BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami...

88
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sarana yang menentukan untuk mencapai tujuan pembangunan nasional, yaitu mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana berkehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib, dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai. Aspirasi bangsa yang demikian tidak akan tercapai tanpa melalui pendidikan. Sistem pendidikan nasional mempunyai tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani, dan rohani, berkepribadian yang mantap, dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003). Sekolah sebagai tempat anak didik belajar, dengan harapan dalam belajar akan memperoleh prestasi belajar dengan baik. Dalam belajar tersebut prestasi yang dicapai kadang dapat mencapai seperti apa yang diharapkan, tetapi dapat pula tidak. Hal ini karena daya serap masing-masing siswa berbeda dalam menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru. Prestasi merupakan bukti keberhasilan yang dicapai oleh siswa sebagai hasil belajar, maka dari itu prestasi yang diperoleh siswa diharapkan mencapai ketuntasan baik guru dan siswa harus mengetahui apa-apa saja untuk memperoleh prestasi itu. Adapun salah satu yang diharapkan mempunyai prestasi yang baik adalah pelajaran Matematika. Salah satu yang penting di Sekolah Dasar adalah Matematika dan pelajaran ini nantinya sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, maka 1

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu sarana yang menentukan untuk

mencapai tujuan pembangunan nasional, yaitu mewujudkan suatu masyarakat

adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila di

dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka bersatu dan

berkedaulatan rakyat dalam suasana berkehidupan bangsa yang aman,

tenteram, tertib, dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang

merdeka, bersahabat, tertib dan damai. Aspirasi bangsa yang demikian tidak

akan tercapai tanpa melalui pendidikan.

Sistem pendidikan nasional mempunyai tujuan mencerdaskan

kehidupan bangsa Indonesia dan mengembangkan manusia Indonesia

seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang

Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,

sehat jasmani, dan rohani, berkepribadian yang mantap, dan mandiri serta rasa

tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Undang-undang Nomor 20

Tahun 2003).

Sekolah sebagai tempat anak didik belajar, dengan harapan dalam

belajar akan memperoleh prestasi belajar dengan baik. Dalam belajar tersebut

prestasi yang dicapai kadang dapat mencapai seperti apa yang diharapkan,

tetapi dapat pula tidak. Hal ini karena daya serap masing-masing siswa

berbeda dalam menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru. Prestasi

merupakan bukti keberhasilan yang dicapai oleh siswa sebagai hasil belajar,

maka dari itu prestasi yang diperoleh siswa diharapkan mencapai ketuntasan

baik guru dan siswa harus mengetahui apa-apa saja untuk memperoleh prestasi

itu. Adapun salah satu yang diharapkan mempunyai prestasi yang baik adalah

pelajaran Matematika.

Salah satu yang penting di Sekolah Dasar adalah Matematika dan

pelajaran ini nantinya sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, maka

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

dari itu pengajarannya sangat perlu kejelian atau kesungguhan agar siswa

benar-benar menguasai pelajaran Matematika ini. Menurut Paling (dalam

Mulyono Abdurrahman, 1999:252) menyatakan bahwa matematika adalah

suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi

manusia, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran,

menggunakan pengetahuan tentang menghitung dan yang paling penting

adalah pemikiran dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan

menggunakan hubungan-hubungan.

Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk

mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan

fungsi teoretisme adalah untuk memudahkan berfikir. Ada juga yang

mengatakan bahwa matematika hanya perhitungan yang mencakup tambah,

kurang, kali, dan bagi, tetapi ada pula yang melibatkan topik-topik seperti

aritmatika, aljabar, dan geometri..

Ilmu matematika merupakan ilmu yang sangat penting dalam

kehidupan masyarakat umum, namun sering kali ilmu ini dipahami dengan

cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit

sehingga banyak siswa yamg kurang menyukainya. Matematika merupakan

ilmu yang mengkaji obyek abstrak dan mengutamakan penalaran deduktif.

Sifat ilmu matematika yang demikian itu tentu saja akan menimbulkan

kesulitan bagi anak-anak usia Sekolah Dasar yang mempelajari matematika.

Secara umum kenyataan ini dapat dilihat dari hasil rata-rata nilai

Ulangan Akhir Sekolah Berbasis Nasional (UASBN) khususnya pada mata

pelajaran Matematika masih memprihatinkan. Oleh karena itu berbagai upaya

untuk meningkatkan mutu pelajaran Matematika terus dilakukan. Upaya itu

antara lain penggunaan media pembelajaran yang sesuai dengan tingkat

perkembangan anak sekolah dasar khususnya anak kelas III. Di samping itu

faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar adalah dari dalam diri siswa

maupun dari luar siswa.

Berdasarkan nilai ulangan mata pelajaran Matematika siswa kelas III

sebanyak 13 anak terdiri dari 9 anak perempuan dan 4 anak laki-laki, yang di

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

dalamnya memuat pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan, data yang

diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan dan

pengurangan pada siswa kelas III SDN 1 Butuh Kecamatan Mojosongo masih

di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) 60. Rata-rata nilai dari 13

anak itu adalah 53,07 di pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan. Hal

tersebut dapat dilihat pada rekapitulasi nilai mata pelajaran Matematika pokok

bahasan penjumlahan dan pengurangan yang tertera pada tabel 1.

Tabel 1 : Pencapaian nilai mata pelajaran Matematika

Pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan

No Rentang Nilai Jumlah Siswa Keterangan

1 70 – ke atas 2 Tuntas

2 60 3 Tuntas

3 50 6 Tidak Tuntas

4 40 ke bawah 2 Tidak Tuntas

Hal ini dikarenakan kurangnya minat siswa dalam memahami

penjumlahan dan pengurangan, disamping itu faktor kurangnya guru dalam

menggunakan media juga berpengaruh pada hasil belajar siswa. Karena itu

wajar apabila Matematika tidak mudah dipahami oleh kebanyakan SD sampai

SMP bahkan untuk sebagian siswa SMA sekalipun. Untuk mengatasi hal

tersebut, maka dalam mempelajari suatu konsep atau prinsip-prinsip

Matematika diperlukan pengalaman melalui media yang mendorong anak

untuk dapat meraba, menghitung, dan menafsirkan apa yang mereka pegang

dengan bebas, yaitu dengan media abakus.

Bagi siswa pelajaran Matematika dianggap pelajaran yang paling sulit,

menakutkan, menjemukan, dan sangat tidak menyenangkan, sehingga hasil

prestasi Matematika sangat kurang, belum sesuai dengan harapan baik harapan

guru, orang tua maupun siswa sendiri. Hal ini dapat terlihat dari daftar nilai

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

matematika siswa kelas III SD N 1 Butuh Kecamatan mojosongo Kabupaten

Boyolali. Kewajiban para gurulah untuk menanamkan rasa senang terhadap

materi pelajaran Matematika dengan memberi rangsangan atau dorongan agar

siswa menyenangi pelajaran Matematika.

Salah satu cara untuk mencapai hasil belajar yang maksimal dalam

mengajar guru menggunakan media yang sesuai dengan materi yang

diajarkan, guru harus dapat memilah media pembelajaran yang sesuai dengan

tingkat perkembangan anak Sekolah Dasar khususnya anak kelas III. Menurut

Piaget (dalam Dimyati, 2002:14) menyatakan bahwa anak usia 0 sampai 2

tahun berada pada tingkat sensori motor, anak usia 2 sampai 7 tahun berada

pada tingkat praoperasional, anak usia 7 sampai 11 tahun berada pada tingkat

operasional konkret dan anak usia 11 ke atas berada pada tingkat operasi

formal.

Media adalah pembawa pesan yang berasal dari sumber pesan (yang

dapat berupa orang atau benda) kepada penerima pesan. Romiszowski (dalam

Oemar Hamalik, 2003:202), sedang menurut National Education Association /

NEA (dalam Arief S. Sadiman, 2009:7) “Media adalah bentuk-bentuk media

komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta peralatanmya, media

hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, dapat didengar dan dibaca”.

Penyebab rendahnya kemampuan menghitung penjumlahan dan

pengurangan yaitu dalam penyampaian pelajaran Matematika guru kurang

menggunakan media abakus. Siswa sulit memahami konsep apalagi pelajaran

Matematika, jadi siswa tidak bisa menerima pelajaran apa yang telah diberikan

oleh gurunya sehingga kemampuan menghitung penjumlahan dan

pengurangan kurang dari yang diharapkan. Penanaman konsep atau pengertian

operasi penjumlahan dan pengurangan sangat diperlukan media pembelajaran

yang tepat.

Salah satu media pengajaran matematika adalah abakus. Abakus

adalah salah satu media pembelajaran matematika yang dapat digunakan untuk

menjelaskan konsep atau pengertian nilai tempat suatu bilangan (satuan,

puluhan, ratusan, dan ribuan) serta operasi penjumlahan dan pengurangan

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

(Ruseffendi, 1997:261). Hal ini didukung dengan hasil penelitian Sugianto

(2007), bahwa pembelajaran Matematika dengan menggunakan media dekak-

dekak dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas III. Dengan

demikian penerapan pembelajaran matematika dengan menggunakan media

dekak-dekak dapat dilaksanakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran

matematika di kelas III sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Media abakus ini terbuat dari satu potong papan, beberapa batang

kawat (sesuai kebutuhan) dan beberapa buah biji (abakus). Adapun fungsi

media abakus untuk membantu guru mengajarkan menjelaskan konsep atau

pengertian nilai tempat suatu bilangan (satuan, puluhan, ratusan, dan ribuan)

serta operasi penjumlahan dan pengurangan. Sehingga dengan media abakus

diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan dan

pengurangan.

Dari paparan di atas agar siswa mempunyai kemampuan menghitung

penjumlahan dan pengurangan yang baik sesuai harapan siswa dan guru salah

satunya, dalam proses penyampaian pelajaran melalui media abakus. Hal

inilah yang mendorong penulis untuk mengambil judul penelitian tindakan

kelas “Peningkatan Kemampuan Menghitung Penjumlahan dan Pengurangan

dengan Media Abakus pada Siswa Kelas III SD (PTK pada Siswa Kelas III

SD Negeri 1 Butuh Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali Tahun

Pelajaran 2009/2010)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan

beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Adanya anggapan siswa, pelajaran Matematika adalah pelajaran yang

paling sulit, menakutkan, menjemukan dan membosankan

2. Guru belum menggunakan media abakus dalam penyampaian pelajaran

Matematika materi penjumlahan dan pengurangan

3. Belum tercapainya tujuan pendidikan seperti yang diharapkan oleh

pemerintah dan masyarakat

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

4. Penggunaan media abakus dalam penyampaian pelajaran Matematika

materi penjumlahan dan penguragan belum maksimal

C. Pembatasan Masalah

Dengan adanya identifikasi masalah yang cukup banyak, maka

penelitian ini menitikberatkan pada :

1. Penggunaan media abakus dalam penyampaian pelajaran Matematika

materi penjumlahan dan pengurangan

2. Cara menggunakan media abakus dalam penyampaian pelajaran

Matematika materi penjumlahan dan pengurangan

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah media abakus dapat meningkatkan kemampuan menghitung

penjumlahan dan pengurangan pada siswa kelas III SD Negeri 1 Butuh

Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2009/2010?

2. Bagaimana cara mengatasi hambatan yang ditemui dalam peningkatan

kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan dengan media

abakus pada siswa kelas III SD Negeri 1 Butuh Kecamatan Mojosongo

Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2009/2010?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan dan

pengurangan dengan media abakus pada siswa kelas III SD Negeri 1

Butuh Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2009

/ 2010.

2. Untuk mengatasi hambatan yang ditemui dalam peningkatan

kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan dengan media

abakus pada siswa kelas III SD Negeri 1 Butuh Kecamatan Mojosongo

Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2009/ 2010.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mempunyai beberapa manfaat,

yaitu :

1. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa : Dapat digunakan sebagai motivasi belajar agar

kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan meningkat

b. Bagi guru : Dapat dijadikan solusi untuk dapat meningkatkan

kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan dengan media

abakus

c. Bagi sekolah : Dapat dijadikan bahan referensi kepada Kepala

Sekolah Dasar untuk menambah sarana dan prasarana sehingga mutu

pendidikan dapat lebih meningkat

2. Manfaat Teoretis

a. Sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya

b. Sebagai gambaran dan bahan pengembangan untuk menentukan

langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam meningkatkan

kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan tentang Kemampuan Menghitung

Menurut Purwodarminto (1983) “kemampuan berarti menguasai”.

“Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan atau kekuatan”. (Kamus

Bergambar Nurkasanah dan Didik Turminto, 2007:423). Dalam hal ini

pengertian kemampuan hampir disamakan dengan prestasi, sehingga disajikan

beberapa pengertian tentang prestasi. Menurut Nyimas Aisyah,dkk (2007:6-5)

“kemampuan menghitung adalah pengertian yang luas, merupakan salah satu

kemampuan yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Dapat dikatakan

bahwa dalam semua aktivitas kehidupan semua manusia memerlukan

kemampuan ini”.

“Berhitung” merupakan salah satu aspek dalam matematika yang

terdapat pada hampir setiap cabang matematika seperti aljabar, geometri, dan

statistika. (Sulis, 2007:14). Kemampuan menghitung mengungkapkan

bagaimana seseorang memahami ide-ide yang diekspresikan dalam bentuk

angka-angka dan bagaimana jenisnya seseorang dapat berfikir dan menalar

angka-angka.

Kemampuan menghitung dalam penelitian ini mengenai kemampuan

numerik siswa, karena kemampuan numerik adalah kemampuan hitung

menghitung dengan angka-angka. Kemampuan ini dapat menunjang cara

berfikir yang cepat, tepat dan cermat yang sangat mendukung keterampilan

siswa dalam memahami simbol-simbol dalam matematika. Menurut Slametto

(dalam Sulis, 2007:14) kemampuan numerik mencakup kemampuan standar

tentang bilangan, kemampuan berhitung yang mengandung penalaran dan

keterampilan aljabar. Kemampuan mengoperasikan bilangan meliputi operasi

hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Hal senada juga

diungkapkan oleh Dewa Ketutu Sukardi (dalam Sulis, 2007:14) bahwa

kemampuan berhitung numerikal adalah kemampuan berhitung yang

8

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

memerlukan penalaran dan keterampilan aljabar termasuk operasi hitung.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan

menghitung (kemampuan numerik) merupakan potensi alamiah yang dimiliki

seseorang dalam bidang matematika.

2. Hakikat Penjumlahan dan Pengurangan

a. Pengertian Penjumlahan

Menurut Nurkasanah dan Didik Turminto (2002:480) menyatakan

bahwa “penjumlahan adalah proses, cara, perbuatan menjumlahkan”.

Sedangkan menurut Poerwadarminta (1983:425) menyatakan bahwa

“penjumlahan adalah hal menjumlahkan”. Sedangkan menurut Murray R.

Spiegel (1999:1) ”penjumlahan adalah apabila dua bilangan a dan b

dijumlahkan, maka hasilnya ditunjukkan dengan a + b”. Sedangkan menurut

David Glover (2006:4) addition is finding the total of two or more numbers

the plus (+) in an addition sum show that numbers are being added

together. Penjumlahan adalah cara menemukan jumlah total dua bilangan

atau lebih dengan menggunakan tanda “+”. Menurut Didik Junaedi (2008:8)

menyatakan bahwa “jumlah adalah total dari beberapa bilangan yang

ditambah semuanya”. Gatot Muhsetyo (2008:3.12) menyatakan bahwa

“proses penggabungan dalam konsep himpunan dapat diartikan sebagai

penjumlahan”.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa,

penjumlahan adalah proses menjumlahkan total dua bilangan a dan b atau

lebih dengan menggunakan tanda “+”.

b. Pengertian Pengurangan

Menurut Nurkasanah dan Didik Turminto (2002:616) menyatakan

bahwa “pengurangan adalah proses, cara, perbuatan mengurangi atau

mengurangkan”. Sedangkan menurut Poerwadarminta (1983:541)

menyatakan bahwa “pengurangan adalah perbuatan mengurangkan atau

mengurangi”. Menurut Murray R. Spiegel (1999:1) “pengurangan adalah

apabila bilangan a dikurangi bilangan b, maka pengurangannya

ditunjukkan dengan a - b”. Pengurangan dapat didefinisikan dalam bentuk

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

penjumlahan yaitu, kita didefinisikan a - b, merupakan bilangan x

sedemikian rupa sehigga x ditambah b sama dengan a, atau x + b = a.

Gatot Muhsetyo (2008:3.12) menyatakan bahwa proses pemisahan

dapat diartikan sebagai pengurangan. Sedangkan Linawaty Simanjuntak

(1993:114) menyatakan pendapatnya “pengurangan yang pertama pada

anak peserta didik adalah pengembalian dan ini merupakan bahasa sehari-

hari yang sering didengar oleh anak-anak maupun peserta didik pada

jenjang pendidikan dasar”.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa,

pengurangan adalah proses mengurangi atau mengurangkan bilangan a

dikurangi bilangan b dengan menggunakan tanda “-”.

3. Hakikat Pembelajaran Matematika

Pembelajaran merupakan suatu proses pengembangan pengetahuan,

keterampilan atau sikap baru pada saat seorang individu berinteraksi dengan

informasi dan lingkungan pembelajaran adalah istilah yang kadang-kadang

mengundang kontroversi baik di kalangan para ahli maupun di lapangan,

terutama di antara guru-guru di sekolah.

Menurut Oemar Hamalik (2003:57) “pembelajaran adalah suatu

kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,

perlengkapan, dan prosedur manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri

dari siswa, guru, dan tenaga lainnya”.

Menurut Gagne dan Briggs dalam Nyimas Aisyah (2007:1-3)

melukiskan pembelajaran sebagai upaya orang yang tujuannya adalah

membantu orang belajar (Aisyah, dkk, 2007), secara lebih terinci Gagne

mendefinisikan pembelajaran sebagai “ seperangkat acara peristiwa eksternal

yang dirancang untuk mendukung terjadinya beberapa proses belajar yang

sifatnya internal (Gredler, 1991). Suatu pengertian yang hampir sama

dikemukakan oleh Corey bahwa pembelajaran adalah “suatu proses dimana

lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut

serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi

tertentu. Pembelajaran merupakan sub-set khusus pendidikan”. (Miarso dkk,

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

1977). Gatot Muhsetyo (2008:1.26) menyatakan bahwa “pembelajaran

matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik

melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik

memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari”.

Beberapa pendapat tentang pembelajaran matematika : menurut Kolb

(dalam Febrianti Wulandari, 2007:12-13) menyatakan bahwa pembelajaran

matematika adalah suatu proses di mana pengetahuan yang berupa hasil

belajar siswa diciptakan oleh siswa sendiri melalui transformasi pengalaman

siswa sendiri.

Matematika dibangun dan ditemukan oleh manusia, sehingga dalam

pembelajaran matematika harus lebih dibangun oleh siswa daripada

ditanamkan oleh guru Goldin (dalam Febrianti Wulandari, 2007:12-13).

Pendapat lain dikemukakan oleh Hoevel-Panhuizen, Versch Affel dan De

Corte (dalam Febrianti Wulandari, 2007:12-13). bahwa : pendididikan

matematika seharusnya memberikan kesempatan untuk menemukan kembali

matematika. Pembelajaran matematika harus memberikan siswa situasi

masalah yang dapat mereka bayangkan atau memiliki hubungan dengan dunia

nyata. Sedangkan menurut Gail A. Williams (1983:3) menyatakan matematics

is beautiful and useful creation of the human mind and spirit “matematika

adalah sebuah kreasi yang indah dan berguna dalam pikiran dan jiwa

manusia”.

Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua

siswa dari SD hingga SLTA dan bahkan juga di Perguruan Tinggi. Menurut

Cornelius seperti dikutip Mulyono A. (1996:38) mengemukakan 5 alasan

penting belajar matematika karena matematika merupakan sarana untuk : (1)

berfikir jelas dan logis, (2) memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3)

mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4)

mengembangkan kreativitas, (5) meningkatkan kesadaran terhadap

perkembangan budaya.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang pembelajaran matematika

adalah suatu proses menemukan konsep dan ide matematika dengan cara

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

mengkonstruksi dan masalah-masalah dapat dibayangkan atau yang pernah

dialami yang berkaitan dengan dunia nyata.

a. Pengertian Matematika

Menurut Lerner sebagaimana yang dikutip Mulyono Abdurrahman

(1999:252) mengemukakan bahwa matematika di samping sebagai bahasa

simbolik juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia

memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan

kuantitas. Sedangkan Paling (dalam Mulyono Abdurrahman, 1999:252)

menyatakan bahwa matematika adalah suatu cara untuk menemukan

jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, menggunakan

pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan

tentang menghitung dan yang paling penting adalah pemikiran dalam diri

manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.

Menurut Ruseffendi (dalam Edyah Murniati, 2007:46) menyatakan

bahwa matematika itu terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak

didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalili-dalil, di mana

dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku sacara umum, karena

itulah matematika sering disebut ilmu deduktif, sedangkan menurut Johson

dan Myklebust (dalam Mulyono Abdurrahman, 1999:252) menyebutkan

bahwa matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk

mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan

sedangkan fungsi teoretisnya adalah untuk memudahkan berfikir. Reys

(dalam Edyah Murniati, 2007:46) juga mengatakan bahwa matematika

adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir,

suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat.

Dari pengertian matematika yang telah dikemukakan di atas,

berarti matematika adalah salah satu ilmu dasar dalam kehidupan sehari-

hari, yang merupakan bahasa simbolis dan universal yang memungkinkan

manusia berfikir, mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen

dan kuantitas dengan menggunakan cara bernalar deduktif dan induktif.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan matematika adalah

salah satu ilmu dasar yang berguna untuk memahami dasar-dasar ilmu

pengetahuan dan tehnologi, yang memudahkan manusia berfikir dan

memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

b. Fungsi Matematika

Menurut Endyah Murniati (2007:46) menyatakan bahwa

“matematika bagi Sekolah Dasar berguna untuk kepentingan hidup dalam

lingkungannya, untuk mengembangkan pola pikirnya, dan untuk

mempelajari ilmu-ilmu yang kemudian”. Dengan demikian mata pelajaran

Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar dengan

menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang

dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam

kehidupan sehari-hari. Pelajaran matematika juga merupakan salah satu

mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Akhir Sekolah Berstandar

Nasional (UASBN).

c. Tujuan Mata Pelajaran Matematika di SD

Tujuan mata pelajaran matematika di SD menurut Kurikulum

(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan / KTSP) SD/MI 2007 adalah agar

peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) memahami konsep

matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep, dan mengaplikasikan

konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam

pemecahan masalah, (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat,

melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi,

menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika,

(3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh, (4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol,

tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah,

(5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,

yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari

matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

Tujuan umum dan khusus yang ada di Kurikulum KTSP SD/MI

2007 merupakan pelajaran matematika di sekolah yang memberikan

gambaran belajar tidak hanya di bidang kognitif saja, tetapi meluas pada

bidang psikomotor dan afektif. Pembelajaran matematika diarahkan untuk

pembentukan kepribadian dan pembentukan kemampuan berpikir yang

bersandar pada hakikat matematika, ini berarti hakikat matematika

merupakan unsur utama dalam pembelajaran matematika. Oleh karenanya

hasil-hasil pembelajaran matematika menampakan kemampuan berpikir

yang matematis dalam diri siswa, yang bermuara pada kemampuan

menggunakan matematika sebagai bahasa dan alat dalam menyelesaikan

masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Hasil lain yang

tidak dapat diabaikan adalah terbentuknya kepribadian yang baik dan

kokoh. .

d. Standar Kompetensi Matematika SD dan MI

Standar Kompetensi Matematika menurut kurikulum KTSP SD/MI

2007 merupakan seperangkat kompetensi matematika yang dibakukan dan

harus dicapai oleh siswa pada akhir periode pembelajaran. Standar ini

dikelompokkan dalam kemahiran matematika, bilangan, pengukuran dan

geometri, aljabar, statistik dan peluang, trigonometri, dan kalkulus. Pada

tingkat SD dan MI, standar kompetensi ini hanya mencakup bilangan,

pengukuran dan geometri, serta pengolahan data.

Kemampuan matematika yang dipilih dalam standar kompetensi

ini dirancang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa dengan

memperhatikan perkembangan pendidikan matematika di dunia sekarang

ini. Untuk mencapai kompetensi tersebut dipilih materi-materi matematika

dengan memperhatikan struktur keilmuan, tingkat kedalaman materi, serta

sifat esensial materi dan keterpakaiannya dalam kehidupan sehari-hari

secara rinci.

Kurikulum KTSP SD/MI 2007 menyebutkan standar kompetensi

tersebut adalah sebagai berikut :

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

1) Bilangan

a) Menggunakan bilangan dalam pemecahan masalah

b) Menggunakan operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah

c) Menggunakan konsep bilangan cacah dan pecahan dalam pemecahan

masalah.

d) Menentukan sifat-sifat operasi hitung, faktor, kelipatan bilangan

bulat dan pecahan serta menggunakannya dalam pemecahan

masalah.

e) Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan, serta

menggunakannya dalam pemecahan masalah.

2) Pengukuran dan geometri

a) melakukan pengukuran, mengenal bangun datar dan bangun ruang,

serta menggunakannya dalam pemecahan masalah sehari-hari.

b) Melakukan pengukuran, menentukan unsur bangun datar dan

menggunakannya dalam pemecahan masalah.

c) Melakukan pengukuran keliling dan luas bangun datar dan

menggunakannya dalam pemecahan masalah.

d) Melakukan pengukuran, menentukan sifat dan unsur bangun ruang,

menentukan kesimetrian bangun datar serta menggunakannya dalam

pemecahan masalah.

3) Pengolahan data

Mengumpulkan, menyajikan dan menafsirkan data.

e. Pendekatan dalam Pembelajaran Matematika

Moch Ichsan (2003:8-9), mengemukakan empat macam pendekatan

pembelajaran matematika, yaitu :

1) Pendekatan Belajar Aktif

Yaitu suatu pembelajaran yang menekankan aktivitas para siswa

secara fisik, intelektual, dan emosional guna memperoleh hasil belajar

yang maksimal, baik ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik.

Untuk mengaktifkan siswa dalam belajar dan merangsang daya

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

kreatifitas, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan berkesan

melalui model pembelajaran yang tepat.

Peserta didik terlibat dalam berbagai kegiatan (aktivitas) yang

mengembangkan keterampilan, kemampuan dan pemahamannya dengan

menekankan pada belajar dengan berbuat (learning by doing). Guru

memberikan umpan balik dengan mengajukan pertanyaan yang

menantang dan mempertanyakan gagasan anak didik. Dengan

memberikan kesempatan peserta didik aktif akan mendorong kreativitas

peserta didik dalam belajar maupun memecahkan masalah.

2) Pendekatan Terpadu

Yaitu suatu pendekatan yang mengaitkan mata pelajaran

matematika lainnya. Dengan mengetahui keterkaitan konsep dari

beberapa mata pelajaran, maka akan dapat memberi pengertian

kebermaknaan, sehingga siswa lebih mantap dalam memahami suatu

konsep. Dikatakan kebermaknaan karena dalam pembelajaran terpadu

anak akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu melalui

pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang

mereka pahami.

3) Pendekatan Kontruktivisme

Yaitu merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran di kelas melalui

tiga fase, yaitu fase eksplorasi, fase pengenalan konsep dan aplikasi

konsep untuk mencapai kebermaknaan pemahaman.

Siswa memperoleh pemahaman yang mendalam melalui

pengalamaan belajar yang bermakna dengan cara membangun sendiri

pengetahuannya sedikit demi sedikit dari konteks yang terbatas,

4) Pendekatan Realistik

Yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang bertitik tolak dari hal-

hal yang real bagi siswa, menekankan keterampilan “procces of doing

mathematics”. Pada pendekatan ini peran guru tidak lebih dari

seperangkat fasilitator, moderator, atau evaluator, sementara siswa

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

berfikir, mengkomunikasikan “reasoning”nya, melatih nuansa

demokrasi dengan menghargai pendapat orang lain.

Pembelajaran harus dimulai dari masalah kontekstual yang diambil

dari dunia nyata. Siswa dapat menggunakan strategi, bahasa, atau simbol

mereka sendiri dalam proses mematematikakan ke dunia mereka. Di sini

siswa dapat berdiskusi dan bekerjasama dangan siswa lain, bertanya dan

menanggapi pertanyaan, serta mengevaluasi pekerjaan mereka.

4. Hakikat Media

a. Pengertian Media

Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari

medium yang berarti perantara yang dipakai untuk menunjukkan alat

komunikasi. Secara harfiah media diartikan sebagai perantara atau pengantar

pesan dari pengirim ke penerima pesan (Mulyani Sumantri dan Johar

Permana, 2001:152).

Menurut Gagne (dalam Arief S. Sadiman, 2009:6) media adalah

berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya

untuk belajar. Sementara itu Briggs (dalam Arief S. Sadiman, 2009:6)

berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan

pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Rossi dan Breidle (dalam Wina

Sanjaya, 2007:161) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah

seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan

seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya. Media adalah

segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke

penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, dan minat serta

perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran terjadi. (Arif

S. Sadiman, 2009:7). Gerlach dan Ely (dalam Wina Sanjaya, 2007:161)

menyatakan : “ A medium, conceived is any person, material or event that

establishs condition which enable the learner to acquire knowledge, skill, and

attitude.” Menurut Gerlach secara umum media itu meliputi orang, bahan,

peralatan atau kegiatan yang mengungkapkan kondisi yang memungkinkan

siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

Menurut Romiszowski (dalam Oemar Hamalik, 2003:202) menyatakan

“...as the carrics of message, from some transmitting source (which may be a

human or an intimate object), to the receiver of the message which is our case

is the learner”. Media adalah pembawa pesan yang berasal dari sumber pesan

(yang dapat berupa orang atau benda) kepada penerima pesan. Dalam proses

belajar mengajar, penerima pesan itu adalah siswa. Pembawa pesan adalah

(media) itu berinteraksi dengan siswa melalui indera mereka. Siswa

dirangsang oleh media itu untuk menggunakan inderanya untuk menerima

informasi. Kadang-kadang siswa dituntut untuk menggunakan kombinasi dari

beberapa indera supaya dapat menerima pesan itu secara lebih lengkap.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian media

adalah segala sesuatu yang telah diprogram dan digunakan untuk menyalurkan

pesan dari pengirim (guru) kepada penerima (siswa) sehingga dapat

merangsang siswa menangkap informasi yang dapat memberikan pengalaman

konkrit, motivasi belajar, serta memungkinkan siswa memperoleh

pengetahuan, keterampilan, dan sikap sehingga proses belajar mengajar

berhasil. Dalam proses belajar mengajar pesan yang disalurkan melalui media

dari sumber pesan kepada penerima pesan itu ialah isi pelajaran. Pesan

tersebut berasal dari kurikulum yang disampaikan oleh guru kepada siswa.

b. Tujuan dan Kegunaan Media

Tujuan dari penggunaan suatu media membuat guru dapat

menyampaikan pesan secara lebih mudah kepada peserta didik, sehingga

peserta didik tersebut dapat menguasai pesan (pembelajaran) secara cepat dan

akurat.

Menurut Arief S. Sadiman (2009:17) secara umum media mempunyai

kegunaan sebagai : (1) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat

verbalistis, (2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, (3)

mengatasi penggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat

diatasi sikap pasif anak didik.

Menurut Basuki Wibawa (2001:14), media mempunyai kegunaan

sebagai : (1) mampu memperlihatkan gerakan cepat yang sulit diamati dengan

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

cermat oleh mata biasa, (2) dapat memperbesar benda-benda kecil yang tidak

dapat dilihat oleh mata, (3) menggantikan objek yang sangat besar yang tidak

mungkin dihadirkan ke dalam kelas, (4) objek yang terlalu kompleks

misalnya mesin atau jaringan radio, dapat disajikan dengan menggunakan

diagram atau model yang disederhanakan, (5) dapat menyajikan suatu proses

atau pengalaman hidup yang utuh.

Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001:154)

mengemukakan media pengajaran adalah merupakan segala sesuatu yang

dapat digunakan untuk mengantarkan atau menyampaikan pesan, berupa

sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap kepada peserta didik

sehingga peserta didik itu dapat menangkap, memahami dan memiliki pesan-

pesan dan makna yang disampaikan itu. Sedangkan menurut Wan Guofang,

(2006:174) menyatakan ”... the use of is as a source of information,

entertainmant, enrichment, growth, empowerment and communication”

penggunaan media sebagai sumber informasi, hiburan, kekayaan,

pertumbuhan, kekuasaan dan komunikasi.

Secara umum media berfungsi sebagai : (1) alat bantu untuk

mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif, (2) bagian integral dari

keseluruhan situasi mengajar, (3) meletakkan dasar-dasar yang kongkrit dari

konsep yang abstrak sehingga dapat mengurangi pemahaman yang bersifat

verbalisme, (4) membangkitkan motivasi belajar peserta didik, (5)

mempertinggi mutu belajar mengajar.

Derak Rowntrie (dalam Mulyani Sumantri dan Johar Permana,

2001:154-155) menyebutkan fungsi media pendidikan atau pengajaran, adalah

: (1) engange The Student’s motivation (membangkitkan motivasi belajar), (2)

recall earlier learning (mengulang apa yang telah dipahami), (3) provide new

learning stimuli (menyediakan stimulus belajar), (5) activate the student’s

response (mengaktifkan respon peserta didik), (6) give speedy feedback (

memberikan balikan dengan cepat), (7) encourage appropriate practice

(menggalakkan latihan yang serasi).

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

Berdasarkan definisi-definisi kegunaan media pembelajaran dapat

disimpulkan bahwa media pembelajaran dapat memberikan kesamaan dan

pengalaman untuk meningkatkan kemampuan, keterampilan, minat, motivasi

serta dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu.

c. Jenis-jenis Media dalam Pembelajaran

Penggunaan media pembelajaran memberikan banyak manfaat dalam

proses pembelajaran. Manfaat penggunaan media pembelajaran tersebut

tergantung pada ciri-ciri dan kemampuan media dalam proses pembelajaran.

Arif S. Sadiman (2009:19) mengelompokkan atau mengklasifikasikan media

berdasarkan kesamaan ciri atau karakteristiknya. Basuki Wibawa dan Farida

(2001:35) menambahkan apapun bentuk dan tujuan pengklasifikasian media

dapat memperjelas kegunaan dan karakteristik media, sehingga memudahkan

kita memilih nantinya. Bertz (dalam Arif S. Sadiman, 2009:20)

pengklasifikasian jenis media, diantaranya: media audio, media visual, dan

media audio visual.

1) Media Audio

Media audio adalah jenis media yang berisi suara saja sehingga

untuk dapat memanfaatkannya sebagai media dalam pembelajaran guru

harus dapat memperhatikan mengenai aspek kemampuan menyimak yang

dimiliki oleh siswa. Basuki Wibawa dan Farida (2001:35) menambahkan

”media audio menambahkan pesan yang disampaikan dalam lambang-

lambang auditif verbal, nonverbal maupun kombinasinya yang berkaitan

erat dengan indera pendengaran”. Contoh media audio : radio, telepon,

tape recorder, piringan audio dan lain-lain.

Kelebihan penggunaan media audio, antara lain : (1)

meningkatkan kemampuan komunikasi audio, (2) materi pembelajaran

dapat dipersiapkan sehingga guru dapat mengontrolnya, (3) merangsang

dan mengembangkan kemampuan imajinasi terhadap hal-hal yang sedang

disajikan, (4) perhatian siswa terpusat pada kata-kata yang digunakan,

pada bunyi dan artinya. Kelemahan penggunaan media audio, antara lain:

(1) sifat komunikasi satu arah, (2) stimulus secara suara saja dalam waktu

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

yang cukup lama menimbulkan kebosanan pada siswa, (3) siswa yang

memiliki kelemahan audio akan merasa kesulitan menerima pelajaran.

2) Media Visual

Media visual adalah jenis media yang dituangkan ke dalam

simbol-simbol komunikasi visual yang berkaitan erat dengan indera

penglihatan. Simbol-simbol tersebut perlu dipahami benar artinya agar

proses penyampaian pesan dapat berhasil efisien. (Arif S. Sadiman, 2009:

28). Contoh media visual adalah gambar, foto, diagram, bagan, grafik,

sketsa, poster, peta dan lain-lain.

Penggunaan media harus dipilih secara sistematis, agar dapat

digunakan secara efisien. Ada tiga langkah pokok dalam prosedur

pengunaan media pengajaran yang perlu diikuti, yaitu : (1) persiapan

sebelum menggunakan media, (2) pelaksanaan (penyajian, penerima), (3)

tindak lanjut, tercapai atau tidaknya tujuan yang ditetapkan.

Kelebihan penggunaan media visual, antara lain : (1) mengatasi

keterbatasan ruang dan waktu karena semua benda, objek atau peristiwa

tidak dapat dibawa ke kelas, (2) merangsang dan mengembangkan

kemampuan imajinasi terhadap hal-hal yang sedang disajikan, (3)

meningkatkan keaktifan dan kreativitas guru untuk dapat menyampaikan

materi dalam bentuk gambar. Kelemahan penggunaan media visual, antara

lain : (1) ukurannya terbatas untuk kelompok yang besar, (2) memerlukan

ketersediaan sumber dan keterampilan, serta kejelian guru untuk dapat

memanfaatkannya.

3) Media Audio Visual

Media audio visual adalah jenis media yang menggabungkan

unsur suara dan gambar. Penggunaan media audio visual akan lebih baik,

apabila menggunakan unsur gambar gerak. Sebagaimaa pendapat Basuki

Wibawa (2001:67) Kemampuannya akan meningkat lagi apabila audio

visual ini dilengkapi dengan karakteristik gerak. Media audio visual dalam

pembelajaran memberikan kelebihan dan kelemahan. Kelebihan

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

penggunaan media audio visual, antara lain : (1) memusatkan perhatian

dan meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, (2)

mengatasi keterbatasan waktu dan ruang, (3) menampilkan gambar, suara,

dan gerak, (4) menghindari pembelajaran yang verbalistik. Kelemahan

penggunaan media audio visual, antara lain : (1) biaya relatif mahal, (2)

memerlukan peralatan yang kompleks dan (3) memerlukan keahlian

khusus.

d. Kriteria Pemilihan Media

Kriteria pemilihan media pembelajaran harus dikembangkan sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai, kondisi dan keterbatasan yang ada

dengan mengingat kemampuan dan sifat-sifat khasnya (karakteristik)

media yang bersangkutan Arief S. Sadiman (2009:85). Pendapat tersebut

didukung oleh pendapat Basuki Wibawa (2001:99) bahwa alasan orang

memilih media adalah untuk memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan

yang diinginkan. Dengan pemilihan media pembelajaran yang tepat, maka

penggunaan media dapat bermanfaat sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Dick dan Carey (dalam Basuki Wibawa, 2001:100-102)

menyebutkan beberapa patokan yang perlu dipertimbangkan dalam

memilih media, yaitu : (1) ketersediaan sumber, (2) ketersediaan dana,

tenaga, fasilitas, (3) keluwesan, kepraktisan dan daya tahan (umur) media,

(4) efektifitas media untuk waktu yang sangat panjang.

Atas dasar uraian di atas maka dapat disajikan di sini suatu kriteria

pemilihan media sebagai berikut :

1) Tujuan

Kalau yang ingin diajarkan adalah proses, media gerak seperti video,

film atau TV merupakan pilihan yang sesuai. Kalau yang ingin

diajarkan adalah suatu ketrampilan dalam menggunakan alat tertentu,

maka benda sesungguhnya atau mock up-nya merupakan pilihan yang

sesuai.Kalau tujuannya ingin memperkenalkan faktor atau konsep

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

tertentu, maka media foto, slide, realita mungkin merupakan pilihan

yang tepat.

2) Karakteristik Siswa

Dalam karakter siswa media harus disesuaikan dengan jumlahnya,

lokasinya, gaya belajarnya, karakteristik lainnya yang mempengaruhi

pemilihan media.

3) Karakteristik Media

Dalam pemilihan media perlu mempertimbangkan kelebihan dan

keterbatasan masing-masing media itu. Media foto misalnya tentu

kurang sesuai untuk mengajarkan gerakan. Sebaliknya media TV akan

terlalu mahal untuk mengajarkan fakta yang tak bergerak yang dapat

dijelaskan dengan slide.

4) Alokasi Waktu

Memilih media harus diseesuaikan dengan waktu untuk kegiatan

perancangan, pengembangan, pengadaan ataupun penyajiannya.

Semua hal tersebut perlu menjadi bahan pertimbangan dalam memilih

media.

5) Tersediakah media yang diperlukan?

Ketersediaan harus sesuai dengan media yang diperlukan, layanan,

purnajualnya, aliran listrik atau baterai untuk mengoperasikannya.

6) Efektifitas

Keefektifan penggunaan media harus pada ketercapai tujuan

pengajaran yang telah ditetapkan, dan efektif untuk penggunaan dalam

jangka waktu yang lama.

7) Kompatibilitas

Media itu benar-benar berguna untuk memudahkan penguasaan

peserta didik, yaitu : penggunaan media tersebut tidak bertentengan

dengan norma-norma yang berlaku, ada sarana penunjang (suku

cadang, dan sebagainya) kesiapan pengoperasionalannya sebelum

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

digunakan, praktiskah dan luweskah penggunaanya, daya tahan (umur)

media tersebut.

8) Biaya

Dalam pemilihan media perlu mempertimbangkan dana yang

diperlukan untuk pengadaan, pengelolaan, dan pemeliharaannya.

efisiensi dan efektifitas biayanya sangat berpengaruh.

5. Tinjauan tentang Abakus

a. Pengertian Abakus

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:1) menyatakan

bahwa abakus, dekak-dekak, sempoa adalah lempeng datar di atas kepala tiang

dengan pinggiran cekung. Abakus biji atau dekak-dekak adalah salah satu

media pengajaran matematika yang dapat digunakan untuk menjelaskan

konsep atau pengertian nilai tempat suatu bilangan (satuan, puluhan, ratusan,

ribuan) serta operasi penjumlahan dan pengurangan (Ruseffendi, 1997:261).

David Glover (2006:4) menambahkan bahwa ”abakus adalah alat

hitung sederhana yang menggunakan batu-batuan, manik-manik, atau cincin

sebagai alat penghitung. Abakus Cina (swipoa) terdiri atas manik-manik dari

kayu yang tersusun dalam batang-batang”. Menurut ST. Negoro dan B.

Harahap (1998:1) menambahkan bahwa ”Abakus atau dekak-dekak adalah

alat hitung sederhana untuk menjelaskan nilai tempat angka pada bilangan-

bilangan dan dapat pula digunakan untuk operasi-operasi bilangan, seperti

operasi penjumlahan dan operasi pengurangan”.

Menurut Evi Rine Hartuti, Miyanto, dan Rina Dyah Rahmawati

(2007:1) menyatakan bahwa abakus merupakan alat hitung konvensional.

Pada umumnya abakus berbentuk persegi panjang yang terbuat dari kayu.

Pada bagian dalam abakus diberi manik-manik. Manik-manik ini dirangkai

dengan batang yang terbuat dari kayu. Setiap manik-manik menggambarkan 1

unit hitungan.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, abakus

adalah alat hitung sederhana yang terdiri atas manik-manik atau cincin yang

tersusun dalam batang-batang, yang digunakan sebagai media pengajaran

matematika yang bisa menjelaskan nilai tempat suatu bilangan dan operasi

penjumlahan dan pengurangan. Tiang paling kanan (tiang pertama) abakus

selalu menunjukkan tempat satuan.

Abakus atau sempoa juga dikenali sebagai merupakan alat hitung

untuk melakukan proses-proses aritmatika. Seringnya, ia terdiri daripada

sebuah rangka kayu, dengan manik-manik yang menggelangsar pada wayar-

wayar. Penggunanya menggelangsar pembilang secara insani pada batang-

batang atau alur-alur.

Abakus atau sempoa atau sipoa atau dekak-dekak adalah alat kuno

untuk berhitung yang dibuat dari rangka kayu dengan sederetan poros berisi

manik-manik yang bisa digeser-geserkan. Sempoa digunakan untuk

melakukan operasi aritmatika seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian,

pembagian dan akar kuadrat. (http://ms.wikipedia.org/wiki/Sempoa)

Media ini terbuat dari satu potong papan, beberapa batang kawat

(sesuai kebutuhan) dan beberapa buah biji abakus. Setiap kawat terdiri dari 20

buah biji (gambar 1)

Gambar Media abakus dilihat dari

depan sehingga biji-bijinya tampak

semuanya (20 biji perbatang)

Gambar 1. Model Abakus yang Diisi Manik-manik

b. Fungsi (Abakus)

1) Untuk menjelaskan nilai tempat angka pada balangan-bilangan (satuan,

puluhan, ratusan, ribuan) Ensiklopedia Matematika (gambar 2).

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

B = Ribuan

R = Ratusan

P = Puluhan

S = Satuan

Gambar 2. Model Abakus

2) Untuk mencari hasil operasi penjumlahan suatu bilangan (gambar 3).

444 + 212 = 656

Gambar 3. Penjumlahan Bilangan dengan Abakus

3) Untuk mencari hasil operasi pengurang suatu bilangan (gambar 4).

541 – 221 = 320

Gambar 4. Pengurangan Bilangan dengan Abakus

c. Cara Penggunaan Media

Dalam pemakaian abakus, bagian depan yang menghadap ke siswa supaya

terlebih dahulu dikosongkan. Semua bijinya disimpan / diangkat ke bagian

belakang (gambar 5).

B P S R

B P S R

B R P S

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

B = Ribuan

R = Ratusan

P = Puluhan

S = Satuan

Gambar 5. Model Abakus

Jika kita akan menunjukkan bilangan 125, maka dari belakang digeserkan 1

buah biji pada tempat ratusan, 2 biji pada tempat puluhan dan 5 biji pada

tempat satuan. Gambar 6 di bawah ini menunjukkan bilangan 125

Gambar 6. Model Abakus yang Diisi Manik-manik

Jika 125 + 230, maka penjumlahan ini seperti gambar abakus dibawah ini,

yaitu dengan menambah 2 biji pada tempat ratusan, 3 biji pada tempat

puluhan dan 0 biji pada tempat satuan (tidak ada penambahan biji pada

tempat satuan). Lihat gambar 7 di bawah:

125 + 230 = 355

Gambar 7. Penjumlahan Bilangan dengan Abakus

P B R S

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

Seandainya akan menunjukkan penjumlahan desimal misalnya : 1,32 + 2,14

dapat dilakukan dengan menarik ke dapat 1 biji satuan, 3 persepuluhan, dan

2 perseratusan. Kemudian siswa disuruh menarik ke depan 2 satuan, 1

persepuluhan dan 4 perseratusan. Akibatnya kita dapatkan 1,32 + 2,14 =

3,46.

Lihat gambar 8 di bawah ini.

Gambar 8. Penjumlahan Bilangan dengan Abakus

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan merupakan uraian yang sistematis

tentang hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang

relevan yang sesuai dengan substansi yang diteliti. Fungsinya untuk

memposisian peneliti yang sudah ada dengan penelitian yang akan dilakukan.

Sugianto (2007), pembelajaran matematika dengan menggunakan

media dekak-dekak dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa

kelas III. Dengan demikian penerapan pembelajaran matematika dengan

menggunakan media dekak-dekak dapat dilaksanakan untuk meningkatkan

mutu pembelajaran matematika di kelas III sehingga dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa.

Ibnu Rohmatullah Al Hamid (2008), pembelajaran dengan media

dekak-dekak dapat meningkatkan minat belajar matematika rendah menjadi

minat belajar metematika tinggi siswa kelas II. Dengan demikian

pembelajaran matematika dengan menggunakan media dekak-dekak dapat

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

dilaksanakan untuk meningkatkan pembelajaran matematika di kelas II

sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika kelas II.

C. Kerangka Berfikir

Kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan siswa masih

sangat rendah. Hal ini karena dalam pembelajaran guru kurang dalam

menggunakan media, penyajian materi kurang menarik, dan membosankan,

sehingga siswa belum mengerti konsep penjumlahan dan pengurangan.

Dengan penggunaan media akan mendorong siswa untuk mengerti apa makna

belajar, apa manfaatnya, mereka dalam status apa, dan bagaimana

mencapainya, sehingga yang mereka pelajari dapat melekat dalam ingatan

untuk meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dengan optimalisasi

penerapan media abakus diharapkan dapat memperkuat ingatan siswa. Hal ini

akan terlihat jika proses pembelajaran dengan abakus berlangsung alamiah

dalam bentuk kegiatan siswa untuk bekerja dan mengalami apa yang dipelajari

bukan hanya mengetahuinya. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan

daripada hasil.

Pembelajaran dengan menggunakan media abakus ini dapat

meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan. Alur

kerangka berfikir digambarkan seperti gambar 9.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

Perencanaan Tindakan dengan media abakus

Gambar 9. Kerangka berfikir

Masalah yang dihadapi sebelum tindakan

Konvensional atau tidak ada media

Kemampuan siswa menghitung penjumlahan dan pengurangan rendah

SIKLUS I SIKLUS 2

a. melakukan penjumlahan tanpa teknik menyimpan

b. melakukan penjumlahan dengan satu kali menyimpan

c. melakukan pengurangan tanpa meminjam

d. melakukan pengurangan dengan satu kali meminjam

a. melakukan penjumlahan dengan dua kali menyimpan di bawah seribu

b. melakukan pengurangan dengan dua kali meminjam di bawah seribu

SIKLUS 3

a. melakukan penjumlahan dengan dua kali menyimpan di atas seribu

b. melakukan pengurangan dengan dua kali meminjam di atas seribu

Belum memenuhi KKM Sudah memenuhi

KKM

Kemampuan menghitung sudah meningkat

Hasil Akhir Diduga dengan media abakus dapat meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan siswa kelas III

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

D. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran, maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut :

“Dengan media abakus maka kemampuan menghitung penjumlahan dan

pengurangan pada siswa kelas III SD Negeri 1 Butuh akan meningkat.”

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Setting penelitian ini mengacu pada waktu dan tempat penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Butuh Kecamatan Mojosongo

Kabupaten Boyolali Kelas III. Pemilihan tempat ini di dasarkan pada

pertimbangan : (1) Merupakan tempat peneliti mengajar, sehingga mempermudah

peneliti dalam melakukan penelitian, (2) Tidak mengganggu tugas mengajar

peneliti, (3) Tidak mengganggu proses belajar mengajar pada awal tahun pelajaran

Penelitian ini berlangsung selama 4 bulan, yaitu bulan Juli sampai Oktober

2009. Adapun rincian waktu dan jenis-jenis kegiatan penelitian dapat dilihat pada

table 2 berikut ini :

Tabel 2. Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian

Bulan No Jenis Kegiatan Juli Agustus September Oktober

Penyusunan dan Pengajuan x x x x 1 Proposal

2 Mengurus ijin penelitian x x

3 Pelaksanaan Penelitian x x x

4 Analisis Data x x x

5 Penyusunan Laporan x x x x

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action

Research). I G A K Wardhani (2007:1.3) mengatakan bahwa penelitian tindakan

kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research, yaitu suatu Action

Research yang dilakukan di kelas.

32

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian untuk mengatasi permasalahan

terkait dengan kegiatan belajar mengajar yang terjadi pada suatu kelas. Menurut

Sarwiji Suwandi (2008:15) penelitian tindakan kelas merupakan suatu

pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja

dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Pendapat tersebut

ditambah oleh I G A K Wardhani (2007:1.4) yang mengatakan bahwa penelitian

tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dalam kelasnya sendiri

melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru

sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Jadi penelitian tindakan kelas

adalah penelitian yang sengaja dilakukan untuk dimunculka di kelas bertujuan

agar tercapainya perbaikan kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa

menjadi meningkat.

I G A K Wardhani (2007:1.5-1.7) mengungkapkan bahwa karakteristik

PTK antara lain : (1) masalah PTK dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri

guru yaitu bersifat situasional, (2) self reflective inquiry yaitu penelitian melalui

refleksi diri, (3) penelitian dilakukaan di dalam kelas, dan (4) penelitian bertujuan

untuk memperbaiki pembelajaran.

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang reflektif. Kegiatan

penelitian berangkat dari permasalahan riil yang dihadapi oleh guru dalam proses

belajar mengajar. Permasalahan tersebut kemudian direfleksikan alternative

pemecahan masalahnya dan ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan yang

terencana dan terukur. Oleh karena itu, maka penelitian tindakan kelas

membutuhkan kerjasama antara peneliti, guru, siswa, dan staf sekolah lainnya

untuk menciptakan suatu kinerja sekolah yang lebih baik.

Menurut Sarwiji Suwandi (2008:34) langkah-langkah pelaksanaan

penelitian tindakan kelas dilakukan melalui empat tahap, yaitu : perencanaan

(planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting).

Secara jelas langkah-langkah tersebut dapat digambarkan pada gambar 10.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

Gambar 10. Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Setiap siklus terdiri dari empat tahap. Adapun tahapannya sebagai berikut :

1. Perencanaan

Kegiatan ini meliputi :

a. membuat perencanaan pengajaran

b.membuat dan melengkapi media pembelajaran

c. membuat lembar observasi, dan

d.mendesain alat evaluasi

2. Pelaksanaan tindakan

Kegiatan tahap ini adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran

sebagaimana yang telah direncanakan dengan menggunakan media

abakus.

Siklus I Tindakan

Pengamatan

Refleksi

Perencanaan

Siklus II

Perencanaan Selanjutnya

Tindakan Refleksi

Pengamatan

Perencanaan

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

3. Observasi

Dalam tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan

dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan.

4. Refleksi

Dalam tahap ini data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan

dan dianalisa guna mengetahui seberapa jauh “Action” telah membawa

perubahan dan apa atau di mana perubahan terjadi.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian tindakan ini adalah siswa SD Negeri 1 Butuh

Kecamatan Mojosongo. Siswa yang dijadikan subjek penelitian ini adalah siswa

kelas III. dengan jumlah siswa sebanyak 13 anak, yang terdiri 4 siswa putra dan 9

siswa putri. Pada dasarnya mereka dari latar belakang yang berbeda-beda tetapi

sebagian besar dari mereka adalah siswa dari golongan menengah ke atas. Dari 13

siswa ini kesemuanya adalah anak yang normal, tidak cacat dalam artian tidak ada

anak ABK (Anak Berkebutuhan Khusus). Subyek penelitian ini sekaligus sebagai

sampel dari PTK, karena dalam PTK sampelnya adalah seluruh anggota dari

subyek penelitian.

D. Sumber Data

Data atau informasi yang penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam

penelitian ini, sebagian besar berupa kualitatif. Data atau informasi tersebut

meliputi :

1. Informan, yaitu guru yang mengampu siswa kelas III dan siswa kelas III

SD Negeri 1 Butuh Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali.

2. Tempat dan Peristiwa

a. Tempat : Ruang Kelas III SD Negeri 1 Butuh

b. Peristiwa : Proses belajar mengajar dengan media abakus

3. Arsip dan Dokumen

a. Arsip : Kurikulum 2007 Mata Pelajaran Matematika dan Silabus

b. Dokumen : Daftar Nilai

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

Daftar nilai digunakan untuk mendapatkan data nilai

siswa sebelum dilakukan tindakan.

4. Tes Hasil Belajar

Untuk mengetahui peningkatan kemampuan menghitung penjumlahan dan

pengurangan setelah dilakukan tindakan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai bentuk penelitian tindakan kelas dan juga jenis sumber data yang

dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah :

1. Observasi

Observasi yang dilakukan adalah observasi langsung. Observasi langsung

(direct observation) adalah observasi yang dilakukan tanpa perantara (secara

langsung) terhadap objek yang diteliti. Observasi dilakukan pada siswa kelas III

SD Negeri 1 Butuh untuk mengetahui minat dan perhatiannya selama proses

pembelajaran berlangsung dengan menggunakan media abakus.

2. Dokumen

Berupa Kurikulum, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, nilai formatif

untuk memperoleh data tentang kemampuan menghitung penjumlahan dan

pengurangan siswa sebelum dilakukan tindakan.

3. Tes

Tes hasil belajar untuk mengetahui peningkatan kemampuan menghitung

penjumlahan dan pengurangan siswa setelah dilakukan tindakan.

F. Uji Validitas Data

Uji validitas data yang digunakan adalah Triangulasi, triangulasi adalah

teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuai yang lain di luar

data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu

(Lexy J. Moleong, 1996:178). Langkah ini dapat ditempuh dengan menggunakan

berbagai sumber data untuk meningkatkan kualitas penilaian. Menurut Denzin

dalam Lexy J. Moleong (1996:178) bentuk triangulasi ada 4, yaitu : triangulasi

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

sumber, triangulasi metode, triangulasi penyidik, dan triangulasi teori. Penelitian

ini menggunakan triangulasi sumber yaitu dengan membandingkan dan mengecek

balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat

yang berbeda yaitu (1) pengamatan dari proses pembelajaran, (2) tes unjuk kerja

siswa, (3) silabus, RPP, dan foto.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan usaha (proses) memilih, membuang, dan

menggolongkan data sesuai dengan yang diharapkan. Analisis data dilakukan

sejak awal sampai berakhirnya kegiatan pengumpulan data. Data dari hasil

penelitian di lapangan diolah dan dianalisis secara interaktif.

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia

dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah ditulis dalam

catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya

(Lexy J. Moleong, 1996:190). Proses analisis data menurut Matthew B. Miles dan

Michael Huberman (2007:16) terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara

bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

Menurut Matthew B. Miles dan Michael Huberman (2007:16-20) rincian

model dapat diurakan seperti gambar 11.

Gambar 11. Komponen-komponen Analisis Data : Model Interaktif

(Matthew B. Miles dan Michael Huberman, 2007:16)

Pengumpulan Data

Reduksi Data

Penarikan Kesimpulan / Verifikasi

Sajian Data

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

Dari bagan yang tertera pada gambar 12 langkah yang akan ditempuh

dalam penelitian ini adalah :

1. Melakukan analisis awal bila data yang didapat di kelas sudah cukup, maka

dapat dikumpulkan.

2. Mengembangkan bentuk sajian data, dengan menyusun coding dan matrik

yang berguna untuk penelitian lanjut.

3. Melakukan analisis data di kelas dan mengembangkan matrik antar kasus.

4. Melakukan verifikasi, pengayaan dan pendalaman data apabila dalam

persiapan analisis ternyata ditemukan data yang kurang lengkap atau kurang

jelas, maka perlu dilakukan pengumpulan data lagi secara terfokus.

5. Melakukan analisis antar kasus, dikembangkan struktur sajian datanya bagi

laporan susunan laporan.

6. Merumuskan simpulan akhir sebagai temuan penelitian.

7. Merumuskan implikasi kebijakan sebagai bagian dari pengembangan saran

dalam laporan akhir penelitian.

H. Indikator Kinerja / Keberhasilan

Menurut Sarwiji Suwandi (2008:70) indikator kinerja merupakan

rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan atau tolak ukur dalam menentukan

keberhasilan atau keefektifan penelitian. Indikator kinerja yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah meningkatnya kemampuan menghitung penjumlahan

dan pengurangan pada siswa kelas III SD Negeri 1 Butuh dalam pembelajaran

penjumlahan dan pengurangan melalui pengoptimalan penerapan media abakus.

Indikator penelitian ini bersumber dari kurikulun dan silabus KTSP Matematika

kelas III serta nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 60.

Pada penelitian tindakan kelas ini anak yang memperoleh nilai 70 lebih

dari 80%. Nilai rata-rata menghitung penjumlahan dan pengurangan siswa

meningkat (dari 60 menjadi 70).

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

I. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus. Tiap-tiap siklus

dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai. Untuk mengetahui

permasalahan yang menyebabkan rendahnya kemampuan menghitung

penjumlahan dan pengurangan kelas III SDN 1 Butuh, dilakukan observasi

terhadap kegiatan pembelajaran melalui langkah-langkah tersebut akan dapat

ditentukan tindakan yang tepat dalam rangka meningkatkan kemampuan

menghitung penjumlahan dan pengurangan Berdasarkan hasil belajar Matematika

siswa kelas III SDN 1 Butuh dengan media abakus maka didapat hasil refleksi

awal.

Dengan berpedoman pada refleksi awal tersebut, maka prosedur

pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi : perencanaan, pelaksanaan

tindakan, observasi dan refleksi dalam setiap siklus.

Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan dalam

tahap-tahap sebagai berikut :

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

1) Mengumpulkan data siswa kelas III yang diperlukan melalui teknik

observasi, pencatatan arsip dan tes

2) Merencanakan pembelajaran menghitung penjumlahan dan pengurangan

menggunakan media abakus selama 4 pertemuan meliputi : (a) melakukan

operasi penjumlahan tanpa teknik menyimpan, (b) melakukan operasi

penjumlahan dengan satu kali teknik menyimpan, (c) melakukan operasi

pengurangan tanpa teknik meminjam, (d) melakukan operasi pengurangan

dengan satu kali teknik meminjam (lampiran 6)

3) Membuat lembar observasi kegiatan untuk guru dalam mengajar (lampiran

9) dan aktivitas siswa dalam pembelajaran (lampiran 10)

4) Mendesain alat evaluasi (lampiran 15)

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

1) Guru menerapkan pembelajaran menghitung penjumlahan dan pengurangan

dengan menggunakan media abakus di kelas III SDN 1 Butuh

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

menggunakan rencana pembelajaran, yaitu dengan mengajarkan cara

menggunakan abakus terlebih dahulu, mengajarkan konsep nilai tempat

(ribuan, ratusan, puluhan, satuan) dan operasi penjumlahan serta

pengurangan.

2) Siswa belajar menghitung penjumlahan dan pengurangan menggunakan

media abakus dengan konsep nilai tempat yang dibimbingan guru.

c. Tahap Observasi

1) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran materi menghitung

penjumlahan dan pengurangan dengan media abakus yang meliputi :

konsep nilai tempat (ribuan, ratusan, puluhan, satuan), cara mengunakan

abakus dalam penjumlahan (dengan menjumlahkan satuannya terlebih

dahulu kemudian puluhan, ratusan, dan ribuan) dan pengurangan (dengan

mengurangkan satuannya terlebih dahulu kemudian puluhan, ratusan, dan

ribuan)

2) Pengamatan terhadap kemampuan menghitung penjumlahan dan

pengurangan sebelum dan sesudah penggunaan media abakus

d. Tahap Refleksi

Refleksi dilakukan setelah mengadakan pengamatan. Jika tindakan

belum tercapai secara optimal, maka perlu adanya perbaikan pada siklus

II.

2. Siklus II

a. Tahap Rencana

1) Guru mengidentifikasi dan merumuskan masalah berdasarkan masalah pada

refleksi siklus I

2) Membaca sumber yang dapat membuat pembelajaran melalui media abakus

sehingga motivasi siswa tinggi, kreatif dan menimbulkan keaktifan siswa

dalam proses pembelajaran

3) Guru menyiapkan rencana pembelajaran menghitung penjumlahan dengan

dua kali teknik menyimpan dan pengurangan dengan dua kali teknik

meminjam dengan media abakus (lampiran 7)

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

4) Membuat lembar observasi kegiatan untuk guru dalam mengajar (lampiran

11) dan aktivitas siswa dalam pembelajaran (lampiran 12)

5) Mendesain alat evaluasi (lampiran 16)

b. Tahap Tindakan

Pemantapan penggunaan media abakus dengan memperbanyak

penyajian media abakus

c. Observasi

melakukan observasi kembali terhadap proses pembelajaran

menghitung penjumlahan dengan dua kali teknik menyimpan dan

pengurangan dengan dua kali teknik meminjam dengan menggunakan media

abakus. Dalam observasi ini yang diutamakn yaitu cara penggunaan dan

pemahaman konsep tentang pembelajaran materi penjumlahan dengan duakali

teknik menyimpan dan pengurangan dengan dua kali teknik meminjam dengan

media abakus

d. Refleksi

kegiatan ini peneliti menganalisis hasil pada siklus II berdasarkan hasil

pengamatan yang dilakukan dengan indikator kinerja. Dalam analisis ini

peneliti melakukan kolaborasi dengan pengamat yang lain agar hasil analisis

dapat lebih teliti. Hasil refleksi ini dilakukan sebagai tindak lanjut dan untuk

memperbaiki pada siklus ketiga.

3. Siklus III

a. Tahap Rencana

1) Guru mengidentifikasi dan merumuskan masalah berdasarkan masalah pada

refleksi siklus II dengan lebih melibatkan siswa dalam penyampaian

materi penjumlahan dengan dua kali teknik menyimpan dan pengurangan

dengan dua kali teknik meminjam dengan media abakus

2) Membaca sumber yang dapat membuat pembelajaran melalui media abakus

agar motivasi siswa tinggi, kreatif dan menimbulkan keaktifan siswa

dalam proses pembelajaran

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

3) Guru menyiapkan rencana pembelajaran menghitung penjumlahan dengan

dua kali teknik menyimpan dan pengurangan dengan dua kali teknik

meminjam dengan media abakus (lampiran 8)

4) Mendesain alat evaluasi (lampiran 16) dan lembar observasi siswa

(lampiran 12)

b. Tahap Tindakan

Pemantapan penggunaan media abakus dengan memperbanyak

penyajian media abakus

c. Observasi

melakukan observasi kembali terhadap proses pembelajaran menghitung

penjumlahan dengan dua kali teknik menyimpan dan pengurangan dengan dua

kali teknik meminjam dengan menggunakan media abakus. Dalam observasi

ini yang diutamakn yaitu cara penggunaan dan pemahaman konsep tentang

pembelajaran materi penjumlahan dengan dua kali teknik menyimpan dan

pengurangan dengan dua kali teknik meminjam dengan media abakus

d. Refleksi

Refleksi dilakukan setelah melakukan tindakan. Jika tindakan sudah

tercapai secara optimal maka siklus dihentikan. Berdasarkan hasil refleksi ini

dapat diketahui kelemahan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru

sehingga dapat digunakan untuk menentukan tindakan kelas pada siklus

berikutnya.

Bila hasil refleksi dan evaluasi siklus I menunjukkan adanya

peningkatan kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan pada

siswa kelas III SD, maka tidak perlu dilanjutkan dengan siklus II. Namun,

apabila belum memperlihatkan adanya peningkatan menghitung pejumlahan

dan pengurangan siswa kelas III SD, maka dibuat siklus II yang meliputi :

tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi

tindakan dan tahap refleksi. Hasil refleksi siklus III ini digunakan untuk

menentukan hasil hipotesis penelitian yang sudah ada.

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Sekolah dasar Negeri 1 Butuh Kecamatan

Mojosongo Kabupaten Boyolali. Sekolah Dasar Negeri 1 Butuh tepatnya berada

di dukuh Butuh desa Butuh KecamatanMojosongo Kabupaten Boyolali. Dalam

pembelajaran matematika yang dilaksanakan di SD Negeri 1 Butuh kelas III

belum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media abakus maupun

alat peraga yang lain khususnya untuk pembelajaran menghitung penjumlahan

dan pengurangan, sehingga kemampuan menghitung siswa belum mencapai KKM

(Kriteri Ketuntasan Minimal) yang ditentukan sekolah pada awal semester. Untuk

mengantisipasi hal tersebut peneliti mengadakan penelitian di kelas III, maka

peneliti menggunakan media abakus dalam pembelajaran yang dapat

meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan.

B. Deskripsi Kondisi Awal

Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti

melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan nyata

yang ada di lapangan. Hasil survey awal, yaitu rendahnya nilai penjumlahan dan

pengurangan siswa.

Berdasarkan data hasil pengamatan langsung tanggal 3 Agustus 2009

terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyampaikan

belajar matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan untuk

mengetahui gambaran awal kegiatan pembelajaran di kelas III SD Negeri I Butuh

masih terdapat banyak kekurangan, antara lain guru kurang dapat menciptakan

suasana belajar yang menyenangkan (respon siswa kurang), aktivitas siswa

kurang, dan masih kurangnya ketuntasan belajar siswa kelas III SD Negeri I

Butuh.

43

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

Nilai hasil belajar kognitif siswa diperoleh dari tes yang sebelumnya soal-

soal tersebut telah diujicobakan. Seluruh soal yang diujicobakan ternyata valid

atau memenuhi syarat untuk dapat dipergunakan sebagai alat tes prestasi.

Hasil tes awal materi penjumlahan dan pengurangan bilangan dapat dilihat

pada tabel 3 di bawah ini:

Tabel 3 : Pencapaian Nilai Sebelum Penelitian

No Rentang Nilai Jumlah Siswa Keterangan

1 70 – ke atas 2 Tuntas

2 60 3 Tuntas

3 50 6 Tidak Tuntas

4 40 ke bawah 2 Tidak Tuntas

Berdasarkan data nilai di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata sebelum

dilaksanakan tindakan adalah 53,07, siswa kelas III SD Negeri I Butuh sebanyak

13 siswa hanya 5 siswa yang memperoleh nilai di atas batas nilai ketuntasan

minimal. Sebanyak 8 siswa atau 61,53 % memperoleh nilai di bawah batas nilai

ketuntasan yaitu 60. Maka peneliti mengadakan konsultasi dengan dewan guru

untuk melaksanakan pembelajaran dengan media abakus.

Dari hasil tes awal pada tabel di atas dapat disimpulkan sementara bahwa

penguasaan materi penjumlahan dan pengurangan oleh siswa kelas III SD Negeri

1 Butuh masih kurang. Adanya beberapa indikator yang masih memiliki porsi

jawaban yang kurang dari 75% memberikan indikasi bahwa siswa masih belum

begitu paham pada beberapa indikator belajar materi pokok penjumlahan dan

pengurangan bilangan.

C. Deskripsi Permasalahan Penelitian

1. Tindakan Siklus I

Tindakan siklus I dilaksanakan selama 4 kali pertemuan (3 x 35 menit)

pada tanggal 24 Agustus 2009 sampai 2 September 2009. Adapun tahapan-

tahapan yang dilakukan pada siklus I adalah sebagai berikut :

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

a. Perencanaan

Dengan berpedoman dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

SD 2007 kelas III, peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan

pembelajaran materi penjumlahan dan pengurangan menggunakan media

abakus.

Standar Kompetensi : Melakukan operasi hitung bilangan sampai tiga angka.

Kompetensi Dasar : Melakukan penjumlahan dan pengurangan tiga angka

Indikator : 1. Melakukan operasi penjumlahan tanpa teknik menyimpan

2. Melakukan operasi penjumlahan dengan satu kali teknik

menyimpan

3. Melakukan operasi penjumlahan dengan dua kali teknik

menyimpan

4. Melakukan operasi pengurangan tanpa teknik meminjam

5. Melakukan operasi pengurangan dengan satu kali teknik

meminjam

6. Melakukan operasi pengurangan dengan dua kali teknik meminjam

Berdasarkan hasil observasi terhadap proses pembelajaran dan hasil

menghitung penjumlahan dan pengurangan sebelum tindakan, dapat diperoleh

informasi sebagai data awal. Hasil pencatatan menunjukkan bahwa dari siswa

kelas III sebanyak 13 siswa terdapat 8 siswa atau 61,53% yang masih belum

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum. Setelah dilakukan pemeriksaan pada

lembar pekerjaan siswa, ternyata sebagian besar siswa masih belum dapat

memahami tentang konsep yang diajarkan (operasi hitung penjumlahan dan

pengurangan). Atas dasar hal tersebut guru kelas melakukan koordinasi

dengan kepala sekolah dan guru kelas lain tentang alternatif yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan dan

pengurangan siswa kelas III SD Negeri 1 Butuh. Berdasarkan hasil koordinasi

dengan kepala sekolah dan guru-guru lain, guru kelas memilih media abakus

untuk meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan

siswa kelas III SD Negeri 1 Butuh.

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

Dengan berpedoman pada standar kompetensi mata pelajaran

Matematika, guru kelas melakukan langkah-langkah pembelajaran

Matematika dengan menggunakan media abakus. Adapun langkah-langkah

yang dilakukan dalam proses persiapan pembelajaran adalah sebagai berikut :

(1) memilih pokok bahasan atau indikator yang sesuai dengan nilai tempat,

penjumlahan dan pengurangan. Alasan memilih pokok bahasan atau indikator

tersebut adalah : (a) pokok bahasan atau indikator tentang nilai tempat,

penjumlahan dan pengurangan harus betul-betul dikuasai siswa, karena hal

tersebut untuk mempermudah penguasaan materi matematika yang lebih

dalam, (b) pokok bahasan atau indikator tentang nilai tempat, penjumlahan

dan pengurangan tersebut nantinya dapat dipergunakan dalam kehidupan

sehari-hari, (c) pemilihan pokok bahasan atau indikator tentang nilai tempat,

penjumlahan dan pengurangan didasarkan pada kurikulum yang berlaku, (2)

menyusun Rencana Persiapan Pembelajaran (RPP) berdasarkan indikator yang

telah dibuat. Rencana Persiapan Pembelajaran (RPP) yang disusun oleh

peneliti memuat 4 kali pertemuan, masing-masing pertemuan dalam waktu 2

jam pelajaran dilaksanakan dalam minggu yang berbeda. Mengenai langkah-

langkah dan susunan Rencana Persiapan Pembelajaran selengkapnya

terlampir, (3) mempersiapkan media abakus yang akan digunakan dalam

pembelajaran, (4) setiap kali akan mengadakan pembelajaran guru

mempersiapkan kelompok dan meja diatur sesuai dengan kelompok dan

membagi media abakus untuk masing-masing kelompok.

b. Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap ini guru menerapkan tahap pembelajaran dengan

penggunaan media abakus sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah

disusun. Pembelajaran yang telah disusun pada siklus I dengan menggunakan

media abakus ini akan dilaksanakan dalam empat kali pertemuan.

1) Pertemuan pertama

Pada pertemuan pertama materi matematika yang disampaikan

adalah tentang penjumlahan tanpa teknik menyimpan dan penjumlahan

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

dengan satu kali teknik menyimpan. Kegiatan diawali dengan berdo’a

bersama kemudian guru mengabsen siswa satu persatu.

Sebagai kegiatan awal, guru menjelaskan tentang media abakus

yang meliputi komponen-komponennya (konsep nilai tempat satuan,

puluhan, ratusan, ribuan), serta cara-cara menggunakannya lihat pada

gambar 12.

Gambar 12. Konsep Nilai Tempat

Keterangan :

: ribuan

: ratusan

: puluhan

: satuan

Nilai pada gambar 12. di atas adalah :

2.403 = dua ribu empat ratus tiga

Pada penyampaian nilai tempat guru melibatkan siswa dengan

maju ke depan untuk meletakkan manik-manik sesuai dengan tempatnya.

Kegiatan itu diulang-ulang sampai siswa mengetahui betul tentang konsep

nilai tempat, setelah itu dilanjutkan kegiatan inti yaitu tentang

penjumlahan tanpa teknik menyimpan. Pertama guru menjelaskan materi

tentang penjumlahan tanpa teknik menyimpan dengan media abakus.

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

615

253 + 868

Gambar 13. Peragaan Tentang Penjumlahan Tanpa Teknik Menyimpan Keterangan :

: Bilangan ke-1 : Bilangan ke-2

Hasil penjumlahan sama dengan menghitung manik-manik pada masing-

masing kawat, yaitu :

615 253 + 868

Satuan + satuan 5 + 3 = 8

Puluhan + puluhan 1 + 5 = 6 Ratusan + ratusan 6 + 2 = 8

Kegiatan demikian diulang-ulang sampai siswa memahami betul

dan menyuruh beberapa siswa untuk maju ke depan kelas untuk

mengerjakan tugas dari guru dengan media abakus. Guru memberikan

kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya.

Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan guru membagi lembar kerja

untuk dikerjakan secara kelompok dengan menggunakan media abakus

yang ada disetiap kelompok masing- masing agar siswa memahami

tentang penjumlahan tanpa teknik menyimpan. Masing-masing kelompok

mengerjakan lembar kerja, guru mengamati kerja masing-masing

kelompok. Guru membimbing siswa secara bergiliran sambil mengawasi

siswa yang belum jelas, mengamati aktivitas/partisipasi siswa dalam

pembelajaran. Setelah siswa mengerjakan lembar kerja siswa dan

dikumpulkan pada guru dilanjutkan membahas bersama-sama tentang.

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

Setelah selesai membahas lembar kerja guru menanyakan pada siswa

tentang siapa yang belum jelas, ada anak yang menunjukkan jari terus guru

mengulang yang belum jelas setelah jelas semua, guru memberikan

evaluasi dengan membagikan lembar soal pada siswa. Pembelajaran

diakhiri dengan evaluasi. Sebagai tindak lanjut guru memberi pesan-pesan

agar rajin belajar.

2) Pertemuan ke-2

Pada pertemuan ke-2 materi matematika yang diajarkan adalah

penjumlahan dengan satu kali teknik menyimpan. Sebagai kegiatan awal

guru mengajak bernyanyi dengan tujuan untuk memusatkan perhatian

siswa serta memotivasi dan mengarahkan minat siswa untuk mengikuti

pembelajaran, setelah itu guru mengadakan tanya jawab tentang jumlah

siswa kelas III.

Pengerjaan menggunakan abakus

Ambil 4 biji abakus warna hijau dan masukkan pada tempat

ratusan. Kemudian ambil satu biji 4 biji abakus warna biru dan masukkan

pada tempat puluhan dan ambil 1 biji abakus warna merah, masukkan pada

tempat satuan. Setelah itu ambil 5 biji abakus warna merah pada tempat

satuan. Kemudian ambil 2 biji abakus warna biru dan masukkan pada

tempat puluhan dan 6 biji abakus warna hijau pada tempat satuan.

Hasilnya dapat diketahui dengan menghitung biji abakus yang masih

tersisa pada tiang pada (gambar 14).

Gambar 14. Peragan Tentang Penjumlahan dengan Satu Kali Teknik

Menyimpan.

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

Cara menjumlahkannya :

441

625 +

1066

Satuan dijumlahkan terlebih dahulu 1+5 = 6, Puluhan dijumlahkan 4 + 2 = 6, Ratusan dijumlahkan 4 + 6 = 10, sisa 1 sebagai ribuan

Kegiatan inti dimulai dengan guru membimbing siswa membagi

kelompok kemudian membagikan abakus dan manik-manik pada setiap

kelompok. Guru menjelaskan cara menjumlahkan bilangan dengan abakus

menerapkan konsep nilai tempat. Salah satu siswa maju ke depan untuk

menyelesaikan soal yang ada di papan tulis dengan media abakus dan

menjelaskan cara mencari hasilnya dengan abakus. Guru bersama siswa

mengulang soal yang dikerjakan salah satu siswa yang telah maju ke

depan, dengan antusias siswa mengikuti menggunakan abakus masing-

masing kelompok. Hasil yang telah diperoleh baersama-sama ternyata

hasilnya sama dengan siswa yang telah maju ke depan.

Guru mulai memberi lembar kerja pada masing-masing kelompok .

siswa mengerjakan lembar kerja dengan menggunakan media abakus

secara langsung sehingga siswa betul-betul mengerti jumlah bilangan

tersebut. Guru membimbing siswa dalam pembelajaran. Setelah siswa

mengerjakan lembar kerja dan dikumpulkan pada guru dan dilanjutkan

membahas bersama dengan tiap-tiap siswa. Selama pembahasan

berlangsung, guru mempersilahkan siswanya untuk bergantian maju ke

depan kelas dan menulisnya dipapan tulis.

Setelah selesai membahas lembar kerja siswa, guru menanyakan

kepada siswa tentang siapa yang belum tahu. ada anak yang menunjukkan

jari kemudian guru mengulanginya dan memberi penjelasan dengan

memperagakannya dengan media abakus. Pembelajaran diakhiri dengan

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

memberi hadiah berupa nilai serta memotivasi siswa untuk mempelajari

pelajaran selanjutnya

3) Pertemuan ke-3

Pada pertemuan ke-3 materi matematika yang diajarkan adalah

pengurangan tanpa teknik menyimpan. Sebagai kegiatan awal guru

mengingatkan materi penjumlahan kemarin bahwa pegurangan adalah

kebalikan dari penjumlahan dan hasilnya akan berkurang.

Gambar 15. Peragaan Pengurangan Tanpa Teknik Meminjam

Cara mengurangkannya :

735

122 -

613

Satuan dikurangkan terlebih dahulu 5-2 = 3, Puluhan dikurangkan 3 - 2 =1, Ratusan dikurangkan 7 - 1 = 6,

Pengerjaan menggunakan abakus

Ambil 7 biji abakus warna hijau, masukkan ke tempat ratusan.

Ambil 3 biji abakus warna biru, masukkan ke tempat puluhan dan ambil 5

biji abakus warna merah, masukkan ke tempat satuan. Kemudian ambil

lagi 1 biji abakus warna hijau, masukkan ke tempat ratusan 2 biji abakus

warna biru, masukkan ke tempat puluhan, 1 biji abakus warna merah dan

tambahkan ke tempat satuan. Kemudian untuk mengetahui hasilnya hitung

jumlah biji abakus pada masing-masing tiang pada (gambar 15).

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

Kegiatan itu diulang-ulang sampai siswa paham. Guru memberi

kesempatan kepada siswa untuk bertanya, kemudian guru membagikan

lembar soal kepada siswa untuk dikerjakan secara kelompok. Setelah

lembar tersebut selesai dikerjakan kemudian dikumpulkan dan dibahas

bersama-sama.

Kegiatan akhir guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang

materi yang telah dipelajari untuk mengulang pelajaran. Kegiatan ini

diakhiri dengan evaluasi. Guru memberikan pujian kepada siswa yang

memperoleh nilai baik.

4) Pertemuan ke-4

Pada pertemuan ke-4 mempelajari materi operasi dengan indikator

pengurangan bilangan dengan satu kali teknik meminjam. Kegiatan awal

dimulai dengan berdoa bersama, mengabsen siswa, menanyakan kabar

sebagai penyemangat dan apersepsi bertanya jawab dengan siswa seputar

materi yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya. Kemudian guru

membimbing siswa untuk membentuk kelompok dan membagi abakus

untuk masing-masing kelompok.

Pada kegiatan inti, guru menjelaskan tentang pengurangan dengan

satu kali teknik meminjam dengan meggunakan media abakus. Contoh:

954 – 128 = . . .

Pengerjaan menggunakan abakus

Ambil 9 biji abakus warna hijau dan masukkan pada tempat ratusan, 5 biji

abakus warna biru masukkan ke tempat puluhan dan 4 biji abakus warna

merah ke tempat satuan. Karena 4 tidak bisa dikurangi 8 maka pinjam 1

biji abakus pada tempat puluhan dan ditukarkan dengan 10 biji abakus

yang berwarna merah bernilai satuan dan dimasukkan ke tempat satuan,

jadi 14 diambil 8 biji tinggal 6. Karena 1 biji pada tempat puluhan sudah

dipinjam jadi sisanya tinggal 4 diambil 2 tinggal 2. Pada tempat ratusan

diambil 1 biji. Hasilnya dapat diketahui dengan menghitung jumlah biji

yang masih tersisa pada tiang pada (gambar 16).

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

Gambar 16. Peragaan Pengurangan dengan Teknik Meminjam

Cara Mengurangkannya :

4 14

954

128 -

826

Satuan dikurangkan terlebih dahulu 4 - 8 = tidak bisa jadi pinjam 1 pada puluhan Menjadi 14 – 8 = 6, Puluhan dikurangkan, karna sudah dipinjam 1 masih 4 - 2 =2 , Ratusan dikurangkan 9 - 1 = 8,

c. Observasi

Peneliti melakukan pengamatan tingkah laku dan sikap siswa selama

melakukan pembelajaran matematika dengan menggunakan media abakus

serta mengamati keterampilan guru dalam mengajar dengan menggunakan

media abacus selama 4 kali pertemuan diperoleh hasil observasi berdasarkan

(lampiran 9) dipaparkan sebagai berikut :

1) Hasil observasi bagi guru

Dari data observasi dalam siklus 1 selama 4 kali pertemuan

diperoleh hasil observasi sebagai berikut :

a) Penampilan guru di depan kelas baik

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

b) Cara penyampaian materi pelajaran cukup

c) Cara penggunaan alat dan media pelajaran cukup

d) Cara pengelolaan kelas cukup baik

e) Cara merespon pertayaan dan pendapat siswa cukup baik

f) Memberi pujian dan perayaan keberhasilan siswa cukup baik

g) Interaksi dengan siswa cukup baik

h) Dalam memotivasi siswa cukup baik

i) Saat memberi bimbingan individu/kelompok cukup baik

j) Pengelolaan waktu masih kurang

2) Hasil observasi bagi siswa

Dari data observasi pada siklus I diperoleh data hasil belajar afektif

siswa (lampiran 10) sebagai berikut:.

a) Kemauan siswa untuk menerima pelajaran sudah menunjukkan

peningkatan.

b) Perhatikan siswa sudah baik dalam memperhatikan pelajaran yang

disampaikan oleh guru tapi masih perlu ditingkatkan.

c) Perhatian, minat, dan motivasi terhadap penjelasan guru meningkat.

d) Siswa aktif dalam pembelajaran.

e) Dua per tiga dari keseluruhan siswa sudah berani mengajukan

pertanyaan dan pendapat.

f) Siswa menunjukkan peningkatan kerjasama dalam kelompok.

g) Siswa dengan sungguh-sungguh mengerjakan tugas baik tugas individu

atau tugas kelompok.

h) Keberanian siswa maju ke depan untuk mempresentasikan hasil tugas

observasi masih kurang.

i) Kemauan dalam berdiskusi dengan teman kelompok sudah baik.

Dari data observasi pada siklus I diperoleh data hasil belajar

psikomotorik siswa sebagai berikut :

a) Tidak ada siswa yang terlambat masuk kelas.

b) Siswa mau menyiapkan kebutuhan belajar.

Page 55: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

c) Siswa mau mencatat dan merangkum bahan pelajaran dengan baik dan

sistematis.

d) Siswa sudah berani bertanya dan meminta saran kepada guru mengenai

bahan pelajaran yang masih belum jelas.

e) Banyak siswa yang mengangkat tangan mengajukan pertanyaan.

f) Siswa akrab dan mau berkomunikasi dengan guru.

Nilai menghitung penjumlahan dan pengurangan siklus I dapat dilihat

pada lampiran 22. adapun hasilnya terlibat pada tabel 4 sebagai berikut :

Tabel 4. Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa pada Siklus I

PERTEMUAN

NO NAMA SISWA

1 2 3 4

Rata-rata

1. Farid Aji Nuridwan 60 40 60 40 50

2. Yulia Ari Sholaikah 50 50 50 70 55

3. Anik Sri Ernawati 100 100 100 90 97

4. Anna Wahyuningsih 100 80 70 70 80

5. Devita Desti Nur Safitri 70 90 80 60 75

6. Dwi Novita Sari 80 80 100 70 82

7. Erawati Ana S. 70 60 60 50 60

8. Putik Prameidya 90 70 90 50 75

9. Roy Taruna Jaya 60 60 60 60 60

10. Riqo Adhi N. 70 50 70 80 67

11. Tutik 80 80 40 70 67

12. Winna Aisy Daeng R. 60 60 70 70 65

13. Yoga Rifky M. I 70 50 70 80 67

Jumlah 960 870 920 860 900

Rata-rata 73,84 66,92 70,76 66,15 69,23

d. Refleksi

Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan dianalisis.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan

tindakan, baru dua materi yang telah menunjukkan perubahan baik pada

Page 56: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

aktivitas siswa maupun pada pencapaian hasil belajar yaitu materi

penjumlahan tanpa teknik menyimpan dan pengurangan tanpa teknik

meminjam. Sedangkan untuk materi penjumlahan dengan satu kali teknik

menyimpan dan materi pengurangan dengan satu kali teknik meminjam belum

menunjukkan perubahan yang berarti dan dapat diuraikan sebagai berikut:

Pertemuan : 1 (satu)

Indikator : Melakukan operasi penjumlahan bilangan tanpa teknik

menyimpan.

Media : Abakus

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran

berlangsung siswa cukup aktif memperhatikan penjelasan guru dan menjawab

pertanyaan guru, namun kurang inisiatif. Kemampuan siswa dalam

menghitung penjumlahan tanpa teknik menyimpan pada pertemuan ke-1 sudah

menunjukkan perubahan yang berarti, karena nilai rata-rata kelasnya 73,84

dan siswa yang dapat mencapai KKM sebanyak 12 siswa (92,30%) dari 13

siswa kelas III.

Pembelajaran berhasil apabila nilai rata-rata kelas mencapai 65 dan

siswa yang dapat mencapai KKM persentasenya 75%. Dengan demikian data

nilai rata-rata kelas yang mencapai 73,84 dan siswa yang dapat mencapai

KKM sebanyak 12 (92,30%) menunjukkan bahwa pembelajaran yang

menggunakan media abakus yang dilakukan sudah berhasil.

Pertemuan : ke-2 (dua)

Indikator : Melakukan operasi penjumlahan bilangan dengan satu kali teknik

menyimpan.

Media : Abakus

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran

berlangsung siswa cukup aktif memperhatikan penjelasan guru dan menjawab

pertanyaan guru, namun kurang inisiatif. Kemampuan siswa dalam

menghitung penjumlahan dengan satu kali teknik menyimpan pada pertemuan

ke-2 sudah menunjukkan perubahan yang berarti, karena nilai rata-rata

kelasnya 66,92 dan siswa yang memperoleh nilai lebih dari KKM sebanyak 9

Page 57: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

(69,23%) menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media

abakus yang dilakukan berhasil.

Pembelajaran dikatakan berhasil apabila mencapai nilai rata-rata kelas

mencapai 65 dan siswa yang dapat mencapai KKM persentasenya 70%.

Dengan demikian data nilai rata-rata kelas yang mencapai 66,92 dan siswa

yang dapat mencapai KKM sebanyak 9 (69,23%) menunjukkan bahwa

pembelajaran yang menggunakan media abakus yang dilakukan berhasil.

Pertemuan : 3 (Tiga)

Indikator : Melakukan operasi pengurangan bilangan tanpa teknik

meminjam.

Media : Abakus

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran

berlangsung siswa cukup aktif memperhatikan penjelasan guru dan menjawab

pertanyaan guru, rasa ingin tahu dan keberanian siswa meningkat. Begitu pula

perasaan senang siswa terhadap pembelajaran matematika. Sedangkan

pemantauan hasil belajar diperolah nilai rata-rata kelasnya mencapai 70,76

dan siswa yang dapat mencapai KKM sebanyak 11 siswa (84,61%) dari 13

siswa kelas III.

Pembelajaran berhasil apabila nilai rata-rata kelas mencapai 65 dan

siswa yang dapat mencapai KKM persentasenya 75%. Dengan demikian data

nilai rata-rata kelas yang mencapai 70,76 dan siswa yang dapat mencapai

KKM sebanyak 11 (84,61%) menunjukkan bahwa pembelajaran yang

menggunakan media abakus yang dilakukan sudah berhasil.

Pertemuan : Ke-4

Indikator : Melakukan operasi pengurangan bilangan dengan satu kali teknik

meminjam.

Media : Abakus

Berdasarkan pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung

siswa cukup aktif memperhatikan penjelasan guru, namun dalam pengurangan

yang dipinjam siswa sering lupa untuk meminjam bilangan sebelumnya,

sehingga berpengaruh pada kemampuan menyelesaikan soal pengurangan

Page 58: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

dengan meminjam. Akibatnya hasil belajar yang dicapai siswa pada siklus I

pertemuan ke-4 sudah menunjukkan perubahan yang berarti, karena nilai rata-

rata kelasnya mencapai 66,15 dan siswa yang memperoleh nilai lebih dari

KKM sebanyak 10 (76,92%) menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

menggunakan media abakus yang dilakukan sudah berhasil.

Pembelajaran dikatakan berhasil apabila mencapai nilai rata-rata kelas

mencapai 65 dan siswa yang dapat mencapai KKM persentasenya 75%.

Dengan demikian data nilai rata-rata kelas yang mencapai 66,15 dan siswa

yang dapat mencapai KKM sebanyak 10 (76,92%) menunjukkan bahwa

pembelajaran yang menggunakan media abakus yang dilakukan sudah

berhasil.

Berdasarkan prestasi belajar yang dicapai siswa pada siklus I dapat

diketahui bahwa nilai rata-rata setiap siklus sudah mencapai KKM sehingga

siklus I sudah berhasil. Sebagai catatan untuk siswa yang memperoleh nilai

kurang dari rata-rata KKM harus diperbaiki dengan latihan-latihan supaya

prestasi belajarnya meningkat. Pembelajaran dilanjutkan pada siklus II untuk

materi penjumlahan dengan dua kali teknik menyimpan dan pengurangan

dengan dua kali teknik meminjam.

2. Tindakan Siklus II

Tindakan siklus II dilaksanakan selama 1 minggu, perencanaan kegiatan

dilaksanakan 2 kali pertemuan. Tiap-tiap pertemuan lamanya 2 x 35 menit yaitu

dilaksanakan pada tanggal 4 September 2009 sampai 8 September 2009. Adapun

tahapan yang dilakukan pada siklus II meliputi :

a. Tahap Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan pada siklus I

diketahui bahwa sudah menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar yang

cukup signifikan, namun indikator-indikator yang lain belum menunjukkan

peningkatan prestasi yang diinginkan. Oleh karena itu peneliti mengulang

kembali pembelajaran materi matematika dengan indikator penjumlahan

dengan dua kali teknik menyimpan dan pengurangan dengan dua kali tehnik

meminjam.

Page 59: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

Pada tahapan perencanaan ini peneliti membuat perencanaan sebagai

berikut :

1) Menyusun kembali rencana pelaksanaan pembelajaran.

2) Lebih mengoptimalkan penggunaan media abakus dalam pembelajaran.

3) Memberikan materi tentang penjumlahan dengan dua kali teknik

menyimpan dan pengurangan dengan dua kali teknik meminjam.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pembelajaran matematika dengan penggunaan media abakus sesuai

dengan rencana pembelajaran 2 kali pertemuan.

Pertemuan : Ke-1

Indikator : Melakukan operasi penjumlahan bilangan dengan dua kali teknik

menyimpan.

Media : Abakus

Pada pertemuan indikator menjumlahkan bilangan dengan dua kali

teknik menyimpan. Guru mengawali pembelajaran dengan memberi salam,

berdoa bersama, mengabsen siswa. Guru membimbing siswa untuk

membentuk kelompok dan membagi abakus untuk masing-masing kelompok.

Guru memberikan apersepsi dengan bertanya jawab seputar pelajaran yang

telah diajarkan pada minggu sebelumnya.

Kegiatan inti, guru menjelaskan kembali penjumlahan dengan

menggunakan media abakus. Contoh : 946 + 125 = . . .

Pengerjaan menggunakan abakus

Ambil 9 biji abakus warna hijau, masukkan ke tempat ratusan. Ambil 4 biji

abakus warna biru, masukkan ke tempat puluhan dan ambil 6 biji abakus

warna merah, masukkan ke tempat satuan. Kemudian ambil lagi 1 biji warna

hijau dan masukkan pada tempat ratusan. Ambil 2 biji abakus warna biru dan

tambahkan pada tempat puluhan. Ambil 5 biji abakus warna merah dan

tambahkan ke tempat satuan. Kemudian untuk mengetahui hasilnya hitung

jumlah biji abakus pada masing-masing tiang.

Page 60: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

Gambar 17. Peragaan Tentang Penjumlahan dengan Dua Kali Teknik Menyimpan

Pengerjaan menggunakan penjumlahan bersusun

1

9 4 6

1 2 5 +

10 7 1

Satuan + satuan (6 + 5 = 11, ditulis 1 menyimpan 1

ditempat puluhan)

Puluhan + puluhan + 1 (4 + 2 +1)

Ratusan + ratusan (9 + 1), ditulis 0 masih menyimpan 1

ditempat ribuan

Kegiatan itu diulang-ulang sampai siswa paham. Guru memberi

kesempatan kepada siswa untuk bertanya, kemudian guru membagikan

lembar soal kepada siswa untuk dikerjakan secara kelompok. Setelah lembar

tersebut selesai dikerjakan kemudian dikumpulkan dan dibahas bersama-

sama.

Kegiatan akhir guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang

materi yang telah dipelajari untuk mengulang pelajaran. Kegiatan ini diakhiri

dengan evaluasi. Guru memberikan pujian kepada siswa yang memperoleh

nilai baik.

Pertemuan : Ke-2

Page 61: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

Indikator : Melakukan operasi pengurangan bilangan dengan dua kali

teknik meminjam.

Media : Abakus

Pada pertemuan ke-2 indikator yang akan dipelajari adalah

mengurangkan bilangan dengan teknik dua kali meminjam. Kegiatan awal

dimulai dengan berdoa bersama, mengabsen siswa, mengatur tempat duduk

dan apersepsi dengan bertanya jawab dengan siswa seputar materi yang telah

diajarkan pada pertemuan yang telah lalu. Guru membimbing siswa

membentuk kelompok dan membagi abakus untuk masing-masing kelompok.

Kegiatan inti guru menjelaskan kembali pengurangan dengan

meminjam menggunakan media abakus . Contoh: 753 – 559 = . . .

Gambar 18. Pengurangan Bilangan dengan Dua Kali Teknik

Meminjam

Pengerjaan menggunakan abakus

Ambil 7 biji abakus warna hijau dan masukkan pada tempat ratusan, 5 biji

abakus ke tempat puluhan dan 3 biji abakus ke tempat satuan. Karena 3 tidak

bisa dikurangi 9 maka pinjam 1 biji abakus pada tempat puluhan dan

ditukarkan dengan 10 biji abakus yang bernilai satuan dan dimasukkan ke

tempat satuan, jadi 13 diambil 9 biji tinggal 4. Karena 1 biji pada tempat

puluhan sudah dipinjam jadi sisanya tinggal 4, Karena 4 tidak bisa dikurangi 5

maka pinjam 1 biji abakus pada tempat ratusan, jadi 14 diambil 5 tinggal 9.

Page 62: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

Pada tempat ratusan diambil 5 biji. Hasilnya dapat diketahui dengan

menghitung jumlah biji yang masih tersisa pada tiang (gambar 18).

Kegiatan ini diulang-ulang sampai siswa paham. Kemudian guru

memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya, jika tidak ada yang

bertanya kegiatan dilanjutkan dengan pengerjaan soal yang telah dibagikan

guru secara kelompok. Setelah selesai lembar tersebut dikumpulkan dan

dibahas bersama dengan siswa.

Kegiatan akhir, siswa mengerjakan soal evaluasi yang sudah

disediakan guru, setelah selesai dikumpulkan pada guru.

c. Observasi

Peneliti melakukan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran

dengan menggunakan media abakus pada masing-masing pertemuan.

Observasi ini ditujukan pada kegiatan guru dalam melaksanakan

pembelajaran, dan suasana kelas saat pembelajaran. Keseluruhan data yang

diperoleh dalam kegiatan ini termasuk pencatatan hasil tes akan digunakan

sebagai bahan atau masukan untuk menganalisis perkembangan kemampuan

menghitgung penjumlahan dan pengurangan dengan media abakus selama 2

kali pertemuan diperoleh hasil observasi berdasarkan (lampiran 11)

dipaparkan sebagai berikut :

1) Hasil observasi bagi guru

Dari data observasi dalam siklus 2 selama 2 kali pertemuan

diperoleh hasil observasi sebagai berikut :

a) Penampilan guru di depan kelas baik

b) Cara penyampaian materi pelajaran baik

c) Cara penggunaan alat dan media pelajaran cukup

d) Cara pengelolaan kelas baik

e) Cara merespon pertayaan dan pendapat siswa cukup baik

f) Memberi pujian dan perayaan keberhasilan siswa sangat baik

g) Interaksi dengan siswa cukup baik

h) Dalam memotivasi siswa cukup baik

i) Saat memberi bimbingan individu/kelompok cukup baik

Page 63: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

j) Pengelolaan waktu masih baik

2) Hasil observasi siswa.

Dari data observasi pada siklus II diperoleh data hasil belajar

afektif siswa sebagai berikut:

a) Siswa memperhatikan pelajaran dengan sungguh-sungguh.

b) Kemauan untuk menerima pelajaran dari guru meningkat.

c) Perhatian, minat, dan motivasi terhadap penjelasan guru meningkat.

d) Siswa aktif dalam pembelajaran.

e) Sudah banyak siswa yang berani mengajukan pertanyaan.

f) Kerjasama dalam kelompok meningkat.

g) Seluruh siswa mengerjakan tugas baik tugas individu atau tugas

kelompok.

h) Kemauan dalam berdiskusi dengan teman kelompok sangat baik

Nilai menghitung penjumlahan dan pengurangan siklus II dapat dilihat

pada lampiran 23. adapun hasilnya terlibat pada tabel 5 sebagai berikut :

Tabel 5. Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa pada Siklus II

PERTEMUAN NO NAMA SISWA 1 2

Rata-rata

1. Farid Aji Nuridwan 50 40 45 2. Yulia Ari Sholaikah 40 50 45 3. Anik Sri Ernawati 80 70 75 4. Anna Wahyuningsih 70 80 75 5. Devita Desti Nur Safitri 20 40 30 6. Dwi Novita Sari 50 60 55 7. Erawati Ana S. 60 80 70 8. Putik Prameidya 70 60 65 9. Roy Taruna Jaya 50 50 50

10. Riqo Adhi N. 60 60 60 11. Tutik 60 50 55 12. Winna Aisy Daeng R. 50 50 50 13. Yoga Rifky M. I 40 30 35

Jumlah 700 640 710 Rata-rata 53,84 55,38 54,61

Page 64: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

d. Refleksi

Hasil analisis data balikan terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan media abakus pada siklus II, secara umum telah menunjukkan

perubahan yang signifikan, dimana guru dalam melaksanakan pembelajaran

semakin mantap dan luwes dengan kekurangan-kekurangan kecil diantaranya

kurang kontrol waktu dan belum memberikan tindak lanjut. Persentase

aktifitas siswa dalam pembelajaran meningkat. Mereka lebih banyak

memperhatikan dan menjawab pertanyaan guru, lebih berinisiatif dan kreatif.

Kemampuan dan keterampilan penjumlahan dan pengurangan lebih

meningkat, yang tentunya berpengaruh terhadap kemampuan dalam

menyelesaikan soal penjumlahan dengan teknik menyimpan dan pengurangan

dengan teknik meminjam. Dengan partisipasi siswa dalam pembelajaran yang

semakin meningkat, suasana kelaspun menjadi hidup dan lebih

menyenangkan.

Dari analisis hasil tes pada siklus II ini diketahui bahwa pertemuan

pertama nilai rata-rata kelasnya mencapai 53,84 dan siswa yang memperoleh

nilai lebih dari KKM sebanyak 6 siswa (46,15%). Pertemuan ke-2 nilai rata-

rata kelas mencapai 55,38 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai di atas

KKM adalah sebanyak 5 siswa (38,46%).

Dari penelitian ini pembelajaran dikatakan berhasil apabila partisipasi

siswa dalam pembelajaran meningkat. Selain itu hasil yang dicapai siswa

melalui tes akhir pembelajaran mencapai nilai rata-rata kelas diatas 65 dan

persentase siswa yang memperoleh nilai lebih dari KKM mencapai 75%. Atas

dasar ketentuan tersebut dan melihat hasil yang diperoleh pada masing-

masing pertemuan, maka pembelajaran penjumlahan yang menggunakan

media abakus yang dilaksanakan pada siklus II dikatakan berhasil.

Berdasarkan hasil belajar yang dicapai siswa pada siklus II dapat

diketahui bahwa pada pertemuan ke-1 pertemuan ke-2 belum menunjukkan

perubahan hasil belajar siswa yang cukup signifikan, sehingga pembelajaran

dilanjutkan pada siklus III untuk materi penjumlahan dan pengurangan.

Page 65: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

3. Tindakan Siklus III

Tindakan siklus II dilaksanakan dalam waktu satu minggu mulai 10

September sampai 12 September 2009. Adapun tahapan yang dilaksanakan adalah

sebagai berikut:

a. Perencanaan Tindakan

Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada

siklus II dapat diketahui bahwa, pada siklus II pertemuan ke-1 dan ke-2

belum berhasil. Oleh karena itu, guru kembali menyusun rencana

pembelajaran (RPP) dengan lebih cermat dan lebih teliti lagi untuk siklus III.

Pembelajaran dengan indikator penjumlahan dengan dua kali teknik

menyimpan dan pengurangan dengan dua kali teknik meminjam. Langkah-

langkah penyusunan rencana pembelajaran seperti pada siklus II yaitu

mempersiapkan media abakus dan melakukan penyusunan rencana

pelaksanaan pembelajaran (lampiran 8).

Mengingat hasil analisis terhadap pekerjaan siswa pada siklus II

sebagian siswa masih mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal tentang

penjumlahan dengan dua kali teknik menyimpan dan pengurangan dengan

dua kali teknik meminjam. Maka rencana kegiatan belajar mengajarnya

menekankan pada pemahaman konsep penjumlahan dengan dua kali teknik

menyimpan dan pengurangan dengan dua kali teknik meminjam. Hal ini

merupakan pengulangan dari kegiatan pada pertemuan ke-1 dan ke-2 pada

siklus II yang telah dilaksanakan. Kegiatan tersebut dilakukan guru dengan

mempertimbangkan agar siswa mampu memecahkan masalah serta

mnyelesaikan soal-soal baik secara pribadi maupun kelompok sehingga

mereka mempunyai kemampuan untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan

sehari-hari.

b. Implementasi Rencana Tindakan

Pada pembelajaran ini yang akan diajarkan adalah penjumlahan

dengan dua kali teknik menyimpan dan pengurangan bilangan dengan dua

kali teknik meminjam.

Page 66: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

Pertemuan : Ke-1

Indikator : Melakukan operasi penjumlahan bilangan dengan dua kali teknik

menyimpan.

Media : Abakus

Pada pertemuan indikator penjumlahan bilangan dengan dua kali

teknik menyimpan. Guru mengawali pembelajaran dengan memberi salam,

berdoa bersama, mengabsen siswa. Guru membimbing siswa untuk

membentuk kelompok dan membagi abakus untuk masing-masing kelompok.

Guru memberikan apersepsi dengan bertanya jawab seputar pelajaran yang

telah diajarkan pada minggu sebelumnya. Kegiatan inti, guru menjelaskan

kembali penjumlahan dengan menggunakan media abakus. Contoh : 764 +

628 = . . .

Pengerjaan menggunakan penjumlahan bersusun :

1

7 6 4

6 2 8 +

13 9 2

Satuan + satuan (6 + 8 = 12, ditulis 2 menyimpan 1

ditempat puluhan)

Puluhan + puluhan + 1 (6 + 2 +1 = 9)

Ratusan + ratusan (7 + 6), ditulis 3 masih menyimpan 1

ditempat ribuan

Pengerjaan menggunakan abakus

Ambil 6 biji abakus warna hijau, masukkan ke tempat ratusan. Ambil 6 biji

abakus warna biru, masukkan ke tempat puluhan dan ambil 46 biji abakus

warna merah, masukkan ke tempat satuan. Kemudian ambil lagi 6 biji warna

hijau dan masukkan pada tempat ratusan. Ambil 2 biji abakus warna biru dan

tambahkan pada tempat puluhan. Ambil 8 biji abakus warna merah dan

tambahkan ke tempat satuan. Kemudian untuk mengetahui hasilnya hitung

jumlah biji abakus pada masing-masing tiang.

Page 67: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

Kegiatan itu diulang-ulang sampai siswa paham. Guru memberi

kesempatan kepada siswa untuk bertanya, kemudian guru membagikan

lembar soal kepada siswa untuk dikerjakan secara kelompok. Setelah lembar

tersebut selesai dikerjakan kemudian dikumpulkan dan dibahas bersama-

sama. Kegiatan akhir guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang

materi yang telah dipelajari untuk mengulang pelajaran. Kegiatan ini diakhiri

dengan evaluasi. Guru memberikan pujian kepada siswa yang memperoleh

nilai baik.

Pertemuan : Ke-2

Indikator : Melakukan operasi pengurangan bilangan dengan dua kali

teknik meminjam.

Media : Abakus

Pada pertemuan ke-2 indikator yang akan dipelajari adalah

pengurangan bilangan dengan dua kali teknik meminjam. Kegiatan awal

dimulai dengan berdoa bersama, mengabsen siswa, mengatur tempat duduk

dan apersepsi dengan bertanya jawab dengan siswa seputar materi yang telah

diajarkan pada pertemuan yang telah lalu. Guru membimbing siswa

membentuk kelompok dan membagi abakus untuk masing-masing kelompok.

Kegiatan inti guru menjelaskan kembali pengurangan dengan dua kali

meminjam menggunakan media abakus. Contoh: 813 – 556 = . . .

Pengerjaan menggunakan pengurangan bersusun :

Pengerjaan menggunakan abakus

Ambil 8 biji abakus warna hijau dan masukkan pada tempat ratusan, 1 biji

abakus ke tempat puluhan dan 3 biji abakus ke tempat satuan. Karena 3 tidak

bisa dikurangi 6 maka pinjam 1 biji abakus pada tempat puluhan dan

ditukarkan dengan 10 biji abakus yang bernilai satuan dan dimasukkan ke

tempat satuan, jadi 13 diambil 6 biji tinggal 9. Karena 1 biji pada tempat

puluhan sudah dipinjam jadi sisanya tinggal 0, Karena 0 tidak bisa dikurangi 5

maka pinjam 1 biji abakus pada tempat ratusan, jadi 10 diambil 5 tinggal 5.

Pada tempat ratusan diambil 5 biji. Hasilnya dapat diketahui dengan

menghitung jumlah biji yang masih tersisa pada tiang.

Page 68: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

7 10 13

8 1 3

5 5 4 -

2 5 9

Satuan dikurangkan dengan satuan

3 – 4 = (karena tidak bisa pinjam puluhan 1), jadi 13 – 4 = 9

Puluhan dikurangi puluhan

1 – 5 = (karena puluhan sudah dipinjam 1 masih sisa 0 dan

pinjam satuan), 10 – 5 = 5

Ratusan dikurangi ratusan

8 – 5 = (8 sudah dipinjam 1 jadi masih sisa 7), 7 – 5 = 2

Kegiatan ini diulang-ulang sampai siswa paham. Kemudian guru

memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya, jika tidak ada yang

bertanya kegiatan dilanjutkan dengan pengerjaan soal yang telah dibagikan

guru secara kelompok. Setelah selesai lembar tersebut dikumpulkan dan

dibahas bersama dengan siswa.

Kegiatan akhir, siswa mengerjakan soal evaluasi yang sudah

disediakan guru, setelah selesai dikumpulkan pada guru.

c. Observasi dan Implementasi

Guru melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran

dengan menggunakan media abakus pada masing-masing pertemuan.

Observasi ini ditujukan pada kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran,

aktifitas atau partisipasi siswa dalam pembelajaran dan suasana kelas saat

pembelajaran. Keseluruhan data yang diperoleh dalam kegiatan ini termasuk

pencatatan hasil tes akan digunakan sebagai bahan atau masukan untuk

menganalisis perkembangan prestasi belajar matematika siswa.

Nilai menghitung penjumlahan dan pengurangan siklus III dapat

dilihat pada lampiran 24. adapun hasilnya terlibat pada tabel 6 sebagai berikut

:

Page 69: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

Tabel 6. Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa pada Siklus III

PERTEMUAN NO NAMA SISWA

1 2

Rata-rata

1. Farid Aji Nuridwan 60 50 55

2. Yulia Ari Sholaikah 100 40 70

3. Anik Sri Ernawati 90 100 95

4. Anna Wahyuningsih 70 90 85

5. Devita Desti Nur Safitri 50 70 60

6. Dwi Novita Sari 70 60 65

7. Erawati Ana S. 60 70 65

8. Putik Prameidya 70 70 70

9. Roy Taruna Jaya 70 50 60

10. Riqo Adhi N. 60 90 75

11. Tutik 80 80 60

12. Winna Aisy Daeng R. 50 70 60

13. Yoga Rifky M. I 80 60 70

Jumlah 910 900 890

Rata-rata 70 69,23 68,48

d. Analisis dan Refleksi

Hasil analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan media abakus pada siklus III, secara umum telah menunjukkan

perubahan yang signifikan, dimana guru dalam melaksanakan pembelajaran

semakin mantap dan luwes dengan kekurangan-kekurangan kecil diantaranya

kurang kontrol waktu dan kurang memberikan pujian, penghargaan kepada

siswa. Persentase aktivitas atau partisipasi siswa dalam pembelajaran

meningkat. Mereka lebih banyak memperhatikan dan menjawab pertanyaan

guru, lebih berinisiatif dan kreatif. Kemampuan dan ketrampilan penjumlahan

dan pengurangan meningkat, yang tentunya berpengaruh berpengaruh terhadap

kemampuan dalam mnyelesaikan soal penjumlahan dengan menyimpan dan

pengurangan dengan meminjam.

Page 70: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

Dari analisis hasil tes pada siklus III ini diketahui bahwa pertemuan

pertama mencapai nilai rata-rata kelas 70 dan siswa yang memperoleh nilai di

atas KKM sebanyak 11 siswa (84,61%). Sedangkan pada pertemuan kedua

nilai rata-rata kelasnya mencapai 69,23 dengan jumlah siswa yang mendapat

nilai di atas KKM sebanyak 10 siswa (76,92%) dari 13 siswa kelas III.

Dari penelitian ini pembelajaran dikatakan berhasil apabila

kemampuan menghitungpenjumlahan dan pemgurangan siswa dalam

pembelajaran meningkat. Selain itu hasil yang dicapai siswa melalui tes akhir

pembelajaran mencapai nilai rata-rata kelas di atas 65 dan persentase siswa

yang memperoleh nilai lebih dari KKM mencapai 75%. Atas dasar dasar

tersebut dan melihat hasil yang diperoleh pada masing-masing pertemuan,

maka pembelajaran yang menggunakan media abakus yang dilaksanakan pada

siklus III dikatakan berhasil, sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus

berikutnya. Namun guru harus tetap melaksanakan bimbingan belajar untuk

perbaikan prestasi belajar siswa yang mendapatkan dibawah KKM dan

melaksanakan pengayaan untuk siswa yang memperoleh nilai diatas rata-rata

kelas sebagai tindak lanjut.

C. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian

Dalam mengolah data yang dilaksanakan pada lampiran dapat

dideskripsikan sebagai berikut :

1. Data Nilai Matematika Siswa Kelas III sebelum tindakan

Dari daftar nilai matematika yang ada di lampiran dapat diketahui

bahwa penjumlahan tanpa menyimpan:

a. Jumlah nilai penjumlahan, siswa yang mendapat nilai 40 ada 3 siswa; nilai

50 ada 4 siswa; nilai 60 ada 3 siswa; nilai 70 ada 2 siswa, nilai 80 ada 1

siswa. Sehingga nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 80 dan nilai

terendah adalah 40 dengan demikian rata-rata yang diperoleh siswa adalah

47,69. Siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 6 siswa dari 13

siswa atau 46,15%, sedangkan anak yang belum tuntas sebanyak 7 siswa

dari 13 siswa atau 53,84%.

Page 71: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

b. Jumlah nilai pengurangan, siswa yang mendapatkan nilai 30 ada 1 siswa

nilai 40 ada 1 siswa; nilai 50 ada 5 siswa; nilai 60 ada 4 siswa; nilai 70 ada

1 siswa. nilai 80 ada 1 siswa. Sehingga nilai tertinggi yang diperoleh siswa

adalah 80 dan nilai terendah adalah 30 dengan demikian nilai rata-rata

yang diperoleh siswa sebesar 58,46. Siswa yang mendapat nilai antara

diatas KKM sebanyak 6 siswa. Siswa yang mendapat nilai kurang dari

KKM sebanyak 7 siswa. Siswa yang telah dinyatakan memiliki ketuntasan

belajar sebanyak 6 siswa dari 13 siswa atau 46,15%, sedangkan anak yang

belum tuntas sebanyak 7 siswa dari 13 siswa atau 53,84%.

c. Jumlah nilai penjumlahan teknik menyimpan, siswa yang mendapat nilai

90 ada 1 siswa, dan nilai 80 ada 1 siswa 70 ada 0 siswa, nilai 60 ada 2

siswa, nilai 50 ada 4 siswa, nilai 40 ada 3 siswa, nilai 30 ada 2 siswa.

Sehingga nilai yang tertinggi yang diperoleh siswa adalah 90 dan nilai

terendah adalah 30 dengan demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa

sebesar 51,53. Siswa yang telah dinyatakan memiliki ketuntasan belajar

sebanyak 4 siswa dari 13 siswa atau 30,77%, sedangkan siswa yang belum

tuntas sebanyak 9 siswa dari 13 siswa atau 69,23%.

d. Jumlah nilai pengurangan dengan satu kali teknik meminjam, siswa yang

mendapatkan nilai 70 ada 2 siswa, nilai 60 ada 3 siswa, nilai 50 ada 4

siswa, nilai 40 ada 3 siswa, nilai 30 ada 1 siswa. Sehingga nilai tertinggi

yang diperoleh siswa adalah 70 dan nilai terendah adalah 30 dengan

demikian nilai rata-rata yang dapat dicapai siswa sebesar 51,53. Siswa

yang telah dinyatakan memiliki ketuntasan belajar sebanyak 5 siswa dari

13 siswa atau 38,46%, sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 8

siswa atau 61,54%.

2. Data Nilai Matematika Siswa Kelas III Siklus I

a. Dari tabel daftar nilai yang ada di lampiran dapat diketahui bahwa nilai

penjumlahan pada pertemuan ke-1:

Jumlah siswa yang mendapat nilai 50 ada 1 siswa nilai 60 ada 3

siswa; nilai 70 ada 4 siswa; nilai 80 ada 2 siswa, mendapat nilai 90 ada 1

siswa dan nilai 100 ada 2 siswa, sehingga nilai tertinggi adalah 100 dan

Page 72: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

nilai terendah adalah 50 dengan demikian nilai rata-rata kelas adalah

73,84. Siswa yang telah dinyatakan memiliki ketuntasan belajar (dengan

nilai 60 ke atas) sebanyak 12 siswa dari 13 siswa atau 92,30%, sedangkan

anak yang belum tuntas sebanyak 1 siswa dari 13 siswa atau 7,69%.

Menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan media abakus yang

dilakukan pada siklus I pertemuan 1 berhasil.

b. Dari daftar nilai yang ada di lampiran dapat diketahui bahwa nilai

penjumlahan dengan menyimpan pada pertemuan ke-2

Jumlah siswa yang mendapatkan nilai 40 ada 1 siswa; nilai 50 ada

3 siswa; nilai 60 ada 3 siswa; nilai 70 ada 1 siswa, nilai 80 ada 3 siswa,

nilai 90 ada 1 siswa dan nilai 100 ada 1 siswa. Sehingga nilai tertinggi

adalah 100 dan terendah adalah 40 , dengan demikian nilai rata-rata kelas

adalah 66,92. Siswa yang telah dinyatakan tuntas sebanyak 9 siswa dari 13

siswa atau 69,23%, sedangkan anak yang belum tuntas sebanyak 4 siswa

dari 13 siswa atau 30,76%. Menunjukkan bahwa pembelajaran

menggunakan media abakus pada siklus I pertemuan ke-2 sudah berhasil.

c. Dari daftar nilai yang ada di lampiran dapat diketahui bahwa nilai

pengurangan pada pertemuan ke-3

Jumlah siswa yang mendapatkan nilai 40 ada 1 siswa; nilai 50 ada

1 siswa; nilai 60 ada 3 siswa; nilai 70 ada 4 siswa; nilai 80 ada 1 siswa,

nilai 90 ada 1 siswa dan nilai 100 ada 2 siswa. Sehingga nilai tertinggi

adalah 100 dan nilai terendah adalah 40 dengan demikian nilai rata-rata

kelas adalah 70,76. Siswa yang telah dinyatakan memiliki ketuntasan

belajar sebanyak 11 siswa dari 13 siswa atau 84,61%, sedangkan anak

yang belum tuntas sebanyak 2 siswa dari 13 siswa atau 15,38%.

Menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan media abakus yang

dilakukan pada siklus I pertemuan ke-3 berhasil.

d. Dari daftar nilai yang ada di lampiran dapat diketahui bahwa nilai

pengurangan dengan meminjam pada pertemuan ke-4

Jumlah siswa yang mendapatkan nilai 40 ada 1 siswa; nilai 50 ada

3 siswa; nilai 60 ada 2 siswa nilai 70 ada 5 siswa; nilai 80 ada 2 siswa, dan

Page 73: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

nilai 90 ada 1 siswa. Sehingga nilai tertinggi adalah 90 dan terendah

adalah 40, dengan demikian nilai rata-rata kelas adalah 66,15. Siswa yang

telah dinyatakan tuntas sebanyak 10 siswa dari 13 siswa atau 76,92%,

sedangkan anak yang belum tuntas sebanyak 3 siswa dari 13 siswa atau

23,07%. Menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan media abakus

pada siklus I pertemuan ke-4 sudah berhasil.

3. Daftar Nilai Matematika Siswa Kelas III Siklus II

a. Dari daftar nilai yang ada di lampiran dapat diketahui bahwa nilai

penjumlahan dengan menyimpan pada pertemuan ke-1:

Jumlah siswa yang mendapatkan nilai 20 ada 1 siswa; nilai 40 ada

2 siswa nilai 50 ada 4 siswa; nilai 60 ada 3 siswa; nilai 70 ada 2 siswa;

nilai 80 ada 1 siswa. Sehingga nilai tertinggi adalah 80 dan terendah

adalah 20 , dengan demikian nilai rata-rata kelas adalah 53,84. Siswa yang

telah dinyatakan tuntas sebanyak 6 siswa dari 13 siswa atau 46,15%,

sedangkan anak yang belum tuntas sebanyak 7 siswa dari 13 siswa atau

53,84%. Menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan media abakus

pada siklus II pertemuan ke-1 belum berhasil.

b. Dari daftar nilai yang ada di lampiran dapat diketahui bahwa nilai

pengurangan dengan meminjam pada pertemuan ke-2:

Jumlah siswa yang mendapatkan nilai 20 ada 1 siswa; nilai 40 ada

2 siswa; nilai 50 ada 4 siswa; nilai 60 ada 3 siswa; nilai 70 ada 1 siswa dan

nilai 80 ada 2 siswa. Sehingga nilai tertinggi adalah 80 dan terendah

adalah 20 , dengan demikian nilai rata-rata kelas adalah 55,38. Siswa yang

telah dinyatakan tuntas sebanyak 5 siswa dari 13 siswa atau 38,46%,

sedangkan anak yang belum tuntas sebanyak 8 siswa dari 13 siswa atau

61,54%. Menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan media abakus

pada siklus II pertemuan ke-2 belum berhasil.

4. Daftar Nilai Siswa Kelas III siklus III

a. Dari daftar nilai yang ada di lampiran dapat diketahui bahwa nilai

penjumlahan dengan menyimpan pada pertemuan ke-1:

Page 74: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

Jumlah siswa yang mendapatkan nilai 50 ada 2 siswa; nilai 60 ada

3 siswa; nilai 70 ada 4 siswa; dan nilai 80 ada 2 siswa; nilai 90 ada 1 siswa

dan nilai 100 ada 1 siswa. Sehingga nilai tertinggi adalah 100 dan terendah

adalah 40 , dengan demikian nilai rata-rata kelas adalah 70. Siswa yang

telah dinyatakan tuntas sebanyak 11 siswa dari 13 siswa atau 84,62%,

sedangkan anak yang belum tuntas sebanyak 2 siswa dari 13 siswa atau

15,38%. Menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan media abakus

pada siklus III pertemuan ke-1 berhasil.

b. Dari daftar nilai yang ada di lampiran dapat diketahui bahwa nilai

penjumlahan dengan menyimpan pada pertemuan ke-2:

Jumlah siswa yang mendapatkan nilai 40 ada 1 siswa; nilai 50 ada

2 siswa; nilai 60 ada 2 siswa; nilai 70 ada 4 siswa; nilai 80 ada 1 siswa,

nilai 90 ada 2 siswa, nilai 100 ada 1 siswa. Sehingga nilai tertinggi adalah

100 dan terendah adalah 40 , dengan demikian nilai rata-rata kelas adalah

69,23. Siswa yang telah dinyatakan tuntas sebanyak 10 siswa dari 13 siswa

atau 76,92%, sedangkan anak yang belum tuntas sebanyak 3 siswa dari 13

siswa atau 23,08%. Menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan

media abakus pada siklus III pertemuan ke-2 berhasil.

Secara rinci perkembangan kemampuan menghitung siswa kelas III SD

N 1 Butuh dalam penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 7. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas III Sebelum dan Sesudah Tindakan Siklus I

Rata-rata Nilai Tes

Hasil Belajar No Materi Matematika

Sebelum Sesudah

Keterangan

1. Penjumlahan tanpa menyimpan 47,69 73,84 Berhasil 2. Penjumlahan dengan satu kali

teknik menyimpan 51,53 66,92 Berhasil

3. Pengurangan tanpa meminjam 58,46 70,76 Berhasil 4. Pengurangan dengan satu kali

meminjam 51,53 66,15 Berhasil

Rata-rata

52,30 69,41

Page 75: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

Tabel 8. Prosentase Siswa yang Memperoleh Nilai Lebih dari atau Sama dengan KKM Sebelum dan Sesudah Tindakan Siklus I

Jumlah Siswa yang memperoleh nilai lebih dari KKM

Prosentase No Materi Matematika

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

Keterangan

1. Penjumlahan tanpa menyimpan

6 12 46,15% 92,30% Meningkat

2. Penjumlahan Dengan satu kali menyimpan

4 9 30,77% 69,23% Meningkat

3. Pengurangan tanpa menyimpan

6 11 46,15% 84,61% Meningkat

4. Pengurangan dengan satu kali meminjam

5 10 38,46% 76,92% Meningkat

Dari tabel 7 dan 8 dapat dilihat bahwa pembelajaran dengan

menggunakan media abakus yang dilaksanakan pada siklus I sudah

memperlihatkan hasil peningkatan prestasi belajar matematika pada siswa kelas

III, karena secara klasikal baik perolehan nilai rata-rata kelas maupun persentase

siswa mendapat nilai lebih dan sama dengan KKM sudah mengalami peningkatan,

meskipun ada dua materi yang belum menunjukkan peningkatan sesuai dengan

ketentuan penelitian ini. Pembelajaran dengan menggunakan media abakus pada

keempat materi ini sudah dinyatakan berhasil, sedangkan materi yang belum

sesuai dengan ketentuan penelitian ini akan dilanjutkan pada siklus ke II. Materi

tersebut adalah penjumlahan dengan dua kali teknik menyimpan dan pengurangan

dengan dua kali teknik meminjam.

Setelah dilaksanakan tindakan untuk materi penjumlahan dengan dua kali

teknik menyimpan dan pengurangan dengan dua kali teknik meminjam pada

siklus II yang belum sesuai dengan KKM terlihat adanya perkembangan prestasi

belajar antara sebelum dan sesudah tindakan siklus II. Adapun hasilnya terlihat

pada tabel 9, berikut :

Page 76: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

Tabel 9. Nilai Rata-rata Kelas Mata Pelajaran Matematika Sebelum dan Sesudah Tindakan Siklus II.

Rata-rata Nilai Tes

Hasil Belajar No Materi Matematika

Sebelum Sesudah

Keterangan

1. Penjumlahan dengan dua kali tgeknik menyimpan.

51,53 53,84 Meningkat

2. Pengurangan dengan dua kali teknik meminjam.

51,53 55,38 Meningkat

Rata-rata

51,53 54,61 Sama

Selanjutnya dari perhitungan jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas

rata-rata pada siklus II, dapat peneliti paparkan dalam tabel berikut :

Tabel 10. Prosentase Siswa yang Memperoleh Nilai Lebih dari atau Sama dengan KKM Sebelum dan Sesudah Tindakan Siklus II.

Jumlah Siswa yang memperoleh nilai lebih dari KKM

Prosentase No

Materi Matematika

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

Keterangan

1. Penjumlahan dengan dua kali teknik menyimpan

4 6 30,77% 46,15% Meningkat

2. Pengurangan dengan dua kali teknik meminjam

5 5 38,46% 38,46% tetap

Berdasarkan perhitungan nilai rata-rata kelas pada tabel 9 dan jumlah

siswa yang mendapat nilai di atas KKM pada tabel 10, menunjukkan bahwa

pembelajaran dengan menggunakan media abakus yang dilaksanakan pada siklus

II untuk materi penjumlahan dengan dua kali teknik menyimpan dinyatakan

belum berhasil, karena secara klasikal belum menunjukkan adanya peningkatan

prestasi belajar matematika siswa kelas III. Sedangkan materi pengurangan

dengan dua kali teknik meminjam juga belum menunjukkan peningkatan yang

berarti, dengan demikian penelitian dilanjutkan pada siklus III.

Setelah dilaksanakan tindakan untuk materi penjumlahan dengan dua kali

teknik menyimpan dan pengurangan dengan dua kali teknik meminjam pada

Page 77: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

siklus III yang belum sesuai dengan KKM terlihat adanya perkembangan prestasi

belajar antara sebelum dan sesudah tindakan siklus III. Adapun hasilnya terlihat

pada tabel 11, berikut :

Tabel 11. Nilai Rata-rata Kelas Mata Pelajaran Matematika Sebelum dan Sesudah Tindakan Siklus III.

Rata-rata Nilai Tes

Hasil Belajar

No Materi Matematika

Sebelum Sesudah

Keterangan

1. Penjumlahan dengan dua kali teknik

menyimpan

51,53 70 Meningkat

2 Pengurangan dengan dua kali teknik

meminjam.

51,53 69,23 Meningkat

Tabel 12. Prosentase Siswa yang Memperoleh Nilai Lebih dari atau Sama

dengan KKM Sebelum dan Sesudah Tindakan Siklus III.

Jumlah Siswa yang memperoleh nilai lebih dari KKM

Prosentase No

Materi Matematika

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

Keterangan

1. Penjumlahan dengan dua kali teknik menyimpan

4 11 30,77% 84,61% Meningkat

2 Pengurangan dengan dua kali teknik meminjam

5 10 38,46% 76,92% Meningkat

Berdasarkan tabel 11 dan 12 pembelajaran pada siklus III menunjukkan

adanya peningkatan nilai prestasi belajar matematika siswa kelas III SD N 1

Butuh Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali dengan menggunakan media

abakus. Hal ini tampak jelas dengan adanya peningkatan-peningkatan nilai yang

diperoleh siswa baik perorangan maupun klasikal pada setiap siklus sebagaimana

terlihat pada tabel7, tabel 8, tabel 9, tabel 10, tabel 11 dan tabel 12.

Dengan demikian dapat diajukan rekomendasi bahwa pembelajaran

dengan media abakus efektif untuk meningkatkan kemampuan menghitung

Page 78: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

penjumlahan dan pengurangan pada siswa kelas III SD N 1 Butuh Kecamatan

Mojosongo Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2009/2010.

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil pelaksanaan pada siklus I, II dan III dapat dinyatakan

bahwa pembelajaran Matematika menggunakan madia abakus dapat

meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan siswa

kelas III SDN I Butuh, baik hasil belajar kognitif, afektif maupun psikomotorik.

1. Perkembangan hasil belajar afektif siswa sebagai berikut :

a. Siswa memperhatikan pelajaran dengan sungguh-sungguh.

b. Kemauan untuk menerima pelajaran dari guru meningkat.

c. Perhatian, minat, dan motivasi terhadap penjelasan guru meningkat.

d. Siswa aktif dalam pembelajaran.

e. Siswa aktif mengajukan pertanyaan dan pendapat.

f. Kerjasama dalam kelompok meningkat.

g. Tugas individu atau tugas kelompok terlaksana dengan baik.

h. Siswa sudah berani mempresentasikan hasil observasi ke depan kelas.

2. Perkembangan hasil belajar psikomorik siswa sebagai berikut :

a. Tidak ada siswa yang terlambat masuk kelas.

b. Menyiapkan kebutuhan belajar tanpa disuruh.

c. Mau mencatat dan merangkum bahan pelajaran dengan baik dan

sistematis.

d. Siswa sudah berani bertanya dan meminta saran kepada guru mengenai

bahan pelajaran yang masih belum jelas.

e. Banyak siswa yang mengangkat tangan mengajukan pertanyaan.

f. Segera membentuk kelompok diskusi.

g. Akrab dan mau berkomunikasi dengan guru.

3. Perkembangan hasil belajar kognitif siswa.

Pada siklus I setelah diadakan tes kemampuan awal dilanjutkan dengan

siswa menerima materi penjumlahan dan pengurangan dengan indikator : (a)

melakukan operasi penjumlahan tanpa teknik menyimpan, (b) melakukan

Page 79: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

operasi penjumlahan dengan teknik menyimpan, (c) melakukan operasi

pengurangan tanpa teknik meminjam, (d) melakukan operasi pengurangan

dengan teknik meminjam. Proses pembelajaran disampaikan dengan strategi

dan terencana dimulai dari kegiatan awal, inti dan penutup. Kegiatan ini

terfokus mengaktifkan siswa mulai dari memperhatikan penjelasan,

melakukan pengamatan untuk memperoleh kesimpulan, mendemonstrasikan,

tugas kelompok, berdiskusi, tugas individual yang diakhiri dengan LKS.

Setelah dilaksanakan siklus I dan dievaluasi dapat dilihat adanya peningkatan

hasil belajar siswa yaitu masih ada 3 siswa memperoleh nilai kurang dari 60,

namun masih ada beberapa siswa yang masih keliru memasukkan manik-

manik atau tidak sesuai dengan warnanya, guru memberi bimbingan langsung

kepada anak tersebut agar tidak terjadi kesalahan lagi saat menghitung dengan

abakus.

Siklus II merupakan lanjutan dari siklus sebelumnya untuk

memantapkan dan mencapai tujuan penelitian. Pada siklus ini guru membuat

media nilai tempat dengan kertas karton yang di pajang di papan tulis.

Pembelajaran yang disampaikan tentang penjumlahan dan pengurangan

dengan indikator : (a) melakukan operasi penjumlahan dengan dua kali teknik

menyimpan, (b) melakukan operasi pengurangan dengan dua kali teknik

meminjam. Pada siklus II siswa sering kali lupa menambahkan maupun

mengurangkan manik-manik saat proses menyimpan maupun meminjam,

sehingga pada siklus ke III guru lebih menekankan tentang menyimpan dan

meminjam dengan membuat tulisan himbauan jangan lupa menyimpan

maupun meminjam pada kertas karton yang di pajang di papan tulis agar anak

tidak lupa lagi saat menyimpan maupun meminjam. kemudian dilanjutkan ke

siklus III dengan indikator yang sama untuk lebih memantapkan dan mencapai

tujuan penelitian sehingga hasil belajar mencapai KKM. Kegiatan belajar

mengajar disampaikan dengan strategi terencana sebagaimana siklus I dan

kegiatan pembelajaran dilaksanakan lebih optimal. Hasil siklus II belum

menunjukkan peningkatan. Hasil siklus III sudah menunjukkan peningkatan

kemampuan menghitung siswa yaitu pada pertemuan pertama nilai rata-rata

Page 80: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

siswa 70 dan pada pertemuan ke-2 nilai rata-rata siswa 69,23. Siswa belajar

tuntas mencapai 100%.

Kemampuan menghitung siswa meningkat pada siklus III, baik hasil

belajar kognitif, afektif maupun psikomotorik. Dengan demikian penggunaan

media abakus pada pembelajaran matematika konsep penjumlahan dan

pengurangan dapat meningkatkan kemampuan menghitung siswa kelas III SD N I

Butuh Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali.

Page 81: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan media abakus pada siswa kelas III

SDN I Butuh tahun ajaran 2009 / 2010, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Kemampuan menghitung siswa kelas III SD Negeri I Butuh pada materi

penjumlahan dan pengurangan meningkat dengan menerapkan media abakus

baik dilihat dari aspek kognitif, afektif dan psikomotoriknya. Hal ini dapat

dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar

53,23. Siklus I pada penjumlahan maupun pengurangan nilai rata-rata sudah

mencapai 75% atau lebih dari KKM dan pada siklus II hasil belajar siswa

belum memenuhi KKM, sehingga dilanjutkan pada siklus III nilai rata-rata

meningkat dan mencapai 75%. setelah dilakukan refleksi terdapat 3 siswa yang

tidak tuntas (nilai ulangan dibawah 60), namun secara keseluruhan sudah

meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa, dan

pada tes siklus III semua siswa sudah mencapai ketuntasan.

2. Cara mengatasi kendala penerapan media abakus untuk meningkatkan hasil

belajar matematika pada siswa kelas III SD Negeri 1 Butuh Kecamatan

Mojosongo Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010 adalah guru harus

terampil dalam menerapkan media abakus diantaranya : (1) mengkaji konsep

dan kompetensi dasar yang akan dipelajari oleh siswa, (2) memahami latar

belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara

seksama, (3) mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa,

selanjutnya memilih dan mengaitkannya dengan konsep dan kompetensi yang

akan dibahas dalam proses pembelajaran dengan media abakus, (4) merancang

pengajaran dengan mengaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan

mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dilingkungan kehidupan

mereka, (5) melaksanakan pengajaran dengan selalu mendorong siswa untuk

mengaitkan apa yang sedang dipelajari dengan pengetahuan / pengalaman

yang telah dimiliki sebelumnya dan mengaitkan apa yang dipelajarinya dengan

81

Page 82: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

fenomena kehidupan sehari-hari, (6) melakukan penilaian terhadap

pemahaman siswa. Hasil penilaian tersebut dijadikan sebagai bahan refleksi

terhadap rancangan pembelajaran dan pelaksanaan.

B. Implikasi

Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan

pada pembelajaran dengan menerapkan media abakus dalam pelaksanaan

pembelajaran Matematika. Model yang dipakai dalam penelitian ini adalah model

siklus. Prosedur penelitiannya terdiri dari 3 siklus. Siklus I dilaksanakan pada hari

Senin tanggal 24 Agustus 2009, Jum’at 28 Agustus 2009, Senin 31 Agustus 2009,

dan Rabu 2 September 2009. Siklus II dilaksanakan pada hari Jum’at 4 September

2009 dan Selasa 8 September 2009. siklus III dilaksanakan pada hari Kamis, 10

September 2009 dan Sabtu 12 September 2009. Adapun indikatornya adalah : (1)

Penjumlahan tanpa teknik menyimpan, (2) Penjumlahan dengan satu kali teknik

menyimpan, (3) pengurangan tanpa teknik menyimpan, (4) pengurangan dengan

teknik satu kali meminjam, (5) penjumlahan dengan dua kali teknik menyimpan,

(6) pengurangan dengan dua kali teknik meminjam.

Dalam setiap pelaksanaan siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu perencanaan

tindakan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Kegiatan ini dilaksanakan berdaur

ulang.

Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian ini, maka dapat diajukan

implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan hasil belajar materi

penjumlahan dan pengurangan baik secara teoretis maupun secara praktis.

1. Implikasi Teoretis

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

menerapkan media abakus dapat meningkatkan kemampuan menghitung siswa

pada materi pokok penjumlahan dan pengurangan dan mendapatkan respon

positif dari siswa, hal tersebut dapat ditinjau dari hal berikut :

a. Pembelajaran dengan menggunakan media abakus meningkatkan

kemampuan menghitung siswa karena media abakus melibatkan interaksi

antara siswa dan lingkungan, kebebasan bertanya dan berpendapat, pujian

Page 83: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

dan perayaan dari guru saat siswa berhasil melakukan kegiatan dengan

baik.

Secara umum telah menunjukkan perubahan yang signifikan. Guru

dalam melaksanakan pembelajaran semakin mantap dan luwes dengan

kekurangan-kekurangan kecil diantaranya kontrol waktu.

Prosentase hasil belajar kognitif afektif dan psikomotorik siswa

meningkat. Hal ini terbukti adanya peningkatan siswa mencetuskan

pendapat, mengeluarkan pendapat, berinteraksi dengan guru, mampu

medemonstrasikan, kerjasama dengan kelompok meningkat, dan

menyelesaikan soal-soal latihan. Dengan partisipasi siswa yang aktif dan

kreatif siswa dalam pembelajaran yang semakin meningkat, suasana

kelaspun menjadi lebih hidup dan menyenangkan dan pada akhirnya hasil

belajar menghitung penjumlahan dan pengurangan siswa kelas III SD N I

Butuh meningkat.

b. Penerapan media abakus secara tepat dan optimal sehingga kemampuan

menghitung meningkat.

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan

calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan

meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan prestasi

dan hasil belajar siswa yang akan dicapai. Hasil belajar siswa dapat

ditingkatkan dengan menerapkan metode pembelajaran dan media yang tepat

bagi siswa.

Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti

yang diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan peneliti

untuk membantu guna dalam menghadapi permasalahan yang sejenis. Di

samping itu, perlu penelitian lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan

atau menjaga dan meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran dengan

menggunakan media abakus pada hakikatnya dapat digunakan dan

dikembangkan oleh guru yang menghadapi permasalahan yang sejenis,

terutama untuk mengatasi masalah peningkatan kemampuan menghitung

Page 84: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

siswa, yang pada umumnya dimiliki oleh sebagian besar siswa. Adapun

kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penelitian ini harus diatasi

semaksimal mungkin.

Kendala yang dihadapi dalam pembelajaran abakus antara lain, siswa

sering kali lupa meletakkan manik-manik yang sesuai dengan warnanya pada

nilai tempat, sehingga guru mengatasinya dengan memberikan kata-kata atau

himbauan pada siswa agar tidak lupa meletakkan manik-manik dan membuat

media nilai tempat dengan kertas karton yang di pajang di papan tulis. Pada

saat proses pembelajaran anak sering kali lupa menambahkan maupun

mengurangkan manik-manik saat proses menyimpan maupun meminjam.

Biasanya ketika siswa melaksanakan diskusi, siswa pun mengobrolkan hal lain

karena siswa menganggap guru kurang memperhatikan. Untuk itu guru harus

kreatif dalam mengatasi hal tersebut. Guru mengatasinya, misalnya dengan

menempatkan siswa yang sering ramai di dekat guru, guru harus sering

mendekati siswa-siswa tersebut.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan media abakus pada kelas

III SD N I Butuh tahun ajaran 2009 / 2010, maka saran-saran yang diberikan

sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu pendidikan pada

umumnya dan meningkatkan kompetensi peserta didik SD N I Butuh pada

khususnya sebagai berikut :

1. Bagi Sekolah

Penelitian dengan class-room action research membantu dalam

meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.

2. Bagi Guru

a. Untuk meningkatkan hasil belajar matematika (materi penjumlahan dan

pengurangan siswa) diharapkan menggunakan media abakus.

b. Untuk meningkatkan keaktifan, kreativitas siswa dan keefektifan

pembelajaran diharapkan menerapkan media abakus.

Page 85: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

c. Untuk memperoleh jawaban yang tepat, sesuai dengan tujuan penelitian

disarankan untuk menggali pendapat atau tanggapan siswa dengan kalimat

yang lebih mengarah pada proses pembelajaran dengan media abakus.

d. Adanya tindak lanjut terhadap penggunaan media abakus pada materi

penjumlahan dan pengurangan

3. Bagi Siswa

a. Peserta didik hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide

atau pemikiran pada proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran

dapat berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang

optimal.

b. Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya kedalam kehidupan sehari

hari.

Page 86: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

DAFTAR PUSTAKA

Arif S. Sadiman, dkk . 2009. Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan,

dan Pemanfaatannya. Jakarta :PT Raja Grafindo Persada.

Basuki Wibawa, Farida Mukti.2001. Media Pengajaran. Bandung : CV Maulana.

Didik Junaedi. 2008. Mengenal Bilangan. Jakarta: PT. Gading Inti Prima.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

bekerjasama dengan Depdikbud.

Endyah Murniati. 2007. Kesiapan Belajar Matematika di Sekolah Dasar.

Surabaya: `Surabaya Intelectual Club (SIC).

Gail A. Williams. 1983.”My Changing Perception Of Mathematics”. The

mathematics Teacher, 3, 170-172.

Gatot Muhsetyo, dkk. 2008. Pembelajaran matematika SD. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Glover, David. 2006 . Seri Ensiklopedia Anak A-Z Matematika. Bandung:

Grafindo Media Pratama.

I.G.A.K. Wardani. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Ibnu Rohmatulloh Al Hamid. 2008. Penggunaan Media Dekak-Dekak untuk

Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas II SD Negeri

Ngombakan 02 Kecamatan Polokarto Sukoharjo Tahun Pelajaran

2008/2009.Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta. UNS Surakarta.

KTSP SD/ MI 2007

Lexy J. Moleong. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Miles, Matthew B. & A. Michael Huberman. 2007. Analisis Data Kualitatif.

Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Moch Ichsan. 2003. Strategi Belajar Mengajar Matematika Di Sekolah Dasar.

Semarang : BPG.

Page 87: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

Mulyani Sumantri. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Maulana.

Mulyono Abdurrahman. 2003. Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:

Rineka Cipta.

Nyimas Aisyah, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD.

Jakarta: Dirjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional.

_____. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta : BP. Cipta Jaya.

_____.2007, Kurikulum KTSP. Jakarta : Dirjen Pendasmen Direktorat Menengah

Umum.

_____.1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

_____.2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Oemar Hamalik. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan

Sistem. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Poerwadarminta. 1983. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Ruseffendi. 1997 . Pendidikan Matematika 3. Jakarta. Universitas Terbuka.

Sarwiji Suwandi. 2008. Modul PLPG. PTK dan penulisan Karya Ilmiah.

Surakarta: Panitia Sertivikasi Guru Rayon 13.

Murray R. Spiegel. 1999. Matematika Dasar. Jakarta: Erlangga.

ST. Negoro dan B. Harahap. 1998. Mahir Aritmatika Metode Cerdas. Jakarta: Gp

Press.

Sugianto. 2007. Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui Media Dekak-

dekak. (Studi Kasus Siswa Kelas III SD Negeri Tlogolele 2 Kecamatan

Selo Kabupaten Boyolali tahun 2006/2007). Skripsi tidak diterbitkan.

Surakarta : UNS Surakarta.

Suharsimi Arikunto dan Sugiarto. 2009. Peningkatan Profesi Ilmiah Guru melalui

Penelitian Tindakan Kelas. Makalah disampaikan dalam Seminar

Nasional. Surakarta: UNS.

Sulis. 2007. Studi Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Kemampuan

Berhitung, Sumber Bahan Ajar dan Suasana Kelas di SLTP Negeri I

Ngrompol Sragen. Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta. UMS Surakarta.

Page 88: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · cara yang salah. Ilmu ini sering kali dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit ... diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menghitung penjumlahan

Syaifudin dan Muhtadi. 2009. Strategi Math Master SI Jago Matematika. Solo :

PT. Bahana Wirayuda.

Wan, Guofang. 2006."Integrating media literacy into the curriculum". Academic

Exchange Quarterly, 10.3,174-177.

Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta : Kencana.

Wulandari, Fibrianti. 2007. Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching

and Learning-CTL dalam Pemecahan Masalah Matematika terhadap

Prestasi Belajar Siswa. Skripsi tidak ditebitkan. Surakarta. UMS

Surakarta.

(http://ms.wikipedia.org/wiki/Sempoa/23/05/2009)

(http://www.google.co.id/17/105/2009)