Latar belakang2
description
Transcript of Latar belakang2
A. PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Bahasa tak terlepas dari hakikat keberadaan manusia karena itulah yang menjadi
piranti komunikasi antar manusia. Pada ungkapan di atas nampak bahwa manusia tanpa
bahasa sama seperti burung tanpa sayap, karena sayaplah yang mecirikan burung dan
bahasalah yang mencirikan manusia.
Bahasa merupakan alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi. Hal ini senada
dengan yang dikatakan oleh para pakar linguistik yang mengartikan bahasa sebagai satu
system lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh sekelompok anggota
masyarakat yang berinteraksi dan mengidentifikasi diri. Noam Chomsky menyebutkan bahwa
jika kita mempelajari bahasa maka pada hakikatnya kita sedang mempelajari esensi manusia,
yang menjadikan keunikan manusia itu sendiri. Tidak seorangpun bisa diajari bahasa karena
manusia diciptakan untuk berbahasa. Dalam artian bahwa pada kenyataannya manusia akan
berbahasa tanpa bisa dicegah agar dia tidak memperoleh bahasa. Chomsky juga menyatakan
bahwa manusia sejak lahir akan mempelajari bahasa dengan sendirinya, meski serumit
apapun anak akan memperoleh bahasa. Kemampuan bahasa pada anak-anak diperoleh
dengan sangat menakjubkan melalui beberapa cara. Pertama, anak dapat belajar bahasa apa
saja yang mereka dengar sehari-hari dengan cepat. bahasa apapun memiliki kalimat yang
tidak terbatas, dan kalimat-kalimat dari bahasa yang mereka dengar dan mereka ucapkan,
belum pernah ia dengar sebelumnya. Hal ini berarti anak-anak belajar bahasa tidak sekedar
meniru ucapan yang mereka dengar, anak-anak harus belajar konsep gramatikal yang abstrak
dalam menghubungkan kata-kata menjadi kalimat. Proses pemerolehan ini berlangsung
secara alami, tidak dengan cara menghafalkan kosakata, aturan-aturan gramatika, dan aplikasi
secara sosial. Kamus bahasa dalam otak anak tersusun secara otomatis tanpa teori, sedangkan
kemampuan gramatika anak terasah dari pemerolehan yang disimaknya.
(http://ningsihsriwahyu.wordpress.com/2012/03/18/pemerolehan-bah/)
Pemerolehan bahasa merupakan salah satu hal yang menarik untuk dikaji karena hal
itu menyangkut berbagai aspek perkembangan anak. Perkembangan bahasa erat kaitannya
dengan perkembangan kognisi, keduanya mempunyai hubungan timbale balik.
Perkembangan kognisi anak tugrahita mengalami hambatan, karenanya perkembangan
bahasanya juga akan terhambat. Anak tuna grahita pada umumnya tidak bisa menggunakan
1
kalimat majemuk, dalam percakapan sehari – hari mereka lebih banyak menggunakan kalimat
tunggal. anak tunagrahita pada umumnya mengalami gangguan artikulasi, kualitas suara, dan
ritme. Selain itu anak tunagrahita mengalami kelambatan dalam perkembangan bicara
(ekspresive auditori language). Dalam perkembangan morfologi anak normal menguasai
peningkatan sejumlah morfem sejalan dengan perkembangan umum. Hambatan tersebut
ditunjukkan dengan tidak seiramanya antara perkembangan bahasa dengan usia kalendernya
(cronolical age), tetapi lebih seirama dengan usia mentalnya (mental age). Hasil penelitian
Robert Ingall (Rochyadi, 2005) tentang kemampuan berbahasa anak tunagrahita dengan
menggunakan ITPA (Illionis Test of Psycholinguistic Abilities), menunjukkan bahwa 1) anak
tunagrahita memperoleh keterampilan berbahasa pada dasarnya sama seperti anak normal, 2)
kecepatan anak tunagrahita dalam memperoleh keterampilan berbahasa jauh lebih rendah dari
pada anak normal, 3) kebanyakan anak tunagrahita tidak dapat mencapai keterampilan bahasa
yang sempurna, 4) perkembangan bahasa anak tunagrahita sangat terlambat dibandingkan
dengan anak normal, sekalipun pada MA yang sama, 5) anak tunagrahita mengalami
kesulitan tertentu dalam menguasai gramatikal, 6) bahasa tunagrahita bersifat kongkrit, 7)
anak tunagrahita tidak dapat dapat menggunakan kalimat majemuk. Ia akan banyak
menggunakan kalimat tunggal. Anak tunagrahita merupakan anak yang memilih intelegensi
di bawah normal. Rendahnya intelegensi membuat anak tunagrahita mengalami masalah
dalam perkembangannya, termasuk dalam berbahasa. Meski demikian, anak tunagrahita tetap
membutuhkan bahasa sebagai alat komunikasi. Ketika melakukan pemerolehan sintaktis,
permasalahan yang dihadapi anak tunagrahita lebih rumit. Kesulitan yang dihadapinya tidak
hanya berkaitan dengan keterlambatan dan keterbatasan dalam penguasaan sebelumnya, juga
berkaitan dengan terbatasnya kemampuan untuk menghubungkan kata yang satu dengan kata
yang lain dalam membentuk sebuah kalimat.
Pada tingkat ujaran anak tuna grahita menghadapi gangguan dalam proses
berkomunnikasi dengan lingkungannya. Terbatasnya kecerdasan anak tunagrahita
menyebablan kesulitan dalam menguasai keterampilan berbahasa, khususnya berbicara.
Penggunaan kosakata anak tuna grahita sangat terbatas pengucapan kata sering tidak jelas
sehingga pembicaraannya slit dimengerti. Ryan , seorang anak tunagrahita yang berumur 12
tahun. Ryan merupakan anak tunagrahita sedang karena keterbatasan kosakata yang
dimilikinya dan juga sering tidak jelas pengucapan katanya. Dalam berkomunikasi , ryan
tidak nyambung atau tidak selaras dengan pertanyaan yang diajukan kepadanya , terkadang
hanya menjawab dengan bahasa tubuh seperti anggukan kepala , senyuman dan penunjukan
2
suatu tempat. Kalimat yang diujarkan olehnya termasuk kalimat sederhana , dengan kurang
jelasnya pengujaran kosakatanya. Dia hanya bisa menggunakan 1 bahasa saja yaitu bahasa
jawa. Berdasarkan uraian di atas, peneliti terdorong untuk mengambil judul tentang
“Pemerolehan Bahasa pada Anak Tunagrahita”.
2. Rumusan masalah
a. Bagaiamana struktur sintaksis pada anak tunagrahita ?
b. Apa saja jenis kalimat yang diperoleh oleh anak tunagrahita ?
3. Tujuan
a. Mengetahui struktur sintaksis yang dikuasai oleh anak tunagrahita
b. Mengetahui jenis kalimat yang dikuasai oleh anak tunagrahita
3
B. LANDASAN TEORI
KALIMAT
1.1 Penentuan kalimat
Bahasa terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan bentuk dan lapisan arti yang dinyatakan
oleh bentuk. bentuk nahssa terdiri dari satuan-satuan yang dapat dibedakan menjadi dua
satuan, yaitu satuan fonologik dan satuan gramatikal. Satuan fonologik meliputi fonem dan
suku, sedangkan satuan gramatikal meliputi wacana, kalimat, klausa, frase, kata, dan morfem.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang
mengungkapkan pikiran yang utuh). Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara
naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikut oleh
kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses
fonologisnya. Dalam wujud tulisan beruruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!); sementara itu, diddalamnya
disertakan pula berbagai tanda baca seperti koma (,), titik dua (:), tanda pisah (-), dan spasi.
Tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru sepadan dengan intonasi akhir, sedangkan dengan
tanda baca lain sepadan dengan jeda. Spasi yang mengkuti tanda titik, tanda tanya, dan tanda
seu melambangkan kesenyapan.(Alwi et all.2010:317)
Kalimat ada yang terdiri dari satu kata, misalnya Ah!; Kemarin: ada yang terdiri dari
dua kata, misalnya Itu toko.; Ia mahasiswa.; ada yang terdiri dari tiga kata, misalnya Ia
sedang membaca.; Mereka akan berangkat.; dan ada yang terdiri dari dari empat,lima, enam
kata dan seterusnya. Sesungguhnya yang menentukan satuan kalimat bukannya sebanyaknya
kata yang menjadi unsurnya, melainkan intonasinya. Setiap satuan kalimat dibatasi oleh
adanya jeda panjang yang diseryai nada akhir turun atau naik. (Ramlan. 2005:21)
1.2 Bagian-bagian kalimat
Dilihat dari segi bentuknya, kalimat dapat dirumuskan sebagai konstruksi sintaksis
terbesar yang terdiri atas dua kata atau lebih. Hubungan struktural antara kata dan kata, atau
kelompok kata dan kelompok kata lain, berbeda-beda. Sementara itu, kedudukan tiap kata
tatau kelompok kata dalam kalimat itu berbeda-beda pula. Ada kata atau kelompok kata yang
dapat dihilangkan dengan menghasilkan bentuk yang tetap berupa kalimat dan ada pula yang
tidak. Antar kalimat dan kata terdapat dua satuan sintaksis, yaitu klausa dan frasa. Kalusa
4
merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata, atau lebih yang mengandung unsur
predikasi sedangkan frasa adalah stuan sintaksis yang terdiri dari atas dua kata atau lebih
yang tidak mengandung unsur predikasi.
1.2.1 Kalimat dan Klausa
Kalimat dalam banyak hal tidak berbeda dengan kalusa. Baik kalimat maupun
klausa merupakan konstruksi sintaksis yang mengandung unsur predikasi. Dilihat dari
segi struktur internalnya, kalimat dan kalusa keduanya terdiri atas unsur predikat dan
subyek dengan atau tanpa objek, pelengkap, atau keterangan. Perhatikan contoh
berikut.
a. Dia pergi pukul 6.
b. Saya sedang mandi.
c. Dia pergi pukul 6 ketika saya sedang mandi.
Ketiga konstruksi pada contoh itu merupakan kalimat karena masing-masing
tidak menjadi bagian dari konstruksi yang lebih mbesar kalimat (a) terdiri atas satu
kalusa dengan struktur ‘subyek + predikat + keterangan’ ; kalimat (b) juga terdiri atas
satu klausa dengan struktur ‘sunyek + predikat +’. Pada (c) terdapat dua kalusa, yaitu
dia pergi pukul 6 dengan struktur ‘subyek + predikat + keterangan’ dan ketika saya
sedang mandi dengan struktur ‘konjungtor + subyek + predikat’. Klausa yang terakhir
ini merupakan bagian dai konstruksi sintaksis lebih besar, yaitu klausa dia pergi pukul
6. Klausa dia pergi pukul 6 yang lebih besar pada (c) itu lazim disebut kalusa utama
atau induk kalimat, sedangkan klausa ketika saya sedang mandi disebut klausa
subrdinat atau anak kalimat. Sementara kalimat (a) dan (b), yang masing-masing
hanya terdiri atas satu klausa, disebut kalimat tunggal, sedangkan kalimat (c), yang
terdiri atas dua klausa, disebut kalimat majemuk.
Kalimat tak berklausa ialah kalimat yang tidak terdiri dari klausa. Misalnya
a. Astaga!
b. Selamat malam!
c. Selamat belajar!
1.3 Unsur Inti dan Unsur Bukan Inti
5
Sebuah kalimat minimal terdiri atas dua unsur, yaitu subyek dan predikat. Kedua
unsur tersebut keadirannya bersifat wajib. Unsur yang kehadirannya bersifat wajib itu disebut
unsur inti. Yang tergolong unsur inti kalimat adalah S, P, O, Pel. Selain itu, dalam sebuah
kalimat kadang-kadang terdapat kata atau kelompok kata yang daat dihilangkan tanpa
mengurangi kebermaknaan kalimat karena kehadirannya tidak wajib. Unsur tersebut disebut
unsur bukan inti. Yang tergolong unsur bukan inti adalah K.
1.4 Struktur Kalimat Dasar
Yang dimaksud dengan kalimat dasar adalah kalimat yang terdiri dari atas satu klausa,
unsur-unsurnya lengkap, susunan unsur-usnsurnya menurut urutaan yang paling umum dan
tidak mengandung pertanyaan atau pengingkaran (alwi dkk., 326:2010). Dengan kata lain,
kalimat dasar identuk dengan kalimat tunggal deklaratif afirmatif yang urutan unsur-unsurnya
paling lazim. Kalimat dasar ini sering disebut dengan kalimat inti, yaitu kalimat yang belum
mengalami perubahan struktur dasarnya. Struktur atau pola kalimat dasar bahasa indonesia
itu terdiri dari atas lima pola, yaitu :
1. N + N (Nomina + Nomina)
2. N + V ( Nomina + Verba)
3. N + Adj ( Nomina + Adjektiva)
4. N + Nu (nomina + Numeralia), dan
5. N + Fpre (Nomina + Frasa Preposisional).
Contoh-contoh kalimat dibawah ini.
1. Ayah guru. (N+N)
2. Mereka bekerja (N+V)
3. Dia pandai (N+Adj)
4. Siswanya banyak (N+Nu)
5. Saya ke jakarta (N+Fpre)
Pada contoh kalimat 1 , konstituen ayah berupa nomina dan guru juga berupa nomina. Pada
kalimat 2, konstituen mereka berupa nomina dan bekerja berupa verba. Konstituen dia pada
kalimat 3 sebagai nomina dan pandai sebagai adjektiva. Pada kalimat 4, konstituen siswanya
sebagai nomina dan banyak sebagai numeralia. Pada kalimat 5, konstituen saya sebagai
nomina dan ke jakarta sebagai frasa preposisisonal.
6
Berdasarkan paparan tersebut, kalimat dasar bahasa indonesia berupa (1) kalimat pelengkap,
(2) kalimat sederhana, (3) kalimat berita, (4) kalimat normal (susun biasa), (5) kalimat postif,
(6) kalimat tunggal, dan (7) kalimat aktif jika P-nya verba.
1.5 Pola Kalimat Dasar
Kalimat dasar ialah kalimat yang berisi informasi pokok dalam struktrur inti, belum
mengalami perubahan. Perubahan itu dapat berupa penambahan unsur seperti penambahan
keterangan kalimat ataupun keterangan subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap. Kalimat
dasar dapat dibedakan ke dalam delapan tipe sebagai berikut.
1.5.1 Kalimat Dasar Berpola S P
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe
ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan.
1.5.2 Kalimat Dasar Berpola S P O
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. subjek berupa
nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek berupa nomina atau
frasa nominal.
1.5.3 Kalimat Dasar Berpola S P Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek berupa
nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, dan
pelengkap berupa nomina atau adjektiva. Misalnya:
Anaknya / beternak / ayam.
S P Pel.
1.5.4 Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.
Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek
berupa nomina atau frasa nominal, dan pelengkap berupa nomina atau frasa nominal.
Misalnya:
Dia / mengirimi / saya / surat.
7
S P O Pel.
1.5.5 Kalimat Dasar Berpola S P K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur
keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal,
predikat berupa verba intransitif, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Mereka / berasal / dari Surabaya.
S P K
1.5.6 Kalimat Dasar Berpola S P O K
subjek berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba intransitif, objek
berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
1.5.7 Kalimat Dasar Berpola S P Pel. K
Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata
sifat, pelengkap berupa nomina atau adjektiva, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
Misalnya :
Ungu / bermain / musik / di atas panggung.
S P Pel. K
1.5.8 Kalimat Dasar Berpola S P O Pel. K
Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek
berupa nomina atau frasa nominal, pelengkap berupa nomina atau frasa nominal, dan
keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Dia / mengirimi / ibunya / uang / setiap bulan.
S P O Pel. K
1.6 JENIS KALIMAT
Samsuri (1985) (dalam buku sintaksis bahasa indonesia karangan syamsul ghufron iib
marzuqi.,2013.,hal 70) membagi kalimat berdasarkan aliran transformasi, yaitu (1) kalimat
8
tunggal dan (2) kalimat transformasi (kalimat turunan). Kalimat dasar terbatas jumlahnya,
yaitu berdasarkan strukturnya.
Ramlan (1987) membagi kalimat berdasarkan (1) unsurnya, (2) fungsi dalam
hubungan situasi, dan (3) jumlah klausa. Berdasarkan unsurnya, kalimat dibedakan menjadi
berklausa dan tak berklausa. Berdasarkan funsi dalam hubungan situasi, kalimat dibedakan
menjadi kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimay suruh. Berdasarkan jumlah klausanya,
kalimat dibedakan menjadi kalimat sederhana dan kalimat luas.
Jenis kalimat dapat ditinjau dari sudut (a) jumlah klausanya, (b) bentuk sintaksisnya,
(c) kelengkapan unsurnya, dan (d) susunan subjek dan predikatnya. Berdasarkan jumlah
klausanya, kalimat dapat dibagi atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal
dapat dibeda-bedakan lagi berdasarkan kategori predikatnya menjadi (1) kalimat berpredikat
verbal, (2) kalimat berpredikat adjektival, (3) kalimat berpredikat nominal (termasuk
pronominal), (4) kalimat berpredikat numeral, dan (5) kalimat berpredikat frasa
preposisional. Kalimat verbal dapat dikelompokkan, berdasarkan kemungkinan kehadiran
nomina atau frasa nominal objeknya, atas (i) kalimat taktransitif, (ii) kalimat ekatransitif, dam
(iii) kalimat dwitransitif. Sementara itu, kalimat verbal dapat pula dibedakan berdasarkan
peran subjeknya atas kalimat aktif (jika subjek berperan sebagai perilaku) dan kalimat pasif
(jika subjek berperan sebagai sasaran). Kalimat majemuk juga dapat dibagi lagi atas (1)
kalimat majemuk setara dan (2) kalimat majemuk bertingkat.
Berdasarkan pengklasifikasian para tokoh tersebut, kalimat bahasa bahasa indonesia
dibedakan menjadi :
1.6.1 Berdasarkan Pengucapan
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang.
Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda petik dua (“….”) dan dapat berupa
kalimat tanya atau kalimat perintah.
9
2. Kalimat Tak Langsung
Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau
perkataan orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan tanda petik dua
dan sudah dirubah menjadi kalimat berita.
1.6.2 Berdasarkan Jumlah Frasa (Struktur Gramatikal)
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang terdiri
dari satu subjek dan satu predikat. Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah:
* KB + KK (Kata Benda + Kata Kerja)
Contoh:Victoria bernyanyi S/ P
* KB + KS (Kata Benda + Kata Sifat)Contoh: Ika sangat rajin
S/ P
* KB + KBil (Kata Benda + Kata Bilangan)
Contoh:Masalahnya seribu satu. S/ P
Kalimat tunggal dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.
Contoh: Saya siswa kelas VI.
b. Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja.
Contoh:Adik bernyanyi.
2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk terdiri atas dua atau lebih kalimat tunggal yang saling
berhubungan baik kordinasi maupun subordinasi. Kalimat majemuk dapat dibedakan
atas 3 jenis, yaitu:
10
1. Kalimat Majemuk Setara (KMS)
Kalimat ini terbentuk dari 2 atau lebih kalimat tunggal dan kedudukan tiap kalimat
sederajat.
* KMS Penggabungan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata
dan atau serta.
Contoh:- Kami mencari bahan dan mereka meramunya.
* KMS Pertentangan. Dua kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata tetapi,
sedangkan, namun, melainkan. Kedua kalimat tersebut menunjukkan hubungan
pertentangan.
Contoh:- Bukan saya memecahkan gelas itu, melainkan kakak.
* KMS Pemilihan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata atau.
Contoh:- Makalah ini harus dikumpukan besok atau minggu depan.
* KMS Penguatan. Dua atau lebih kalimat tunggal dihubungkan dengan kata bahkan.
Contoh:- Pencuri itu tidak hanya dipukuli oleh masa, bahkan dia disiksa dengan sadis.
* KMS yang dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata
lalu dan kemudian, untuk menandakan suatu kejadian yang berurutan.
Contoh:- Mula-mula disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SD, kemudian
disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SMP.
2. Kalimat Majemuk Bertingkat (KMB)
Kalimat majemuk setara terdiri atas satu suku kaliamat bebas dan satu suku kalimat
yang tidak bebas. Kedua kalimat tersebut memiliki pola hubungan yang tidak sederajat.
Bagian yang memiliki kedudukan lebih penting (inti gagasan) disebut sebagai klausa
utama (induk kalimat). Bagian yang lebih rendah kedudukakannya disebut dengan klausa
sematan (anak kalimat).
11
Ada beberapa penanda hubungan / konjungsi yang dipergunakan oleh kalimat
majemuk bertingkat, yaitu:
1. Waktu : ketika, sejak
2. Sebab : karena, Oleh karena itu, sebab, oleh sebab itu
3. Akibat : hingga, sehingga, maka
4. Syarat : jika, asalkan, apabila
5. Perlawanan : meskipun, walaupun
6. Pengandaian : andaikata, seandainya
7. Tujuan : agar, supaya, untuk, biar
8. Perbandingan : seperti, laksana, ibarat, seolah-olah
9. Pembatasan : kecuali, selain
10. Alat : dengan+ katabenda: dengan tongkat
11. Kesertaan : dengan+ orang
Contoh:- Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, para hacker masih
dapat mengacaukan data-data komputer itu.
- Induk kalimat: Para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.
- Anak kalimat: Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern.
3. Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk
bertingkat atau kebalikannya.
Contoh:- Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.
KMS: Kami berhenti dan langsung pulang.
KMC: Kami berhenti karena hari sudah malam.
- Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.
KMS: Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja.
12
KMB: Mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.
1.6.3 Berdasarkan Isi atau Fungsinya
Kalimat dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:
1. Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang bertujuan memberikan perintah kepada orang
lain untuk melakukan sesuatu.
* Kalimat perintah biasa, ditandai dengan partikel lah.
* Kalimat larangan, ditandai dengan penggunaan kata jangan.
* Kalimat ajakan, ditandai dengan kata mohon, tolong, silahkan.
2. Kalimat Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu.
* Kalimat berita kepastian
Contoh : Nenek akan datang dari Bandung besok pagi.
* Kalimat berita pengingkaran
Contoh : Saya tidak akan datang pada acara ulang tahunmu.
* Kalimat berita kesangsian
Contoh : Bapak mungkin akan tiba besok pagi.
* Kalmat berita bentuk lainnya
Contoh : Kami tidak taahu mengapa dia datang terlambat.
3. Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk memperoleh suatu informasi atau
reaksi (jawaban) yang diharapkan. Contoh:- Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai
dengan disainnya?
13
4. Kalimat Seruan
Kalimat seruan adalah kalimat yang digunakan untuk mengungkapakan perasaa ‘yang
kuat’ atau yang mendadak. Kalimat seruan biasanya ditandai dengan intonsi yang tinggi
dalam pelafalannya dan menggunakan tanda seru (!) atau tanda titik (.) dalam
penulisannya.
Contoh:- Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.
1.6.4 Berdasarkan Unsur Kalimat
Kalimat dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri dari satu buah
subyek dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat lengkap.
Contoh :- Mahasiswa berdiskusi di dalam kelas.S P K
2. Kalimat Tidak Lengkap
Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna karena hanya memiliki
subyek saja, atau predikat saja, atau objek saja atau keterangan saja. Kalimat tidak
lengkap biasanya berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban,
seruan, larangan, sapaan dan kekaguman.
Contoh:- Selamat sore
- Silakan Masuk!
1.6.5 Berdasarkan Susunan S-P
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Inversi
Kalimat inversi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjeknya. Kalimat ini
biasanya dipakau untuk penekanan atau ketegasan makna.
14
Contoh:- Ambilkan koran di atas kursi itu! P S
2. Kalimat Versi
Kalimat versi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan
pola kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K).
Contoh:- Penelitian ini dilakukan mereka sejak 2 bulan yang lalu. S P O K - Aku dan dia bertemu di cafe ini.
S P K
1.6.6 Berdasarkan Bentuk Gaya Penyajiannya (Retorikanya)
Kalimat dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
1. Kalimat Yang Melepas
Kalimat yang melepas terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh
unsur utama (induk kalimat) dan diikuti oleh unsur tambahan (anak kalimat). Unsur anak
kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya. Jika unsur anak kalimat tidak
diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap.
Contoh;- Semua warga negara harus menaati segala perundang-undangan yang berlaku
agar kehidupan di negeri ini berjalan dengan tertib dan aman.
2. Kalimat yang Klimaks
Kalimat klimaks terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh anak
kalimat dan diikuti oleh induk kalimat. Kalimat belum dapat dipahami jika hanya
membaca anak kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa masih ada sesuatu yang
ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karen itu, penyajian kalimat ini terasa berklimaks
dan terasa membentuk ketegangan.
15
Contoh:- Setelah 1.138 hari disekap dalam sebuah ruangan akhirnya tiga sandera warga
negara Prancis itu dibebaskan juga.
3. Kalimat yang Berimbang
Kalimat yang berimbang disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara dan kalimat
majemuk campuran, Struktur kalimat ini memperlihatkan kesejajaran yang sejalan dan
dituangkan ke dalam bangun kalimat yang simetri.
Contoh:- Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik
berlomba melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.
1.6.7 Berdasarkan Subjeknya
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kaliamat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan/tindakan.
Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan me- dan ber-.
Predikat juga dapat berupa kata kerja aus (kata kerja yang tidak dapat dilekati oleh
awalan me–saja), misalnya pergi, tidur, mandi, dll (kecuali makan dan minum).
Contoh:- Mereka akan berangkat besok pagi.
Kalimat aktif dibedakan menjadi 2, yaitu:
1.1 Kalimat Aktif Transitif
Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang dapat diikuti oleh objek penderita
(O1). Predikat pada kalimat ini biasanya berawalam me- dan selalu dapatt dirubah
menjadi kalimat pasif.
Contoh: Eni mencuci piring. S P O
16
1.2 Kalimat Aktif Intransitif
Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak dapat diikuti oleh objek
penderita (O1). Predikat pada kalimat ini biasanya berawaln ber-. Kalimat yang
berawalan me- tidak diikuti dengan O1. Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi
kalimat pasif.
Contoh:- Mereka berangkat minggu depan.
S P K
1.3 Kalimat Semi Transitif
Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kal pasif karena disertai oleh
pelengkap bukan objek.
Contoh: Dian kehilangan pensil. S P Pel.
2. Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan/tindakan.
Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di- dan ter- dan
diikuti oleh kata depan oleh.
Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
2.1 Kalimat Pasif Biasa
Kalimat pasif ini biasanya diperoleh dari kalimat aktif transitif. Predikat pada
kalimat ini berawalan di-,ter-,ke-an.
Contoh: Piring dicuci Eni.. S P O2
2.2 Kalimat Pasif Zero
Kalimat pasif zero adalah kalimat yang objek pelakunya(O2) melekat
berdekatan dengan O2 tanpa disisipi dengan kata lain. Predikat pada kalimat
17
ini berakhiran -kan dan akan terjadi penghilangan awalan di-. Predikatnya juga
dapat berupa kata dasar berkelas kerja kecuali kata kerja aus. Kalimat pasif
zero ini berhubungan dengan kalimat baku.
Contoh:Ku pukul adik. ` O P S
2. Anak Tunagrahita
Anak tunagrahita adalah kondisi anak yang kecerdasannya jauh dibawah rata – rata
yang ditandai oleh keterbatasan intelejensi dan ketidakcakapan dalam interaksi social. Anak
tuna grahita atau dikenal juga dengan istilah terbelakang mental karena keterbatasan
kecerdasannya sukar untuk mengkuti program pendidikan disekolah biasa secara klasikal,
oleh karena itu anak terbelakang mental membutuhkan pelayanan pendidikan secara khusus,
yakni disesuaikan dengan kemampuan anak itu. Penyesuaian perilaku maksudnya saat ini
seorang dikatakan tunagrahita bukanlah hanya dilihat IQ-nya akan tetapi perlu dilihat sampai
sejauh mana anak ini dapat menyesuaikan diri. Jadi bila anak ini dapat menyesuaikan diri
maka tidaklah lengkap ia dipandang sebagai anak tunagrahita. Pengelompokan pada
umumnya berdasarkan pada intelegensinya, yang terdiri dari terbelakang ringan, sedang,
dan berat. Kemampuan intelegensi anak tunagrahita diukur dengan tes Standford Bine dan
skala Weschler (WISC)
1. TUNAGRAHITA RINGAN
Disebut juga moron atau debil. Kelompok ini memiliki IQ antara 68-62 menurut
binet, sedangkan menurut skala Weschler (WISC) memiliki IQ 69-55. Mereka masih dapat
belajar membaca,menulis dan berhitung sederhana dengan bimbingan dan pendidikan yang
baik,anak terbelakang ringan pada saatnya akan dapat memperoleh penghasilan untuk dirinya
sendiri. Anak terbelakang mental ringan dapat dimiliki menjadi tenaga kerja semi skilled
seperti pekerjaan laundry,peternakan,pekerjaan rumahtangga,bahkan jika dibimbing dengan
baik dapat bekerja di pabrik – pabrik dengan sedikit pengawasan. Namun demikian,mereka
tidak mampu melakukan penyesuaian social secara independen. Ia bahkan sering berbuat
18
kesalahan. Pada umumnya anak tunanetra ringan tidak mengalami gangguan fisik .secara
fisik mereka tampak seperti anak normal pada umumnya. Bila dikehendaki mereka ini masih
dapat bersekolah,maka mereka akan dilayani pada kelas khusus dengan guru dari pendidikan
luar biasa.
2. TUNAGRAHITA SEDANG
Anak tunagrahita sedang disebut juga imbisil.kelompok ini memiliki IQ 51-36
berdasarkan skala binned sedangkan menurut skala wischler (WISC) memiliki IQ 54-40.
Anak Tunagrahita sangat sulit bahkan tidak dapat belajar secara akademik seperti belajar
menulis,membaca dan berhitung.walaupun mereka dapat belajar secara akademik seperti
belajar menulis,membaca dan berhitung,mengrurus diri seperti mandi,berpakaian,makan dan
minum dalam kehidupan sehari – hari masih membutuhkan pengawasan yang terus menerus.
3. TUNAGRAHITA BERAT
Kelompok anak tunagrahita berat sering disebut idiot.kelompok dapat dibedalkan lagi
antara anak tunagrahita berat (severe) dan sangat berat (profound).Anak tunagrahita berat
memerlukan bantuan secara total dalam hal berpakaian,mandi,makan,dll.bahkan mereka
memerlukan perlindungan dari bahaya sampai sepanjang hidupnya.
(Yulianita,Ninit.2009.”Anak Tunagrahita”.
https://sites.google.com/site/myarticle1/my-article-2/orthopedagogik/anaktunagrahit/. (Online).
Diakses Tanggal 18 Desember 2014)
Perkembangan bahasa erat kaitannya dengan perkembangan kognisi, keduanya
mempunyai hubungan timbale balik. Perkembangan kognisi anak tugrahita mengalami
hambatan, karenanya perkembangan bahasanya juga akan terhambat. Anak tuna grahita pada
umumnya tidak bias menggunakan kalimat majemuk, dalam percakapan sehari – hari mereka
lebih banyak menggunakan kalimat tunggal. Ketika anak tunagrahita dibandingkan dengan
anak normal pada CA yang sama, anak tunagrahita pada umumnya mengalami gangguan
artikulasi, kualitas suara, dan ritme. Selain itu anak tunagrahita mengalami kelambatan dalam
perkembangan bicara (ekspresive auditori language). Dalam perkembangan morfologi anak
normal menguasai peningkatan sejumlah morfem sejalan dengan perkembangan umum.
Demikian juga anak tunagrahita dan anak normal yang memiliki MA yang sama
memperlihatkan level yang sama dalam perkembangan morfologi. Akan tetapi anak
tunagrahita yang memiliki CA yang sama dengan anak normal, anak tunagrahita memiliki
tahap lebih rendah dengan perkembangan morfologinya.
19
Hal terakhir dari perkembangan bahasa berkaitan dengan kemampuan bahasa yang
disebut semantic. Anak – anak memperlihatkan perkembangan semantic sama seperti pada
komponen lainnya. Anak terbelakang menunjukkan perkembangan semantic lebih lambat
dari pada anak normal. Tetapi tidak ada bukti bahwa mereka memiliki perbedaan pola
perkembangan sintaksis. Perkembangan vocabulary anak tunagrahita telah diteliti secara luas.
Hasilnya menunjukkan bahwa anak tunagrahita lebih lambat dari pada anak normal dari pada
kata permenit lebih banyak menggunakan kata-kata positif, lebih sering menggunakan kata-
kata yang lebih umum, hampir tidak pernah menggunakan kata-kata yang lebih umum,
hampir tidak pernah menggukan kata ganti, lebih sering menggunakan kata-kata bentuk
tunggal, dan anak tunagrahita dapat menggunakan kata-kata bervariasi.
C. OBJEK PENELITIAN
Objek penelitian adalah seorang anak laki-laki berusia 12 tahun bernama Ryan yang
tinggal di daerah Kalijudan , surabaya. Dia sebagai anak pertama dari 3 bersaudara , ayahnya
bekerja sebagai supir , ibunya sebagai ibu rumah tangga . Penelitian ini dilakukan di
rumahnya , yaitu di Kalijudan, Surabaya.
D. METODE PENELITIAN
Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan cara
observasional terkontrol karena peralatan yang digunakan sebagai media untuk memancing
tuturan subjek telah dipersiapkan sebelumnya Selain itu, peneliti juga mempersiapkan segala
bentuk kebutuhan dan menyusun jadwal penelitian. Hal ini dilakukan agar waktu yang
digunakan untuk penelitian menjadi lebih efisien.
Data yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan melalui percakapan langsung
subjek penelitian dengan objek penelitinya. Data bersumber dari kemampuan berbahasa
objek yang tidak dapat dimanipulasi sehingga diperlukan kondisi yang sebenarnya dari objek
penelitian. Data kebahasaan yang diperoleh dalam penelitian ini didapatkan melalui
pertanyaan peneliti terhadap topik pembicaraan sehari-hari.
Dalam pengambilan data dengan metode ini peneliti menggunakan teknik sadap.
Penyadapan dilakukan agar subjek dapat memproduksi tuturan yang senatural mungkin.
Peneliti menyadap penggunaan bahasa objek penelitian, selain melakukan penyadapan,
peneliti juga terlibat aktif dalam pembicaraan dengan objek penelitian.
Peneliti merekam tuturan subjek dengan menggunakan voicenote. Penggunaan
voicenote dipilih peneliti karena kepraktisan dan ketersediaan alat rekam.
20
Setelah melewati serangkaian proses untuk mendapatkan data, tahapan selanjutnya
metranskripsikan data. Sebelum mentranskripsikan data peneliti menentukan rekaman yang
dapat dijadikan data dan rekaman yang tidak dapat dijadikan data. Hal ini disebabkan oleh
situasi yang tidak kondusif selama pengambilan data sehingga banyak rekaman yang tidak
terdeteksi.
E. ANALISIS
Dalam percakapan di atas dapat diketahui bahwa sebenarnya dia mengetahui maksud
pertanyaan peneliti namun tidak bisa menjawab dengan ujaran namun dijawab dengan
jabatan tangan.
Struktur sintaksis yang diperolehnya juga sangat rendah , hal ini dapat diketahui dalam
penggunaan kalimat dalam wawancara diatas menggunakan kalimat sederhana , bahkan
cenderung menjawab dengan satu kosakata.
a. Struktur kalimat
Berdasarkan dalam percakapan atau ujaran dapat diperoleh penguasaan struktur sintaksis :
1. Struktur N+V (Nomina + Verb)
Penggunaan struktur tersebut ditunjukkan dalam ujaran :
“buk, mimik”. (Nomina+Verba)
“ayok yah Bal-balan”. (Nomina+Verba)
2. Struktur N+Adj (Nomina+Adjektiva)
Penggunaan struktur tersebut ditunjukkan dalam ujaran :
“ (aku) seneng” (Nomina+Adjektiva)
“(aku) isok” (Nomina+Adjektiva)
3. Struktur N+Fpre (Nomina+Frasa Preposisional)
Penggunaan struktur tersebut ditunjukkan dalam ujaran :
“ (bola e) iku,iku” (Nomina+Frasa Preposisional)
“yah ayoh” (Nomina+Frasa Preposisional)
“he he he,enyoh! (Nomina+Frasa Preposisional)
b. Jenis Kalimat
Jenis kalimat yang diperoleh yang diperoleh anak tunagrahita tersebut adalah:
a. Berdasarkan jumlah frasa (struktur gramatikalnya).
1. Kalimat tunggal
Kata benda+kata kerja : a. “buk, mimik”. S P
21
b. “ayok yah Bal-balan” S P
Kata benda+kata sifat : a. “ (aku) seneng” S P
b.“(aku) isok” S P
b. Berdasarkan unsur kalimat
1. Kalimat lengkap : a. “buk, mimik.” S P
b.“ayok yah Bal-balan.” S P
2. Kalimat tak lengkap : a. “Ayoh!” S
b. “baaaahhhh!” S
c. “Iku, iku”. K d. “Hewek”
S e. “Seneng.”
P f. “Isok.” P
g. “Mii..millah” S
c. berdasarkan isi atau fungsinya1. kalimat perintah :
kalimat perintah ajakan : a. “ayoh!” S
b. “ayok ayok bal-balan!”S P
c. “ayok yah bal-balan!”S P
d. “he he he enyoh!”S P
22
F. SIMPULAN
Perkembangan kognisi anak tugrahita mengalami hambatan, karenanya
perkembangan bahasanya juga akan terhambat. Anak tuna grahita pada umumnya tidak bisa
menggunakan kalimat majemuk, dalam percakapan sehari – hari mereka lebih banyak
menggunakan kalimat tunggal. Dari percakapan di atas menunjukkan bahwa kurangnya
pemahaman bahasa dalam berbicara sehingga percakapan cenderung di dominasi olehnya.
Dari analisis di atas dapat diketahui bahwa anak tunagrahita yang kami teliti hanya
menggunakan 3 jenis struktur kalimat saja yaitu : (1) Nomina+Verb (N+V), (2)
Nomina+Adjektiva (N+Adj), dan (3) Nomina+Frasa Preposisional ( N+Fpre) dan
penggunanan jenis kalimat hanya kalimat tunggal, kalimat tak lengkap dan kalimat perintah .
23
DAFTAR PUSTAKA
Santoso,Hargio. 2012. “Cara Memahami dan Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus”Yogyakarta:Gosyen Publishing
Yulianita,Ninit.2009.”Anak Tunagrahita”. https://sites.google.com/site/myarticle1/my-article-2/orthopedagogik/anaktunagrahit/. (Online). Diakses Tanggal 18 Desember 2014
Alimin, Zainal.-.”Anak Berkebutuhan Khusus”.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195903241984031ZAENAL_ALIMIN/MODUL_1_UNIT_2.pdf
Ghufron, Syamsul dan Iib Marzuqi.2013.”Sintaksis Bahasa indonesia”.Surabaya:CV. Istana
Ramlan, M.2005.”Ilmu Bahasa Indonesia : Sintaksis”.Yogyakarta:CV. Karyono
Alwi, Hasan dkk.2010.”Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia”.Jakarta:Balai Pustaka
Sukma, dew.2013.”Pola Dasar Kalimat Bahasa Indonesia”.
http://sukmadew.blogspot.com/2013/10/pola-dasar-kalimat-bahasa-indonesia.html.(online) .
diakses tanggal 9 januari 2015
24
LAMPIRAN
Y : yan, yo opo kabare?
R : (senyum sambil jabat tangan)
R : ayoh!
Y : Ayoh nang endi ?
R : (Masuk kerumah)
Y : Iyo yan
R : Buk, mimikk.
Y : Bapakmu nang endi yan ?
R : baaahhh...
Y : nang ndukur ?
R : hmmmm kono loh.
R : ayok ayok bal-balan
Y : endi bal e yan ?
R : iku iku
R : ayok yah bal balan!
Y : ayok yan.
R : he he he enyohh! Hewek.
Y : opo yan? gak krungu?
R : hewek.
Y : oh cewek ta ?ihiyy
Y : cewekmu sopo yan ?
R : mill...millaahhh
Y : ciee milah jenenge
Y : awakmu seneng bal-balan ta yan ?
R : seneng.
Y : isok bal-balan ta ?
R : sok.
25