BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.upi.edu/37828/4/T_ADPEN_1608391_Chapter1.pdf ·...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.upi.edu/37828/4/T_ADPEN_1608391_Chapter1.pdf ·...
Ratih Yuniarti, 2018 PENGARUH KOMITMEN PENGELOLA DAN KEPEMIMPINAN SITUASIONAL KETUA PKBM TERHADAP MUTU PENGELOLAAN PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET C DI KOTA CIMAHI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Paradigma pembangunan pendidikan di Indonesia antara lain pendidikan
untuk semua, pendidikan sepanjang hayat, pendidikan sebagai suatu gerakan,
pendidikan penghasil pembelajar, pendidikan membentuk karakter, sekolah yang
menyenangkan, dan pendidikan membangun kebudayaan. Satu dari paradigma
tersebut di atas yaitu “pendidikan sepanjang hayat” memiliki hakekat
mengupayakan agar setiap warga negara dapat memenuhi haknya, yakni layanan
pendidikan. Hal ini sebagai upaya memenuhi amanah Undang-Undang RI No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat 5, yang berbunyi,
“Setiap warga negara berhak mendapatkan kesempatan meningkatkan pendidikan
sepanjang hayat”. Berdasarkan konsep pendidikan tersebut maka dapat
ditegaskan bahwa pendidikan merupakan proses yang terus menerus dan tidak
berhenti. Semua orang berhak untuk mendapatkan pendidikan demi
meningkatkan kualitas hidupnya. Peningkatan kualitas manusia Indonesia
seutuhnya mengarah kepada peningkatan mutu pendidikan agar memiliki daya
saing dalam menghadapi tantangan global.
Upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia dilakukan dengan
menetapkan standar nasional pendidikan. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 1 ayat 1 menyatakan
bahwa, “Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
Kemudian pada pasal 4 menyatakan bahwa, “Standar Nasional Pendidikan
bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat”.
Pendidikan di Indonesia terdiri dari 3 (tiga) jalur pendidikan, sesuai dengan
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional RI
pasal 13 ayat 1 yang menyatakan bahwa, “Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan
2
Ratih Yuniarti, 2018 PENGARUH KOMITMEN PENGELOLA DAN KEPEMIMPINAN SITUASIONAL KETUA PKBM TERHADAP MUTU PENGELOLAAN PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET C DI KOTA CIMAHI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya”.
Pendidikan nonformal merupakan pendidikan yang diselenggarakan bagi warga
masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai
pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka
mendukung pendidikan sepanjang hayat.
Layanan pendidikan menengah nonformal yang berfungsi sebagai pengganti
atau setara dengan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) adalah
pendidikan kesetaraan program paket C. Penyelenggaraan pendidikan kesetaraan
program paket C merupakan program pendidikan jalur nonformal setara dengan
Sekolah Menengah Atas (SMA) pada jalur formal (Senjawati & Fakhrudin, 2017).
Hal tersebut diperkuat oleh Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan pasal 114 ayat 2 yang menyatakan
bahwa, “Pendidikan kesetaraan berfungsi sebagai pelayanan pendidikan
nonformal pada jenjang pendidikan dasar dan menengah”. Status kelulusan
peserta didik program pendidikan kesetaraan paket C menurut Menteri Pendidikan
Nasional melalui surat edaran nomor: 107/MPN/MS/2006 memiliki hak
eligibilitas yang setara dengan pendidikan formal dalam memasuki lapangan
kerja.
Penyelenggaraan pendidikan kesetaraan program paket C dilaksanakan pada
satuan pendidikan nonformal yaitu Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 81 Tahun 2013 tentang
Pendirian Satuan Nonformal pasal 1 ayat 6 menyatakan bahwa, “PKBM adalah
satuan pendidikan nonformal yang menyelenggarakan berbagai kegiatan belajar
sesuai dengan kebutuhan masyarakat atas dasar prakarsa dari, oleh, dan untuk
masyarakat”. Walaupun lulusan peserta didik paket C dinyatakan setara dengan
lulusan SMA/MA, namun menurut paparan dari Kepala Bagian Perencanaan dan
Penganggaran Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan
Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam kegiatan
peningkatan kompetensi pengelola PKBM tahun 2017, kemampuan para
pengelola PKBM untuk mengembangkan PKBM masih terbatas. Keterbatasan
tersebut dilatarbelakangi oleh perbedaan latar belakang pendidikan, sosial,
ekonomi, maupun geografis, menjadi kondisi yang saat ini sedang dihadapi. Hal
3
Ratih Yuniarti, 2018 PENGARUH KOMITMEN PENGELOLA DAN KEPEMIMPINAN SITUASIONAL KETUA PKBM TERHADAP MUTU PENGELOLAAN PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET C DI KOTA CIMAHI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
tersebut diperkuat dengan perolehan akreditasi pendidikan kesetaraan program
paket C di PKBM seluruh Indonesia hanya dimiliki oleh sebanyak 414 lembaga
dari 10,987 lembaga, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1. 1 Data Akreditasi PKBM
PKBM PKBM yang memiliki
Program Terakreditasi
Pendidikan Kesetaraan
Program Paket C
Terakreditasi
10,987 lembaga 2,032 lembaga 414 lembaga
Sumber: BAN PAUD dan PNF 2017
Tabel di atas menunjukkan bahwa hanya terdapat 3.77% PKBM yang
menyelenggarakan pendidikan kesetaraan program paket C terakreditasi.
Kemudian berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), disebutkan
bahwa persentase angkatan kerja penduduk Indonesia pada Agustus 2017
sebagian besar masih didominasi oleh tenaga kerja yang memiliki tingkat
pendidikan sekolah dasar sebesar 55.81% dari total 128.06 juta jiwa, dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 1. 2 Data Angkatan Kerja Penduduk Indonesia
Tingkat Pendidikan 2016 2017
Agustus Februari Agustus
(1) (2) (3) (4)
Tidak Pernah Sekolah 3.25 3.17 3.02
Laki-laki 2.24 2.20 2.26
Perempuan 4.88 4.63 4.26
Perkotaan 1.45 1.39 1.30
Pedesaan 5.24 5.18 5.01
Sekolah Dasar 55.82 56.44 55.81
Laki-laki 56.27 56.54 55.88
Perempuan 55.10 56.29 55.69
Perkotaan 44.80 44.58 43.82
Pedesaan 67.98 69.77 69.63
Sekolah Menengah 28.74 28.13 29.09
Laki-laki 31.24 30.88 31.58
Perempuan 24.72 23.99 25.05
4
Ratih Yuniarti, 2018 PENGARUH KOMITMEN PENGELOLA DAN KEPEMIMPINAN SITUASIONAL KETUA PKBM TERHADAP MUTU PENGELOLAAN PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET C DI KOTA CIMAHI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Tingkat Pendidikan 2016 2017
Agustus Februari Agustus
(1) (2) (3) (4)
Perkotaan 36.28 36.24 37.49
Pedesaan 20.42 19.00 19.40
Sekolah Tinggi 12.19 12.26 12.08
Laki-laki 10.25 10.38 10.28
Perempuan 15.30 15.09 15.00
Perkotaan 17.47 17.79 17.39
Pedesaan 6.36 6.05 5.96
Sumber: Indikator Pasar Tenaga Kerja Indonesia Agustus 2017
Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 71.47 juta orang angkatan kerja usia
15 tahun ke atas yang hanya memiliki kualifikasi pendidikan sekolah dasar.
Kemudian persentase angkatan kerja menurut tingkat pendidikan dan kelompok
umur bulan Agustus 2017 dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Grafik 1. 1 Presentase Angkatan Kerja menurut Tingkat Pendidikan dan
Kelompok Umur
Grafik di atas menunjukkan jumlah angkatan kerja usia dewasa (25 tahun ke atas)
didominasi oleh penduduk dengan tingkat pendidikan sekolah dasar sebesar
58.55%, disusul oleh usia muda (15-24 tahun) sebesar 41.25%, kemudian pemuda
(16-30 tahun) sebesar 40.73%.
Dari data-data tersebut di atas, diperoleh kesimpulan bahwa masih banyak
sasaran pendidikan kesetaraan program paket C yang ada di Indonesia, namun
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Usia Muda (15-24 tahun) Usia Dewasa (25 tahun ke atas) Pemuda (16-30 tahun)
Sekolah Tinggi Sekolah Menengah Sekolah Dasar Tidak Pernah Sekolah
5
Ratih Yuniarti, 2018 PENGARUH KOMITMEN PENGELOLA DAN KEPEMIMPINAN SITUASIONAL KETUA PKBM TERHADAP MUTU PENGELOLAAN PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET C DI KOTA CIMAHI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
penyelenggaraan pendidikan kesetaraan program paket C belum optimal jika
ditinjau dari sudut akreditasi programnya. Pengertian akreditasi tertuang dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 1 ayat 32 yang menyatakan bahwa akreditasi adalah kegiatan penilaian
kelayakan program dalam satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan. Jadi, akreditasi program mengarah pada pengelolaan program dalam
rangka penyediaan layanan pendidikan yang bermutu.
Menurut Badan Akreditasi Nasional PAUD PNF, syarat untuk memperoleh
predikat akreditasi program, terutama program paket C pada pendidikan
kesetaraan di PKBM yaitu harus memenuhi standar sebagai mana ditampilkan
pada tabel berikut:
Tabel 1. 3 Standar Nasional Pendidikan Kesetaraan
No Standar Keterangan
1. Standar Kompetensi
Lulusan
Permendikbud RI
No. 97/2013
Peserta didik telah menyelesaikan seluruh
program pembelajaran, memperoleh nilai
minimal baik pada penilaian akhir untuk
seluruh mata pelajaran, lulus Ujian Pendidikan
Kesetaraan, dan lulus UN.
2. Standar Isi
Permendiknas RI
No. 14/2007
Standar Isi untuk Program Paket A, Program
Paket B, dan Program Paket C menjelaskan
bahwa struktur kurikulum program paket C
berorientasi pada pengembangan olahkarya
untuk mencapai keterampilan fungsional yang
menjadi kekhasannya, yaitu memiliki
keterampilan berwirausaha.
3. Standar Proses
Permendiknas RI
No. 3/2008
Standar Proses Pendidikan Kesetaraan Program
Paket C, Paket B, dan Paket C dimana
dijelaskan bahwa proses pembelajaran
pendidikan kesetaraan dapat ditempuh melalui
kegiatan tatap muka dengan pengaturan
kegiatan pembelajaran minimal 20%, tutorial
dengan pengaturan kegiatan pembelajaran
minimal 30%, dan mandiri dengan pengaturan
kegiatan pembelajaran maksimal 50%.
4. Standar Penilaian
Permendikbud RI
No. 23/2016
Penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian
hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan
penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.
5. Standar Pendidik dan
Tenaga Kependidikan
Permendiknas RI
No. 43 & 44/2003
Standar Pengelola Pendidikan pada Program
Paket A, Paket B, dan Paket C dimana
dijelaskan bahwa pengelola pendidikan
kesetaraan program paket C harus memiliki
kualifikasi akademik minimal lulusan
6
Ratih Yuniarti, 2018 PENGARUH KOMITMEN PENGELOLA DAN KEPEMIMPINAN SITUASIONAL KETUA PKBM TERHADAP MUTU PENGELOLAAN PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET C DI KOTA CIMAHI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
No Standar Keterangan
SMA/SMK/MA/Paket C dan telah memperoleh
sertifikat pelatihan sebagai pengelola
pendidikan pada Program Paket A, Paket B,
dan Paket C yang dilakukan oleh Jurusan
Pendidikan Luar Sekolah (PLS) terakreditasi
minimal B, atau Pusat Pengembangan
Pendidikan Nonformal dan Informal (PP-PNFI)
atau Balai Pengembangan Pendidikan
Nonformal dan Informal (BP-PNFI), serta
memiliki kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial dan kompetensi manajerial.
6. Standar Pengelolaan
Permendiknas RI
No. 49/2007
Memiliki perencanaan program, melakukan
pelaksanaan sesuai rencana kerja, melakukan
pengawasan dan evaluasi, dipimpin oleh
pemimpin satuan pendidikan, dan mengelola
sistem informasi manajemen.
7. Standar Pembiayaan
Standar dan Prosedur
Penyelenggaraan Pusat
Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM)
tahun 2012
Pembiayaan diuraikan dalam komponen biaya
investasi/modal yang ditunjukkan dalam bentuk
nominal investasi/ modal masyarakat, yayasan,
perusahaan atau perorangan.
8. Standar Sarana dan
Prasarana
Standar dan Prosedur
Penyelenggaraan Pusat
Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM)
tahun 2012
Memiliki tanah/gedung baik milik sendiri
ataupun sewa, ruang sekretariat, ruang pendidik
dan tenaga kependidikan, ruang belajar, ruang
praktek, ruang TBM, ruang tamu, toilet, sarana
kantor, sarana pembelajaran, sarana praktek,
dan sarana TBM.
Sumber: BAN PAUD dan Dikmas
PKBM yang menyelenggarakan pendidikan kesetaraan program paket C
yang bermutu salah satunya adalah dapat memenuhi standar yang sudah
ditetapkan oleh Pemerintah. Standar mutu dapat dilihat dari dua sisi yaitu standar
produk atau jasa yang ditunjukan dengan kesesuaian dengan spesifikasi yang
ditetapkan, dan standar yang ditujukan dengan adanya kepuasan pelanggan
(Engkoswara & Komariah, 2015; Sallis, 2015). Dalam capaian peningkatan mutu
yang sesuai standar nasional pendidikan, maka perlu adanya penumbuhan budaya
peningkatan mutu bekelanjutan atau perbaikan terus menerus (Satori, 2016).
Sebagaimana Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 49 Tahun 2007
tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Non Formal
7
Ratih Yuniarti, 2018 PENGARUH KOMITMEN PENGELOLA DAN KEPEMIMPINAN SITUASIONAL KETUA PKBM TERHADAP MUTU PENGELOLAAN PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET C DI KOTA CIMAHI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
menjelaskan bahwa pengelola satuan pendidikan nonformal bertanggungjawab
terhadap mutu kegiatan pembelajaran.
Di Kota Cimahi, PKBM yang menyelenggarakan pendidikan kesetaraan
program paket C berjumlah 21 lembaga, dan yang telah terakreditasi berjumlah 6
lembaga, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1. 4 PKBM Penyelenggara Pendidikan Kesetaraan Program Paket C
di Kota Cimahi
Wilayah Status Akreditasi
Akreditasi
A
Akreditasi
B
Akreditasi
C
Tidak
Terakreditasi
Cimahi Utara - 1 1 7
Cimahi Tengah - - - 4
Cimahi Selatan - - 4 5
Jumlah - 1 5 16 Sumber: Forum PKBM Kota Cimahi
Data pada tabel di atas memperlihatkan bahwa hanya terdapat 28.57%
program paket C yang diselenggarakan oleh PKBM di Kota Cimahi memiliki nilai
kelayakan minimal sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Berdasarkan data
tersebut dapat diketahui bahwa penyelenggaraan pendidikan kesetaraan program
paket C di Kota Cimahi belum mengarah kepada penyediaan layanan pendidikan
yang yang bermutu.
Mutu dalam konteks pendidikan mengacu pada input, proses, output, dan
dampak. Mutu input dapat dilihat dari sumberdaya yang tersedia, mutu proses
dapat dilihat dari kemampuan sumberdaya tersebut mentransformasikan multijenis
input untuk mencapai nilai tambah peserta didik, mutu output dapat dilihat dari
keunggulan akademik dan non akademik peserta didik, kemudian mutu dampak
dapat dilihat dari lulusan yang mampu melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi
atau terserap di dunia usaha dan industri (Widdah, Suryana, & Musyaddad, 2012).
Pengelolaan pendidikan berada pada mutu proses, karena di dalamnya terdapat
aktivitas mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada di dalam satuan
pendidikan dalam rangka mencapai nilai tambah peserta didik.
Pengelolaan pendidikan kesetaraan berbeda dengan pendidikan formal, baik
dalam konten, konteks, metodologi maupun pendekatan untuk mencapai standar
kompetensi lulusannya (Hardjono, Raharjo, & Suminar, 2016). Pendidikan
kesetaraan program paket C dikelola oleh ketua PKBM beserta para pengelolanya
8
Ratih Yuniarti, 2018 PENGARUH KOMITMEN PENGELOLA DAN KEPEMIMPINAN SITUASIONAL KETUA PKBM TERHADAP MUTU PENGELOLAAN PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET C DI KOTA CIMAHI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
dengan tujuan agar mencapai penyelenggaraan program yang bermutu. Terdapat
ada dua hal penting yang diperlukan untuk menghasilkan mutu, yakni sistem dan
prosedur yang baik dan motivatif serta kepemimpinan atasannya (Sallis, 2015).
Berdasarkan pendapat tersebut maka komitmen pengelola serta kepemimpinan
ketua PKBM memegang peranan penting dalam menghasilkan mutu pengelolaan
pendidikan kesetaraan program paket C.
Komitmen merupakan kemampuan untuk memotivasi diri sendiri,
ditunjukkan oleh sikap yang selalu ingin menjalankan tugas-tugas pengelolaan
dengan baik dan maksimal demi tercapainya mutu pengelolaan pendidikan
kesetaraan. Pengelola pendidikan kesetaraan program paket C yang mempunyai
komitmen akan senantiasa menyiapkan banyak waktu untuk melaksanakan
tugasnya yang berkaitan dengan pengelolaan seperti, perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolannya. Komitmen yang tinggi
diperlihatkan dengan loyalitas yang tinggi, selalu berusaha menjaga nama baik,
menunjukkan prestasi dan kinerja yang tinggi. Sedangkan komitmen rendah akan
memiliki kecenderungan untuk malas, mangkir bahkan sampai keluar dari
pekerjaannya.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan penulis, pengelola pendidikan
kesetaraan program paket C PKBM di Kota Cimahi memiliki masa kerja di atas 3
(tiga) tahun. Namun lamanya masa kerja para pengelola tersebut belum dapat
menunjukkan perubahan yang signifikan dalam menarik partisipasi masyarakat
sasaran untuk meningkatkan kualifikasi pendidikannya melalui program paket C.
Komitmen berpengaruh terhadap mutu sesuai dengan hasil penelitian
Sutardi (2016) yang membuktikan komitmen organisasi berpengaruh signifikan
terhadap mutu layanan akademik SMPN di Bandung Raya. Kemudian penelitian
Setiawati & Tjahjono (2017) yang membuktikan komitmen manajemen memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap Kualitas Layanan di RSUD Dr. Soetomo.
Selanjutnya penelitian Sukmawati (2016) membuktikan bahwa komitmen guru
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap mutu kinerja mengajar guru
SMP Negeri di Kota Sukabumi. Dari hasil penelitian tersebut di atas memberikan
informasi bahwa komitmen yang dimiliki oleh sumber daya manusia di suatu
9
Ratih Yuniarti, 2018 PENGARUH KOMITMEN PENGELOLA DAN KEPEMIMPINAN SITUASIONAL KETUA PKBM TERHADAP MUTU PENGELOLAAN PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET C DI KOTA CIMAHI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
organisasi berpengaruh positif terhadap mutu di dalam organisasi tersebut, baik
yang bersifat layanan maupun kemampuan sumber daya manusianya itu sendiri.
Selain pengaruh dari komitmen, mutu pendidikan juga dipengaruhi oleh
kepemimpinan organisasinya. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan
Sallis (2015) bahwa fungsi pemimpin adalah mempertinggi mutu dan mendukung
para staf yang menjalankan roda mutu tersebut. Mutu dipengaruhi oleh
kepemimpinan sesuai dengan hasil penelitian kualitatif Diansyah, Wiyono, &
Maisyaroh (2016) yang menyatakan bahwa pemimpin PKBM berperan dalam
meningkatkan mutu pendidikan kejar paket melalui gaya kepemimpinannya.
Kemudian hasil penelitian Agustina (2016) membuktikan bahwa kepemimpinan
kepala sekolah berpengaruh langsung terhadap mutu pendidikan di SMP Negeri
Kecamatan Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah.
Selanjutnya hasil penelitian Sutardi (2016) membuktikan bahwa kepemimpinan
kepala sekolah dan komitmen organisasi berpengaruh signifikan baik secara
langsung maupun tidak langsung terhadap mutu layanan akademik SMPN di
Bandung Raya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis bermaksud melakukan
penelitian terkait mutu pengelolaan pendidikan kesetaraan program paket C yang
dipengaruhi oleh komitmen pengelola dan kepemimpinan situasional ketua
PKBM. Oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian tentang “Pengaruh
Komitmen Pengelola dan Kepemimpinan Situasional Ketua PKBM terhadap
Mutu Pengelolaan Pendidikan Kesetaraan Program Paket C di Kota
Cimahi”.
1.2. Identifikasi Masalah
Penetapan identifikasi masalah dalam kajian ini berdasarkan pada latar
belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya. Mutu pengelolaan
pendidikan merupakan unsur penting bagi penyelenggaraan pendidikan kesetaraan
program paket C dalam upaya meningkatkan mutu lulusannya. Beragam faktor
yang dapat mempengaruhi mutu pengelolaan pendidikan, diantaranya:
kepemimpinan, komitmen manajemen/pengelola, budaya sekolah, motivasi
berprestasi, fokus pelanggan, komunikasi efektif (Goetsch & Davis, 2014; Hoy &
10
Ratih Yuniarti, 2018 PENGARUH KOMITMEN PENGELOLA DAN KEPEMIMPINAN SITUASIONAL KETUA PKBM TERHADAP MUTU PENGELOLAAN PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET C DI KOTA CIMAHI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Miskel, 2014; Juran & Godfrey, 1999; Kharis, Sudharto, & Yuliejantiningsih,
2016; Knowles, 2011; Murgatroyd & Morgan, 1993; Sallis, 2015), dapat dilihat
pada gambar di bawah ini:
Gambar 1. 1 Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu Dari beberapa faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan, komitmen dan
kepemimpinan merupakan variabel yang cocok dengan kondisi pendidikan
kesetaraan program paket C di Kota Cimahi, sesuai dengan latar belakang
penelitian ini.
Fokus
Pelanggan
MUTU
PENDIDIKAN
- Hanya 28.57%
program paket C yang
diselenggarakan oleh
PKBM di Kota Cimahi
berstatus terakreditasi.
- Penyelenggaraan
pendidikan kesetaraan
program paket C di
Kota Cimahi belum
optimal, karena
terdapat 13.91%
warganya masih
berstatus lulusan
sekolah menengah
pertama.
Kepemimpinan
Hampir 100%
pengelola telah
bekerja selama > 3
tahun, namun belum
dapat menarik lebih
banyak sasaran
program paket C.
Hanya 6 dari 21 orang
Ketua PKBM yang
telah membawa
pendidikan kesetaraan
program paket C
terakreditasi.
11
Ratih Yuniarti, 2018 PENGARUH KOMITMEN PENGELOLA DAN KEPEMIMPINAN SITUASIONAL KETUA PKBM TERHADAP MUTU PENGELOLAAN PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET C DI KOTA CIMAHI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan di
atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh
komitmen pengelola dan kepemimpinan situasional ketua PKBM terhadap
mutu pengelolaan pendidikan kesetaraan program paket C di Kota
Cimahi?” Adapun pertanyaan penelitian diuraikan sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran mutu pengelolaan pendidikan kesetaraan program paket
C di Kota Cimahi?
2. Bagaimana gambaran komitmen pengelola pendidikan kesetaraan program
paket C di Kota Cimahi?
3. Bagaimana gambaran kepemimpinan situasional ketua PKBM di Kota Cimahi?
4. Seberapa besar pengaruh komitmen pengelola pendidikan kesetaraan program
paket C terhadap mutu pengelolaan pendidikan kesetaraan program paket C di
Kota Cimahi?
5. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan situasional ketua PKBM terhadap
mutu pengelolaan pendidikan kesetaraan program paket C di Kota Cimahi?
6. Seberapa besar pengaruh komitmen pengelola pendidikan kesetaraan program
paket C dan kepemimpinan situasional ketua PKBM terhadap mutu
pengelolaan pendidikan kesetaraan program paket C di Kota Cimahi?
1.4. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mutu
pengelolaan pendidikan kesetaraan program paket C yang dipengaruhi oleh
komitmen pengelola dan kepemimpinan situasional ketua PKBM di Kota
Cimahi. Sementara itu tujuan khusus yang ingin dicapai melalui penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Terdeskripsikannya mutu pengelolaan pendidikan kesetaraan program
paket C di Kota Cimahi.
2. Terdeskripsikannya komitmen pengelola pendidikan kesetaraan program
paket C di Kota Cimahi.
3. Terdeskripsikannya kepemimpinan situasional ketua PKBM di Kota
Cimahi.
12
Ratih Yuniarti, 2018 PENGARUH KOMITMEN PENGELOLA DAN KEPEMIMPINAN SITUASIONAL KETUA PKBM TERHADAP MUTU PENGELOLAAN PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET C DI KOTA CIMAHI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
4. Teranalisisnya pengaruh komitmen pengelola terhadap mutu pengelolaan
pendidikan kesetaraan program paket C di Kota Cimahi.
5. Teranalisisnya pengaruh kepemimpinan situasional ketua PKBM terhadap
mutu pengelolaan pendidikan kesetaraan program paket C di Kota Cimahi.
6. Teranalisisnya pengaruh komitmen pengelola dan kepemimpinan
situasional ketua PKBM terhadap mutu pengelolaan pendidikan kesetaraan
program paket C di Kota Cimahi.
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun praktis, manfaat-manfaat tersebut diantaranya:
1.5.1. Secara Teoritis
Penelitian ini secara teoritis dapat bermanfaat sebagai berikut:
1) Sebagai verifikasi konsep terkait faktor yang mempengaruhi mutu
pengelolaan pendidikan kesetaraan program paket C yang meliputi komitmen
pengelola dan kepemimpinan situasional ketua PKBM.
2) Mengetahui gambaran komitmen pengelola, kepemimpinan situasional ketua
PKBM, dan mutu pengelolaan pendidikan kesetaraan program paket C.
3) Penelitian ini dapat dijadikan acuan pada penelitian berikutnya dalam
mengembangkan ilmu administrasi pendidikan khususnya pengembangan
komitmen, kepemimpinan situasional, dan mutu pengelolaan pendidikan.
1.5.2. Secara Praktis
Penelitian ini secara praktis diharapkan dapat bermanfaat untuk dijadikan:
1) Informasi bagi pengelola pendidikan kesetaraan program paket C, khususnya
ketua PKBM dan pengelolanya dalam upaya memperbaiki, meningkatkan,
dan mengembangkan mutu pengelolaan pendidikan kesetaraan program paket
C.
2) Bahan masukan bagi Dinas Pendidikan Kota Cimahi dalam merencanakan,
melaksanakan, menempatkan, dan melakukan pengawasan serta
mengevaluasi komitmen pengelola dan kepemimpinan PKBM dalam rangka
meningkatkan mutu pengelolaan pendidikan kesetaraan program paket C.
13
Ratih Yuniarti, 2018 PENGARUH KOMITMEN PENGELOLA DAN KEPEMIMPINAN SITUASIONAL KETUA PKBM TERHADAP MUTU PENGELOLAAN PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET C DI KOTA CIMAHI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
1.6. Struktur Organisasi Penulisan
Penulisan tesis ini terdiri atas 5 (lima) bab yang disusun secara sistematis
dan terstruktur. Antara bab dengan bab lainnya saling berhubungan satu sama
lain, terikat sehingga membentuk suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.
Pada Bab I yaitu pendahuluan, membahas tentang latar belakang penelitian,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta struktur organisasi
penulisan dalam tesis ini.
Bab II tentang kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.
Pada bab ini membahas tentang konsep atau teori dalam bidang yang dikaji, dalam
hal ini adalah tentang mutu pendidikan, komitmen, kepemimpinan situasional,
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), pendidikan kesetaraan program
paket C. Kemudian pada bab dua juga dibahas tentang hasil penelitian terdahulu
yang relevan dengan bidang yang diteliti, serta kerangka pemikiran dan hipotesis
yang dirumuskan dalam penelitian.
Bab III metode penelitian. Bab ini merupakan bab yang paling penting dari
kelima bab yang ada, karena bab ini membahas tentang kajian metode penelitian
yang meliputi desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, definisi
operasional dari tiap variabel disertai dengan indikator-indikator dari tiap variabel,
instrumen penelitian, prosedur penelitian serta teknik analisis data.
Bab IV tentang hasil dan pembahasan. Bab ini membahas tentang satu
persatu temuan dari penelitian yang dilakukan serta bagaimana pembahasannya
serta dikaitkan dengan konsep dan teori yang ada. Sehingga pada akhirnya dapat
menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan.
Bab V tentang kesimpulan, implikasi dan rekomendasi. Bab ini menyajikan
penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian yang
diringkas dan disederhanakan maknanya serta implikasi dan rekomendasi yang
dapat ditujukan kepada para pembuat kebijakan, kepada para pengguna hasil
penelitian yang bersangkutan, serta kepada peneliti berikutnya yang berminat
untuk melakukan penelitian lanjutan.