BAB I PENDAHULUAN · 2020. 4. 8. · BAB I PENDAHULUAN A. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan...

48
1 BAB I PENDAHULUAN A. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan 1. Maksud Penyusunan Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan (SAP, 2010). Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektifitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Keuangan Inspektorat Kabupaten Wonogiri disusun untuk menyediakan informasi mengenai Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan selama satu periode pelaporan. Inspektorat Kabupaten Wonogiri selaku entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan : a. Akuntabilitas Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik. b. Manajemen Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga

Transcript of BAB I PENDAHULUAN · 2020. 4. 8. · BAB I PENDAHULUAN A. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan...

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan

    1. Maksud Penyusunan Laporan Keuangan

    Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai

    posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas

    pelaporan (SAP, 2010). Laporan keuangan terutama digunakan untuk

    membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer dengan anggaran

    yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektifitas

    dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan

    ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.

    Laporan Keuangan Inspektorat Kabupaten Wonogiri disusun untuk

    menyediakan informasi mengenai Laporan Realisasi Anggaran, Laporan

    Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca dan Catatan atas

    Laporan Keuangan selama satu periode pelaporan.

    Inspektorat Kabupaten Wonogiri selaku entitas pelaporan

    mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah

    dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara

    sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk

    kepentingan :

    a. Akuntabilitas

    Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta

    pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan

    dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.

    b. Manajemen

    Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan

    suatu entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga

  • 2

    memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian

    atas seluruh aset, kewajiban dan ekuitas dana.

    c. Transparansi

    Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada

    masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki

    hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas

    pertanggungjawaban Inspektorat Kabupaten Wonogiri dalam

    pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan

    ketaatannya pada peraturan perundangan.

    2. Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan

    Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi

    mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, saldo anggaran lebih, arus

    kas, hasil operasi, dan perubahan ekuitas suatu entitas pelaporan yang

    bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi

    keputusan mengenai alokasi sumber daya (SAP, 2010).

    Pelaporan keuangan Inspektorat Kabupaten Wonogiri menyajikan

    informasi yang bermanfaat bagi para pengguna anggaran dalam menilai

    akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial

    maupun politik dengan :

    a. Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh

    sumber daya ekonomi dan alokasinya telah sesuai dengan anggaran

    yang ditetapkan dan peraturan perundang-undangan.

    b. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang

    digunakan dalam entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah

    dicapai.

    c. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan

    mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya.

  • 3

    d. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas

    pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya.

    e. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas

    pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai

    akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.

    Komponen laporan keuangan Inspektorat Kabupaten Wonogiri

    terdiri dari :

    a. Laporan Realisasi Anggaran

    b. Laporan Operasional

    c. Laporan Perubahan Ekuitas

    d. Neraca

    e. Catatan atas Laporan Keuangan

    Laporan Realisasi Anggaran

    Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi,

    dan penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh Inspektorat

    Kabupaten Wonogiri dalam satu periode pelaporan. Tujuan pelaporan

    realisasi anggaran untuk memberikan informasi tentang realisasi dan

    anggaran secara tersanding. Penyandingan antara anggaran dengan

    realisasinya menunjukkan tingkat ketercapaian target-target yang telah

    disepakati antara eksekutif dengan legislatif sesuai peraturan perundang-

    undangan (SAP, 2010). Laporan realisasi anggaran menyajikan sekurang-

    kurangnya unsur-unsur sebagai berikut :

    a. Pendapatan

    b. Belanja

    c. Transfer

    d. Surplus/defisit

    e. Pembiayaan

  • 4

    f. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran

    Laporan Operasional

    Laporan Operasional menyajikan informasi mengenai seluruh

    kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan yang tercermin dalam

    pendapatan - LO, beban dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas

    pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya.

    Pengguna laporan membutuhkan Laporan Operasional dalam

    mengevaluasi pendapatan - LO dan beban untuk menjalankan suatu unit

    atau seluruh entitas pemerintahan. Laporan Operasional menyediakan

    informasi :

    a. mengenai besarnya beban yang harus ditanggung oleh pemerintah

    untuk menjalankan pelayanan;

    b. mengenai operasi keuangan secara menyeluruh yang berguna dalam

    mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi, efektivitas, dan

    kehematan perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi;

    c. yang berguna dalam memprediksi pendapatan - LO yang akan

    diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah pusat dan daerah

    dalam periode mendatang dengan cara menyajikan laporan secara

    komparatif;

    d. mengenai penurunan ekuitas (bila defisit operasional), dan

    peningkatan ekuitas (bila surplus operasional).

    Laporan Perubahan Ekuitas

    Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi mengenai

    perubahan ekuitas yang terdiri dari Ekuitas Awal, Surplus/Defisit - LO

    pada periode bersangkutan, Koreksi-Koreksi yang langsung

    menambah/mengurangi ekuitas, yang antara lain berasal dari dampak

  • 5

    kumulatif yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi dan

    koreksi kesalahan mendasar, misalnya koreksi kesalahan mendasar dari

    persediaan yang terjadi pada periode-periode sebelumnya atau

    perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap, serta Ekuitas Akhir.

    Neraca

    Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas

    pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal

    tertentu (SAP, 2010). Setiap entitas pelaporan mengklasifikasikan asetnya

    dalam aset lancar dan non lancar serta mengklasifikasikan kewajibannya

    menjadi kewajiban jangka pendek dan jangka panjang dalam neraca.

    Setiap entitas pelaporan mengungkapkan setiap pos aset dan kewajiban

    yang mencakup jumlah jumlah yang diharapkan dapat diterima atau

    dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan dan

    jumlah-jumlah yang diharapkan akan diterima atau dibayar dalam waktu

    lebih dari 12 (dua belas) bulan.

    Neraca mencantumkan sekurang-kurangnya pos-pos berikut :

    a. Aset Lancar

    b. Aset Tetap

    c. Aset Lainnya

    d. Kewajiban Jangka Pendek

    e. Kewajiban Jangka Panjang

    f. Ekuitas Dana Lancar

    g. Ekuitas Dana Investasi

  • 6

    Catatan atas Laporan Keuangan

    Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan penjelasan-penjelasan

    naratif, analisis atau daftar terinci atas nilai suatu pos yang disajikan

    dalam laporan realisasi anggaran dan neraca. Catatan atas Laporan

    Keuangan sekurang-kurangnya disajikan dengan susunan sebagai berikut

    :

    a. Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro,

    pencapaian target Peraturan Daerah Anggaran Pendapatan dan

    Belanja Daerah, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam

    pencapaian target.

    b. Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan.

    Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-

    kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-

    transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya.

    B. Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan

    1. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

    Pemerintahan Berbasis Akrual;

    2. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

    Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005

    Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

    4578);

    3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang

    Milik Negara/Daerah ;

    4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan

    dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia

  • 7

    Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik indonesia

    Nomor 4614);

    5. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang

    Negara/ Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

    Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

    4738);

    6. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

    Pemerintahan Berbasis Akrual;

    7. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan

    Barang/Jasa Pemerintah;

    8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

    Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimanan telah diubah beberapa kali

    terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011

    tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

    13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

    9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman

    Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah;

    10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang

    Penerapan SAP Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah;

    11. Permendagri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengeloaan

    Barang Milik Daerah;

    12. Peraturan Bupati Wonogiri Nomor 34 Tahun 2014 tentang Kebijakan

    Akuntansi Pemerintah Kabupaten Wonogiri;

    13. Peraturan Bupati Wonogiri Nomor 35 Tahun 2014 tentang Sistem

    Akuntansi Pemerintah Kabupaten Wonogiri;

    14. Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 8 Tahun 2019 tentang

    Perubahan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Kabupaten

  • 8

    Wonogiri Tahun Anggaran 2019 (Lembaran Daerah Kabupaten Wonogiri

    Tahun 2019 Nomor 8);

    15. Peraturan Bupati Wonogiri Nomor 47 Tahun 2019 tentang Penjabaran

    Perubahan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Kabupaten

    Wonogiri Tahun Anggaran 2019 (Berita Daerah Kabupaten Wonogiri

    Tahun 2019 Nomor 47).

    C. Sistematika Penulisan Catatan atas Laporan Keuangan

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Mak

    sud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan

    B. Lan

    dasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan

    C. Sist

    ematika Penulisan Catatan atas Laporan Keuangan

    BAB II KEBIJAKAN KEUANGAN DAN PENCAPAIAN TARGET KINERJA

    APBD

    A. Ekonomi Makro

    B. Kebijakan Keuangan

    C. Indikator Pencapaian Target Kinerja APBD

    BAB III IKHTISAR CAPAIAN TARGET KINERJA KEUANGAN

    A. Ikhtisar Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan

    B. Hambatan dan Kendala yang Ada dalam Pencapaian Target

    yang Telah Ditetapkan

    BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI

    A. Entitas Pelaporan Keuangan Daerah dan Basis Akuntansi yang

    Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan

  • 9

    B. Akuntansi Pendapatan

    C. Akuntansi Belanja

    D. Akuntansi Beban

    E. Pengakuan Aset Tetap dan Kapitalisasi Pengeluaran

    BAB V PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN.

    A. Pe

    njelasan Pos - Pos Laporan Realisasi Anggaran

    B. Pe

    njelasan Pos - Pos Laporan Operasional

    C. Pe

    njelasan Pos - Pos Laporan Perubahan Ekuitas

    D. Pe

    njelasan Pos - Pos Neraca

    BAB VI PENGUNGKAPAN LAINNYA, INFORMASI NON KEUANGAN

    A. Or

    ganisasi

    B. Ke

    bijakan

    C. Str

    uktur Kepegawaian / SDM

    BAB VII PENUTUP

  • 10

    BAB II

    KEBIJAKAN KEUANGAN

    DAN PENCAPAIAN TARGET KINERJA ABPD

    A. Ekonomi Makro

    Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator ekonomi

    makro untuk menilai seberapa jauh keberhasilan pembangunan di suatu

    wilayah selama periode tertentu. Indikator ini dapat digunakan untuk

    menentukan arah kebijakan pembangunan yang akan datang. Agar indikator

    ini menunjukkan peningkatan kapasitas produksi secara riil, pengukuran

    pertumbuhan ekonomi menggunakan PDRB atas dasar harga konstan.

    Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonogiri sebesar 5,14

    persen di Tahun 2019. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kegiatan

    perekonomian Kabupaten Wonogiri pada lapangan usaha jasa perusahaan

    yang mengalami peningkatan dari 6,35 menjadi sebesar 9,64 persen,

    sedangkan secara keseluruhan pertumbuhan ini sedikit melambat

    dibandingkan dua tahun sebelumnya yang mampu mencatat pertumbuhan

    sebesar 5,41 persen pada Tahun 2018 dan 5,32 persen pada Tahun 2017

    (Sumber Kantor BPS Kabupaten Wonogiri).

    Pengawasan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dan

    strategis dalam manajemen pemerintahan yang perlu dioptimalkan perannya

    dalam mendukung kelancaran dan ketepatan dalam penyelenggaraan tugas-

    tugas umum dan pembangunan guna mendukung terselenggaranya sistem

    pemerintahan yang baik.

    Tujuan pengawasan dimaksudkan sebagai fungsi kontrol agar

    pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan dapat dilakukan

    secara tertib berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

  • 11

    sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan serta sesuai prinsip efisien,

    efektif dan ekonomis, sebagaimana fungsi manajemen pemerintahan dan

    pembangunan. Inspektorat Kabupaten Wonogiri mempunyai tugas pokok

    membantu Bupati membina dan mengawasi pelaksanaan urusan

    pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuan oleh

    Pemerintah Daerah.

    Dalam Tahun Anggaran 2019, Inspektorat Kabupaten Wonogiri

    mendapatkan alokasi dana sebesar Rp 8.844.124.714,00 atau 0,33 % dari

    APBD Kabupaten Wonogiri sebesar Rp. 2.701.270.644.257,72 Sesuai

    dengan Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) Tahun 2019,

    pelaksanaan pengawasan oleh Inspektorat Kabupaten Wonogiri meliputi

    Audit Reguler 24 Obrik realisasi 27 Obrik (112,50%), Audit Kasus/Aduan

    Masyarakat 8 Aduan terealisasi 19 Aduan (237,50%) dan Audit pada

    Pemerintahan Desa/Kelurahan 48 obrik tereaIisasi 66 obrik (137,50%).

    B. Kebijakan Keuangan

    Kebijakan Umum Pengelolaan Keuangan Daerah telah dituangkan

    dalam Nota Kesepakatan antara Pemerintah Kabupaten Wonogiri dengan

    DPRD Kabupaten Wonogiri tanggal 25 Juli 2019 Nomor : 14/KSB/2019 dan

    Nomor : 05/KSB/2019 tentang Kebijakan Umum Perubahan Anggaran

    Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Wonogiri Tahun Anggaran 2019

    di jadikan acuan dalam penyusunan APBD TA 2019.

    Kebijakan Umum Anggaran terdiri dari Kebijakan Pendapatan,

    Kebijakan Belanja Daerah dan Kebijakan Pembiayaan Daerah.

    1. Kebijakan Anggaran Pendapatan Daerah, yaitu :

    a. Pajak Daerah yang meliputi : peningkatan pelayanan pajak daerah,

    peningkatan law enforcement (penagihan pajak dengan surat paksa),

    Intensifikasi pajak daerah dan ekstenfikasi pajak daerah;

  • 12

    b. Retribusi Daerah

    c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dan lain – lain

    Pendapatan Asli Daerah Yang Sah;

    d. Kebijakan Dana Perimbangan;

    e. Kebijakan Lain – lain Pendapatan Daerah yang Sah.

    2. Kebijakan Umum Belanja Daerah :

    Dengan berpedoman pada prinsip – prinsip penganggaran,

    belanja daerah Tahun Anggaran 2019 disusun dengan pendekatan

    anggaran berbasis kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari

    input yang direncanakan. Belanja daerah Tahun 2019 akan

    dipergunakan untuk mendanai pelaksanaan urusan pemerintah yang

    menjadi kewenangan Kabupaten, yang terdiri dari urusan wajib dan

    urusan pilihan yaitu meliputi :

    a. Belanja daerah diprioritaskan untuk mendanai belanja yang bersifat

    mengikat dan belanja yang bersifat wajib untuk terjaminnya

    kelangsungan pemenuhan pelayanan dasar masyarakat sesuai

    dengan kebutuhan anggaran tahun 2019;

    b. Belanja dialokasikan untuk memenuhi urusan wajib yang berkaitan

    dengan pelayanan dasar, urusan pemerintahan non pelayanan

    dasar,

    pilihan dan fungsi penunjang urusan pemerintahan yang menjadi

    kewenangan daerah untuk mengentaskan kemiskinan dan

    mengurangi pengangguran;

    c. Pembangunan dan penigkatan infrasturktur jalan dan jembatan

    dengan cara membangun satu ruas tuntas;

    d. Pemeliharaan jalan dan jembatan secara rutin dan berkala untuk

    mempertahankan kondisi jalan yang baik;

  • 13

    e. Pembangunan sarana dan prasarana pasar tradisional sebagai akses

    dan interaksi ekonomi masyarakat dalam rangka pemasaran produk

    lokal pertanian dan hasil kerajinan tangan;

    f. Dalam rangka menuju program gratis berkualitas, belanja daerah

    dianggarkan untuk pendidikan gratis berkualitas dan peningkatan

    kualitas guru tidak tetap (GTT), PPT dan pemberian beasiswa kepada

    siswa miskin dan siswa berprestasi;

    g. Dalam rangka menuju program Wonogiri sehat, belanja daerah

    dianggarkan untuk peningkatan sumber daya manusia tenaga

    kesehatan, peningkatan pelayanan dan pembangunan / rehabilitasi

    sarana dan prasarana kesehatan;

    h. Dalam rangka meningkatkan pendapatan petani dan menjaga

    ketahanan pangan, program pertanian diprioritaskan untuk

    penyediaan pupuk bagi petani secara lancar dan tersedia,

    pengembangan sentra tanaman pertanian, penyediaan alat mesin

    pertanian dan pembangunan jaringan irigasi pertanian;

    i. Pengembangan destinasi wisata dengan peningkatan sarana dan

    prasarana kepariwisataan;

    j. Program penataan lingkungan perkotaan dengan membangun tempat

    fasilitas publik baik taman, trotoar dan lampu keindahan kota;

    k. Penanganan air bersih khususnya di wilayah Wonogiri bagian selatan,

    dengan penyediaan sumber air bersih yang permanen bagi

    masyarakat;

    l. Meningkatkan stabilitas keamanan dan ketenteraman agar dapat

    terkendali dan terkelola dengan baik sehingga aktivitas sosial ekonomi

    dapat berjalan dengan kondusif.

  • 14

    3. Kebijakan Pembiayaan Daerah yaitu :

    Pembiayaan merupakan transaksi keuangan yang dimaksudkan untuk

    menutupi defisit anggaran yang disebabkan oleh lebih besarnya belanja

    daerah dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh atau

    memanfaatkan surplus karena anggaran pendapatan lebih besar dari

    anggaran belanja. Kebijakan Pembiayaan Daerah terdiri dari :

    1. Kebijakan Penerimaan Pembiayaan meliputi :

    a. Defisit anggaran diproyeksikan untuk tidak melebihi batas

    maksimal yang diperbolehkan yaitu maksimal 4,5 % dari

    pendapatan daerah dan pada batas aman untuk bisa dicukupi dari

    pos pembiayaan;

    b. Penerimaan pembiayaan hanya baru dapat diproyeksikan berasal

    dari penerimaan piutang dan SILPA tahun sebelumnya;

    c. Mengalokasikan pembiayaan penerimaan dari SILPA tahun yang

    lalu untuk menutupi defisit dan atau defisit yang terjadi agar dalam

    pembahasan rancangan peraturan daerah tentang APBD Tahun

    Anggaran 2019 untuk disesuaikan dengan kemampuan keuangan

    daerah.

    2. Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan meliputi :

    a. Merevitalisasi dan merestrukturisasi kinerja Badan Usaha Milik

    Daerah (BUMD) dan pendayagunaan kekayaan milik daerah

    yang dipisahkan dalam rangka efisiensi pengeluaran

    pembiayaan termasuk kajian terhadap kelayakan BUMD;

    b. Penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah dan pemberian

    pinjaman manakala terjadi surplus anggaran;

    c. Pinjaman daerah dan obligasi daerah dapat dilakukan sesuai

    dengan peraturan perundang undangan yang berlaku apabila

  • 15

    anggaran yang tersedia dalam APBD / Perubahan APBD tidak

    mencukupi;

    d. Pengeluaran pembiayaan di proyeksikan untuk pengeluaran

    pembangunan dan investasi daerah secara selektif.

  • 16

    C. Indikator Pencapaian Target Kinerja APBD Tahun 2019.

    Tabel 2.1.

    Realisasi Indikator Kinerja per Sasaran Strategis

    SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

    Meningkatnya Efektivitas

    SPIP

    IK Sasaran :

    Maturitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)

    2

    3

    150,00%

    IK Kegiatan :

    Jumlah Laporan Evaluasi dan/atau Asistensi SPIP OPD 1 1 100,00

    Meningkatnya Akuntabilitas

    Keuangan dan Akuntabilitas

    Kinerja Pemerintah

    Kabupaten

    IK Sasaran :

    Opini BPK

    WTP

    -

    -

    IK Kegiatan :

    1.

    2.

    3.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    Jumlah Laporan Hasil Pengawasan Internal Secara Berkala

    Jumlah Laporan Hasil Reviu Laporan Keuangan Pemkab

    Jumlah Laporan Hasil Pengawasan Internal Secara Berkala

    Pada Desa/Kelurahan

    Jumlah Hasil Pengawasan dan Pengendalian Kepegawaian

    Jumlah Laporan Hasil Pengawasan Khusus/Kasus/Lainnya

    Jumlah Laporan Asistensi Penyusunan Laporan Keuangan dan

    Aset

    Jumlah Laporan Hasil Reviu Dokumen Perencanaan

    Laporan Saber Pungli

    24

    1

    48

    13

    13

    4

    31

    1

    27

    1

    66

    13

    49

    4

    33

    1

    112,50%

    100,00%

    137,50%

    100,00%

    376,92%

    100,00%

    106,45%

    100,00%

  • 17

    IK Sasaran :

    Hasil Evaluasi AKIP Kabupaten

    IK Kegiatan :

    B

    BB

    -

    1.

    2.

    Jumlah Laporan Hasil Evaluasi LKj IP OPD

    lLaporan Hasil Reviu LKj IP Pemda

    24

    1

    36

    1

    150,00%

    100,00

    Meningkatnya Efektivitas

    Tindak Lanjut Rekomendasi

    Hasil Pengawasan

    IK Sasaran :

    Persentase Penyelesaian Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil

    Pengawasan Aparat Pengawas Fungsional, baik APIP maupun APEP

    IK Kegiatan :

    90,00%

    96,66%

    107,40%

    1.

    2.

    3.

    Jumlah LHA yang Dipantau Tindak Lanjutnya

    Frekuensi Kegiatan Rakor dan Pemutakhiran

    Simwas HP.

    50

    10

    2

    50

    10

    2

    100,00%

    100,00

    100,00

    Kapabilitas Aparat Pengawas

    Intern Pemerintah

    IK Sasaran :

    Kapabilitas APIP Level 3

    1. Jumlah Auditor yang Dinilai Angka Kreditnya

    2

    19

    3 (DC)

    16

    150 %

    84,21%

  • 18

    2.

    Jumlah Auditor dan Aparatur Pengawasan yang Mengikuti

    Bintek/Kursus Singkat/Pelatihan/Sosialisasi

    47

    39

    82,98%

    3. Jumlah PKPT yang Disusun 1 1 100,00%

  • 19

    BAB III

    IKHTISAR CAPAIAN TARGET KINERJA KEUANGAN

    A. Ikhtisar Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan

    Indikator pencapaian target APBD Tahun Anggaran 2019 adalah sebagai

    berikut :

    Tabel 3.1. Realisasi APBD TA. 2019

    No APBD Anggaran Realisasi % Target Naik/Turun/

    Hemat

    1 Pendapatan - - - - -

    2 Belanja 8.844.124.714 6.576.991.598 74,37 -

    Turun

    (dibandingkan

    Capaian TA

    2018)

    Belanja

    Belanja Inspektorat Kabupaten Wonogiri Tahun Anggaran 2019 ditetapkan

    sebesar Rp 8.844.124.714,00 dengan realisasi sebesar Rp

    6.576.991.598,00. Adapun rincian dari belanja tersebut adalah sebagai

    berikut :

    2. Belanja Tidak Langsung

    Jumlah Pagu Anggaran Belanja Tidak Langsung adalah

    Rp 6.897.158.714,00 dengan realisasi sebesar Rp 5.028.093.574,00

    atau 72,90 %, yang meliputi Belanja Gaji dan Tunjangan serta

    Tambahan Penghasilan PNS.

    3. Belanja Langsung

    Jumlah Pagu Anggaran Belanja Langsung adalah Rp 1.946.966.000,00

    dengan realisasi sebesar Rp 1.548.898.024,00 atau 79,55 %, yang

    meliputi belanja untuk 5 (Lima) program sebagai berikut :

  • 20

    Tabel 3.2. Realisasi Anggaran per Program

    B. Hambatan dan Kendala yang Ada dalam Pencapaian Target yang Telah

    Ditetapkan

    Berdasarkan pada analisa permasalahan yang dilakukan atas

    keseluruhan program dan kegiatan seIama Tahun Anggaran 2019 dari sisi

    sistem dan prosedur administrasi keuangan, maka dapat dirumuskan

    hambatan dan kendala yang dihadapi sebagai berikut :

    1. Terbatasnya Struktur / jumlah pejabat pengawas (eselon IV) pada

    Inspektorat Kabupaten Wonogiri, untuk mengelola anggaran yaitu hanya

    sebanyak 3 (tiga) orang. 1 (satu) orang sebagai PPK dan 2 (dua) orang

    sebagai PPTK;

    2. Terdapat kekosongan beberapa jabatan struktural sebanyak (4 orang),

    baru terisi pada bulan Juli 2019 dan adanya 2 orang Auditor yang

    pensiun, yang berdampak pada kurang optimalnya pelaksanaan

    kegiatan;

    3. Terdapat beberapa kegiatan yang mendapat tambahan anggaran pada

    APBD Perubahan TA. 2019, antara lain : Kegiatan Bintek/Kursus

    No Uraian Program Anggaran

    (Rp)

    Realisasi

    (Rp)

    Sisa

    (Rp)

    1 Pelayanan Administrasi Perkantoran 449.300.000 395.025.314 54.274.686

    2 Peningkatan Sarana & Prasarana

    Aparatur 224.000.000 213.451.052 10.548.948

    3 Program Peningkatan Kapasitas

    Sumber Daya Aparatur 50.000.000 35.498.250 14.501.750

    4 Peningkatan Profesionalisme Tenaga

    Pemeriksa dan Aparatur Pengawasan 8.000.000 6.791.800 1.208.200

    5 Peningkatan Sistem Pengawasan &

    Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan

    KDH

    1.215.666.000 898.131.608 317.534.392

  • 21

    Singkat/Pelatihan/Sosialisasi, sehingga penyerapannya kurang maksimal

    karena keterbatasan waktu;

    4. Keterbatasan kualitas dan kuantitas SDM Pengawasan yang ada pada

    Inspektorat Kabupaten Wonogiri.

  • 22

    BAB IV

    KEBIJAKAN AKUNTANSI

    A. Entitas Pelaporan Keuangan Daerah dan Basis Akuntansi yang

    Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan

    Entitas Pelaporan adalah unit Pemerintahan Daerah yang terdiri

    dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan

    perundang-undangan wajib menyampaikan Laporan Keuangan. Sebagai

    entitas pelaporan adalah Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang

    dalam hal ini adalah Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD)

    Kabupaten Wonogiri. Sedangkan entitas akuntansi adalah unit pemerintahan

    Pengguna Anggaran/Pengguna Barang dan oleh karenanya wajib

    menyelenggarakan akuntansi dan menyusun Laporan Keuangan untuk

    digabungkan pada entitas pelaporan.

    Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Wonogiri disajikan

    dengan mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintah yang telah ditetapkan

    dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 dan Peraturan Bupati

    Nomor 34 Tahun 2014 dan Perubahannya Tentang Kebijakan Akuntansi

    Pemerintah Kabupaten Wonogiri.

    Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan

    pamerintah daerah yaitu basis akrual. Namun dalam hal anggaran disusun

    dan dilaksanakan berdasar basis kas, maka LRA disusun berdasarkan basis

    kas.

  • 23

    B. Akuntansi Pendapatan

    1. Pendapatan LRA

    Pendapatan diakui pada saat diterima di Rekening Kas Umum

    Daerah, diterima oleh SKPD, atau diterima entitas lain di luar

    pemerintah daerah atas nama BUD.

    Akuntansi Pendapatan LRA dilaksanakan berdasarkan azas

    bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak

    mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan

    pengeluaran).

    Pendapatan LRA disajikan pada Laporan Realisasi Anggaran

    dan Laporan Arus Kas. Pendapatan LRA disajikan dalam mata uang

    rupiah. Apabila penerimaan kas atas pendapatan LRA dalam mata

    uang asing, maka penerimaan tersebut dijabarkan dan dinyatakan

    dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing tersebut

    menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal transaksi.

    2. Pendapatan LO

    Pendapatan LO merupakan hak pemerintah daerah yang

    diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang

    bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali. Pendapatan LO

    merupakan pendapatan yang menjadi tanggung jawab dan wewenang

    entitas pemerintah, baik yang dihasilkan oleh transaksi operasional,

    non operasional, dan pos luar biasa yang meningkatkan ekuitas entitas

    pemerintah.

    Pendapatan LO diakui pada saat timbulnya hak atas

    pendapatan atau saat pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran

    masuk sumber daya ekonomi baik sudah diterima pembayaran secara

    tunai (realized) maupun masih berupa piutang (realizable).

  • 24

    C. Akuntansi Belanja

    Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum

    Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran

    bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh

    Pemerintah Kabupaten Wonogiri.

    Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari rekening Kas

    Umum Daerah Khusus untuk belanja melalui Bendahara Pengeluaran,

    pengakuan terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut

    disyahkan oleh Pengguna Anggaran.

    Pengukuran belanja berdasarkan azas bruto dan diukur

    berdasarkan nilai nominal yang dikeluarkan dan tercantum dalam dokumen

    pengeluaran yang sah.

    D. Akuntansi Beban

    Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban, terjadi konsumsi aset,

    atau terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa. Saat

    timbulnya kewajiban adalah saat terjadinya peralihan hak dari pihak lain ke

    pemerintah tanpa diikuti keluarnya kas dari kas umum daerah. Contoh :

    tagihan rekening telepon dan rekening listrik yang belum dibayar pemerintah.

    Yang dimaksud dengan terjadinya konsumsi aset adalah saat

    pengeluaran kas kepada pihak lain yang tidak didahului timbulnya kewajiban

    dan/atau konsumsi aset non kas dalam kegiatan operasional pemerintah.

    Sedangkan penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa terjadi pada saat

    penurunan nilai aset sehubungan dengan penggunaan aset

    bersangkutan/berlalunya waktu. Contoh penurunan manfaat ekonomi atau

    potensi jasa adalah penyusutan atau amortisasi.

  • 25

    Pengakuan beban pada SKPD :

    1. Beban Pegawai

    Beban pegawai yang pembayarannya melalui mekanisme LS, diakui

    saat diterbitkan SP2D atau pada saat timbulnya kewajiban pemerintah

    daerah (jika terdapat dokumen yang memadai). Beban pegawai yang

    pembayarannya melalui mekanisme UP/GU/TU diakui ketika bukti

    pembayaran beban (misal : bukti pembayaran honor) telah disahkan

    pengguna anggaran.

    2. Beban Barang/Jasa

    Beban Barang merupakan penurunan manfaat ekonomi dalam periode

    pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran

    atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban akibat transaksi

    pengadaan barang dan jasa yang habis pakai, perjalanan dinas,

    pemeliharaan termasuk pembayaran honorarium kegiatan kepada non

    pegawai dan pemberian hadiah atas kegiatan tertentu terkait dengan

    suatu prestasi. Beban barang diakui ketika bukti penerimaan barang

    atau Berita Acara Serah Terima ditandatangani. Dalam hal pada akhir

    tahun masih terdapat barang persediaan yang belum terpakai, maka

    dicatat sebagai pengurang beban.

    3. Pengakuan Beban

    a. Beban dari transaksi non pertukaran diukur sebesar aset yang

    digunakan atau dikeluarkan yang pada saat perolehan tersebut

    diukur dengan nilai wajar.

    b. Beban dari transaksi pertukaran diukur dengan menggunakan

    harga sebenarnya (actual price) yang dibayarkan ataupun yang

    menjadi tagihan sesuai dengan perjanjian yang telah membentuk

    harga.

  • 26

    E. Pengakuan Aset Tetap dan Kapitalisasi Pengeluaran

    Pengakuan aset dan kapitalisasi pengeluaran yang diterapkan

    mengacu pada Peraturan Bupati Wonogiri Nomor 34 Tahun 2014 tentang

    Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Wonogiri, dengan kebijakan

    sebagai berikut :

    1. Kas dan Setara Kas

    Kas dan Setara Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank

    yang setiap saat dapat digunakan untuk membiayai kegiatan

    Pemerintah Kabupaten Wonogiri/investasi jangka pendek yang sangat

    likuid yang siap dicairkan menjadi kas serta bebas dari resiko

    perubahan nilai yang signifikan. Kas juga meliputi seluruh Uang Yang

    Harus Dipertanggungjawabkan (UYHD), saldo simpanan di bank yang

    setiap saat dapat ditarik atau digunakan untuk melakukan pembayaran.

    Dalam pengertian ini juga termasuk setara kas yaitu investasi jangka

    pendek yang sangat likuid yang siap dicairkan menjadi kas.

    2. Piutang

    Piutang adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah

    Daerah dan atau hak Pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan

    uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan

    peraturan perundang-undangan atau akibat lainnya yang sah.

    Piutang diakui pada saat :

    a. Diterbitkannya surat ketetapan;

    b. Telah diterbitkan surat penagihan dan telah dilaksanakan penagihan;

    atau

    c. Belum dilunasi sampai dengan akhir periode pelaporan.

    3. Persediaan

    Persediaan adalah barang yang dijual atau dipakai habis dalam satu

    periode akuntansi.

  • 27

    Pencatatan persediaan dilakukan dengan :

    a. Metode Perpetual, digunakan untuk jenis persediaan obat - obatan,

    yang bersifat continues dan membutuhkan kontrol yang besar;

    b. Metode Periodik, digunakan untuk persediaan yang

    penggunaannya sulit diidentifikasi, diantaranya Alat Tulis Kantor

    (ATK).

    Penilaian Persediaan :

    Persediaan dinilai dengan metode FIFO (First In First Out), harga pokok

    dari barang –barang yang pertama kali dibeli akan menjadi harga

    barang yang digunakan pertama kali, sehingga nilai persediaan akhir

    dihitung dari harga pembelian terakhir.

    4. Investasi Jangka Panjang

    Investasi Jangka Panjang adalah penyertaan modal yang dimaksudkan

    untuk memperoleh manfaat ekonomis dalam jangka waktu lebih dari satu

    periode akuntansi. Pengeluaran Kas dapat diakui sebagai investasi

    apabila memenuhi salah satu kriteria :

    a. Kemungkinan manfaat ekonomik dan

    manfaat sosial atau jasa potensial dimasa yang akan datang atas

    suatu investasi tersebut dapat diperoleh pemerintah;

    b. Nilai perolehan atau nilai wajar investasi

    dapat diukur secara memadai (reliable).

    5. Aset Tetap

    Aset Tetap adalah aktiva berwujud yang mempunyai masa manfaat Iebih

    dari satu periode akuntansi dan digunakan untuk penyelenggaraan

    kegiatan pemerintah dan pelayanan publik. Aktiva Tetap dapat diperoleh

    dari dana yang bersumber dari sebagian atau seluruh APBD melalui

    pembelian, pembangunan, donasi dan pertukaran dengan aktiva lainnya.

  • 28

    6. Penilaian Aset Tetap

    Aset Tetap yang diperoleh bukan dinilai berdasar pada nilai wajar pada

    saat perolehan. Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang

    dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk

    memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi sampai

    dengan aset tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk

    dipergunakan.

    7. Aset Lainnya

    Aset lainnya adalah aktiva yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam

    aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap, Konstruksi Dalam

    Pengerjaan (KDP) dan dana cadangan. Aset Lainnya meliputi aset tak

    berwujud, kemitraan dengan pihak ketiga, kas yang dibatasi

    penggunaannya, dan aset lain - lain.

    8. Kewajiban Jangka Pendek

    Kewajiban Jangka Pendek merupakan kewajiban yang harus dibayar

    kembali atau jatuh tempo daIam 12 bulan setelah tanggal pelaporan.

    Hutang jangka pendek terdiri dari :

    a. Kewajiban Jangka Pendek PPKD : Utang Bunga, Bagian Lancar

    Utang Jangka Panjang, Utang Beban dan Utang Jangka Pendek

    Lainnya;

    b. Kewajiban Jangka Pendek di SKPD : Utang Perhitungan Pihak

    Ketiga (PFK), Pendapatan Diterima Dimuka, Utang Beban dan Utang

    Jangka Pendek Lainnya.

    9. Kewajiban Jangka Panjang

  • 29

    Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai Kewajiban Jangka Panjang jika

    diharapkan dibayar dalam waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah

    tanggal pelaporan.

    Kewajiban Jangka Panjang hanya terdapat di PPKD terdiri dari Hutang

    Dalam Negeri, Hutang Luar Negeri dan Hutang Jangka Panjang lainnya.

    10. Ekuitas

    Ekuitas adalah kekayaan bersih yang merupakan selisih antara jumlah

    aset dengan jumlah Kewajiban Pemerintah pada tanggal pelaporan.

    Ekuitas terdiri dari :

    a. Ekuitas Sisa SAL

    Ekuitas SAL digunakan untuk mencatat akun perantara dalam

    rangka penyusunan Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan

    Perubahan SAL mencakup antara lain Estimasi Pendapatan,

    Estimasi Penerimaan Pembiayaan Apropriasi Belanja, Apropriasi

    Pengeluaran Pembiayaan dan Estimasi Perubahan SAL,

    Surplus/Defisit LRA.

    b. Ekuitas Untuk Dikonsolidasikan

    Ekuitas untuk dikonsolidasikan digunakan untuk mencatat reciprocal

    account untuk kepentingan konsolidasi, yang mencakup antara lain

    Rekening Koran (R/K) PPKD.

  • 30

    BAB V

    PENJELASAN POS - POS LAPORAN KEUANGAN

    Penjelasan Pos - Pos Laporan Realisasi Anggaran

    1. Pendapatan

    Pada Tahun Anggaran 2019 Inspektorat Kabupaten Wonogiri

    tidak mempunyai pendapatan.

    2. BeIanja

    Pada Tahun Anggaran 2019 jumlah total realisasi belanja

    Inspektorat Kabupaten Wonogiri adalah Rp 6.576.991.598,00 atau

    74,37 % dari pagu anggaran sebesar Rp. 8.844.124.714,00,

    dibandingkan dengan realisasi Tahun Anggaran 2018 sebesar

    Rp. 7.047.731.852 mengalami penurunan sebesar Rp. 470.740.254,00

    dengan perincian sebagai berikut :

    Tabel 5.1. Realisasi Anggaran per Kelompok dan Jenis Belanja

    Uraian Pagu Anggaran Realisasi %

    A. Belanja terdiri : 8.844.124.714,00 6.576.991.598,00 74,37

    1. Belanja Operasi : 8.720.124.714,00 6.463.451.098,00 74,12

    a. Belanja Pegawai 7.229.876.714,00 5.285.850.574,00 73,11

    b. Belanja Barang & Jasa

    1.490.248.000,00 1.177.600.524,00 79,02

    2. Belanja Modal 124.000.000 113.540.500 91,56

  • 31

    a. Belanja Operasi :

    Realisasi Belanja Operasi sebesar Rp 6.463.451.098,00 atau 74,12

    % dari pagu anggaran sebesar Rp. 8.720.124.714,00 meliputi

    Belanja Pegawai sebesar Rp 5.285.850.574,00 dan Belanja Barang

    & Jasa sebesar Rp 1.177.600.524,00., dengan rincian sebagai

    berikut :

    1). Belanja Pegawai :

    Realisasi Belanja Pegawai sebesar Rp 5.285.850.574,00 atau

    73,11 % dari pagu anggaran sebesar Rp. 7.229.876.714,00

    dibandingkan dengan realisai Tahun Anggaran 2018

    Rp. 5.682.910.825,00 mengalami penurunan sebesar Rp.

    397.060.251,00 yaitu dengan rincian sebagai berikut :

    Tabel 5.2.

    Realisasi Anggaran per Obyek Belanja Pegawai

    No. Obyek Belanja Pagu Anggaran Realisasi %

    1. Belanja Gaji & Tunjangan

    4.959.597.000,00 3.394.916.874,00 68,45

    2. Belanja Tambahan Penghasilan PNS.

    1.937.561.714,00 1.633.176.700,00 84,29

    3. Uang lembur 6.463.000,00 4.957.000,00 76,70

    4. Belanja Honorarium 326.255.000,00 252.800.000,00 77,49

    2) Belanja Barang dan Jasa, realisasi sebesar Rp 1.177.600.524,00

    atau 79,02 % dari pagu anggaran sebesar Rp. 1.490.248.000,00

    dibandingkan dengan realisasi Tahun Anggaran 2018 sebesar

    Rp. 1.289.579.027,00 mengalami penurunan sebesar

    Rp. 111.978.503,00 yaitu dengan rincian sebagai berikut :

  • 32

    Tabel 5.3.

    Realisasi Anggaran per Obyek Belanja Barang dan Jasa

    No. Obyek Belanja Pagu

    Anggaran Realisasi %

    1. Belanja Bahan Pakai Habis 74.405.000 70.978.850 95,40

    2. Belanja Jasa Kantor 77.015.000 50.902.650 66,09

    3. Belanja Perawatan Kendaraan Bermotor

    90.000.000 84.102.202 93,45

    4. Belanja Cetak dan Penggandaan

    40.224.750 37.862.125 94,13

    5. Belanja Makanan dan Minuman

    64.903.000 55.553.000 85,59

    6. Belanja Perjalanan Dinas 1.071.878.250 825.744.947 77,04

    7. Belanja Pemeliharaan 20.000.000 19.950.000 99,75

    8. Belanja Kursus, Pelatihan, Sosialisasi dan Bimbingan Teknis PNS

    46.274.000 32.506.750 70,25

    b. Belanja Modal :

    Realisasi Belanja Modal sebesar Rp 113.540.500,00 atau 91,56 %

    dari pagu anggaran sebesar Rp. 124.000.000,00 dibandingkan

    dengan realisasi Tahun Anggaran 2018 sebesar Rp. 75.242.000,00

    mengalami kenaikan sebesar Rp. 38.298.500,00 yaitu : dengan

    rincian sebagai berikut :

  • 33

    Tabel 5.4. Realisasi Anggaran per Obyek Belanja Modal

    No. Obyek Belanja Pagu

    Anggaran Realisasi %

    1. Belanja Modal Pengadaan Pendingin Ruangan (AC)

    25.895.000 23.700.500 91,53

    2. Belanja Modal Pengadaan Kipas Angin

    4.105.000 3.960.000 96,47

    3.

    Belanja Modal Pengadaan Komputer Note Book/Laptop/Tablet

    59.095.000 53.395.000 90,35

    4. Belanja Modal Pengadaan Printer

    12.105.000 11.035.000 91,16

    5. Belanja Modal Pengadaan Scanner

    22.800.000 21.450.000 94,08

    A. Penjelasan Pos - Pos Laporan Operasional

    Jumlah Beban Operasi - LO Tahun Anggaran 2019 sebesar

    Rp 6.781.290.853,35 dibandingkan realisasi Tahun Anggaran 2018

    sebesar Rp. 7.087.278.472,64 mengalami penurunan Rp. 305.987.619,29

    atau 4,51 % yaitu terdiri dari :

    1. Beban Pegawai - LO sebesar Rp 5.481.297.774,00 dibandingkan

    realisasi Tahun Anggaran 2018 sebesar Rp. 5.682.910.825,00

    mengalami penurunan Rp. 201.613.051,00 atau 3,68 % yaitu dengan

    rincian sebagai berikut :

  • 34

    Tabel 5.5. Rincian Beban Pegawai - LO

    No. Uraian Jumlah

    1. Beban Gaji dan Tunjangan - LO 3.394.916.874

    2. Beban Tambahan Penghasilan PNS - LO 1.828.623.900

    3. Uang Lembur – LO 4.957.000

    4. Beban Honorarium - LO 252.800.000

    Realisasi Belanja Pegawai dalam LRA sebesar Rp. 5.285.850.574,00,

    sedangkan Ralisasi Beban Pegawai dalam LO sebesar

    Rp. 5.481.297.774,00 terdapat perbedaan sebesar Rp 195.447.200,00

    merupakan hutang Tambahan Penghasilan pada Bulan Desember

    2019 yang dibayarkan pada bulan Januari 2020.

    Beban Persediaan sebesar Rp 69.691.450,00 dibandingkan realisasi

    Tahun Anggaran 2018 sebesar Rp. 71.487.400,00 mengalami

    penurunan Rp. 1.795.950,00 atau 2,58 % yaitu dengan rincian sebagai

    berikut :

    Tabel 5.6. Rincian Beban Persediaan

    No. Uraian Jumlah

    1. Beban Alat Tulis Kantor 54.252.450,00

    2. Beban Alat Listrik & Elektronik 2.412.000,00

    3. Beban Perangko, Materai, dan benda Pos Lainnya

    1.500.000,00

    4. Beban Peralatan Kebersihan & Bahan Pembersih

    2.921.000,00

    5. Beban Pengisian Tabung Pemadam Kebakaran

    450.000,00

    6 Beban Pengisian Tabung Gas 731.000,00

    7 Beban Bahan & Kelengkapan 7.425.000,00

  • 35

    2. Beban Jasa sebesar Rp. 261.357.354,00 dibandingkan realisasi Tahun

    Anggaran 2018 sebesar Rp. 274.681.714,00 mengalami penurunan

    Rp. 13.324.360,00 atau 5,10 % yaitu dengan rincian sebagai berikut :

    Tabel 5.7. Rincian Beban Jasa

    No. Uraian Jumlah

    1. Beban Jasa Kantor 47.143.777,00

    2. Beban Perawatan Kendaraan Bermotor 84.102.202,00

    3. Beban Cetak & Penggandaan 38.051.625,00

    4. Beban Makanan & Minuman 55.553.000

    5. Beban Kursus, Pelatihan, Sosialisasi & Bintek

    32.506.750,00

    6 Beban Tenaga Ahli 4.000.000,00

    3. Beban Perjalanan Dinas sebesar Rp. 825.744.947,00 dibandingkan

    realisasi Tahun Anggaran 2018 sebesar Rp. 925.287.761,00 mengalami

    penurunan Rp. 99.542.814,00 atau 12,05 % yaitu dengan rincian sebagai

    berikut :

    Tabel 5.8. Rincian Beban Perjalanan Dinas

    No. Uraian Jumlah

    1. Beban Perjalanan Dinas Dalam Daerah 543.478.787,00

    2. Beban Perjalanan Dinas Luar Daerah 282.266.160,00

    4. Beban Pemeliharaan sebesar Rp. 19.950.000,00 dibandingkan

    realisasi Tahun Anggaran 2018 sebesar Rp. 19.997.850,00

    mengalami penurunan Rp. 47.850,00 atau 0,24 % yaitu merupakan

    beban pemeliharaan peralatan dan Mesin.

  • 36

    5. Beban Penyusutan dan Amortisasi sebesar Rp. 123.249.328,35

    dibandingkan realisasi Tahun Anggaran 2018 sebesar

    Rp. 112.912.922,64 mengalami kenaikan Rp. 10.336.405,71 atau

    8,39 % yaitu dengan rincian sebagai berikut :

    Tabel 5.9. Rincian Beban Penyusutan Dan Amortisasi

    No. Uraian Jumlah

    1. Beban Penyusutan Alat Angkutan 44.866.651,14

    2. Beban Penyusutan Alat Kantor & Rumah Tangga

    15.351.542,50

    3. Beban Penyusutan Alat Studio, Komunikasi dan Pemancar

    11.878.525,00

    4. Beban Penyusutan Komputer 40.589.750,00

    5. Beban Penyusutan Bangunan Gedung 10.562.859,71

    Realisasi Belanja Barang dan Jasa dalam LRA dengan Realisasi Beban

    Barang dan Jasa dalam LO secara keseluruhan mengalami selisih

    sebesar = Rp 1.177.600.524,00 – Rp 1.176.743.751,00

    = Rp 856.773,00. Perbedaan LRA dan LO disebabkan karena

    penerapan penghitungan berbasis akrual terhadap beberapa rekening

    belanja, yaitu :

    a) Belanja Alat Tulis Kantor dengan Beban Alat Tulis Kantor mengalami

    selisih = 55.539.850,00 – 54.252.450,00 =

    (Rp1.287.400,00), dengan penjelasan sebagai berikut :

    Persediaan awal ATK (sisa saldo TA. 2018) 720.600,00

    Belanja Alat Tulis Kantor - LRA 55.539.850,00 +

    Jumlah Persediaan ATK 56.260.450,00

    Stock Opname sisa ATK per 31 Des. 2019 2.008.000,00 -

    Beban Persediaan ATK - LO 54.252.450,00

  • 37

    b) Belanja Cetak dengan Beban Cetak mengalami selisih =

    15.757.200,00 – 15.946.700,00 = (Rp 189.500,00) dengan

    penjelasan sebagai berikut :

    Persediaan awal Barang Cetakan (sisa saldo TA. 2018) 575.000,00

    Belanja Cetak - LRA 15.757.200,00+

    Jumlah Persediaan Barang Cetakan 16.332.200,00

    Stock Opname sisa Barang Cetakan per 31 Des. 2019 385.500,00 -

    Beban Cetak - LO 15.946.700,00

    c) Belanja Telepon, Air, Listrik, dan Internet dengan Beban Telepon,

    Air, Listrik, dan Internet mengalami selisih = 28.987.350,00 –

    29.228.477,00 = 758.873,00 dikarenakan tagihan bulan

    Desember dibayarkan pada tahun berikutnya, dengan penjelasan

    sebagai berikut :

    Belanja Telepon, Air, Listrik, Internet – LRA 28.987.350,00

    Beban TA. 2018 dibayar TA. 2019 2.530.406,00 -

    26.456.944,00

    Beban TA. 2019 dibayar TA. 2020 2.771.533,00 +

    Beban Telepon, Air, Listrik, Internet - LO 29.228.477,00

    B. Penjelasan Pos - Pos Laporan Perubahan Ekuitas

    Ekuitas awal pada Laporan Perubahan Ekuitas sebesar

    Rp 432.319.890,21 berasal dari nilai ekuitas akhir tahun 2018.

    Surplus/Defisit sebesar (Rp 6.781.290.853,35) merupakan selisih antara

    jumlah pendapatan yang diterima dikurangi jumlah beban pada Laporan

    Operasional. RK PPKD sebesar Rp 6.576.991.598,00 merupakan realisasi

    belanja dalam Laporan Realisasi Anggaran. Sedangkan untuk Ekuitas Akhir

    sebesar Rp. 228.020.634,86 .

  • 38

    C. Penjelasan Pos - Pos Neraca

    1. Aset

    Berdasarkan pada perhitungan aset tahun 2019 baik terhadap

    aset lancar, aset tetap maupun aset lainnya, maka dapat dijelaskan

    posisi aset Inspektorat Kabupaten Wonogiri Tahun 2019 sebagai berikut

    :

    a. Aset Lancar

    Jumlah dari aset lancar adalah Rp 2.393.500,00 yang terdiri dari sisa

    persediaan alat tulis kantor sebesar Rp 2.008.000,00 serta sisa

    persediaan barang cetakan sebesar Rp 385.500,00.

    b. Aset Tetap

    Jumlah aset tetap adalah Rp 423.658.492,86 terdiri dari :

    1) Peralatan dan Mesin senilai Rp 244.354.577,57 terdiri dari :

    a) Alat - Alat Angkutan senilai Rp 62.607.722,57 dengan rincian

    sebagai berikut :

    Saldo awal 2 Januari 2019 1.116.116.558,00

    Penambahan Tahun 2019

    Mobil Kijang KF 83 (AD 9501 HR) 110.000.000,00 +

    1.226.116.558,00

    Pengurangan Tahun 2019 0,00

    Jumlah Alat - Alat Angkutan 1.226.116.558,00

    Akumulasi Penyusutan Alat - Alat Angkutan 1.163.508.835,43

    Nilai Buku per 31 Desember 2019 62.607.722,57

    b) Alat Kantor dan Rumah Tangga terdiri dari :

    1. Alat Rumah Tangga senilai : Rp. 49.365.667,50

    Saldo awal 2 Januari 2019 193.487.037,00

    Penambahan Tahun 2019

  • 39

    AC: 3 Buah @ Rp. 7.842.500,00 = 23.527.500,00

    Kipas 4.133.000,00 +

    221.147.537,00

    Pengurangan Tahun 2019 13.692.250,00 -

    Jumlah Alat Rumah Tangga 207.455.287,00

    Akumulasi Penyusutan Alat Rumah Tangga 158.089.619,50

    Nilai Buku per 31 Desember 2019 49.365.667,50

    c) Alat - Alat Studio dan Komunikasi senilai Rp 25.770.312,50

    dengan rincian sebagai berikut :

    Saldo awal 2 Januari 2019 68.220.100,00

    Penambahan Tahun 2019 0,00 +

    Pengurangan Tahun 2019 3.499.000,00 –

    Jumlah Alat – Alat Studio dan Komunikasi 64.721.100,00

    Akumulasi Penyusutan Alat Studio & Komunikasi 38.950.787,50 –

    Nilai Buku per 31 Desember 2019 25.770.312,50

    d) Komputer senilai Rp 106.610.875,00 dengan rincian sebagai

    berikut :

    Saldo awal 2 Januari 2019 259.608.875,00

    Penambahan Tahun 2019

    Laptop 52.965.000,00

    Printer 11.180.000,00

    Scanner 21.735.000,00 +

    345.488.875,00

    Pengurangan Tahun 2019 49.598.320,00 -

    Jumlah Komputer 295.890.555,00

    Akumulasi Penyusutan Komputer 189.279.680,00 -

  • 40

    Nilai Buku per 31 Desember 2019 106.610.875,00

    e). Peralatan Olah Raga senilai Rp 0,00 berupa 1 (satu) buah

    meja tenis, dengan penjelasan sebagai berikut :

    Saldo awal 2 Januari 2019 50.000,00

    Penambahan Tahun 2019 0,00 +

    Pengurangan Tahun 2019 0,00 -

    Jumlah Peralatan Olah Raga 50.000,00

    Ak. Penyusutan Barang Bercorak Seni/Budaya 50.000,00 -

    Nilai Buku per 31 Desember 2019 0,00

    Keterangan : Klasifikasi Peralatan Olah Raga merupakan

    Reklas dari Aset Tetap Lainnya (Barang Bercorak

    Kesenian/Kebudayaan) ke Peralatan & Mesin (Peralatan Olah

    Raga) sebesar Rp. 50.000,00.

    2) Gedung dan Bangunan senilai Rp 123.442.170,29 dengan

    rincian sebagai berikut :

    Saldo awal 2 Januari 2019 492.223.350,00

    Penambahan Tahun 2019 0,00 +

    Pengurangan Tahun 2019 0,00 -

    Jumlah Gedung dan Bangunan 492.223.350,00

    Akumulasi Penyusutan Gedung dan Bangunan 368.781.179,71 -

    Nilai Buku per 31 Desember 2019 123.442.170,29

    3) Aset Tetap Lainnya senilai Rp 55.861.745,00 terdiri dari :

    Bahan Perpustakaan senilai Rp 55.861.745,00 dengan rincian

    sebagai berikut :

    Saldo awal 2 Januari 2019 55.861.745,00

    Penambahan Tahun 2019 0,00 +

    Pengurangan Tahun 2019 0,00 -

  • 41

    Jumlah Buku dan Perpustakaan 55.861.745,00

    Akumulasi Penyusutan Buku dan Perpustakaan 0,00 -

    Nilai Buku per 31 Desember 2019 55.861.745,00

    Selain yang tercatat sebagai aset tetap lainnya terdapat

    sejumlah buku yang tercatat sebagai aset ekstracomptabel

    senilai Rp 423.950,00, karena harga perolehannya dibawah nilai

    minimum kapitalisasi aset.

    4) Aset Lainnya

    senilai Rp 187.375,00

    yaitu Aset lain – lain yang merupakan usulan penghapusan

    barang yang meliputi : Kursi Lipat, Brankas, Jam Elektronik, AC

    Split, Kipas Angin, Televisi, Laptop, Komputer PC dan Wireless

    (data terlampir), dengan penjelasan sebagai berikut :

    Saldo awal 0,00

    Penambahan : 66.789.570,00

    66.789.570,00

    Pengurangan 0,00

    Ak. Penyusutan Aset Lain - Lain 66.602.195,00

    Nilai Buku per 31 Desember 2019 187.375,00

    2. Kewajiban

    Sampai dengan 31 Desember 2019 Inspektorat Kabupaten

    Wonogiri mempunyai kewajiban sebesar Rp 198.218.733,00 yang

    berupa

    Hutang belanja Tambahan Penghasilan PNS pada Bulan Desember

    2019 sebesar Rp. 195.447.200,00

    Hutang Beban Jasa Rekening Listrik, Air, Telepon, dan Internet bulan

    Desember 2019 sebesar Rp. 2.771.533,00, dengan rincian sebagai

    berikut :

  • 42

    Hutang Jasa Listrik Rp.1.907.326,00

    Hutang Jasa Air Rp. 331.450,00

    Hutang Jasa Telepon Rp. 121.257,00

    Hutang Jasa Internet Rp. 411.500,00

    3. Ekuitas Dana

    Sebagaimana yang tercantum dalam Laporan Perubahan Ekuitas,

    jumlah Ekuitas Akhir per 31 Desember 2019 adalah senilai

    Rp 228.020.634,86. Ekuitas tersebut merupakan selisih antara aset dan

    kewajiban yaitu : Rp. 426.239.367,86 - Rp. 198.218.733,00 per tanggal

    pelaporan.

  • 43

    BAB VI

    PENGUNGKAPAN LAINNYA, INFORMASI NON KEUANGAN

    A. Organisasi

    Inspektorat Kabupaten Wonogiri merupakan Organisasi Perangkat

    Daerah yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri

    Nomor 13 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat

    Daerah Kabupaten Wonogiri serta Peraturan Bupati Wonogiri Nomor 58

    Tahun 2016 tentang Susunan, Kedudukan dan Tata Kerja Organisasi

    Perangkat Daerah Kabupaten Wonogiri, berdomisili di Jalan Pemuda I

    Nomor 55 Wonogiri.

    Inspektorat berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada

    Bupati melalui Sekretaris Daerah, dengan susunan organisasi sebagai

    berikut :

    1. Inspektur

    2. Sekretaris, terdiri dari :

    a. Subbagian Perencanaan

    b. Subbagian Keuangan

    c. Subbagian Umum dan Kepegawaian

    3. Inspektur Pembantu Bidang Aparatur dan Administrasi

    Pemerintahan

    4. Inspektur Pembantu Bidang Ekonomi dan Pembangunan

    5. Inspektur Pembantu Bidang Kesejahteraan Rakyat

    6. Inspektur Pembantu Bidang Keuangan dan Aset Daerah

    Sebagai lembaga teknis daerah Inspektorat mempunyai tugas dan

    fungsi sebagaimana tertuang dalam Peraturan Bupati Wonogiri Nomor 71

  • 44

    Tahun 2016 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Inspektorat Kabupaten

    Wonogiri, yaitu :

    1. Tugas pokok Inspektorat adalah membantu Bupati membina dan

    mengawasi pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi

    kewenangan daerah dan tugas pembantuan oleh Perangkat Daerah.

    2. Fungsi Inspektorat :

    a. Perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pengawasan

    pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

    daerah dan tugas pembantuan oleh Perangkat Daerah;

    b. Penyelenggaraan pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan

    penilaian tugas pengawasan terhadap Perangkat Daerah;

    c. Pelaksanaan tugas dukungan teknis administrasi pembinaan dan

    pengawasan pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi

    kewenangan daerah dan tugas pembantuan oleh Perangkat Daerah;

    d. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pembinaan dan

    pengawasan pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi

    kewenangan daerah dan tugas pembantuan oleh Perangkat Daerah;

    e. Pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi pembinaan dan

    pengawasan pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi

    kewenangan daerah dan tugas pembantuan oleh Perangkat Daerah;

    f. Pelaksanaan kesekretariatan Inspektorat;

    g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan

    tugas dan fungsinya.

    B. Kebijakan

    Untuk memperlancar pelaksanaan Tupoksi tersebut diatas, setiap

    tahun Inspektorat Kabupaten Wonogiri menetapkan Kebijakan Pengawasan

    yang dituangkan dalam Peraturan Bupati Wonogiri. Untuk tahun 2019

  • 45

    ditetapkan Peraturan Bupati Wonogiri Nomor 66 Tahun 2016 tentang

    Kebijakan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di

    Kabupaten Wonogiri Tahun 2019.

    Dalam Peraturan Bupati tersebut, kegiatan yang dilakukan

    Inspektorat selama Tahun 2019 sebagai berikut :

    1. Kegiatan Utama :

    a. Pengawasan

    1) Pengawasan Kinerja pada OPD dan Sekolah

    2) Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

    3) Pengawasan dan Pengendalian Kepegawaian

    4) Pengawasan Khusus/Kasus/Lainnya

    b. Reviu

    1) Reviu Laporan Keuangan Daerah

    2) Reviu Laporan Kinerja Pemerintah Daerah

    3) Reviu Dokumen Rencana Pembangunan dan Anggaran Daerah

    c. Evaluasi / Asistensi :

    1) Evaluasi LKjIP SKPD

    2) Evaluasi/Asistensi Penyelenggaraan SPIP

    3) Asistensi Pelaporan Keuangan Daerah

    d. Sosialisasi

    e. Pemantuan dan Pemutakhiran Data Tindak Lanjut Hasil

    Pemeriksaan

    2. Kegiatan Penunjang

    a. Sinergi pelaksanaan pengawasan dengan Aparat Pengawasan

    Internal Pemerintah lainnya (Joint Audit)

    b. Diklat Pengawasan

    c. Studi/ Lokakarya bidang Pengawasan

    d. Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Pengawasan

  • 46

    C. Struktur Kepegawaian / SDM

    Jumlah Pegawai Inspektorat Kabupaten Wonogiri Tahun 2019

    sebanyak 42 orang, terdiri :

    1. Berdasar Jenjang Pendidikan :

    a. Pasca Sarjana (S2) : 19 orang

    b. Sarjana : 18 orang

    c. Sarjana Muda/Diploma : 4 orang

    d. SLTA : 1 orang

    e. SLTP : -

    f. SD : -

    2. Berdasar Golongan :

    a. Golongan IV : 24 orang

    b. Golongan III : 17 orang

    c. Golongan II : 1 orang

    d. Golongan I : -

    3. Berdasar Jabatan :

    a. Pejabat Struktural 9 orang, terdiri dari :

    1) Eselon II : 1 orang

    2) Eselon III : 5 orang

    3) Eselon IV : 3 orang

    b. Pejabat Fungsional Auditor 16 orang, terdiri dari :

    1) Auditor Utama : 1 orang

    2) Auditor Madya : 8 orang

    3) Auditor Muda : 4 orang

    4) Auditor Pertama : 1 orang

    5) Auditor Penyelia : - orang

    6) Auditor Pelaksana : - orang

  • 47

    7) Auditor Pelaksana Lanjutan : 2 orang

    8) Auditor Kepegawaian Madya: 4 orang

    c. Pejabat Fungsional P2UPD Madya : 3 orang

    d. Pejabat Pranata Komputer Pelaksana Lanjutan : 2 orang

    e. Pejabat Pranata Komputer Pertama : 1 orang

    f. Pejabat Fungsional Umum : 7 orang

    4. Data Pegawai menurut jenis kelamin :

    a. Jumlah pegawai laki-laki : 22 orang

    b. Jumlah pegawai perempuan : 20 orang

    5. Jumlah Pegawai Kontrak Inspektorat Kabupaten Wonogiri Tahun

    Anggaran 2019 sebanyak 10 orang.

  • 48

    BAB VII

    PENUTUP

    Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) Inspektorat Kabupaten Wonogiri

    merupakan rangkaian informasi terkini atas kondisi riil aspek keuangan Tahun

    Anggaran 2019 yang penyusunannya didasarkan pada Peraturan Menteri Dalam

    Negeri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir

    dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang

    Perubahan II Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang

    Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

    Catatan atas Laporan Keuangan ini disusun dengan mengungkapkan

    beberapa penjelasan terhadap Laporan Keuangan secara keseluruhan sehingga

    diharapkan dapat dengan mudah dibaca dan dipahami oleh pembaca secara luas,

    tidak terbatas hanya untuk pembaca tertentu ataupun hanya manajemen entitas

    pelaporan.

    Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyajian Catatan atas Laporan

    Keuangan ini masih jauh dari sempurna. Masukan dan saran selalu kami

    harapkan khususnya demi peningkatan kualitas pengelolaan dan akuntabilitas

    keuangan Inspektorat Kabupaten Wonogiri.

    Semoga Tuhan yang Maha Esa memberikan bimbingan dan meridhoi

    upaya yang telah kita lakukan.

    Wonogiri, Pebruari 2020

    INSPEKTUR KABUPATEN WONOGIRI

    M A R D I A N T O, S.E.

    Pembina Tingkat I NIP. 19710124 199903 1 002

    a. Belanja Operasi :Realisasi Belanja Operasi sebesar Rp 6.463.451.098,00 atau 74,12 % dari pagu anggaran sebesar Rp. 8.720.124.714,00 meliputi Belanja Pegawai sebesar Rp 5.285.850.574,00 dan Belanja Barang & Jasa sebesar Rp 1.177.600.524,00., dengan rincian sebagai ber...