BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/23915/2/BAB_I.pdfA. Latar Belakang...

15
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan perekonomian nasional telah menghasilkan variasi produk barang dan/jasa yang dapat dikonsumsi. Bahkan dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terbukti turut mendukung perluasan ruang gerak transaksi perdagangan barang dan/atau jasa hingga melintasi batas-batas suatu wilayah Negara. Hal yang menarik dari berbagai transaksi tersebut adalah banyaknya persoalan yang muncul terkait penggunaan produk hingga kemudian menimbulkan sengketa yang harus diselesaikan oleh masing-masing pihak. Penyelesaian sengketa konsumen tidak menutup kemungkinan dilakukan secara damai oleh para pihak yang bersengketa. Maksud penyelesaian secara damai adalah penyelesaian yang dilakukan oleh kedua belah pihak yang bersengketa (pelaku usaha dan konsumen) tanpa melalui pengadilan atau badan penyelesaian sengketa konsumen. Disamping terkait dengan sengketa yang di damaikan, dalam penyelesaian sengketa terkadang membutuhkan objek tertentu untuk mencapai perdamaian, misalnya dalam hal pemberian ganti rugi („iwadh) sesuai dengan bentuk-bentuk dan jumlah kerugian yang dialaminya. Berdasarkan pasal 49 ayat (1) Undang-undang Perlindungan Konsumen N0 8 Tahun 1999 yaitu ”Pemerintah membentuk badan

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/23915/2/BAB_I.pdfA. Latar Belakang...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/23915/2/BAB_I.pdfA. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan perekonomian nasional telah menghasilkan variasi produk

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pesatnya perkembangan perekonomian nasional telah menghasilkan

variasi produk barang dan/jasa yang dapat dikonsumsi. Bahkan dengan adanya

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terbukti turut mendukung perluasan

ruang gerak transaksi perdagangan barang dan/atau jasa hingga melintasi

batas-batas suatu wilayah Negara. Hal yang menarik dari berbagai transaksi

tersebut adalah banyaknya persoalan yang muncul terkait penggunaan produk

hingga kemudian menimbulkan sengketa yang harus diselesaikan oleh

masing-masing pihak.

Penyelesaian sengketa konsumen tidak menutup kemungkinan

dilakukan secara damai oleh para pihak yang bersengketa. Maksud

penyelesaian secara damai adalah penyelesaian yang dilakukan oleh kedua

belah pihak yang bersengketa (pelaku usaha dan konsumen) tanpa melalui

pengadilan atau badan penyelesaian sengketa konsumen. Disamping terkait

dengan sengketa yang di damaikan, dalam penyelesaian sengketa terkadang

membutuhkan objek tertentu untuk mencapai perdamaian, misalnya dalam hal

pemberian ganti rugi („iwadh) sesuai dengan bentuk-bentuk dan jumlah

kerugian yang dialaminya.

Berdasarkan pasal 49 ayat (1) Undang-undang Perlindungan

Konsumen N0 8 Tahun 1999 yaitu ”Pemerintah membentuk badan

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/23915/2/BAB_I.pdfA. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan perekonomian nasional telah menghasilkan variasi produk

2

penyelesaian sengketa konsumen di Daerah Tingkat II untuk penyelesaian

sengketa konsumen di luar pengadilan”. Badan ini merupakan peradilan kecil

(small claim court) yang melakukan persidangan dengan menghasilkan

keputusan secara cepat, sederhana, dan dengan biaya murah sesuai dengan

asas peradilan. Upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan

sebagaimana dikehendaki undang-undang, merupakan pilihan yang tepat

untuk mengedepankan penyelesaian perdamaian yang dapat memuaskan

kedua pihak. Dikatakan cepat karena menurut pasal 55 Undang-undang No 8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen ialah “Badan penyelesaian

sngketa konsumen wajib mengeluarkan putusan paling lambat dalam waktu 21

(dua puluh satu) hari kerja setelah gugatan diterima”.

BPSK merupakan suatu badan yang bertugas menangani dan

menyelesaiakan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen. Lembaga yang

bertugas menyelesaiakan senketa konsumen di luar pengadilan yang

selanjutnya disebut dengan BPSK, merupakan badan publik yang menjalankan

kekuasaan kehakiman yang bersifat eksklusif di bidang perlindungan

konsumen. BPSK disebut juga institusi non struktural yang memiliki fungsi

sebagai “institusi yang menyelesaikan permasalahan konsumen diluar

pengadilan secara murah, cepat dan sederhana”. Badan ini sangat penting

dibutuhkan di daerah dan kota di seluruh Indonesia. Anggota-anggotanya

terdiri dari perwakilan aparatur pemerintah, konsumen dan pelaku usaha.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/23915/2/BAB_I.pdfA. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan perekonomian nasional telah menghasilkan variasi produk

3

BPSK sebagai lembaga yang berwenang untuk menyelesaikan

sengketa konsumen di luar pengadilan BPSK.1 BPSK merupakan sebuah

lembaga yang pembentukannya diamanatkan dalam Undang-undang No. 8

tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, namun baru dapat dibentuk

secara de jure dengan keputusan Presiden RI No. 90 Tahun 2001 Tanggal 21

Juli 2001 tentang Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen yang

ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI

No. 301/MPP/Kep/10/2001 tentang Pengangkatan, Pemberhentian Anggota

dan Sekretariat Badan penyelesaian Sengketa Konsumen dan secara de facto

BPSK baru terbentuk pada tahun 2002 bersamaan dengan dilantiknya anggota

BPSK berdasarkan Kepmenperindag RI. No. 605/MPP/Kep/8/2002 tentang

Pengangkatan Anggota BPSK pada Pemerintah Kota Medan, Kota

Palembang, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota

Semarang, Kota Yogyakarta, Kota Surabaya Kota Malang, Dan Kota

Makasar.2

Menurut Pasal 3 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan

Nomor : 350/MPP/KEP/12/2001 tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang

Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Penyelesaian sengketa diluar

pengadilan (non litigasi) meliputi arbitrase, mediasi dan konsiliasi. Di dalam

penyelesaian konsumen di badan penyelesaian sengketa konsumen meliputi

1 Burhanuddin, Pemikiran Hukum Perlindungan Konsumen & Sertifikasi Halal, Malang : UIN-

MALIKI PRESS (Anggota IKAPI), 2011, Hal 65 2 Kelik Wardiono, Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Landasan Normatif Doktrin dan

Prakteknya, Surakarta : Bahan Ajar Mata Kuliah Hukum Perlindungan Konsumen Fakultas

Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2007, Hal 346

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/23915/2/BAB_I.pdfA. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan perekonomian nasional telah menghasilkan variasi produk

4

arbitrase, mediasi dan konsiliasi. Tetapi pada prakteknya mayoritas

menggunakan arbitrase dan mediasi dalam penyelesaian sengketa konsumen.

Arbitrase merupakan proses penyelesaian sengketa konsumen di luar

pengadilan yang dalam hal ini para pihak yang bersengketa menyerahkan

sepenuhnya penyelesaian sengketa kepada BPSK. Penyelesaian sengketa

konsumen dengan cara arbitrase dilakukan sepenuhnya dan diputuskan oleh

suatu majelis yang bertindak sebagai arbiter. Dalam penyelesaian sengketa

konsumen dengan cara arbitrase, para pihak memilih arbitor dari anggota

BPSK yang berasal dari unsur pelaku usaha dan konsumen sebagai anggota

majelis. Arbitor yang dipilih oleh para pihak, kemudian memilih arbiter ketiga

dari anggota BPSKyang berasal dari unsur pemerintah sebagai ketua majelis.

Setelah dipilih ketua majelis di dalam persidangan wajib memberikan

petunjuk kepada konsumen dan pelaku usaha, mengenai upaya hukum yang di

gunakan dalam menyelesaiakan sengketa.3

Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa konsumen di luar

pengadilan dengan perantaraan BPSK sebagai penasehat dan penyelesaiannya

diserahkan kepada para pihak. Penyelesaian sengketa dengan cara mediasi

dilakukan sendiri pleh pihak yang bersengketa dengan didampingi oleh

majelis yang bertindak aktif sebagai mediator. Mediasi merupakan proses

negosiasi penyelesaian sengketa di mana pihak ketiga tidak memihak

(impartial) bekerjasama dengan para pihak untuk mencapai kesepakatan.

Mediator dapat melakukan kaukus, yaitu proses penyelesaian sengketa dimana

3 Ibid. Hal 78

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/23915/2/BAB_I.pdfA. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan perekonomian nasional telah menghasilkan variasi produk

5

dalam hal-hal tertentu para pihak, baik konsumen maupun pelaku usaha

masing-masing dimediasikan secara terpisah.4

Sedangkan menurut Pasal 6 Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999

tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa bahwa apabila ada

sengketa atau beda pendapat perdata dapat diselesaikan melalui kesepakatan

yaitu melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa yakni baik dengan cara

konsultasi, mediasi, konsiliasi. Dan apabila usaha berdasarkan kesepakatan

tidak dapat dicapai maka para pihak dapat mengajukan penyelesaian sengketa

melalui lembaga arbitrase atau arbitrase ad hoc.

Jumlah kasus sengketa antara konsumen dengan perusahaan

pembiayaan atau leasing makin banyak ditangani Badan Penyelesaian

Sengketa Konsumen (BPSK) Kota Surakarta belakangan ini. Jika kasus

tersebut terus berlarut larut, dikhawatirkan bisa memicu konflik yang

berkepanjangan. Sejak badan tersebut kembali beroperasi pada Agustus

menerima banyak aduan dari konsumen. Dari 12 kasus yang masuk, lima di

antaranya merupakan kasus sengketa dengan leasing. Konsumen mengeluhkan

leasing yang secara sepihak menarik sepeda motor atau mobil lantaran kredit

macet. Tidak hanya itu, usai menarik barang, konsumen wajib membayarkan

sisa hutang saat itu walaupun belum jatuh tempo. Misalnya, konsumen

mengalami kredit macet pada angsuran ketiga belas dari 36 bulan. Maka, dua

bulan setelahnya angsuran akan dianggap kredit macet, motor akan ditarik.

Leasing akan mengembalikan motor asal konsumen bisa langsung melunasi

4 Ibid. Hal 76

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/23915/2/BAB_I.pdfA. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan perekonomian nasional telah menghasilkan variasi produk

6

angsuran sampai bulan ke-36 plus membayar denda. Namun, penarikan motor

secara sembarangan kini tidak bisa dilakukan oleh leasing. Pasalnya, telah

terbit Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No 130/PMK.010/2012. Dalam

aturan itu disebutkan, perusahaan pembiayaan tidak bisa menjadikan

kendaraan sebagai jaminan sebelum terlebih dahulu didaftarkan ke Biro

Hukum. Pendaftaran paling lambat dilakukan 30 hari setelah akad kredit.

Tanpa proses ini, leasing tidak bisa menarik barang jaminan jika sewaktu-

waktu konsumen mengalami kredit macet. Aturan ini telah diundangkan sejak

7 Agustus 2011, dan kami harap perusahaan leasing bisa menerapkan aturan

ini dengan baik. Terlebih, perusahaan sudah diberi tenggat waktu sampai dua

bulan setelahnya untuk penyesuaian diri. Dengan demikian, aturan ini berlaku

efektif 7 Oktober 2011.5

Sehubungan dengan latar belakang yang telah dituliskan, pada

dasarnya penyelesaian sengketa dilakukan untuk memberikan rasa adil kepada

kedua belah pihak, baik konsumen maupun pelaku usaha. Untuk itu penulis

ingin mengkaji lebih dalam tentang penggunaan penyelesaian sengketa dijalur

non-litigasi baik melalui Mediasi maupun Arbitrase di Badan Penyelesaian

Sengketa Konsumen kota Surakarta.

Berdasarkan hal-hal tersebut maka penulis mencoba meninjau lebih

jauh melalui penulisan ini dengan judul “KONSUMEN DAN

PENYELESAIAN SENGKETA: Studi Tentang Pengakomodasian Asas

5 Astuti Paramita, Kasus yg masuk di BPSK Surakarta, Suara merdeka, 2011.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/23915/2/BAB_I.pdfA. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan perekonomian nasional telah menghasilkan variasi produk

7

Cepat, Sederhana dan Biaya Ringan dalam Kasus Leasing di Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Surakarta”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas, maka masalah yang

akan dikaji dalam penelitian ini adalah tentang pengakomodasian asas cepat,

sederhana, murah dalam penyelesaian sengketa Leasing melalui arbitrase dan

mediasi di BPSK Kota Surakarta. Masalah tersebut untuk selanjutnya dirinci

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengakomodasian asas cepat, sederhana, biaya ringan pada

tahap pra persidangan dalam penyelesaian sengketa Leasing melalui upaya

perdamaian di BPSK Kota Surakarta?

2. Bagaimanakah pengakomodasian asas cepat, sederhana, biaya ringan pada

tahap persidangan dalam sengketa Leasing melalui Mediasi dan Arbitrase

di BPSK Kota Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk mendiskripsikan pengakomodasian asas cepat, sederhana, biaya

ringan pada tahap pra sidang dalam penyelesaian sengketa Leasing melalui

upaya perdamaian di BPSK Kota Surakarta.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/23915/2/BAB_I.pdfA. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan perekonomian nasional telah menghasilkan variasi produk

8

2. Untuk mengetahui tentang pengakomodasian asas cepat, sederhana, biaya

ringan pada tahap persidangan dalam sengketa Leasing melalui Mediasi

dan Arbitrase di BPSK Kota Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, kegunaan utama dari penelitian ini diharapkan

tercapai, yaitu :

1. Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang

pengakomodasian asas cepat, sederhana, biaya ringan pada tahap pra

persidangan dalam penyelesaian sengketa Leasing melalui upaya

perdamaian di BPSK Kota Surakarta.

2. Untuk menambah pengetahuan tentang pengakomodasian asas cepat,

sederhana, biaya ringan pada tahap persidangan dalam sengketa Leasing

melalui Mediasi dan Arbitrase di BPSK Kota Surakarta

E. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu metode cara kerja untuk dapat

memahami obyek yang menjadi sasaran yang menjadi ilmu pengetahuan yang

bersangkutan. Sedangkan metode adalah pedoman cara seorang ilmuwan

mempelajari dan memahami lingkungan-lingkungan yang dipahami.6

6 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : UI Pres, 1986, Hal 67

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/23915/2/BAB_I.pdfA. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan perekonomian nasional telah menghasilkan variasi produk

9

1. Metode Pendekatan

Untuk dapat memperoleh keterangan yang lengkap, sistematis serta

dapat dipertanggung jawabkan. Maka diperlukan suatu metode penelitian

guna memberikan arah dalam pelaksanaan penelitian. Penelitian ini

mendasarkan pada penelitian hukum yang dilakukan dengan pendekatan

doktrinal. Karena dalam penelitian ini hukum dikonsepkan sebagai hukum

Negara. Hukum dipandang sebagai norma-norma positif dalam sistem

Perundang-undangan Nasional.7

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian hukum in-

concreto, karena penelitian ini mendasarkan pada bahan pustaka atau data

sekunder kalaupun menggunakan data primer hanya sebagai data

pendukung dari data sekunder, yang dalam hal ini dicari adalah berkas-

berkas pra persidangan yang menyelesaikan sengketa Leasing. Bahan-

bahan tersebut disusun secara sistematis, dikaji, serta kemudian ditarik

suatu kesimpulan dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti untuk

menemukan hukum in-concreto berdasarkan peraturan perundangan yang

berlaku.8

2. Jenis Penelitian

Dalam kajian penelitian ini lebih bersifat deskriptif, karena

penelitian ini bermaksud untuk memberikan gambaran data secara jelas

dan sistematis.9 Tentang penyelesaian sengketa konsumen dalam sengketa

7 Khudzaifah Dimyati, Kelik Wardiono, Metode Penelitian Hukum, Surakarta : Buku pegangan

kuliah Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2004, Hal 10 8 Kelik Wardiono. Metodologi Penelitian Hukum. Surakarta: FH UMS. 2005. Hal 10

9Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : UI Pres, 1986. Hal 10

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/23915/2/BAB_I.pdfA. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan perekonomian nasional telah menghasilkan variasi produk

10

Leasing yang penyelesaiannya menggunakan arbitrase dan mediasi yang

masuk di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen di kota Surakarta tahun

2011 sampai dengan 2012.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen kota Surakarta. Karena di dalam Undang-undang Nomor 8

Tahun 1999 telah dijelaskan pada pasal 49 ayat (1) yaitu ”Pemerintah

membentuk badan penyelesaian sengketa konsumen di Daerah Tingkat II

untuk penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan”. Dan menurut

Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 2008 telah ditetapkan kota Surakarta

sebagai daerah Tingkat II untuk berdirinya BPSK dalam penyelesaian

sengketa konsumen serta dikukuhkan dengan Keputusan Menteri

Perdagangan (Kepmendag) Nomor: 33/M-DAG/KEP/I/2011 tertanggal 13

Januari 2011 tentang Pengangkatan Anggota BPSK pada Pemerintahan

Kota Surakarta. Maka penulis memilih lokasi penelitian ini karena

merupakan intitusi baru yang belum banyak dilakukan penelitian yang

mengkaji tentang penyelesaian sengketa konsumen di BPSK Kota

Surakarta.

4. Jenis dan Sumber Data

Dalam penyajian data dari penulisan skripsi ini penulis akan

menggunakan data sekunder. Data yang disajikan dalam penelitian ini

diperoleh dari sumber-sumber data yang meliputi keputusan BPSK dalam

berkas pra persidangan yang penyelesaiannya melalui Mediasi dan

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/23915/2/BAB_I.pdfA. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan perekonomian nasional telah menghasilkan variasi produk

11

Arbitrase di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Surakarta

yakni

a. Dalam penyelesaian sengketa melalui Mediasi : Nomor 002-

5/JF/IX/2011/BPSK.Ska; Nomor 001-07/JF/X/2011/BPAK.Ska;

Nomor 001-01/JL/I/2012/BPSK.Ska; Nomor 002-

02/JL/I/2012/BPSK.Ska; Nomor 003-03/JL/I/2012/BPSK.Ska

b. Dalam penyelesaian sengketa melalui Arbitrase : Nomor

001/JF/VII/2011/Bpsk.Ska; Nomor 02-06/LS/IV/2012/BPSK.Ska

5. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan hal yang sangat erat hubungannya

dengan sumber daya, karena melalui pengumpulan data ini akan diperoleh

data yang diperlukan untuk selanjutnya dianalisis sesuai dengan yang

diharapkan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam penelitian ini

penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :

a. Studi Kepustakaan

Studi ini dipergunakan untuk mengumpulkan data sekunder,

yang dilakukan dengan cara, mancari, mencatat, menginventarisir, dan

mempelajari data-data sekunder yang berhubungan erat dengan pokok

permasalahan. Adapun instrumen pengumpulan yang digunakan

berupa form dokumentasi, yaitu suatu alat pengumpulan data sekunder

yang berbentuk format-format khusus, yang dibuat untuk menampung

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/23915/2/BAB_I.pdfA. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan perekonomian nasional telah menghasilkan variasi produk

12

segala macam data yang diperoleh selama kajian. Wawancara

(interview)

b. Wawancara (interview)

Metode ini dipergunakan untuk mengumpulkan data primer

yang dilakukan dengan cara wawancara secara bebas terpimpin. Data

ini berfungsi untuk memperjelas maksud dari data sekunder. Disini

Pihak-pihak yang berwenang dan memahami masalah yang sedang

diteliti yaitu Ketua dan Sekertaris Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen di kota Surakarta.

6. Teknik Analisis Data

Sesuai dengan metode pendekatan yang digunakan, maka dalam

penelitian ini data yang sudah diolah akan dianalisis dengan secara

deduktif. Yaitu tentang bagaimana proses pra persidangan dan proses

persidangan yang dilakukan dalam penyelesaian sengketa konsumen

melalui mediasi dan arbitrase di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen

kota Surakarta. Selanjutnya dihubungkan dengan norma-norma hukum,

doktrin-doktrin hukum dan teori ilmu hukum yang ada kemudian

membandingkan dengan hukum in-abstractonya.Sehingga pada tahap

akhirnya kita dapat mengetahui, bagaimanakah hukum secara faktual,

mengatur masalah yang tengah diteliti (hukum in-concreto).10

10

Ibid. Hal 30

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/23915/2/BAB_I.pdfA. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan perekonomian nasional telah menghasilkan variasi produk

13

F. Sistematika Skripsi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Perumusan masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat penelitian

E. Metode penelitian

1. Metode Pendekatan

2. Jenis Penelitian

3. Jenis dan Sumber data

4. Teknik Pengumpulan Data

5. Teknik Analisis Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Konsumen dan Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen Dalam Penyelesaian Sengketa

Konsumen

1. Pengertian Perlindungan Konsumen

2. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen

3. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen

4. Sengketa Konsumen Menurut UU No.8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/23915/2/BAB_I.pdfA. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan perekonomian nasional telah menghasilkan variasi produk

14

B. Tinjauan Umum tentang perjanjian Leasing

1. Pihak-pihak dalam perjanjian Leasing

2. Perjanjian Para Pihak

3. Hubungan para pihak dalam perjanjian Leasing

C. Tinjauan Umum Tentang Mediasi

1. Pengertian Mediasi

2. Pihak-pihak yang berperan dalam menyelesaikan perkara

3. Cara dan Putusan mediasi

D. Tinjauan Umum Tentang Arbitrase

1. Pengertian arbitrase

2. Pihak-pihak yang berperan dalam menyelesaikan perkara

3. Perjanjian para pihak dalam penyelesaian arbitrase

4. Proses penyelesaian sengketa

1) Penyampaian tuntutan pemohon dan termohon

2) Jawab menjawab

3) Pembuktian

4) Putusan

5) Pelaksanaan putusan

E. Tinjauan Umum Tentang Pengertian Asas Cepat, Sederhana dan Biaya

Ringan Dalam Penerapan Proses Mediasi dan Arbitrase

1. Asas Sederhana

2. Asas Cepat

3. Asas Biaya Ringan

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/23915/2/BAB_I.pdfA. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan perekonomian nasional telah menghasilkan variasi produk

15

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran-saran