BAB I PENDAHULUAN A. Latar...

93
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, dengan media transmisi (vektor) nyamuk Aedes aegypti. Setiap tahun angka kejadian DBD belum menunjukan penurunan yang signifikan, hal tersebut menunjukan sulitnya mempertahankan kontinuitas program pencegahan penanggulangan Demam Berdarah Dengue. Sejauh ini sudah dilakukan berbagai upaya pemberantasan sarang nyamuk Demam Berdarah Dengue, bahkan kejadian Luar Biasa (KLB) masih sering terjadi. Pencegahan terhadap serangan infeksi virus dengue dengan memanfaatkan vaksin dengue nampaknya belum menunjukkan keberhasilan yang diharapkan. (Djunaedi, 2006) Demam Berdarah Dengue masih menjadi tantangan yang serius, karena Demam Berdarah Dengue dapat mengakibatan kejadian luar biasa (KLB), jika tidak dilakukan pencegahan dan pemberantasan secara dini akan mengakibatkan kematian. Kenaikan yang dialami sebanyak 30 kali lipat selama 50 tahun terakhir. Berdasarkan WHO (2016) awal mulanya ditemukan penyakit DBD terjadi di wilayah Asia Tenggara pada tahun 1954 tepatnya di Filipina, lalu menyebar ke berbagai negara. Angka kasus tertinggi terjadi di Amerika, Asia Tenggara dan Pasifik Barat mencapai lebih dari 1,2 juta kasus di tahun 2008 dan lebih dari 2,3 juta kasus di 2010. Pada tahun 2013 sebanyak 2,35 juta kasus di Amerika dan sebanyak 37.687 mengalami penyakit DBD berat. . Berdasarkan data yang dimiliki WHO 2016, pada wilayah Asia Pasifik ditemukan sebanyak 15,2 juta kejadian DBD yang terjadi pada tahun 2016 (WHO, 2016). Data jumlah penderita DBD di Indonesia dari tahun 2014-2016 sebagai berikut, pada tahun 2014 sebanyak 100.347 kasus menjadi

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang

disebabkan oleh virus dengue, dengan media transmisi (vektor) nyamuk

Aedes aegypti. Setiap tahun angka kejadian DBD belum menunjukan

penurunan yang signifikan, hal tersebut menunjukan sulitnya

mempertahankan kontinuitas program pencegahan penanggulangan

Demam Berdarah Dengue. Sejauh ini sudah dilakukan berbagai upaya

pemberantasan sarang nyamuk Demam Berdarah Dengue, bahkan kejadian

Luar Biasa (KLB) masih sering terjadi. Pencegahan terhadap serangan

infeksi virus dengue dengan memanfaatkan vaksin dengue nampaknya

belum menunjukkan keberhasilan yang diharapkan. (Djunaedi, 2006)

Demam Berdarah Dengue masih menjadi tantangan yang serius,

karena Demam Berdarah Dengue dapat mengakibatan kejadian luar biasa

(KLB), jika tidak dilakukan pencegahan dan pemberantasan secara dini

akan mengakibatkan kematian. Kenaikan yang dialami sebanyak 30 kali

lipat selama 50 tahun terakhir. Berdasarkan WHO (2016) awal mulanya

ditemukan penyakit DBD terjadi di wilayah Asia Tenggara pada tahun

1954 tepatnya di Filipina, lalu menyebar ke berbagai negara. Angka kasus

tertinggi terjadi di Amerika, Asia Tenggara dan Pasifik Barat mencapai

lebih dari 1,2 juta kasus di tahun 2008 dan lebih dari 2,3 juta kasus di

2010. Pada tahun 2013 sebanyak 2,35 juta kasus di Amerika dan sebanyak

37.687 mengalami penyakit DBD berat. . Berdasarkan data yang dimiliki

WHO 2016, pada wilayah Asia Pasifik ditemukan sebanyak 15,2 juta

kejadian DBD yang terjadi pada tahun 2016 (WHO, 2016).

Data jumlah penderita DBD di Indonesia dari tahun 2014-2016

sebagai berikut, pada tahun 2014 sebanyak 100.347 kasus menjadi

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

2

129.650 kasus pada tahun 2015. Sedangkan data jumlah penderita DBD

tahun 2016 mengalami peningkatan menjadi 201.885 kasus . Sedangkan

angka kesakitan DBD tahun 2017 menurun dibandingkan tahun 2016,

yaitu dari 78,85 menjadi 26,10 per 100.000 penduduk. Namun, penurunan

case fatality rate (CFR) dari tahun sebelumnya tidak terlalu tinggi, yaitu

0,78% pada tahun 2016 menjadi 0,72% pada tahun 2017. Berikut tren

angka kesakitan DBD selama kurun waktu 2010-2017. (Profil Kesehatan

Indonesia, 2017)

G

Grafik I.1 Agka Kesakitan DBD Tahun 2010- 2017

Kematian CFR akibat DBD lebih dari 1% dikategorikan tinggi.

Walaupun secara umum CFR tahun 2017 menurun dibandingkan tahun

sebelumnya, terdapat 10 provinsi yang memiliki CFR tinggi salah satunya

Provinsi Jawa Timur. Pada tahun 2017 kasus DBD di Jawa Timur

berjumlah 68.407 kasus, dengan jumlah kematian sebanyak 493 orang.

Salah satu indikator yang digunakan untuk upaya pengendalian penyakit

DBD yaitu angka bebas jentik (ABJ). Sampai dengan tahun 2017, ABJ

secara nasional belum mencapai target program yang sebesar ≥ 95%.

(Profil Kesehatan Indonesia, 2017)

Penyakit DBD di kota Madiun juga masih merupakan masalah

yang krusial . Hal ini terbukti dengan kasus DBD selalu terjadi pada setiap

tahunnya. Pada 3 wilayah kecamatan yang ada di Kota Madiun yakni

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

3

Kartoharjo, Taman, dan Manguharjo merupakan wilayah yang endemis

dan terjadi selama 3 tahun terturut-turut. Jumlah total 27 kelurahan yang

ada, terdapat 24 kelurahan (88,8%) dan hanya 3 kelurahan (11,2%)

termasuk kelurahan sporadic. (Profil Kesehatan Madiun, 2017)

Kasus DBD Tahun 2017 terjadi penurunan kasus DBD

dibandingkan tahun 2016 yaitu dari 267 kasus (IR : 152,04/100.000

penduduk) menjadi 45 kasus (IR : 25,6/100.000 penduduk). Angka ini

dibawah target nasional (IR :≤49/100.000 penduduk). Salah satu yang

endemis terletak di wilayah kerja Puskesmas Manguharjo terletak di

sebelah barat kota Madiun ,pada wilayah kerja kecamatan Manguharjo

angka kejadian penyakit DBD dari 5 tahun terakhir sebanyak 141 kasus.

Tahun 2014 sebanyak 27 kasus, 2015 sebanyak 29 kasus, tahun 2016

sebanyak 56 kasus, tahun 2017 sebanyak 16 kasus, tahun 2018 sebanyak

13 kasus. (Profil Kesehatan Madiun , 2017)

Gambar I.1 Status Endemisitas DBD Kelurahan Kota Madiun Tahun 2017

Naik turunya kasus DBD ini disebabkan oleh perubahan iklim saat

ini, faktor lingkungan baik lingkungan fisik biologi, mobilitas, ABJ yang

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

4

rendah, minimnya partisipasi masyarakat dalam memberantas sarang

nyamuk, serta melemahnya pelayanan kesehatan masyarakat yang

memungkinkan menjadi faktor penyebab kejadian DBD. Mengingat

fenomena perubahan iklim yang berubah-ubah terus terjadi hingga tahun

2019 ini, jika tidak dilakukan penanganan upaya sejak dini angka kejadian

DBD mengalami peningkatan sehingga menimbulkan KLB. Maka, dalam

upaya penanggulangan Demam Berdarah Dengue, pemerintah mempunyai

4 (empat) pilar strategi, salah saatunya pilar ketiga yakni meningkatkan

upaya pengendalian vektor secara terpadu. (P2PL, 2011)

Dalam rangka mendukung pelaksanaan strategi pemerintah

tersebut, maka dilakukan upaya pemeriksaan atau pemantauan jentik Aides

aegypti. Pemantauan jentik Aides aegypti merupakan suatu strategi untuk

meningkatkan peran serta masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam

program pencegahan dan pemberantasan DBD. Dalam teori H. L Blum

perilaku manusia mempunyai kontribusi yang lebih besar, hal itu

dikarenakan selain mempunyai pengaruh langsung terhadap kesehatan,

berpengaruh pula secara tidak langsung melalui faktor lingkungan, sosial

budaya, dan fasilitas kesehatan. Jika masyarakat tidak memperdulikan

upaya pemberantasan sarang nyamuk melalui gerakan 3M Plus dapat

menyebabkan peningkatan penyebaran vektor penyakit Demam Berdarah

Dengue.

Maka, perlu ditinjaunya faktor- faktor risiko kejadian DBD, salah

satunya pembarantasan sarang nyamuk. Diketahui, bahwa terdapat

kemungkinan kejadian DBD di Wilayah Manguharjo disebabkan oleh

faktor pemberantasan sarang nyamuk, karena dengan peran serta

masyarakat dalam upaya PSN, mampu mencegah terjadinya penularan

penyakit DBD, sehingga dapat menurunkan angka kejadian penyakit DBD

di Madiun. Menyadarkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat agar

mau memperhatikan kebersihan lingkungannya dan memahami tentang

mekanisme terjadinya penularan penyakit DBD sehingga dapat berperan

secara aktif menanggulangi penyakit DBD ( Soegijanto, 2004).

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

5

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dilakukan penelitian dengan

judul “Hubungan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan kejadian

DBD di Wilayah Puskesmas Manguharjo Kota Madiun pada Tahun 2019”

B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah

1. Identfikasi Masalah

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat

jumlah penderitanya serta semakin luas penyebarannya, terutama di

wilayah kerja Puskesmas Manguharjo Kota Madiun yang endemis

DBD.

Wilayah kerja Puskesmas Manguharjo terletak di sebelah barat

kota Madiun yang terdiri dari 4 kelurahan yakni kelurahan Nambangan

kidul, kelurahan Nambangan Lor, kelurahan Winongo, dan kelurahan

Manguharjo. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Madiun pada

bulan Oktober, November, Desember, dan Januari penderita DBD

sebanyak 28 penderita. Penyakit DBD masih menjadi tantangan yang

sangat serius mengingat DBD dapat mengakibatan kejadian luar biasa

(KLB), jika tidak dilakukan pencegahan & pemberantasan secara dini

akan mengakibatkan kematian. Berdasarkan survei pendahuluan,

wilayah kerja puskesmas Manguharjo sudah dilakukan pemeriksaan

jentik Aedes aegypti yang dilakukan oleh kader jumantik selama 3

bulan sekali. Beberapa faktor risiko seperti angka ABJ yang rendah,

kepadatan penduduk, partisipasi masyarakat dalam upaya

pemberantasan sarang nyamuk yang masih minim, serta faktor

lingkungan baik lingkugan biologi fisik maupun sosial merupakan

faktor risiko kejadian DBD. Dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Faktor host (manusia)

Faktor Demografi :

1. Usia 3. Pekerjaan

2. Jenis kelamin

Faktor perilaku

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

6

- Pengetahuan, sikap, dan tindakan akan menimbulkan resiko terjadinya

transmisi penularan penyakit DBD di dalam masyarakat

b. Angka bebas jentik yang rendah

c. Pemberantasan Sarang Nyamuk

d. Lingkungan fisik rumah

Lingkungan fisik berupa

- Jarak rumah, tata rumah

- Ketinggian tempat dan iklim (suhu dan kelembaban, curah hujan ,

dan kecepatan angin)

e. Lingkungan biologi

- Banyaknya Tanaman di Lingkungan Rumah

- Pengaruh binatang

- Keberadaan vektor yakni, jentik Aedes aegypti.

f. Kepadatan penduduk

g. Yankes

Terselengaranya pemeriksaan atau pemantauan jentik Aedes

aegypti secara berkala diharapkan masyarakat sadar akan pentingnya

penanggulangan DBD, tetapi kenyatannya di Wilayah Kerja Puskesmas

Manguharjo tersebut masih banyak angka kejadian DBD.

3. Pembatasan masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peniliti membastasi

masalah ini yakni Pemberantasan Sarang Nyamuk, karena faktor

perilaku merupakan faktor determinan dalam menentukan derajat

kesehatan masyarakat.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dibuat rumusan masalah

sebagai berikut : “Apakah ada hubungan antara Pemberantasan Sarang

Nyamuk dengan Kejadian DBD di Wilayah Puskesmas Manguharjo

Kota Madiun Tahun 2019 ?”

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

7

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara pemberantasan sarang nyamuk dengan

kejadian DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Manguharjo Kota

Madiun Tahun 2019

2. Tujuan Khusus

a. Menilai kegiatan kebiasaan menutup TPA, mengubur barang

bekas serta pemanfaatan barang-barang bekas, menguras bak

mandi, kebiasaan menanggunakan bubuk abate, pemakaian obat

nyamuk dan lotion anti nyamuk,serta kebiasaan menggantung

pakaian di Wilayah Kerja Puskesmas Manguharjo Kota Madiun.

b. Mengukur kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue di

Wilayah Kerja Puskesmas Manguharjo Kota Madiun.

c. Mengidentifikasi kebiasaan menutup TPA, mengubur barang

bekas serta pemanfaatan barang-barang bekas, menguras bak

mandi, kebiasaan menanggunakan bubuk abate, pemakaian obat

nyamuk dan lotion anti nyamuk,serta kebiasaan menggantung

pakaian di Wilayah Kerja Puskesmas Manguharjo Kota Madiun.

d. Menganalisis hubungan antara kebiasaan menutup bak

penampungan air dengan kejadian DBD di Wilayah Kerja

Puskesmas Manguharjo Kota Madiun 2019.

e. Menganalisis hubungan antara kebiasaan mengubur barang bekas

serta pemanfaaatan kembali barang yang berpotensi untuk jadi

tempat perindukan nyamuk dengan kejadian DBD di Wilayah

Kerja Puskesmas Manguharjo Kota Madiun 2019.

f. Menganalisis hubungan antara kebiasaan menguras TPA di

dengan kejadian DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Manguharjo

Kota Madiun 2019.

g. Menganalisis hubungan kebiasaan menggunakan abate dengan

kejadian DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Manguharjo Kota

Madiun 2019.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

8

h. Menganalisis hubungan kebiasaan penggunaan obat nyamuk dan

lotion anti nyamuk dengan kejadian DBD di Wilayah Kerja

Puskesmas Manguharjo Kota Madiun 2019.

i. Menganalisis hubungan kebiasaan menggantung pakaian dengan

kejadian penyakit DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Manguharjo

Kota Madiun 2019.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pemerintah

Memberikan informasi bagi instasi terkait guna meningkatkan

pengendalian terhadap kejadian DBD dan mengembangkan

program penyuluhan khususnya tentang program pemberantasan

sarang nyamuk .

2. Bagi Masyarakat

Memberikan masukan kepada masyarakat dari hasil penelitian

tentang pentingnya partisipasi masyarakat dalam menanggulangi

terjadinya penyakit DBD dan dengan adanya informasi tersebut

diharapkan mampu mencegah timbulnya penyakit berbasis

lingkungan.

3. Bagi Peneliti

Menambah wawasan tentang pemberantasan sarang nyamuk dan

penyakit DBD serta dapat menambah pengalaman dalam

penelitian.

4. Bagi Peneliti Lain

Dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi

peneliti lain untuk melaksanakan penelitian lanjutan dan dapat

digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian.

F. Hipotesis

H1 : Ada hubungan antara Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan

Kejadian DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Manguharjo

Kota Madiun.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Penelitian Terdahulu

1. Luluk Lidya Ayun, 2015

Penelitian ini berjudul “Hubungan antara Faktor

Lingkungan Fisik dan Perilaku dengan Kejadian DBD di

Wilayah Kerja Puskesmas Sekaran, Kecamatan Gungpati

Kota Semarang Tahun 2015”. Peneliti menyimpulkan

bahwa ada hubungan yang bermakna antara keberadaan kawat

kasa dengan p=0,024 , keberadaan tempat perindukan p=0,012,

kebiasaan menguras TPA p=0,002, kebiasaan menggantung

pakaian di kamar p=0,002, kebiasaan memakai lotion anti

nyamuk p=0,041, dan kebiasaan menyingkirkan barang bekas

p=0,026 dengan kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas

Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang tahun 2015.

Kemudian, tidak ada hubungan yang bermakna antara

kebiasaan menggunakan kelambu dan kebiasaan tidur siang

dengan kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Sekaran

Kecamatan Gunungpati Kota Semarang tahun 2015.

Maka, dari hasil penelitian didapatkan bahwa faktor risiko

kejadian DBD adalah variabel keberadaan kawat kasa dengan

OR=4,545 (95% CI 1,370-15,077) menunjukan bahwa sampel

yang tidak memasang kawat kasa mempunyai risiko 4,545

lebih besar untuk menderita DBD dibandingkan sampel yang

memasang kawat kasa, tempat perindukan dengan OR=5,127

(95% CI 1,568–16,765), Kebiasaan menguras TPA dengan

OR=8,800 (95% CI 2,336 - 33,152), Kebiasaan menggantung

pakaian di kamar OR = 7,933 (95% CI 2,236-28,151),

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

10

Kebiasaan memakai lotion anti nyamuk OR =4,200 (95% CI

1,213 – 14,541), kemudaian kebiasaan menyingkirkan barang

bekas OR= 4,250 (95% CI 1,332-13,562).

Faktor risiko keberadaan tempat perindukan dengan

OR=5,127 menunjukan bahwa kelompok sampel yang di

sekitar rumahnya terdapat tempat perindukan mempunyai

risiko 5,127 kali lebih besar menderita DBD dibandingkan

dengan kelompok yang disekitar rumahnya tidak terdapat

tempat perindukan. Begitu juga dengan 4 variabel yang juga

merupakan faktor risiko yakni kebiasaan menguras TPA

dengan OR=8,800 (95% CI 2,336 - 33,152) , kebiasaan

menggantung pakaian di kamar dengan OR=7,933 (95% CI

2,236-28,151), kebiasaan memakai lotion anti nyamuk dengan

OR=4,200 (95% CI 1,213 – 14,541) , kebiasaan

menyingkirkan barang bekas, OR=4,250 (95% CI 1,332-

13,562).

2. Ririn Sumantri, Petrus Hasibuan, Virhan Novianry (2013)

Penelitian berjudul “Hubungan PSN dan kebiasaan

keluarga dengan kejadian DBD di Kota Pontianak Tahun

2013”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

pemberantasan sarang nyamuk berupa kebiasaan menutup tempat

penampungan air (TPA), menguras TPA, mengubur barang-barang

bekas, tidak menggantung pakaian bekas pakai didalam rumah,

penggunaan kelambu, penggunaan lotion anti nyamuk, menabur

bubuk abate, dan memelihara ikan pemakan jentik dengan kejadian

DBD pada masyarakat Kota Pontianak tahun 2013.

Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan

pendekatan case control. Penelitian ini dilakukan selama bulan Juli

2014. Total sampel sebanyak 100 rumah yang terdiri dari 50 kasus

dan 50 kontrol. Pengumpulan data menggunakan instrumen

kuesioner dan diambil dengan metode consecutive sampling untuk

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

11

kasus dan purposive sampling untuk kontrol. Data akan dianalisis

dengan teknik Chi square.

Hasil menunjukan terdapat hubungan bermakna antara

kebiasaan menutup TPA dengan kejadian DBD (p=0,000),

kebiasaan menguras TPA (p=0,002), kebiasaan memakai lotion

anti nyamuk (p=0,001), menabur bubuk abate (p=0,000).

Kebiasaan menutup TPA, menguras TPA , memakai lotion anti

nyamuk dan menabur bubuk abate memiliki hubungan yang

bermakna dengan kejadian DBD.

3. Sondang Pasaribu1, Devi Nuraini Santi Indra Chahaya (2012)

Penelitian ini berjudul “Hubungan pemberantasan sarang

nyamuk dengan kejadian demam berdarah dengue pada periode

Januari-Desember di Kota Medan pada tahun 2012”

Hasil penelitian tersebut menunjukkan terdapat hubungan sedang (r =

0,491) dan berpola positif antara PSN dengan kejadian DBD, yang

artinya semakin tinggi pemberantasan sarang nyamuk akan semakin

tinggi jumlah kejadian demam berdarah dengue. Hasil uji statistik

didapatkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pemberantasan

sarang nyamuk dengankejadian demam berdarah (p=0,105).

Sedangkan hubungan angka bebas jentik dengan kejadian

demam berdarah dengue pada periode Januari-Desember di Kota

Medan pada tahun 2012 menunjukkan hubungan sangat rendah (r =

-0,200) dan berpola negatif yang artinya semakin tinggi angka

bebas jentik akan semakin rendah jumlah kejadian demam

berdarah dengue. Hasil uji statistik didapatkan tidak ada hubungan

yang signifikan antara angka bebas jentik dengan kejadian demam

berdarah (p=0,800).

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

12

4. Dewi Mustika Jaya1, Erniwati Ibrahim1, Anwar. Jurusan

Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat,

UNHAS, Makassar

Penelitian ini berjudul “Hubungan PSN dengan

keberadaan larva Aedes aegypti di wilayah endemis DBD

Kelurahan Kassi-Kassi Kota Makassar”. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberantasan sarang

nyamuk (PSN) DBD dengan keberadaan larva Aedes aegypti. Jenis

penelitian yang digunakan adalah observasional dengan desain

cross sectional study. Populasi adalah seluruh rumah yang ada di

Kelurahan Kassi-Kassi sebanyak 3908 rumah, dengan jumlah

sampel 100 rumah, sampel diambil dengan metode Proporsional

Sampling. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan

dianalisis statistik dengan uji chi Square.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan larva

57.0%, menguras TPA (Tempat Penampungan Air) 50.0%,

mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air 84.0%,

menutup TPA 25.0%, menabur bubuk abate 0%, dan memelihara

ikan pemakan jentik 5.0%. Penelitian ini menunjukkan bahwa

menguras TPA (p=0.000) dan menutup TPA (p=0.000)

berhubungan dengan keberadaan larva Aedes aegypti, sedangkan

mengubur barang bekas yang dapat menampung air (p=0.947) dan

memelihara ikan pemakan jentik tidak berhubungan dengan

keberadaan larva Aedes aegypti. Penelitian ini menyarankan

masyarakat Kelurahan Kassi-Kassi Kecamatan Rappocini agar

lebih sering mengupayakan untuk melakukan pemberantasan

sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD) yaitu dengan

menguras TPA dan menutup rapat TPA

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

13

5. Aghnes T. Booroto, Woodford B. S. Joseph, dan Ardiansa

Tucunan (2014)

Penelitian ini berjudul “Hubungan antara

tindakan PSN denga keberadaaan jentik nyamuk Aedes sp di

Lingkungan I Kelurahan Teling Atas, Kecamatan Wanea

Kota Manado” Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui

hubungan antara tindakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)

dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes sp. di Lingkungan I

Kelurahan Teling Atas, Kecamatan Wanea Kota Manado.

Jenis penelitian ini merupakan survei analitik dengan

rancangan cross sectional (potong melintang). Penelitan

dilaksanakan di Lingkungan I Kelurahan Teling Atas, Kecamatan

Wanea Kota Manado. Populasi penelitian yaitu seluruh kepala

keluarga yang tinggal di Lingkungan I yang berjumlah 640 kepala

Keluarga di Kelurahan Teling Atas. Penentuan jumlah sampel

menggunakan rumus menurut Taro Yamane jumlah sampel

minimum sebanyak 87 KK. Peneliti mengambil 100 KK sebagai

responden, Sampel diambil secara systematic random sampling

(teknik acak sistematis) dengan menggunakan nilai interval 7.

Analisis bivariat kategori tidak baik dan positif jentik dirumahnya

38 orang, sedangkan tindakan tidak baik dan negatif jentik

dirumahnya yaitu 16 orang. Hal ini berarti masih banyak responden

yang mengabaikan pentingnya tindakan PSN demi mencegah atau

menekan perkembangbiakan jentik nyamuk.

Hasil chi square test, nilai p didapatkan sebesar 0,037 nilai

ini lebih kecil daripada 0,05 (p<0,05), artinya ada hubungan antara

tindakan pemberantasan sarang nyamuk dan keberadaan jentik

nyamuk Aedes sp. Nilai OR (2,375), artinya responden dengan

tindakan pemberantasan sarang nyamuk yang tidak baik memiliki

peluang ada jentik nyamuk Aedes sp di rumahnya 2,37 kali lebih

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

14

besar, daripada responden dengan tindakan pemberantasan sarang

nyamuk baik, dan CI 1,044-5,402.

6. Shafrina Sekar Puspita 2019

Perbedaan dari penelitian yang terdahulu yaitu daerah atau

lokas survei yang berbeda dari yang sebelumnya sehingga memiliki

karakteristik populasi yang berbeda pula. Kondisi tersebut

berpengaruh terhadap upaya pemberantasan sarang nyamuk.

Penambahan Variabel Independent dan Perbedaan Variabel

Dependent. Penyempurnaan metode penelitian yakni menggunakan

cross sectional

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

15

Tabel II.1 Penelitian-Penelitian yang Relevan

No. Nama Peneliti Judul Penelitian Lokasi Penelitian Variabel Penelitian Jenis Penelitian dan

Rancangan Penelitian Hasil Penelitian

1. Luluk Lidya

Ayun

(2015)

Hubungan antara

Faktor Lingkungan

Fisik dan Perilaku

dengan Kejadian DBD

di Wilayah Kerja

Puskesmas Sekaran,

Kecamatan Gungpati

Kota Semarang Tahun

2015

Sekaran

Kecamatan

Gungpati Kota

Semarang Tahun

2015

Variabel independent

:

Faktor Lingkungan

Fisik dan PSN

- Keberadaan kawat

kasa,

- Keberadaan tempat

perindukan

PSN

- Kebiasaan menguras

TPA

- Kebiasaan

menggantung

pakaian di kamar

- Kebiasaan memakai

lotion anti nyamuk

- Kebiasaan

menyingkirkan

barang bekas

Jenis penelitian:

Penelitian study observasional.

Rancangan penelitian:

Pendekatan case control (kasus

kontrol)

Populasi penelitian adalah

seluruh penderita DBD pada

bulan Januari-Maret Tahun

2015, berdasarkan rekam medik

Puskesmas Sekaran berjumlah

29 orang. Sampel penelitian

yaitu 26 kasus dan 26 kontrol.

Data analisis secara univariat

dan bivariat dengan uji chi

square. Instrumen penelitian

berupa kuesioner dan lembar

observasi.

• Ada hubungan yang

bermakna antara

keberadaan kawat kasa,

keberadaan tempat

perindukan, kebiasaan

menguras TPA, kebiasaan

menggantung pakaian di

kamar, kebiasaan

memakai lotion anti

nyamuk, dan kebiasaan

menyingkirkan barang

bekas dengan kejadian

DBD di wilayah kerja

Puskesmas Sekaran

Kecamatan Gunungpati

Kota Semarang tahun

2015.

• Tidak ada hubungan yang

bermakna antara

kebiasaan menggunakan

kelambu dan kebiasaan

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

16

Variabel dependent:

Kejadian DBD

berjumlah 29 orang

tidur siang dengan

kejadian DBD di wilayah

kerja Puskesmas Sekaran

Kecamatan Gunungpati

Kota Semarang tahun

2015.

• Faktor risiko

1. Keberadaan kawat

kasa dengan

OR=4,545 (95% CI

1,370-15,077),

2. Tempat perindukan

dengan OR=5,127

(95% CI 1,568–

16,765).

3. Kebiasaan menguras

TPA dengan

OR=8,800 (95% CI

2,336 - 33,152)

4. Kebiasaan

menggantung pakaian

di kamar OR = 7,933

(95% CI 2,236-

28,151)

5. Kebiasaan memakai

lotion anti nyamuk

OR =4,200 (95% CI

1,213 – 14,541)

6. Kebiasaan

menyingkirkan barang

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

17

bekas OR= 4,250

(95% CI 1,332-

13,562)

2. Ririn Sumantri,

Petrus

Hasibuan,

Virhan

Novianry

(2013)

“Hubungan PSN dan

kebiasaan keluarga

dengan kejadian DBD

di Kota Pontianak

Tahun 2013”

Kota Pontianak Variabel independent:

tindakan PSN berupa

- Tempat

penampungan air

(TPA)

- Menguras TPA,

mengubur barang-

barang bekas

- Tidak

menggantung

pakaian bekas

pakai didalam

rumah

- Penggunaan

kelambu

- Penggunaan lotion

anti nyamuk

- Menabur bubuk

abate

- Memelihara ikan

pemakan jentik

Jenis penelitian analitik

observasional dengan

pendekatan case control.

Penelitian ini dilakukan selama

bulan Juli 2014. Total sampel

sebanyak 100 rumah yang

terdiri dari 50 kasus dan 50

kontrol. Pengumpulan data

menggunakan instrumen

kuesioner dan diambil dengan

metode consecutive sampling

untuk kasus dan purposive

sampling untuk kontrol.

Data akan dianalisis dengan

teknik Chi square.

Hasil menunjukan terdapat

hubungan bermakna antara

kebiasaan menutup TPA

dengan kejadian DBD

(p=0,000) (OR=5,76)

kebiasaan menguras TPA

(p=0,002) OR=3,84,

kebiasaan memakai lotion

anti nyamuk (p=0,001),

menabur bubuk abate

(p=0,000) (OR=4,512)

• Hasil analisis Multivariat

menunjukan bahwa

probabilitas seseorang

menderita DBD jika

tidak menguras TPA,

memakai lotion anti

nyamuk dan menabur

bubuk abate adalah

sebesar 92%

• Kebiasaan menutup

TPA, menguras TPA ,

memakai lotion anti

nyamuk dan menabur

bubuk abate memiliki

hubungan yang

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

18

bermakna dengan

kejadian DBD.

3. Sondang

Pasaribu1, Devi

Nuraini Santi

Indra Chahaya

(2012)

“Hubungan Frekuensi

Pemberantasan

Sarang Nyamuk dan

Angka Bebas Jentik

dengan Kejadian

DBD pada Periode

Januari-Desember

Tahun 2012 di Kota

Medan”

Di seluruh

kelurahan

Medan

berjumlah 39

kelurahan

Variabel Inependent:

Frekuensi

Pemberantasan

Sarang Nyamuk dan

Angka Bebas Jentik

variabel Dependent:

Kejadian DBD

Jenis Penelitian

survei analitik

Rancangan Penelitian:

case control

Uji statistik

yang digunakan yaitu uji

Korelasi

Spearman dikarenakan data

tidak

berdistribusi normal.

• Hubungan pemberantasan

sarang nyamuk dengan

kejadian demam berdarah

dengue pada periode

Januari-Desember di Kota

Medan pada tahun 2012

menunjukkan hubungan

sedang (r = 0,491) dan

berpola positif yang

artinya semakin tinggi

pemberantasan sarang

nyamuk akan semakin

tinggi jumlah kejadian

demam berdarah dengue.

• Hasil uji statistik

didapatkan tidak ada

hubungan yang signifikan

antara pemberantasan

sarang nyamuk

dengankejadian demam

berdarah (p=0,105).

4. Dewi Mustika

Jaya1,

Erniwati

Ibrahim1,

Anwar.

(2013)

“Hubungan PSN

dengan

keberadaan

larva Aedes

aegypti di

wilayah endemis

Kelurahan

Kassi-

Kassi

Makassar

Varabel

Independent:

PSN

- Mengubur

barang bekas

- Menutup bak

Jenis penelitian :

observasional analitik

Rancangan :

case control study.

Populasi :

seluruh rumah yang ada di

- Penelitian ini

menunjukkan bahwa

menguras TPA (p=0.000)

dan menutup TPA

(p=0.000) berhubungan

dengan keberadaan larva

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

19

DBD Kelurahan

Kassi-Kassi

Kota

Makassar”.

mandi

- Memelihara

ikan

- Menggunakan

bubuk abate

- Menguras bak

mandi

Variabel

Dependent:

Keberadaan

larva Aedes

Kelurahan Kassi-Kassi

sebanyak 3908 rumah,

dengan jumlah sampel 100

rumah,

Metode sampling:

Proporsional Sampling.

Data disajikan dalam bentuk

tabel distribusi dan dianalisis

statistik dengan uji chi

Square.

Aedes aegypti, sedangkan

mengubur barang bekas

yang dapat menampung

air (p=0.947) dan

memelihara ikan

pemakan jentik tidak

berhubungan dengan

keberadaan larva Aedes

aegypti.

5. Aghnes T.

Booroto,

Woodford B. S.

Joseph, dan

Ardiansa

Tucunan

(2014)

“Hubungan antara

tindakan PSN

denga keberadaaan

jentik nyamuk

Aedes sp

di Lingkungan

I Kelurahan Teling

Atas, Kecamatan

Wanea Kota

Manado”

Dilaksanakan

di Lingkungan I

Kelurahan

Teling Atas,

Kecamatan

Wanea Kota

Manado.

Tindakan

pemberantasan sarang

nyamuk (PSN)

meliputi:

3M Plus

Variabel Dependen

Keberadaan Jentik

Nyamuk Aedes sp.

Jenis ➢ Hasil chi square test,

nilai p 0,037 artinya ada

hubungan antara tikan PSN

dengan keberadaan jentik

nyamuk Aedes sp. Nilai OR

(2,375)

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

20

B. Telaah Pustaka yang Relevan

1. Peran Serta Masyarakat

a. Pengertian

Menurut Notoatmodjo (2007), peran serta atau partisipasi

masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam

memecahkan permasalahan-permasalahan masyarakat tersebut.

Peran serta dibidang kesehatan berarti keikut sertaan seluruh

anggota masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan mereka

sendiri. Hal ini masyarakat sendirilah yang aktif memikirkan,

memecahkan, melaksanakan dan mengevaluasikan program-

program kesehatan. Institusi kesehatan hanya sekedar memotivasi

dan membimbingnya.

b. Tingkat Peran Serta Masyarakat

Mengembangkan dan membina partisipasi masyarakat bukan

pekerjaan mudah. Partisipasi masyarakat memerlukan kemampuan,

kesempatan, dan motivasi. Menurut Nurul Hidayah (2013)

,berbagai tingkatan partisipasi/peran serta masyarakat antara lain:

1) Peran serta karena perintah/karena terpaksa.

2) Peran serta karena imbalan. Adanya peran serta karena imbalan

tertentu yang diberikan baik dalam bentuk imbalan materi atau

imbalan kedudukan.

3) Peran serta karena identifikasi atau rasa ingin memiliki

4) Peran serta karena kesadaran. Peran serta atas dasar kesadaran

tanpa adanya paksaan atau harapan dapat imbalan

5) Peran serta karena tuntutan akan hak dan tanggung jawab

2. Pemberantasan Sarang Nyamuk

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) adalah kegiatan

yang dilakukan oleh masyarakat dalam membasmi jentik nyamuk

penular demam berdarah. Tujuan Gerakan PSN demam berdarah

adalah membina peran serta masyarakat dalam pemberantasan

penyakit demam berdarah, terutama dalam memberantas jentik

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

21

nyamuk penularnya, sehingga penularan penyakit demam berdarah

dapat dicegah dan dibatasi.Sasaran PSN demam berdarah yang

paling diprioritaskan adalah di wilayah kecamatan endemis dan

sporadis demam beradarah agar semua keluarga dan pengelola

tempat-tempat mum melaksanakan PSN demam beradarah serta

menjaga kebersihan di lingkungan masing-masing, sehingga bebas

jentik nyamuk Aedes aegypti. (Depkes RI, 2005)

a. Tahapan penggerakan PSN demam berdarah

1) Penyuluhan

a) Penyuluhan keluarga dengan mengunjungi rumah-rumah

oleh petugas puskesmas dan atau kader.

b) Penyuluhan kelompok melalui pertemuan berbagai

organisasi sosial kemasyarakatan termasuk organisasi

wanita, organisasi profesi, dsb.

c) Penyuluhan massal melalui berbagai media komunikasi

massa seperti: radiotelevisi, bioskop dan pertunjukkan lain,

mobil unit penerangan, pemasangan spanduk dsb.

2) Kampanye PSN

Kampanye dilakukan di seluruh wilayah/kota, pada berbagai

kesempatan terutama menjelang musim penularan demam

berdarah dengan melaksanakan antara lain:

a) Penerangan dan penyuluhan kepada masyarakat melalui

berbagai jalur informasi dan media komunikasi

penggerakan masyarakat untuk melakukan PSN (3M)

secara serentak di seluruh wilayah/kota.

b) Pemantauan di rumah (tempat pemukiman) dan sekolah

Pemantauan dilaksanakan secara berkala berupa

pemeriksaan jentik, pengelolaan dan analisa serta

penyampaian hasil pemeriksaan.

c) Pemantauan di rumah (tempat pemukiman) Pemeriksaan

dilakukan oleh petugas puskesmas atau tenaga lain setiap 3

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

22

bulan. Pemeriksaan dilakukan dengan melihat ada/tidaknya

jentik ditempat penampungan air atau tempat lainnya. Pada

pemeriksaan ini petugas juga memberikan penyuluhan

seperlunya. Setiap kelurahan diperiksa plus minus 100

rumah yang dipilih secara acak (random sample). Hasil

pemeriksaan dianalisa untuk menghitung indikator

keberhasilan tiap RW, kelurahan dan kecamaatan. Indikator

keberhasilan (IK) tiap RW disampaikan kepada lurah, IK

tiap kelurahan kepada camat dan IK tiap kelurahan dan

kecamatan disampaikan kepada Bupati / Walikota untuk

tindak lanjut peningkatan gerakan PSN.

b. Pemberantasan Sarang Nyamuk / PSN-DBD

Pengendalian Vektor DBD yang paling efisien dan

efektif adalah dengan memutus rantai penularan melalui

pemberantasan jentik. Pelaksanaannya di masyarakat dilakukan

melalui upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam

Berdarah Dengue (PSN-DBD) dalam bentuk kegiatan 3 M plus.

Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, kegiatan 3 M Plus

ini harus dilakukan secara luas atau serempak dan terus menerus

atau berkesinambungan. Tingkat pengetahuan, sikap dan

tindakan yang sangat beragam sering menghambat suksesnya

gerakan ini. Untuk itu sosialisasi kepada masyarakat/ individu

untuk melakukan kegiatan ini secara rutin serta penguatan peran

tokoh masyarakat untuk mau secara terus menerus

menggerakkan masyarakat harus dilakukan melalui kegiatan

promosi kesehatan, penyuluhan di media masa, serta reward

bagi yang berhasil melaksanakannya.

c. Sasaran

Semua tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD :

1) Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

23

2) Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari

(non-TPA).

3) Tempat penampungan air alamiah

d. Ukuran keberhasilan

Keberhasilan kegiatan PSN DBD antara lain dapat diukur

dengan Angka Bebas Jentik (ABJ), apabila ABJ lebih atau sama

dengan 95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau

dikurangi.

e. Cara PSN DBD

Berdasarkan Depkes (2005), PSN DBD dilakukan dengan cara

‘3M-Plus’, 3M yang dimaksud yaitu:

1) Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air,

seperti bak mandi/wc, drum, dan lain-lain seminggu sekali

(M1).

2) Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti gentong

air/tempayan, dan lain-lain (M2).

3) Memanfaatkan atau mendaur ulang barang-barang bekas yang

dapat menampung air hujan (M3).

4) Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat-

tempat lainnya yang sejenis seminggu sekali.

5) Memperbaiki saluran pembuangan air limbah.

6) Memperbaiki talang air yang tidak lancar/rusak

7) Menutup lubang-lubang pada potongan bambu/pohon, dan

lain-lain (dengan tanah, dan lain-lain).

8) Menggunakan bubuk abate, misalnya di tempat-tempat yang

sulit kuras atau di daerah yang sulit air.

9) Memelihara ikan pemakan jentik di kolam/bak-bak

penampungan air.

10) Memasang kawat kasa.

11) Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar.

12) Mengupayakan pencahayaan.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

24

13) Ventilasi ruang yang memadai menggunakan kelambu.

14) Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk.

f. Pelaksanaan

1) Di rumah dilaksanakan oleh anggota keluarga.

2) Tempat - tempat umum dilaksanakan oleh petugas yang

ditunjuk oleh pimpinan atau pengelola tempat - tempat umum.

3. Penyakit Berbasis Lingkungan

Penyakit adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan

fungsi dan atau morfologi suatu organ dan atau jaringan tubuh.

Lingkungan adalah segala sesuatu yg ada disekitarnya berupa

benda hidup, mati, nyata, abstrak, serta suasana yg terbentuk

karena terjadi interaksi antara elemen-elemen di alam tersebut.

(Achmadi, 2005).

Menurut Achamdi (2005), Penyakit Berbasis Lingkungan

adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi atau

morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi

manusia dengan segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi

penyakit. Interaksi antara lingkungan dan manusia menentukan

terjadi atau tidaknya penyakit pada suatu populasi.Indikator-

indikator kesehatan lingkungan diterapkan pada media-media

lingkungan seperti air, udara, pangan, dan vektor. Tingginya

kejadian penyakit – penyakit berbasis lingkungan disebabkan oleh

masih buruknya kondisi rumah yang belum memenuhi syarat berup

kondisi fisik, sanitasi dasar terutama air bersih, jamban, kurang

hygienisnya pengelolaan makanan, rendahnya perilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS) masyarakat. Menurut Achmadi (2005),

penyakit berbasis lingkungan memiliki hubungan yang erat dengan

lingkungan dan kependudukan.

a. Penyakit Berbasis Lingkungan Bersumber Vektor

b. Penyakit Berbasis Lingkungan Bersumber Udara

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

25

c. Penyakit Berbasis Lingkungan Bersumber Air

d. Penyakit Berbasis Lingkungan Bersumber Makanan

4. Etiologi Penyakit DBD

a. Pengertian

Sampai saat ini penyakit demam berdarah dengue

(DBD) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan

endemis di Indonesia. Penyakit ini dapat mengakibatkan

Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa daerah endemis yang

terjadi hampir setiap tahunnya pada musim penghujan.

Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam bahasa asing disebut

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang

disebabkan oleh Arbovirus (arthropod born virus) dan

ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes albopictus

dan Aedes aegepty). Penyakit DBD merupakan infeksi virus

akut yang disebabkan oleh virus dengue.

Demam berdarah dengue (DBD) disebabkan oleh virus

dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus

(Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus,

family Flaviviridae dan mempunyai empat jenis serotipe, yaitu

DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 (Irianto, 2014).

b. Faktor Penyebab DBD

Virus dengue memiliki empat serotype, yaitu tipe DEN- 1,

DEN- 2, DEN- 3, dan DEN- 4. Keempat serotipe tersebut

saling berkaitan sifat antigennya dan keempat tipe virus

tersebut sudah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

26

Tipe virus yang banyak berkembang di masyarakat adalah

virus dengue dengan tipe 1 dan tipe 3 (Akhsin, 2011:145).

c. Epidemiologi DBD

Timbulnya suatu penyakit dapat diterangkan melalui

konsep segitiga epidemiologik, yaitu adanya agen (agent),

host dan lingkungan (environment).

1. Agen

Agen penyebab penyakit DBD berupa virus dengue

dari Genus Flavivirus (Arbovirus Grup B) salah satu Genus

Familia Togaviradae. Virus dengue mempunyai empat

serotipe yakni dengue-1, dengue-2, dengue-3 dan dengue-4.

Virus dengue termasuk dalam group B Artropod Borne

Virus (Arbovirus). Keempat serotipe ini telah ditemukan di

berbagai daerah di Indonesia. Hasil penelitian di Indonesia

menunjukkan bahwa dengue-3 sangat berkaitan dengan

kasus DBD berat dan merupakan serotipe yang paling luas

distribusinya disusul oleh dengue-2, dengue-1 dan dengue-

4 (Depkes, 2005).

2. Vektor Penular Penyakit DBD

Vektor utama penyabab penyakit Demam Berdarah

Dengue di Indonesia adalah nyamuk Aedes aegypti, Aedes

albopictus dan Aedes scutelaris. Akan tetapi dari ketiga

jenis nyamuk tersebut yang lebih berperan dalam penularan

penyakit Demam Berdarah Dengue ialah nyamuk Aedes

aegypti (Depkes RI, 2007).

Vektor DBD di Indonesia adalah nyamuk Aedes

(Stegomya) aegypti dan albopictus (Djunaedi, 2006).

Klasifikasi Nyamuk Aedes aegypti

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

27

Subphylum : Uniramia

Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Subordo : Nematosera

Familia : Culicidae

Sub famili : Culicenae

Tribus : Culicini

Genus : Aedes

Spesies : Aeges aegypti

1) Morfologi

Masa pertumbuhan dan perkembangan nyamuk Aedes

aegypti mengalami metamorfosis sempurna sehingga dapat dibagi

menjadi 4 tahap yaitu telur, larva, pupa dan nyamuk dewasa.

a) Telur

Telur nyamuk Aedes aegypti berbentuk elips berwarna

hitam, ukuran telur kurang lebih 0,5 mm, dan terpisah satu

dengan yang lain. Telur nyamuk aedes sekali bertelur 100

sampai 300 butir, diletakkan satu persatu, telur tidak

mempunyai alat pelampung, diletakkan pada benda-benda yang

terapung di air atau pada dinding bejana permukaan air. Telur

menetas dalam 1 sampai 2 hari menjadi larva.

Gambar II.1 Telur Aides aegypti

b) Larva

Larva yang berbentuk siphon besar dan pendek yang terdapat

pada abdomen terakhir bentuk comb seperti sisir.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

28

Larva yang baru menetas masih halus panjang kira-kira 1,5

mm dan belum dapat diidentifikasi. Selama pertumbuhannya

larva mengalami pelepasan kulit sebanyak empat kali.

Tingkatan-tingkatan setelah pelepasan kulit dinamakan instar.

Dalam pertumbuhannya dikenal empat instar larva sehingga

dikenal larva instar pertama, kedua, ketiga dan keempat.

Perkembangan dari instar satu kurang lebih satu hari dengan

berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm, instar kedua kurang lebih

satu sampai dua hari dengan berukuran 2,5 - 3,8 mm, instar

ketiga kurang lebih dua hari dengan berukuran lebih besar

sedikit dari larva instar dua dan instar keempat kurang lebih dua

sampai tiga hari dengan berukuran paling besar 10 mm. Larva

bernafas melalui dua lubang yang disebut spriracle, waktu yang

diperlukan untuk pertumbuhan larva antara 8-14 hari

tergantung suhu air, keadaan makanan larva

Gambar II.2 Larva Aedes aegypti

Sumber : medent.usyd.edu.au & fmel.ifas.ufl.edu

c) Pupa

Pupa tingkatan tidak makan, sebagai tingkatan untuk

perubahan baik morfologis maupun fisiologis dari larva untuk

nyamuk dewasa. Pupa berbentuk koma terdiri dari bagian bulat

dan ekor. Bagian bulat adalah gabungan antara kepala dan

dada, sedang ekor adalah abdomen. Pupa tetap bergerak dan

mampu bergerak cepat bila terganggu. Pernapasan melalui

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

29

sepasang trompet yang berbentuk dari bagian dada, disebut

trompet pernapasan dan berakhir dengan lubang pada

permukaan air, menetas dalam 1-2 hari menjadi nyamuk dan

pada umumnya nyamuk jantan menetas terlebih dahulu dari

pada nyamuk betina

Gambar II.3 Pupa Aedes aegypti

Sumber: fmel.ifas.ufl.edu & medent.usyd.edu.au

d) Nyamuk Dewasa

Setelah alat-alat tubuh nyamuk dewasa lengkap, keluarlah

nyamuk dewasa dan meninggalkan kulit pupa. Yang keluar

pertama kali adalah bagian dada, dan karena tekanan dari dalam

makin besar maka keluarlah nyamuk dari kulit pupa. Setelah

keluar, nyamuk istirahat di kulit pupa untuk sementara waktu.

Beberapa saat setelah itu sayap menjadi keras, sehingga

nyamuk mampu terbang. Pada waktu itu nyamuk meninggalkan

lingkungan air dan masuk ke lingngkungan udara dan darat.

Jumlah nyamuk jantan dan nyamuk betina yang menetas sama

banyak (1:1), dan perkawinan nyamuk biasanya terjadi pada

waktu senja, cukup hanya sekali, sebelum nyamuk betina pergi

untuk menghisap darah

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

30

Gambar II.4 Nyamuk Dewasa Aedes aegypti

Sumber: ilmukesmas.com

Ciri-ciri Nyamuk Aedes aegypti

Menurut Nadezul (2007), nyamuk Aedes aegypti telah

lama diketahui sebagai vektor utama dalam penyebaran

penyakit DBD, adapun cirri cirinya adalah sebagai berikut:

1. Badan kecil berwarna hitam dengan bintik-bintik putih.

Jarak terbang nyamuk sekitar 100 meter.

2. Umur nyamuk betina dapat mencapai sekitar 1 bulan.

3. Menghisap darah pada pagi hari sekitar pukul 09.00-

10.00 dan sore hari pukul 16.00-17.00

4. Nyamuk betina menghisap darah unuk pematangan sel

telur, sedangkan nyamuk jantan memakan sari-sari

tumbuhan.

5. Hidup di genangan air bersih bukan di got atau

comberan.

6. Di dalam rumah dapat hidup di bak mandi, tempayan,

vas bunga, dan tempat air minum burung.

7. Di luar rumah dapat hidup di tampungan air yang ada di

dalam drum, dan ban bekas.

3. Host (Pejamu)

Host adalah manusia yang peka terhadap infeksi virus

dengue.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

31

4. Lingkungan

Lingkungan sangat berpengaruh terhadap distribusi

kasus DBD. Lingkungan dibagi menjadi 3 yakni:

- Lingkungan fisik

- Lingkungan biologi

- Lingkungan sosial

d. Cara Penularan

Penularan penyakit DBD memiliki tiga faktor yang

memegang peranan pada penularan infeksi virus, yaitu

manusia, virus dan vektor perantara (Hadinegoro et al,

2001). Lebih jelasnya Depkes RI, 2005 menjelaskan

mekanisme penularan penyakit DBD dan tempat potensial

penularannya.

- Mekanisme Penularan DBD

Virus dengue masuk ke dalam tubuh nyamuk pada saat

menggigit manusia yang sedang mengalami viremia,

kemudian virus dengue ditularkan kepada manusia melalui

gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang

infeksius. Seseorang yang di dalam darahnya mengandung

virus dengue merupakan sumber penular DBD. Virus

dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari

sebelum demam (masa inkubasi instrinsik). Bila penderita

DBD digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah

akan ikut terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk.

Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar di

berbagai jaringan tubuh nyamuk, termasuk di dalam

kelenjar liurnya. Kira-kira 1 minggu setelah menghisap

darah penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan

kepada orang lain (masa inkubasi ekstrinsik). Virus ini

akan berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya.

Oleh karena itu, nyamuk Aedes aegypti yang telah

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

32

menghisap virus dengue menjadi penular sepanjang

hidupnya. Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk

menusuk (menggigit), sebelumnya menghisap darah akan

mengeluarkan air liur melalui alat tusuknya (proboscis),

agar darah yang dihisap tidak membeku, bersamaan air

liur tersebut virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke

orang lain

- Tempat potensial bagi penularan DBD

Penularan DBD dapat terjadi di semua tempat yang

terdapat nyamuk penularnya. Oleh karena itu tempat yang

potensial untuk terjadi penularan DBD adalah:

a. Wilayah yang banyak kasus DBD (rawan/endemis).

b. Tempat-tempat umum yang menjadi tempat

berkumpulnya orang - orang yang datang dari berbagai

wilayah sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran

beberapa tipe virus dengue yang cukup besar seperti:

sekolah, RS/Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan

lainnya, tempat umum lainnya (hotel, pertokoan, pasar,

restoran, tempat ibadah dan lain-lain).

c. Pemukiman baru di pinggir kota, penduduk pada

lokasi ini umumnya barasal dari berbagai wilayah

maka ada kemungkinan diantaranya terdapat

penderita yang membawa tipe virus dengue yang

berbeda dari masing-masing lokasi.

e. Bionomik

Bionomik adalah kesenangan nyamuk yang meliputi: tempat

bertelur (breeding habit), kesenangan menggigit (feeding

habit), kesenangan tempat istirahat (resting habit), jarak

terbang.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

33

f.

g.

Gambar II.5 Bionomik Nyamuk Aedes aegypti

a. Kesenangan tempat perindukan nyamuk

Tempat perindukan yang disukai oleh nyamuk

berupa genangan air yang tertampung disuatu tempat atau

bejana. Nyamuk Aedes aegypti meletakkan telurnya pada

tempat penampungan air yang berwarna gelap, terbuka,

dan terletak di tempat yang terlindung sinar matahari

langsung. Nyamuk Aedes aegypti meletakkan telurnya di

dalam rumah (indoor) diantaranya dispendser, bak mandi,

bak air WC, tandon dan sebagainya.

b. Kesenangan nyamuk menggigit

Nyamuk Aedes aegypti betina bersifat antrofilik

yaitu menghisap darah manusia Kebiasaan menghisap

darah dilakukan pada pagi hari jam 08.00-12.00 dan sore

hari jam 15.00-17.00. Kebiasaan menghisap darah

dilakukan dengan berpindah-pindah antar individu. Hal ini

disebabkan karena manusia beraktivitas pada siang hari

yang menyebabkan nyamuk tidak bisa secara bebas

menghisap darah hingga merasa kenyang, kegiatan

berpindah antar indiviu inilah yang menyebabkan

penularan penyakit deam berdarah dengue mudah tersebar.

c. Kesenangan nyamuk istirahat

Nyamuk Aedes aegypti beristirahat di dalam

rumah yaitu pada benda-benda yang bergantung

misalnya gantungan pakaian dan tempat yang gelap.

Tempat

Bertelur

Tempat Hospes

(Makan) Tempat

Istirahat

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

34

Kegiatan nyamuk beristirahat adalah menunggu

pematangan telurnya. Setelah proses pematangan telur

selesai, selanjutnya nyamuk akan mencari tempat

perkembangbiakan telur di permukaan air untuk

meletakkan telurnya

Nyamuk Aedes aegypti sebelum dan sesudah

menggigit akan beristirahat terlebih dahulu. Sebelum

menggigit nyamuk akan beristirahat untuk dapat mengenali

mangsanya karena nyamuk ini tidak sembarangan dalam

memilih mangsanya. Sesudah menggigit nyamuk ini juga

akan beristirahat, setelah menggigit tubuhnya akan lebih

berat karena terisi banyak darah sehingga nyamuk

membutuhkan waktu beristirahat untuk memulihkan

tenaganya. Nyamuk betina membutuhkan waktu 2 – 3 hari

untuk beristirahat dan mematangkan telurnya. Tempat

istirahat yang paling disukai adalah tempat yang lembab

dan kurang terang, pada baju yang digantung, tirai atau

kelambu, sedangkan di luar rumah seperti pada tanaman

yang terlindung dari sinar matahari secara langsung

h. Masa inkubasi

Masa inkubasi selama 3 – 15 hari sejak seseorang terserang

virus dengue

i. Gejala Penyakit

1. Tanda dan gejala demam berdarah sebagai berikut:

2. Demam tinggi yang mendadak 2 – 7 hari ( 38 – 40 derajat

Celsius ).

3. Pada pemeriksaan uji tomiquet, tampak adanya jentik

(pupura) perdarah.

4. Adanya perdarahan dikelopak mata bagian dalam

(konjungtiva), mimisan (Epitaksis), buang air besar

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

35

dengan kotoran (Peaces) berupa lender bercampur darah

(melena) dan lain – lainnya.

5. Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).

6. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.

7. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari 3 – 7 terjadi

penurunan trombosit dibawah 100.000/mm3

(Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai hematokrit

diatas 20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).

8. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti

mual, muntah, penurunan nafsu makan (Anoreksia), sakit

perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala.

9. Mengalami pendarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.

10. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan

pegal/sakit pada persendian.

11. Munculnya bintik – bintik merah pada kulit akibat

pecahnya pembuluh darah.

5. Faktor Risiko Kejadian DBD

1. Kebiasaan menutup TPA

Tempat penampungan air cenderung memiliki kondisi

air yang bersih karena tidak terpengaruh oleh kondisi cuaca

luar rumah. Nyamuk Aedes sp suka meletakkan telurnya pada

air bening atau bersih dan tidak suka meletakkan telurnya

bersentuhan langsung dengan tanah. Kebiasaan membuka

TPA memungkinkan nyamuk Aedes sp berkembangbiak di

dalam TPA, dimana kontainer tersebut menjadi media

berkembangbiak nyamuk Aedes agypti. Kembangbiak

nyamuk didukung ukuran tempat penampungan air yang

cukup besar dan air yang berada didalamnya cukup lama.

Kebiasan untuk menutup rapat-rapat tempat

penampungan air merupakan faktor risiko DBD. Berdasarkan

penelitian Fajrin Nur Azizah, Ema Hermawati , Dewi

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

36

Susanna1 (2018) menunjukan hasil bahwa ada hubungan

yang bermakna antara menutup container dengan keberadaan

jentik (p-value 0,041) dengan OR 2,0 (95% CI 1,076 –

3,718), artinya kebiasaan tidak menutup kontainer

mempunyai peluang terdapat jentik 2 kali lebih besar

dibandingkan dengan kebiasaan menutup kontainer.

Kebiasaan masyarakat terutama di pedesaaan

cenderung tidak menutup kontainer atau TPA dikarenakan

memiliki permukaan tutup yang cukup luas sehingga

masyarakat jarang menutup bak. Kembangbiak nyamuk

didukung ukuran tempat penampungan air yang cukup besar

dan air yang berada didalamnya cukup lama.

2. Pengurasan TPA

Perkembangan jentik membutuhkan asupan makanan.

Mikroorganisme yang tumbuh pada dinding tempat

penampungan air merupakan sumber makanan bagi jentik.

Kegiatan menguras juga dapat mengurangi asupan makanan

bagi jentik. Kebiasaan menguras tanpa penyikatan dan sabun

tidak menghilangkan telur-telur yang menempel di dinding

tempat penampungan air.

Masyarakat yang tidak sering menguras bak mandi

dikarenakan bak memiliki volume yang cukup besar. Ukuran

yang besar menyebabkan responden malas dan jarang

membersihkan. Pengurasan dilakukan minimal seminggu

sekali untuk mengurangi kesempatan nyamuk bertahan hidup

dalam waktu beberapa bulan.

Landasan teori tentang Pengurasan kontainer (TPA)

menunjukkan hubungan yang bermakna dengan keberadaan

jentik Aedes aegypti. Semakin TPA sering dikuras,

keberadaan jentik nyamuk semakin kecil. Teori tersebut di

dukung oleh penelitian menunjukkan bahwa responden yang

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

37

tidak melakukan pengurasan kontainer berpeluang terdapat

jentik pada kontainer 2,2 kali lebih besar dibanding

responden yang menguras container.

Namun, perlu diingat bahwa kebiasaan masyarakat

seringkali hanya membersihkan tempat penampungan air

yang dapat dijangkau saja padahal tindakan PSN

membersihkan tempat penampungan sisa air dispenser dan

penampungan sisa air kulkas merupakan suatu langkah yang

mudah dilaksanakan untuk menekan perkembangbiakan

nyamuk Aedes sp. Apabila pelaksanaan PSN dilaksanakan

pada kontainer tersebut dengan baik maka perbandingan

keberadaan jentik yang tadinya tinggi dalam penlitian dapat

terbalik menjadi sedikit yang terdapat jentik di rumahnya.

Keberadaan dispenser dan kulkas yang berada di dalam

rumah mengakibatkan perkembangbiakan jentik dan

penularan DBD

3. Mengubur barang-barang bekas dan memanfaaatan

kembali barang yang berpotensi untuk jadi tempat

perindukan nyamuk

Tempat perkembangbiakan nyamuk selain pada

barang bekas juga di tempat penampungan yang

memungkinkan air hujan dapat tergenang dan tidak

beralaskan tanah, seperti kaleng bekas, ban bekas, botol,

tempurung kelapa, plastik, dan lain-lain yang dibuang pada

sembarangan tempat (Depkes RI, 2010:14 ). Maka dari itu

memanfaatkan kembali barang yang ada dapat mengurangi

tempat perindukan nyamuk, agar tidak berserakan di depan

lingkungan sekitar rumah

4. Kebiasaan menggunakan bubuk abate

Penggunaan abate dengan keberadaan jentik aman bagi

kesehatan karena bubuk akan segera menempel di dinding

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

38

penampung air, Daya tempel mampu bertahan 2 sampai 3

bulan sehingga penggunaan abate dapat diulangi setiap 2-3

bulan sekali. Keberadaan jentik menggunakan abate

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, air.

5. Kebiasaan penggunaan obat nyamuk dan lotion anti

nyamuk

Kebiasaan menggunakan obat nyamuk dan lotion anti

nyamuk merupakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk

mencegah gigitan nyamuk. Hal tersebut dapat diterapkan pada

saat aktivitas menggigit nyamuk, mencapai puncak saat

perubahan intensitas cahaya tetapi bisa menggigit sepanjang

hari dan tertinggi sebelum matahari terbenam yaitu pada pukul

08.00-12.00 an 15.00-17.00. Pada jam tersebut merupakan

waktu berakrifitas bagi masyarakat baik di dalam maupun di

luar rumah. Apabila digigit nyamuk maka penularan virus

dengue oleh nyamuk Aedes sp. dapat terjadi hal ini berbahaya

bagi orang dewasa terutama anak-anak yang rentan terhadap

virus dengue.

6. Kebiasaan menggantung pakaian

Kebiasaan menggantung pakaian merupakan faktor

determinan dalam penerapan PSN. Kebiasaan menggantung

pakaian di dalam rumah merupakan indikator tempat

beristirahat nyamuk Aedes aegypti. Menurut Suroso dan Umar

nyamuk lebih menyukai benda-benda yang tergantung di

dalam rumah seperti gorden, kelambu dan baju/pakaian. Maka

dari itu pakaian yang tergantung di balik pintu sebaiknya

dilipat dan disimpan dalam almari, karena nyamuk Aedes

aegypti senang hinggap dan beristirahat di tempat-tempat gelap

dan kain yang tergantung untuk berkembangbiak, sehingga

nyamuk berpotensi untuk bisa mengigit manusia. (Yatim 2007)

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

39

Faktor Risiko Lain Kejadian DBD

1. Faktor Demografi

a. Umur

Umur dapat mempengaruhi suatu perilaku dan tindakan

seseorang dalam melakukan suatu aktivitas atau kegiatan. Hasil

penelitian Monintja tahun 2015 diperoleh bahwa umur < 46

tahun sebanyak 34 responden (53,1%) memiliki tindakan PSN

yang kurang, sedangkan umur > 46 tahun sebanyak 47

responden (70,1%) memiliki tindakan PSN yang baik. Pada

penelitian Umaya dkk bahwa Adanya hubungan antara

golongan umur terhadap kejadian DBD pada responden ini

dikarenakan kebiasaan tidur siang pada golongan umur muda

terutama pada anak-anak, selain itu kepekaan anak-anak

terhadap gigitan nyamuk juga masih kurang karena ketika

bermain anak-anak cenderung bergerak aktif sehingga gigitan

nyamuk sering terabaikan, kemudian suhu tubuh

tinggi/panas/demam pada anak baru akan diketahui apabila anak

tersebut berinteraksi dengan orang tuanya, sehingga sering kali

demam pada anak tidak dapat di deteksi secara dini (Umaya,

Faisya, & Sunarsih, 2013).

Dengan demikian, umur memiliki pengaruh terhadap

kejadian DBD , apabila responden memiliki umur yang

termasuk dalam kategori umur muda maka risiko terkena DBD

besar, dan sebaliknya apabila responden memiliki umur yang

termasuk dalam kategori umur tua maka risiko terkena DBD

kecil (Umaya, Faisya, & Sunarsih, 2013).

b. Jenis kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor manusia yang

dapat berpengaruh terhadap kejadian DBD. Tetapi hasil

penelitian Nisa, Notoatmojo & Rohmani (2013) didapatkan

penderita DBD pada jenis kelamin perempuan 45 orang (52,3%)

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

40

dan pada laki-laki 41 orang (47,7%). Secara keseluruhan

perbedaan proporsi antara jenis kelamin laki-laki dan

perempuan tidak terlampau jauh. (Rimaruliani marali, 2018)

7. Faktor Lingkungan Fisik

a. Keberadaan container

Kepadatan nyamuk merupakan faktor risiko

terjadinya penularan DBD. Semakin tinggi kepadatan

nyamuk Aedes aegypti, semakin tinggi pula risiko

masyarakat untuk tertular penyakit DBD. Hal ini berarti

apabila di suatu daerah yang kepadatan Aedes aegypti tinggi

terdapat seorang penderita DBD, maka masyarakat sekitar

penderita tersebut berisiko untuk tertular. Kepadatan

nyamuk dipengaruhi oleh adanya kontainer baik itu berupa

bak mandi, tempayan, vas bunga, kaleng bekas yang

digunakan sebagai tempat perindukan nyamuk. Agar

kontainer tidak menjadi tempat perindukan nyamuk maka

harus di kuras satu minggu satu kali secara teratur dan

mengubur barang bekas.

Namun , ada penelitian yang menunjukan bahwa

jumlah container tidak berpengaruh untuk keberadaan

jentik. Hal ini disebabkan, walaupun jumlah yang banyak

namun kondisi kontainer baik seperti terdapat kondisi air,

ada penutup, bahan kontainer, pengelolaan yang tepat dan

diberikan larvasida kimiawi atau biologi maka jentik tidak

muncul. Sebagian besar kontainer berbahan plastik. Bahan

kontainer dari keramik dan plastik memiliki angka positif

jentik Aedes sp yang rendah karena bahan ini tidak mudah

berlumut, mempunyai permukaan yang halus dan licin serta

tidak berpori sehingga lebih mudah untuk dibersihkan

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

41

dibandingkan bahan dari semen dan tanah. (Fajrin Nur

Azizah, Ema Hermawati , Dewi Susanna 2018)

b. Jarak rumah

Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk yang jarak

terbangnya pendek (100 meter). Oleh karena itu nyamuk

tersebut bersifat domestik. Apabila rumah penduduk saling

berdekatan maka nyamuk dapat dengan mudah berpindah

dari satu rumah ke rumah lainnya. Apabila penghuni salah

satu rumah ada yang terkena DBD, maka virus tersebut

dapat ditularkan kepada tetangganya.

c. Pengaruh Iklim

Pengaruh Iklim terhadap nyamuk lebih banyak

berpengaruh pada nyamuk dewasa dari pada terhadap

stadium pradewasa, oleh karena pemilahan tempat bertelur

sebagai tempat nyamuk sebelum dewasa ditentukan oleh

nyamuk betina. Iklim adalah salah satu komponen pokok

lingkungan fisik yang terdiri dari : suhu, kelembaban, curah

hujan, cahaya, dan angin.

a) Pengaruh suhu udara

Suhu rata-rata optimum perkembangan nyamuk

adalah 250C-270C, nyamuk dapat bertahan pada suhu

rendah tetapi metabolismnya menurun. Pertumbuhan

nyamuk akan terhenti pada suhu kurang 100C atau lebih

dari 400C.

b) Pengaruh kelembaban nisbi udara

Kelembaban nisbi udara adalah banyaknya

kandungan uap air dalam udara yang dinyatakan dalam

persen (%). Kalau dalam udara ada kekurangan uap air

yang besar, maka udara ini mempunyai daya penguapan

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

42

yang besar. Nyamuk bernafas dengan menggunakan

trachea dengan lubang-lubang dinding tubuh yang disebut

spiracle. Kelambaban yang tinggi menyebabkan nyamuk

cepat payah, kurang kuat dan pada waktu kering

menyebabkan kematian. Spiracle yang terbuka lebar tanpa

ada mekanisme pengaturan membatasi penyebaran atau

jarak terbangnya. Pada kelembaban kurang dari 60% umur

nyamuk akan menjadi pendek sehingga tidak cukup untuk

siklus pertumbuhan parasit didalam tubuhnya

c) Pengaruh curah hujan

Hujan dapat mempengaruhi kehidupan nyamuk

dengan dua cara, yaitu menyebabkan naiknya kelembaban

udara dan menambah tempat perindukan. Setiap 1 mm

curah hujan menambah kepadatan nyamuk satu ekor, akan

tetapi curah hujan dalam seminggu sebesar 140 mm, maka

akan hanyut dan mati.

d) Pengaruh angin

Secara langsung pengaruh angin sangat

mempengaruhi penerbangan nyamuk. Bila kecepatan

angin 11-14 meter per detik atau 25-31 mil per jam akan

menghambat penerbangan nyamuk. Secara tidak langsung

angin akan mempengaruhi penguapan (evaporasi) air dan

suhu udara (konveksi). Dalam keadaan tenang mungkin

suhu tubuh nyamuk ada beberapa fraksi satu derajat lebih

tinggi dari suhu lingkungan bila ada angin evaporasi baik

dan juga konveksi baik maka suhu tubuh nyamuk akan

turun beberapa frakdi satu derajat lebih rendah dari suhu

lingkungan.

8. Faktor lingkungan biologis

- Pengaruh tumbuhan

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

43

Tumbuh-tumbuhan sangat mempengaruhi kehidupan

nyamuk antara lain sebagai tempat meletakkan telur, tempat

berlindung dan tempat mencari makan jentik nyamuk serta

tempat berlindung dan tempat hinggap istirahat nyamuk

dewasa selama menunggu siklus gonotropik dan selain itu

adanya suatu jenis tumbuhan atau berbagai jenis tumbuhan

atau berbagai jenis tumbuhan pada suatu tempat dapat pula

dipakai sebagai indikator

a) Tempat meletakkan telur

Nyamuk meletakkan telurnya di tempat-tempat

terbuka dan terkena sinar matahari langsung. Nyamuk

aedes aegypti meletakkan telur-telurnya pada tumbuh-

tumbuhan yang terapung atau yang menjulang di

permukaan

b) Tempat berlindung dan tempat mencari makan jentik

Penyebaran jentik nyamuk biasanya di sekitar

tumbuh-tumbuhan yang ada di air. Ditempat tersebut

jentik akan terlindung dari musuh-musuhnya di air.

Tumbuhan dan binatang kecil sebagai makanan jentik

biasanya juga banyak terdapat di sekitar tumbuhan air.

c) Tempat hinggap istirahat nyamuk

Pada siang hari nyamuk akan mencari tempat

untuk beristirahat dan berlindung dari panas matahari.

Tempat-tempat yang demikian lebih banyak ditemukan

di bawah tumbuhan dari pada di dalam rumah.

d) Sebagai indikator

Adanya jenis-jenis tumbuhan tertentu pada

suatu tempat bisa juga dipakai sebagai indikator untuk

memperkirakan keadaan tempat atau adanya jenis-jenis

nyamuk tertentu di tempat tersebut, yakni pohon bakau-

bakau berarti daerah pasang surut, air payau, pohon

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

44

besar yang rindang dibawahnya ada pohon kecil dan

semak-semak bisa berarti tempat istirahat nyamuk,

ohon pisang atau pohon tales subur diperkirakan air

tanah dangkal hujan sedikit bisa menambah genangan

air untuk berkembangbiak nyamuk.

- Pengaruh binatang

Adanya binatang sebagai predator alami bagi Aedes

aegypti yang mempengaruhi kehidupannya. Binatang tersebut

memangsa nyamuk antara lain : serangga (capung, lalat

predator dll), laba-laba, mites, cecak, burung, kelelawar.

Sedangkan predator jentik antara lain : coelenterate, larva

Dytisscidae dan Hydropolidae, serta golongan vetebrata

(kepala timah, beunter, cecereh, gendol jantan, gendol betina,

julung-julung, cupang dan sepat)

9. Faktor Perilaku

- Pengetahuan

Hasil penelitian Wati, Astuti, & Sari (2016)

menunjukan antara pengetahuan orang tua tentang upaya

pencegahan dengan kejadian DBD pada anak yaitu sebagian

besar anak positif DBD dengan persentase pengetahuan

kurang sebanyak 18 responden (79,5%). Hal ini menunjukkan

bahwa masih banyak orang tua yang tidak mengetahui

bahaya penyakit DBD dan kaitannya dengan pentingnya

melaksanakan pencegahan terhadap kejadian DBD melalui

usaha-usaha PSN ataupun dengan cara 3M Plus.

- Sikap

Hasil penelitian Paendong, Nursalam, & Makausi

(2015) menunjukkan bahwa sebagian besar responden

memiliki sikap positif pada pencegahan penyakit demam

berdarah. Semakin positif sikap terhadap pencegahan

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

45

penyakit DBD, maka semakin baik pula tindakan pencegahan

penyakit

- Tindakan

Dalam penelitian Aryati dkk (2014) menunjukan

bahwa hasil tentang tindakan pemberantasan nyamuk demam

berdarah, sebagian besar responden menyatakan telah

melakukan 3M dan sejumlah responden menyatakan dengan

menjaga kebersihan lingkungan, gotong royong, melakukan

tindakan dengan mengubur ke dalam tanah, ada juga yang

menyatakan dibakar dan dijual ke pemulung. Akan tetapi

ketika diamati secara langsung tindakan yang dilakukan

sehari-hari tidak seusai dengan apa yang dikatakan. Hasil

penelitian tindakan yang kurang baik itu menyebabkan

adanya kejadian DBD.

10. ABJ

Kepadatan nyamuk merupakan faktor risiko terjadinya

penularan DBD. Semakin tinggi kepadatan nyamuk Aedes

aegypti, semakin tinggi pula risiko masyarakat untuk tertular

penyakit DBD. Hal ini berarti apabila di suatu daerah yang

kepadatan Aedes aegypti tinggi terdapat seorang penderita

DBD, maka masyarakat sekitar penderita tersebut berisiko

untuk tertular. Kepadatan nyamuk dipengaruhi oleh adanya

kontainer baik itu berupa bak mandi, tempayan, vas bunga,

kaleng bekas yang digunakan sebagai tempat perindukan

nyamuk. Agar kontainer tidak menjadi tempat perindukan

nyamuk maka harus di kuras satu minggu satu kali secara

teratur dan mengubur barang bekas.

11. Kepadatan penduduk

Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk yang jarak

terbangnya pendek (100 meter). Oleh karena itu nyamuk

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

46

tersebut bersifat domestik. Apabila rumah penduduk saling

berdekatan maka nyamuk dapat dengan mudah berpindah dari

satu rumah ke rumah lainnya. Apabila penghuni salah satu

rumah ada yang terkena DBD, maka virus tersebut dapat

ditularkan kepada tetangganya.

Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk yang sangat

aktif mencari makan, nyamuk tersebut dapat menggigit banyak

orang dalam waktu yang pendek. Oleh karena itu bila dalam satu

rumah ada penghuni yang menderita DBD maka penghuni lain

mempunyai risiko untuk tertular penyakit DBD.

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

47

Kerangka Teori

Faktor Perilaku Masyarakat

Upaya Pemberantasan Sarang

Nyamuk - Kebiasaan menguras bak mandi

- Kebiasaan menutup

penampungan air

- Pemanfaaatan kembali barang

yang berpotensi untuk jadi

tempat perindukan nyamuk

- Kebiasaan menggunakan bubuk

abate

- Kebiasaan penggunaan obat dan

lotion anti nyamuk

- Kebiasaan menggantung pakaian

-

Kejadian DBD

Faktor Lingkungan

- Fisik

1. Jarak rumah, tata letak

2. Ketinggian tempat

3. Iklim (suhu,

kelembaban, curah

hujan, pengaruh angin,

curah hujan

- Biologi

1. Pengaruh tumbuhan

2. Pengaruh hewan

YANKES

(Preventif,

Kuratif, Promotif,

Rehabilitatif)

- Faktor Demografi

1. Umur

2. Jenis kelamin

3. Pekerjaan

Faktor Lain

1. Mobilitas

2. Kepadatan

penduduk

ABJ

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

48

Kerangka Konsep

➢ Upaya PSN

1. Kebiasaan menutup TPA

2. Kebiasaan menguras bak mandi

3. Mengubur barang bekas seta

pemanfaaatan kembali barang yang

berpotensi untuk jadi tempat

perindukan nyamuk

4. Kebiasaan menggunakan bubuk

abate

5. Kebiasaan penggunaan obat anti

nyamuk

6. Kebiasaan menggantung pakaian

Faktor Lain

➢ Faktor Lingkungan Fisik

Jarak rumah, tata letak,

ketinggian tempat, iklim

(suhu, kelembaban, curah

hujan, pengaruh angin, curah

hujan

➢ Faktor Demografi

Umur ,Jenis kelamin,

Pekerjaan

➢ ABJ

➢ Kepadatan penduduk

Kejadian

Penyakit

DBD

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

49

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

penelitian analitik observasional, penelitian untuk menganalisis

hubungan sebab akibat antara pemberantasan sarang nyamuk

dengan kejadian DBD. Penelitian ex post facto bertujuan untuk

melacak kembali apa yang menjadi faktor penyebab terjadinya

Penyakit DBD. (Malik S, 2011)

2. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan cross sectional, salah satu bentuk

dari studi observasional (non ekspreimental) untuk menentukan

hubungan antara PSN dengan DBD. Menurut Hasmi (2016),

studi ini dilakukan tanpa mengikuti perjalanan penyakit, tetapi

hanya dilakukan dilakukan pada suatu periode tertentu dan

setiap subyek studi hanya dilakukan satu kali pengamatan

selama penelitian. Kedua variabel dikumpulkan yaitu variabel

independen (faktor resiko) dengan variabel dependen (efek)

dimana adanya suatu observasi atau pengumpulan data sekaligus

pada sekelompok masyarakat wilayah kerja puskesmas

Manghuarjo untuk menentukan apakah pemberantasan sarang

nyamuk berkaitan dengan DBD. (Notoatmodjo, 2005)

Populasi

Sampel

Sakit DBD

(+)

Tidak Sakit (-)

PSN (-)

PSN (+)

PSN (-)

PSN(+)

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

50

Alur Penelitian

Hasil

Kesimpulan

n

Mengolah data dengan

program SPSS

Analisis

SPSS

Melakukan penilaian dari

lembar observasi tersebut

Ke Puskesmas Manguharjo

Kota Madiun

Mendapatkan Data Penyakit

DBD Manguharjo

Penentuan Lokasi Penyakit

DBD tertinggi di wilayah

kerja Puskesmas Manguharjo

Melakukan observasi mengenai

tindakan PSN masyarakat

observasi.

Observasi/survey ke Desa

penderita DBD

Menentukan lokasi penelitian

Studi Pendahuluan

mendapatkan data sekunder

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

51

B. Lokasi , Waktu Penelitian dan Biaya

1. Lokasi

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kecamatan Manguharjo,

alasan pemilihan lokasi penelitian di Kecamatan

Manguharjo Kota Madiun karena pada data di Dinas

Kesehatan Kota Madiun, kecamatan Manguharjo merupakan

wilayah endemis DBD. Selain itu, wilayah ini belum pernah

dilakukan penelitian tentang pemberantasan sarang nyamuk

terhadap kejadian penyakit DBD.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari– Maret 2019.

Matriks penelitian (Terlampir)

3. Biaya

Biaya selama penelitan dilaksanakan sebesar Rp. 760. 000,00.

Rencana anggaran biaya (Terlampir)

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau

objek yang diteliti. Populasi penelitian ini adalah seluruh

penduduk kecamatan Manguharjo Kota Madiun sebanyak

12.266 penduduk.

2. Sampel penelitian

Sampel merupakan sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek

yang diteliti dan dapat mewakili dari seluruh populasi tersebut

(Notoatmodjo, 2005).

a. Besar sampel

Pada penelitian survey ini menggunakan rumus dari Lemeshow.

n =

Keterangan :

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

52

n = besar sampel

N = besar populasi Z21-α/2= Statistik Z (Z = 1,96 dengan α

0,05)

P = Perkiraan Proporsi (Prevalensi) variabel dependent pada

populasi (0,5)

d = Data Presisi Absolut atau Margin of Error yang diinginkan

diketahui sisi proporsi (10%)

Dengan pengambilan derajat kemaknaan 95% dan proporsi 10%

maka besar sampel pada penelitian ini adalah :

n =

=

=

=

=

=

= 95,2 = 95 sampel

b. Teknik Pengambilan Sampel

Penelitian ini menerapkan pengambilan sampel berupa fixed

disease sampling yaitu

1. Keseluruhan penderita yang positif DBD di wilayah kerja

Puskesmas Manguharjo Kota Madiun yang telah

ditentukan oleh pemeriksaan lab dan ditetapkan oleh

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

53

petugas puskesmas wilayah kerja Manguharjo selama 3

bulan terakhir .

2. Non penderita yang memiliki rumah berjarak 100 m dari

rumah penderita DBD , yang memiliki karakter sosial

ekonomi yang sama dan bersedia menjadi responden.

D. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel bebas adalah pemberantasan sarang nyamuk yang

meliputi kebiasaan menutup TPA, mengubur barang bekas

serta pemanfaatan barang-barang bekas, menguras bak mandi,

kebiasaan menanggunakan bubuk abate, pemakaian obat

nyamuk dan lotion anti nyamuk, kebiasaan menggantung

pakaian.

2. Variabel terikat dari penelitian ini adalah kejadian Penyakit

DBD.

Tabel III.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Cara ukur Kategori Skala

1.

Pemberantasan

Sarang

Nyamuk

Kegiatan yang dilakukan

oleh masyarakat dalam

membasmi jentik

nyamuk yang berupa

kegiatan menutup TPA,

mengubur barang –

barang bekas serta

memanfaatkan kembali

barang yang sudah tidak

dipakai, menguras bak

mandi, kebiasaan

menggunakan bubuk

abate, pemakaian obat

nyamuk dan anti lotion,

serta kebiasaan

menggantung pakaian di

Wilayah Kerja

Puskesmas Manguharjo

Kota Madiun Tahun

2019 di dapat dari hasil

observasi dengan alat

lembar observasi.

Observasi

2.Baik

Jika memenuhi

kriteria:

Sudah

menerapkan

gerakan 3M

(kegiatan

menutup TPA,

mengubur barang

– barang bekas

serta

memanfaatkan

kembali barang

yang sudah tidak

dipakai, menguras

bak mandi)

1.Buruk

Apabila tidak

menerapkan 3M

(Profil Kesehatan

Indonesia)

Nominal

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

54

2.

Kebiasaan

menutup TPA,

Aktivitas responden atau

kebiasaan sehari-hari

yang dilakukan

responden dalam

kegiatan menutup tempat

penampungan air.

Observasi 1. Terbuka

2. Tertutup

Nominal

3. Mengubur

barang bekas

serta

pemanfaatan

barang-barang

bekas

Aktivitas responden atau

kebiasaan sehari-hari

yang dilakukan

responden dalam

kegiatan mengubur

barang – barang bekas

yang berpotensi menjadi

tempat

perkembangbiakan

nyamuk Aedes aegypti

contoh barang barang

bekas yang berpotensi

menampung air

mengakibatkan

perkembangbiakan

nymuk Aedes aegypti

sepertii kaleng bekas,

ban bekas, botol,

tempurung kelapa,

plastik yang dibuang

pada sembarangan luar

rumah.

pemanfaatan kembali

barang-barang tersebut

yang sudah tidak terpakai

Observasi 1. Terdapat

barang bekas

yang dapat

menampung

air di sekitar

lingkungan

rumah dan

tidak

memanfaatkan

barang-barang

bekas tersebut

dengan baik

2. Bersih, tidak

ada barang

bekas yang

berada di

sekitar

lingkungan

rumah, serta

memanfaatkan

barang-barang

bekas tersebut

dengan baik.

Nominal

4. Menguras bak

mandi

Aktivitas responden atau

kebiasaan sehari-hari

yang dilakukan

responden dalam

kegiatan menguras bak

mandi atau penampungan

air, seperti bak

mandi/wc, drum

dilakukan dengan cara

disikat pada dinding-

dindingnya

menggunakan sabun,

selama minimal 1 kali

dalam seminggu atau 2 x

Observasi

Perhitungan

frekuensi

menguras bak

mandi

1. Tidak dikuras

selama

minimal 1 x

dalam

semingggu

2. Menguras bak

mandi minimal

1 x seminggu

Nominal

Page 55: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

55

E. Sumber Data dan Jenis Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan terdiri dari data sekunder dan data

primer, sebagai berikut :

a. Data Primer

dalam seminggu.

5. Kebiasaan

meggunakan

bubuk abate

Aktivitas responden atau

kebiasaan sehari-hari

yang dilakukan

responden dalam

menggunakan bubuk

abate yang dilakukan 2

atau 3 bulan sekali

dengan cara meletakkan

bubu abate ke dalam

plastik klip yang diberi

lubang-lubang kecil.

Observasi 1. Tidak

memakai

bubuk abate

2. Memakai

bubuk abate

Nominal

6. Pemakaian

obat nyamuk

dan lotion anti

nyamuk

Aktivitas responden atau

kebiasaan sehari-hari

yang dilakukan

responden dalam

kegiatan memakai obat

nyamuk dan lotion anti

nyamuk saat waktu

nyamuk feeding pada

saat jam 09.00-10.00

atau saat sore hari pukul

16.00-17.00

Observasi

1. Tidak

memakai obat

nyamuk dan

lotion anti

nyamuk

2. Memakai obat

nyamuk dan

lotion anti

nyamuk

Nominal

7. Kebiasaan

menggantung

pakaian

Aktivitas responden atau

kebiasaan sehari-hari

yang dilakukan

responden dalam

kegiatan menggantung

pakaian yang berwarna

gelap.

Observasi 1. Banyak

pakaian yag

tergantung

2. Tidak terdapat

pakaian yang

menggantung

Nominal

8. Kejadian

Demam

Berdarah

Dengue

Penderita Demam

Berdarah Dengue di

wilayah kerja Puskesmas

Manguharjo berdasarkan

data Dinas Kesehatan

Kota Madiun

Data Sekunder

dari Dinas

Kesehatan

Madiun

- Sakit

- Tidak sakit

Nominal

Page 56: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

56

Data primer dikumpulkan dengan observasi terhadap

tindakan pemberantasan sarang nyamuk yang meliputi

kebiasaan menutup TPA, mengubur barang bekas serta

pemanfaatan barang-barang bekas, menguras bak

mandi, kebiasaan menggunakan bubuk abate,

pemakaian obat nyamuk dan lotion anti nyamuk, dan

kebiasaan menggantung pakaian terhadap penderita

DBD.

b. Data Sekunder

Data sekunder didapatkan dari laporan tahunan tentang

DBD dari tahun ketahun dari data Profil Keshatan

Indonesia.

Data dari klinik sanitasi tentang jumlah kunjungan DBD di

Puskesmas selain itu data tentang angka kematian DBD,

jumlah penderita DBD, data penyebaran DBD yaitu dari

Profil Kesehatan Kota Madiun yang di peroleh dari Dinas

Kesehatan Kota Madiun. Serta data kependudukan

Manguharjo.

F. Teknik Pengumpulan Data

Observasi dilakukan untuk mengetahui tindakan pemberantasan

sarang nyamuk yang dinilai dengan mengisi lembar observasi.

G. Metode Pengolahan, danAnalisis Data

1. Pengolahan data

Data yang telah terkumpul selanjutnya akan diolah dengan

(editing, coding, entry, tabulating data, cara penilaian).

a. Entry data

Entry data adalah memasukkan data pada program komputer

untuk dilakukan analisis lanjut yaitu dengan menggunakan

program SPSS 17

b. Tabulating

Page 57: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

57

Tabulating adalah memasukkan data ke dalam tabel agar

mudah untuk dibaca dan mudah untuk ditarik kesimpulan

serta mengelompokkan data berdasarkan variabelnya.

2. Analisis data

a. Analisis Deskriptif Univariat

Menganalisa antara variable bebas dengan variable terikat

untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel, yaitu:

1) Menganalisa penderita DBD.

2) Menganalisa tindakan pemberantasan sarang nyamuk

3) Menganalisa hubungan tindakan pemberantasan sarang

nyamuk dengan kejadian DBD dengan menggunakan

table kontigensi 2x2.

Analisis tabel menggunakan tabulasi silang

Tabel III.2Analisis Univariat

Tindakan Pemberantasan Sarang

Nyamuk

Kejadian DBD Jumlah

Sakit Tidak sakit

Faktor

Risiko

Buruk A B a+b

Baik C D c+d

Jumlah a+c b+d a+b+c+d

Keterangan:

a = Kasus yang mengalami paparan

b = Kontrol yang mengalami paparan

c = Kasus yang tidak mengalami paparan

d = kontrol yang tidak mengalami paparan

Analisis dilakukan dengan tabel silang 2 x 2 untuk

menghitung nilai Rasio Prevalansi dan nilai confidence interval

(CI). Uji statistik yang digunakan adalah chi square dengan

menggunakan tingkat kepercayaan 95% (α = 5%). Faktor resiko

kejadian DBD yang berhubungan dengan PSN dianalisis dengan

Rasio pravelansi.

Dimana :

Page 58: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

58

RP = :

Ket: = Proporsi (Prevalensi) subyek yang mempunyai faktor

risiko yang mengalami efek

= Proporsi (Prevalensi) subyek tanpa faktor risiko yang

mengalami efek

CI =Var [In (RP)]

=

Interpretasi hasil analisis data :

- Apabila nilai rasio prevalens = 1 berarti variabel yang diduga

merupakan faktor resiko tidak ada pengaruhnya untuk terjadinya

DBD, dengan kata lain bersifat netral.

- Apabila nilai rasio perevalens > 1, berarti variabel tersebut

merupakan faktor resiko untuk timbulnya penyakit DBD

- Apabila nilai rasio prevalens < 1, berarti faktor yang diteliti

tersebut justru mengurangi kejadian penyakit DBD, dengan

perkataan lain variabel yang diteliti tersebut merupakan faktor

protektif.

b. Analisis Uji Statistikn Bivariat

Analisis bivariate untuk menganalisis data dua variabel

penelitian. Penelitian terhadap dua variabel biasanya mempunyai

tujuan untuk mendiskripsikan distribusi data, meguji perbedaan dan

mengukur hubungan antara dua variabel yang diteliti. Disisi lain

menguji hasil analisis menggunakan statistik non parametrik karena

variabel yang diteliti menggunakan lebih dari dua kelompok

In (RP) ± Z1 – [In (RP)]

Page 59: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

59

sampel, termasuk tipe analisis bivariat, statistiknya independent

dan data berskala nominal sehingga uji yang digunakan adalah Uji

Chi-Square.

Rumus

Keterangan :

n : Total sampel

abcd : Frekuensi dalam sel-sel

Kesimpulan penelitian :

Dasar pengambilan keputusan penerimaan hipotesis berdasarkan

tingkat signifikan nilai α = 0,05 dengan CI sebesar 95% :

a. Hipotesis penelitian (H1) diterima, jika nilai p< α (0,05), berarti

terdapat hubungan antara kebiasaan menutup TPA dengan kejadian

DBD.

b. Hipotesis penelitian (H1) diterima, jika nilai p< α (0,05), berarti

terdapat hubungan antara mengubur barang bekas serta pemanfaatan

barang-barang bekas dengan kejadian DBD.

c. Hipotesis penelitian (H1) diterima, jika nilai p< α (0,05), berarti

terdapat hubungan antara menguras TPA dengan kejadian DBD.

d. Hipotesis penelitian (H1) diterima, jika nilai p< α (0,05), berarti

terdapat hubungan antara kebiasaan menggunakan bubuk abate

dengan kejadian DBD.

e. Hipotesis penelitian (H1) diterima, jika nilai p< α (0,05), berarti

terdapat hubungan antara pemakaian obat nyamuk dan lotion dan

anti nyamuk dengan kejadian DBD.

f. Hipotesis penelitian (H1) diterima, jika nilai p< α (0,05), berarti

terdapat hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan

kejadian DBD

X2 =

Page 60: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

60

g. Hipotesis penelitian (H1) ditolak jika nilai p> α (0,05), berarti tidak

terdapat hubungan antara kebiasaan menutup TPA dengan kejadian

DBD.

h. Hipotesis penelitian (H1) ditolak jika nilai p> α (0,05), berarti tidak

terdapat hubungan antara mengubur barang bekas serta pemanfaatan

barang-barang bekas dengan kejadian DBD

i. Hipotesis penelitian (H1) ditolak jika nilai p> α (0,05), berarti tidak

terdapat hubungan antara menguras TPA dengan kejadian DBD

j. Hipotesis penelitian (H1) ditolak jika nilai p> α (0,05), berarti tidak

terdapat hubungan antara kebiasaan menggunakan bubuk abate

dengan kejadian DBD

k. Hipotesis penelitian (H1) ditolak jika nilai p> α (0,05), berarti tidak

terdapat hubungan antara pemakaian obat dan lotion anti nyamuk

dengan kejadian DBD

l. Hipotesis penelitian (H1) ditolak jika nilai p> α (0,05), berarti tidak

terdapat hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan

kejadian DBD

m. Uji mengetahui kekuatan hubungan adalah uji C atau Koefisien

kontigensi merupakan uji lanjutan dari Chi-square dengan rumus

sebagai berikut :

C =

Keterangan :

C :Koefisien kontigensi

Page 61: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

61

X2 : Hasil hitungan Chi-Square

N : Jumlahsampel

n. Uji kekuatan hubungan interval koefisien dengan rumus sebagai

berikut :

Tabel III.3

Uji kekuatan Hubungan

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Hubungan sangat rendah

0,20 – 0,399 Hubungan rendah

0,40 – 0,599 Hubungan sedang

0,40 – 0,799 Hubungan kuat

0,80 – 1,00 Hubungan sangat kuat

Sumber :Sugiyono, 2010

Page 62: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

62

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi

1. Keadaan Geografis

Puskesmas Manguharjo merupakan Puskesmas yang berada di Jl.

Gajahmada No. 124, Manguharjo, Kecamatan Manguharjo, Kota Madiun.

Secara geografis terletak pada dataran rendah dengan suhu udara rata-rata

yaitu 26 - 28 oC.

Puskesmas Manguharjo terletak di sebelah barat Kota Madiun, terdapat

sungai madiun yang membujur di hulu paling selatan di wilayah Kelurahan

Nambangan Kidul dan hilir utara di wilayah Kelurahan Sogaten dan

Patihan, dengan batas wilayah sebagai berikut:

➢ Sebelah Utara : Kabupaten Madiun

➢ Sebelah Timur : Kecamatan Kartoharjo

➢ Sebelah Barat : Kecamatan Manguharjo

➢ Sebelah Selatan : Kecamatan Taman

Wilayah Kerja Puskesmas Manguharjo terdiri dari 4 kelurahan, yaitu:

- Nambangan kidul

- Nambangan Lor

- Manguharjo

- Winongo

2. Luas Wilayah dan Wilayah Administrasi

a. Kecamatan : Manguharjo

b. Kota : Madiun

c. Provinsi : Jawa Timur

d. Luas Wilayah : 10,657 KM 2 terdiri dari 9 kelurahan

e. Jumlah Rumah : 7693

f. Jenis Puskesmas : Non Perawatan

3. Data Kependudukan

a. Jumlah Kepala Keluarga : .4.662 jiwa

b. Adapun jumlah penduduk : 12.266 jiwa

Page 63: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

63

Laki- laki : 6.217

Perempuan : 6.049

c. Kepadatan penduduk : 5257.01 per km2

d. Jumlah RT : 180 RT

e. Jumlah RW : 50 RW

Tabel IV.1. Jumlah RT RW Berdasarkan Kelurahan di

Puskesmas Manguharjo Kota Madiun Tahun 2019

B. Karakteristik Responden

Variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah beberapa faktor

tindakan PSN yang berhubungan dengan kejadian DBD di Wilayah Kerja

Puskesmas Manguharjo Tahun 2019, dengan sampel sebanyak 95 responden.

Namun, sebelum dilakukan pembahasan pada setiap variabel penelitian,

terlebih dahulu mendiskripsikan mengenai karakteristik responden yang

bertujuan untuk mengetahui gambaran umum responden di Wilayah Kerja

Puskesmas Maguharjo Kota Madiun berdasarkan atas umur, jenis pekerjaan,

jenis pendidikan, jenis kelamin. Berdasarkan hasil penelitian tentang

distribusi frekuensi responden diperoleh sebagai berikut

1. Umur responden

Distribusi frekuensi responden berdasarkan kelompok umur responden di

Wilayah Kerja Puskesmas Manguharjo Kota Madiun Tahun 2019 adalah

sebagai berikut :

Tabel IV.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok Umur

di Wilayah Kerja Puskesmas Manguharjo Kota Madiun Tahun 2019

No Umur Frekuensi Persentase (%)

1. 17 - 22 Tahun 3 3,2%

2. 23 - 28 Tahun 7 7,4%

No Kelurahan RW RT

1. Nambangan Kidul 15 46

2. Nambangan Lor 16 69

3. Winongo 11 36

Jumlah 60 180

Page 64: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

64

3.

4.

5.

6.

7.

8.

29 - 34 Tahun

35 - 40 Tahun

41 - 46 Tahun

47 - 52 Tahun

53 – 58 Tahun

>59 Tahun

15

28

27

10

4

1

15,8%

29,5%

28,4%

10,5%

4,2%

1,1%

Jumlah 95 100%

Kelompok usia responden kejadian penyakit DBD pada penelitian ini

dibagi menjadi beberapa 8 kelompok usia yakni mulai dari kelompok usia

17 tahun sampai usia >59 tahun. Maka dapat disimpulkan, frekuensi yang

paling banyak terdapat pada umur 35 – 40 tahun, frekuensi terkecil

terdapat pada umur >59 tahun.

2. Jenis Pekerjaan

Distribusi frekuensi responden berdasarkan kelompok jenis pekerjaan di

Wilayah Kerja Puskesmas Manguharjo Kota Madiun Tahun 2019 adalah

sebagai berikut:

Tabel IV.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok

Jenis Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Madiun Tahun

2019

NO Pekerjaan Frekuensi Persentase

1.

2.

3.

4.

5.

6.

PNS / TNI / POLRI

Karyawan swasta

Pedagang / wiraswasta

Petani

Buruh

Lain - lain

14

24

27

6

3

21

14.7

25.3

28.4

6.3

3.2

22.1

Jumlah 95 100%

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa jenis pekerjaan responden

paling banyak adalah pedagang /wiraswasta yaitu sebanyak 27 responden

dengan persentase sebesar 28.4% dan yang paling sedikit bekerja sebagai

buruh yaitu sebanyak 3 responden dengan persentase 3.2%.

3. Pendidikan

Page 65: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

65

Distribusi frekuensi responden berdasarkan kelompok jenis pendidikan di

Wilayah Kerja Puskesmas Manguharjo Kota Madiun Tahun 2019 adalah

sebagai berikut:

Tabel IV.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis

Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Manguharjo Kota Madiun

Tahun 2019

No Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

1. Sekolah Dasar (SD) 11 11.6

2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) 12 12.6

3. Sekolah Menengah Atas (SMA) 52 54.7

4. Perguruan Tinggi 20 21.1

Jumlah 95 100

Berdasarkan tabel diketahui bahwa endidikan responden paling banyak

adalah SMA yaitu sebanyak 52 responden dengan persentase sebesar

54,7% dan yang paling sedikit yaitu SD sebanyak 11 responden dengan

Persentase 11,6%

4. Jenis Kelamin

Distribusi frekuensi responden berdasarkan kelompok jenis kelamin di

Wilayah Kerja Puskesmas Manguharjo Kota Madiun Tahun 2019 adalah

sebagai berikut:

Tabel IV.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok

Jenis Kelamin di Puskesmas Manguharjo Kota Madiun Tahun 2019

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

1. Laki – laki 36 37.9

2. Perempuan 58 62.1

Jumlah 95 100

Berdasarkan tabel diketahui bahwa jenis kelamin responden paling

banyak adalah perempuan yaitu sebanyak 58 responden dengan persentase

sebesar 62.1% dan yang paling sedikit yaitu laki-laki sebanyak 36

responden dengan persentase 37.9%.

Komposisi yang tidak seimbang antara perempuan dan laki-laki

pada saat penelitian telah diantisipasi dengan melaksanakan pengambilan

Page 66: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

66

data pada Hari Sabtu dan Minggu. Waktu tersebut dipilih agar akses pada

responden laki-laki lebih baik sehingga komposisi diharapkan dapat lebih

seimbang. Namun saat dilakukan pengumpulan data, calon responden laki-

laki melimpahkan pertanyaan kepada calon responden perempuan yang

berada di rumah sehingga menyebabkan didominasi oleh responden

perempuan. Hasil yang menunjukkan bahwa perempuan menjadi

mayoritas responden penelitian ini menjadi sangat penting untuk diamati.

Secara tradisional perempuan menjadi pemain utama dalam menjaga

rumah dan lingkungannya sehingga apabila perempuan tidak mempunyai

pengetahuan yang cukup dan melakukan aktivitas yang berhubungan

dengan dengue dengan baik maka program demam berdarah terutama

dalam PSN tidak tercapai.

C. Hasil Peneletian

1. Distribusi Frekuensi Kejadian Demam Berdarah Dengue di Wilayah

Kerja Puskesmas Manguharjo Kota Madin Tahun 2019

Tabel IV.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Kelompok Jenis Kejadian DBD di Wilayah Kerja Puskesmas

Manguharjo Kota Madiun Tahun 2019

Kejadian DBD Jumlah Jumlah

Sakit

Tidak Sakit

28

67

47%

70,53%

Jumlah 95 100%

Kejadian DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Manguharjo terdapat

responden yang sakit sebanyak 28 responden dengan persentase 29,47%

dan yang tidak sakit sebanyak 67 responden dengan persentase 70,53%

Page 67: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

67

2. Distribusi Frekuensi Tindakan Pemberantasan Sarang Nyamuk di

Wilayah Kerja Puskesmas Manguharjo Kota Madin Tahun 2019

Tabel IV.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok

Kategori Tindakan PSN di Wilayah Kerja Puskesmas Manguharjo

Kota Madiun Tahun 2019

Tindakan PSN Jumlah Jumlah

Buruk

Baik

42

53

44,21%

55,79%

Jumlah 95 100%

Tindakan PSN dibagi menjadi kategori kurang dan baik , jumlah kategori

responden yang kurang sebanyak 42 responden dengan persentase 44,21 %

sedangkan responden yang berkategori baik sebanyak 53 responden

dengan persentase 55,79%

2 Hubungan antara Tindakan PSN dengan Kejadian DBD di Wilayah

Kerja Puskesmas Manguharjo Kota Madiun Tahun 2019.

Tabel IV.8 Distribusi Hubungan Tindakan PSN dengan Kejadian

DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Manguharjo Kota Madiun Tahun

2019

Tindakan PSN

Kejadian DBD

Jumlah Sakit Tidak Sakit

Buruk 20

21,05%

9

9,47%

29

30,52%

Baik 8

8,42%

58

61,05%

66

69,48%

Jumlah 28

29,46%

67

70,54%

95

100%

Berdasarkan data tabel IV.8 di atas menunjukkan bahwa tindakan

responden di Wilayah Kerja Puskesmas Manguharjo Tahun 2019 dengan

kategori buruk sebanyak 29 responden (30,52 %), dan yang baik sebanyak

66 responden (69,48%).

Page 68: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

68

D. Hubungan antara Tindakan PSN dengan Kejadian Demam Berdarah

Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Manguharjo Tahun 2019 Kota

Madiun

Berdasarkan analisis hubungan antara Tindakan PSN yang mempengaruhi

kejadian DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Manguharjo Kota Madiun Tahun

2019 di dapatkan hasil sebagai berikut :

1. Hubungan antara menutup tempat penampungan air (TPA) dengan

kejadian Demam Berdarah Dengue

Hasil penelitian tentang menutup tempat penampungan air adalah sebagai

berikut:

Tabel IV.9 Hubungan antara Menutup Tempat Penampungan

Air TPA dengan Kejadian DBD di Wilayah Kerja Puskesmas

Manguharjo Kota Madiun Tahun 2019

Tindakan PSN

Kejadian DBD

Jumlah Sakit Tidak Sakit

Terbuka 21

22,1%

25

40,0%

46

48,4%

Tertutup 7

7,4%

42

44,2%

49

51,6%

Jumlah 28

29,5%

67

70,5%

95

100%

Berdasarkan tabel IV.9 menunjukan bahwa reponden yang

tempat penampungannya yang terbuka sebanyak 46 responden (48,4%)

dengan rincian reponden yang sakit sebanyak 21 responden dengan

persentase 22,1% dan responden yang tidak sakit sebanyak 25 dengan

persentase 26,3%. Sedangkan tempat penampungan air yang tertutup

sebanyak 49 responden (51,6%) dengan rincian reponden yang sakit

sebanyak 7 responden dengan persentase 7,4% dan responden yang

tidak sakit sebanyak 42 responden dengan persentase 44,2%.

Hasil uji koefisien contigensi didapatkan nilai p value = 0, 001.

Nilai RP sebesar 3,219 (CI: 1,200 - 8,268 ). Maka, dapat disimpulkan

bahwa menutup tempat penampungan air bermakna dengan kejadian

Page 69: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

69

penyakit DBD. Variabel menutup TPA merupakan faktor resiko

timbulnya penyakit DBD. Responden yang tidak menutup TPA berisiko

terjadinya penyakit DBD sebanyak 3,219 kali lebih besar dibandingkan

dengan responden yang menutup TPA.

2. Hubungan antara mengubur barang bekas serta memanfaatan

barang-barang bekas dengan kejadian penyakit DBD

Hasil penelitian tentang menutup tempat penampungan air adalah sebagai

berikut

Tabel IV.10. Hubungan antara Mengubur Barang Bekas serta

Memanfaatan Barang-Barang Bekas dengan Kejadian Penyakit

DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Manguharjo Kota Madiun

Tahun 2019

Tindakan PSN

Kejadian DBD

Jumlah Sakit Tidak Sakit

Terdapat barang bekas dan

tidak dimanfaatkaan

8

8,4%

12

12,6 %

20

21,1%

Bersih, memanfaatkan

barang bekas

20

21,1%

55

57,9%

75

78,9%

Jumlah 28

28%

67

67%

95

100%

Berdasarkan tabel menunjukan bahwa responden yang di

sekitar rumahnya terdapat barang bekas dan tidak dimanfaatkaan

dengan baik sebanyak 20 responden (21,1%) dengan rincian reponden

yang sakit sebanyak 8 responden dengan persentase 8,4% dan

responden yang tidak sakit sebanyak 12 dengan persentase 12,6%.

Sedangkan hasil responden yang di sekitar rumahnya tidak terdapat

barang bekas dan mampu memanfaatkan barang bekas sebanyak 75

responden (78,9%) dengan rincian reponden yang sakit sebanyak 20

responden dengan persentase 21,1% dan responden yang tidak sakit

sebanyak 55 responden dengan persentase 57,9%.

Page 70: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

70

Hasil uji statistic koefisien contigensi didapatkan nilai p value =

0,245. Nilai RP= 1,498 CI= 0,533-4,203). Hasil menunjukan bahwa

variabel mengubur barang bekas serta memanfaatan barang-barang

bekas belum tentu merupakan faktor resiko, sebab nilai rasio

prevalens dengan interval kepercayaan 95% tersebut terletak diantara

0,533 - 4,203 mencakup nilai 1. (Rasio prevalens = 1 menunjukkan

bahwa variabel mengubur barang bekas serta memanfaatan barang-

barang bekas bersifat netral)

3. Hubungan antara tindakan menguras bak mandi dengan kejadian

penyakit DBD

Hasil penelitian tentang hubungan antara tindakan menguras bak mandi

dengan kejadian penyakit DBD adalah sebagai berikut:

Tabel IV.11. Hubungan antara Tindakan Menguras Bak Mandi

dengan Kejadian DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Manguharjo

Kota Madiun Tahun 2019

Tindakan PSN

Kejadian DBD

Jumlah Sakit Tidak Sakit

Tidak dikuras selama minimal 1 x

dalam semingggu 18

18,9%

9

9,5%

27

28,4% Menguras bak mandi minimal 1 x

seminggu 10

10,5%

58

61,1%

68

71,6%

Jumlah 28

28%

67

67%

95

100%

Berdasarkan tabel menunjukan bahwa responden yang tidak

menguras bak mandi minimal sekali dalam seminggu sebanyak 27

responden (28,4%) dengan rincian reponden yang sakit sebanyak 18

responden dengan persentase 18,9% dan responden yang tidak sakit

sebanyak 9 responden dengan persentase 9,5%. Sedangkan hasil

reponden yang menguras bak mandi minimal sekali dalam seminggu

sebanyak 68 responden (71,6%) dengan rincian reponden yang sakit

Page 71: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

71

sebanyak 10 responden dengan persentase 10,5% dan responden yang

tidak sakit sebanyak 58 responden dengan persentase 61,1%.

Hasil uji statistic koefisien contigensi didapatkan nilai p value =

0,000. Nilai RP sebesar 4,507 (CI: 1,592-12,743). Maka dapat

disimpulkan bahwa tindakan menguras bak mandi mempunyai

hubungan yang bermakna dengan kejadian penyakit DBD. Variabel

menguras bak mandi merupakan faktor resiko timbulnya penyakit

DBD. Responden yang tidak menguras bak mandi minimal sekali

dalam seminggu berisiko terjadinya penyakit DBD sebanyak 4,507

kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang menguras bak

mandi minimal sekali dalam seminggu.

4. Hubungan antara tindakan menggunakan bubuk abate dengan

kejadian penyakit DBD

Hasil penelitian tentang tindakan menggunakan bubuk abate dengan

kejadian penyakit DBD adalah sebagai berikut:

Tabel IV.12. Hubungan antara Tindakan Menggunakan Bubuk

Abate dengan Kejadian DBD di Wilayah Kerja Puskesmas

Manguharjo Kota Madiun Tahun 2019

Tindakan PSN

Kejadian DBD

Jumlah Sakit Tidak Sakit

Tidak memakai

bubuk abate

26

27,4%

51

53,7%

77

81,1%

Menggunakan

bubuk abate

2

2,1%

16

16,8%

18

18,9%

Jumlah 28

29,5%

67

70,5%

95

100%

Berdasarkan tabel menunjukan bahwa responden yang tidak

memakai bubuk abate terdapat sebanyak 77 responden (81,1%) dengan

rincian reponden yang sakit sebanyak 26 responden dengan persentase

27,4 % dan responden yang tidak sakit sebanyak 51 responden dengan

persentase 53,7%. Sedangkan hasil responden yang menggunakan

Page 72: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

72

bubuk abate sebanyak 18 responden (18,9%) dengan rincian reponden

yang sakit 2 sebanyak responden dengan persentase 2,1% dan

responden yang tidak sakit sebanyak 16 responden dengan persentase

16,8%.

Hasil uji statistic koefisien contigensi didapatkan nilai p value =

0,058. Nilai RP= 3,045 CI= 0,660-14,253). Berdasarkan hasil RP

menunjukan bahwa variabel menggunakan bubuk abate belum tentu

merupakan faktor resiko, sebab nilai rasio prevalens dengan interval

kepercayaan 95% tersebut terletak diantara 0,533- 4,203 mencakup

nilai 1. (Rasio prevalens = 1 menunjukkan bahwa variabel

menggunakan bubuk abate bersifat netral)

5. Hubungan antara tindakan menggunakan lotion nyamuk dan obat

anti nyamuk dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue

Hasil penelitian tentang hubungan antara tindakan menggunakan lotion

nyamuk dan obat anti nyamuk dengan kejadian penyakit DBD adalah

sebagai berikut

Tabel IV.13. hubungan antara tindakan menggunakan lotion

nyamuk dan obat anti nyamuk dengan kejadian DBD di Wilayah

Kerja Puskesmas Manguharjo Kota Madiun Tahun 2019

B

Berdasarkan tabel menunjukan bahwa terdapat reponden yang

tidak menggunakan lotion nyamuk dan obat anti nyamuk sebanyak 43

responden (45.3%) dengan rincian reponden yang sakit sebanyak 23

Tindakan PSN

Kejadian DBD

Jumlah Sakit Tidak Sakit

Tidak menerapkan

Menerapkan

23

24.2%

5

5.3%

20

21.1%

47

49.5%

43

45,3%

52

54.5%

Jumlah 28

29.5%

67

70.5%

95

100%

Page 73: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

73

responden dengan persentase 24.2% dan responden yang tidak sakit

sebanyak 20 reponden dengan persentase 21.1%. Sedangkan hasil

responden yang menggunakan lotion nyamuk dan obat anti nyamuk

sebanyak 52 responden (54.7%) dengan rincian reponden yang sakit

sebanyak 5 responden dengan persentase 5,3% dan responden yang

tidak sakit sebanyak 47 responden dengan persentase 49.5%.

Hasil uji statistic koefisien contigensi didapatkan nilai p value =

0,000 maka Ha diterima, dapat disimpulkan bahwa mempunyai

hubungan yang bermakna dengan kejadian penyakit DBD. Nilai RP

sebesar 5,505 (CI: 1,834 – 16,494). Maka, variabel menggunakan lotion

nyamuk dan obat anti nyamuk merupakan faktor resiko timbulnya

penyakit DBD. Responden yang tidak menggunakan lotion nyamuk dan

obat anti nyamuk berisiko terjadinya penyakit DBD sebanyak 5,505 kali

lebih besar dibandingkan dengan responden yang menggunakan lotion

nyamuk dan obat anti nyamuk.

6. Hubungan antara kebiasaan mengantung pakaian dengan kejadian

penyakit DBD

Hasil penelitian tentang dengan kejadian penyakit DBD adalah sebagai

berikut:

Tabel IV.14. Hubungan antara Kebiasaan Menggantung Pakaian

dengan Kejadian DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Manguharjo

Kota Madiun Tahun 2019

Tindakan PSN

Kejadian DBD

Jumlah Sakit Tidak Sakit

Banyak pakaian

yang tergantung

23

24.2%

19

20.0%

42

44.2%

Tidak terdapat

pakaian yang

tergantung

5

5,3%

48

50,5%

53

55,8%

Jumlah 28

29.5%

67

70.5%

95

100%

Page 74: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

74

Berdasarkan tabel menunjukan bahwa terdapat responden yang

banyak menggantung pakaian sebanyak 42 responden (44,2%) dengan

rincian reponden yang sakit sebanyak 23 responden dengan persentase

24,2% dan responden yang tidak sakit sebanyak 19 responden dengan

persentase 20%. Sedangkan hasil reponden yang tidak banyak

menggantung pakaian sebanyak 53 responden (55,8%) dengan rincian

reponden yang sakit sebanyak 5 responden dengan persentase 5,3% dan

responden yang tidak sakit sebanyak 48 responden dengan persentase

50,5%.

Hasil uji statistic koefisien contigensi didapatkan nilai p value =

0,000. Nilai RP sebesar 5,829 (CI: 1,932-16,727) dapat disimpulkan

bahwa tindakan menggantung pakian mempunyai hubungan yang

bermakna dengan kejadian penyakit DBD. Maka, variabel menggunakan

lotion nyamuk dan obat anti nyamuk merupakan faktor resiko timbulnya

penyakit DBD. Responden yang banyak menggantung pakaian berisiko

terjadinya penyakit DBD sebanyak 5,829 kali lebih besar dibandingkan

dengan responden yang tidak menggantung pakaian.

Page 75: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

75

BAB V

PEMBAHASAN

A. Tindakan Pemberantasan Nyamuk

Berdasarkan hasil penelitian, tindakan PSN dibagi menjadi 2

kategori yakni kategori kurang dan baik , jumlah kategori responden yang

tindakannya buruk sebanyak 29 responden sedangkan responden yang

berkategori baik sebanyak 66 responden. Tindakan PSN responden yang

sudah menutup TPA sebanyak 49 responden dengan persentase 51,6% ,

responden yang sudah menerapkan tindakan mengubur barang bekas serta

memanfaatan barang-barang bekas sudah memenuhi sebanyak 75

responden dengan persentase 78,9%, responden yang sudah menerapkan

tindakan menguras TPA minimal 1 kali dalam seminggu sebanyak 68

responden dengan persentase 71,6%, responden yang sudah menggunakan

bubuk abate sebanyak 18 responden dengan persentase 18,9% , responden

yang sudah menggunakan lotion dan obat anti nyamuk sebanyak 52

responden dengan persentase 54,5% dan responden yang sudah

menggantung pakaian dengan baik sebanyak 53 responden dengan

persentase 55,8%. Hasil perhitungan Rasio Prevalen dalam tindakan

pemberantasan sarang nyamuk diperoleh sebesar RP= 5,694 dan (CI:

1,937-16,727). Maka, tindakan pemberantasan sarang nyamuk terdapat

hubungan yang bermakna dengan kejadian DBD dan merupakan faktor

resiko timbulnya penyakit DBD. Responden yang tidak melakukan

tindakan pemberantasan sarang nyamuk berisiko terjadinya penyakit DBD

sebanyak 5,694 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang

melakukan tindakan pemberantasan sarang nyamuk

Menurut Kemenkes (2016) tindakan pemberantasan sarang nyamuk

DBD dilakukan dengan cara 3M PLUS yaitu Menguras bak mandi,

Menutup tempat penampungan air, dan Mendaur ulang barang-barang

bekas. Selain itu ditambah (plus) dengan cara lain, seperti mengganti air

vas bunga atau membuang air pada tempat-tempat lainnya yang sejenis

Page 76: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

76

seminggu sekali, memperbaiki saluran air yang rusak atau tidak lancar,

menutup lubang-lubang pada potongan bambu/pohon dengan tanah,

menaburkan bubuk larvasida (abatisasi) di tempat-tempat yang sulit

dikuras, memelihara ikan pemakan jentik di kolam atau bak-bak

penampungan air, mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang

memadai, memasang kawat kasa pada ventilasi rumah, menghindari

kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar, dan memakai obat yang

dapat mencegah gigitan nyamuk atau biasa dikenal dengan memakai

lotion.

Berdasarkan penelitian Rimaruliani Marali, (2018) menunjukkan

bahwa hasil kelompok kasus cenderung memiliki tindakan pemberantasan

sarang nyamuk yang kurang baik sebanyak 24 orang (85,7%)

dibandingkan dengan kelompok kontrol 16 orang (57,1%), begitupun

dengan responden yang memiliki tindakan yang baik 12 orang (42,8%)

untuk kelompok kontrol dan sebanyak 4 orang (14,3%) untuk kelompok

kasus. Hasil uji koefisien kontigensi c diperoleh nilai p = 0,018 yang

berarti p< 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara tindakan pemberantasan sarang nyamuk dengan kejadian

DBD.

Hasil penelitian Rimaruliani Marali menunjukkan bahwa tindakan

yang kurang baik menyebabkan adanya kejadian DBD. Sebagian besar

responden menyatakan belum melakukan 3M (Menguras, Menutup,

Mengubur), menjaga kebersihan lingkungan, gotong royong, melakukan

tindakan dengan mengubur ke dalam tanah, membakar sampah. Namun

sebagian ada juga yang menyatakan menjual sampah ke pemulung tetapi

ketika diamati secara langsung tindakan yang dilakukan sehari-hari tidak

sesuai dengan apa yang responden katakan.

Berdasarkan hasil penelitian ini, tindakan responden dalam upaya

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Aedes aegypti sebagai penyebab

penyakit Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas

Manguharjo Tahun 2019 menunjukan sebagian responden sudah

Page 77: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

77

IR = x K

melakukan PSN dengan baik terutama variabel memanfaatan barang-

barang bekas, karena masyarakat sadar bahwa bahan anorganik sulit diurai

dengan tanah tanah dalam jangka waktu yang panjang mengakibatkan

pencemaran. Disisi lain sebagian responden juga belum melakukan 3M

dengan benar teruatama dalam hal menguras, menutup dan meletekkan

pakaian di dalam lemari.

B. Kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja

Puskesmas Manguharjo Kota Madiun.

Kejadian DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Manguharjo terdapat

responden yang sakit sebanyak 28 responden dengan persentase 29,47%

dan yang tidak sakit sebanyak 67 responden dengan persentase 70,53%.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa tindakan responden

dalam upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Aedes aegypti sebagai

penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas

Manguharjo Tahun 2019 dengan kategori baik sebanyak 42 responden

(44,21 %) dengan rincian responden yang sakit sebanyak 6 responden

(6,31%) dan responden yang tidak sakit sebanyak 36 responden (37,90%).

Sedangkan tindakan PSN yang kurang sebanyak 53 responden (55,79%),

dengan rincian responden yang sakit sebanyak 22 responden (23,15%),

dan responden yang tidak sakit sebanyak 31 responden (32,64%).

Mengukur Kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja

Puskesmas Manguharjo Kota Madiun

Insiden Rate pada Wilayah Kerja Puskesmas Manguharjo Kota Madiun

pada Tahun 2018 sebagai berikut

Page 78: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

78

Insiden Rate pada Wilayah Kerja Puskesmas Manguharjo Kota Madiun

pada Tahun 2019 sebagai berikut

Berdasarkan hasil perhitungan IR pada tahun 2018 menunjukan

hasil 138,59/ 100.000 angka ini diatas target nasional (IR :≤49/100.000

penduduk), artinya Insiden Rate di Wilayah Kerja Puskesmas

Manguharjo Kota Madiun tinggi. Sedangkan IR pada Tahun 2019

menunjukan hasil 89,67 / 100.000 artinya artinya Insiden Rate di

Wilayah Kerja Puskesmas Manguharjo Kota Madiun tinggi.

Incidence rate pada umumnya dipakai dalam mengukur besar atau

frekuensi suatu penyakit infeksi yang dialami suatu kelompok masyarakat.

Bila suatu kelompok masyarakat mempunyai incidence rate yang lebih

tinggi dari kelompok masyarakat lain, maka dapat dikatakan kelompok

pertama mempunya resiko lebih tinggi untuk mendapatkan kejadian

tertentu dibanding kelompok kedua. Dapat disimpulkan bahwa kelompok

pertama merupakan kelompok “resiko tinggi” secara relatif dibandingkan

kelompok kedua.

C. Hubungan antara Tindakan Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan

kejadian Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas

Manguharjo Kota Madiun Tahun 2019

1. Hubungan antara menutup tempat penampungan air (TPA)

dengan kejadian DBD

Berdasarkan hasil penelitian, responden yang tempat

penampungannya yang terbuka sebanyak 46 responden (48,4%)

sedangkan responden yang tempat penampungannya air yang

tertutup sebanyak 49 responden (51,6%). Hasil uji koefisien

contigensi didapatkan nilai p value = 0, 001. Nilai RP sebesar 3,219

(CI: 1,200 - 8,268 ). Maka, dapat disimpulkan bahwa menutup

Page 79: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

79

tempat penampungan air bermakna dengan kejadian penyakit DBD.

Variabel menutup TPA merupakan faktor resiko timbulnya penyakit

DBD. Responden yang tidak menutup TPA berisiko terjadinya

penyakit DBD sebanyak 3,219 kali lebih besar dibandingkan dengan

responden yang menutup TPA.

Amrieds, E. T., Asfian, P., & Ainurafiq (2016) menunjukan

bahwa perilaku membersihkan lingkungan dan secara rutin

melakukan tindakan menutup TPA dapat mengurangi tempat

perkembangbiakan nyamuk. Tempat perkembangbiakan nyamuk

Aides aegypti cenderung memiliki kondisi air yang bersih karena

tidak terpengaruh oleh kondisi cuaca luar rumah, contohnya pada bak

mandi.

Nyamuk Aedes sp suka meletakkan telurnya pada air bening

atau bersih dan tidak suka meletakkan telurnya bersentuhan langsung

dengan tanah. Kebiasaan membuka TPA memungkinkan nyamuk

Aedes sp berkembangbiak di dalam TPA, dimana kontainer tersebut

menjadi media berkembangbiak nyamuk Aedes agypti. Kembangbiak

nyamuk didukung ukuran tempat penampungan air yang cukup besar

dan air yang berada didalamnya cukup lama. (Soewarno &

Kusumawati, 2015.)

Menutup rapat tempat penampungan air (TPA) memegang

peranan penting dalam pemberantasan sarang nyamuk demam

berdarah dengue yaitu keberadaan larva Aedes aegypti. Hasil

penelitian ini sejalan penelitian Supriyanto (2011) bahwa praktik

tentang pencegahan penyakit DBD dan PSN memiliki hubungan

yang bermakna dengan kejadian DBD (p= 0,000), Fajrin Nur

Azizah, Ema Hermawati , Dewi Susanna1 (2018) . Penelitian

tersebut menunjukan hasil bahwa ada hubungan yang bermakna

antara menutup container dengan keberadaan jentik (p-value 0,041)

dengan OR 2,0 (95% CI 1,076 – 3,718), artinya kebiasaan tidak

Page 80: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

80

menutup kontainer mempunyai peluang terdapat jentik 2 kali lebih

besar dibandingkan dengan kebiasaan menutup kontainer.

Berdasarakan penelitian tersebut menutup kontainer adalah faktor

paling berpengaruh terhadap keberadaan jentik Aides aegypti.

Penelitian tersebut menunjukan lebih dari setengah responden

menjawab tidak pernah menutup wadah TPA setelah digunakan,

dengan beberapa alasan keterbasan penutup dan air yang digunakan

langsung untuk mandi jika air PDAM tidak mengalir. Kondisi

tersebut menandakan kurangnya kesadaran masyarakat dalam

mencegah terjadinya perkembangbiakan nyamuk khususnya dalam

menutup TPA.

Berdasarkan faktor tersebut, peran serta masyarakat sangat

diperlukan untuk mengurangi angka kejadian penyakit DBD.

Rendahnya partisipasi responden dalam upaya pemberantasan

sarang nyamuk (PSN) khususnya menutup TPA disebabkan karena

sebagian responden tidak memiliki permukaan tutup yang cukup

luas untuk tempat penampungan airnya sehingga responden jarang

menutup bak penampung air. Kembangbiak nyamuk didukung

ukuran tempat penampungan air yang cukup besar dan air yang

berada didalamnya cukup lama, dengan mengetahui habitat

perkembangbiakan nyamuk tersebut, maka TPA haruslah selalu

tertutup rapat agar nyamuk tidak dapat masuk dan menjadi tempat

perkembangbiakan, diharapkan dengan adanya perilaku menutup

TPA ini populasi nyamuk dapat berkurang sehingga menurunkan

angka kejadian DBD.

2. Hubungan antara mengubur barang bekas serta memanfaatan

barang-barang bekas dengan kejadian penyakit DBD

Berdasarkan hasil penelitian reponden yang terdapat barang bekas

dan tidak dimanfaatkaan dengan baik sebanyak 20 responden (21,1%),

sedangkan hasil responden yang di sekitar rumahnya tidak terdapat

Page 81: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

81

barang bekas dan mampu memanfaatkan barang bekas sebanyak 75

responden (78,9%). Hasil uji statistic koefisien contigensi didapatkan

nilai p value = 0,245. Nilai RP= 1,498 CI= 0,533-4,203). Hasil

menunjukan bahwa variabel mengubur barang bekas serta memanfaatan

barang-barang bekas belum tentu merupakan faktor resiko, sebab nilai

rasio prevalens dengan interval kepercayaan 95% tersebut terletak

diantara 0,533 - 4,203 mencakup nilai 1. (Rasio prevalens = 1

menunjukkan bahwa variabel mengubur barang bekas serta

memanfaatan barang-barang bekas bersifat netral)

Notoatmodjo pada tahun 2007 menyebutkan bahwa perilaku

masyarakat mempunyai pengaruh terhadap lingkungan karena

lingkungan merupakan lahan untuk perkembangan perilaku tersebut.

Kurang baiknya perilaku/ tindakan PSN DBD masyarakat akan

menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangbiakan nyamuk

Ae. aegypti.

Adi, A. A. (2015) tempat perindukan yang disukai oleh nyamuk

berupa genangan air yang tertampung disuatu tempat atau bejana.

Nyamuk Aedes aegypti meletakkan telurnya pada tempat penampungan

air yang berwarna gelap, terbuka, dan terletak di tempat yang terlindung

sinar matahari langsung, contohnya pada barang-barang bekas yang

memungkinkan dapat menampug air.

Tempat perkembangbiakan nyamuk selain pada barang bekas

juga di tempat penampungan yang memungkinkan air hujan dapat

tergenang dan tidak beralaskan tanah, seperti kaleng bekas, ban bekas,

botol, tempurung kelapa, plastik, dan lain-lain yang dibuang pada

sembarangan tempat (Herlyana, Sunarsih, & Ardillah, 2015).

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Luluk Lidya Ayun (2015) tentang hubungan antara

faktor lingkungan fisik dan perilaku dengan kejadian DBD di Wilayah

Kerja Puskesmas Sekaran Kecamatan Gungpati Kota Semarang

Tahun 2015, dalam penelitian tersebut diperoleh hasil terdapat

Page 82: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

82

hubungan yang bermakna antara kebiasaan menyingkirkan barang

bekas dengan kejadian DBD (OR= 4,250 (95% CI 1,332-13,562).

Berdasarkan penelitian Luluk Lidya Ayun, pada variabel mengubur

atau mendaur ulang barang-barang bekas, sebagian besar responden

tidak pernah mendaur ulang barang-barang bekas, dikarenakan

responden tidak terbiasa mendaur ulang barang bekas dan berharap

petugas kebersihan untuk mengambil sampah yang ada di sekitaran

rumah responden dengan menggunakan truk sampah.

Sebagian besar responden sudah menyadari bahwa bahan

anorganik sulit diurai dengan tanah dalam jangka waktu yang panjang

mengakibatkan pencemaran tanah sehingga responden tidak

mengubur barang-barang bekas, sehingga alaman rumah responden

sudah terlihat bersih. Disisi lain terdapat petugas kebersihan setempat

yang mengangkut sampah milik masyarakat ke tempat pembuangan

sampah umum setiap harinya. Tindakan mengubur barang-barang

bekas dilakukan oleh masyarakat yang mempunyai halaman rumah

tanah terutama pada masyarakat pedesaan. Sedangkan dalam

penelitian ini semua responden di Wilayah Kerja Puskesmas

Manguharjo Kota Madiun umumnya tinggal di perkotaan, sehingga

lingkungan sekitar rumah responden sudah bersih tidak ada barang-

barang bekas karena umumnya telah diangkut oleh petugas

kebersihan. Maka dari itu perlu adanya sosialisasi yang berbeda dalam

pencegahan DBD antara masyarakat perkotaan, berbeda halnya

dengan masyarakat pedesaan.

3. Hubungan antara tindakan menguras TPA dengan kejadian

penyakit DBD.

Berdasarkan hasil uji statistic koefisien contigensi didapatkan nilai p

value = 0,000. Nilai RP sebesar 4,507 (CI: 1,592-12,743). Maka dapat

disimpulkan bahwa tindakan menguras bak mandi mempunyai

hubungan yang bermakna dengan kejadian penyakit DBD. Variabel

Page 83: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

83

menguras bak mandi merupakan faktor resiko timbulnya penyakit DBD.

Responden yang tidak menguras bak mandi minimal sekali dalam

seminggu berisiko terjadinya penyakit DBD sebanyak 4,507 kali lebih

besar dibandingkan dengan responden yang menguras bak mandi

minimal sekali dalam seminggu.

PSN-DBD merupakan suatu kegiatan pemberantasan vektor

penyebab DBD, baik pemberantasan telur, jentik atau pupa untuk

memutus rantai perkembangbiakan nyamuk penyebab DBD

(Mubarokah, 2013). Salah satunya menguras tempat penampunga air

(TPA) merupakan salah satu cara pencegahan penyakit DBD, dengan

cara membersihkan tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.

Pencegahan ini lebih sering dilakukan di tingkat rumah tangga..

Mikroorganisme yang tumbuh pada dinding tempat

penampungan air merupakan sumber makanan bagi jentik. Kegiatan

menguras juga dapat mengurangi asupan makanan bagi jentik.

Kebiasaan menguras tanpa penyikatan dan sabun tidak menghilangkan

telur-telur yang menempel di dinding tempat penampungan air. (P2PL,

2011)

Landasan teori tentang Pengurasan kontainer (TPA)

menunjukkan hubungan yang bermakna dengan kejadian DBD.

Semakin TPA sering dikuras, keberadaan jentik nyamuk semakin kecil.

Teori tersebut di dukung oleh penelitian Mauren, Nancy, Jootje tentang

“Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian DBD di

Puskesmas Gogagoman Kota Kotamobagu” yang menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara tindakan menguras bak mandi

dengan kejadian penyakit DBD (p=0,00) dan nilai OR 5.9 (CI :2.137–

16.342) artinya responden yang tidak melakukan pengurasan kontainer /

tempat penampungan air berpeluang terkena DBD 5.9 kali lebih besar

dibandingkan dengan responden yang menguras container / tempat

penampung air minimal sekali dalam seminggu. Hal ini disebabkan

karena secara umum nyamuk meletakkan telurnya pada dinding TPA,

Page 84: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

84

oleh karena itu pada waktu pengurasan atau pembersihan TPA

dianjurkan menggosok atau menyikat dinding-dinding TPA.

Berdasarkan hasil kuisioner Mauren, Nancy, Jootje diperoleh jawaban

tindakan dari responden mengenai pernyataan menguras bak mandi

minimal seminggu sekali, sebagian besar responden kasus maupun

responden kontrol menjawab sering dan selalu melakukan pengurasan

pada bak mandi atau wadah penampungan air sekurang-kurangnya

seminggu sekali. Tetapi saat dilakukan observasi secara langsung, ada

bak mandi yang sudah hampir seluruh bagian dinding bak mandinya

berlumut. Maka hal ini berpotensi sangat besar untuk terkena penyakit

DBD.

Berdasarkan faktor diatas kesesuian pernyataan dengan

tindakan responden tidak sesuai dan menunjukan masih rendahnya

partisipasi masyarakat dalam menguras TPA. Beberapa faktor

rendahnya minat responden dalam menguras bak mandi dapat

disebabkan oleh bak penampung air memiliki volume yang cukup

besar, disisi lain sebagian bak mandi responden masih ada yang kotor

pada dinding penampungan air. Hal tersebut merupakan indikasi

pengurasan bak mandi tidak dilakukan dengan benar dengan cara

disikat dan menggunakan sabun. Selain itu ukuran volume bakyang

besar menyebabkan responden malas dan jarang membersihkan.

Pengurasan yang baik dilakukan minimal seminggu sekali untuk

mengurangi kesempatan nyamuk bertahan hidup dalam waktu beberapa

bulan.

4. Hubungan antara tindakan menggunakan bubuk abate dengan

kejadian DBD

Berdasarkan hasil penelitian fmenunjukan bahwa responden

yang tidak memakai bubuk abate terdapat sebanyak 77 responden

(81,1%). Sedangkan hasil responden yang menggunakan bubuk abate

sebanyak 18 responden (18,9%). Hasil uji statistic koefisien

contigensi didapatkan nilai p value = 0,058. Nilai RP= 3,045 CI=

Page 85: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

85

0,660-14,253). Berdasarkan hasil RP menunjukan bahwa variabel

menggunakan bubuk abate belum tentu merupakan faktor resiko,

sebab nilai rasio prevalens dengan interval kepercayaan 95% tersebut

terletak diantara 0,533- 4,203 mencakup nilai 1. (Rasio prevalens = 1

menunjukkan bahwa variabel menggunakan bubuk abate bersifat

netral)

Berdasarkan Prasetyani (2015) mengemukakan bahwa cara

memberantas jentik Aedes aegypti secara kimiawi dengan

menggunakan insektisida pembasmi jentik yakni abate yang berupa

butiran pasir temefos 1%. Abatisasi pemakaian larvasida dapat

digunakan di TPA yang ada dalam rumah, seperti: bak mandi atau wc,

gentong, ember atau baskom, dan tempayan. (Mubarokah, 2013).

Penggunaan abate untuk mengurangi keberadaan jentik aman bagi

kesehatan karena bubuk akan segera menempel di dinding

penampung air. Daya tempel mampu bertahan 2 sampai 3 bulan

sehingga penggunaan abate dapat diulangi setiap 2-3 bulan sekali.

Keberadaan jentik menggunakan abate dipengaruhi oleh beberapa

faktor seperti suhu, air. (Fajrin Nur Azizah1 dkk, 2018)

Menurut Tamza (2013) penaburan bubuk abate sebaiknya

ditaburkan pada TPA yang sulit dikuras atau daerah yang sulit air.

Takarannya yaitu 1 gram bubuk Abate untuk 10 liter air (1 sendok

makan yang diratakan atasnya sama dengan 10 gram abate).

Penaburan bubuk abate di ulangi setiap 2-3 bulan sekali. Bubuk abate

digunakan untuk membunuh jentik-jentik nyamuk, bubuk tersebut

bekerja dengan melumpuhkan otot salah satunya adalah otot

pernapasan jentik nyamuk.

Berdasarkan penilitian Ririn Sumantri, Petrus Hasibuan,

Virhan Novianry (2013) menuujukan bahwa ada hubungan

penggunaan abate dengan kejadian DBD (p = 0,000) OR = 4,512

Page 86: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

86

(1,888-10,78). Hasil yang didapat ini sesuai dengan pernyataan

Suroso bahwa tindakan ‘3M’ merupakan cara paling tepat dalam

pencegahan dan penanggulangan terjadinya KLB penyakit DBD.

Berdasarkan penelitian Ririn dkk (2013) responden dengan tindakan

PSN menaburkan bubuk abate yang menjawab sebagian besar tidak

pernah melakukannya. Hal ini dikarenakan bahwa responden tidak

mau menggunakan bubuk abate pada tempat penampungan air dengan

alasan responden tidak ingin mengeluarkan uang untuk membeli

bubuk abate yang sering ditawarkan oleh pihak-pihak yang tidak

bertanggung jawab.

Berdasarkan penelitian ini memang sebagian responden masih

merasa tidak aman untuk melakukan abatisasi karena air dalam TPA-

nya akan menjadi kotor, serta takut jika bubuk abate akan

memberikan dampak negatif bagi kesehatan. Disisi lain responden

pada uumnya tidak mempunyai bubuk abate. Maka, perlu adanya

faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain

berupa fasilitas, sehingga responden terdorong untuk abatisasi. Upaya

untuk memberikan informasi yang benar mengenai bubuk abate dan

cara penggunaannya. Selain informasi atau pengetahuan yang

diberikan dari pihak puskesmas adanya pembagian rutin bubuk abate

setiap bulannya (pada kategori wilayah tersebut endemik DBD)

menjadi salah satu solusi untuk menciptakan koordinasi antara

masyarakat dengan petugas Puskesmas.

5. Hubungan antara tindakan menggunakan lotion nyamuk dan

obat anti nyamuk dengan kejadian peyakit DBD

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat

reponden yang tidak menggunakan lotion nyamuk dan obat anti

nyamuk sebanyak 43 responden (45.3%) Sedangkan hasil responden

yang menggunakan lotion nyamuk dan obat anti nyamuk sebanyak 52

responden (54.7%). Hasil uji statistic koefisien contigensi didapatkan

nilai p value = 0,000 maka Ha diterima, dapat disimpulkan bahwa

Page 87: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

87

mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian penyakit

DBD. Nilai RP sebesar 5,505 (CI: 1,834 – 16,494). Maka, variabel

menggunakan lotion nyamuk dan obat anti nyamuk merupakan faktor

resiko timbulnya penyakit DBD. Responden yang tidak menggunakan

lotion nyamuk dan obat anti nyamuk berisiko terjadinya penyakit

DBD sebanyak 5,505 kali lebih besar dibandingkan dengan responden

yang menggunakan lotion nyamuk dan obat anti nyamuk.

Nyamuk memiliki kemampuan untuk mencari mangsa dengan

mencium bau karbondioksida, asam laktat dan bau lainnya yang

berasal dari kulit yang hangat dan lembab. (Respti dan Keman, 2007)

Lotion/minyak anti nyamuk umumnya bekerja dengan memanipulasi

bau yang berasal dari kulit. DEET memberikan proteksi. sampai 12

jam pada konsentrasi 100%, 3-6 jam pada konsentrasi 20-34% dan

kurang lebih 2 jam pada kensentrasi < 10%. (Pramono Putro Utomo,

2014) Konsentrasi DEET yang umumnya digunakan adalah <20%

untuk menghindari efek samping dari DEET tersebut. Sedangkan

lotion/minyak yang menggunakan bahan yang berasal dari tumbuh-

tumbuhan hanya memberikan perlindungan kurang dari 2 jam. (Wati,

Astuti, & Sari, 2016)

Terdapat berbagai macam lotion atau minyak anti nyamuk, baik

yang terbuat dari bahan kimia maupun ektrak minyak dari tumbuh-

tumbuhan seperti citronella (minyak sereh) . Senyawa kimia anti

nyamuk yang umumnya digunakan adalah N-diethyl-m-toluamide,

atau N-diethyl-3-methylbenzamide atau DEET. (Asikin Noor,2012)

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ririn Sumantri,

Petrus Hasibuan, Virhan Novianry (2013) tentang “Hubungan PSN

dan Kebiasaan Keluarga dengan Kejadian DBD di Kota Pontianak

Tahun 2013” menunjukan hasil uji Chi-Square (X2) terdapat

hubungan bermakna antara kebiasaan memakai lotion anti nyamuk

dengan kejadian DBD (nilai p=0,001), sementara hasil perhitungan

OR didapat hasil OR=3,778 dengan Confidential Interval (CI) 95%=

Page 88: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

88

1,650-8,651), dari hasil ini dapat di interpretasikan bahwa memakai

lotion anti nyamuk merupakan faktor resiko dari kejadian DBD.

Berdasarkan hasil dalam penelitian Ririn dkk, responden kasus sering

menggunakan obat anti nyamuk/repellent (semprot, bakar, elektrik

maupun lotion). Tetapi pada responden kontrol sebagian besar

menjawab tidak pernah menggunakan obat anti nyamuk, karena

mereka sering menggunakan kipas angin dan Air Conditioner (AC)

saat tidur.

Berbeda halnya dengan responden di Wilayah Kerja

Puskesmas Manguharjo Madiun bagi sebagian responden berpendapat

bahwa menggunakan lotion anti nyamuk dinilai efektif dan praktis

dibandingkan menggunakan larvasida.

6. Hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan

kejadian DBD

Berdasarkan hasil uji statistic koefisien contigensi didapatkan nilai

p value = 0,000. Nilai RP sebesar 5,829 (CI: 1,932-16,727) dapat

disimpulkan bahwa tindakan menggantung pakian mempunyai

hubungan yang bermakna dengan kejadian penyakit DBD. Maka,

variabel menggunakan lotion nyamuk dan obat anti nyamuk merupakan

faktor resiko timbulnya penyakit DBD. Responden yang banyak

menggantung pakaian berisiko terjadinya penyakit DBD sebanyak 5,829

kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang tidak

menggantung pakaian.

Nyamuk memiliki kemampuan untuk mencari mangsa dengan

mencium bau karbondioksida, asam laktat dan bau lainnya yang berasal

dari kulit yang hangat dan lembab. Menurut Asikin Noor (2013)

nyamuk Aedes aegypti sebelum dan sesudah menggigit akan

beristirahat terlebih dahulu. Sebelum menggigit nyamuk akan

beristirahat untuk dapat mengenali mangsanya karena nyamuk ini tidak

sembarangan dalam memilih mangsanya. Sesudah menggigit nyamuk

ini juga akan beristirahat, setelah menggigit tubuhnya akan lebih berat

Page 89: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

89

karena terisi banyak darah sehingga nyamuk membutuhkan waktu

beristirahat untuk memulihkan tenaganya. Nyamuk betina

membutuhkan waktu 2 – 3 hari untuk beristirahat dan mematangkan

telurnya.(WHO, 2016)

Tempat istirahat yang paling disukai adalah tempat yang

lembab dan kurang terang, pada baju yang digantung, tirai atau

kelambu, sedangkan di luar rumah seperti pada tanaman yang

terlindung dari sinar matahari secara langsung. (Depkes RI, 2016)

Kebiasaan menggantung pakaian memiliki peluang bisa terkena

penyakit DBD. Pakaian yang tergantung di balik lemari atau di balik

pintu sebaiknya dilipat dan disimpan dalam lemari karena nyamuk

Aedes aegypti senang hinggap dan beristirahat di tempat-tempat gelap

dan kain tergantung (Anwar & Adi, 2015).

Berdasarkan penelitian Luluk (2013) didapatkan hasil ada

hubungan yang bermakna kebiasaan menggantung pakaian dikamar

dengan kejadian DBD dengan p value = 0,002; OR = 7,933 (95% CI =

2,236– 28,151), menunjukkan bahwa sampel yang mempunyai

kebiasaan menggantung pakaian dikamar mempunyai risiko 7,933 kali

lebih besar menderita DBD daripada sampel yang tidak mempunyai

kebiasaan menggantung pakaian dikamar.

Sebagian di kamar responden banyak terdapat pakaian

tergantung di belakang pintu kamar dan di pintu lemari pakaian bahkan

di dinding, serta ada juga pakaian yang dibiarkan begitu saja berserakan

diatas tempat tidur. Pakaian yang tergantung merupakan tempat yang

disukai oleh nyamuk untuk hinggap, karena nyamuk memiliki

kemampuan untuk mencari mangsa dengan mencium bau

karbondioksida, asam laktat dan bau lainnya yang berasal dari kulit

yang hangat dan lembab. Dengan demikian, untuk mencegah agar tidak

dijadikan tempat peristirahatan nyamuk, maka sebaiknya pakaian yang

sudah dipakai diletakkan ditempat baju kotor dan pakaian yang belum

dipakai dilipat rapi didalam lemari, karena nyamuk Aedes aegypti

Page 90: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

90

senang hinggap pada pakaian yang bergantungan dalam kamar untuk

beristirahat setelah menghisap darah manusia (Dinkes Jateng, 2004).

Page 91: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

91

BAB VI

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian tindakan dalam Pemberantasan Sarang

Nyamuk (PSN) Aedes aegypti menunjukan sebagian masyarakat

wilayah kerja puskesmas Manguharjo Madiun sudah melakukan PSN

dengan baik terutama variabel memanfaatan barang-barang bekas.

Disisi lain sebagian belum melakukan 3M dengan benar teruatama

dalam hal menguras, menutup dan meletekkan pakaian di dalam lemari.

2. Insiden Rate di Wilayah Kerja Puskesmas Manguharjo Kota Madiun

pada Tahun 2018 dan Tahun 2019 diatas targer nasional, artinya angka

IR sangat tinggi.

3. Menutup tempat penampungan air merupakan faktor risiko terjadinya

penyakit DBD.

4. Mengubur barang bekas serta memanfaatan barang-barang bekas

bersifat netral terhadap pennyakit DBD.

5. Menguras bak mandi merupakan faktor risiko terjadinya penyakit DBD

6. Menggunakan bubuk abate bersifat netral terhadap pennyakit DBD.

7. Kebiasaan menggunakan obat nyamuk dan lotion anti nyamuk

merupakan faktor risiko terjadinya penyakit DBD.

8. Kebiasaan menggantung pakaian merupakan faktor risiko terjadinya

penyakit DBD.

B. SARAN

1. Bagi Petugas Kesehatan

a. Upaya untuk memberikan informasi yang benar mengenai bubuk

abate dan cara penggunaannya. Selain informasi atau pengetahuan

yang diberikan dari pihak puskesmas, adanya pembagian rutin bubuk

abate setiap bulannya juga menjadi salah satu solusi untuk

Page 92: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

92

menciptakan koordinasi antara masyarakat dengan pegawai

Puskesmas.

b. Diharapkan pihak tenaga kesehatan terkhusus pihak Puskesmas

Manguharjo dapat meningkatkan kembali pengontrolan atau

memonitoring secara maksimal kepada masyarakat dalam melakukan

pemberantasan sarang nyamuk, terutama berkaitan dengan 3M yang

baik dan benar

2. Bagi Penderita

a. Diharapkan responden agar mengoptimalkan tindakan

pemberantasan sarang nyamuk agar terhindar dari tempat yang

berpotensi untuk berkembangbiaknya nyamuk, terutama tindakan

menguras tempat penampungan air (TPA) karena sebagian

responden tidak menyikat dengan benar menggunakan sabun.

b. Responden diharapkan menutup TPA dengan rapat, karena dengan

menutup TPA dapat mengurangi nyamuk Aedes sp berkembangbiak

di dalam TPA, dimana kontainer tersebut menjadi media

berkembangbiak nyamuk Aedes agypti

c. Responden diharapkan menggunakan obat nyamuk dan lotion anti

nyamuk untuk mencegah gigitan nyamuk. Hal tersebut dapat

diterapkan pada saat aktivitas menggigit nyamuk, mencapai puncak

saat perubahan intensitas cahaya tetapi bisa menggigit sepanjang hari

dan tertinggi sebelum matahari terbenam yaitu pada pukul 08.00-

12.00 an 15.00-17.00.

d. Sebaikanya responden melipat dan menyimpan pakaian dalam lemari

karena nyamuk Aedes aegypti senang hinggap dan beristirahat di

tempat-tempat gelap dan kain tergantung. Pakaian yang tergantung

merupakan tempat yang disukai oleh nyamuk untuk hinggap, karena

nyamuk memiliki kemampuan untuk mencari mangsa dengan

mencium bau karbondioksida, asam laktat dan bau lainnya yang

berasal dari kulit yang hangat dan lembab.

Page 93: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-4466-… · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan

93

e. Responden diharapkan juga untuk melakukan tindakan pemberantasan

sarang nyamuk sesuai dengan informasi yang sudah diperoleh dari

pihak puskesmas atau media sosial lainnya mengenai cara pengendalian

pencegahan penyakit DBD.

3. Bagi penelitian selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti pengetahuan dan sikap

masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Manguharjo