tujuan nasional.

Hal ini tergantung pada sejauhmana pemerintah mempunyai kompetensi,

struktur serta mekanisme politik dan administrasi yang berfungsi secara efektif

dan efisien.

c. Akuntabilitas

Akuntabilitas merupakan istilah dari bahasa inggris yaitu accountability yang

berarti tanggungjawab. Sedangkan Lembaga Manajemen Indonesia menterjemah-

kannya dengan tanggung renteng.

Mulgan (1997) mengungkapkan akuntabillitas merupakan konsep per-

tanggungjawaban yang lebih luas yang mengimplikasikan hubungan dua orang,

dimana seseorang mempercayakan kepada yang lain untuk mencapai kinerja dalam

tugas tertentu. Hal ini banyak dijumpai dalam hirarki organisasi termasuk organisasi

sektor publik karena itu menyangkut hubungan kewenangan antara dua pihak / lebih.

Jones (1991) mendefinisikan akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

laporan kepada pihak lain tentang apa yang mereka lakukan atau yang tidak mereka

lakukan.Responbilitas sebagai akuntabilitas menunjukkan kewajiban untuk

menjelaskan kepada orang lain yang mempunyai kekuasaan untuk menilai laporan

dan memberikan penghargaan atau hukuman (reward and punishment). Stewart

(1984) dalam Patton (1992) menyatakan bahwa pelaporan akuntabilitas pada

lingkungan yang komplek dengan berbagai dimensi akuntabilitas (hukum, politik,

keuangan) harus merupakan laporan terpilih termasuk data keuangan dan berbagai

bentuk informasi yang lain.

Dari berbagai pendapat tadi dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas adalah

kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban tentang tindakan, proses, hasil

dan manfaat kepada pihak yang memberikan amanat/kepercayaan dalam tugas

tertentu. Moh. et al. (2004) berpendapat bahwa akuntabilitas muncul sebagai jawaban

terhadap permasalahan asimetri informasi (information assymery). Teori asimetri

informasi beranggapan bahwa banyak terjadi kesenjangan informasi diantara pihak

manajemen (pemerintah daerah) yang mempunyai akses langsung terhadap informasi

dengan pihak konstituen (masyarakat) yang berada diluar manajemen. Terdapat 2

(dua) sisi asimetri informasi yaitu:

a. Pihak yang memiliki superioritas dalam menguasai informasi akan mudah

bertindak untuk hal-hal yang menguntungkan dirinya dengan kerugian pihak lain

sebagai moral hazard problem, dan

b. Pihak lain yang merasa lemah di sisi informasi dalam mengenal apa yang

sebetulnya terjadi akan cenderung apatis dan tidak percaya yang diinformasikan

kepadanya. Akibatnya ia sendiri tidak yakin apakah pilihannya merupakan

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

tindakan yang optimal atau tidak, konsekuensinya ini dikenal sebagai adverse

selection problem (Scoot, 1997).

d. Akuntabilitas publik

Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan

segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi

amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk minta

pertanggungjawaban tersebut (Mardiasmo 2006). Jadi akuntabilitas publik merupakan

ukuran atau standar yang menunjukkan seberapa besar tingkat penyesuaian

penyelenggaraan penyusunan kebijakan dengan peraturan hukum dan peraturan

perundangan yang berlaku untuk organisasi publik. Akuntabilitas publik terdiri dari

dua macam yaitu :

a. Akuntabilitas vertikal (vertical accountability)

Merupakan pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang

lebih tinggi, seperti pertanggungjawaban dinas, badan, kantor kepada pemerintah

daerah, pemerintah daerah kepada pemerintah pusat dan sebagainya.

b. Akuntabilitas horisontal (horizontal accountability)

Merupakan pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada masyarakat luas.

Dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentrasilisasi ini akan lebih ditekankan

pada akuntabilitas horisontal sebagai wujud nyata dari akuntabilitas publik.

Pada dasarnya setiap pengambilan kebijakan publik akan berpengaruh pada

kelompok orang atau masyarakat baik itu menguntungkan atau malah merugikan.

Karena itu penyusunan kebijakan publik harus dapat mempertanggungjawabkan

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

setiap kebijakan yang diambil kepada publik. Paters (2000) menegaskan bahwa

akuntabilitas publik sebagai prinsip yang menjamin bahwa setiap kegiatan

penyelenggaraan pemerintahan dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka oleh

pelaku kepada pihak-pihak yang terkena dampak penerapan kebijakan. Prinsip ini

sangat penting untuk dapat dilaksanakan secara paripurna karena pengambilan

keputusan di dalam organisasi-organisasi publik melibatkan banyak pihak. Oleh

karena itu rumusan kebijakan merupakan hasil kesepakatan antara warga pemilih

(Constituency), para pemimpin politik, teknokrat, birokrat atau administrator, serta

para pihak pelaksana di lapangan. Dan dari dimensi akuntabilitas sebagaimana ditulis

Dwiyanto (2003) tata pemerintahan yang baik adalah tata pemerintahan yang mampu

menempatkan kepentingan warga masyarakat sebagai sentral kehidupan dari sebuah

pemerintahan. Artinya kepentingan publik selalu menjadi kriteria utama dalam

pengambilan keputusan oleh pemerintah. Kalau kebijakan publik diambil dengan

hanya memperhatikan kepentingan pemerintah dan para pejabatnya, pemerintah

dinilai tidak akuntabel pada publiknya. Sebaliknya kalau dalam merumuskan suatu

kebijakan publik pemerintah menjadikan kepentingan publik sebagai acuan utama-

nya, pemerintah dinilai memiliki akuntabilitas yang tinggi.

Penerapan prinsip akuntabilitas atau pertanggungjawaban dalam

penyelenggaraan pemerintahan diawali pada saat penyusunan program pelayanan

publik dan pembangunan, pembiayaan, pelaksanaan, pemantauan dan penilaian

sehingga program tersebut dapat memberikan hasil atau manfaat kepada publik.

Kumorotomo (2005) menuliskan bahwa akuntabilitas adalah ukuran yang

menunjukkan apakah aktivitas birokrasi publik atau pelayanan yang dilakukan

pemerintah sudah sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang dianut oleh rakyat,

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

dan apakah pelayanan publik tersebut mampu mengakomodasi kebutuhan rakyat yang

sesungguhnya. Menurut Breakthrough Urban Initiatives for Local Development

(2003) selama ini penyelenggara pemerintahan cenderung dilakukan dengan kurang

mempedulikan masyarakat luas sebagai stakeholders, sehingga terjadilah fenomena

yang menunjukkan bahwa pelayanan publik dianggap dibutuhkan sebagai kebutuhan

masyarakat, bukan sebagai hak. Konsekuensinya masyarakat harus menerima

pelayanan yang diberikan dengan tingkat pelayanan apapun. Akibatnya pelayanan

publik menjadi sesuatu yang dilakukan dengan cara apa adanya sesuai dengan

kemampuan (lebih tepatnya kemauan) penyelenggara pelayanan publik. Sebagian

besar pelayanan publik dilakukan tanpa standar pelayanan atau kalaupun ada dengan

standar pelayanan yang rendah dan juga tidak dapat dicomplaint bila tidak tercapai.

Seharusnya disadari bahwa sebagai stakeholders, ada hak-hak masyarakat terkait

dengan akuntabilitas pelayanan publik yang meliputi hak untuk memberikan

masukan, hak untuk diinformasikan, hak untuk complaint dan hak untuk menilai

kinerja pelayanan publik. Penyelenggara pemenrintahan sebagai penerima mandat

masyarakat berkewajiban untuk memenuhi hak-hak masyarakat tersebut.

Untuk itu diperlukan partisipasi masyarakat untuk terlibat aktif dalam

pengambilan keputusan yang berhubungan dengan penyelenggaraan pemerintahan.

Partisipasi memungkinkan masyarakat memiliki akses terhadap sumber daya

kekuasaan politik, ekonomi dan administratif yang dapat digunakan untuk membuat

proses kebijakan memperhatikan publik. Dengan demikian kepentingan atau aspirasi

masyarakat dapat tersalurkan dalam penyusunan kebijakan publik sehingga dapat

mengakomodasi sebanyak mungkin secara optimal sesuai dengan sasaran dan tujuan

yang telah ditetapkan /out come accountability (Wisnu 2007).

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

e. Akuntabilitas keuangan

Akuntabilitas keuangan adalah pertanggungjawaban keuangan dengan

menciptakan pengawasan melalui distribusi kekuasaan sehingga mengurangi

penumpukan kewenangan sekaligus menciptakan kondisi saling mengawasi (checks

and balances system). Menurut Mardiasmo (2006) akuntabilitas keuangan pemerintah

daerah adalah kewajiban pemerintah daerah untuk memberikan pertanggungjawaban,

menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas yang berkaitan dengan

penerimaan dan penggunaan uang publik kepada pihak yang memiliki hak dan

kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban yakni DPRD dan masyarakat.

Aspek penting yang harus dipertimbangkan dalam akuntabilitas keuangan adalah:

a. Aspek legalitas penerimaan dan pengeluaran daerah dimana setiap transaksi yang

dilakukan harus dapat ditelusuri otoritas legalitasnya, dan

b. Pengelolaan keuangan daerah secara baik, perlindungan aset publik dan finansial,

mencegah terjadinya pemborosan dan salah urus.

Karena itu harus diperhatikan prinsip-prinsip akuntansi keuangan daerah adalah:

a. Adanya sistem akuntansi dan sistem penganggaran yang dapat menjamin bahwa

pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan

b. Pengeluaran daerah yang dilakukan berorientasi pada pencapaian visi, misi,

sasaran, tujuan dan hasil yang akan dicapai.

Sistem akuntansi merupakan media suatu sistem pertanggungjawaban seorang

pejabat publik kepada pihak yang memberi wewenang perihal semua tindakan,

program atau kebijakan yang diambil dalam mengelola seluruh sumberdaya yang

dimiliki pemerintah atau negara. Sistem ini juga memberikan informasi berupa

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

pencapaian kinerja pejabat serta sejauhmanakah keberhasilan atau kegagalan

pencapaian tujuan dan sasaran yang ditetapkan sebelumnya (BPKP 2001).

f. Transparansi

Definisi harafiahnya transparansi adalah suatu keadaan yang jernih dan bening

(tembus pandang). Definisi transparansi fiskal yang dikutip dari Manual of

Transparansi Fiscal (2000) : …….buring open to the public about the structure and

fungtion of government fiscal policy intentions, public sector account and fiskal

projection, yang artinya bahwa menjadi terbuka bagi masyarakat tentang struktur dan

fungsi pemerintahan, perhatian kebijakan fiskal, pertanggungjawaban sektor publik

dan proyeksi fiskal. Sedangkan menurut IMF dalam definisi yang menjadi dasar Code

of Good Praktices on Fiskal Transparancy yang dipublikasikan dan mengalami revisi

pada bulan maret 2003 sebagai berikut:

a. Kejelasan peran dan tanggungjawab,

b. Ketersediaan informasi kepada publik,

c. Penyusunan, pelaksanaan dan pelaporan anggaran secara terbuka, dan

d. Jaminan integritas.

Transparansi merupakan prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi

setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan,

yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan kebijakan dan pelaksanaannya

serta hasil-hasil yang dicapai (Bappenas dan Depdagri 2002). Informasi tersebut

mengenai semua aspek kebijakan pemerintah yang dapat dijangkau oleh publik.

Menurut Syafwirdi (2005) prinsip ini memiliki dua aspek yaitu :

a. Aspek komunikasi publik oleh pemerintah, dan

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

b. Hak masyarakat terhadap akses informasi.

Transparansi merujuk pada ketersediaan informasi dan kejelasan bagi

masyarakat umum untuk mengetahui proses penyusunan, pelaksanaan dan hasil yang

telah dicapai pemerintah daerah dalam menerapkan kebijakan publik. Urusan-urusan

tata pemerintahan dalam batas tertentu, dan pengambilan keputusan harus diketahui

publik. Demikian pula informasi mengenai pelaksanaan kebijakan beserta hasilnya

harus terbuka dan dapat diakses publik, sehingga stakeholders dapat melihat struktur

dan fungsi pemerintahan, tujuan dan kebijakan serta proyeksi fiskal serta laporan

pertanggungjawaban periode yang lalu. Tujuan utamanya adalah memastikan adanya

pertangggungjawaban atas keputusan dan tindakan penyelenggaraan negara.

Dalam hal ini aparatur pemerintah dituntut untuk terbuka dan jujur dalam

memberikan informasi yang dibutuhkan oleh publik, karena transparansi merupakan

upaya memberikan informasi yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan

pertimbangan bahwa masyarakat mempunyai hak untuk mengetahui secara terbuka

dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber

daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-

undangan yang berlaku (Komite SAP 2005). Dwiyanto (2005) menyebutkan bahwa

masyarakat dan stakeholders memiliki hak untuk mengakses informasi mengenai

jumlah anggaran yang dialokasikan untuk suatu kegiatan tertentu termasuk juga

alasan yang melatarbelakanginya. Masyarakat perlu mengetahui seberapa besar

pemerintah memberikan perhatian terhadap kepentingan dan kebutuhannya. Dengan

memiliki akses informasi mengenai alokasi anggaran masyarakat dapat menilai

seberapa banyak dana yang dimiliki pemerintah digunakan untuk memenuhi

kebutuhan dan kepentingan masyarakat atau dapat diketahui apakah pemerintah

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

membelanjakan uangnya untuk kepentingan rakyat atau hanya untuk kepentingan

pejabatnya.

Transparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi yang

dibutuhkan oleh masyarakat artinya informasi yang berkaitan dengan kepentingan

publik secara langsung dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkan (Mardiasmo

2006). Transparansi mencakup mencakup semua cara yang memfasilitasi para

pemangku kepentingan memperoleh akses informasi (memudahkan mereka dalam

mekanisme pengambilan keputusan). Transparansi sektor publik dimulai dengan

aplikasi yang jelas atas standar dan akses informasi (UNDP dalam Mardiasmo 2004).

Oleh karena itu transparansi merupakan prinsip yang harus senantiasa dipegang teguh

dan dilaksanakan dalam pengelolaan keuangan daerah, karena pada dasarnya

masyarakat (publik) memiliki hak dasar terhadap pemerintah yaitu (Mardiasmo

2002):

a. Hak untuk mengetahui (right to know)

1) mengetahui kebijakan pemerintah,

2) mengetahui keputusan yang diambil oleh pemerintah, dan

3) mengetahui alasan dilakukannya suatu kebijakan dan atau keputusan tertentu

b. Hak untuk diberi informasi (right to information)

Hak untuk diberi penjelasan secara terbuka atas permasalahan-permasalahan

tertentu yang berdampak secara langsung pada publik dan menjadi perdebatan

publik.

c. Hak untuk didengar aspirasinya (right to be heard and to be listened do)

Hak untuk diperhatikan keinginan dan pendapatnya atas kebijakan yang telah

diterapkan oleh pemerintah.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

Dengan hak dasar dari masyarakat tersebut menjadikan keharusan bagi

pemerintah daerah untuk senantiasa memberikan informasi dan menyerap aspirasi

yang berkembang dimasyarakat. Tidak adanya keterbukaan dan transparansi dalam

penyelenggaraan urusan pemerintahan akan menyebabkan kesalahpahaman terhadap

berbagai kebijakan publik yang telah dibuat. Akibatnya akan terjadi gejolak dalam

menanggapi kebijakan yang telah ditetapkan, apalagi bila kebijakan tersebut hanya

menguntungkan segelintir orang saja dan kepetingan rakyat yang dikorbankan.

Dampaknya kehidupan masyarakat akan bertambah buruk dan dimana-mana terjadi

demonstrasi sehingga kondisi pemerintah juga tidak stabil karena banyaknya tekanan

dari berbagai kepentingan. Kurniawan (2003) mengatakan pemerintahan dikatakan

transparan jika :

a. Melaksanakan pertanggungjawaban secara rutin kepada rakyat atau wakilnya me-

ngenai pelaksanaan tugasnya,

b. Pemerintah secara sukarela memberikan informasi seluas-luasnya tentang

kinerjanya, baik itu masalah pelayanan kepada rakyat maupun masalah

pengelolaan keuangan, dan

c. Pemerintah dengan terbuka selalu mengadakan dialog dengan rakyatnya baik

secara rutin atau insidental mengenai seluruh produk kebijakan yang telah dibuat

dan dilaksanakan.

Untuk mendukung transparansi dan akuntabilitas yang efektif sebagaimana

dinyatakan dalam Pasal (102) dan Pasal (103) Undang-undang Nomor 33 Tahun

2004, maka pemerintah harus menyelenggarakan Sistem Informasi Keuangan Daerah

(SIKD) yang dapat menghasilkan informasi berupa :

a. APBD dan Laporan Realisasi Anggaran,

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

b. Neraca,

c. Laporan Arus Kas,

d. Catatan Atas Laporan Keuangan,

d. Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan,

e. Laporan Keuangan BUMD, dan

f. Data yang berkaitan dengan kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal daerah.

Pada akhirnya transparansi pengelolaan keuangan daerah akan menciptakan

horizontal accountability antara pemerintah daerah dan masyarakat sehingga akan

tercipta pemerintahan yang bersih, efektif, efisien, akuntabel dan transparan serta

responsif terhadap aspirasi dan kepentingan masyarakat.

g. Laporan keuangan

Pelaporan keuangan merupakan sarana mengkomunikasikan informasi

keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) terutama diluar

instansi pemerintah dengan maksud mempertanggungjawabkan kinerja, pelaksanaan

tugas, fungsi program dan aktivitas yang telah dilakukan (Wahyundaru 2001). Tujuan

laporan keuangan untuk lembaga pemerintah atau lembaga nonprofit adalah untuk

memberikan informasi yang berguna untuk memonitor keefektifan manajemen dalam

mengelola sumber daya dalam mencapai tujuan organisasi (Jones 1992). Karena itu

informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bertujuan umum untuk memenuhi

kebutuhan informasi dari semua kelompok pengguna.

Laporan keuangan pemerintah daerah memainkan peranan penting untuk

pemenuhan kewajiban pemerintah kepada publik dalam masyarakat yang demokrasi.

Hal ini karena prinsip akuntabilitas mensyaratkan kepada pemerintah untuk

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

memberikan pertanggungjawaban pada warganya yang memiliki hak untuk

mengetahui (right to know) atau hak untuk memperoleh fakta yang diumumkan

secara terbuka yang memungkinkan untuk dipahami dan dimengerti oleh masyarakat

atau para wakilnya. Menurut Mardiasmo (2002) terdapat beberapa alasan mengapa

perlu dibuat laporan keuangan yaitu:

a. Dari sisi manajemen laporan keuangan merupakan alat pengendalian dan evaluasi

kinerja manajerial dan organisasi, dan

b. Dari sisi pemakai eksternal laporan keuangan merupakan salah satu bentuk

mekanisme pertanggungjawaban dan sebagai dasar untuk pengembilan keputusan.

Banyak orang beranggapan bahwa penyajian laporan keuangan hanya sebatas

formalitas dalam rangka memenuhi ketentuan perundang-undangan sehingga

seringkali laporan keuangan yang dipublikasikan belum benar-benar dimanfaatkan

sebagai dasar pengambilan keputusan. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya

budaya akuntabilitas dan terbatasnya aksesbilitas masyarakat pada laporan keuangan

pemerintah daerah. Penyebab lainnya adalah adanya masyarakat yang kurang rasional

dalam membuat keputusan ekonomi, sosial dan politik. Oleh karena itu laporan

keuangan pemerintah daerah akan terasa manfaatnya jika masyarakat semakin

rasional dalam menentukan keputusan ekonomi, sosial dan politik. Secara spesifik

manfaat penyajian laporan keuangan (Wisnu 2007) yaitu:

a. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi kondisi

kesehatan keuangan pemerintah,

b. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi kondisi

ekonomi suatu pemerintahan dan perubahan-perubahan yang telah dan akan terjadi,

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

c. Memberikan informasi keuangan untuk memonitor kinerja, kesesuaian dengan

peraturan perundang-undangan,kontrak yang telah disepakati dan ketentuan lainya,

d. Memberikan informasi untuk perencanaan dan penganggaran, dan

e. Memberikan informasi untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan organisasi.

h. Pengguna laporan keuangan

Pengguna laporan keuangan pemerintah / sektor publik berbeda dengan

pengguna laporan keuangan bisnis / sektor privat. GASB Nomor 1 mengidentifikasi-

kan tiga (3) kelompok eksternal pengguna utama laporan keuangan yaitu:

a. Pada pihak dimana pemerintah secara khusus bertanggungjawab

Pihak ini diklasifikasikan sebagai pembayar pajak, pemilih, media masa dan

peneliti keuangan publik. Kelompok ini lebih konsen dengan pencarian

maksimalisasi sejumlah servis dengan sejumlah minimal pajak yang dibayar dan

ingin mengetahui asal pemerintah mencari resources tersebut dan bagaimana

penggunaannya.

b. Pada pihak dimana secara langsung merupakan representasi dari masyarakat,

legislatif dan badan lain.

Pihak ini diklasifikasikan anggota legislatif, country commision, city council,

board of truste and school, dimana mereka bertanggungjawab pada tingkat

pemerintahan. Kelompok ini membutuhkan timely warning perkembangan situasi

yang mensyaratkan koreksi pelaksanaan, informasi keuangan dapat memprediksi

sebagai dasar perkiraan kinerja manajemen, dan informasi keuangan sebagai dasar

perencanaan masa depan dan kebijakan.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

c. Pihak pemberi pinjaman (pihak yang berpartisipasi dalam proses pemberian

pinjaman).

Investor dan kreditor termasuk individual dan institusi, investor dan kreditor pihak

penjamin (municipal underwriter), lembaga pemeringkat hutang, asuransi dan

institusi keuangan.

Laporan keuangan yang dibuat pemerintah daerah pada dasarnya adalah untuk

semua pihak yang menjadi pemangku kepentingan daerah (stakeholders). Pemangku

kepentingan terhadap laporan keuangan pemerintah daerah tersebut adalah (Mahmudi

2002):

a. masyarakat pembayar pajak,

b. pemberi dana bantuan,

c. investor,

d. masyarakat pengguna jasa pelayanan publik yang disediakan pemerintah daerah,

e. karyawan / pegawai pemerintah daerah,

f. DPRD,

g. masyarakat peneliti,

h. badan pengawas dan advokasi,

i. Pemerintah Pusat,

j. penyedia barang dan jasa (pelaku bisnis di daerah),

k. lembaga perating analisis ekonomi dan keuangan,

l. lembaga-lembaga internasional, dan

m. manajemen daerah.

Setiap pemangku kepentingan tersebut memiliki kebutuhan dan kepentingan

yang berbeda terhadap informasi keuangan yang diberikan pemerintah daerah.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

Bahkan seringkali diantara kelompok tersebut dapat terjadi konflik kepentingan.

Laporan keuangan tersebut disediakan untuk memberikan informasi kepada berbagai

kelompok pengguna (stakeholders) meskipun mempunyai kepentingan yang berbeda.

Menurut Mardiasmo (2004) kebutuhan informasi pengguna laporan keuangan

pemerintah daerah tersebut adalah:

a. Masyarakat pengguna layanan publik membutuhkan informasi untuk menilai

kewajaran biaya, harga yang ditetapkan dan kualitas pelayanan yang diberikan,

b. Masyarakat pembayar pajak dan pemberi bantuan ingin mengetahui keberadaan

dan penggunaan dana yang telah mereka berikan. Masyarakat ingin mengetahui

apakah pemerintah telah melaksanakan ketaatan anggaran dan peraturan atas

pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan, apakah pajak daerah yang telah mereka

bayarkan telah dibelanjakan untuk kepentingan publik, apakah hak-hak publik

untuk mendapatkan pelayanan sudah dipenuhi dengan baik,

c. Kreditor dan investor membutuhkan informasi untuk menghitung tingkat resiko

berinvestasi, likuiditas, dan solvabilitas keuangan daerah,

d. DPRD dan kelompok politik membutuhkan informasi untuk melaksanakan fungsi

pengawasan, mencegah terjadinya laporan yang bias atas kondisi keuangan

pemerintah daerah dan mencegah penyelewengan keuangan,

e. Manajer publik membutuhkan informasi sebagai komponen sistem pengendalian

organisasi, pengukuran kinerja dan membandingkan kinerja organisasi antar kurun

waktu dan dengan organisasi lainnya yang sejenis, dan

f. Pegawai pemerintah daerah membutuhkan informasi untuk menilai atas kewajaran

gaji dan manajemen kompensasi yang diterima, dikaitkan dengan kinerja.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

i. Dukungan pejabat dalam penerapan SAP

Dalam rangka mewujudkan akuntabilitas publik dengan penyusunan laporan

keuangan, pemerintah daerah dituntut mampu menyediakan informasi keuangan yang

diperlukan secara akurat, relevan, tepat waktu dan dapat dipercaya, sehingga harus

memiliki sistem pencatatan yang handal. Oleh karena itu salah satu syarat untuk

mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan daerah

adalah reformasi dalam sistem akuntansi keuangan daerah yang merupakan jantung

dari reformasi keuangan. Karena sistem akuntansi keuangan daerah ini akan

menghasilkan output seperti yang dikehendaki Peraturan Pemerintah Nomor 58

Tahun 2005. Dengan reformasi keuangan maka ada jaminan bahwa segala peristiwa

penting kegiatan pemerintahan dapat terekam secara baik dengan ukuran-ukuran yang

jelas dan dapat diikhtisarkan melalui proses akuntansi dalam bentuk laporan yang

bisa melihat segala yang terjadi dan terdapat di dalam ruang entitas pemerintah

daerah tersebut.

Untuk mewujudkan hal ini maka dukungan pejabat dalam penerapan SAP di

daerah sangat penting karena untuk menyusun laporan keuangan daerah yang tertib

dan taat pada peraturan perundangan secara efektif, efisien dan akuntabel maka harus

memahami dan mengikuti ketentuan dalam SAP. Undang-undang Nomor 17 Tahun

2003 tentang Keuangan Negara mengamanatkan secara tegas penerapan SAP seperti

yang dinyatakan dalam Pasal 32 ayat (1) yaitu “ Bentuk dan isi laporan pertanggung-

jawaban pelaksanaan APBN/APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dan 31

disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan”. Meskipun

praktek akuntansi belum dapat dilaksanakan sepenuhnya, karena untuk saat ini masih

menggunakan sistem pencatatan atas dasar kas modifikasian (modified cash basis)

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005,

namun diharapkan untuk laporan keuangan daerah tahun 2008 ini sudah dapat

melaksanakan pencatatan berbasis akrual sepenuhnya. Tetapi hal ini tidak lepas dari

political will masing-masing pemerintah daerah untuk melakukan perubahan menuju

era transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan daerah. Menurut

ketentuan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 yang telah diperbaharui dengan

Permendagri Nomor 59 Tahun 2007, daerah telah diberi keleluasaan untuk menyusun

sistem akuntansi keuangan dalam pengelolaan keuangan daerah yang disesuaikan

dengan situasi dan kondisi daerah dengan tetap berpedoman pada SAP. Untuk itu

diperlukan komitmen dan dukungan kebijakan pejabat didaerah dalam upaya untuk

lebih memperlancar dalam proses penyusunan laporan keuangan tersebut antara lain

dengan penetapan kebijakan akuntansi, sistem dan prosedur akuntansi, penyediaan

sarana prasarana dan kecukupan dalam pendanaan terutama untuk peningkatan

kualitas SDM serta pengembangan sistem informasi keuangan.

j. Kriteria akuntabilitas keuangan, transparansi serta

dukungan pejabat dalam penerapan SAP

Kriteria menurut kamus besar bahasa indonesia adalah ukuran yang digunakan

sebagai pedoman untuk menilai atau menetapkan nilai tertentu. Bappenas (2001)

dalam empat belas (14) prinsip good government menekankan bahwa indikator

minimal prinsip akuntabilitas adalah kesesuaian antara pelaksanaan dengan standar

prosedur pelaksanaan dan adanya sanksi yang diterapkan atas kesalahanan atau

kelalaian dalam pelaksanaan kegiatan. Untuk mendukung pendekatan tersebut

dibutuhkan peringkat pendukung indikator tersebut yaitu :

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

a. Laporan pertanggungjawaban,

b. Laporan tahunan,

c. Mekanisme pertanggungjawaban,

d. Sistem pemantauan,

e. Sistem pengawasan, dan

f. Mekanisme reward and punisment.

Media akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan yang paling tersedia untuk

umum adalah laporan keuangan. Ketika pemerintah mempertanggungjawabkan

masalah pengelolaan keuangan, pelaporan keuangan menjadi media utama yang dapat

diterima secara umum untuk transparansi dan akuntabilitas (Ryan et al. 2002) dikutip

oleh Wisnu (2007). Maka untuk menghubungkan prinsip akuntabilitas pengelolaan

keuangan dalam laporan keuangan maka perangkat pendukung indikator tersebut

dimodifikasi menjadi lima (5) kriteria akuntabilitas, sebab laporan tahunan yang

dibuat oleh pemerintah daerah merupakan laporan pertanggungjawaban dengan lima

(5) kriteria sebagai berikut:

a. Pertanggungjawaban dana publik,

b. Jenis dan bentuk laporan keuangan,

c. Penyajian tepat waktu,

d. Pemeriksaan (audit), dan

e. Respon pemerintah daerah.

Bappenas (2001) dalam empat belas (14) prinsip good government

menekankan bahwa indikator minimal prinsip transparansi adalah tersedianya

informasi yang memadai pada setiap proses penyusunan dan implementasi kebijakan

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

publik. Untuk mendukung pendekatan tranparansi tersebut maka dibutuhkan

perangkat pendukung indikator yaitu:

a. Adanya sistem yang mendukung untuk mendapat informasi,

b. Keterbatasan informasi,

c. Aksesbilitas,

d. Publikasi,

e. Hak untuk tahu, dan

f. Kinerja tersedia untuk umum.

Media transparansi dalam pengelolaan keuangan yang paling tersedia untuk

umum adalah laporan keuangan. Ketika pemerintah mempertanggungjawabkan

masalah pengelolaan keuangan, pelaporan keuangan menjadi media utama yang dapat

diterima secara umum untuk transparansi dan akuntabilitas (Ryan et al. 2002) dikutip

oleh Wisnu (2007). Maka untuk menghubungkan prinsip transparansi pengelolaan

keuangan dalam laporan keuangan maka perangkat pendukung indikator tersebut

dimodifikasi menjadi enam (6) kriteria transparansi, sebab laporan tahunan yang

dibuat oleh pemerintah daerah merupakan laporan pertanggungjawaban dengan enam

(6) kriteria sebagai berikut:

a. Ketersediaan sistem informasi,

b. Pertanggungjawaban terbuka,

c. Aksebilitas terhadap laporan keuangan,

d. Publikasi laporan keuangan,

e. Hak untuk tahu hasil audit, dan

f. Ketersediaan informasi kinerja.

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

Sedangkan mengenai kriteria dukungan pejabat dalam penerapan SAP, penulis

mengadopsi penelitian sektor privat dari Lubis (2005) yang meneliti tentang Peranan

Dukungan Manajemen Puncak Terhadap Keberhasilan Pengembangan Sistem

Teknologi Informasi (Penelitian di Bank Indonesia), yang mengutip pernyataan

Cerullo (1980) yang menyatakan bahwa dukungan Manajemen puncak meliputi

penyusunan sasaran dan penilaian tujuan, mengevaluasi susulan proyek

pengembangan sistem informasi, mendefinisikan informasi dan proses yang

dibutuhkan, melakukan reviu program dan rencana pengembangan sistem informasi

serta menunjukkan adanya jaminan pendanaan dan penentuan prioritas yang akan

berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sistem informasi. Maka untuk

menghubungkan dukungan pejabat dalam penerapan SAP sebagai penunjang dalam

laporan keuangan maka perangkat pendukung indikator tersebut oleh penulis

dimodifikasi agar bisa diterapkan di sektor publik (bidang pemerintahan) menjadi

lima (4) kriteria yaitu:

a. Kesungguhan pejabat dalam pemberian dukungan,

b. Tanggapan pejabat yang antusias,

c. Keterlibatan pejabat dalam penerapan SAP, dan

d. Pemberian jaminan pendanaan serta penentuan prioritas.

B. Pengembangan Hipotesis

Penelitian di sektor privat atau swasta telah banyak dilakukan namun untuk

sektor publik khususnya mengenai akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan

keuangan pemerintah daerah sepengetahuan penulis belum banyak dilakukan. Hal ini

karena penelitian di sektor publik merupakan hal yang masih relatif baru dan sangat

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

berbeda dalam banyak hal dibandingkan dengan sektor privat. Penelitian ini didasari

terjadinya krisis multidimensi beberapa tahun yang lalu yang telah menimbulkan

reformasi yang telah dilakukan oleh segenap lapisan masyarakat Indonesia, yang

salah satu tujuanya adalah tuntutan terhadap pengelolaan pemerintahan yang baik

(good governance) sebagai prasyarat penyelenggaraan pemerintahan dengan

mengedepankan akuntabilitas dan transparansi, yang berdampak pada semakin

kuatnya kontrol masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan. Salah satu

syarat untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan

daerah adalah reformasi dalam sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah,

dimana harus ada jaminan bahwa segala peristiwa penting kegiatan pemerintahan

dapat terekam secara baik dengan ukuran-ukuran yang jelas dan dapat diikhtisarkan

melalui proses akuntansi dalam bentuk laporan yang bisa melihat segala yang terjadi

dan terdapat di dalam ruang entitas pemerintah daerah tersebut.

a. Akuntabilitas keuangan pada laporan keuangan pemerintah daerah

Menurut Mardiasmo (2006) Akuntabilitas keuangan pemerintah daerah adalah

kewajiban pemerintah daerah untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan,

melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas yang berkaitan dengan penerimaan

dan penggunaan uang publik kepada pihak yang memiliki hak dan kewenangan untuk

meminta pertanggungjawaban yakni DPRD dan masyarakat. Laporan keuangan

daerah yang dibuat oleh Pemerintah Daerah merupakan bentuk akuntabilitas

keuangan pada semua pihak yang menjadi pemangku kepentingan daerah (stake-

holders) yang diwakili oleh DPRD. Beberapa peneliti telah melakukan peneliti-

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

an disektor publik khususnya mengenai akuntabilitas antara lain Steccolini (2002),

Yuliari (2003), Dwiningsih (2006) dan Wisnu (2007).

Steccolini (2002) meneliti apakah laporan tahunan merupakan medium untuk

akuntabilitas dengan sampel pemerintah daerah di negara Italia. Dari hasil penelitian

menyebutkan bahwa laporan tahunan nampaknya digunakan untuk pelaksanaan

akuntabilitas pada pengguna internal. Namun tidak jelas apakah laporan tersebut

benar-benar dibaca atau tidak. Sementara itu laporan tersebut tidak mempunyai

peranan signifikan dalam pengkomunikasian kepada pengguna eksternal, sehingga

peranan laporan keuangan aktual dan derajat akuntabilitas pemerintah daerah di Italia

masih perlu dipertanyakan. Steccolini mengatakan bahwa laporan tahunan secara

umum dianggap sebagai media utama dalam akuntabilitas (sebagai contoh Ryan et al

2000). Namun peranan laporan tahunan dalam rangka pelaksanaan akuntabilitas

pemerintah kadang-kadang masih dipertanyakan (contoh Jones et al. 1985). Yuliari

(2003), meneliti dan mengidentifikasi informasi informasi apa dan pelaporan yang

bagaimana yang dibutuhkan stakeholders. Hasil dari penelitiannya menyimpulkan

bahwa pelaporan keuangan yang diterbitkan oleh pemerintah pusat berupa nota

perhitungan APBN belum memenuhi kebutuhan stakeholders akan kebutuhan

informasi keuangan pusat. Selain itu mengidentifikasi hal penting bahwa stakeholders

membutuhkan informasi yang terklasifikasi ke dalam akuntabilitas, para pengamat

ekonomi dan eksekutif membutuhkan informasi mengenai daftar utang dan

pembayarannya. Sudjana (2002), meneliti persepsi pemakai laporan keuangan sektor

publik terhadap pelaporan pertanggungjawaban keuangan Pemerintah Daerah,

menyimpulkan bahwa terjadi perbedaan persepsi antara pihak eksekutif dan legislatif

terhadap laporan keuangan. Pihak eksekutif lebih menerima informasi mengenai

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

kesehatan keuangan, informasi mengenai perencanaan dan anggaran sebagai

informasi yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan pertanggungjawaban

kepala daerah kepada pihak legislatif. Sedangkan pihak legislatif lebih menerima

informasi mengenai kondisi perekonomian sebagai informasi yang seharusnya

disajikan dalam pertanggungjawaban kepala daerah kepada legislatif. Dwiningsih

(2006) dalam penelitiannya terhadap persepsi stakeholders terhadap akuntabilitas

pengelolaan keuangan pemerintah daerah di kabupaten banyumas. Hasil

penelitiannya menemukan adanya perbedaan rata-rata persepsi stakeholders terhadap

akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Wisnu (2007) dalam penelitiannya

terhadap persepsi stakeholders terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan

pemerintah daerah di kota Salatiga. Hasil penelitiannya menemukan adanya

perbedaan rata-rata persepsi stakeholders terhadap transparansi dan akuntabilitas

pengelolaan keuangan daerah.

Berbagai penelitian terdahulu menunjukkan perbedaan persepsi mengenai

akuntabilitas keuangan pada laporan keuangan pemerintah daerah yaitu antara

eksekutif (penyaji) dan anggora legislatif/DPRD (yang disaji) (Sudjana 2002), antara

pihak eksekutif dan masyarakat (Dwiningsih 2006) serta antara eksekutif, DPRD dan

masyarakat ( Wisnu 2007). Dari hasil-hasil penelitian diatas menunjukkan adanya

perbedaan persepsi karena adanya perbedaan dalam menilai akuntabilitas keuangan.

Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis berusaha untuk mengetahui kriteria yang

digunakan stakeholders dalam menilai akuntabilitas keuangan dalam laporan

keuangan pemerintah daerah. Kriteria ini penting bagi para stakeholders agar

mempunyai kesepahaman dalam menilai hasil akuntabilitas keuangan. Selain itu

kriteria ini dapat dijadikan standar / ukuran atau pedoman dalam memonitor laporan

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

keuangan pemerintah daerah. Berdasarkan dari hasil berbagai penelitian diatas maka

kami mengajukan hipotesis alternatif sebagai berikut :

Ha1: Terdapat perbedaan persepsi stakeholders internal dan eksternal terhadap

kriteria akuntabilitas keuangan pada laporan keuangan Pemerintah Daerah.

b. Transparansi pada laporan keuangan pemerintah daerah

Transparansi merupakan prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi

setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan,

yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan kebijakan dan pelaksanaannya

serta hasil-hasil yang dicapai (Bappenas dan Depdagri 2002). Transparansi

mengisyaratkan bahwa laporan keuangan tidak hanya dibuat tapi juga terbuka dan

dapat diakses oleh masyarakat, karena aktivitas pemerintah adalah dalam rangka

menjalankan amanah rakyat (Wisnu 2007). Hal ini karena rakyat atau masyarakat

sebagai sumber legitimasi pemerintah daerah memerlukan bentuk pertanggung-

jawaban secara terbuka atau transparan berhubung terbatasnya aksebilitas masyarakat

terhadap laporan pertanggungjawaban keuangan Pemerintah Daerah tersebut. Oleh

karena itu dengan adanya keterbatasan aksebilitas masyarakat dalam laporan

keuangan pemerintah tersebut kemungkinan akan menimbulkan perbedaan persepsi

tentang transparansi laporan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana hasil

penelitian-penelitian terdahulu yang dilakukan dilakukan oleh Collins (1991), Tayib

(2002) Syawfirdi (2005) dan Steccolini (2002).

Collins (1991) hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa tidak terbukti adanya

pihak eksternal yang dapat memiliki akses terhadap informasi keuangan pemerintah

daerah. Ini menunjukkan bahwa laporan keuangan pemerintah masih belum menjadi

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

public good. Tayib (2002), hasil penelitiannya menyimpulkan adanya keterbatasan

akses laporan keuangan pemerintah daerah. Laporan keuangan hanya aksesibel untuk

konsultan dan auditor sedangkan pembayar pajak sama sekali tidak memiliki akses.

Jones et al (1985) dalam Steccolini (2002), hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa

ketidakmampuan laporan keuangan dalam melaksanakan akuntabilitas tidak saja

disebabkan karena laporan tahunan yang tidak memuat informasi yang relevan yang

dibutuhkan oleh para pengguna tapi juga karena laporan tersebut tidak dapat secara

langsung tersedia dan diakses pada para pengguna potensial. Syafwirdi (2005) dalam

penelitiannya tentang analisis laporan keuangan sektor publik untuk kinerja dan

transparansi di kota Yogyakarta. Hasil penelitiannya menunjukkan adanya perbedaan

persepsi antara informasi yang disampaikan eksekutif dengan kebutuhan informasi

pihak auditor.

Berdasarkan hasil penelitian yang berkaitan dengan transparansi maka dapat

disimpulkan bahwa laporan keuangan belum menjadi media transparansi secara

maksimal, manakala tidak menyajikan semua informasi yang relevan yang

dibutuhkan dan tidak tersedia secara langsung atau aksesibel bagi stakeholders (Jones

et al. 1985). Berbagai penelitian juga menunjukkan perbedaan persepsi mengenai

transparansi laporan keuangan pemerintah daerah yaitu antara pihak eksekutif dengan

auditor (Syawfirdi 2005). Dari hasil-hasil penelitian diatas menunjukkan adanya

perbedaan persepsi karena adanya perbedaan dalam menilai transparansi pada laporan

keuangan pemerintah daerah. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis berusaha

untuk mengetahui kriteria yang digunakan stakeholders dalam menilai tranparansi

dalam laporan keuangan pemerintah daerah. Kriteria ini penting bagi para

stakeholders agar mempunyai kesepahaman dalam menilai hasil tranparansi

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

keuangan. Selain itu kriteria ini dapat dijadikan standar / ukuran atau pedoman dalam

memonitor laporan keuangan pemerintah daerah. Berdasarkan dari hasil berbagai

penelitian diatas maka kami mengajukan hipotesis alternatif sebagai berikut :

Ha2: Terdapat perbedaan persepsi stakeholders internal dan eksternal terhadap

kriteria transparansi pada laporan keuangan Pemerintah Daerah.

c. Dukungan pejabat dalam penerapan SAP

Salah satu syarat untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam

pengelolaan keuangan daerah adalah adanya sistem akuntansi untuk menyusun

laporan keuangan daerah. Untuk mewujudkan hal ini maka dukungan pejabat di

daerah sangat penting karena untuk menyusun laporan keuangan daerah yang tertib

dan taat pada peraturan perundangan, efisien, efektif dan akuntabel maka harus

memahami dan mengikuti ketentuan dalam Sistem Akuntansi Pemerintahan. Dan

menurut ketentuan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 yang telah diperbaharui

dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007, daerah telah diberi keleluasaan untuk

menyusun sistem akuntansi keuangan dalam pengelolaan keuangan daerah yang

disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah dengan tetap berpedoman pada sistem

akuntansi pemerintahan. Untuk itu diperlukan kebijakan pejabat didaerah dalam

upaya untuk lebih memperlancar dalam proses penyusunan laporan keuangan tersebut

antara lain dengan penetapan kebijakan akuntansi, sistem dan prosedur akuntansi,

penyediaan sarana prasarana dan kecukupan dalam pendanaan terutama untuk

peningkatan SDM dan pengembangan sistem.

Penelitian dalam sektor pemerintahan mengenai dukungan pejabat dalam

penerapan SAP menurut pengetahuan penulis belum pernah dilakukan, oleh karena

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

itu kami mengadopsi dan memodifikasi penelitian dari Lubis (2005) yang meneliti

peranan dukungan top manajemen terhadap keberhasilan pengembangan STI (ATM)

di Bank Indonesia, untuk diterapkan di sektor pemerintahan. Bahwa dalam penelitian

diatas pengembangan sistem teknologi informasi kami ganti dengan penerapan SAP,

karena SAP sangat diperlukan dan penting untuk penyusunan laporan keuangan

sebagai wujud akuntabilitas publik. Selain itu dalam Undang-undang Nomor 32

Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004, serta dipertegas dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 disebutkan bahwa Pemerintah Pusat dan

Daerah dalam penyusun dan penyajian laporan keuangan harus berpedoman pada

SAP. Top manajemen yang kami maksudkan dalam penulisan ini adalah bupati /

kepala daerah sebagai penanggungjawab tertinggi dalam pelaksanaan pengelolaan

keuangan daerah yang transparan dan akuntabel. Hal ini sesuai dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Pasal 5 ayat (1) yang menyebutkan “Kepala

Daerah selaku kepala pemerintah daerah adalah pemegang kekuasaan pengelolaan

keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan

daerah yang dipisahkan”. Sedangkan Pasal 4 ayat (1) menyebutkan “Keuangan

daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien,

ekonomis, efektif, transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan asas

keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat”. Namun disisi lain secara umum

kondisi di daerah sampai dengan saat ini masih adanya keterbatasan masyarakat

untuk berpartisipasi dalam penentuan program kerja pemerintah daerah. Walaupun

sudah ada MUSRENBANG dari tingkat desa, kecamatan dan kabupaten, namun

forum tersebut belum dapat secara efektif menjaring dan menyalurkan aspirasi yang

berkembang di masyarakat. Hal ini karena adanya berbagai kepentingan dan

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

pengaruh politik yang begitu dominan dalam penentuan kebijakan dan program kerja

pemerintah daerah. Selain itu masih adanya keterbatasan aksesibilitas masyarakat

dalam laporan keuangan pemerintah, maka besar kemungkinan bahwa masyarakat

masih punya persepsi yang berlainan mengenai perilaku pejabat daerah dalam

kaitannya dengan dukungan terhadap penerapan SAP di daerah.

Berdasarkan dari uraian diatas maka kami mengajukan hipotesis alternatif

sebagai berikut :

Ha3: Terdapat perbedaan persepsi stakeholders internal dan eksternal terhadap

kriteria dukungan pejabat dalam penerapan SAP.

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai obyek penelitian, pengumpulan data,

populasi dan pemilihan sampel, instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel

penelitian beserta pengujiannya, metode statistik yang digunakan untuk menganalisis

data dan definisi operasional.

A. Obyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan terbatas diwilayah kabupaten Kulon Progo yang

merupakan salah satu dari 5 (lima) kabupaten/kota di propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta. Responden penelitian ini meliputi PNS di Badan Pengelola Keuangan

Daerah (BPKD) dan Badan Pengawasan Daerah (Bawasda), anggota DPRD, serta

masyarakat yang meliputi anggota organisasi kemasyarakatan/LSM dan kalangan

pers (wartawan).

B. Pengumpulan Data, Populasi dan Sampel

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui survey kuesioner

terhadap para pengguna laporan keuangan, dengan tujuan untuk memperoleh data

yang dapat digunakan untuk menguji persepsi stakeholders terhadap kriteria

dukungan pejabat dalam penerapan SAP, akuntabilitas keuangan dan transparansi

pada laporan keuangan pemerintah daerah.

Lokasi penelitian ini terbatas di kabupaten Kulon Progo maka populasi adalah

pengguna internal dan eksternal laporan keuangan pemerintah Kabupaten Kulon

46

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

Progo. Penyampelan atas responden dilakukan dengan teknik perposive random

sampling yaitu suatu teknik pemilihan sampel berdasarkan kriteria tertentu (Cooper

and Scunder 2001), dimana responden diprioritaskan anggota DPRD sebagai

pengguna utama laporan keuangan, PNS sebagai penyaji laporan keuangan dan

diperluas ke masyarakat sebagai pengguna potensial laporan keuangan.

Alasan penelitian sampel adalah sebagai berikut (Indriantoro 1999):

a. Jumlah elemen populasi (stakeholders) Laporan keuangan pemerintah daerah

relatif banyak sehingga peneliti tidak mungkin pada seluruh elemen polasi karena

akan memerlukan biaya dan tenaga yang relatif besar,

b. Kualitas data yang dihasilkan oleh penelitian sampel seringkali lebih baik

dibandingkan dengan hasil sensus, karena proses pengumpulan dan analisis data

sampel yang relatif sedikit daripada data populasi dan dapat dilakukan lebih teliti,

c. Proses penelitian dengan menggunakan data sampel relatif lebih cepat dari pada

sensus sehingga dapat mengurangi jangka waktu antara saat timbulnya kebutuhan

informasi hasil penelitian dengan saat tersedianya informasi yang diperlukan.

C. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis data

Jenis data adalah data subyek. Data subyek adalah jenis data penelitian

yang berupa opini, sikap, pengalaman atau karakteristik dari seseorang atau

sekelompok orang yang menjadi subyek penelitian.

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

Sumber data terdiri dari :

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat behavioral (perilaku dan

persepsi) oleh karena itu data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer. Data primer merupakan data yang diambil langsung dari dari sumber data

atau responden melalui kuesioner. Kuesioner harus dapat menggambarkan definisi

operasional dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian sehingga

jawaban responden atas kuesioner dapat digunakan untuk mengukur hubungan

antar variabel. Definisi operasional adalah definisi tentang suatu obyek yang

dinyatakan dengan suatu kriteria spesifik yang dapat diukur (Cooper and Schindler

2001). Teknik pengukuran pernyataan sikap yang akan digunakan adalah dengan

skala likert, dengan 5 (lima) kategori jawaban dengan skor sebagai berikut :

1) Sangat Setuju : 5

2) Setuju : 4

3) Tidak Berpendapat : 3

4) Tidak Setuju : 2

5) Sangat Tidak Setuju : 1

Asumsi yang mendasari penggunaan metode likert menurut Anwar (1995) adalah:

1) Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai pernyataan

yang farorable atau pernyataan yang tidak farorable.

2) Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus

diberi bobot/nilai yang lebih tinggi daripada yang mempunyai sikap negatif.

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

D. Metode dan Teknik Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang

menggambarkan persepsi stakeholders terhadap dukungan pejabat dalam penerapan

SAP, akuntabilitas keuangan dan transparansi pada laporan keuangan pemerintah

daerah. Sedangkan teknik analisa data yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah:

a. Uji validitas

Validitas adalah tingkat kemampuan skala/instrumen untuk mengukur apa yang

seharusnya diukur (Indriantoro 1999). Uji validitas digunakan untuk memastikan

bahwa masing-masing pernyataan terklasifikasi pada variabel yang telah ditentukan.

Dalam penelitian ini menggunakan alat analisis uji validitas dengan teknik korelasi

“pearson product moment”.

e. Uji realibilitas

Reliabilitas adalah kemampuan suatu instrumen pengukur dapat menghasilkan

data yang konsisten dan bebas dari kesalahan (Indrianto 1999). Uji realibilitas

digunakan untuk mengindikasikan adanya stabilitas dan konsistensi bahwa instrumen

mengukur konsep dan membantu baik tidaknya alat ukur (Sekaran 2003). Dalam

penelitian ini uji realibilitas digunakan dengan uji crombach coefficient alpha,

dimana instrumen dikatakan reliabel jika memiliki nilai alpha melebihi 0,60, bila

lebih kecil dari 0,60 dianggap buruk.

c. Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah data yang terkumpul untuk

dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Suatu data yang membentuk distribusi

normal bila jumlah data diatas dan dibawah rata-rata adalah sama, demikian juga

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

simpangan bakunya. Dalam uji ini digunakan uji Kolmogorof Smirnov (K-S)

(Sugiyono 2006).

d. Uji t (t-test)

Uji T digunakan untuk membandingkan nilai rata-rata satu populasi atau lebih

dengan menggunakan sampel kecil dan data berskala interval atau rasio (Indriantoro,

1999). Maka dalam penelitian ini uji t untuk menguji hipotesis komparatif ada

tidaknya perbedaan rata-rata persepsi stakeholders terhadap dukungan pejabat dalam

penerapan SAP, akuntabilitas keuangan dan transparansi pada laporan keuangan

pemerintah daerah (bila datanya berdistribusi normal). Atau menggunakan Uji

Wilcoxon Mach Pairs Test yaitu untuk menguji hipotesis komparatif bila datanya

ordinal/berjenjang dan berdistribusi tidak normal. (Sugiyono 2006).

e. Statistik deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendiskripsikan atau

memberi gambaran terhadap obyek yang akan diteliti melalui data sampel atau

populasi sebagaimana adanya tanpa melakukan analis dan membuat kesimpulan yang

berlaku untuk umum (Sugiyono 2006). Statistik deskriptif pada penelitian ini pada

dasarnya merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi

sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan. Tabulasi menyajikan ringkasan data,

pengaturan/penyusunan data dalam bentuk tabel numerik dan grafik. Dalam

penelitian ini digunakan tendensi sentral yaitu rata-rata (mean), standar deviasi

(dispersi). Tendensi sentral merupakan ukuran dalam statistik deskriptif yang

menunjukkan nilai sentral dari distribusi data penelitian. Mean merupakan cara yang

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

paling umum digunakan untuk mengukur nilai sentral suatu distribusi data

berdasarkan nilai rata-rata yang dihitung dengan cara membagi kelompok data

dengan jumlah data yang diteliti. Dispersi digunakan untuk mengukur variasi data

yang diteliti dari angka rata-ratanya. Perbedaan antara nilai data dan rata-ratanya

disebut deviasi. Standar deviasi/penyimpangan baku merupakan ukuran penyebaran

data yang dapat digunakan untuk mengukur besarnya variabel.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi tentang suatu obyek yang dinyatakan dengan

suatu kriteria spesifik yang dapat diukur (Cooper and Schindler 2001). Kriteria

adanya akuntabilitas keuangan pada laporan keuangan pemerintah daerah adalah:

a. Pertanggungjawaban dana publik,

b. Jenis dan bentuk laporan keuangan,

c. Penyajian tepat waktu,

d. Pemeriksaan (audit), dan

e. Respon pemerintah daerah.

Kriteria adanya transparansi pada laporan keuangan pemerintah daerah adalah :

a. Ketersediaan sistem informasi,

b. Pertanggungjawaban terbuka,

c. Aksebilitas terhadap laporan keuangan,

d. Publikasi laporan keuangan,

e. Hak untuk tahu hasil audit, dan

f. Ketersediaan informasi kinerja.

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

Kriteria adanya dukungan pejabat dalam penerapan SAP adalah:

a. Kesungguhan pejabat dalam pemberian dukungan,

b. Tanggapan pejabat yang antusias,

c. Keterlibatan pejabat dalam penerapan SAP, dan

d. Pemberian jaminan pendanaan serta penentuan prioritas .

Penjelasan untuk masing-masing kriteria tersebut adalah sebagai berikut :

a. Laporan pertanggungjawaban

Ryan et al (2002) dalam penelitiannya menyatakan sebenarnya terdapat dua

tujuan umum dari pelaporan tahunan sektor publik yaitu akuntabilitas

(accountability) dan pengambilan keputusan (decision usefulness). Sedangkan

steccolini (2002) menyatakan bahwa laporan tahunan meskipun belum melaporkan

secara keseluruhan dari entitas pemerintahan namun secara umum

dipertimbangkan sebagai media utama akuntabilitas (Ryan et al. 2000, Mack et al.

2001, Budi 2006 dalam Wisnu 2007). Sedangkan tujuan pelaporan keuangan

menurut Government Accounting Standard Board (GASB) adalah:

1) Untuk membantu memenuhi kewajiban pemerintah menjadi akuntabel secara

publik, dan

2) Untuk membantu memenuhi kebutuhan pengguna laporan yang mempunyai

keterbatasan kewenangan, kemampuan dan sumber daya untuk memperoleh

informasi.

Oleh sebab itu mereka menyandarkan pada laporan keuangan sebagai

sumber informasi penting. Untuk tujuan tersebut pelaporan keuangan harus

mempertimbangkan kebutuhan para pengguna dan keputusan yang mereka buat.

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang SAP, dalam kerangka

konseptual tentang peranan pelaporan keuangan dinyatakan bahwa setiap entitas

pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah

dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis

dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan :

1) Akuntabilitas,

2) Manajemen,

3) Transparansi, dan

4) Keseimbangan antar generasi (intergenerational equity) .

Sedangkan tujuan pelaporan keuangan seperti dinyatakan dalam SAP

bahwa pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang

bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat

keputusan baik keputusan ekonomi, sosial maupun politik dengan :

1) Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan

untuk membiayai seluruh pengeluaran,

2) Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber daya

ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan

perundang-undangan,

3) Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang

digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah

dicapai,

4) Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai

seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya,

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

5) Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas

pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka

pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak

dan pinjaman, dan

6) Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas

pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan sebagai akibat

kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.

b. Jenis dan bentuk standar pelaporan

Bila dilihat dari jenis laporan keuangan yang disusun oleh pemerintah saat

ini telah mengalami beberapa perubahan. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor

105 Tahun 2000 Pasal 38 menyebutkan bahwa laporan keuangan yang harus

dibuat selain laporan realisasi anggaran adalah neraca daerah dan laporan arus

kas. Ditindaklanjuti dengan Kepmendari Nomor 29 Tahun 2002 Pasal 81

disebutkan bahwa laporan keuangan yang harus disajikan lengkap pada akhir

tahun oleh kepala daerah terdiri dari laporan perhitungan APBD, nota perhitungan

APBD, laporan arus kas dan neraca daerah. Dalam perkembangan selanjutnya

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003, Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004

dan ditindaklanjuti Permendari Nomor 13 Tahun 2006 menyatakan bahwa laporan

keuangan yang harus disajikan kepala daerah setidak-tidaknya meliputi laporan

realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan dan

dilampiri dengan laporan ikhtisar realisasi kinerja dan laporan keuangan

BUMD/perusahaan daerah.

Page 55: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

c. Penyajian informasi tepat waktu

Laporan keuangan yang disusun haruslah disajikan tepat waktu. Ketepatan

penyajian akan meningkatkan kepercayaan publik terhadap pembuat laporan

keuangan. Dengan menyajikan secara tepat waktu berarti pemerintah daerah telah

akuntabel kepada pihak yang memberi amanah. Penyajian tepat waktu juga

menunjukkan bukti adanya kepatuhan pengelolaan keuangan daerah terhadap

peraturan perundang-undangan yang mengatur jangka waktu pembuatan laporan

keuangan. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

Pasal 31 ayat (1) menyatakan Gubernur / Walikota / Bupati menyampaikan

rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD

kepada DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh BPK, selambat-

lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

d. Pemeriksaan (audit) atas pelaporan keuangan

Dengan adanya desentralisasi keuangan maka bertambah pula sumber-

sumber pendapatan daerah, yang berdampak pada peningkatan jumlah anggaran

yang harus dikelola langsung oleh pemerintah daerah. Hal ini berarti bertambah

besar pula potensi penyimpangan anggaran dan penyimpangan pelaksanaan

pembangunan di daerah, khususnya ketika mekanisme pengawasan dan audit

didaerah tidak berjalan sebagaimana mestinya. Untuk memenuhi akuntabilitas

maka laporan keuangan sebagai laporan pertanggungjawaban harus diperiksa oleh

pihak yang independen guna mempertanggungjawabkan seluruh hasil kerjanya

selama satu periode, sehingga pihak pemberi amanah percaya atas hasil

pemeriksaan tersebut. Di Indonesia fungsi pengawasan pemerintah daerah

Page 56: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

dilakukan oleh pihak internal dan eksternal. Pihak internal meliputi Badan

Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektur Jenderal Departemen

dan Badan Pengawasan Daerah (Bawasda). Sedangkan pihak eksternal adalah

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006

tentang BPK Pasal 6 ayat (1) menyatakan BPK bertugas memeriksa pengelolaan

dan tanggungjawab keuangan negara yang dilakukan oleh pemerintah pusat,

pemerintah daerah, lembaga negara lainnya, bank Indonesia, BUMN, badan

layanan umum, BUMD dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan

negara. Pemeriksaan diperlukan untuk dapat mengetahui pelaksanaan program

yang dibiayai dengan keuangan negara, tingkat ketaatan pada peraturan

perundangan yang berlaku, serta mengetahui tingkat kehematan, efisiensi dan

efektivitas dari kegiatan atau pelayanan pada masyarakat.

e. Kecepatan respon untuk memperbaiki

Laporan keuangan yang dibuat pemerintah daerah kemungkinan besar

masih mengandung kelemahan yang sifat dan bobotnya berdampak signifikan

terhadap akuntabilitas keuangan. Kelemahan dan kekurangan laporan keuangan

haruslah direspon secara cepat oleh pihak pembuat sebagai bahan pertimbangan

dan instropeksi diri guna mencapai hasil yang lebih baik di masa yang akan

datang. Temuan terhadap hasil audit sebaiknya dijadikan sebagai dasar masukan

agar dalam pengelolaan keuangan dimasa yang akan datang menjadi lebih baik.

Respon tersebut selain dilakukan oleh pemerintah daerah sebagai pembuat

laporan juga oleh DPRD sebagai pihak yang bersama-sama dengan eksekutif

dalam membuat kebijakan daerah.

Page 57: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

f. Sistem informasi Keuangan

Sistem informasi keuangan digunakan untuk memudahkan akses

masyarakat terhadap fungsi kontrol pada pemerintah daerah. Teknologi informasi

merupakan kendala pemerintah daerah dalam penyajian laporan keuangan.

Revolusi teknologi informasi dapat memfasilitasi reformasi ini, sebagai langkah

awal pemerintah adalah menginput dokumen-dokumen informasi pokok ke dalam

tailor-made websites, yang lebih dikenal dengan istilah “E-Government”.Kendala

utama terobosan ini adalah ketakutan dari pejabat daerah ataupun pegawai

pemerintah dan politisi akan kehilangan dicretionary power (kekuasaan /

keleluasaan memilih dan menentukan) yang dinikmatinya di belakang

layar/kerahasiaan (Shende dan Bennet 2004). Walaupun begitu demi terwujudnya

good government maka hal ini wajib dilakukan agar masyarakat tahu bahwa

keuangan daerah dikelola secara transparan. Sistem informasi keuangan akan

memudahkan fungsi kontrol masyarakat sehingga dapat diketahui apakah

pemerintah telah menjalankan kegiatan sesuai dengan kebijakan yang telah

dibuat, patuh terhadap peraturan perundangan dan apakah direalisasi sesuai

dengan rencana atau tidak.

g. Keterbukaan informasi dalam pertanggungjawaban keuangan

Transparansi dalam informasi pertanggungjawaban keuangan akan

menyangkut hak masyarakat untuk memperoleh pertanggungjawaban

penyelenggaraan pemerintah. Masyarakat mempunyai hak untuk diberi informasi

(right to informated) karena masyarakat sebagai pemberi mandat dapat memberi

penilaian apakah pelaksanaan mandat dilakukan secara memuaskan. Selain itu

Page 58: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

masyarakat juga bisa menilai apakah pemerintah daerah telah berjalan secara

ekonomis, efektif dan efisien, patuh terhadap regulasi, dan apakah tujuan

penyelenggaraan pemerintahan guna mensejahterakan masyarakat seperti yang

tertuang dalam renstra, visi dan misi telah dicapai dengan baik.

h. Aksebilitas terhadap laporan keuangan

Ketidakmampuan laporan keuangan dalam melaksanakan akuntabilitas

tidak saja disebabkan karena laporan tahunan yang tidak memuat informasi yang

relevan yang dibutuhkan oleh para pengguna tapi juga karena laporan tersebut

tidak dapat secara langsung tersedia dan diakses pada para pengguna potensial.

Priest et al. (1999) yang melaksanakan survey pada para pengguna aktual dan

potensial atas laporan keuangan pemerintah daerah di Western Australia,

menemukan sekitar 15 % dari responden tidak tertarik pada laporan keuangan dan

sekitar 50 % dari responden mengindikasikan bahwa mereka tidak membacanya

karena laporan tersebut tidak aksesibel. Oleh karena itu pemerintah daerah harus

meningkatkan aksesibelitas laporan keuangannya. Tidak hanya sekedar menyusun

dan menyampaikan ke DPRD, tapi juga memfasilitasi masyarakat luas untuk

mengetahui atau memperoleh laporan keuangan yang disajikannya.

i. Publikasi laporan keuangan

Dalam era demokrasi yang semakin terbuka, akses ini terutama diberikan

oleh media seperti surat kabar, majalah, radio, televisi, website (internet) dan

forum yang memberikan perhatian langsung/peranan yang mendorong

akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakat (Shende dan Bennet 2004).

Page 59: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan daerah Pasal 103 dinyatakan bahwa informasi yang dimuat

dalam sistem informasi keuangan daerah merupakan data yang terbuka yang

dapat diketahui, diakses dan diperoleh masyarakat. Ini berarti bahwa pemerintah

daerah harus membuka akses kepada stakeholders secara luas atas laporan

keuangan yang telah disusunnya, misalnya dengan mempublikasikan laporan

keuangan tersebut melalui surat kabar, internet dan cara lainnya. Informasi yang

dimuat dalam SIKD tersebut sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 102 Undang-

undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan daerah mencakup APBD dan laporan realisasi anggaran,

neraca, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan, dana dekonsentrasi dan

dana tugas pembantuan, laporan keuangan BUMD dan data yang berkaitan

dengan kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal daerah. Peraturan Pemerintah

Nomor 56 Tahun 2005 juga menyatakan bahwa penyelenggaraan SIKD

mempunyai fungsi penyajian informasi keuangan daerah kepada masyarakat.

j. Hak untuk tahu hasil audit

Hak untuk tahu hasil pemeriksaan merupakan bagian dari hak untuk tahu

(right to know) untuk transparansi. Akuntabilitas yang efektif tergantung pada

akses publik pada laporan pertanggungjawaban maupun laporan temuan yang

dapat dibaca dan dipahami. Dengan mengetahui kelemahan dari laporan

keuangan, masyarakat sebagai stakeholders dapat ikut berperan serta memberi

masukan pada pemerintah daerah untuk meningkatkan kinerjanya guna

mewujudkan good governance.

Page 60: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

k. Ketersediaan informasi kinerja

Masyarakat juga membutuhkan hasil kinerja pemerintah daerah baik yang

bersifat keuangan maupun non keuangan, sebagai bahan pertimbangan

pengambilan keputusan baik yang bernilai ekonomi, sosial atau politik. Hasil

kinerja pemerintah daerah perlu diinformasikan kepada masyarakat sebagai wujud

transparansi. Ini menunjukkan bahwa dalam penyelenggaraan pemerintah daerah

telah dilaksanakan secara transparan sehingga hasil kinerjanya yang baik maupun

yang kurang baik dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan instropeksi untuk

pembenahan secara internal. Dengan demikian diharapkan di waktu yang akan

datang dapat menunjukkan kinerja yang lebih baik.

l. Kesungguhan pemberian dukungan,

Kesungguhan pejabat daerah dalam pemberian dukungan terhadap penerapan

SAP tercermin dalam sikap dan tindakannya serta kebijakan yang diterapkan di

daerah. Dengan adanya tuntutan akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan

keuangan daerah maka peranan sistem akuntansi sangat penting dalam proses

penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah. Dukungan yang kuat dari

pimpinan merupakan kunci keberhasilan pelaksanaan dari sistem akuntansi di

daerah. Dukungan ini diharapkan dapat memberikan sinyal yang kuat (strong

signal) bagi karyawan, tidak hanya berguna dalam alokasi sumber daya yang

digunakan tapi juga dapat memberikan suatu perubahan yang penting di dalam

sistem pengelolaan keuangan daerah, sehingga dengan adanya dukungan pejabat

dapat memberikan dampak yang positif terhadap kinerja pemerintah daerah.

Page 61: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

Dengan kewenangan yang dimilikinya pejabat dapat memfasilitasi dengan

penyediaan sarana prasarana yang dibutuhkan untuk memperlancar penerapan SAP

sehingga penyusunan laporan keuangan dapat selesai tepat waktu.

m. Tanggapan dan perhatian yang antusias,

Diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang SAP

mendapat tanggapan yang beragam di berbagai daerah, ada yang bersikap aktif

atau pasif. Bagi daerah yang bersikap aktif maka mereka akan segera

menindaklajuti dengan membuat peraturan daerah atau keputusan kepala daerah

agar mempermudah pelaksanaannya SAP sehingga daerah tersebut akan lebih

cepat dalam penyelesaian pembuatan laporan keuangannnya. Contoh daerah yang

bersikap aktif adalah propinsi Gorontalo dan kabupaten Sleman. Kedua daerah ini

sangat antusias dalam menerapkan SAP dengan menyiapkan berbagai sarana

prasarana pendukung seperti SDM yang berkualitas dengan merekrut banyak

tenaga akuntan dan segera menyusun peraturan mengenai kebijakan akuntansi

serta didukung dengan sistem dan prosedur akuntansi. Dengan demikian segala

permasalahan yang ada dalam penyusunan laporan keuangan akan lebih mudah

diatasi karena telah ada pedoman yang dibakukan. Namun pada umumnya di

berbagai daerah masih bersikap pasif karena kurangnya perhatian pejabat di

daerah dan keterbatasan sarana prasarana di daerah yang mengakibatkan

keterlambatan daerah dalam penyelesaian laporan keuangan.

Page 62: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …

n. Keterlibatan pejabat dalam penerapan SAP, dan

Dalam penerapan SAP belum tentu dapat berjalan sesuai yang diinginkan,

karena dalam praktek pasti banyak mengalami kendala dan hambatan seperti

kualitas SDM, keterbatasan sarana prasarana seperti komputer, belum adanya

aturan pelaksana di daerah seperti kebijakan akuntansi, sistem dan prosedur

akuntasi dan sebagainya. Dengan mengidentifikasi berbagai kendala tersebut

pejabat daerah dapat segera mengambil kebijakan untuk memberikan solusi yang

terbaik bagi daerah. Oleh karena itu pejabat tidak cukup duduk dibelakang meja

menerima laporan dari bawahan, namun harus berperan aktif untuk terjun

langsung ke bawah untuk dapat mengetahui permasalahan yang ada dilapangan

sehingga setiap ada indikasi kendala/hambatan dapat segera dicari solusi untuk

mengatasinya.

o. Pemberian jaminan pendanaan serta penentuan prioritas

Untuk memperlancar dalam penerapan SAP di daerah maka sangat

dibutuhkan dukungan dana dan sarana prasarana sebagai penunjang keberhasilan

program tersebut. Dengan kewenangan yang dimilikinya pejabat di daerah sangat

menentukan dalam penentuan prioritas penyediaan dana dan sarana prasarana

yang dibutuhkan. Dengan adanya jaminan pendanaan maka dapat digunakan

untuk mengadakan pendidikan dan latihan bagi personil yang menangani

pengelolaan keuangan daerah serta dapat disediakan sarana pendukungnya seperti

komputer, sistem pengarsipan bukti transaksi dan sebagainya. Dengan demikian

kualitas SDM dapat meningkat dengan ditunjang sarana prasarana dalam

pengelolaan keuangan daerah sehingga dapat menghasilkan laporan keuangan

yang handal, relevan dan tepat waktu.

Page 63: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang negara yang demokratis dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu tuntutan tersebut telah direspon pemerintah dengan …