BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27462/1/jiptummpp-gdl-mluqmanhak-31845...1 BAB...

22
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggaran merupakan rencana kerja pemerintah dalam bentuk uang dalam periode tertentu 1 . Selain itu anggaran merupakan indikator penting dalam mengambil kebijakan ekonomi yang dimiliki pemerintah dan menggambarkan pernyataan komprehensif tentang suatu Negara, dimana warga negara bergantung pada negara untuk menyediakan pelayanan yang prima dan infrastruktur. Disisi lain anggaran yang merupakan pengejawantahan dari kebijakan, komitmen-komitmen politik dan prioritas dalam memutuskan bagaimana format penyelenggaraan pemerintahan daerah yang meliputi kemana uang harus dibelanjakan dan dari mana uang tersebut didapatkan. Disamping itu, anggaran juga berdampak pada seluruh aspek kehidupan masyarakat sebagai sebuah produk proses politik, anggaran merefleksikan relasi politik antar aktor yang berkepentingan terhadap alokasi sumber daya. Keterlibatan beragam aktor sepanjang proses penganggaran, mulai dari perencanaan dan penyusunan, hingga tahap evaluasi merupakan unsur utama dalam politik anggaran yang menjadikan anggaran sebagai proses politik arena perebutan sumber daya publik antara berbagai kepentingan, baik aktor-aktor di dalam lingkaran sistem politik yang berlaku maupun kelompok kepentingan lain yang memiliki pengaruh terhadap keputusan politik. Politik anggaran yang menjadi dimensi penting dalam 1 Chalid, Pheni. 2005. Keuangan Daerah : Investasi dan Desentralisasi. Kemitraan. Jakarta. hlm 37

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27462/1/jiptummpp-gdl-mluqmanhak-31845...1 BAB...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27462/1/jiptummpp-gdl-mluqmanhak-31845...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggaran merupakan rencana kerja pemerintah dalam

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anggaran merupakan rencana kerja pemerintah dalam bentuk uang dalam

periode tertentu1. Selain itu anggaran merupakan indikator penting dalam

mengambil kebijakan ekonomi yang dimiliki pemerintah dan menggambarkan

pernyataan komprehensif tentang suatu Negara, dimana warga negara bergantung

pada negara untuk menyediakan pelayanan yang prima dan infrastruktur.

Disisi lain anggaran yang merupakan pengejawantahan dari kebijakan,

komitmen-komitmen politik dan prioritas dalam memutuskan bagaimana format

penyelenggaraan pemerintahan daerah yang meliputi kemana uang harus

dibelanjakan dan dari mana uang tersebut didapatkan. Disamping itu, anggaran

juga berdampak pada seluruh aspek kehidupan masyarakat sebagai sebuah produk

proses politik, anggaran merefleksikan relasi politik antar aktor yang

berkepentingan terhadap alokasi sumber daya. Keterlibatan beragam aktor

sepanjang proses penganggaran, mulai dari perencanaan dan penyusunan, hingga

tahap evaluasi merupakan unsur utama dalam politik anggaran yang menjadikan

anggaran sebagai proses politik arena perebutan sumber daya publik antara

berbagai kepentingan, baik aktor-aktor di dalam lingkaran sistem politik yang

berlaku maupun kelompok kepentingan lain yang memiliki pengaruh terhadap

keputusan politik. Politik anggaran yang menjadi dimensi penting dalam

1 Chalid, Pheni. 2005. Keuangan Daerah : Investasi dan Desentralisasi. Kemitraan. Jakarta. hlm

37

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27462/1/jiptummpp-gdl-mluqmanhak-31845...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggaran merupakan rencana kerja pemerintah dalam

2

pengalokasian anggaran, tentunya alokasi anggaran yang ditempatkan sebagai

pilihan publik. Pilihan publik yang diterapkan dalam politik anggaran atas nama

kepentingan publik yang beragam sebagai media yang syarat dengan kepentingan

publik yang syarat dengan pertarungan politik perebutan sumber daya antar

kelompok kepentingan (interest group).

Dalam arti luas, politik anggaran dapat dimaknai sebagai strategi anggaran,

dimana anggaran tidak hanya berorientasi pada kehendak kebijakan (policy

driven) semata, namun juga diperlukan keberpihakan kepada masyarakat yang

sepenuhnya belum mampu menikmati “kue pembangunan” atas nama

pembangunan, karena tolok ukur kesejahteraan seluruh masyarakat merupakan

tujuan hakiki pembangunan. Kerangka politik anggaran haruslah senantiasa

menunjukkan keberpihakannya kepada masyarakat. Politik Anggaran inilah yang

sebenarnya sangat diharapkan masyarakat, karena penjabarannya secara konkrit

diarahkan pada prioritas program yang mengarah pada upaya mengatasi problem

pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.

Karenanya politik anggaran yang menjadi dimensi penting dalam

pengalokasian anggaran yang berorientasi pada kepentingan masyarakat dalam

koridor pembangunan dan pemberdayaan masyarakat pada otonomi daerah dan

desentaralisasi yang sekarang ini dihadapkan dengan persoalan pengelolaan

ekonomi dan keuangan yang harus mendapat perhatian khusus dalam pengelolaan

pemerintahan, karena beberapa program pemerintah baik ditingkat kabupaten,

propinsi maupun pusat membutuhkan pengelolaan keuangan yang baik, sehingga

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27462/1/jiptummpp-gdl-mluqmanhak-31845...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggaran merupakan rencana kerja pemerintah dalam

3

dibutuhkan sebuah transparansi dan kemampuan dalam mengelola program dan

keuangan.

Pengelolaan keuangan yang baik dan sistematis haruslah mengacu pada

aturan yang ada, demi terwujudnya sebuah akuntabilitas, daya guna, penciptaan

lapangan kerja, transparansi, pemberdayaan kapasitas dan potensi yang dimiliki,

serta mekanisme pembangunan secara efisien dan terpadu. Selain itu pengelolaan

keuangan pada pemerintahan pusat maupun daerah, terlebih pengelolaan

keuangan desa secara terpadu yang lebih didasarkan pada pendekatan pemenuhan

hak-hak dasar dan mekanisme pembangunan yang baik. Pendayagunaan

pengelolaan keuangan haruslah memberikan manfaat bagi masyarakat, bukan

hanya terpenuhinya kebutuhan mereka saja, namun juga mendorong warga

bertambah cerdas dalam menyikapi perubahan yang terjadi dan menentukan

pilihan kegiatan yang produktif dalam kerangka pemberdayaan masyarakat desa

khusunya.

Undang-undang Nomor 12 tahun 2008 tentang perubahan kedua atas

Undang-undang Nomor 32 tahun 2004, tentang Pemerintah Daerah. Pada UU No

12 tahun 2008 pemerintah daerah bisa mengurusi dan mengatur sendiri urusan

pemerintahan dan pembantuan diarahkan untuk mempercepat terwujudnya

kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan

peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan

memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan

kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Keberadaan Undang-undang Nomor 12 tahun 2008 tidak serta merta membuat

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27462/1/jiptummpp-gdl-mluqmanhak-31845...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggaran merupakan rencana kerja pemerintah dalam

4

pemerintah pusat menjadi lepas tanggung jawab kepada pemerintahan daerah.

Pemerintah Daerah sebagai kepanjangan tangan dari Pemerintah Pusat masih

disokong bantuan berupa anggaran dana perimbangan untuk kesejahteraan

masyarakat kepada setiap daerah. Hal ini dipertegas melalui Undang-undang

Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara pemerintah pusat

dan pemerintah daerah melalui sistem pembagian keuangan yang adil,

proporsional, transparan, dan efektif dalam rangka pendanaan penyelenggaraan

otonomi daerah dengan memepertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan

daerah , serta besaran pendanaan penyelenggaraan dekosentrasi dan tugas

pembantuan. Dana perimbangan itu berupa dana yang bersumber dari pendapatan

APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk pendanaan kebutuhan daerah

dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

Pemberian sumber keuangan Negara kepada pemerintahan daerah dalam

rangka pelaksanaan desentralisasi didasarkan atas penyerahan tugas oleh

pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dengan memperhatikan stabilitas dan

keseimbangan fiskal. Dana perimbangan bertujuan mengurangi kesenjangan fiskal

antara pemerintah pusat dan daerah dan antara pemerintah daerah. Dana

perimbangan sendiri terdiri atas Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana

Alokasi Khusus. Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan

APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk

mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Untuk Dana

Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang

dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27462/1/jiptummpp-gdl-mluqmanhak-31845...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggaran merupakan rencana kerja pemerintah dalam

5

mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Sedangkan

Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan pendanaan yang bersumber dari

pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk

pendanaan kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan

prioritas nasional. Selanjutnya Pemerintah Daerah (PEMDA) juga mendapatkan

pendanaan dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk menunjang proses

pembangunan didaerah, PAD yang dipungut dari pendapatan asli daerah

berdasarkan peratutan daerah yang berlaku dan sesuai dengan aturan perundang-

undangan, dimana PAD setidaknya memberikan wewenang bagi daerah untuk

pendanaan pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah. Pendapatan

Asli Daerah (PAD) bersumber dari :

a. Pajak Daerah

b. Retribusi daerah

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

d. Jasa giro

e. Pendapatan bunga

f. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

g. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan

atau pengadaan barang dan jasa oleh Daerah2.

Dengan adanya bantuan dana dari pemerintah pusat kepada pemerintah

daerah , diharapkan nantinya akan membantu politik anggaran yang menjadi

dimensi penting dalam pengalokasian anggaran yang berorientasi pada

kepentingan masyarakat dan adanya pengendalian oleh tujuan yang akan dicapai

dalam kebijakan anggaran yang lebih efektif dan efisien. Politik anggaran yang

harus menjadi alat mencapai tujuan Negara melalui pembangunan nasional yang

2 Pasal 6 ayat 1 UU No.33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

Pusat dan Pemerintahan Daerah

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27462/1/jiptummpp-gdl-mluqmanhak-31845...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggaran merupakan rencana kerja pemerintah dalam

6

diarahkan pada peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat didaerah.

Sebagai suatu organisasi, pemerintah diharapkan mampu mencapai suatu tujuan.

Salah satu tujuan pemerintah ialah tercukupinya kebutuhan masyarakat yang

berdampak pada taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Tuntutan akan

keberhasilan dari terpenuhinya kepentingan masyarakat dan pembangunan melalui

pengalokasian anggaran desa yang merupakan sesuatu yang tidak terelakkan lagi

seiring dengan perjalanan waktu dan perkembangan zaman, hal ini yang

dipengaruhi oleh gaya hidup masyarakat yang semakin kritis dalam menilai

sesuatu termasuk juga yang berhubungan dengan pengalokasian anggaran desa

yang diselenggarakan oleh pemerintah desa.

Berdasarkan PP 72/05, desa diartikan sebagai “kesatuan masyarakat hukum

yang memliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat

setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Namun dalam konteks Indonesia, desa memperlihatkan

berbagai bentuk keragamannya, hal ini tidak terlepas dari pengaruh sejarah

pemerintahan adat dan penerapan modernisasi birokrasi yang secara terus menerus

mengalami pembaharuan. Berikut beberapa macam tipe bentuk desa di Indonesia :

a. Tipe Desa adat atau sebagai self governing community sebagai bentuk

desa asli dan tertua di Indonesia. Konsep Otonomi asli sebenarnya

diilhami dari pengertian desa adat ini. Desa adat mengatur dan

mengelola dirinya sendiri dengan kekayaan yang dimiliki tanpa

campur tangan Negara. Desa adat tidak menjalankan tugas-tugas

administratif yang diberikan oleh negara

b. Tipe Desa administratif atau local state government adalah desa

sebagai satuan wilayah administratif yang berposisi sebagai

kepanjangan Negara dan hanya menjalankan tugas-tugas administratif

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27462/1/jiptummpp-gdl-mluqmanhak-31845...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggaran merupakan rencana kerja pemerintah dalam

7

yang diberikan Negara. Kelurahan yang berada di perkotaan

merupakan contoh dari tipe desa administratif.

c. Tipe Desa Otonom atau disebut juga desa praja atau dapat juga disebut

sebagai local self government, seperti halnya posisi dan bentuk daerah

otonom di Indonesia. Desa otonom berhak membentuk pemerintahan

sendiri, mempunyai badan legislatif, berwenang membuat peraturan

desa dan juga memperoleh desentralisasi keuangan dari Negara3.

Jika kita lihat ketiga tipe bentuk desa diatas, hanya satu bentuk tipe desa

yang tidak mencerminkan desentralisasi dan tidak menjalankan tugas-tugas

administratif yang diberikan oleh Negara yakni tipe desa adat. Selanjutnya dua

tipe bentuk desa di Indonesia yakni self governing community dan local self

government bukan merupakan dua status desa yang bertentangan. Pada self local

government melalui prinsip pembagian kewenangan dan keuangan kepada desa,

sedangkan self governing community berprinsip pada desentralisasi sebagai

pengakuan Negara. Berikut tiga macam skema desentralisasi desa:

a. Desentralisasi politik : pembagian kewenangan dan tanggung jawab

kepada desa untuk mengelola pemerintahan, pembangunan dan

pelayanan publik dasar berdasrkan aspirasi lokal.

b. Desentralisasi pembangunan : kewenangan untuk merencanakan,

mlaksanakan dan mengendalikan program-program untuk

kesejahteraan masyarakat.

c. Desentralisasi fiskal :kewenangan untuk mengelola keuangannya

sendiri, yakni alokasi dana desa untuk membiayai urusan pemerintahan

dan pembangunan4.

Desentaralisasi politik dan pembangunan , keduanya tidak akan mampu

berjalan dengan mulus tanpa keikutsertaan desentralisasi fiskal (keuangan) sampai

ke tingkat desa. Ketiganya bertujuan untuk memastikan adanya perimbangan

3Thamrin, Husni M. Agus Gunawan dan Beka Ulang Hapsara. 2007. Desaku yang Kucinta :

Toolkits Pengembangan Kapasitas Kepala Desa . PT Mitra Alembana Grafika. Jakarta. Hlm 19 4 Chabib, Sholeh dan Heru Rochmansjah. 2010. Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah : Sebuah

Pendekatan Struktural Menuju Tata Kelola Pemerintahan yang baik. Fokusmedia. Bandung. Hlm

37

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27462/1/jiptummpp-gdl-mluqmanhak-31845...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggaran merupakan rencana kerja pemerintah dalam

8

keuangan antara pusat, daerah dan desa. Pengalokasian dana desa haruslah dibagi

secara seimbang, baik pada tingkat provinsi, kabupaten/kota, dan desa. Masalah

perimbangan keuangan antara pusat dan daerah untuk saat ini telah terlampaui,

sekarang yang jadi persoalan baru yakni perimbangan keuangan antara daerah dan

desa yakni Alokasi Ddana Desa (ADD). Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun

2005 setidaknya menjadi senjata dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan

desa yang jadi kewenangan desa didanai dari anggaran pendapatan belanja desa

(APBDes) , bantuan pemerintahan dan bantuan pemerintahan daerah, selanjutnya

PP Nomor 72 tahun 2005 juga menyebutkan sumber pendapatan desa, yang terdiri

dari :

a. Pendapatan asli desa, terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa,

hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong, dan lain-lain

pendapatan asli yang sah;

b. Bagi Hasil pajak daerah Kabupaten/ kota paling sedikit 10% (sepuluh

persen) untuk desa dari retribusi Kabupaten/Kota sebagian

diperuntukkan bagi desa;

c. Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang

diterima oleh Kabupaten/Kota untuk desa paling sedikit 10 % (sepuluh

persen), yang pembagiannya untuk setiap desa secara proporsional

yang merupakan alokasi dana desa (ADD).

d. Bantuan Keuangan dari Pemerintah Pusat, Provinsi,dan Pemerintah

Kabupaten/kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan;

e. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat.

Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang pemerintahan desa

juga diperkuat dengan adanya Peraturan Menteri Dalam Negeri

(PERMENDAGRI) Nomor 37 tahun 2007 tentang Pedoman Pengolahan

Keuangan Desa. Di dalam PERMENDAGRI Nomor 37 tahun 2007 ini dijelaskan

bahwa Alokasi Dana Desa berasal dari APBD kabupaten/kota yang bersumber

dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27462/1/jiptummpp-gdl-mluqmanhak-31845...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggaran merupakan rencana kerja pemerintah dalam

9

Kabupaten/kota untuk desa paling sedikit 10% (sepuluh persen). Di dalam

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor.37 tahun 2007 ini juga menjelaskan

tujuan dari adanya Alokasi Dana Desa (ADD) yaitu :

a. Menanggulangi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan;

b. Meningkatkan perencanaan dan penganggaran pembangunan ditingkat

desa dan pemberdayaan masyarakat

c. Meningkatkan pembangunan infrastruktur pedesaan;

d. Meningkatkan pengamalan nilai-nilai keagamaan, sosial budaya dalam

rangka mewujudkan peningkatan sosial;

e. Meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat;

f. Mingkatkan pelayanan pada masyarakat desa dalam rangka

pengembangan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat;

g. Mendorong peningkatan keswadayaan masyarakat dan gotong royong

masyarakat;

h. Meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat desa melalui Badan

Usaha Milik Desa (BUMDes).

Kritik dan refleksi terhadap model bantuan desa yang diberikan

pemerintah pusat, sehingga meprakarsai munculnya dana pengalokasian bagi

desa, seiring dengan agenda pembangunan desa sejak tahun 1969 melalui

perencanaan pembangunan lima tahunan (REPELITA), dengan strategi utama

pembangunan ekonomi lebih dipusatkan pada peningkatan pertanian dan

pengembangan industri berskala besar, yang menjamin ketersediaan pangan dan

kebutuhan bagi masyarakat yang semakin tinggi. Sehingga untuk percepatan

pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa, alokasi dana desa diterapkan

dengan sasaran pokok dalam hal pemenuhan kebutuhan pengelolaan keuangan

yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.

Meski tidak begitu populer Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 yang

memperjelas kedudukan desa dalam hal sumber pendapatan desa yaitu bukan lagi

berupa bantuan, tetapi lebih kepada bagian perimbangan dana keuangan antara

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27462/1/jiptummpp-gdl-mluqmanhak-31845...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggaran merupakan rencana kerja pemerintah dalam

10

pusat dan daerah yang diterima Kabupaten/kota. Dalam PP Nomor 72 tahun 2005

yang semakin memperkuat kedudukan keuangan desa dengan presentase bagi

hasil. Peraturan itu juga menjelaskan secara riil mengenai dana perimbangan

keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/kota yang dalam

pembagiannya untuk setiap desa dibagikan secara proporsional yang disebut

Alokasi Dana Desa (ADD). Program pengelolalaan ADD merupakan sebuah

gebrakan dalam upaya pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa

untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan anggaran

terhadap pembangunan, dan implementasi alokasi anggaran terhadap

pembangunan desa, sehingga hasil yang diharapkan nantinya akan menjadikan

sebuah desa lebih mandiri dan berdaya dengan potensi yang ada, terlebih pada

hasil dari tujuan terciptanya kesejahteraan masyarakat desa akan lebih mudah

tercapai.

Program Alokasi Dana Desa (ADD) sendiri, memiliki implikasi yang

begitu besar bagi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di tingkat desa

terlebih keterlibatan masyarakat dan aktor-aktor kepentingan yang terlibat

didalam politik anggaran desa. Program ADD sendiri lebih mudah dikontrol dan

diawasi secara swadaya oleh pemimpin daerah, dan masyarakat secara langsung.

Karenannya jika sumber pendanaan berupa ADD ini dikelola secara jujur, maka

keluaran yang dihasilkan nantinya juga terlihat jelas, dan sebaliknya. Dari sinilah

betapa begitu pentingnya kebutuhan masyarakat yang sudah menggurita, apalagi

hal ini dikaitkan dengan perkembangan global yang terus mengahantui baik pada

sistem sosial, politik dan ekonomi, sehigga dibutuhkan kesiapan yang mapan bagi

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27462/1/jiptummpp-gdl-mluqmanhak-31845...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggaran merupakan rencana kerja pemerintah dalam

11

Negara yang memiliki kompetensi dalam suatu upaya tercapainya kesejahteraan

masyarakat.

Program Alokasi Dana Desa (ADD) ini merupakan suatu program yang

bersifat memberdayakan masyarakat bukan hanya sebagai objek ,tetapi lebih pada

pelaku pembangunan, selain itu adanya keterlibatan beragam aktor sepanjang

proses penganggaran, mulai dari perencanaan dan penyusunan, hingga tahap

evaluasi merupakan hal yang signifikan dalam politik anggaran yang menjadikan

anggaran sebagai proses politik di tingkat desa . Program Alokasi Dana Desa juga

bertujuan untuk membangun sarana dan prasarana dasar yang mampu

menciptakan suatu peluang dan kesempatan bagi masyarakat untuk lebih berdaya,

mandiri dan memiliki kemampuan sebagai masyarakat yang bukan saja konsumtif

tetapi produktif untuk kemajuan bersama, terlebih bagaimana Alokasi Dana Desa

(ADD) tersebut dalam proses anggaran dimana adanya dinamika politik yang

terjadi baik dari penyusunan, pelaksanaan dan evaluasi anggaran yang merupakan

dimensi Politik Anggaran.

Kabupaten Pasuruan sendiri mulai menerapkan Aokasi Dana Desa (ADD)

sejak tahun 2010. Wilayah Administratif Kabupaten Pasuruan terbagi atas 24

Kecamatan, 341 Desa, dan 24 Kelurahan dengan jumlah penduduk mencapai

1.471 .564 jiwa yang terbagi 728.265 jiwa (laki-laki) dan 743.299 jiwa

(perempuan)5. Hal inilah yang membuktikan bahwa pentingnya Politik Anggaran

Keuangan Desa yang memuat kepentingan dan tuntutan (input) dalam proses

anggaran yang berdampak langsung terhadap masyarakat di Kabupaten Pasuruan,

5Badan Pusat Statistik Kabupaten Pasuruan. Penduduk Kabupaten Pasuruan Hasil SP 2010.

http://pasuruankab.bps.go.id. diakses 1 maret 2012

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27462/1/jiptummpp-gdl-mluqmanhak-31845...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggaran merupakan rencana kerja pemerintah dalam

12

disisi lain masih banyaknya masyarakat yang belum mengerti tentang peng-

Alokasian Dana Desa dan tujuan ADD. Selain itu Politik Anggaran yang

dipahami oleh aparatur desa pada ADD lebih kepada proses pembangunan fisik

yakni perbaikan fasilitas sarana dan prasarana, entah itu perbaikan pada fasilitas

kantor desa maupun desa sendiri, yang dirasa kurang mengena bagi kesejahteraan

masyarakat itu sendiri.

Pemerintah desa sebagai organisasi pemerintah yang paling dekat kepada

masyarakat. Dengan kemampuan kapasitas yang dimiliki oleh pemerintah desa

yang mampu menghasilkan sumber asli pendapatan desa. Hal ini pula yang

mendasari kami untuk memilih Desa Pakijangan, Kecamatan Wonorejo,

Kabupaten Pasuruan sebagai tempat penelitian karena program alokasi dana desa

2011 merupakan program yang sudah keduakalinya dijalankan didesa. ADD

merupakan program yang baru berjalan yang dulunya desa-desa, khusunya desa

pakijangan terbiasa dengan pembiayaan dari dana alokasi umum (DAU). ADD

sendiri merupakan sebuah tantatangan tersendiri bagi terwujudnya tujuan dari

program ADD untuk desa dalam koridor kesejahteraan masyarakat desa, baik

berupa pembangunan sarana dan parsarana, dan infrastruktur desa, juga

pemberdayaan masyarakat itu sendiri.

Untuk jenis pemberdayaan manusia terpusat pada pengadaan sarana dan

prasarana vital masyarakatnya, termasuk kegiatan posyandu, PKK, Karang

Taruna, dan lain-lain. Untuk pemberdayaan Ekonomi lebih pada peningkatan

swadaya masyarakat terhadap keterampilan yang berguna sehingga dapat

dikembangkan menjadi lapangan pekerjaan, sedangkan pada pemberdayaan

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27462/1/jiptummpp-gdl-mluqmanhak-31845...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggaran merupakan rencana kerja pemerintah dalam

13

lingkungan digunakan untuk pengaspalan jalan keluar masuk desa, rehab

jembatan dan lain-lain.

Berkaitan dengan uraian tersebut diatas dan untuk mengetahui lebih lanjut

mengenai Politik Anggaran Keuangan Desa terkait pengelolaan Alokasi Dana

Desa Pakijangan , Kecamatan Wonorejo, Kabupaten Pasuruan, maka peneliti

mengambil judul “ Politik Anggaran Keuangan Desa (Studi Pengelolaan

Alokasi Dana Desa (ADD) Tahun 2011 Desa Pakijangan, Kecamatan

Wonorejo, Kabupaten Pasuruan)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut diatas, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah Politik Anggaran Keuangan Desa dalam Pengelolaan

ADD 2011 Desa Pakijangan, Kecamatan Wonorejo, Kabupaten

Pasuruan ?

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27462/1/jiptummpp-gdl-mluqmanhak-31845...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggaran merupakan rencana kerja pemerintah dalam

14

2. Bagaimanakah Dampak (Outcome) Politik Anggaran Keuangan Desa

dalam Pengelolaan ADD 2011 Desa Pakijangan, Kecamatan Wonorejo,

Kabupaten Pasuruan ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan Latar Belakang dan Rumusan Masalah diatas, tujuan yang

diharapkan dari penelitian sebagai berikut :

1. Untuk mendeskripsikan secara jelas bagaimana Politik Anggaran

Keuangan Desa dalam Pengelolaan ADD 2011 Desa Pakijangan,

Kecamatan Wonorejo, Kabupaten Pasuruan.

2. Untuk mengetahui bagaimana Dampak (Outcome) Politik Anggaran

Keuangan Desa dalam Pengelolaan ADD 2011 Desa Pakijangan,

Kecamatan Wonorejo, Kabupaten Pasuruan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang membahas Politik Anggaran Keuangan Desa (Studi

Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Tahun 2011 Desa Pakijangan, Kecamatan

Wonorejo, Kabupaten Pasuruan) diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu :

1. Bagi Penyusun

Penelitian mengenai Politik Anggaran Keuangan Desa (Studi Pengelolaan

Alokasi Dana Desa (ADD) Tahun 2011 Desa Pakijangan, Kecamatan

Wonorejo, Kabupaten Pasuruan) ini dapat digunakan :

a). Menambah dan memperdalam wawasan pengetahuan

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27462/1/jiptummpp-gdl-mluqmanhak-31845...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggaran merupakan rencana kerja pemerintah dalam

15

b). Mengembangkan Pengetahuan mengenai proses perencanaan, pelaksanaan

dan evaluasi anggaran terhadap politik Anggaran Keuangan Desa terkait

ADD.

c.). Sebagai Pembelajaran penyusunan dan analisis masalah secara ilmiah.

2. Bagi Instansi Pemerintah Desa

Dengan adanya penelitian ini diharapkan :

a) Menjadi Sumbangsih Pemikiran bagi Instansi Pemerintah Desa Pakijangan

agar lebih efektif dan efisien dalam Pengelolaan Keuangan Desa.

b) Wacana dan manfaat secara luas , sehingga dapat memicu perbaikan dalam

pemenuhan kebutuhan masyarakat dan tercapainya kesejahteraan

masyarakat.

3. Bagi Masyarakat

Dengan adanya penelitian ini dapat digunakan :

a). Menambah Khasanah dan wawasan pengetahuan terhadap masyarakat.

b).Memicu Perbaikan pemenuhan kebutuhan masyarakat sehingga bermanfaat

secara lansung pada masyarakat.

E. Definisi Konseptual

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27462/1/jiptummpp-gdl-mluqmanhak-31845...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggaran merupakan rencana kerja pemerintah dalam

16

Definisi konseptual adalah unsur atau bagian penting dalam penelitian dan

merupakan definisi yang dipakai oleh para peneliti untuk menggambarkan secara

abstrak suatu fenomena sosial atau fenomena yang alami.6

Definisi konseptual ini dimaksudkan untuk memberikan penegasan tentang

makna arti dari kalimat yang ada dalam permasalahan yang disajikan. Sehingga,

dengan adanya penegasan arti tersebut akan mempermudah dalam memahami

maksud yang tercantum dalam penelitian.7

1. Politik Anggaran

Menurut Norton dan Elson (2002) , Politik Anggaran melalui pendekatan

pilihan publik merupakan sebuah upaya rekonsiliasi berbagai kepentingan yang

beragam dan bertarung memperebutkan sumberdaya yang terbatas melalui

formulasi rasional yang dapat diterima oleh semua pihak.8

2. Desa

Didalam PP No 72/2005 disebutkan bahwa desa adalah Kesatuan Masyarakat

hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui

dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Alokasi Dana Desa (ADD)

Menurut PP Nomor 72 tahun 2005, Alokasi Dana Desa adalah dana yang

dialokasikan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota untuk desa, yang bersumber dari

6Singarimbun, Masri. 1982. Metode Penelitian survey. LP3ES. Jakarta. Hlm: 17.

7Hamidi. 2004.. Metode Penelitian Kualitatif, Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan Laporan

Penelitian. UMM Press. Malang. Hlm :45. 8 Waidl, Abdul. Yuna Farhan & Diding Sakri. 2009. Anggaran Pro Kaum Miskin. LP3ES. Jakarta.

hlm 115

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27462/1/jiptummpp-gdl-mluqmanhak-31845...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggaran merupakan rencana kerja pemerintah dalam

17

bagian dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh

Kabupaten/Kota. Alokasi Dana Desa (ADD) juga diperkuat melalui Surat Edaran

Mendagri No.140/640/SJ tahun 2005 tentang pedoman ADD.

F. Definisi Operasional

Definisi Operasional merupakan salah satu langkah penting dalam penelitian

karena berperan sebagai alat ukur mengukur variable. Dalam penelitian ini

variable penelitiannya adalah Politik Anggaran Keuangan Desa dalam ADD 2011

Desa Pakijangan, Kecamatan Wonorejo, Kabupaten Pasuruan.

Dengan demikian definisi operasional merupakan penetapan dari indikator-

indikator yang akan dipelajari dan di analisa, sehingga nantinya dapat di peroleh

gambaran yang jelas, di antaranya sebagai berikut :

a. Arah Politik Anggaran Keuangan Desa pada ADD 2011

1. Perimbangan Kebijakan Anggaran pada ADD 2011

2. Gambaran proses politik anggaran pada ADD 2011

b. Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD)

1. Perencananaan Alokasi Dana Desa (ADD)

2. Pelaksanaan Alokasi Dana Desa (ADD)

3. Pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa (ADD)

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dengan alasan

agar dapat menggali informasi yang mendalam mengenai objek yang diteliti.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27462/1/jiptummpp-gdl-mluqmanhak-31845...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggaran merupakan rencana kerja pemerintah dalam

18

Metode deskriptif sebagai prosedur pemecahan masalah yang diteliti berdasarkan

fakta-fakta yang ada, sehingga tujuan dari metode deskriptif adalah untuk

menggambarkan tentang suatu masyarakat atau kelompok tertentu atau gambaran

tentang gejala sosial.9

Dalam penelitian deskriptif peneliti berusaha menggambarkan atau

mendeskripsikan secara tepat mengenai fenomena yang terjadi. “penelitian

deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan

menggambarkan atau melukiskan subyek atau obyek penelitian (seseorang,

lembaga, masyarakat dan lain-lain pada saat sekarang dan berdasarkan fakta-fakta

yang tampak atau sebagaimana adanya. Sebagaimana penelitian tentang Politik

Anggaran Keuangan Desa (Studi Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Tahun

2011 Desa Pakijangan, Kecamatan Wonorejo, Kabupaten Pasuruan.

2. Sumber Data

a. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber-sumber, pihak-

pihak yang menjadi objek penelitian ini antara lain data yang didapat

langsung dari lapangan. Dalam penelitian menjadi sumber data primer

adalah data dari Sekretaris Desa, BPD, Ketua RT.

b. Data Sekunder

Sumber data sekunder atau sumber data penunjang ini disebut sebagai

sumber tertulis, serta dapat dibagi menjadi sumber buku dan majalah ilmiah,

sumber data arsip, dokumen pribadi atau resmi, sumber data yang penulis

9 Soehartono, Irawan. 2002. Metode Penelitian Sosial. PT Remaja Rosdakarya. Bandung : hlm:35

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27462/1/jiptummpp-gdl-mluqmanhak-31845...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggaran merupakan rencana kerja pemerintah dalam

19

pergunakan dalam penelitian ini merupakan dokumen resmi dan sumber

data arsip yang dipunyai, yang berhubungan dengan penelitian. Dalam

penelitian menjadi sumber data sekunder diperoleh dari buku-buku atau

literatur, peraturan Perundang-undangan, penggalian data dari internet serta

observasi , laporan pertanggung jawaban ADD ,dokumentasi, dan arsip-

arsip yang ada pada Kantor pemerintahan Desa Pakijangan Kecamatan

Wonorejo, Kabupaten Pasuruan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan Jenis data yang akan dikumpulkan maka teknik penelitian yang

akan digunakan peneliti adalah berupa studi lapangan (FieldReseach) yang

merupakan suatu cara pengumpulan data yang dilakukan pada lokasi penelitian.

Pengumpulan data menurut cara ini dapat dilakukan dengan cara :

a. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan antara periset dan responden, dimana

jawaban responden akan menjadi data mentah. Secara khusus, wawancara

adalah alat yang baik untuk menghidupkan topik riset. Wawancara juga

merupakan metode bagus untuk melakukan pengumpulan data.10

b. Dokumentasi

Adalah laporan dari kejadian-kejadian yang berisi pandangan-

pandangan serta pemikiran-pemikiran manusia yang lalu, dokumen tersebut

secara sadar ditulis untuk tujuan komunikasi dan transfuse keterangan.11

10

Lisa, Harison . 2007. Metodologi Penelitian Politik Perdana. Media Group.Jakarta. Hlm:104 11

Muh. Nazir Ph.D. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta. hlm : 234

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27462/1/jiptummpp-gdl-mluqmanhak-31845...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggaran merupakan rencana kerja pemerintah dalam

20

Teknik ini dapat dilakukan dengan menggunakan cara mendapatkan

dokumen-dokumen atau arsip-arsip data, gambaran-gambaran tabel data,

dan lain-lain yang ada hubungannya dengan penelitian. Dalam penelitian ini

data yang diperoleh dari dokumen berasal dari Kantor Desa Pakijangan

Kecamatan Wonorejo, Kabupaten Pasuruan dan membaca serta mempelajari

buku-buku literatur, peraturan-peraturan perundang-undangan yang masih

berlaku yang ada kaitannya dengan masalah yang akan diteliti.

c. Observasi

Observasi adalah teknik pengumulan data dengan menggunakan

kegiatan pengamatan, Tanya jawab/wawancara dan pencatatan secara

sistematis yang langsung terhadap gejala-gejala dan peristiwa yang diteliti.

Data yang diperoleh dari metode observasi data tentang fasilitas-fasilitas

pembangunan berbagai sektor.

4. Subyek Penelitian

Subjek penelitian adalah benda, hal, atau orang tempat variabel penelitian

melekat, oleh karena itu subjek adalah seseorang atau lebih yang dipilih dengan

sengaja sebagai narasumber data yang dikumpulkan karena dianggap menguasai

bidang yang berhubungan dengan sasaran penelitian. Subjek yang dijadikan

narasumber penelitian oleh peneliti disini antara lain :

a. Sekretaris Desa (Carik)

b. 1 Orang Anggota BPD : Ketua BPD

c. 1 Orang Ketua RT : Ketua RT 3

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27462/1/jiptummpp-gdl-mluqmanhak-31845...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggaran merupakan rencana kerja pemerintah dalam

21

d. 1 Orang Tokoh Masyarakat : 1 ormas Karang Taruna

5. Lokasi Penelitian

Lokasi adalah tempat diamana peneliti mampu mengungkapkan fakta

supaya mendapatkan data-data dan informasi yang dibutuhkan oleh penyusun .

Adapun lokasi penelitian yang dipilih oleh penyusun adalah Desa Pakijangan,

Kecamatan Wonorejo Kabupaten Pasuruan.

6. Teknik Analisis Data

Metode Penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai proses pemecahan

masalah yang diselidiki dengan melukiskan keadaan subyek dan obyek penelitian

pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tamapak atau bagaimana adanya.

Setelah data-data yang dibutuhkan terkumpul, langkah berikutnya yang harus

dilakukan adalah menganalisis data tersebut dengan cara-cara tertentu yang pada

akhirnya bisa memberikan interprestasi atas hasil-hasil analisis. Analisis data

dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu :

a. Reduksi data adalah proses yang muncul dari catatan-catatan lapangan.

b. Penyajian data adalah kegiatan penyajian sekumpulan informasi dalam

bentuk naratif yang dibantu dengan metrik, grafik, jaringan, tabel, dan

bagan yang bertujuan mempertajam pemahaman penelitian terhadap

informasi yang diperoleh.

c. Penarikan Kesimpulan adalah mencari arti, pola-pola, penjelasan,

konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat, dan proposisi. Penarikan

kesimpulan dilakukan secara cermat dengan melakukan verifikasi berupa

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27462/1/jiptummpp-gdl-mluqmanhak-31845...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggaran merupakan rencana kerja pemerintah dalam

22

tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan sehingga data-data yang ada

teruji validitasnya.

Selain itu juga penelitian ini bersifat studi deskriptif kualitatif. Penelitian

deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu gejala tertentu. Penelitian

Kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati didukung

dengan studi literatur atau studi kepustakaan berdasarkan pendalaman kajian

pustaka berupa data dan angka, sehingga realitas dapat diapahami dengan baik12

.

Oleh karena itu penelitian ini menggunakan analisa kualitatif ialah mengolah dan

menganalisa data yang terkumpul menjadi data sistematik, teratu, terstruktur dan

mempunyai makna.13

12

Narbuka, Cholid. 2001. Metodologi Penelitian. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Hlm : 63 13

Sanapiah, Faisal. 2001. Dasar dan Teknik Penelitian Keilmuan Sosial. Rajawali. Jakarta. hlm :

25