BAB I PENDAHULUAN A. Latar...

39
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya pembangunan manusia yang berkualitas, sejak manusia masih berada di dalam kandungan sudah dipantau pertumbuhan dan perkembangannya sehingga suatu kelainan bisa segera diketahui dan dicarikan upaya untuk mengatasinya. Oleh karena itu, dapat diciptakan anak yang berkualitas tinggi dan mempunyai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Teori perkembangan menurut Sigmund Freud, Erick Erikson, Jean Piaget, dan Robert Sears mengatakan bahwa proses perkembangan terjadi selangkah demi selangkah secara urut dan teratur (AH Markum, 1996). Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu mendapatkan perhatian. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini merupakan pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini. Bahkan dikatakan bahwa “The Child is the father of man”. Sehingga setiap kelainan atau penyimpangan sekecil apapun apabila

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006...rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu ... berjalan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam upaya pembangunan manusia yang berkualitas, sejak manusia

masih berada di dalam kandungan sudah dipantau pertumbuhan dan

perkembangannya sehingga suatu kelainan bisa segera diketahui dan dicarikan

upaya untuk mengatasinya. Oleh karena itu, dapat diciptakan anak yang

berkualitas tinggi dan mempunyai pertumbuhan dan perkembangan yang

optimal.

Teori perkembangan menurut Sigmund Freud, Erick Erikson, Jean

Piaget, dan Robert Sears mengatakan bahwa proses perkembangan terjadi

selangkah demi selangkah secara urut dan teratur (AH Markum, 1996).

Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan

rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu

mendapatkan perhatian. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah

masa balita, karena pada masa ini merupakan pertumbuhan dasar yang akan

mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa

balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial,

emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan

perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian

juga dibentuk pada masa ini. Bahkan dikatakan bahwa “The Child is the father

of man”. Sehingga setiap kelainan atau penyimpangan sekecil apapun apabila

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006...rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu ... berjalan

tidak terdeteksi dan tidak ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas

sumber daya manusia kelak di kemudian hari. Oleh karena itu, fungsi keluarga

sangat penting sehingga dalam perkembangan seorang anak memerlukan

perhatian terutama ibu karena ibu merupakan orang terdekat dengan anak

(Soetjiningsih, 1995).

Keluarga adalah langkah awal dari perkembangan anak, dengan

demikian peranan orang tua, ayah dan ibu sebagai penanggung jawab keluarga

sangat penting. Ibu pada umumnya merupakan orang yang “paling peduli”

terhadap kualitas kehidupan, ibu juga merupakan orang terdekat dengan anak

dengan demikian maka sangatlah penting peranan ibu dalam melatih anak dalam

perkembangan motorik kasar anak yaitu melalui stimulasi kinetik yang dapat

menimbulkan keberanian anak dalam perkembangan anak selanjutnya.

Kurangnya stimulasi kinetik pada anak dapat menimbulkan hambatan

perkembangan motorik selanjutnya, karena perkembangan motorik seorang anak

berjalan secara teratur dan stimulasi kinetik merupakan sarana untuk melatih

seorang anak untuk dapat melalui tahap perkembangan anak sesuai umur anak

(Soetjiningsih, 1995).

Interaksi antara anak dan orang tua, terutama peranan ibu sangat

bermanfaat bagi proses perkembangan anak secara keseluruhan karena orang tua

dapat segera mengenali kelainan proses perkembangan anaknya sedini mungkin

dan memberikan stimulus pada tumbuh kembang anak yang menyeluruh dalam

aspek fisik, mental dan sosial (Hurlock, 1999).

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006...rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu ... berjalan

Pada saat ini di Indonesia telah dikembangkan program BKB (Bina

Keluarga Berencana) untuk anak prasekolah (3-5 tahun) yang bertujuan

menstimulasi perkembangan anak sedini mungkin dengan menggunakan APE

(Alat Permainan Edukatif). Anak yang banyak mendapatkan stimulasi akan lebih

cepat berkembang daripada anak yang kurang atau bahkan tidak mendapat

stimulasi. Pemberian stimulasi akan lebih efektif apabila memperhatikan

kebutuhan-kebutuhan anak sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya. Oleh

karena itu, keluarga perlu mengetahui pentingnya stimulasi serta cara

memberikan stimulasi yang efektif pada anak, karena sekarang ini banyak

keluarga yang secara berlebihan memberikan alat permainan kepada anak yang

tidak sesuai dengan tingkat perkembangan anak (Soetjiningsih, 1995).

Perkembangan motorik kasar pada anak prasekolah adalah penting,

karena pada saat ini masih banyak ibu-ibu yang tidak mengetahui adanya

keterlambatan kemampuan anak yang dapat mengakibatkan gangguan

perkembangan pada anak, sehingga pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat

berlangsung seoptimal mungkin. Pada masa anak usia prasekolah merupakan

masa menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan yang akan menjadi

dasar terbentuknya manusia seutuhnya (Soetjiningsih, 1995).

Berdasarkan hasil penelitian Eni Hidayati (2005) yang dilakukan di

kelurahan Sarirejo Guntur Demak mengenai hubungan tingkat pengetahuan Ibu

tentang perkembangan anak dengan perkembangan psikomotor anak usia 3-5

tahun, hasil pengetahuan ibu baik (50.1%) dan tidak baik (49.9%), hasilnya

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006...rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu ... berjalan

menyatakan bahwa pengetahuan ibu tentang perkembangan anak dengan

perkembangan psikomotor anak usia 3-5 tahun tidak ada hubungan.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 2

Februari 2006 di Puskesmas Gemuh didapatkan 50% dari 60 orang ibu-ibu yang

datang ke posyandu menyatakan bahwa anaknya pada usia prasekolah

mengalami keterlambatan dalam perkembangan, misalnya; berjinjit, berdiri

dengan satu kaki, menangkap bola. Padahal puskesmas dan kader-kader dalam

pelaksanaan posyandu telah bekerja sama mengadakan penyuluhan tentang

pertumbuhan dan perkembangan pada anak. Dalam penyuluhan tersebut telah

menunjukan gambar-gambar atau poster-poster yang berkaitan dengan tumbuh

kembang anak melalui KMS.

Hasil survei pendahuluan di Desa Pucangrejo wilayah kerja puskesmas

Gemuh Kendal sebelum penelitian ini dilakukan bahwa ibu yang berpendidikan

rendah masih relatif besar, hal ini akan berpengaruh terhadap perkembangan

anak didaerah ini. Sementara itu, penelitian akan hal ini belum pernah dilakukan

di desa Pucangrejo.

B. Pertanyaan Penelitian

Dari latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan pertanyaan

penelitian sebagai berikut: Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan ibu

tentang stimulasi kinetik dengan tingkat perkembangan motorik kasar pada anak

usia prasekolah di Desa Pucangrejo Wilayah Kerja Puskesmas Gemuh Kendal?

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006...rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu ... berjalan

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan Ibu tentang

stimulasi kinetik dengan tingkat perkembangan motorik kasar anak usia

prasekolah di Desa Pucangrejo Wilayah Kerja Puskesmas Gemuh Kendal.

2. Tujuan Khusus

a. Menggambarkan tingkat pengetahuan Ibu tentang stimulasi kinetik di

Desa Pucangrejo Wilayah Kerja Puskesmas Gemuh Kendal.

b. Menggambarkan tingkat perkembangan motorik kasar anak usia

prasekolah di Desa Pucangrejo Wilayah Kerja Puskesmas Gemuh

Kendal.

c. Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan Ibu tentang stimulasi

kinetik dengan tingkat perkembangan motorik kasar anak usia

prasekolah di Desa Pucangrejo Gemuh Kendal.

D. Manfaat Penelitian

Untuk memberikan masukan data tentang pengetahuan ibu tentang

stimulasi kinetik dan tingkat perkembangan motorik kasar anak prasekolah serta

mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi kinetik

dengan tingkat perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah.

E. Bidang Ilmu

Bidang ilmu yang diteliti oleh peneliti adalah Keperawatan Anak.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006...rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu ... berjalan
Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006...rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu ... berjalan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perkembangan

1. Pengertian

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan

fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat

diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Di sini menyangkut adanya

proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem

organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat

memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan

tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1995).

Perkembangan psikomotor, atau biasa disingkat menjadi perkembangan

motor adalah perkembangan mengontrol gerakan-gerakan tubuh melalui

kegiatan yang terkoordinasikan antara susunan syaraf pusat, syaraf dan otot

(Satoto, 1990). Perkembangan psikomotor adalah perkembangan mengontrol

gerakan-gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinasi antara susunan

syaraf pusat, syaraf dan otot. Dimulai dengan gerakan kasar yang melibatkan

bagian besar dari tubuh dari fungsi duduk, berjalan, berlari, meloncat dan lain-

lain. Kemudian dilanjutkan dengan koordinasi gerakan halus seperti meraih,

memegang, melempar dan sebagainya. Pencapaian kemampuan tersebut

mengarah pada pembentukan ketrampilan (Sakti, 2000).

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006...rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu ... berjalan

Perkembangan sosial mengandung makna pencapaian suatu kemampuan

untuk berperilaku sesuai dengan harapan sosial yang ada. Proses dalam menuju

kesesuaian ini paling tidak mencakup 3 komponen yaitu berperilaku dengan cara

yang disetujui secara sosial, bermain dalam peranan dan perkembangan sikap

sosial. Secara umum anak yang dikatakan perkembangan sosialnya baik adalah

anak yang dapat melakukan kerjasama, persaingan sehat, kemampuan berbagi,

simpati, empati dan bersahabat (Sakti, 2000). Perkembangan bahasa adalah

kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan

berbicara spontan (Soetjiningsih, 1995).

2. Aspek-aspek perkembangan

Perkembangan pada masa usia toddler, petumbuhan fisiknya relatif lambat

dibandingkan dengan masa bayi, tetapi perkembangan motoriknya lebih cepat.

Anak belajar berdiri, berlari, menaiki tangga, menggenggam dan memotong

kertas, kemudian anak akan lebih perhatian terhadap lingkungannya

dibandingkan masa sebelumnya. Menurut Soetjiningsih perkembangan anak

dibagi menjadi 4 kelompok yang disebut sektor perkembangan yang meliputi :

a. Perkembangan motorik kasar

Perkembangan motorik kasar adalah aspek yang berhubungan

dengan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan sebagian besar

tubuh yang dilakuakan oleh otot-otot yang lebih besar sehingga

memerlukan cukup tenaga (Nursalam, 2005), kemampuan kontrol ini

berasal dari berkembangannya reflek-reflek dan aktivitas otot yang telah

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006...rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu ... berjalan

muncul sejak bayi dilahirkan. Jika kemampuan ini tidak berkembang,

maka seorang anak akan tetap tinggal tidak berdaya (Gamayanti, 1997).

1) Usia 1 tahun

Anak usia 1 tahun perkembangan motorik kasarnya seperti :

dapat berdiri sendiri, merangkak naik tangga, berjalan belum mantap

dengan kaki lebar, lengan agak tertekuk dan diletakkan di atas kepala

atau setinggi bahu untuk keseimbangan.

2) Usia 18 bulan

Anak usia 18 bulan perkembangan motorik kasarnya antara

lain berjalan dengan baik dengan kaki sedikit merenggang. Mulai

berjalan dan berhenti dengan aman, berjalan menaiki tangga dengan

bimbingan, merangkak mundur menuruni tangga..

3) Usia 2 tahun

Anak usia 2 tahun perkembangan motorik kasarnya meliputi

berjalan dengan aman, berjalan ke arah bola besar jika ingin

menendangnya, menunggangi mainan besar yang berada dan

mendorong ke depan dengan kaki di lantai.

4) Usia 3 tahun

Anak usia 3 tahun motorik kasarnya adalah naik sepeda roda

tiga dan dapat membelok, dapat berjalan berjingkat.

b. Perkembangan motorik halus

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006...rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu ... berjalan

Perkembangan motorik halus adalah kemampuan anak untuk

melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja

dan dilakukan oleh otot-otot kecil, memerlukan koordinasi yang cermat,

serta tidak memerlukan tenaga (Depkes, 1994).

1) Usia 1 tahun

Perkembangan motorik halusnya antara lain anak mampu

mengambil gula kecil antara ibu jari dan jari lain dengan gerakan

menjepit, menunjuk dengan sabar pada obyek yang ingin dilihatnya,

membenturkan kubus.

2) Usia 18 bulan

Perkembangan motorik halusnya meliputi mencorat - coret

dengan spontan bila diberi krayon dan kertas dengan tangan yang

disenan, menyusun menara dari 3 kubus sesudah diajari

3) Usia 2 tahun

Perkembangan motorik halusnya meliputi meniru garis tegak,

lebih jelas tangan yang disukai, mengenali orang dewasa yang

dikenal pada foto sesudah ditunjukkan sekali.

4) Usia 3 tahun

Motorik halusnya meliputi memotong dengan gunting,

membandingkan 2-3 warna dasar (biasanya menyebut merah dan

kuning dengan benar tetapi masih bingung antara biru dan hijau).

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006...rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu ... berjalan

c. Perkembangan bahasa

Bahasa merupakan suatu aspek perkembangan yang erat kaitanya

dengan berpikir, karena bahasa merupakan suatu hal yang dipakai untuk

mempresentasikan ide - ide atau apa yang dipikirkanya. Bahasa

merupakan suatu rangkaian kata yang disusun menggunakan tata bahasa

yang komplek, yang merupakan suatu hal sifatnya dipelajari sekaligus

dipengaruhi oleh faktor kematangan. Anak belajar berbahasa secara

otomatis dan kemampuan ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan

latihan, karena pada dasarnya belajar bahasa adalah melalui peniruan

maupun pengalaman sehingga anak bisa menyebut benda arau nama

orang disekitarnya (Hurlock, 1985).

1) Usia 1 tahun

Perkembangan yang dapat dicapai pada anak usia ini adalah

menunjuk orang yang dikenal, binatang, mainan dan lain-lain bila

disuruh, berbicara 2 - 6 kata dengan jelas dan mengerti beberapa kata

lain.

2) Usia 18 bulan

Perkembangan yang dicapai pada usia ini adala anak menggunakan 6

- 20 kata yang dimengerti dan mengerti lebih banyak kata, menunjuk

rambut, sepatu, hidungnya sendiri atau milik bonekanya.

3) Usia 2 tahun

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006...rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu ... berjalan

Perkembangan yang dapat dicapai pada usia ini adalah anak

menyusun 2 kata atau lebih untuk membentuk kalimat tunggal,

menggunakan 50 atau lebih kata yang jelas dan mengerti lebih

banyak lagi.

4) Usia 3 tahun

Perkembangan yang dapat dicapai anak pada usia ini adalah anak

menyebutkan nama lengkap dan jenis kelaminnya, menanyakan

banyak pertanyaan yang dimulai dengan ”apa”, ”dimana” dan

”siapa”.

d. Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial anak sebenarnya sudah dimulai sejak awal,

yaitu pada saat seorang bayi telah dapat bereaksi terhadap lingkungan

sosialnya, walaupun masih sangat sederhana, yaitu dengan adanya reaksi

terhadap suara dan mulai memperhatikan wajah orang. Dengan

bertambahnya usia dan kesempatan untuk bersosialisasi bagi anak, maka

tingkah laku lekat juga mengalami perubahan. Kebutuhan anak untuk

berhubungan dengan orang lain akan bertambah. Adanya kontak sosial

dengan lingkungannya akan menghasilkan beberapa tingkah laku sosial

antara lain negatifisme, tingkah laku agresif, bertengkar, menggoda,

mengganggu, persaingan, kerja sama, berkuasa, sikap mementingkan diri

sendiri, sikap simpatik. Bentuk-bentuk tingkah laku ini nantinya akan

besar sekali pengaruhnya dalam kemasakan sosial (Hurlock, 1985).

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006...rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu ... berjalan

1) Usia 1 tahun

Perkembangan yang dapat dicapai anak pada usia ini adalah anak

dapat minum dari cangkir dengan sedikit bantuan, mengunyah,

menaruh kotak kayu keluar masuk mangkuk atau kotak, menemukan

mainan yang disembunyikan dengan cepat.

2) Usia 18 bulan

Perkembangan dapat dicapai anak pada usia ini adalah anak

mengangkat dan memegang cangkir diantara 2 tangan dan minum

tanpa menumpahkan, menunjukkan keinginan berak / BAB dengan

gelisah atau bersuara.

3) Usia 2 tahun

Perkembangan yang dapat dicapai anak pada usia ini adalah anak

dapat mengangkat dan minum dari cangkir dan mengembalikan ke

meja, makan dengan sendok tanpa menumpahkan, tidak ngompol di

siang hari. Bermain dekat anak lain tetapi tidak bermain bersama

mereka.

4) Usia 3 tahun

Perkembangan yang dapat dicapai anak pada usia ini adalah anak

dapat makan menggunakan sendok garpu, dapat menarik atau

menaikkan celana, tidak ngompol malam hari, bergabung dalam

permainan dengan anak lain di dalam atau di luar ruangan.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006...rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu ... berjalan

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan

Menurut Soetjiningsih (1995) faktor- faktor yang mempengaruhi

perkembangan adalah:

a. Faktor genetik

Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir

proses tumbuh kembang anak, yang termasuk faktor genetik antara lain

berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku

bangsa atau bangsa.

b. Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau

tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan

memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik

akan menghambatnya. Lingkungan ini merupakan lingkungan ”bio-

fisiko-psiko-sosial” yang mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari

konsepsi sampai akhir hayatnya

1) Faktor pranatal

Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin

mulai dari konsepsi sampai lahir antara lain gizi ibu pada waktu

hamil, mekanis, toksin / zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stres dan

imunitas.

2) faktor natal

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006...rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu ... berjalan

Faktor lingkungan natal adalah faktor yang berpengaruh terhadap

perkembangan anak selama kelahiran, antara lain: meningitis,

distosia, asfiksia.

3) Faktor postnatal

a) Lingkungan biologis, antara lain: ras, jenis kelamin, umur, gizi,

perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit

kronis, fungsi metabolisme, hormon (somatotropin, tiroid,

glukokortikoid, hormon seks, insulin like growth factors (IGFs)).

b) Faktor fisik antara lain: cuaca, musim, sanitasi dan keadaan

rumah serta radiasi.

c) Faktor psikososial antara lain: stimulasi, motivasi belajar,

ganjaran atau hukuman yang wajar, kelompok sebaya, stres,

sekolah, cinta dan kasih sayang, kualitas interaksi anak-orang tua.

d) Faktor keluarga dan adat istiadat antara lain:

pekerjaan/pendapatan keluarga, pendidikan ayah/ibu, jumlah

saudara, jenis kelamin dalam keluarga, stabilitas rumah tangga.,

kepribadian ayah/ibu, adat-istiadat, norma-norma, agama dan

urbanisasi.

e) Karakteristik ibu

Karakteristik merupakan akhlak yang membedakan seseorang

daripada yang lain (Purwadarminta, 1982).

Karakteristik ibu terdiri dari:

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006...rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu ... berjalan

(1) Umur

Umur / usia adalah lama seseorang sejak dilahirkan

sampai sekarang. Umur / usia seorang ibu dapat

mempengaruhi perkembangan seorang anak, karena

pemahaman seorang ibu dipengaruhi pengalamannya dalam

memberikan perawatan dan stimulus terhadap perkembangan

anaknya (Satoto, 1990).

(2) Pendidikan

Pendidikan adalah sebuah proses yang dilakukan secara

sadar dan terencana untuk mengembangkan secara aktif

potensi dirinya dengan menggunakan metode-metode tertentu

sehingga mendapatkan pengetahuan, pemahaman, dan cara

bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan

(Poerbawatja, 1984). Sedang dalam Undang – Undang

Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan negara.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006...rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu ... berjalan

Disebutkan dalam UU No 20 tahun 2003 jenjang

pendidikan dibagi atas:

(a) Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang

melandasi jenjang pendidikan menengah, yang berbentuk

Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah

Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs)

atau bentuk lain yang sederajat.

(b) Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan

dasar yang meliputi: Sekolah Menengah Atas (SMA),

Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau

bentuk lain yang sederajat.

(c) Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah

pendidikan menengah yang mencakup program

pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan

doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi

Berdasarkan UU tersebut dapat disimpulkan tingkat

pendidikan meliputi: pendidikan rendah, pendidikan

menengah, dan pendidikan tinggi. Tingkat pendidikan

merupakan salah satu faktor penting yang dapat

menggambarkan status sosial dan dapat menjadi modal dasar

untuk pengambilan keputusan dan bertindak. Semakin tinggi

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006...rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu ... berjalan

pendidikan semakin mudah seseorang menerima informasi

serta lebih tanggap terhadap masalah yang dihadapi, sehingga

dapat menentukan alternatif terbaik terhadap suatu hal

(Suhardjo, 2003). Dengan pendidikan yang baik, maka orang

tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama

tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga

kesehatan anaknya, pendidikannya dan sebagainya

(Soetjiningsih, 1995).

Pendidikan ibu banyak menentukan sikap dan tindakan

dalam menghadapi berbagai masalah. Hal ini dapat

ditunjukkan oleh kenyataan bahwa bayi dari ibu yang

mempunyai pendidikan tinggi mendapat kesempatan hidup,

tumbuh, berkembang dengan baik (Kardjati, 1989).

(3) Pekerjaan

Peran ibu terhadap keluarga dapat dilihat dari waktu yang

diberikan ibu untuk keluarga. Aspek lain yang berhubungan

dengan alokasi waktu adalah jenis pekerjaan ibu, tempat ibu

bekerja serta banyaknya waktu yang dipergunakan ibu untuk

bekerja (Pudjiadi, 2001).

Dampak ibu bekerja terhadap anak sangatlah luas, yaitu

dapat menyangkut kesehatan, keamanan, kebahagiaan,

pendidikan anak dan sebagainya. Dalam masa pertumbuhan

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006...rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu ... berjalan

dan perkembangan seharusnya anak mendapatkan rangsangan

atau stimulasi yang tepat sesuai dengan tahap

perkembangannya. Jika ibu sebagai pengasuh utama banyak

meninggalkannya untuk bekerja, maka kemungkinan akan

terjadi kemunduran perkembangan kognitif dan perilaku anak

yang berakibat pada gangguan jangka panjang (Sakti, 2000).

(4) Pengetahuan

(a) Definisi

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu

objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar manusia

diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

(b) Tingkat pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif

mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2003).

(1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi

yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam

pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

(recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006...rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu ... berjalan

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh

sebab itu tahu ini merupakan tingkatan pengetahuan

yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa

orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

menyatakan dan sebagainya (Notoatmodjo,2003).

(2) Memahami (Comprehension)

Memahami merupakan suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui, dan dapat mengintrepetasikan materi

tesebut secara benar. Orang yang telah paham

terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyabutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,

dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari

(Notoatmodjo, 2003).

(3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi

atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-

hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain (Notoatmodjo, 2003).

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006...rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu ... berjalan

(4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam

komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama

lain (Notoatmodjo,2003).

(5) Sintetis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di

dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan

kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyususn formulasi baru dari formulasi-formulasi

yang ada (Notoatmodjo,2003).

(6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu

materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan

pada criteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada

(Notoatmodjo,2003).

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006...rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu ... berjalan

B. Kerangka teori

Menurut Soetjiningsih (1995), untuk mencapai tumbuh kembang tergantung

pada potensi biologisnya, dan dalam proses perkembangan ini juga dipengaruhi

oleh pendidikan ibu. Menurut Satoto (1990) dan Sakti (2000) status ibu

yang bekerja dan umur ibu sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak.

Berdasarkan landasan teori diatas maka dapat disusun kerangka teori sebagai

berikut:

Faktor lingkungan Genetik

Periode prenatal Periode post natal : a) Lingkungan biologis b) Faktor fisik c) Faktor psikososial d) Keluarga/adat istiadat Perkembangan (motorik kasar,

motorik halus, bahasa, sosial). e) Karakteristik

keluarga/ibu : 1. Umur 2. Pendidikan 3. Pekerjaan Perkembangan

anak baik 4. Pengetahuan

Anak sehat dan berkualitas

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006...rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu ... berjalan

C. Kerangka Konsep

Karakteristik ibu

Keterangan : : diteliti --------------- : tidak diteliti

D. Hipotesis Penelitian

Ho: Tidak ada hubungan antara karakteristik ibu dengan perkembangan anak

usia toddler (1-3 tahun).

Ha: Ada hubungan antara karakteristik ibu dengan perkembangan anak usia

toddler (1-3 tahun).

Perkembangan anak yang meliputi : Motorik kasar, Motorik halus, Bahasa, Sosial

Pengetahuan

Umur

Pekerjaan

Pendidikan

Normal

Tidak normal

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006...rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu ... berjalan

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian atau

penelaahan hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau sekelompok

subjek (Notoatmodjo, 2005). Di dalam penelitian ini diharapkan mampu

memberikan gambaran secara rinci, sistematis dan komprehensif mengenai

segala sesuatu yang berkaitan dengan hubungan antara tingkat pengetahuan ibu

tentang stimulasi kinetik dengan tingkat perkembangan motorik kasar anak usia

prasekolah. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

cross sectional yaitu mengukur variabel penelitian yaitu tingkat pengetahuan ibu

tentang stimulasi kinetic dengan tingkat perkembangan motorik kasar anak usia

prasekolah (3-5 tahun) dalam waktu yang sama atau sesaat.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai anak

prasekolah yang tinggal di Desa Pucangrejo Wilayah Kerja Puskesmas

Gemuh Kendal, yaitu berjumlah 194 orang.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak usia

prasekolah (3-5 tahun) di Desa Pucangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006...rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu ... berjalan

Kendal dan anak tidak mengalami gangguan kesehatan dan atau tidak

mengalami cacat fisik atau mental. Besar sampel diperoleh dengan rumus :

n = )N(d 1 2+

N

Keterangan :

N : Populasi

n : Sampel

d2 : Tingkat ketepatan

Berdasarkan rumus tersebut maka diperoleh jumlah sampel sebesar

130 orang. Tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple

random sampling.

C. Definisi Operasional

Pengetahuan ibu tentang stimulasi kinetik adalah tingkat pemahaman ibu

mengenai stimulasi kinetik pada anak prasekolah yang meliputi pengertian,

tujuan, manfaat, cara stimulasi. Pengetahuan ibu diukur dengan menggunakan

kuesioner dalam bentuk multiple choice (pilihan ganda). Skala pengukuran pada

variabel bebas ini adalah interval yaitu : dengan kemungkinan jawaban skor 1

untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah sehingga rentang nilainya

adalah 0-25. hasilnya kemudian dikategorikan tinggi bila skornya 18-25, sedang

bila skornya 10-17 dan rendah bila skornya 0-9.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006...rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu ... berjalan

Tingkat perkembangan motorik kasar pada anak usia prasekolah (3-5

tahun) adalah kemampuan motorik kasar yang mampu dicapai anak usia

prasekolah, yang diukur dengan lembar observasi KPSP (Kuesioner Pra

Skrening Perkembangan). Skala pengukuran variabel terikat ini adalah interval

yaitu nilai 1 bila anak bisa melakukan dan nilai 0 bila anak tidak bisa melakukan

sehingga rentang nilainya adalah 1-6. Hasilnya kemudian dikategorikan baik bila

skornya 5-6, cukup bila skornya 3-4 dan kurang bila skornya 1-2.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Metode pengumpulan data

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian

ini dilakukan dengan dua cara yaitu dengan membagikan kuesioner untuk

mengukur tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi kinetik dan lembar

observasi KPSP (Kuesioner Pra Skrening Perkembangan) yang digunakan

untuk mengukur tingkat perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah.

2. Instrumen Penelitian

Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian diantaranya

bagian pertama untuk melengkapi data sosio demografi responden, bagian

kedua untuk mengukur tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi kinetik,

bagian ketiga lembar observasi KPSP untuk mengukur tingkat

perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006...rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu ... berjalan

Kuesioner yang digunakan dibuat sendiri oleh peneliti dan sesuai

dengan referensi yang ada, oleh karena itu perlu diuji validitas dan

reliabilitas dari kuesioner tersebut.

3. Uji validitas dan uji reliabilitas

a. Uji validitas

Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan

valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat

mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto,

2003). Untuk menguji validitas dilakukan penghitungan dengan

menggunakan rumus korelasi Product Moment sebagai

berikut :

r = ∑ ∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑−−

)))()((()()(

2222 yynxxNyxxyN

N : Jumlah sampel

X : Nomer pertanyaan

Y : Skore total

XY : Skore pertanyaan nomer dikalikan skore total

Instrumen dikatakan valid apabila hasil penghitungan menunjukan

nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel dengan taraf kesalahan α =

0.05. Harga kritis product moment (r tabel) dengan jumlah 15 sampel

dan taraf signifikan 0.05 adalah 0.514. Harga rxy atau r hitung 25 item

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006...rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu ... berjalan

pertanyaan adalah antara 0.5200-0.8811 yang lebih besar dari r tabel

(0.514), berarti 25 item tersebut valid.

b. Uji reliabilitas

Uji reliabilitas dalam penelitian ini dengan internal konsistensi

dilakukan dengan cara mencobakan instrument sekalian saja (Arikunto,

2002). Pengujian realibitas dengan tehnik Alfa Cronbach dengan rumus

sebagai berikut :

r2 = ⎪⎭

⎪⎬⎫

⎪⎩

⎪⎨⎧

+∑

2

2

StSi

- 1 1) (K

K

K : Mean kuadran antara obyek

ΣSi : Mean kuadran kesalahan

St : Variasi total

Instrument penelitian telah dilakukan uji coba pada 15 sampel

dengan Alfa Cronbach, nilai alpha pada uji reliabilitas adalah 0.9624 dan

lebih besar dari 0.60, berarti instrumen tersebut reliabel dan dapat

digunakan dalam penelitian. Sedangkan 5 soal yang tidak valid sudah

dikeluarkan dari kuesioner.

E. Pengolahan Data dan Analisa Data

1. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahap, antara lain :

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006...rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu ... berjalan

Editing yaitu melakukan pengecekan jawaban kuesioner, apakah

jawaban yang diberikan sudah lengkap. Editing dilakukan ditempat

pengumpulan data, sehingga jika ada kekurangan data dapat segera

dilengkapi.

Coding yaitu merubah data berbentuk huruf menjadi angka untuk

mempermudah dalam analisa data. Setelah data terkumpul masing-masing

jawaban diberi kode untuk memudahkan dalam analisa data. Untuk variabel

pengetahuan jika jawaban responden benar maka diberi kode 1 dan jika

jawaban responden salah maka diberi kode 0, sehingga nilai berada pada

rentang 0-30. Sedangkan pada variabel perkembangan jika responden dapat

melakukan diberi kode 1 dan jika tidak bisa melakukan diberi kode 0.

Tabulating yaitu menyusun data-data dalam bentuk tabel. Kegiatan

mengelompokkan data-data hasil penelitian yang selanjutnya dimasukkan ke

dalam tabel.

Entry data yaitu proses memasukkan data ke dalam komputer untuk

dilakukan pengolahan data sesuai kriteria.

2. Analisa data

Analisa Univariat diukur dengan menggunakan mean dan standar

deviasi karena data berskala numerik (interval), sedangkan untuk analisa

bivariat yaitu menggunakan uji Spearmen Correlation karena pada saat

dilakukan uji kenormalan didapatkan bahwa data berdistribusi tidak normal.

Berdasarkan uji tersebut, maka Ho diterima dan Ha ditolak, bila didapatkan

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006...rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu ... berjalan

nilai p > 0,05 sebaliknya Ho ditolak dan Ha diterima bila diperoleh nilai p ≤

0,05, dimana :

Ha : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi kinetik

dengan tingkat perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah.

Ho : tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang stimilasi

kinetik dengan tingkat pekembangan motorik kasar anak usia

prasekolah.

F. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti akan memperhatikan masalah etika

penelitian yang meliputi: Informed Consent, yaitu lembar persetujuan penelitian

yang diberikan kepada responden yang memenuhi kriteria yang sebelumnya

telah diberi penjelasan secukupnya tentang tujuan penelitian dan bila bersedia

dimohon untuk menandatangani surat persetujuan responden; Anonymity

(kerahasiaan identitas), kerahasiaan identitas responden penelitian dijaga oleh

peneliti dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dengan cara

memberikan kode atau tanda pada lembar kuesioner yang kode itu hanya

diketahui oleh peneliti; dan Confidentiality (kerahasiaan informasi), dimana

kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu

yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006...rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu ... berjalan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan secara cross sectional

terhadap 130 orang ibu dengan anak usia prasekolah (3-5 tahun) yang tinggal di

desa Pucangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh Kendal, yang dilakukan pada

tanggal 12 April sampai dengan 8 Mei 2006. Adapun hasil-hasilnya adalah

sebagai berikut:

1. Karakteristik Responden (Ibu)

Responden dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai

anak usia prasekolah (3-5 tahun) yang tinggal di desa Pucangrejo wilayah

kerja Puskesmas Gemuh Kendal yang telah memenuhi kriteria sampel.

Adapun jumlah populasi sebanyak 194 orang, sehingga didapatkan sampel

sebanyak 130 orang.

Tabel 4.1. Distribusi frekuensi Karakteristik Responden (Umur,Pendidikan, Pekerjaan). di desa Pucangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh Kendal tahun 2006.

Karakteristik responden n % Umur

Dewasa muda Dewasa Dewasa tua

33 73 24

25,4 56,2 18,5

Total 130 100 Pendidikan

Tidak sekolah Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat PT

5

25 53 32 15

3,8

19,2 40,8 24,6 11,5

Total 130 100 Pekerjaan

PNS Swasta

19 24

14,6 18,5

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006...rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu ... berjalan

Buruh Tani

54 33

41,5 25,4

Total 130 100 Berdasarkan tabel di atas, dari 130 jumlah responden dengan anak

usia prasekolah (3-5 tahun), yang berumur dewasa muda sebesar 25,4%,

dewasa 56,2%, dewasa tua 18,5%. Sedangkan responden yang tidak tamat

sekolah sebesar 3,8%, tamat SD sebesar 19,2%, tamat SLTP sebesar 40,8%,

tamat SLTA sebesar 24,6%, tamat PT sebesar 11,5%. Kemudian sebagian

besar responden bekerja sebagai buruh yaitu sebesar (41,5%).

2. Karakteristik anak

Tabel 4.2. Distribusi frekuensi Karakteristik Responden (Umur ibu).di desa Pucangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh Kendal tahun 2006.

Variabel n % 3 tahun 4 tahun 5 tahun

48 60 22

36,9 46,2 16,9

Total 130 100 Berdasarkan tabel di atas, dari 130 anak yang menjadi sampel

didapatkan jumlah anak yang berusia 3 tahun sebanyak 48 anak (36,9%), 4

tahun sebanyak 60 anak (46,2%), dan 5 tahun sebanyak 22 (16,9%).

3. Pengetahuan responden.

Tabel 4.3. Distribusi frekuensi pengetahuan responden di desa Pucangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh Kendal tahun 2006.

Variabel n % Rendah Sedang Tinggi

42 48 40

32,3 36,9 30,8

Total 130 100

Berdasarkan tabel diatas, dari 130 jumlah responden dengan anak

usia prasekolah (3-5 tahun), yang tingkat pengetahuannya rendah sebanyak

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006...rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu ... berjalan

42 orang (32,3%), berpengetahuan sedang sebanyak 49 orang (36,9%),dan

yang berpengetahuan rendah sebanyak 39 orang (30,8%).

4. Perkembangan anak usia prasekolah (3-5 tahun).

Tabel 4.4. Distribusi frekuensi perkembangan anak usia prasekolah (3-5 tahun) di desa Pucangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh Kendal tahun 2006.

Variabel n % Kurang Cukup Baik

39 41 50

30,0 31,5 38,5

Total 130 100 Berdasarkan tabel diatas, dari 130 jumlah responden dengan anak

usia prasekolah (3-5 tahun), anak yang perkembangannya kurang sebanyak

39 orang (30,0%), perkembangan cukup sebanyak 41 orang (31,5%), sedang

anak yang tingkat baik sebanyak 50 orang (38,5%).

5. Hubungan antara pengetahuan dengan perkembangan

Tabel 4.5. Analisa hubungan antara pengetahuan dengan perkembangan anak usia prasekolah (3-5 tahun) di desa Pucangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh Kendal tahun 2006.

Perkembangan Total

p value

Kurang Cukup Baik

Pengetahuan

n % n % n % n % Rendah Sedang Tinggi

21 12 6

50,0 25,0 15,4

16 20 5

38,1 41,7 12,5

5 16 29

11,9 33,3 72,5

42 48 40

100 100 100

0,001

Total 39 30,0 41 31,5 50 38,5 130

Berdasarkan tabel di atas, dari 130 jumlah responden dengan anak

usia prasekolah (3-5 tahun) dari hasil analisa statistik dengan uji Spearman

didapatkan p value sebesar 0,001. Hasil tersebut menunjukan bahwa P value

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006...rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu ... berjalan

< 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara pengetahuan ibu dengan perkembangan anak.

B. Pembahasan

Setelah dilakukan penelitian, kondisi anak yang tinggal di desa

Pucangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh Kendal, ternyata sebagian besar

perkembangannya normal atau baik. Dimana hasil pengukuran perkembangan ini

dengan menggunakan pedoman Denver II yang sudah sesuai dengan standar

internasional melalui lembar observasi Kuesioner Pra Skrening Perkembangan

(KPSP). Menurut Suganda (2002) Perkembangan adalah bertambahnya

kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, yang bersifat

kualitatif sehinggga pengukurannya lebih sulit daripada pengukuran

pertumbuhan yang biasa dilakukan.

Proses tumbuh kembang seorang anak dipengaruhi oleh banyak faktor,

dimana faktor-faktor tersebut akan saling berhubungan dengan proses

perkembang baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu faktor yang

mempengaruhi perkembangan seorang anak adalah ibu, kondisi ibu pada saat

mengasuh anaknya mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap tumbuh

kembang seorang anak. Dimana latarbelakang pendidikan ibu, pengetahuan,

umur dan keadaaan ibu yang bekerja berakumulasi dalam membentuk

perkembangan seorang anak (Anwar, 2005).

Hasil penelitian di desa Puncangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh

Kendal, menujukan bahwa ibu dengan tingkat pengetahuan tinggi sebagian besar

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006...rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu ... berjalan

(71,8%) perkembangan anakya baik, sedangkan ibu yang berpengetahuan rendah

separuh (50,0%) perkembangan anaknya kurang. Sebelum dilakukan uji

hubungan antara pengetahuan dengan perkembangan dilakukan uji kenormalan,

ini dilakukan untuk menentukan uji yang nantinya akan dilakukan. Dari hasil uji

kenormalan didapatkan P value : 0,001, ini menunjukan bahwa data berdistribusi

tidak normal. Dari hasil tersebut maka uji yang dilakukan adalah spearman, hasil

yang didapat setelah dilakukan analisa adalah nilai p value sebesar 0.001. Hal ini

menunjukan terdapat hubungan yang bermakna karena nilai p value < 0,05 .

pada data awal sebelum dilakuakan penelitian peneliti melakukan studi

pendahuluan, dimana 50% dari 60 orang ibu yang datang ke posyandu

menyatakan bahwa anaknya mengalami keterlambantan dalam perkembangan

sedangkan hasil yang didapatkan separuh lebih perkembangan anaknya baik, ini

dimungkinkan karena ibu belum begitu mengetahui tingkat perkembangan yang

harus dicapai oleh anaknya, dan didapatkan juga data saat studi pendahuluan

bahwa ibu yang berpendidikan rendah masih relatif besar.

Saat memberikan asuhan dan stimulus terhadap anak, ibu dipengaruhi

oleh sikap dan kondisinya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hurlock (1999),

bahwa ibu yang mempunyai pengetahuan baik tentang perkembangan anak

dapat dilihat dari sikap ibu yang berpengalaman, luwes, aktif atau mempunyai

rasa keingin tahuannya yang tinggi, tidak melindungi anak secara berlebihan,

tidak permisivitas (tidak membiasakan anak untuk berbuat sesuka hati), tidak

memanjakan, dapat menerima keadaan anak secara keseluruhan, dan dapat

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006...rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu ... berjalan

berbuat sadar. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi pengetahuan ibu

tentang perkembangan anak, maka ibu akan mampu mendidik anaknya sesuai

dengan usia dari tugas perkembangan anak. Keadaan ibu yang mempunyai

pengetahuan baik tentang perkembangan anak dapat dilihat dari sikapnya yang

demokratis, dapat menerima keadaan anak atau dapat mengetahui sifat anak pada

usia 3-5 tahun dalam pemberian pola asuh, sikap ini dalam bentuk seperti: sabar,

penuh kasih sayang, dan konsisten dengan teguran halus terhadap larangan yang

diberikan. Menurut Hariweni (2003) bahwa seorang ibu mempunyai peran yang

sangat besar dalam memberikan kebutuhan dasar pada anak untuk tumbuh

kembangnya. Dimana orang tua (ibu) berperan sebagai panutan bagi anak dalam

melakukan beberapa ketrampilan, dan anak akan beradaptasi dengan lingkungan

serta melakukan interaksi dengan cepat bila anak mengalami kegagalan sesuai

dengan tahap dan tugas perkembangannya.

Perkembangan motorik kasar anak adalah hal yang penting, dan peran

ibu sebagai seorang pengasuh sangat berpengaruh terhadap perkembangan

anaknya. Dimana pengetahuan seorang ibu akan perkembangan sangat

berpengaruh terhadap pola dan cara ibu dalam memberikan asuhan dan stimulasi

terhadap anak, sehingga anak dapat berkembang sesuai dengan tahap

perkembangannya. Menurut Hurlock (1999), kesempatan untuk menggerakkan

semua anggota tubuh, rangsangan dan dorongan kepada anak mempercepat

tercapainya kemampuan motorik. Perkembangan motorik yang kurang atau

gagal meskipun ibunya mempunyai tingkat pengetahuan baik kemungkinan

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006...rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu ... berjalan

disebabkan karena kurangnya kesempatan untuk berlatih menggunakan anggota

tubuhnya, serta adanya perlindungan yang berlebihan akan melumpuhkan

kesiapan berkembangnya kemampuan motorik anak.

Menurut pendapat Pramusinta (2002) agar orang tua mampu melakukan

fungsinya dengan baik maka orang tua perlu memahami tingkat perkembangan

anak dan mempunyai motivasi yang kuat untuk memajukan tumbuh kembang

anak. Perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh banyak faktor, dan faktor

tersebut merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan, dimana saling

terkait antara satu dengan yang lainnya. Peran orangtua sangat berpengaruh

terhadap perkembangan anak, terutama ibu. Keadaan ibu dalam memberikan

asuhan dan stimulasi terkadang mengalami hambatan, keterbatasan ibu dalam

memberikan asuhan ini karena kondisinya dalam pemahaman mengenai

perkembangan anak kurang, yang menyebabkan ibu tidak bisa memberikan

kebutuhan yang sesuai dengan tahap perkembangan yang sedang dijalani oleh

anaknya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin tinggi pengetahuan

ibu tentang perkembangan psikomotor maka ibu akan mendidik anaknya sesuai

dengan usia dari tugas perkembangan psikomotor anak, sehingga anak dapat

memenuhi perkembangannya sesuai dengan tahap usia perkembangan yang

harus dicapainya.

C. Keterbatasan Penelitian

1. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang disusun oleh peneliti

berdasarkan konsep teori, meskipun telah dilakukan uji coba untuk menguji

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006...rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu ... berjalan

validitas dan realibilitas namun kuesioner yang digunakan tersebut tidak

luput dari kekurangan.

2. Jumlah sampel yang sedikit sehingga penelitian tidak dapat

digeneralisasikan.

3. Faktor-faktor lain yang belum dapat diteliti, baik faktor internal maupun

eksternalnya yang mempengaruhi perkembangan anak.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2006...rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu ... berjalan

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi kinetik di desa Pucangrejo

wilayah kerja Puskesmas Gemuh Kendal adalah tinggi (71,8%)

2. Tingkat perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah di desa

Pucangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh Kendal adalah baik (38,5%)

3. Ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu tentang

stimulasi kinetik dengan tingkat perkembangan motorik kasar anak usia

prasekolah (3-5 tahun).

B. Saran

Perlu dilakukan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat

(pengetahuan ibu) tentang pola asuh anak, cara stimulasi dan pemantauan

perkembangan anak sesuai usia, dalam hal ini perlu keterlibatan aktif dari tenaga

kesehatan terutama perawat puskesmas untuk memberikan penyuluhan.