BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Intisari merupakan bagian yang cukup penting dalam artikel penelitian.
Intisari (abstract) beserta judul merupakan hal yang pertama sekali menarik
perhatian pembaca sehingga untuk dapat dikenal dan diakui oleh masyarakat
akademik, penulis-peneliti seringkali bergantung padanya, Hardjanto (1997:114).
Menjadi hal yang lumrah jika penulis-peneliti sibuk menjaring informasi diantara
banyaknya intisari yang ditemukan, sebagaimana yang ditegaskan oleh Swales
dalam Hardjanto (1997:114), sangat mudah berubah pikiran: dari sekian banyak
yang membaca judul, hanya beberapa yang membaca intisari, dan diantara mereka
yang membaca intisari, hanya beberapa yang akan membaca artikel penelitian itu
sendiri.
Definisi mengenai pedoman penulisan intisari telah banyak ditulis. Salah
satunya yaitu ANSI (1977) yang mendefinisikan intisari sebagai bentuk
representasi singkat dari keseluruhan isi dokumen atau karya ilmiah dan secara
umum menggambarkan suatu bentuk ringkasan karya ilmiah yang informatif atau
indikatif atas perspektif penulis terhadap artikel penelitian. Definisi dari intisari
yang telah dijelaskan lebih bersifat preskriptif oleh karenanya tidak dapat
memberikan masukan-masukan langsung bagi perancangan program pengajaran
dalam menulis intisari artikel penelitian bagi penulis-peneliti yang non-penutur
asli. Masukan-masukan langsung yang diterima dalam penulisan intisari, akan
2
diperoleh ketika diperhadapkan dengan banyaknya kesalahan yang dilakukan oleh
pembelajar bahasa asing atau kedua.
Dua hal yang tidak dapat dihindarkan oleh pembelajar bahasa asing atau
kedua dalam berbahasa yaitu kekeliruan (mistake) dan kesalahan (error). Menurut
Dulay, dkk (1982:139) kekeliruan dan kesalahan merupakan dua hal yang
berbeda. Kekeliruan (mistake) adalah suatu kesalahan yang disebabkan oleh
ketidaksengajaan dalam berbahasa (language performance) dan pembelajar akan
dengan segera memperbaikinya, sehingga kecil kemungkinan jika kekeliruan
tersebut terulang kembali. Berbeda dengan kekeliruan, kesalahan (error) terjadi
akibat kurangnya kompetensi pembelajar (language competence) dalam
menguasai bahasa target. Pernyataan tersebut juga didukung oleh Gass dan
Selinker (2008:102) yang menjelaskan bahwa kekeliruan (mistakes) terjadi karena
ketidaksengajaan sedangkan kesalahan (error) terjadi secara sistematis.
Mahasiswa yang berasal dari program studi pendidikan bahasa Inggris di
Universitas Asahan merupakan mahasiswa pembelajar bahasa asing dan
diwajibkan untuk menulis artikel ilmiah (beserta intisari) berbahasa Inggris
sebagai bentuk tugas akhir. Lamanya waktu menempuh pendidikan, pembelajaran,
serta pelatihan dalam berbahasa Inggris, ternyata tidak menjamin pembelajar
untuk terhindar dari kesalahan berbahasa karena dalam mempelajari bahasa kedua
atau asing kesalahan merupakan hal yang wajar.
Berikut merupakan kalimat yang ditemukan peneliti di dalam intisari yang
dibuat oleh mahasiwa pendidikan bahasa Inggris di UNA.
1. *The data were collected by using spelling test as the instrument to find out the
students score.
3
2. *Based on the criterion provided by criterion which was presented in the
previous chapter 85% is said to be successful.
Contoh kalimat pertama memiliki kesalahan gramatikal yang meliputi
kesalahan dalam penghilangan aposthrope pada students dan penghilangan –s
pada score dan spelling test. Contoh kalimat kedua juga terdapat kesalahan dalam
aspek gramatikal yang meliputi kesalahan bentuk derivasi pada nomina asing
criterion. Criterion merupakan nomina asing berpenanda tunggal. Criterion pada
kalimat diatas seharusnya diubah ke dalam bentuk jamak menjadi criteria. Hal
tersebut diketahui dengan membaca keseluruhan intisari. Kesalahan-kesalahan
yang ditemukan tidak hanya pada aspek gramatikal saja, kesalahan membangun
kalimat-kalimat dalam wacana (style) juga ditemukan. Dengan mengamati,
mengidentifikasi, dan mendekripsikan kedua contoh kalimat diatas, peneliti
mencoba untuk membetulkan kalimat tersebut. Kedua kalimat diatas dapat
diperbaiki menjadi:
The data were collected by using the spelling tests to find out the students’ scores.
Based on the criteria, the results show that the improvement on spelling ability
through Drill and Practice method was successful.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti memfokuskan untuk menganalisis
kesalahan–kesalahan dalam tatanan morfologi dan sintaksis (grammar).
Kesalahan-kesalahan gramatikal yang terdapat dalam intisari-intisari berbahasa
Inggris tersebut, dianalisis dengan menggunakan analisis kesalahan. Analisis
kesalahan yaitu menganalisis kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh
pembelajar dengan tahap-tahap yang dapat dilakukan yaitu dengan cara
mengamati, mengidentifikasi, mendeskripsikan dan menemukan penyebab
kesalahan (Brown,1980).
4
Penelitian ini mengidentifikasi kesalahan-kesalahan gramatikal apa saja
yang terdapat pada intisari skripsi mahasiswa pada program studi pendidikan
bahasa Inggris dari Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Asahan pada
lulusan tahun 2015, dan faktor-faktor penyebab terjadinya kesalahan.
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti topik dalam
bidang linguistik terapan yang berjudul “Analisis Kesalahan Gramatikal Pada
Intisari Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris”.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan beberapa
rumusan masalah yang menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bentuk-bentuk kesalahan morfologi apa saja yang dibuat oleh mahasiswa
program studi pendidikan bahasa Inggris di UNA dalam menulis intisari?
2. Bentuk-bentuk kesalahan sintaksis apa saja yang dibuat oleh mahasiswa
program studi pendidikan bahasa Inggris di UNA dalam menulis intisari?
3. Apa sajakah faktor-faktor yang menyebabkan kesalahan dalam menulis
intisari?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini mengacu pada rumusan masalah diatas, yaitu:
1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk kesalahan morfologi yang terdapat dalam
penulisan intisari berbahasa Inggris di UNA.
5
2. Mendeskripsikan bentuk-bentuk kesalahan sintaksis yang terdapat dalam
penulisan intisari berbahasa Inggris di UNA.
3. Menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan tersebut.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis
maupun praktis. Secara umum, penelitian ini memberikan gambaran tentang
fenomena pembelajaran dan pengajaran bahasa asing dalam bidang linguistik
terapan, khususnya mengenai kaidah pembentukan kata (morfologi) dan kalimat
(sintaksis) dalam bahasa Inggris. Selain itu, peneliti juga berharap agar hasil
ataupun temuan dari penelitian ini dapat menjadi inspirasi bagi peneliti lainnya
untuk melakukan penelitian tentang analisis kesalahan terhadap bahasa-bahasa
asing. Selain itu dengan adanya temuan ini, para pengajar dapat memprediksi
masalah-masalah yang sering dihadapi pembelajar dalam penguasaan dan
pengajaran bahasa asing. Dengan ditemukannya kesulitan-kesulitan yang sering
dialami pembelajar, maka diperoleh pula metode pengajaran yang baik dalam
pembelajaran bahasa asing sehingga dapat meminimalisir kesalahan.
Adapun manfaat praktis dalam penelitian ini adalah diharapkan agar
mahasiswa dan dosen selaku pembimbing skripsi dapat saling bekerjasama dalam
memberikan kontribusi atas penulisan intisari bahasa Inggris oleh mahasiswa.
6
1.5 Tinjauan Pustaka
Penelitian tentang analisis kesalahan telah banyak dilakukan, namun
penelitian tentang struktur gramatika pada intisari masih jarang ditemukan.
Peneliti menemukan penelitian yang mempunyai hubungan dengan penelitian ini.
Berikut akan diberikan gambaran sekilas mengenai penelitian-penelitian tersebut.
Penelitian pertama dilakukan oleh Erlina Novitasari pada tahun 2012
dengan judul penelitian yaitu “Kesalahan dalam Terjemahan Intisari Karya Ilmiah
oleh Mahasiswa Jurusan Sastra Jerman Angkatan 2008 Universitas Negeri
Malang”. Penelitian tersebut hampir sama dengan yang dilakukan peneliti yaitu
meneliti tentang analisis kesalahan. Penelitian ini mendeskripsikan tentang
kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa Jurusan Sastra Jerman yang meliputi
kosakata (Wortschatz), gramatika (Grammatik), ungkapan (Ausdruck), dan bentuk
komunikatif (kommunikative Gestaltung). Hal yang membedakan penelitian ini
dengan penelitian yang dilakukan oleh Erlina yaitu peneliti akan membahas
tentang analisis kesalahan gramatikal yang mencakup tataran morfologi dan
sintaksis dalam intisari skripsi berbahasa Inggris. Sehingga dapat dikatakan bahwa
topik yang akan dianalisis peneliti lebih spesifik dibandingkan dengan penelitian
Novitasari.
Penelitian yang kedua dilakukan oleh Iriani Lanteng pada tahun 2014
dengan judul “Kesalahan Gramatikal dalam Intisari Skripsi dari lulusan Fakultas
Sastra”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah mencoba untuk mengidentifikasi
dan menganalisis jenis-jenis kesalahan dalam intisari skripsi berbahasa Inggris
yang dibuat oleh lulusan fakultas sastra. Hasil dari penelitian tersebut
7
menunjukkan bahwa terdapat tiga kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa
lulusan fakultas sastra yaitu kesalahan penghilangan (omission) yang meliputi
penghilangan plural -s, to be, article,suffix –ly, apostrophe s (‘s), suffix –ing,
coordinating conjuction (and), kesalah penggunaan bentuk (misinformation) yang
meliputi bentuk apostrophe („), bentuk akhir verba –ed, to be, Other, ujaran
langsung dan tidak langsung (direct and indirect speech) dan kesalahan
penempatan (misordering) yang meliputi to be dan subyek-predikat. Hal yang
membedakan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Lanteng adalah
dalam penelitian tersebut fokus terhadap analisis kesalahan yang terletak dalam
jenis kesalahan gramatikal atau yang menyalahi aturan bahasa Inggris sedangkan
dalam penelitian ini fokus terhadap tataran morfologi dan juga sintaksis.
Kemudian, analisis data yang digunakan dalam penelitian tersebut menggunakan
teori Ellis (1998), dimana analisisnya difokuskan pada kesalahan penghilangan,
kesalahan penggunaan bentuk dan kesalahan penempatan sedangkan analisis
kesalahan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis taksonomi
surface strategy berdasarkan teori Dulay, dkk, (1982). Selain menggunakan teori
yang berbeda, dalam penelitian tersebut hanya mengidentifikasi serta
menganalisis kesalahan gramatikal yang tidak begitu mendetail dan dalam
penelitian tersebut juga tidak mengulas penyebab-penyebab kesalahan serta
implikasi dari kesalahan tersebut. Kemudian, sampel dari penelitian yang
dilakukan juga berbeda. Dengan kata lain, penelitian yang dilakukan ini tidak
mengulangi penelitian yang dilakukan oleh Iriani Lanteng.
8
Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Mayang Widhi Pamulat Kristi pada
tahun 2014 yang berjudul “Analisis Kesalahan Sintaksis dan Morfologis
Karangan Bahasa Inggris Siswa SMA (RSBI) BPOPKRI I Yogyakarta dan
Implikasinya”. Sumber data dalam penelitian tersebut berupa dokumen karangan
siswa SMA yang meliputi teks narrative, recount, dan procedure yang diperoleh
dari siswa kelompok prestasi tinggi, sedang maupun rendah. Data yang
dikumpulkan yaitu melalui teknik baca, catat dan wawancara. Hal yang
membedakan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Kristi yaitu
analisis kesalahan sintaksis dan morfologi pada penelitian tersebut hanya
menggunakan teori klasifikasi kesalahan berdasarkan Taksonomi Dulay
sedangkan pada penelitian ini, untuk analisis kesalahan morfologi peneliti
menggunakan teori James dan untuk analisis kesalahan sintaksis, menggunakan
model klasifikasi kesalahan Politzer dan Ramirez (dikutip dalam Dulay, Burt dan
Krashen 1982). Kemudian, sumber data yang diperoleh dan teknik pengumpulan
data yang digunakan pada penelitian ini juga berbeda. Sehingga, dapat dikatakan
bahwa penelitian ini merupakan penelitian pembaruan dari penelitian Kristi.
Penelitian yang keempat berjudul “Analisis Kesalahan Gramatikal Pada
Karangan Bahasa Inggris Mahasiswa Tahun Pertama”. Novi Wulandari memilih
mahasiswa jurusan Ekonomi Perbankan Islam Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta di Semester II sebagai objek penelitiannya. Data yang diperoleh,
dideskripsikan berdasarkan teori morfologi dan sintaksis. Hal yang membedakan
penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Novi, terletak pada landasan teori
9
morfologi dan sintaksis, objek penelitian, dan teknik pengambilan sampel dan
hasil penelitian.
Penelitian yang kelima dilakukan oleh Khoirul Havid pada tahun 2015,
dengan judul “Analisis Kesalahan Pada Naskah Intisari Jurnal Ilmiah”. Penelitian
ini menjelaskan kesalahan gramatika dan leksikal pada penelitian naskah intisari
berbahasa Inggris pada jurnal ilmiah dan faktor penyebab kesalahan yang
disebabkan oleh faktor linguistik yang dipengaruhi oleh kesalahan interlingual dan
intralingual serta implikasi kesalahan gramatika yang mencakup kesalahan lokal
dan kesalahan global. Meskipun membahas objek yang sama, namun peneliti
melakukan penelitian kesalahan gramatikal yang lebih mendalam dan lebih
spesifik yaitu mencakup kesalahan morfologi dan sintaksis, kesalahan-kesalahan
yang ditemukan, serta faktor-faktor penyebab kesalahan yang dibuat oleh
mahasiswa. Selain itu, data yang diambil peneliti juga lebih banyak dari Havid.
Teknik yang pengambilan sampel yang digunakan peneliti dalam penelitian ini
yaitu menggunakan teknik pemilihan sampel bertujuan (purposive sample)
dimana jumlah pemilihan sampel memerlukan karakteristik tertentu. Dengan
demikian, penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Havid.
1.6 Landasan Teori
1.6.1 Analisis Kesalahan
Analisis kesalahan merupakan cabang dari linguistik terapan. James
(1998:1) mengatakan bahwa analisis kesalahan merupakan proses penentuan dari
pengaruh, kealamiahan, penyebab dan konsekuensi atas ketidakberhasilan dari
10
berbahasa. Fakta yang dapat dilihat jika pembelajar melakukan kesalahan yaitu
kesalahan yang dilakukan pembelajar tersebut dapat diamati, dianalisis, dan
diklasifikasikan untuk mengungkapkan sistem operasi pembelajar (Brown,
1980:166). Melalui deskripsi dan pengklasifikasian kesalahan, dapat diketahui
pula penyebab kesalahan-kesalahan yang dialami pembelajar dalam pembelajaran
bahasa. Sehingga, analisis kesalahan memberikan prediksi terhadap dua bahasa
dan hal tersebut merupakan sumber penambahan informasi yang penting dalam
penyeleksian yang tergabung di dalam silabus (Corder, 1973:257). Keshavarz
(2012:57) juga menambahkan bahwa analisis kesalahan merupakan suatu
pendekatan berdasarkan persamaan teori pemerolehan bahasa pertama dan bahasa
kedua serta dianggap praktis secara pedagogis.
Analisis kesalahan berbeda dengan analisis kontrastif. Analisis kesalahan
muncul sebagai reaksi terhadap pandangan pembelajaran bahasa yang diusulkan
oleh teori analisis kontrastif yang memandang bahwa transfer bahasa sebagai
central process dalam pembelajaran bahasa kedua dan bahasa asing (Keshavarz,
2012: 58). Analisis kontrastif timbul dari interferensi yang disebabkan oleh
ketidakfamiliaran penutur bahasa ibu dengan bahasa yang dipelajari (target
language). Dua konsep yang diperlukan dalam analisis kontrastif (anakon) yaitu
transfer dan interferensi. Proses pengalihan kebiasaan ber-B1 ke dalam ber-B2
disebut transfer sedangkan kesalahan ber-B2 sebagai akibat kebiasaan ber-B1
yang tidak sama disebut interferensi atau transfer negatif. Tujuan dari analisis
kontrastif yaitu untuk meningkatkan dan memperbesar keberhasilan pembelajaran
dan pengajaran bahasa (Parera, 1997:137).
11
Munculnya perhatian terhadap analisis kesalahan disebabkan karena
ketidakpuasan akan teori-teori analisis kontrastif yang hanya menjelaskan
kesalahan berbahasa siswa berdasarkan interferensi antarbahasa B1 ke B2. Selain
itu terdapat pula banyak kesalahan yang tidak dapat dijelaskan oleh teori analisis
kontrastif. Beberapa argumen yang menjadi dasar pengembangan analisis
kesalahan yaitu: (1) Analisis kesalahan tidak mengalami keterbatasan penjelasan
seperti Anakon dengan interferensi antarbahasa. Analisis kesalahan menunjukkan
banyak tipe kesalahan yang dilakukan para siswa, (2) Analisis kesalahan
menyajikan data yang aktual dan problem yang konkret sehingga analisis
kesalahan lebih ekonomis dan efisien untuk menyusun runtunan pelajaran bahasa,
(3) Analisis kesalahan tidak dihadapkan dengan teori dan hipotesis yang rumit
seperti analisis kontrastif. Misalnya, dalam analisis kontrastif orang harus
melakukan telaah tentang persamaan dan perbedaan antara B1 dan B2 yang
kadang-kadang memang sangat kompleks (Parera, 1997: 141-143).
Dari beberapa landasan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa yang
menjadi titik pusat dalam analisis kesalahan yaitu aspek kreatif siswa dalam
pembelajaran bahasa pertama dan bahasa kedua.
Menurut Corder (1981:11) ada tiga alasan mengapa analisis kesalahan
perlu dilakukan. Alasan yang pertama yaitu hasil analisis kesalahan berperan bagi
pembelajar itu sendiri karena melalui analisis tersebut dapat diketahui sejauh
mana tujuan pembelajaran yang telah dicapai dan hal-hal apa saja yang dilakukan
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Alasan yang kedua yaitu hasil analisis
kesalahan merupakan bukti untuk melihat, memahami, meninjau kembali serta
12
memperbaiki kesalahan dalam pembelajaran bahasa asing. Alasan yang ketiga
merupakan aspek yang paling penting karena melalui hasil analisis kesalahan,
pengajar dapat mengetahui bagaimana proses pembelajaran bahasa yang
dilakukan serta diterima oleh pembelajar.
Sebagai bentuk umpan balik, analisis kesalahan juga sangat penting bagi
pengajar yaitu: (1) untuk menyusun rancangan pembelajaran dan penyajian materi
dalam pengajaran bahasa, (2) untuk menentukan tingkat penjelasan, penekanan,
dan pelatihan (Parera, 1997:141), (3) mempersiapkan pelatihan berupa kuis atau
remedi, dan (4) memilih butir-butir bahasa sebagai bentuk test kecakapan
berbahasa.
1.6.2 Klasifikasi Kesalahan Berbahasa
Berikut adalah taksonomi yang digunakan untuk mengelompokkan
kesalahan-kesalahan dalam berbahasa menurut Dulay, dkk (1982) yaitu:
1. Taksonomi Kategori Linguistik
Taksonomi kategori linguistik merupakan analisis berdasarkan konstituen
kesalahan berbahasa yang meliputi:
a) kesalahan pada tatanan fonologi (pronunciation)
b) kesalahan pada tatanan morfologi dan sintaksis (grammar)
c) kesalahan pada tatanan leksikon dan semantik (meaning and vocabulary)
d) kesalahan pada tatanan wacana (style)
Seperti yang telah dijelaskan oleh peneliti sebelumnya, bahwa yang
menjadi fokus penelitian ini yaitu pada tataran morfologi dan sintaksis.
13
Konstituen pada komponen kesalahan bahasa yang terdapat dalam tataran
morfologi yaitu meliputi morfem yang tidak bergramatikal dan kesalahan yang
terdapat dalam tataran sintaksis yaitu kesalahan pada frasa atau klausa.
Fokus pertama dari penelitian ini yaitu terletak pada tatanan morfologi.
Peneliti membahas kesalahan morfologi dengan mengikuti teori James (1998)
dengan beberapa tambahan aspek morfologi sesuai dengan yang ditemukan di
dalam data peneliti. Kesalahan-kesalahan dalam morfologi yang umum terjadi
yaitu meliputi telaah infleksi (inflectional morphology) dan telaah pembentukan
kata (lexical or derivational morphology). Kemudian, kesalahan dalam tataran
morfologi yang meliputi bentuk nomina, verba, adjektiva, adverbia, dan preposisi.
Fokus kedua dari penelitian ini yaitu terletak pada tataran sintaksis. Peneliti
membahas kesalahan sintaksis dengan mengikuti model klasifikasi kesalahan
Politzer dan Ramirez (dikutip dalam Dulay, Burt dan Krashen 1982) yang
meneliti tentang 120 siswa keturunan campuran Meksiko-Amerika yang
mempelajari bahasa Inggris di Amerika Serikat. Politzer dan Ramirez
mendeskripsikan kesalahan-kesalahan sintaksis sebagai berikut:
1. Frasa Nomina
a. Determinan (Determiners)
b. Nominalisasi
c. Number
d. Penggunaan kata ganti orang (Pronouns)
e. Penggunaan preposisi (Prepositions)
2. Frasa Verba
14
a. Penghilangan verba
b. Penggunaan progressive tense
c. Persesuaian subjek dan verba (Agreement of subject and verb)
3. Konstruksi verba (Verb-and-Verb Construction)
4. Urutan Kata (Word Order)
5. Transformasi
a. Transformasi kedalam bentuk negative (Negative transformation)
b. Transformasi kedalam bentuk pertanyaan (Question transformation)
c. Transformasi penggunaan There
d. Transformasi klausa sub-ordinat
Selanjutnya kesalahan dalam tataran morfologi dan sintaksis berdasarkan
taksonomi kategori strategi performasi, dimana kesalahan tersebut dibagi
berdasarkan modifikasi permukaan kalimat yang terdiri dari penghilangan
(omission), penambahan (addition), salah bentuk (misformation), dan salah urutan
(misordering).
2. Taksonomi Kategori Permukaan (Surface Strategy Taxonomy)
Dulay, (1982:150) menegaskan bahwa Taksonomi Kategori Permukaan
adalah taksonomi yang digunakan untuk meramalkan jenis-jenis kesalahan yang
dilakukan pembelajar dalam mempelajari bahasa kedua atau bahasa asing.
Taksonomi ini juga mewajibkan kepada peneliti untuk memberikan perhatian
kepada para pembelajar dengan cara mengidentifikasikan tipe-tipe kesalahan yang
15
berasal dari proses kognitif pembelajar itu sendiri dalam merekonstruksi bahasa
baru atau bukan bahasa pertamanya. Dalam Taksonomi Kategori Permukaan,
tataran kesalahan dalam berbahasa dapat dibedakan menjadi 4 macam kesalahan
yaitu:
a) Penghilangan (omission) yang berarti penghilangan satu unsur bahasa atau
lebih, misalnya morfem atau kata sehingga menyebabkan konstruksi frasa
atau kalimat tersebut menjadi kurang tepat.
b) Penambahan (addition) yang berarti penambahan satu unsur bahasa atau lebih
dalam konstruksi frasa atau kalimat yang seharusnya tidak diperlukan.
c) Salah bentuk (misformation) yang berarti kesalahan dalam membentuk
morfem atau struktur kata.
d) Salah urutan (misordering) yang berarti kesalahan dalam menempatkan
struktur bahasa yang terjadi secara sistematis pada pembelajar bahasa pertama
atau kedua dalam ujaran langsung maupun tidak langsung ke dalam bahasa
target sehingga ujaran tersebut menjadi tidak gramatikal.
1.6.3 Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kesalahan
Langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti setelah mengidentifikasi
jenis-jenis kesalahan yang dilakukan pembelajar yaitu menemukan penyebab-
penyebab terjadinya kesalahan. Dalam pembelajaran bahasa kedua atau bahasa
asing, banyak penyebab terjadinya kesalahan dalam berbahasa yang dialami oleh
pembelajar misalnya saja kurikulum, silabus, pemilihan bahan ajar, cara
pengajaran bahasa dengan menggunakan metode atau teknik yang kurang tepat,
16
kesulitan karena materi itu sendiri, serta faktor personal lain yang tidak dapat
dihitung banyaknya. Beberapa pakar linguistik mempunyai teori-teori tentang
penyebab kesalahan berbahasa pada pembelajar bahasa kedua. Namun, pada
penelitian ini, peneliti fokus terhadap teori Richards (1973), Taylor dan Brown di
dalam Brown (1980:173-178). Brown (1980: 173-178) berpendapat bahwa
kesalahan berbahasa dapat terjadi karena empat faktor yaitu transfer interlingual,
transfer intralingual, konteks pembelajaran, dan strategi komunikasi.
1. Transfer Interlingual (Interlingual Transfer)
Transfer interlingual disebabkan oleh adanya gangguan dari bahasa pertama.
Kesalahan ini terjadi di tahap awal ketika pembelajar mulai mempelajari tata
bahasa pada bahasa kedua. Dalam mentransfer bahasa kedua, pembelajar
sering menggunakan tata bahasa pada bahasa pertamanya.
2. Transfer Intralingual (Intralingual Transfer)
Transfer intralingual disebabkan oleh interferensi bahasa pertama ke bahasa
target (B2) yang dialami pembelajar pada tahap awal pembelajaran bahasa
atau aturan-aturan gramatikal secara umum dalam bahasa target. Dengan kata
lain, hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajar mengalami pengembangan
kompetensi bahasa kedua serta karakteristik pembelajaran bahasa secara
umum.
3. Konteks Pembelajaran (Context of Learning)
Konteks pembelajaran menjadi sumber penyebab kesalahan yang ketiga.
Kesalahan konteks pembelajaran mencakup materi pelajaran, guru yang
mengajar dan juga lingkungan kelas. Para pembelajar melakukan kesalahan
17
karena disebabkan oleh konsep mengajar yang salah dalam mengajar, seperti
kesalahan dalam menyajikan materi, pola pengajaran yang cenderung hafalan,
dan kesalahan informasi yang diperoleh sipengajar sehingga tanpa sengaja
ditularkan ke pembelajar. Selain itu, konteks pembelajaran juga mencakup
salah tafsir yang dilakukan pembelajar itu sendiri atas apa yang telah mereka
pelajari sehingga terjadi kesalahan-kesalahan.
4. Strategi komunikasi (Communication Strategies)
Strategi komunikasi disebabkan oleh kesalahan pembelajar dalam
menyampaikan gagasannya dengan strategi yang berbeda-beda. Hal tersebut
mungkin bisa atau tidak diterima oleh penerima pesan. Dengan kata lain,
strategi komunikasi disebabkan oleh ketumpangtindihan antara transfer
interlingual, transfer intralingual dan konteks pembelajaran.
1.6.4 Tata Bahasa (grammar)
Pengertian mengenai tatabahasa telah banyak didefinisikan para ahli. Salah
satunya yaitu Greenbaum dan Nelson (2002:1) yang mendefinisikan tata bahasa
sebagai pusat komponen dari bahasa yang memiliki seperangkat aturan-aturan
untuk mengkombinasikan kata-kata di dalam bahasa ke dalam unit yang lebih
luas. Barangkali, karena aturan-aturan bahasa yang berbeda dengan bahasa
pertama, menyebabkan pembelajar mengalami kesulitan menggunakan aturan
bahasa kedua. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Lyons (1968:53-54) yang
mengungkapkan bahwa tatabahasa merupakan masalah yang paling sulit dan
sering dihadapi oleh pembelajar bahasa asing atau bahasa Inggris karena memiliki
18
seperangkat-seperangkat aturan yang begitu kompleks, sehingga menyebabkan
pembelajar mengalami kesulitan dalam merekontruksi bahasa asing atau bahasa
yang sedang dipelajari. Kesalahan yang dilakukan dalam mempelajari bahasa
asing merupakan hal yang lazim dilakukan karena pembelajar bahasa kedua
bukanlah penutur asli dari bahasa tersebut. Oleh sebab itu, diperlukan adanya
proses pembelajaran untuk mengatasi dan mengurangi kesalahan pembelajar.
1.6.4.1 Kesalahan-Kesalahan Gramatikal
Kesalahan-kesalahan gramatikal yang terdapat di dalam data penelitian
meliputi kesalahan dalam tataran morfologi dan tataran sentaksis. Morfologi
berhubungan dengan bentuk kata di dalam bahasa sedangkan sintaksis
berhubungan dengan identifikasi aturan-aturan bahasa dalam mengkombinasikan
kata ke dalam frasa dan frasa kedalam kalimat (Lieber, 2009:144).
1.6.4.1.1 Morfologi
Penelitian ini mengambil ranah morfologi sebagai fokus pertama, akan
tetapi tidak semua teori morfologi akan dibahas disini. Pada umumnya morfologi
dibagi ke dalam dua bidang yakni telaah infleksi (inflectional morphology) dan
telaah pembentukan kata (lexical or derivational morphology). Morfologi
infleksional membahas berbagai bentuk leksem, sedangkan morfologi
derivasional membahas leksem-leksem baru dari basis tertentu (Ba‟dulu dan
Herman, 2005:1).
19
Peneliti membahas poin-poin morfologi yang berhubungan dengan teori
James (1998) yang telah disebutkan diatas. Kesalahan morfologi juga meliputi
kesalahan leksikal. Kesalahan leksikal merupakan kesalahan yang termasuk dalam
tataran morfologi. Beberapa kesalahan leksikal yang sering ditemukan dalam
penelitian bahasa Inggris yaitu kesalahan dalam bentuk nomina, verba, ajektiva,
adverbia, dan preposisi.
Kesalahan dalam bentuk morfologi yang juga sering dilakukan oleh
pembelajar bahasa Inggris (B2) dalam menulis yaitu kesalahan dalam penanda
orang ketiga tunggal -s, bentuk jamak -s, bentuk lampau -ed, dan bentuk
progressive (sedang berlangsung) -ing. Tidak hanya itu, kesalahan dalam bentuk
apostroph ‘s juga sering dilakukan oleh pembelajar bahasa Inggris sebagai bahasa
asing, Garret dan Austin (di dalam James, 1998:155).
1.6.4.2.2 Sintaksis
Penelitian ini mengambil ranah sintaksis sebagai fokus kedua. Namun,
tidak semua teori sintaksis akan dibahas disini. Secara umum sintaksis merupakan
sistem urutan kata yang dikombinasikan menjadi suatu struktur yang lebih besar
seperti frasa, klausa dan kalimat (Parker dan Riley, 2014:71).
Frasa adalah kelompok kata, yang merupakan bagian fungsional dari
tuturan yang lebih panjang (Verhaar, 2012:162). Pendapat ahli lain, mengatakan
bahwa frasa ialah satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang
tidak melampaui batas fungsi (Ramlan di dalam Ba‟dulu dan Herman, 2005:58).
Unsur-unsur fungsional yang terdapat dalam frasa yaitu S, P, O, Pel, dan Ket. Dari
20
pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa frasa merupakan kelompok
kata atau lebih yang menduduki satu fungsi kalimat. Susunan frasa terdiri dari
modifier (yang menjelaskan) dan head (yang dijelaskan). Dalam bahasa Inggris,
terdapat beberapa jenis frasa diantaranya yaitu frasa nomina, frasa verba, frasa
ajektiva, frasa adverbia, dan frasa preposisi.
Setelah frasa, satuan yang lebih besar yang dibahas dalam kajian
sintaksis adalah klausa. Klausa adalah kalimat yang terdiri atas hanya satu verba-
atau frasa verba saja, disertai satu atau lebih konstituen yang secara sintaktis
berhubungan dengan verba (Verhaar, 2012:162).
Penjelasan berikutnya yaitu kalimat, Kalimat adalah satuan bahasa yang
secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan baik secara aktual
maupun potensial terdiri atas klausa (Kridalaksana di dalam Ba‟dulu dan Herman,
2005:48).
Pada fokus yang kedua ini, peneliti hanya akan membahas poin-poin
sintaksis yang berhubungan dengan model deskripsi analisis Politzer dan Ramirez
seperti yang telah dikemukakan diatas. Kesalahan-kesalahan yang muncul dalam
penggunaan frasa, klausa, dan poin-poin penting yang termasuk di dalamnya lah
yang akan dikategorikan sebagai kesalahan sintaksis yang akan dianalisis di dalam
penelitian ini.
1.7 Metode Penelitian
Metode yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif yaitu pendekatan penelitian
21
dengan mendeskripsikan kesalahan-kesalahan gramatika berdasarkan fakta-fakta
yang ada di dalam intisari skripsi mahasiswa program studi pendidikan bahasa
Inggris di UNA (Sudaryanto, 1986:62) dan menghitung jumlah kesalahan yang
dilihat dari masing-masing intisari.
Korpus penelitian ini berupa intisari artikel penelitian mahasiswa yang
berasal dari lulusan tahun 2015. Intisari yang dipilih dari skripsi mahasiswa yang
lulus tahun 2015 dengan menggunakan tipe penelitian tindakan kelas. Keputusan
tersebut diambil karena merupakan salah satu genre klasik yang banyak ditulis
oleh mahasiswa yang berlatar belakang pengajaran dan pendidikan bahasa Inggris.
Selanjutnya intisari dipilih sebanyak 20 dengan mencerminkan ciri-ciri khas
struktur morfologi dan sintaksisnya, dan untuk memudahkan analisis dan
penyebutan setiap intisari diberi nomor (dari A-T) dibelakang urutan baris kalimat
dari intisari (misalnya A.1, A.2, dan seterusnya). Teknik pengambilan sampel
yang dilakukan peneliti yaitu menggunakan purposive sampling technique.
1.7.1 Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode penelitian
kebahasaan yaitu metode simak dan dalam praktik selanjutnya diikuti dengan
teknik lanjutan berupa teknik simak bebas libat cakap (SBLC). Dengan kata lain,
peneliti hanya berperan sebagai pengamat bahasa dan tidak terlibat dalam
peristiwa pertuturan bahasa yang sedang diteliti (Mahsun, 2005:93). Disini
peneliti hanya sebagai pemerhati atau penyimak kebahasaan dan mencatat segala
fenomena kebahasaan yang didapat dari data tersebut.
22
1.7.2 Metode Analisis Data
Masing-masing intisari kemudian diteliti untuk mengetahui kesalahan
morfologi dan sintaksisnya. Untuk analisis ini digunakan ancangan langkah-tahap
yang dikembangkan oleh Brown (1980) yaitu dengan cara mengamati,
mengidentifikasi, mendeskripsikan dan menemukan penyebab kesalahan. Terlebih
dahulu, peneliti mengamati, mengidentifikasi, kemudian memperbaiki kalimat
satu persatu, karena dalam menganalisis kesalahan morfologi, pembetulan tidak
hanya dilakukan pada aspek morfologi saja namun dalam aspek sintaksis juga.
Sehingga, analisis kesalahan pada kalimat-kalimat tersebut tetap dilakukan.
Tahap berikutnya setelah pengamatan dan identifikasi yaitu tahap
alternatif pembetulan. Kalimat tersebut dibetulkan secara keseluruhan sehingga
bentuk kalimat yang dihasilkan akan menjadi berbeda dengan kalimat yang
terdapat di dalam data. Setelah itu, peneliti melihat perubahan kata dari kalimat
yang belum diperbaiki dengan yang sudah. Jika terdapat perubahan-perubahan
dengan data awal, maka perubahan tersebut merupakan kesalahan. Metode
perhitungan kesalahan yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan menghitung
kategori kesalahan yang dilihat dari masing-masing intisari untuk melihat rata-rata
kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar.
1.7.3 Teknik Analisis Data
Teknik yang dilakukan peneliti dalam menganalisis data penelitian ini
yaitu dengan cara: Pertama Identifikasi. Peneliti mengidentifikasi kesalahan pada
tatanan morfologi terlebih dahulu dan selanjutnya kesalahan sintaksis. Kedua,
23
Review: peneliti mereview kalimat-kalimat yang terdapat di dalam intisari naskah
skripsi dan mengkonsultasikan kesalahan tersebut kepada ahli. Ketiga,
Klasifikasi: peneliti mengklasifikasikan kesalahan morfologi berdasarkan teori
James dan mengklasifikasikan kesalahan sintaksis berdasarkan model deskripsi
analisis Politzer dan Ramirez. Keempat, Deskripsi: peneliti mendeskripsikan
kategori kesalahan-kesalahan tersebut. Kelima, Explanasi: peneliti menjelaskan
tentang kaidah penulisan intisari dalam bahasa Inggris yang benar dan berterima
serta melakukan perbaikan untuk mengetahui penyebab dari kesalahan tersebut.
Keenam, Konklusi: Peneliti menyimpulkan analisis yang sudah dilakukan.
1.8 Sistematika Penyajian
Untuk memudahkan pemahaman terhadap penelitian ini, peneliti
menyajikan penelitian ini ke dalam lima bagian pokok, yakni: Bagian pertama
merupakan pendahuluan yang terdiri dari latarbelakang masalah yang berisikan
alasan peneliti mengambil topik dan faktor-faktor menarik yang melatar belakangi
penelitian ini. Kemudian, bab tersebut berisikan rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian,
dan sistematika penyajian. Bagian kedua merupakan bentuk-bentuk kesalahan
morfologi beserta penjelasannya. Bagian ketiga merupakan deskripsi tentang
bentuk-bentuk kesalahan sintaksis beserta dengan penjelasannya. Bagian
keempat, berisi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan.
Selanjutnya, bagian kelima merupakan penutup. Pada bagian ini, peneliti
24
menyimpulkan penemuan-penemuan yang diperoleh dari hasil analisis. Selain itu,
peneliti juga menyertakan daftar pustaka, beserta lampiran pendukung lainnya.