BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...

63
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang yang seharusnya dilaksanakan secara sadar dan penuh tanggung jawab. Dengan pendidikan diharapkan mampu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan berwawasan yang membentuk peradaban manusia yang bermartabat. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang terdapat dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 BAB II Pasal 3 yang berisi: 1 “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membangun watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.” Untuk dapat mewujudkan hal tersebut, maka sudah tentu harus diimbangi dengan lulusan yang bermutu dan berkualitas. Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan membenahi keseluruhan proses belajar mengajar sehingga terjadi interaksi antara komponen pendidikan, antara lain siswa, guru, dan tujuan pendidikan. Dalam kegiatan belajar, berlangsung dan keberhasilannya ditentukan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar. Faktor internal meliputi faktor fisiologis dan psikologis. Faktor fisiologis yaitu yang berhubungan denga kondisi fisik seseorang dan faktor psikologis yaitu kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat. Sedangkan faktor eksternal meliputi 1 Departemen Pendidikan Nasioal, Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : CV. Tamita Utama, 2004), Cet. Ke-1, hal.7 1

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan

kepribadian seseorang yang seharusnya dilaksanakan secara sadar dan

penuh tanggung jawab. Dengan pendidikan diharapkan mampu

menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan berwawasan yang

membentuk peradaban manusia yang bermartabat. Hal tersebut sesuai

dengan tujuan pendidikan nasional yang terdapat dalam Undang-undang

Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 BAB II Pasal 3 yang

berisi: 1

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membangun watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.”

Untuk dapat mewujudkan hal tersebut, maka sudah tentu harus

diimbangi dengan lulusan yang bermutu dan berkualitas. Upaya untuk

meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan membenahi keseluruhan

proses belajar mengajar sehingga terjadi interaksi antara komponen

pendidikan, antara lain siswa, guru, dan tujuan pendidikan.

Dalam kegiatan belajar, berlangsung dan keberhasilannya ditentukan

oleh beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu

faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling

mempengaruhi dalam proses belajar. Faktor internal meliputi faktor

fisiologis dan psikologis. Faktor fisiologis yaitu yang berhubungan denga

kondisi fisik seseorang dan faktor psikologis yaitu kecerdasan siswa,

motivasi, minat, sikap dan bakat. Sedangkan faktor eksternal meliputi

1 Departemen Pendidikan Nasioal, Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : CV. Tamita Utama, 2004), Cet. Ke-1, hal.7

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

2

lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, keadaan

sosial ekonomi, dan sebagainya.

Seseorang yang memiliki tingkat kecerdasan (intelektif) yang relatif

tinggi cenderung lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan dengan

seseorang yang memiliki tingkat kecerdasan yang relatif rendah. Namun

demikian, faktor kecerdasan bukanlah satu-satunya faktor yang

menentukan prestasi yang akan dicapai siswa. Faktor non intelektif

diantaranya adalah motivasi. Motivasi adalah salah satu faktor yang yang

mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa, yang mendorong siswa

ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli mendefinisikan motivasi

sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan

arah, dan menjaga prilaku setiap saat. 2 Motivasi merupakan faktor yang

sangat penting dalam proses belajar guna mencapai prestasi yang

diharapkan. Ini dikarenakan motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan

daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar

yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan

arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek

belajar itu dapat tercapai.3

Setiap orang memiliki tujuan, harapan dan cita-cita dalam

mewujudkan prestasi. Antara individu yang satu dengan yang lainnya

belum tentu mempunyai harapan atau cita-cita yang sama. Prestasi tersebut

berkaitan erat dengan motivasi. Salah satu faktor yang berperan dalam

mewujudkan cita-cita adalah motivasi berprestasi.

Berprestasi adalah idaman setiap individu, baik itu prestasi dalam

bidang pekerjaan, pendidikan, sosial, seni, politik, budaya dan lain-lain.

Dengan adanya prestasi yang pernah diraih oleh seseorang akan

menumbuhkan suatu semangat baru untuk menjalankan aktivitas.4 Prestasi

2 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta : Ar-

Ruzz Media, 2008), hal. 19-27 3 Sardiman. A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rajawali Pers,

2009), hal. 75 4 Ifdil Dahlani, Motivasi Berprestasi, (http://konselingindonesia.com. 2005), hal.1

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

3

yang pernah dicapai menjadi kebanggaan untuk diri sendiri dan

menimbulkan rasa percaya diri. Semangat baru tersebut menumbuhkan

motivasi dalam belajar. Jadi, motivasi dan belajar memiliki keterkaitan,

karena motivasi untuk belajar menyebabkan siswa rajin belajar.

Sebaliknya jika siswa tidak memiiki motivasi untuk belajar maka dia akan

cepat bosan.

Motivasi berprestasi adalah dorongan untuk berhasil dalam

melakukan suatu tugas atau pekerjaan, dorongan untuk memperoleh

kesempurnaan. Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi

cenderung untuk berusaha menyelesaikan tugasnya dengan tuntas, tanpa

menunda-nunda pekerjaannya. Penyelesaian tugas semacam itu bukanlah

karena dorongan dari luar, tapi upaya pribadi.5

Banyak siswa yang kurang memiliki motivasi berprestasi, siswa

cenderung mudah bosan dan menyerah ketika menghadapi tugas yang

banyak dan sulit siswa merasa beban yang dipikul sendiri sangat berat.

Sehingga siswa cenderung malas dan menunda-nunda untuk mengerjakan

tugasnya karena merasa tidak mampu dan tidak percaya diri untuk

mengerjakan tugas tersebut. Seharusnya seorang guru berupaya menolong

mereka dalam kesulitan tersebut. Pembelajaran yang baik adalah proses

pembelajaran yang membuat siswa aktif sehingga ada interaksi antara

siswa dengan guru maupun dengan siswa lainnya di dalam kelas. Diskusi,

pengelompokan, presentasi, penugasan atau latihan adalah cara belajar

yang menjadikan siswa menjadi aktif. Semua hal tersebut sudah tercakup

dalam tahap-tahap metode investigasi kelompok.

Untuk itu, agar para siswa lebih termotivasi dalam mempelajari

biologi, guru seharusnya menggunakan metode pembelajaran biologi yang

tepat yang melibatkan siswa aktif. Salah satu metode pembelajaran

kooperatif yang dapat melibatkan siswa aktif adalah metode investigasi

kelompok. Metode yang dimaksud adalah metode yang dilaksanakan di

5 Hamzah B.Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008),

hal. 30

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

4

sebuah kelas biasa yang perencanaanya disesuaikan agar siswa bekerja di

dalam beberapa kelompok dengan menggunakan penemuan secara

kooperatif, diskusi kelompok, merencanakan, dan mempersiapkan tugas

akhir kemudian mempresentasikan penemuan mereka kepada seluruh

kelas.

Dalam penelitian ini, penulis memilih materi sistem peredaran darah

pada manusia yang diajarkan di kelas XI semester I. Materi tersebut

dianggap cukup rumit oleh siswa, sehingga dapat berpengaruh terhadap

kegiatan dan prestasi belajar siswa. Maka dari itu, penerapan pembelajaran

kooperatif metode investigasi kelompok sesuai dengan materi tersebut

karena menuntut siswa menggali pengetahuannya sendiri secara

berkelompok dan mempresentasikan hasilnya kepada seluruh kelas

sehingga menumbuhkan percaya diri dan memotivasi mereka untuk

berprestasi.

Dengan diterapkannya metode investigasi kelompok, diharapkan

dapat menimbulkan suasana belajar yang menyenangkan dan dapat

memotivasi siswa dalam meningkatkan prestasi belajar biologi. Dengan

memperhatikan latar belakang masalah tersebut, perlu diterapkan dan

diteliti apakah terdapat perbedaan motivasi berprestasi siswa antara kelas

eksperimen (metode investigasi kelompok) dengan kelas kontrol (metode

ekspositori) pada pelajaran Biologi.

B. Identifikasi Masalah

Dengan demikian identifikasi masalah dalam skripsi ini adalah

sebagai berikut :

1. Kurang optimalnya kondisi fisiologis (fisik) siswa yang dapat

menghambat proses belajar.

2. Kurang optimalnya kondisi psikologis siswa yang dapat mengurangi

bahkan menghilangkan motivasi siswa untuk berprestasi pada

pelajaran biologi.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

5

3. Rendahnya semangat siswa dalam menghadapi tugas-tugas sekolah

yang berat, sehingga mereka mudah bosan dan malas.

4. Kondisi/lingkungan sekolah yang kurang menyenangkan siswa,

dalam hal ini adalah metode guru dalam menyampaikan bahan

ajar/materi biologi.

5. Kurang optimalnya kondisi psikologis siswa, seperti rendahnya

motivasi berprestasi untuk menyelesaikan tugas-tugas biologi yang

sulit.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar permasalahan tidak meluas, maka dalam penyusunan skripsi ini

penulis membatasi permasalahan pada:

1. Penggunaan metode investigasi kelompok dalam menyampaikan

bahan ajar/materi biologi.

2. Motivasi yang dimaksud difokuskan pada motivasi berprestasi.

3. Pembelajaran Biologi dibatasi pada konsep sistem peredaran darah

manusia.

Sesuai pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

“Bagaimanakah analisis perbandingan motivasi berprestasi siswa

antara kelas eksperimen (metode investigasi kelompok) dengan kelas

kontrol (metode ekspositori) pada pelajaran Biologi?”

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis perbandingan

motivasi berprestasi siswa antara kelas eksperimen (metode investigasi

kelompok) dengan kelas kontrol (metode ekspositori) pada pelajaran

Biologi.

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi peneliti adalah sebagai pengaplikasian ilmu yang diperoleh

selama perkuliahan.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

6

2. Bagi dunia pendidikan adalah dapat dijadikan acuan dan masukan

untuk seluruh pihak yang terlibat dalam proses belajar mengajar,

guru mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, serta dapat

memberikan wacana dan bidang kajian bagi berbagai kalangan dalam

mengembangkan strategi pembelajaran yang lebih baik.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

BAB II

DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritis

1. Hakekat Belajar dan Pembelajaran Biologi

a. Belajar Biologi

Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung

dalam interaksi aktif dengan lingkungannya, yang menghasilkan

perubahan-perubahan, keterampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu

bersifat secara relatif konstan dan berbekas.1 Menurut Gagne,

belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama-sama dengan

isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga

perbuatannya (performance) berubah dari waktu sebelum ia

mengalamai situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.2

Dari kutipan tersebut dapat diambil suatu pengertian bahwa belajar

adalah suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi

dengan lingkungan dan dimanifestasikan dalam keseluruhan tingkah

laku dan perbuatan.

Menurut Muhibin Syah, belajar pada dasarnya adalah tahapan

perubahan seluruh tingkah laku siswa yang relatif menetap sebagai

hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif .3

Belajar menurut Morris L. Bigge adalah perubahan yang menetap

dalam diri seseorang yang tidak dapat diwariskan secara genetis.

Selanjutnya Morris menyatakan bahwa perubahan itu terjadi pada

pemahaman (insight), prilaku, persepsi, motivasi, atau campuran

1 W.S. Winkel. SJ. Psikologi Pengajaran, (Jakarta : PT. Grasindo, 1996), hal. 53 2 Abdul Rahman Shaleh & Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam

Perspektif Islam, (Jakarta : Kencana, 2004), hal. 210 3 Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT.

Remaja Rosda Karya, 2008), hal. 92

7

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

8

dari semuanya secara sistematis sebagai akibat pengalaman dalam

situasi-situasi tertentu.4

Dari kutipan tersebut dapat diambil suatu pengertian bahwa

belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang relatif lama

sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya untuk memperoleh

pengetahuan melalui latihan atau pengalaman sehingga

menghasilkan suatu tingkah laku yang berbeda antara sebelum dan

sesudah melakukan belajar.

Sedangkan biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang

seluk beluk makhluk hidup (ilmu hayat). Biologi merupakan wahana

untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai

serta tanggung jawab sebagai seorang warga negara yakni

bertanggung jawab kepada lingkungan, masyarakat, bangsa dan

negara yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami

tentang alam secara sistematis, sehingga biologi bukan hanya

diharapkan pada penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa

faktor, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja. Tetapi juga merupakan

suatu proses penemuan jati diri.

Pengajaran Biologi sebenarnya identik dengan pengajaran

IPA menurut Herlen, pengajar IPA dapat diarahkan untuk

mengembangkan sikap ilmiah (scientific attitude) seperti : sikap

ingin tahu (curiosity), kebiasaan, mencari bukti sebelum menerima

pernyataan (respect or evidence), sikap luwes, dan terbuka dengan

gagasan ilmiah (flexibility), merenung atau kebiasaan bertanya

secara kritis (critical reflection) dan sikap peka terhadap makhluk

4 Ismail. SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Jakarta :

RaSail Media Group, 2008), hal. 9

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

9

hidup dan makhluk sekitar (sensitivy to lifely things and

environment).5

Sofyan menegaskan bahwa IPA mempelajari gejala alam

melalui proses tertentu. Proses itu misalnya melakukan pengamatan

dan eksperimen. Dengan menggunakan proses IPA itu ilmuan

memperoleh penemuan-penemuan berupa fakta, konsep, dan teori.

Penemuan-penemuan inilah yang disebut produk IPA, sedangkan

langkah-langkah yang ditempuh ilmuan disebut keterampilan proses

IPA. Mengacu pada pengertian hakekat IPA tersebut, maka Nuryani

dan Sri Redjeki menegaskan proses pembelajaran biologi bukan

hanya memahami konsep-konsep biologi semata, melainkan juga

mengajak siswa berfikir melalui biologi sebagai keterampilan proses

IPA, sehingga pemahaman siswa terhadap hakekat IPA menjadi

utuh, baik IPA sebagai proses maupun sebagai produk.6

Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar

biologi adalah suatu usaha untuk mengadakan perubahan di dalam

diri seseorang yang mencakup perubahan tingkah laku yang terjadi

sebagai hasil latihan atau pengalaman untuk menguasai hal-hal yang

terkait dengan aspek-aspek biologi.

b. Mengajar Biologi

Mengajar diartikan sebagai suatu usaha penciptaan sistem

lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar yang

dipengaruhi oleh berbagai komponen (tujuan pembelajaran, materi,

siswa, kegiatan, dan sarana prasarana).7 Nasution berpendapat

bahwa mengajar adalah “…suatu aktivitas mengorganisasi atau

mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya

dengan anak, sehingga terjadi proses belajar”. Lingkungan dalam

5 Heri Ahmad Safari, Peran Pembelajaran IPA dalam membentuk Sikap Positif Terhadap L ingkungan. (http//:www.diknas.go.id. 2007), hal. 6

6 Ahmad Sofyan, Perilaku Belajar Biologi Siswa MAN, Didaktida Aslamika, Jumal Pendidikan, Keislaman, dan Kebudayaan,. Vol. IV. No. 1, Juni 2003. hal. 66

7 Sardiman. A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar... hal. 25

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

10

pengertian ini tidak hanya di ruang kelas (ruang belajar) tetapi juga

meliputi guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium dan

sebagainya yang relevan dengan kegiatan belajar siswa.8 Mengajar

adalah proses membimbing pengalaman belajar, pengalaman itu

sendiri hanya mungkin diperoeh bila murid itu dengan keaktifan

sendiri bereaksi terhadap lingkungannya.9

Jadi dapat disimpulkan, mengajar biologi adalah suatu usaha

bagaimana mengatur lingkungan dan adanya interaksi peserta didik

dengan lingkungannya sehingga tercipta tradisi belajar biologi yang

baik. Dalam pengajaran biologi, guru yang mengajar biologi

seharusnya dapat mengajar dengan sikap yang baik, yaitu sikap yang

dapat menarik minat siswa dan memotivasi siswa untuk mau belajar

biologi dan selanjutnya dapat memotivasi mereka dalam berprestasi

pada pelajaran biologi. Hal ini sangat penting karena sehubungan

dengan sedikitnya minat siswa terhadap pelajaran biologi.

Tujuan pembelajaran pada hakikatnya adalah diperolehnya

perubahan tingkah laku individu. Perubahan tersebut merupakan

akibat perbuatan belajar. Ciri-ciri tingkah laku yang diperoleh dari

hasil belajar adalah:10

1) Terbentuknya tingkah laku baru berupa kemampuan aktual

dan potensial.

2) Kemampuan baru tersebut berlaku dalam waktu relatif lama.

3) Kemampuan baru tersebut diperoleh melalui usaha.

Pendidik biologi adalah orang yang menggunakan biologi

sebagai wahana untuk mengembangkan kecerdasan, kemampuan,

keterampilan serta membentuk kepribadian peserta didik. Jadi

seorang pendidik biologi (guru/pengajar) perlu sekali memahami

secara cukup biologi yang akan digunakannya sebagai wahana

pengembangan peserta didik. Dalam pengajaran biologi, strategi dan

8 Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru… hal. 182 9 Ismail. SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM… hal. 28 10 Ismail. SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM… hal. 17

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

11

metode mengajar menjadi salah satu kunci pokok untuk

keberhasilan suatu pengajaran dalam mencapai tujuan. Guru perlu

menguasai dan menggunakan strategi dan metode mengajar biologi

yang paling tepat untuk topik yang akan disampaikan.

c. Strategi Belajar Mengajar

Strategi yang berarti “Rencana yang cermat mengenai

kegiatan untuk mencapai sasaran khusus” adalah tindakan guru

dalam melaksanakan rencana pembelajaran. Artinya, usaha guru

dalam menggunakan beberapa variabel pembelajaran (tujuan, bahan,

metode, dan alat, serta evaluasi). Dengan kata lain strategi mengajar

adalah taktik yang digunakan dalam melaksanakan/praktek

mengajar di kelas. Nilai guna yang didapatkan bagi guru adalah agar

tercapainya tujuan melalui kegiatan terprogram.11 Secara umum,

strategi adalah garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha

mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan

belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum

kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar

mengajair untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.12 Jadi,

strategi belajar mengajar adalah suatu kegiatan belajar yang

dilakukan oleh guru dan peserta didik dalam mencapai tujuan

pembelajaran yang diharapkan.

Dalam pembelajaran biologi, guru hendaknya dapat memilih

strategi pengajaran secara efektif. Salah satunya dengan

menggunakan metode dan teknik yang banyak melibatkan siswa

aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik maupun sosial. Prinsip

belajar aktif inilah yang diharapkan dapat menimbulkan sasaran

pembelajaran biologi yang kreatif dan kritis. Hal itu mungkin dapat

11 Armai Arief, Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002),,

hal. 91 12 Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT.

Rineka Cipta, 2006), hal. 5

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

12

kita capai dengan pendekatan, penemuan, pemecahan masalah atau

penyelidikan untuk pokok bahasan/sub pokok bahasan tertentu.

Salah satu metode yang menerapkan atau menggunakan pendekatan-

pendekatan tersebut adalah metode investigasi kelompok.

2. Motivasi Berprestasi

a. Pengertian Motivasi Berprestasi

Membahas mengenai motivasi berprestasi tentu tidak lepas

dari kata motif. Motif dalam bahasa Inggris adalah motive yang

berasal dari kata motion yang berarti gerak atau dorongan. Motif

adalah keadaan di dalam orang yang mendorongnya untuk

melakukan aktivitas atau penggerak tingkah laku ke arah suatu

tujuan dengan didasari adanya suatu kebutuhan.

Motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong

individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai

suatu tujuan. Jadi motif bukanlah hal yang dapat diamati, tetapi

adalah hal yang dapat disimpulkan adanya karena sesuatu yang

dapat kita saksikan. Tiap aktivitas yang dilakukan seseorang itu

didorong oleh sesuatu kekuatan dari dalam diri orang itu, kekuatan

pendorong inilah yang kita sebut motif. 13

Prestasi menurut Murray adalah melaksanakan tugas atau

pekerjaan yang sulit, menguasai, memanipulasi atau mengorganisasi

objek-objek fiskal, manusia atau ide-ide untuk melaksanakan hal-

hal tersebut secepat mungkin dan semandiri mungkin sesuai kondisi

yang berlaku. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak

lain.14

Konsep motivasi berprestasi pertama kali menggunakan

istilah “N-Ach” atau Need for Achievement” dan dipopulerkan oleh

13 Agus Hari Utomo, Perbedaan Motivasi Berprestasi antara Siswa yang Menjadi

Pengurus Osis dengan Siswa yang Bukan Pengurus OSIS di SMU YPE (Semarang : Yayasan Pendidikan Ekonomi, 2005), hal. 7

14 Ifdil Dahlani, Motivasi Berprestasi... hal. 1

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

13

McClelland. Konsep ini bertolak dari suatu asumsi bahwa “N-AcH”

merupakan semacam kekuatan psikologis yang mendorong setiap

individu sehingga membuat aktif dan dinamis untuk mengejar

kemajuan. Motivasi berprestasi menurut Heckhausen adalah batasan

motivasi berprestasi sebagai usaha keras untuk meningkatkan atau

kecakapan diri setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan

menggunakan standar keunggulan sebagai pembanding.

Standar keunggulan dapat berupa tingkat tingkat

kesempurnaan hasil pelaksanaan tugas (berkaitan dengan tugas),

perbandingan dengan prestasi sendiri sebelumnya (berkaitan dengan

diri sendiri), dan perbandingan dengan prestasi orang lain.

Kemampuan yang dimiliki seseorang dalam berbagai aktivitas

merupakan standar keunggulan yang dapat gagal atau berhasil. Ada

tiga bentuk standar keunggulan/keberhasilan menurut Heckhausen,

yaitu :

1. Keberhasilan dalam menyelesaikan tugas.

2. Keberhasilan yang dibandingkan dengan keberhasilan

sebelumnya.

3. Keberhasilan yang dicapai dibandingkan dengan keberhasilan

yang diraih orang lain.15

Menurut McClelland dan Atkinson bahwa ”Achievement

motivation should be characterized by high hopes of success rather

than by fear of failure” artinya karakteristik motivasi berprestasi

ditandai dengan tingginya harapan untuk mencapai keberhasilan dari

pada rasa takut mengalami kegagalan. Selanjutnya dinyatakan

McClelland bahwa ”motivasi berprestasi merupakan kecenderungan

seseorang dalam mengarahkan dan mempertahankan tingkah laku

untuk mencapai suatu standar prestasi”. Pencapaian standar prestasi

digunakan oleh siswa untuk menilai kegiatan yang pernah

15 Agus Hari Utomo, Perbedaan Motivasi Berprestasi antara Siswa yang Menjadi

Pengurus Osis dengan Siswa yang Bukan Pengurus OSIS di SMU YPE... hal. 10-11

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

14

dilakukan. Siswa yang menginginkan prestasi yang baik akan

menilai apakah kegiatan yang dilakukannya telah sesuai dengan

kriteria yang telah ditetapkan.16

Dengan demikian dapat ditarik pengertian umum, bahwa

motivasi berprestasi selalu berkaitan dengan upaya memenuhi atau

melampaui suatu standar yang menyangkut prestasi sendiri maupun

prestasi orang lain. Dalam hubungannya dengan prestasi diri, orang

akan berusaha menyelesaikan tugas dengan sebaik dan secepat

mungkin serta berusaha meningkatkan prestasi yang pernah dicapai

sebelumnya. Dalam hubungannya dengan prestasi orang lain, orang

berusaha untuk menampilkan hasil kerja yang lebih baik

dibandingkan hasil kerja orang lain.

Ahli lain yakni Gellerman menyatakan bahwa orang yang

mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan sangat senang kalau ia

berhasil memenangkan suatu persaingan. Ia berani menanggung

segala resiko sebagai konsekwensi dari usahanya untuk mencapai

tujuan. Sedangkan motivasi berprestasi menurut Tapiardi adalah

sebagai suatu cara berfikir tertentu apabila terjadi pada diri

seseorang cenderung membuat orang itu bertingkah laku secara giat

untuk meraih suatu hasil atau prestasi.17

Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa dengan adanya

motivasi berprestasi dalam diri individu akan menumbuhkan jiwa

kompetisi yang sehat, akan menumbuhkan individu-individu yang

bertanggung jawab dan dengan motivasi berprestasi yang tinggi juga

akan membentuk individu menjadi pribadi yang kreatif.

Motivasi berprestasi adalah dorongan untuk berhasil dalam

melakukan suatu tugas atau pekerjaan, dorongan untuk memperoleh

kesempurnaan. Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi

cenderung untuk berusaha menyelesaikan tugasnya dengan tuntas,

16 Ifdil Dahlani, Motivasi Berprestasi... hal. 1 17 Ifdil Dahlani, Motivasi Berprestasi... hal. 2

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

15

tanpa menunda-nunda pekerjaannya. Penyelesaian tugas semacam

itu bukanlah karena dorongan dari luar, tapi upaya pribadi.18

Keberhasilan yang dia dapat adalah benar-benar berdasarkan

kesadaran diri atas tanggungjawabnya akan tugas-tugas yang harus

dikerjakan, bukan karena lingkungan. Sehingga seseorang yang

memiliki motivasi berprestasi tingggi keetika mengalami kegagalan

maka dia tidak larut dalam kekecewaannya justru hal tersebut akan

dijadikan cambuk untuk lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan

seseorang yang memperoleh keberhasilan karena dia takut gagal,

ketika mengalami kegagalan maka dia akan terlarut dalam

kekecewaan karena dalam dirinya tertanam rasa takut, malu, takut

dihina, bahkan takut mendapat hukuman. Jadi usaha tersebut tidak

secara tulus datang dari dalam individu tersebut.

Dengan demikian hakikat motivasi berprestasi adalah usaha

seseorang untuk mengarahkan perilakunya atau bertindak dengan

menggunakan segenap kemampuan fisik dan psikis untuk mencapai

keinginan atau kebutuhan berprestasi, maju dan sukses dari

sebelumnya.19

b. Teori Motivasi Berprestasi

1) Teori Kebutuhan Maslow

Abraham Maslow adalah seorang psikologi klinik. Pada

tahun 1954, ia menyatakan bahwa manusia mempunyai berbagai

keperluan dan mencoba mendorong untuk bergerak memenuhi

keperluan tersebut. Keperluan itu wujud dalam beberapa tahap

kepentingan. Setiap manusia mempunyai keperluan untuk

memenuhi kepuasan diri dan bergerak memenuhi keperluan

tersebut. Lima hierarki keperluan/kebutuhan dapat dijelaskan

sebagai berikut:

18 Hamzah B.Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya... hal. 30 19 Hindun Anwar, Motivasi Berprestasi dan Produktivitas Kerja Pengawas, (Makalah

Peringkat II terbaik pada Temu Karya , Le Dian Hotel – Serang, Juli 2008), hal. 5

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

16

a) Kebutuhan fisiologi (physiological needs).

Kebutuhan dasar untuk menunjang kehidupan manusia,

yaitu: pangan, sandang, papan, dan seks. Apabila

kebutuhan fisiologi ini belum terpenuhi secukupnya, maka

kebutuhan lain tidak akan memotivasi manusia.

b) Kebutuhan rasa aman (safety needs).

Kebutuhan akan terbebaskannya dari bahaya fisik, rasa

takut kehilangan pekerjaan dan materi.

c) Kebutuhan akan sosialisasi (social needs or affiliation).

Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan pergaulan

dengan sesamanya dan sebagai bagian dari kelompok.

d) Kebutuhan penghargaan (esteem needs).

Kebutuhan merasa dirinya berharga dan dihargai oleh

orang lain.

e) Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs).

Kebutuhan untuk mengembangkan diri dan menjadi orang

sesuai dengan yang dicita-citakannya.20

2) Teori Motivasi McClelland

McClelland menekankan pentingnya kebutuhan

berprestasi.21 Pengertian kebutuhan untuk berprestasi menurut

McClelland adalah suatu daya dalam mental manusia untuk

melakukan suatu kegiatan yang lebih baik, lebih cepat, lebih

efektif, dan lebih efisien daripada kegiatan yang dilaksanakan

sebelumnya. Ini disebabkan oleh virus mental.22

Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa dalam

psikis manusia, ada daya yang mampu mendorongnya ke arah

suatu kegiatan yang hebat sehingga dengan daya tersebut, ia

dapat mencapai kemajuan yang teramat cepat. Daya pendorong

20 Supriyo, Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dan Sikap Guru terhadap Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan dengan Kinerja Guru, (www.guruvalah.20m.com), Hal. 16-17

21 Hamzah B.Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya... hal. 47 22 Ifdil Dahlani, Motivasi Berprestasi... hal. 1

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

17

tersebut dinamakan virus mental, karena apabila terjangkit di

dalam jiwa manusia, daya tersebut akan berkembang biak

dengan cepat. Dengan kata lain, daya tersebut akan meluas dan

menimbulkan dampak dalam kehidupan.

3) Teori Harapan

Teori harapan didasarkan pada keyakinan bahwa orang

dipengaruhi oleh perasaan mereka tentang gambaran hasil

tindakan mereka.23 Vroom mengembangkan sebuah teori

motivasi berdasarkan jenis pilihan yang dibuat orang untuk

mencapai tujuan, yang berdasarkan kebutuhan internal. Teori

harapan (expectancy theory) memiliki tiga asumsi pokok:

a) Setiap individu percaya bahwa jika ia berperilaku dengan

cara tertentu ia akan memperoleh hal tententu. Ini disebut

harapan hasil (outcome expectancy).

b) Setiap hasil mempunyai nilai, atau daya tarik bagi orang

tertentu. Ini disebut seberapa sulit mencapai hasil

tersebut. Ini disebut valensi (valence).

c) Setiap hasil berkaitan dengan suatu persepsi mengenai

seberapa sulit mencapai hasil tersebut. Ini disebut

harapan usaha (effort expectancy).24

c. Karakteristik Motivasi Berprestasi

Hechausen menyatakan bahwa karaktristik individu yang

mempunyai motivasi berprestasi antara lain sebagai berikut:25

1) Berorientasi sukses

Jika individu dihadapkan pada situasi berprestasi ia

merasa optimis bahwa sukses akan diraihnya dan dalam

23 Hamzah B.Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya... hal. 47 24 Supriyo, Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dan Sikap Guru terhadap

Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan dengan Kinerja Guru... hal. 18-19 25 Agus Hari Utomo, Perbedaan Motivasi Berprestasi antara Siswa yang Menjadi

Pengurus Osis dengan Siswa yang Bukan Pengurus OSIS... hal. 12-13

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

18

mengerjakan tugas ia lebih terdorong oleh harapan untuk

sukses dari pada menghindar tapi gagal.

2) Berorientasi jauh ke depan

Cenderung membuat tujuan-tujuan yang hendak

dicapainya di waktu yang akan datang dan ia sangat

menghargai waktu serta ia lebih dapat menangguhkan

pemuasan untuk mendapatkan penghargaan di waktu

mendatang.

3) Suka tantangan

Suka situasi prestasi yang mengundang resiko yang

cukup untuk gagal. Dia suka akan perbedaan dan kekhasan

tersendiri sesuai dengan kompetensi profesional yang di

miliki, maka secara tidak langsung akan mempengaruhi

kualitas motivasi dan pencapaian prestasi belajar pada siswa.

4) Tangguh

Dalam melakukan tugas-tugasnya menunjukan

keuletan, dia tidak mudah putus asa dan berusaha terus sesuai

dengan kemampuannya

McClelland menyatakan bahwa orang yang mempunyai

motivasi berprestasi yang tinggi, mempunyai ciri-ciri sebagai

berikut:26

1) Mempunyai tanggung jawab pribadi

Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi akan

melakukan tugas sekolah atau bertanggung jawab terhadap

pekerjaannya. Siswa yang bertanggung jawab terhadap

pekerjaan akan puas dengan hasil pekerjaan karena

merupakan hasil usahanya sendiri. Menetapkan nilai yang

akan dicapai atau menetapkan standar unggulan. Siswa

menetapkan nilai yang akan dicapai. Nilai itu lebih tinggi dari

nilai sendiri (internal) atau lebih tinggi dengan nilai yang

26 Ifdil Dahlani, Motivasi Berprestasi... hal. 2-3

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

19

dicapai oleh orang lain (eksternal). Untuk mencapai nilai yang

sesuai dengan standar keunggulan, siswa harus menguasai

secara tuntas materi pelajaran.

2) Berusaha bekerja kreatif

Siswa yang bermotivasi tinggi, gigih dan giat mencari

cara yang kreatif untuk menyelesaikan tugas sekolahnya.

Siswa mempergunakan beberapa cara belajar yang

diciptakannya sendiri, sehingga siswa lebih menguasai materi

pelajaran dan akhirnya memperoleh prestasi yang tinggi.

3) Berusaha mencapai cita-cita

Siswa yang mempunyai cita-cita akan berusaha

sebaik-baiknya dalam belajar atau mempunyai motivasi yang

tinggi dalam belajar. Siswa akan rajin mengerjakan tugas,

belajar dengan keras, tekun dan ulet. Siswa akan mengerjakan

tugas sampai selesai dan bila mengalami kesulitan ia akan

membaca kembali bahan bacaan yang telah diterangkan guru,

mengulangi mengerjakan tugas yang belum selesai.

Keberhasilan pada setiap kegiatan sekolah dan memperoleh

hasil yang baik akan memungkinkan siswa mencapai cita-

citanya.

4) Memiliki tugas yang moderat

Memiliki tugas yang moderat yaitu memiliki tugas

yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Siswa

dengan motivasi berpretasi yang tinggi, yang harus

mengerjakan tugas yang sangat sukar, akan tetapi

mengerjakan tugas tersebut dengan membagi tugas menjadi

beberapa bagian.

5) Melakukan kegiatan sebaik-baiknya

Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi yang

tinggi akan melakukan semua kegiatan belajar sebaik

mungkin dan tidak ada kegiatan lupa di kerjakan. Siswa

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

20

membuat kegiatan belajar dan mentaati jadwal tersebut. Siswa

selalu mengikuti kegiatan belajar dan mengerjakan soal-soal

latihan walaupun tidak diperintah guru serta memperbaiki

tugas yang salah. Siswa juga akan melakukan kegiatan

belajar sendiri atau bersama secara berkelompok.

6) Mengadakan antisipasi

Mengadakan atisipasi maksudnya melakukan kegiatan

untuk menghindari kegagalan atau kesulitan yang mungkin

terjadi. Antisipasi dapat dilakukan siswa dengan menyiapkan

semua keperluan atau peralatan sebelum pergi ke sekolah.

Siswa datang ke sekolah lebih cepat dari jadwal belajar atau

jadwal ujian, mencari soal atau jawaban untuk latihan. Siswa

menyokong persiapan belajar yang perlu dan membaca materi

pelajaran yang akan diberikan guru pada hari berikutnya.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan indikator

berdasarkan Hechausen dan McClelland. Indikator tersebut telah

divalidasi lewat professional Judgement (oleh dosen pembimbing).

Indikator motivasi berprestasi yang digunakan, yaitu:

1) Mempuyai waktu khusus untuk belajar

2) Memanfaatkan waktu dengan baik

3) Tidak suka menunda tugas/pekerjaan

4) Bekerja keras

5) Mengidolakan orang yang sukses

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi

Motivasi berprestasi dapat dipengaruhi oleh lingkungannya..

Sikap positif terhadap lingkungan akan meningkatkan motivasi

berprestasi, sedangkan sikap negatif terhadap lingkungan akan

menurunkan motivasi berprestasi. Selain itu, ada empat unsur yang

merupakan penyebab motivasi berprestasi yang dikemukakan oleh

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

21

Weiner. Keempat unsur tersebut adalah kemampuan atau kekuatan,

usaha, kesukaran tugas, dan keberuntungan atau kebutuhan.

Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi motivasi

berprestasi adalah sebagai berikut :

1) Cita-cita atau Aspirasi

Cita-cita atau disebut juga aspirasi adalah suatu target

yang ingin dicapai. Aspirasi ini dapat bersifat positif dan

negatif. Siswa yang mempunyai aspirasi positif adalah siswa

yang menunjukan hasratnya untuk memperoleh keberhasilan.

Sebaliknya siswa yang mempunyai aspirasi negatif adalah

siswa yang menunjukan hasratnya menghindari kegagalan.

2) Kemampuan Belajar

Kemampuan ini meliputi beberapa aspek psikis yang

terdapat dalam diri siswa, misalnya pengamatan, perhatian,

ingatan, daya pikar dan fantasi. Dalam kemampuan belajar ini,

taraf perkembangan berpikir siswa menjadi ukuran. Siswa

yang mempunyai kemampuan belajar tinggi biasanya lebih

termotivasi, karena siswa tersebut lebih sering memperoleh

sukses, sehingga kesuksesan ini memperkuat motivasinya.

3) Kondisi Siswa

Kondisi fisik dan kondisi psikologis siswa sangat

mempengaruhi faktor motivasi, sehingga sebagai guru harus

lebih cermat melihat kondisi fisik dan psikologis siswa.

Misalnya siswa yang kelihatan lesu, mengantuk, mungkin

disebabkan waktu berangkat belum sarapan, atau mungkin di

rumah mengalami masalah yang menimbulkan kemarahan.

Maka kondisi-kondisi fisik dan psikologis inipun dapat

mengurangi atau bahkan menghilangkan motivasi siswa.

4) Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan merupakan suatu unsur-unsur yang

datang dari luar diri siswa. Unsur-unsur di sini dapat berasal

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

22

dari lingkungan keluarga, sekolah maupun lingkungan

masyarakat baik yang menghambat atau mendorong. Kalau

dilihat dari lingkungan sekolah, guru harus berusaha

mengelola kelas, menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan, menampilkan diri secara menarik dalam

rangka membantu siswa termotivasi dalam belajar.

5) Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar

Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur

yang keberadaannya dalam proses belajar tidak stabil, kadang-

kadang kuat, kadang-kadang lemah dan bahkan hilang sama

sekali, khususnya kondisi-kondisi yang sifatnya kondisional.

Misalnya keadaan emosi siswa, gairah belajar, dan situasi

dalam keluarga.

6) Upaya Guru Membelajarkan Siswa

Upaya yang dimaksud adalah bagaimana guru

mempersiapkan diri dalam membelajarkan siswa mulai dari

penguasaan materi, cara menyampaikannya, menarik

perhatian siswa, dan mengevaluasi hasil belajar. Apabila

uapaya guru hanya sekedar mengajar, artinya keberhasilan

guru yang menjadi titik tolak, besar kemungkinan siswa tidak

tertarik untuk belajar. Dengan kata lain motivasi untuk belajar

siswa melemah atau hilang.27

3. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran

yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja

sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mecapai tujuan

belajar.

27 Hindun Anwar, Motivasi Berprestasi dan Produktivitas Kerja Pengawas... hal. 14-

18

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

23

Pembelajaran kooperatif mencakup kelompok kecil siswa

yang bekerja atau belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil

yang terdiri dari 4-6 0rang siswa yang sederajat tetapi heterogen,

kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling

membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk

memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat

secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama

bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai

ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu

teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.

Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk

meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan

pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam

kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk

berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar

belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan

ganda yaitu sebagai siswa ataupun guru.28

Ada empat unsur yang penting dalam kooperatif, yaitu:29

1) Adanya peserta dalam kelompok,

2) Adanya aturan kelompok,

3) Adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan

4) Adanya tujuan yang harus dicapai.

Hal yang menarik dari pembelajaran kooperatif adalah

harapan berupa peningkatan prestasi belajar peserta didik, relasi

sosial, penerimaan terhadap peserta didik yang dianggap lemah,

harga diri, norma akademik, penghargaan terhadap waktu, dan suka

memberi pertolongan pada orang lain. Akan tetapi jika tidak

dikonstruksikan dengan baik dapat menimbulkan beberapa

28 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi konstruktivistik, (Jakarta :

Prestasi Pustaka Publisher, 2007), hal. 41-42 29 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

(Jakarta : Prenada Media Group, 2006), hal. 239

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

24

kelemahan, diantaranya ketergantungan menyebabkan siswa yang

lambat berpikir tidak dapat berlatih secara mandiri.30

Ada beberapa karakteristik Pembelajaran Kooperatif, yaitu: 31

1) Individual accountability (setiap individu mempunyai peran

dan tanggungjawab bersama),

2) Social skills (membentuk kesadaran sosial),

3) Positive interdependence (saling ketergantungan secara

positif),

4) Group processing (pengalaman mengalami suatu secara

bersama),

5) Getting better together (mencapai sesuatu secara bersama).

Ada beberapa metode yang dikembangkan dalam

pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah: STAD, TGT, TAI,

TPS, jigsaw dan investigasi kelompok. Jigsaw dan investigasi

kelompok adalah metode pembelajaran kooperatif yang

mengedepankan spesialisasi tugas setiap kelompok di dalam

kelompok.

b. Teori Pendukung Belajar kooperatif

1) Teori Konstruktivisme

Teori belajar konstruktivisme menyatakan bahwa siswa

harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi

kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan lama dan

merevisinya apabila aturan itu tidak lagi sesuai. Menurut teori

kontruktivisme ini, satu prinsip yang paling penting dalam

psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar

memberikan pengetahuan kepada siswa, siswa harus

30 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan…

hal. 241 31 Yusri Panggabean, dkk. Strategi, Model, dan evaluasi, (Bandung : Bina Media

Informasi, 2007), hal. 76

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

25

membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya.32 Jadi,

dalam teori konstruktivisme ini siswa membangun pemahamannya

sendiri serta menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh

sebelumnya dengan pengetahuan baru.

Pada dasarnya, setiap individu mengindera, mengalami, dan

meyakini fenomena yang ada di sekitarnya serta

mengkonseptualisasikannya ke dalam bentuk pengetahuan

melalui asosiasi (link) dengan pengetahuan yang telah ada

sebelumnya. Selanjutnya, pengetahuan antar individu tersebut

dinegosiasikan pemahamannya sehingga diperoleh suatu konsep.

Setiap pengetahuan dimediasi dan dikukuhkan secara sosial.

Oleh karena itu, pengetahuan memiliki dimensi sosial dan tidak

dapat dianggap sebagai hasil konstruksi individu semata.

Dari segi subyek yang membentuk pengetahuan,

konstruktivisme dapat dibedakan menjadi:

a) Konstruktivisme psikologi personal

Tokoh dari konstruktivisme psikologi ini adalah adalah

Piaget dan Posner. Konstruktivisme psikologi personal

menekankan tiga proses kunci membangun pengetahuan,

yaitu akomodasi, asimilasi dan ekuilibrium. Asimilasi

terjadi karena pengetahuan awal siswa sejalan/berhubungan

dengan fenomena dan belum terjadi perubahan. Akomodasi

merupakan proses konflik kognitif karena skema dengan

fenomenanya berbeda (Piaget) sehingga memungkinkan

terjadinya pada proses perubahan konseptual. Akhirnya,

ekuilibrium merupakan fase kesetimbangan antara asimilasi

dan akomodasi.

b) Konstruktivisme sosiokulturalisme

Konstruktivisme sosiokultural tokoh sentralnya adalah

Vygotsky. Konstruktivisme ini menekankan faktor bahasa

32 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi konstruktivistik… hal. 13

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

26

mempengaruhi proses membangun pengetahuan individu.

Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi paling efektif

dalam menegosiasikan pemahaman.

c) Konstruktivisme sosiologis

Konstruktivisme sosiologis memandang bahwa

pengetahuan dibentuk oleh masyarakat dengan tidak

memperhatikan unsur personal.33

Menurut teori konstruktivisme, yang paling penting adalah

bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan

kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di

dalam benaknya. Peran pengajar adalah memfasilitasi

pembelajar serta mengarahkan siswa agar dapat membangun

pengetahuan secara sadar. Ciri utama konstruktivisme, guru

sebaiknya memperhatikan apa yang telah dialami oleh siswa

(pengetahuan dan keyakinan) dan memaksimalkan interaksi

sosial yang memberikan kesempatan siswa untuk

menegosiasikan pemahaman dan menyediakan pengalaman yang

lebih dinamis. Namun yang menjadi permasalahannya adalah

masih banyak para pengajar yang terbiasa menerapkan metode

ceramah. Beberapa pihak menganggap bahwa metode ceramah

tidak memiliki nilai lebih jika dibandingkan dengan metode

diskusi atau yang lainnya. Anggapan tersebut mereduksi bahwa

konstruktivisme hanya sebagai perangkat metode sehingga

mengabaikan kekuatan konstruktivisme sebagai rujukan untuk

memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh setiap metode

pembelajaran.

33Tatang Suratno, Peranan konstruktivisme dalam Pembelajaran dan

Pengajaran, (Disajikan pada Seminar tentang Peranan Konstruktivisme dalam Pembelajaran dan Pengajaran. Sampoerna Foundation Teacher Institute. Jakarta, 17 Januari 2007), hal. 1

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

27

Dalam kaitannya, Watts mengidentifikasikan enam prinsip

yang menjadi ciri strong constructivism, yaitu :

a) Cognitive Construction

Berhubungan dengan proses konseptualisasi, yaitu

hubungan antara pengetahuan awal dengan informasi yang

tersedia.

b) Constructive Processes

Berhubungan dengan proses konstruksi, rekonstruksi

maupun dekonstruksi struktur pengetahuan.

c) Oppositionality

Berhubungan dengan aktivitas membandingkan dan

membedakan.

d) Critical Realism

Berhubungan dengan kemampuan berargumen karena

pengetahuan bersifat sementara.

e) Self Determination

Berhubungan dengan pencapaian metakognisi.

f) Collegiality

Berhubungan dengan konteks sosial pembelajaran34

2) Teori Ausubel (Pembelajaran Bermakna)

David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan.

Menurut Ausubel bahan pelajaran yang dipelajari haruslah

“bermakna” (meaning full). Pembelajaran bermakna

merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada

konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif

seseorang. Dengan demikian pembelajaran koooperatif akan

dapat mengusir rasa jenuh dan bosan.

Menurut Ausubel, pemecahan masalah yang cocok adalah

lebih bermanfaat bagi siswa dan merupakan strategi yang

34 Tatang Suratno, Peranan konstruktivisme dalam Pembelajaran dan

Pengajaran…hal. 3

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

28

efisien dalam pembelajaran. Kekuatan dan kebermaknaan

proses pemecahan masalah dalam pembelajaran sejarah terletak

pada kemampuan pelajar dalam mengambil peran pada

kelompoknya. Untuk memperlancar proses tersebut diperlukan

bimbingan langsung dari guru, baik lisan maupun dengan

contoh tindakan. Sedangkan siswa diberi kebebasan untuk

membangun pengetahuannya sendiri.

3) Teori Piaget (Kognitif)

Dalam hubungannya dengan pembelajaran, teori ini

mengacu kepada kegiatan pembelajaran yang harus melibatkan

partisipasi peserta didik. Sehingga menurut teori ini

pengetahuan tidak hanya sekedar dipindahkan secara verbal

tetapi harus dikonstruksi dan direkontruksi peserta didik.

Sebagai realitas teori ini, maka dalam kegiatan pembelajaran

peserta didik haruslah bersifat aktif. Pembelajaran kooperatif

adalah sebuah model pembelajaran aktif dan partisipatif.

Pada masa ini siswa telah menyesuaikan diri dengan

realita konkrit dan harus berpengetahuan. Oleh karena itu

dalam upaya meningkatkan kulaitas kognitif siswa, guru dalam

melaksanakan pembelajaran harus lebih ditunjukkan pada

kegiatan pemecahan masalah atau latihan meneliti dan

menemukan. Selanjutnya diungkapkan bahwa pembentukan

otak dengan pengetahuan hafalan dan latihan drill yang

berlebihan selain tidak mewujudkan peningkatan

perkembangan kognitif yang optimal, juga secara psikologis

tidak seimbangnya memfungsikan belahan otak sebelah kiri

dengan belahan otak sebelah kanan. Akibatnya pembelajaran

tidak dapat memotivasi pelajar untuk berfikir secara kreatif dan

inovatif. Proses pembelajaran akan lebih berhasil apabila

disesuaikan dengan peringkat perkembangan kognitif siswa.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

29

Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam

pengajaran, antara lain :

a) Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang

dewasa..

b) Anak-anak akan memperoleh pembelajaran lebih baik

apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik..

c) Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan

baru tetapi tidak asing.

d) Diberi peluang agar pembelajaran anak sesuai dengan

peringkat perkembangannya.

e) Di dalam ruangan kelas, anak-anak hendaknya banyak

diberi peluang untuk saling berbicara dengan teman-

temannya dan saling berdiskusi.

4) Teori Vygotsky (Sosiokultural)

Sumbangan dari teori Vygotsky adalah penekanan pada

bakat sosiokultural dalam pembelajaran. Menurutnya

pembelajaran terjadi saat anak bekerja dalam zona

perkembangan proksimal (zone of proximal development)..

Zona perkembangan proksimal adalah tingkat perkembangan

sedikit di atas tingkat perkembangan seseorang pada saat ini.

Tingkat perkembangan sesungguhnya adalah kemampuan

pemecahan masalah secara mandiri sedangkan tingkat

perkembangan potensial adalah kemampuan pemecahan

masalah di bawah bimbingan orang dewasa melalui kerja sama

dengan teman sebaya yang lebih mampu. Dengan demikian,

tingkat perkembangan potensial dapat disalurkan melalui

model pembelajaran kooperatif.

Ide lain yang diturunkan Vygotsky adalah scaffolding,

yaitu memberikan sejumlah bantuan kepada anak pada tahap-

tahap awal pembelajaran, kemudian menguranginya dan

memberi kesempatan kepada anak untuk mengambil alih

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

30

tanggung jawab saat mereka mampu. Bantuan tersebut berupa

petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah pada

langkah-langkah pemecahan, memberi contoh, ataupun hal-hal

lain yang memungkinkan pelajar tumbuh sendiri.

Dalam teori Vygotsky dijelaskan ada hubungan langsung

antara dominan kognitif dengan sosial budaya. Kualitas berfikir

siswa dibangun di dalam ruangan kelas, sedangkan aktivitas

sosialnya dikembangkan dalam bentuk kerja sama antara

pelajar dengan pelajar lainnya yang lebih mampu di bawah

bimbingan orang dewasa dalam hal ini guru.35

5) Teori Motivasi

Motivasi merupakan kunci keberhasilan seseorang. Bila

seseorang mempunyai motivasi, maka akan mempunyai

semangat dalam melakukan aktivitas. Motif adalah keadaan di

dalam orang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas

atau penggerak tingkah laku ke arah suatu tujuan dengan

didasari adanya suatu kebutuhan. McClelland dan Atkinson

menyebutkan ”Setiap orang mempunyai tiga motif yakni

motivasi berprestasi (achievement motivation), motif

bersahabat (affiliation motivation) dan motif berkuasa (power

motivation)”. Kesadaran siswa untuk belajar merupakan

motivasi intrinsik. Walaupun demikian motivasi tersebut akan

sangat dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya, misalnya guru atau

teman.36 Secara umum motivasi dibagi menjadi dua bagian

yang pokok:37

a) Motivasi intrinsik, yaitu: motivasi yang berasal dari dalam

diri siswa itu sendiri yang dapat mendorong dirinya untuk

belajar atau berprestasi.

35 Isjoni, Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antar

Peserta Didik, (Jogjakarta : Pustaka Pelajar, 2009), hal. 51-57 36 Ifdil Dahlani, Motivasi Berprestasi, (http://konselingindonesia.com. 2005) 37 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran… hal. 23

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

31

b) Motivasi ekstrinsik, yaitu : motivasi yang berasal dari luar

individu siswa yang mendorongnya melakukan kegiatan

belajar.

Dalam kegiatan belajar, berlangsung dan keberhasilannya

ditentukan oleh faktor internal dan faktor eksternal yang

mempengaruhi prestasi belajar siswa. Kedua faktor tersebut

saling mempengaruhi dalam proses belajar.

c. Metode Investigasi Kelompok

Salah satu bentuk pembelajaran kooperatif adalah metode

investigasi kelompok. Dalam pembelajaran metode ini, interaksi

sosial menjadi salah satu faktor penting bagi perkembangan skema

mental yang baru. Pola pengajaran ini akan menciptakan

pembelajaran yang diinginkan, karena siswa sebagai objek

pembelajar ikut terlibat dalam penentuan pembelajaran.38

Investigasi Kelompok adalah salah satu metode pembelajaran yang

dikembangkan pertama kali oleh Thelan. Dalam perkembangannya

model ini diperluas dan dipertajam oleh Sharan dari Universitas Tel

Aviv.39

Pembelajaran dengan metode investigasi kelompok dimulai

dengan pembagian kelompok. Selanjutnya guru dan peserta didik

memilih topik-topik tertentu dengan permasalahan-permasalahan

yang dapat dikembangkan dari topik-topik itu. Sesudah topik beserta

permasalahannya disepakati, peserta didik beserta guru menentukan

metode penelitian yang dikembangkan untuk memecahkan masalah.

Setiap kelompok bekerja berdasarkan metode investigasi yang

telah mereka rumuskan. Aktivitas tersebut merupakan kegiatan

sistemik keilmuan mulai dari mengumpulkan data, analisis data,

sintesis, hingga menarik kesimpulan.

38 Isjoni, Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antar

Peserta Didik... hal. 87-88 39 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi konstruktivistik… hal.

59

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

32

Langkah berikutnya adalah presentasi hasil oleh masing-

masing kelompok. Pada tahap ini diharapkan terjadi intersubjektif

dan objektivikasi pengetahuan yang telah dibangun oleh suatu

kelompok. Berbagai perspektif diharapkan dapat dikembangkan oleh

seluruh kelas atas hasil yang dipresentasikan oleh suatu kelompok.

Seyogyanya di akhir pembelajaran dilakukan evaluasi. Evaluasi

dapat memasukkan assesmen individual atau kelompok.40

Penelitian yang paling luas dan sukses dari metode-metode

spesialisasi tugas adalah investigasi kelompok. Hal penting untuk

melakukan Investigasi Kelompok adalah :41

1) Menguasai Kemampuan Kelompok

Di dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota

kelompok harus mendapat kesempatan memberikan konstibusi.

Dalam penyelidikan siswa dapat mencari informasi dari

berbagai sumber di dalam maupun di luar kelas. Siswa

kemudian mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap

anggota untuk mengerjakan lembar kerja.

2) Rencana Kooperatif

Siswa bersama-sama menyelidiki masalah mereka.

Sumber mana yang mereka butuhkan. Siapa yang melakukan

apa. Dan bagaimana mereka akan mempresentasikan proyek

mereka di dalam kelas.

3) Peran Guru

Guru menyediakan sumber dan fasilitator, memutar

diantara kelompok-kelompok dan membantu jika siswa

menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok.

40 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta :

Pustaka Pelajar, 2009). Hal. 93 41 Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Bandung : Nusa

Media, 2009) hal. 214-217

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

33

Dalam investigasi kelompok, murid bekerja melalui enam

tahap, yaitu :42

1) Mengidentifikasikan Topik dan Mengatur Kelompok

a) Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan

sejumlah topik, dan mengkategorikan saran-saran.

b) Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk

mempelajari topik yang telah mereka pilih.

c) Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa

dan bersifat heterogen.

d) Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan

memfasilitasi pengaturan.

2) Merencanakan Tugas yang akan Dipelajari

a) Para siswa merencanakan bersama mengenai apa yang akan

dipelajari.

b) Para siswa merencanakan bersama mengenai bagaimana

mempelajarinya.

c) Para siswa melakukan pembagian tugas.

3) Melaksanakan Investigasi

a) Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis, dan

membuat kesimpulan.

b) Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha

yang dilakukan kelompoknya.

c) Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan

mensistesis semua gagasan.

4) Menyiapkan Laporan Akhir

a) Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari

proyek mereka.

b) Anggota kelompok merencanakan apa yang mereka

laporkan, dan bagaimana mereka akan membuat presentasi

mereka.

42 Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik… hal. 218-220

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

34

c) Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara

untuk mengkoordinasi rencana-rencana presentasi.

5) Mempresentasikan Laporan Akhir

a) Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai

macam bentuk

b) Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan

pendengarnya secara aktif.

c) Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan

penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah

ditentukan sebelumnya oleh semua anggota kelas.

6) Evaluasi

a) Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik

tersebut, mengenai tugas ynag telah mereka kerjakan,

mengenai keefektifan pengalaman-pengalaman mereka

b) Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi

pembelajaran.

c) Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran

paling tinggi.

Menurut Daniel Zingaro, implementasi dari proses investigasi

kelompok meliputi 6 tahap :43

1) Guru mempresentasikan berbagai masalah yang dihadapi yang

berkaitan dengan materi yang akan dipelajari di depan kelas

kepada siswa, para siswa tergabung dalam kelompok.

2) Setiap kelompok merencanakan investigasi. Prosedur, tugas-

tugas dan tujuan yang konsisten dengan subtopik yang dipilih.

3) Setiap kelompok menjalankan investigasi sesuai tahap-tahap

yang telah direncanakan. Peran guru dalam tahap ini adalah

mengikuti proses investigasi, menawarkan bantuan jika

diperlukan.

43 Daniel Zingaro, Group Investigation : Theory and Practice, (Toronto Canada :

Ontario Institute for Studies in Education, 2008), hal. 1

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

35

4) Setiap kelompok merencanakan presentasi. Mereka

mengevaluasi apa yang telah mereka pelajari, dan mensintesis

ke dalam bentuk yang dapat difahami oleh seluruh kelas.

5) Kelompok memimpin presentasi.

6) Guru dan siswa mengevaluasi hasil investigasi dan presentasi.

Sharan, dkk membagi langkah-langkah pelakasanaan metode

Investigasi Kelompok meliputi 6 langkah :44

1) Memilih topik

Seorang guru dapat membagi siswa menjadi beberapa

kelompok yang terdiri dari 4-6 0rang. Siswa memilih subtopik

khusus dalam suatu daerah masalah umum yang biasanya

ditetapkan oleh guru.

2) Perencanaan kooperatif

Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran,

tugas dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang

telah dipilih pada tahap pertama.

3) Implementasi

Siswa menerapkan rencana yang telah mereka

kembangkan di dalam tahap kedua. Guru secara ketat

mengikuti kemajuan setiap kelompok dan menawarkan bantuan

bila diperlukan.

4) Analisis dan Sintesis

Siswa menganalisis dan mensintesis yang diperoleh pada

tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut

diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai

bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas.

5) Presentasi hasil final

Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil

penyelidikannya. Presentasi dikoordinasi oleh guru.

44 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi konstruktivistik…hal.

59-61

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

36

6) Evaluasi

Siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok

terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang

dilakukan dapat berupa penilaian individual atau kelompok.

Berdasarkan uraian di atas, maka kelebihan pembelajaran

kooperatif dengan metode Investigasi Kelompok, yaitu:

1) Suasana belajar kooperatif memiliki peranan yang besar dalam

peningkatan hasil belajar, karena kelompok siswa yang belajar

memiliki kemampuan heterogen.

2) Suasana kooperatif memiliki peranan yang besar dalam

menumbuhkan kepribadian siswa yang sehat.

3) Siswa dapat menghilangkan miskonsepsi, bahkan terjadi

peningkatan pemahaman siswa tentang konsep materi.

4) Pembelajaran menjadi lebih bermakna sehingga siswa

termotivasi untuk belajar dan tidak bosan dalam mengikuti

pembelajaran serta menstimulasi perkembangan kreativitas

hagi siswa.

Walaupun pembelajaran kooperatif memiliki beberapa

kelebihan akan tetapi apabila tidak dikonstruksikan dengan baik

akan menimbulkan kelemahan yaitu beberapa anggota kelompok

mengalami suatu kondisi yang mengerjakan semua atau sebagian

pekerjaan dalam pembelajaran, sedangkan yang lain tidak

melakukan aktivitas.

Untuk dapat mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif

metode Investigasi Kelompok terhadap motivasi berprestasi pada

pelajaran Biologi, maka digunakan kelas kontrol dengan

menggunakan metode ekspositori. Metode ekspositori merupakan

suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan

keterangan informasi ataupun uraian tentang suatu pokok persoalan

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

37

serta masalah secara lisan. Metode ini memiliki kelebihan dan

kekurangan, yaitu:45

Kelebihan metode ekspositori :

1) Guru mudah menguasai kelas

2) Mudah mengorganisasikan tempat duduk atau kelas

3) Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar

4) Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya

5) Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik

Kekurangan metode ekspositori :

1) Menyebabkan siswa menjadi pasif

2) Guru sulit menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik

pada ceramahnya

3) Jika metode ini selalu digunakan dan memakai waktu lama

maka akan membosankan bagi siswa

4) Siswa dengan kemampuan visual yang tinggi akan sulit

menerima materi pengajaran dibandingkan siswa dengan

kemampuan auditif yang tinggi.

B. Hasil Penelitian Relevan

Siti Maesaroh dalam penelitiannya yang berjudul ”Efektivitas

Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Group Investigation

terhadap Hasil Belajar Matematika” (Studi eksperimen di Mts. Manaratul

Islam Jakarta Selatan Tahun Ajaran 2004/2005). Hasilnya menunjukan

bahwa hasil belajar Matematika kelas 1 Mts. Manaratul Islam Jakarta

Selatan yang diajar pembelajaran kooperatif dengan metode Group

Investigation secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan hasil

belajar siswa yang diajar secara konvensional. Meningkatkan motivasi

siswa karena tidak membosankan, pada kegiatan pembelajaran siswa

terlibat dalam proses penemuan. Keberhasilan siswa dalam belajar

Matematika dengan menggunakan metode Group Investigation tidak

45 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar... hal. 97-98

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

38

terlepas dari berbagai komponen yang terkait, diantaranya: kemampuan

guru dalam mengelola kelas, siswa dan lingkungan kelas.

Umi Kulsum dalam penelitiannya yang berjudul ”Pengaruh

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Metode Group Investigation terhadap

Motivasi Berprestasi Siswa pada Pelajaran Matematika” (Studi Kasus di

Kelas 3 MtsN. 12 Jakarta Tahun Ajaran 2005/2006). Hasilnya menunjukan

bahwa skor motivasi berprestasi siswa yang diajar dengan metode Group

Investigation lebih tinggi daripada yang diajar dengan metode ekspositori.

Terdapat pengaruh yang signifikan dengan menggunakan metode Group

Investigation terhadap motivasi berprestasi siswa pada pelajaran

Matematika.

Robert E. Slavin dalam jurnal penelitiannya yang berjudul

“Cooperative Learning. Appllying Educational Research: Practical

Guide” menjelaskan lebih dari 68 studi perbandingan kelas eksperimen

dan kontrol telah dilakukan, diperoleh perbedaan yang signifikan antara

keduanya dengan pembelajaran kooperatif pada kelas eksperimen.

Penelitian membuktikan bahwa pembelajaran kooperatif lebih baik dari

pendekatan yang lain. Dua elemen penting yang ditampilkan oleh

pembelajaran kooperatif sehingga menjadi efektif adalah tujuan kelompok

dan tanggungjawab individu.

Pengaruh positif dari hubungan kerja sama di dalam kelompok

diperoleh pada beberapa pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah

investigasi kelompok. Di dalam metode ini terdapat perkembangan pada

sikap dan prilaku terhadap teman sekelas dari latar belakang dengan etnik

yang berbeda-beda dalam satu kelompok. Jadi, dengan menerapkan

pembelajaran kooperatif metode investigasi kelompok, siswa mendapatkan

dua keuntungan, yaitu berprestasi dalam akademik dan bersosialisasi

dengan baik.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

39

C. Kerangka Pikir

Dalam situasi belajar sekarang ini untuk dapat menimbulkan minat

siswa dan memotivasi mereka dalam berprestasi secara intrinsik relatif

sulit. Khususnya untuk pelajaran biologi, karena untuk sampai saaat ini

masih dianggap suatu bidang studi yang membosankan sehingga kurang

memungkinkan guru untuk meningkatkan kualitas anak didiknya akan

sulit terwujud. Banyak siswa yang kurang memiliki motivasi berprestasi,

siswa cenderung mudah bosan dan menyerah ketika menghadapi tugas

yang banyak dan sulit siswa merasa beban yang dipikul sendiri sangat

berat. Sehingga siswa cenderung malas dan menunda-nunda untuk

mengerjakan tugasnya karena merasa tidak mampu dan tidak percaya diri

untuk mengerjakan tugas tersebut.

Untuk itu, agar para siswa lebih termotivasi dalam mempelajari

biologi, guru seharusnya menggunakan metode pembelajaran biologi yang

tepat yang melibatkan siswa aktif. Metode investigasi kelompok adalah

salah satu metode pembelajaran yang dapat melibatkan siswa untuk

berperan aktif. Efek penting pembelajaran kooperatif metode investigasi

kelompok salah satunya adalah penerimaan yang luas terhadap orang yang

berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan maupun

ketidakmampuan.

Selain itu, dalam investigasi kelompok ini, para siswa yang tergabung

dalam suatu kelompok harus menyadari bahwa setiap pekerjaan siswa

mempunyai akibat langsung pada keberhasilan kelompoknya, sehingga

dengan kesadaran tersebut siswa akan termotivasi untuk belajar dan

berprestasi dalam pelajaran biologi.

Agar kegiatan belajar mencapai hasil yang optimal, guru perlu

menciptakan kondisi yang menyenangkan siswa dalam kegiatan belajar

sehingga memungkinkan terjadinya interaksi timbal balik antara guru

dengan siswa, siswa dengan siswa. Dengan diterapkannya pembelajaran

kooperatif metode investigasi kelompok, diharapkan dapat meningkatkan

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

40

motivasi berprestasi pada pelajaran biologi baik secara fisik, intelektual

dan emosional.

Di dalam pembelajaran kooperatif metode investigasi kelompok,

kebutuhan siswa untuk diterima dan dihargai serta dapat mewujudkan diri

sendiri dapat tercapai, sehingga kondisi ini dapat memotivasi siswa untuk

berprestasi. Oleh karena itu, dengan diterapkannya model pembelajaran

ini, ada kecenderungan dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswa.

D. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berpikir, maka hipotesis

penelitiannya adalah terdapat perbedaan motivasi berprestasi siswa antara

kelas eksperimen (metode investigasi kelompok) dengan kelas kontrol

(metode ekspositori) pada pelajaran Biologi.

Hipotesis statistik:

210 : μμ =H

211 : μμ ≠H

Keterangan:

µ1 = Skor rata-rata motivasi berprestasi kelompok eksperimen

µ2 = Skor rata-rata motivasi berprestasi kelompok kontrol

Hipotesis penelitian:

Ho : Tidak terdapat perbedaan skor rata-rata motivasi berprestasi

antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol

H1 : Terdapat perbedaan skor rata-rata motivasi berprestasi antara

kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di MAN 2 Bogor. Waktu yang

digunakan dalam penelitian ini adalah selama satu bulan yaitu pada

semester ganjil tahun ajaran 2009-2010, tanggal 19 Oktober-21 November

2009.

B. Metode dan Desain Penelitian

Dalam skripsi ini, penelitian yang dilakukan menggunakan metode

eksperimen semu (metode quasi eksperimen)1 merupakan kelompok yang

utuh sudah ada sebelumnya tanpa mengubah komposisi siswa pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Desain penelitiannya subject postest only.

Untuk pelaksanaannya diperlukan 2 kelompok, yaitu:

1. Kelompok eksperimen adalah kelompok siswa yang diajarkan

dengan metode Investigasi Kelompok.

2. Kelompok kontrol adalah kelompok siswa yang diajar dengan

metode ekspositori.

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan Angket E X O K - O

Keterangan:

E = Kelompok eksperimen

K = Kelompok kontrol

X = Perlakuan pada kelompok eksperimen

O = Angket yang sama pada kedua kelompok

1 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 207

41

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

42

C. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mempunyai dua variabel, yaitu:

1. Variabel bebas (X) : Pembelajaran kooperatif metode investigasi

kelompok

2. Variabel terikat (Y) : Motivasi berprestasi pada pelajaran Biologi

D. Populasi dan sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian2. Populasi target

adalah seluruh siswa MAN 2. Populasi terjangkaunya adalah seluruh siswa

kelas XI MAN 2 Bogor tahun ajaran 2009/2010. Sedangkan sampel yang

digunakan diambil dari populasi terjangkau dengan teknik purposive

sampling,3 yaitu pengambilan sampel dengan cara mengambil subjek

penelitian bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi

didasarkan atas adanya tujuan tertentu, yaitu kemampuan siswa yang sama

atau hampir sama. Sampel yang diambil sebanyak 39 orang dari kelas XI

IPA 2 (kelompok eksperimen) dan 40 orang dari kelas XI IPA 5

(kelompok kontrol).

E. Teknik Pengumpulan Data

Data berupa motivasi berprestasi dikumpulkan melalui teknik

nontes, yaitu: angket, wawancara dan observasi/pengamatan. Angket yang

digunakan dalam penelitian ini adalah angket langsung (mengungkap diri

orang yang menjawab). Pedoman wawancara yang digunakan adalah

wawancara tidak tersusun (instructured). Pengamatan dalam penelitian ini

menggunakan catatan lapangan yaitu pencatatan terus-menerus

(continuous observation).4

2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta, PT :

Rineka Cipta, 2002), hal. 108 3 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan… hal. 254 4 Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran Ipa Berbasis Kompetensi, (Jakarta :

Lemlit UIN Jakarta Press, 2006), hal 34-43

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

43

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah skala motivasi

berprestasi (skala likert)5, pedoman wawancara, dan catatan lapangan.

Pernyataan yang diajukan dalam angket motivasi berprestasi dibagi

menjadi dua kategori, yaitu : 15 pernyataan positif dan 15 pernyataan

negatif. Indikator dalam instrumen tersebut menggunakan indikator

berdasarkan Hechausen dan McClelland. Indikator tersebut telah divalidasi

lewat professional Judgement (oleh dosen pembimbing).

Pedoman wawancara yang dilakukan peneliti terdiri dari

wawancara tentang metode investigasi kelompok di kelas eksperimen dan

metode ekspositori di kelas kontrol, wawancara tentang motivasi

berprestasi di kedua kelas, wawancara dengan guru biologi tentang

pembelajaran biologi dan motivasi berprestasi siswa.

Catatan lapangan digunakan untuk mengetahui kegiatan belajar

mengajar selama pembelajaran menggunakan metode investigasi

kelompok. Catatan lapangan dilakukan untuk menuliskan kegiatan-

kegiatan atau penemuan-penemuan yang ditemukan atau terlihat ketika

proses pembelajaran.

1) Kisi-kisi Instrumen

Tabel 3.2. Kisi-Kisi Instrumen Motivasi Berprestasi

Variabel Indikator Pernyataan Positif

Pernyataan negatif

Jumlah

Motivasi Berprestasi

1. Mempunyai waktu khusus untuk belajar

2. Memanfaatkan waktu dengan baik.

3. Tidak suka menunda tugas/pekerjaan

4. Bekerja keras 5. Mengidolakan orang

yang sukses

1, 2, 3

7, 8, 9

13, 14, 15

19, 20 25, 26, 27, 28

4, 5, 6

10, 11, 12

16, 17, 18

21, 22, 23, 24 29, 30

6 6 6 6 6

Jumlah 15 15 30

5 Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran Ipa Berbasis Kompetensi ... hal. 80

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

44

2) Pengujian Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen evaluasi

dipersyaratkan valid agar hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi

valid. Dalam penelitian ini penulis menggunakan validitas logis (oleh

dosen pembimbing). Validitas logis yakni kondisi bagi sebuah

instrumen yang memenuhi persyaratan berdasarkan hasil penalaran. Ada

dua macam validitas logis, yaitu: validitas isi dan validitas konstruk.6

Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian

terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional

judgement. Sedangkan validitas konstruk dapat diartikan sebagai

validitas yang ditilik dari segi susunan, kerangka/rekaannya.7

G. Teknik Analisis Data

1. Pengolahan Data Angket

Menurut Saefudin Azwar, karena kategorisasi bersifat relatif,

maka kita boleh menetapkan secara subjektif luasnya interval yang

mencakup setiap kategori yang kita inginkan selama penetapan itu

berada dalam batas kewajaran dan dapat diterima akal (Common

sense). Suatu contoh norma kategorisasi yang dapat digunakan

adalah:8

X ≤ (μ -1,5 (σ)] Kategori sangat rendah

[μ -1,5 (σ)] < X ≤ (μ -0,5 (σ)] Kategori rendah

[μ -0,5 (σ)] < X ≤ (μ +0,5 (σ)] Kategori sedang

[μ +0,5 (σ)] < X ≤ (μ +1,5 (σ)] Kategori tinggi

[μ +1,5 (σ)] < X ≤ Kategori sangat tinggi

6 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,

2007), hal. 62-65 7 Saefudin Azwar, Reliabilitas dan validitas, (Jogjakarta : Bumi Aksara, 2007), hal. 45 8 Saefudin Azwar, Penyusunan Skala Psikologi, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2000),

hal. 108.

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

45

Angket motivasi berprestasi ini terdiri dari pernyataan-

pernyataan yang bersifat langsung dan tertutup dengan kode sebagai

berikut:

SS = sangat setuju

S = setuju

N = netral

TS = tidak setuju

STS = sangat tidak setuju

Tabel 3.3. Skala pernyataan positif dan negatif pada skala likert

Kategori No Pernyataan SS S N TS STS

1 Pernyataan positif 5 4 3 2 1 2 Pernyataan negatif 1 2 3 4 5

2. Pengujian Rerata Skor Motivasi Berprestasi

a. Uji Prasyarat

1) Uji Normalitas

Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah

sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji

kenormalan yang digunakan yaitu uji liliefors.9

Dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Hipotesis

Ho : Data sampel berasal dari populasi berdistribusi normal

H1 : Data sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi

normal

b) Urutkan data sampel dari kecil ke besar

c) Tentukan nilai Z dari tiap-tiap data, dengan rumus

SXi Χ−

9 Sudjana, Metode Statistik, (Bandung : Tarsito, 1996), hal. 466

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

46

d) Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Z

berdasarkan tabel Z sebut dengan f (Z) yang mempunyai

rumus f (Z) = 0,5 ± Z

e) Hitung frekuensi kumulatif dari masing-masing nilai Z

sebut dengan S (Z)

f) Tentukan nilai Lo dengan rumus yang paling besar dan

bandingkan dengan nilai Lt dari tabel liliefors

g) Adapun kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

Tolak Ho, jika Lo > Lt

Terima Ho, jika Lo < Lt

2) Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas adalah pengujian mengenai sama

tidaknya variansi-variansi dua buah distribusi atau lebih.10 Uji

homogenitas dilakkan untuk mengetahui kesamaan antara dua

keadaan atau populasi. Populasi-populasi dengan varians yang

sama besar dinamakan varians yang homogen.11 Uji

homogenitas yang digunakan adalah uji fisher, dengan langkah-

langkah berikut:

a) Hipotesis

Ho : ó12 = ó2

2

H1 : ó12 ≠ ó2

2

a) Cari masing-masing kelompok nilai standar deviasi

b) Tentukan Fhitung dengan rumus

S12 X = Varian terbesar

S2 2 X Varian terkecil

10 Ruseffendi, Statistika Dasar untuk Pelatihan Pendidikan, (Bandung, IKIP Press,

1998), hal. 294-295 11 Sudjana, Metode Statistik... hal. 249-251

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

47

Dimana:

)1()( 22

−= ∑ ∑

nnxixin

S

c) Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

Terima Ho, apabila Fhitung < Ftabel

Tolak Ho, apabila Fhitung > Ftabel

b. Uji Hipotesis penelitian

Uji hipotesis menggunakan t tes terdapat dua uji statistik

parametrik yaitu:12

21

21

11nn

sg

xxttes

+

−=

Dimana:

2

)12()1(

21

22

2112

−+−+−

=nn

SnSnsg

Keterangan:

t = Harga uji statistik

x1 = Skor rata-rata motivasi berprestasi biologi siswa

yang diberi metode kelompok investigasi

x2 = Skor rata-rata motivasi berprestasi biologi siswa

yang diberi metode ekspositori

Sg = Variansi gabungan

n1 = Jumlah sampel kelompok eksperimen

n2 = Jumlah sampel kelompok kontrol

12 Sudjana, Metode Statistik... hal. 239

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa data kuantitatif dan

kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang berkenaan dengan motivasi

berprestasi yang diukur melalui angket. Sedangkan data kualitatif adalah data

pendukung berkenaan dengan aktivitas siswa di kelas selama berlangsungnya

pembelajaran yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara, dan catatan lapangan.

Di bawah ini merupakan hasil penelitian yang didapat berdasarkan

penggunaan instrumen angket, wawancara, dan catatan lapangan.

A. Deskripsi Data

1. Hasil Angket Motivasi Berprestasi Siswa

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis maka didapat

dua kelompok skor motivasi berprestasi, yaitu skor motivasi berprestasi

siswa yang diajar menggunakan metode investigasi kelompok dan skor

motivasi berprestasi siswa yang diajar menggunakan metode ekspositori.

a. Data Skor Motivasi Berprestasi Siswa

Tabel 4.1.

Data Skor Motivasi Berprestasi Siswa

Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

n 39 40

Skor maximal 124 129

Skor mimimal 92 82

X 112,97 107,35

Median 115,66 110,19

Modus 117,9 106,12

SD 7,78 8,4

S2 60,55 71,2

48

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

49

Berdasarkan data tersebut, mean kelas eksperimen sebesar

112,97 dan kelas kontrol sebesar 107,35. Perbedaan kelas

eksperimen dan kontrol adalah sebesar 5,62. Dari hasil tersebut dapat

diketahui bahwa nilai rata-rata (mean) motivasi berprestasi siswa

yang diajar dengan metode investigasi kelompok lebih tinggi

dibandingkan kelas kontrol.

b. Kategorisasi Motivasi Berprestasi

Untuk menentukan tingkat motivasi berprestasi, penulis

membuat kategori dengan menggunakan kategorisasi jenjang

(ordinal), yaitu menempatkan individu ke dalam kelompok-

kelompok terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum

berdasarkan atribut yang diukur. Jenjang kontinum tersebut adalah

rentang minimum dan maksimumnya yaitu 30 x 1 = 30 s/d 30 x 5 =

150. Sehingga luas jarak sebarannya adalah 150–30 = 120, dengan

demikian setiap satuan deviasi standar bernilai σ = 206

120= dan

mean teoritisnya μ = 30 x 3 = 90.

Menurut Saefudin Azwar, karena kategorisasi bersifat relatif,

maka kita boleh menetapkan secara subjektif luasnya interval yang

mencakup setiap kategori yang kita inginkan selama penetapan itu

berada dalam batas kewajaran dan dapat diterima akal (Common

sense). Untuk kategorisasi motivasi berprestasi, subyek penelitian ini

dibagi ke dalam 5 kategori, yaitu: sangat rendah; rendah; sedang;

tinggi; dan sangat tinggi.

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

50

Sehingga bila diterapkan pada skala motivasi berprestasi

dengan harga σ = 20 dan μ = 90 akan diperoleh kategorisasi skor

sebagai berikut:

X ≤ (90 -1,5 (20)] Kategori sangat rendah

[90 -1,5 (20)] < X ≤ (90 -0,5 (20)] Kategori rendah

[90 -0,5 (20)] < X ≤ (90 +0,5 (20)] Kategori sedang

[90 +0,5 (20)] < X ≤ (90 +1,5 (20)] Kategori tinggi

[90 +1,5 (20)] < X ≤ Kategori sangat tinggi

Aturan tersebut akan menghaslkan distribusi sebagai berikut :

60 30 10080 150 120

RSR TS ST

Adapun kategorisasi tingkat Motivasi Berprestasi dari hasil

penelitian adalah sebagai berikut :

1) Kelas Eksperimen

Tabel 4.2

Kategorisasi Tingkat Motivasi Berprestasi Siswa

Kelas Eksperimen

No. Skor Kategori Frekuensi Persentase

(%)

1. 30–60 Motivasi berprestasi sangat rendah 0 0 %

2. 60–80 Motivasi berprestasi rendah 0 0 %

3. 80–100 Motivasi berprestasi sedang 4 10,26 %

4. 100–120 Motivasi berprestasi tinggi 30 76,92 %

5. 120–150 Motivasi berprestasi sangat tinggi 5 12,82 %

Total 39 100 %

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

51

Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa sebagian

besar siswa yang diajar dengan metode investigasi kelompok

mempunyai motivasi berprestasi tinggi (76,92 %), sebagian

kecil mempunyai motivasi berprestasi sedang (10,26 %), dan

sangat tinggi (12,82 %). Tidak ada siswa yang mempunyai

motivasi berprestasi rendah dan sangat rendah.

2) Kelas Kontrol

Tabel 4.3

Kategorisasi Tingkat Motivasi Berprestasi Siswa

Kelas Kontrol

No. Skor Kategori Frekuensi Persentase

(%)

1. 30–60 Motivasi berprestasi sangat rendah 0 0 %

2. 60–80 Motivasi berprestasi rendah 0 0 %

3. 80–100 Motivasi berprestasi sedang 4 10 %

4. 100–120 Motivasi berprestasi tinggi 34 85 %

5. 120–150 Motivasi berprestasi sangat tinggi 2 5 %

Total 40 100 %

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebagian

besar siswa yang diajar dengan metode ekspositori

mempunyai motivasi berprestasi tinggi (85 %), sebagian kecil

mempunyai motivasi berprestasi sedang (10 %), dan hanya

sedikit yang mempunyai motivasi berprestasi sangat tinggi (5

%). Tidak ada siswa yang mempunyai motivasi berprestasi

rendah dan sangat rendah.

Walaupun mean kedua kelas terdapat pada interval skor

100-120 yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, akan

tetapi kelas eksperimen memiliki mean lebih tinggi daripada

kelas kontrol. Jadi, dapat diketahui bahwa kelas eksperimen

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

52

memiliki motivasi berprestasi lebih tinggi jika dibandingkan

kelas kontrol.

c. Indikator Motivasi berprestasi

Berdasarkan mean skor indikator motivasi berprestasi secara

berurutan dari yang tertinggi ke yang terendah, yaitu : (rekapitulasi

skor dan perhitungan lengkap terlampir)

Tabel 4.4. Mean Indikator Motivasi Berprestasi

No. Indikator Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

1. Mengidolakan orang yang sukses 25,8 25,1

2. Memanfaatkan waktu dengan baik 20,9 21,9

3. Tidak suka menunda tugas/pekerjaan 21,9 21,3

4. Bekerja keras 23,6 20,8

5. Memiliki waktu khusus untuk belajar 20,7 18,2

Jumlah 112,97 107,35

1) Mengidolakan Orang yang Sukses

Berdasarkan tabel di atas, mengidolakan orang yang

sukses menempati urutan pertama. Siswa memiliki seseorang

yang mereka idolakan sebagai salah satu patokan untuk mencapai

suatu harapan atau tujuan. Setiap saat selalu mencoba dan

mencoba untuk mencari identifikasi diri, mereka selalu merenung

dan berfikir untuk menemukan figur yang sangat pas untuk

diadopsi dan ditiru dalam rangka membentuk karakter diri

sendiri.

Generasi muda yang jumlahnya jutaan jiwa itu dapat kita

umpamakan sebagai koloni serangga yang beterbangan di malam

hari mengejar sinar yang dipancarkan oleh figur-figur orang

orang besar dan orang orang ternama di Indonesia (malah bisa

jadi juga orang terkenal di level dunia). Figur atau tokoh yang

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

53

memancarkan sinar popularitas yang kuat pastilah mampu

menarik banyak anak-anak muda untuk menjadikan mereka

sebagai idola atau sebagai panutan (model) bagi hidup.

Tentu saja mereka juga rajin untuk mengumpulkan

kliping tulisan yang mempublikasikan figur tersebut dari majalah

dan koran- koran, atau mereka mencari buku biografi tentang

orang ternama lain untuk perbendaharaan wawasan mereka lewat

meminjam, dari pustaka atau membelinya di toko buku.

2) Memanfaatkan Waktu dengan Baik

Berdasarkan tabel di atas, memanfaatkan waktu dengan

baik menempati urutan kedua. Saat waktu senggang mereka lebih

senang menghabiskan waktunya untuk hal-hal yang lebih penting

yaitu belajar dari pada hal lain yang membuang waktu.

Waktu yang mereka miliki tidak terbuang sia-sia,

sehingga tugasnya di sekolah tidak terbengkalai. Walaupun

mereka tidak memanfaatkan waktu senggang dengan belajar

materi biologi, setidaknya mereka menggunakannya untuk

membaca buku-buku pengetahuan.

3) Tidak Suka Menunda Tugas/Pekerjaan

Berdasarkan tabel di atas, tidak suka menunda tugas/

pekerjaan menempati urutan ketiga. Siswa tidak suka menunda

tugas/pekerjaannya berarti dia memiliki tanggung jawab yang

beda terhadap dirinya dan orang lain. Siswa tersebut selalu

mengumpulkan tugas tepat waktu, mendahulukan tugasnya dari

pada bermain, dan mengerjakan tugas jauh sebelum batas akhir

pengumpulan.

Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi akan

melakukan tugas sekolah atau bertanggung jawab terhadap

pekerjaannya. Siswa yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan

akan puas dengan hasil pekerjaan karena merupakan hasil

usahanya sendiri.

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

54

4) Bekerja Keras

Berdasarkan tabel di atas, bekerja keras menempati urutan

keempat. Orang yang bekerja keras akan berusaha sebaik-

baiknya dalam belajar atau mempunyai motivasi yang tinggi

dalam belajar. Siswa akan rajin mengerjakan tugas, belajar

dengan keras, tekun dan ulet. Siswa akan mengerjakan tugas

sampai selesai dan melakukan semua kegiatan belajar sebaik

mungkin.

Orang yang bekerja keras tidak pernah putus asa

walaupun diberi tugas yang sulit dan menemui hambatan.

Mereka tetap bersemangat dan mengerjakan dengan segenap

kemampuan yang dimiliki walaupun harus berusaha keras

sehingga memperoleh hasil yang memuaskan.

5) Mempunyai Waktu Khusus untuk Belajar

Berdasarkan tabel di atas, memiliki waktu khusus untuk

belajar menempati urutan kelima. Siswa melakukan semua

kegiatan belajar sebaik mungkin dan tidak ada kegiatan lupa di

kerjakan. Siswa membuat kegiatan belajar dan mentaati jadwal

tersebut, menyiapkan semua keperluan atau peralatan sebelum

pergi ke sekolah. Siswa datang ke sekolah lebih cepat dari jadwal

belajar atau jadwal ujian, mencari soal atau jawaban untuk

latihan. Siswa menyokong persiapan belajar yang perlu dan

membaca materi pelajaran yang akan di berikan guru pada hari

berikutnya.

2. Hasil Wawancara

Wawancara digunakan untuk mengetahui kesesuaian jawaban siswa

dengan angket yang mereka isi. Wawancara dilakukan pada 3 orang siswa

pada masing-masing kelas yang mewakili kategorisasi motivasi

berprestasi. Karena tidak terdapat siswa dengan kategori motivasi

Page 55: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

55

berprestasi sangat rendah dan rendah, maka hanya mencakup 3 kategori

saja, yaitu : sedang, tinggi, dan sangat tinggi.

Wawancara yang dilakukan peneliti meliputi wawancara tentang

metode investigasi kelompok di kelas eksperimen dan metode ekspositori

di kelas kontrol, wawancara tentang motivasi berprestasi di kedua kelas,

dan wawancara dengan guru biologi tentang pembelajaran biologi dan

motivasi berprestasi siswa.

Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa pada kelas

eksperimen siswa menyukai metode investigasi kelompok, sedangkan

pada kelas kontrol siswa merasa agak bosan dan mengantuk. Hal ini

disebabkan dalam metode investigasi kelompok berorientasikan tugas

yang dilakukan dengan bekerja sama disertai tanggung jawab individu

dan kelompok yang tinggi, siswa dapat bertukar pengetahuan karena

anggota kelompok memiliki kemampuan yang heterogen. Sedangkan

dengan metode ekspositori siswa merasa bosan, apalagi tidak diselingi

latihan, tanya jawab atau permainan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa dan guru biologi,

diketahui bahwa motivasi berprestasi siswa terhadap mata pelajaran

biologi kurang. Dengan demikian metode investigasi kelompok dapat

memberikan pengaruh positif terhadap siswa. Adanya pengaruh positif

tersebut membuat siswa ingin memiliki motivasi berprestasi yang tinggi

pada mata pelajaran biologi. Siswa akan lebih bersemangat walaupun

diberi tugas yang sulit, memiliki tanggungjawab tinggi, tidak menunda

tugas, dan dapat memanfaatkan waktu luangnya dengan baik.

3. Hasil Catatan Lapangan

Berdasarkan catatan lapangan yang dilakukan oleh peneliti. Terlihat

bahwa pada kelas eksperimen, pada awal pertemuan masih ada beberapa

siswa yang kurang mengerti dengan penjelasan guru mengenai prosedur

pembelajaran dengan metode investigasi kelompok. Biasanya siswa hanya

diajar oleh guru dengan metode ceramah, diskusi atau pengelompokan

Page 56: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

56

biasa. Tetapi akhirnya proses pembelajaran berlangsung lancar dan siswa

mengikuti prosedurnya.

Pada pertemuan kedua, siswa merasa mengalami sedikit kesulitan

dengan tugas kelompok yang telah diberikan guru, walaupun demikian

mereka semua mengerjakan tugas tersebut. Presentasi dan tanya jawab

berlangsung cukup kondusif dan siswa berparisipasi aktif.

Pada pertemuan ketiga, siswa sangat antusias dengan tugas yang

diberikan. Mereka berpartisipasi aktif selama proses pembelajaran,

memiliki sikap disiplin dan tanggungjawab tinggi dengan tugas yang

diberikan walaupun diberikan tugas yang berat.

B. Analisis Data

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang

diperoleh berasal dari subjek penelitian berdistribusi normal atau tidak,

dilakukan dengan uji Liliefors. Kriteria uji normalitas adalah Ho diterima

jika L hitung < L tabel dan Ho ditolak jika L hitung > L tabel. Dengan

diterimanya Ho berarti data berasal dari populasi berdistribusi normal.

Hasil uji normalitas subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini :

(Perhitungan lengkap terlampir)

Tabel 4.5. Hasil Uji Normalitas

Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

n 39 40

X 112,97 107,35

SD 7,78 8,4

Lo 0,1259 0,0995

Lt 0,1424 0,1401

Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 0,05 untuk kelas

eksperimen dengan n = 39 dan kelas kontrol dengan n = 40. dari tabel di

atas dapat disimpulkan bahwa kedua kelas bedistribusi normal karena L

hitung < L tabel.

Page 57: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

57

2. Uji Homogenitas

Setelah subjek penelitian merdistribusi normal, kemudan dicari

homogenitasnya menggunakan uij Fisher. Kriteria pada pengujian uji

Fisher yaitu subjek penelitian dinyatakan homogen apabila F hitung < F

tabel yang diukur pada taraf signifikansi 0,05. Hasil uji homogenitas dapat

dilihat pada pada tabel di bawah ini: (Perhitungan lengkap terlampir)

Tabel 4.6. Hasil Uji Homogenitas

Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

n 39 40

S2 60,55 71,2

F hitung 1,18

F tabel 1,71

Dari tabel tersebut diperoleh F hitung < F tabel (1,18 < 1,71)

sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelas mempunyai varians yang

homogen.

3. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan pada kedua kelas yang terbukti

berdistribusi normal dan homogen. Pengujian dilkukan dengan uji-t. Jika t

hitung < t tabel maka dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan motivasi

berprestasi siswa yang signifikan antara kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol. Jika t hitung > t tabel maka dapat disimpulkan terdapat

perbedaan motivasi berprestasi siswa yang signifikan antara kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Dari perbandingan kedua kelompok,

diperoleh data sebagai berikut : (Perhitungan lengkap terlampir)

Page 58: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

58

Tabel 4.7. Hasil Pengujian Hipotesis

Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

n 39 40

X 112,97 107,35

S2 60,55 71,2

t hitung 3,054

t tabel 1,99

kesimpulan Terdapat perbedaan

Dari tabel tersebut diperoleh t hitung > t tabel (3,054 > 1,99) maka

Ho ditolak dan H1 diterima, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan skor

rata-rata motivasi berprestasi siswa antara kelas eksperimen dan kelas

kontrol pada pelajaran biologi (konsep sistem peredaran darah pada

manusia). Skor rata-rata motivasi berprestasi siswa kelas eksperimen lebih

tinggi dibandingkan kelas kontrol.

C. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi berprestasi siswa kelas

eksperimen yang diajar dengan menggunakan metode investigasi kelompok

lebih tinggi dibandingkan dengan motivasi siswa kelas kontrol yang diajar

dengan menggunakan metode ekspositori. Terbukti dari nilai rata-rata (mean)

skor angket motivasi berprestasi yang didapat, rata-rata kelas eksperimen lebih

tinggi daripada kelas kontrol. Hasil ini dicapai karena dalam penerapan

metode investigasi kelompok, pemberian tugas kepada kelompok membentuk

anggotanya untuk saling bekerja sama dan setiap anggota merasa bangga

karena telah memberikan kontribusinya dalam menyelesaikan tugas. Dalam

menyelesaikan tugas tersebut, para siswa berusaha mencari sendiri informasi

dari berbagai sumber kemudian saling berbagi informasi dan pengetahuan

dengan teman sekelompoknya. Bahkan setelah melakukan presentasi

kelompok mereka bisa berbagi informasi dan pengetahuan dengan kelompok

yang lain tanpa harus tergantung dengan penjelasan guru.

Page 59: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

59

Berdasarkan pandangan Dewey terhadap kooperatif di dalam kelas

adalah sebagai sebuah prasyarat untuk dapat menghadapi berbagai masalah

kehidupan yang kompleks dalam masyarakat demokrasi.1 Di dalam kelas

siswa terlatih untuk menghadapi masalah-masalah yang sulit melalui tugas-

tugas yang harus dilaksanakannya. Dalam menghadapi masalah tersebut kerja

sama dalam tim lebih efektif daripada dilakukan secara individual, sehingga

ketika siswa berada di masyarakat sudah tidak canggung lagi untuk

bersosialisasi.

Dalam melaksanakan investigasinya, para siswa saling bertukar

fikiran, berdiskusi, menganalisis data sehingga terbentuk sebuah kesimpulan

dari masing-masing permasalahan yang akan dipresentasikan. Dengan

kontribusi setiap anggota kelompok, kemandirian siswa mencari sumber

informasi, kerja sama dalam kelompok yang heterogen dan keberanian siswa

untuk melakukan presentasi meningkatkan rasa percaya diri. Keberanian dan

rasa percaya ini berasal dari kooperatif kelompok yang saling membantu

dalam menyelesaikan tugas sehingga dapat membuat laporan akhir secara

matang untuk dipresentasikan. Semua hal tersebut dapat mendorong siswa

untuk memiliki motivasi berprestasi yang tinggi dalam belajar, walaupun

menghadapi tugas-tugas yang sulit biasanya siswa cenderung mudah bosan

dan menyerah, dengan metode investigasi kelompok siswa menjadi

termotivasi untuk berprestasi.

Metode investigasi kelompok menjadikan siswa terbiasa untuk

melakukan presentasi. Hal ini terbukti pada setiap pertemuan, hasil catatan

lapangan menunjukkan bahwa pada awalnya siswa kurang berani tampil di

depan kelas, akan tetapi pada pertemuan berikutnya siswa lebih percaya diri

karena persiapannya lebih matang. Selain itu, sumber informasi yang telah

mereka cari sendiri berdasarkan sumber-sumber yang akurat dan relevan.

Teori belajar konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus

menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek

informasi baru dengan aturan lama dan merevisinya apabila aturan itu tidak

1 Robert E.Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik... hal. 214

Page 60: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

60

lagi sesuai. Menurut teori kontruktivis ini, satu prinsip yang paling penting

dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar

memberikan pengetahuan kepada siswa, siswa harus membangun sendiri

pengetahuan di dalam benaknya.2 Berdasarkan pada teori ini, pembelajaran

kooperatif adalah salah satu pembelajaran inovatif yang berorientasi

konstruktivistik, sedangkan metode investigasi kelompok adalah salah satu

variasi dari pembelajaran kooperatif selain STAD jigsaw, TPS atau NHT.

Dengan metode investigasi kelompok siswa mendapat sendiri informasi yang

harus mereka cari, sedangkan peran guru hanya sebagai narasumber dan

fasilisator, guru memberikan bantuan ketika siswa memang merasa benar-

benar mengalami kesukaran.

Lembar tugas siswa pada metode investigasi kelompok turut

menunjang tercapainya motivasi berprestasi pada mata pelajaran biologi

(konsep sistem peredaran darah manusia). Karena lembar tugas siswa sengaja

disusun untuk membantu siswa supaya memiliki motivasi berprestasi. Pada

setiap pertemuan siswa diberikan subtopik yang berbeda sesuai dengan

kelompoknya. Dalam lembar tugas siswa terdapat pertanyaan-pertanyaan yang

mengharuskan mereka mempunyai pemahaman yang tinggi dikaitkan dengan

kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu siswa harus mencari informasi dari

berbagai sumber yang akurat dan relevan. Melalui lembar tugas siswa dan

sumber yang diperoleh, mereka menyadari pentingnya belajar biologi

sehingga mendorong siswa untuk berprestasi pada pelajaran biologi.

Sesuai dengan tahapan metode investigasi kelompok, yaitu : memilih

topik, perencanaan kooperatif, implementasi, analisis dan sintesis, presentasi

hasil final, dan evaluasi. Semua tahapan dalam metode investigasi kelompok

terbukti dapat menunjang siswa untuk memiliki motivasi berprestasi pada

pelajaran biologi sehingga siswa mencapai prestasi yang memuaskan.

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.

Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan

keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita.

2 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik... hal.13

Page 61: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

61

Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan

belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik.3 Motivasi belajar

memiliki peranan yang sangat penting untuk meraih prestasi, karena motivasi

untuk belajar menyebabkan siswa rajin belajar, sebaliknya jika siswa tidak

memiiki motivasi untuk belajar maka dia akan cepat bosan. Jika motivasi

belajar rendah maka dalam pencapaian prestasi pun tidak akan berhasil.

Motivasi berprestasi adalah dorongan untuk berhasil dalam melakukan

suatu tugas atau pekerjaan, dorongan untuk memperoleh kesempurnaan.

Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi cenderung untuk

berusaha menyelesaikan tugasnya dengan tuntas, tanpa menunda-nunda

pekerjaannya. Penyelesaian tugas semacam itu bukanlah karena dorongan dari

luar, tapi upaya pribadi.4 Keberhasilan yang dia dapat adalah benar-benar

berdasarkan kesadaran diri atas tanggungjawabnya akan tugas-tugas yang

harus dikerjakan, bukan karena lingkungan. Sehingga seseorang yang

memiliki motivasi berprestasi tingggi keetika mengalami kegagalan maka dia

tidak larut dalam kekecewaannya justru hal tersebut akan dijadikan cambuk

untuk lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan seseorang yang memperoleh

keberhasilan karena dia takut gagal, ketika mengalami kegagalan maka dia

akan terlarut dalam kekecewaan karena dalam dirinya tertanam rasa takut,

malu, takut dihina, bahkan takut mendapat hukuman. Jadi usaha tersebut tidak

secara tulus datang dari dalam individu tersebut.

Dalam metode investigasi kelompok setiap siswa memberikan

kontribusinya dalam kelompok dengan cara pembagian tugas sehingga siswa

mampu memikul tanggungjawabnya untuk keberhasilan kelompok. Selain itu,

ketika merasa kesulitan dalam menyelesaikan tugas siswa dapat bertanya apa

yang tidak dimengerti kepada temannya yang lain. Di sisi lain, siswa yang

kurang kemampuan akademisnya merasa termotivasi untuk lebih giat lagi

belajar karena tidak ingin tertinggal dalam belajar.

3 Hamzah B.Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008),

hal. 23 4 Hamzah B.Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya... hal. 30

Page 62: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

62

Lain halnya dengan metode investigasi kelompok, pada metode

ekspositori (ceramah), guru menjejali siswa dengan pemikiran mereka sendiri.

Menuangkan fakta dan konsep ke dalam benak siswa, menunjukkan

keterampilan dan prosedur dengan cara yang terlalu menguasai justru akan

mengganggu proses belajar. Proses belajar yang sesungguhnya bukanlah

semata kegiatan menghafal.5 Dalam metode ekspositori memang tidak

membutuhkan tenaga dan waktu yang lama karena materi dapat disampaikan

lebih banyak. Akan tetapi cenderung berpusat pada guru dan siswa cenderung

pasif, karena metode ini kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk

mengembangkan pemikirannya dalam mengemukakan argumen atau

pendapatnya. Metode ekspositori masih bersifat teacher centered, dominansi

guru terlalu besar dalam aktivitas pembelajaran sehingga siswa cenderung

pasif dan selalu menunggu konsep yang disampaikan guru, akibatnya

komunikasi siswa kurang terwujud.

Pada penelitian ini ditemukan beberapa kendala dalam

pelaksanaannya, yaitu :

a. Siswa cenderung hanya mempelajari mengenai subtopik yang menjadi

tanggung jawab mereka.

b. Siswa yang tingkat kesadarannya kurang terhadap tanggung jawabnya

dalam mengerjakan tugas cenderung mengandalkan teman yang lebih

rajin.

5 Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Nusa Media, 2006), hal. 27

Page 63: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2462/1/98333...Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri dan kepribadian seseorang

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian statistik yang dilakukan

memberikan kesimpulan bahwa terdapat perbedaan skor rata-rata motivasi

berprestasi siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada pelajaran

biologi (konsep sistem peredaran darah pada manusia). Skor rata-rata

motivasi berprestasi siswa kelas eksperimen lebih tinggi (112,97)

dibandingkan kelas kontrol (107,35).

B. Saran

Bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian menggunakan

metode ini, diharapkan:

1. Melakukan penelitian mengenai pengaruh metode investigasi

kelompok terhadap hasil belajar siswa untuk mengetahui

kemampuan akademik siswa, dapat juga dilakukan penelitian

tindakan kelas untuk mengetahui efektifitas penerapan metode

investigasi kelompok.

2. Melakukan penelitian menggunakan konsep yang lainnya. Pastikan

bahwa sampel yang dipakai bersifat heterogen sebab ini merupakan

salah satu syarat pelaksanaan pembelajaran kooperatif metode

investigasi kelompok.

63