BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...

27
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistem budaya yang tumbuh dan berkembang di masyarakat tidak lepas dari nilai-nilai yang telah dibangun oleh masyarakat yang bersangkutan. Nilai-nilai budaya merupakan konsep-konsep yang hidup dalam pikiran sebagian besar warga suatu masyarakat mengenai apa yang dianggap bernilai, berharga, dan penting dalam hidup, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada warga suatu masyarakat tersebut (Sujarwa, 1999). Kluckhohn mengatakan, bahwa sistem nilai budaya dalam suatu kebudayaan di dunia terkait dengan lima hal pokok dalam kehidupan manusia yaitu diantaranya : masalah hakekat dari hidup manusia (makna hidup), masalah hakekat dari karya manusia (makna dan fungsi kerja), masalah hakekat dan kedudukan manusia dalam ruang dan waktu (makna ruang dan waktu), dan masalah hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitar (makna alam) (Koentjoroningrat; Putri, 2009). Wilhelm Wundt, dikenal sebagai bapak psikologi modern yang mendirikan laboratorium psikologi di Leipzig pada tahun 1879. Memperkenalkan dua tradisi dalam psikologi, yaitu Naturwissenschaften (tradisi ilmu pengetahuan alami) dan Geisteswissenschaften (tradisi ilmu pengetahuan budaya), (Hoorn & Verhave; Kim & Berry, 1993). Wundt juga mempublikasikan Volkerpsychologie (Folk Psychology) yang terkait dengan penelitian tentang beragam tahapan perkembangan mental manusia yang dimanifestasikan ke dalam bahasa, seni, mitos, kebiasaan sosial, hukum, dan moral. Dua tradisi yang diperkenalkan oleh

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66343/potongan/S2-2013... · masalah hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitar (makna alam)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sistem budaya yang tumbuh dan berkembang di masyarakat tidak lepas dari

nilai-nilai yang telah dibangun oleh masyarakat yang bersangkutan. Nilai-nilai

budaya merupakan konsep-konsep yang hidup dalam pikiran sebagian besar

warga suatu masyarakat mengenai apa yang dianggap bernilai, berharga, dan

penting dalam hidup, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang

memberi arah dan orientasi kepada warga suatu masyarakat tersebut (Sujarwa,

1999). Kluckhohn mengatakan, bahwa sistem nilai budaya dalam suatu

kebudayaan di dunia terkait dengan lima hal pokok dalam kehidupan manusia

yaitu diantaranya : masalah hakekat dari hidup manusia (makna hidup), masalah

hakekat dari karya manusia (makna dan fungsi kerja), masalah hakekat dan

kedudukan manusia dalam ruang dan waktu (makna ruang dan waktu), dan

masalah hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitar (makna alam)

(Koentjoroningrat; Putri, 2009).

Wilhelm Wundt, dikenal sebagai bapak psikologi modern yang mendirikan

laboratorium psikologi di Leipzig pada tahun 1879. Memperkenalkan dua tradisi

dalam psikologi, yaitu Naturwissenschaften (tradisi ilmu pengetahuan alami) dan

Geisteswissenschaften (tradisi ilmu pengetahuan budaya), (Hoorn & Verhave;

Kim & Berry, 1993). Wundt juga mempublikasikan Volkerpsychologie (Folk

Psychology) yang terkait dengan penelitian tentang beragam tahapan

perkembangan mental manusia yang dimanifestasikan ke dalam bahasa, seni,

mitos, kebiasaan sosial, hukum, dan moral. Dua tradisi yang diperkenalkan oleh

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66343/potongan/S2-2013... · masalah hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitar (makna alam)

2

Wundt implikasinya adalah adanya dua tradisi keilmuan dalam ilmu psikologi,

yakni psikologi eksperimental dan psikologi sosial budaya (Schultz, Toulmin &

Leary dalam Putri, 2009).

Penemuan Wundt bahwa analisis perkembangan individu tidak dapat

bergantung sepenuhnya pada psikogenesis, sebab seorang anak yang dilahirkan

pada komunitas budaya yang sudah ada dan kemudian dibentuk oleh budaya itu

sendiri. Hal yang di tegaskan oleh Wundt, pada komunitas budaya dan kelompok

sosial (seperti keluarga, suku bangsa, dan komunitas sosial) anak dilahirkan

harus dikaji secara historis, sebab sudah menjadi kesatuan yang tetap berlaku

pada generasi-generasi selanjutnya. Namun, hal tersebut kini telah berevolusi

mengikuti ruang dan waktu. Untuk itu, budaya perlu dipahami dari sudut

pandangnya sendiri dan diketahui bahwa analisis evolusi sejarah dari budaya

tertentu adalah fundamental untuk dapat memahami orang dari budaya tersebut

(Danziger; Kim & Berry, 1993).

Pola asuh, merupakan hal yang penting dalam mewujudkan kelangsungan

dari keberadaan nilai-nilai budaya di masyarakat, terutama dalam hal peran

orangtua sebagai lingkup terkecil dari masyarakat. Peran yang meliputi perilaku,

tindakan, atau keikutsertaan dalam menjalankan dan mengamalkan nilai-nilai

budaya yang dianut suatu masyarakat di suatu daerah. Fenomena yang unik dan

menarik pada budaya Bali Age (Bali Kuno/tua) di Desa Adat Tradisional

Tenganan Pegringsingan, Karangasem, Bali, sebagai suatu bukti bahwa peran

keluarga menjadi penting dalam kelangsungan tradisi leluhur yang dianut oleh

masyarakatnya.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66343/potongan/S2-2013... · masalah hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitar (makna alam)

3

Milgram, mengemukakan bahwa manusia adalah makhluk rapuh yang terikat

pada jaringan-jaringa sosial yang membatasi ruang gerak manusia itu sendiri.

Milgram berpendapat, bahwa dalam berperilaku manusia didasari dengan

adanya batasan yang mencakup norma, peran, dan budaya. Norma adalah

kesepakatan mengenai kehidupan sehari-hari yang membuat interaksi individu

dengan individu lain diduga dan teratur. Peran adalah kedudukan yang diatur

oleh norma mengenai cara individu, dalam kedudukan atau posisi tertentu,

menunjukkan perilaku yang pantas (Wade & Travis, 2007). Sedangkan budaya

adalah sebagai program dan kumpulan aturan yang diterima bersama dan

mengatur perilaku seseorang dalam masyarakat atau komunitas tertentu, serta

seperangkat nilai, kepercayaan, dan kebiasaan yang diterima oleh sebagian

anggota masyarakat. Nilai, kepercayaan, serta kebiasaan diturunkan dari satu

generasi ke generasi berikutnya (Lonner, 1995).

Masyarakat tradisional Bali pada umumnya, tradisi selalu dijalankan secara

turun temurun. Meskipun berada dalam satu budaya dan satu pulau, namun

tradisi masyarakat di pulau Bali memiliki keanekaragaman. Desa Adat

Tradisional Tenganan Pegringsingan salah satunya, yakni suatu tempat yang

dihuni oleh sekelompok masyarakat yang sampai dengan saat ini masih

menggunakan adat-istiadat Bali Age (Bali Kuno/Bali Tua). Budaya Bali Age pada

masyarakat Tenganan Pegringsingan tentunya memiliki nilai-nilai tradisi yang

sedikit berbeda dari tradisi budaya Bali pada umumnya.

Penerapan pola asuh, hak waris, busana adat, perilaku sosial, prosesi ritual,

serta cara pandang masyarakatnya terkait dengan perekonomian tentunya juga

berbeda tradisi dengan orang Bali Age lainnya yang ada di pulau Bali. Kehidupan

sehari-hari orang Bali Age (Tenganan Pegringsingan) dihabiskan dengan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66343/potongan/S2-2013... · masalah hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitar (makna alam)

4

menjalankan ritual dan disela-sela waktu yang ada digunakan untuk membuat

kerajinan tangan sebagai penopang perekonomian. Orang Bali Age sangat taat

pada aturan adat dan menjalankan tradisi leluhur dengan penuh kesadaran pada

individunya.

Kepercayaan dalam masyarakat Bali Age dibagi atas dua yaitu kepercayaan

secara kultural, orang Bali Age di Tenganan Pegringsingan meyakini bahwa

dengan menjalankan tradisi, maka kehidupan yang dijalani akan terhindar dari

malapetaka dan memberika kemakmuran. Sedangkan kepercayaan secara

spiritual, orang Bali Age pada dasarnya menganut kepercayaan kepada Dewa

Indra (Dewa Peperangan) dan meyakini bahwa orang-orang asli yang berada di

Tenganan Pegringsingan sebagai keturunan dari Raja Indra yang berasal dari

Kerajaan Bedahulu, Gianyar, Bali, yang memiliki kepercayaan sama sebagai

Sekte Indra.

Berdasarkan hasil penelusuran peneliti terdahulu, masyarakat Bali Age pada

mulanya hanya menganut sekte-sekte dalam ajaran agama Hindu Budha.

Sehingga, secara tidak langsung menunjukkan beberapa kebiasaan-kebiasaan

yang berbeda dengan masyarakat Bali pada umumnya. Besarnya pengaruh

peradaban dan kepercayaan yang sangat kental pada masyarakat Bali Age,

dapat terlihat dari adanya beberapa ritual yang tidak biasanya dilakukan pada

masyarakat Bali umumnya.

Perang Pandan (Megeret Pandan), dan Usaba Sambah, merupakan dua

contoh dari beberapa ritual dan tradisi besar yang di laksanakan setiap tahunnya

oleh orang Tenganan Pegringsingan. Tradisi (Budaya) Age pada masyarakat

Tenganan Pegringsingan memang terlihat sangat kental. Hal tersebut dapat

dilihat dari salah satu ritual yang disebut dengan upacara atau ritual Metruna

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66343/potongan/S2-2013... · masalah hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitar (makna alam)

5

Nyoman (Truna Nyoman). Uniknya, ritual Metruna Nyoman tersebut berlangsung

pada periode waktu yang cukup lama, yaitu satu tahun. Ritual akan berjalan

ketika anak sudah merasa siap atau mempersiapkan diri untuk mengemban

tanggungjawab. Prosesnya berlangsung setidaknya 7-10 tahun sekali.

Erikson mengutarakan bahwa pertumbuhan manusia berjalan sesuai prinsip

epigenetik yang menyatakan bahwa kepribadian manusia berjalan menurut

delapan tahapan perkembangan. Manusia dalam perkembangannya dari tahap

satu ke tahap berikutnya ditentukan oleh keberhasilan atau ketidakberhasilannya

dalam menempuh tahapan sebelumnya. Jika dilihat dari tahap perkembangan

seperti yang diutarakan oleh Erikson, pada usia 7-12 tahun dikatakan sebagai

usia sekolah. Pada masa ini ditandai adanya kecenderungan industry-inferority,

yaitu adanya dorongan untuk mengetehui dan berbuat terhadap lingkungannya

sangat besar (Santrock, 2002). Maka dari itu, terlepas dari pengetahuan

masyarakat Tenganan Pegringsingan mengenai tahap-tahap perkembangan

dalam ilmu psikologi, menganggap bahwa pada usia-usia tersebut anak

dianggap sudah cukup mengerti dan matang dalam menjalankan ritual Metruna

Nyoman.

Tradisi ritual Metruna Nyoman, merupakan tradisi sakral yang wajib diikuti

oleh semua anggota masyarakat dengan usia yang ditentukan tersebut. Bagi

kepercayaan masyarakat Tenganan Pegringsingan, ritual ini sebagai wujud dari

sebuah proses kematangan dan kedewasaan pada seseorang yang

menjalaninya, serta sebagai sebuah komitmen bagi para generasinya untuk

memahami dan menjalankan tradisi turun-temurun dengan berbagai

pengetahuan selama mengikuti prosesi ritual. Dalam pelaksanaan ritual ini, anak-

anak yang mengikutinya berada dalam asrama-asrama yang sesuai dengan

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66343/potongan/S2-2013... · masalah hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitar (makna alam)

6

garis keturunan ayah bagi yang laki-laki atau garis keturunan ibu bagi yang

perempuan (dalam arti lain menjalankan karantina tanpa diperbolehkan bertemu

dengan siapapun, kecuali yang bersangkutan dengan ritual).

Sesuai dengan tahap perkembangan yang diutarakan Erikson diatas, pada

usia 7-12 tahun merupakan usia sekolah, dan dalam pelaksanaan ritual ini anak

harus merelakan satu tahun masa sekolahnya demi menjalankan ritual Metruna

Nyoman tersebut. Informasi dari Penglingsir (sesepuh) mengatakan bahwa ritual

ini tidak berjalan setiap tahun, melainkan harus menunggu hingga beberapa

tahun untuk dapat memastikan dan mengumpulkan minimal sepuluh orang anak

yang akan menjalankan ritual ini. Untuk itu, tidak mudah bagi setiap orang dapat

mengetahui kapan ritual ini berlangsung dan menjadi semakin sakral karena

tidak diperbolehkan sembarang orang (orang asing/orang luar Tenganan

Pegringsingan) untuk dapat menyaksikannya.

Ritual dan tradisi tersebut ditujukan kepada leluhur dan sebagai wujud

persembahan suci kepada Dewa Indra yang diikuti oleh seluruh masyarakat Bali

Age di Tenganan Pegringsingan, mulai dari anak-anak hingga orang tua tanpa

terkecuali. Selain ritual Metruna Nyoman, ada pula tradisi Megeret Pandan

(Perang Pandan) dan Usaba Sambah. Perang Pandan sendiri merupakan suatu

tarian yang menggunakan pandan berduri sebagai sarananya, yang pada

pelaksanaannya menggosokkan pandan berduri pada punggung penari Perang

Pandan lainnya, sehingga menimbulkan luka-luka. Jadi, tarian ini merupakan

tarian perang yang khusus di tarikan atau dilaksanakan oleh kaum laki-laki yang

sudah menjalankan Metruna Nyoman sebelumnya.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66343/potongan/S2-2013... · masalah hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitar (makna alam)

7

Orang Tenganan Pegringsingan percaya, bahwa darah yang mengalir dari

tubuh penari Perang Pandan tersebut, merupakan simbol dari persembahan suci

kehadapan Dewa Indra (Dewa Peperangan) sebagai manifestasi dari Ida Sang

Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). Masyarakat awam tentunya melihat

ritual ini sebagai suatu tradisi ekstrim yang berbeda dari tradisi masyarakat Bali

lainnya. Namun, bukan berarti orang Tenganan Pegringsingan menganggap

bahwa peperangan itu hal yang baik. Tarian ini hanya sebagai simbol jati diri

orang Tenganan Pegringsingan yang tidak pernah melupakan tradisi leluhurnya

yang lampau (sebagai kesatria perang). Para Daha (pemudi) akan menyaksikan

jalannya tarian Perang Pandan yang dilakukan oleh kaum laki-laki di atas Bale

Petemuan. Artinya, ketika ritual berlangsung, para gadis berkesempatan melihat

kepiawaian dan keberanian para Truna (pemuda) dalam ritual Perang Pandan..

Namun seperti sekarang ini, pesatnya perkembangan jaman dan teknologi ,

membuat tradisi semakin sulit untuk dipertahankan sebagaimana makna ritual

terdahulu.

Banyaknya minat masyarakat awam untuk mengetahui ritual ini lebih dekat,

seringkali melewati batas-batas kesakralan dari ritual ini. Sehingga, kesannya

pelaku ritual adalah objek wisata (hiburan). Melalui upacara Perang Pandan ini,

menjadikan generasi Tenganan Pegringsingan memiliki rasa kebanggaan

tersendiri karena menjalankan ritual tersebut ditengah kemajuan modernisasi

global dan diketahui oleh banyak kalangan sebagai suatu tradisi kuno yang

masih bertahan.

Serupa halnya dengan ritual Perang Pandan, upacara Usaba Sambah juga

dijalankan setiap setahun sekali, sebagai pralambang memasuki tahun Saka

Baru pada masyarakat Tenganan Pegringsingan. Upacara ini berlangsung

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66343/potongan/S2-2013... · masalah hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitar (makna alam)

8

sebulan penuh sebelum berlangsungnya ritual Perang Pandan, atau saat

memasuki awal tahun dalam kalender nasional. Tidak jauh berbeda dengan ritual

lainnya, upacara ini juga melibatkan peran orangtua dan juga anak-anak. Selama

berjalannya upacara Usaba Sambah, anak-anak, para Daha, dan juga Truna

secara bergilir menari Rejang (tarian sakral dalam setiap upacara) sesuai dengan

garis keturunan dari bapak, yaitu Temu Kaja, Temu Tengah, atau Temu Kelod.

Pada upaca ini juga menggambarkan tentang pencarian jodoh setelah berhari-

hari menjalankan upacara.

Digambarkan bahwa Daha (gadis) yang menari dengan merentangkan

tangannya secara bergantian guna memikat Truna agar mau menari

bersamanya. Dahulunya, dalam tarian ini antara Daha dan Truna saat menari

saling berbincang dan membuat kesepakatan “bak gayung bersambut”. Namun,

dimasa sekarang sudah sedikit bergeser, tarian tersebut hanya sebagai simbol

yang merekatkan relasi antar sesama pemuda agar berkesempata berpikir

kembali jika kelak dalam mencari pasangan haruslah dari sesama orang

Tenganan Pegringsinga.

Melalui serangkaian gambaran ritual dan upacara tersebut, konsep identitas

sendiri dapat dijelaskan sebagai tahapan perkembangan kepribadian yakni

pengalaman akumulatif dari kemampuan ego untuk mengintegrasikan semua

identifikasi dengan perubahan libido, dengan kemampuan berkembang, dan

sebagian berperan secara sosial (Erikson, 1963). Individu dalam

perkembangannya pasti mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya, begitu

pula perkembangan yang dialami oleh orang Tenganan Pegringsingan. Selain

dipengaruhi oleh perkembangan alamiah individu, pengaruh modernisasi juga

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66343/potongan/S2-2013... · masalah hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitar (makna alam)

9

banyak memberikan dampak terhadap perkembangan seseorang terutama pada

pemaknaan nila-nilai budaya.

Pada setiap perkembangan individu berlangsung dalam suatu konteks

latarbelakang kebudayaan. Konteks atau setting tersebut meliputi, rumah,

sekolah, kelompok teman-teman sebaya, tempat ibadah, kota, lingkungan, dan

komunitas. Ada tiga konteks sosiokultural yang diyakini oleh banyak ahli

perkembangan sebagai suatu yang patut mendapatkan perhatian khusus,.

Pertama kebudayaan (culture), yaitu menyangkut dengan pola-pola perilaku,

keyakinan, dan semua produk dari sekelompok orang yang diteruskan dari

generasi satu pada generasi selanjutnya. Produk-produk tersebut adalah hasil

dari interaksi yang terjadi antara kelompok-kelompok manusia dan

lingkungannya yang berlangsung selama bertahun-tahun.

Kedua aspek studi lintas kebudayaan (cross-culture-studies), yaitu terkait

dengan adanya pengetahuan tentang perbandingan suatu kebudayaan dengan

satu atau lebih kebudayaan lain, dalam arti memberi informasi tentang

sejauhmana perkembangan manusia secara universal, lintas kebudayaan, atau

sejauhmana perkembangan khas kebudayaan tertentu. Etnisitas yang

merupakan bagian dari perkembangan identitas etnis, yakni rasa keanggotaan

yang didasarkan atas bahasa, agama, adat-istiadat, niali-nilai, sejarah, dan ras

suatu kelompok etnis yang sama. Identitas etnik pada suatu kelompok

mencerminkan suatu keputusan dari seseorang untuk mengidentifikasikan dirinya

terhadap leluhur atau kelompok leluhur. Ketiga gender, yaitu menyangkut

dimensi sosiokultural sebagai perempuan atau laki-laki. Beberapa aspek

perkembangan juga mengatakan bahwa identitas diri sebagai laki-laki atau

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66343/potongan/S2-2013... · masalah hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitar (makna alam)

10

perempuan untuk dapat menjalin hubungan relasi, menentukan sikap-sikap, dan

nilai-nilai pada kelompok atau lingkungannya (Santrock, 2002).

Religiusitas pada suatu kelompok etnik merupakan faktor penting, yakni

kepercayaan tentang eksistensial (iman). Kepercayaan eksistensial merupakan

suatu hal yang universal yang dimiliki oleh manusia, merupakan suatu ciri dari

seluruh hidup, tindakan dan pengertian diri yang mengandung pengakuan

terhadap eksistensi Tuhan dalam setiap aktivitas hidupnya (Fowler, 1978; Fitria,

2000). Perkembangan eksistensial dalam perkembangan individu adalah ketika

seseorang menyadari bahwa ego dapat mencapai mutualitas dalam suatu relasi

yang ditandai oleh adanya kepercayaan kepada pemberi perhatian utama (ibu).

Sifat dipercaya sebagai fundamental yang perlu ada dalam anak dan orang lain,

sebab sifat merupakan tuntunan yang utama dalam perkembangan identitas diri

(Erikson; Immink, dalam Fitria, 2000).

Kesan modern terasa ketika masuknya beberapa barang-barang elektronik

dan kendaraan bermotor di lingkungan Tenganan Pegringsingan. Seperti halnya

jaringan internet, televisi, komputer, dan rata-rata orang Tenganan Pegringsingan

kini sudah memfasilitasi diri dengan telepon genggam. Ada beberapa hal terkait

dengan kemajuan jaman dan teknologi yang dapat diterima oleh orang Bali Age

ini, namun ada juga yang ditolak seperti halnya perbaikan jalan atau perubahan

konsep pemukiman yang sudah memiliki aturan baku. Bagi orang Tenganan

Pegringsingan awig-awing (aturan adat pada suatu banjar/daerah) hanya berlaku

sebagai aturan atau hukum adat dalam masyarakat Bali secara umum, berbeda

halnya dengan aturan tradisi dari leluhur yang ketat dan memiliki sanksi tegas.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66343/potongan/S2-2013... · masalah hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitar (makna alam)

11

Dari generasi ke generasi, aturan adat tradisi masyarakat Tenganan

Pegringsingan baik yang tertulis maupun tidak, salah satunya tidak

memperkenankan untuk menebang pepohonan secara liar atau tampa ijin dari

pihak yang berwenang, sekalipun itu adalah milik pribadi. Sebab, lahan

perkebunan, pemukiman, dan peliharaan sejatinya adalah milik desa adat. Oleh

sebab itu, apabila pada musim buah-buahan ketika buah tersebut jatuh yang

berada dikebun milik siapapun maka siapa saja bisa mengambilnya atau secara

bergantian menjaga dan memelihara ternak-ternak yang diperuntukkan sebagai

sarana ritual. Fenomena tersebut menggambarkan bahwa meskipun

perkembangan teknologi semakin berkembang pesat, namun orang Tenganan

Pegringsingan masih tetap berupaya melestarikan tradisi yang dimilikinya

dengan tetap melestarikan lingkungan disekitarnya.

Padatnya serangkaian ritual dan upacara adat pada masyarakat Tenganan

Pegringsingan, bukan berarti mereka tidak memiliki profesi lain diluar aktivitasnya

menjadi orang Bali Age. Bagi anak-anak masih diperkenankan untuk menerima

pendidikan formal dan menempuh pendidikan tinggi diluar lingkungan Tenganan

Pegringsingan. Ada beberapa yang memiliki profesi sebagai PNS, seperti guru

atau pegawai suatu lembaga Pemerintahan, ada pula yang menjalankan

profesinya dengan berwirausaha. Keunikannya adalah tentang sikap yang

ditunjukan oleh orang Tenganan Pegringsingan, yang harus mengadaptasikan

dirinya pada situasi yang jauh berbeda dengan dirinya sebagai orang Bali Age.

Lebih lanjut dijelaskan, bahwa seorang individu dapat menjadi anggota dua

atau lebih kelompok yang berlainan, Individu juga dapat dikategorisasikan ke

dalam beberapa segi yang dimungkinkan, misalnya pria atau wanita, hitam atau

putih, muda atau tua, tergantung pada konteks sosial dan dimungkinkan bisa

saja memiliki lebih dari hanya satu identitas kelompok yang menonjol pada suatu

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66343/potongan/S2-2013... · masalah hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitar (makna alam)

12

waktu, kondisi demikian disebut persilangan kategori atau crossed categorization

(Crips, Walsh, dan Hewstone, 2007).

Identitas sosial yang peneliti maksudkan adalah identitas yang terbentuk dari

adanya pengkategorisasian dalam kelompok, yang muncul akibat dari

kategorisasi sosial. Kategorisasi sosial merupakan kecenderungan untuk

membagi dua kategori yaitu in group dan out group. In group sebagai: „kita‟ dan

out group sebagai: „mereka‟. In group merupakan kelompok sosial ketika seorang

individu mempersepsikan dirinya sendiri sebagai „kita‟. Out group merupakan

seluruh kelompok yang berada di luar kelompok individu yang mempersepsikan

dirinya sebagai anggota kelompok tersebut. Untuk mengurangi prasangka

dilakukan kategorisasi ulang, atau rekategorisasi.

Rekategorisasi merupakan perubahan dalam batas antara individu in group

„kita‟ dan beberapa out group, „mereka‟. Rekategorisasi menghasilkan

pandangan yang berbeda, individu yang sebelumnya dipandang sebagai out

group kini dipandang sebagai in group (Baron & Byrne, 2003). Oleh sebab itu,

orang Tenganan Pegringsingan masih dapat menerima keberadaan orang asing

(orang diluar lingkungan masyarakatnya) dalam kaitannya dengan interaksi

sosial kehidupan sehari-hari.

Proses pembentukan identitas individu tersebut sudah dimulai sejak kecil,

yakni pada masa anak-anak dmulai dengan mengadakan identifikasi pada orang-

orang disekelilingnya, namun pembentukan identitas diri menjadi puncak dan

tugas perkembangan yang harus diselesaikan di masa remaja. Untuk itu, proses

pembentukan identitas diri ini terjadi melalui adanya krisis antara dua ekstrim,

yakni positif dan negatif (Erikson, 1974). Keberadaan krisis tersebut

mengharuskan individu untuk dapat memilih alternatif-alternatif dan membuat

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66343/potongan/S2-2013... · masalah hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitar (makna alam)

13

suatu komitmen untuk dapat menyelesaikan konflik-konflik yang dialaminya

(Larkin dalam Erikson, 1963).

Logan berpendapat, bahwa individu tidak mencapai suatu komitmen untuk

menyelesaikan konflik-konfliknya dalam proses pembentukan identitas diri.

Namun akan menunjukan beberapa mekanisme pertahanan, salah satunya

adalah membentuk identitas negatif yaitu mengambil nilai-nilai yang

bertentangan dengan moral dan agama yang berkembang dalam masyarakat

(Shelton dalam Baron & Byrne, 2003 ). Guna mengantisipasi munculnya identitas

kearah negatif tersebut, maka perlu adanya pemahaman yang lebih mendalam

mengenai tradisi leluhur yang dijalankan oleh orang Tenganan Pegringsingan.

Utamanya melalui lingkup keluarga yang menjadi dasar perkembangan anak.

Melalui pembelajaran mendekatkan diri dan live in, adanya pergulatan

fenomena dan tantangan kebudayaan diharapkan meningkatkan kinerja dan

visioner kebudayaan dan laku-laku budaya melalui kantong-kantong pendidikan

hingga proses saling menyediakan ruang bagi setiap generasi untuk dapat

bersikap dan memiliki cara pandang bahwasannya perbedaan akan lebih

memperkaya dari pada menghancurkan (Mudji, 2006). Soejono, mengatakan

manusia tertua yang mendiami pulau Bali adalah manusia pendukung kapak

genggam. Penemuan tersebut meyakini bahwa keberadaan manusia Bali tua

dengan penemuan kapak genggam di lokasi penemuan salah satu pemukiman

desa Bali Tua yakni di Desa Sambiran, Singaraja, Bali, dan di tepi sebelah Timur

dan Tenggara Danau Batur, Kintamani, Bangli, Bali. Adanya penemuan-

penemuan ini, lebih meyakini bahwa kehidupan manusia asli pulau Bali

(masyarakat Bali Tua) memang benar adanya (Wikarman, 1998).

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66343/potongan/S2-2013... · masalah hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitar (makna alam)

14

Sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali Age menggambarkan bahwa

kemajuan zaman dan teknologi bukan menjadi alasan untuk mengubah atau

menghilangkan tradisi yang sudah ada sebelumnya. Adanya pantang bagi orang

Bali Age (Tenganan Pegringsingan) untuk memutus matarantai berjalannya

tradisi kuno yang diturunkan leluhur ini. Bahkan orang Bali Age (Tenganan

Pegringsingan), justru penerapan tradisi itu penting di tanamkan sejak dini pada

anak-anak generasi penerus Bali Age. Berdasarkan penuturan Pemuda dan

Pemudi Bali Age di Tenganan Pegringsingan, bahwa sudah menjadi

tanggungjawab bagi Pemuda dan Pemudi Desa Tenganan Pegringsingan

sebagai generasi penerus tradisi ini untuk tetap menjaga dan melestarikan apa

yang sudah diturunkan. Hal ini terkait dengan adanya kepercayaan yang kuat

pada sanksi adat dan sanksi alam yang kemungkinan akan menghancurkan

generasi dan membuat tradisi ini punah (Sudaryati, 2009).

Sejarah kehidupan merupakan deskripsi yang menawarkan suatu

pemahaman terhadap kebudayaan lain. Deskripsi yang mengungkapkan secara

detil kehidupan-kehidupan seseorang dan dalam prose tersebut menuju bagian-

bagian penting pada kebudayaan itu sendiri (Sudaryati, 2009). Hal itu

menegaskan bahwa budaya (adat-istiadat) Bali Age di Tenganan Pegringsingan

dapat terus bertahan hingga saat ini, melalui penelitian dengan studi etnografi.

Etnografi sendiri dapat menunjukkan berbagai perbedaan budaya dan

bagaimana orang dengan perspektif berbeda dapat saling berinteraksi dalam

lingkup masyarakat yang lebih luas (Spradley, 2006).

Hubungan interaksi yang terjadi dalam suatu kelompok masyarakat memiliki

ikatan budaya yang sangat kuat, bahkan disertai dengan komunikasi secara

interpersonal (pribadi). Komunikasi interpersonal yang dimaksud adalah

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66343/potongan/S2-2013... · masalah hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitar (makna alam)

15

komunikasi yang dilakukan secara personal dalam suatu keluarga yang

merupakan bagian kecil dari kelompok masyarakat. Pada dasarnya keluarga

merupakan lingkup kecil dari suatu kelompok masyarakat sebagai dasar anak

dan anggota keluarga yang lainnya untuk dapat bersosialisasi lebih lanjut ke

lingkungan yang lebih luas lagi yaitu masyarakat. Semua masyarakat yang

pernah dikenal, hamper semua orang hidup terikat dengan jaringan kewajiban

dan hak keluarga yang disebut dengan peran (role relation), (William dalam

sudaryati, 2009).

Confusius berpendapat, bahwa kebahagiaan dan kemakmuran akan tetap

ada dalam masyarakat apabila setiap masyarakat bertindak dengan benar (yang

dimaksudkan disini, berlaku sesuai dengan ketentuan yang ada) sebagai

anggota keluarga dan akan menyadari bahwa orang harus mentaati

kewajibannya sebagai bagian dari anggota masyarakat. William, pada saat

sebuah lembaga mulai membentuk kepribadian seseorang dalam hal-hal penting,

keluarga memiliki banyak peran dalam hal merubahnya, dengan cara

mengajarkan bagaimana berbicara dan menjalankan fungsi sosial (William;

Sudaryati, 2009). Peran keluarga terutama orangtua menjadi suatu pengaruh

yang kuat ketika tradisi itu mulai dikenalkan pada anak-anak. Untuk itu, dalam

budaya Bali Age di Tenganan Pegringsingan, sebagian besar penduduknya

hanya melakukan aktifitasnya sehari-hari di rumah. Seperti mengerjakan

kerajinan tangan (souvenir) terutama bagi kaum laki-laki, menenun bagi kaum

perempuan.

Perilaku sebagaimana yang sudah menjadi kebiasaan dapat sebagai prinsip-

prinsip yang mengajarkan tentang tradisi yang berjalan di Tenganan

Pegringsingan, merupakan perilaku yang sudah menjadi kebiasaan yang

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66343/potongan/S2-2013... · masalah hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitar (makna alam)

16

dilakukan oleh masyarakatnya. Kebiasaan itu sendiri adalah perilaku yang khas

sebagai suatu yang sudah biasa di lakukan sehingga menjadi kebiasaan

(Harjana, 2003). Termasuk di dalamnya Agama atau Kepercayaan yang selalu

ada dan dikaitkan dengan kebudayaan, yang secara formal merupakan konsep

hubungan manusia dengan lingkungannya (Tarwotjo, 1994).

Beranjak dari penelitian terdahulu yang pernah dilakukan, maka diharapkan

penelitian yang akan dilakukan berikutnya melalui pengamatan studi Etnografi

akan lebih menggali fenomena psikologi dalam sebuah kelompok masyarakat

Bali pedalaman yaitu masyarakat Bali Age di Tenganan Pegringsingan. Bukan

perbedaan yang akan menjadikan perbandingannya, namun lebih pada identitas

etnik dalam perilaku sosial masyarakat Bali Age di Tenganan Pegringsingan

guna mewujudkan kelestarian budaya leluhurnya. Keanekaragaman tradisi yang

ada di Bali diharapkan dapat memperkaya penelitian-penelitian fenomena

budaya di Bali selanjutnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada fokus permasalahan yang telah diurakan diatas, maka

permasalahan pokok yang ingin peneliti jawab adalah mengenai “Bagaimanakah

pola pembentukan identitas etnik pada masyarakat Bali Age di Tenganan

Pegringsingan” serta “Bagaimanakah pola pembentukan identitas etnik

diwariskan kepada generasi muda di Tenganan Pegringsingan”.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66343/potongan/S2-2013... · masalah hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitar (makna alam)

17

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui secara langsung bagaimana Pola Identitas Etnik

Individu Terbentuk Dalam Masyarakat Bali Age di Tenganan

Pegringsingan

2. Untuk mengetahui secara langsung tentang Pola Pembentukan Identitas

Etnik Tersebut Terbentuk dan di Wariskan Kepada Generasi Muda di

Tenganan Pegringsingan

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, ada dua manfaat yang dapat di kemukakan yakni

manfaat akademik dan manfaat praktis. Diantara dua manfaat ini juga akan

menjelaskan sejauh mana penelitian ini dapat bermanfaat dan layak sebagai

sebuah penelitian Psikologi.

i. Manfaat Akademik

Secara garis besarnya, penelitian ini merupakan penelitian lanjutan

dari penelitian Sekripsi yang sebelumnya sudah pernah dilakukan, maka

dalam hal akademik dapat menyumbangkan suatu pengetahuan yang

lebih mendalam lagi tentang Budaya Bali Age (Bali Kuno/Tua), yang

realitanya masih sangat minim diketahui oleh masyarakat luas dan

kalangan akademisi, disamping informasi yang tersedia sangat terbatas,

sehingga kurangnya jangkauan sebagai sebuah kajian dalam studi mata

kuliah, baik S1 maupun khususnya pada S2.

Oleh sebab itu, penelitian ini dapat menjadi sebuah langkah yang

baik dalam pembelajaran ilmu Psikologi yang sarat akan nilai tradisi dan

budaya sesuai dengan kultur masyarakat Indonesia yang memiliki begitu

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66343/potongan/S2-2013... · masalah hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitar (makna alam)

18

banyak keragaman dari adanya suku-suku bangsa. Utamanya, manfaat

bagi pembelajaran Psikologi Sosial dapat menambah keragaman

pengetahuan dan pandangan dalam mengamati setiap perilaku-perilaku

sosial di masyarakat, terutama pada masyarakat-masyarakat pedalaman

yang jauh dari kesan kehidupan modern.

ii. Manfaat Praktis

1. Mengetahui secara langsung pola pembentukan identitas etnik pada

masyarakat tradisional Bali terutama pola yang dibentuk sejak dini

yang melibatkan langsung anak-anak, sebagai upaya menjaga tradisi

Bali Age agar tetap dijaga dan dilestarikan turun temurun.

2. Memberikan informasi yang jelas mengenai peran dan interaksi

secara personal dalam keluarga Bali Age di Tenganan Pegringsingan

terkait dengan tradisi adat-istiadat kuno yang dijalankan oleh

masyarakatnya. Melalui penelitian ini, tidak hanya dapat sebagai

sebuah media yang hanya memberikan informasi bagi masyarakat

umum, namun juga dapat sebagai wawasan bahwasannya budaya

Bali Kuno tersebut hingga saat ini masih ada di Bali.

E. Keaslian Penelitian

Ada beberapa pustaka hasil penelitian baik yang pernah dilakukan di

Tenganan Pegringsingan atau hasil-hasil penelitian lain yang terkait dengan

penelitian ini, yaitu penelitian “Komunikasi Interpersonal Dalam Keluarga Bali

(Studi Etnometodelogi Peran Keluarga Inti Dalam Mengkomunikasikan Adat-

istiadat Bali Age di Tenganan Pegringsingan, Karangasem Bali)” yang ditulis oleh

Ni Made Yeni Sudaryati pada 2009. Hasil penelitian tersebut mengatakan bahwa

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66343/potongan/S2-2013... · masalah hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitar (makna alam)

19

pada proses mengenal adat-istiadat dan tradisi leluhur masyarakat Tenganan

Pegringsingan adalah melalui keluarga. Keluarga adalah tempat yang utama bagi

anak-anak untuk mendapat pengetahuan tentang bagaimana menjalankan ritual

dan tradisi adat dalam kehidupan masyarakat Tenganan Pegringsingan.

Penelitian “Pola Asuh Antar Generasi Pada Masyarakat Bali Aga (Bali Asli) :

Kajian Psikologi Indigenous Pada Masyarakat Desa Panglipuran, Bangli, Bali”

yang ditulis oleh Dewi Arum Widhiyanti Putri pada 2009. Penelitian yang

menggudakan background penelitian deskriptif kualitatif ini menyatakan, bahwa

intinya peneliti ingin mendeskripsikan sikap suatu kebudayaan berdasarkan latar

belakang psikologi dengan tujuan utamanya adalah untuk dapat memahami

suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli tentang bagaimana

pola asuh antar generasi yang terbentuk dalam masyarakat desa Panglipuran

yang meniliki latarbelakang budaya Bali Aga.

Penelitian tentang, “Sebuah Deskripsi tentang Latarbelakang Sosial Budaya

Bahasa Bali” yang ditulis oleh Jendra.dkk pada tahun 1975-1976, penelitian yang

dikutip dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti Kebudayaan dan

Antropologi UNUD. Mengungkapkan bahwa salah satu temuan tentang variasi

dialegtis bahasa Bali yang terdapat di pegunungan bagian timur Bali yakni di

Tenganan Pegeringsingan sebagai sebuah dialeg Bali Age. Penelitian “Wacana

Samodana Usaba Sambah pada Masyarakat Tenganan Pegeringsingan :

Sebuah Kajian Linguistik Kebudayaan” yang ditulis oleh peneliti Kebudayaan dan

Antropologi UNUD. Penelitian ini mengungkapkan mengenai masalah

karakteristik, struktur, dan pelaksanaan Samodana dalam konteks Usaba

Sambah. Hasil penelitiannya melalui beberapa pustaka sebagai kajian dalam

bidang budaya dan bahasa masyarakat Tenganan Pegeringsingan.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66343/potongan/S2-2013... · masalah hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitar (makna alam)

20

Penelitian tentang “Cerita Rakyat dari Bali : Beberapa Kejanggalan

Linguistik” yang ditulis oleh I Dewa Putu Wijana tahun 2004, hasil penelitiannya

menyatakan bahwa cerita rakyat yang berasal dari berbagai etnik di Indonesia,

merupakan salah satu usaha untuk memperkenalkan dan menjaga kelestarian

nilai budaya. Seorang penulis cerita tidak hanya dituntut untuk mencari dan

mengumpulkan sumber mana yang paling terpercaya, penulis juga harus

memiliki pengetahuan yang luas tentang budaya dan tata cara masyarakat

pemiliki cerita rakyat yang bersangkutan.

Budaya dan tata cara yang dimaksud meliputi berbagai tingkah laku dan

adat kebiasaan yang disepakati bersama oleh anggota-anggota masyarakat

bersangkutan dakam upaya menjalin kerjasama antarsesamanya dan

mempertahankan keberadaannya. Sama halnya dengan masyarakat Tenganan

Pegringsingan yang menguatkan tradisi leluhur melalui cerita-cerita yang di

turunkan secara turun temurun oleh para Penua-penua, tentunya cerita-cerita

yang disampaikan masih pada ketentuan-ketentuan yang logis, sehingga masih

dapat diterima oleh generasi-generasi selanjutnya. Kemudian penelitian Disertasi

“Mobilitas Kelas, Konflik, dan Penafsiran Kembali Simbolisme Masyarakat Hindu

di Bali” oleh Ida Bagus Yudha Triguna pada 1997.

Kaitannya dengan penelitian ini adalah tentang sejarah perkembangan

kebudayaan pada masyarakat Bali, serta penafsiran tentang simbolisme Hindu

pada masyarakat Bali pada umumnya dan oleh masyarakat Bali Mula (Bali Asli)

yang terdahulu. Selanjutnya penelitian tentang “Pewarisan Budaya dan

Kepribadian” yang ditulis oleh Kodiran pada tahun 2004. Pada penelitiannya

mengatakan bahwa antara kebudayaan dan kepribadian memiliki hubungan yang

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66343/potongan/S2-2013... · masalah hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitar (makna alam)

21

sangat erat. Relasi ditunjukkan dari studi-studi Antropologi dan Psikologi yang

dilakukan melalui penelitian secara empiris dengan observasi, tes-tes proyeksi,

dan life history dalam masyarakat dan kebudayaan tertentu. Hasil dari penelitian

menyimpulkan bahwa konsep dan teori psikologi tentang masalah-masalah

kepribadian tidak berlaku umum. Dalam penelitiannya Kodiran juga menyatakan

bahwa terdapat aneka warna kepribadian dasar (base personality), serta watak

umum suatu Negara (nasional character) yang ditumbuh kembangkan dari pola

asuh anak (child rearing) dan pendidikan yang diteruskan melalui proses

enkulturasi dan sosialisasi

Penelitian-penelitian serupa berikutnya, merupakan hasil penelitian yang

terkait dengan pola asuh yaitu diantaranya : penelitian “Orientasi Masa Depan

Remaja Ditinjau Dari Pola Asuh Orang Tua” yang ditulis oleh Yeniar Indriana dan

Siti Rahayu Haditono pada 1992. Melalui penelitian tersebut diketahui bahwa

peran dan bantuan orangtua sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan seorang anak.

Peran dan hubungan orangtua sering tercermin dalam cara orang tua mengasuh

anak. Dijelaskan juga bahwa masa remaja adalah suatu periode yang terjadi

antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Orientasi masa depan atau sering

disebut dengan cita-cita, belum terbentuk jelas pada permulaan masa remaja.

Tugas orangtua disini, memiliki peranan dalam mengarahkan cita-cita rema.

Orangtua biasanya ikut menetapkan sasaran yang diharapkan untuk dicapai

serta memberi petunjuk bagaimana mencapainya. Dalam penelitian inijuga

menyertakan beberapa hasil penelitian luar yang berkenaan dengan orientasi

masa depan remaja seperti diantaranya, Poole & Cooney menunjukkan bahwa

orientasi masa depan remaja berisi pekerjaan, perkawinan dan pendidikan. Elder

& McInnis (dalam Indriana & Haditono, 1992), mengidentifikasikan dua tujuan

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66343/potongan/S2-2013... · masalah hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitar (makna alam)

22

masa depan remaja wanita yaitu berkeluarga dan berkarier. Perkawinan dan

menjadi orangtua adalah tujuan utama, dan tujuan kedua adalah pendidikan dan

pekerjaan.

Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Thornburg,

menyatakan bahwa sebagian besar perjuangan remaja dalam mencapai

identitasnya adalah memusatkan pikiran pada masalah-masalah pokok

kehidupan misalnya tentang pendidikan, persaingan, pekerjaan, perkawinan,

status ekonomi dan agama. Pada penelitian ini, penulisnya menggunakan model

pola asuh Wels, yakni peneliti menghubungkan pola asuh orangtua dengan

orientasi masa depan atau cita-cita remaja. Dari hipotesis penelitian diketahui

bahwa ada hubungan antara orientasi masa depan remaja dengan pola asuh

orangtua yaitu : remaja dengan pola asuh tipe suportif dalam melihat masa

depannya cenderung berorientasi pada pendidikan, dan rema dengan pola asuh

tipe keras cenderung berorientasi pada perkawinan (Indriana & Haditono, 1992).

Penelitian berikutnya yang dilakukan oleh Andayani dkk pada tahun 2002,

mengenai “Perlakuan Salah Terhadap Anak (Child Abuse) Ditinjau Dari Nilai

Anak dan Tingkat Pendidikan Orangtua” menyatakan bahwa persoalan tersebut

semata-mata hanya menjadi masalah intern keluarga. Moore (1985),

mengatakan salah satu faktor yang mendorong terjadinya perlakuan salah

terhadap anak adalah terkait dengan faktor individu, baik dari sudut pandang

anak maupun pelaku. Subjek penelitianya melibatkan 49 pasang orangtua pelaku

perlakuan salah terhadap anak yang berdomisili di Nusukan, Banjarsari,

Surakarta.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66343/potongan/S2-2013... · masalah hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitar (makna alam)

23

Hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa ada hubungan yang signifikan

anatara nilai anak dan tingkat pendidikan orangtua secara bersama-sama

dengan perlakuan salah terhadap anak, baik pada kelompok bapak maupun ibu.

Hasil analisis kuantitatifnya adalah pola asuh yang diterapkan cenderung otoriter,

anak sering dipukul disaat berperilaku tidak seperti yang diharapkan. Bahkan

kebiasaan tersebut sudah dibawa sejak dahulu yang diakibatkan oleh perlakuan

yang sama terhadap pelaku ketika masih muda, dan kemudian kembali dilakukan

pada keluarga atau anak-anak mereka.

Penelitian tentang “Diri dan Pengelolaannya” yang ditulis oleh Bagus Takwin

(2008) yang mengutarakan penelitiannya sebagai berikut, bahwa diri seseorang

terbentuk dan berkembang dalam interaksinya dengan orang lain dalam

kehidupan sosial. Takwin mengatakan pengelolaan diri selalu perlu

pertimbangan, pemahaman tentang diri yang selalu berada dan berkembang

dalam konteks sosial termasuk budaya. Kesimpulan dari penelitian ini adalah

kesadaran dapat membantu individu untuk mempertemukan unsur-unsur yang

bertentangan dan mencari cara untuk memperoleh keluasaan-keluasaan agar diri

dapat berkembang sambil tetap menjaga kesatuannya.

Hasil penelitian terkait berikutnya, Disertasi yang berjudul “Dinamika

Psikologi Perilaku Terorisme : Identitas Pengambilan Ketutusan Jihad di Luar

Wilayah Konflik pada Terpidana Kasus Bom Bali di Indonesia” oleh Mira Noor

Milla pada 2009 yaitu terkait dengan karakteristik masyarakat dalam kehidupan

masyarakat sosial dan interaksinya. Tesis yang ditulis oleh Fitria pada 2000 yang

berjudul “ Hubungan Antara Identitas Diri dan Perkembangan Kepercayaan

Eksistensial Dengan Tingkat Perkembangan Penalaran Moral Remaja di Kodya

Padang” yaitu terkait dengan dasar keyakinan/religiusitas remaja berpengaruh

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66343/potongan/S2-2013... · masalah hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitar (makna alam)

24

pada bentuk identitas diri pada remaja. Tesis yang ditulis oleh Muhammad Johan

Nasrul Huda pada 2007 tentang “ Identitas Sosial Tyang Ho‟e Dalam Kelompok

Reog Ponorogo” yaitu mengenai teori sosial dan dinamika soaial yang terjadi

dalam suatu masyarakat budaya. Yuhendrik Nova dalam Tesisnya pada 2003

yang berjudul “ Hubungan Perilaku Coping dan Self-Esteem Dengan Tingkat

Kecemasan Sosial Ibu Anak Autime di D.I. Yogyakarta” yaitu mengenai perilaku

coping dan hubungan yang terbentuk antara ibu dan anak yang menyandang

autis sebagai perbandingan dalam memahami karakteristik dan pola asuh.

Pattinama .V, pada 2010 dengan Tesisnya yang berjudul “Peran Identitas Sosial

dan Kontak Antara Kelompok Terhadap Pemaafan Antara Kelompok Pada

Komunitas Korban Pasca Konflik Ambon” yaitu menitik beratkan pada teori

psikologi sosial mengenai identitas pada kelompok masyarakat tertentu. Sekripsi

yang ditulis oleh Margareta Sih Setija Utami pada 1999, dengan judul “Hubungan

Antara Pola Asuhan Orangtua Dengan Status Identitas Diri Remaja” yaitu

mengenai bentuk-bentuk pola asuh dan tahapan perkembangan yang

dipengaruhi oleh pola asuh orang tua sebagai salah satu pola yang membentuk

identitas anak khususnya pada remaja. Selanjutnya, Tesis yang ditulis oleh

Kristianto Batuadji pada 2009 yaitu “Moksartham Jagadhita : Studi Etnografis

Tentang Well-Being Pada Warga Ashram Gandhi Etnis-Bali” yaitu mengenai

karakteristik dan budaya masyarakat Bali sebagai perbandingan antara

masyarakat etnik dan umum.

Beberapa penelitian luar yang terkait dengan kajian etnografi, pengasuhan,

teori identitas sosial, dan identitas etnik. Penelitian-penelitian ini merupakan hasil

penelitian dari berbagai Negara, seperti penelitian tentang Bali, penelitian-

penelitian Asia dan Eropa. Penelitian-penelitian ini peneliti gunakan sebagai

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66343/potongan/S2-2013... · masalah hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitar (makna alam)

25

bahan kajian dari penelitian-penelitian serupa lainnya. Beberapa hasil penelitian

serupa yang penah ada bukan berarti peneliti berniat untuk meniru atau

menjiplak penelitian-penelitian tersebut. Sebab penelitian yang peneliti lakukan

memunculkan fenomena yang berbeda dibanding penelitian serupa lainnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Fu-Mei Chan & Tom Luster (2002) ini meneliti

tentang “Factor Related to Parenting Practices in Taiwan”, dimana dalam

penelitian tersebut diketahui bahwa ada tiga model ekologi yang pontensial

sebagai prediktor terkait pengasuhan praktis di China, yaitu karakteristi ibu,

karakteristik anak, dan faktor kontekstual.

“Bazar, Big Kites and Other Boys’ things : Distinctions of Gender and

Traditional in Baliness Youth Culture” yang diteliti oleh Laura Noszlopy (2005)

yang intinya membahas tentang fenomena perkembangan budaya anak muda

Bali yang memiliki keyakinan bahwa norma-norma adat dan ajeg sebagai

batasan-batasan dari bagaimana cara mereka melakukan segala kegiatan untuk

menghimpu dana dan membuat “ogoh-ogoh” dalam perayaan Nyepi serta

membuat layang-layang yang berukuran besar sebagai simbol dari adanya

kebersamaan dalam menjaga tradisi. Walau kadang kala dapat menimbulkan

perkelahian dan tindakan agresif diantara anak-anak muda Bali.

Penelitian selanjutnya, “Attitude Toward Traditional and Nontraditional

Parent” yang ditulis oleh Victoria L. Brescoll & Eric Luis Uhlmann (2005) dalam

penelitian ini pada studi pertama menggunakan metode penelitian between-

subject design dan studi kedua menggunakan within-subject design yang hasil

penelitiannya mengungkapkan bahwa perilaku orangtua yang menggunakan

konsep tradisional (ibu berada di rumah dan bapak bekerja) dan orangtua yang

menggunakan konsep nontradisional (bapak berada di rumah dan ibu bekerja).

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66343/potongan/S2-2013... · masalah hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitar (makna alam)

26

Dalam penelitian ini terlihat bahwa orangtua yang menggunakan konsep

nontradisional dilihat bahwa posisi bapak tidak memiliki nilai kehormatan yang

tinggi dibandingkan dengan orangtua yang menggunakan konsep tradisional.

Adanya laporan negatif terhadap ibu yang bekerja dan bapak berada di rumah

sebab partisipan menganggap bahwa hal tersebut terkait dengan peran gender

dan representasi steriotipe mengenai bahaimana peran antara laki-laki dan

perempuan dapat berbagi dalam sebuah ideologi yang dibangun dalam

kelurganya. “Disrupted Death Ceremonies : Popular Culture and The Etnography

of Bali” yang ditulis oleh Carol Warren (1993) yang pada penelitiannya berfokus

pada sebuah upacara yang popular pada tradisi Bali, dimana respon dominan

berpusat pada tingkat hirarki dalam merepresentasikan budaya Bali.

Melalui beberapa pustaka dari berbagai penelititian seperti beberapa hasil

penelitian yang diteliti di Tenganan Pegringsingan, maupun penelitian-penelitian

yang secara teori dan metodologi penelitiannya memiliki kemiripan dengan

penelitian yang peneliti lakukan. Diketahui bahwa sebagian besar dari hasil

penelitian tidak terlepas dari aspek-aspek psikologis, baik dalam karakteristik

budaya, masyarakat, dan struktur kemasyarakatan. Dalam ilmu psikologi,

penelitian yang dilakukan di Tenganan Pegeringsingan memang bukan yang

pertama kalinya, ada beberapa penelitian-penelitian psikologi yang lain selain

penelitian yang peneliti lakukan. Hal yang membedakan penelitian yang peneliti

lakukan adalah dari metode atau model penelitian yang berbeda dari kebanyakan

metode atau model penelitian yang digunakan dalam penelitian psikologi.

Peneliti pribadi berpendapat bahwa melalui pendekatan metode etnografi ini

akan memberikan suatu keunikan tersendiri pada sebuah penelitian. Sebab,

adanya penggabungan antara unsur psikologi, budaya, dan ilmu sosial menjadi

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66343/potongan/S2-2013... · masalah hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitar (makna alam)

27

satu kesatuan yang akan memperkaya kajian ilmu terutama pada bidang ilmu

psikologi. Kajian semacam ini, berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan

masih belum ada. Untuk itu, peneli berharap penelitian ini dapat menjadi sebuah

penelitian yang dapat mengembangkan dan menjadi acuan bagi penelitian-

penelitian selanjutnya dalam ilmu psikologi. Sehingga, dari penelitian-penelitian

yang ada dapat lebih berwarna dan memiliki keunikan yang dapat memperkaya

kajian ilmu psikologi.