BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/16438/6/4_BAB I.pdf · Moskow dan...

24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai Komunis Indonesia (PKI) merupakan suatu gerakan sosial politik yang menjadi ancaman bagi negeri ini. Partai tersebut menganut ideologi Marxisme-Komunisme. Meletusnya peristiwa Madiun merupakan salah satu usaha dari ideolog sosialis kiri untuk mewujudkan Negara Komunis Indonesia. 1 Embrio dari Partai Komunis Indonesia adalah Indische Sociaal Democratische Vereniging (ISDV) yang didirikan oleh Hendricus Josephus Franciscus Marie Sneevliet. 2 1 Nugroho Notosusanto dan Ismail Saleh, Gerakan 30 September Pemberontakan Partai Komunis Indonesia Latar Belakang, Aksi, dan Penumpasannya, (Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1994,) hlm 7. 2 Sneevliet adalah anggota SDAP di Nederland, dan ketua persatuan buruh kereta-api Nederland (Nederlandsche Vereeniging van Spoor-, en Tramwepersonneel NVSTP).Pada 1912 Sneevliet kehilangan pekerjaan sebagai ketua NVSTP setelah keluar dari SDAP dan bergabung dengan SDP (Sociaal Democratische Partij) yang memisahkan diri dari SDAP. Perpecahan ini akibat pergeseran ideologi SDAP ke arah yang lebih moderat mengenai peranan modal di negeri jajahan. SDP kemudian menjadi Partai Komunis Belanda. Namun demikian, ketika SDP mau bersaing lawan SDAP dalam pemilihan umum, 1913, Sneevliet kecewa karena hal ini diartikannya pemilih jadi pecah. Ia lantas bergabung lagi dengan SDAP. Sneevliet yang berangkat ke Hindia- Belanda untuk mencari pekerjaan, masih sebagai tokoh sosialis yang moderat. Ia tiba di Nusantara ketika penduduk asal Eropa, terutama pemilik modal, sangat mencemaskan sepak terjang SI. Konon tercermin dalam iklan surat kabar Soerabajaasch Handelsblad 15 Juli 1913, begitu cemasnya mereka sehingga permintaan terus meningkat akan perwira tentara yang sanggup memberi nasehat mengenai bangunan pabrik yang tangguh menahan sebuah perusuh Bumiputra. Mula-mula Sneevliet bekerja di surat kabar Surabaya itu sebagai redaktur. Tidak lama kemudian ia menjadi sekretaris untuk Persatuan Dagang Semarang (Semarang Handels Vereeniging) menggantikan D.M.G. Koch yang memanggilnya, juga seorang tokoh sosialis. Kebetulan, di kota itu telah berdiri sejak 1908 suatu organisasi buruh kereta-api untuk Hindia-Belanda (VSTP). Diluar kesibukannya sebagai sekretaris organisasi kapitalis, Sneevliet langsung aktif di kalangan anggota VSTP itu.Ia membantu ISDV bersama J.A. Brandstedur, H.W. Dekker, dan para anggota VSTP, yang mayoritas adalah Eropa atau Indonesia. Lihat Parakitri T. Simbolon, Menjadi Indonesia Buku I: Akar-akar Kebangsaan Indonesia, (Jakarta: Kompas, 1995), Hlm. 552-553.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/16438/6/4_BAB I.pdf · Moskow dan...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/16438/6/4_BAB I.pdf · Moskow dan kemudian mengajukan “jalan baru” bagi ... diantaranya Semaoen dan Darsono, dari

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Partai Komunis Indonesia (PKI) merupakan suatu gerakan sosial politik

yang menjadi ancaman bagi negeri ini. Partai tersebut menganut ideologi

Marxisme-Komunisme. Meletusnya peristiwa Madiun merupakan salah satu

usaha dari ideolog sosialis kiri untuk mewujudkan Negara Komunis Indonesia.1

Embrio dari Partai Komunis Indonesia adalah Indische Sociaal Democratische

Vereniging (ISDV) yang didirikan oleh Hendricus Josephus Franciscus Marie

Sneevliet.2

1 Nugroho Notosusanto dan Ismail Saleh, Gerakan 30 September Pemberontakan Partai

Komunis Indonesia Latar Belakang, Aksi, dan Penumpasannya, (Jakarta: Sekretariat Negara

Republik Indonesia, 1994,) hlm 7.

2 Sneevliet adalah anggota SDAP di Nederland, dan ketua persatuan buruh kereta-api

Nederland (Nederlandsche Vereeniging van Spoor-, en Tramwepersonneel – NVSTP).Pada 1912

Sneevliet kehilangan pekerjaan sebagai ketua NVSTP setelah keluar dari SDAP dan bergabung

dengan SDP (Sociaal Democratische Partij) yang memisahkan diri dari SDAP. Perpecahan ini

akibat pergeseran ideologi SDAP ke arah yang lebih moderat mengenai peranan modal di negeri

jajahan. SDP kemudian menjadi Partai Komunis Belanda. Namun demikian, ketika SDP mau

bersaing lawan SDAP dalam pemilihan umum, 1913, Sneevliet kecewa karena hal ini diartikannya

pemilih jadi pecah. Ia lantas bergabung lagi dengan SDAP. Sneevliet yang berangkat ke Hindia-

Belanda untuk mencari pekerjaan, masih sebagai tokoh sosialis yang moderat. Ia tiba di Nusantara

ketika penduduk asal Eropa, terutama pemilik modal, sangat mencemaskan sepak terjang SI.

Konon tercermin dalam iklan surat kabar Soerabajaasch Handelsblad 15 Juli 1913, begitu

cemasnya mereka sehingga permintaan terus meningkat akan perwira tentara yang sanggup

memberi nasehat mengenai bangunan pabrik yang tangguh menahan sebuah perusuh Bumiputra.

Mula-mula Sneevliet bekerja di surat kabar Surabaya itu sebagai redaktur. Tidak lama kemudian ia

menjadi sekretaris untuk Persatuan Dagang Semarang (Semarang Handels Vereeniging)

menggantikan D.M.G. Koch yang memanggilnya, juga seorang tokoh sosialis. Kebetulan, di kota

itu telah berdiri sejak 1908 suatu organisasi buruh kereta-api untuk Hindia-Belanda (VSTP).

Diluar kesibukannya sebagai sekretaris organisasi kapitalis, Sneevliet langsung aktif di kalangan

anggota VSTP itu.Ia membantu ISDV bersama J.A. Brandstedur, H.W. Dekker, dan para anggota

VSTP, yang mayoritas adalah Eropa atau Indonesia. Lihat Parakitri T. Simbolon, Menjadi

Indonesia Buku I: Akar-akar Kebangsaan Indonesia, (Jakarta: Kompas, 1995), Hlm. 552-553.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/16438/6/4_BAB I.pdf · Moskow dan kemudian mengajukan “jalan baru” bagi ... diantaranya Semaoen dan Darsono, dari

Sneevliet datang ke Jawa pada tahun 1913 dan menjadi sekretaris

perkumpulan pedagang. Melalui Vereeniging van Spoor en Tramwegpersoneel

(VSTP) ia menanamkan paham sosialis, kemudian di tahun 1914 di Semarang

didirikan Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV) yang bertujuan

untuk menyebarkan paham Marxis.3 ISDV terang-terangan menentang hubungan

kolonial. Mula-mula para anggotanya hanya terdiri dari kaum sosialis Belanda

yang tinggal di Indonesia, tetapi segera juga perkumpulan ini mendapat pengikut

di kalangan pemuda Indonesia. Semaoen4 merupakan pemimpin yang terpenting.

SI cabang Semarang memperoleh pengaruh ISDV melalui Semaoen, yang pada

tahun 1918 masuk dalam pengurus besar SI. Perkembangan ini mengakibatkan

perpecahan dalam tubuh SI pada tahun 1921.5

3A. K. Pringgodigdo, Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, (Jakarta: Dian Rakyat,

1984), hlm 13. 4 Semaoen muncul sebagai bumiputra pertama yang menjadi propagandis serikat buruh.

Lahir pada 1899 di Mojokerto sebagai anak buruh kereta api, Semaoen bukanlah keturunan priayi.

Namun, karena dibesarkan pada zaman etis, ia turut menikmati pendidikan dasar gaya Barat. Ia

lulus dari sekolah Bumiputra Angka Satu dan bergabung dengan SS sebagai juru tulis pada 1912 di

usia tiga belas tahun. Tahun berikutnya, ia bergabung dengan SI afdeling Surabaya dan tampil ke

muka sebagai sekretaris SI Surabaya pada 1914. Pada awal 1915, ia bertemu dengan Sneevliet di

Surabaya dan terkesan dengan “sikap manusiawi dan tulus” Sneevliet yang sama sekali bebas dari

“mentalitas kolonial” Belanda, bergabung dengan ISDV dan VSTP. Setelah bertemu dengan

Sneevliet, ia bukan hanya belajar membaca, tetapi juga menulis dan berbicara bahasa Belanda, dan

segera menjadi sekretaris ISDV di Surabaya yang didominasi oleh orang Belanda, sekaligus

sebagai anggota pemimpin VSTP Surabaya. Menurut keterangan Marco- yang pertama bertemu

Semaoen pada pertengahan 1915- Semaoen sangat dekat dengan Sneevliet dan H.W. Dekker, yang

merupakan salah satu pendiri ISDV dan wakil ketua hoofdbestuur VSTP, serta aktif mengorganisir

dan berbicara dalam vergadering-vergadering VSTP. Lalu pada Juli 1916, ia keluar dari SS, dan

menjadi propagandis VSTP yang dibayar penuh. Ia pindah ke Semarang untuk menjadi editor Si

Tetap, surat kabar VSTP yang berbahasa Melayu. Tidak lama setelah itu, Semaoen menjadi

propagandis dan komisaris SI Semarang, pada Mei 1917, pada usia 18 tahun dipilih sebagai ketua

menggantikan Mohammad Joesoef. Lihat Takashi Shiraishi, Zaman Bergerak Radikalisme Rakyat

di Jawa 1912-1926 (Jakarta: Grafiti,1997), hlm 134-135. 5 A.P.E. Korver, Sarekat Islam Gerakan Ratu Adil?,(Jakarta: Grafitipers, 1985), hlm 6.

Lihat juga Nugroho Notosusanto, Gerakan 30 September Pemberontakan Partai Komunis

Indonesia (1994: 8) Sejak kebangkitan nasional tahun 1908, Sarekat Dagang Islam (SDI) yang

kemudian menjadi Sarekat Islam (SI) merupakan salah satu organisasi yang berkembang di

Indonesia. Sneevliet memanfaatkan organisasi SI dengan cara memasukkan anggota ISDV ke

dalam anggota SI, dan sebaliknya SI dibolehkan menjadi anggota ISDV atau dengan sistem

“keanggotaan rangkap”. Mereka berhasil membawa beberapa tokoh muda SI menjadi anggota

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/16438/6/4_BAB I.pdf · Moskow dan kemudian mengajukan “jalan baru” bagi ... diantaranya Semaoen dan Darsono, dari

Pada tahun 1921 kaum kiri, yang telah bergabung dengan Partai Komunis

Indonesia (PKI) yang terbentuk pada tahun 1920, dikeluarkan dari Sarekat Islam

(SI). Di daerah hal ini juga mengakibatkan perpecahan yang hebat. Periode

sesudah tahun 1921 sampai pecahnya Perang Dunia Kedua memperlemah SI.6

Setelah terbentuknya Partai Komunis Indonesia (PKI) pada 1920, dalam

perjalanannya, keanggotaan mulai mendapat pengikut di beberapa daerah

menjelang pemberontakan pada tahun 1926. Jumlah di beberapa daerah tersebut

mendekati jumlah pengikut SI. Jumlah anggota PKI di Banten menjelang

pemberontakan 1926 sekitar empat ribu orang. Sedangkan di daerah Jakarta

jumlah mereka memiliki tanda keanggotaan PKI dalam waktu yang sama sampai

puluhan ribu orang.7

Sejak kedatangan Muso, seorang tokoh komunis yang sejak lama berada di

Moskow dan kemudian mengajukan “jalan baru” bagi PKI yang didirikan pada 9

Mei 1914 bersama Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang dibentuk pada tanggal 28

Juni 1948 oleh kelompok Amir Syarifudin yang menempatkan diri sebagai oposisi

terhadap Kabinet Hatta.8

Peristiwa Madiun 19 September 1948 yang dilancarkan oleh Muso benar-

benar memanfaatkan peluang terhadap melemahnya kondisi politik Indonesia.

ISDV, diantaranya Semaoen dan Darsono, dari sinilah SI pecah menjadi Sarekat Islam Merah di

bawah kendali paham Marxis Semaoen. 6 A.P. E. Korver, ibid,hlm 2.

7 A. P. E. Korver, ibid, hlm 195. Lihat juga Nugroho Notosusanto, Gerakan 30 September

Pemberontakan Partai Komunis Indonesia Latar Belakang, Aksi, dan Penumpasannya, (1994:13)

tentang pergolakan rakyat tahun 1926-1927. Upaya PKI mencetuskan pergolakan rakyat di

beberapa tempat, yaitu pada tanggal 12-14 November 1926 di Karesidenan Jakarta, tanggal

12November-15 Desember 1926 di Banten, tanggal 12-18 November 1926 di Priangan, tanggal

17-23 November 1926 di Surakarta, tanggal 12 November-15 Desember 1926 di Kediri, dan

tanggal 1 Januari- akhir Februari 1927 di Silungkang, Sumatra Barat. 8Nugroho Notosusanto,30 tahun Indonesia Merdeka cetakan ke-7,(Jakarta: Tira Pustaka,

1986), hlm 184.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/16438/6/4_BAB I.pdf · Moskow dan kemudian mengajukan “jalan baru” bagi ... diantaranya Semaoen dan Darsono, dari

Setelah kekacauan yang diciptakan P.M. Amir Syarifudin, yang telah

menandatangani hasil Perundingan Renville yang jelas-jelas hal ini

menguntungkan Belanda. Sehingga pasukan-pasukan yang telah berjaga di

kantong-kantong daerah ditarik untuk meninggalkan tempat yang telah menjadi

kuasa van Mook. Persetujuan Renville yang ditandatangani antara kedua belah

pihak yang bersengketa, Indonesia dan Belanda di bawah kesaksian anggota-

anggota Komisi Tiga Negara diatas geladak kapal “Renville” pada tanggal 17

Januari 1948. Dengan persetujuan itu tentunya muncul kerugian-kerugian bagi

rakyat Indonesia. Kerugian-kerugian di bidang politik, militer maupun ekonomi.9

Gayung bersambut, Front Demokrasi Rakyat (FDR) terdiri dari sosialis

(kelompok Amir), Partai Sosialis Indonesia (Pesindo), Partai Buruh, PKI dan

Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI). Rencana perebutan

kekuasaan diawali dengan persiapan agitasi, demonstrasi, dan penculikan tokoh-

tokoh di Solo yang dianggap musuh.10

Kesaksian dari pelaku maupun saksi sejarah yang melakukan perlawanan

pada gerakan partai komunis ini, terjadi perang rakyat, antara umat Islam yang

dipimpin oleh para ulama dan kyai yang tergabung dalam Partai Masyumi dan

melawan masyarakat yang tergabung dalam Partai Komunis Indonesia.11

Secara teoritis, menurut Crane Brinton, kaum revolusioner memiliki

karakter idealis. Mereka mempunyai ide dan konsep mengenai cara mengubah

9Pinardi, Peristiwa Madiun 1948,(Jakarta: Inkopak-Hazera, 1966), hlm 12.

10Nugroho Notosusanto,30 tahun Indonesia Merdeka cetakan ke-7,(Jakarta: Tira Pustaka,

1981), hlm 184. 11

Djumairi, wawancara, tanggal 09 April 2015, hari Kamis di Ngawi.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/16438/6/4_BAB I.pdf · Moskow dan kemudian mengajukan “jalan baru” bagi ... diantaranya Semaoen dan Darsono, dari

atau mengambil alih kekuasaan pemerintah melalui gerakan revolusi.12

Hal ini

sebagaimana gerakan Partai Komunis Indonesia yang dipimpin oleh Amir

Syarifudin dan Muso. Dalam hal ini kedua pemimpin sosialis kiri ini

menggerakkan masyarakat dari kalangan buruh, petani dan kalangan yang lemah

secara ekonomi maupun secara ideologi. Sebagaimana data dalam skripsi Nur

Rahma Nisfatul Ikbar13

, bahwa komposisi masyarakat Madiun secara partai lebih

dominan mendukung Partai Komunis Indonesia, hal ini dari data yang

diperolehnya bahwa, meskipun masyarakat Madiun menganut Islam, namun

pemahaman terhadap agama tidak lantas masuk dalam partai Masyumi. Sehingga

disebut masyarakat abangan14

. Sehingga mudah bagi gerakan Amir-Muso untuk

masuk dan mempengaruhi untuk turut serta berbaris pasukannya. Gerakan

komunis melakukan pemberangusan besar-besaran di setiap wilayah yang dilalui,

membunuh orang-orang yang dianggap musuh.

Seperti dalam peristiwa Kanigoro Kediri pada 13 Januari 1965. Bagaimana

kekejaman orang-orang komunis melakukan penyerbuan terhadap aktivis PII

12

Sulasman, Metodologi Penelitian Sejarah Teori Metode Contoh Aplikasi, (Bandung:

Pustaka Setia, 2014), hlm 225. 13

Nur Rahma Nisfatul Ikbar, Peran Masyumi Dalam Penumpasan Pemberontakan PKI di

Madiun 1948, skripsi, (Surabaya: Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel, 2012), hlm 17. 14

Kaum Muslim Jawa yang saleh dan berpegang teguh pada ajaran Islam menyebut diri

mereka sendiri putihan (golongan putih), tetapi ada banyak orang Jawa yang tidak siap untuk

menerima versi Islam yang baru dan lebih menuntut dari mereka ini, mereka dijuluki sebagai kaum

abangan, “golongan merah (coklat)”. Istilah yang disebut terakhir ini pada awalnya dipakai

sebagai semacam ejekan oleh kaum putihan yang saleh pada pertengahan abad ke-19 –ia tidak

dikenal sebelumnya- tetapi kaum abangan menerima julukan tersebut dengan senang hati.

Perujukan pertama yang ketahui dari pemakaian istilah ini adalah laporan nasionalis Belanda dari

tahun 1850-an. Istilah abangan tampaknya kini telah menjadi istilah yang lebih biasa untuk

menyebut kaum muslim yang tidak begitu taat pada ajaran agama mereka, dan telah menyebar

hingga ke pelosok tanah Jawa. Pada periode yang sama, gaya hidup orang awam Jawa berubah:

kebanyakan mereka rupanya tidak lagi melaksanakan lima rukun Islam yang menandai sitesis

Mistik Misionalis Belanda Carel Poensen, yang menghabiskan 30 tahun di Kediri,

mendeskripsikan suatu masyarakat Jawa yang dinamis pada 1880-an, dengan semakin kuatnya

pengaruh dari kaum n sementara kaum abangan menarik diri dari praktik-praktik religius

sebelumnya. Lihat M. C. Riklefs, Mengislamkan Jawa Sejarah Islamisasi di Jawa dan

Penentangnya dari 1930 sampai Sekarang. Terj. FX Dono Sunardi dan Satrio Wahono,

(Jakarta:Serambi, 2013), hlm. 49-50.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/16438/6/4_BAB I.pdf · Moskow dan kemudian mengajukan “jalan baru” bagi ... diantaranya Semaoen dan Darsono, dari

(Pelajar Islam Indonesia) penganiayaan dilakukan terhadap kyai. Pada penyerbuan

tersebut mereka meneriakkan “Ganyang Santri”, “Ganyang Masyumi”, “Ganyang

Sorban”, “Ganyang Kapitalis”, “Ganyang kontra revolusi”.15

Pada peristiwa 1948 umat Islam secara umum menjadi sasaran Partai

Komunis Indonesia, bahkan secara khusus umat Islam yang tergabung dalam

Partai Masyumi menjadi daftar pembantaian dalam agenda Partai Komunis

Indonesia. Masyumi merupakan musuh besar bagi Partai Komunis Indonesia

(PKI), hal ini terbukti dengan banyaknya masyarakat yang menjadi korban ialah

orang-orang Islam. Bahkan mereka selalu meneriakkan untuk mengganyang

orang-orang Masyumi, tempat ibadah yang di bakar oleh PKI.16

Pada 18 September 1948, Partai Komunis Indonesia (PKI) meletuskan

perang di Madiun, dengan berbagai aksi yang dilancarkan kepada penduduk kota

Madiun, kemudian gerak pendukung PKI ini menduduki wilayah-wilayah di

sekitar Madiun. Seperti Ponorogo, Magetan, Takeran, Ngawi, Walikukun. Adapun

dalam hal ini perlawanan dilakukan oleh umat Islam yang tergabung dalam Partai

Masyumi. Masyarakat yang tergabung dengan Masyumi melakukan perlawanan

terhadap gerakan Partai Komunis Indonesia yang menyerang, menumpas orang-

orang Islam serta menjarah dan merampas perbendaharaan milik masyarakat

setempat.

Aksi dan propaganda yang dilakukan oleh orang-orang yang tergabung

dalam Partai menduduki daerah Ngawi, khususnya Kecamatan Widodaren dengan

15

Nugroho Notosusanto dan Ismail Saleh, Gerakan 30 September Pemberontakan Partai

Komunis Indonesia Latar Belakang, Aksi, dan Penumpasannya,(Jakarta: Sekretariat Negara

Republik Indonesia, 1994), hlm 7. 16

Djumairi, wawancara, Tanggal 09 April 2015, hari Kamis di Ngawi.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/16438/6/4_BAB I.pdf · Moskow dan kemudian mengajukan “jalan baru” bagi ... diantaranya Semaoen dan Darsono, dari

mengambil alih kantor polisi di Walikukun. Tentara komunis didatangkan dari

Madiun dengan menaiki kereta diturunkan di Stasiun Walikukun.

Dari Walikukun inilah pergerakan tentara komunis menguasai daerah-

daerah di sekitar Kecamatan Widodaren. Propaganda komunis menjanjikan

kepada masyarakat yang tergabung dengan komunis akan diberikan bengkok

sawah milik para lurah yang menjadi gaji di masa jabatannya.17

Masyarakat yang tergabung dengan paham komunis memulai

pergerakannya dengan merusak fasilitas masjid, menjarah perbendaharaan milik

masyarakat. umat Islam yang jelas-jelas menentang terhadap teori Marxisme-

Komunisme menjadi incaran orang-orang komunis. Kebencian komunis terhadap

Partai Masyumi menjadikan mereka memburu tokoh-tokoh Masyumi di berbagai

wilayah, khususnya di Desa Tempurejo para ulama, kyai, santri serta

masyarakatnya mayoritas tergabung dengan Masyumi.

Masyarakat Tempurejo yang tergabung dengan Masyumi serentak

melakukan perlawanan terhadap aksi-aksi dan propaganda komunis. Perlawanan

ini tidak hanya di Tempurejo saja, namun merebah hingga Ngompak, Ngrambe,

dibantu oleh pasukan Tentara Siliwangi dan Tentara Hisbullah Surakarta.18

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengangkat

peristiwa tersebut dalam sebuah penelitian dengan judul: “Perlawanan

Masyarakat Tempurejo Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi Jawa Timur

Terhadap Gerakan Partai Komunis Indonesia (PKI) tahun 1948”. Penelitian ini

dilakukan dengan mewawancarai tokoh tokoh yang menjadi pelaku dan saksi

17

Ahmat Ihsan, wawancara, tanggal 15 Juli 2016 18

Djumairi, Ibid.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/16438/6/4_BAB I.pdf · Moskow dan kemudian mengajukan “jalan baru” bagi ... diantaranya Semaoen dan Darsono, dari

sejarah peristiwa Madiun 1948. Serta melakukan studi pustaka dengan

mengumpulkan data yang falid sebagai bahan referensi.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana gerakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Desa Tempurejo

Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi-Jawa Timur tahun 1948?

2. Bagaimana perlawanan masyarakat Desa Tempurejo Kecamatan

Widodaren Kabupaten Ngawi Jawa Timur terhadap gerakan Partai

Komunis Indonesia (PKI) tahun 1948?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui gerakan Partai Komunis Indonesia di Desa Tempurejo

Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi-Jawa Timur tahun 1948.

2. Mengetahui perlawanan masyarakat Tempurejo Kecamatan Widodaren

Kabupaten Ngawi Jawa Timur terhadap gerakan Partai Komunis Indonesia

(PKI) tahun 1948.

D. Tinjauan Pustaka

Pembahasan mengenai masalah Perlawanan terhadap Partai Komunis

Indonesia (PKI) di desa Tempurejo Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi-

Jawa Timur tahun 1948 belum dilakukan. Sedangkan penelitian yang dilakukan

oleh para penulis hingga saat ini sebagai berikut:

1. Buku Peristiwa Madiun 1948, ditulis Pinardi 1966 Jakarta: Inkopak-

Hazera. Buku ini menerangkan mengenai latar belakang pemberontakan

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/16438/6/4_BAB I.pdf · Moskow dan kemudian mengajukan “jalan baru” bagi ... diantaranya Semaoen dan Darsono, dari

Partai Komunis Indonesia, penumpasan Partai Komunis Indonesia oleh

pihak tentara Republik Indonesia, dan akibat-akibat pemberontakan Partai

Komunis Indonesia di Madiun.

2. Buku Gerakan 30 September Pemberontakan Partai Komunis Indonesia

Latar Belakang, Aksi, dan Penumpasannya. 1994 Jakarta: Sekretariat

Negara Republik Indonesia. Dalam buku ini dibahas mengenai cikal bakal

Partai Komunis Indonesia, Pemberontakan Partai Komunis Indonesia di

Madiun 1948, Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia 1965,

kondisi politik Indonesia pada peristiwa pemberontakan Partai Komunis

Indonesia.

3. Buku yang ditulis A.H. Nasution tahun 1976 dari Dinas Sejarah Angkatan

Darat dengan judul Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia

Pemberontakan PKI 18 September 1948 jilid 8.

4. Buku Ayat-ayat yang Disembelih. Ditulis oleh Anab Afifi dan Thowaf

Zuharon. 2015 Jakarta: Jagat Publishing. Dalam buku ini dibahas mengenai

persitiwa pembantaian PKI pada tahun 1948 dan 1965 di wilayah sekitar

Jawa Timur. Ditulis dari hasil wawancara penulis dengan pelaku dan saksi

sejarah peristiwa terkait.

5. Skripsi yang ditulis oleh Nur Rahma Nisfatul Ikbar tahun 2012 dari

Fakultas Adab jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam IAIN Sunan Ampel

Surabaya dengan judul Peran Masyumi Dalam Penumpasan

Pemberontakan PKI di Madiun 1948.

Dalam skripsi ini dibahas mengenai komposisi penduduk Karesidenan

Madiun berdasarkan peta politik, adapun Partai Komunis Indonesia (PKI)

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/16438/6/4_BAB I.pdf · Moskow dan kemudian mengajukan “jalan baru” bagi ... diantaranya Semaoen dan Darsono, dari

dan partai Masyumi memiliki suara di Karesidenan Madiun.

Perkembangan partai Masyumi di Madiun, tokoh-tokoh Masyumi dalam

perjuangan melawan pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di

Madiun 1948. Selain itu tokoh-tokoh Partai Komunis Indonesia (PKI) dan

tempat-tempat bersejarah Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun.

Dalam skripsi ini pula dibahas mengenai analisis latar belakang meletusnya

pemberontakan komunis di Madiun beserta implikasi Partai Masyumi

terhadap politik umat Islam di Madiun.

6. Skripsi yang ditulis oleh Akhyar Sauqy tahun 1997 dari Fakultas Adab dan

Humaniora Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam IAIN Sunan Ampel

Surabaya dengan Judul “K.H. Moh Rofi‟i dan Pengembangan Pondok

Pesantren dan Madrasah Tempurejo Ngawi”.

Dalam skripsi ini dibahas mengenai peran K.H. Rofi’i dalam

pengembangan kelimuan Islam di Desa Tempurejo, serta pendirian pondok

pesantren Tempurejo. Dibahas pula mengenai peran ulama, kyai dan santri

yang menggelorakan perlawanan terhadap penjajahan Belanda, Jepang dan

gerakan PKI 1948 di Desa Tempurejo.

7. Skripsi yang ditulis oleh Yusron Hasani tahun 1986 dari Fakultas Adab

dan Humaniora Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam IAIN Sunan

Ampel Surabaya dengan Judul “Partisipasi Pesantren Tempurejo

Walikukun dalam Penumpasan G 30 S/PKI di Ngawi”.

Dalam skripsi ini dibahas mengenai peran pesantren sebagai benteng

pertahanan secara idiologi untuk menannggulangi peham-paham komunis

yang akan mempengaruhi masayarakat. Serta dibahas pula mengenai peran

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/16438/6/4_BAB I.pdf · Moskow dan kemudian mengajukan “jalan baru” bagi ... diantaranya Semaoen dan Darsono, dari

ulama, kyai dan santri sebagai promotor menentang gerakan komunis pada

tahun 1948 dan 1965.

Berbagai buku dan skripsi di atas dijadikan penulis sebagai kajian pustaka

sebagai perbandingan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Dalam

penelitian ini penulis memfokuskan perlawanan terhadap gerakan Partai Komunis

Indonesia di Desa Tempurejo Kecamatan Widodaren kabupaten Ngawi- Jawa

timur. Dalam hal ini, yang menjadi perbedaan penelitian penulis dengan penelitian

sebelumnya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nur Rahma Isfatul Ikbar ialah

peran Masyumi dalam menumpas gerakan Partai Komunis Indonesia, baik dari

peranan partai Masyumi dalam hal politik maupun keberadaan partai Masyumi di

Madiun. Meskipun dalam penelitian yang penulis lakukan, tokoh yang penulis

angkat merupakan anggota dari partai Masyumi, namun secara wilayah,

perlawanan dilakukan oleh tokoh-tokoh lokal ini di Desa Tempurejo Kecamatan

Widodaren Kabupaten Ngawi-Jawa Timur. Sehingga penulis titik fokusnya

terhadap satu tokoh dari anggota Partai Masyumi ini. Dalam hal ini pula, H.

Djumairi merupakan komandan yang memimpin umat Islam di desanya untuk

melakukan perlawanan terhadap keganasan Partai Komunis di Madiun yang

penumpasannya menyebar ke wilayah Magetan, Ngrambe, Ngawi,

Walikukun.Termasuk desa Tempurejo yang menjadi wilayah yang dilalui oleh

gerakan Partai Komunis Indonesia.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/16438/6/4_BAB I.pdf · Moskow dan kemudian mengajukan “jalan baru” bagi ... diantaranya Semaoen dan Darsono, dari

E. Langkah-langkah Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam pengumpulan

sumber dan penyajian penyajian data dalam penulisan mengenai “Perlawanan

Masyarakat Tempurejo Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi Jawa Timur

terhadap Gerakan Partai Komunis Indonesia (PKI) tahun 1948”, yang dilakukan

dalam penelitian ini penulis melalui empat tahap:

1. Heuristik

Pengumpulan sumber data sesuai dengan masalah yang dibahas, proses

pengumpulan data yang didapatkan dari sumber primer dan sumber sekunder.

Proses pengumpulan sumber tersebut dilakukan di berbagai tempat, seperti

perpustakaan di daerah Bandung, Jatinangor. Kegiatan pengumpulan sumber di

daerah Bandung dimulai dari perpustakaan pribadi milik penulis. Perpustakaan

Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati

Bandung. Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

bertempat Jl. A. H. Nasution 105 Bandung. Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa

Barat yang bertempat di Jl. Kawaluyaan Indah No. 4 Bandung. Di daerah

Jatinagor dilakukan di Perpustakaan Batu Api bertempat di Jl. Pramoedya Ananta

Toer 142 A Jatinangor. Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Padjajaran. Dinas Sejarah Angkatan Darat bertempat di Jl. Belitung No. 6

Bandung. Arsip Nasional Republik Indonesia yang bertempat di Jl. Ampera Raya

No. 7, Jakarta Selatan. Selain itu proses heuristik yang diakses melalui internet

terhadap skripsi Nur Rahma Nisfatul Ikbar, melalui website resmi

https://digilib.uinsby.ac.id diakses pada 14 Maret 2015, pukul 14.00. Yusron

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/16438/6/4_BAB I.pdf · Moskow dan kemudian mengajukan “jalan baru” bagi ... diantaranya Semaoen dan Darsono, dari

Hasani diakses pada 21 Juli 2016 pukul 16 45 WIB, Akhyar Sauqy diakses pada

23 Oktober 2016 pukul 00:02 WIB di Bandung.

Selain pengumpulan sumber di perpustakaan, proses heuristik juga

dilakukan dengan wawancara. Pelaksanaan wawancara terhadap masalah

peristiwa mengenai pembahasan penelitian yangdilakukan oleh penulis dengan

wawancara langsung kepada pelaku maupun saksi sejarah. Dengan narasumber

terkait yaitu H. Djumairi, wawancara dilakukan pada Kamis, 09 April 2015 di

Desa Tempurejo Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi-Jawa Timur. Karno,

wawancara dilakukan pada Jum’at, 15 April 2016 di Desa Kedunggudel

Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi-Jawa Timur. Ahmat Ihsan, wawancara

dilakukan pada jum’at, 15 Juli 2016 di Desa Kedunggudel Kecamatan Widodaren

Kabupaten Ngawi-Jawa Timur. Fathul Jannah, wawancara dilakukan pada Senin,

03 Oktober 2016 di Desa Tempurejo-Banyubiru Kecamatan Widodaren

Kabupaten Ngawi-Jawa Timur. Siti Zaidah, wawancara dilakukan pada Senin, 03

Oktober 2016 di Desa Tempurejo-Banyubiru Kecamatan Widodaren Kabupaten

Ngawi-Jawa Timur.

Setelah melakukan survey ke lapangan, peneliti menemukan beberapa

sumber, sumber yang didapatkaan berupa sumber primer dan sekunder,

diantaranya:

a. Sumber Primer

Sumber primer yang penulis gunakan dalam penelitian ini ialah:

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/16438/6/4_BAB I.pdf · Moskow dan kemudian mengajukan “jalan baru” bagi ... diantaranya Semaoen dan Darsono, dari

1) Tertulis

a) Arsip/Dokumen

1) Kementerian Penerangan Jogjakarta, Pidato Radio P. M. Sjahrir,

Djakarta 19 Djuni 1947. Jakarta: Arsip Nasional R.I.

2) Security Counsil Committe of Good Offices on the Indonesian

Question on 17 January 1948. Jakarta: Arsip Nasional R.I.

3) Kementrian Pertahanan Bagian Perantara Warta, Pemandangan

Mingguan dan Publikasi Kementerian Pertahanan. Jakarta: Arsip

Nasional R.I. tentang keadaan politik di Luar Negeri di

Yogyakarta, 19 Desember 1947

4) Keputusan Pemerintah RI Jogja: Basmi Pemberontakan!, 1976,

Bandung: Dinas Sejarah Angkatan Darat. tentang PKI telah

merebut kekuasaan Pemerintah di Madiun, pemerintah sedang

berusaha mengembalikan kekuasaan yang sah.

b) Buku

1) H. Nasution. A. 1976. Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia

Pemberontakan PKI Madiun 1948. Bandung: Dinas Sejarah

Angkatan Darat.

2) Pinardi. 1966. Peristiwa Madiun 1948. Jakarta: Inkopak-Hazera.

2) Benda

a) Visual

(1) Foto Dokumentasi Diyah Laili Rahmawati, H. Djumairi dalam

wawancara dengan penulis. Tanggal 09 April 2015.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/16438/6/4_BAB I.pdf · Moskow dan kemudian mengajukan “jalan baru” bagi ... diantaranya Semaoen dan Darsono, dari

(2) Foto Dokumentasi Diyah Laili Rahmawati, Karno dalam

wawancara dengan penulis. 15 April 2016

(3) Foto Dokumentasi Diyah Laili Rahmawati, Monumen Soerjo untuk

mengenang pembunuhan Gubernur Pertama Jawa Timur R. M.

Soerjo oleh PKI pada 1948. Tanggal 09 April 2015.

(4) Foto Dokumentasi Diyah Laili Rahmawati, Stasiun Walikukun

tempat diturukannya pasukan tentara merah Partai Komunis

Indonesia (PKI) tampak dari gerbang masuk untuk menaiki kereta

menuju arah barat. Tanggal 10 April 2015.

(5) Foto Muso berpidato. Data Arsip Foto. Bandung: Perpustakaan

Batu Api.

(6) Foto Dokumentasi pribadi Diyah Laili Rahmawati, Mushola Al-

Amin sebagai markas tentara Masyumi. Tanggal 15 Juli 2016

(7) Foto Monumen Korban Keganasan PKI 1948 di Desa Kresek.

Data Arsip Foto diakses dari situs https://aksikejipki.com. Tanggal

20 Juli 2016, pukul 07.00 WIB.

(8) Foto dokumentasi Diyah Laili Rahmawati, Hj. Siti Zaidah dalam

wawancara dengan penulis. Tanggal 03 Oktober 2016.

(9) Foto dokumentasi Diyah Laili Rahmawati, Fathul Jannah dalam

wawancara dengan penulis. Tanggal 03 Oktober 2016.

(10) Foto dokumentasi Diyah Laili Rahmawati, Madrasah Diniyah

Muhammadiyah Tempurejo didirikan pada tahun 1928. Tanggal

03 Oktober 2016.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/16438/6/4_BAB I.pdf · Moskow dan kemudian mengajukan “jalan baru” bagi ... diantaranya Semaoen dan Darsono, dari

(11) Foto dokumentasi Diyah Laili Rahmawati, Pondok Pesantren

Muhammadiyah Asrama Putra Tempurejo. Tanggal 03 Oktober

2016.

(12) Foto dokumentasi Diyah Laili Rahmawati, Pondok Pesantren

Muhammadiyah Asrama Putri tempurejo. Tanggal 03 Oktober

2016.

(13) Foto Dokumentasi Diyah Laili Rahmawati, motif batik „babon

angkrem‟. Tanggal 03 Oktober 2016.

(14) Foto dokumentasi Diyah Laili Rahmawati, motif batik „esok

sore‟. Tanggal 03 Oktober 2016.

(15) Foto dokumentasi Diyah Laili Rahmawati, motif batik „tiga

negri‟. Tanggal 03 Oktober 2016.

b) Lisan

(1) Djumairi (87) pelaku maupun saksi sejarah dalam melakukan

perlawanan terhadap gerakan Partai Komunis Indonesia (PKI)

1948. Anggota Partai Masyumi dan tentara Hisbullah-

Fisabililah.Wawancara dilalukan di kediaman narasumber

bertempat di Desa Tempurejo Kecamatan Widodaren Kabupaten

Ngawi-Jawa Timur. Pada 09 April 2015.

(2) Karno (87) pelaku maupun saksi sejarah dalam melakukan

perlawanan terhadap gerakan Partai Komunis Indonesia (PKI)

1948. Anggota Kepanduan Hizbul Wathan Tempurejo tahun 1955.

Wawancara dilakukan di kediaman narasumber bertempat di Desa

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/16438/6/4_BAB I.pdf · Moskow dan kemudian mengajukan “jalan baru” bagi ... diantaranya Semaoen dan Darsono, dari

Kedunggudel Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi-Jawa

Timur. Pada 15 April 2016.

(3) Ahmat Iksan (79) saksi sejarah dalam peristiwa gerakan Partai

Komunis Indonesia (PKI) 1948. Wawancara dilakukan di kediaman

narasumber bertempat di Desa Kedunggudel Kecamatan

Widodaren Kabupaten Ngawi Jawa Timur. Pada 15 Juli 2016.

(4) Fathul Jannah (± 83) saksi sejarah peristiwa gerakan Partai

Komunis Indonesia (PKI), Istri Alm. K.H. Mohamad Anwar

pengasuh Pondok Tempurejo Kulon. Wawancara dilakukan di

kediaman narasumber bertempat di Desa Tempurejo Banyubiru

Kecamatan Widodarena Kabupaten Ngawi Jawa Timur. Pada 03

Oktober 2016.

(5) Siti Zaidah (± 62) pengelola Koperasi Batik Sido Mukti Tempurejo

Banyubiru. Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Widodaren.

Wawancara dilakukan di kediaman narasumber di Desa Tempurejo

Banyubiru Kecamatan Widodaren Ngawi Jawa Timur. Pada 03

Oktober 2016.

b. Sumber Sekunder

1) Sumber Tertulis

a) Buku

(1) Nugroho Notosusanto, 1994, Gerakan 30 September

Pemberontakan Partai Komunis Indonesia Latar Belakang, Aksi

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/16438/6/4_BAB I.pdf · Moskow dan kemudian mengajukan “jalan baru” bagi ... diantaranya Semaoen dan Darsono, dari

dan Penumpasannya, Jakarta: Sekretariat Negara Republik

Indonesia.

(2) Anab Afifi dan Thowaf Zuharon. 2015. Ayat Ayat yang

Disembelih. Jakarta: Jagat Publishing.

(3) Harry A. Poeze; penerjemah Hersri Setiawan, 2011. Madiun 1948

PKI Bergerak, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

(4) Takashi Shiraishi, 1997, Zaman Bergerak Radikalisme di Jawa

1912-1926 (terjemahan), Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

(5) Ruth T. McVey, 2010, Kemunculan Komunisme di Indonesia

(terjemahan), Yogyakarta: Komunitas Bambu.

(6) Nugroho Notosusanto, 1981, 30 Tahun Indonesia Merdeka,

Jakarta: Tira Pustaka.

b) Majalah dan Koran

(1) “Pemberontakan PKI Muso di Madiun” dalam Pandji Masyarakat

5 November 1966/ 21 Rajab 1386, No. 3, Hlm 18-19, Jakarta:

Jajasan Nurul Islam.

(2) “Islam di Rusia” dalam Pandji Masyarakat April 1967/

Zulhidjdjah 1386. No. 13, Hlm. 28, Jakarta: Jajasan Nurul Islam.

(3) “Mengenali Beberapa Perbedaan-perbedaan Islam dengan

Marxisme-Komunisme” dalam Pandji Masyarakat Maret

1967/Zulhidjdjah 1386. No. 12. Hlm. 7-8, Jakarta: Jajasan Nurul

Islam.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/16438/6/4_BAB I.pdf · Moskow dan kemudian mengajukan “jalan baru” bagi ... diantaranya Semaoen dan Darsono, dari

c) Artikel dalam Internet

(1) Anonim. “Monumen Sumur Kresek” dalam

https://aksikejipki.com. Diakses 20 Juli 2016

(2) Imam Mukhlas. “Sejarah Tempurejo” dalam

https://Fatwatempurejo.blogspot.com. Diakses 16 Desember

2015.

(3) Nahi Munkar “Pemutarbalikkan Fakta Sejarah Pembantaian para

Ulama oleh PKI” dalam https://jbahonar.worpress.com. Diakses

25 Juli 2016.

(4) Anonim. “Monumen Sumur Soco” dalam

https://bentengmagetan.com. Diakses 20 Juli 2016

(5) Anonim. “Hizbul Wathan” dalam

https://www.muhammadiyah.or.id.html. 22 September 2016

2. Kritik

Setelah sumber sejarah dalam berbagai kategorinya itu terkumpul, tahap

yang berikutnya ialah verifikasi atau lazim disebut juga dengan kritik untuk

memperoleh keabsahan sumber.19

Dalam hal ini terdapat dua kritik terhadap

sumber yang didapatkan, yaitu kritik ekstern dan kritik intern

Kritik ekstern merupakan cara melakukan verifikasi atau pengujian

terhadap aspek-aspek “luar” sumber sejarah. Sebelum semua kesaksian yang

berhasil dikumpulkan oleh sejarawan dapat digunakan untuk merekontruksi masa

19

Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah,( Jakarta: Logos, 1999), hlm. 58

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/16438/6/4_BAB I.pdf · Moskow dan kemudian mengajukan “jalan baru” bagi ... diantaranya Semaoen dan Darsono, dari

lalu, terlebih dahulu harus dilakukan pemeriksaan yang ketat.20

Sedangkan Kritik

Intern atau kritik dalam dilakukan untuk menyelidiki sumber yang berkaitan

dengan sumber masalah penelitian.21

Setelah penulis mendapatkan sumber dokumen ini, penulis khususnya

melakukan kritik ekstern, yaitu melihat sumber dari sisi luarnya apakah sumber

tersebut layak atau tidak, serta untuk melihat keauntentikan dan keaslian sumber.

Penulis mendapatkan arsip dari Dinas Sejarah Angkatan Darat, dokumen ini yang

ditulis oleh A.H. Nasution menggunakan mesin tik, keadaan tulisan terbaca.

Melihat dari penulisnya ialah A.N. Nasution merupakan saksi sejarah terhadap

peristiwa tersebut.

Setelah penulis mendapatkan sumber lisan ini, penulis khususnya

melakukan kritik ekstern, yaitu melihat sumber dari sisi luarnya apakah sumber

lisan tersebut layak atau tidak, serta untuk dilihat keautentikan dan keaslian

sumber. Penulis melakukan wawancara dengan tokoh masyarakat yaitu H.

Djumairi (±88), jika dilihat dari kesaksian beliau secara penuh dan mau, dengan

suka rela narasumber memberikan informasi terkait peristiwa sesuai yang beliau

alami. Karena beliau merupakan komandan dari masyarakat Islam setempat dalam

melakukan perlawanan. Karena narasumber yang penulis wawancarai merupakan

pelaku maupun saksi sejarah, sehingga bisa dipertanggung jawabkan dengan

pertimbangan dalam aturan kritik ekstern.

Sedangkan sumber lisan selanjutnya penulis dapatkan dari hasil

wawancara dengan Karno (±87). Narasumber merupakan salah satu masyarakat di

20

Sulasman, Metodologi Penelitian Sejarah Teori Metode Contoh Aplikasi, (Bandung:

Pustaka Setia), hlm.102 21

Sulasman, Ibid. hlm. 102

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/16438/6/4_BAB I.pdf · Moskow dan kemudian mengajukan “jalan baru” bagi ... diantaranya Semaoen dan Darsono, dari

luar Desa Tempurejo yang terfitnah oleh aksi yang dilakukan PKI. Sehingga

narasumber merupakan pelaku maupun saksi sejarah, sehingga bisa dipertanggung

jawabkan dengan pertimbangan dalam aturan kritik ekstern.

Ahmat Iksan (79), merupakan salah satu masyarakat luar Desa Tempurejo

yang menjadi saksi atas perlawanan Almarhum Ramlan. Beliau merupakan saksi

sejarah, sekaligus pengelola mushola Al-Amin yang menjadi markas Masyumi

ketika itu. Sehingga sumber bisa dipertanggung jawabkan.

Fathul Jannah (83), merupakan salah satu masyarakat Desa Tempurejo

yang menjadi saksi atas perlawanan suaminya, Almarhum K. H. Mohammad

Anwar. Beliau merupakan saksi sejarah, sehingga sumber bisa dipertanggung

jawabkan.

Dalam sumber dokumen ini penulis melakukan kritik intern. Dokumen

yang ditulis A.H. Nasution ini berkenaan dengan keputusan pemerintah RI untuk

membasmi pemberontak. Sehingga sumber ini kredibel.

Dalam sumber lisan ini penulis melakukan kritik intern. Dimana dalam

tahapan ini penulis melihat keempat sumber tersebut dari dalamnya. Penulis

melakukan wawancara dengan beberapa narasumber diatas dalam hal ini

narasumber yang dimaksud memenuhi kriteria sebagai sumber yang kredibel

karena memenuhi syarat dalam sebuah kritik intern sumber: keempat narasumber

ini pada saat peristiwa tersebut sudah dalam kondisi dewasa dan dalam keadaan

sehat, selain itu keikut sertaan kedua narasumber dalam melakukan perlawanan

pada peristiwa tersebut di usia yang sudah cukup dewasa pula. Kemudian

narasumber yang keempat, meskipun tidak ikut serta dalam perlawanan, namun

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/16438/6/4_BAB I.pdf · Moskow dan kemudian mengajukan “jalan baru” bagi ... diantaranya Semaoen dan Darsono, dari

pada usianya telah menjadi saksi dalam peristiwa tersebut. Selain itu penulis

menghubungkan pula dari hasil wawancara beberapa narasumber di atas untuk

melihat kredibel kesaksian tersebut dan kesinambungan kesaksiaannya. Dapat

disimpulkan keempat narasumber merupakan sumber lisan yang kredibel terhadap

peristiwa perlawanan masyarat Tempurejo terhadap gerakan PKI 1948.

3. Interpretasi

Interpretasi merupakan penafsiran sejarah atau analisis penulis untuk

menguraikan suatu fakta-fakta tehadap suatu peristiwa sejarah.

Dalam penelitian sejarah sosial ini, perlawanan masayarakat Desa

Tempurejo merupakan peristiwa sejarah sosial yang bersifat lokal. Menurut R.B.

Gribb bahwa perhatian utama dari sejarah sosial ialah bagaimana masyarakat

mempertahankan dirinya, mengatur hubungan sesamanya, dan bagaimana

memecahkan masalah dalam berhadapan dengan lingkungannya (alamiah atau

sosial), maka Gribb mengungkapkan bahwa gejolak revolusi pada lokalitas

tertentu. Sehingga peristiwa sejarah sosial tersebut bukanlah untaian dan tindakan

para aktor yang terlalu dipentingkan, namun pola dan perilaku yang menghasilkan

“event”. Sebagaimana yang dikutip oleh Dedi Saeful Anwar dalam skripsinya

yang berjudul Perlawanan Pasukan M.A Sentot Melawan Agresi Militer Belanda

di Indramayu Tahun 1946-194822

, bahwa peristiwa sejarah yang bersifat lokal

seperti perlawanan masyarakat Desa Tempurejo terhadap gerakan Partai Komunis

Indonesia, merupakan bagian dari sejarah nasional.

22

Dedi Saeful Nawar, (2015) “Perlawanan Pasukan M.A Sentot Melawan Agresi Militer

Belanda di Indramayu Tahun 1946-1948” Skripsi, (Bandung: Universitas Islam Negeri Sunan

Gunung Djati Bandung). Hlm. 16.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/16438/6/4_BAB I.pdf · Moskow dan kemudian mengajukan “jalan baru” bagi ... diantaranya Semaoen dan Darsono, dari

Mengenai sejarah lokal atau daerah yang penulis angkat dalam sebuah

penelitian ini, perlawanan Masyarakat Desa Tempurejo terhadap partai komunis

Indonesia (PKI) ialah masyarakat yang tergabung dalam Partai Masyumi dan

tergabung dalam pelatihan Laskar Hisbullah.

4. Historiografi

Historiografi merupakan langkah akhir dalam penelitian sejarah. Dalam hal

ini penulis mengkategorikan dalam empat bab, yaitu:

BAB I, merupakan Bab Pendahuluan yang mencakup di dalamnya: Latar

Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, dan Langkah-langkah

Penelitian yang meliputi Heuristik, Kritik, Interpretasi dan Historigrafi.

BAB II merupakan bab yang membahas mengenai Gerakan Partai

Komunis Indonesia (PKI) di desa Tempurejo kecamatan Widodaren Kabupaten

Ngawi Jawa Timur tahun 1948 mencakup: Sejarah Keberadaan Partai Komunis

Indonesia di desa Tempurejo kecamatan Widodaren Ngawi Jawa Timur tahun

1948, tokoh-tokoh komunis di Desa Tempurejo Kecamatan Widodaren Kabupaten

Ngawi Jawa Timur tahun 1948, aktivitas dan propaganda Partai Komunis

Indonesia di Desa Tempurejo Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi Jawa

Timur tahun 1948.

BAB III merupakan bab yang membahas Perlawanan masyarakat desa

Tempurejo terhadap Gerakan Partai Komunis Indonesia (PKI) tahun 1948

mencakup: gambaran umum masyarakat desa Tempurejo menjelang munculnya

gerakan Partai Komunis Indonesia (PKI) TAHUN 1948: geografis, politik,

ekonomi, sosial budaya, agama. Faktor-faktor pendorong perlawanan masyarakat

Tempurejo terhadap gerakan Partai Komunis Indonesia (PKI). Proses perlawanan

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/16438/6/4_BAB I.pdf · Moskow dan kemudian mengajukan “jalan baru” bagi ... diantaranya Semaoen dan Darsono, dari

masyarakat Tempurejo terhadap gerakan Pertai Komunis Indonesia (PKI). Solusi

masyarakat Tempurejo dalam menentang gerakan Partai Komunis Indonesia

(PKI). Dampak dan Pengaruh.

BAB IV merupakan bab kesimpulan dari pembahasan.