Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA -...

80
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA Untuk: Masyarakat “Kampung Idiot” (Dalam Kategori Normal) I. IDENTITAS DIRI 1. Nama : 2. Alamat : 3. Usia : 4. Jenis Kelamin : 5. Pekerjaan : 6. Riwayat Pendidikan : 7. Apa bapak/ibu orang asli atau pendatang di Desa Sidoharjo ini? 8. Apa alasan bapak/ibu tinggal di desa ini? 9. Kenapa memilih untuk tetap bertahan tinggal di desa ini (kenapa tidak pindah ke desa lain)? 10. Bagaimana relasi bapak/ibu dengan masyarakat lain, khususnya dengan orang-orang yang berkebutuhan khusus di desa ini? 11. Apa keuntungan bapak/ibu tinggal di desa ini (dengan stigma sebagai “Kampung Idiot”)? 12. Apa kerugian bapak/ibu tinggal di desa ini (dengan stigma sebagai “Kampung Idiot”)? 13. Bagaimana bapak/ibu memaknai dirinya sebagai warga masyarakat Desa Sidoharjo/ “Kampung Idiot” ini? II. STIGMATISASI 14. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang Retardasi Mental/keterbelakangan mental? 15. Apa tanggapan bapak/ibu mengenai julukan Desa Sidoharjo sebagai “Kampung Idiot”? 16. Pernahkah anggota keluarga bapak/ibu memberikan stigma baik bentuk verbal maupun non-verbal kepada orang yang mengalami keterbelakangan mental?

Transcript of Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA -...

Page 1: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

Lampiran I

PEDOMAN WAWANCARA

Untuk: Masyarakat “Kampung Idiot” (Dalam Kategori Normal)

I. IDENTITAS DIRI

1. Nama :

2. Alamat :

3. Usia :

4. Jenis Kelamin :

5. Pekerjaan :

6. Riwayat Pendidikan :

7. Apa bapak/ibu orang asli atau pendatang di Desa Sidoharjo ini?

8. Apa alasan bapak/ibu tinggal di desa ini?

9. Kenapa memilih untuk tetap bertahan tinggal di desa ini (kenapa tidak

pindah ke desa lain)?

10. Bagaimana relasi bapak/ibu dengan masyarakat lain, khususnya dengan

orang-orang yang berkebutuhan khusus di desa ini?

11. Apa keuntungan bapak/ibu tinggal di desa ini (dengan stigma sebagai

“Kampung Idiot”)?

12. Apa kerugian bapak/ibu tinggal di desa ini (dengan stigma sebagai

“Kampung Idiot”)?

13. Bagaimana bapak/ibu memaknai dirinya sebagai warga masyarakat Desa

Sidoharjo/ “Kampung Idiot” ini?

II. STIGMATISASI

14. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang Retardasi Mental/keterbelakangan

mental?

15. Apa tanggapan bapak/ibu mengenai julukan Desa Sidoharjo sebagai

“Kampung Idiot”?

16. Pernahkah anggota keluarga bapak/ibu memberikan stigma baik bentuk

verbal maupun non-verbal kepada orang yang mengalami keterbelakangan

mental?

Page 2: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

17. Jika pernah(soal no.9), seperti apa bentuk stigma, baik bentuk verbal

maupun non-verbal yang pernah anda berikan?

18. Ketika bapak/ibu berhubungan dengan masyarakat luar Desa Sidoharjo,

bentuk stigma: baik bentuk verbal maupun non-verbal (misalnya:

perlakuaan yang tidak menyenangkan, ejekan, sindiran dll) apa yang

pernah bapak/ibu terima terhadap warga masyarakat Desa Sidoharjo?

III. DISKRIMINASI

19. Jika, bapak/ibu mempunyai hajatan (seperti: hajatan pernikahan, ulang

tahun anak, selamatan dan lain sebagainya) Apakah bapak/ibu juga

mengundang orang yang mengalami keterbelakangan mental?

20. Ketika hari raya idhul fitri tiba, apakah bapak/ibu juga bersilaturrahmi

dengan warga yang mengalami keterbelakangan mental?

21. Ketika bapak/ibu membutuhkan pekerja seperti saat musim tanam maupun

masim panen, akankah/pernahkan bapak/ibu mempekerjakan

warga/tetangga yang mengalami keterbelakangan mental(kategori ringan)?

22. Ketika salah satu masyarakat/tetangga bapak/ibu yang mengalami

keterbelakangan mental terkena musibah(seperti: meninggal dunia, sakit,

kecelakaan dan lain sebagainya) apa yang bapak/ibu lakukan?

23. Ketika, ada sebuah acara seperti hajatan, selamatan, membangun rumah

dan lain sebagai pada keluarga yang mempunyai keterbelakangan mental,

akankah/pernahkah bapak/ibu berkunjung/ikut membantu keluarga

tersebut?

IV. RESPON

24. Bagaimana respon/reaksi bapak/ibu jika, tetangga bapak/ibu yang

mengalami keterbelakangan mental tersebut menerima perlakuan

diskriminatif(perbedaan perlakuan) dan stigma baik bentuk verbal maupun

non-verbal?

25. Bagaimana respon/reaksi bapak/ibu jika, mendengar orang menyebutkan

Desa Sidoharjo sebagai “Kampung Idiot”?

26. Bagaimana tanggapan/penilaian bapak/ibu, sebagai masyarakat Desa

Sidoharjo terhadap warganya yang mengalami keterbelakangan

mental/retardasi mental, dilihat dari beberapa aspek seperti:

Page 3: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

a. Aspek Ekonomi, misalnya pekerjaan?

b. Aspek Sosial, misalnya interaksinya dengan masyarakat lain,

seperti hari raya idhul fitri dan idhul adha, keikutsertaan dalam

kegiatan di desa?

c. Aspek Politik, misalnya hak politik(pemilu)?

27. Kemudian, bagaimana bapak/ibu sendiri sebagai masyarakat di desa ini

memperlakukan warganya/tetangganya yang mengalami keterbelakngan

mental?

Page 4: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

PEDOMAN WAWANCARA

Untuk: Pihak Keluarga (dari Retardasi Mental)

I. IDENTITAS DIRI

1. Nama :

2. Alamat :

3. Usia :

4. Jenis Kelamin :

5. Pekerjaan :

6. Riwayat Pendidikan :

7. Jumlah Keluarga yang:

retardasi mental

8. Apa bapak/ibu orang asli atau pendatang di Desa Sidoharjo ini?

9. Apa alasan bapak/ibu tinggal di desa ini?

10. Kenapa memilih untuk tetap bertahan tinggal di desa ini (kenapa

tidak pindah)?

11. Bagaimana relasi bapak/ibu dengan masyarakat maupun dengan

tokoh masyarakat disini?

12. Apa keuntungan bapak/ibu tinggal di desa ini (dengan stigma

sebagai “Kampung Idiot”)?

13. Apa kerugian bapak/ibu tinggal di desa ini (dengan stigma sebagai

“Kampung Idiot”)?

14. Bagaimana bapak/ibu memaknai dirinya sebagai keluarga/orang

tua dari anak yang berkebutuhan khusus?

II. STIGMATISASI

15. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang Retardasi

Mental/keterbelakangan mental?

16. Apa tanggapan bapak/ibu mengenai julukan Desa Sidoharjo

sebagai “Kampung Idiot”?

17. Bagaimana tanggapan/penilaian masyarakat lain melihat keluarga

bapak/ibu?

Page 5: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

18. Pernahkah anggota keluarga bapak/ibu yang mengalami

keterbelakangan mental tersebut menerima stigma baik bentuk

verbal maupun non-verbal(misalnya: perlakuaan yang tidak

menyenangkan, ejekan, sindiran dll)?

19. Jika pernah(soal no.11), seperti apa sajakah bentuk-bentuk stigma,

baik bentuk verbal maupun non-verbal yang pernah diterima?

III. DISKRIMINASI

20. Ketika di desa ini mengadakan kegiatan/acara (misalnya:lomba

Agustusan) atau kegiatan lainnya, akankah keluarga bapak/ibu

ikut/diikutsertakan dalam acara tersebut?

21. Ketika keluarga bapak/ibu mengalami musibah seperti ada anggota

keluarganya yang meninggal dunia, sakit, kecelakaan dan lain

sebagainya, bentuk bantuan apa yang diberikan masyarakat pada

keluarga bapak/ibu?

22. Ketika keluarga bapak/ibu sedang mempunyai hajatan,

membangun rumah, panen dan lain sebagainya, bentuk bantuan apa

yang diberikan oleh masyarakat pada keluarga bapak/ibu?

23. Ketika ada PEMILU atau PILKADA, apakah keluarga ibu yang

mengalami retardasi mental diikutsertakan dalam

pemilihan/didaftarkan dalam DPT(Daftar Pemilih Tetap)?

24. Pernahkah, keluarga ibu yang mengalami retardasi mental

mendapat tawaran pekerjaan dari tetangga(misalnya: mencari

rumput, mencangkul disawah, membantu saat masa panen dll)?

25. Pernahkah, anggota keluarga bapak/ibu ditolak dalam melamar

pekerjaan, dengan alasan keluarga bapak/ibu dari Desa Sidoharjo/

karena mengalami keterbelakangan mental?

IV. RESPON

26. Bagaimana respon/reaksi bapak/ibu jika, keluarga bapak/ibu yang

mengalami keterbelakangan mental tersebut menerima stigma baik

bentuk verbal maupun non-verbal dari orang lain?

27. Bagaimana respon/reaksi bapak/ibu jika, keluarga bapak/ibu yang

mengalami keterbelakangan mental tersebut menerima perlakuan

Page 6: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

diskriminatif(perbedaan perlakuan) dalam bidang sosial, politik

maupun ekonomi?

28. Bagaimana respon/reaksi bapak/ibu jika, mendengar orang

menyebutkan Desa Sidoharjo sebagai “Kampung Idiot”?

Page 7: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

PEDOMAN WAWANCARA

Untuk: Tokoh Masyarakat (formal maupun informal)

I. IDENTITAS DIRI

1. Nama :

2. Alamat :

3. Usia :

4. Jenis Kelamin :

5. Jabatan di Desa :

6. Pekerjaan :

7. Riwayat Pendidikan :

8. Apa bapak/ibu orang asli atau pendatang di Desa Sidoharjo ini?

9. Apa alasan bapak/ibu tinggal di desa ini?

10. Kenapa memilih untuk tetap bertahan tinggal di desa ini (kenapa

tidak pindah ke desa lain)?

11. Bagaimana relasi bapak/ibu dengan masyarakat, khususnya dengan

orang-orang yang berkebutuhan khusus di desa ini?

12. Apa keuntungan bapak/ibu tinggal di desa ini (dengan stigma

sebagai “Kampung Idiot”)?

13. Apa kerugian bapak/ibu tinggal di desa ini (dengan stigma sebagai

“Kampung Idiot”)?

14. Bagaimana bapak/ibu memaknai dirinya sebagai warga masyarakat

sekaligus sebagai tokoh masyarakat Desa Sidoharjo/”Kampung

Idiot” ini?

II. STIGMATISASI

15. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang Retardasi

Mental/keterbelakangan mental?

16. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang label Desa Sidoharjo sebagai

“Kampung Idiot”? Dan bagaimana pendapat bapak/ibu tentang

label/julukan tersebut?

Page 8: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

17. Ketika bapak/ibu bertemu dengan orang lain diluar kampung ini,

bagaimana orang diluar kampung ini memandang desa bapak/ibu?

18. Ketika bapak/ibu berhubungan dengan masyarakat luar Desa

Sidoharjo, bentuk stigma: baik bentuk verbal maupun non-verbal

(misalnya: perlakuaan yang tidak menyenangkan, ejekan, sindiran

dll) apa yang pernah bapak/ibu terimaterhadap warga masyarakat

Desa Sidoharjo?

III. DISKRIMINASI

19. Ketika di desa ini mengadakankegiatan/acara (misalnya:lomba

Agustusan, perayaaan hari-hari besar dll) apakah juga melibatkan

warganya mengalami keterbelakangan mental?

20. Apa peran bapak dalam acara/kegiatan tersebut(soal no.11)

misalnya: ikut dalam kepanitiaan dan mengurus segala keperluan

dan kebutuhannya, sebagai partisipan dalam acara tersebut,

hanya sebagai penonton/orang yang menikmati acara tersebut dan

atau lain sebagainya?

21. Ketika ada salah satu warga yang retardasi mentalmengalami

musibah seperti ada anggota keluarganya yang sakit, meninggal

dunia atau kecelakaan, apa yang bapak/ibu lakukan sebagai

tokoh masyarakat disini?

22. Ketika ada salah satu keluarga (retardasi mental)sedang

mempunyai hajatan, apa yang bapak/ibu lakukan sebagai tokoh

masyarakat disini?

23. Ketika ada PEMILU atau PILKADA, apakah warga desa yang

mengalami keterbelakangan mental tetap di ikutsertakan dalam

DPT(Daftar Pemilih Tetap) seperti misalnya: pemilihan kepala

desa, pemilihan kepada daerah dan lain sebagainya?

24. Ketika bapak/ibu sedang mengadakan pertemuan/rapat bersama

kepala-kepada desa lainnya/aparatur pemerintahan mengenai suatu

kebijakan tertentu terhadap daerah, pernahkan desa bapak/ibu

menerima suatu perlakuan yang kurang menyenangkan dari orang

lain?

Page 9: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

25. Jika pernah(soal no.17), seperti apakah bentuk perlakuan yang

pernah diterima oleh bapak/ibu?

IV. RESPON

26. Bagaimana tanggapan/penilaian bapak/ibu terhadap warganya yang

mengalami keterbelakangan mental/retardasi mental, dilihat dari

beberapa aspek seperti:

a. Aspek Ekonomi, misalnya pekerjaan?

b. Aspek Sosial, misalnya interaksinya dengan masyarakat lain,

seperti hari raya idhul fitri dan idhul adha, keikutsertaan dalam

kegiatan di desa?

c. Aspek Politik, misalnya hak politik(pemilu)?

20. Bagaimana respon/reaksi bapak/ibu jika melihat warganya yang

keterbelakangan mental tersebut mendapat perlakuan

diskriminatif(perbedaan perlakuan) dan stigma baik verbal

maupun non-verbal dari orang lain?

21. Bagaimana respon/reaksi bapak/ibu, jika mendengar masyarakat

lain menjuluki Desa Sidoharjo dengan “Kampung Idiot”?

22. Bagaimana bapak/ibu sendiri sebagai tokoh masyarakat di desa ini

memperlakukan warganya yang mengalami keterbelakngan

mental?

23. Kemudian, menurut bapak/ibu solusi apa yang harus dilakukan

mengenai permasalahan yang dialami oleh warganya ini?

Page 10: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

Lampiran II

TRANSKRIP WAWANCARA

Kategori :Tokoh Masyarakat

Tanggal/Waktu interview :2 Oktober 2015/Pukul 15:45 WIB.

Kode Informan :ME

Kode Interviewer :MAD

I. IDENTITAS DIRI

1. Nama (Inisial) :MAD

2. Alamat :Dukuh Gupah Warak, Desa Krebet

RT.03/RW.05

3. Usia :30 Tahun

4. Jenis Kelamin :Laki-laki

5. Jabatan di Desa :Sekretaris Desa/Carek

6. Pekerjaan :Petani

7. Riwayat Pendidikan :- SD MI Krebet

- SMP Negeri 1 Jambon

- SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo

- Universitas Merdeka Ponorogo

Hasil Observasi

Kondisi tempat wawancara Wawancara dilakukan di balai Desa

Sidoharjo. Karena sebelumnya saya

temui di rumahnya, saya hanya

bertemui istri dan anak beliau, dan

menurut istri beliau disuruh langsung

menemuinya di balai desa.

Dibalai desa tidak ada kesibukan yang

berarti, hanya ada beberapa pegawai

yang sedang mengerjakan sesuatu.

Akhirnya saya dan informan

wawancara di ruang tamu, kondisinya

sepi dan wawancara berlangsung sangat

kondusif.

Keadaan Informan secara umum Informan adalah salah satu tokoh

masyarakat, dengan jabatan sebagai

sekretaris desa atau carek. Beliau

orangnya sangat terbuka, ramah dan

sangat komunikatif.

Perilaku Informan secara umum pada

saat interview

Wawancara berlangsung sangat lancar

dan informan juga sangat komunikatif,

karena sebelumnya saya sudah

beberapa kali bertemu beliau pada

waktu penusunan proposal skripsi

semester lalu. Sehingga beliau saya

jadikan salah satu informan kunci

Page 11: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

dalam penelitian ini.

II. STIGMATISASI

ME “Apa yang bapak ketahui tentang Retardasi

Mental/keterbelakangan mental?”

MAD “ emmm..dadi kulo mbedakne niku enek mental kaleh jiwa, nek

jiwa niku ke secara mental niku ke normal, karna beban

kehidupan dadi perilakune rodok aneh, niku mental nek ku

ngarani, ehh gangguan jiwa, nek gangguan mental, niku kulo

nganggepe sejak lahir, sejak lahir punya kelainan kebatinan, mulai

lahir punya tenger-tenger rodok aneh bedo karo liyani, iku tak

arani keterbelakangan mental. Sing lahir normal karena beban

kehidupan perilaku radak aneh saya nganggepnya jiwa, dua-

duanya ditangani dan dikelompokkan secara beda.

ME “Apa yang bapak ketahui tentang label Desa Sidoharjo sebagai

“Kampung Idiot”? Dan bagaimana pendapat bapak tentang

label/julukan tersebut?”

MAD “Sejarah penyebutan kampong idiot niku..temen-temen media

yang menggulirkan, dulu sebelum ada terbukaan informasi temen-

temen media merasa mereka dibungkam untuk menyuarakan

keadaan disini, akhirnya secara informasi kebebasan pers dijamin,

mereka merasa bahwa dunia berhutang kepada sidoharjo, mereka

hutang..hutang atas informasi yang dulunya terbungkam, sehingga

ada sedikit dendam di hati temen-temen media itu untuk

menyuarakan desa sidoharjo, dulu masih krebet sehingga mereka

membuat sesuatu sing ini nanti harus mendapat perhatian,

akhirnya muncul penyebutan kampong idiot, nek mboten diarani

kampong ngoten kesannya kurang menohok, kurang.kurang

menarik, sehingga mereka membuat istilah kampong idiot,

kompak ndilalah ki media elektronik nyebute nggeh ngoten,

media cetak nyebute nggeh ngoten, akhirnya tujuan mereka

terlaksana, ini sudah terekspost sesuai harapan mereka sejak dulu,

sejak sebelum kebebasan pers keadaan disini harus diketahui

dunia. Dulu kan ada disensor-sensor sekarang kan mboten,

sebenarnya gitu pengistilahan karna mereka meng istilahkan

dendam juga, neng iki wes wayah e dibuka”.

ME “Ketika bapak bertemu dengan orang lain diluar kampung ini,

bagaimana orang diluar kampung ini memandang desa bapak?”

MAD “Nggeh dari penyebutan kampong itu, kampong idiot itu banyak

orang-orang diluar yang salah menafsirkan, jenenge kampong

idiot niku pikiranne sekampung itu idiot semua, geser niate awal

niku, sekampung idiot semua, gak tau yang sebenarnya.

Penafsiran pembaca lain, seolah-olah disini sekampung idiot

semua, emm kalau diambil sisi positifnya ok akhirnya seluruh

dunia jadi tahu keadan disini. Tapi, sisi negatifnya mereka

menjustifikasi tanpa mengklarifikasinya. Dianggep sak kampong

ngono kabeh, terus emm seolah-olah kami tutup mata, banyak

yang nganggep gitu, iki mestine wes suwi la wong wes tuwek-

Page 12: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

tuwek, sebenarnya gak demikian, kami berupaya, syukur bagi

mereka yang tahu kemudian kesini tersentuh hatinya untuk kesini,

pengen tahu dan akhirnya mereka tahu keadaan sebenarnya. Bagi

yang tidak mau kesini terus mereka Tanya dan meneruskan berita

itu, ke temennya ke orang lain, berita semakn tidak jelas,

ditambahi dikurangi(sambil tertawa)”.

ME “Ketika bapak berhubungan dengan masyarakat luar Desa

Sidoharjo, bentuk stigma: baik bentuk verbal maupun non-verbal

(misalnya: perlakuaan yang tidak menyenangkan, ejekan, sindiran

dll) apa yang pernah bapak terima terhadap warga masyarakat

Desa Sidoharjo?”

MAD “Biasane kaleh masyarakat, nek kaleh kul mboten wani. Tapi,

riyen sebelum saya kerja disini, sering..sering, nek akhir-akhir ini

tak tanggepi santai mawon. Nek jaman riyen pas desa nii dereng

pisah kaleh krebet, begitu ngerti kulo ngoten nggeh pas sekolah

teng kito, ngerti omahku krebet ngono, layak mendho(sambil

ketawa) ngonten niku. Jane nggeh mboten mendho. Terus pomo

aku rodok ngantuk ngono ke, nek nggojloki emm besok sarapan

yang agak bergizi ya..(sambil ketawa). Biyen pas koncoku

sekolah ke, lain sekolah..lain sekolah tapi sak angkaten ki, kulo

teng SMKN Jenangan, nah niku SMA Badegan, niku sampek

dijuluki Robet, Orang Krebet, semua temen-temen saya yang

sekolah disitu, temen-temen disitu manggile Robet. Itu sebagai

beban tersendiri Robet ini wes sak elek-elek e wong. Jane Orbet

asline, Orang Krebet, orang-orang krebet lo ya orang medho lah.

Nyek-nyek an, kesakitan nek nyang komunitas nongkronge cah-

cah”.

ME “Terus tanggapannya atau reaksi bapak bagaimana dengan

julukan-julukan tersebut?”

MAD “Nek kulo Pede mawon, karena saya nggak pernah belum ranking

satu, dadi kulo nanggepine, terah wong krebet iki mendho, gek

kulo sing paling mendho. Nek kulo wes sing paling mendho gek

sampean luweh mendho songko aku berarti kon yooo…(sambil

ketawa) saya nanggepine biasane ngoten, Krebet iku memang

mendho dan saya yang paling mendho di Krebet”.

III. DISKRIMINASI

ME “Ketika di desa ini mengadakan kegiatan/acara (misalnya:lomba

Agustusan, perayaaan hari-hari besar dll) apakah juga melibatkan

warganya mengalami keterbelakangan mental?”

MAD “Kalau untuk acara-acara yang bersifat umum yaa welcome

siapapun boleh ikut, boleh dating tidak membeda-bedakan, kalau

acara khusus untuk mereka tidak ada, tapi kalau untuk acara

umum welcome, nek untuk lomba-lomba aku yo ra tek nggatekne

to,,melu opo ora, nek pas enek wayangan yo ernah mereka dilok,

melu dilok. Melu nopo jenenge emmm jogged-joged niku biasa

pernah ngerti kulo, nek lomba kulo mboten niteni mergine mriki

lombane tidak terpusat satu desa satu kegiatan ngoten mboten,

Page 13: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

dukuh-dukuh ngadakne kegiatan secara terpisah. Dadose kulo

dereng terlalu bias memonitor, kalau dijadwal disini dating jadwal

disini dating ngoten, kulo mboten tek ngamati. Gak iso ngikuti

kabeh.

ME “Apa peran bapak dalam acara/kegiatan tersebut? misalnya: ikut

dalam kepanitiaan dan mengurus segala keperluan dan

kebutuhannya, sebagai partisipan dalam acara tersebut, hanya

sebagai penonton/orang yang menikmati acara tersebut dan atau

lain sebagainya?”

MAD “Saya malah nunjuk panitia khusus, ya juga berdasarkan

musyawarah. Kulo klumpukne tokoh-tokoh masyarakat niku,

terutama perangkat kaleh ketua RT kaleh tokoh-tokoh yang lain

niku diklumpukne dijelasne bahwa ada, arep enek kegiatan ngeten

monggo sinten sing ajeng ngelola, msyawarah lahh, setelah

musyawarak kulo kantun nerbetne SK”.

ME “Ketika ada salah satu warga yang retardasi mental mengalami

musibah seperti ada anggota keluarganya yang sakit, meninggal

dunia atau kecelakaan, apa yang bapak lakukan sebagai tokoh

masyarakat disini?”

MAD “Sama, sama dengan yang lain. Malah justru banyak yang

memperhatikan soale dari keluargane kan yo ngono keadaanne,.

Nek sakit yoo sering dijenguk, kemarin niku ada digowo nek

rumah sakit, gangguan jiwa tapi, iyaa kita bawa kesana, dan

seluruh biayanya disuwonne teng Dinas Kesehatan, terus biaya

yang lain-lain, wira-wirine keluarga ditanggung, dicukupi

Pemerintah Desa. Terus pendampingan wonten, kulo ngutus kaur

kesra untuk mendampingi sampek sembuh, dan alhamdulilah

sudah sembuh. Iya iya saya ikut ngurusi itu, tapi ya gak harus

wira-wiri ke rumah sakit terus, kan punya anak buah. Sak kobere

ya ke Sidowayah, tapi kan yo ngeten nek eneng keluhan pasti

enek sing lapor. Tapi nek mung ngurusi ngono tok malah gak

mlaku, kulo wonten orang-orang khusus yang dekat dengan

mereka, dados slamet pumpone kaleh punari(orang yang

menderita keterbelakangan mental), saya mempercayakan dua

orang untuk ngurusi mereka, jadi sebelum bahan makananya

habis mereka lapor dadi mriki kulo nggolekne, slamet loro pak, o

iyoo nggolekne bidan. Ngoten niku dadi mboten gek kulo

mbendino lono, malah ora kecak an. Dadi ada orang-orang yang

saya percayakan celak mriki”.

ME “Ketika ada salah satu keluarga(retardasimental)sedang

mempunyai hajatan, apa yang bapak lakukan sebagai tokoh

masyarakat disini?”

MAD “Nek diundang yo nggeh, nek ora yo gak. Paling mantu, sunatan

ngonten niku, nek mboten diundang tapi nyang yo koyok

kesripahan ngono kui yon yang”.

ME “Ketika ada PEMILU atau PILKADA, apakah warga desa yang

mengalami keterbelakangan mental tetap di ikutsertakan dalam

DPT(Daftar Pemilih Tetap) seperti misalnya: pemilihan kepala

Page 14: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

desa, pemilihan kepada daerah dan lain sebagainya?”

MAD “Masuk, malah menjadi perhatian utama, karna itu pasti disorot.

Terus mereka mempunyai hak yang sama, walaupun toh nantinya

mereka itu berkenan atau tidak, yoo sebisa mungkin mereka

diajak menyalurkan suaranya. Tapi, sing utama mereka harus

masuk dulu, hak mereka harus terpenuhi. Walaupun kadang niku

yo dilematis, dilematis se ngeten, sebagian dari mereka tidak

punya identidas sing pas, meniko sangat maklum karna biasa

secara ngeten dinalar ngoten sebagian besar sing bapak, ibuk e

sing punya putra ngoten mboten ndang didamelne surat kelahiran

akhirnya, mereka lahir kapan niku kita tidak punya data yang

pasti. Tapi berusaha sebisa mungkin mereka harus masuk DPT,

yang sudah menjadi hak mereka. Kalau untuk pendampingan dari

KPU, pernah enten..pernah enten menggunakan suarana nggeh

wonten sing didampingi keluarganya. Kalau saya mgajak

ndampingi mboten nate. Tapi kita sosialisasikan umum aja, bahwa

semua orang yang punya hak pilih mbok niu berkebutuhan

khusus, utawi mboten niku dijak ayo-ayo menggunakan hak

pilihnya, nek enten sing kesulitan menyalurkan, dimohon untuk

melaporkan ke KKPS, untuk dibantu. Kalau perlakuan khusus

untuk mereka ya, nek ngurusi sing berkebutuhan saja yo ra

rampung. Sing penting kita tidak mendiskriminasi hak mereka

saya rasa itu sudah cukup. Pomone mereka tidak bias mendatangi

KPS, terus dari keluarganya itu menghendaki kami untuk

mendekat memberi kesempatan untuk ke rumah tak roso yo

temen-temen gak keberatan. Intinya kami tidak membedakan

mereka punya hak yang sama. Tapi nek kulo ajak-ajak, ayo

nyoblos malah berbahaya. Yaa..jenenge kulo figure public niku,

kula anggepane cedhek karo calon A cedhek karo calon B. Aji

mumpung iki wong sing ra jowo diajak I karo pak carek iki, dijak

nyoblos iki kan yo ngoten. Njagani niku”.

ME “Ketika bapak sedang mengadakan pertemuan/rapat bersama

kepala-kepada desa lainnya/aparatur pemerintahan mengenai

suatu kebijakan tertentu terhadap daerah, pernahkan desa bapak

menerima suatu perlakuan yang kurang menyenangkan dari

orang lain?”

MAD “Nek sing kulon Kecamatan Jambon, roto-roto mereka tidak

memandang buruk, mereka memandang beratnya tugas

pemerintah desa ngoten, mereka memandang beratnya pemerintah

desa, desa lain tidak terbebani dengan orang idiot, yang special

mriki kaleh krebet. Terutama mriki karena down syndromnya

paling banyak. Mereka malah bersimpati, tapi nek di daerah-

daerah agak jauh karena rata-rata mereka tahunya dari media yang

sudah lain lagi. Sidoharjoo iki anggepi kampong sing

terrrbeelaakaanggg ngoten(sambil ketawa), dadi di lingkungan

Kecamatan Jambon, mereka tahu dengan beban, beban

pemerintah desa untuk mengatasi hal itu, secara prestasi Desa

Sidoharjo tidak kalah dengan desa-desa lain di sekitar kecamatan

Page 15: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

Jambon, jadi mereka justru simpati. Tapi kalau untuk masalah-

masalah seperti ini tidak pernah saya buka di forum, karena

kasian nanti menunggu kasus saya, biasanya setelah forum selesai

saya langsung bertemu dengan pimpinan rapatnya langsung, jadi

langsung ada solusinya. Dinas social umpamane, langsung ke

kepala, saya punya warga iki-iki iki butuhe ngeten njenengan

saged usahakne opo gak? Langsung ditanggepi positif, tapi yo gak

secepat jawapane(sambil ketawa)

IV. RESPON/REAKSI

ME “Bagaimana tanggapan/penilaian bapak terhadap warganya yang

mengalami keterbelakangan mental/retardasi mental, dilihat dari

aspek ekonomi, misalnya pekerjaan?

MAD “Sebagian besar niku buruh tani, sebagian besar dari ekonomi

miskin, walaupun ada sing ibuk e TKI, dadi nek dianggap miskin

mboten lah nek TKI niku miskin yo sedang ngono ae. Tapi yo

sebagian besar miskin. Yang bisa kerja ya kerja, masyarakat

nggeh pun biasa. Niku Bagong(salah satu nama penyandang

Retardasi Mental), ada tiga bagong sing semuanya pekerja teng

mriki. Bagong sing mriki niku biasane sadean godong jati, nek

pas kesulitan godong jati, regane murah soko pasar mesti mampir

rene(ke balai desa), critooo..critoo ngono kui yo disangoni karo

cah-cah, dijak ngopi lah(sambil ketawa) niku sing Bagong mriki

sing tukang adol godong. Bagong sing Klitik kaleh Bagong sing

Sidowayah niku nek dikongkon macul jan macule sae mbak niku

karo wong biasa ngono menurut kulo apik niku. Mereka juga

punya jiwa social juga, mboh iku diniati mbantu nopo diniati hobi

macul nggeh duko nek mboten pas di kongkon wong ngoten

rumongso longgar ngoten ngerti tonggone macul ngewangi ngono

ae. Saya promosi itu sebagai bentuk kepedulian mereka untuk

membantu tetangga, lha wong koyo ngene ae…. Ngoten. Iyo

dibayar,,ora dikongkon rithek yo tetep dibayar”.

ME “Tapi sing mboten purun nyambut damel wonten pak?”

MAD “Nggeh wonten. Tapi yo sing tukang njalok yo eneng mriki, niki

sing repot. Opo maneh wong sing ra tau eroh, sing rumongso

asing bagi dia. Pas mriki terus mriki enteng tamu yo mesti kabeh

disuwuni. Ngeten(sambil mengadahkan kedua tangan) karo

mesam-mesem ngoten(sambil tertawa)”.

ME “Bagaimana tanggapan/penilaian bapak terhadap warganya yang

mengalami keterbelakangan mental/retardasi mental, dilihat dari

aspek sosial, misalnya interaksinya dengan masyarakat lain,

seperti hari raya idhul fitri dan idhul adha, keikutsertaan dalam

kegiatan di desa?

MAD “Masyrakate yo biasa, yo bedane ngeten nek wong podo normale

omong sok serius nek wong koyo ngono iku sebagian besar yang

dibicarakan guyon, bedane niku. Koyo pamane neng cakruk

ngono ya(handphone pak carek berdering, saya pun

mempersilahkan untuk mengangkat teleponnya terlebih dahulu),

selang beberapa menitpun beliau melanjutkannya kembali.

Page 16: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

ME “Nek lebaran nggeh silaturahmi pak?”

MAD “Iya mereka nggeh bersilaturahmi, beasane nggeh tonggone sing

cedek-cedek kono ae, gak sampek teng griyo kulo, griyo kulo kan

Krebet. Mriki nggone pak wo ngono mesti, podo rene pak koyo

Bagong ngono? Rene, nek urung cethok kulo yo rene sesok e neh,

ngono (sambil ketawa).”

ME “Bagaimana tanggapan/penilaian bapak terhadap warganya yang

mengalami keterbelakangan mental/retardasi mental, dilihat dari

aspek politik, misalnya hak politik(pemilu)?”

MAD “Nek menurut saya, sing penting mereka terakomodir haknya, dan

menurut saya, mereka tidak perlu dipaksa menggunakan hak

pilihnya, dadi ben bebas soale opo..hemmm bayangne mikir

PILKADA iki aku yo ra cetho nek bayangne engko sing arep di

coblos sing endi. Sing penting mereka pertama masuk DPT, jadi

mereka punya hak untuk itu. Sing kedua nek kancane gruduk-

gruduk nyang TPS mereka….jadi punya hak juga untuk gruduk-

gruduk nyang TPS. Perkoro sing di coblos opo sing penting melu

ngoten mawon. Tapi nek ora kerso melu..yoo mboten kulo ayo-

ayo, maksud e mboten kulo pekso, artine sing penting hak mereka

tidak terlewatkan ngoten mawon. Anggape iku hak mboten

kewajiban, benten kaleh wong normal iso nyobls gak iso nyoblos

kulo lok-lok ne biasane, tak anggep iku wong sombong. Biasane

wong normal gak nyoblos iki alasane, aaa..wes nyoblas-nyoblos

iku pok ae paling yo ra maleh. Aaa iku wong sombong iku.

Mereka merasa semua calon iku jelek, dadi dia sendiri…nek

wong berkebutuhan khusus yo terutama hak mereka, hak pilih

mereka jo sampek klewat, perkoro engko pengen ngenggo gak

pengen ngenggo gak usah dipekso, pengen ngenggo yo..emm

intine paling mung pengen awur kancane niku, opo yo enek wong

idiot mikire aku tak pengen bupati iki yo ra cetho kiro-kiro, ben

nasibku malih yo ra mungkin.”

ME “Bagaimana respon/reaksi bapak jika melihat warganya yang

keterbelakangan mental tersebut mendapat perlakuan

diskriminatif(perbedaan perlakuan) dan stigma baik verbal

maupun non-verbal dari orang lain?”

MAD “Sing kerep kulo eroh i nggeh diusir niku wau umpamane, neng

rejan-rejan ngono kae nyedek ngono kui dikon ngaleh. Dadi

biasne langsung tak jak omong, kuncinya saya ingin menularkan

rasa empati bahwa, mereka sama dengan kita, mereka punya

kebutuhan yang sama dengan kita, artinya butuh e bukan hanya

mangan kaleh ngombe, tapi yo butuh awor konco, butuh diregani

niku. Aku langsung omong: Selama ora ngganggu ora sah dikon

ngaleh, kui yo podho menungsane yo mung butuh awor kancane,

untunge sing ngono kok dudu dulur e awak e dewe. Nek

dikonokne sing durung dong, untunge kok ora koe sing ngono, lha

lak yo wes jeru nek ngono kui. Nek sing dadi ngono kui awakmu

ngono terus..(sambil ketawa). Dadi penekanan yang pertama

bahwa mereka sama dengan kita sama sebagai manusia

Page 17: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

mempunyai kebutuhan sosialisasi yang sama. Nek ngono sek

durung empan , untunge iku dudu batihmu ora mbebani awakmu.

Biasane yo acara mantenan, kumpul-kumpul ngono kui

umpamane reg kan”.

ME “Bagaimana respon/reaksi bapak, jika mendengar masyarakat lain

menjuluki Desa Sidoharjo dengan “Kampung Idiot”?”

MAD “Saya gak masalah mereka mengistilahkan kampong idiot, tapi

yang penting mereka tahu kondisi sebenarnya. Mereka tetap

menyebutnya kampong idiot pun gak masalah. Enjing wau nggeh

wonten, enjing wau dari IKIP Madiun. Saya tidak keberatan

disebut kampong idiot, tapi saya punya permintaan mereka harus

paham kondisi desa yang mereka sebut kampong didiot itu, jadi

walaupun penyebutnya kampong idiot tapi, gambaran mereka

sudah lain dari sebelum kesini dan sesudah kesini, yang dimaksud

kampong idiot ini bukane sak kuampung idiot niu mboten naming

karna sak deso niu sing keterbelakangan mental niku rodok akeh

moko dijuluki kampong idiot. Yo owes katakanlah kampong

rambutan gak mungkin to sak kampong rambutan kabeh, artinya

dikampung itu rambutannya banyak ngoten, yang saya tekankan

niku. Nek istilah kampong idiot tetep dipakai nggeh monggo.

Sing penting dunia tahu bahwa yang dimaksud kampong idiot

niku seperti ini.

ME “Pernah wonten sebutan napa pak?”

MAD “Pernah ada yang menyebut nah iki sak kampong idiot kabeh?

Aku yo omong, loh nggeh akulo niki nggeh idiot, aku yo

ngono(sambil ketawa), pas acara baksos waktu itu, langsung

meneng cep wonge. Artinya mereka nggak berpikir. Dari situ

mereka sudah sadar bahwa mereka salah. Artinya bahwa yang

keterbelakangan itu jumlahnya banyak disbanding desa lain

ngoten. Mboten kok sebagian idiot mboten, apalagi kok semuanya

idiot. Jadi cukup kulo jawab kulo nggeh idiot. Kados sing wau

jaman kulo sekolah niku. Wong krebet iku mendho-mendho lo

nggeh, saya yang paling mendho. Selesai nyatane kulo ranking

siji terus, arep omong opo neh ngoten. Sebenernya niku motivasi

bagi saya, jaman sekolah riyen, kulo pun kadung diarani wong

krebet niku mendho-mendho menjadi motivasi bahwa saya ingin

mereka tahu bahwa saya bias lebih dari mereka. Nek coro kulo

mboten dilok-lok ne niku kiro-kiro kulo tidak bisa seperti itu.

Motivasi saya menjadi besar(sambil tertawa).”

ME “Bagaimana bapak sendiri sebagai tokoh masyarakat di desa ini

memperlakukan warganya yang mengalami keterbelakngan

mental?”

MAD “Secara umum diperlakukan sama, untuk hal-hal tertentu mereka

diperlakukan istimewa memang, karna yaaa namanya

berkebutuhan khusus, jadi ada hal-hal tertentu yang perlu

penanganan khusus. Koyo conto umpamane ada lembaga-

lembaga yang ingin..ada kegiatan social umpamane mereka saya

utamakan, pampane sasaranne keluarga miskin ngono ya, yang

Page 18: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

saya utamakan pertama kali ya keluarga miskin yang punya

keluarga berkebutuhan khusus. Dadi podo-podo miskine sing tak

disek ne meski sing punya keluarga berkebutuhan khusus. Kenapa

begitu, karena secara beban podo-podi miskine ritek luweh abot

sing ngopeni ngoten niku. Perlakuan khusus e ngoten niku.

ME “Kemudian, menurut bapak solusi apa yang harus dilakukan

mengenai permasalahan yang dialami oleh warganya ini?”

MAD “Nek penyebab utamanya kulo dereng saged merumuskan, tapi

nek factor-faktor yang mempengaruhi banyak factor-faktor yang

mempengaruhi dari factor-faktor yang dianggep mempengaruhi

niku akhirnya kami membuat kegiatan yang tujuan utamanya satu,

ojo sampek tukulan anyar, ojo sampek ada tukulan baru sing

ngoten niku. Yang kedua sing wes kadung ngoten niku yo diopeni

sak apik-apik e, di berdayakan semampunya. Di berdayakan

semampunya ke contho pamane adus dewe gak iso ngono, iso o di

belajari adus dewe itu kan wes lumayan pemberdaya an

mengurangi beban para keluarga, pomone mau ne maem di

dulang dilatehlah ampriye iso maem dewe ora ketang morat-marit

disek(sambil tertawa). Sulit mbak kulo riyen ada pelatihan ngoten

niku, dari Dinas Sosial itu membentuk.. riyen niku wonten rumah

kasih sayang, perangkat nggeh terlibat, mboten kok ngurusi

ngoten niku mawon, artine yo membentuk kader-kader khusus.

mbedakne sabun cuci kaleh sabun mandi mawon suwii

nekngenalne niku mawon, antara ne sampu kaleh… itu juga gak

mudah. Yo enek sing akire bisa, banyak sing akhire nganggur.

Tapi terus, penting sing wes kadung niku yo.. emm setidaknya

ada level peningkatan lah, timbang membebani keluarganya.

Terus ojo sampek muncul anyar.”

ME “Terus solusinya menurut bapak apa?”

MAD “Salah satu sing dianggap mempengaruhi niku asupan yodium,

asupan yodium rendah mempengaruhi niku. Niku…alhamdulilah

pemerintah propinsi welcome, dua tahun niki asupan yodium

daerah Sidoharjo terpenuhi mulai tahun 2014 2015 niki, pun di

cukupi pemerintah propinsi. Terus sing kedua asupan gizi bagi ibu

hamil, menyusui dan balita niku sing disinyalir berpengaruh. Dadi

ajakan niku, sosialisasi niku ibu hamil, ibu menyusui dan balita

itu butuh asupan gizi yang baik. Perlu diketahui mbiyen niku akeh

wong ngandut niku sing tarak poso mutih ngoten niku, bar

babaran nggeh ngoten niku tarak ….niku nggeh berpengaruh

asupan gizi bayi. Alon-alon niku nggeh dirubah”.

ME “Awalnya kejadian niki tahun berapa pak?”

MAD “Nek awale niku delok umure sing paling sepuh niku.., pun lama

jaman mbah kulo sek dadi modin, nek keputusane pemerintah

kabupaten niku dimulai sejak jaman tikus, taun ne pinten ya..tujuh

puluh tahun yang lalu kro-kiro. Riyen kan hama tikus meraja lela

sehingga larang pangan. Nek delok dari umur mereka..umur niki

nggeh umur perkiraan lo mbak, kan yo kulo atur ne wau, nek

keluarga ngoten niku nek arep ngurus surat-surat identitas kan yo

Page 19: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

…kan langka umur-umure mereka yo perkiraan. Niku yo

diperkirakan lahir jaman tikus, tapi yo gak semuanya, niki nggeh

wonten usia sing arah-arah niku tujuh belas tahun nggeh wonten,

arah-arah lo dilok biyen lahir barengane sopo ngoten. Dugaan

sementara sing paling utama nggeh ..sing dugaan kuat penelitian

nggeh niku yodium, kedua niku nggeh asupan gizi”.

ME “Niki kok tirose sumber airnya yang bermasalah gitu ya pak?”

MAD “Nek wonten sumber air sing marahi idiot niku nggeh mboten,

niku ke kandunganne yodium pertama ne nol, sing kedua enek

sing mengatakan ada unsur-unsur mineral sing tidak baik, tapi

sing niku tidak tertulis sing pernyataan ada unsur-unsur mineral

yang tidak baik niku, sing resmi yo niku kandungan yodiumnya

nol, maksud e nggeh sumur-sumur yang ada disini, mboten kok

ada satu sumur yang kayak gitu, yaa air-air sumur yang

dikonsumsi masyarakat sampek hari ini”.

ME “Iya pak, saya juga pernah baca hasil penelitiannya itu.”

MAD “Nek kulo tidak yakin sih niku, tidak yakine pripun, asupan

mineral niku nek sak roh kulo, lha wong kulo niku ke wong

tekhnik uduk wong kesehatan, itu malah yang banyak dibutuhkan

dari makanan bukan dari minuman, dari minuman malah banyak

indikasi nitrogen sing gak bisa dicerna tubuh, dadi dibuang karo

air seni. Tapi nek dari gizi kulo yakin ada pengaruhnya nek dari

gizi, wong ke nek neng kandungane kurang gizi, yo dadine koyo

ngopo ngoten mawon lo. Niku saya yakin berpengaruh. Banyak

hasil penelitian mriku niku sing bedo-bedo niku hanya beberapa

yang saya yakini, karna tidak semua peneliti niku jujur, maksud

kulo jujur banyak sing artine sing asline niku tidak interview,

asline tidak meneliti mereka hanya mengumpulkan data-data wes

disimpulne neng omah, banyak sing ngoten niku. Mungkin

banyak yang baca-baca di internet ada yang mengatakan

perkawinan sedarah, pengen roh aku buktine sing ngono kui enek

ra. Kulo sering baca di internet perkawinan sedarah itu,. Y owes

tok ne ae nek tertarik rene. Malah wau yo enten yang

mempertanyakan itu, itu karna perkawinan sedarah. Niki enten

kejadian maleh sing gangguan jiwa sing kulo critakne sampek

digowo teng dokter bar niu kecelakaan, kecelakan dalam tanda

kutip(“) ngandung suamine gak enek, iki ki selama ngandung,

menyusui diopeni, dari dinas social nggeh turun tangan, dari dinas

kesehatan nggeh turun tangan, kebutuhan gizinya diperhatikan

dinas social, dari bidan nggeh sering, lahire nggeh pinter niku

bocah e, sekolah nggeh pinter, TK nopo Playgroup ngoten lo.

Enten meleh keterbelakangan mental Sidowayah, kasus sing

kecelakan, gak mungkin dirabekne lha sopo sing gelem ngrabi

kiro-kiro, tapi dilalah kok yo enek sing gelem ngumpuli, sak niki

pun kelas kaleh SD, ndilalah nggeh pinter. Sampek hari ini saya

masih meyakini bahwa, kebutuhan gizi niku pengaruh e agak

besar, kontribusi untuk munculnya down syndrome besar.

Terutama saya tekankan kehamilan, menyusuhi dan selama balita.

Page 20: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

Kulo sing paling getol kampanye untuk ASI, ASI eksklusif

selama empat bulan sampai lima bulan, itu pengaruh soale jaman

biyen urung sampek wayah e dikenal ne panganan dikenalne

panganan, pisang dijemek ne. Enek sing sing sak keluarga iku

sing normal mek ibu e tok sak iki wes ora enek, enek sing

gangguan jiwa ibuk e wes ora enek, kebutuhan hidup e niku

nggeh sing nangguh nggeh kula kaleh konco-konco. Enten maleh

sing satu rumah niku bapak ibuk e normal, anak e pertama normal

sing kedua yo wes rodok ketiga sampek kenam niku nggeh

ngoten, y owes konco-konco sing nanggung”.

Page 21: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

TRANSKRIP WAWANCARA

Kategori :Tokoh Masyarakat

Tanggal/Waktu interview :2 Oktober 2015/Pukul 16:21 WIB.

Kode Informan :ME

Kode Interviewer :INU

I. IDENTITAS DIRI

1. Nama (Inisial) :INU

2. Alamat :Dukuh Klitik, Desa Sidoharjo

RT.01/RW.01

3. Usia 55 Tahun

4. Jenis Kelamin :Laki-laki

5. Jabatan di Desa :Mantan Lurah(Tokoh Masyarakat)

6. Pekerjaan :Petani

7. Riwayat Pendidikan :- SD Negeri 1 Krebet

- SMP Negeri 1 Badegan

Hasil Observasi

Kondisi tempat wawancara Wawancara dilakukan di rumah informan,

di ruang tamu dengan ruang tamu yang

sangat luas. Keadaan rumah informan

sangat sepi sehingga wawancara bisa

dilakukan secara kondusif.

Keadaan Informan secara umum Informan adalah salah satu tokoh

masyarakat dan kepala desa pertama di

Desa Sidoharjo tersebut. Namun, sekarang

masa jabatannya sudah berakhir dan belum

ada pemilihan kepala desa lagi.

Perilaku Informan secara umum

pada saat interview

Wawancara pada awalnya berlangsung

lancar dan informan juga sangat

komunikatif, namun pada saat ditengah-

tengah wawancara, informan mulai kurang

nyaman dengan pertanyan-pertanyaan

wawancara saya. Dirasa cukup dengan

informasi yang saya dapat, akhirnya

setelah tiga puluh menit wawancara

berjalan serta waktu semakin sore,

wawancara saya akhiri.

Page 22: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

II. STIGMATISASI

ME “Apa yang bapak ketahui tentang Retardasi

Mental/keterbelakangan mental?”

INU “ Wong-wong sing keterbelakangan mental niku ta mbak? Wong-

wong keterbelakangan mental, sing jelas yo wong-wong sing ora

iso mikir secara normal. Artine serba kendho, niku wong

keterbelakangan mental, intine niku”.

ME “Penyebab sebenarnya itu apa ya pak?”

INU “Penyebab niku, nopo yo…dari kacamata wong-wong seje yo

seje-seje. Wong-wong sing opo, wong sing njuruse neng

kesehatan jare kurang, kekurangan yodium kuwi, tapi nek e soko

kacamatane wong paranormal iku jare e soko keturunan, tapi koyo

e yo ra mungkin, ora nek iku aku yakin ora gak.”

ME “Awalnya itu tahun berapa pak?”

INU “Mula ne ke tahun piro ya.. 62, 63 mbak mngkin. Biyen kan yo

larang pangan mriki, seng jelas yo kekurangan gizi, itu dampak e

nyang wong-wong hamil, wong-wong hamil dampak e kan yo

akhir e ndue anak kan yon due keturunan ora mampu mikir secara

normal kui maeng. Tapi sakik kok tak rasa wes ra pati eneng kok

mbak”

ME “Apa yang bapak ketahui tentang label Desa Sidoharjo sebagai

“Kampung Idiot”? Dan bagaimana pendapat bapak tentang

label/julukan tersebut?”

INU “Yo ra masalah, nek coro kula yo ra masalah, nyapo kok ditutap-

tutupi. Justru barang-barang sing ditutupi ngono kui ora iso anu

ora iso nylesekne masalah. Nek ditutupi niku barang koyo ngono

kok ditutup, terus akhire piye nek arep nylesaikan.”

ME “Ketika bapak bertemu dengan orang lain diluar kampung ini,

bagaimana orang diluar kampung ini memandang desa bapak?”

INU “Yo pada dasarnya wong sak kecamatan ki ngerti mbak, kampong

idiot kan yo jenenge deso key o ndue karep, memang seng njuluk

ne kampong idiot deso iki dewe pemerintah desa dewe, supaya

bab-bab iku ben tersebar luas, disebar luasne malahan, ora kok

justru ditutup-tutupi. Nek wes disebar luasne kan yo akhir e enek

wong-wong sing peduli, terutama pemerintah. Niku kan yo mesti

enek kepedulian. Nek malah tak tutuptutupi yo malah…diarani

kampong idiot yo selama onok deso iki, mau-maune nggeh

mboten. Utawo iki nek diteliti tenan ngono sak jane karo opo yo

karo kenyataan sing tertulis yo bedo adoh mbak. Kesanne rodok

di gedhe-gedhek ne ngono. Berbuat untuk mendapatkan sesuatu

lah, deso iki ndue karep ngoten niku, ngene iki nek aku wes leren

wegah ngomong ngene iki. Mbiyen pas sek dadi lurah yo wegah

ngomong ngene iki. Emang ngene-ngene meyakinkan. Berbuat

untuk mendapatkan sesuatu demi kanggo masyarakat sing

memang yo membutuhkan mergo nek ora tak ngonok ne sing jelas

yo ra enek kepedulian, ora enek kepedulian soko pemerintah.Sak

jane sing tercatat nek kono berapa ratus pomo no di cek tenan

ngono yo separone ngono mboh eneng mboh ora. Memang yo tak

Page 23: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

gae memang yo digae kesepakatan karo yo warga neng kene

memang nek kampong iki dienekne biar nek ngene piye..ngono, y

owes ra masalah ngono. Kene anggarane sing jelas yo ora eneng

anggaran sing pasti kango wong sing ngono kui, sebab e deso

isone mong njalok. Nah iku sak durungo njalok iki wes enek

suoro-suoro sing ngono kui kan enteng njaluk e. Sing jelas kuwi

harapan ne. Yo ra bedho kaleh kampong-kampung nggene

njenengan sakjane, nek masalah warga masalah masyarakat.

Umpamane nggone neng kuto yo eneng wong sing goblok ngono

kui yo eneng. Karna kita melakukan sesuatu untuk mendapatkan

sesuatu, yo akhir e enek sing nyebutne kampong gila, kampong

idiot enek sing nyebut kampong nopo, koyo njenangan enek sing

nyebut kampong gila, akhir e oleh pukesmas sing khusus ngurusi

wong-wong sing stress, jane niko yo podho mawon sak deso niku

kok yo ora stress kabeh utowo yo 30% ne nggeh mboten wonten,

sami niku. Utowo pemerintah dewe wong saumpamane soko

pemerintah kabupaten nopo daerah umpomo nek ken ewes

kesebut kampong ngono kui pemerintah, pomo pemerintah kene

ora iso nangani yo dinas social njalok rono kan yo enteng mawon

ngoten lo asline ngoten niku(berusaha meyakinkan dan

menekankan).”

“Kan yo wong ke pandangane bedho-pedho kan yo mbak, enek

sing mandang halah ngono kui paling kor yo digae-gae, eneng

wong sing peduli memang opo yo tenan mbutekne terus rene ki

karna yo ndelok didudoh ne, halah sampel le piro ngono ae, terus

akhire nge I bantuan ngono yo eneng, tapi yo njenenge wong okeh

iku yo memang bedho-bedho, bedho ni ke yo, okeh e karo jumlah

e wong wi engke. Dadi andangan niku mboten sami. ”

ME “Ketika bapak berhubungan dengan masyarakat luar Desa

Sidoharjo, bentuk stigma: baik bentuk verbal maupun non-verbal

(misalnya: perlakuaan yang tidak menyenangkan, ejekan, sindiran

dll) apa yang pernah bapak terima terhadap warga masyarakat

Desa Sidoharjo?”

INU “Enten mawon, yo ngono kui engke, njenenge alah terah wong

pinggiran kan yo eneng mawon, utawo ngono kui nek deso ne

bagian ketengahan wes kethok maju utowo wong kui ke yo, wong

kui wong sombong ngono kui yo..halahh deso, ngono kui kan yo

biasa lah, dianggep wong mriki niku wong nge goblok kabeh,

dianggep wong ra ndue kabeh kan yo enek to, wong sing koyo

ngono niku enten, okeh mbah pandangan-pandangan ngono kui

okeh ora kor sepihak. Enek sing mandang positif enek sing

mandang negative ngoten niku jenenge wong okeh. Tapi nek coro

kulo nyapo ngono kui kok tak etung ngoten. Aku ra ngetung nek

masalah ngono iku diwarah oono enlek ora tak piker ora tak

etung, lha wong diaranono apik aku yo ra bangga, sing jelas terah

ne enek masyarakat sing eneng sing koyo ngono iki ora perlu

nggolek i masalah e solusine iki lo ayo podo digarap nggolek I

masalah e iki masalah e wes ora karu-karuan pandangane dewe-

Page 24: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

dewe nggeh to? Ngoten, ngoten niku dados kados panjenengan,

nuwun sewu nggeh mbak?, kados panjenengan mencari-cari wong

sing ngono-ngono iku yo, nek iso panjenengan niku budidoyo

piye yo solusine ngoten, dadi ojok kor golek-golek masalah ojo

gor golek-golek opo yo crito ojo kor golek-golek…iku yo perlu di

golek i nek wes temu cetok masalah e piye solusine, nek kor

golek masalah mawon okeh tunggale mbak ngoten(sedikit kurang

mengenak kan peneliti), okeh wong nduwur ngono kui masalah e

opo…masalah e opo..nyapo we golekk masalah e, aku yo ngono

ae, terah trah kowe pengen mbantu piye nggolek i solusine nek

terus wong ngono kui terus piyengono nek coro kulo ngoten, ndak

perlu nggolek i masalah, masalah iku benten, masalah niu mboten

sami, enten sing ngarani ngene enten sing ngarani ngeno lha wes

monggo lah nek ngarani, tapi yo ojo kor ngarani tok, nek wes

ngarani ngene iki pomo kurang zat yodium yo bantuen barang

yodium kan yo ngonten, nek enek sing ngarani kurang piye

kurang gizi opo kurang opo yo bantuen ngoten nek coro kula

ngoten(sedikit marah, tersinggung terhadap pernyataan-

pernyataan ini)”.

(Akhirnya beliau cerita hal lain lagi mengenai penyebab)

“Dari anak kedokteran, yo sering mbak mbiyen rene nek sak iki

wes ra patek, rumongso wes opo y owes rumangso berbuat enten

riki nggeh, rumangso berbuat akhir e sak niki niki nggeh wes ora

koyo mbiyen mbak. Sebab nek bantuan garam yodium tetep

enten, per tahun mriki niki tetep enten karna e sing okeh-okeh dari

kacamata medis istilah e ngoten memang banyune mriki niki, niki

memang anu ngopo yo ngandung kokean ngandung zat besi opo

piye ngono lo gek terus kurang kandungan yodium niku. Niku

ngaleh-ngaleh kok okeh sing ngomong ngoten niku terus, terus

sing ngono-ngono i uterus ngecek niku nek sing ngecek sing

ahline mungkin yo bener nek niku, mungkin yo bener mula ne

mriki niki terus e per tahun niku diparingi bantuan garam yodium

niku per orang mboten naming per keluarga, per orang. Tapi nek

sakng nggen-nggen kulo niku mawon nggeh kurang piye ya mbak

ya kurang sek-sek mboh ngoten maksu e ki opo yo tenan ngono

tenan opo ora ki sakjane ngono yo lha umpamane nek soko sumur

kurang yodium, lha dek biyen ke sumur sitok, satu sumur niku

sing ngonsumsi sak deso patute, lha gini yo kok ra kenek kabeh

nek memang kurang ngoten lo. Niku neng ngoten niku mung tak

batin ae, kulo niku nek ngomongne karo wong yo ra sido dibantu

garam, ora sido.”

III. DISKRIMINASI

ME “Ketika di desa ini mengadakan kegiatan/acara (misalnya:lomba

Agustusan, perayaaan hari-hari besar dll) apakah juga melibatkan

warganya mengalami keterbelakangan mental?”

INU “Yo sing jelas nek masalah agustusan niku mboten mbak, mboten

nek agustusan piye ya nek umpomo lomba opo khusus e wong

cacat pamane ngoten yo ra penak lah rasane, tapi nek kegiatan-

Page 25: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

kegiatan tingkat lingkungan pammane koyo yasinan, amane koyo

wong hajatan tetep di disamakan lah, disamakan dianggep sama

karo orang-orang sing biasa ngoten lo, wargane niku dianggep

podho, tapi nek kegiatan-kegiatan lomba-lomba nopo ngoten niku

ngantos sak meniko mriki nik sak meniko dereng enten. Pomo

nek neng lingkungan jelas malah dipenting ne mbak pmamane

koyo ken endue perlu nyapo pammane terus wong-wong sing

biasa diaturi jagongan biasane ngoten niko lo, ngono iku tetep

diaturi, tetep diomongi, tetep dilibatne ngeten niki. Ngoten niku.

Yo dugi mbak, malah biasane ngoten niku yo karo seng ndue

omah ke yo, dikon mbantu sesuai karo porsine, istilahe ke patute

cah iki ke neng mburi opo neng ngarep, melok isah-isah opo

melok nopo ngoten, disesuaikan karo opo isane, malah seneng

bocah ngoten niku biasane. Dadi tetep dilibatne mbak walaupu

niku..laa.Yo mikire ora koyo wong normal. Pamane koyo

yasianan walaupu kor meneng yo,,,tetep di jak. Nek di kopyok

oleh nek emang kono, yo tetep warga liyane yo tetep teko”.

ME “Ketika ada salah satu warga yang retardasi mental mengalami

musibah seperti ada anggota keluarganya yang sakit, meninggal

dunia atau kecelakaan, apa yang bapak lakukan sebagai tokoh

masyarakat disini?”

INU “Nggeh ngeten nggeh, ee..kalau tingkat kegotong-royongan,

tingkat nek teng deso niku kentel banget mbak, dadi nek upamane

enek sing kesusahan opo, sesusahan lah, ojo kok sing keadaane

kados ngoten, lha wong nek sing wong norman mawon niu nek

kesusahan niku nggeh ee coro kepeduliane tonggo-tonggo teparo

niku nggeh sangat peduli sekali, opo meneh kok sing ndue warga

sing kados ngoten. Biasane mbak, biasane yo ra kabeh nggeh, ora

kabeh biasane sing wong-wong seng ngoten niku memang nggeh

secara ekonomi memang yo tingkat ekonomine niku yo rendah

banget dadi yo piye yo ora masalah bab loro bab mangane bab

nopo nggeh seng jelas niku yo koyo seakan-akan tonggo teparo

niku y owes wes dadi tanggungjawabe tonggo teparo, koyo niki

mriki niki(nunjuk belakang rumahnya) sak keluarga niku meh

kabeh ngoten niku dadi niku walaupun ngoten niku nggeh dijamin

aman kaleh manganne ngoten mawon nggeh mesti nek aman

mboten samar nek keluwen, masalah e sing mikr niku terus

lingkungan, nek lingkungan pun mboten oleh mikir terus piye

lakone lha sing sing produktif sing iso golek nopo-nopo pun

mboten enten. Dadi yo kepeulian lingkungan niku, biasane,

nuwun sewu biasane mbak tapi yo ra bener neng aturan yo ra

bener, pamane nek metu raskn ngoten niko nggeh, raskin ngoten

niku memang didewek ne mbak dadi begitu nompo pak RT

nggeh, pak RT selama durung di dom niku wes dijupuk kanggo

niku plek. Nikusing bayar nggeh wong okeh, sing bayar yo wong

okeh ngoten. Padahal mriki niki wonten rong keluarga sing

ngoten niku, dadi mriki niki yo dengan tidak disadari niki yo

setiap bulan mesti enten partisipasi kangge niku, mergo diliwatne

Page 26: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

mriku sembako pomo raskin njujuke mesti nggone pak RT,

ngoten niko di dom, sak urunge di dom niku dijupuk kanggo iki

sekian, kanggo iki sekian untuk hidup selama satu bulan

ngonten”.

ME “Ketika ada salah satu keluarga(retardasi mental)sedang

mempunyai hajatan, apa yang bapak lakukan sebagai tokoh

masyarakat disini?”

INU “Nek koyo yasinan yo sing jelas kene niki per RT, yo ngitung

rata sing jelas ngono. Sedoyo tumut per RT se Sidoharjo niku

memang nek kegiatan yasinan niku putra putri, mboten naming

putra tok, walaupun sak jane mriki niki yo istilah e opo yo mbak

yo memang agamane islam wong kebanyakan niku sakjane warga

mriki niki penghayat kepercayaan sak jane. Penghayat

kepercayaan niku piye yo mbak y owes ilmu jowo, istilah e

ngoten, ilmu jowo dadi budaya-budaya jowo sing dikembangne,

sing dikembangne iku budaya jowo pitutur yo pitutur jowo

masalah e nuwon sewu mbak, jenenge wong deso niku

kebanyakan niku mboten pinter koyo wong-wong kuto, koyo

wong-wong terpelajar, kebanyakan kan wong mriki niku petani,

dadi nek pamane.. pamane agamis pamane pituduh lewat al-quran

pamane, ngoten niko nggeh niku kan cara terjemahanne kan de e

yo ra patek mengetahui tenan dadi kor ikut-ikutan asline piye kan

mboten ngerti, ayat ngene iki asline piye, asline piye kan mboten

ngerti nek e, nek penghayat kepercayaan nek sing di ngge ngilm

jowo niku kan begitu di tuturi enek petunjuk ngene enek pitutur

ngene kan langsung iso nompo selama niku yo ra ngorak-ngarek

ampatan ora ngorak-ngarek karo jalur e agomo, asline sami, asline

sami mawon memang yo podo tujuane sami yo mung dalane

mawon sing rodok benten, asline sami. Dadi semua agama dan

penghayat kepercayaan niku sama…..(ada suara kendaraan

bermotor, suara tidak terlalu jelas), walaupun koyo ngono,

walaupun asline wong akeh sing penghayat kepercayaan lha wong

iyo ora ninggal karo kui pamane enek yasinan yo tetep moro,

tetep teko teko tetepan, senaoso kor asline ke tujuane ki, kan yo

bahasa-bahasa arab to mbak, kan yo bingung ditompo kan yo

maksud e ke ngoten bahasa arab, bingung nek nompo, walaupun

key o kor ikut-ikutan neng tetepe key o tetep moro tetep ngrukuni

lah tetep awor mergo yo kui engke, nek iso key o pada umume yo

ora wong terpelajar neng mugo-mogo niku mengke yo wong sing

sepuh koyo kulo-kulo niki wes ra jowo bahasa arab pamane

mugo-mogo anak-anak niki mengke karna yo di didik kawet cilik

terus engko enengo perkembangan lah, artine piye yo ngerti o

neng bahasa arab, neng bahasa arab niku, dadi nek wes ngerti teng

bahasa arab niku pitudoh sing pitutur seng terkandung neng al-

quran kan ngerti, la nek bahasane ora ngerti moco o kan yo

nganggur, mboten ngertos. Mogo-mogo anak outune kulo maksud

e ngeten lo nek kulo mawon mboten ngerti bahasa arab, neng

mogo-mogo anak putu kulo niki ke pinter-pinter teng bahasa arab

Page 27: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

sing umpomo moco quean ngerti maksude, nek ora ngerti maksud

e po‟ae angor moco koran niku ngerti maksud e karoan.(bapaknya

tetep berlanjut bercerita ini), tapi mriki niki kerukunan antar umat

niku sae mbak, walaupun senaose islam teng mriki niku sak jane

yo ra kor NU ora kor Muhammadyah bahkan yo campur-campur.

Enten she nopo nggeh, nek didumuk ora nopo niku..ora salim ora

nopo niko..enten niki, sing nek wong kene niki pondok e neng

lamongan. Tapi awak e dew era perlu mbedakne lah, nk wes

ngerti niku yo, sing ngerti ke ojo elok-elok sing ra ngerti, ora

masalah terah tradisine ngono kok budaya sing perlu

dikembangne ngoten niku kok, dadi wong wedhok salaman karo

wong lanang ngoten niko mboten oleh, maem daharan sing wes di

dumak-dumok wong liyo ngono mboten kerso, malah niku nggeh

sae niku mesti resik e, nggeh to? Mesti resek daharan seng rong

didumok wong liyo mesti resek, malah njogo kesehatan sing tenan

makane kulo niku tetep menghargai.

“Niku ke maune naming sak keluarga, berhubung keluarga niku

sampun pecah dadi okeh pamane ndue anak nek kono, ndue anak

nek kono, akhire seduoyo akeh sing penganut niku tapi nggeh

mboten nopo-nopo sing muhammadyan wonten, sing NU yo

kuatah, nek rukun tetep rukun. Koyo kulo niki termasuk NU.”

ME “Ketika ada PEMILU atau PILKADA, apakah warga desa yang

mengalami keterbelakangan mental tetap di ikutsertakan dalam

DPT(Daftar Pemilih Tetap) seperti misalnya: pemilihan kepala

desa, pemilihan kepada daerah dan lain sebagainya?”

INU “Sing ngoten niku? tetep no mbak yo tetep ndue hak, tetep ndue

hak, tetep ditulis walaupun mengke nek teko hari H niku saged

rawuh nopo mboten.”

“Nek pendampingan yo sosok mbak sosok karek event ne, nek

event ne pomo pemilihan caleg pamane kan yo jauh lah istilah e,

kui biasane ora, tapi nek PILKADES, nek PILKADES ngene iki

biasane digawani karo wong-wong jagone niku, nek PILKADES

niku kan skup pe lingkupe kan ciut sak deso, pomo nek pilihan

bupati, pilhan presiden niku mboten yo walaupun di daftar

namung yo ora eneng sing ngetutne neng nggone TPS, nyo

nyobloso didampingi mboten enten. Mboten. Ditok ne mawon.

Karna ketambahono sithok utowo kelng ngo sitok tiyang niku yo

kan liyane tasek katah ngoten lo, lha nek PILKADES niki

termasuk tetep pamamne kulo jagone nggeh bersaing kalih A

nopo B niku ngroso lingkunganku yo tak warahi kalih tim kulo

terus mbenjeng nggeh didampingi kaleh, biasane ngoten”.

ME “Ketika bapak sedang mengadakan pertemuan/rapat bersama

kepala-kepada desa lainnya/aparatur pemerintahan mengenai

suatu kebijakan tertentu terhadap daerah, pernahkan desa bapak

menerima suatu perlakuan yang kurang menyenangkan dari orang

lain?”

INU “Mboten mbak, mboten kantun rapate niku ngrembuk nopo

ngoten mawon, nek sipate umum kanggo semua deso nggeh

Page 28: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

biasa-biasa mawon. Tapi nek e sing rawuh niku saking dinas-

dinas social pammine memang yo memang prioritas. Untuk satu

kecamatan niku kan wonten dua desa sing ngoten niku dadi yo

biasane kulokaleh deso sing sanes sing ngoten niku kuerep

dipanggil teng dinas social ngoten niku yo kuerep mawon, sering.

Nek teng kecamatan teng kabupaten biasane nggeh secara umum

nggeh biasa-biasa mawon, mng diperlakukan khusus niku nggeh

artine disendirikan dipanggil ngoten, dipanggil secara pribadi

panggilan ngoten nek urusan kaleh ngoten.”

IV. RESPON/REAKSI

ME “Bagaimana respon/reaksi bapak jika melihat warganya yang

keterbelakangan mental tersebut mendapat perlakuan

diskriminatif(perbedaan perlakuan) dan stigma baik verbal

maupun non-verbal dari orang lain?”

INU “Mboten mbak, mboten, biasane ngoten niku sampun dipersiapne

nggone, yo karna yo kahanan ne koyo ngono kui yo nggak

mungkin nek neng ngarep yo ra mungkin, pokok e sing penting yo

di ajeni dihormati mung yo nggone ke radok nisih ngoten”.

“Justru sing ngono kui malah didisek ne mbak, pomo urung oeh

opo malah di disekne, malah diperhatikan, umpamane bature

urung oleh maem umpamane yowes malah ndang dikek I maem

disek, pamane ngono iku,. Setiaplingkungan jane yo eneng sing

ngono kui mbak, Klitik yo eneng, Karangsengon yo enten, tapi yo

gak sebanyak Sidowayah”.

ME “Bagaimana tanggapan/penilaian bapak terhadap warganya yang

mengalami keterbelakangan mental/retardasi mental, dilihat dari

aspek ekonomi, misalnya pekerjaan?”

INU “Secara ekonomine memang yo rodok anu mbak, yo piye ya yo

kelas ekonomi-ekonomi lemah yo istilah e ngoten, nek

memperlakukan wong-wong niku yo kan niku yo wong-wong,

wong nopo nggeh wong ngoten niku kan yo enek sing ukur-ukur

enek sing sedengan enek sing wes ora iso nyapo-nyapo ngoten

kan yo enten. Yo menurut keadaanne niku mawon. Tapi nek sajak

e iso napo ketimbang neng omah meneng nyapo yo kon ngaret

nopo kon nyapo.”

ME “Wonten sing gelem nyambut damel nggeh pak?”

INU “ooohh,, katah, katah, mbak”.(bapak/narasumber sudah mulai

gusar dan waktu sudah mulai sore, akhirnya wawancara saya

akhiri)

Page 29: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

TRANSKRIP WAWANCARA

Kategori :Tokoh Masyarakat

Tanggal/Waktu interview : 17 Oktober 2015/Pukul 09:40-10:23 WIB

Kode Informan :ME

Kode Interviewer :DEV

I. IDENTITAS DIRI

1. Nama (Inisial) :DEV

2. Alamat :Dukuh Karangsengon

3. Usia :34 Tahun

4. Jenis Kelamin :Laki-laki

5. Jabatan di Desa :Kaur Kesra

6. Pekerjaan :Pengurus Yayasan Sekolah

7. Riwayat Pendidikan :S1 di Universitas Islam di Jakarta

S2 di Universitas Muhammadyah

Ponorogo(Masih masa kuliah)

Hasil Observasi

Kondisi tempat wawancara Wawancara dilakukan di yayasan sekolah

yang beliau bangun, sekaligus beliau

adalah pemilik dari yayasan tersebut.

Wawancara dilakukan di ruang guru

dengan kondisi awalnya sepi, namun

selang beberapa menit ada beberapa murid

yang masuk ruang guru tersebut, sehingga

wawancara sempat terhenti sejenak.

Keadaan Informan secara umum Informan sebernya bukan asli lahir di Desa

Sidoharjo, beliau dari Blitar adalah

salah satu tokoh masyarakat sebagai kaur

kesra di Desa Sidoharjo yang sekaligus dia

mengelola sebuah yayasan pendidikan

MI(Madrasah Iftidaiyah) beliau juga

sebagai pemiliknya. Beliau juga salah satu

orang yang dekat dengan beberapa

penyandang keterbelakangan mental.

Perilaku Informan secara umum

pada saat interview

Informan sangat terbuka dengan kehadiran

peneliti. Beliau juga banyak memberikan

saran-saran dan masukan kepada peneliti.

Beliau adalah salah satu yang dapat

dijadikan informan kunci dalam penelitian

ini.

Page 30: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

II. STIGMATISASI& RESPON

ME “Apa yang bapak ketahui tentang keterbelakangan mental itu

pak?”

DEV “Keterbelakangan mental, menurut saya atau sepengetahuan

saya adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami

keterbatasan yang mana itu bisa kita lihat dengan keadaan dia

senantiasa membutuhkan bantuan orang lain dalam

kehidupannya sehari-hari”.

ME “Kalau mengenai julukan atau label Desa Sidoharjo ini

sebagai maaf ya pak, sebagai “Kampung Idiot”, nah, pendapat

bapak mengenai julukan tersebut seperti apa pak?”

DEV “Menurut pendapat saya, tentang sebutan bawasannya Desa

Sidoharjo adalah desa atau kampong idiot, kurang terlalu tepat

kurang tepat karena dilihat dari satu komponen saja yakni

jumlah penduduk kita bisa melihat bawasannya jumlah

penyandang itu prosentasenya kecil dibandingkan dengan

jumlah populasi jiwa yang ada di Desa Sidoharjo dan real

dilapangan jumlah penyandang itu sendiri tidak seperti jumlah

yang dipublikasikan di media maka dari itu sebutan kampong

idiot menurut kami kurang pas untuk satu komponen saja

untuk komponen lain itu berpengaruh besar terhadap psikologi

warga pada umumnya karena mereka mempunyai anggapan

bawasannya dengan pola pikir yang baguspun pola piker yang

majupun mereka tetep dapat sebutan itu, jadi itu sangat

mempengaruhi artinya baik itu aspek pembangunannya pola

pikir masyarakatnya pola pikirnya akan tetapi kita bisa

melihat sebenarnya bukan hanya saat ini dari dulu memang

tidak semaju saat ini tidak sebagus sekarang ini dari dulu

sebenarnya sudah kita tekankan kita sudah mengangkat

mengenai hal ini bawasannya tidak layak. Yaa kurang

sependapat dengan julukan itu”.

ME “Terus, apa pak kata-kata yang sering bapak denger, tetang

orang menyebut kampong idiot, ataupun kata-kata yang

kurang menyenangkan? Terus respon bapak sendiri seperti

apa pak biasanya?”

DEV “Sebenernya masyarakat luar yang belum mengetahui secara

persis kondisi desa kami adalah mereka menganggap

bawasannya desa ini karna ada sebutan bawasannya kampong

idiot saya yakin pada umumnya masyarakat mengira

bawasannya jumlahnya banyak tetapi setelah kita kelapangan

akhirnya kita kan menjadi bimbang namun, demikian karna

stigma atau sebutan itu sudah disematkan ke desa kami yang

mau tidak mau kita harus berusaha atau kita harus berupaya

memberikan pemahaman informasi yang sebenar-benarnya

bawasannya sebutan itu kurang tepat mengingat secara

historisnya ataupun secara…apa ya..emm bahasa yang tepat

untuk menggambarkan keadaannya ini masyarakat komunitas

yang ada di Desa Sidoharjo ini jumlahnya sangat banyak dari

Page 31: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

jumlah itu ada jumlah itu ada warga kami yang mengalami

keterbelakangan mental, namun jumlah mereka sangat kecil

kecil ini yang tidak kami tutup-tutupi artinya kita juga tidak,

artinya tidak berusaha untuk menghilangkan warga kami yang

mengalami keterbelakangan itu dengan keinginan masyarakat

untuk mengetahui sejauhmana seperti apa kampong idiot itu,

hanya saja kita berniat untuk memberikan pemahaman kepada

mereka bawasannya anggapan mereka selama ini, itu kurang

benar, terus kondisi social yang sering didengar itu juga

kurang benar, maka dari itu warga lain ketemu dengan orang

luar mereka pasti ditanya seperti itu dan seharusnya mereka

bisa menjawab menjelaskan sesuai dengan kenyataan yang

ada di Desa Sidoharjo.”

ME “Kalau pengalaman bapak sendiri, pernah menerima

perlakuan yang kurang menyenangkan seperti apa pak?”

DEV “Kalau saya sendiri pernah, ditanya pak darimana? Dari

Jambon. Jambon mana? Sidoharjo. Sidoharjo mana? Oooh

Krebet. Krebetnya mana lo pak? Gitu. Sidowayah. Ohh

Sidowayah. Orang sudah tahu tidak hanya Ponorogo, disuruh

duniapun sudah tahu. Karna dengan kemajuan teknologi

informasi demikian cepatnya. Nah itu langkah saya

mendapatkan pertanyaan seperti itu saya yaa…secara

bijaksana itu juga menurut saya juga sudah bijaksana

memberikan informasi nggehh, tanpa kita menutup-nutupi

memang ada warga kami yang mengalami keterbelakangan

mental kondisinya seperti ini kondisinya seperti ini. Namun,

kita jelaskan lebih lanjut, kalau sekirana mereka tertarik ya,

tertarik dengan ini, dan kebanyakan yang bertanya seperti itu

sangat tertarik sekali akhirnya setelah kita menjelaskan

kepada e penanya pada saat itu tadi kita bisa berbesar hati

mereka akhirnya tahu informasi yang sebenarnya meskipun

ada beberapa teman kita ya itu dengan tujuan yang berbeda-

beda terhadap fenomena retardasi mental yang ada di Desa

Sidoharjo. Tapi kalau saya sendiri itu dadi saya ulangi

bawasannya saya lebih suka atau lebih cenderung memberikan

informasi yang sebaik-baiknya dan fakta, tanpa ada maksud

untuk mempublikasikan, mengharap sesuatu e e terhadap

orang lain untuk . . .(ada anak murid yang masuk ke ruang

guru), untuk memberikan gambaran-gambaran yang kurang

pas jadi kalau informasi yang mereka terima itu tepat

insyallah mereka akan merubah pandangan mereka terhadap

kampong idiot itu sendiri harapan saya seperti itu.

ME “Pengalaman bapak sendiri ni, pernahkah bapak sendiri

melihat orang yang Retardasi Mental disini yang menerima

perlakuan yang kurang menyenangkan, mungkin berupa

ejekan, sindiran atau panggilan-panggilan yang kurang

menyenangkan mungkin?”

DEV “Dalam kehidupan bermasyarakat pasti pernah ya”.

Page 32: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

ME “Kalau bentuknya seperti apa pak?”

DEV “Bentuknya? Kalau bentuknya berupa kata-kata ya, sebutan

yang mungkin sangat kasar ya, bagi saya itu kasar sekali ya,

seperti sebutan goblok, pekok, mendho. Nah ini seperti itu

sebutannya, kurang lebih seperti itu.”

ME “Kemudian pak, respon bapak pada saat itu seperti apa

melihat sebutan-sebutan seperti itu?”

DEV “Yaa respon kita kalau pada saat itu kalau melihat langsung

ketemu ya, berdasarkan pengalaman saya secara langsung ya,

ketemu dengan orang yang mengatakan seperti itu, saya lebih

cenderung ini karna ada juga yang ndak, maaf misalnya

remaja itu yang kita ngomong baik-baik dengan remajanya itu

sendiri bawasannya perbuatan itu sendiri tidak baik,

memberikan sebutan kepada orang lain, memberikan apa

panggilan kepada orang lain yang mana itu bukan namanya

sendiri kan itu sendiri tidak baik, apalagi ini sebutan yang

buruk seperti kata-kata kasar itu tadi, saya rasayang sudah-

sudah saya lakukan dan temen-temen yang lain insyaallah

sama dan ini mengingatkan bawasannya sudah biar mereka

juga sama, sama seperti kita hanya saja keadaan mereka

seperti itu jadi kitalah orang yang normal ya, diberikan

hidayah oleh Allah sehat, sehat fisik dan juga mentalnya jadi

seharusnya lebih bisa apa memberikan pelayanan terbaik

kepada saudara-saudara kita yang mengalami keterbelakangan

mental biasanya seperti itu”.

III. DISKRIMINASI& RESPON

ME “Kalau bapak sendiri memperlakukan orang yang

keterbelakangan mental itu seperti apa pak?”

DEV “Dalam pelayanan tertentu, mungkin sama ya, ada

pelayanan khusus bagi mereka karna mereka sendiri

merupakan keluarga yang membutuhkan ya, istilahnya

pelayanan khusus jadi dalam beberapa hal mungkin ada

yang berbeda. Kalau di hal-hal yang lain misalkan hak

kewajiban di tingkat masyarakat insyallah sama namun

pelayanannya bisa berbeda-beda karna ya keterbatasannya

itu sendiri, misalkan kalau yang lain diberikan informasi ini

tentang kewajiban mereka dilingkungan masyarakat seperti

contoh kerja bakti, nah kerja bakti yang sudah kita lakukan

adalah memberikan informasi lewat pengeras suara, karna

mereka keterbatasan akhirnya kita berpesan kepada

saudaranya atau keluarganya besok kerja bakti seperti itu,

jadi kan yang lain cukup dengan pengeras suara di masjid-

masjid atau disarana umum, tapi kalau untuk mereka harus

kita datangi. Nah itu sebagai bentuk pelayanan kita dan

penghormatan kita juga kepada masyarakat yang

keterbelakangan itu sendiri, supaya mereka menjadi bagian

kepada masyarakat itu sendiri itu. Jadi ada perbedaannya

ada pelayanan khususnya seperti itu”.

Page 33: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

ME “Kalau ada lomba agustusan atau perayaan hari besar

seperti itu ikut disertakan nggak pak, atau mereka diberikan

acara khusus untuk mereka sendiri atau apa pak?”

DEV “Kalau untuk acara khusus kita biasanya lebih cenderung

ke bakti social, jadi kegiatan masyarakat yang sifatnya ee

hiburan apa keleluasaan bagi semua pihak tanpa ada

pengelompokan ini penyandang tunagrahita atau retardasi

mental atau tidak jadi itu. Pelayanan public, nah untuk

acara-acara khusus seperti apa lomba-lomba kita

memberikan layanan kepada mereka juga akan tetapi

keluarganya ini, bagi pihak keluarga seringnya agak

keberatan karna ya ada perasan malu mungkin, takutnya

nanti jadi bahan tertawaan atau apa pokoknya udahlah biar

jadi penonton saja itu saya rasa respon dari pihak keluarga,

kalau dari kita masyarakat yang menginginkan mereka ikut

tetep ada keinginan untuk ada partisipasi dalam kegiatan

seperti lomba-lomba itu tetep ada, nah itu tadi biasanya dari

pihak keluarga ada keberatan. Engganlah, udahlah biar

yang lain aja itu seperti itu”.

ME “Kalau untuk bapak sendiri sebagai salah satu tokoh

masyarakat disini, peran bapak sendiri biasanya seperti apa

di masyarakat ini?”

DEV “Jadi program nyata yang kita lakukan ini sebenarnya

merupakan pengembangan dari progam-progam yang

terdahulu sebenarnya, hanya kita modifikasi kita

tambahkan mana sisi dimana yang kurang., alhamdulilaah

untuk beberapa tahun ini, saya sebagai relawan BASNAS

Provinsi Jawa Timur, itu diberikan amanah untuk

memberikan progam bantuan kepada para penyandang

tunagrahita tersebut dan kaum duafa yang ada di Desa

Sidoharjo yakni berupa progam perbaikan rumah tinggal

atau yang disingkat property kita bisa lihat rumah-rumah

bantuan dari BASNAS dengan struktur dan bentuk yang

sama itu bisa kita lihat sebanyak 62 rumah, diseluruh Desa

Sidoharjo ini, yang insyaallah tahun kedepan bisa

bertambah lagi bantuannya. Yang kedua adalah progam

kerja kita penanganan tentang air bersih, penanganan

tentang air bersih ini juga kita respon, kebutuhan air bersih

juga kita e apa kita pedulikan kerjasama denagn BASNAS

Jatim juga saya juga sebagai relawannya juga itu

memberikan bantuan pembuatan sumur, yang mana sumur

itu nanti dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan air

dimasyarakat, artinya kebutuhan sehari-hari untuk mandi,

masak dan mencuci. Karna dulu sudah ada progam-progam

yang dahulu berjalan namun tidak dapat dimanfaatkan

sepenuhnya oleh masyarakat karna kendala teknis seperti

jalurnya rusak kan ngambilnya dari pegunungan pipanya

rusak pada waktu ada kebakaran hutan seperti itu, nah

Page 34: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

pemeliharaan instalasi yang cukupberat, medannya juga

sulit, akhirnya memaksa masyarakat harus kembali lagi

mengambil air di belik ataupun sumber-sumber atau

resapan-resapan yang ada di aliran sungai. Nah kita

memberikan bantuan itu dasar landasanya adalah itu tadi,

untuk mencukupi kebutuhan air bersih itu yang kedua. Dan

yang ketiganya adalah untuk memajukan pendidikan,

pendidikan masyarakat baik pendidikan formal maupun

non formal.Sehingga diadakan, sebenernya sudah ada

pendidikan itu sudah ada hanya saja kita tingkatkan

intensitasnya, kita tata administrasinya supaya tujuan ini

lebih mudah dicapai, yakni seperti pengadaan majelis

taklim, taman pendidikan al-quran, madrasah diniyah lha

ini yang terbaru adalah madrasah iftidaiyah untuk

melengkapi lembaga pendidikan tingkat dasar di Desa

Sidoharjo ini, yang sudah ada.. dari yang sudah ada.

Kebetulan yang untuk lembaga pendidikan seperti SD itu

sudah ada 3 TK juga sudah ada 3.”

ME “Itu ada yang inklusi pak, untuk anak yang keterbelakangan

bisa masuk juga pak?”

DEV “Kalau yang inklusi kita tidak bisa menjawab sepenuhnya,

artinya begini, memang inklusi ini membutuhkan

penanganan dan layanan khusus ya, jadi harus ada guru

khusus yang ahli dibidangnya, memang ada disekolahan

SD Sidowayah itu SD 4 memang ada, SD 4 itu jadi SD

inklusi. Namun, kita sendiri agak kesulitan dengan inklusi

kita belum bisa mengetahui batasan, sampek mana anak ini

dikatakan berkebutuhan khusus kita ndak tahu karna kita

ndak punya ilmunya mungkin. Kalau menurut kita kita

serahkan ke ahlinya yaitu di SD 4”.

ME “Kalau di Desa Krebet itu ada Rumah Kasih Sayang, nah

kalau di Desa Sidoharjo sendiri ada atau tidak pak?”

DEV “Rumah Kasih Sayang yang ada di Desa Krebet itu sendiri

adalah bentuk kepedulian pemerintah terhadap para

penyandang yang ada di Ponorogo sebenarnya, itu

mencangkup lima desa, eh tiga kecamatan malah, yakni

Kecamatan Badegan, Kecamatan Jambon dan Kecamatan

Balong. Nah, kalau yang ada di Karangpatihan memang

ada Ruah Kasih Sayang itu yang dibentuk yang dibangun

oleh warga nah ini betul-betul berjalan, saya melihat lebih

baik, lebih baik daripada Rumah Kasih Sayang yang

dibentuk oleh pemerintah. Nah semuanya kembali kepada

kepengurusannya kan? Seperti itu. Cuma fasilitas disini

sudah ada, sudah difasilitasi pemerintah, dananya sudah ada

namun, saya belum melihat itikat baik dari pelayanan

kepada para penyandang ini. Saya belum tahu sejauh ini

saya belum tahu, dua tahun ini saya sudah ndak

tahu”.(wawancara berhenti sebentar ada yang mau bertemu

Page 35: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

bapaknya sebentar).

ME “Kalau seperti warga yang retardasi tersebut mengalami

musibah, sakit, kecelakaan atau ayang lainnya, apa yang

biasanya bapak lakukan?”

DEV “Kalau pengalaman saya sendiri takutnya nggak mewakili

dari warga yang lain, tapi menurut saya sama saja, yang

namanya mahkluk social itu pasti bisa merespon dengan

baik, dan orang yang mengalami keterbelakangan mental

itu kita perhatikan dengan baik, artinya jika mereka dalam

suatu kondisi sakit atau membutuhkan bantuan kita bantu

mbak, kita bantu sesuai dengan kemampuan kita, kalau

saya sendiri biasanya sampai tuntas, ya kalau sakit kita

antarkan ke pukesmas atau layanan kesehatan terdekat atau

sampek ke rumah sakit, terus biayanya ya kita tanggung

saya sendiri yang nanggung yang sudah-sudah itu. Karna

itu bukan berarti saya ingin mendapatkan apa-apa namun

saya lebih cenderung kepada kepedulian terhadap sesame,

itu kalau saya pengalaman saya sendiri. Untuk yang lain-

lain saya rasa juga akan melakukan hal yang sama. Saya

belum pernah melihat ada orang yang keterbelakangan

mental sakit terus masyarakat sekitar itu tidak peduli, itu

belum pernah saya temkan”.

ME “Kalau masyarakat yang mempunyai keluarga yang

retardasi mental itu masih mengadakan kegiatan-kegiatan

seperti genduri, yasinan atau yang lainnya pak?”

DEV “Kalau keluarganya ini, ada beberapa keluarga yang

mengadakan ada keluarga yang tidak, karna mengingat

kebanyakan dari mereka adalah keluarga miskin dan duafa

fakir jadi untuk kebutuhan seharai-hari mereka sulit yang

mana ini berpengaruh kepada kegiatan-kegiatan yang

disebutkan tadi tasyakuran dan sebagainya, tetapi kalau

misalkan mereka ada kelonggaran mereka bisa ikut seperti

bersih desa, itu bawa ambeng atau apa maulidan mereka

juga ikut terlibat, ikut terlibat saya melihat sering mereka

juga antusias karna juga merasa bagian dari lingkungan

masyarakat sini, tapi kalau warga yang lain mengadakan

hajatan seperti mantenan hajatan yang lain atau apalah yang

ada dimasyarakat disini mereka juga dilibatkan secara

langsung maupun tidak langsung mereka juga kita undang

untuk ikut acara bersama dengan yang lain, secara tidak

langsung mereka juga kita kasih tahu bawasannya pengen

mereka bisa bantu ke kita sesuai dengan kemampuan

mereka”.

ME “Bapak juga sering datang kerumahnya, mungkin jika

diundang hajatan atau apa gitu pak?”

DEV “Saya? Sering datang mbak, sering dating. Kadang-kadang

ya mimpin do‟a, tapi seringnya ya mimpin do‟a ya.

Sebenernya banyak sekali yang bisa mimpin do‟a, cuman

Page 36: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

karna di masyarakat pedesaan sini itu ada komunitas-

komunitas ya, rombongan genduren itu banyak sebenernya,

ndak..ndak, ndak monoton saya gitu ndak. Artinya bisa di

rombongan ini rombongan RT 2, RT 3 ini kana da sendiri

berbeda dengan kegiatan itu yang sifatnya besar.”

ME “Kalau saat PEMILU-PEMILU seperti PILKADA seperti

itu yang warga retardasi tetap dimasukkan DPT atau tidak

pak?”

DEV “Jelas masuk, iya masuk. Jadi semua warga itu yang

memenuhi kriteria, mempunyai hak pilih dan dipilih baik

itu yang kondisinya keterbelakangan mental, mereka juga

tetep masuk dalam DPT maupun DPS, dan mereka juga

mempunyai hak pilih, meskipun pada kenyataannya ada

diantara mereka yang tidak bisa menghadiri pada waktu

pelaksanaaan pemungutan suara karna kondisinya mereka,

seperti yang kondisinya berat kan ya gak mungkin untuk

didatangkan da nada kewenangan dari pihak KKPS sendiri

untuk mendatanginya. Sebenarnya sudah ada, namun saya

sendiri belum pernah melihat apakah bagi para penyandang

ini harus didatangi atau tidak saya belum tahu karna saya

tidak terlibat dijajaran pengurusan atau panitia di KKPS itu

sendiri, selama ini belum pernah tahu, hanya saja setahu

saya mereka memiliki hak yang sama dengan masyarakat

lain saya melihat sendiri dari DPT di daftar pemilih tetap

itu nama mereka tercantum”.

ME “Jadi pendampingan atau apa dari panitia atau keluarga

sendiri sering ada nggak pak, kejadian seperti itu?”

DEV “Sebenarnya keluarga yang mendampingi itu keluarga ya,

mendampingi disini artinya baik itu prosesnya, pemungutan

suaranya dibilik suara itu sebenarnya didampingi oleh

keluarganya biasanya begitu dan itu memang sudah diatur

didalam undang-undang kan, harus ada pendampingan bagi

orang yang berkebutuhan kusus tentunya harus diawasi

oleh para saksi-saksi supaya tidak terjadi hal-hal yang

mengganggu jalannya proses pemungutan suara”.

ME “Tapi belum ada kejadian kasus seperti itu ya pak ya

disini?”

DEV “Sepengetahuan saya sendir belum ada, sepengetahuan saya

lo ya, tapi ndak tahu kalau yang lain. Tapi saya rasa ada ya,

memang ada meskipun kadang-kadang itu mereka ya di

antarkan atau apa atau datang sendiri juga ada, ada yang

datang sendiri saya pernah melihat dating sendiri, itu juga

ikut memberian hak suaranya itu dibilik suara sendiri, itu

yang retardasi mentalnya ringan kalau yang sedang

biasanya sama keluarganya, itupun misalkan ya dipapah

ataun dituntun ya, karna kondisi mereka berbeda-beda

mbak. Nah ini berbeda-beda pula penanganan atau bentuk

penanganan yang diberikan kepada beliaunya”.

Page 37: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

ME “Kalau bapak sendiri kuliah di UMNUH atau apa gitu

rekan-rekan teman bapak pernah ada gak pak yang

memberikan perlakuan yang kurang menyenangkan atau

memberikan stigma apa, terkait bapak berasal dari desa sini

mungkin?”

DEV “Kalau perlakuan kurang menyenangkan, tidak ernah mbak

justru mereka itu segan, segan dan sangat berhati-hati

dalam bertanya itu, karna takut menyinggung, bukan takut

gak berani apa ini takut menyinggung mereka sangat

berhati-hati sekali dengan harapan mereka lebih bisa

mengetahui keadaan yang sebenarnya didaerah saya. Justru

yang seperti bukan perlakuan yang kurang menyenangkan

tidak pernah kita alami dan ditempat-tempat yang lain

untuk warga yang biasanya kan komunitasnya juga

berbeda-beda ada yang memang mengalaminya ada yang

responnya ada yang marah ada yang sampek adu mulut

seperti itu memang ada.”

ME “Ada ya pak ya?”

DEV “Ada, saya pernah denger cerita itu dari, warga ya ditanya

rumahnya mana? Gitu, bahkan, dari mungkin ndak tahu ya

ini cerita dari warga ini cerita bohongan atau rekayasa atau

mungkin hanya humor itu pernah diberhentikan sama

petugas kepolisian itu, naik motor itu ugal-ugalan lampu

merah diterobos aja hah begitu di berhentikan oleh petugas

ditanya, alasannya apa menerobos lampu merah? Ndak tau

pak, tadi masih hijau kan gitu, ceritanya begitu. Nah, ini

tetep merah. Ndak pak. Setelah itu mau ditilang, dia bilang

saya ndak salah pak. Ndak salah gimana la wong kamu

nrobos lampu merah, kamu jelas-jelas salah lampu merah

diterobos, terus kamu jalannya juga zig-zag, ugal-ugalan

membahayakan pengendara yang lain, nah gitu bilangnya.

Diem dia itu, akhirnya yang terakhir ditanya rumahnya

mana? Krebet pak, gitu. Ngakunya krebet. Ohhh. . . Ya

sudah lanusung jalan aja. Loh kenapa pak? Terah yo idiot

lo we ke. Kan gitu. Dalam benak Si pengendara tadi

mungkin bersyukur satu sisi bersyukur tidak jadi ditilang.

Tapi di sisi yang lain tidak bisa dipungkiri bawasannya

petugas itu sudah menganggap bawasannya kalau kampong

idiot warganya nggak tahu aturan, sering melanggar aturan

yang sudah ada. Nah inilah yang tidak menguntungkan buat

kami, sebenernya itu.”

ME “Terus respon dia seperti apa pak, setelah langsung disuruh

pergi sama polisi tadi?”

DEV “Dia yaa langsung ngacir pergi. Hanya ceritanya setelah

kejadian itu.”

ME “Menurut bapak sendiri, kalau melihat masyarakatnya yang

keterbelakangan ini dari dari aspek ekonomi mereka

bagaimana pak?”

Page 38: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

DEV “Kalau dari aspek ekonominya sebagian besar mereka itu

dari golongan duafa mbak, miskin ya. Lebih dari miskin ya,

duafa fakir, mereka menghidupi keluarganya mencari

penghasilan untuk kebutuhan keluarganya itu juga asal-

asalan. Satu hari saja kadang gak cukup. Bekerja satu hari

untuk makan sehari itu, bagaimana, ya seperti itu. Yawes

parah keadaannya. Kadang-kadang itu kesehatannya

juga(sambil menghela nafas). Tapi ya alhamdulliah

samapai saat ini belum pernah yang. . .kadang itu kita

melihat kondisi mereka itu sangat memperhatikan, kita

ndak bisa berbuat apa-apa, padahal kita bisa. Tapi juga juga

terbatas juga, karna jumlah mereka lebih banyak dari kita

yang peduli gitu. Kalau toh kita peduli bisa bantu mereka

itu belum seberapa, inilah yang membuat kita itu kadang-

kadang miris dalam hati kita ingin membantu mereka

pengin sekali memberdayakan mereka, meringankan beban

mereka, tapi karna keterbatasan kita juga, belum dengan

apa..(berhenti sejenak, ada beberapa murid yang sedang

mengambil buku dikantor itu) seperti itu”.

ME “Tapi mereka yang keterbelakangan itu masih ada yang

bisa bekerja ya pak ya?”

DEV “Ada. Warga sekitar bersedia kok, bersedia memberikan

pekerjaan atau memberikan kesempatan kepada warga yang

mengalami keterbelakangan itu untuk membantu pekerjaan

mereka. Bahkan hamper semuanya kok, hamper semuanya

entah itu disuruh secara langsung atau memang karena

kebiasaan nah itu., kan ada yang karna kebiasaan setiap hari

disitu rutinitasnya disitu meskipun bukan karna

keluarganya, tanpa disuruhpun mengerjakan. Contohnya

pada waktu panen jagung ya itu sampek berhari-hari yang

disitu. Disalah satu rumah warga kita itu mbantu untuk

ngupas jagung, sampek seperti itu. Yaaa ada juga yang

sengaja untuk kita minta tolong itu ada. Macem-macem

mbak sesuai dengan kemampuan mereka itu. Kalau yang

debil itu, kan gak bisa diajak komunikasi sama sekali yang

debil itu, yaaa wess dikasih tau ini, caranya begini

sampekkk malam pun bahkan kalau disuruh makan kadang-

kadang nggak mau gitu lo kalau nggak kemauanna sendiri

begitu, jadi meskipun disitu ada jarang disentuh malahan,

begitu”.

ME “Kalau dari aspek, sosialnya pak, hubungan dengan

masyarakat gimana?”

DEV “Masyarakat yang lain dengan sebagian warga yang

keterbelakangan itu biasa-biasa saja mbak. Artinya kita

tidak mengucilkan mereka kita rangkul mereka ya kita

layani mereka seperti warga-warga yang lain kita anggap

itu mereka sama tidak ada perbedaan. Hanya perbedaan itu

Page 39: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

pelayanannya saja mereka khusus daripada yang lain.

Karna ya itu tadi karna yang lain itu dengan lisan saja

sudah cukup bisa memahami itu harus dengan cara ya unik

ya, seperti diajak untuk apa diajari dulu.”

ME “Kalau dari aspek politiknya seperti PEMILU, kesamaan

hak didepan hukum seperti itu , gimana menurut bapak

sendiri?”

DEV “Selama ini untuk aspek politiknya saya melihat sudah

cukup baik mbak, artinya mereka juga masuk di Daftar

Pemilih Tetap mereka juga memiliki hak pilih saya rasa itu

sudah cukup bai sekali jadi itu, harapan kita itu lebih

cenderung kepada pelayanan yang lebih spesifik lagi yakni

adanya pendampingan pada waktu pelaksanaan apa

pemungutan suara seperti kesediaan panitia itu eemm apa

isyilahya jemput bola. Namun, tidak menutup kemungkinan

jika hal itu memberatkan, ya karna kondisinya. Yaa

harapannya gini dengan adanya pendampingan itu tidak

menimbulkan atau tidak mengurangi lancarnya kegiatan

pesta politik sendiri atau pemilihan suara karna kita juga

tahu secara politis kan praktek itu memang berbeda kita

berupaya untuk memberikan pelayanan yang terbaik sesuai

dengan atauran hukum yang sudah di berlakukan namun,

dalam praktiknya kita seringnya menjadi masalah ada

beberapa pihak yang kurang bisa menerima atau mersa

dirugikan itu aja mbak”.

ME “Kalau menurut bapak sendiri ni solusi apa yang dapat

bapak berikan mengenai permasalahan-permasalahan

warga yang mengalami retardasi mental ini?”

DEV “Harapan kita, solusinya itu untuk para penyandang

retardasi mental itu sebenarnya kita sudah melakukannya

yakni berupa pemberian JADUP atau jatah hidup untuk

mereka dari kementerian (berhenti sebentar ada anak murid

yang masuk kantor dan sedikit rame, selang beberapa detik

mulai kembali wawancara kami)

“Solusi yang sudah kita lakukan untuk para penyandang

tunagrahita itu adalah dengan memberikan bimbingan

pelayanan dan pelatihan yang focus kepada ini bantuan

aktifitas keseharian mereka itu yang pertama yang menjadi

dasar pokok kegiatan progam ataupun pelayanan itu, yakni

dengan memberikan pendampingan, pelatihan itu bagi para

penyandang dalam kehidupannya sehari-hari seperti

mengurus dirinya sendiri, mengurus dirinya dan

lingkungannya yang kedua mengurus dirina dan

masyarakat itu sudah semua aspek sudah termasuk disitu

mbak. Jadi mulai dari aspek ekonomi, aspek pendidikan,

aspek social, aspek masyarakatan, aspek keagamaan semua

sudah masuk disitu. Dalam satu paket progam pembinaan

aktifitas keseharian mereka nah untuk secara terperincinya

Page 40: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

singkatnya kita ambil satu contoh bagaimana cara mandi,

bagaimana cara membersihkan rumah, bagaimana cara

membersihkan halaman, itu contohnya. Kalau yang untuk

di social kemasyarakatan bagaimana jika kita kedatangan

tamu atau bertamu, bagaimana apa yang harus dilakukan

nah itu, dan bagaimana saat kita mengikuti pengajian atau

kegiatan masyarakat yang lain itu kita harus seperti apa itu

ada dalam social kemasyarakatan dan keagamaan mereka

jga kita ajak supaya mereka lebih terbiasa berkumpul

dengan warga-warga yang lain jadi ini juga membantu

mereka membantu semangat mereka karna secara tidak

langsung mereka tidak merasa dikucilkan terus bagaimana

saat kita mengikuti pengajian, atau kegiatan masyarakat

yang lain itu kita harus seperti apaitu ada dalam social

kemasyarakatan social keagamaan mereka juga kita ajak

supaya mereka lebih terbiasa berkumpul dengan warga-

warga yang lain jadi ini membantu mereka membantu

semangat mereka karena secara langsung mereka tidak

merasa dikucilkan gitu. Mereka jarang berbica mereka

jarang komunikasi dengan orang lain karna orang lain

menganggap itu ndak perlu. Sebenarnya salah, kalau kita

dekati mereka kita sering ajak komunikasi mereka juga

respon ke kita bahkan untuk pemberdayaan ekonomi kita

berikan bantuan dari pemerintah kita salurkan yakni berupa

ternak kambing, ada yang ternak ayam, dan yang lainnya

ini sudah berjalan ada yang bagus ada yang kurang bagus

ada yang sama sekali tidak ada perubahanya, ya tadi

kendalanya banyak sekali karna harus senantiasa dipantau.

Kan temen-temen itu memantau setiap bulan. Kambingnya

bagaimana? Sudah kawin apa belum? Kalau sudah beranak

anaknya berapa? Nah gitu. Ceritanya akan lain kalau ini

dipengaruhi oleh kebutuhan ekonomi tadi kadang-kadang

mereka jual itu bantuannya, akhirnya putus gak bisa beli

lagi itu dari keluarganya. Kalau dari penyandang sendiri

nggak ada keinginan untuk menjual mereka dikasih tahu

untuk nyari pakan ternak ya sudah tiap hari ya itu

kegiatannya, kalau mereka berpikir ini nanti dijual, bukan

mereka ndak ada kepikiran nyampek kesitu gak ada. Ya ada

mereka itu dikasih kambing atau apa ternak untuk dia, terus

dia itu memberikan pemeliharaan yakni berupa pakan

membersihkan dan sebagainya dan ini membutuhkan

bantuan orang lain. Kategori retardasi mental itu bagaimana

kondisinya membutuhkan bantuan orang lain dalam

kesehariannya senantiasa lo ya, kalau kita ndak ada kata

senantiasa iyaa, mungkin seperti itu itu”.

Page 41: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

TRANSKRIP WAWANCARA

Kategori :Masyarakat Desa Sidoharjo

Tanggal/Waktu interview : 17 Oktober 2015/Pukul 11:36 WIB

Kode Informan :ME

Kode Interviewer :ARI

I. IDENTITAS DIRI

1. Nama (Inisial) :ARI

2. Alamat :Dukuh Karangsengon, Desa Sidoharjo

3. Usia :26 Tahun

4. Jenis Kelamin :Perempuan

5. Pekerjaan :Pedagang/Warung

6. Riwayat Pendidikan :SDN 3 Krebet Desa Sidoharjo

Hasil Observasi

Kondisi tempat wawancara Wawancara dilakukan di ruang tamu rumah

informan, karena mempunyai sebuah

warung di depan rumah informan ada

beberapa laki-laki yang sedang bersantai

sambil minum kopi. Sedangkan kondisi di

ruang tamu informan sangat sepi dan

wawancara berlangsung sangat sanatai.

Rumah informan ini pas didepan keluarga

yang mempunyai keterbelakangan mental.

Keadaan Informan secara umum Informan adalah ibu satu anak yang berumur

enam tahun, kelas satu SD. Selain mengurus

rumah tangga, informan juga sibuk

mengurus warung kecilnya. Tidak jarang

juga beliau pergi ke sawah untuk menggarap

sawahnya. Pada saat wawancara

berlangsung ibu informan sempat menyapa

peneliti dengan membawakan makanan

ringan dengan the panas.

Perilaku Informan secara umum

pada saat interview

Informan sangat terbuka dan bersedia

menjawab dengan semua pertanyaan saat

wawancara berlangsung, selain itu juga

beliau sangat komunikatif saat wawancara.

II. STIGMATISASI

ME “Mbak, apa yang mbak ketahui tentang keterbelakangan

mental itu apa sih mbak?”

ARI “Maksudte pripun?”

ME “Ini mbak seperti orang-orang yang ada di Desa ini? Atau

mungkin mbak punya sebutan lain?”

ARI “Ohh, kalau disini sebutanne ya idiot ngono mbak.”

Page 42: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

ME “Nah, apa sih mbak yang mbak ketahui ni mengenai itu

mbak?”

ARI “Nopo nggeh mbak, nek riyen sebab e niku anu keng nopo

perkawinan sedarah nopo niku, bar niku nggeh pernikahan

dini, riyen kan nggeh mriki(menunjuk belakang rumah,

yang mempunyai keluarga keterbelakangan mental) kan

tasek dulur, wingkeng mriku.”

ME “Ohh nggeh to mbak?”

ARI “Nggeh wingkeng mriku tasek dulur, bar ngoten niku

nggeh.. kan riyen niku kan dijodohne ngoten lo, sajakne

niku ke jarak e mboten nopo, mboten mboten tebeh ngoten

lo. Ora kok kembar tapi modele niku ke koyo wong kembar

mbak, modele koyo wong kembar gek lek koyo epek banyu

koyo golek rambanan ngono iso tapi nek dijak komunikasi

gak iso”.

ME “Oo itu terus tanggapan ibuk kalau di desa-desa lain

memandang desa Sidoharjo atau Desa Krebet itu sebagi

Kampung Idiot, gitu kan mbak banyak yang nyebut kayak

gitu, nah tanggapan ibuk dengan julukan seperti itu gimana

mbak?”

ARI “Nggeh nek saged ke mboten nopo, mboten sah diparingi

julukan ngoten niku, nggeh nek saged ke nggeh masyarakate

mboten enten sing koyo niku maleh, kan niki kan nate

didatengi saking dinas kesehatan kan nek iso nggeh

dibrantas sing idiot-idiot niku, makane sak niki wonten

enten progam satu bulan sekali nopo nopo ngoten lo nggeh,

pengobatan gratis nopo nopo niku, gek tirose damel

mencegah penambahan orang yang idiot niku ke nggeh

kelahiran sing riyen-riyen ngoten niku”.

ME “Dadi nek dengan julukan seperti itu merasa bagaimana?”

ARI “Nggeh kurang pas mbak(sambil ketawa) enggeh”.

ME “Biasanya pas mbak lagi diluar kayak gitu pernah gak mbak

e menerima sindiran, ejekan dari orang lain?”

ARI “kalau menerima sindiran belum mbak. Paling-paling yo

omahmu karo kampong idiot ngendi? Yowes kono ngono

mbak nekku jawab”.

ME “Kalau mbak sindiri ni punya atau biasanya njuluki apa

sama orang-orang yang mempunyai keterbelakangan

tersebut?”

ARI “Kalau kulo niku mboten nate nyebut kampong idiot ngoten

niku, nggeh nggeh gak pernah”.

ME “Kalau julukan pada orangna gitu mbak?”

ARI “Nggak ada belum pernah, ndelalah kersanengalah niku

nggeh karo wong-wong idiot iku malah pengen mbantu

ngono lo mbak, dadi yo gak ndue kroso pegel opo piye

ngono.”

III. DISKRIMINASI

ME “Kalau disini mbak mengadakan yasinan, genduri atau

Page 43: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

selamatan ngoten juga mengundang orang-orang itu atau

tidak mbak?”

ARI “Sebagian iya sebagian enggak, kalau mayoritas sisni kan

kalau genduri cowok, laki-laki kalau yasinan niku kadang

iya kadang enggak”.

ME “Biasanya gimana mbak apa diundang secara langsung atau

gimana?”

ARI “Enggak mbak gak diundang secara langsung, karna takutte

nek keluar malem kan ilang, kan dulu juga ernah hilang

sampek Desa Mblembem sana”.

ME “Kalau ngundang secara langsung gak pernah ya mbak ya?”

ARI “Belum pernah, paling-paling ngasih makanan ke rumahnya

gitu”.

ME “Tapi kalau gak diundang tapi dating, ada gak mbak kayak

gitu kasusnya?”

ARI “Ada banyak, kalau ada orang pengantinan atau apa resepsia

apa mesti ada, minta nasia atau minta jajan ada.”

ME “Mbak kalau waktu lebaran itu biasanya mbak juga datang

silaturahmi ke rumahya?”

ARI “Iya, malah yang idiot itu kesini. Nanti kalau ketem dijalan

disuruh mampir, gitu aja”.

ME “Kalau mbaknya langsung ndatengi kerumahnya?”

ARI “Belum pernah”.

ME “Kalau rumah sini panen atau butuh orang macul gitu, cari

rumput sering gak mbak memperkejakan mereka?”

ARI “Ngak nggak pernah, Cuma ngasih panenan apa sedikit

sedikit gitu”.

ME “Kalau bagong itu mbak katanya bisa macula tau apa gitu?”

ARI “Iya kalau bagong itu kalau gak kerja gak mau dikasih uang

gak mau dikasih makan, pokok e pengenne pengen

ngewangi kerjo terus njaluk maem, kadang neng ngemper

kono nyisik I kayu, nek eneng watu ngono di li-li I di

sisihne, mbubuti suket, sak karep e dewe, terus engko njaluk

maem, njaluk wedang. Moro ngono ae soalle gak bisa bicara

to.”

ME “ Terkadang minta apa buk atau ibuk ngasih kana pa?”

ARI “Tergantung minta e, tapi nek dikasih uang gak mau, yo kor

maem, mimik, rokok kalau bagong itu.”

ME “Kalau seandainya mereka sakit seperti yang tinggal

dibelakang rumah ibuk ini sakit, atau kecelakaan atau

lainnya respon ibuk biasanya bagaimana?”

Ari “Alhamdulilah orangna itu gak pernah sakit e mbak, kalau

dia ngroso rodok mumet ngono mlaku dewe neng pukesmas

nyuwun obat ngono, gak pernah sakit”.

ME “Kalau untuk yasinan, genduri itu mereka tetep ikut gak

buk?”

ARI “ohh iya tetap, tetap ikut.”

Page 44: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

ME “Mbak juga sering datang?”

ARI “Iya sering sering datang”.

ME “Jadi mereka tetep ikut ya mbak genduri, yasianan itu?”

ARI “Iya iya tetep soalle sing jowo kan yo enek mbak, enten sing

setunggal, mboten kok minder atau ngeten-ngeten mboten”.

ME “Pernah kah ibuk sendiri melihat mungkin mereka yang

penandang mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan

dari orang lain gitu?”

ARI “Belum belum pernah, alhamdulilah ya belum ada”.

ME “Kalau waktu ada salah satu warga disini yang mantenan

gitu mbak, terus mereka datang dan mungkin mendapat

perlakuan yang khusus gitu?”

ARI “Iya iya pernah, kalau ada yang mantenan gitu mereka kan

tiba-tiba datang, ya diperlakukan ya dikasih makanan

dikasih snakc dan disuruh duduk dikursi”.

IV. RESPON

ME “Kalau mungkin ada orang luar yang menyebut kampong

mbak sebagai kampong idiot gitu sikap mbak pada sat ini

bagaimana?”

ARI “Ya Cuma yo kurang marem lah. Lha nyapo kok ndadak

dikek kampong idiot barang ki kan yo sebagian gak

semuanya ngono lo maksud e kan Cuma sedikit kok dijuluki

kampong idiot, opo peh ne kampong idiot ke terkenal

ngono, dulu kan belum ada kampong idiot kan belum

terkenal terus dijuluki itu kan terus semua bantuan kan

meluncur kesini gitu lo. Apa karna itu ya gak tau”.

ME “Mbak punya pengalaman apa mbak terkait mbak tinggal

disini gitu?”

ARI “Pengalamanne nggeh ditangkleti nopo, daleme pundi kaleh

kampong idiot? Nggeh termasuk e lo nggen kulo termasuk e

la nggen kulo ler e ae kok”.(Tiba-tiba ibuknya mbak ini

mengantarkan the panas dan singkong goring).

ME “Terus mbak langsung gimana respon jawab e lagi?”

ARI “Lha jawab e kan wong ngge takok: lha nyapo nggonmu

kok yo dijuluki ngono? Lha yo gak ngerti wong duwuran

iku, yo ra ngerti pengen piye, paling yo pengen desone iki

pengen maju gek modelle ngono yo ra ngerti. Kan mayoritas

kalau ada penyuluhan apa yang dituju kan yang idiot.”

ME “Kalau dilihat dari aspek ekonomi mbak orang-orang yang

mempunyai keterbelakangan seperti itu melihat dari

pekerjaan mereka, keluarga mereka secara ekonomi gimana

mbak?”

ARI “Yo kekurangan mbak, yo soalle seumpama yang kerja satu

yang cacat mental dua kan yo kekurangan sangat

kekurangan. Misal e hasil le sedino telong puluh y owes

ngge mangan mbendino ngono kui mbak yo kekurangan

masalah ekonomi.Nggeh kulo akoni mawon teng pundi-

pundi teng kidul kan mayoritas satu keluarga satu tuna niku,

Page 45: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

sing nambut damel naming setunggal, nek masalah ekonomi

sangat kurang mriki niku sing cacat mental niku lo.”

ME “Tapia da yang bisa dan mau kerja kan mbak?”

ARI “Iya ada kalau daerah sidowayah banyak. Macul tarek-tarek

nopo-nopo”.

ME “Biasanya mereka disuruh atau nyari kerja sendiri?”

ARI “Disuruh. Kan nggak bisa ngomong”.

ME “Kalau dari aspek sosial ni mbak, mungkin bagaimana

mereka ngobrol berhubungan dengan masyarakat lain yang

normal bagaimana mbak?”

ARI “Mereka itu pakai bahasa isyarat mbak, iya bahasa isyarat,

saumpama nek perlu nggeh Tanya nek mboten perlu nggeh

mboten. Kadang kan sing tangklet nggeh sing anu niku”.

ME “Hubungan dengan masyarakat yang normal itu bagaimana

mbak?”

ARI “Ya mayoritas mbak kadang nggeh wonten sing nyaci maki

sing mboten seneng ngoten niku ki.”

ME “Seperti apa mbak biasanya?”

ARI “Yowes ngelok-ngelokne mandak . . . wes neng kono ae wes

ra sah amor wong-wong ngene iki. Mayoritas mbak.”

ME “Mereka pernah memberikan julukan-julukan gitu mbak?”

ARI “Nek julukan niku mboten enten, paling nggeh ngoten niku,

bab-bab ngoten niku. Mandak koyo ngono ae kerjone

piye…kadang kan ngenyek ngoten niku lo. Mboten nek

koyo njuluki iki ke wong ngene ngoten niku mboten. Kula

dereng miring”.

ME “Kalau dari aspek politik mbak mungkin waktu pemilu atau

pilkada gitu mereka masuk dalam DPT atau tidak mbak

biasanya?”

ARI “Masuk, tapi nggak milih, kan nggak bisa”.

ME “Nggak ada pendampingan dari panitia atau keluarganya

mbak mungkin?”

ARI “Nggak. Didata tapi nggak bisa milih.”

ME “Kalau pemilihan kepala desa gitu mbak?”

ARI “Sama, pokok e nek gak bisa kesana yo wes teng ngriyo ae”.

ME “Kalau mbak sendiri ni sebagai warga disini

memperlakukan orang yang keterbelakangan dengan mereka

yang normal itu seperti apa mbak?”

ARI “Nek kula niku sami mawon kok mbak, mboten kok dibedo.

Nggeh kados nek nyopo-nyopo tiyang biasa ngoten, nggeh

mengke nek butuh nopo ngoten nggeh kulo sanjangi, engko

lek butuh ngene-ngene engko rinio yo, ngono mbak. Biasa

kulo niku mboten kok memperlakukan khusus nopo mboten,

sama-sama.”

ME “Emm kalau mbak sendiri ini, pernah gak mbak tiba-tiba

tetangganya tersebut sakit dan mungkin mengantarkannya

ke rumah sakit gitu?”

Page 46: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

ARI “Gak pernah mbak, paling ngasih saran gitu, tapi terkadang

keluarganya menolak, wes berobat jalan neng omah ae. Ya

mungkin karna biayanya juga mbak”.

ME “Kalau menurut mbak sendiri ni, kepedulian perangkat desa

sendiri terhadap warganya yang keterbelakangan mengenai

kesehatan para penyandang gimana mbak, seperti mungkin

sampek membawanya ke rumah sakit begitu, menurut mbak

seperti apa?”

ARI “Ya,,kurang mbak, seharusnya ya begitu, tapi sini juga

banyak yang gak dapet Jamkesmas lo mbak, yo seharus e

didata maleh, yo mesakne sing un sepuh-sepuh niku nek

saumpamane sakit keras ngoten kan mboten saged mbeto

teng rumah sakit perkorone kan mboten gadah biaya ngoten

niku ngeh. . . adate ngoten niku lo mbak mriki ke sing gadah

niku ke mboten sedoyo arang kading nek sing ndue niku,

mriki niku mboten sedanten lo salak mboten angsal”.

ME “Kalau yang untuk warga yang keterbelakangan ya pasti ada

ya mbak sepengetahuan mbak?”

ARI “Duko nggeh mbak neng wingkeng mri ke(menunjuk

belakang rumah salah satu penyandang) sing cacat kaleh

dereng angsal lo mbak, dereng gadah Jamkesmas, gek niki

ke di usulne teng bidan praktek niku ke diusulne, kan KTP

nopo kan dereng angsal gek dereng masuk KK nopo pripun

ngoten lo, niki diusulne mogo-mogo saged ngoten”.

ME “Lha menurut mbak sendiri ini respon perangkat sendiri

seperti apa mbak, mengenai kasus-kasus seperti ini?”

ARI “Ya, kurang mbak, nek mriki ke sing mines-mines niki lo ya

harus diperhatikan mbak, saumpami rondo anak e wes cacat

gek ora iso kerjo, nek riyen niku satu bulan niku dikasih

bantuan tapi kok yo mandek ngoten lo”.

ME “Tapi kalau untuk bantuan garam yodium dari Dinas

Kesehatan masih rutin diperoleh kan mbak?”

ARI “Garam niku ta? Nggeh niku rutin niku satu tahun sekali

niku mbak”.

ME “Bantuan apalagi mabak yang rutin selain garam ini?”

ARI “Ndak ada, ndak ada. Dulu itu apa satu bulan sekali itu

kayak susu, roti, biscuit kayak gitu lo. Tapi sekarang nggak

ada.”

ME “Kalau untuk pengobatan gratis gimana mbak?masih rutin

kah?”

ARI “Dulu itu ada dari mahasiswa IKIP Madiun belum lama ini,

niku ada pengobatan gratis selama seminggu, di balai di

Sidowayah itu, ya yang dapat undangan aja, yang gak dapat

ya gak bisa, rumah ini pernah dapat sekali dulu.”

Page 47: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

TRANSKRIP WAWANCARA

Kategori :Pihak Keluarga (Dari Retardasi Mental)

Tanggal/Waktu interview : 17 Oktober 2015/Pukul 12:02 WIB

Kode Informan :ME

Kode Interviewer :TIN

I. IDENTITAS DIRI

1. Nama (Inisial) :TIN

2. Alamat :Dukuh Karangsengon, Desa

Sidoharjo

3. Usia :23 Tahun

4. Jenis Kelamin :Perempuan

5. Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga

6. Riwayat Pendidikan :SDN 4 Sidowayah

7. Jumlah Keluarga :2 orang

yang Retardasi Mental

HasilObservasi

Kondisitempatwawancara Wawancara dilakukan di rumah

informan di ruang tamu dengan

menggelar tikar dibawah. Pada saat

wawancara berlangsung beliau sedang

bersama anaknya. Selang beberapa

menit ibu informan ikut bergabung

dengan wawancara kami, namun begitu

beliau tidak banyak mempengaruhi

jawaban informan. Di ruang tamu tidak

terlihat barang-barang elektronik seperti

TV atau apapun, hanya terlihat dua

kursi, satu meja dan dampar.

KeadaanInformansecaraumum Informan adalah seorang ibu rumah

tangga yang telah menikah muda yang

sekarang dikaruniai seorang anak

perempuan berusia tiga tahun. Beliau

tinggal bersama ibu, anak dan kedua

keluarga perempuan informan yang

keterbelakangan mental, sedangkan

suami beliau bekerja sebagai buruh

bangunan di Jakarta sudah sekitar tiga

bulan.

PerilakuInformansecaraumumpadasaat

interview

Informan tidak banyak bicara, yang

terkadang sangat sulit menjawab

pertanyaan-pertanyaan pada saat

Page 48: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

wawancara berlangsung. Beliau

menjawab pertanyaan-pertanyaan

peneliti sangat simple. Sehingga bisa

dikatakan informan kurang

komunikatif saat wawancara.

II. STIGMATISASI

ME “Mbak apa yang mbak pahami mengenai keterbelakangan mental,

seperti kasus yang dialami keluarga mbak ini?”

TIN “Opo. .Opoya. . .Mboten sumerep lo kula ke, nopo nggeh”.

ME “Nopo mbak sak ngertine mbak niku nopo ngoten mawon”.

TIN “Koyo budhe neniki to?” (menunjuk putrid beliau)

ME “Nggeh”.

TIN “Nopo nggeh, nggeh kurang gizi ngoten sak ngertos kula”.

ME

“Kan tiyang njawi niku njuluki desa niki Kampung Idiot, nopo

julukan sing kurang penak di rungokne ngoten mbak, pripun

pendapat mbak?”

TIN

“Eemm…Yo mosok men ngono, dijuk i kampong idiot, nopo nggeh

(sambil ketawa halus) nggeh kurang penak mbak, di miringne

kados nduusuun ngoten”.

ME “Nek wongn jobo niku mandang keluarga mbak sendiri pripun

mbak?”

TIN “Nggeh, kasian ngoten mbak dilok e. Kados budhe ne niki” (sambil

mengelus rambut putrinya).

ME “Nggeh”.

TIN

“Pernah kan mbak, bulek e adek ini koyo disinder, dicelok jeneng

sing kurang penak dirungokne ngoten, pernah mbak ngalami

kejadian kados ngoten?”

ME “Kadang-kadang nggeh, dijuluki peko‟, budge ngoten. Kan nggeh

terah sudho rungon ta mbak”.

TIN

“Nek koyo‟ perlakuan sampek di kongkon ngaleh, pas arep nyedek

neng mantenan atau pas arep melu wong ngumpul ngoten pernah

gak mbak?”

TIN “Duko nggeh, nek sak ngerti ku gak pernah mbak”.

III. DISKRIMINASI

ME “Nek koyo acara-acara 17.an lomba-lomba ngoten pernah ikut atau

diikutkan gak mbak?”

TIN “Mboten, mboten”.

ME

“Nek mbak sijem (keluarganya yang retardasi mental), sakit atau

kenapa gitu, pripun tonggo-tonggo dekete mriki mbak, koyo mung

ditumbasne obat nopo diterne teng Pukesmas ngoten mbak?”

Page 49: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

TIN “Mboten, mboten mbak. Nek sakit nggeh kadang teng Pukesmas

piyambak”.

ME “Neng teng Pukesmas ngoten niku, kaleh sinten mbak? Diterne

tonggo, nopo keluarga mriki?”

TIN “Nggeh keluarga mriki mbak. Tapi juarang sakit lo mabk nikuke”.

ME

“Oalah nggeh, emm, nek perangkat pripun mbak? Pernah di

gawakne teng rumah sakit ngoten mbak, mungkin mboten budhe

Sijem niki sing wong liyone mungkin mbak?”

TIN “Mboten, mbotennate. Nek wong liyo nggeh mboten nate ngertos

mbak”.

ME “Nek mriki niki taseh ikut yasinan ngoten mbak?”

TIN “Nggeh tumut bapak e, mriki nggeh yasianan”.

ME “Nek mriki yasinan sing dugi katah mbak?”

TIN “Nggeh katah, katah mbak”.

ME “Nek PEMILU ngoten niki budhene niki taseh terdaftar jadi pimilih

nopo mboten mbak?”

TIN

“Pernah, pernah disukani riyin niko, riyin nggeh pernah di kawal

ngoten, tapi nggeh mboten saged mbak nek sak niki, ringin pernah

milih tapi duko bener nopo mboten”.

ME “Sing ndampingi sinten mbak?”

TIN “Nggeh keluargane mriki.”

ME “Pernah di kongkon tanggane kerjo ewang-ewang nopo ngoten

mbak? Pipil jagung nopo oncek jagung ngoten mbak?”

TIN

“Nek riyen nggeh pernah di kongkon mendhet toyo riyen, nek

sakniki mboten, wonten sanyo punan. Paling teng Pukesmas mriku

nyapokne latarre.”

ME “Oalah nyapu teng mriku?”

TIN “Nggeh”.

ME “Nek nyapu ngoten niku biasane dikasih nopo mbak?”

TIN “Kadang nggeh yotro ngoten, teng bu Ipin mriku”.

IV. RESPON

ME

“Iki mbak maaf ya mbak, nek Lek Sijem niku diceluk Peko‟,

goblok nopo-nopo ngoten, pripun reaksi keluarga nopo mbak

piyammbak ngoten nopo Lek Sijem niku pripun?”

TIN

“Biasa mawon mbak saking pun kulino, kadang nek tiyangge

miring ngoten kadang nggeh nesu, ngamuk biasane, nguuumengg

mawon, ngremeng ngoten”.

ME

“Respon mbak gimana nek bulek e niki diperlakukan oleh

masyarakat mriki bedho, dijuluk-juluki ngoten niku, arep milih pas

pemilu yo gak enek pendampingan, nak hal-hal koyok ngoten niku

pripun mbak?”

Page 50: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

TIN “Pripun nggeh emang keadaane ngoten niku, terbatas yowess mbak,

biasaae”.

ME “Nah mbak nek Desa Sidoharjo niki terkenal sebagai Kampung

Idiot ngoten niki, respon mbak pripun? Pendapat mbak pripun?”

TIN “Pripun nggeh. Sakjane niku nggeh isin ngoten mbak, dijuluki

kampong idiot ngoten mbak”.

ME “Nek harapane niku nopo tetep dijuluk i kampong idiot, ben akeh

sing mbantu nopo ngoten mbak?”

TIN “Nggeh mboten mbak sakjane, harapanne nggeh ilang julukane”.

ME “Nek kinerjane perangkat menurut mbak pripun pun sae nopo

dereng?”

TIN “Nggeh pun sak jane. Pun wonten perkembanganne”.

ME “Nek riyen pripun mbak emangnge?”

TIN “Nggeh kaleh riyen sak niki pun luweh apik kepedulianne”.

ME “Kan bulek e wau pernah dijuluk I sing kurang menak sering nggeh

mbak koyo peko‟, budge ngoten niku?”

TIN “Nggeh sering, sering mbak.”

ME “Nah, respon mbak saat ndilok kejadian niku pripun mbak?”

TIN

“Nggeh nopo nggeh, nggeh ngalah ngoten mawon, kann ngeselne to

mbak, mboten kadang-kadang niku pripun nggeh, niku ke mboten

nyadar nek mriku niku terbatas ngoten. Nggeh kados wong normal

ngoten niki nek di anu nggeh mboten purun”.

ME “Pernah main tangan ngoten mbak?”

TIN “Mboten mboten nate, nggeh ngremeng ngoten mawon mbak”.

Page 51: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

TRANSKRIP WAWANCARA

Kategori :Masyarakat Desa Sidoharjo

Tanggal/Waktu interview : 17 Oktober 2015/Pukul 12:27 WIB.

Kode Informan :ME

Kode Interviewer :IIM

I. IDENTITAS DIRI

1. Nama (Inisial) :IIM

2. Alamat :Dukuh Karangsengon, Desa Sidoharjo

3. Usia :50 Tahun

4. Jenis Kelamin :Perempuan

5. Pekerjaan :Ibu Rumah tangga

6. Riwayat Pendidikan :SDN 3 Krebet

Hasil Observasi

Kondisi tempat wawancara Wawancara dilakukan di ruang tamu

rumah informan yang sangat luas. Pada

saat peneliti datang hanya ada suara TV

yang ada di ruang tamu. Informan

berada di belakang. Wawancara

berlangsung sangat baik, karena

keadaan rumah beliau pada saat itu sepi

hanya ada suara TV yang menyala.

Keadaan Informan secara umum Informan adalah seorang ibu rumah

tangga dengan dua orang putra dengan

satu orang putrid, informan terkadang

juga membantu suaminya di sawah.

Pada saat peneliti datang ke rumah

informan, informan sepertinya dari

sawah. Saat wawancara berlangsung

ibuknya sedikit kurang komunikatif,

mungkin karena usia juga.

Perilaku Informan secara umum pada

saat interview

Pada saat wawancara berlangsung

informan pada awalnya sangat bingung

dengan kedatangan peneliti, setelah

sedikit peneliti jelaskan maksud dan

tujuan datang ke rumah beliau,

akhirnya beliau sedikit mengerti dengan

kedatangan peneliti. Kemudian

wawancara dapat berlangsung dengan

komunikatif, walaupun tidak dengan

waktu yang lama.

Page 52: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

II. STIGMATISASI

ME “Apa sih yang ibu ketahui tentang keterbelakangan

mental seperti apa yang terjadi disebagian masyarakat

sini ini buk?”

IIM “Nopo nggeh mbak(ibunya sedikit bingung

menjawabnya), neng mriki niki nggeh tiyang miskin

ngoten mbak sing disuwun-suwunne bantuan. Mboten

saged ngomong, tangan kaleh sikille niku nopo nggeh,

tekor ngoten. Kadang-kadang nggeh mboten saged

ngomong bisu ngoten niko.”

ME “Kan mriki niku dijuluki maaf nggeh buk Kampung Idiot

ngoten nggeh buk, nah tanggapanne ibuk kaleh julukan

niku pripun buk?”

IIM “Nggeh mboten sekeco, nggeh radii sin ngono mbak”

ME “Ibuk mempunyai julukan tertentu gak buk kepada salah

salah maaf penandang disini gitu buk?”

IIM “Mboten, nggeh kadang niku mriki niku tiyangnge katah

wonten lare kadang niku nyuwun nopo ngoten kadang-

kadang nek mboten disukani niku nesu kadang niku lare-

lare niku, ndang gek diweh i gek ngaleh. ngoten mbak

ngoten niku mbak paling”.

ME “Pernah gak buk ibuk mendengar mungkin tetangga ibu,

atau keluarga ibuk mungkin mendengar panggilan-

panggilan tertentu yang kurang menyenangkan untuk

warga penyandang gitu buk?”

IIM “Nggeh wonten mawon miring mawon”.

ME “Pripun buk, kadang dijuluk I nopo?”

IIM “Nggeh ngoten niku, pamane mriki wonten tiyang mriki

ngoten, ngeten mbak wong goblok bolak-balik njaluk ae

diweh ora ngaleh ngoten. Kan Painah niku lo mbak

Sidowayah niku sampean pun ngertos? Niku mbendinten

mriki mawon nyuwun, pun disukani nopo nek dereng

disukani glepung gaplek lebut niku tasek nyuwun

mawon”.

ME “Seandainya ibuk dolan teng desa liyo ngoten buk teng

Ponorogo nopo teng nggenne sederek e ngoten niku di

takok-takoki soal kampong idiot nopo pripun soal asal le

ibuk ngoten pernah buk?”

IIM “Nggeh pernah mbak.”

ME “Pripun buk biasane?”

IIM “Dalemme njenengan niku pundi? Krebet. Terus Krebet

niku kaleh Sidowayah celak? Kaleh Sidowayah niku

triose katah tiyang idiot, ngoten niku neng nangkleti

ngoten niku”.

ME “Terus ibuk e jawab e pripun?”

IIM “Nggeh nek kaleh nggen kula tebeh ngoten mawon.”

ME “Terus tangklet-tangklet nopo maleh buk?”

Page 53: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

IIM “Nggeh ngoten niku pammine nangkleti, karo kampong

idiot nggonmu iku ngenti. Nggeh tebeh sing katah niku

tasek nuanjak maleh. Kan kreteg ndawe niku nuanjak to

mabk, ler re Dusun Sidowayah ngoten jawaban kula”.

III. DISKRIMINASI

ME “Seandainya mriki enten hajatan, nopo yasinan nopo

selamatan genduren, niku ngundang tiyang sing niku

maaf penyandang nopo mboten buk?”

IIM “Mboten. Mboten “.

ME “Kadang niku neng tiyangnge moro mriki sakarep e,

mboten dikengken ngoten pernah buk?”

IIM “Nggeh pernah. Kadang niku mecele kayu, niku mbantu,

namine Bagong niku. Urug-urug. Nek pun rampung

mengke nyuwun arto kaleh ewu”.

ME “Nggeh jelas njaluk rong ewu ngoten buk?”

IIM “Nggeh, ngoten(sambil mempraktekkan dengan ibu jari

angka 2).”

ME “Nek tetanggane ibuk sing keterbelakangan niku sakit,

nopo kecelakaan kenek musibah ngoten, nopo sing ibuk

lakukan biasane?”

IIM “Nggeh paling maringi arto mawon mbak”.

ME “Nek mungkin masyarakat liyane nggeh arto buk biasane,

sak ngertose ibuk?”

IIM “Nggeh kadang-kadang nggeh mboten mbak, kan niku

nek sing masyarakat lintune niku mboten. Nggeh enten

sing maringi enten sing mboten maringi nopo-nopo. Nek

wancine panen nopo ngoten kadang nggeh maringi.

Usum jagung nggeh maringi jagung, usum gaplek nggeh

maringi gaplek teng wong idiot ngoten niku nek mriki”.

ME “Buk, nek keluarga sing mempunyai anggota keluarga

sing keterbelakangan niku taseh sering ngadakne yasinan,

nopo hajatan nikahan nopo ngoten buk?”

IIM “Nggenne tiyang idiot niku?”

ME “Nggeh, ibuk sering dating nggean?”.

IIM “Nggeh tasek, kula nggeh gadah sederek ler re mbak lis

mriko(nunjuk kearah barat) niku lo, ler mushola niku

sederek kula, niku nek sekolah pun wancine lulus SD

kelas sekawan mawon. Ngomong mawon. . .huruf mawon

sakniki mboten tek paham.”

ME “Ibuk nek wonten hajatan, nopo undanagan hajatan

ngoten teng nggen ne tiyang yang keterbelakangan nggeh

dugi buk?”

IIM “Ngeh dugi”.

ME Sing dugi nggeh kathah buk?”

IIM “Nggeh kathah”.

IV. RESPON

ME “Nek wonten tiyang sing nyinder nopo njuluki

Page 54: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

masyarakat sing keterbelakangan niku sing kasar nopo

mboten penak niku, respon nopo tanggapan ibuk secara

langsung ngoten pripun?”

IIM “Nggeh sering mbak ngoten niku”.

ME “Ibuk langsung nanggepi pripun, ngomong nopo buk?”

IIM “Hee. . . kowe opo seneng nek koyo ngono kui, ora iso

omong iku yo pawaue sing kuoso kok, kula nggeh

ngoten. Kan leres ta mbak, tiyang ngoten niku nek. . .

prayo isin to mbak”.

ME “Ohh ngoten nggeh buk, njenengan”.

IIM “Nggeh, kowe opo gelem nek koyo kui, ngoten”.

ME “Nek respon ibuk wong liyo njuluki desa ibuk kampong

idiot ngoten pripun tanggapanne nopo responne ibuk

ngoten pripun?”

IIM “Tanggapan kulo nggeh ngoten. Nek tikakok I, tiyang

Sidowayah niku kok kathah sing idiot ta bu, niku nopo

sakeng..,.nopo niku nek mriku niku ngaranine

dayangngan. Wong Sidowayah niku opo dayangnge okeh

sing bisu? Ngoten. Nanggap kulo nggeh ngoten, nggeh

duko kula mboten ngertos, niku nggeh mboten sak

Sidowayah niku idiot ngoten. Kadang-kadang niku sak

keluarga kaleh mbak sing idiot”.

ME “Nek saking ekonomine tiyang-tiyang penyandang niku

pripun buk? kan wonten sing saged nyambut danel, koyo

Bagong ngoten niku.”

IIM “Nggeh wonten. Nggeh kurang mbak. Nek sing kados

Bagong niku tunggale kaleh mbak iso nyambut damel,

nggeh podho mboten saged ngomong disukani nggeh

dimaem mboten disukani nggeh empun ngoten. Nek

Bagong niku maem e teng pundi mecel kayu nopo

ngusungngi lemah damel urug jogan, nglumpukne kayu,

mbenteli kayu gek mengke diparingi kopi diparingi maem

diparingi arto, bayare niku nyuwunne mung kaleh ewu

ndudeng ngeten(sambil mempraktekkan dengan jari) niku

Bagong niku”.

ME “Emm, ngoten niku ndadak dikengken rumiyen nopo

sakkarep e dewe buk?”

IIM “Yo nek didudoi kadang nesu lo mbak, mengke nek

saumpamine mriki mbangun gek nopo niku kan wonten

to pasir sing . . .Bagong niku ngirek pasir, nek Bagong

mboten wonten nek diganteni liyone niku Bagong nggeh

nesu. Mergi sak rampunge niku Bagong”.

ME “Nek hubunganne kaleh masyarakat pripun buk neng teng

masyarakat niku?”

IIM “Nek mriki niku nggeh mboten anu…, pokok e

omongane niku nggeh penak nggeh saleng membantu

mbak”.

ME “Nek pemilu ngoten niku tasek masuk DPT buk,

Page 55: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

masyarakat sing ngoten niku?”

IIM “Nggeh mboten”.

ME “Nek ibuk piyambak niku nek memperlakukan tiyang

atau masyarakat sing normal kaleh sing mboten normal

sing keterbelakanagn ngoten pripun buk, di anggep podo

kaleh sing normal nopo pripun buk?”

IIM “Nggeh sami mawon, tapi nggeh benten”.

ME “Nopo buk contoh e niku sing menurut ibuk dibenten?”

IIM “Nek sing idiot niku neng wonten acara nopo mboten

saged nglampahi, tapi nek sing tiyang normal ngeten niki

kan nek mboten enten halangan saged nglampahi ngoten

to mbak”.

Page 56: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

TRANSKRIP WAWANCARA

Kategori :Tokoh Masyarakat

Tanggal/Waktu interview :23 Oktober 2015/Pukul 10:15 WIB

Kode Informan :ME

Kode Interviewer :WAR

I. IDENTITAS DIRI

1. Nama (Inisial) :WAR

2. Alamat :Dukuh Klitik, Desa Sidoharjo

RT.08/RW.02

3. Usia :46 Tahun

4. Jenis Kelamin :Laki-laki

5. Jabatan di Desa :Modin

6. Pekerjaan :-

7. Riwayat Pendidikan :- SDN 1 Tanjung Rejo, Kec. Badegan

Hasil Observasi

Kondisi tempat wawancara Wawancara berlangsung di Balai Desa,

diruang tamu, pada saat itu banyak para

pekerja yang sedang pasang terop, karena

hari minggunya tanggal 25 Oktober 2015

Balai Desa mau mengundang anak-anak

yatim Piatu. Tidak banyak para pegawai dsa

yang berada di Kantor, beberapa telah sibuk

menyiapkan acara untuk hari minggu

tersebut. Disana mungkin hanya terdengar

suara-suara martil para pekerja disitu.

Keadaan Informan secara umum Informan adalah ayah tiga anak yang

berasal adari Kecamatan Badegan, Desa

Tanjung Rejo yang menikah dengan orang

Desa Sidoharjo yang semenjak menikah

tinggal di Desa Sidoharjo yang sekarang

menjadi seorang modin dan dulu juga

pernah menjadi pengurus RKS(Rumah

Kasih Sayang). Informan pada saat itu

sedang berada di kantor. Orangnya sangat

terbuka dan salah satu orang yang sering

berhubungan dengan warganya yang

mengalami keterbelakangan mental.

Perilaku Informan secara umum

pada saat interview

Secara umum Informan sangat terbuka

serta pada saat wawancara berlangsung

sangat komuniatif dan menjawab

pertanyaan-pertanyaan peneliti dengan

lancar.

Page 57: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

II. STIGMATISASI

ME “Yang bapak ketahu tentang keterbelakangan mental atau

Retardasi Mental itu apa sih pak?”

WAR “Sebenarnya yaa, terutama yang penderita dari sini disebabkan

oleh kekurangan yodium kurang gizi itu yang tapi kalau yang

istilahnya dari perkawinan sedarah sini sebetulnya gak ada yang

disebabkan oleh perkawinan sedarah itu gak ada”.

ME “kalau menurut bapak sendiri itu sebenarnya penyakit atau apa sih

pak?”

WAR “Sebetulnya itu adalah penyakit menurun itu ciri-cirinya orang

yang penderita itu kekurangan mental, mentalnya lemah, seperti

diajak komunikasi lemah, variasi mbak itu yang jenis kekurangan

cacat mental itu sendiri kan banyak sebetulnya. Sulit diajak

komunikasi yang jelas itu selain itu memang nopo niku nggak ada

yang diajak bekerja itu ada tapi yang sama sekali nggak bisa

diajak bekerja ya ada, kana da yang ringan ada yang sedang, ada

yang berat gitu kelas-kelasnya penyandang cacat itu seperti itu.”

ME “Kalau menurut bapak ini mengenai label Desa Sidoharjo sebgai

kampong idiot ini pendapat bapak seperti apa?”

WAR “Ya sebenarnya dari kalau saya sendiri ya nggak masalah mbak,

memang yo kondisinya seperti itu, memang waktu dulu itu kan

ada julukan itu kan memang ada salah satu LSM yang masuk

yang memang dalam satu dukuh itu banyak sekali yang menderita

tapi itu seumuran tahun 90.an keatas yang masih muda itu ada tapi

yo nggak banyak paling-paling satu dua gitu aja yang masih

umur muda, tapi rata-rata yowes umur 30 keatas yang mengalami

pendrita itu”.

ME “Dengan julukan seperti itu gimana pendapat bapak?”

WAR “Ya kalau saya sendiri yo nggak istilahna malu atau apa enggak,

terah memang keadaannya yo seperti itu apa boleh buat gitu kan”.

ME “Kalau seandainya pas bapak rapat atau mengadakan pertemuan

dengan orang di luar desa ini kadang julukan apa yang pernah

bapak terima?”

WAR “Saya sendiri juga menyadari, bahwa terah memang desa ini terah

memang kondisinya seperti itu saya pun sudah biasa mendengar

kata-kata seperti itu saya nggak istilahnya merasa malu atau apa

saya sendiri juga gak punya keluarga idiot saya sendiri Cuma

yang biasa jadi pengurusnya untuk menangani anak-anak itu, ya

kalau nggak ada yang mengurusi kan yo istilahnya kan yo

mesakne banget gitu lo mbak sama orang-orang seperti itu kalau

nggak ada yang istilahnya punya jiwa sosial untuk mengurus

orang-orang seperti itu, jadi nggak ada rasa malu”.

ME “Bagaimana sih pak orang luar itu memandang desa ini?”

WAR “Kalau se lingkup kecamatan sudah tahu sendiri yo ndak

istilahnya ndak merasa apa-apa, kan bukan hanya Desa Sidoharjo

saja yang ada penderita itu hamper rata-rata semuanya ada setiap

Page 58: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

desa pasti ada yang punya penderita seperti itu tapi yang paling

banyak memang dari Desa Sidoharjo sama Krebet untuk

Kecamatan Jambon itu. Saya rasa kalau kecamatan-kecamatan

lain mandang desa ini sudah biasa mbak karna selalu…seperti

RKS itu kan yang di Desa Krebet itu kan meliputi tiga kecamatan

seperti kecamatan Balong, jambon, Badegan itu kan sebenarnya

mempunyai suatu LSM yang untuk mengurusi anak-anak

penderita itu tapi sampai sekarang itu sudah ndak di berfungsikan

sama lembaga sana, istilahnya kalau sekarang sudah tidak kalau

ada apa-apa gitu sudah ndak memanggil dari desa lain itu

akhirnya putus hubungan dengan RKS yang ada di Desa Krebet.

Sebenarnya itu RKS rumahnya orang-orang idiot se Kabupaten

Ponorogo tapi akhirnya kan dari lembaganya situ seakan-akan di

Krebet itu dimiliki sendiri akhirnya kan putus hubungan

sebenarnya dulu pas baru-barunya itu kan semua bantuan

lewatnya RKS itu, Rumah Kasih Sayang yang didirikan oeh

bapak menteri sosial dulu kan mbak itu. Kalau saya sendiri

memandang kalau ada kecamatan lain terah memang keadaannya

gitu saya sendiri ya gak gimana-gimana, istilahnya kok malu atau

gimana saya nggak malu malu”.

ME “Bapak pernah menemui kejadian orang yang keterbelakangan itu

dipanggil dengan panggilan yang mungkin bukan namanya,

panggilan lain julukan gitu pak?”

WAR “Saya sendiri belum pernah melihat mbak dan belum pernah

menjumpai orang yang menanyakan masalah panggilan yang

istilahnya yang jelek itu mbak, selama saya mengurus itu dulu

ngak pernah mendengar panggilan yang jelek atau apa, ya paling

ya kalau panngilannya orang-orang disekitar sini paling yo

namanya atau julukannya itu aja”.

ME “Misalnya apa pak?”

WAR “Ya seperti umpamanya namanya Nardi tapi dipanggil Bagong

karna memang panggilannya tiap hari ya gitu. Tapi kalau nama di

identitas sebenarnya kan bukan itu”.

ME “Kalau misalnya bentuk perlakuan pak, misalnya saat diacara

hajatan atau apa gitu pak, mungkin dispesialkan atau dikhususkan

gitu?”

WAR “Ya kalau itu sudah tidak asing lagi mbak ya tetap dihormati

mbak ya kalau di wilayah sini karna itu ya memang yo penderita

mau tidak mau diapa-apakan yo warga kita sendiri jadi suda tidak

diasingkan tidak mbak, walaupun ditempat hajatan ya tetep

disamakan dengan undangan yang lain”.

III. DISKRIMINASI

ME “Kalau seandainya lomba atau apa gitu pernah nggak pak seperti

17.an dilibatkan gitu?”

WAR “Kalau sampek sekarang belum ada belum melibatkan orang-

orang seperti itu. Kalu melibatkan orang-orang seperti itu ya harus

punya, harus punya orang yang ahli dalam pengelolaan orang-

orang yang seperti itu, soalnya kan penderita sini kan variasi ada

Page 59: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

yang ringan ada yang berat ada yang sedang kalau itu nanti kalau

dilibatkan kan perlu ahli yang bisa menguasai orang-orang yang

menguasai orang-orang yang seperti itu”.

ME “Kalau Rumah Kasih Sayang itu kan adanya di Krebet pak, nah

warga penyandang sini masih ada yang ikut kesana pak?”

WAR “Untuk sementara ini sudah tidak dilibatkan di RKS itu mbak,

akhirnya dari desa sendiri ya mengupayakan untuk membina

warganya sendiri-sendiri gitu mbak. Ya umpama ada bantuan itu

ya kita menyalurkan ke penderita yang khusus desa sini gitu aja

mbak”.

ME “kalau yang di Krebet itu sendiri masih jalan ya pak RKSnya?”

WAR “Masih-masih, tapi jalannya seperti apa saya sudah ndak tahu,

sudah lam tidak ikut mengurusinya. Saya sendiri sudah ndak

begitu paham”.

ME “Kalau sini bentuk-bentuk pelatihanna seperti apa ak?”

WAR “Untuk penyandang disini?”

ME “Iya”.

WAR “Belum-belum ada mbak, biasanya dulu ya pas waktu masih

gabung dengan RKS itu, sebenarnya ya ditawari ndak ada yang

berangkat orang-orang penderita itu. Biasanya takut mbak orang

itu, takut atau malu biasanya kalau diajak pertemuan, sedangkan

itu saja kalau ndak didampingi keluarganya itu, ada pertemuan di

RKS itu yo nggak mau, kalau sama orang lain itu yo nggak mau

harus ada keluargana yang mendampingi gitu”.

ME “Kalau bapak sendiri ini, kalau seandainya ada keluarga

penyandang yang sakit atau apa apa yang bapak lakukan ini?”

WAR “Ya, harus menolong orang yang sakit itu dulu mbak, masalah

biaya nanti bisa dikoordinasikan dengan desa atau lingkungan gitu

mbak. Kalau mungkin keluarganya gak ada yang mengurusi gitu

lo mbak. Jadi pertama ya nanti ya nanti dsa yang menangani itu

mbak. Biasanya ada laporan dari lingkungannya mbak kalau ada

yang sakit, langsung lapor ke Pak Wo atau Pak RTnya, kalau

memang orang itu sangat membutuhkan tetangga, tapi kalau yang

penderita itu keluarganya ada yang mampu ada yang istilahnya

ada yang mau berkorban untuk saudaranya biasanya ya diurusi

oleh keluarganya sendiri”.

ME “Bapak sendiri punya pengalaman gak pak, ada tetangga atau

warga penyandang yang sakit terus bapak bawa ke pukesmas atau

kerumah sakit gitu?”

WAR “Untuk sampai saat ini belum, belum pernah mbak dan belum

pernah mendengar sakit. Biasanya kan penderita-penderita itu

cuma sakit-sakit ringan yang sampek sementara niki yang

penderita yang serius nggak ada mbak, kadang-kadang ada yo

sudah tua gitu ya memang sudah tua itu”.

ME “Kalau keluarga penyandang itu masih ikut atau masih

mengadakan yasianan atau genduri selamatan kayak gitu nggak

pak?”

WAR “Masih mbak, masih”.

Page 60: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

ME “Bapak juga sering datang?”

WAR “Iya mbak, sering”.

ME “kalau mau pemilu kayak gitu pak, para penyandang masih

dimasukkan di DPT pak?”

WAR “Masih mbak, walaupun itu orang bisa memilih atau enggak itu

tetap dimasukkan karna bagaimanapun dia juga punya hak pilih”.

ME “Kalau KPUnya melakukan pendampingan untuk warganya yang

keterbelakangan untuk milih ke sana ke TPU gitu, ada rencana

pak?”

WAR “Ada mbak, itu tiap pemilu pasti ada mbak, istilahnya

pendampinagan kalau memang yang masih bisa dan masih mau

memberikan hak suaranya itu TPS maupun KKPS siap

membantu, kadang-kadang ya langsung dikunjungi kerumahnya

gitu mbak suruh menyoblos di rumahnya gitu kalau ada yang

minat terus nggak bisa datang ke KPS”.

ME “Jadi gak apa-apa pak kalau surat suaranya dibawa ke rumahnya

gitu?”

WAR “Nggak papa itu kan disaksiakan sama saksinya dan KKPSnya

mbak”.

ME “Diajari nyoblos ini yang ini, itu paham pak nanti?”

WAR “Ya, tinggal yang milih itu penderita yang seperti apa gitu mabk,

kalau memang orang yang penderita buta gitu yak an ada alatnya

untuk memilih, kalau penderitanya itu nggak bisa apa-apa itu

biasanya ya ditunjukkan gitu aja disuruh untuk memilih sendiri

gitu kan disaksikan dengan angota-anggota KKPS saksinya gitu”.

IV. RESPON

ME “Disaat bapak ke kampung halamannya bapak, pernah gak

ditanya-tanya mengenai tempat tinggal bapak sekarang?”

WAR “Alhamdulilah saya belum pernah, soalnya kalau kampoung saya

ini kan bersebelahan, sudah tahu persis keadaan daerah sini,

memang seperti itu sudah sama tahu kan mbak, biasanya ya

kadang-kadang mau tanya ya istilahnya yang gak enak sendiri

gitu kemungkinan.”

ME “Tanggapan bapak keluarga seperti itu dari aspek ekonominya itu

gimana pak?”

WAR “Yowes rata-rata para penderita itu aspek ekonominya kurang ya

orang-orang yang min memang mbak. Yowes rata-rata ya seperti

itu. Masalahnya ya kan penderita itu memang kan dulunya

memang kekurangan zat atau gizi atau kurang zat yodium itu tadi.

Akhirnya anaknya ya seperti itu, waktu mengandung dulu

mungkin ya ndak mau dipreksakan ndak ada biaya ya seperti itu

gejalanya”.

ME “kalau yang masih bekerja ada pak?”

WAR “Ada juga yang masih bisa bekerja ada yang nggak bisa bekerja

ya ada, yang bisa bekerja itu ya cuma merumput, cari makan apa

gitu, bersih-bersih rumah atau ada juga yang bekerja cari upah ya

ada”.

Page 61: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

ME “Kalau bapak sendiri pernah memperkerjakan mereka?”

WAR “Belum pernah saya mbak, belum pernah. Karna saya sendiri

melihat kondisinya saya sudah nggak, istilahnya kasian gitu”.

ME “Kalau dari aspek sosialnya pak, mngkin interaksi dengan

masyarakatnya seperti apa pak dengan masyarakatnya yang

normal gitu seperti apa pak?”

WAR “Biasanya kalau ada istilahnya gotong royong gitu ya ada yang

ikut juga gotong-royong biasanya ya entah itu kerjan seperti apa

yang penting bisa bergabung dengan masyarakat yang lain”.

ME “Kalau interaksinya dengan masyarakat masih baik pak?”

WAR “Masih, masih malah sama masyarakat itu malah diajak guyon

biasanya kan seneng kalau ..biasanya kan malah ramai kalau

orang-orang seperti itu kan(sambil ketawa kecil) untuk humor kan

biasa”.

ME “Ada nggak pak yang penyandang tapi perilakunya kurang bagus,

jadi kayak apa yang misalnya senengane molo atau gimana gitu

pak?”

WAR “Ada, ada juga sini. Itu memang kalau orang seperti itu

perilakunya, memang agak dibedakan mbak sama lingkungan

karna khawatir kalau orang yang mau menangani orang lain gitu

saja, ngamuk yang ditakuti kan itu.”

ME “Biasanya karna apa pak sampek ngamuk gitu?”

WAR “Ya biasanya karna, karna anu ya mungkin ya karna tekanan batin

atau apa gitu lo mbak, kadang-kadang ya yang namanya ya bisa

dikatakan stress kalau orang-orang yang mau seperti itu mbak,

jadi kalau kadang-kadang kalau atinya gak enak itu bisa-bisa

ngamuk atau apa kurang makan gitu kadang-kadang bisa ngamuk

gitu bisa juga”.

ME “Bapak sering melihat seperti itu pak? Terus respon keluarganya

seperti apa pak?”

WAR “Iya melihat sendiri itu saya mbak. Terus kalau respon

keluarganya ya cuma menenangkan biasanya”.

ME “Nggak ada bentakan atau pa pak?”

WAR “Gak mbak, gak dibentak, la mau dibentak kalau seperti itu, mau

apalagi, kalau keluargana biasanya menenangkan atau

menyembunyikan orang itu dirumahnya tau dimana. Tapi kadang-

kadang kalau orang penderita seperti itu, sama keluarganya gak

boleh untuk jalan jauh dari rumah gitu. Dikhawatirkan nanti kalau

menangani orang lain diluar kan gitu”.

ME “Kalau aspek politik pak, contohnya kayak pemilu sekarang ini,

kan tentunya penyandang kan sulit untuk memilih bingung, susah

kayak gitu gimana menurut bapak?”

WAR “Istilahnya kalau mau disuruhpun itu pun nggak, nggak tahu itu

ya cuma diberi pengarahan nanti kalau mau milih tempatnya

disana, terus nanti ada yang membantu kalau ditempat pemilihan

gitu aja, terus diberi tahu tanggal pemilihannya kapan, gitu aja. Itu

nanti dari temen-temen pemungutan suara ya biasanya

keluarganya dulu yang di kasih tahu nanti, nanti untu keluarga

Page 62: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

yang penderita ya di kasih tahu keluarganya kan yang lebih tahu

cara menyampaikan ke orang tersebut kan biasanya kan

keluarganya gitu lo”.

ME “Kalau bapak sendiri ini pak, memperlakukan orang yang normal

dengan orang yang maaf nggak normal seperti penyandang ini

seperti apa pak? Apakah diperlakukan seperti orang normal biasa

atau diberikan perlakuan khusus atau gimana pak?”

WAR “Ya, kalau untuk yang penderita tetep diberi perlakuan khusus no

mbak, kalau disamakan dengan orang-orang yang normal ya jelas

nggak mungkin bisa mengikuti sepertiorang normal gitu. Ya

biasanya kalau waktu pemilu atau dimana gitu kalau orang

penderita itu mesti ada didampingi gitu, entah dari keluarganya

entah dari panitianya pasti didampingi”.

ME “Perlakuan khusus lainnya seperti apa lagi pak?”

WAR “Ya pasti kalau ada kegiatan-kegiatan yang khususna menyangkut

masalah penyandang ya pasti yang diutamakan ya penyandang,

seperti masalah kesehatan penderita itu sendiri mbak, seperti

pengobatan gratis itu harus diutamakan, entah bagaimana bisa

orang tersebut datang ketempat lokasi ya entah didampingi

keluarganya, tetangganya atau perangkatnya gitu, pasti ada yang

mendampingi kalau ada penderita yang sangat memerlukan

bantuan tersebut ”.

ME “Menurut bapak ini solusinya apa terkait permasalahan-

permasalahan yang ada di desa ini khususnya terkait para

penyandangnya mungkin?”

WAR “Solusinya itu perlu ada sosialisasi ke warga-warga setempat yang

mungkin terutama yang wilayahnya banyak yang penderita

terutama masalah kesehatan bagi calon anak harus ada

penyuluhan entah itu dari dinas kesehatan, atau dari pihak-pihak

lain gitu, harus ada penyuluhan itu biasanya sini kan lewat

posyantu itu, terutama kepada ibu-ibu yang hamil atau yang

mempunyai anak kecil, tapi alhamdulilah untuk kelahiran yang

baru-baru ini sudah kurang istilahnya sudah tidak ada gitu aja, ya

ada satu dua tiga gitu aja, sekitar tahu 2000 nan itu sampek

sekarang ini sekitar paling cuma satu atau dua yang ada yang

terkena”.

ME “Sekarang kan sudah mulai berkurang, apa yang dilakukan sini

pak, sehingga sudah bisa ditekan jmlahnya?”

WAR “Karna karna se, . perkembangan ekonomi dari masyarakat

sendiri mbak yang jelas karna bisa berkurang. Disamping itu ya

penmerintah sendiri mengupayakan untuk bisa mengurangi

dengan cara pemberian garam yodium itu, pemerintah propinsi

juga, hamper tiap bulan di stok garam yodium, disamping itu ada

pengobatan gratis dari Dinas Kesehatan atau dari instansi lain gitu

memang sini sering sering ada gitu mbak”.

ME “Kalau disini karang tarunanya jalan ya pak?”

WAR “Alhamdulilah jalan mbak, jalan”.

ME “Mungkin untuk karang tarunanya pernah mengadakan acara

Page 63: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

untuk para penyandang, entah progam kerja mengenai apa gitu

untuk penyandang gitu pak?”

WAR “Sampai sekarang ini belum-belum pernah ada. Ya mungkin

karena belum ada biaya untuk mengadakan kegiatan-kegiatan

kemungkinan seperti itu”.

Page 64: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

TRANSKRIP WAWANCARA

Kategori :PihakKeluarga(Dari Retardasi Mental)

Tanggal/Waktu interview : 23 Oktober 2015/Pukul 10:40 WIB

KodeInforman :ME

Kode Interviewer :SOI

I. IDENTITAS DIRI

1. Nama (Inisial) :SOI

2. Alamat :Dukuh Karangsengon, DesaSidoharjo

3. Usia :50 Tahun

4. JenisKelamin :Laki-Laki

5. Pekerjaan :Buruh tani

6. RiwayatPendidikan :Sampek SD kelas 1

7. Jumlah Keluarga :2 orang

Yang Retardasi Mental

HasilObservasi

Kondisi tempat wawancara Wawancara dilakukan dirumah

informan. Pada saat peneliti datang

informan sedang memasak didapur.

Sedangkan putrinya yang

keterbelakangan mental sedang tidur

diluar disamping kandang kambing

milik tetangganya. Sedangkan

keponakannya di dalam rumah diruang

tamu sendiri. Kondisi rumah informan

begitu sederhana berdindingkan

anyaman bamb dan beralaskan tanah.

Tidak ada barang mewah atau barang

elektronik yang ada hanya beberapa

kursi dan meja dari kayu.

Keadaan Informan Secara Umum Informan adalah seorang duda, yang

pekerjaan sehari-hari tidak pasti

sebagai buruh tani. Dia bekerja

disawah orang lain jika ada yang

menyuruhnya untuk bekerja.

Kesehariannya mengurus kedua

anggota keluarganya yang

keterbelakangan mental seorang diri.

Mantan istrinya yang sekarang bekerja

di Surabaya sesekali menjenguk

anaknya.

Perilaku Informan secara umum pada

saat interview

Informan adalah tipe orang yang

terbuka dan komunikatif saat

wawancara dengan peneliti. Walaupun

data yang peneliti dapatkan tidak

terlalu banyak. Namun, peneliti cukup

Page 65: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

memahami keadaan keluarga

informan.

ME “Maaf, sak ngertose bapak niki koyo sing dialami Aulia

niki nopo seh pak sebenere?”

SOI “Riyen kananu kawet sek alit niku bar bayi pitu pitung

wulan niku kengeng panas banter la dadose ngoten niku

setep niku”.

ME “Oalahhh. . . riyen mboten cepet ditangani ngoten

nggeh pak?”

SOI “Nggeh mboten cepet ditangani ngoten niku, mbok niku

ibuk e niku nggeh kesah lo niku, kaleh kulo niku

mboten dadi”.

ME “Oalahh nggeh, sak niki teng pundi pak kesah e?”

SOI “Teng Suroboyo, riyen nggeh teng Malaysia. Teng

Malaysia mboten gadah yotro terus sakniki teng

Suroboyo niku”.

ME “Terus pak, tasek hubungan kontak-kontakan mboten?”

SOI “Mboten mbak, kulo mboten gadah HP”.

ME “Mulai kapan pak?”

SOI “Pun dangu, lha niki(menunjuk anaknya yang sedang

tidur disamping kami) sakniki pun tigo welas niku

umure nggeh”.

ME “Aulia pun ditinggal ibuk e niki kawet usia pinten pak?”

SOI “Kawet umur kaleh taun mbak”.

ME “Mboten pernah ending pak?”

SOI “Nggeh pernah, pernah nggeh sok-sok ngendangi mriki.

Ninggali yotro, ninggali sandangan, kadang-kadang

nggeh beras niku. Ninggali ngoten niku”.

ME “Pak, biasane kan tiyang njobo niku juluki desa mriki

sing mboten tek sekeco ngoten, missal le kan dijuluki

kampong idiot ngoten. Pendapate bapak pripun pak?”

SOI “Lahh niki nggeh niki(bapaknya menjawab dengan

keadaan Aulia) teng Pakes niki nggeh termasuk idiot

niki. Teng Pakis niku sering kulo pijetne teng mriku,

saking negoro niku anune, dadi di jupuk diterne-dijupuk

diterne niku. Neng sakniki mboten, pun dangu”.

ME “Pernah gak pak dijuluki sing ora penak kaleh tonggone

nopo koncone ngoten?”

SOI “Mboten, mboten mbak. Nggeh diceluk jenenge Lia

ngono”.

ME “Nek sederek e niki pak?”

SOI “Anu, ponak an niki?(menunjuk keponaannya yang ada

didalam rumah) Mesemi”.

ME “Mbak Mesemi nggeh mboten nate pak dijuluki julukan

sing ora penak ngoten? Julukan-julukan nopo ngoten

pak?”

Page 66: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

SOI “Mboten, mboten pernah. Nggeh jenenge Mesemi,

nggeh Mesemi, namine niki Mesemi niki, ngoten mbak,

pak mbok e nggeh pun mboten wonten”.

ME “Usia ne pinten niku pak?”

SOI “Nggeh duko niku umure, pak buk e pun ninggal

sedoyo, dulure setunggal nggeh pun ninggal gek melok

kulo niki lek e, kulo niki lik e”.

ME “Lia niku pernah sekolah nopo mboten pak?”

SOI “Dereeng, umure pitung wulan niku langsung step

niku.”

ME “Pun pernah diobat-obat ne ngoten pak?”

SOI “Haalahh pun teng anu, teng njarakan peng kaleh, gek

teng Mediun nggeh peng kaleh, wes wongsal-wangsul

gek dukon teng deso-deso niku pun wongsal-wangsul

jane, tapi nggeh mboten wonten perubahanne, enten

Mediun nggeh mboten enten perubahanne nggeh

mboten enten. Enten njarak niki nggeh mboten enten,

jane pun diterapi niku teng mediun”.

ME “Sinten pak sing mbeto mriko?”

SOI “Nggeh deso, enggeh”.

ME “Ohhh, deso nggeh pak?”

SOI “Nggeh, ampri e mari niku negoro nggeh piye ampri e

mari”.

ME “Kaleh deso angsal bantuan nopo maleh pak, selain

dibetakne teng rumah sakit?”

SOI “Nek iki wes suwi ra diobati”.

ME “Nek ponakane njenengan niku, nek PEMILU masuk

DPT pak ngih an? Pun pernah angsal surat undangan

milih pak?”

SOI “Pun nek niku, nggeh dibetani surat keng milih mriko.”

ME “Pernah milih pak niku?”

SOI “Nggeh pernah niku jane,”.

ME “Saged pak? Nggeh genah ngoten”.

SOI “Saged, nggeh pernah, sek cetho niku”.

ME “Niku nek di kengken kerjo koyo mipil jagung nopo

nopo ngoten saged nggeh pak?”

SOI “Ngeh saged oncek telo, mipil jagung nggeh saged”

Niki nggeh pados rambanan terus kok”.

ME “Kaleh tetanggi mriki, nggeh sering dikengken kerjo

oncek jagung nopo nopo ngoten nggeh pak?”

SOI “Nggeh, nggeh purun tasek an mbak”.

ME “Nggeh ditawani nopo bute melu ngoten pak?‟

SOI “Nggeh ditawani karo sing panen jagung”.

ME “Nek masyarakate niki pripun pak kaleh keluargane

njenengan? Koyo to kepeduliane ngoten?”

SOI “Yo nek kono adang sego beras kene ora ngono yo kene

diteri mbak(sambil ketawa), lha dulur kabeh lo ken eke

Page 67: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

piye(bapaknya ketawa lepas), sak reettt iki dulur

kabeh(menunjuk beberapa rumah disampingnya)”.

ME “Nek dengan julukan sebagai kampong idiot niki

tanggapanne bapak pripun?”

SOI “Ken ike wes terkenal mbak kampong miskin mangan

karat ngono, tapi yo akhirre akeh sumbangan-

sumbangan, bantuan-bantuan ngoten niku, koyo

niku(menunjuk anaknya yang sedang tidur) per bulan

nggeh tasek bayaran 300 rutin per bulan”.

ME “Mriki niki seng gadang keluarga penyandang sedoyo

angsal nggeh pak perbulan niku?”

SOI “Mboten, mboten mesti, nggeh dipilihi seng nemen-

nemen niku. Niku anak e Pardi mbubuh niku nggeh

penere oleh bantuan soko negoro nggeh mboten angsal

niku, buktine kui lo jane yo nemen anak e Pardi kae

karo iki. Ka eke wes ora iso nyapo-nyapo, tapi sek

kerep nesu. Iki sek iso ndorong turu-ndorong turu, tapi

ora gelem nesu”.

Wawancara Tanggal 18 November 2015 Pukul 13:27 WIB

SELF

ME “Bagaimana bapak memaknai kejadian yang menimpa

Aulia ini pak?”

SOI

“Pripun nggeh mbak, nek diomongne cobaan soko gusti

Allah ke, bocah iki lahir ke keadaanne sehat lo mbak.

Wiwite kejang ke bayi umur 7 sasi to mbak”.

ME “Step niku wau nggeh pak, terus penanganane sing

kurang cepet niku wau?”

SOI

“Nggeh mbak, pahamku nggeh niku goro-goro ne

nggeh kesalahan kulo rumiyen sing kurang cepet

nggowo neng rumah sakit”.

ME “dadi niki bapak e memahamine nggoten?”

SOI

“Nggeh, nggeh nek kersane gusti Allah kan kawet

ceprot niko, gek niku kan nemene pitung wulan bayi

niku nemene. Alitte kan mboten patek”.

Page 68: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

TRANSKRIP WAWANCARA

Kategori :TokohMasyarakat

Tanggal/Waktu interview : 18Oktober 2015/Pukul 10:55 WIB

KodeInforman :ME

Kode Interviewer :LAN

I. IDENTITAS DIRI

1. Nama (Inisial) :LAN

2. Alamat :Dukuh Klitik

3. Usia :48Tahun

4. JenisKelamin :Laki-laki

5. Jabatan di Desa :Ketua RT

6. Pekerjaan :Petani

7. RiwayatPendidikan : SMP

HasilObservasi

Kondisi tempat wawancara Wawancara dilakukan di ruang tamu

informan, keadaannya sangat sepi tidak

banyak aktivitas. Namun ada istri

informan yang sedang masak didapur.

Hanya sebentar istri informan masuk

kedalam rumah menemui peneliti untuk

membawakan teh panas. Dan sedikit

menanyakan darimana peneliti berasal

dan keperluan peneliti disini.

Keadaan Informan secara umum Informan adalah warga asli Desa

Sidoharjo ini. Sekarang beliau menjabat

sebagai ketua RT disini.

Perilaku Informan secara umum

pada saat interview

Informan adalah seorang yang sangat

terbuka dengan kehadiran peneliti disini.

Beliau sangat baik menjawab semua

pertanyaan-pertanyaan peneliti. Selain itu

juga informan bersedia mengantar

peneliti kesalah satu informan yang

peneliti cari.

Page 69: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

SELF

ME “Bagaimana Pendapat bapak mengenai sebutan “Kampung

Idiot” di desa ini?”

LAN “Lha memang kenyataan lo mbak. Jaman riyen niku.

Jamane lurah e sing melu Krebet iku, tumut krebet lha

memang niku kenyataan. Memang katah sing idiot, riyen

kan memang katah sing idiot, katah sing kekurangan gizi,

sak derenge kula simah. Sak alitan kulo riyen niko kan

panganane nopo paling nggeh telo ngoten niku, mboten

enten roti, lha sekolah kulo niku sangu paling mek limang

repes, niku mawon sek aji. Sekolah teng SD 1 mriko

mlampah dereng enten sepedah. Memang jaman semonten

niko kebanyakan idiot seng bagean Sidowayah. Mriki

nggeh wonten tapi mboten katah tapi kan nggeh kenyataan.

Kenyataanne nggeh ngoten”.

ME “Pernah nggak bapak menerima pertanyaan atau

pernyataan-pernyataan dari orang diluar sana mengenai

desa ini?”

LAN “Nggeh pernah. Jamane kulo teng Malaysia niko,

ditengkleti ngeten, Krebet niku wonten Kampung Idiot

niku nopo nggeh to pak? Sak jane ngeten, sak temene kulo

nggeh wong Krebet ngeten, nggeh wonten sing idiot tapi

nggeh wonten sing mboten idiot kulo nggeh ngoten.”

ME “Terus bagaimana sikap bapak waktu itu?”

LAN “Jane nggeh rodhok isin. Tapi nggeh niku tapi waktu

ngoten,ajeng diilak i nopo saged lo mbak”.

ME “Tapi menurut bapak ini, dengan terkenalnya desa ini

sebagai Kampung Idiot ada keuntungan tersediri nopo

mboten pak?”

LAN “Nggeh jaman semono wonten sumbangan-sumbangan ,

kados sak niki kan sumbangan saking kota mlebet te kan

teng Sidowayah mriki, mriki nggeh wonteng tiyang piro ya

siji, loro, telu, papat, lima, eneng wong limo lahh sing

kerep oleh sumbangan. Nggeh ngoten niku”.

ME “Mriki sing celak wonten nggeh pak?”

LAN “wonten wingkeng mriku. Nggeh tiyangge mboten saged

dijak omong. Tapi pinter nganam-nganap ngoten, kyo

nganam tompo, tampah ngono kuwi”.

ME “Ohhh, nggeh”.

LAN “Jaman semonten niko pernah sakit mripat niko, sing

madosne surat-surat teng kito nggeh kulo. Wonten gambar

foto ngoten kulo sodorne teng Siman mriko. Celak e kantor

pertanahan niko lo. Kantor nopo ngehh lali mbak wes

suwi”.

ME “Ada kesulitan tersendiri nggak pak, mungkin kan bapak

sendiri ini sebagai salah satu tokoh masyarakat sebagai

ketua RT ni, ada kesulitan-kesulitan untuk menangani

warganya yang seperti ini nggak?”

Page 70: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

LAN “Emmm, kados wau, kulo ngurusi tiyang niku, mboten

enten kesulitan seng penteng enek surat saking RT kaleh

deso, tok kecamatan langsung teng kabupaten. Niku

sodorne ngoten Kor ditakoni jaler nopo estri, ngoten

mawon”.

ME “Ohh, nggeh. Lha kados musim Pemilu niki pak, ada

kesulitan mengenai rekapitulasi identitas masyarakat nggak

pak, khususnya bagi masyarakat penyandang itu sendiri?”

LAN “Nek sing ngoten niku kebanyakan mboten gadah akte.

Jaman semonten dereng enten wong poto mawon mung

awur-awuran ngoten. Teng sekolahan mriku riyen fotone.

Umure pinten ngoten kor awur-awuran riyen niku. Mbah

kulo mawon riyen dikon gae ktp, wes wegah, wes tuwek

ngge opo. Yo tak pekso ngono yo ra eleng kelahiran tahun

pinten, bulan, tanggal pinten, dino mawon mboten paham.

Marahi niku bingung kolo. Ajeng kolo awur ke yo piye.

Jamanne KTP gratis riyen niku. Jaman semonten nggeh

wonten perubahan KTP kaleh KK niku nggeh mboten

sami”.

ME “Kalau menurut bapak piyambak niki, memaknai atau

memahami kejadian atau keadaan masyarakat desa sini,

yang memang banyak warganya yang mengalami

keterbelakangan niki pripun?”

LAN “Nek kulo mandange nggeh selain kekurangan gizi nggeh

miskin pancene. Omah-omah sing disumbangi kolo mben

niku nggeh memang bener-bener, tumbas kain mawon

mboten saged lo. Tumbas kayu mawon mboten saged.

Ibarate nopo nggeh ibarate tiyang setunggal gadah pitek

sitok nggeh kolo mangsane sing sehat mboten saged

nyambut gawe, melu-melu sing ora sahat, mbiyen yo enek

sing kerjo oncek telo, tapi sakiki ra enek sing nandor telo,

masalah pertanian terah angel mbak mriki”.

ME “Mungkin bapak sendiri mempunyai cerita tersendiri untuk

memahami kejadian di desa ini, seperti cerita mitos-mitos

orang dulu gitu pak?”

LAN “Pahami nggeh pun mancek dewasa niki mbak. Nggeh kulo

jane kumpulane kaleh tiyang sepuh-sepuh cumak e,

beritane kulo pen ne sing pengalaman kulo tok. Jaman

rumiyen niko enten tiyang sing omah teng pinggiran alas

niko, enteng sing tilem kaleh lelembut, sing jarene bojone,

lha bojone lo lungo. Nggeh niku gadah yogo nggeh peko‟

niku. Jaman riyen niku nggoreng tempe malek e karo

tangan, nggeh mboten mlonyoh. Tapi nek mangan sek di

uluk-uluk lemah sek. Mergo nek ra ngono ra arep”.

ME “Nek wonten baksos teng mriki ngoten, dipukul rata pak?

Sedoyo angsal?”

LAN “Nek baksos niku nggeh delok-delok baksos e mbak, nek

gak okeh yo dipilih-pilihi seng nemen-nemen niku. Teng

Page 71: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

deso niku nggeh diatur seng kulo jujuk nggeh niku wau

seng penyandang karo sing ra nduwe bumi, papan pangan.

Nek niku rampung nggeh sak duwure ngono. Dadi mboten

kulo pukul rata ngoten. Tapi yo eneng mbak sing ra seneng

kaleh kulo, jenenge wong ndeso ngene iki, ijer ngono

mbak. Aku yo ngono nek terah e pengen oleh yo ijolo karo

wong kui ngono. Gek kowe tak weh i, tapi omahmu ijollo

kui sak lemahmu. Kulo ngoten ne. Yo maklum lo wong

ndeso kui, baturre oleh ora oleh ke.. ngono kui”.

ME “Nek ajeng pimilu ngeten niki, sing penyandang tasek

mlebet DPT pak?”

LAN “Nek seng nemen mbak, niku mboten. Nek seng rodok

cetho yo masuk mbak. Nek seng nemen ora iso omong, ra

roh opo-opo niku mboten mbak.”

Page 72: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

TRANSKRIP WAWANCARA

Kategori :PihakKeluarga(Dari Retardasi Mental)

Tanggal/Waktu interview : 18November 2015/Pukul 11:38 WIB

KodeInforman :ME

Kode Interviewer :TUN

I. IDENTITAS DIRI

1. Nama (Inisial) :TUN

2. Alamat :Dukuh Klitik

3. Usia :54 Tahun

4. JenisKelamin :Laki-Laki

5. Pekerjaan :Petani

6. RiwayatPendidikan :SD

7. Jumlah Keluarga :2 orang

yang Retardasi Mental

HasilObservasi

Kondisitempatwawancara Wawancara berlangsung di ruang tamu

informan. Keadaan ruang tamu ada

banyak jagung, karena informan disaat

itu sedang panen jagung. Tidak banyak

panenan yang didapat informan. Disaat

itu juga kami wawancara berlangsung

ada kedua anggota keluarga informan

yang penyandang keterbelakangan

mental tersebut.

KeadaanInformansecaraumum Informan adalah seorang ibu rumah

tangga yang mempunyai empat orang

anak yang semuanya sudah

berkeluarga. Informan tinggal bersama

suaminya dan kedua adek suaminya

yang keduanya penyandang

keterbelakangan mental.

PerilakuInformansecaraumumpadasaat

interview

Wawancara berlangsung sangat

komunikatif, walaupun sesekali

informan sedikit kesulitan memahami

beberapa pertanyaan peneliti. Namun

secara keselurahan informan sangat

terbuka dengan kehadiran peneliti

disini.

Page 73: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

SELF

ME “Bagaimana pendapat ibu mengenai sebutan desa ini sebagai

Kampung Idiot?”

TUN “Emmmm,, pripun nggeh mbak. Sing idiot ke sepiro lo, kan

mlebu Sidowayah kono sing paling okeh. Pengenne yo

disebut Desa Sidoharjo ngoten mawon”.

ME “Kalau ibu piyambak niki buk, maaf ya buk sebelumnya,

dengan keadaan saudara ibu ini pak sukiman dan saudara ibu

yang lain ini. Bagaimana ibu sendiri memahami/memaknai

keadan yang menimpa keluar ibuk tersebut?”

TUN “Nggeh ngoten niku, kados ngoten niku. Lha pripun nggeh

keadaanne ngoten niku. Sederek e niku nggeh seng setunggel

niku mendho, budeg, nggeh bisu. Ya piye ya mbak, yo soko

kersane Allah niku mbak. Lha nggeh kawet alit lo niku ke. Ya

nggeh kersane Allah ngoten niku. Yo coro anune ke wes kat

bayi”.

ME “Kalau menurut ibu piyambak niki, wonten untunge nopo

mboten buk kaleh sebutan deso niki Kampung Idiot?”

TUN “Nek riyen niko nopo disukani sembako kaleh nopo ngoten”.

ME “Kalau rugine nopo buk?”

TUN “Arep isin yo ora. Lha keadaanne terah yo ngono kuwi e

mbak”.

ME “Tasek mlebet DPT buk? Tasek ikut milih pas pemilu?”

TUN “Taseh, gadah KTP kok mbak. Sedoyo niku gadah KTP.

Nggeh milih kaleh pak e niku mengke”.

ME “Tasek saged nyambut damel nggeh buk? Tasek kerep

dikongkon tonggo-tonggo mriki?”

TUN “Kerep. Nggeh ken nopo ngoten saged. Nggeh damel tompo,

gedek nggeh ngoten niku sing diisoni. Nek seng sitok kui

pernah ilang barang lo mbak. Yo ra iso nyapo-nyapo lo

mbak, kon neng sawah yo ra iso. Nek sing sitok kui kadang

yo kon mijeti wong ngono, jare okeh sing jodo mbak”.

ME “Pernah gak buk saudara e ibuk niki diperlakukan kurang

penak karo wong liyo nopo tonggone ngoten?”

TUN “Mboten mbak. Paling biyen iku bocah cilik-cilik cah sekolah

ngono kui, jamane sek kerep udo ngono kui. Tapi yo dek e

nesu karep e. Mbiyen tahu nesu nggowo gaman lo mbak. Pak

e tasek niko sering nesu. Kerep nedi reno-reno gek pak e ke

ra cetho. Pak e ninggal pas tasek alit kok”.

Page 74: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

TRANSKRIP WAWANCARA

Kategori :Masyarakat

Tanggal/Waktu interview :18November 2015/Pukul 11:58 WIB

KodeInforman :ME

Kode Interviewer :MAN

I. IDENTITAS DIRI

1. Nama (Inisial) :MAN

2. Alamat :Dukuh Klitik

3. Usia :26 Tahun

4. JenisKelamin :Laki-Laki

5. Pekerjaan :Sopir

6. RiwayatPendidikan :SMA

HasilObservasi

Kondisitempatwawancara Wawancara dilakukan di ruang tamu

rumah informan. Rumah informan tidak

terlalu besar. Di ruang tamu tersebut

tidak terlihat banyak perabotan rumah.

Dirumah tersebut ada istri, anak

perempuan informan yang masih

berusia 3 tahun dan ibu dari istri

informan.

KeadaanInformansecaraumum Informan adalah seorang sopir

kendaraan angkutan barang, yang hanya

sesekali disuruh oleh orang untuk

membawakan kendaraaannya. Sehingga

pekerjaan informan tidak menentu.

Tidak ada pekerjaan lain yang

dilakukan informan selain menjadi

sopir tersebut. Karena lahan

pertanianpun beliau tidak punya.

PerilakuInformansecaraumumpadasaat

interview

Informan sangat terbuka dengan

kehadiran peneliti. Namun terkadang

informan sedikit kebingungan untuk

menjawab pertanyaan dari peneliti.

Dengan alasan informan bukan asli

penduduk Desa Sidoharjo tersebut.

Page 75: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

SELF

ME “Ini pak, bagaimana hubungan bapak dengan masyarakat

sini terutama mereka-mereka penyandang keterbelakangan

mental?”

MAN “Mboten nate lo mbak. Ngobrol nggeh mboten nate. Lha

mboten nate teng griyo lo mbak”.

ME “Pernah kah bapak menerima pernyataan atau mungkin

pertanyaan-pertanyaan mengenai tempat tinggal bapak

sekarang ini?”

MAN “Nggeh pernah, nggeh ngoten niku mbak, asal pundi?

Sidowayah ngoten gek ngeten sing terkenal Kampung Idiot

niku to? Ngoten mbak”.

ME “Terus respon atau tanggapan bapak pripun?”

MAN “Nggeh pripun nggeh mbak, mboten pripun-pripun, yo tak

iya ni ngono ae mbak, terah yo kenyataanne ngono mbak”.

ME “Terus pak, menurut bapak niki, ada keuntungan tersendiri

gak mbak, dengan sebutan Kampung Idiot niku?”

MAN “Nopo nggeh mbak, mboten enten. Tapi mriko ke tambah

mapan lo mbak dukuh ane, sidowayah niku. Soalle sak iki

cah-cah kono ke sekolah e podo wes duwur-duwur lo mbak.

Mergo podo ra seneng nek dijuluki kampung idiot, dadi

podo mapan-mapan sakiki”.

ME “Kalau untuk kerugianne pak, nopo?”

MAN “Nggeh nopo lo mbak ra eneng. Tapi yo ra seneng ae nek

dijuluki Kampung Idiot, pengenne yo dijuluki Desa

Sidoharjo ngono ae”.

ME “Kalau pendapat bapak ini, bagaimana bapak memaknai

atau memahami kondisi atau keadaan yang ada di Desa

Sidoharjo ini pak?”

MAN “Nggeh duko lo mbak, kulo niku pendatang ra patek paham

lo, kawet lahir wes ngono kuwi keadaanne, gek sing ngono

kui kebanyakan mbah-mbak seng wes sepuh-sepuh ngono

kuwi lo mbak. Nek cerito sing aneh-aneh kulo mboten

mireng. Tapi nggeh niku mereka niku kebanyakan keluarga

sing kekurangan lo mbak, kan daerah pinggiran”.

Page 76: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

TRANSKRIP WAWANCARA

Kategori :Tokoh masyarakat

Tanggal/Waktu interview : 18November 2015/Pukul 14:16 WIB

KodeInforman :ME

Kode Interviewer :DAR

I. IDENTITAS DIRI

8. Nama (Inisial) :DAR

9. Alamat :DukuhKarangsengon, DesaSidoharjo

10. Usia :29 Tahun

11. Jabatan di Desa :Kamituwo

12. JenisKelamin :Laki-laki

13. Pekerjaan :Fotografer

14. RiwayatPendidikan :- SDN Krebet 4

- SMP 1 Jambon

- SMA 1...

- Pernah kuliah di UNMER Ponorogo

Hasil Observasi

Kondisitempatwawancara Wawancara berlangsung di Kantor

Desa Sidoharjo, tepatnya diruang tamu

kantor desa. Karena hari sudah

menunjukkan pukul 14:00 lebih tidak

banyak aktivitas yang ada di Kantor

Desa tersebut. Hanya ada beberapa

perangkat yang ada di situ dan beberapa

tukang yang sibuk membangun kantor

tersebut, karena ada renovasi balai desa,

pada waktu itu.

KeadaanInformansecaraumum Informan adalah warga asli desa

tersebut. Pekerjaan sampingan beliau

sebagai fotografer acara nikahan

maupun foto keluarga. Informan

sekarang dikaruniai satu orang putri

PerilakuInformansecaraumumpadasaat

interview

Informan sangat komunikatif sangat

wawancara dengan peneliti.

Page 77: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

SELF

ME “Begini pak, diluar sana kan banyak yang menyebut desa ini

sebagai “Kampung Idiot” apakah ada keuntungan tersendiri

dengan sebutan tersebut pak?”

DAR “Kalau keuntungan secara pribadi tidak ada mbak, tapi kalau

keuntungan secara lingkungan masyarakat itu memang

wonten, dadosipun tiyang yang awalnya ndak tahu dengan

kondisi wilayah sini otomatis kan sekarang sudah banyak

yang tahu. Keuntungan untuk masyarakat kan wonten warga

yang peduli untuk baksos, bagi pejabat yang tahu dengan

kondisi sini kan ada perhatian seperti itu”.

ME “kalau kerugiannya pak?”

DAR “Kerugiannya nek bagi saya kan sak jane ndak ada, tapi

secara umum mental mbak, artinya ketika tahu kita keluar

kita jalan keluar gitu ada yang nanya, rumahnya mana? Kita

bilang Sidoharjo. Ohh Sidoharjo yang kampung idiot itu to?

Biasanya kan begitu, mental itu kan bisa. Kalau yang sudah

pengalaman punya peduli dengan lingkungan itu kan ndak

masalah. Tapi kalau anak-anak yang muda itu kan biasanya

ya mentalnya agak drop ya malu mungkin. Kan yang awalnya

desa yang bisa dibanggakan akhirnya dengan julukan yang

semacam itu secara otomatis ya nggak tataklah”.

ME “Kalau secara administratif pak, mungkin seperti rekapitulasi

identitas warga masyarakat sendiri pak bagaimana?”

DAR “Ohh kalau itu yang jelas iya mbak, kesulitan dalam

pendataan identitas mereka. Bahkan masyarakat yang tidak

mengalami gangguan seperti itu pun banyak yang tidak

mempunyai kesadaran untuk mengurus akta, KK bahkan

untuk yang sekarangpun banyak yang tidak punya KTP.

Sebenarnya kita sudah bersosialisasi berkali-kali lewat pak

RT, lewat jamaah yasin dan sebagainya tapi mungkin karna

kurang kesadaran masyarakat. Tapi kalau butuh baru mau

mengurus misalkan menikahkan anaknya seperti itu baru

mereka mau mengurus”.

ME “Kalau untuk masuk dalam DPT mereka yang penyandang

tetep masuk dalam DPT atau tidak pak?”

“Kalau yang masih bisa jalan, masih dapat berfikir ya masuk,

tapi yang nemen ya enggak mbak”.

ME “Jadi mereka yang walaupun secara administrasi masuk tapi

kalau mereka dalam kategori berat gak dimasukkan dalam

DPT pak?”

DAR “Enggak mbak, nggak dapat. Walaupun salah satu tolak ukur

keberhasilan Pemilu itu, ramai banyak yang datang dan

antusias, tapi kalau mereka yang sama sekali nggak bisa apa-

apa kalau dimasukkan ya bingung. Kalau yang bisa jalan

tetep masuk”.

ME “Bagaimana bapak memahami dan memakanai keadaan yang

ada di desa ini pak?”

Page 78: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

DAR “Kalau menurut beberapa ulama memang itu sebagai

hukuman dari Tuhan, karena dulunya berani sama orang tua,

sehingga seperti itu. Kalau secara umum menurut cerita dulu

pas jaman tikus itu kan semua bahan makanan semua

tanaman dihabiskan tikus itu. Jadi makanan yang dimakan

setiap hari itu jauh dari gizi, pada waktu itu pun jauh dari

pelayanan kesehatan, ada tapi jauh di Sumoroto sana, dan

banyak masyarakat yang tidak bisa menjangkaunya. Tapi

setelah ada penelitian dari dinas kesehatan Surabaya itu

katanya kandungan airnya 0 (nol) yodium, jadi banyak

masyarakatnya yang kekurangan zat yodium tersebut”.

Page 79: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

TRANSKRIP

Masyarakat di Luar “Kampung Idiot”

“Identity”

NO. INFORMAN USIA IDENTITY

1. INA 40 Tahun “Faktor keterbelakangan ekonomi lo mbak, bisa karna kurang gizi juga akhirnya

produknya orang-orang seperti itu. Itu juga karna faktor keturunan juga kan mbak,

incest juga karna kan anu to mbak yo wes sak klupek kuwi gak mau keluar dari

komunitas itu. Enek e yo kuwi, idiot karo idiot oleh e anak akhir e idiot”.

2. WAN 35 Tahun “Disana itu kejadiannya turun-temurun to, disana itu letaknya di daerah Jambonlah.

Di Sidoharjo Jambon itu, ya turun-temurun itu waktu dulu yo sudah ada yang

dikatakan kampung idiot dadi disana itu ya turun-temurun aja. Penyebab yang pasti

itu tidak ada yang pasti ya dari nennek moyang aja, sejak dulu memang kampung itu

terjadi terus sampek saat ini. Kalau soal perkawinan sedarah saya tidak percaya, ya

itu karna yang maha kuasa saja, ya katakanlah kalau ada seperti itu tidak benar ya

kabar angin saja. Ya mungkin ada kesalahan aja di daerah situ, ada langgaran di

desa itu aja, kayak pantanganlah jadi terjadi juga sampek saat ini. Misalnya tidak

boleh makan ini, atau tidak boleh bersih-bersih di disana kan ada kayak pemakaman

yang tidak boleh dibersihkan, akhirnya dibersihkan ya akhirnya terjadi seperti itu.

Jadi pantangannya kayak gitu”.

3. ENA 25 Tahun “Kalau saya denger-denger dari sananya sih katanya kutukan, walaupun saya tidak

terlalu percaya. Tapi kalau menurut saya karena takdirnya dari yang diatas seperti

itu. Hee.hee.. Iya mungkin bisa juga kutukan itu tadi mbak, kan itu satu kampung

kebanyakan seperti itu kan mbak, sehingga banyak yang menyebutnya Kampung

Idiot. Tapi sekarang berkurang karena diberdayakan dipekerjakan setiap harinya itu

semakin berkurang”.

4. YAH 50 Tahun “Pokok e iku keturunan, aku yo ra tek paham lo, poko e sak kampung iku idiot

kabeh soko keturunan. Mbah-mbah e buyute mbiyen iku ngono kuwi, soko lek rabi

opo ngono ngono lo. Aku ngerti desane kuwi sak kampung idiot kabeh. Mergo aku

tahu mborong jeruk neng kono mbiyen, omahe pinggir alas-alas ngono kuwi, padas-

Page 80: Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/31845/8/RizaDian_Lampiran.pdf · ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI STIGMA MASYARAKAT PONOROGO... RIZA DIAN A

padas ngono kuwi. Tunggal darah lah iso ngono kuwi, dadi keturunanne idiot

kabeh”.