BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

24
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bagian dari kebudayaan. Kelahiran karya sastra di tengah-tengah masyarakat tidak luput dari pengaruh sosial dan budaya. Pengaruh tersebut bersifat timbal balik. Artinya, karya sastra dapat memengaruhi dan dipengaruhi oleh masyarakat. Karya sastra adalah gambaran kehidupan sehingga menurut Plato (429–347 SM), karya sastra merupakan mimetik atau tiruan, orientasi alam semesta. Pengarang adalah anggota masyarakat dan lingkungannya. Dengan demikian, terciptanya sebuah karya sastra oleh seorang pengarang secara langsung atau tidak langsung merupakan kebebasan sikap budaya pengarang terhadap realitas yang dialaminya. Perubahan zaman pun menyebabkan kesusastraan turut berkembang. Keadaan ini membuat penilaian masyarakat terhadap kesusastraan lama dan modern berbeda. Pada saat ini, sastra modern lebih popular di kalangan masyarakat. Salah satu sastra modern yang popular tersebut adalah novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Laskar Pelangi menceritakan persahabatan sebelas anak kecil yang menuntut ilmu pendidikan di sekolah Muhammadiyah. Sekolah ini memiliki fasilitas yang terbatas. Penulisnya memadukan antara persahabatan dan kegigihan sebelas bocah tersebut dalam mengejar impian. Dengan beragam karakter yang dimiliki setiap anak dalam mengejar impiannya, Laskar Pelangi mampu menyedot perhatian pembaca.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69062/potongan/S2-2014...karakter yang dimiliki setiap anak dalam mengejar impiannya, Laskar Pelangi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan bagian dari kebudayaan. Kelahiran karya sastra di

tengah-tengah masyarakat tidak luput dari pengaruh sosial dan budaya. Pengaruh

tersebut bersifat timbal balik. Artinya, karya sastra dapat memengaruhi dan

dipengaruhi oleh masyarakat. Karya sastra adalah gambaran kehidupan sehingga

menurut Plato (429–347 SM), karya sastra merupakan mimetik atau tiruan,

orientasi alam semesta. Pengarang adalah anggota masyarakat dan lingkungannya.

Dengan demikian, terciptanya sebuah karya sastra oleh seorang pengarang secara

langsung atau tidak langsung merupakan kebebasan sikap budaya pengarang

terhadap realitas yang dialaminya.

Perubahan zaman pun menyebabkan kesusastraan turut berkembang.

Keadaan ini membuat penilaian masyarakat terhadap kesusastraan lama dan

modern berbeda. Pada saat ini, sastra modern lebih popular di kalangan

masyarakat. Salah satu sastra modern yang popular tersebut adalah novel Laskar

Pelangi karya Andrea Hirata. Laskar Pelangi menceritakan persahabatan sebelas

anak kecil yang menuntut ilmu pendidikan di sekolah Muhammadiyah. Sekolah

ini memiliki fasilitas yang terbatas. Penulisnya memadukan antara persahabatan

dan kegigihan sebelas bocah tersebut dalam mengejar impian. Dengan beragam

karakter yang dimiliki setiap anak dalam mengejar impiannya, Laskar Pelangi

mampu menyedot perhatian pembaca.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69062/potongan/S2-2014...karakter yang dimiliki setiap anak dalam mengejar impiannya, Laskar Pelangi

2

Laskar Pelangi merupakan sebuah novel yang menggambarkan struktur

masyarakat Melayu Belitung. Struktur-struktur dalam novel Laskar Pelangi ini

menceritakan usaha, kerja keras dan semangat berjuang hero problematik di dunia

yang terdegradasi, selain itu novel ini juga menceritakan keadaan struktur sosial

masyarakat, pendidikan, budaya dan status masyarakat. Struktur masyarakat

Melayu Belitung adalah fakta yang juga dianggap sebagai struktur-struktur yang

berarti dalam novel tersebut. Seperti yang telah dikatakan Goldmann (1981: 40)

bahwa, ia menganggap semua fakta kemanusiaan merupakan struktur yang berarti.

Sturktur masyarakat seperti yang dikatakan di atas akan diteliti pada novel

Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang juga dianggap sebuah kenyataan yang

diungkap melalui karya sastra. Dalam penelitian ini, Laskar Pelangi akan diteliti

menggunakan pendekatan strukturalisme genetik Lucien Goldmann untuk melihat

hubungan struktur novel tersebut dengan struktur masyarakat sebagai pandangan

dunia.

Sumbangan yang diberikan Goldmann dalam penelitian karya sastra

melalui metode pendekatan strukturalisme genetik ini adalah seperti yang

diungkapkan Damono (2006: 46), pertama, ia bias menunjukkan berbagai

pandangan dunia yang ada pada suatu zaman tertentu, di samping menyoroti baik

isi maupun makna karya sastra yang ditulis pada zaman itu. Oleh karena itu,

dalam penelitian terhadap novel Laskar Pelangi karya Hirata ini, akan dilakukan

langkah-langkah yang sama dengan apa yang telah dibuktikan Goldmann pada

beberapa penelitiannya. Dengan tujuan, untuk mendapatkan abstraksi suatu

pandangan dunia, dari kelompok sosial dan teks yang akan dianalisis tersebut,

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69062/potongan/S2-2014...karakter yang dimiliki setiap anak dalam mengejar impiannya, Laskar Pelangi

3

yaitu untuk mengetahui bagaimana struktur masyarakat Melayu Belitung dengan

pandangan dunia yang diekspresikan dalam novel Laskar Pelangi.

Novel Laskar Pelangi adalah novel pertama dari tetralogi Laskar Pelangi

karya Andrea Hirata. Tiga novel berikutnya adalah Sang Pemimpi, Edensor,

dan Maryamah Karpov. Laskar Pelangi diterbitkan pertama kali pada September

2005. Sejak kemunculannya, Laskar Pelangi mendapat tanggapan yang positif

dari penikmat sastra. Novel Laskar Pelangi sudah dicetak ulang sebanyak tiga

belas kali (2005–2008). Tingginya apresiasi masyarakat terhadap novel tersebut

menjadikannya masuk dalam jajaran best seller dan mendapat julukan Indonesia’s

Most Powerful Book. Oleh karena apresiasi masyarakat yang begitu besar,

penulisnya tertarik mengangkat novel itu ke layar lebar. Tidak kalah dengan

novelnya, film Laskar Pelangi pun masuk dalam jajaran Box Office Indonesia

(Atminingsih, 2008: 15).

Saat ini, Laskar Pelangi telah tercetak lebih dari lima juta eksemplar.

Artinya, dalam kurun waktu kurang dari satu periode, dua puluh juta eksemplar

telah dimiliki oleh pembaca. Hal itu dikemukakan Damar Juniarto (2013), dalam

artikel Pengakuan Internasional Laskar Pelangi: Antara Klaim Andrea Hirata

dan Faktanya. Kesuksesan besar karya ini tidak luput dari kisah masa kecil

Andrea Hirata yang menginspirasi novel tersebut. Laki-laki yang lahir pada 24

Oktober 1967 ini menghabiskan masa kecilnya di Belitung (pengarang

menyebutnya Belitong). Meskipun telah menjadi penulis ternama, Hirata lebih

mengidentikkan dirinya sebagai seorang akademis dan backpacker.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69062/potongan/S2-2014...karakter yang dimiliki setiap anak dalam mengejar impiannya, Laskar Pelangi

4

Sebagai akademisi, Hirata mengambil mayor di bidang ekonomi,

Universitas Indonesia. Namun, ia juga sangat menggemari sains-fisika, kimia,

biologi, astronomi, dan sastra. Ia membuktikan kecerdasannya dengan

mendapatkan beasiswa Uni Eropa untuk studi master of science di Université de

Paris, Sorbonne, Prancis, dan Sheffield Hallam University, United Kingdom.

Tesis Hirata di bidang ekonomi telekomunikasi mendapat penghargaan dari kedua

universitas tersebut dan ia lulus cum laude. Tesisnya telah diadaptasi ke bahasa

Indonesia dan merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi pertama yang

ditulis oleh orang Indonesia. Buku itu telah beredar sebagai referensi ilmiah. Saat

ini, Hirata tinggal di Bandung dan masih bekerja di kantor pusat PT Telkom.

Adapun sebagai backpacker, Hirata menuliskan pengalaman-pengalamannya

dalam Edensor.

Kembali kepada novel Laskar Pelangi, fenomena booming-nya novel

tersebut menjadikannya semakin terkenal di kalangan masyarakat luas, baik

secara nasional maupun internasional. Salah satu contohnya adalah pengakuan

“Internasional Best Seller” yang berasal dari Turki. Dalam konferensi pada 12

Februari 2013 yang dihadiri oleh media-media nasional, Hirata menegaskan hal

tersebut, “Hampir seratus tahun kita menanti adanya karya anak bangsa mendunia,

tetapi Alhamdulillah hari ini semua terbukti setelah buku saya menjadi best seller

dunia” (dalam metronews.com). Ungkapan tersebut menunjukkan bahwa Laskar

Pelangi telah menjadi novel yang bertaraf internasional. Menurut pengakuan

Hirata (2013) lagi, pada artikel Tempo berjudul Kata Andrea Hirata Soal

Tudingan Ke “Laskar Pelangi”, sampai saat ini kontrak penerbitan Laskar

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69062/potongan/S2-2014...karakter yang dimiliki setiap anak dalam mengejar impiannya, Laskar Pelangi

5

Pelangi telah mencapai 78 negara. Selain itu, novel ini telah diterjemahkan ke

banyak bahasa asing melalui penerbit-penerbit terkemuka, seperti Farrar Straus

and Giroux, Random House, Hanser Berlin, Mercure de France, Atlas Contact,

Penguin, dan Harper Collins. Informasi-informasi ini secara jelas disampaikan

kepada publik melalui media massa. Beragamnya adaptasi Laskar Pelangi, berupa

film, serial, drama musikal, dan adaptasi cetak lainnya dibandingkan karya Hirata

yang lain menyebabkan Laskar Pelangi semakin familiar di masyarakat. Bahkan,

permintaan terhadap Laskar Pelangi semakin marak di media, terutama media

internet.

Karya sastra canon, kemudian best seller, dan menjadikan pengarangnya

sebuah fenomena inilah yang menarik untuk diteliti lebih lanjut. Hal ini

menunjukkan bahwa novel itu adalah karya yang besar. Menurut Goldmann

(1977: 19), karya sastra besar adalah ekspresi dari pandangan dunia. Pandangan

dunia ini bukan merupakan pandangan individu, melainkan sebuah konsep dalam

bentuk yang koheren, kesadaran kolektif yang mencapai puncak tertingginya

dalam pikiran pengarang. Maka, sebagai sebuah karya sastra yang besar,

pandangan dunia seperti apa yang terekspresikan dalam novel Laskar Pelangi

tersebut perlu untuk diketahui lebih lanjut.

Pandangan dunia dapat dipahami melalui kata-kata dan dunia yang

diekspresikan dalam karya (Golmann, 1977: 314–315). Asumsi Goldmann adalah

adanya korespondensi antara pandangan dunia sebagai kenyataan yang dialami

dan dunia yang dibuat oleh pengarang, serta adanya korespondensi antara dunia

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69062/potongan/S2-2014...karakter yang dimiliki setiap anak dalam mengejar impiannya, Laskar Pelangi

6

tersebut dan alat-alat kesusastraan yang digunakan pengarang untuk

mengekspresikannya.

Pandangan dunia tidak lahir secara tiba-tiba, ia hadir secara bertahap dan

perlahan-lahan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Karena pandangan

dunia ini merupakan produk interaksi antara subjek kolektif dan situasi yang ada

disekitarnya (Faruk, 2010: 67). Pandangan dunia pengarang yang dimunculkan

dalam novel Laskar Pelangi adalah masalah yang berkaitan dengan usaha dan

kerja keras yang sungguh-sungguh oleh masyarakat Melayu Belitung agar bias

keluar dari jeratan kemiskinan. Dari penjelasan tersebut terlihat bahwa dunia

dalam novel yang dibuat oleh pengarang perlu dipahami dengan cara membuatnya

ke dalam sebuah struktur.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam sebuah penelitian dibutuhkan hal penting, yaitu menentukan

masalah apa yang akan dianalisis guna menghindari peneliti agar tidak terlalu jauh

dari objek materialnya. Selain itu, untuk membantu peneliti mendapatkan

penjabaran yang jelas terhadap objek materialnya. Dengan menentukan

permasalahan, akan membantu peneliti dalam pengumpulan data yang sesuai

dengan objek materialnya.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian

ini, yakni pandangan dunia apa yang diekspresikan oleh novel Laskar Pelangi?.

Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut, penulis menjelaskan struktur

teks dan pandangan dunia yang relevan dalam novel Laskar Pelangi.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69062/potongan/S2-2014...karakter yang dimiliki setiap anak dalam mengejar impiannya, Laskar Pelangi

7

Seperti yang telah diuraikan dalam latar belakang, pandangan dunia

bukanlah pandangan individu, melainkan kesadaran kolektif. Seharusnya, analisis

mengenai kelas sosial juga dilakukan. Akan tetapi, penelitian ini tidak mengupas

kelas sosial secara mendalam. Penelitian ini dibatasi hanya pada struktur novel

dan pandangan dunia. Kemudian, dicari koherensi antara kedua hal tersebut.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini terdiri dari tujuan teoretis dan tujuan praktis. Secara

teoretis, penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan ilmu sastra dan

menerapkan teori pada karya sastra, dalam hal ini, strukturalisme genetik

Goldmann terhadap novel Laskar Pelangi oleh Andrea Hirata. Selain itu,

penelitian juga bertujuan untuk menjawab dua permasalahan di atas, yaitu

mengungkapkan struktur novel Laskar Pelangi dan pandangan dunia yang

terekspresikan dalam novel. Secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat

untuk membantu pembaca memahami novel Laskar Pelangi sebagai karya sastra

dan memberikan sejumlah manfaat terhadap penikmat sastra.

1.4 Tinjauan Pustaka

Penelitian terhadap Laskar Pelangi sebagai sebuah karya sastra besar telah

banyak dilakukan. Beberapa di antaranya seperti di bawah ini.

Tesis yang berjudul Potret Kemiskinan Masyarakat Melayu dalam Novel

Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata Tinjauan Sosiologi Sastra diteliti oleh Fitria

(2009). Tesis tersebut membicarakan potret kemiskinan masyarakat Melayu dalam

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69062/potongan/S2-2014...karakter yang dimiliki setiap anak dalam mengejar impiannya, Laskar Pelangi

8

novel Laskar Pelangi dengan tinjauan sosiologi sastra dan mengungkapkan solusi

yang diberikan pengarang dalam novel Laskar Pelangi untuk mengatasi

kemiskinan masyarakat Melayu Belitung. Solusi pengarang untuk memerangi

kemiskinan adalah melalui pendidikan disertai dengan kemauan dan kerja keras.

Pendidikan dapat menumbuhkan produktivitas masyarakat Melayu dan

pengembangan bakat yang dimiliki.

Semangat Membangun Keterdidikan Masyarakat: Kajian Sosiologi Sastra

Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata oleh Syamsun (2009). Membahas

fenomena sosial budaya dalam masyarakat Belitung. Selain itu, ia

mengungkapkan perjuangan dua orang guru yang memiliki dedikasi tinggi dalam

dunia pendidikan dalam rangka mencerdaskan anak bangsa. Berbekal prasarana

yang serba sederhana, para guru tersebut memperjuangkan hak anak-anak

Belitung sebagai warga negara untuk memperoleh pendidikan. Penelitian ini

bertujuan untuk mengungkap isu pendidikan, kebijakan pemerintah, dan peran

lembaga sosial kemasyarakatan dalam menciptakan keterdidikan masyarakat

dalam novel Laskar Pelangi. Penelitian ini menghasilkan tiga hal. Pertama, isu

strategis pendidikan adalah masalah pemerataan pendidikan, mutu pendidikan,

dan manajemen pendidikan. Kedua, kebijakan pemerintah telah dituangkan dalam

Garis Besar Rencana Strategi (Renstra) Pendidikan Nasional yang terdapat dalam

UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional. Ketiga, lembaga

sosial kemasyarakatan mempunyai peran besar dalam mencerdaskan kehidupan

bangsa dan menanggulangi problem ketidakmerataan kesempatan pendidikan bagi

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69062/potongan/S2-2014...karakter yang dimiliki setiap anak dalam mengejar impiannya, Laskar Pelangi

9

masyarakat, terutama masyarakat terpencil dan keluarga yang kurang mampu,

baik secara ekonomi, sosial, maupun budaya.

Skripsi yang berjudul Laskar Pelangi: Kajian Genre Fiksi Populer oleh

Ayu Budi Kusuma Wardhani (2013), mengulas perdebatan mengenai novel

Laskar Pelangi karya Andrea Hirata sebagai fiksi popular atau bukan fiksi

popular. Dari penelitian ini diketahui bahwa Laskar Pelangi merupakan fiksi

popular karena unsur intrinsik Laskar Pelangi sesuai dengan formula fiksi

popular. Selain unsur-unsur intrinsik, booming-nya novel Laskar Pelangi sebagai

fiksi popular menyebabkan banyaknya adaptasi dari Laskar Pelangi versi novel.

Novel Laskar Pelangi diadaptasi ke dalam berbagai macam bentuk, yakni film

Laskar Pelangi, musikal Laskar Pelangi, dan Laskar Pelangi The Series. Terdapat

pula adaptasi dalam bentuk cetak, yakni Laskar Pelangi Song Book, Di Balik

Layar Laskar Pelangi, dan buku-buku seri Laskar Pelangi anak.

Metafora Andrea Hirata dalam Tetralogi Laskar Pelangi (Sebuah Kajian

Stilistika), Miftahul Huda (2011). Metafora yang diciptakan Andrea Hirata sangat

dipengaruhi lingkungannya karena persepsi pengarang terhadap gejala alam dan

gejala sosial juga tidak terlepas dari lingkungannya juga. Metafora Andrea Hirata

menunjukkan fungsi estetika dan sosial budaya khususnya motivasi, perjuangan,

dan pendidikan. Akhirnya, penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan

metafora cukup banyak dalam tetralogi Laskar Pelangi. Apabila dilihat dari

frekuensi metafora paling banyak, sesuai urutan adalah Sang Pemimpi, kemudian

Maryamah Karpov, Laskar Pelangi, dan terakhir Edensor. Selain itu, penggunaan

metafora dalam sebuah novel merupakan kecenderungan estetika tersendiri dan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69062/potongan/S2-2014...karakter yang dimiliki setiap anak dalam mengejar impiannya, Laskar Pelangi

10

salah satu sarana meningkatkan kualitas hasil cipta sastra sehingga tidak

mengherankan jika tetralogi Laskar Pelangi dapat diterima secara luar biasa oleh

pembaca.

Laskar Pelangi telah pula difilmkan. Novel karya Andrea Hirata ini

berhasil menghidupkan karya sastra ke dalam imajinasi dunia film sehingga

apresiasi masyarakat Indonesia terhadap film Laskar Pelangi cukup besar. Selain

telah difilmkan, novel ini juga telah diadaptasi dalam banyak bentuk, di antaranya

musikal Laskar Pelangi, Laskar Pelangi The Series, Laskar Pelangi Song Book,

Di Balik Layar Laskar Pelangi, dan buku-buku seri Laskar Pelangi anak.

Berdasarkan beberapa penelitian di atas, terlihat bahwa belum terdapat

penelitian yang mempertimbangkan masalah mediasi pandangan dunia terhadap

novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Padahal pemahaman yang koheren

tentang sebuah karya sastra dapat dicapai melalui analisis pandangan dunia. Oleh

karena itu, peneliti mengangkat mediasi pandangan dunia terhadap novel Laskar

Pelangi karya Andrea Hirata tersebut.

1.5 Landasan Teori

Strukturalisme genetik merupakan teori sastra yang didasarkan pada

pemikiran Marxis. Menurut Goldmann, oleh karena strukturalisme genetik

menekankan pada konsep pandangan dunia yang diciptakan oleh kelas-kelas

sosial maka hanya kelompok Marxis inilah yang telah terbukti dalam sejarah

sebagai kelompok yang telah menciptakan suatu pandangan yang lengkap dan

menyeluruh mengenai kehidupan (Faruk, 2010: 63).

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69062/potongan/S2-2014...karakter yang dimiliki setiap anak dalam mengejar impiannya, Laskar Pelangi

11

Fakta kemanusiaan seperti yang dicontohkan Goldmann, misalnya Pensees

karya Pascal, Revolusi Prancis, dan Perang Salib pasti selalu berhubungan dengan

tingkah laku subjeknya. Setiap fakta kemanusiaan adalah hasil dari aktivitas

manusia. Manusia mengubah dunia di sekitarnya untuk mencapai keseimbangan

yang lebih baik antara dirinya sebagai subjek dan dunia. Setiap fakta kemanusiaan

pasti berarti dan fungsional (Goldmann, 1981: 40–47).

Ide hanyalah bagian dari realitas keseluruhan, yaitu manusia. Manusia

hanya elemen dari keseluruhan yang terdiri dari kelompok sosial di mana dia

tergabung. Karya tertentu tidak hanya berasal dari pengarangnya, tetapi juga dari

kelompok sosial secara keseluruhan. Kelompok yang paling penting bagi individu

adalah kelas sosial yang berhubungan dengan kepentingan ekonomi di mana dia

sebagai anggotanya. Kelas sosial yang dimaksud Goldmann adalah kelas sosial

dalam pengertian Marxis, yaitu kelompok-kelompok yang menguasai alat

produksi (Goldmann, 1977: 7, 16; Goldmann, 1981: 41).

Hubungan antara manusia bukanlah hubungan subjek-objek ataupun

hubungan intersubjektif, melainkan hubungan intrasubjektif, di mana hubungan

antara individu adalah elemen yang merupakan bagian dari satu keseluruhan aksi.

Individu tidak akan bisa menciptakan fakta sosial, yang bisa menciptakan

hanyalah subjek transindividual (Goldmann, 1981; 97). Hal ini dikarenakan ketika

anggota dari kelompok mengalami situasi yang sama, mereka akan membangun

struktur mental yang fungsional. Struktur mental ini akan memiliki peran yang

aktif dalam sejarah dan diekspresikan dalam karya-karya filsafat yang besar, karya

seni, dan kreasi kultural. Semuanya hanya dapat dipahami apabila dikaitkan

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69062/potongan/S2-2014...karakter yang dimiliki setiap anak dalam mengejar impiannya, Laskar Pelangi

12

dengan subjek kolektifnya. Tingkah laku subjek kolektif ini membentuk struktur

masyarakat secara keseluruhan. Selain itu, juga membentuk struktur hubungan

antarmanusia dan hubungan antarmanusia dengan alam (Goldmann, 1981: 41–42).

Goldmann (Faruk, 2010: 56) menyebut teorinya sebagai strukturalisme

genetik. Dengan kata lain, ia percaya bahwa karya sastra merupakan sebuah

struktur. Akan tetapi, struktur itu bukanlah sesuatu yang statis, melainkan

merupakan produk dari proses sejarah yang terus berlangsung, proses strukturasi

dan destrukturasi yang hidup dan dihayati oleh masyarakat karya sastra yang

bersangkutan. Teori strukturalisme genetik terbagi ke dalam enam konsep dasar

yang membangun teori termaksud, yaitu fakta kemanusiaan, subjek kolektif,

strukturasi, pandangan dunia, pemahaman dan penjelasan. Akan tetapi, untuk

menjawab permasalahan yang dihadapi, yaitu mengenai pandangan dunia apa

yang diekspresikan oleh novel Laskar Pelangi maka peneliti akan membatasinya

hanya pada konsep pandangan dunia menurut perspektif Goldmann sebagai acuan

dalam landasan teori ini.

Strukturalisme genetik mencari homologi atau hubungan yang jelas dan

dapat dimengerti antara struktur kesadaran kolektif dan struktur dari karya yang

mengekspresikan dunia yang integral dan koheren (Goldmann, 1981: 66).

Homologi bisa terjadi karena keduanya merupakan produk dari aktivitas

strukturasi yang sama. Di dalam konsep homologi, kesamaan yang ada antara

karya sastra dan kehidupan masyarakat bukanlah kesamaan isinya, melainkan

kesamaan strukturnya. Homologi antara struktur karya sastra dan struktur

masyarakat tidak bersifat langsung, melainkan homolog dengan pandangan dunia.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69062/potongan/S2-2014...karakter yang dimiliki setiap anak dalam mengejar impiannya, Laskar Pelangi

13

Pandangan dunialah yang nantinya akan berhubungan langsung dengan struktur

masyarakat yang dimilikinya (Faruk, 2010: 64–65).

Ilmu tentang sastra dapat menjadi ilmiah hanya jika bersifat objektif dan

dapat diverifikasi kebenarannya melalui konsep pandangan dunia. Pandangan

dunia bukanlah fakta yang empiris langsung, melainkan merupakan sebuah

hipotesis konseptual yang sangat diperlukan untuk memahami individu

mengekspresikan ide-idenya. Pandangan dunia adalah produk dari sebuah

kesadaran kolektif yang mencapai ekspresi tertingginya dalam pikiran penyair

atau filsuf (Goldmann, 1977: 14–19). Pandangan dunia bukanlah merupakan

sebuah fakta individual. Individu hanya sebagai bagian yang membentuk

pandangan dunia tersebut. Pandangan dunia adalah sebuah koherensi dan

keterpaduan antara manusia dengan dunianya (Goldmann, 1981: 111). Proses

pembentukan pandangan dunia adalah proses yang lama dan kompleks, kadang-

kadang hingga melampaui beberapa generasi (Goldmann, 1981: 60).

Konsep pandangan dunia menurut Goldmann (1977: 17) adalah gagasan-

gagasan, aspirasi-aspirasi, dan perasaan-perasaan yang kompleks dan menyeluruh,

yang menghubungkan secara bersama-sama anggota-anggota suatu kelompok

sosial tertentu yang mempertentangkannya dengan kelompok-kelompok sosial

lain, atau merupakan iklim general dari pikiran-pikiran dan perasaan tertentu.

Dengan demikian, pandangan dunia ini tidak hanya seperangkat gagasan abstrak

dari suatu kelas mengenai kehidupan manusia dan dunia tempat manusia itu

berada, tetapi juga merupakan semacam cara atau gaya hidup yang dapat

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69062/potongan/S2-2014...karakter yang dimiliki setiap anak dalam mengejar impiannya, Laskar Pelangi

14

mempersatukan anggota yang lain dalam kelas yang sama dan membedakannya

dari anggota-anggota dari kelas sosial yang lain (Faruk, 2010: 66).

Menurut Goldmann (Faruk, 1994: 16), sebagai suatu kesadaran kolektif

(collective consciousness), pandangan dunia itu berkembang sebagai hasil dari

situasi sosial dan ekonomi tertentu yang dihadapi oleh subjek kolektif yang

memahaminya. Pandangan pengarang dalam karyanya lahir dari pandangan dunia

yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat karena kondisi struktural

masyarakat dapat membuat suatu kelas yang ada dalam posisi tertentu dalam

masyarakat itu membuahkan dan mengembangkan suatu pandangan dunia yang

khas (Faruk, 2010: 65).

Pandangan dunia ini, menurut Goldmann (Faruk, 2010: 67), tidak lahir

dengan tiba-tiba. Transformasi mentalitas yang lama perlahan-lahan dan bertahap

diperlukan demi terbangunnya mentalitas yang baru dan teratasinya mentalitas

yang lama. Proses yang panjang ini, menurut Goldmann (Faruk, 2010: 68-69),

disebabkan kenyataan bahwa pandangan merupakan kesadaran yang mungkin,

yang tidak setiap orang dapat memahaminya. Kesadaran yang mungkin ini adalah

kesadaran yang menyatakan suatu kecenderungan kelompok ke arah suatu

koherensi menyeluruh, perspektif yang koheren dan terpadu mengenai hubungan

manusia dengan sesamanya, serta dengan alam semesta.

Dengan melihat uraian di atas, pandangan dunia yang ada pada suatu teks

sastra akan dapat juga terlihat dan bisa ditarik kesimpulannya melalui struktur teks

sastra dan struktur sosial yang ada di masyarakat. Oleh karena itu, karya sastra

mempunyai struktur yang koheren dan terpadu. Dalam konteks strukturalisme

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69062/potongan/S2-2014...karakter yang dimiliki setiap anak dalam mengejar impiannya, Laskar Pelangi

15

genetik, konsep struktur karya sastra berbeda dari konsep struktur yang umum

dikenal (Faruk, 2010: 71).

Goldmann (1978: 1–6) mengatakan bahwa ada homologi antara struktur

novel klasik dan struktur perubahan pada ekonomi liberal. Ia menjamin konsep

Lukacs bahwa novel adalah cerita mengenai pencarian yang terdegradasi,

pencarian akan nilai-nilai otentik di dunia yang juga terdegradasi. Nilai-nilai

otentik ini adalah totalitas yang terdapat secara implisit dalam dunia secara

keseluruhan. Pencarian ini dilakukan oleh seorang tokoh hero yang problematik.

Novel adalah suatu genre karya sastra yang memiliki ciri perpecahan yang tidak

dapat diatasi antara tokoh hero dan dunia. Degradasi ini dijelaskan melalui

mediatisasi dan reduksi nilai-nilai otentik. Perpecahan ini mengakibatkan dunia

dan tokoh hero sama-sama mengalami degradasi.

Goldmann (1978: 7) mengatakan bahwa novel merupakan perubahan pada

bidang sastra dalam kehidupan sehari-hari ke dalam masyarakat individualistik

yang diciptakan oleh produksi pasar. Ada homologi yang kuat antara bentuk novel

dan kehidupan sehari-hari, antara manusia dan komuditas pada umumnya, serta

antara manusia dan sesamanya dalam masyarakat pasar. Goldmann

mengemukakan konsep mengenai nilai guna dan nilai tukar. Hubungan yang sehat

antara manusia dan komuditas adalah hubungan yang di dalamnya produksi secara

sudah diatur oleh konsumsi masa depan, oleh kualitas konkret objek-objeknya,

serta oleh nilai guna. Sebaliknya, hubungan yang tidak sehat adalah hubungan

yang diatur oleh nilai tukar, hubungan yang sehat dihapuskan, direduksi menjadi

tersembunyi lewat mediasi realitas ekonomi yang baru.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69062/potongan/S2-2014...karakter yang dimiliki setiap anak dalam mengejar impiannya, Laskar Pelangi

16

Dalam masyarakat kapitalis, kegiatan produksi tidak lagi dilakukan untuk

memenuhi kebutuhan anggota masyarakat secara langsung, tetapi untuk

kepentingan pasar, dan hasilnya ditukarkan dengan hasil-hasil produksi lain di

pasar. Cara produksi seperti ini menyebabkan terjadinya perubahan pada nilai

hasil produksi, yaitu yang mulanya nilai guna menjadi nilai tukar. Nilai guna

suatu produk terletak pada seberapa jauh produk itu mampu memenuhi kebutuhan

manusia yang memproduksinya, sedangkan nilai tukar suatu produk adalah

kemungkinan pertukarannya dengan produk-produk lain. Pada masyarakat

kapitalis, dengan semakin dominannya nilai tukar, menyebabkan terjadinya

alienasi manusia dari hasil kerjanya sendiri, dari lingkungan dan proses

produksinya (Faruk, 2010: 27–28).

Pandangan mengenai pembendaan manusia dari lingkungannya muncul

karena hilangnya hubungan antara manusia dan benda ciptaannya sendiri.

Akhirnya, benda itu menjadi berdiri sendiri dan mengatur manusia. Manusia

dituntut untuk berproduksi. Meskipun dia tidak membutuhkannya, manusia

dituntut untuk menyesuaikan dirinya dengan mekanisme pabrik yang seharusnya

memenuhi kebutuhan manusia (Paul Johnson dalam Faruk, 1988: 92–93).

Selanjutnya, kejadian ini memunculkan individu-individu yang

problematik. Goldmann (1978: 11) mengatakan bahwa individu-individu menjadi

problematik karena di satu sisi pemikiran dan tingkah laku mereka masih

didominasi oleh nilai-nilai kualitatif, sedangkan di sisi lain mereka tidak bisa

menarik dirinya dari keberadaan mediasi.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69062/potongan/S2-2014...karakter yang dimiliki setiap anak dalam mengejar impiannya, Laskar Pelangi

17

Berikut akan diuraikan cara Goldmann dalam menganalisis drama Racine.

Konsep pandangan dunia yang dikemukakan Goldmann ketika menganalisis

drama Racine adalah pandangan dunia tragik. Saat itu di Prancis pada abad ke-17,

Jansenisme muncul ketika perpindahan kekuasaan dari monarki terbatas ke

monarki absolut, ketika raja mentransfer kekuasaannya dari officiers dan cours

souverains kepada commisaires. Konflik antara raja dan parlemen mengakibatkan

parlemen yang dulunya mendukung raja menjadi berbalik melawan raja

(Goldmann, 1977: 111). Kaum aristokrat menengah yang mendapat keuntungan

dari kebijakan raja akhirnya mendukung raja. Kaum officiers berada dalam situasi

yang paradoksal karena mereka melawan raja yang tidak bisa baik dihancurkan

maupun keberadaannya diubah oleh mereka. Kejadian ini memunculkan ideologi

kaum Jansenis yang akhirnya membentuk pandangan dunia tragik (Goldmann,

1977: 109).

Pandangan tragik mengandung tiga elemen, yaitu Tuhan, manusia, dan

dunia, yang satu sama lain saling berhubungan (Goldmann, 1977: 62). Pandangan

tragik muncul karena ada krisis hubungan antara manusia, dunia sosial, dan

spritualnya (Goldmann, 1977: 41). Tuhan dianggap sebagai sebagai sesuatu yang

paradoksal. Tuhan ada, tetapi tidak selalu muncul dan suara Tuhan tidak secara

langsung didengar oleh manusia, atau Tuhan bersembunyi (The Hidden God).

Oleh karena Tuhan tidak membawa peran dalam kehidupan manusia, Tuhan

dikatakan tidak ada. Akan tetapi, manusia menyadari bahwa Tuhan itu ada dan

mereka tidak dapat melepaskan diri dari kekuatan dan kekuasaan Tuhan. Maka,

Tuhan tragedi adalah sekaligus ada dan tidak ada. Kaun Jansensis yang berkaitan

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69062/potongan/S2-2014...karakter yang dimiliki setiap anak dalam mengejar impiannya, Laskar Pelangi

18

dengan pandangan tragik menganggap dunia tidak nyata karena Tuhan selalu

mengawasi manusia di dunia (Goldmann, 1977: 48–50). Akan tetapi, pada saat

yang bersamaan, dunia tetap menjadi tempatnya bersekspresi sehingga dunia juga

dianggap ada (Goldmann, 1977: 37–38, 59). Manusia tragik adalah makhluk

paradoksal, dia hidup di dunia dan menolak dunia pada saat yang sama

(Goldmann, 1977: 60).

Permintaan manusia tragik yang utama adalah tentang totalitas. Hubungan

antara manusia tragik dan manusia lainnya bersifat ganda dan paradoksal

(Goldmann, 1977: 60). Di satu sisi, manusia tragik berharap dapat menyelamatkan

mereka, membawa mereka bersamanya, membangunkannya dari tidur, dan

mengangkat level mereka. Di sisi lain, dia menyadari ada jurang yang

memisahkan mereka dan dia menerima kenyataan itu. Pada akhirnya, manusia

tragik akan tetap sendiri. Akhirnya, dia meninggalkan manusia itu tertidur. Akan

tetapi, justru dengan kesendiriannya itulah dia akan menjadi manusia yang besar

(Goldmann, 1977: 81–82).

Pandangan tragik adalah oposisi antara dunia dan kebesaran manusia.

Keberadaan manusia tragik terletak pada fakta bahwa mereka menolak dunia dan

kehidupan. Setiap karya sastra diasumsikan memiliki koherensi internal dan

mengekspresikan pandangan dunia. Maka, cara menganalisisnya adalah

menemukan pandangan dunia yang berlaku dalam satu waktu tertentu, kemudian

melihat hubungan antara pandangan dunia tersebut dengan dunia tokoh dan objek

yang ada dalam karya tertentu, dan selanjutnya melihat hubungan antara dunia

dan alat-alat kesusastraan yang digunakan penulis untuk mengekspresikannya.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69062/potongan/S2-2014...karakter yang dimiliki setiap anak dalam mengejar impiannya, Laskar Pelangi

19

Dalam menganalisis keempat tragedi Racine, Goldmann membagi tokoh

yang ada di dalamnya menjadi representasi dunia, manusia, dan Tuhan.

Pembagian tokoh menjadi Tuhan, manusia, dan dunia ini bukanlah merujuk

kepada substansi tokohnya, melainkan hanya strukturnya. Tokoh-tokoh yang

membawa nilai otentik atau totalitas dianggap merepresentasikan Tuhan. Tokoh-

tokoh yang membawa nilai-nilai keduniawian, hidup dengan prinsip dunia

dianggap merepresentasikan dunia. Adapun tokoh yang memilih di antara

keduanya dianggap merepresentasikan manusia. Inilah yang dijadikan sebagai

model analisis Goldmann yang juga dilakukan dalam penelitian ini.

Selain itu, oposisi-oposisi yang ditampilkan oleh Goldmann dalam hasil

analisisnya terhadap drama Racine menunjukkan bahwa dia menggunakan prinsip

strukturalisme Levi-Strauss. Konsep strukturalisme Levi-Strauss adalah oposisi

biner atau oposisi berpasangan (Faruk, 2012: 164).

Sebagai contoh, akan ditampilkan salah satu analisis Goldmann terhadap

drama Racine yang berjudul Andromaque. Dalam Andromaque ada tokoh yang

merepresentasikan dunia, yaitu Pyrrhus, Orester, dan Hermione, tokoh yang

merepresentasikan manusia tragik, yaitu Andromache, dan tokoh yang

merepresentasikan Tuhan, yaitu Hector dan Astyanax. Andromache beroposisi

dengan dunia dengan menolak kompromi yang ditawarkan oleh Pyrrhus dan

memilih mati. Penolakan inilah yang menunjukkan bahwa Andromache adalah

seorang manusia tragik. Ketika bertemu dengan anaknya yang terakhir kalinya,

Andromache ingin jika memungkinkan namanya kadang-kadang disebut di depan

anaknya. Kata-kata “jika memungkinkan” mencerminkan jarak dan oposisi yang

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69062/potongan/S2-2014...karakter yang dimiliki setiap anak dalam mengejar impiannya, Laskar Pelangi

20

dirasakan Andromache terhadap hubungannya dengan Pyrrhus (Goldmann, 1977:

318–328).

Dari penjelasan di atas terlihat langkah-langkah analisis yang dilakukan

oleh Racine, yaitu menentukan pandangan dunia, dalam konteks ini, pandangan

dunia tragik. Kemudian, menghubungkannya dengan dunia yang ada dalam karya

sastra, yaitu oposisi Andromache dengan dunia. Kemudian, terlihat dalam unsur-

unsur kesusastraan terdapat kata yang digunakan Racine untuk menunjukkan

oposisi antara Andromache dan dunia.

Goldmann mengandaikan suatu karya sastra merupakan sebuah struktur

seperti yang telah disebutkan di atas. Struktur tersebut merupakan keseluruhan

yang utuh yang terbangun dari unsur-unsur yang berhubungan satu sama lain.

Akan tetapi, berbeda dengan strukturalisme nongenetis, teori ini tidak

menganggap karya sastra hanya sebagai sebuah struktur, tetapi juga sebagai

sebuah struktur yang signifikan. Artinya, struktur itu merupakan produk dari

strukturasi yang berlangsung terus-menerus dari subjek tertentu terhadap dunia

dalam rangka pembangunan keseimbangan hubungan antara subjek itu dengan

lingkungan sosial dan alamiahnya.

Dengan pengertian yang demikian, karya sastra baru dianggap dapat

dipahami tidak hanya dengan memperhatikan struktur internalnya, tetapi harus

pula memperhatikan tempatnya di dalam konteks strukturasi di atas. Dalam

kerangka genesisnya dipertalikan dengan manusia-manusia yang menjadi subjek

tersebut dan hubungan antara manusia-manusia itu dan lingkungan sosialnya.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69062/potongan/S2-2014...karakter yang dimiliki setiap anak dalam mengejar impiannya, Laskar Pelangi

21

Hubungan antara kedua hal tersebut tidak didasarkan pada kesamaan isi, tetapi

pada homologi strukturalnya (Faruk, 2002: 22–23).

Menurut konsep Goldmann (Faruk, 2010: 72), konsep struktur itu bersifat

tematik, dan yang menjadi pusat perhatiannya adalah relasi antara tokoh dan

tokoh serta antara tokoh dan objek yang ada di sekitarnya. Sifat tematik dari

konsep struktur Goldmann terlihat dari konsepnya mengenai novel sebagai cerita

mengenai pencarian yang terdegradasi akan nilai-nilai yang otentik dalam dunia

yang juga terdegradasi. Pencarian itu dilakukan oleh seorang hero yang

problematik. Menurutnya, yang dimaksud dengan nilai-nilai yang otentik adalah

totalitas yang secara tersirat muncul dalam novel, nilai-nilai yang mengorganisasi

sesuai dengan model dunia sebagai totalitas.

1.6 Hipotesis

Hipotesis yang dimiliki adalah sebagai berikut. Laskar Pelangi adalah

sebuah karya sastra yang besar. Sebagai sebuah karya sastra besar, novel ini

memiliki gambaran-gambaran mengenai manusia, alam, Tuhan, cita-cita, cinta,

kehidupan, kematian, kaya dan miskin yang saling berhubungan satu sama lain,

dan memiliki struktur yang koheren. Struktur ini homolog atau sejajar dengan

pandangan dunia yang diekspresikannya.

1.7 Metode Penelitian

Objek material pada penelitian ini adalah novel Laskar Pelangi karya

Andrea Hirata, sedangkan objek formalnya adalah struktur novel dan pandangan

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69062/potongan/S2-2014...karakter yang dimiliki setiap anak dalam mengejar impiannya, Laskar Pelangi

22

dunianya. Setelah menentukan objek material dan objek formal pada penelitian

ini, tahapan selanjutnya adalah membaca novel dan mengumpulkan data-data

yang terkait dengan penelitian ini. Data utama adalah kutipan-kutipan yang

terdapat dalam novel Laskar Pelangi. Selain itu, peneliti juga menggunakan

penelusuran melalui perangkat komputer yang berbasis internet dengan teknik

catat dan edit sebagai langkah lanjutannya.

Data-data yang telah didapatkan di atas dapat dianalisis dengan beberapa

metode, di antaranya metode analisis tekstual atau yang disebut Goldmann

sebagai metode positivistik, metode intuitif yang berdasarkan pada perasaan atau

simpati pribadi, atau dengan metode dialektik. Metode intuitif tidak digunakan

karena metode ini bukanlah metode ilmiah, sedangkan yang membedakan metode

positivistik dengan metode dialektik adalah walaupun kedua metode ini sama-

sama memandang teks sebagai titik awal dan titik akhir dari sebuah penelitian,

tetapi metode dialektik memperhatikan koherensi makna sebuah teks, sedangkan

metode positivistik tidak memperhatikan hal tersebut (Goldmann, 1977: 8).

Metode analisis data yang dilakukan penelitian ini adalah seperti cara Goldmann

menganalisis drama Racine.

Fakta tentang alam dan aktivitas manusia yang abstrak dapat dipahami

lebih jelas dengan membuatnya konkret dalam konseptualisasi dialektik.

Pemikiran dialektik menegaskan bahwa tidak ada titik awal yang valid, tidak ada

permasalahan yang akhirnya dan pasti terpecahkan. Maka, pemikiran tidak pernah

berjalan dalam satu garis lurus karena setiap fakta atau ide hanya akan

mendapatkan maknanya apabila ditempatkan ke dalam sebuah keseluruhan.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69062/potongan/S2-2014...karakter yang dimiliki setiap anak dalam mengejar impiannya, Laskar Pelangi

23

Sebaliknya, keseluruhan pun hanya dapat dipahami dengan pengetahuan yang

bertambah mengenai fakta-fakta parsial atau yang tidak menyeluruh yang

membangun keseluruhan itu. Proses ini menjadi semacam gerak terus-menerus

dari keseluruhan ke bagian dan dari bagian kembali keseluruhan lagi (Goldmann,

1977: 4–7). Dengan ini, terdapat kesatuan antara struktur dan bagian, dan makna

pada akhirnya dapat dipahami secara koheren.

Hal yang dimaksud Goldmann dengan pemahaman adalah usaha untuk

mendeskripsikan struktur objek yang diteliti, dan penjelasan adalah usaha

penggabungan sebuah struktur ke dalam struktur yang lebih besar yang di dalam

struktur tersebut hanya merupakan satu bagian (Goldmann dalam Faruk, 1988:

106).

Cara kerja metode dialektik dalam analisis adalah sebagai berikut. Karya

sastra dianggap sebagai ekspresi yang dalam atas perubahan struktur sosial dan

politik masyarakat. Kerja penelitian diawali dari teks, dibuat menjadi dua bagian

besar yang saling beroposisi. Kemudian, ditentukan pandangan dunia yang

diasumsikan sebagai pandangan dunia suatu kelas tertentu. Hal ini adalah usaha

pemahaman. Kemudian, usaha penjelasannya adalah menemukan fenomena

sosial, ekonomi, dan ideologis kelas pada satu waktu tertentu. Bila struktur teks

dan pandangan dunia kelas yang diasumsikan di awal sudah sesuai, dapat

dikatakan bahwa ada koherensi antara struktur karya sastra tersebut dan

pandangan dunia kelas yang diekspresikannya.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/69062/potongan/S2-2014...karakter yang dimiliki setiap anak dalam mengejar impiannya, Laskar Pelangi

24

1.8 Sistematika Penyajian

Pada penelitian ini, penyajian disusun dengan urutan sebagai berikut. Bab

1 merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, hipotesis, metode penelitian,

dan sistematika penyajian. Bab 2 merupakan analisis struktur novel Laskar

Pelangi karya Andrea Hirata. Bab 3 merupakan analisis pandangan dunia. Bab 4

merupakan kesimpulan, dan diakhiri dengan daftar pustaka dan lampiran yang

berupa sinopsis novel Laskar Pelangi dan karya-karya Andrea Hirata.