BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/61452/4/4. BAB I.pdf · lebih lama...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/61452/4/4. BAB I.pdf · lebih lama...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah fase yang penting dalam kehidupan manusia,
karena dengan pendidikan setiap manusia belajar segala sesuatu untuk
diketahui, bahkan dengan pendidikan manusia dapat menguasai dunia yang
tidak terikat oleh sekat-sekat yang membatasi dirinya. Dengan adanya
pendidikan akan melahirkan manusia yang berilmu, yang akan
menjadikannya khalifah Allah di muka bumi. Muhammad Abduh, seorang
tokoh muslim menyatakan, bahwa pendidikan adalah hal terpenting dalam
kehidupan manusia dan dapat mengubah segala sesuatu.1Bahkan pendidikan
berlangsung sepanjang zaman (life long education). Artinya sejak lahir
sampai pada hari kematian seluruh kegiatan manusia adalah kegiatan
pendidikan.2
Peradaban suatu bangsa dapat di lihat dari tingkat pendidikan warga
negaranya. Karena tidak semua negara mampu menyelenggarakan pendidikan
yang berkualitas. Negara dengan tingkat kemakmuran yang tinggi belum
tentu mampu menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas, tetapi
pendidikan berkualitas menjamin tercapainya kemakmuran suatu negara.3
1Muhammad Abduh, Mujaddid al Islam, (Beirut: Al Mussassah al Islamiyyah li Al
Dirasah Wa al-Nasyr, 1981), hlm. 207 2Anwar, Pendidikan Kecakapan Hidup, (Bandung: Alfabeta, 2006), hlm. 43.
3Sabar Narimo, Peran Kurikulum 2013 dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan di Indonesia
menyongsong Generasi Emas 2045, disampaikan dalam Seminar Nasional di kampus UMS,
2
Semakin berkualitas pendidikan warga negaranya semakin besar potensi
suatu bangsa untuk maju dan berkembang, terlebih dalam persaingan global.
Persaingan global menuntut bentuk pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan mampu menjawab permasalahan hidup yang ada di
masyarakat. Pendidikan Berbasis Masyarakat adalah konsep pendidikan yang
diharapkan dapat memenuhi harapan masyarakat terhadap pendidikan dan
mampu menjawab permasalahan hidup yang ada di masyarakat. Pendidikan
berbasis masyarakat merupakan implementasi pendidikan dari masyarakat,
oleh masyarakat, dan untuk masyarakat.4 Konsep diatas menyatakan bahwa
Pendidikan Berbasis Masyarakat merupakan pendidikan yang dirancang,
dilaksanakan, dinilai dan dikembangkan oleh masyarakat yang mengarah
pada usaha menjawab tantangan dan peluang yang ada di lingkungan
masyarakat tertentu dan berorientasi pada masa depan.5 Kemunculan
paradigma pendidikan tersebut dipicu oleh arus besar modernisasi yang
menghendaki terciptanya demokratisasi dalam segala dimensi kehidupan
manusia, termasuk di bidang pendidikan.6
Berdasarkan konsep tersebut, proses pendidikan harus direncanakan
dan dikembangkan oleh sekolah bersama-sama dengan masyarakat dan
pelaksanaannya juga merupakan hasil kerjasama antara sekolah dengan
Sukoharjo 22 Mei 2014, diakses http://www.timlo.net/baca/68719549089/pendidikan-di-negara-
makmur-belum-tentu-berkualitas/, tanggal 30 Januari 2017. 4Uberto Sihombing, Pendidikan Luar Sekolah kini dan Masa depan, (Jakarta: PD
Mahkota, 1999), hlm. 17 5 Fasli Jalal dan Dedi Supriadi, Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah,
(Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2001) hlm. 186 6Zubaedi, Pendidikan Berbasis Masyarakat Upaya Menawarkan Sosulsi terhadap
Berbagai Problem Sosial,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 130
3
masyarakat. Dengan melibatkan masyarakat dalam proses pendidikan akan
menumbuhkan komunikasi yang harmonis antara lembaga pendidikan dan
masyarakat. Dengan adanya hubungan yang harmonis dengan masyarakat
lembaga pendidikan akan mudah mengetahui kebutuhan pendidikan yang
diharapkan oleh masyarakat, meningkatkan mutu pendidikan, sehingga
menarik peserta didik untuk bersekolah dilembaga pendidikan tersebut.
Pendidikan Berbasis Masyarakat muncul berkaitan dengan reformasi
pendidikan yang menghendaki pergeseran paradigma pendidikan dari
sentralistik ke desentralistik.7 Menurut Nurhattati Fuad, Pendidikan
sentralistik mempunyai 4 dampak yang negatif bagi sekolah. Pertama,
sentralisasi pendidikan menyebabkan terjadinya proses pembelajaran yang
tidak kontekstual. Kedua, fenomena sentralisasi dalam penyelenggaraan
pendidikan pada tingkat bawah (sekolah) yang melaksanakan kebijakan pusat
cenderung kurang mendaya gunakan segenap sumber. Ketiga,
penyelenggaraan sekolah yang dilaksanakan berdasarkan kebijakan pusat
yang “tersentralisasi” mengondisikan sekolah tidak mampu memberikan
jaminan mutu hasil pendidikan yang diprosesnya kepada masyarakat atau
stakeholder. Keempat, munculnya kekurang pedulian masyarakat atas
penyelenggaraan pendidikan atau pembelajaran yang berlangsung di sekolah.8
Meskipun demikian, pendidikan sentralistik juga mempunyai nilai positif,
terutama dalam kendali mutu pendidikan secara nasional dan dalamrangka
7Toto Suharto, Pendidikan Berbasis Masyarakat: Relasi Negara dan Masyarakat dalam
Pendidikan, (Yogyakarta: LkiS, 2012), hlm. 2 8Nurhattati Fuad, Manajemen Pendidikan Berbasis Masyarakat: Konsep Dan Strategi
Implementasi, (Jakarta: Rajawali Press, 2014), hlm. 60-62
4
menjaga kesatuan dan persatuan bangsa. Akan tetapi, menurut Tilaar
pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang hidup dari dan untuk
masyarakat. Pendidikan yang terlepas dari masyarakat dan budaya yang ada
di dalamnya adalah pendidikan yang tidak bertanggung jawab. Pendidikan
berbasis masyarakat dan Manajemen Berbasis Sekolah adalah wujud nyata
demokratisasi dan desentralisasi pendidikan.9
Pendidikan Berbasis Masyarakat dalam perspektif historis merupakan
pengembangan dari pendidikan berbasis sekolah.10
Perspektif Pendidikan
Berbasis Sekolah dengan penekanan pada partisipasi masyarakat dalam
pendidikan. Pendidikan Berbasis Sekolah dapat diartikan sebagai model
pendidikan memberikan otonomi sekolah, warga sekolah dan masyarakat
untuk terlibat secara langsung dalam penyelenggaraan dan meningkatkan
mutu pendidikan.11
Uberto Sihombing membedakan Pendidikan Berbasis
Sekolah dengan Pendidikan Berbasis Masyarakat berdasarkan ciri khusus,
meskipun pendidikan berbasis Masyarakat merupakan pengembangan dari
Pendidikan berbasis sekolah. Pendidikan berbasis masyarakat diarahkan tidak
semata-mata memintarkan anak didik, tetapi juga mencerdaskan.12
Karena
pendidikan berbasis masyarakat memberikan pelayanan pendidikan tidak
sebatas pengetahuan kognitif (penalaran) akan tetapi juga disegi afektif
(sikap) dan psikomotorik (ketrampilan) dalam bentuk internalisasi nilai-nilai
9HR Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm.
105 10
Toto Suharto, Pendidikan Berbasis Masyarakat ...hlm. 84 11
Umaedi, Managemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, (Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama, 2001), hlm. 3 12
Uberto Sihombing, Pendidikan Luar Sekolah..., hlm. 17
5
segala aspek kehidupan dimasyarakat kedalam pendidikan. selama ini
pendidikan masih menggunakan pendekatan tradisional khususnya dalam
pendidikan agama Islam, siswa belum diarahkan untuk memahami makan dan
nilai-nilai spiritual yang mereka pelajari, tetapi cenderung menghafalkan
konsep-konsep agama Islam.13
Konteks pendidikan berbasis masyarakat telah lama dikenal di
Indonesia bahkan telah ada sebelum periode kemerdekaan. Pendidikan yang
berkembang pada saat itu berbentuk pesantren merupakan bentuk perlawanan
masyarakat terhadap pemerintah kolonial. Bahkan Azyumardi Azra, secara
khusus pernah menyampaikan bahwa partisipasi masyarakat muslim di
Indonesia dalam rangka pendidikan berbasis masyarakat telah dilaksanakan
lebih lama lagi yaitu setua sejarah perkembangan Islam di nusantara ini.14
Hampir seluruh lembaga pendidikan Islam di Indonesia, mulai dari rangkang,
dayah, meunasah di Aceh, surau di Minangkabau, pesantren di Jawa, bustan
al-atfal, diniyah dan sekolah-sekolah Islam lainnya yang didirikan dan
dikembangkan oleh masyarakat Muslim. Lembaga-lembaga ini hanya sekedar
contoh bagaimana konsep pendidikan berbasis masyarakat diterapkan oleh
masyarakat Indonesia.
Pendidikan Islam merupakan bagian dari pendidikan Nasional sebagai
wujud partisipasi dalam mewujudkan program pemerintah di bidang
13
Haryu Islamuddin, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm.
150. 14
Azyumardi Azra, Masalah dan Kebijakan Pendidikan Islam di Era Otonomi Daerah,
Makalah disampaikan pada Konferensi Nasional Manajemen Pendidikan di Hotel Indonesia,
Jakarta 8-10 Agustus 2002, kerjasama Universitas Negeri Jakarta dengan Himpunan Sarjana
Administrasi Pendidikan Indonesia, hlm. 5-6.
6
pembangunan. Oleh karena itu, pemerintah terus berupaya membangun
semua sektor pendidikan baik pendidikan umum maupun pendidikan Islam
secara terarah, terencana, intensif, efektif dan efisien untuk mewujudkan
Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas. Pendidikan merupakan salah satu
aspek dari ajaran Islam. Sebagai bentuk penanaman nilai-nilai Islam.
Menurut Hujair, penanaman nilai-nilai Islam ini merupakan penjabaran dari
visi dan misi pendidikan Islam untuk membentuk insan kamil sebagai rahmat
bagi seluruh alam.15
Dengan tujuan ideal seorang muslim mampu menjalani
kehidupannya secara seimbang antara kepentingan dunia dan akhirat.
Berdasarkan faktor diatas, dapat ditarik benang merah bahwa
pendidikan agama Islam tidak hanya didominasi oleh lembaga pendidikan
Islam seperti rangkang, dayah, meunasah di Aceh, surau di Minangkabau,
pesantren dan Madrasah, akan tetapi juga masuk pada lembaga pendidikan
umum, baik yang memiliki ciri khusus ke-Islaman maupun yang tidak. Hal ini
sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, khususnya Pasal 37 Ayat I huruf a disebutkan:
Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat pendidikan
agama.16
Dengan memasukan Pendidikan agama Islam dalam kurikulum
dasar dan menengah diharapkan mampu memberikan solusi dalam
15
AH. Sanaky Hujair, Book Review; Paradigma Pendidikan Islam, Membangun
Masyarakat Madani Indonesia, (Yogyakarta : Safiria Insania Press, 2003), hlm. 227 16
Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam Undang-
Undang Sisdiknas, (Jakarta : Departemen Agama Republik Indonesia, 2003), hlm. 17
7
memperbaiki akhlak/moral masyaraka yang sedang mengahadapi tiga krisis
global yaitu krisis ekonomi, politik dan sosial.17
Alasan peneliti melakukan penelitian di SMP Negeri 2 Candiroto dan
SMP Muhammadiyah 5 Kandangan kabupaten Temanggung, yang pertama;
selama ini SMP Negeri 2 Candiroto dan SMP Muhammadiyah 5 Kandangan
dikenal sebagai sekolah yang menggunakan manajemen pendidikan berbasis
masyarakat. Kedua, keingintahuan dari peneliti tentang bagaimana
implementasi pendidikan berbasis masyarakat yang dikaitkan dalam
pendidikan agama Islam terutama dilembaga pendidikan formal yang dalam
prakteknya wajib menggunakan standar-standar pendidikan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah sebagaimana dalam UU Sisdiknas antara lain
jumlah jam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang hanya 2 Jam
pelajaran, disisi lain sekolah juga harus mengakomodir kebutuhan dan peran
serta masyarakat. Jika dalam penelitian-penelitian sebelumnya peneliti
mendapat gambaran bahwasannya praktek pendidikan berbasis masyarakat
tidak melibatkan peran pemerintah. Ketiga, lokasi SMP Negeri 2 Candiroto
dan SMP Muhammadiyah 5 Kandangan berada di kabupaten Temanggung
dimana peneliti berdomisili sehingga memudahkan peneliti dalam
melaksanakan penelitian.
Dalam pelaksanaan penelitian Implementasi Pendidikan Agama Islam
Berbasis Masyarakat (Studi di SMP Negeri 2 Candiroto dan SMP
17
Abdul Khobir, Pendidikan Agama Islam di Era Globalisasi, Forum Tarbiyah, vol. 7
No. 1 2009 hlm. 3
8
Muhammadiyah 5 Kandangan kabupaten Temanggung Tahun Pelajaran
2016/2017).
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini lebih memfokuskan pada penerapan, dampak,
faktor pendukung dan penghambat pendidikan agama Islam berbasis
masyarakat khususnya di SMP Negeri 2 Candiroto dan SMP Muhammadiyah
5 Kandangan kabupaten Temanggung. Maka rumusan masalah pada
penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimanakah implemetasi pendidikan berbasis masyarakat pendidikan
Agama Islam di SMP Negeri 2 Candiroto dan SMP Muhammadiyah 5
Kandangan Kabupaten Temanggung?
2. Bagaimanakah dampak implemetasi pendidikan berbasis masyarakat
pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Candirotodan SMP
Muhammadiyah 5 Kandangan Kabupaten Temanggung?
3. Apakah faktor pendukung dan penghambat implemetasi pendidikan
berbasis masyarakat pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2
Candirotodan SMP Muhammadiyah 5 Kandangan Kabupaten
Temanggung?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Menganalisis Implementasi pendidikan berbasis masyarakat
(Community Based Education) terutama pada Pendidikan Agama
9
Islam di SMP Negeri 2 Candiroto dan SMP Muhammadiyah 5
Kandangan Kabupaten Temanggung.
b. Menganalisis dampak-dampak yang ditimbulkan dari implementasi
pendidikan berbasis masyarakat pendidikan Agama Islam di SMP
Negeri 2 Candiroto dan SMP Muhammadiyah 5 Kandangan
Kabupaten Temanggung, baik bagi siswa, sekolah dan masyarakat.
c. Menganalisis faktor-faktor mendukung dan menghambat dalam
implemetasi pendidikan berbasis masyarakat pendidikan Agama
Islam di SMP Negeri 2 Candiroto dan SMP Muhammadiyah 5
Kandangan Kabupaten Temanggung.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademik
1) Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat menambah
khazanah model Pendidikan Agama Islam di lembaga
pendidikan umum yang sinergi dengan kebutuhan masyarakat
yang berkembang saat ini. Pendidikan agama Islam mempunyai
kaitan yang erat dengan pendidikan berbasis masyarakat dalam
dalam pembentukan akhlak dan pendidikan seumur hidup (long
life education).18
2) Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam
melaksanakan penelitian lain atau kajian ilmiah yang bertema
18
Masyruhin, Relevansi Pendidikan Berbasis Masyarakat dengan pendidikan Islam,
(Yogyakarta: UIN Kalijaga, 2010), hlm. 6
10
sama dengan Mata pelajaran yang berbeda ataupun dilembaga
pendidikan umum yang berbeda dan belum diteliti.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi peneliti, dapat memberikan rekomendasi tentang model
pendidikan Agama Islam berbasis masyarakat untuk
meningkatkan kompetensi peserta didik yang siap pakai sesuai
dengan kebutuhan masyarakat.
2) Bagi guru, dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam
melaksanakan pendidikan Agama Islam berbasis masyarakat
pada rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam,
problematika yang muncul, dan solusi alternatifnya.
3) Bagi institusi sekolah, dapat digunakan sebagai pedoman untuk
meningkatkan kualitas pendidikan berbasis masyarakat yang
sesuai nilai-nilai ajaran Islam yang berkembang di
masyarakatnya.
D. Telaah Pustaka
Beberapa tulisan mengenai Pendidikan Berbasis Masyarakat yang
sudah terbit, baik dalam bentuk buku, hasil penelitian, maupun artikel. Pada
bagian ini peneliti akan memberikan gambaran hasil kajian yang dilakukan
beberapa peneliti lain terkait pendidikan berbasis masyarakat. Kajian terhadap
hasil penelitian ini memperjelas posisi peneliti terkait kegiatan penelitian ini
berkenaan dengan objek utama kajian.
11
Tesis karya Moh. Hasyim, tahun 2007, mahasiswa Pascasarjana
Program Studi Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Semarang,
berjudul “Impelementasi Pendidikan Berbasis Masyarakat (Cese Study
Pelaksanaan Proses Pembelajaran di SLTP Alternatif Qariyah Thayyibah
Kalibening Salatiga). Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus
dengan memfokuskan pada permasalahan bagaimana implementasi
pendidikan berbasis masyarakat di SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah
terutama pada aspek proses pembelajaran dan pengelolaan komponen
pembelajaran yang disajikan secara deskriptif. Hasil penelitian tesis ini
menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan berbasis masyarakat yang
dilakukan oleh SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening Salatiga
memberikan implikasi luas tidak hanya pada perubahan pola belajar siswa,
akan tetapi juga mampu mempengaruhi paradigma guru dalam mengajar dan
budaya masyarakat setempat. Kondisi ini terjadi karena proses pembelajaran
yang dilakukan mengedepankan pendidikan berbasis masyarakat dengan
memilih keluar jalur pendidikan formal, bahkan belum mendapat pengakuan
dari pemerintah. Hal ini ditunjukkan dengan sebagian besar siswa-siswi lebih
memilih tidak mengikuti ujian nasional.
Ahmad Bahruddin, dalam bukunya ''Pendidikan Alternatif Qaryah
Thayyibah” yang diterbitkan LKIS Yogyakarta tahun 2007. Buku ini
memaparkan implementasi pendidikan berbasis masyarakat (community
based education) di SMP Alternatif Qaryah Toyyibah Kalibening Salatiga.
Buku ini merupakan kajian penulis selama mengelola sekolah ini, mulai dari
12
pendirian sekolah, kerjasama lembaga terkait seperti dinas pendidikan, tokoh
masyarakat, implementasi pendidikan berbasis masyarakat, prestasi sekolah,
kendala pengelolaan, sampai pada upaya internasionalisasi sekolah alternatif.
Pada saat ini banyak praktisi pendidikan, peneliti, lembaga pendidikan, dan
mahasiswa turut ambil bagian ngangsu kaweruh di sekolah ini.
Tesis dari Masyruhin Rosyid, tahun 2010, mahasiswa Pascasarjana
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga yang berjudul “Relevansi
Pendidikan Masyarakat dengan Pendidikan Islam”. Penelitian ini termasuk
Library Research yang sumbernya diambil dari al-Quran yang dibantu dari
pemikiran tokoh muffasir dan tokoh-tokoh pendidikan berbasis masyarakat.
Teknik Analisis penelitian menggunakan content analisys dan interpretatif
hermeunetik. Hasil penelitian ini menemukan beberapa unsur yang relevan
antara tujuan pendidikan berbasis masyarakat dengan pendidikan Islam,
diantara akhlak dan pendidikan seumur hidup. Dari segi akhlak, pendidikan
berbasis masyarakat dengan tujuan pendidikan Islam menjadikan akhlak yang
mulia dan terpuji. Dari segi lifelong education, secara tidak langsung
masyarakat dituntut untuk selalu kritis dalam setiap kekurangan atau
permasalahan yang terjadi dalam wilayah masyarakat tersebut. Dengan
berjalannya proses yang selalu kritis maka muncullah proses belajar mengajar
yang terus menerus atau belajar seumur hidup (lifelong education).
Disertasi yang ditulis oleh Toto Suharto, 2012, mahasiswa Program
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, berjudul: Pendidikan Berbasis
Masyarakat, Relasi Negera dan Masyarakat dalam Pendidikan. Secara garis
13
besar Disertasi ini merupakan hasil penelitian literer atau kajian pustaka.
Sumber data diambil dari buku-buku dan tulisan terkait tentang pendidikan
kritis dan pendidikan berbasis masyarakat. Analisis menggunakan analisis
content atau analisis isi yang dihubungkan dengan analisis fenomenologi.
Dari hasil penelitiannya, dapat disimpulkan bahwa pendidikan kritis
merupakan ide munculnya pendidikan berbasis masyarakat. Gugusan
pemikiran Toto Suharto pengarang buku ini memandang masyarakat
memiliki sumber daya untuk membangun infrastruktur masyarakatnya
melalui jalur pendidikan sebagai bentuk perlawanan politik terhadap
kebijakan pemerintah yang dirasakan mengekang partisipasi masyarakat
dalam pendidikan. Tokoh pendidikan kritis seperti Paulo Freire, menjadi
rujukan dalam mengembangkan sayap pemikiran Toto Suharto dalam analisis
Disertasinya. Kemudian hasil Disertasi dibukukan dan telah diterbitkan oleh
LKIS Yogyakarta.
Penelitian yang dilakukan Noor Aziz, Dosen Fakultas Tarbiyah
Universitas Sains Al-Qur'an (UNSIQ) Wonosobo, yang dimuat pada Jurnal
Kependidikan Al-Qalam edisi 13 Tahun 2014 tentang “Pengembangan
Pendidikan Alternatif Berbasis Masyarakat (Studi Kasus di SMP Qariyah
Tayyibah Salatiga)”. Penelitian studi kasus ini Noor Aziz menawarkan
konsep pendidikan berbasis masyarakat untuk menjembatani berbagai
persoalan modern pendidikan agama di Indonesia yang mengalami krisis
multi dimensi. Noor Aziz, memilih SMP Alternatif Qaryah Tayyibah
Kalibening Salatiga, penelitian ini memotret keberhasilan lembaga
14
pendidikan ini dalam menerapkan pendidikan berbasis masyarakat sehingga
mampu mengorbit ke belahan dunia sejajar dengan tujuh keajaiban dunia .
Hasil penelitian kolaboratif yang ditulis Dian Fajarwati, Ahmad
Sopyan, dan Samsudi berjudul “Implementasi Pembelajaran Berbasis
Masyarakat (Community Based Learning) Mata Pelajaran Ibadah SMP
Muhammadiyah di Kabupaten Kendal”yang diterbitkan Innovative Journal of
Curriculum and Educational Technology, juga mendukung gagasan
pembelajaran berbasis masyarakat. Penelitian komparasi ini menggunakan
pendekatan studi kasus tentang perbandingan penerapan pembelajaran
berbasis masyarakat pada mata pelajaran ibadah di SMP Muhammadiyah di
Kabupaten Kendal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara prinsip
sekolah-sekolah SMP Muhammadiyah di Kendal menerapkan pembelajaran
berbasis masyarakat namun secara teknis implementasinya berbeda antara
sekolah satu dengan lainnya, seperti dalam hal perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasinya masing-masing sekolah tidak melaksanakan salah satu komponen
tersebut.
Kajian pendidikan berbasis masyarakat dalam penelitian yang penulis
lakukan lebih spesifik mengkaji pada Implementasi pendidikan Agama Islam
(PAI) di SMP Negeri 2 Candiroto dan SMP Muhammadiyah 5 Kandangan
Kabupaten Temanggung merupakan lembaga pendidikan formal19
. Menurut
19
Lembaga pendidikan formal adalah lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah yang berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan pengetahuan dan
ketrampilan fungsional serta pengembangan dan kepribadian fungsional, sedang lembaga
pendidikan non formal diselenggarakan oleh warga masyarakat yang memerlukan layanan
15
Zubaedi bahwa ensensi pendidikan berbasis masyarakat adalah pendidikan
non formal.20
Sebagaimana diketahui bahwa sebagai lembaga pendidikan
formal dalam pelaksanaan mengacu pada aturan pemerintah.
E. Kerangka Teoritik
Kerangka teori merupakan batasan-batasan tentang teori yang
digunakan penelitian. Berisikan juga relevansi uraian teori-teori yang
kemudian digunakan sebagai istrumen untuk menganalisis masalah yang
dihadapi. Pembahasaan kerangka teori merupakan hal yang penting sebagai
acuan dasar di dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam
rumusan masalah.
Penelitian ini menggunakan beberapa teori yang dianggap sesuai
untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya. Pertama,
mengupas bagaimana implementasi pendidikan berbasis masyarakat terutama
pada perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pendidikan menurut Uberto
Sihombing21
, Winarno Surakhmad22
, Miarso23
, Nurhattati Fuad24
, Toto
Suharto dan Tilaar25
dalam pendidikan agama Islam. Kedua, mencari tahu
dampak-dampak yang ditimbulkan dari implementasi pendidikan agama
Islam berbasis masyarakat, baik bagi masyarakat maupun sekolah. Ketiga
pendidikan sebagai pengganti, penambah dan pelengkap pendidikan formal dalam mendukung
pendidikan sepanjang hayat, lihat Zubaedi, Pendidikan berbasis masyarakat..., hlm. 135. 20
Zubaedi, Pendidikan Berbasis Masyarakat..., hlm. ix. 21
Fasli Jalal dan Dedi Supriadi, Reformasi Pendidikan Dalam... hlm. 186. 22
Toto suharto, Pendidikan Berbasis Masyarakat..., hlm. 84 23
Yusufhadi Miarso dan Pustekom, Menyemai Benih-benih Teknologi Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 631. 24
Nurhattati Fuad, Manajemen Pendidikan Berbasis ..., hlm.62 25
HR Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan ..., hlm. 105
16
adalah mengetahui faktor-faktor yang menjadi pendukung maupun
penghambat dalam implementasi pendidikan agama Islam berbasis
masyarakat.
Teori-teori dari tokoh dan berdasarkan penelitian-penelitian
sebelumnya yang relevan serta membahas tentang pendidikan berbasis
masyarakat akan digunakan untuk menjelaskan, Pertama, bagaimana
implementasi pendidikan berbasis masyarakat yang dikaitkan pendidikan
agama Islam. Notabene pendidikan yang dimaksud pada implementasi
pendidikan agama Islam berbasis masyarakat tersebut merupakan lembaga
pendidikan formal. Karena selama ini pendidikan berbasis masyarakat
indentik dengan pendidikan non formal, terutama dalam perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pendidikan yang selalu dikaitkan dengan kebutuhan
masyarakat. Kedua, untuk memperoleh gambaran bagaimana dampak yang
dihasilkan dalam implementasi pendidikan agama Islam berbasis masyarakat
berpengaruh bagi kehidupan masyarakat maupun peningkatan mutu
pendidikan. Ketiga, memperoleh gambaran faktor-faktor menjadi pendukung
maupun penghambat dalam implementasi pendidikan berbasis masyarakat.
Dengan mengetahui faktor penghambat dapat memperbaiki dan mencarikan
solusi serta meningkatkan faktor-faktor yang menjadi pendukung kwalitas
pendidikan mejadi lebih baik.
Penelitian ini akan mengupas bagaimana implementasi pendidikan
agama Islam berbasis masyarakat yang dikaitkan dengan manajemen
pendidikan berbasis sekolah. Sebagai respon terhadap tuntutan masyarakat
17
akan pendidikan yang berkualitas, pemerintah menelorkan kebijakan
pendidikan berbasis masyarakat dan Manajemen berbasis sekolah, yang
merupakan upaya melibatkan masyarakat dalam pendidikan. Jika selama ini
sekolah dianggap sebagai aktor tunggal dalam mendidikan anak, dengan
kebijakan Pendidikan Berbasis Masyarakat diharapkan ada kesadaran baru di
kalangan masyarakat bahwa tanggung jawab pendidikan tidak hanya di
pundak institusi sekolah, tetapi juga orang tua, masyarakat, dan pemerintah.26
Berikut kerangka konseptual implementasi pendidikan agama Islam berbasis
masyarakat.
Gambar 1: Kerangka Konseptual Implementasi Pendidikan Berbasis
Masyarakat
Pendidikan berbasis Masyarakat sejauh ini merupakan lembaga
pendidikan yang didirikan atas prakarsa masyarakat serta berdasarkan
26
Agus Nuryatno,Pendidikan Berbasis Masyarakat dan Transformasi Pendidikan Islam”,
dalam Kusmana dan JM. Muslimin, Paradigma Baru Pendidikan, Restropeksi dan Proyeksi
Modernisasi Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam Depertemen
Agama Republik Indonesia, 2008), hlm. 311-312
Pendidikan
Agama Islam
Berbasis
Masyarakat
MASYARAKAT:
Tokoh Agama, Tokoh
Masyarakat, Yayasan
dan orang tua Peserta
didik
SEKOLAH:
Guru, Kepala Sekolah
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Evaluasi
Peserta
Didik
18
kebutuhan masyarakat. Atau secara konseptual, pendidikan yang bertumpu
pada prinsip “dari masyarakat, oleh masyatakat, dan untuk masyarakat”.27
Pendidikan ini menuntut masyarakat untuk ikut berpartisi aktif didalamnya
untuk mengenali dan mendukung kebutuhan masyarakat yang melingkupinya.
Pendidikan “dari masyarakat” disini mempunyai arti pendidikan memberikan
jawaban atas kebutuhan yang ada pada masyarakat. Pendidikan “oleh
masyarakat” yaitu pendidikan yang menempatkan masyarakat sebagai subyek
dari pendidikan, bukannya sebagai obyek dari pendidikan. Dan pendidikan
“untuk masyarakat” artinya masyarakat dilibatkan dalam program yang
dirancang untuk menjawab kebutuhan mereka. Sebaliknya, jika semua
penyelenggaraan pendidikan ditentukan pemerintah maka disebut pendidikan
berbasis pemerintah atau negara (State-base education) atau jika semua
ditentukan oleh sekolah maka disebut pendidikan berbasis sekolah (school-
based education).28
Konteks pendidikan berbasis masyarakat telah lama dikenal di
Indonesia bahkan telah ada sebelum periode kemerdekaan. Pendidikan yang
berkembang pada saat itu berbentuk pesantren sebagai bentuk perlawanan
masyarakat terhadap pemerintah kolonial. Bahkan Azyumardi Azra, secara
khusus pernah menyampaikan dalam makalahnya bahwa partisipasi
masyarakat muslim di Indonesia dalam rangka pendidikan berbasis
masyarakat telah dilaksanakan lebih lama lagi yaitu setua sejarah
27
Zubaedi, Pendidikan Berbasis Masyarakat ..., hlm. 131. 28
Zubaedi, Pendidikan Berbasis Masyarakat..., hlm. 131.
19
perkembangan Islam di nusantara ini.29
Hampir seluruh lembaga pendidikan
Islam di Indonesia, mulai dari rangkang, dayah, meunasah di Aceh, surau di
Minangkabau, pesantren di Jawa, bustan al-atfal, diniyah dan sekolah-
sekolah Islam lainnya yang didirikan dan dikembangkan oleh masyarakat
Muslim. Lembaga-lembaga ini hanya sekedar contoh bagaimana konsep
pendidikan berbasis masyarakat sudah diterapkan di Indonesia.
F. Metode Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Ada 2 paradigma penelitian yaitu penelitian kualitatif dan
kuantitatif. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
paradigmakualitatif. Penelitian kualitatifyang menitikberatkan pada
proses dengan metode analisis deduktif, induktif, komparatif,
interpretatif, analisis isi, hermeunetik dan verstehen.30
Menurut Bogdan
dan Taylor Metode penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, catatan-
catatan, yang berhubungan dengan makna, nilai serta pengertian.31
2. Jenis penelitian
29
Azyumardi Azra, Masalah dan Kebijakan Pendidikan Islam di Era Otonomi Daerah,
Makalah disampaikan pada Konferensi Nasional Manajemen Pendidikan di Hotel Indonesia,
Jakarta 8-10 Agustus 2002, kerjasama Universitas Negeri Jakarta dengan Himpunan Sarjana
Administrasi Pendidikan Indonesia, hlm. 5-6. 30
Sudarno Shobron, dkk., Pedoman Penulisan Tesis MpdI, MPI, MHI, (Pabelan; Sekolah
PascaSarjana UMS, 2016), hlm. 11 31
Kaelan, Metodologi Penelitian Kualitatif Interdisipliner bidang sosial, budaya, filsafat,
seni, agama dan humaniora, (Yogyakarta; Paradigma, 2012), Cet. 1, hlm. 5.
20
Jenis penelitian dikelompokan berdasarkan ruang lingkup
penelitian, tempat penelitian dan tipe penelitian.32
Berdasarkan ruang
lingkupnya penelitian ini termasuk penelitian pendidikan. Berdasarkan
tempat penelitian maka penelitian termasuk jenis penelitian lapangan
(field research). Apabila berdasarkan tipe penelitian penelitian ini
termasuk penelitian dekripstif, yakni mendeskripsikan secara terperinci
realitas atau fenomena-fenomena dengan memberikan kritik atau
penilaian terhadap fenomena tersebut dengan sudut padang dan
pendekatan yang digunakan.33
3. Metode Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan phenomenologis, mendekati secara mendalam suatu fakta
yang menyita perhatian masyarakat luas karena keunikan dari fakta
tersebut terhadap masyarakat.34
Khususnya dalam Implementasi
Pendidikan Agama Islam berbasis Masyarakat, dampak dan faktor
pendukung serta penghambatnya.
4. Sumber data
Sumber data penelitian ini ada dua macam, yaitu data sumber data
primer dan sumber data sekunder.
a. Sumber data primer
32
Sudarno Shobron, dkk., Pedoman Penulisan Tesis..., hlm. 11 33
Sudarno Shobron, dkk., Pedoman Penulisan Tesis..., hlm. 12 34
Sudarno Shobron,dkk,Pedoman Penulisan Tesis..., hlm.15.
21
Sumber data Primer menurut Mohamad Ali, merupakan
sumber informasi yang langsung mempunyai wewenang dan
bertanggung jawab terhadap pengumpulan data.35
Sumber data
primer adalah informan yaitu orang-orang yang terlibat langsung
dalam fokus penelitian ini. Para informan yang dimaksud adalah
komite sekolah, kepala sekolah, guru, orang tua, peserta didik, dan
masyarakat sekitar sekolah yang terlibat dalam pendidikan berbasis
masyarakat. Datanya berwujud transkip wawancara dengan informan
dan catatan lapangan sebagai hasil wawancara tentang implementasi
(yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi) pendidikan
Agama Islam berbasis masyarakat, dampak pendidikan Agama Islam
berbasis masyarakat, faktor pendukung dan penghambat dalam
penerapan pendidikan Agama Islam berbasis masyarakat di SMP
Negeri 2 Candiroto dan SMP Muhammadiyah 5 Kandangan
kabupaten Temanggung.
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh lewat
pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek
penelitiannya.36
Data sekunder penelitian ini adalah dokumen-
dokumen yang berupa catatan, dan bahan lain yang relevan dengan
35
Mohamad Ali, Penelitian Kependidikan, Prosedur dan Strategi, (Bandung:Angkasa,
1999), hlm. 42. 36
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 91.
22
penelitian ini. Selain itu, terdapat data pendukung lainnya yang
berwujud non manusia yaitu hubungan antara personal yang ada.
5. Objek penelitian dan subjek penelitian
Peneliti menjadikan objek penelitian ini adalah Implementasi
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Candirotodan SMP
Muhammadiyah 5 Kandangan. Sedangkan subyek penelitian terkait
penerapan Pendidikan Berbasis Masyarakat di kedua lembaga tersebut
antara lain Komite Sekolah, Kepala Sekolah, guru, dan tokoh masyarakat
desa sekitar.
6. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan penelitian Field research, maka teknik
pengumpulan data merupakan upaya mencari dan menata secara
sistematis berdasar pada konsep tentang pendidikan berbasis masyarakat
(Community Based Education) dengan data-data yang didapatkan oleh
peneliti dari hasil observasi tidak langsung, dokumentasi, dan wawancara
sebagai pemahaman peneliti tentang Pendidikan berbasis masyarakat
(Community Based Education) di SMP Negeri 2 Candirotodan SMP
Muhammadiyah 5 Kandangan kabupaten Temanggung.
7. Validitas Data
Peneliti dalam menguji data penelitimenggunakan cara
triangulasi data. Menurut Metode Moleong dan Patton, validitas data
23
pada penelitian kualitatif dilakukan dengan menggunakan triangulasi
yaitu :
a. Sumber, tiangulasi dengan sumber berarti membandingkan informasi
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda.
b. Metode, triangulasi dengan sumber yaitu pengecekan penemuan
hasil penelitian dengan pengecekan sumber data.
c. Penyidik, triangulasi penyidik memanfaatkan peneliti atau pengamat
lain untuk pengecekan data yang sudah diperoleh.
d. Teori, triangulasi teori ialah memeriksakan data yang sudah
diperoleh dengan beberapa teori yang relevan.37
8. Analisis Data
Adapun analisis data yang digunakan pada penelitian ini ialah
analisa dalam kualitatif. Penelitian kualitatif deskriptif ini, analisa data
dilakukan berlanjut, berulang dan terus-menerus. Menurut Miles and
Huberman, yang dimaksud dengan analisis data yaitu terdiri dari tiga
kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu : reduksi data, penyaringan
data, penarikan kesimpulan atau verifikasi.38
Adapun langkah-langkah yang ditempuh pada analisis data
penelitian deskriptif sebagai berikut :
37
Lexy J. Moleong., Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:Remaja Rosdakarya,
2005), hlm. 330-331 38
M.B. Miles, dan A.M. Huberman, Analisa Data Kualitatif, terjemahan Tjetjep Rohendi
Rohidi, (Jakarta : Universitas Indonesia Press,2002), hlm. 27.
24
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data
kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan dan berlangsung
terus menerus selama penelitian dilaksanakan. Menurut Sugiyono,
mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya,
sehingga memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah
peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya dan mencarinya bila
diperlukan.39
b. Penyajian Data
Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan
dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan
sejenisnya. Dalam hal ini Sugiyono sebagaimana dikutip Patton,
menyatakan yang paling sering digunakan untuk menyajikan data
dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.40
Data-data yang diperoleh dalam kegiatan penelitian disusun
secara sistematis agar dapat ditemukan maknanya. Data-data yang
diperoleh dari penelitian dapat berupa kata-kata, kalimat, atau
paragraph, oleh karena itu disajikan secara naratif dalam bentuk teks.
39
Sugiyono., Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Penerbit
Alfabeta, 2008), hlm. 147. 40
Michael Quinn Patton, Metode Evaluasi Kualitatif, diterjemahkan oleh Budi Puspo
Priyadi dari How to Use Qualitative Methods in Evaluation, Sage Publication, (Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2009) hlm. 255-256.
25
Agar data penelitian tersebut dapat dengan mudah dicari atau
ditelusuri kebenarannya, maka di bawah satuan data yang dikutip
diberi label tertentu.
c. Penarikan Simpulan
Menurut Sugiyono, kesimpulan dalam penelitian kualitatif
merupakan temuan baru dari hasil penelitian yang telah dilakukan
yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan tersebut dapat berupa
deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih
remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas,
dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.41
Hasil data yang telah terkumpul selama penelitian
berlangsung, selanjutnya data tersebut dianalisis untuk menarik
simpulan, sehingga dapat ditemukan gambaran mengenai suatu alur
dari proses berlangsungnya penelitian. Dalam proses analisis data
untuk mencapai kesimpulan data selalu dilakukan reduksi sehingga
simpulan benar-benar memenuhi aspek validitas penelitian.
G. Sistematika Pembahasan
Sistematika laporan penelitian ini terdiri dalam beberapa bab dan sub-
bab, yang peneliti susun ke dalam lima bab, ini merupakan uraian singkat
tentang isi bab secara garis besar yang mencakup semua materi penelitian, di
antaranya:
41
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif …, hlm. 253
26
Laporan penelitian tesis ini diawali dengan bab I, berisi pendahuluan
yang meliputi; latar belakang masalah dari opini maupun fakta yang ada
dalam lingkup pendidikan, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
telaah pustaka, kerangka teoritik, metode penelitian dan sistematika
pembahasan.
Kerangka teoritik umum yang dipakai untuk menganalisis data
diperoleh dalam penelitian dan sebagai acuan dalam mengidentifikasi
masalah diletakkan dibab II. Teori tersebut adalah, pertama; membahas
tentang pendidikan Agama Islam baik itu pengertian, dasar, tujuan dan ruang
lingkupnya. Kedua; pendidikan berbasis masyarakat yang mencakup konsep,
Landasan, Tujuan, dan Prinsipnya.
Bab III ini pertama; berupa deskripsi umum dari SMP Negeri 2
Candiroto Temanggung dan SMP Muhammadiyah 5 Kandangan, yang
memuat: Sejarah berdirinya, susunan pengurus, struktur organisasi sekolah,
kondisi guru, kondisi peserta didik, sarana dan prasarana pendidikan, dan
kondisi pendidikan secara umum. Kedua; menjelaskan paparan data
penelitian dan pembahasan Implementasi pendidikan agama Islam berbasis
masyarakat di SMP Negeri Candiroto dan SMP Muhammadiyah 5
Kandangan yang meliputi Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi. Ketiga;
Dampa-dampak yang ditimbulkan dari implementasi pendidikan agama Islam
berbasis masyarakat bagi sekolah dan masyarakat sebgai pengguna jasa
pendidikan. dan yang Keempat; faktor-faktor yang mempengeruhi
27
implemntasi pendidikan Agama Islam berbasis masyarakat di SMP Negeri 2
Candiroto dan SMP Muhammadiyah 5 Kandangan Kabupaten Temanggung.
Kemudian pada bab IV, Pertama; analisis Implementasi Pendidikan
Agama Islam berbasis masyarakat di SMP Negeri 2 Candiroto Temanggung
dan SMP Muhammadiyah 5 Kandangan terkait perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi pendidikan Agama Islam berbasis masyarakat, dan verifikasi teori
dan penelitian yang relevan terhadap implementasi pendidikan Agama Islam
berbasis masyarakat dan konsep pendidikan Agama Islam berbasis
masyarakat di SMP Negeri 2 Candiroto Temanggung dan SMP
Muhammadiyah 5 Kandangan Temanggung. Kedua; analisis mengenai
dampak dari implementasi pendidikan agama Islam berbasis Masyarakat, bagi
siswa, sekolah maupun masyarakat sebagai pengguna jasa pendidikan dan
menganalisis faktor-faktor yang menjadi pendukung maupun penghambat
dalam implementasi pendidikan agama Islam berbasis masyarakat.
Tesis ini diakhiri dengan bab V sebagai penutup dari rangkaian
sistematika laporan penelitian, yang terdiri dari; kesimpulan, saran dan
penutup dari seluruh hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti.