BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...

22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hadirnya Rifka Annisa sebagai sebuah organisasi masyarakat sipil yang bergerak di bidang perempuan merupakan ilustrasi betapa perempuan menjadi penting untuk di jadikan objek kajian. Dalam beberapa akhir dekade ini isu perempuan mendapatkan perhatian yang sangat serius dari setiap kalangan. Sebagai sebuah organisasi Rifka Annisa yang dalam koridor nya bekerja untuk menangani isu perlindungan terhadap perempuan mencoba untuk mengangkat pengalaman ketertindasan menjadi realita yang mampu menjawab konteks kekinian yang dihadapi perempuan. Merekontruksi pemaknaan dalam menggunakan sudut pandang dan bahasa perempuan sendiri agar mampu dipahami realitasnya oleh perempuan sendiri yang kemudian tidak terdapat pemaknaan yang subyektif dan sepihak dari pihak-pihak yang melakukan penindasan merupakan arti penting dari hadirnya Rifka Annisa. Sejak dikenalkannya istilah organisasi masyarakat sipil hal yang pertama muncul dalam pemikiran adalah suatu hubungan yang kaitannya erat antara negara dan masyarakat. Organisasi masyarakat sipil merupakan institusional atau pengelompokan dari berbagai anggota masyarakat yang secara sukarela dan mandiri yang dapat bebas dan egaliter bertindak aktif dalam wacana dan praksis mengenai segala hal yang berkaitan dengan masalah kemasyarakatan pada umumnya. Kemudian organisasi masyarakat sipil dapat juga dikatakan sebagai sebuah sistem dimana dalamnya terdapat adanya penggabungan dari asosiasi masyarakat yang secara sadar dan memiliki tingkat pemahaman yang tinggi akan kehadirannya sebagai bagian dari negara

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70862/potongan/S2-2014... · ideologi yang akan membawa mereka pada garis pergerakan dan normatifnya

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hadirnya Rifka Annisa sebagai sebuah organisasi masyarakat sipil yang bergerak

di bidang perempuan merupakan ilustrasi betapa perempuan menjadi penting untuk di

jadikan objek kajian. Dalam beberapa akhir dekade ini isu perempuan mendapatkan

perhatian yang sangat serius dari setiap kalangan. Sebagai sebuah organisasi Rifka

Annisa yang dalam koridor nya bekerja untuk menangani isu perlindungan terhadap

perempuan mencoba untuk mengangkat pengalaman ketertindasan menjadi realita yang

mampu menjawab konteks kekinian yang dihadapi perempuan. Merekontruksi

pemaknaan dalam menggunakan sudut pandang dan bahasa perempuan sendiri agar

mampu dipahami realitasnya oleh perempuan sendiri yang kemudian tidak terdapat

pemaknaan yang subyektif dan sepihak dari pihak-pihak yang melakukan penindasan

merupakan arti penting dari hadirnya Rifka Annisa.

Sejak dikenalkannya istilah organisasi masyarakat sipil hal yang pertama muncul

dalam pemikiran adalah suatu hubungan yang kaitannya erat antara negara dan

masyarakat. Organisasi masyarakat sipil merupakan institusional atau pengelompokan

dari berbagai anggota masyarakat yang secara sukarela dan mandiri yang dapat bebas dan

egaliter bertindak aktif dalam wacana dan praksis mengenai segala hal yang berkaitan

dengan masalah kemasyarakatan pada umumnya. Kemudian organisasi masyarakat sipil

dapat juga dikatakan sebagai sebuah sistem dimana dalamnya terdapat adanya

penggabungan dari asosiasi masyarakat yang secara sadar dan memiliki tingkat

pemahaman yang tinggi akan kehadirannya sebagai bagian dari negara

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70862/potongan/S2-2014... · ideologi yang akan membawa mereka pada garis pergerakan dan normatifnya

Rifka Annisa sebagaimana organisasi masyarakat sipil yang dijelaskan diatas

telah menjalankan peran dan funginya sendiri. Sebagai aktor dalam mengupayakan

agenda perlindungan kekerasan bagi perempuan dinilai telah berhasil menjalankan

program pelayanan bagi korban, termasuk dalam menguatkan dan mengembangkan

sistem layanan terpadu. Prinsip self determination atau hak mengambil keputusan secara

penuh oleh korban yang di anut oleh Rifka Annisa dalam pendampingan korban pun

diakui merupakan satu modal pemberdayaan bagi korban (Survivor) yang didampingi.1

Sebagai organisasi masyarakat sipil Rifka Annisa dalam termnya tentu mempunyai

ideologi yang akan membawa mereka pada garis pergerakan dan normatifnya perubahan

sosial dalam masyarakat adalah satu perwujudan konkrit yang akan membawa sampai ke

garis finish.

Sekilas tentang kemunculan organisasi masyrakat sipil atau dalam istilah lain ada

LSM di Indonesia, dapat di buktikan dengan maraknya bermunculan LSM (Lembaga

Swadaya Masyarakat), yayasan-yayasan, kemudian banyak lagi Ornop dan NGOs

lainnya, kesemuannya merupakan organisasi masyarakat sipil. Mereka secara institusi

yang menjadi penyeimbang bagi tegakyna demokrasi bagi suatu bangsa. Kehadiran

lembaga-lembaga Ornop dan NGOs yang begitu pesat pertumbuhannya merupakan angin

segar bagi suatu negara khususnya Indonesia yang selama ini sebelum reformasi dapat

dikatakan sebagai negara yang terpenjara oleh sistem yang otoriter, tanpa mampu keluar

dari balik jeruji hanya bisa melihat dan tidak kuasa untuk berbuat. Peran dari organisasi

masyarakat sipil telah banyak memberi kontribusi pergerakan dalam sebuah perubahan.

Melalui beberapa agenda advokasi terkait dengan advokasi kebijakan organisasi

1 Di kutip : Menuju Gerakan Sosial Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan, Refleksi 10 tahun

Perjalanan Rifka Annisa, hal ii

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70862/potongan/S2-2014... · ideologi yang akan membawa mereka pada garis pergerakan dan normatifnya

masyarakat sipil telah banyak memberikan sumbangsih bagi perubahan sosial di

Indonesia dan di tingkat lokal khususnya, hal ini dapat dilihat dengan agenda advokasi

dari organisasi masyarakat sipil. Pentingnya advokasi kebijakan yang dilakukan oleh

organisasi masyarakat sipil merupakan keharusan yang tidak dapat untuk dihindari, tanpa

disadari advokasi kebijakan yang dilakukan oleh organisasi masyarakat sipil tersebut

mempunyai implikasi langsung terhadap perubahan sosial dalam masyarakat.

Advokasi kebijakan akan melahirkan produk baru bagi sebuah pergerakan dalam

perubahan apabila dalam tahapannya mampu memberikan ide atau konsep bagi

pemerintah pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Terkait dengan advokasi

kebijakan perempuan maka akan terciptanya satu titik temu dimana permasalahan yang

sangat fundamental saat ini adalah demokratisasi perempuan dalam upaya

memperjuangkan hak dasar mereka pada ranah publik, memposisikan perempuan tidak

lagi pada posisi obyek minoritas dan kemudian juga masih dominannya pelabelan oleh

streotife gender yang selama ini terbangun tentang perempuan adalah makhluk yang

lemah dan laki-laki adalah makhluk yang kuat kemuadian ditompang oleh paradigma

masyarakat yang masih melekat yaitu budaya patriarkhis dimana laki-laki diposisikan

sebagai superioritas dan perempuan adalah inferioritas sehingga daya kontrol laki-laki

terhadap perempuan lebih mendominasi dalan strata sosial, dari sudut paradigma budaya

tersebutlah perempuan jauh dari akses publik dan kerap menjadi korban kekerasan dalam

rumah tangga baik itu secara fisik, seksual maupun psikis sehingga kemudian

perlindungan perempuan secara konfrehensif pada tataran kebijakan perlu adanya suatu

pengadvokasian.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70862/potongan/S2-2014... · ideologi yang akan membawa mereka pada garis pergerakan dan normatifnya

Memulai tujuan awal dari sebuah pergerakan dan menghasilkan tujuan akhir yaitu

terciptanya demokrasi, demokratisasi akan menciptakan ruang gerak bagi masyarakat

untuk melakukan perubahan-perubahan hidup tanpa adanya suatu penindasan, jadi secara

otomatis kontribusi demokrasi sangat besar dalam penguatan organisasi masyarakat sipil,

dalam arti mengadvokasi sebuah kebijakan dipandang perlu adanya segenap kualitas-

kualitas yang ada pada organisasi masyarakat sipil yang senantiasa merujuk pada nilai-

nilai demokrasi, maka ia akan menciptakan suatu tata kehidupan kerakyatan serta

kebangsaan yang mandiri secara menyeluruh dan mewujudkan demokratisasi lokal secara

khusus. Rifka Annisa sebagai elemen dari organisasi masyaratat sipil yang bergerak di

bidang perempuan yang selalu mengadvokasi hak-hak perempuan. Dengan mempunyai

peran sebagai penguatan pada wilayah hak-hak perempuan maka disini peneliti

bermaksud untuk meneliti strategi advokasi dari rifka annisa tersebut dalam

memperjuangkan kebijakan perlindungan perempuan dan hambatan yang terdapat

didalamnya.

Landasan ideal berdirinya organisasi masyarakat sipil/lembaga swadaya

masyarakat Rifka Annisa ini muncul dari kepedulian yang dalam terhadap kecendrungan

budaya patriarkhi dimana pada satu sisi meperkuat posisi laki-laki dan memperlemah

posisi perempuan pada sisi yang lain dan kemudian mengakibatkan perempuan rentan

akan kekerasan seperti perkosaan, pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah tangga dan

sebagainya. Dari sejarah berdirinya Rifka Annisa yang sekilas peneliti ketahui

bahwasannya dikatakan juga sudah banyak perempuan kekerasan korban kekerasan telah

mengadu ke Rifka Annisa sejak awal pendirian organisasi tersebut. hal ini kemudian

yang menjadi faktor bagi peneliti untuk menjadikan Rifka Annisa sebagai organisasi

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70862/potongan/S2-2014... · ideologi yang akan membawa mereka pada garis pergerakan dan normatifnya

masyarakat sipil yang bertempatkan di Yogyakarta, sekaligus merupakan bagian dari

organisasi masyarakat sipil yang menarik untuk di jadikan objek penelitian. Perjalanan

dari Rifka Annisa yang sudah begitu cukup lama bergerak dalam bidang perempuan

peneliti mengangap advokasi kebijakan perlindungan perempuan merupakan satu analisa

kajian yang cukup menarik untuk dijadikan pembahasan penelitian.

Selanjutnya faktor pendukung yang menjadi ketertarikan bagi peneliti dalam

meneliti organisasi masyarakat sipil di Yogyakarta mencari jawaban atas upaya yang

dilakukan organisasi masyarakat sipil sendiri dengan melihat dari banyak terdapat

organisasi masyarakat sipil yang bergerak dibidang perempuan di Yogyakarta. Kemudian

juga ada beberapa acuan yang menjadi bangunan dasar bagi peneliti mengapa Rifka

Annisa yang menjadi objek kajian sekaligus advokasi kebijakan menjadi topik utama

kajian penelitian yaitu, Rifka Annisa merupakan salah satu CSO yang sudah cukup lama

berdiri di Yogyakarta, kemudian Rifka Annisa telah membuktikan advokasinya pada

wilayah advokasi kebijakan perlindungan perempuan dengan lahirnya Peraturan Walikota

Yogyakarta Nomor 62 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Bagi

Korban Kekerasan Berbasis Gender Dan Trafficking, kemudian advokasi kebijakan

perlindungan perempuan bagi peneliti merupakan satu langkah yang tepat untuk

memberikankan hak-hak terhadap perempuan sekaligus memberi ruang gerak bagi

perempuan dalam kontribusi sosial dan budaya baik secara pemahaman maupun praktek.

B. Rumusan Masalah

1). Bagaimanakah Strategi Rifka Annisa dalam mengadvokasi kebijakan perlindungan

perempuan “Peraturan Walikota NO 62 Tahun 2007 tentang penyelenggaraan

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70862/potongan/S2-2014... · ideologi yang akan membawa mereka pada garis pergerakan dan normatifnya

pelayanan terpadu bagi korban kekerasan berbasis gender dan trafficking” di

Yogyakarta ?

2). Apakah yang menjadi hambatan Rifka Annisa dalam mengadvokasi kebijakan

perlindungan perempuan di Yogyakarta ?

C. Tujuan danManfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui strategi dan hambatan apa saja yang dilakukan oleh Rifka

Annisa dalam mengadvokasi kebijakan perlindungan perempuan Yogyakarta

Kemudian manfaat dari penelitian ini adalah :

Dapat memberikan pengayaan akan pengetahuan pada khalayak umum dan

peneliti khususnya serta dapat memberikan kontribusi bagi organisasi masyarakat

sipil dalam dimensi advokasi kebijakan perlindungan perempuan.

D. Kerangka Teori

1. Civil Society Organization

a. Pengertian Civil Society Organization

Organisasi Masyarakat sipil yang merupakan asosiasi kelompok atau lembaga

yang memiliki tatanan sosial dan mampu melingkupi berbagai ruang dalam mengakses

dan memobilisir masyarakat atau warga negara diluar varian-varian masyarakat sipil itu

sendiri, dalam arti adanya suatu bentuk tanggung jawab dari organisasi masyarakat sipil

sendiri untuk menjadi jembatan penghubung antara negara dan masyarakat.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70862/potongan/S2-2014... · ideologi yang akan membawa mereka pada garis pergerakan dan normatifnya

Organisasi masyarakat sipil merupakan varian dari masyarakat sipil itu sendiri,

kemudian juga satu konteks yang tidak bisa terlepaskan ketika berbicara organisasi

masyarakat sipil (CSO), Ornop atau NGOs dan LSM. Empat kata yang berbeda

pengertian namun mempunyai esensi yang sama. Studi tentang organisasi masyarakat

sipil merupakan suatu fenomena baru dalam ranah sistem politik Indonesia. Istilah

organisasi masyarakat sipil ini sendiri merupakan bentuk dari adaptasi bahasa Inggris

Non Govermental Organisasions (NGOs). Edward dan Humme mendefinisikan istilah

NGOs sebagai kategori organisasi yang batasannya sangat luas terjadi dari lembaga yang

beragam. Mereka mencoba mendefinisikan batasan NGOs dilihat dari bentuk, ukuran dan

fungsinya yang dibedakan menjadi 3 tipe yakni:

NGOs internasional seperti Save the Children Aid (biasanya disebu

sebagai “Northern NGOs” atau “NGOs”); LSM “perantara” di selatan

(NGOs, selatan) yakni mereka yang mendukung kerja kelompok akar

rumput (grassroots) melalui pendanaan, nasihat teknis dan advokasi;

gerakan akar rumput dari jenis yang beragam (organisasi akar rumput

atau GROs, dan organisasi yang berbasis komunitas atau CBOs) yang

dikendalikan oleh anggotanya sendiri; serta jaringan kerja maupu federasi

yang terdiri atas beberapa atau seluruh tipe LSM di atas (Mansour fakih,

2004:2-3)

Selanjutnya dengan kata lain organisasi masyarakat sipil bisa dikatakan sebagai

intermediary antara negara dan masyarakat. Sejatinya dalam keadaan tertentu organisasi

masyarakat sipil bisa menjadi penyeimbang yang sifatnya netralitas terhadap negara

kemudian disisi lain juga bisa menjadi kelompok penekan yang apabila diposisikan

sebagai kelompok yang merasa terasingkan oleh negara, atau dengan kata lain apabila

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70862/potongan/S2-2014... · ideologi yang akan membawa mereka pada garis pergerakan dan normatifnya

organisasi masyarakat sipil tersebut tidak memiliki corong atau tidak dianggap sebagai

patron oleh negara.

Berada dalam ruang dan dimensi yang memungkinkan bagi organisasi

masyarakat sipil untuk menjadi penyeimbang tidak menutup kemungkinan adanya kontra

indikasi bagi organis dalam usahanya sebagai varian terpenting dalam mewujudkan

tatanan nilai yang universal dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

b. Mazhab Kontestasi Civil Society Organization

Sutoro Eko2 membagikan organisasi masyarakat sipil kedalam 3 (tiga) mazhab)

yang terdiri dari, konfrontasi, reklaim dan engagement. Mazhab dalam suatu paradigma

nya merupakan kategorisasi dalam melihat pola pergerakan dari organisasi masyarakat

sipil. Dari tiga model mazhab di atas menunjukkan bahwasannya pergerakan sosial

organisasi masyarakat sipil mempunyai cara pandang yang berbeda dalam sebuah

pergerakan dan juga mempunyai beberapa tahapan dalam proses melakukan perubahan

sosial. Mazhab tersebut menggambarkan suatu bentuk metode perlawanan tersendiri

dalam sebuah perubahan sosial. Asumsi dasar dalam memandang realitas merupakan

bangunan dasar bagi sebuah pergerakan. Perbedaan paradigma dalam menyimpulkan

konteks sosial merupakan variasi dari ketiga mazhab tersebut dalam mengagendakan

pergerakan.

2 Sutoro Eko didalam, NEGARA, CIVIL SOCIETY DAN DEMOKRASI, Pergerakan Membangun

Solidaritas Sosial dalam Merebut Perubahan, Malang : In-TRANS Publishing, 2008, hal. 125

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70862/potongan/S2-2014... · ideologi yang akan membawa mereka pada garis pergerakan dan normatifnya

Tabel 1.1

Peta Mazhab Kontestasi Organisasi Masyarakat Sipil (CSO)3

NO ITEM KONFRONTASI REKLAIM ENGAGEM

ENT

1 Aliran Kiri Kiri baru Konvergen

si kanan-

kiri (kiri

tengah)

atau liberal

yang kiri

2 Konsep utama Gerakan sosial Strong democracy

(participatory

democracy)

Good

governance

atau

democratic,

demokrasi

deliberatif,

governance

dan

citizenship.

3 Asumsi dasar

tentang Negara

1). Negara adalah

sumber dari segala

sumber masalah

2). Rakyat tidak

bisa berbuat salah

Negara telah

berubah karena

demokratisasi,

tetapi ia masih

dikuasai oligarki

elite

Negara

sangat

penting dan

dibutuhkan

, tetapi

kapasitas

dan

responsivit

asnya

sangat

lemah

4 Konteks/kondisi

empirik

Negara dikuasai

oleh penguasa

otoriter, korup dan

berpihak pada

pemodal

Demokrasi

dibajak oleh

kaum elite.

Terjadi krisis dan

involusi

demokrasi

perwakilan

Oligarkis,

komitmen

politik

lemah,

partisipasi

warga

sangat

lemah

5 Tujuan dan

Agenda

Melawan Negara,

meruntuhkan

Memperdalam

demokrasi dan

Membuat

Negara

3 Ibid…

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70862/potongan/S2-2014... · ideologi yang akan membawa mereka pada garis pergerakan dan normatifnya

penguasa

otoritarian,

melawan

kebijakan yang

tidak pro rakyat

merebut jabatan

publik untuk

mengontrol

Negara

lebih

akuntabel

dan

responsif,

serta

memprkuat

partisipasi

warga.

6 Strategi utama Aksi kolektif Memperkuat

CSOs, gerakan

politik dan

representasi

Konsultasi,

komunikasi

, negosiasi

yang

dialogis

antara

CSOs dan

negara

Mazhab dalam pergerakan organisasi masyarakat sipil dalam melakukan gerakan

advokasi tidak terlepas dari ideologi dan cara pandang dalam menjalankan roda

organisasi. Pada mazhab engagement menganggap demokrasi perwakilan tetap penting

meski terbatas dan menganggap pentingnya Negara meskipun kondisi negara lemah harus

di perbaiki dan diperkuat. Mazhab ini berangkat dari kontrak sosial antara pemerintah

dan masyarakat dengan keyakinan bahwa kebaikan bersama dapat dipastikan dam

melalui proses yang demokratis. Konsep utama dari mazhab ini adalah gerakan dilakukan

melalui proses negosiasi dan yang dialogis antara negara dengan organisasi masyarakat

sipil yang lainnya untuk mencari solusi bersama. Rifka Annisa pada konsep

penerapannya juga tidak terlepas dari kerja sama dengan organisasi masyarakat sipil dan

negara dalam hal ini pemerintah kota Yogyakarta.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70862/potongan/S2-2014... · ideologi yang akan membawa mereka pada garis pergerakan dan normatifnya

2. Advokasi

a. Pengertian Advokasi

Advokasi secara pengertian menurut Richard Holloway4 yang berasal dari kata to

advocate adalah aktivitas melakukan “perubahan” (to change) secara terorganisir dan

sistematis. Dengan demikian maka, advokasi berarti media yang digunakan dalam rangka

mencapai tujuan tertentu secara sistematis dan terorganisir untuk mempengaruhi dan

mendesakkan terjadinya perubahan dalam kebijakan publik secara bertahap dan maju

(incremental).Pemahaman tentang advokasi memiliki banyak pengertian didalamnya

tergantung dari sudut mana melihat advokasi sebagai sebuah pergerakan yang berdimensi

mewujudkan keadilan sosial dalam kemasyarakatan.

b. Strategi Advokasi5

Strategi advokasi merupakan mobilisasi segala sumberdaya untuk mewujudkan

tujuan advokasi, sumberdaya yang dimobilisasi dapat berasal dari internal jejaring dan

eksternal jejaring. (Hasrul Hanif & Rachmad Gustomy : 2010 : 59) Advokasi seharusnya

mempunyai upaya yang dilandasi komitmen dan kepentingan bersama dalam rangka

berpartisipasi dan membangun tatanan sosial berkeadilan dan demokratis merupakan satu

langkah konkrit bagi pergerakan dalam advokasi. Namun disini pada dasarnya advokasi

secara konsepnya memiliki bangunan dasar yang sama seperti menganggap perubahan

demi kebaikan bersama merupakan salah satu falsafah terpenting dalam melihat advokasi

sebagai sebuah pengertian yang tidak memiliki perbedaan yang secara signifikan, namun

4 Richard Holloway di dalam Rachmad Syafa’at, METODE ADVOKASI DAN ALTERNATIF

PENYELESAIAN SENGKETA.Intrans Publishing Malang, 2008, hal 63-64 5 Hasrul Hanif & Racmad Gustomy dalam Advokasi Berbasis Jejaring, edt Sigit Pamungkaas : Research

Centre for Politics and Government (Polgov), : Yogyakarta, hal 59-80

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70862/potongan/S2-2014... · ideologi yang akan membawa mereka pada garis pergerakan dan normatifnya

terkadang masih banyak orang yang mendefinisikan atau memahami advokasi pada ruang

kerja yang sangat sempit misalnya menganggap advokasi merupakan dimensi kerja

pembelaan atas hukum yang dilakukan oleh pengacara dan advokat sehinggga

menganggap advokasi hanya memiliki ranah kerja pada prakteknya. Kemudian dari itu

perlu adanya suatu strategi dalam melakukan sebuah advokasi, strategi tersebut

bermaksud untuk menjelaskan dimensi-dimensi yang dianggap penting dalam melakukan

advokasi.

Strategi Advokasi dapat dicakup kedalam dua hal : pertama, konsolidasi jejaring

yang ada yang agar menjadi kekuatan yang lebih solid dalam mendorong advokasi

kebijakan kedua, kombinasi berbagai aktivitas atau strategi advokasi agar tujuan yang ada

bisa dicapai secara maksimal. (Hasrul Hanif & Rachmad Gustomy : 2010: 60)

Gambar 1.1

Strategi Advokasi

Sumber : Hasrul Hanif & Rachmad Gustomy : 2010: 60

KOMBINASI SIASAT KONSOLIDASI AKSI

KOLEKTIF

STRATEGI ADVOKASI

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70862/potongan/S2-2014... · ideologi yang akan membawa mereka pada garis pergerakan dan normatifnya

1. Konsolidasi Aksi Kolektif

Advokasi berbasis jejaring membutuhkan kerja-kerja yang bersifat kolektif. Oleh

karena itu konsolidasi aksi kolektif adalah sebuah kebutuhan yang tidak terhindarkan

agar kerja-kerja advokasi berjalan secara optimal, tahan lama dan berkesinambungan.

Meskipun demikian, usaha kearah itu tidak bisa dilakukan secara singkat dan simpatik.

Perlu siasat dan keterampilan untuk menjaga dan mengkreasi konsolidasi kolektif.

Secara spesifik, kerja konsolidasi kolektif dimaksudkan untuk :

a. Merekayasa agar para pihak untuk menempa pola perilaku baru

b. Menyamakan mimpi sehingga semua pihak berada dalam nada dan irama yang sama

c. Menyepakati cara berfikir dan cara bekerja baru dilapangan dan dilakukan dalam

berbagai kesepakatan baik yang informal maupun formal seperti aturan, prosedur, tata

kerja dan sebagainya. (Hasrul Hanif & Rachmad Gustomy : 2010: 61)

Kemudian unruk membangun konsolidasi kolektif terdapat dua hal yang perlu

dilakukan : pertama, pengorganisasian jejaring. Kedua, mengelola interaksi jejaring.

(Hasrul Hanif & Rachmad Gustomy : 2010: 62)

1. Pengorganisasian Jejaring, dalam mengelola jejaring perlu melakukan identifikasi

aktor dari sumber daya yang dimiliki. Setidaknya, terdapat beberapa lapis pihak yang

terlibat secara aktif dalam proses advokasi. Pengorganisasian jejaring terdapat tiga

lapis, yaitu :

Pertama : Manajer Jejaring, berfungsi sebagai pihak utama yang merekayasa proses

berjejaring dengan mentransformasikan aksi kolektif yang ada dalam sebuah kesatuan

sistemik sehingga mampu melakukan perubahan atau memberikan alternatif dalam

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70862/potongan/S2-2014... · ideologi yang akan membawa mereka pada garis pergerakan dan normatifnya

proses kebijakan publik dan juga manajer jejaring melakukan fungsi-fungsi politis

untuk menjaga solidaritas jejaring, seperti memfasilitasi terpolanya konsensus,

memutuskan “office politics’’ yang sehat dalam jejaring dan sebagainya.

Kedua : Koalisi Inti, merupakan jejaring para pihak yang selama ini bukan hanya

memiliki ide atau gagasan yang sama melainkan juga membuat kesepakatan nyata

tentang komitmen dan visi yang sama meskipun bemempunyai peran dan fungsi

yang berbeda-beda. Koalisi inti merupakan aliansi yang telah menjadi penggagas,

pemerkasa, pendiri, penegak utama, sekaligus penentu dan pengendali arah, tema atau

issu, strategi dan sasaran dari kegiatan advokasi.

Ketiga : Simpatisan, adalah kekuatan kolektif yang lebih luas yang biasanya tidak

terlibat secara aktif dalam jejaring namun memberikan basis legitimasi politik atau

dukungan sosial yang sangat kuat terhadap para pihak yang terlibat dalam proses

advokasi dikarenakan memiliki kehirauan (concern) dan gagasan yang sama terhadap

masalah sosial dan solusi yang ditawarkan terhadap masalah sosial tersebut.

2. Mengelola Interaksi Jejaring

Terdapat dua strategi penting untuk mengembangkan dan menguatkan jejaring. Dua

aktivitas itu adalah : pertama, mengelola “permainan”. Kedua, melembagakan

ulang jejaring.

Pertama : mengelola “permainan” merupakan aktivitas pengelolaan interaksi antar

pihak yang terlibat dalam proses advokasi agar mengarah pada kondisi dan capaian

tertentu yang dikehendaki. Aktivitas pengelolaan “permainan” bisa diibaratkan

sebagai aktivitas pengkondisian agar pihak yang terlibat bisa “bermain” sebagaimana

dikehendaki. Pengkondisian interaksi pihak-pihak yang potensial

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70862/potongan/S2-2014... · ideologi yang akan membawa mereka pada garis pergerakan dan normatifnya

mendukung/menghambat aktivitas advokasi bisa dilakukan melalui berbagai cara

seperti berikut ini :

a. Membentuk dan mempengaruhi “permainan” baru

b. Menyiapkan dan menata interaksi dalam “permainan”

c. Menjembatani antar aktor dalam “permainan”

d. Menyediakan fasilitas dalam “permainan”

e. Mediasi dalam “permainan”

f. Arbitrasi dalam “permainan”

Kedua : Menata jejaring, sangat boleh jadi jejaring yang ada atau yang telah

terbentuk dalam proses advokasi kemudian tidak lagi cocok dengan kebutuhan.

sebagai contoh, jejaring yang dimiliki anggota-anggota DPRD pada umumnya

berbasis komunalitas : ikatan keagamaan, kolektifitas masyarakat adat, paguyuban

pecinta sepak bola, keanggotaan dalam suatu organisasi massa dan sebagainya.

Membangun dan menata ulang jejaring merupakan lapis pengelolaan jejaring yang

perlu dilakukan. Membangun atau menata ulang jejaring bukan merubah pola

“permainan” namun lebih jauh merubah “arena permainan”, cara pikir pemai dan

sebagainya. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan utuk memodifikasi jejaring

tersebut :

a. Mempengaruhi kebijakan “formal”

b. Mempengaruhi pola interaksi

c. Mempengaruhi nilai, norma, dan persepsi kolektif

d. Memobilisasi koalisi-koalisi baru

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70862/potongan/S2-2014... · ideologi yang akan membawa mereka pada garis pergerakan dan normatifnya

e. Mematahkan koalisi dan mendorong pembentukan koalisi baru yang lebih

kondusif

2. Kombinasi Siasat

Dalam strategi advokasi kombinasi siasat hal terpenting pada advokasi kebijakan

adalah bagaimana membangun siasat yang tepat agar misi dari advokasi tercapai. Ada

dua kategori siasat dalam melakukan advokasi yakni :

a. Strategi Otak

Advoaksi tidak terlepas dari penguatan siasat “otak” dalam prosesnya. Dengan

melakukan kajian-kajian ilmiah melalui berbagai metode dalam riset kita hendak

meyakinkan para pembuat kebijakan maupun masyarakat luas bahwa isu advokasi yang

kita usung merupakan isu publik yang sesungguhnya. Demikian juga halnya dengan

tawaran yang kita berikan merupakan “obat” mujarab yang di formulasikan secara tapat

berdasarkan riset.

Mansour fakih menjelaskan strategi siasat “otak” biasanya berupa:

Pertama: Ajukan konspep banding, seperti legal drafting, counter draft, judicial review

Kedua: Lakukan pembelaan, semisal class action, legal standing

Ketiga : Pengaruhi pembuat dan pelaksana kebijakan, misalnya lobi, negosiasi,

mediasi, kolaborasi.

Keempat : Pengaruhi pendapat umum, contohnya kampanye, siaran pers, jajak

pendapat, selebaran.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70862/potongan/S2-2014... · ideologi yang akan membawa mereka pada garis pergerakan dan normatifnya

b. Strategi Otot

Dalam siasat “otot” strategi advokasi yang dilakukan berupa aktivitas-aktivitas

seatraktif mungkin sehingga mata perhatian semua pembuat kebijakan dan masyarakat

luas akan tertuju kepada kita misalnya: mengumpulkan koin yang kesannya tidak terlalu

berharga sebagai sindiran atau untuk mendukung warga negara yang tidak diuntungkan

oleh proses hukum yang ada untuk sekedar menunjukkan bahwa rakyat kecil jangan

pernah diremehkan karena meskipun terlihat tidak berdaya namun bila berkumpul akan

menghasilkan kekuatan yang tidak bisa disepelekan begitu saja oleh sang penguasa.

Mansour fakih menjelaskan siasat “otot” ini berupa strategi untuk melancarkan

tekanan. Cara-cara yang dipilih bisa berupa demonstrasi, mogok massal, boikot

pembangkangan sipil, perlawanan diam-diam dan aksi massa lainnya.

E. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Penelitian tentang advokasi kebijakan civil society organization oleh Rifka

Annisa tentang strategi advokasi kebijakan perlindungan perempuan di Yogyakarta

merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif, yang dimaksud dengan

metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu

obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada

masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi,

gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-

sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.6

6 Moh. Nazir, Metode Penelitian, Galia Indonesia, 2005, hal 54

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70862/potongan/S2-2014... · ideologi yang akan membawa mereka pada garis pergerakan dan normatifnya

2. Lokasi penelitian

Penelitian ini bertempatkan di D.I Yogyakarta.

3. Jenis data

Data adalah segala keterangan atau informasi mengenai segala hal yang berkaitan

dengan tujuan penelitian7.

Data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang bersumber dari obyek yang diteliti (data

langsung) yang diperoleh melalui wawancara langsung dari sumber yang berkaitan. Data

sekunder yaitu data yang tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen (data tidak langsung)

melalui buku-buku atau referensi yang berkaitan dengan permasalahan yang akan

diteliti.8 Adapun bentuk dokumentasinya adalah berupa draft kebijakan, buku-buku yang

berkaitan langsung dengan objek yang akan diteliti, seperti perjalanan Rifka Annisa dan

langkah-langkan Rifka Annisa dalam advokasi kebijakan publik.

4. Unit Analisa Data

Sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, maka penulis

akan melalukan kegiatan atau menyusun unit analisa datanya pada pihak berkaitan

langsung serta dapat mewakili untuk dijadikan sumber data yang diperlukan. Adapun

yang menjadi unit analisa data adalah pengurus Rifka Annisa pada bidang Divisi

Pengorganisasian Masyarakat dan Advokasi (DPMA).

7 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1987. hal

22 8 Sumardi Suryabrata, Metode penelitian, Jakarta : Rajawali Grapindo, 1995

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70862/potongan/S2-2014... · ideologi yang akan membawa mereka pada garis pergerakan dan normatifnya

5. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini

adalah :

1. Wawancara

Teknik ini merupakan proses mendapatkan informasi dengan cara

mewawancarai dan terlibat secara langsung terhadap responden dengan sistematis

serta berlandaskan pada tujuan penelitian. Data yang diperoleh dari wawancara ini

dikelompokkan sebagai data primer. Adapun sumber yang akan di wawancarai

adalah Divisi Pengorganisasian Masyarakat dan Advokasi (DPMA), adapun

sumber langsung yang dimaksud adalah individu-individu yang berkompeten

dibidangnya. Berikut adalah nama-nama yang akan diwawancarai : Ketua DPMA

: Suharti, Staf DPMA : Muhammad Tantowi, Asih Nuryanti, dan Norma.

2. Teknik Dokumentasi

Dengan teknik ini, peneliti mengumpulkan data yang berupa buku-buku,

arsip, website, dan catatan-catatan lain lainnya yang berhubungan dengan

penelitian. Data yang diperoleh dari dokumentasi ini diklasifikasikan ke dalam

data sekunder.

6. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa

data kualitatif. Sehingga analisa tersebut berdasarkan kemampuan nalar peneliti dalam

menghubungkan fakta, dan informasi yang ada. penelitian kualitatif menggunakan

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70862/potongan/S2-2014... · ideologi yang akan membawa mereka pada garis pergerakan dan normatifnya

metode kualitatif yaitu, wawancaa atau penelaahan dokumen. Metode kualitatif ini di

gunakan karena beberapa pertimbangan.

1. Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan keadaan

jamak.

2. Metode ini menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti dan

responden.

3. Metode ini lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh

bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.9

F. Defenisi Konsepsional

Agar tidak terdapat kekeliruan dalam memahami, mengartikan dan

mendefenisikan konsep-konsep dalam penelitian ini, Maka perlu adanya penegasan atas

batasan-batasan konsep yang akan digunakan oleh peneliti. Konsep-kensep tersebut

antara lain sebagai berikut :

1. Civil Society Organization

Organisasi masyarakat sipil adalah suatu gerakan organisasi yang secara

asosiasional tanpa suatu tendensi berada pada posisi dimana mampunyai tanggung

jawab secara multi dimensional dalam koridor pemerintah dan bernegara dengan

prasyarat tanpa tekanan dan paksaan dari negara.

2. Advokasi

Advokasi adalah metode yang di gunakan untuk mencapai tujuan tertentu

secara sistematis dan terorganisir untuk mempengaruhi terjadinya perubahan.

9 PROF. DR. Lexy J. Moleong, M.A, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,

2008 hal 9-10

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70862/potongan/S2-2014... · ideologi yang akan membawa mereka pada garis pergerakan dan normatifnya

3. Strategi Advokasi

Strataegi Advokasi adalah cara yang digunakan dalam melakukan

advokasi dan juga merupakan tahapan untuk mewujudkan tujuan advokasi,

strategi memiliki hubungan langsung dengan sumber daya advokasi.

G. Defenisi Operasional

Untuk lebih mengarahkan pemahaman dalam menelusuri permasalahan yang telah

dirumuskan berdasarkan uraian pada penjelasan sebelumnya berikut akan dikemukakan

operasionalisasi dalam penelitian ini sebagai berkut :

1. Untuk mengetahui Strategi Rifka Annisa sebagai organisasi masyarakat sipil

dalam advokasi kebijakan perlindungan perempuan di Yogyakarta dapat di ukur melalui :

Internal :

a. Profil Rifka Annisa

b. Strategi Advokasi Rifka Annisa : issu advokasi sebagai kombinasi siasat

kemudian membentuk tim advokasi, pemetaan stakeholder dan kerjasama

dengan pemerintah sebagai konsolidasi aksi kolektif.

Eksternal :

a. Dinamika Advokasi Kebijakan Perlindungan Perempuan

b. Sejauh mana upaya Rifka Annisa dalam advokasi kebijakan perlindungan

perempuan Yogyakarta

2. Kemampuan Rifka Annisa sebagai organisasi masyarakat sipil dalam advokasi

kebijakan perempuan di Yogyakarta dapat di lihat dari :

a. Hambatan bagi Rifka Annisa dalam Mengadvokasi Kebijakan

b. Analisis upaya dan penghambat Rifka Annisa dalam mengadvokasi kebijakan

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70862/potongan/S2-2014... · ideologi yang akan membawa mereka pada garis pergerakan dan normatifnya

H. Sistematika Penulisan

Untuk menciptakan alur pemikiran yang jelas sehingga dapat ditarik suatu

ketertarikan hubungan dari keseluruhan isi tesis ini, maka didalam penulisannya di bagi

dalam lima bab.

Bab I dibahas latar belakang masalah, rumusan masalah., tujuan dan manfaat

penelitian, kerangka teori dan metode penelitian. Pada sub bab metode akan diuraikan

metode penelitian yang digunakan untuk membahas permasalahan dalam tulisan ini yakni

akan menguraikan jenis penelitian lokasi penelitian, jenis data, unit analisa data, dan

teknik analisa data.

Bab II Gerakan perempuan dan Rifka Annisa dalam advokasi kebijakan

perlindungan perempuan. Pokok bahasan sebagai berikut : (a). Pengantar (b). Konteks

gerakan perempuan di Yogyakarta, (c ). Profil Rifka annisa dan (d). Fakta tekstual Rifka

Annisa dalam advokasi kebijakan perlindungan perempuan di Yogyakarta

Bab III Strategi advokasi kebijakan. Pokok bahasan sebagai berikut : (a).

Pengantar (b). Strategi advokasi Rifka Annisa dalam mengadvokasi kebijakan peraturan

walikota. (c). Pendekatan mazhab : Kualitas sumber daya politik, dan (d). Strategi

advokasi Rifka Annisa : Konsolidasi aksi kolektif dan kombinasi siasat

Bab IV Analisa hambatan advokasi kebijakan. Pokok bahasan sebagai berikut:

(a). Pengantar (b). Analisa hambatan advokasi kebijakan perlindungan perempuan dan

(c). Rifka Annisa : Advokasi kebijakan perlindungan vis a vis kepentingan politik

Bab V (a). Kesimpulan.

Rifka Annisa : Strategi advokasi dan kompleksitas hambatan advokasi kebijakan

perlindungan perempuan