BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/45742/2/BAB I.pdf · dan perilaku makan,...

6
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak lahir bayi-bayi memperlihatkan gaya emosi yang berbeda-beda. Ada yang hampir selalu riang dan gembira, ada pula bayi yang sering menangis. Tendensi ini mencerminkan temperamen atau gaya perilaku dan cara berespon yang sifatnya individual. Sesuai dengan hubungannya dengan emosi, temperamen dimiliki setiap individu dan mendeskripsikan perbedaan individual mengenai cepat atau lambatnya kemunculan emosi, seberapa kuat, lama, dan seberapa cepat menghilangnya (Campos, dalam Santrock 2011). Temperamen memiliki karakteristik dimana salah satunya adalah emosi negatif. Emosi negatif didefinisikan sebagai rasa malu yang tidak terkontrol bahkan menyebabkan anak bersembunyi, rasa takut, dan rasa marah yang tidak terkontrol atau temper tantrum yang puncaknya terjadi pada anak usia 4-6 tahun (Kliegman, 2011). Penelitian oleh Wakschalg di Nortwestern Feinberg pada 1.500 orang tua yang memiliki anak berumur 3-6, sebanyak 84% mengalami temper tantrum (Yiwwiyouf et all, 2017). Penelitian lain oleh Hayes sebanyak 6,8% dari 502 sampel anak mengalami tantrums parah dan setengah dari anak dengan tantrums parah mengalami masalah perilaku (Santy, 2014). Sedangkan di Indonesia berdasarkan data kementrian kesehatan RI dari 17.091.762 anak todler dalam waktu 1 tahun 23-83% pernah mengalami tantrums (Zakiyah, dalam Yiwwiyouf et all 2017). Temperamen merupakan salah satu resiko awal terjadinya gangguan perilaku, pada anak yang mengalami gangguan perilaku memiliki temperamen yang keras yang disebabkan oleh faktor genetik. Dengan demikian temperamen agar tidak 1

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/45742/2/BAB I.pdf · dan perilaku makan,...

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Sejak lahir bayi-bayi memperlihatkan gaya emosi yang berbeda-beda. Ada

    yang hampir selalu riang dan gembira, ada pula bayi yang sering menangis. Tendensi

    ini mencerminkan temperamen atau gaya perilaku dan cara berespon yang sifatnya

    individual. Sesuai dengan hubungannya dengan emosi, temperamen dimiliki setiap

    individu dan mendeskripsikan perbedaan individual mengenai cepat atau lambatnya

    kemunculan emosi, seberapa kuat, lama, dan seberapa cepat menghilangnya

    (Campos, dalam Santrock 2011).

    Temperamen memiliki karakteristik dimana salah satunya adalah emosi

    negatif. Emosi negatif didefinisikan sebagai rasa malu yang tidak terkontrol bahkan

    menyebabkan anak bersembunyi, rasa takut, dan rasa marah yang tidak terkontrol

    atau temper tantrum yang puncaknya terjadi pada anak usia 4-6 tahun (Kliegman,

    2011). Penelitian oleh Wakschalg di Nortwestern Feinberg pada 1.500 orang tua yang

    memiliki anak berumur 3-6, sebanyak 84% mengalami temper tantrum (Yiwwiyouf et

    all, 2017). Penelitian lain oleh Hayes sebanyak 6,8% dari 502 sampel anak mengalami

    tantrums parah dan setengah dari anak dengan tantrums parah mengalami masalah

    perilaku (Santy, 2014). Sedangkan di Indonesia berdasarkan data kementrian

    kesehatan RI dari 17.091.762 anak todler dalam waktu 1 tahun 23-83% pernah

    mengalami tantrums (Zakiyah, dalam Yiwwiyouf et all 2017).

    Temperamen merupakan salah satu resiko awal terjadinya gangguan perilaku,

    pada anak yang mengalami gangguan perilaku memiliki temperamen yang keras yang

    disebabkan oleh faktor genetik. Dengan demikian temperamen agar tidak

    1

  • 2

    menyebabkan gangguan perilaku diperlukan pola asuh yang tepat oleh orang tua (Conley,

    dalam Anisah 2015). Bertentangannya model pola asuh orang tua terhadap temperamen

    yang dimiliki anak dapat menyebabkan anak menjadi terganggu. Sebaliknya, semakin baik

    kesesuaian model pola asuh orang tua terhadap temperamen yang dimiliki anak, maka

    semakin baik hasilnya (Ying Qi Kang et all, 2018). Bagaimana orang tua mengembangkan

    sifat asli dan membentuk karakter dengan tepat adalah yang menentukan bagaimana

    temperamen anak. Pengamatan obyektif perilaku anak-anak dengan interaksi orang tua

    merupakan cara yang berguna untuk memahami temperamen anak, sehingga dengan

    mengetahui temperamen anak maka orang tua dapat memberikan pola asuh yang sesuai

    (Stratton & Eyberg, 2015).

    Fenomena pola asuh berpengaruh pada temperamen terjadi pada Ted Kaczynski,

    ketika dia berumur 6 bulan dia sakit karena alergi yang sangat parah, dan orang tuanya

    jarang diizinkan menjenguk bayi mereka. Menurut ibu Ted Kaczynski sang anak yang

    tadinya terlihat ceria, tidak pernah terlihat seperti itu lagi. Sang anak menjadi tidak

    responsif dan menarik diri. Ketika Ted Kaczynsi bertumbuh besar, ia berulang kali

    mengalami periode “shutdown” (menolak bergaul pada orang lain) yang disertai

    kemarahan. Dalam pandangan ibunya peristiwa biologis ketika Ted Kaczynski masih bayi

    itulah yang mengacaukan perkembangan pikiran dan emosinya (Santrock, 2013).

    Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di TK Negeri Pembina

    kota Malang dengan total 71 murid yang terbagi menjadi 49 orang jumlah murid laki-laki

    dan 22 orang jumlah murid perempuan. Berdasarkan studi pendahuluan peneliti tertarik

    untuk meneliti tentang hubungan pola asuh orang tua dengan temperamen anak usia 4-6

    tahun di kota Malang.

  • 3

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas dapat dirumuskan

    permasalahan yaitu: “Apakah ada hubungan pola asuh orang tua terhadap temperamen

    dengan anak usia 4-6 tahun Kota Malang”

    1.3 Tujuan Penelitian

    1.3.1 Tujuan Umum

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengtahui apakah ada hubungan pola asuh

    orang tua dengan temperamen pada anak usia 4-6 tahun dikota Malang

    1.3.2 Tujuan Khusus

    Tujuan Khusus dalam penelitian ini adalah untuk:

    1. Mengidentifikasi pola asuh untuk anak usia 4-6 tahun di Kota Malang

    2. Mengidentifikasi temperamen pada anak usia 4-6 tahun di Kota Malang

    3. Menganalisis hubungan antara pola asuh orang tua dengan tempramen anak

    usia 4-6 tahun di Kota Malang

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Manfaat Teoritis Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam melakukan tindakan

    terhadap keperawatan anak.

    1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian

    Sebagai praktek penelitian keperawatan anak tentang hubungan pola asuh orang

    tua terhadap temperamen pada anak usia 4-6 tahun, khususnya di Kota Malang.

  • 4

    1.4.3 Manfaat bagi Layanan Kesehatan

    Setelah dilakukan penelitian petugas kesehatan, dan orang tua dapat memahami

    pola asuh yang baik untuk menangani temperamen pada anak usia 4-6 tahun.

    1.5 Keaslian Penelitian

    Penelitian dengan judul “Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Temperamen

    anak usia 4-6 tahun di Kota Malang” belum pernah dilakukan, tetapi terdapat beberapa

    hasil penelitian yang dapat menjadi acuan pada penelitian ini, antara lain sebagai berikut:

    1. Penelitian oleh Danielle M. Dalimonte-Merckling, and Holly E. Brophy-Herb

    (2018), yang berjudul “A Person-Centered Approach to Child Temperament and

    Parenting” penelitian ini bertujuan untuk meneliti bagaimana variasi reaktivitas

    tempramental anak-anak dan pola asuh ibu yang stres yang berhubungan

    dengan perilaku mengasuh anak. Sampel sebanyak 3.001 anak berusia 14, 24,

    36, dan 54 bulan. Data ini diambil dari proyek penelitian National Early Head

    Start Research and Evaluation (EHSRE), proyek EHSRE adalah sebuah

    program intergenerasional yang didanai pemerintah federal yang dirancang

    untuk mempromosikan pola asuh perkembangan awal (Love et al,.2005).

    Analisis profil mengidentifikasi sekelompok anak dengan temperamen “easy”

    dengan ibunya yang mengalami sedikit tekanan pengasuhan, bersama dengan

    2 kelompok anak yang sangat reaktif yang dibedakan melalui tingkat stres ibu.

    Permasalahan paling sering terjadi dan paling tinggi terjadi dari waktu ke

    waktu pada anak dengan reaktif dengan ibu yang menjadi tertekan. Ibu dalam

  • 5

    kelompok anak dengan reaktif juga merasakan lebih banyak masalah perilaku

    pada anak dan merasa kurang dalam pengetahuan tentang perkembangan

    anak. Hasil dan pembahasan menggunakan interaksi dari 9 pengaruh

    lingkungan dan interaksi yang kompleks antara karakteristik orang tua dan

    anak. Peneliti berharap ada cariasi dari kecocokan antara temperamen anak

    dan penerimaan orang tua dan respon terhadap temperamen, yang

    menyebabkan beberapa orang tua mengalami kesulitan ketika meningkatnya

    emosi anak.

    2. Penelitian oleh Zehra Babadagi, Koray M.Z, Karabekiroglu, Filiz Ucar,

    Gokce Nur Say, Murat Yuce, Zeynep Gulcin Yildirim (2018), yang berjudul

    “Associations Between Father Temperament, Character, Rearing, Psychopathology and

    Child Temperament in Chidren Aged 3-6 Years” Temperamen mengacu pada

    totalitas karakteristik individu yang hadir sejak lahir yang menentukan gaya

    perilaku anak yang unik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki

    hubungan antara temperamen ayah, karakter, sikap, psikopatologi dan

    temperamen anak usia 3-6 tahun. Orang tua dari 36-60 bulan anak-anak di

    lingkungan prasekolah di Samsun termasuk dalam penelitian ini (n: 200).

    Dalam penelitian ini, peneliti menemukan beberapa hubungan yang signifikan

    antara temperamen anak-anak dan karakter, gaya sikap dan psikopatologi.

    Semua domain psikopatologi ayah ditemukan masuk hubungan yang

    signifikan dengan karakteristik temperamental negatif anak-anak. Secara

    khusus, penelitian ini adalah salah satu dan yang pertama menyelidiki

  • 6

    kepribadian, psikopatologi, dan sikap ayah, dalam interaksi dengan

    temperamen anak prasekolah.

    3. Penelitian oleh Katherine M. Kidwell, MA, Chelsea Kozikowski, BA, Taylor

    Roth, BA, Alyssa Lundahl, PhD, and Timothy D. Nelson, PhD (2017), yang

    berjudul “Concurrent and Longitudinal Associations Among Temperament, Parenting

    Feeding Styles, and Selective Eating in a Preschool Sample” Tujuan penelitian ini

    untuk menguji hubungan antara temperamen negatif/reaktif, gaya makan,

    dan makan selektif dalam sampel anak prasekolah karena perilaku makan

    prasekolah cenderung ada implikasi awal untuk kesehatan anak-anak. Peneliti

    menggunakan sampel komunitas anak-anak prasekolah berusia 3-5 tahun

    (M¼,4.49 tahun, 49,5% perempuan, 75,7% orang Eropa Amerika) di

    Midwest Amerika Serikat direkrut untuk berpartisipasi dalam studi ini (N¼,

    297). Studi ini memberikan sebuah penelitian baru tentang temperamen anak

    dan perilaku makan, memungkinkan pemahaman yang lebih baik tentang

    bagaimana pengaruh negatif terkait dengan pemberian gaya makan

    instrumental, makan emosional, dan makan selektif. Hasil dari penelitian ini

    menjadi informasikan intervensi untuk memperbaiki kesehatan anak. Anak

    dengan temperamen diberikan kuesioner “Children’s Behavior

    Questionnaire” (CBQ) sesuai untuk anak usia 3-7 tahun, dengan 36 item yang

    valid dan dapat diandalkan untuk menilai temperamen anak.. Penelitian ini

    berfokus pada Negative Affectivity, yang teridir dari pertanyaan yang menilai

    kemarahan/frustasi, ketidaknyamanan, ketakutan,dan kesusahan.