BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/9652/2/Novita Januar Setiyani BAB...

18
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1 miliar yang terdiri dari 47% pria, 12% wanita dan 41% anak- anak. Pada tahun 2030, jumlah perokok diperkirakan terus meningkat dan sebagian besar adalah orang-orang dari kalangan negara berkembang. Menurut Report on Global Tobacco Epidemic WHO tahun 2008, jumlah perokok di dunia mencapai 1,3 milyar orang. China menduduki peringkat pertama negara dengan perokok terbesar di dunia sebanyak 30%, diikuti dengan India 11,2%, Indonesia berada di peringkat ketiga sebanyak 4,8%, kemudian Rusia dan Amerika masing – masing dengan prosentase 4,8% dan 4,5%. Report on the Global Tobacco Epidemic WHO tahun 2013 menyebutkan bahwa prevalensi perilaku merokok orang dewasa per hari yang diambil selama tahun 2011, China menunjukkan jumlah perokok sebanyak 23%, India 12% dan Indonesia 29%. Riset Kesehatan Dasar Nasional (RISKESDAS, 2010) menyebutkan bahwa rata - rata jumlah batang rokok yang dihisap tiap hari oleh lebih dari separuh perokok di Indonesia adalah 1-10 batang dan sekitar 20% sebanyak 11-20 batang per hari. Prevalensi berikutnya yang merokok rata - rata 21-30 batang per hari dan lebih dari 30 batang per hari masing - masing sebanyak 4,7% dan 2,1%. Penduduk yang merokok 1- 10 Pemberian Cold Pressor..., Novita Januar Setiyani, Fakultas Ilmu KEsehatan UMP, 2018

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/9652/2/Novita Januar Setiyani BAB...

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009

mencapai 1,1 miliar yang terdiri dari 47% pria, 12% wanita dan 41% anak-

anak. Pada tahun 2030, jumlah perokok diperkirakan terus meningkat dan

sebagian besar adalah orang-orang dari kalangan negara berkembang.

Menurut Report on Global Tobacco Epidemic WHO tahun 2008, jumlah

perokok di dunia mencapai 1,3 milyar orang. China menduduki peringkat

pertama negara dengan perokok terbesar di dunia sebanyak 30%, diikuti

dengan India 11,2%, Indonesia berada di peringkat ketiga sebanyak 4,8%,

kemudian Rusia dan Amerika masing – masing dengan prosentase 4,8%

dan 4,5%. Report on the Global Tobacco Epidemic WHO tahun 2013

menyebutkan bahwa prevalensi perilaku merokok orang dewasa per hari

yang diambil selama tahun 2011, China menunjukkan jumlah perokok

sebanyak 23%, India 12% dan Indonesia 29%.

Riset Kesehatan Dasar Nasional (RISKESDAS, 2010)

menyebutkan bahwa rata - rata jumlah batang rokok yang dihisap tiap hari

oleh lebih dari separuh perokok di Indonesia adalah 1-10 batang dan

sekitar 20% sebanyak 11-20 batang per hari. Prevalensi berikutnya yang

merokok rata - rata 21-30 batang per hari dan lebih dari 30 batang per hari

masing - masing sebanyak 4,7% dan 2,1%. Penduduk yang merokok 1- 10

Pemberian Cold Pressor..., Novita Januar Setiyani, Fakultas Ilmu KEsehatan UMP, 2018

batang per hari paling tinggi dijumpai di Maluku (69,4%), disusul oleh

Nusa Tenggara Timur (68,7%), Bali (67,8%), DI Yogyakarta (66,3%), dan

Jawa Tengah (62,7%).

Merokok juga meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan

oksigen otot jantung sehingga terbukti merupakan salah satu faktor risiko

yang terbesar untuk kematian mendadak melalui Penyakit Jantung

Koroner (PJK). Risiko terjadinya PJK ini meningkat 2-4 kali pada perokok

dibandingkan dengan bukan perokok.

Asap rokok mengandung banyak racun yang berbahaya bagi

kesehatan, yaitu lebih dari 4.000 macam racun yang 69 di antaranya

bersifat karsinogenik yaitu zat yang menyebabkan kanker bagi manusia.

Asap rokok sama berbahayanya bagi perokok pasif maupun bagi perokok

aktif itu sendiri. Beberapa zat paling dominan adalah tar dan nikotin.

Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih

dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg (Muttaqin,

2012). Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah

dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu

periode. Menurut WHO, hipertensi merupakan peningkatan tekanan

sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan

diastolik lebih besar atau sama dengan 95 mmHg. Hipertensi

dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95-100

mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya 105 dan 114

mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg

Pemberian Cold Pressor..., Novita Januar Setiyani, Fakultas Ilmu KEsehatan UMP, 2018

atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan diastoliknya karena

dianggap lebih serius dari pada peningkatan sistolik (Sujono, 2011).

Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan angka prevalensi hipertensi

secara nasional (25,8%), jika dibanding hasil riskesda tahun

2007 (31,7/1000) menunjukkan adanya penurunan angka prevalensi,

namun hal ini tetap perlu di waspadai mengingat hipertensi

merupakan salah satu faktor risiko penyakit degeneratif antara lain

penyakit jantung, stroke dan penyakit pembuluh darah lainnya.

Berdasarkan data tersebut dari 25,8% orang yang mengalami hipertensi

hanya 1/3 yang terdiagnosis, sisanya 2/3 tidak terdiagnosis. Data

menunjukkan hanya 0,7% orang yang terdiagnosis tekanan darah tinggi

minum obat Hipertensi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar

penderita Hipertensi tidak menyadari menderita Hipertensi ataupun

mendapatkan pengobatan.

Hipertensi yang tidak mendapat penanganan yang baik

menyebabkan komplikasi seperti Stroke, Penyakit Jantung Koroner,

Diabetes, Gagal Ginjal dan Kebutaan. Stroke (51%) dan Penyakit Jantung

Koroner (45%) merupakan penyebab kematian tertinggi. Kerusakan organ

target akibat komplikasi Hipertensi akan tergantung kepada besarnya

peningkatan tekanan darah dan lamanya kondisi tekanan darah yang tidak

terdiagnosis dan tidak diobati. Organ-organ tubuh yang menjadi target

antara lain otak, mata, jantung, ginjal, dan dapat juga berakibat kepada

pembuluh darah arteri perifer itu sendiri.

Pemberian Cold Pressor..., Novita Januar Setiyani, Fakultas Ilmu KEsehatan UMP, 2018

Jumlah penduduk berisiko (> 18th) yang dilakukan pengukuran

tekanan darah pada tahun 2016 tercatat sebanyak 5.292.052 atau 20,16

persen. Dari hasil pengukuran tekanan darah, sebanyak 611.358 orang

atau 11,55 persen dinyatakan hipertensi/tekanan darah tinggi. Berdasarkan

jenis kelamin, persentase hipertensi pada kelompok perempuan sebesar

11,85 persen, lebih tinggi dibanding pada kelompok laki-laki yaitu 11,16

persen. Hipertensi terkait dengan perilaku dan pola hidup. Pengendalian

hipertensi dilakukan dengan perubahan perilaku antara lain

menghindari asap rokok, diet sehat, rajin aktifitas fisik dan tidak

mengkonsumsi alkhohol. Di kabupaten Banyumas mendapati presentasi

hipertensi pada usia >18 tahun sebanyak 26,15% lebih tinggi dibanding

kabupaten Purbalingga yang hanya 9,02% dan di bawah Kabupaten

Wonosobo yang mencapai 85,93%.

Hipertensi esensial merupakan 95% dari kasus hipertensi

(Yogiantoro, 2007). Studi menunjukkan bahwa sistem saraf simpatis

memainkan peran penting dalam patogenesis penyakit hipertensi, yaitu

terjadinya peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis (DeQuattro dan

Feng, 2002). Aktivitas simpatis dapat diuji dengan menggunakan cold

pressor test (CPT). CPT dilakukan dengan mengukur respon tekanan darah

(TD) terhadap stimulus dingin yang diberikan selama percobaan. Uji ini

digunakan untuk mendeteksi penyakit hipertensi sejak dini. Respon

hiperreaksi selama CPT dapat memprediksi risiko terhadap penyakit

hipertensi di masa depan (Rajashekar et al., 2003).

Pemberian Cold Pressor..., Novita Januar Setiyani, Fakultas Ilmu KEsehatan UMP, 2018

Cold Pressor Test adalah salah satu pemeriksaan yang dapat

digunakan untuk uji saring adanya kecenderungan hipertensi (Sharon,

2009). Cold Pressor Test (CPT) adalah uji beban jantung dengan cara

merendam salah satu tangan ke dalam air es selama dua menit tanpa

diangkat untuk melihat kenaikan tekanan darah akut sebagai perlawanan

terhadap ejeksi dari ventrikel kiri dalam sistem arteri sistemik yang

berakibat terjadinya peningkatan akut dari afterload.

Peningkatan selama tekanan darah selama CPT dapat disebabkan

oleh beberapa faktor, antara lain peningkatan aktivitas system saraf

simpatis, vasokontriksi, dan perasaan nyeri selama perendaman di dalam

air es. Tekanan darah dipengaruhi oleh dua factor yaitu aliran darah dan

tekanan perifer vaskuler. aliran darah tubuh dipengaruhi oleh curah

jantung, denyut jantung, dan volume darah itu sendiri. Rangsangan dingin

terhadap tangan yang dicelupkan di air es menimbulkan stimulus pada

saraf simpatis jantung yang menyebabkan adanya vasokontraksi pada

pembuluh darah. Vasokontraksi pembuluh darah menyebabkan

meningkatnya nilai tekanan darah.

Selain hal tersebut, nyeri selama perendaman air es juga

berpengaruh terhadap naiknya tekanan darah pada CPT. Nyeri menyebkan

rangsangan terhadap system saraf otonom yang dapat meningkatkan

denyut jantung. Secara teori tekanan darah sisitol dan diastole mengalami

peningkatan saat tangan dimasukkan ke dalam air es, hal ini sesuai dengan

mekanisme tubuh manusia. saat tubuh berada pada kondisi temperature

Pemberian Cold Pressor..., Novita Januar Setiyani, Fakultas Ilmu KEsehatan UMP, 2018

yang relative rendah pembuluh darah akan menyempit (vasokontraksi).

Bila pada pendinginan tekanan sistolik naik lebih besar dari 20mm/g dan

tekanan diastolic lebih dari 15mm/g dari tekanan basal

maka merupakan termasuk golongan hiperreaktor yang memiliki

potensi hipertensi di masa mendatang, apabila kenaikan tekanan darah

kurang dari angka tersebut maka digolongkan hiporeaktor yang merupakan

kenaikan yang masih dianggap normal dan kemungkinan untuk terjadinya

hipertensi di masa mendatang adalah kecil.

Penelitian Scheiner et al.menunjukkan adanya aktivitas yang tinggi

dari sistem saraf simpatis, penurunan adaptasi, dan tertundanya pemulihan

TD setelah stres atau tekanan yang diberikan pada responden normotensi

RGH (+) (Scheiner et al., 2003). Penelitian tentang respon pembuluh darah

arteri terhadap CPT pada pasien prehipertensi ditemukan bahwa CPT

dapat menurunkan pengembangan arteri karotis dan brakialis. Selain itu,

CPT dapat menurunkan kekuatan tekanan nadi pada prehipertensi. Saraf

sensorik aferen memicu aktivasi simpatik sistemik yang menyebabkan

vasokonstriksi yang ditandai. Hasilnya adalah tekanan nadi yang

meningkat (normal adalah 40mmHg), karena pelepasan katekolamin.

Tekanan yang meningkat ini mengisi ventrikel ke tingkat yang lebih

tinggi, namun volume stroke menurun karena peningkatan afterload.

Pemberian Cold Pressor..., Novita Januar Setiyani, Fakultas Ilmu KEsehatan UMP, 2018

B. Perumusan Masalah

Jumlah penduduk berisiko (> 18th) yang dilakukan pengukuran

tekanan darah pada tahun 2016 tercatat sebanyak 5.292.052 atau 20,16

persen. Dari hasil pengukuran tekanan darah, sebanyak 611.358 orang

atau 11,55 persen dinyatakan hipertensi/tekanan darah tinggi. Berdasarkan

jenis kelamin, persentase hipertensi pada kelompok perempuan sebesar

11,85 persen, lebih tinggi dibanding pada kelompok laki-laki yaitu 11,16

persen. Di kabupaten Banyumas mendapati presentasi hipertensi pada usia

>18 tahun sebanyak 26,15% lebih tinggi dibanding kabupaten Purbalingga

yang hanya 9,02%. Hipertensi esensial merupakan 95% dari kasus

hipertensi (Yogiantoro, 2007). Studi menunjukkan bahwa sistem saraf

simpatis memainkan peran penting dalam patogenesis penyakit hipertensi,

yaitu terjadinya peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis (DeQuattro

dan Feng, 2002). Aktivitas simpatis dapat diuji dengan menggunakan cold

pressor test (CPT). CPT dilakukan dengan mengukur respon tekanan darah

(TD) terhadap stimulus dingin yang diberikan selama percobaan. Uji ini

digunakan untuk mendeteksi penyakit hipertensi sejak dini. Respon

hiperreaksi selama CPT dapat memprediksi risiko terhadap penyakit

hipertensi di masa depan (Rajashekar et al., 2003).

Bagaimana respon tekanan darah pada perokok aktif dan perokok

pasif yang diberikan Cold Pressor Test (CPT) sebagai pendeteksi

hipertensi?

Pemberian Cold Pressor..., Novita Januar Setiyani, Fakultas Ilmu KEsehatan UMP, 2018

C. Tujuan Penelitan

1. Tujuan Umum

Untuk Mengetahui Respon Tekanan Darah Dengan Pemberian

Cold Pressor Test (CPT) Pada Perokok Aktif dan Perokok Pasif

Sebagai Pendeteksi Hipertensi.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk Mengetahui Gambaran Karakteristik Responden Mahasiswa

Program Studi Keperawatan S1 Fakultas Ilmu Kesehatan Di

Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

b. Untuk Mengetahui Gambaran respon tekanan darah sistolik

sesudah diberikan Cold Pressor Test (CPT) pada perokok aktif dan

perokok pasif sebagai pendeteksi hipertensi.

c. Untuk Mengetahui Gambaran respon tekanan darah diastolik

sesudah diberikan Cold Pressor Test (CPT) pada perokok aktif dan

perokok pasif sebagai pendeteksi hipertensi.

Pemberian Cold Pressor..., Novita Januar Setiyani, Fakultas Ilmu KEsehatan UMP, 2018

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi

Skripsi ini sebagai acuan untuk dapat digunakan sebagai data dasar

untuk penelitian selanjutnya.

2. Bagi Perokok Aktif dan Perokok Pasif

Dapat memberikan informasi bagi perokok aktif dan perokok pasif

manfaat serta dampak yang akan muncul.

3. Bagi Institusi Pelayanan

Dapat memberikan konstribusi untuk mengevaluasi Respon

Tekanan Darah Dengan Pemberian Cold Pressor Test (Cpt) Pada

Perokok Aktif dan Perokok Pasif.

4. Bagi Peneliti yang Lain

Sebagai tambahan referensi untuk penelitian lebih lanjut dalam

mengembangkan ilmu keperawatan.

Pemberian Cold Pressor..., Novita Januar Setiyani, Fakultas Ilmu KEsehatan UMP, 2018

E. Peneltian Terkait

1. Perbandingan Cold Pressor Test Mahasiswa Dengan Dan Tanpa

Riwayat Genetik Hipertensi

Maimun Syukri, Razi Suangkupon Siregar, Putri Irmayani

Penelitian Scheiner et al. menunjukkan adanya aktivitas

yang tinggi dari sistem saraf simpatis, penurunan adaptasi, dan

tertundanya pemulihan TD setelah stres atau tekanan yang

diberikan pada responden normotensi RGH (+) (Scheiner et al.,

2003).

Penelitian menunjukkan terdapat perbedaan TD yang

bermakna setelah perlakuan CPT pada kelompok dengan riwayat

genetik hipertensi (RGH (+)) yang dibandingkan dengan kelompok

tanpa riwayat genetik hipertensi (RGH (-)). Selama perlakuan CPT,

kelompok RGH (+) mengalami peningkatan TD yang lebih tinggi

dibandingkan dengan kelompok RGH (-) (Rajashekar et al., 2003).

Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

rata-rata TDS dan TDD yang bermakna sebelum CPT pada

masing-masing kelompok berdasarkan uji t tidak berpasangan (p =

0,732; 0,628). Hasil penelitian kami sesuai dengan penelitian

sebelumnya (Sarosa et al., 2009; Verma et al., 2005). Hal ini

disebabkan oleh perbedaan jalur genetik yang berpengaruh

terhadap TD pra CPT dan TD post CPT. Hal ini membuktikan

Pemberian Cold Pressor..., Novita Januar Setiyani, Fakultas Ilmu KEsehatan UMP, 2018

bahwa terdapat gen yang berbeda dan bekerja terpisah satu sama

lain dalam regulasi TD pra CPT dan TD post CPT (Luft, 2001; Mei

et al., 2008). Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan rata-rata TDS dan TDD yang bermakna 30 detik setelah

CPT pada masing-masing kelompok berdasarkan uji t tidak

berpasangan (p = 0,015; 0,000). Hasil penelitian kami sesuai

dengan penelitian sebelumnya (Garg et al., 2010; Mei et al., 2009;

Rajashekar et al., 2003), tetapi berbeda dengan penelitian lain

(Sarosa et al., 2009). Perbedaan TD segera setelah CPT antara

kelompok RGH (+) dan RGH (-) dipengaruhi oleh faktor genetik.

Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Luft bahwa gen fenotip

yang diwariskan dari orang tua antara lain yaitu, sistem saraf

simpatis dan sistem RAA. Gen yang terkait dengan TDS berikatan

dengan lokus AT1 (Luft, 2001). Selanjutnya, stimulasi reseptor

AT1 mengakibatkan AT2 endogen mengaktifkan sistem saraf

simpatis (Anita et al., 2005).

Pemberian Cold Pressor..., Novita Januar Setiyani, Fakultas Ilmu KEsehatan UMP, 2018

2. Perbandingan Tekanan Darah Pada Mahasiswa Dengan/Dan Tanpa

Riwayat Hipertensi Di Keluarga Setelah Melalui Pembebanan old

Pressor Test

Muh. Anwar Hafid

Hasil penelitian ini diperoleh dari pengukuran tekanan

darah secara langsung setelah subjek penelitian dipaparkan dengan

cold pressor test untuk mengetahui perbedaan tekanan darah

setelah pemaparan cold pressor test antara mahasiswa dengan dan

tanpa riwayat hipertensi di keluarga. pembebanan CPT kepada

responden yang memiliki riwayat Hiperetensi nampak memiliki

fluktuasi yang tajam,peningkatan tertinggi pada saat detik ke 90

pada tekanan darah sistol mencapai 22 mmHg, sedangkan pada

tekanan darah diastol mencapai 15 mmHg. bahwa pembebanan

CPT kepada responden yang tidak memiliki riwayat Hiperetensi

nampak memiliki peningkatan tertinggi pada saat detik ke 60 pada

tekanan darah sistol mencapai 16 mmHg, sedangkan pada tekanan

darah diastol mencapai 12 mmHg, peningkatan tersebut jauh lebih

rendah dibandingkan dengan responden yang memiliki riwayat

hipertensi, bahkan fluktuasi tekanan darah pada kelompok tanpa

riwayat hipertensi tidak terjadi secara tajam.

Berdasarkan hasil uji normalitas data, baik pada mahasiswa

yang memiliki riwayat hipertensi maupun yang tidak memiliki

riwayat hipertensi di keluarga, menunjukkan p value di bawah nilai

Pemberian Cold Pressor..., Novita Januar Setiyani, Fakultas Ilmu KEsehatan UMP, 2018

signifikan 0,05 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa data tidak

berdistribusi normal, maka dilakukan uji non-parametrik, yaitu uji

wilcoxon dan uji mann whitney. Didapatkan bahwa hasil uji

wilcoxon menunujukkan terdapat perbedaan tekanan darah sistolik

dan diastolik sebelum dan setelah CPT pada kelompok dengan

riwayat hipertensi dalam keluarga (p<0,05). Adapun pada

kelompok mahasiswa tanpa riwayat hipertensi di keluarga, hasil uji

wilcoxon menunujukkan untuk tekanan darah sistolik terdapat

perbedaan sebelum dan setelah CPT (p<0,05), sedangkan pada

tekanan darah diastolik tidak terdapat perbedaan tekanan darah

sebelum dan setelah CPT (p>0,05).

3. Central Integration and Neural Control Of Blood Pressure During

The Cold Pressor Test: A Comparison Between

Hydrochlorothiazide And Aliskiren

Sara S. Jarvis, Yoshiyuki Okada, Benjamin D. Levine & Qi Fu

Individu dengan hipertensi dan simpatetik sedang

menghadapi kejadian kardiovaskuler. Penghambat renin baru

sementara diuretic tiazid adalah obat kelas satu yang digunakan

untuk pengobatan dengan aliskiren (ALSK) atau

hydrichlorothiazide (HCTz) akan mengubah tekanan darah (BP)

dan otot saraf simpatis (MSNA). Pengobatan dengan meminum

Pemberian Cold Pressor..., Novita Januar Setiyani, Fakultas Ilmu KEsehatan UMP, 2018

obat anti hipertensi ini menurunkan tekanan darah tetapi tidak

berhasil menurunkan respon terhadap CPT.

4. Reduced Sympathoneural Responses To The Cold Pressor Test In

Individuals With Essential Hypertension And In Those Genetically

Predisposed To Hypertension

No Support for the “Pressor Reactor” Hypothesis of Hypertension

Development

Elisabeth Annie Lambert and Markus Peter Schlaich

Menguji pengaruh predisposisi genetik terhadap hipertensi

dan usia pada respon saraf simpatis terhadap CPT.

Heterogenitas pengatamatan tergantung pada faktor-faktor

seperti jenis stress, aktivitas, riwayat hipertensi pada

keluarga sabagai faktor resiko yang signifikan untuk

kejadian hipertensi.

• Perbedaan

a. Menguji pengaruh presdiposisi genetic terhadap

hipertensi dengan dilakukan CPT

b. Membandingkan respon saraf simpatis dan usia dengan

dilakukan CPT

• Persamaan

Ingin mengetahui respon tekanan darah dengan dilakukan

CPT

Pemberian Cold Pressor..., Novita Januar Setiyani, Fakultas Ilmu KEsehatan UMP, 2018

5. Cold Pressor Test as a Predictor of Hypertension

Douglas L. Wood, M.D., Sheldon G. Sheps, M.D., Lila R. Elveback,

Ph.D., And Alexander Schirger, M.D.

• Ringkasan

Dilakukan penelitian pada anak-anak 53 laki-laki dan 41

anak perempuan dengan usia rata-rata 11,5 tahun, 23 anak

laki-laki terus menunjukan respon yang belebihan terhadap

rangsangan dingin ekternal sehingga menjadi kelompok

hiperraktor. Sedangkan 21 anak sebelumnya sudah menjadi

normoreaktor telah menjadi hipereaktor. Sedangakan yang

lainnya dilakukan tes dingin tambahan dan menujukan

normoreaktor. Tidak ada perebedaan yang signifikan dalam

tes tekanan lateral atau basal. Ada kecenderungan yang

berbeda untuk tingkat tekanan darah sebelum

meningkat.dari 48 hiperreaktor, 14 memiliki tekanan darah

antara 140 dan 160 mmHg sistolik dan 90 dan 100 mmHg

diastolik (stratum 1), dan 20 memiliki rekaman tekanan

darah lebih dari 160/100 mmHg (stratum 2). Sebaliknya

hanya 10 responden normoreaktor yang memiliki

peningkatan tekanan darah normal 140-160/90 sampai 100

mmHg dan 8 responden memiliki hipertensi melebihi

160/100 mmHg. 15dari 48 hiperreaktor menerima terapi nti

hipertensi.

Pemberian Cold Pressor..., Novita Januar Setiyani, Fakultas Ilmu KEsehatan UMP, 2018

• Perbedaan

a. Penelitian dilakukan dalam kurun waktu yang cukup

lama dan berulang-ulang

b. Responden pada anak-anak usia 11.5 tahun dan

dilakukan pada anak-anak laki-laki dan perempuan.

• Persamaan

Melakukan CPT untuk mendeteksi hipertensi pada usia 17-

25 tahun.

6. Cardiovascular Reactivity to the Cold Pressor Test as a Predictor of

Hypertension

Marilyn S. Menkesf, Karen A. Matthews, David S. Krantz, Ulf

Lundberg, Lucy A. Mead, Bahjat Qaqish, Kung-Yee Liang,

Caroline B. Thomas, and Thomas A. Pearson

• Ringkasan

Reaktifitas kardiovakuler terhadap stress dihipotesiskan

menjadi penanda untuk penyakit kardiovaskuler neurologik.

Status hipertensi (membutuhkan terapi obat) dengan

kejadian hipertensi kumulatif pada usia 44 tahun. Resiko

kelebihan yang terkait dengan reaktivitas tekanan darah

sistolik tidak jelas sampai usia 20 tahun dan yang

mengalami hipertensi sebelum usia 45 tahun. Sehingga

dilakukan uji CPT pada berbagai usia dan ditemukan terjadi

Pemberian Cold Pressor..., Novita Januar Setiyani, Fakultas Ilmu KEsehatan UMP, 2018

perubahan tekanan darah dan CPT dapat digunakan sebagai

pendeteksi hipertensi.

• Perbedaan

CPT dilakukan dalam berbagai usia seperti usai anak

sekolah, usia 20 tahun dan usia 45 tahun.

• Persamaan

Melakukan CPT untuk mendeteksi dini hipertensi.

7. The Comparison Cold Pressor Test On Students With And Without

History Of Genetic Hypertension

Maimun Syukri1, Razi Suangkupon Siregar2, Putri Irmayani

• Ringkasan

Hipertensi terkait erat dengan peningkatan aktivitas

sistem saraf simpatis. Aktivitas simpatis dapat diuji dengan

cold pressor test (CPT). Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui perbandingan CPT mahasiswa pria dengan

riwayat genetik hipertensi (RGH (+)) dan tanpa riwayat

genetik hipertensi (RGH (-).

Tiga puluh detik setelah CPT, terdapat perbedaan

TDS dan TDD yang bermakna antara kelompok RGH (+)

yang dibandingkan dengan kelompok RGH (-). Lima menit

setelah CPT, tidak terdapat perbedaan TDS yang bermakna,

namun terdapat perbedaan TDD yang bermakna lima menit

Pemberian Cold Pressor..., Novita Januar Setiyani, Fakultas Ilmu KEsehatan UMP, 2018

setelah CPT antara kedua grup. Di samping itu, tidak

terdapat perbedaan DJ yang bermakna baik sebelum, 30

detik setelah dan lima menit setelah CPT antara kedua grup.

Pemulihan TDS dan TDD terjadi dalam waktu lima menit.

Keadaan ini menunjukkan bahwa CPT dapat digunakan

sebagai metode deteksi dini hipertensi dengan mengukur

TD.

• Perbedaan

a. Tidak ditemukan perbedaan perubahan tekanan darah

antara mahasiswa dengan keturuanan hipertensi atau

tidak pada 30 detik pertama.

b. Dilakukan pada mahasiswa yang memiliki keturunan

hipertensi dan yang tidak memiliki keturunan hipertensi.

• Persamaan

Sama-sama mencari perubahan tekanan darah dengan di

lakukan CPT

Pemberian Cold Pressor..., Novita Januar Setiyani, Fakultas Ilmu KEsehatan UMP, 2018