BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR...
-
Upload
vuongduong -
Category
Documents
-
view
214 -
download
0
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR...
Panti Kanker di Yogyakarta
__Rony Haryono__21.02.0950__
1
Gambar 1.1 Pemeriksaan awal
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Perkembangan dunia akhir ini, sedikit banyak mengubah pandangan hidup
masyarakat. Dari pola beraktifitas, kinerja yang mengejar target, udara yang
dihirup, juga pola makan yang sembarangan menyebabkan berkurangnya tingkat
kesegaran dalam tubuh. Hal ini merupakan salah satu
penyebab menurunnya tingkat kekebalan dalam tubuh.
Penyakit yang cukup banyak ditakuti oleh masyarakat saat
ini ialah penyakit kanker. Dari cara perkembangannya,
penyakit jarang dapat dideteksi sejak gejala awal. Hal ini
dikarenakan sebagian besar orang tidak menyadari bahwa
dalam diri ada dan tumbuh sel hidup yang sedikit banyak
dapat menyebabkan penyakit kanker. Para ahli mengatakan bahwa penyakit ini
terkadang tidak ada hubungannya satu dengan yang lain. Selain itu juga tidak
semua penyakit kanker dapat tampak dari luar saja, melainkan menyerang organ
dalam tubuh seperti penyempitan saluran darah ke jantung, selaput otak, dan lain
sebagainya.
Kanker merupakan penyakit multikausal1. Kanker berasal dari kata Yunani,
karlinos2. Kanker merupakan sebuah penyakit yang diduga telah dikenal sejak
2000 tahun SM, seperti yang tertera dalam hikayat Sri Rama tentang penyakit
yang diderita oleh Raja Dasarata (Soeripto, 1990). Uraian tentang tumor juga telah
ditemukan kira-kira 1500 tahun SM pada berbagai papyri di Mesir, demikian juga
di perpustakaan Nirvive, Babilonia pada tahun 800 SM telah ditemukan tentang
uraian tentang tumor payudara pada wanita.Penelitian dan pengetahuan tentang
kanker terus berkembang hingga Hypocrates (625-690 SM) memberi nama
karkinoma dan karkinos untuk kanker, kemudian Galen yang hidup pada 131-201
SM telah membagi tumor kedalam beberapa jenis dan telah mengetahui proses 1 Multikausal adalah banyak penyebab. (Jong, 2004) 2 Karlinos adalah udang karang, yang merupakan istilah umum untuk ratusan tumor ganas yang masing-masing sangat berbeda satu dengan yang lainnya. (Jong, 2004)
Panti Kanker di Yogyakarta
__Rony Haryono__21.02.0950__
2
Gambar 1.2 Perkembangan sel kanker
metastase dan penyebab terjadinya kanker. Pada jaman Renaisance, buku-buku
kedokteran telah mengandung pelajaran tentang
kanker. Setelah ditemukannya mikroskop serta
penemuan teori tentang sel, dikembangkanlah
patologi modern yang menjadi dasar klasifikasi
tumor. Pada abad 20 teori tentang DNA, RNA, virus
dan genetika telah digunakan untuk menerangkan
teori onkogenesis dan penyebab tumor.
Menjelang tahun 1990-an penderita kanker di
Indonesia terus bertambah dari tahun ke tahun. Hal
ini dapat dilihat dari banyaknya penderita kanker
yang meninggal dunia dari tahun 1996 sampai 1999
terus meningkat. Sampai sekarang, penyakit kanker
menempati urutan ke enam dalam penyebeb
kematian. Sumber data dari ASEAN Neurological
Association (ASNA) menyebutkan, selama kurun
waktu enam bulan, dari Oktober 1996 hingga Maret 1997, terdapat 2,065 pasien
kanker yang terdaftar di 28 Rumah Sakit yang mewakili daerah dengan populasi
padat di Indonesia, 13 Rumah Sakit berlokasi di Jawa, Sumatera dan Jakarta.
Secara nasional, penduduk yang pernah didiagnosa menderita sakit kanker
sebanyak 1,26% dari jumlah penduduk Indonesia. Dilihat menurut daerah tempat
tinggal, penduduk perkotaan sedikit lebih besar presentase terjangkit penyakit
kanker dibandingkan dengan penduduk perdesaan. Presentase penduduk yang
pernah menjalani pengobatan atau perawatan penyakit kanker sebesar 0,44% dan
yang tidak pernah 97,34% dari jumlah penduduk yang didiagnosis kanker. Pola ini
terjadi baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan (BPS, 2005).
Seiring berkembangnya teknologi dan pengetahuan di bidang kedokteran,
anggapan bahwa penyakit kanker tidak dapat disembuhkan menjadi tidak benar.
Kanker dapat disembuhkan, apalagi sebagian besar teknologi tersebut telah dapat
dilaksanakan di Indonesia. Kemungkinan untuk sembuh selalu ada bila
pengobatan penyakit kanker dilakukan dengan benar dan ditemukan pada stadium
Panti Kanker di Yogyakarta
__Rony Haryono__21.02.0950__
3
awal. Walaupun pengobatan tiap jenis kanker berbeda satu sama lainnya. Di
Indonesia, pengobatan dan penatalaksanaan penyakit kanker sudah mulai
mendapat perhatian dari pemerintah, salah satunya dengan didirikannya Rumah
Sakit Kanker “Dharmais” Jakarta sebagai Pusat Rujukan Nasional Penyakit
Kanker pada tahun 1990
Pernah di diagnosis menderita kanker Perawatan/pengobatan penyakit kanker
Propinsi Perkotaan Perdesaan Perkotaan +
Perdesaan
Perkotaan Perdesaan Perkotaan +
Perdesaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Nangroe Aceh
Darussalam
Sumateran Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Smatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Bangka Belitung
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Maluku
1,08
1,83
2,78
1,30
1,19
1,57
1,88
2,54
2,27
2,47
1,45
1,49
2,31
1,83
0,94
0,97
1,25
0,66
1,17
1,09
0,99
1,72
2,42
1,92
2,10
1,95
4,02
0,45
0,77
1,31
1,64
0,37
0,49
0,68
0,57
1,09
0,67
-
0,66
0,98
1,79
0,89
0,80
1,28
1,39
1,01
0,78
0,51
0,65
1,17
1,68
2,17
1,14
0,78
1,74
-
0,86
1,54
2,00
0,80
0,70
0,99
0,95
1,42
1,36
2,47
1,08
1,20
2,10
1,29
0,88
1,12
1,34
0,95
0,90
0,68
0,78
1,48
1,97
2,12
1,44
1,05
2,37
0,14
0,54
0,48
0,35
0,47
0,60
0,16
0,94
0,20
0,28
1,09
0,38
030
0,51
0,43
0,77
0,09
0,45
-
0,20
0,54
0,28
0,47
0,40
-
0,56
0,39
1,34
-
0,49
0,91
0,82
0,25
,025
0,34
-
0,30
0,45
-
0,28
0,22
0,51
0,50
0,13
0,51
1,00
0,47
0,14
0,64
0,37
0,39
0,76
0,65
0,63
0,56
0,17
-
0,51
0,71
0,67
0,35
0,35
0,27
0,28
0,28
0,38
1,09
0,33
0,26
0,51
0,47
0,49
0,30
0,80
0,39
0,16
0,61
0,34
0,43
0,62
0,51
0,61
0,52
0,50
-
Panti Kanker di Yogyakarta
__Rony Haryono__21.02.0950__
4
Maluku Utara
Papua
0,49
1,44
0,33
0,14
0,37
0,46
-
0,48
0,33
0,41
0,24
0,43
Indonesia 1,68 0,93 1,26 0,47 0,42 0,44
Tabel 1.1.
Persentase Penduduk yang Pernah di diagnosis dan Menjalani Perawatan atau Pengobatan
Penyakit Kanker Selama 1 tahun terakhir menurut Propinsi, dan Daerah Tempat Tinggal
Sumber : Statistik Kesehatan 2005, Biro Pusat Statistik Propinsi D.I.Y.
Propinsi Jakarta sendiri merupakan propinsi tertinggi dalam presentase
penderita kanker. Propinsi Yogyakarta sendiri memiliki presentase yang tidak
sedikit, dengan jumlah tersebut diharapkan adanya penanganan medis pada satu
propinsi tertentu. Dari beberapa rumah sakit yang ada di Yogyakarta yang
menangani penyakit kanker secara lebih khusus hanyalah Rumah Sakit Sardjito.
Sedangkan rumah sakit besar lainnya hanya melakukan penanganan bedah saja,
ketika penyakit tersebut membutuhkan operasi sebagai penanganan tindak lanjut
dari penyakit yang ada di dalam tubuh.
Mengapa di Yogyakarta ?
Pada tahun 2005 tercatat persentase penduduk Provinsi D.I.Yogyakarta
yang pernah di diagnosis menderita sakit kanker mencapai 2,10% (perkotaan dan
pedesaan) atau + 71.085 jiwa, sedangkan yang menjalani perawatan atau
pengobatan penyakit kanker hanya 0.51% atau + 17.265 jiwa (BPS, 2005). Dari
data tersebut maka tidak sedikit dari masyarakat kota Yogyakarta yang berindikasi
terkena penyakit kanker. Di Yogyakarta terdapat 29 Rumah Sakit, dan tidak
semuanya dapat menangani penderita kanker. Rumah Sakit Sardjito, menyediakan
poli Tulip menjadi poli khusus rujukan bagi penderita kanker di Yogyakarta dan
sekitarnya. Akan tetapi di poli Tulip tersebut hanya melayani proses medisnya
saja (misalnya: cek darah, proses pembedahan/operasi, kemoterapi yang di jalani
rutin bagi si pasien, serta proses rehabilitasi kesembuhan), sedangkan tempat
rawat inap pasien kanker, jadi satu dengan pasien penderita penyakit lainnya. Hal
ini secara tidak langsung dapat membuat rasa tidak nyaman bagi pasien penyakit
kanker itu sendiri. Selain itu di Yogyakarta juga terdapat Yayasan KuÇala dan
Panti Kanker di Yogyakarta
__Rony Haryono__21.02.0950__
5
Yayasan Kanker Indonesia yang hanya melayani konsultasi tentang penyakit
kanker akan tetapi tidak melakukan perawatan lanjut.
Untuk pasien dengan stadium lanjut bahkan yang sudah terminal
(kankernya sudah menyebar) kebanyakan mereka menjalani hospice3 / home
care4. Terkadang bagi mereka yang sudah stadium lanjut ini selalu mengalami
tekanan mental yang menjadi pikiran penderita yakni stres dan depresi karena
penyakit mereka sudah tidak dapat disembuhkan lagi penyebarannya. Sebagian
besar dari pasien yang sudah mencapai tahap ini, mulai ragu untuk memiliki
kehidupan lagi. Terkadang pula penderita pada stadium lanjut akan lebih cepat
meninggal dunia karena tekanan mental tersebut. Sebuah rumah sakit justru akan
memberikan beban hidup bagi dirinya, karena ketidakyakinan akan kesembuhan
penyakit.
Apakah yang dirasakan orang yang datang (pasien ataupun pengunjung) ke
Rumah Sakit?
Dalam berbagai aspek baik pengunjung maupun si pasien selalu
mengalami hal yang sama, yakni kecemasan, ketakutan, dan keragu-raguan. Hal
ini bisa kita rasakan dengan bangunan semuanya yang berwarna putih, semua
petugas medis yang mengenakan pakaian putih, dinding yang berlapiskan keramik
putih, bau obat-obatan yang menyengat, teriakan dan jeritan sayup terdengar dari
lorong-lorong, orang-orang diatas kursi roda yang lalu lalang menambah tingkat
strees si pasien bertambah, bukannya sembuh malah bisa bertambah parah.
Menciptakan sebuah bangunan kesehatan yang tidak layaknya seperti rumah sakit.
Akan tetapi tetap mengunakan pola standart yang secara medis digunakan dalam
rumah sakit. Merencanakan “rumah sakit” (rumah untuk orang sakit) yang tidak
seperti rumah sakit. Tekanan mental menjadi salah satu bagian yang dapat
mempengaruhi emosi pasien. Stress dan depresi menjadi hal biasa yang terbawa
selama penyakit itu masih menempel di tubuhnya. Sebagian besar pengaruh
3 Hospice adalah tempat perawatan dimana suatu periode yang memberikan kelegaan, ketenangan dan kedamaian. 4 Home care adalah suatu perawatan di rumah pasien dengan tim medis mengunjungi rumah pasien tiap beberapa hari sekali untuk mengkontrol riwayat keadaan pasien.
Panti Kanker di Yogyakarta
__Rony Haryono__21.02.0950__
6
tingkat stress dan depresi ini akan mempercepat penyebaran penyakit dan
meningkatnya stadium penyakit seseorang. Banyak pasien yang sudah kehilangan
harapan hidupnya jika dia sudah mencapai tahap tersebut.
Terapi dan relaksasi bagi si pasien sedikit banyak dapat membantu mereka
meraih lagi harapan hidupnya. Banyak metode yang ditawarkan guna membantu
para pasien, baik yang dilakukan sendiri maupun dengan bantuan alat bantu
(misalnya : aeroterapi, sun terapi, water terapi, colour and music terapi).
Terkadang tekanan stress dan depresi ini dapat membuat pasien tidak fokus pada
penyakitnya dan berpikir kemana-mana dengan harapan yang negatif. Maka dari
itu, menawarkan sebuah Panti perawatan yang dapat menampung penderita
kanker di Yogyakarta dengan berbagai aspek yang mendukung kinerjanya.
Dengan berpedoman pada penciptaan ruangan yang terapis serta dapat
memberikan kenyamanan secara psikis bagi si pasien. Dengan kondisi ini
menyebabkan banyaknya penderita kanker yang hanya mendapatkan penangganan
medis secara umum saja. Dengan adanya panti ini diharapkan dapat memberikan
wadah guna membantu proses penyembuhan dan pemulihan penyakit kanker
tersebut baik secara medis maupun dengan berbagai metode terapi dan relaksasi.
Selain fasilitas yang memadai dan kinerja dokter yang tepat dalam penanganan,
letak bangunan dan pola dasar peruangan yang diterapkan juga menjadi salah satu
faktor penentu kesembuhan seorang pasien. Ketenangan, kenyamanan, dan
dorongan motivasi untuk sembuh menjadi salah satu upaya yang harus
diperhatikan. Sesorang yang mengalami penyakit kanker ini sebagian besar
mengalami depresi dan stres yang tinggi sehingga diperlukan sebuah ruangan
yang secara medis pun dapat menyembuhkan.
Pemilihan warna, tekstur, dan aroma yang mendukung batin atau psikis si
pasien dapat mempercepat kesembuhan. Kebutuhan akan suasana yang homy5
menjadi salah satu landasan perancangan yang natinya akan digunakan. Hal ini
diberikan pola penataan peruangan yang memberikan visualisasi yang tenang.
5 Hony adalah penciptaan suasana bangunan yang layaknya rumah sendiri.
Panti Kanker di Yogyakarta
__Rony Haryono__21.02.0950__
7
FASILITAS FUNGSI KETERSEDIAAN di RS
di D.I.Y. KETERANGAN
1. Utama
- UGD (Unit Gawat
Darurat)
- ODC (One Day
Care)
- Rawat Jalan
(Poliklinik)
- Rawat Inap
- UPI (Unit
Perawatan Intensif)
- Unit Bedah Kanker
- Pusat Rehabilitasi
- Unit Daignostik
Non Invasif
- Medical Check Up
Pertolongan pertama pada
situasi gawat
Perawatan khusus untuk
pasien yang tidak perlu
rawat inap.
Pemeriksaan untuk
mengetahui kondisi pasien,
pembuluh darah, konsultasi,
evaluasi,dll.
Perawatan semi intensif,
untuk gangguan penyakit
yang sudah stabil.
Perawatan intensif bedah
dan yang membutuhkan
pemantauan ketat
Proses bedah/operasi kanker
Bagi siapa saja yang
berisiko penyakit kanker
dan setelah operasi
Pemeriksaan diagnostik
kanker lanjut secara lebih
detail dan akurat dengan
peralatan canggih.
Pemeriksaan medis bagi
semua yang berisiko
penyakit kanker
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Tidak Ada
Ada
Tersedia secara umum
Tersedia untuk beberapa
RS, namun ada pula yang
dialihkan ke Rawat Inap.
Tersedia secara umum
Tersedia secara umum
Belum terfasilitaskan
dengan baik dan lengkap
Belum terfasilitaskan
dengan baik dan lengkap
Belum terfasilitaskan
dengan baik dan lengkap
Belum tersedia
Tersedia secara umum
2. Penunjang
- Laboratorium
- Radiologi
- Apotik
Pemeriksaan hematologi,
hemostasis, imunologi,
urinalisa, faeces,dll.
Pemeriksaan non kontras
dan kontras
Menyediakan berbagai jenis
obat untuk pengobatan
penyakit kanker
Mengevaluasi, mendeteksi
Ada
Ada
Ada
Belum terfasilitaskan
dengan baik dan lengkap
Tersedia secara umum
Belum terfasilitaskan
dengan baik dan lengkap
Panti Kanker di Yogyakarta
__Rony Haryono__21.02.0950__
8
Gambar 1.3. Sirkulasi dan perpaduan warna
- MSCT Scan dan memerikan gambaran
secara detail
Ada
Tersedia secara umum
Tabel 1.2.
Perbadingan Fasilitas Ideal untuk Pelayanan dan Pengobatan Kanker dengan Ketersediaan
di Rumah Sakit-Rumah Sakit di D.I.Yogyakarta
Sumber : Statistik Kesehatan 2005, Biro Pusat Statistik Propinsi D.I.Y.
Keluar dari nuansa serba “putih”
Apabila ada warna merah atau biru yang bisa
memberikan semangat hidup, atau warna hijau yang
memberikan nuansa ketenangan. Kenapa harus
mempertahankan selalu dengan warna dasar putih.?
Mungkin dengan tawaran yang lebih bervariasi akan
menciptakan sebuah nuansa yang lebih dinamis, tetapi
tetap tidak meninggalkan hakekat dari panti kesehatan
yakni: sehat, steril, bersih, dan nyaman. Penataan pola
jalur sirkulasi dalam bangunan pun diharapkan dapat
memberikan pengalaman ruang yang berbeda-beda
dalam tiap aksesnya. Hal ini saya tawarkan dengan pola
sirkulasi yang flow atau mengikuti arus yang santai,
sehingga terkesan lebih nyaman dan mengalir. Dengan
menggunakan elemen garis dan bentuk yang tidak kaku
(lurus dan tegas), melainkan lebih ke arah garis dan
bentuk lengkung yang sering menggambarkan sesuatu yang mengalir dengan
sendirinya. (misalnya dalam area sirkulasi yang cukup panjang dan membutuhkan
waktu tempuh cukup lama, dapat di kombinasikan dengan elemen lengkung pada
dinding atau jendela).
Sebenarnya yang ingin ditawarkan dalam proyek ini bukan bangunan yang
terlalu ekstrim tetapi kedekatan antara bangunan dengan alam sekitar yang bisa
menciptakan suasana terapis dalam tiap ruangannya. Dengan hal ini bisa
Panti Kanker di Yogyakarta
__Rony Haryono__21.02.0950__
9
menurunkan tingkat stress dan depresi dari si pasien. Kedekatan antara bangunan
dengan alam sekitarnya bisa ditransformasikan sebagai penghubung antara ruang
dalam dan ruang luar, selain hal tersebut juga bisa digunakan cara pemilihan
material yang cocok dengan alam (seperti contoh: dalam pemilihan material
dinding ruang santai, material kayu memiliki kecenderungan dekat dengan alam
dan dapat memberikan ketenangan juga perasaan relaks daripada kita memilih
material metal).
1.2. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
Permasalahan yang hadapi setiap pasien kanker hampir sama, yakni
kemungkinan akan datangnya kematian karena penyakit tersebut sebagaian besar
masih belum dapat di sembuhkan. Dari hal inilah maka timbullah perasaan-
perasaan yang mempengaruhi kebatinan bagi si pasien itu sendiri, perasaan yang
seakan takut pada kematian menjadikan factor utama penyebaban stees dan
depresi bagi si pasien. Menurut salah satu ahli gizi terkemuka Dr. Jonathan Swith,
mengatakan ; “The best doctor in the world are Doctor Diet, Doctor Quiet, and
Doctor Merryman”6 (Elizabeth dan Baber, 1981).
Selain memerlukan perawatan dan rehabilitasi khusus, penderita kanker
juga memerlukan ketenangan, kenyamanan, dan dorongan serta motivasi untuk
akan bertahan dan berjuang demi kesembuhannya. Para penderita kanker
mengalami tekanan, depresi dan stress yang begitu besar, terlebih untuk mengatasi
rasa takut akan kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini. Menurut seorang
ilmuwan terkemuka yaitu Phillip L. Rice pada tahun 1992, “Depresi adalah
gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh
proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang”. Pada umumnya
mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan
harapan. Menurut medis, stres akan memicu semburan adrenalin dan zat
katekolamin yang tinggi yang akan mengakibatkan penyempitan pembuluh darah
serta peningkatan denyut jantung, sehingga menyebabkan terganggunya suplai
6 dokter terbaik di dunia ini adalah dokter makanan, dokter tenang, dan dokter gembira
Panti Kanker di Yogyakarta
__Rony Haryono__21.02.0950__
10
darah. Stress dan depresi yang berlebihan (overstress, overdepression) pada otak
akan menyebabkan migraine, serangan panik, sulit tidur, detak jantung tidak
normal, dan tekanan darah meningkat. Gejala dan dampak negatif yang
ditimbulkan dari stress dan depresi selain menyebabkan gangguan fisik juga
secara mental sangat merugikan. Dari gejala-gejala yang dialami oleh pasian,
sesuatu wadah dapat memberikan penanggulangan baik secara psikis maupun
secara fisik bagi pasien kanker. Secara psikis kita bisa memberikan rasa tenang,
dan relaks yang diharapkan dapat mengurangi tekanan mental dari pasien. Dapat
juga dilakukan dengan cara berolahraga, mengerakkan tubuh, berjemur, dan
mengikuti beberapa metode terapi.
Permasalahan yang timbul dalam konteks arsitektural, yakni yang
dibutuhkan oleh seorang penderita kanker adalah ruang dan bentuk yang dapat
memberikan rasa tenang dan relaks, sehingga dapat memusatkan perhatian dan
mengurangi beban mental yang timbul dalam diri pasien.
1.3. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana Perancangan Panti Kanker di Yogyakarta, dimana tata
letak dan tata ruang di dalam Panti mampu memberikan suasana yang
relaksasi sekaligus mampu menterapi pasien, guna membantu penurunan
tingkat strees dan depresi pada penderita disamping meningkatkan kondisi
fisik dan mental pasien.
1.4. TUJUAN DAN SASARAN
1.4.1. Tujuan
Adapun tujuan proyek ini adalah untuk membantu penyediaan
fasilitas yang dapat mewadai pasien kanker secara lebih spesifik, dalam
lingkup yang lebih sederhana khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta,
dikarenakan semakin meningkatnya jumlah penderita penyakit kanker
pada ini dan sekitarnya.
Panti Kanker di Yogyakarta
__Rony Haryono__21.02.0950__
11
1.4.2. Sasaran
Objek yang dihasilkan dari perencanaan proyek ini semata-mata
bukan hanya bangunannya saja, akan tetapi lebih pada penciptaan pola
peruangan yang dapat menyelaraskan penggunanya. Keselarasan dan
keseimbangan antara bangunan dengan alam sekitar diharapkan dapat
mampu menciptakan suasana yang terapis guna membantu kesembuhan
pasien itu sendiri.
1.5. LINGKUP STUDI
1.5.1. Materi Studi
Penelusuran pada karakter dan kebutuhan bagi penderita, dengan
tujuan guna mendapatkan keselarasan antara desain dengan keinginan
maupun manfaat yang akan didapat bagi penderita. Kemudian diugkapkan
dengan analisis pola tata letak (pola peruangan) dan tata rupa ruang
(warna, tekstur, material, sirkulasi, serta pola penataan ruang dalam dan
luar bangunan) pada bangunan dengan elemen pembatas ruang, elemen
pengisi ruang, serta elemen pelengkap ruang.
1.5.2. Pendekatan Studi
Merupakan aspek tinjauan dalam mengungkapkan fungsi dan
kondisi fisik panti perawatan penderita kanker tersebut melalui pendekatan
desain natural dan humanis untuk memperoleh tata ruang dalam, tata ruang
luar, bentuk dan warna bangunan.
1.6. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
BAB I Mengenai latar belakang proyek yang dipilih, latar
belakang permasalahan yang berkaitan dengan
keberadaan proyek serta rumusan
permasalahannya dalam konteks arsitektural.
Tujuan dan sasaran proyek yang dipilih. Metode
dan lingkup studi guna membantu dalam proses
PENDAHULUAN
Panti Kanker di Yogyakarta
__Rony Haryono__21.02.0950__
12
penelusuran konsep proyek yang secara lebih
teratur dan sistematis.
BAB II Mengenai pengertian, karakteristik, dan jenis
penyakit kanker. Kajian umum penyakit kanker,
dimulai dari pemahaman mengenai penyakit
kanker itu sendiri, dibutuhkan dalam upaya
penyembuhan baik fisik maupun psikis dengan
berbagai pendekatan baik medis maupun terapis.
BAB III Mengenai ide lanjut dalam proyek yang dipilih,
berhubungan dengan aspek arsitektural, yakni
identifikasi pelaku dan kegiatan, pola kegiatan,
kebutuhan ruang, besaran aliran gerak pengguna,
serta besaran ruang yang berdasarkan fungsi
utama dan penunjang.
BAB IV Mengenai analisis permasalahan yang berkaitan
secara langsung maupun tidak langsung terhadap
pasien dan pengguna panti kanker. Analisis non
permasalahan yang dihubungkan dengan elemen-
elemen arsitektural, untuk membantu dalam
penelusuran dan proses berpikir guna
mendapatkan titik terang jawaban yang cermat
dan tepat.
BAB V Pengembangan ide desain sesuai dengan hasil
analisis yang diperoleh pada Bab IV dan
digunakan sebagai patokan dalam mendesain
proyek terpilih. Konsistensi pada konsep
dibutuhkan mulai dari tahap awal mendesain
TINJAUAN UMUM
TINJAUAN KHUSUS
ANALISIS
KESIMPULAN
Panti Kanker di Yogyakarta
__Rony Haryono__21.02.0950__
13
sampai dengan tahap akhir, masih dalam konteks
arsitektural tentunya.