BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/23915/2/BAB_I.pdfA. Latar Belakang...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/23915/2/BAB_I.pdfA. Latar Belakang...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pesatnya perkembangan perekonomian nasional telah menghasilkan
variasi produk barang dan/jasa yang dapat dikonsumsi. Bahkan dengan adanya
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terbukti turut mendukung perluasan
ruang gerak transaksi perdagangan barang dan/atau jasa hingga melintasi
batas-batas suatu wilayah Negara. Hal yang menarik dari berbagai transaksi
tersebut adalah banyaknya persoalan yang muncul terkait penggunaan produk
hingga kemudian menimbulkan sengketa yang harus diselesaikan oleh
masing-masing pihak.
Penyelesaian sengketa konsumen tidak menutup kemungkinan
dilakukan secara damai oleh para pihak yang bersengketa. Maksud
penyelesaian secara damai adalah penyelesaian yang dilakukan oleh kedua
belah pihak yang bersengketa (pelaku usaha dan konsumen) tanpa melalui
pengadilan atau badan penyelesaian sengketa konsumen. Disamping terkait
dengan sengketa yang di damaikan, dalam penyelesaian sengketa terkadang
membutuhkan objek tertentu untuk mencapai perdamaian, misalnya dalam hal
pemberian ganti rugi („iwadh) sesuai dengan bentuk-bentuk dan jumlah
kerugian yang dialaminya.
Berdasarkan pasal 49 ayat (1) Undang-undang Perlindungan
Konsumen N0 8 Tahun 1999 yaitu ”Pemerintah membentuk badan
2
penyelesaian sengketa konsumen di Daerah Tingkat II untuk penyelesaian
sengketa konsumen di luar pengadilan”. Badan ini merupakan peradilan kecil
(small claim court) yang melakukan persidangan dengan menghasilkan
keputusan secara cepat, sederhana, dan dengan biaya murah sesuai dengan
asas peradilan. Upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan
sebagaimana dikehendaki undang-undang, merupakan pilihan yang tepat
untuk mengedepankan penyelesaian perdamaian yang dapat memuaskan
kedua pihak. Dikatakan cepat karena menurut pasal 55 Undang-undang No 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen ialah “Badan penyelesaian
sngketa konsumen wajib mengeluarkan putusan paling lambat dalam waktu 21
(dua puluh satu) hari kerja setelah gugatan diterima”.
BPSK merupakan suatu badan yang bertugas menangani dan
menyelesaiakan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen. Lembaga yang
bertugas menyelesaiakan senketa konsumen di luar pengadilan yang
selanjutnya disebut dengan BPSK, merupakan badan publik yang menjalankan
kekuasaan kehakiman yang bersifat eksklusif di bidang perlindungan
konsumen. BPSK disebut juga institusi non struktural yang memiliki fungsi
sebagai “institusi yang menyelesaikan permasalahan konsumen diluar
pengadilan secara murah, cepat dan sederhana”. Badan ini sangat penting
dibutuhkan di daerah dan kota di seluruh Indonesia. Anggota-anggotanya
terdiri dari perwakilan aparatur pemerintah, konsumen dan pelaku usaha.
3
BPSK sebagai lembaga yang berwenang untuk menyelesaikan
sengketa konsumen di luar pengadilan BPSK.1 BPSK merupakan sebuah
lembaga yang pembentukannya diamanatkan dalam Undang-undang No. 8
tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, namun baru dapat dibentuk
secara de jure dengan keputusan Presiden RI No. 90 Tahun 2001 Tanggal 21
Juli 2001 tentang Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen yang
ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI
No. 301/MPP/Kep/10/2001 tentang Pengangkatan, Pemberhentian Anggota
dan Sekretariat Badan penyelesaian Sengketa Konsumen dan secara de facto
BPSK baru terbentuk pada tahun 2002 bersamaan dengan dilantiknya anggota
BPSK berdasarkan Kepmenperindag RI. No. 605/MPP/Kep/8/2002 tentang
Pengangkatan Anggota BPSK pada Pemerintah Kota Medan, Kota
Palembang, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota
Semarang, Kota Yogyakarta, Kota Surabaya Kota Malang, Dan Kota
Makasar.2
Menurut Pasal 3 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan
Nomor : 350/MPP/KEP/12/2001 tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Penyelesaian sengketa diluar
pengadilan (non litigasi) meliputi arbitrase, mediasi dan konsiliasi. Di dalam
penyelesaian konsumen di badan penyelesaian sengketa konsumen meliputi
1 Burhanuddin, Pemikiran Hukum Perlindungan Konsumen & Sertifikasi Halal, Malang : UIN-
MALIKI PRESS (Anggota IKAPI), 2011, Hal 65 2 Kelik Wardiono, Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Landasan Normatif Doktrin dan
Prakteknya, Surakarta : Bahan Ajar Mata Kuliah Hukum Perlindungan Konsumen Fakultas
Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2007, Hal 346
4
arbitrase, mediasi dan konsiliasi. Tetapi pada prakteknya mayoritas
menggunakan arbitrase dan mediasi dalam penyelesaian sengketa konsumen.
Arbitrase merupakan proses penyelesaian sengketa konsumen di luar
pengadilan yang dalam hal ini para pihak yang bersengketa menyerahkan
sepenuhnya penyelesaian sengketa kepada BPSK. Penyelesaian sengketa
konsumen dengan cara arbitrase dilakukan sepenuhnya dan diputuskan oleh
suatu majelis yang bertindak sebagai arbiter. Dalam penyelesaian sengketa
konsumen dengan cara arbitrase, para pihak memilih arbitor dari anggota
BPSK yang berasal dari unsur pelaku usaha dan konsumen sebagai anggota
majelis. Arbitor yang dipilih oleh para pihak, kemudian memilih arbiter ketiga
dari anggota BPSKyang berasal dari unsur pemerintah sebagai ketua majelis.
Setelah dipilih ketua majelis di dalam persidangan wajib memberikan
petunjuk kepada konsumen dan pelaku usaha, mengenai upaya hukum yang di
gunakan dalam menyelesaiakan sengketa.3
Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa konsumen di luar
pengadilan dengan perantaraan BPSK sebagai penasehat dan penyelesaiannya
diserahkan kepada para pihak. Penyelesaian sengketa dengan cara mediasi
dilakukan sendiri pleh pihak yang bersengketa dengan didampingi oleh
majelis yang bertindak aktif sebagai mediator. Mediasi merupakan proses
negosiasi penyelesaian sengketa di mana pihak ketiga tidak memihak
(impartial) bekerjasama dengan para pihak untuk mencapai kesepakatan.
Mediator dapat melakukan kaukus, yaitu proses penyelesaian sengketa dimana
3 Ibid. Hal 78
5
dalam hal-hal tertentu para pihak, baik konsumen maupun pelaku usaha
masing-masing dimediasikan secara terpisah.4
Sedangkan menurut Pasal 6 Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999
tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa bahwa apabila ada
sengketa atau beda pendapat perdata dapat diselesaikan melalui kesepakatan
yaitu melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa yakni baik dengan cara
konsultasi, mediasi, konsiliasi. Dan apabila usaha berdasarkan kesepakatan
tidak dapat dicapai maka para pihak dapat mengajukan penyelesaian sengketa
melalui lembaga arbitrase atau arbitrase ad hoc.
Jumlah kasus sengketa antara konsumen dengan perusahaan
pembiayaan atau leasing makin banyak ditangani Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen (BPSK) Kota Surakarta belakangan ini. Jika kasus
tersebut terus berlarut larut, dikhawatirkan bisa memicu konflik yang
berkepanjangan. Sejak badan tersebut kembali beroperasi pada Agustus
menerima banyak aduan dari konsumen. Dari 12 kasus yang masuk, lima di
antaranya merupakan kasus sengketa dengan leasing. Konsumen mengeluhkan
leasing yang secara sepihak menarik sepeda motor atau mobil lantaran kredit
macet. Tidak hanya itu, usai menarik barang, konsumen wajib membayarkan
sisa hutang saat itu walaupun belum jatuh tempo. Misalnya, konsumen
mengalami kredit macet pada angsuran ketiga belas dari 36 bulan. Maka, dua
bulan setelahnya angsuran akan dianggap kredit macet, motor akan ditarik.
Leasing akan mengembalikan motor asal konsumen bisa langsung melunasi
4 Ibid. Hal 76
6
angsuran sampai bulan ke-36 plus membayar denda. Namun, penarikan motor
secara sembarangan kini tidak bisa dilakukan oleh leasing. Pasalnya, telah
terbit Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No 130/PMK.010/2012. Dalam
aturan itu disebutkan, perusahaan pembiayaan tidak bisa menjadikan
kendaraan sebagai jaminan sebelum terlebih dahulu didaftarkan ke Biro
Hukum. Pendaftaran paling lambat dilakukan 30 hari setelah akad kredit.
Tanpa proses ini, leasing tidak bisa menarik barang jaminan jika sewaktu-
waktu konsumen mengalami kredit macet. Aturan ini telah diundangkan sejak
7 Agustus 2011, dan kami harap perusahaan leasing bisa menerapkan aturan
ini dengan baik. Terlebih, perusahaan sudah diberi tenggat waktu sampai dua
bulan setelahnya untuk penyesuaian diri. Dengan demikian, aturan ini berlaku
efektif 7 Oktober 2011.5
Sehubungan dengan latar belakang yang telah dituliskan, pada
dasarnya penyelesaian sengketa dilakukan untuk memberikan rasa adil kepada
kedua belah pihak, baik konsumen maupun pelaku usaha. Untuk itu penulis
ingin mengkaji lebih dalam tentang penggunaan penyelesaian sengketa dijalur
non-litigasi baik melalui Mediasi maupun Arbitrase di Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen kota Surakarta.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka penulis mencoba meninjau lebih
jauh melalui penulisan ini dengan judul “KONSUMEN DAN
PENYELESAIAN SENGKETA: Studi Tentang Pengakomodasian Asas
5 Astuti Paramita, Kasus yg masuk di BPSK Surakarta, Suara merdeka, 2011.
7
Cepat, Sederhana dan Biaya Ringan dalam Kasus Leasing di Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Surakarta”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas, maka masalah yang
akan dikaji dalam penelitian ini adalah tentang pengakomodasian asas cepat,
sederhana, murah dalam penyelesaian sengketa Leasing melalui arbitrase dan
mediasi di BPSK Kota Surakarta. Masalah tersebut untuk selanjutnya dirinci
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengakomodasian asas cepat, sederhana, biaya ringan pada
tahap pra persidangan dalam penyelesaian sengketa Leasing melalui upaya
perdamaian di BPSK Kota Surakarta?
2. Bagaimanakah pengakomodasian asas cepat, sederhana, biaya ringan pada
tahap persidangan dalam sengketa Leasing melalui Mediasi dan Arbitrase
di BPSK Kota Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
1. Untuk mendiskripsikan pengakomodasian asas cepat, sederhana, biaya
ringan pada tahap pra sidang dalam penyelesaian sengketa Leasing melalui
upaya perdamaian di BPSK Kota Surakarta.
8
2. Untuk mengetahui tentang pengakomodasian asas cepat, sederhana, biaya
ringan pada tahap persidangan dalam sengketa Leasing melalui Mediasi
dan Arbitrase di BPSK Kota Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini, kegunaan utama dari penelitian ini diharapkan
tercapai, yaitu :
1. Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang
pengakomodasian asas cepat, sederhana, biaya ringan pada tahap pra
persidangan dalam penyelesaian sengketa Leasing melalui upaya
perdamaian di BPSK Kota Surakarta.
2. Untuk menambah pengetahuan tentang pengakomodasian asas cepat,
sederhana, biaya ringan pada tahap persidangan dalam sengketa Leasing
melalui Mediasi dan Arbitrase di BPSK Kota Surakarta
E. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu metode cara kerja untuk dapat
memahami obyek yang menjadi sasaran yang menjadi ilmu pengetahuan yang
bersangkutan. Sedangkan metode adalah pedoman cara seorang ilmuwan
mempelajari dan memahami lingkungan-lingkungan yang dipahami.6
6 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : UI Pres, 1986, Hal 67
9
1. Metode Pendekatan
Untuk dapat memperoleh keterangan yang lengkap, sistematis serta
dapat dipertanggung jawabkan. Maka diperlukan suatu metode penelitian
guna memberikan arah dalam pelaksanaan penelitian. Penelitian ini
mendasarkan pada penelitian hukum yang dilakukan dengan pendekatan
doktrinal. Karena dalam penelitian ini hukum dikonsepkan sebagai hukum
Negara. Hukum dipandang sebagai norma-norma positif dalam sistem
Perundang-undangan Nasional.7
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian hukum in-
concreto, karena penelitian ini mendasarkan pada bahan pustaka atau data
sekunder kalaupun menggunakan data primer hanya sebagai data
pendukung dari data sekunder, yang dalam hal ini dicari adalah berkas-
berkas pra persidangan yang menyelesaikan sengketa Leasing. Bahan-
bahan tersebut disusun secara sistematis, dikaji, serta kemudian ditarik
suatu kesimpulan dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti untuk
menemukan hukum in-concreto berdasarkan peraturan perundangan yang
berlaku.8
2. Jenis Penelitian
Dalam kajian penelitian ini lebih bersifat deskriptif, karena
penelitian ini bermaksud untuk memberikan gambaran data secara jelas
dan sistematis.9 Tentang penyelesaian sengketa konsumen dalam sengketa
7 Khudzaifah Dimyati, Kelik Wardiono, Metode Penelitian Hukum, Surakarta : Buku pegangan
kuliah Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2004, Hal 10 8 Kelik Wardiono. Metodologi Penelitian Hukum. Surakarta: FH UMS. 2005. Hal 10
9Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : UI Pres, 1986. Hal 10
10
Leasing yang penyelesaiannya menggunakan arbitrase dan mediasi yang
masuk di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen di kota Surakarta tahun
2011 sampai dengan 2012.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen kota Surakarta. Karena di dalam Undang-undang Nomor 8
Tahun 1999 telah dijelaskan pada pasal 49 ayat (1) yaitu ”Pemerintah
membentuk badan penyelesaian sengketa konsumen di Daerah Tingkat II
untuk penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan”. Dan menurut
Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 2008 telah ditetapkan kota Surakarta
sebagai daerah Tingkat II untuk berdirinya BPSK dalam penyelesaian
sengketa konsumen serta dikukuhkan dengan Keputusan Menteri
Perdagangan (Kepmendag) Nomor: 33/M-DAG/KEP/I/2011 tertanggal 13
Januari 2011 tentang Pengangkatan Anggota BPSK pada Pemerintahan
Kota Surakarta. Maka penulis memilih lokasi penelitian ini karena
merupakan intitusi baru yang belum banyak dilakukan penelitian yang
mengkaji tentang penyelesaian sengketa konsumen di BPSK Kota
Surakarta.
4. Jenis dan Sumber Data
Dalam penyajian data dari penulisan skripsi ini penulis akan
menggunakan data sekunder. Data yang disajikan dalam penelitian ini
diperoleh dari sumber-sumber data yang meliputi keputusan BPSK dalam
berkas pra persidangan yang penyelesaiannya melalui Mediasi dan
11
Arbitrase di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Surakarta
yakni
a. Dalam penyelesaian sengketa melalui Mediasi : Nomor 002-
5/JF/IX/2011/BPSK.Ska; Nomor 001-07/JF/X/2011/BPAK.Ska;
Nomor 001-01/JL/I/2012/BPSK.Ska; Nomor 002-
02/JL/I/2012/BPSK.Ska; Nomor 003-03/JL/I/2012/BPSK.Ska
b. Dalam penyelesaian sengketa melalui Arbitrase : Nomor
001/JF/VII/2011/Bpsk.Ska; Nomor 02-06/LS/IV/2012/BPSK.Ska
5. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan hal yang sangat erat hubungannya
dengan sumber daya, karena melalui pengumpulan data ini akan diperoleh
data yang diperlukan untuk selanjutnya dianalisis sesuai dengan yang
diharapkan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam penelitian ini
penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :
a. Studi Kepustakaan
Studi ini dipergunakan untuk mengumpulkan data sekunder,
yang dilakukan dengan cara, mancari, mencatat, menginventarisir, dan
mempelajari data-data sekunder yang berhubungan erat dengan pokok
permasalahan. Adapun instrumen pengumpulan yang digunakan
berupa form dokumentasi, yaitu suatu alat pengumpulan data sekunder
yang berbentuk format-format khusus, yang dibuat untuk menampung
12
segala macam data yang diperoleh selama kajian. Wawancara
(interview)
b. Wawancara (interview)
Metode ini dipergunakan untuk mengumpulkan data primer
yang dilakukan dengan cara wawancara secara bebas terpimpin. Data
ini berfungsi untuk memperjelas maksud dari data sekunder. Disini
Pihak-pihak yang berwenang dan memahami masalah yang sedang
diteliti yaitu Ketua dan Sekertaris Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen di kota Surakarta.
6. Teknik Analisis Data
Sesuai dengan metode pendekatan yang digunakan, maka dalam
penelitian ini data yang sudah diolah akan dianalisis dengan secara
deduktif. Yaitu tentang bagaimana proses pra persidangan dan proses
persidangan yang dilakukan dalam penyelesaian sengketa konsumen
melalui mediasi dan arbitrase di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
kota Surakarta. Selanjutnya dihubungkan dengan norma-norma hukum,
doktrin-doktrin hukum dan teori ilmu hukum yang ada kemudian
membandingkan dengan hukum in-abstractonya.Sehingga pada tahap
akhirnya kita dapat mengetahui, bagaimanakah hukum secara faktual,
mengatur masalah yang tengah diteliti (hukum in-concreto).10
10
Ibid. Hal 30
13
F. Sistematika Skripsi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Perumusan masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat penelitian
E. Metode penelitian
1. Metode Pendekatan
2. Jenis Penelitian
3. Jenis dan Sumber data
4. Teknik Pengumpulan Data
5. Teknik Analisis Data
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Konsumen dan Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen Dalam Penyelesaian Sengketa
Konsumen
1. Pengertian Perlindungan Konsumen
2. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen
3. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
4. Sengketa Konsumen Menurut UU No.8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen
14
B. Tinjauan Umum tentang perjanjian Leasing
1. Pihak-pihak dalam perjanjian Leasing
2. Perjanjian Para Pihak
3. Hubungan para pihak dalam perjanjian Leasing
C. Tinjauan Umum Tentang Mediasi
1. Pengertian Mediasi
2. Pihak-pihak yang berperan dalam menyelesaikan perkara
3. Cara dan Putusan mediasi
D. Tinjauan Umum Tentang Arbitrase
1. Pengertian arbitrase
2. Pihak-pihak yang berperan dalam menyelesaikan perkara
3. Perjanjian para pihak dalam penyelesaian arbitrase
4. Proses penyelesaian sengketa
1) Penyampaian tuntutan pemohon dan termohon
2) Jawab menjawab
3) Pembuktian
4) Putusan
5) Pelaksanaan putusan
E. Tinjauan Umum Tentang Pengertian Asas Cepat, Sederhana dan Biaya
Ringan Dalam Penerapan Proses Mediasi dan Arbitrase
1. Asas Sederhana
2. Asas Cepat
3. Asas Biaya Ringan
15
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-saran