Latar belakang2

37
A. PENDAHULUAN 1. Latar belakang Bahasa tak terlepas dari hakikat keberadaan manusia karena itulah yang menjadi piranti komunikasi antar manusia. Pada ungkapan di atas nampak bahwa manusia tanpa bahasa sama seperti burung tanpa sayap, karena sayaplah yang mecirikan burung dan bahasalah yang mencirikan manusia. Bahasa merupakan alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi. Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh para pakar linguistik yang mengartikan bahasa sebagai satu system lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat yang berinteraksi dan mengidentifikasi diri. Noam Chomsky menyebutkan bahwa jika kita mempelajari bahasa maka pada hakikatnya kita sedang mempelajari esensi manusia, yang menjadikan keunikan manusia itu sendiri. Tidak seorangpun bisa diajari bahasa karena manusia diciptakan untuk berbahasa. Dalam artian bahwa pada kenyataannya manusia akan berbahasa tanpa bisa dicegah agar dia tidak memperoleh bahasa. Chomsky juga menyatakan bahwa manusia sejak lahir akan mempelajari bahasa dengan sendirinya, meski serumit apapun anak akan memperoleh bahasa. Kemampuan bahasa pada anak-anak diperoleh dengan sangat menakjubkan melalui beberapa cara. Pertama, anak dapat belajar bahasa apa saja yang mereka dengar sehari-hari dengan cepat. bahasa apapun memiliki kalimat yang tidak terbatas, dan kalimat- kalimat dari bahasa yang mereka dengar dan mereka ucapkan, belum pernah ia dengar sebelumnya. Hal ini berarti anak-anak 1

description

just a simple document

Transcript of Latar belakang2

Page 1: Latar belakang2

A. PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Bahasa tak terlepas dari hakikat keberadaan manusia karena itulah yang menjadi

piranti komunikasi antar manusia. Pada ungkapan di atas nampak bahwa manusia tanpa

bahasa sama seperti burung tanpa sayap, karena sayaplah yang mecirikan burung dan

bahasalah yang mencirikan manusia.

Bahasa merupakan alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi. Hal ini senada

dengan yang dikatakan oleh para pakar linguistik yang mengartikan bahasa sebagai satu

system lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh sekelompok anggota

masyarakat yang berinteraksi dan mengidentifikasi diri. Noam Chomsky menyebutkan bahwa

jika kita mempelajari bahasa maka pada hakikatnya kita sedang mempelajari esensi manusia,

yang menjadikan keunikan manusia itu sendiri. Tidak seorangpun bisa diajari bahasa karena

manusia diciptakan untuk berbahasa. Dalam artian bahwa pada kenyataannya manusia akan

berbahasa tanpa bisa dicegah agar dia tidak memperoleh bahasa. Chomsky juga menyatakan

bahwa manusia sejak lahir akan mempelajari bahasa dengan sendirinya, meski serumit

apapun anak akan memperoleh bahasa. Kemampuan bahasa pada anak-anak diperoleh

dengan sangat menakjubkan melalui beberapa cara. Pertama, anak dapat belajar bahasa apa

saja yang mereka dengar sehari-hari dengan cepat. bahasa apapun memiliki kalimat yang

tidak terbatas, dan kalimat-kalimat dari bahasa yang mereka dengar dan mereka ucapkan,

belum pernah ia dengar sebelumnya. Hal ini berarti anak-anak belajar bahasa tidak sekedar

meniru ucapan yang mereka dengar, anak-anak harus belajar konsep gramatikal yang abstrak

dalam menghubungkan kata-kata menjadi kalimat. Proses pemerolehan ini berlangsung

secara alami, tidak dengan cara menghafalkan kosakata, aturan-aturan gramatika, dan aplikasi

secara sosial. Kamus bahasa dalam otak anak tersusun secara otomatis tanpa teori, sedangkan

kemampuan gramatika anak terasah dari pemerolehan yang disimaknya.

(http://ningsihsriwahyu.wordpress.com/2012/03/18/pemerolehan-bah/)

Pemerolehan bahasa merupakan salah satu hal yang menarik untuk dikaji karena hal

itu menyangkut berbagai aspek perkembangan anak. Perkembangan bahasa erat kaitannya

dengan perkembangan kognisi, keduanya mempunyai hubungan timbale balik.

Perkembangan kognisi anak tugrahita mengalami hambatan, karenanya perkembangan

bahasanya juga akan terhambat. Anak tuna grahita pada umumnya tidak bisa menggunakan

1

Page 2: Latar belakang2

kalimat majemuk, dalam percakapan sehari – hari mereka lebih banyak menggunakan kalimat

tunggal. anak tunagrahita pada umumnya mengalami gangguan artikulasi, kualitas suara, dan

ritme. Selain itu anak tunagrahita mengalami kelambatan dalam perkembangan bicara

(ekspresive auditori language). Dalam perkembangan morfologi anak normal menguasai

peningkatan sejumlah morfem sejalan dengan perkembangan umum. Hambatan tersebut

ditunjukkan dengan tidak seiramanya antara perkembangan bahasa dengan usia kalendernya

(cronolical age), tetapi lebih seirama dengan usia mentalnya (mental age). Hasil penelitian

Robert Ingall (Rochyadi, 2005) tentang kemampuan berbahasa anak tunagrahita dengan

menggunakan ITPA (Illionis Test of Psycholinguistic Abilities), menunjukkan bahwa 1) anak

tunagrahita memperoleh keterampilan berbahasa pada dasarnya sama seperti anak normal, 2)

kecepatan anak tunagrahita dalam memperoleh keterampilan berbahasa jauh lebih rendah dari

pada anak normal, 3) kebanyakan anak tunagrahita tidak dapat mencapai keterampilan bahasa

yang sempurna, 4) perkembangan bahasa anak tunagrahita sangat terlambat dibandingkan

dengan anak normal, sekalipun pada MA yang sama, 5) anak tunagrahita mengalami

kesulitan tertentu dalam menguasai gramatikal, 6) bahasa tunagrahita bersifat kongkrit, 7)

anak tunagrahita tidak dapat dapat menggunakan kalimat majemuk. Ia akan banyak

menggunakan kalimat tunggal. Anak tunagrahita merupakan anak yang memilih intelegensi

di bawah normal. Rendahnya intelegensi membuat anak tunagrahita mengalami masalah

dalam perkembangannya, termasuk dalam berbahasa. Meski demikian, anak tunagrahita tetap

membutuhkan bahasa sebagai alat komunikasi. Ketika melakukan pemerolehan sintaktis,

permasalahan yang dihadapi anak tunagrahita lebih rumit. Kesulitan yang dihadapinya tidak

hanya berkaitan dengan keterlambatan dan keterbatasan dalam penguasaan sebelumnya, juga

berkaitan dengan terbatasnya kemampuan untuk menghubungkan kata yang satu dengan kata

yang lain dalam membentuk sebuah kalimat.

Pada tingkat ujaran anak tuna grahita menghadapi gangguan dalam proses

berkomunnikasi dengan lingkungannya. Terbatasnya kecerdasan anak tunagrahita

menyebablan kesulitan dalam menguasai keterampilan berbahasa, khususnya berbicara.

Penggunaan kosakata anak tuna grahita sangat terbatas pengucapan kata sering tidak jelas

sehingga pembicaraannya slit dimengerti. Ryan , seorang anak tunagrahita yang berumur 12

tahun. Ryan merupakan anak tunagrahita sedang karena keterbatasan kosakata yang

dimilikinya dan juga sering tidak jelas pengucapan katanya. Dalam berkomunikasi , ryan

tidak nyambung atau tidak selaras dengan pertanyaan yang diajukan kepadanya , terkadang

hanya menjawab dengan bahasa tubuh seperti anggukan kepala , senyuman dan penunjukan

2

Page 3: Latar belakang2

suatu tempat. Kalimat yang diujarkan olehnya termasuk kalimat sederhana , dengan kurang

jelasnya pengujaran kosakatanya. Dia hanya bisa menggunakan 1 bahasa saja yaitu bahasa

jawa. Berdasarkan uraian di atas, peneliti terdorong untuk mengambil judul tentang

“Pemerolehan Bahasa pada Anak Tunagrahita”.

2. Rumusan masalah

a. Bagaiamana struktur sintaksis pada anak tunagrahita ?

b. Apa saja jenis kalimat yang diperoleh oleh anak tunagrahita ?

3. Tujuan

a. Mengetahui struktur sintaksis yang dikuasai oleh anak tunagrahita

b. Mengetahui jenis kalimat yang dikuasai oleh anak tunagrahita

3

Page 4: Latar belakang2

B. LANDASAN TEORI

KALIMAT

1.1 Penentuan kalimat

Bahasa terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan bentuk dan lapisan arti yang dinyatakan

oleh bentuk. bentuk nahssa terdiri dari satuan-satuan yang dapat dibedakan menjadi dua

satuan, yaitu satuan fonologik dan satuan gramatikal. Satuan fonologik meliputi fonem dan

suku, sedangkan satuan gramatikal meliputi wacana, kalimat, klausa, frase, kata, dan morfem.

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang

mengungkapkan pikiran yang utuh). Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara

naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikut oleh

kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses

fonologisnya. Dalam wujud tulisan beruruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan

diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!); sementara itu, diddalamnya

disertakan pula berbagai tanda baca seperti koma (,), titik dua (:), tanda pisah (-), dan spasi.

Tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru sepadan dengan intonasi akhir, sedangkan dengan

tanda baca lain sepadan dengan jeda. Spasi yang mengkuti tanda titik, tanda tanya, dan tanda

seu melambangkan kesenyapan.(Alwi et all.2010:317)

Kalimat ada yang terdiri dari satu kata, misalnya Ah!; Kemarin: ada yang terdiri dari

dua kata, misalnya Itu toko.; Ia mahasiswa.; ada yang terdiri dari tiga kata, misalnya Ia

sedang membaca.; Mereka akan berangkat.; dan ada yang terdiri dari dari empat,lima, enam

kata dan seterusnya. Sesungguhnya yang menentukan satuan kalimat bukannya sebanyaknya

kata yang menjadi unsurnya, melainkan intonasinya. Setiap satuan kalimat dibatasi oleh

adanya jeda panjang yang diseryai nada akhir turun atau naik. (Ramlan. 2005:21)

1.2 Bagian-bagian kalimat

Dilihat dari segi bentuknya, kalimat dapat dirumuskan sebagai konstruksi sintaksis

terbesar yang terdiri atas dua kata atau lebih. Hubungan struktural antara kata dan kata, atau

kelompok kata dan kelompok kata lain, berbeda-beda. Sementara itu, kedudukan tiap kata

tatau kelompok kata dalam kalimat itu berbeda-beda pula. Ada kata atau kelompok kata yang

dapat dihilangkan dengan menghasilkan bentuk yang tetap berupa kalimat dan ada pula yang

tidak. Antar kalimat dan kata terdapat dua satuan sintaksis, yaitu klausa dan frasa. Kalusa

4

Page 5: Latar belakang2

merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata, atau lebih yang mengandung unsur

predikasi sedangkan frasa adalah stuan sintaksis yang terdiri dari atas dua kata atau lebih

yang tidak mengandung unsur predikasi.

1.2.1 Kalimat dan Klausa

Kalimat dalam banyak hal tidak berbeda dengan kalusa. Baik kalimat maupun

klausa merupakan konstruksi sintaksis yang mengandung unsur predikasi. Dilihat dari

segi struktur internalnya, kalimat dan kalusa keduanya terdiri atas unsur predikat dan

subyek dengan atau tanpa objek, pelengkap, atau keterangan. Perhatikan contoh

berikut.

a. Dia pergi pukul 6.

b. Saya sedang mandi.

c. Dia pergi pukul 6 ketika saya sedang mandi.

Ketiga konstruksi pada contoh itu merupakan kalimat karena masing-masing

tidak menjadi bagian dari konstruksi yang lebih mbesar kalimat (a) terdiri atas satu

kalusa dengan struktur ‘subyek + predikat + keterangan’ ; kalimat (b) juga terdiri atas

satu klausa dengan struktur ‘sunyek + predikat +’. Pada (c) terdapat dua kalusa, yaitu

dia pergi pukul 6 dengan struktur ‘subyek + predikat + keterangan’ dan ketika saya

sedang mandi dengan struktur ‘konjungtor + subyek + predikat’. Klausa yang terakhir

ini merupakan bagian dai konstruksi sintaksis lebih besar, yaitu klausa dia pergi pukul

6. Klausa dia pergi pukul 6 yang lebih besar pada (c) itu lazim disebut kalusa utama

atau induk kalimat, sedangkan klausa ketika saya sedang mandi disebut klausa

subrdinat atau anak kalimat. Sementara kalimat (a) dan (b), yang masing-masing

hanya terdiri atas satu klausa, disebut kalimat tunggal, sedangkan kalimat (c), yang

terdiri atas dua klausa, disebut kalimat majemuk.

Kalimat tak berklausa ialah kalimat yang tidak terdiri dari klausa. Misalnya

a. Astaga!

b. Selamat malam!

c. Selamat belajar!

1.3 Unsur Inti dan Unsur Bukan Inti

5

Page 6: Latar belakang2

Sebuah kalimat minimal terdiri atas dua unsur, yaitu subyek dan predikat. Kedua

unsur tersebut keadirannya bersifat wajib. Unsur yang kehadirannya bersifat wajib itu disebut

unsur inti. Yang tergolong unsur inti kalimat adalah S, P, O, Pel. Selain itu, dalam sebuah

kalimat kadang-kadang terdapat kata atau kelompok kata yang daat dihilangkan tanpa

mengurangi kebermaknaan kalimat karena kehadirannya tidak wajib. Unsur tersebut disebut

unsur bukan inti. Yang tergolong unsur bukan inti adalah K.

1.4 Struktur Kalimat Dasar

Yang dimaksud dengan kalimat dasar adalah kalimat yang terdiri dari atas satu klausa,

unsur-unsurnya lengkap, susunan unsur-usnsurnya menurut urutaan yang paling umum dan

tidak mengandung pertanyaan atau pengingkaran (alwi dkk., 326:2010). Dengan kata lain,

kalimat dasar identuk dengan kalimat tunggal deklaratif afirmatif yang urutan unsur-unsurnya

paling lazim. Kalimat dasar ini sering disebut dengan kalimat inti, yaitu kalimat yang belum

mengalami perubahan struktur dasarnya. Struktur atau pola kalimat dasar bahasa indonesia

itu terdiri dari atas lima pola, yaitu :

1. N + N (Nomina + Nomina)

2. N + V ( Nomina + Verba)

3. N + Adj ( Nomina + Adjektiva)

4. N + Nu (nomina + Numeralia), dan

5. N + Fpre (Nomina + Frasa Preposisional).

Contoh-contoh kalimat dibawah ini.

1. Ayah guru. (N+N)

2. Mereka bekerja (N+V)

3. Dia pandai (N+Adj)

4. Siswanya banyak (N+Nu)

5. Saya ke jakarta (N+Fpre)

Pada contoh kalimat 1 , konstituen ayah berupa nomina dan guru juga berupa nomina. Pada

kalimat 2, konstituen mereka berupa nomina dan bekerja berupa verba. Konstituen dia pada

kalimat 3 sebagai nomina dan pandai sebagai adjektiva. Pada kalimat 4, konstituen siswanya

sebagai nomina dan banyak sebagai numeralia. Pada kalimat 5, konstituen saya sebagai

nomina dan ke jakarta sebagai frasa preposisisonal.

6

Page 7: Latar belakang2

Berdasarkan paparan tersebut, kalimat dasar bahasa indonesia berupa (1) kalimat pelengkap,

(2) kalimat sederhana, (3) kalimat berita, (4) kalimat normal (susun biasa), (5) kalimat postif,

(6) kalimat tunggal, dan (7) kalimat aktif jika P-nya verba.

1.5 Pola Kalimat Dasar

Kalimat dasar ialah kalimat yang berisi informasi pokok dalam struktrur inti, belum

mengalami perubahan. Perubahan itu dapat berupa penambahan unsur seperti penambahan

keterangan kalimat ataupun keterangan subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap. Kalimat

dasar dapat dibedakan ke dalam delapan tipe sebagai berikut.

1.5.1 Kalimat Dasar Berpola S P

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe

ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan.

1.5.2 Kalimat Dasar Berpola S P O

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. subjek berupa

nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek berupa nomina atau

frasa nominal.

1.5.3 Kalimat Dasar Berpola S P Pel.

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek berupa

nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, dan

pelengkap berupa nomina atau adjektiva. Misalnya:

Anaknya / beternak / ayam.

      S               P          Pel.

1.5.4 Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.

Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek

berupa nomina atau frasa nominal, dan pelengkap berupa nomina atau frasa nominal.

Misalnya:

Dia / mengirimi / saya / surat.

7

Page 8: Latar belakang2

  S           P             O       Pel.

1.5.5 Kalimat Dasar Berpola S P K

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur

keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal,

predikat berupa verba intransitif, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:

Mereka / berasal / dari Surabaya.

     S            P                   K

1.5.6 Kalimat Dasar Berpola S P O K

subjek berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba intransitif, objek

berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.

1.5.7 Kalimat Dasar Berpola S P Pel. K

Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata

sifat, pelengkap berupa nomina atau adjektiva, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.

Misalnya :

Ungu / bermain / musik / di atas panggung.

    S           P          Pel.              K

1.5.8 Kalimat Dasar Berpola S P O Pel. K

Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek

berupa nomina atau frasa nominal, pelengkap berupa nomina atau frasa nominal, dan

keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:

Dia / mengirimi / ibunya / uang / setiap bulan.

  S           P              O         Pel.           K

1.6 JENIS KALIMAT

Samsuri (1985) (dalam buku sintaksis bahasa indonesia karangan syamsul ghufron iib

marzuqi.,2013.,hal 70) membagi kalimat berdasarkan aliran transformasi, yaitu (1) kalimat

8

Page 9: Latar belakang2

tunggal dan (2) kalimat transformasi (kalimat turunan). Kalimat dasar terbatas jumlahnya,

yaitu berdasarkan strukturnya.

Ramlan (1987) membagi kalimat berdasarkan (1) unsurnya, (2) fungsi dalam

hubungan situasi, dan (3) jumlah klausa. Berdasarkan unsurnya, kalimat dibedakan menjadi

berklausa dan tak berklausa. Berdasarkan funsi dalam hubungan situasi, kalimat dibedakan

menjadi kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimay suruh. Berdasarkan jumlah klausanya,

kalimat dibedakan menjadi kalimat sederhana dan kalimat luas.

Jenis kalimat dapat ditinjau dari sudut (a) jumlah klausanya, (b) bentuk sintaksisnya,

(c) kelengkapan unsurnya, dan (d) susunan subjek dan predikatnya. Berdasarkan jumlah

klausanya, kalimat dapat dibagi atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal

dapat dibeda-bedakan lagi berdasarkan kategori predikatnya menjadi (1) kalimat berpredikat

verbal, (2) kalimat berpredikat adjektival, (3) kalimat berpredikat nominal (termasuk

pronominal), (4) kalimat berpredikat numeral, dan (5) kalimat berpredikat frasa

preposisional. Kalimat verbal dapat dikelompokkan, berdasarkan kemungkinan kehadiran

nomina atau frasa nominal objeknya, atas (i) kalimat taktransitif, (ii) kalimat ekatransitif, dam

(iii) kalimat dwitransitif. Sementara itu, kalimat verbal dapat pula dibedakan berdasarkan

peran subjeknya atas kalimat aktif (jika subjek berperan sebagai perilaku) dan kalimat pasif

(jika subjek berperan sebagai sasaran). Kalimat majemuk juga dapat dibagi lagi atas (1)

kalimat majemuk setara dan (2) kalimat majemuk bertingkat.

Berdasarkan pengklasifikasian para tokoh tersebut, kalimat bahasa bahasa indonesia

dibedakan menjadi :

1.6.1 Berdasarkan Pengucapan

Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1.      Kalimat Langsung

Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang.

Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda petik dua (“….”) dan dapat berupa

kalimat tanya atau kalimat perintah.

9

Page 10: Latar belakang2

2.      Kalimat Tak Langsung

Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau

perkataan orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan tanda petik dua

dan sudah dirubah menjadi kalimat berita.

1.6.2 Berdasarkan Jumlah Frasa (Struktur Gramatikal)

Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1.      Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang terdiri

dari satu subjek dan satu predikat. Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah:

* KB + KK (Kata Benda + Kata Kerja)

Contoh:Victoria bernyanyi S/ P

* KB + KS (Kata Benda + Kata Sifat)Contoh: Ika sangat rajin

S/ P

* KB + KBil (Kata Benda + Kata Bilangan)

Contoh:Masalahnya seribu satu. S/ P

Kalimat tunggal dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

a.        Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.

Contoh: Saya siswa kelas VI.

b. Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja.

Contoh:Adik bernyanyi.

2. Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk terdiri atas dua atau lebih kalimat tunggal yang saling

berhubungan baik kordinasi maupun subordinasi. Kalimat majemuk dapat dibedakan

atas 3 jenis, yaitu:

10

Page 11: Latar belakang2

1.         Kalimat Majemuk Setara (KMS)

Kalimat ini terbentuk dari 2 atau lebih kalimat tunggal dan kedudukan tiap kalimat

sederajat.

*   KMS Penggabungan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata

dan atau serta.

Contoh:- Kami mencari bahan dan mereka meramunya.

* KMS Pertentangan. Dua kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata tetapi,

sedangkan, namun, melainkan. Kedua kalimat tersebut menunjukkan hubungan

pertentangan.

Contoh:- Bukan saya memecahkan gelas itu, melainkan kakak.

* KMS Pemilihan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata atau.

Contoh:- Makalah ini harus dikumpukan besok atau minggu depan.

* KMS Penguatan. Dua atau lebih kalimat tunggal dihubungkan dengan kata bahkan.

Contoh:- Pencuri itu tidak hanya dipukuli oleh masa, bahkan dia disiksa dengan sadis.

* KMS yang dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata

lalu dan kemudian, untuk menandakan suatu kejadian yang berurutan.

Contoh:- Mula-mula disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SD, kemudian

disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SMP.

2.         Kalimat Majemuk Bertingkat (KMB)

Kalimat majemuk setara terdiri atas satu suku kaliamat bebas dan satu suku kalimat

yang tidak bebas. Kedua kalimat tersebut memiliki pola hubungan yang tidak sederajat.

Bagian yang memiliki kedudukan lebih penting (inti gagasan) disebut sebagai klausa

utama (induk kalimat). Bagian yang lebih rendah kedudukakannya disebut dengan klausa

sematan (anak kalimat).

11

Page 12: Latar belakang2

Ada beberapa penanda hubungan / konjungsi yang dipergunakan oleh kalimat

majemuk bertingkat, yaitu:

1. Waktu              : ketika, sejak

2. Sebab               : karena, Oleh karena itu, sebab, oleh sebab itu

3. Akibat              : hingga, sehingga, maka

4. Syarat              : jika, asalkan, apabila

5. Perlawanan      : meskipun, walaupun

6. Pengandaian    : andaikata, seandainya

7. Tujuan              : agar, supaya, untuk, biar

8. Perbandingan   : seperti, laksana, ibarat, seolah-olah

9. Pembatasan      : kecuali, selain

10. Alat                : dengan+ katabenda: dengan tongkat

11. Kesertaan       : dengan+ orang

Contoh:- Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, para hacker masih

dapat mengacaukan data-data komputer itu.

- Induk kalimat: Para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.

- Anak kalimat: Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern.

3.         Kalimat Majemuk Campuran

Kalimat majemuk campuran terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk

bertingkat atau kebalikannya.

Contoh:- Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.

KMS: Kami berhenti dan langsung pulang.

KMC: Kami berhenti karena hari sudah malam.

- Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.

KMS: Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja.

12

Page 13: Latar belakang2

KMB: Mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.

1.6.3 Berdasarkan Isi atau Fungsinya

Kalimat dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:

1. Kalimat Perintah

Kalimat perintah adalah kalimat yang bertujuan memberikan perintah kepada orang

lain untuk melakukan sesuatu.

* Kalimat perintah biasa, ditandai dengan partikel lah.

* Kalimat larangan, ditandai dengan penggunaan kata jangan.

* Kalimat ajakan, ditandai dengan kata mohon, tolong, silahkan.

2. Kalimat Berita

Kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu.

* Kalimat berita kepastian

Contoh : Nenek akan datang dari Bandung besok pagi.

* Kalimat berita pengingkaran

Contoh : Saya tidak akan datang pada acara ulang tahunmu.

* Kalimat berita kesangsian

Contoh : Bapak mungkin akan tiba besok pagi.

* Kalmat berita bentuk lainnya

Contoh : Kami tidak taahu mengapa dia datang terlambat.

3. Kalimat Tanya

Kalimat tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk memperoleh suatu informasi atau

reaksi (jawaban) yang diharapkan. Contoh:- Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai

dengan disainnya?

13

Page 14: Latar belakang2

4. Kalimat Seruan

Kalimat seruan adalah kalimat yang digunakan untuk mengungkapakan perasaa ‘yang

kuat’ atau yang mendadak. Kalimat seruan biasanya ditandai dengan intonsi yang tinggi

dalam pelafalannya dan menggunakan tanda seru (!) atau tanda titik (.) dalam

penulisannya.

Contoh:- Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.

1.6.4 Berdasarkan Unsur Kalimat

Kalimat dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:

1. Kalimat Lengkap

Kalimat lengkap adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri dari satu buah

subyek dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat lengkap.

Contoh :- Mahasiswa berdiskusi di dalam kelas.S                P                   K

2. Kalimat Tidak Lengkap

Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna karena hanya memiliki

subyek saja, atau predikat saja, atau objek saja atau keterangan saja. Kalimat tidak

lengkap biasanya berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban,

seruan, larangan, sapaan dan kekaguman.

Contoh:- Selamat sore

- Silakan Masuk!

1.6.5 Berdasarkan Susunan S-P

Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Kalimat Inversi

Kalimat inversi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjeknya. Kalimat ini

biasanya dipakau untuk penekanan atau ketegasan makna.

14

Page 15: Latar belakang2

Contoh:- Ambilkan koran di atas kursi itu!                              P                  S

2. Kalimat Versi

Kalimat versi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan

pola kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K).

Contoh:- Penelitian ini dilakukan mereka sejak 2 bulan yang lalu.                                           S           P               O                 K - Aku dan dia bertemu di cafe ini.

                         S              P              K

1.6.6 Berdasarkan Bentuk Gaya Penyajiannya (Retorikanya)

Kalimat dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:

1. Kalimat Yang Melepas

Kalimat yang melepas terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh

unsur utama (induk kalimat) dan diikuti oleh unsur tambahan (anak kalimat). Unsur anak

kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya. Jika unsur anak kalimat tidak

diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap.

Contoh;- Semua warga negara harus menaati segala perundang-undangan yang berlaku

agar kehidupan di negeri ini berjalan dengan tertib dan aman.

2. Kalimat yang Klimaks

Kalimat klimaks terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh anak

kalimat dan diikuti oleh induk kalimat. Kalimat belum dapat dipahami jika hanya

membaca anak kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa masih ada sesuatu yang

ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karen itu, penyajian kalimat ini terasa berklimaks

dan terasa membentuk ketegangan.

15

Page 16: Latar belakang2

Contoh:- Setelah 1.138 hari disekap dalam sebuah ruangan akhirnya tiga sandera warga

negara Prancis itu dibebaskan juga.

3. Kalimat yang Berimbang

Kalimat yang berimbang disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara dan kalimat

majemuk campuran, Struktur kalimat ini memperlihatkan kesejajaran yang sejalan dan

dituangkan ke dalam bangun kalimat yang simetri.

Contoh:- Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik

berlomba melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.

1.6.7 Berdasarkan Subjeknya

Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Kaliamat Aktif

Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan/tindakan.

Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan me- dan ber-.

Predikat juga dapat berupa kata kerja aus (kata kerja yang tidak dapat dilekati oleh

awalan me–saja), misalnya pergi, tidur, mandi, dll (kecuali makan dan minum).

Contoh:- Mereka akan berangkat besok pagi.

Kalimat aktif dibedakan menjadi 2, yaitu:

1.1 Kalimat Aktif Transitif

Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang dapat diikuti oleh objek penderita

(O1). Predikat pada kalimat ini biasanya berawalam me- dan selalu dapatt dirubah

menjadi kalimat pasif.

Contoh: Eni mencuci piring.                 S       P          O

16

Page 17: Latar belakang2

1.2 Kalimat Aktif Intransitif

Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak dapat diikuti oleh objek

penderita (O1). Predikat pada kalimat ini biasanya berawaln ber-. Kalimat yang

berawalan me- tidak diikuti dengan O1. Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi

kalimat pasif.

Contoh:- Mereka berangkat minggu depan.

                      S            P              K

1.3 Kalimat Semi Transitif

Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kal pasif karena disertai oleh

pelengkap bukan objek.

Contoh: Dian kehilangan pensil.                    S          P            Pel.

2. Kalimat Pasif

Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan/tindakan.

Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di- dan ter- dan

diikuti oleh kata depan oleh.

Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

2.1 Kalimat Pasif Biasa

Kalimat pasif ini biasanya diperoleh dari kalimat aktif transitif. Predikat pada

kalimat ini berawalan di-,ter-,ke-an.

Contoh: Piring dicuci Eni..                S         P       O2

2.2 Kalimat Pasif Zero

Kalimat pasif zero adalah kalimat yang objek pelakunya(O2) melekat

berdekatan dengan O2 tanpa disisipi dengan kata lain. Predikat pada kalimat

17

Page 18: Latar belakang2

ini berakhiran -kan dan akan terjadi penghilangan awalan di-. Predikatnya juga

dapat berupa kata dasar berkelas kerja kecuali kata kerja aus. Kalimat pasif

zero ini berhubungan dengan kalimat baku.

Contoh:Ku pukul adik. ` O P      S

2. Anak Tunagrahita

Anak tunagrahita adalah kondisi anak yang kecerdasannya jauh dibawah rata – rata

yang ditandai oleh keterbatasan intelejensi dan ketidakcakapan dalam interaksi social. Anak

tuna grahita atau dikenal juga dengan istilah terbelakang mental karena keterbatasan

kecerdasannya sukar untuk mengkuti program pendidikan disekolah biasa secara klasikal,

oleh karena itu anak terbelakang mental membutuhkan pelayanan pendidikan secara khusus,

yakni disesuaikan dengan kemampuan anak itu. Penyesuaian perilaku maksudnya saat ini

seorang dikatakan tunagrahita bukanlah hanya dilihat IQ-nya akan tetapi perlu dilihat sampai

sejauh mana anak ini dapat menyesuaikan diri. Jadi bila anak ini dapat menyesuaikan diri

maka tidaklah lengkap ia dipandang sebagai anak tunagrahita. Pengelompokan pada

umumnya berdasarkan pada intelegensinya, yang terdiri dari  terbelakang  ringan, sedang,

dan berat. Kemampuan intelegensi anak tunagrahita diukur dengan tes Standford Bine dan

skala Weschler (WISC)

1. TUNAGRAHITA RINGAN

Disebut juga moron atau debil. Kelompok ini memiliki IQ antara 68-62 menurut

binet, sedangkan menurut skala Weschler  (WISC) memiliki IQ 69-55. Mereka masih dapat

belajar membaca,menulis dan berhitung sederhana dengan bimbingan dan pendidikan yang

baik,anak terbelakang ringan pada saatnya akan dapat memperoleh penghasilan untuk dirinya

sendiri. Anak terbelakang mental ringan dapat dimiliki menjadi tenaga kerja semi skilled

seperti pekerjaan laundry,peternakan,pekerjaan rumahtangga,bahkan jika dibimbing dengan

baik dapat bekerja di pabrik – pabrik dengan sedikit pengawasan. Namun demikian,mereka

tidak mampu melakukan penyesuaian social secara independen. Ia  bahkan sering berbuat

18

Page 19: Latar belakang2

kesalahan. Pada umumnya anak tunanetra ringan tidak mengalami gangguan fisik .secara

fisik mereka tampak seperti anak normal pada umumnya. Bila dikehendaki mereka ini masih

dapat bersekolah,maka mereka akan dilayani pada kelas khusus dengan guru dari pendidikan

luar biasa.

2. TUNAGRAHITA SEDANG

Anak tunagrahita sedang disebut juga imbisil.kelompok ini memiliki IQ 51-36

berdasarkan skala binned sedangkan menurut skala wischler (WISC) memiliki IQ 54-40.

Anak Tunagrahita sangat sulit bahkan tidak dapat belajar secara akademik seperti belajar

menulis,membaca dan berhitung.walaupun mereka dapat belajar secara akademik seperti

belajar menulis,membaca dan berhitung,mengrurus diri seperti mandi,berpakaian,makan dan

minum dalam kehidupan sehari – hari masih membutuhkan pengawasan yang terus menerus.

3. TUNAGRAHITA BERAT

Kelompok anak tunagrahita berat sering disebut idiot.kelompok dapat dibedalkan lagi

antara anak tunagrahita berat (severe) dan sangat berat (profound).Anak tunagrahita berat

memerlukan bantuan secara total dalam hal berpakaian,mandi,makan,dll.bahkan mereka

memerlukan perlindungan dari  bahaya sampai sepanjang hidupnya.

(Yulianita,Ninit.2009.”Anak Tunagrahita”.

https://sites.google.com/site/myarticle1/my-article-2/orthopedagogik/anaktunagrahit/. (Online).

Diakses Tanggal 18 Desember 2014)

Perkembangan bahasa erat kaitannya dengan perkembangan kognisi, keduanya

mempunyai hubungan timbale balik. Perkembangan kognisi anak tugrahita mengalami

hambatan, karenanya perkembangan bahasanya juga akan terhambat. Anak tuna grahita pada

umumnya tidak bias menggunakan kalimat majemuk, dalam percakapan sehari – hari mereka

lebih banyak menggunakan kalimat tunggal. Ketika anak tunagrahita dibandingkan dengan

anak normal pada CA yang sama, anak tunagrahita pada umumnya mengalami gangguan

artikulasi, kualitas suara, dan ritme. Selain itu anak tunagrahita mengalami kelambatan dalam

perkembangan bicara (ekspresive auditori language). Dalam perkembangan morfologi anak

normal menguasai peningkatan sejumlah morfem sejalan dengan perkembangan umum.

Demikian juga anak tunagrahita dan anak normal yang memiliki MA yang sama

memperlihatkan level yang sama dalam perkembangan morfologi. Akan tetapi anak

tunagrahita yang memiliki CA yang sama dengan anak normal, anak tunagrahita memiliki

tahap lebih rendah dengan perkembangan morfologinya.

19

Page 20: Latar belakang2

Hal terakhir dari perkembangan bahasa berkaitan dengan kemampuan bahasa yang

disebut semantic. Anak – anak memperlihatkan perkembangan semantic sama seperti pada

komponen lainnya. Anak terbelakang menunjukkan perkembangan semantic lebih lambat

dari pada anak normal. Tetapi tidak ada bukti bahwa mereka memiliki perbedaan pola

perkembangan sintaksis. Perkembangan vocabulary anak tunagrahita telah diteliti secara luas.

Hasilnya menunjukkan bahwa anak tunagrahita lebih lambat dari pada anak normal dari pada

kata permenit lebih banyak menggunakan kata-kata positif, lebih sering menggunakan kata-

kata yang lebih umum, hampir tidak pernah menggunakan kata-kata yang lebih umum,

hampir tidak pernah menggukan kata ganti, lebih sering menggunakan kata-kata bentuk

tunggal, dan anak tunagrahita dapat menggunakan kata-kata bervariasi.

C. OBJEK PENELITIAN

Objek penelitian adalah seorang anak laki-laki berusia 12 tahun bernama Ryan yang

tinggal di daerah Kalijudan , surabaya. Dia sebagai anak pertama dari 3 bersaudara , ayahnya

bekerja sebagai supir , ibunya sebagai ibu rumah tangga . Penelitian ini dilakukan di

rumahnya , yaitu di Kalijudan, Surabaya.

D. METODE PENELITIAN

Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan cara

observasional terkontrol karena peralatan yang digunakan sebagai media untuk memancing

tuturan subjek telah dipersiapkan sebelumnya Selain itu, peneliti juga mempersiapkan segala

bentuk kebutuhan dan menyusun jadwal penelitian. Hal ini dilakukan agar waktu yang

digunakan untuk penelitian menjadi lebih efisien.

Data yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan melalui percakapan langsung

subjek penelitian dengan objek penelitinya. Data bersumber dari kemampuan berbahasa

objek yang tidak dapat dimanipulasi sehingga diperlukan kondisi yang sebenarnya dari objek

penelitian. Data kebahasaan yang diperoleh dalam penelitian ini didapatkan melalui

pertanyaan peneliti terhadap topik pembicaraan sehari-hari.

Dalam pengambilan data dengan metode ini peneliti menggunakan teknik sadap.

Penyadapan dilakukan agar subjek dapat memproduksi tuturan yang senatural mungkin.

Peneliti menyadap penggunaan bahasa objek penelitian, selain melakukan penyadapan,

peneliti juga terlibat aktif dalam pembicaraan dengan objek penelitian.

Peneliti merekam tuturan subjek dengan menggunakan voicenote. Penggunaan

voicenote dipilih peneliti karena kepraktisan dan ketersediaan alat rekam.

20

Page 21: Latar belakang2

Setelah melewati serangkaian proses untuk mendapatkan data, tahapan selanjutnya

metranskripsikan data. Sebelum mentranskripsikan data peneliti menentukan rekaman yang

dapat dijadikan data dan rekaman yang tidak dapat dijadikan data. Hal ini disebabkan oleh

situasi yang tidak kondusif selama pengambilan data sehingga banyak rekaman yang tidak

terdeteksi.

E. ANALISIS

Dalam percakapan di atas dapat diketahui bahwa sebenarnya dia mengetahui maksud

pertanyaan peneliti namun tidak bisa menjawab dengan ujaran namun dijawab dengan

jabatan tangan.

Struktur sintaksis yang diperolehnya juga sangat rendah , hal ini dapat diketahui dalam

penggunaan kalimat dalam wawancara diatas menggunakan kalimat sederhana , bahkan

cenderung menjawab dengan satu kosakata.

a. Struktur kalimat

Berdasarkan dalam percakapan atau ujaran dapat diperoleh penguasaan struktur sintaksis :

1. Struktur N+V (Nomina + Verb)

Penggunaan struktur tersebut ditunjukkan dalam ujaran :

“buk, mimik”. (Nomina+Verba)

“ayok yah Bal-balan”. (Nomina+Verba)

2. Struktur N+Adj (Nomina+Adjektiva)

Penggunaan struktur tersebut ditunjukkan dalam ujaran :

“ (aku) seneng” (Nomina+Adjektiva)

“(aku) isok” (Nomina+Adjektiva)

3. Struktur N+Fpre (Nomina+Frasa Preposisional)

Penggunaan struktur tersebut ditunjukkan dalam ujaran :

“ (bola e) iku,iku” (Nomina+Frasa Preposisional)

“yah ayoh” (Nomina+Frasa Preposisional)

“he he he,enyoh! (Nomina+Frasa Preposisional)

b. Jenis Kalimat

Jenis kalimat yang diperoleh yang diperoleh anak tunagrahita tersebut adalah:

a. Berdasarkan jumlah frasa (struktur gramatikalnya).

1. Kalimat tunggal

Kata benda+kata kerja : a. “buk, mimik”. S P

21

Page 22: Latar belakang2

b. “ayok yah Bal-balan” S P

Kata benda+kata sifat : a. “ (aku) seneng” S P

b.“(aku) isok” S P

b. Berdasarkan unsur kalimat

1. Kalimat lengkap : a. “buk, mimik.” S P

b.“ayok yah Bal-balan.” S P

2. Kalimat tak lengkap : a. “Ayoh!” S

b. “baaaahhhh!” S

c. “Iku, iku”. K d. “Hewek”

S e. “Seneng.”

P f. “Isok.” P

g. “Mii..millah” S

c. berdasarkan isi atau fungsinya1. kalimat perintah :

kalimat perintah ajakan : a. “ayoh!” S

b. “ayok ayok bal-balan!”S P

c. “ayok yah bal-balan!”S P

d. “he he he enyoh!”S P

22

Page 23: Latar belakang2

F. SIMPULAN

Perkembangan kognisi anak tugrahita mengalami hambatan, karenanya

perkembangan bahasanya juga akan terhambat. Anak tuna grahita pada umumnya tidak bisa

menggunakan kalimat majemuk, dalam percakapan sehari – hari mereka lebih banyak

menggunakan kalimat tunggal. Dari percakapan di atas menunjukkan bahwa kurangnya

pemahaman bahasa dalam berbicara sehingga percakapan cenderung di dominasi olehnya.

Dari analisis di atas dapat diketahui bahwa anak tunagrahita yang kami teliti hanya

menggunakan 3 jenis struktur kalimat saja yaitu : (1) Nomina+Verb (N+V), (2)

Nomina+Adjektiva (N+Adj), dan (3) Nomina+Frasa Preposisional ( N+Fpre) dan

penggunanan jenis kalimat hanya kalimat tunggal, kalimat tak lengkap dan kalimat perintah .

23

Page 24: Latar belakang2

DAFTAR PUSTAKA

Santoso,Hargio. 2012. “Cara Memahami dan Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus”Yogyakarta:Gosyen Publishing

Yulianita,Ninit.2009.”Anak Tunagrahita”. https://sites.google.com/site/myarticle1/my-article-2/orthopedagogik/anaktunagrahit/. (Online). Diakses Tanggal 18 Desember 2014

Alimin, Zainal.-.”Anak Berkebutuhan Khusus”.

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195903241984031ZAENAL_ALIMIN/MODUL_1_UNIT_2.pdf

Ghufron, Syamsul dan Iib Marzuqi.2013.”Sintaksis Bahasa indonesia”.Surabaya:CV. Istana

Ramlan, M.2005.”Ilmu Bahasa Indonesia : Sintaksis”.Yogyakarta:CV. Karyono

Alwi, Hasan dkk.2010.”Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia”.Jakarta:Balai Pustaka

Sukma, dew.2013.”Pola Dasar Kalimat Bahasa Indonesia”.

http://sukmadew.blogspot.com/2013/10/pola-dasar-kalimat-bahasa-indonesia.html.(online) .

diakses tanggal 9 januari 2015

24

Page 25: Latar belakang2

LAMPIRAN

Y : yan, yo opo kabare?

R : (senyum sambil jabat tangan)

R : ayoh!

Y : Ayoh nang endi ?

R : (Masuk kerumah)

Y : Iyo yan

R : Buk, mimikk.

Y : Bapakmu nang endi yan ?

R : baaahhh...

Y : nang ndukur ?

R : hmmmm kono loh.

R : ayok ayok bal-balan

Y : endi bal e yan ?

R : iku iku

R : ayok yah bal balan!

Y : ayok yan.

R : he he he enyohh! Hewek.

Y : opo yan? gak krungu?

R : hewek.

Y : oh cewek ta ?ihiyy

Y : cewekmu sopo yan ?

R : mill...millaahhh

Y : ciee milah jenenge

Y : awakmu seneng bal-balan ta yan ?

R : seneng.

Y : isok bal-balan ta ?

R : sok.

25