BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/41359/1/BAB I.pdf · menunjukkan sikap...

29
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arus reformasi disegala bidang di Indonesia secara umum menuntut penerapan demokrasi, desentralisasi, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu perubahan mendasar sebagai implikasi dari reformasi yang dirasakan dalam dunia pendidikan saat ini adalah adanya sistem manajemen desentralistik. Melalui kebijakan desentralisasi ini diharapkan akan dapat mempercepat usaha peningkatan pemerataan, perluasan akses, peningkatan mutu dan relevansi pendidikan dengan kebutuhan pembangunan. Dengan usaha-usaha tersebut, dimungkinkan akan mempercepat berkembangnya pendidikan yang progresif dan visioner. 1 Disisi lain secara konseptual, pemberdayaan akan dapat berjalan efektif jika masyarakat yang menerima limpahan kewenangan telah memiliki kemauan dan kemampuan untuk merealisasikan kewenangan yang dimiliki. Usaha percepatan kesiapan, akselerasi kemauan dan kemampuan untuk melaksanakan limpahan kewenangan ini, salah satu strategi yang di pandang penting untuk dimiliki bersama adalah standar mutu pendidikan. 2 1 Jamal Ma’mur Asmani, Tips Praktis Membangun dan Mengolah Administrasi Sekolah, (Yogyakarta: DIVA Press, 2011), hlm. 214 2 Abi Sujak, Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, (Depdiknas), vol 1 no. 1 April 2006. (http://re-searchengines.com/0506 Abi.html, diakses 2 Februari 2015).

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/41359/1/BAB I.pdf · menunjukkan sikap...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/41359/1/BAB I.pdf · menunjukkan sikap kepedulian, semangat bekerja, disiplin tinggi, keteladanan dan hubungan manusiawi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Arus reformasi disegala bidang di Indonesia secara umum menuntut

penerapan demokrasi, desentralisasi, serta menjunjung tinggi hak asasi

manusia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu perubahan

mendasar sebagai implikasi dari reformasi yang dirasakan dalam dunia

pendidikan saat ini adalah adanya sistem manajemen desentralistik. Melalui

kebijakan desentralisasi ini diharapkan akan dapat mempercepat usaha

peningkatan pemerataan, perluasan akses, peningkatan mutu dan relevansi

pendidikan dengan kebutuhan pembangunan. Dengan usaha-usaha tersebut,

dimungkinkan akan mempercepat berkembangnya pendidikan yang progresif

dan visioner.1 Disisi lain secara konseptual, pemberdayaan akan dapat

berjalan efektif jika masyarakat yang menerima limpahan kewenangan telah

memiliki kemauan dan kemampuan untuk merealisasikan kewenangan yang

dimiliki.

Usaha percepatan kesiapan, akselerasi kemauan dan kemampuan

untuk melaksanakan limpahan kewenangan ini, salah satu strategi yang di

pandang penting untuk dimiliki bersama adalah standar mutu pendidikan.2

1 Jamal Ma’mur Asmani, Tips Praktis Membangun dan Mengolah Administrasi

Sekolah, (Yogyakarta: DIVA Press, 2011), hlm. 214 2 Abi Sujak, Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan,

(Depdiknas), vol 1 no. 1 April 2006. (http://re-searchengines.com/0506 Abi.html, diakses 2

Februari 2015).

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/41359/1/BAB I.pdf · menunjukkan sikap kepedulian, semangat bekerja, disiplin tinggi, keteladanan dan hubungan manusiawi

2

Sejalan dengan konsep tersebut Direktorat Jendral Dinas Pendidikan Dasar

dan Menengah menetapkan bahwa ukuran mutu pendidikan di sekolah

mengacu kepada derajat keunggulan setiap komponennya, bersifat relatif dan

selalu ada dalam perbandingan. Ukuran sekolah yang baik bukan semata-

mata dilihat dari kesempurnaan komponennya dan kekuatan yang

dimilikinya, melainkan diukur melalui kemampuan sekolah dalam

mengantisipasi perubahan.

Pendidikan memiliki peran dan pengaruh positif terhadap segala

bidang kehidupan dan perkembangan manusia dengan berbagai aspek

kepribadiannya. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting bagi

pembangunan bangsa, karena itu hampir semua bangsa menempatkan

pembangunan pendidikan sebagai prioritas utama dalam pembangunan

nasional. Dalam era keterbukaan, bangsa kita harus siap berkompetisi dengan

bangsa lain dalam berbagai bidang kehidupan, sehingga penyiapan sumber

daya manusia yang bermutu merupakan hal yang amat penting agar kita tidak

tertinggal dari bangsa-bangsa lain.

Salah satu permasalahan pendidikan yang muncul dewasa ini adalah

rendahnya mutu pendidikan pada jenjang dan satuan pendidikan khususnya

pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan, antara lain

melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualifikasi guru, penyediaan dan

perbaikan sarana/prasarana pendidikan, serta peningkatan mutu manajemen

sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum

menunjukkan peningkatan yang merata, Sebagian sekolah, terutama di kota-

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/41359/1/BAB I.pdf · menunjukkan sikap kepedulian, semangat bekerja, disiplin tinggi, keteladanan dan hubungan manusiawi

3

kota besar, menunjukkan peningkatan mutu yang cukup menggembirakan,

namun sebagian lainnya masih memprihatinkan. Dari berbagai pengamatan,

salah satunya menurut Eman Suparman sedikitnya ada tiga faktor yang

menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata.

Pertama, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional

menggunakan pendekatan educational production function yang tidak

dilaksanakan secara konsekuen. Pendekatan ini melihat bahwa lembaga

pendidikan berfungsi sebagai pusat produksi yang apabila dipilih semua input

(masukan) yang diperlukan dalam kegiatan produksi tersebut, maka lembaga

ini akan menghasilkan output yang dikehendaki. Dalam kenyataan, mutu

pendidikan yang diharapkan tidak terjadi, mengapa? Karena selama ini dalam

menerapkan pendekatan education production junction terlalu memusatkan

pada input pendidikan dan kurang memperhatikan pada proses pendidikan.

Padahal, proses pendidikan sangat menentukan output pendidikan.

Kedua, penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik,

sehingga sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada

keputusan birokrasi, yang kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak

sesuai dengan kondisi sekolah setempat. Dengan demikian sekolah

kehilangan kemandirian, motivasi, dan inisiatif untuk mengembangkan dan

memajukan lembaganya termasuk peningkatan mutu pendidikan sebagai

salah satu tujuan pendidikan nasional.

Ketiga, peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam

penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim. Partisipasi masyarakat

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/41359/1/BAB I.pdf · menunjukkan sikap kepedulian, semangat bekerja, disiplin tinggi, keteladanan dan hubungan manusiawi

4

pada umumnya selama ini lebih banyak bersifat dukungan dana, bukan pada

proses pendidikan (pengambilan keputusan, monitoring, evaluasi, dan

akuntabilitas). Berkaitan dengan akuntabilitas, sekolah tidak mempunyai

beban untuk mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan pendidikan kepada

masyarakat, khususnya orang tua siswa, sebagai salah satu pihak utama yang

berkepentingan dengan pendidikan.3

Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut, perlu dilakukan upaya-

upaya perbaikan. Salah satunya melalui program yang terus dikembangkan

adalah reorientasi penyelenggaraan pendidikan, melalui manajemen berbasis

sekolah (school based management). Konsep Manajemen Berbasis Sekolah

ini berawal dari salah satu isi Undang-Undang nomor 25 Tahun 2000 tentang

Program Pembangunan Nasional (Propenas), khususnya Bab VII

(Pembangunan Pendidikan) digambarkan bahwa dunia pendidikan di

Indonesia menghadapi tiga tantangan besar, di antaranya adalah sejalan

dengan diberlakukannya otonomi daerah, sistem pendidikan nasional dituntut

untuk melakukan perubahan dan penyesuaian sehingga dapat mewujudkan

proses pendidikan yang lebih demokratis, memperhatikan keberagaman

kebutuhan/keadaan daerah dan peserta didik, serta mendorong peningkatan

partisipasi masyarakat Salah satu tujuan pembinaan sekolah, mulai dari pra

sekolah sampai sekolah menengah adalah terselenggaranya manajemen yang

berbasis sekolah dan masyarakat (school/community based education).

3 Eman Suparman, Manajemen Pendidikan Masa Depan, Makalah Internet,

www.depdihuis.go.id. Diakses 2 Februari 2015

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/41359/1/BAB I.pdf · menunjukkan sikap kepedulian, semangat bekerja, disiplin tinggi, keteladanan dan hubungan manusiawi

5

Dengan istilah yang populer Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah

(MPMBS).

Implementasi manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah tidak

terlepas dari berbagai pihak di sekolah, salah satunya ialah kepala sekolah.

Maka harus disiapkan kepemimpinan kepala sekolah profesional yang

memiliki kemampuan manajerial dan integritas pribadi untuk mewujudkan

visi menjadi aksi secara demokratis dan transparan dalam berbagai

pengambilan keputusan.

Kepala sekolah memiliki peran yang sangat besar dalam mengelola

sekolah. Kepala Sekolah merupakan motor penggerak, penentu arah

kebijakan menuju sekolah dan pendidikan secara luas. Sebagai pengelola

institusi satuan pendidikan, kepala sekolah dituntut untuk selalu

meningkatkan efektifitas kinerjanya. Untuk mencapai mutu sekolah yang

efektif, kepala sekolah dan seluruh stakeholders harus bahu membahu

kerjasama dengan penuh kekompakan dalam segala hal.

Kepala Sekolah yang efektif adalah kepala sekolah yang dalam

kinerjanya selalu membuka diri dari pengaruh guru dan karyawan lainnya

dalam persoalan penting. Kepemimpinan yang efektif ialah mereka yang

dapat beradaptasi dengan situasi bervariasi yang akan menentukan

keberhasilan pimpinan. Kepemimpinan yang berorientasi kepuasan personal

seringkali disukai bawahan. Oleh karenanya, modal kepala sekolah yang

utama adalah perlunya kepala sekolah memiliki pengetahuan kepemimpinan

baik perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan suatu

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/41359/1/BAB I.pdf · menunjukkan sikap kepedulian, semangat bekerja, disiplin tinggi, keteladanan dan hubungan manusiawi

6

program sekolah dan pendidikan secara luas. Selain itu kepala sekolah harus

menunjukkan sikap kepedulian, semangat bekerja, disiplin tinggi, keteladanan

dan hubungan manusiawi dalam rangka perwujudan iklim kerja yang sejuk

dan kondusif.

Kepala Sekolah selaku top manager sekolah dalam rangka

meningkatkan proses belajar mengajar senantiasa check and recheck program

yang dijalankan oleh para guru. Agar tidak terjadi tumpang tindih dalam

bekerja Kepala Sekolah hendaknya memiliki kemampuan untuk berkolaborasi

dengan guru dan masyarakat sekitar sekolah, memiliki pemahaman dan

wawasan yang luas tentang teori pendidikan dan pembelajaran, memiliki

kemampuan dan keterampilan untuk menganalisis situasi sekarang dan

mampu memprediksi masa depan, memiliki kemampuan mengidentifikasi

masalah dan keutuhan yang berkaitan dengan efektifitas pendidikan di

sekolah, serta mampu memanfaatkan berbagai peluang, menjadikan tantangan

serta mengkonsptualisasikan arah baru untuk perubahan.

Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dapat dilihat berdasarkan

kriteria, mampu memberdayakan guru untuk melaksanakan proses

pembelajaran dengan baik, lancar dan produktif. Kepala Sekolah dapat

menjelaskan tugas dan pekerjaannya sesuai dengan waktu yang telah

ditetapkan, mampu membangun hubungan yang harmonis dengan guru,

masyarakat dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah.

Kepala sekolah dituntut untuk menjalin kerjasama yang baik dengan

berbagai pihak yang terkait dengan program pendidikan disekolah, mampu

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/41359/1/BAB I.pdf · menunjukkan sikap kepedulian, semangat bekerja, disiplin tinggi, keteladanan dan hubungan manusiawi

7

berperan sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader,

inovator, motivator pendidikan. Seorang kepala sekolah dalam rangka

melakukan peran dan fungsinya sebagai inovator, kepala sekolah harus

memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan

lingkungan, mencari gagasan baru mengintegrasikan setiap kegiatan,

memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan disekolah dan

mengembangkan pembelajaran yang inovatif.4

Dengan demikian diperlukan efektifitas peran dari kepala sekolah

dalam mengembangkan manajemen mutu sekolah. Efektivitas dapat

digambarkan dengan sejauh mana tingkat output yang diinginkan tercapai.5

Lasa HS memberikan definisi tentang efektivitas adalah melakukan pekerjaan

yang benar atau doing the right things. Efektivitas menunjukkan kemampuan

seseorang dalam merumuskan tujuan dan alat yang tepat untuk mencapai

tujuan. Agar efektivitas dan efisien dalam mengkomunikasikan informasi,

jasa, dan fasilitas kiranya perlu memperhatikan: keterbukaan atau openness;

empati atau emphaty; dukungan atau suportivity; sikap positif; kesetaraan.6

Kamus Umum Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa makna efektif

adalah sesuatu yang ada efeknya (pengaruhnya, akibatnya, kesannya),

manjur, mujarab, mempan.7

4 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2007), hlm. 118 5 Jaap Scheerens, Menjadikan Sekolah Efektif, terj. Abas Al-Jauhari, cetakan

pertama (Bandung: Logos, 2003), hlm. 9 6 Lasa HS, Kamus Istilah Perpustakaan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press, 2009), hlm. 73 7 Purwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: PN Balai Pustaka,

1985), hlm. 266)

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/41359/1/BAB I.pdf · menunjukkan sikap kepedulian, semangat bekerja, disiplin tinggi, keteladanan dan hubungan manusiawi

8

Kepala sekolah dituntut untuk mampu bekerja professional dan

berfikir makro secara jernih sehingga mampu memberikan efek positif bagi

lingkungan kerjanya.8 Kepala sekolah memiliki tanggung jawab dalam

melakukan manajemen mutu sekolah bagi lembaga pendidikan yang dikelola.

Berkaitan dengan manajemen berbasis sekolah, kepala sekolah secara ideal

harus mampu mencapai tujuan yang menjadi program pendidikan.

Pada umumnya hampir semua lembaga pendidikan telah menjalankan

program manajemen berbasis sekolah, mulai dari sekolah tingkat dasar

sampai tingkat menengah atas. Demikian juga manajemen ini

diimplementasikan di SMK Muhammadiyah 2 Blora. Oleh karena itu

berangkat dari paparan di atas penulis hendak mengadakan penelitian tentang

Efektifitas Peran Kepala Sekolah dalam Implementasi Manajemen Berbasis

Sekolah di SMK Muhammadiyah 2 Blora. Penulis memilih SMK

Muhammadiyah 2 Blora karena sekolah ini merupakan salah satu unggulan

sekolah Muhammadiyah di Kabupaten Blora. Hasil penelitian yang telah

dilakukan di harapkan dapat meningkatkan kualitas dan mutu proses belajar

mengajar, pengelolaan yang melibatkan stakeholder pendidikan dan

keterlibatan masyarakat sebagai wujud dari keikutsertaannya membangun

manajemen pendidikan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka dapat disusun

rumusan masalah sebagai berikut:

8 Ary Ginanjar Agustian, Emotional Spritual Quotient (ESQ), (Jakarta: ARGA

Publishing, 2007), hlm. 85

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/41359/1/BAB I.pdf · menunjukkan sikap kepedulian, semangat bekerja, disiplin tinggi, keteladanan dan hubungan manusiawi

9

1. Bagaimana implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di SMK

Muhammadiyah 2 Blora?

2. Bagaimana efektifitas peran kepala sekolah dalam implementasi

Manajemen Berbasis Sekolah di SMK Muhammadiyah 2 Blora?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan :

a. Melakukan analisis tentang Manajemen Berbasis Sekolah yang telah

di implementasikan di SMK Muhammadiyah 2 Blora sehingga

peneliti mampu mendiskripsikan dan mengerti bagaimana hasil

implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di SMK Muhammadiyah

2 Blora.

b. Dengan melakukan kajian tentang peran kepala sekolah dalam

melakukan pengelolaan sekolah melalui Manajemen Berbasis Sekolah

peneliti akan mendeskripsikan secara mendalam efektifitas peran

kepala sekolah dalam implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di

SMK Muhammadiyah 2 Blora.

2. Manfaat

a. Manfaat Akademik

1) Sebagai bahan kajian dalam rangka pengembangan keilmuan

khususnya yang berkaitan dengan implementasi Manajemen

Berbasis Sekolah di SMK Muhammadiyah 2 Blora.

2) Menyediakan informasi tentang bagaimana efektifitas peran

kepala sekolah dalam implementasi Manajemen Berbasis Sekolah

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/41359/1/BAB I.pdf · menunjukkan sikap kepedulian, semangat bekerja, disiplin tinggi, keteladanan dan hubungan manusiawi

10

di SMK Muhammadiyah 2 Blora dalam rangka memperkaya

wacana keilmuan dalam dunia pendidikan Islam.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi guru

Memberikan manfaat bagi para pendidik dalam memahami

konsep pendidikan spiritual dan aplikasinya dalam dunia

pendidikan Islam, sehingga dapat menjadi acuan dalam menyusun

tujuan pendidikan yang akan dilaksanakannya untuk

menghasilkan peserta didik yang memiliki keterpaduan yang

sehat antara jiwa dan raganya.

2) Bagi Kepala Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan kajian ilmiah lebih

lanjut mengenai pengelolaan pendidikan Islam khususnya yang

berkaitan dengan manajemen berbasis sekolah.

3) Bagi Yayasan

Sebagai bahan kajian dalam rangka meningkatkan proses

manajemen kelembagaan pendidikan yang dikelola.

D. Telaah Pustaka

Sebagai penelitian awal dalam proses pembahasan tesis ini perlu

dilakukan penelitian pustaka. Kajian ini dimaksudkan untuk menunjukkan

bahwa penelitian yang sedang dilaksanakan oleh penulis belum pernah diteliti

dalam konteks yang sama sekaligus memberikan penjelasan di mana posisi

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/41359/1/BAB I.pdf · menunjukkan sikap kepedulian, semangat bekerja, disiplin tinggi, keteladanan dan hubungan manusiawi

11

penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti saat ini.9 Adapun Penelitian-

penelitian terdahulu yang menjadi bahan kajian pustaka dalam tesis ini

diantaranya :

1. Tesis dengan Judul “Manajemen Pengembangan Pendidikan Formal

Pesantren Sabilil Muttaqin Takeran Magetan Jawa Timur” dan fokus

penelitian tersebut pada model manajemen pengembangan pendidikan

formal pesantren sebagai dasar integrasi pesantren dalam perkembangan

pendidikan yang semakin global.10

Hasil yang relevan dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu

tentang manajemen, sehingga ada keterkaitan dengan manajemen sekolah

yang penulis teliti. Perbedaannya ialah penelitian penulis berkaitan

dengan efektifitas peran kepala sekolah dalam mengelola manajemen

berbasis sekolah, sementara penelitian di atas hanya memandang tentang

manajemen yang dilakukan di pesantren.

2. Tesis “Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi di SMU 7

Yogyakarta”, ditulis oleh Moh. Sakir, Yogyakarta, UIN Sunan Kalijaga,

tahun 2004. Dalam tesis ini membahas tentang, makna, tujuan dan fungsi

pendidikan dengan mengemukakan landasan yuridis dan filosofis KBK,

pengertian dan hakekat KBK, serta profil SMU 7 Yogyakarta dengan

menyertakan pelaksanaan KBK di SMU 7 Yogyakarta. Dalam

9 Abdurrahman Assegaf, Teknik Penulisan Skripsi: Materi Sekolah Penelitian Tim

DPP Divisi Penelitian, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2006), hlm. 3 10

Ummu Hanik, Manajemen Pengembangan Pendidikan Formal Pesantren Sabilil

Muttaqin Takeran Magetan Jawa Timur, (Yogyakarta, UIN Sunan Kalijaga 2003), hlm. v.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/41359/1/BAB I.pdf · menunjukkan sikap kepedulian, semangat bekerja, disiplin tinggi, keteladanan dan hubungan manusiawi

12

penelitiannya, Moh. Sakir tidak membahas sejauh mana tingkat efektifitas

peran kepala sekolah dalam pengelolaan manajemen berbasis sekolah.11

3. Tesis “Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu

Pendidikan di MTs Ali Maksum Krapyak Yogyakarta” oleh Ahmad

Hariadi pada tahun 2005 dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif,

dan metode pengumpulan data wawancara, observasi dan metodologi

lainnya. Dalam tesis ini Ahmad Hariadi menjelaskan bahwa Peran

Kepemimpinan Kepala Sekolah MTs Ali Maksum sangat menentukan

keberhasilan dan kesuksesan pendidikan. Namun demikian, kekurangan

sarana dan prasarana pendidikan sangat mempengaruhi kelancaran proses

pendidikan di MTs ini. Selain itu kualifikasi tenaga pendidik yang kurang,

dan adanya ketidak sesuaian antara bidang dan kualifikasi pengajar, turut

menghambat proses peningkatan kualitas pedidikan. Faktor-faktor tersebut

turut mempengaruhi gaya kepemimpinan Kepala Sekolah di MTs Ali

Maksum Krapyak Yogyakarta.12

4. Jurnal yang disampaikan dalam Global Conference on Business & Social

Science-2014, GCBSS-2014, 15th & 16th December, Kuala Lumpur yang

berjudul The Implementation of School Based Management Policy: An

Exploration oleh Valliamah Shoma Vally G, Khadijah Daud.

Jurnal tersebut mengungkapkan bahwa keefektifan sekolah ditentukan oleh

kualitas pengelola. Prinsip ini sangat penting untuk membawa sekolah

11

Moh. Sakir, Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi di SMU 7 Yogyakarta,

(Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga, 2004) 12

Ahmad Hariandi, Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan

Mutu Pendidikan di MTs Ali Maksum Krapyak Yogyakarta”, Tesis, (Yogyakarta: UIN, 2005).

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/41359/1/BAB I.pdf · menunjukkan sikap kepedulian, semangat bekerja, disiplin tinggi, keteladanan dan hubungan manusiawi

13

menuju pada sekolah yang unggul. Penelitian ini mengungkap bagaimana

menerapkan School Based Management di Kuala Lumpur Secondary

School. Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa KL School memiliki

tendensi yang kuat dalam menerapkan visi dan misi sekolah selaras dengan

kemampuan manajemen sumber daya manusianya. Penelitian ini

memberikan korelasi bahwa semakin efektif sumber daya manusia

memainkan peranannya maka akan semakin efektif pula menjalankan visi

dan misi sekolah sehingga mampu melakukan manajemen yang efektif

pula. Dari uraian jurnal tersebut terdapat persamaan dengan penelitian

yang dilakukan dalam tesis ini yakni berkaitan dengan manajemen

sekolah, akan tetapi terdapat perbedaan yaitu dalam tesis ini peneliti

melakukan kajian yang lebih khusus yakni peran kepala sekolah dalam

manajemen sekolah.

5. Makalah dalam Jurnal International Conference on Education and

Educational Psychology (ICEEPSY 2012) yang berjudul School-Based

Management (SBM), Opportunity or Threat (Education systems of Iran)

oleh Saeid Moradi, Sufean Bin Hussin, Nader Barzegar. Penelitian dalam

jurnal tersebut bertujuan meneliti School Based Management yang

diimplementasikan oleh sistem pendidikan di Iran.

Setelah ditinjau ulang tentang karakteristik School Based

Management melalui beberapa prinsip dan metode. Hasil dari penelitian

ini mengindikasikan bahwa selama implementasi School Based

Management, beberapa indikator seperti manajemen sistem pendidikan,

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/41359/1/BAB I.pdf · menunjukkan sikap kepedulian, semangat bekerja, disiplin tinggi, keteladanan dan hubungan manusiawi

14

kurikulum, pendanaan, materi pendidikan, prinsip-prinsip yang memiliki

peranan penting seperti guru, pendidik, siswa dan beberapa faktor-faktor

lain seharusnya selalu dipertimbangkan kembali manajemennya.

Dalam jurnal tersebut sisi persamaannya dengan penelitian tesis ini ialah

dalam hal penelitian tentang Manajemen Berbasis Sekolah secara umum,

tetapi masih memiliki perbedaan yakni pada focus penelitian yakni peneliti

dalam tesis ini lebih memfokuskan pada penelitian peran kepala sekolah

dalam Manajemen Berbasis Sekolah di SMK Muhammadiyah 2 Blora.

Dari beberapa telaah pustaka di atas, penelitian yang penulis

lakukan secara khusus belum pernah di teliti sehingga penelitian ini relevan

dilakukan oleh peneliti.

E. Kerangka Teoritik

1. Manajemen Berbasis Sekolah

a. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah

Ditinjau dari segi bahasa istilah manajemen berbasis sekolah

berasal dari tiga kata yaitu manajemen, berbasis, dan sekolah.

Manajemen adalah pengkoordinasian dan penyerasian sumberdaya

melalui sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan atau untuk

memenuhi kebutuhan pelanggan.13

Berbasis berarti “berdasarkan pada” atau “berfokuskan pada”.

Sekolah adalah suatu organisasi terbawah dalam jajaran Departemen

Pendidikan Nasional (Depdiknas) yang bertugas memberikan “bekal

13

Slamet P.H., Manajemen Berbasis Sekolah, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan

No. 27 Tahun 2001, http://www.pdk.go.id/jumal/27/manajemen-berbasis-sekolah.htm.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/41359/1/BAB I.pdf · menunjukkan sikap kepedulian, semangat bekerja, disiplin tinggi, keteladanan dan hubungan manusiawi

15

kemampuan dasar” kepada peserta didik atas dasar ketentuan-ketentuan

yang bersifat legalistik (makro, meso, nikro) dan profesionalistik

(kualifikasi, untuk sumber daya manusia; spesifikasi untuk

barang/jasa,dan prosedur-prosedur kerja. Dari uraian tersebut dapat

dirangkum bahwa “manajemen berbasis sekolah” adalah

pengkoordinasian dan penyerasian sumberdaya yang dilakukan secara

otonomis (mandiri) oleh sekolah melalui sejumlah input manajemen

untuk mencapai tujuan sekolah dalam kerangka pendidikan nasional,

dengan melibatkan semua kelompok kepentingan yang terkait dengan

sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan

(partisipatif).14

Lebih ringkas lagi, manajemen berbasis sekolah dapat

dirumuskan sebagai berikut: manajemen berbasis sekolah= otonomi

manajemen sekolah + pengambilan keputusan partisipatif untuk

mencapai sasaran mutu sekolah.15

Otonomi dapat dijadikan sebagai kewenangan/kemandirian yaitu

kemandirian dalam mengatur dan mengurus dirinya sendiri, dan

merdeka/tidak tergantung (Undang-Undang No.22 Th.1999 tentang

Pemerintahan Daerah). Istilah otonomi juga sama dengan istilah “swa”,

misalnya swasembada, swakelola, swadana, swakarya, swalayan, dan

swa-swa lainnya. Jadi otonomi sekolah adalah kewenangan sekolah

untuk mengatur dan mengurus kepentingun warga sekolah menurut

14

Ibid. Catatan: kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah meliputi: kepala

sekolah dan wakil-wakilnya, guru, siswa, korselor, tenaga adniinistratif, orangtua siswa,

tokoh masyarakat, para profesional, wakil pemerintahan, wakil organisasi pendidikan. 15

Depdiknas, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah: Buku I Konsep dan

Pelaksanaan (Jakarta: Dirjen Dikdasmen Direktorat SLTP, 2001), hlm. 9

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/41359/1/BAB I.pdf · menunjukkan sikap kepedulian, semangat bekerja, disiplin tinggi, keteladanan dan hubungan manusiawi

16

prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi warga sekolah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan pendidikan nasional yang berlaku.

Tentu saja kemandirian yang dimaksud harus didukung oleh sejumlah

kemampuan, yaitu kemampuan mengambil keputusan yang terbaik,

kemampuan berdemokrasi menghargai perbedaan pendapat,

kemampuan memobilisasi sumber daya, kemampuan memilih cara

pelaksanaan yang terbaik, kemampuan berkomunikasi yang efektif,

kemampuan memecahkan persoalan-persoalan sekolah, kemampaan

adaptif dan antisipatif, kemampuan bersinergi dan berkolaborasi, dan

kemampuan memenuhi kebutuhannya sendiri.16

Untuk mencapai otonomi sekolah, diperlukan suatu proses yang

disebut “desentralisasi”. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang

pemerintahan pendidikan dari pemerintah pusat kepada pemerintah

daerah, dari pemeritah Dati I ke Dati II, dari Dati II ke sekolah, dan

bahkan dari sekolah ke guru, tetapi harus tetap dalam kerangka

pendidikan nasional. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa

pendidikan yang diatur secara “sentralistik” menghasilkan fenomena-

fenomena seperti berikut: lamban berubah/beradaptasi, bersifat kaku,

normatif sekali orientasinya karena terlalu banyaknya lapis-lapis

birokrasi, tidak jarang birokrasi mengendalikan fungsi dan bukan

sebaliknya, uniformitas telah memasung kreativitas, dan tradisi serta

serimoni yang penuh kepalsuan sudah menjadi kebiasaan, merupakan

16

Ibid., hlm. 10.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/41359/1/BAB I.pdf · menunjukkan sikap kepedulian, semangat bekerja, disiplin tinggi, keteladanan dan hubungan manusiawi

17

suatu hal yang kurang tepat untuk kemajuan pendidikan. Kecil itu

indah, adalah merupakan esensi desentralisasi. Pada intinya suatu

organisasi yang cakupan, pemerintahan, manajemen, dan ukurannya

kecil, mudah beradaptasi. Karena itu, desentralisasi bukan lagi

merupakan hal penting untuk diterapkan, tetapi sudah merupakan

keharusan. Dengan desentralisasi, maka: (1) fleksibilitas pengambilan

keputusan sekolah akan tumbuh dan berkembang dengan subur,

sehingga keputusan dapat dibuat “sedekat” mungkin dengan kebutuhan

sekolah; (2) akuntabilitas/tanggung jawab terhadap masyarakat (majelis

sekolah, orangtua peserta didik) dan pemerintah meningkat; dan (3)

kinerja sekolah akan meningkat efektivitasnya, kualitasnya,

efisiensinya, produktivitasnya, inovasinya, provitabilitasnya, kualitas

kehidupan kerjanya, dan moralnya).

Pengambilan keputusan partisipatif adalah suatu cara untuk

mengambil keputusan melalui penciptaan lingkungan yang terbuka dan

demokratik, dimana warga sekolah (guru, siswa, karyawan, orang tua

siswa, tokoh masyarakat) didorong untuk terlibat secara langsung dalam

proses pengambilan keputusan yang akan dapat berkontribusi terhadap

pencapaian tujuan sekolah. Hal ini dilandasi oleh keyakinan bahwa jika

seseorang dilibatkan (berpartisipasi) dalam pengambilan keputusan,

maka yang bersangkutan akan ada “rasa memiliki” terhadap keputusan

tersebut, sehingga yang bersangkutan juga akan bertanggungjawab dan

berdedikasi sepenuhuya untuk mencapai tujuan sekolah. Singkatnya:

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/41359/1/BAB I.pdf · menunjukkan sikap kepedulian, semangat bekerja, disiplin tinggi, keteladanan dan hubungan manusiawi

18

makin besar tingkat pertisipasi makin besar pula rasa memiliki; makin

besar rasa memiliki, makin besar pula rasa tanggungjawab; dan makin

besar rasa tanggung jawab, makin besar pula dedikasinya. Tentu saja

pelibatan warga sekolah dalam pengambilan keputusan harus

mempertimbangkan keahlian, yurisdiksi, dan relevansinya dengan

tujuan pengambilan keputusan sekolah.17

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia menyebut

MBS dengan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah

(MPMBS). Secara umum MPMBS diartikan sebagai sebagai model

manajemen yang memberi otonomi yang lebih besar kepada sekolah

dan mendorong pengambilan keputusan partispatif yang melibatkan

secara langsung semua warga sekolah untuk neningkatkan mutu sekolah

berdasarkan kebijakan pendidikan nasional. MPMBS merupakan bagian

dari manajemen berbasis sekolah (MBS). Jika MBS bertujuan untuk

meningkatkan semua kinerja sekolah (efektivitas, kualitas/mutu.

efesiensi, inovasi, relevansi, dan pemeratan serta akses pendidikan),

maka MPMBS lebih difokuskan pada peningkatan mutu. Hal ini

didasari oleh kenyataan bahwa mutu pendidikan nasional kita saat ini

sangat memprihatinkan sehingga memerlukan perhatian. Hal ini

didasari oleh kenyataan bahwa mutu pendidikan nasional kita saat ini

sangat memprehatinkan sehingga memerlukan perhatian yang lebih

serius.

17

Ibid., hlm. 17.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/41359/1/BAB I.pdf · menunjukkan sikap kepedulian, semangat bekerja, disiplin tinggi, keteladanan dan hubungan manusiawi

19

Pengembangan manajemen berbasis sekolah semestinya

mengakar di sekolah, terfokus di sekolah, terjadi di sekolah, dan

dilakukan oleh sekolah. Untuk itu, penerapan manajemen berbasis

sekolah memerlukan konsolidasi manajemen sekolah.

b. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah

Menurut Slamet P.H, Manajemen berbasis sekolah bertujuan

untuk “memberdayakan” sekolah, terutama sumber daya manusianya

(kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, orang tua siswa, dan

masyarakat sekitarnya) melalui pemberian kewenangan, fleksibilitas,

dan sumber daya lain untuk memecahkan persoalan yang dihadapi oleh

sekolah yang bersangkutan.18

Ciri-ciri sekolah yang “berdaya” pada umumnya: tingkat

kemandirian tinggi/tingkat ketergantungan rendah bersifat adaptif dan

antisipatif/proaktif sekaligus; memiliki jiwa kewirausahaan tinggi (ulet,

inovatif, gigih, berani mengambil resiko, dan sebagianya)

bertanggungjawab terhadap hasil sekolah; memiliki kontrol yang kuat

terhadap input nanajemen dan sumber dayanya; control terhadap

kondisi kerja; komitmen yang tinggi pada dirinya; dan dinilai oleh

pencapaian prestasinya. Selanjutnya, bagi sumber daya manusia sekolah

yang berdaya, pada umumnya, memiliki ciri-ciri: pekerjaan “adalah

miliknya, dia bertarggung jawab, dia memiliki suara bagaimana sesuatu

dikerjakan, pekerjaannya memiliki kontribusi, dia tahu posisinya

18

Slamet, P.H., Manajemen Berbasis........ http://www.pdk.go.id/jurnal/27/.

manajemenberbasis-sekolah.htm

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/41359/1/BAB I.pdf · menunjukkan sikap kepedulian, semangat bekerja, disiplin tinggi, keteladanan dan hubungan manusiawi

20

dimana, dia memiliki kontrol terhadap pekerjaannya, dan pekerjaannya

merupakan bagian hidupnya.19

Beberapa pernyataan yang ada setidaknya ada 4 hal yang menjadi

tujuan pelaksanaan manajemen berbasis sekolah yaitu:

1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif

sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumberdaya yang

tersedia.

2) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam

menyelenggarakan pendidikan melalui pengambilan keputusan

bersama.

3) Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua peserta

didik, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolahnya.

4) Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu

pendidikan yang akan dicapai.20

F. Metode Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Paradigma dalam penelitian ini yakni penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk

meneliti pada kondisi objek yang alami, dimana peneliti sebagai

instrumen kunci, teknik pengumpulan datanya dilakukan secara

trianggulasi (gabungan), data yang dihasilkan bersifat deskriptif, dan

analisis induktif. Hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna

19

Ibid., hlm. 11. 20

Ibid., hlm. 13.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/41359/1/BAB I.pdf · menunjukkan sikap kepedulian, semangat bekerja, disiplin tinggi, keteladanan dan hubungan manusiawi

21

daripada generalisasi.21

Pada dasarnya penelitian kualitatif mencermati

manusia dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka,

berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia

sekitarnya.22

Dalam penelitian ini yang diamati dan diwawancarai yaitu

kepala sekolah, para guru, serta karyawan SMK Muhammadiyah 2 Blora.

Melalui penelitian kualitatif ini diharapkan memperoleh

pemahaman dan penafsiran yang mendalam mengenai makna dari fakta

yang relevan. Dengan demikian untuk memahami respon dan perilaku

yang berkaitan dengan peran kepala sekolah dalam implementasi

Manajemen Berbasis Sekolah di SMK Muhammadiyah 2 Blora ini perlu

pengamatan mendalam dan penghayatan terhadap gejala yang menjadi

fokus penelitian.

2. Jenis Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini merupakan penelitian pendidikan

akademik karena akan mengungkap tentang peran kepala sekolah dalam

sebuah lembaga pendidikan dalam hal peranannya dalam manajemen

berbasis sekolah. Penelitian ini juga merupakan penelitian lapangan (field

research) dengan tipe penelitian deskriptif analitik.

3. Sumber Data

Sumber data dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu

(purposive sampling) dan mengutamakan perspective emic, artinya

21

Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, cet. 9 (Bandung: Alfabeta, 202), hlm.

4 22

Nasution, Metode Research: Penelitian Ilmiah, cet. 2 (Jakarta: Bumi Aksara,

1996), hlm. 5

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/41359/1/BAB I.pdf · menunjukkan sikap kepedulian, semangat bekerja, disiplin tinggi, keteladanan dan hubungan manusiawi

22

mementingkan pandangan responden, yakni bagaimana cara mereka

memandang dan menafsirkan dunia dari pendiriannya. Peneliti tidak

dapat memaksakan kehendaknya untuk mendapatkan data yang

diinginkan.

Sumber data dalam penelitian ini sekaligus sebagai obyek

penelitian yaitu kepala sekolah dan guru serta pengelola secara umum di

SMK Muhammadiyah 2 Blora.

4. Obyek dan Subyek Penelitian

Obyek penelitian ini yakni di SMK Muhammadiyah 2 Blora.

Sedangkan subyek penelitian yaitu kepala SMK Muhammadiyah 2 Blora.

Dokumen-dokumen pendukung di SMK Muhammadiyah 2 Blora juga

merupakan bagian dalam subyek penelitian ini.

5. Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

metode-metode sebagai berikut:

a. Observasi. Observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan

langsung dan pencatatan secara sistematis terhadap fokus

permasalahan yang diteliti.23

Obyek yang diobservasi dalam penelitian

ini adalah berbagai pelaksanaan pengembangan manajemen berbasis

sekolah dan peran kepala sekolah dalam mengelola manajemen

berbasis sekolah. Observasi yang penulis lakukan di sini adalah

termasuk gabungan observasi partisipan dan non partisipan. Dengan

23

Sutrisno Hadi, Metodologi Reserch, (Yogyakarta:Andi Ofset, 1998) hlm. 56.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/41359/1/BAB I.pdf · menunjukkan sikap kepedulian, semangat bekerja, disiplin tinggi, keteladanan dan hubungan manusiawi

23

harapan akan mendapatkan data yang lebih konkret tentang

permasalahan yang diteliti.

b. Wawancara, yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui tanya

jawab dengan sumber data secara langsung.24

Kepala sekolah beserta

guru karyawan pada sekolah masuk pada kriteria ini. Penggunaan

teknik ini dilakukan dengan kombinasi antara model wawancara yang

ditetapkan (guided interview) sesuai dengan permasalahan dan model

wawancara yang tidak teratur, dalam artian dialog tanya jawab yang

dilakukan dalam bentuk bebas (inguided interview), akan tetapi tidak

menyimpang dan lebih diarahkan pada titik permasalahan (garis besar)

atau pada informasi yang kurang jelas diperoleh, jadi metode

wawancara yang penulis gunakan disini adalah campuran antara

guided dan inguided interview (bebas terpimpin). Data yang diambil

dari wawancara ini adalah data mengenai peran kepala SMK

Muhammadiyah 2 Blora melakukan pengembangan manajemen

berbasis sekolah, dan pelaksanaan dari penerapan pengembangan

manajemen berbasis sekolah di SMK Muhammadiyah 2 Blora.

c. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang terkait dengan fokus

penelitian yang berasal dari sumber utamanya (obyek penelitian),

seperti dokumen-dokumen, arsip-arsip, modul, artikel, jurnal, brosur

dan sebagainya yang terkait dengan permasalahan yang dikaji. 25

24

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : Rajawali, 1996),

hlm.35. 25

Anas Sudijono, Tehnik Evaluasi Pendidikan Suatu Pengantar, (Yogyakarta:UD.

Rama, 1986) hlm. 36.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/41359/1/BAB I.pdf · menunjukkan sikap kepedulian, semangat bekerja, disiplin tinggi, keteladanan dan hubungan manusiawi

24

Dengan teknik ini, dapat diambil data mengenai guru dan karyawan

serta kepala sekolah, pelaksanaan manajemen berbasis sekolah,

administrasi pendidikan serta data lain yang relevan.

6. Validitas Data

Uji keabsahan data kualitatif ini dilakukan dengan tiga kriteria yaitu

kredibilitas (validitas), dependabilitas (reliabilitas), dan konfirmabilitas

(objektivitas). Kriteria kredibilitas diuji dengan menggunakan beberapa

teknik, yaitu:

a. Meningkatkan ketekunan dalam melakukan pengamatan, jika

diperlukan memperpanjang waktu keikutsertaan peneliti dalam

proses pengumpulan data di lapangan.

b. Melibatkan teman sejawat yang tidak ikut dalam melakukan

penelitian dengan meminta diskusi dan pandangan terhadap hasil

penelitian.

Kriteria dependabilitas dan konfirmabilitas diuji dengan teknik

memeriksa ketergantungan dan kepastian data dengan jalan memeriksa

proses maupun hasil penelitian yang telah dilakukan.26

Dalam hal ini

dapat dilakukan dengan melakukan pengecekan ulang terhadap data yang

diperoleh dengan cara meminta para informan dan responden untuk

membaca hasil wawancara dengan peneliti.

26

Nasution, Metode …, hlm. 119-120

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/41359/1/BAB I.pdf · menunjukkan sikap kepedulian, semangat bekerja, disiplin tinggi, keteladanan dan hubungan manusiawi

25

7. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan model

analisis interaktif sebagaimana dikembangkan oleh Matthew B. Miles

yang terdiri dari 3 (tiga ) komponen analisis yang saling berinteraksi, yaitu

reduksi data atau penyederhanaan data (data reduction), sajian data (data

display), dan penarikan simpulan (data conclution: Drawing/ verying).27

Sebagai ilustrasi, mode analisis interaktif Matthew tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.

Model Analisis Interaktif Mattew B. Milles

Berdasarkan model analisis interaktif tersebut, maka analisis data ini

dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

27

Mattew B.Miles, Qualitative and Analisis, (California : Sage Publication, 1994),

hlm. 12.

Data Collection Data Display

Data Reduction Data Conclution

Drawing/verfying

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/41359/1/BAB I.pdf · menunjukkan sikap kepedulian, semangat bekerja, disiplin tinggi, keteladanan dan hubungan manusiawi

26

a. Peneliti datang ke lokasi penelitian untuk keperluan wawancara,

observasi dan dokumentasi dalam rangka mengumpulkan data-data

yang terkait dengan masalah penelitian.

b. Data-data yang telah terkumpul, selanjutnya direduksi, dipilah-pilah,

dan dan diklarifikasi secara sistematis untuk kemudian disajikan.

c. Data hasil sajian kemudian dianalisis. Hasil analisis ini kemudian

kembali direduksi agar simpulan yang diambil benar-benar dapat

dipertanggungjawabkan.

d. Setelah diadakan reduksi data, kemudian data disajikan sebagai

simpulan, akhir dalam bentuk deskriptif atau gambaran yang tentunya

juga dilengkapi dengan data-data pendukung untuk kesempurnaan

hasil penelitian.

Melalui penelitian ini, penulis akan mengambil data tentang

efektifitas peran kepala sekolah dalam manajemen berbasis sekolah di

SMK Muhammadiyah 2 Blora, yang disadari sebagai sebuah usaha

mencari alternatif peningkatan manajemen sekolah dan sumber daya guru

sehingga menjadi profesional. Data-data tersebut kemudian akan

dihadapkan pada teori efektifitas dan manajemen pendidikan/sekolah.

Dengan menggunakan metode induktif, peneliti akan mengambil

kesimpulan terhadap hasil pengamatan dari kumpulan data.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/41359/1/BAB I.pdf · menunjukkan sikap kepedulian, semangat bekerja, disiplin tinggi, keteladanan dan hubungan manusiawi

27

G. Sistematika Pembahasan

Keseluruhan penelitian ini terdiri atas lima bab dan setiap bab terdiri

atas beberapa sub bab. Kelima bab yang masing-masing terbagi menjadi

beberapa sub bab ini merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh.

Bab Pertama adalah Pendahuluan. Bab ini berusaha memberikan

gambaran secara singkat mengenai keseluruhan isi tesis ini sekaligus

memberikan rambu-rambu untuk masuk pada bab-bab berikutnya. Dalam bab

ini diawali dengan menjelaskan latar belakang masalah dan rumusan masalah.

Latar belakang masalah berusaha mengungkapkan kronologi munculnya

problem akademik dan diyakini bahwa problem tersebut layak untuk diteliti.

Rumusan masalah merupakan kristalisasi dari latar belakang masalah yang

diformulasikan menjadi tiga pertanyaan yang akan dicari jawabannya pada

penelitian ini.

Selanjutnya dalam tujuan dan manfaat penelitian terpapar sesuatu

yang akan dituju dan dicapai oleh penelitian ini serta manfaat yang akan

diambil darinya. Berikutnya adalah telaah pustaka yang berusaha menelusuri

secara kritis terhadap hasil-hasil penelitian tentang manajemen berbasis

sekolah. Tujuan dari kajian ini adalah untuk menjelaskan posisi penelitian

tesis ini di antara penelitian-penelitian yang sudah ada. Dilanjutkan dengan

kerangka teori, yang berisi tentang teori-teori yang akan dipakai dalam

mengurai efektifitas peran kepala sekolah dalam manajemen berbasis sekolah.

Sub bab berikutnya ialah metode penelitian yang berusaha mengungkapkan

cara-cara yang ditempuh dalam melakukan penelitian ini. Sub bab ini

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/41359/1/BAB I.pdf · menunjukkan sikap kepedulian, semangat bekerja, disiplin tinggi, keteladanan dan hubungan manusiawi

28

mencakup jenis dan pendekatan dalam penelitian, sumber dan teknik

pengumpulan data, analisis dan interpretasi data. Bab ini diakhiri dengan

sistematika pembahasan tesis yang berupa struktur pengorganisasian penulisan

tesis yang terdiri atas bab-bab dan sub bab-sub bab. Dimaksudkan dari

sistematika pembahasan tesis ini dapat diketahui alur logika pembahasan

secara jelas.

Bab kedua berisi Landasan Teori. Bab ini menguraikan penjelasan

tentang teori-teori yang digunakan untuk menganalisis permasalahan dalam

tesis ini. Ada dua macam teori yang digunakan yakni teori tentang manajemen

pendidikan, dan teori manajemen berbasis sekolah.

Bab ketiga berisi penyajian data tentang gambaran umum SMK

Muhammadiyah 2 Blora. Pembahasan ini terdiri dari beberapa sub bab, yakni

sub bab tentang Sejarah berdiri, Kondisi geografis, visi dan misi, Profil guru,

tenaga administrasi, dan siswa, struktur organisasi, keadaan sarana prasarana,

program peningkatan SDM, mekanisme penyusunan program sekolah, peran

kepala sekolah di SMK Muhammadiyah 2 Blora.

Bab keempat dalam tesis ini berisi hasil penelitian dan pembahasan,

yakni melakukan pembahasan terhadap data tentang efektivitas peran kepala

sekolah dalam manajemen berbasis sekolah di SMK Muhammadiyah 2 Blora.

Dalam bab ini mencakup empat sub bab, yaitu sub bab pertama tentang peran

kepala sekolah dalam pengelolaan manajemen berbasis sekolah. Sub bab

kedua tentang implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di SMK

Muhammadiyah 2 Blora. Sub bab ketiga tentang pembahasan efektifitas peran

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/41359/1/BAB I.pdf · menunjukkan sikap kepedulian, semangat bekerja, disiplin tinggi, keteladanan dan hubungan manusiawi

29

kepala sekolah dalam Manajemen berbasis sekolah. Dan sub bab keempat

tentang pembahasan berkaitan faktor pendukung dan penghambat

implementasi manajemen berbasis sekolah di SMK Muhammadiyah 2 Blora.

Sebagai bab terakhir dalam penulisan tesis ini ialah bab kelima yakni

penutup. Bab ini memaparkan kesimpulan yang menjadi jawaban atas

rumusan masalah yang dicantumkan dalam bab pendahuluan. Dalam bab ini

juga akan memberikan saran-saran konstruktif dengan harapan apa yang

digagas dalam penelitian ini akan menjadi pemahaman dan kajian lebih lanjut

dalam rangka pengembangan keilmuan pendidikan Islam. Sementara di bagian

akhir penulisan ini dilampirkan daftar pustaka, lampiran-lampiran data

penelitian, serta daftar riwayat hidup peneliti.