BAB I PENDAHULUAN A. Latar...

12
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan sebuah kesatuan wilayah dari unsur-unsur pembentuk negara, yang di dalamnya terdapat berbagai hubungan kepentingan dari sebuah komuniti yang berlangsung secara timbal balik dan terikat oleh kesatuan wilayah. 1 Seorang manusia tidak dikaruniai oleh Tuhan Yang Maha Esa alat fisik yang memadai untuk hidup sendiri. Oleh karena itu, manusia harus selalu berhubungan dengan manusia-manusia lain yang dapat mendatangkan kepuasan bagi jiwanya. 2 Wadah yang dipergunakan manusia dalam mewujudkan interaksinya satu sama lain sangat beragam, mulai dari yang paling kecil, yaitu keluarga hingga yang paling besar, yaitu negara. Agar hubungan komuniti di wilayahnya dapat berjalan dengan efektif, tentu diperlukan peran serta pemerintah untuk mewujudkan kekuasaan negara tersebut. Pemerintah dengan kewenangan yang diberikan oleh negara diberi tugas untuk mengorganisasi penduduk di wilayahnya karena tidak ada negara dengan penduduk yang disorganized hidup berdampingan dengan pemerintahan yang terorganisasi. 3 Selain itu, melalui pemerintahan yang ada, suatu negara dapat memberikan perlindungan pada penduduknya dan memenuhi kepentingan- kepentingan penduduknya. 1 Dikdik M. Arief Mansur & Elisatris Gultom, 2008. Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan antara Norma dan Realita. Jakarta. Raja Grafindo Persada. Hlm, 1 2 Ibid. Hlm, 2 3 Ibid. Hlm, 3

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33268/2/jiptummpp-gdl-ifirdazahn-42809-2-bab1.pdf · b. Kedua, selain UU Narkotika, Mahkamah Agung (MA) mengeluarkan Surat Edaran

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara merupakan sebuah kesatuan wilayah dari unsur-unsur pembentuk

negara, yang di dalamnya terdapat berbagai hubungan kepentingan dari

sebuah komuniti yang berlangsung secara timbal balik dan terikat oleh

kesatuan wilayah. 1 Seorang manusia tidak dikaruniai oleh Tuhan Yang Maha

Esa alat fisik yang memadai untuk hidup sendiri. Oleh karena itu, manusia

harus selalu berhubungan dengan manusia-manusia lain yang dapat

mendatangkan kepuasan bagi jiwanya.2

Wadah yang dipergunakan manusia dalam mewujudkan interaksinya

satu sama lain sangat beragam, mulai dari yang paling kecil, yaitu keluarga

hingga yang paling besar, yaitu negara. Agar hubungan komuniti di

wilayahnya dapat berjalan dengan efektif, tentu diperlukan peran serta

pemerintah untuk mewujudkan kekuasaan negara tersebut. Pemerintah

dengan kewenangan yang diberikan oleh negara diberi tugas untuk

mengorganisasi penduduk di wilayahnya karena tidak ada negara dengan

penduduk yang disorganized hidup berdampingan dengan pemerintahan yang

terorganisasi.3 Selain itu, melalui pemerintahan yang ada, suatu negara dapat

memberikan perlindungan pada penduduknya dan memenuhi kepentingan-

kepentingan penduduknya.

1 Dikdik M. Arief Mansur & Elisatris Gultom, 2008. Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan

antara Norma dan Realita. Jakarta. Raja Grafindo Persada. Hlm, 1

2 Ibid. Hlm, 2

3 Ibid. Hlm, 3

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33268/2/jiptummpp-gdl-ifirdazahn-42809-2-bab1.pdf · b. Kedua, selain UU Narkotika, Mahkamah Agung (MA) mengeluarkan Surat Edaran

2

Guna menjamin kesinambungan antara pelaksanaan perintah dan

kekuasaan negara yang dilaksanakan oleh pemerintahnya serta menjaga

keseimbangan hubungan kepentingan di wilayahnya, negara memerlukan

suatu instrumen yang dapat menjamin agar hubungan antara pemerintah dan

penduduknya dapat berjalan harmonis. Instrumen yang dimaksud adalah

hukum. Hukum merupakan wujud dari perintah dan kehendak negara yang

dijalankan oleh pemerintah untuk mengemban kepercayaan dan perlindungan

penduduk, baik di dalam maupun di luar wilayahnya.

Negara Indonesia adalah negara hukum yang senantiasa memberikan

penghargaan dan komitmen menjunjung tinggi hak asasi manusia serta

menjamin semua warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum.

Hal demikian selaras dengan asas equality before the law yang tercantum

dalam pasal 27 ayat (1) UUD 1945 yang menegaskan :

“Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan

pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu

dengan tidak ada kecualinya.”

Prinsip demikian idealnya bukan hanya sekedar tertuang di dalam Undang-

Undang Dasar 1945 serta perundang-undangan lainnya. Namun yang lebih

utama juga dalam implementasinya.4

Praktik penegakan hukum seringkali diwarnai dengan hal-hal yang

bertentangan dengan prinsip-prinsip tersebut. Misalnya dalam menguraikan

dan mengkaji persoalan kejahatan, biasanya orang hanya memperhatikan

pada berbagai hal yang berkaitan dengan penyebab timbulnya kejahatan atau

4 Bambang Waluyo, 2012. Viktimologi Perlindungan Korban & Saksi. Jakarta. Sinar Grafika.

Hlm, 1

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33268/2/jiptummpp-gdl-ifirdazahn-42809-2-bab1.pdf · b. Kedua, selain UU Narkotika, Mahkamah Agung (MA) mengeluarkan Surat Edaran

3

metode apa yang efektif dipergunakan dalam penanggulangan kejahatan.

Namun, hal lain yang tidak kalah pentingnya untuk dipahami adalah masalah

korban karena suatu kejahatan pada umumnya mesti melibatkan dua pihak

yaitu pelaku kejahatan dan korban itu sendiri.5 Suatu kejahatan sangat

mungkin terjadi justru karena adanya peranan korban, yang disadari atau

tidak, dengan sikap perilaku, dan gaya hidupnya calon korban seringkali

memberikan rangsangan pada pelaku untuk merealisasikan niat jahatnya.

Dengan demikian terjadinya kejahatan itu bukan merupakan kesalahan

mutlak pelaku. Tetapi adanya kenyataan seperti itu seringkali tidak

diperhatikan dalam aturan-aturan hukum dan pandangan orang mengenai

kejahatan.6

Dewasa ini kejahatan yang marak berkembang di kalangan masyarakat

adalah narkotika, istilah narkotika bukan lagi istilah yang asing bagi

masyarakat mengingat begitu banyaknya berita baik dari media cetak maupun

elektronik yang memberitakan tentang penggunaan narkotika dan bagaimana

korban dari berbagai kalangan dan usia berjatuhan akibat penggunaannya.7

Oleh karena itu penyalahgunaan narkotika termasuk ke dalam salah satu jenis

keadaan darurat yang dapat mengancam masa depan generasi bangsa. Melihat

pada ketentuan umum Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika pasal 1 ayat (1) menjelaskan bahwa :

5 Dikdik M. Arief Mansur & Elisatris Gultom, Op.cit. Hlm, 33

6 G. Widiartana, 2014. Perspektif Korban dalam Penaggulangan Kejahatan. Yogyakarta.

Cahaya Atma Pustaka. Hlm, 18

7 AR. Sujono & Bony Daniel, 2011. Komentar & Pembahasan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkoba. Jakarta Timur. Sinar Grafika. Hlm, 1

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33268/2/jiptummpp-gdl-ifirdazahn-42809-2-bab1.pdf · b. Kedua, selain UU Narkotika, Mahkamah Agung (MA) mengeluarkan Surat Edaran

4

“Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman, baik sintetis

maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau

perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan,

yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir

dalam undang-undang ini”.

Dari berbagai penelitian yang dilakukan oleh para ahli, setidaknya ada

beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya penyalahgunaan narkotika

diantaranya adalah faktor individu, faktor sosial budaya, faktor lingkungan

serta faktor narkotika itu sendiri.8 Dengan kondisi semakin meningkatnya

penyalahgunaan narkotika, maka pemerintah dengan Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 tentang Narkotika diharapkan gencar mengupayakan

rehabilitasi bagi para penyalahguna dan pecandu narkotika.

Apabila dikatakan sebagai korban, maka sudah jelas bahwa seseorang

korban penyalahgunaan dan pecandu haruslah dijauhkan dari stigma pidana,

tetapi harus diberikan perawatan. Hal ini dikarenakan pecandu narkotika,

selain sebagai pelaku tindak pidana juga sekaligus korban dari kejahatan itu

sendiri yang dalam sudut viktimologi kerap disebut dengan Self Victimization

atau Victimless Crime.9 Namun demikian ada sedikit putusan hakim yang

memerintahkan rehabilitasi bagi pengguna narkotika. Hal ini disebabkan oleh

berbagai faktor yakni :

a. Pertama, Hakim harus melihat kasus per kasus jika akan menerapkan

Pasal 54 UU Narkotika. Alasannya, konstruksi hukuman untuk kasus

narkotika memang diancam pidana tinggi. Misalnya UU Narkotika

8 Ibid. Hlm, 7

9A.A. Istri Mas Candra Dewi, 2012. Perlindungan Hukum Terhadap Korban Penyalahgunaan

Narkoba dengan Berlakunya Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, Jurnal Studi

Magister Ilmu Hukum, Program Pascasarjana Universitas Udayana

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33268/2/jiptummpp-gdl-ifirdazahn-42809-2-bab1.pdf · b. Kedua, selain UU Narkotika, Mahkamah Agung (MA) mengeluarkan Surat Edaran

5

mengatur setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum

menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau

menyediakan narkotika golongan I diancam pidana penjara paling

lama 20 tahun. Sementara untuk golongan II dan III diancam pidana

penjara paling lama 10 tahun.

b. Kedua, selain UU Narkotika, Mahkamah Agung (MA) mengeluarkan

Surat Edaran Nomor 1 Tahun 2000 tentang Pemidanaan agar setimpal

dengan berat dan sifat kejahatannya.

c. Ketiga, persepsi Hakim dalam memutus perkara Narkotika didasarkan

bahwa pemidanaan berupa penjara lebih efektif bila dibandingkan

dengan rehabilitasi, di samping itu karakteristik pengedar dan

pemakai di dalam UU Narkotika diancam sanksi pidana.

Meskipun telah diatur dalam perundang-undangan yang baru, namun sampai

saat ini belum ada wujud yang kongkrit di dalam peraturan tersebut untuk

menempatkan pengguna narkotika tidak hanya sebagai pelaku kriminal tetapi

juga menitikberatkan bahwa pengguna adalah korban yang juga harus

dipulihkan.

Perlindungan hukum korban kejahatan sebagai bagian dari perlindungan

kepada masyarakat sudah saatnya untuk diberikan perhatian khusus. Hal ini

sejalan dengan kajian viktimologi dalam hal pidana dan pemidanaan. Apabila

selama ini pertimbangan dari sudut pelaku lebih mendominasi maka kajian

viktimologi sebagai applied science akan membuat pidana dan pemidanan

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33268/2/jiptummpp-gdl-ifirdazahn-42809-2-bab1.pdf · b. Kedua, selain UU Narkotika, Mahkamah Agung (MA) mengeluarkan Surat Edaran

6

terhadap pelaku lebih proporsional.10

Dengan mempelajari hakikat korban

dan penderitaannya viktimologi memberikan dasar pemikiran untuk menggali

kemungkinan bagi dirumuskannya dan diterapkannya sanksi yang lebih

bersifat efektif.

Berdasarkan uraian atas permasalahan pada latar belakang dan beberapa

alasan tersebut diatas, maka mendorong penulis untuk mengadakan penelitian

hukum yang berjudul “TINJAUAN VIKTIMOLOGI TERHADAP

KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DAN PECANDU

NARKOTIKA (Studi Kasus di Badan Narkotika Nasional Kota Malang)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka ditarik beberapa permasalahan

yang perlu dikemukakan. Adapun perumusan masalah yang hendak

dikemukakan penulis adalah sebagai berikut :

1. Apa saja faktor viktimogen sehingga menimbulkan korban

penyalahgunaan narkotika dan pecandu narkotika ?

2. Bagaimana upaya memberikan perlindungan hukum terhadap korban

penyalahgunaan narkotika dan pecandu narkotika ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian hukum ini adalah sebagai berikut :

10 G. Widiartana, Op.cit. Hlm, 21

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33268/2/jiptummpp-gdl-ifirdazahn-42809-2-bab1.pdf · b. Kedua, selain UU Narkotika, Mahkamah Agung (MA) mengeluarkan Surat Edaran

7

1. Untuk mengetahui faktor viktimogen sehingga menimbulkan korban

penyalahgunaan narkotika dan pecandu narkotika

2. Untuk mengetahui dan menjelaskan upaya memberikan perlindungan

hukum terhadap korban penyalahgunaan narkotika dan pecandu

narkotika

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat akademis,

dengan memberikan sebuah wawasan baru atau memberikan gambaran

yang berguna bagi pengembangan dan penelitian secara lebih jauh

terhadap ilmu hukum, sehingga diharapkan dapat dijadikan sebagai

referensi bagi pembaca dan akademisi pada khususnya yang berminat

pada masalah-masalah pidana terutama mengenai perspektif korban

penyalahgunaan narkotika dan pecandu narkotika.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

masyarakat untuk turut serta dalam upaya pencegahan dan perlindungan

terhadap korban penyalahgunaan narkotika dan pecandu narkotika

E. Kegunaan Penelitian

1. Bagi penulis, merupakan salah satu sarana bagi penulis untuk

mengumpulkan data sebagai bahan penyusunan skripsi guna melengkapi

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33268/2/jiptummpp-gdl-ifirdazahn-42809-2-bab1.pdf · b. Kedua, selain UU Narkotika, Mahkamah Agung (MA) mengeluarkan Surat Edaran

8

persyaratan untuk mecapai gelar kesarjanaan dibidang ilmu hukum pada

fakultas hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perkembangan

ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu hukum khususnya mengenai

tinjauan viktimologi terhadap korban penyalahgunaan narkotika dan

pecandu narkotika

3. Dengan penelitian ini diharapkan para penegak hukum khususnya hakim

untuk mempertimbangkan dalam menentukan jenis dan berat ringannya

pidana yang akan diterapkan bagi pelaku, mengingat korban

penyalahgunaan narkotika dan pecandu narkotika adalah pelaku

sekaligus korban yang dalam perspektif viktimologi sering disebut

dengan Self Victimization atau Victimless Crime.

F. Metode Penelitian

Untuk memperoleh data-data yang dihubungkan dengan penelitian

hukum ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut :

1. Metode Pendekatan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis

sosiologis. Pendekatan yuridis sosiologis yaitu pendekatan yang

menjawab permasalahan dengan menggunakan sudut pandang hukum

dimana pembahasan didasarkan pada berbagai peraturan perundangan

yang berlaku dan kesesuaiannya dengan kenyataan atau fenomena yang

terjadi dalam lingkup masyarakat. Dalam hal ini penulis akan mencoba

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33268/2/jiptummpp-gdl-ifirdazahn-42809-2-bab1.pdf · b. Kedua, selain UU Narkotika, Mahkamah Agung (MA) mengeluarkan Surat Edaran

9

melakukan penelitian secara mendalam mengenai perspektif viktimologi

terhadap korban penyalahgunaan narkotika dan pecandu narkotika di

Badan Narkotika Nasional Kota Malang.

2. Lokasi Penelitian

Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan berkaitan

dengan permasalahan dan pembahasan penelitian hukum ini, maka

penulis memilih penelitian di yurisdiksi Badan Narkotika Nasional Kota

Malang. Alasan penulis memilih lokasi tersebut karena penulis dapat

memperoleh data yang lengkap, akurat dan memadai sehingga dapat

memperoleh hasil penelitian yang obyektif dan berkaitan dengan obyek

penelitian, sehingga sesuai dengan tujuan penulisan hukum ini yaitu

untuk mengetahui faktor viktimogen dan untuk menjelaskan bentuk

perlindungan hukum terhadap korban tindak pidana penyalahgunaan

narkotika dan pecandu narkotika

3. Jenis Data

a. Data Primer adalah jenis data file, rekaman, informasi, fakta,

pendapat, dan lain-lain yang diperoleh dari sumber yang utama atau

pertama. Pengumpulan data primer ini diperoleh secara langsung

melalui penelitian lapangan dengan menggunakan metode

wawancara atau interview kepada para pelaku sekaligus korban

penyalahgunaan narkotika dan pecandu narkotika, pegawai Badan

Narkotika Nasional khususnya Kepala Seksi bidang rehabilitasi dan

pihak terkait yang relevan dengan pokok permasalahan.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33268/2/jiptummpp-gdl-ifirdazahn-42809-2-bab1.pdf · b. Kedua, selain UU Narkotika, Mahkamah Agung (MA) mengeluarkan Surat Edaran

10

b. Data sekunder adalah sumber data pelengkap kedua yang diperoleh

secara tidak langsung dari buku, jurnal, dan dokumen-dokumen yang

berkaitan dengan masalah penelitian yang dibahas sehingga

mendukung dari bahan hukum primer.

4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

a. Wawancara merupakan suatu cara untuk mendapatkan dan

mengumpulkan data melalui tanya jawab dan dialog atau diskusi

dengan responden yang dianggap mengetahui banyak tentang

masalah penelitian ini dalam rangka mengumpulkan data primer.

Yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah kepada para

pelaku sekaligus korban penyalahgunaan narkotika dan pecandu

narkotika, pegawai Badan Narkotika Nasional khususnya Kepala

Seksi bidang rehabilitasi Ibu Ellyda dan Kepala Seksi bidang

pemberantasan Bapak Rudianto

b. Studi Kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data yang tidak

langsung ditunjukkan kepada objek penelitian, dalam hal ini data

diperoleh dari Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika, Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2011 tentang

Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika, Surat Edaran

Mahkamah Agung No. 4 Tahun 2010 tentang Penempatan

Penyalahgunaan, Korban Penyalahgunaan Narkotika, dan Pecandu

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33268/2/jiptummpp-gdl-ifirdazahn-42809-2-bab1.pdf · b. Kedua, selain UU Narkotika, Mahkamah Agung (MA) mengeluarkan Surat Edaran

11

Narkotika di Lembaga Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial.

Literatur, arsip-arsip atau buku-buku tentang viktimologi dan

narkotika serta bahan hukum lainnya dalam berbentuk tertulis yang

berhubungan dengan pokok permasalahan dalam penulisan hukum

ini.

c. Studi Internet yaitu teknik pengumpulan data melalui proses

pencarian atau searching data di internet berupa artikel, jurnal,

berita-berita yang dapat memberi informasi bagi penelitian.

5. Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh, baik secara data primer maupun data sekunder

dianalisis dengan teknik kualitatif kemudian disajikan secara deskriptif

yaitu menjelaskan, menguraikan, dan menggambarkan sesuai dengan

permasalahan yang erat kaitannya dengan penelitian ini.

G. Sistematika Penulisan

Secara keseluruhan penelitian ini disusun secara sistematis dan secara

berurutan sehingga dapat diperoleh gambaran yang jelas dan terarah, adapun

sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, kegunaan penelitian, metode penulisan, dan

sistematika penulisan yang akan digunakan dalam usulan penelitian ini.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/33268/2/jiptummpp-gdl-ifirdazahn-42809-2-bab1.pdf · b. Kedua, selain UU Narkotika, Mahkamah Agung (MA) mengeluarkan Surat Edaran

12

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Merupakan bab dimana dalam bagian ini peneliti akan menyajikan teori teori

maupun kaidah-kaidah yang bersumber dari peraturan perundang -undangan

maupun literatur-literatur yang akan digunakan untuk mendukung analisis

yang akan dilakukan pada penelitian yaitu terkait dengan Tinjauan

Viktimologi terhadap Korban Penyalahgunaan Narkotika dan Pecandu

Narkotika

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini pembahasan yang berisikan penjelasan dan memaparkan data-

data hasil penelitian yang didapat dari teknik pengumpulan data dengan

tujuan untuk mendukung analisis penulis.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini merupakan bab akhir dalam penelitian, dimana berisikan kesimpulan

dari pembahasan dan analisis pada bab sebelumnya serta berisikan saran

penulis dalam menanggapi permasalahan yang telah diangkat dan diteliti oleh

penulis.