BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - wisuda.unud.ac.id I.pdf · 3 meledakkan ketiga kapal nelayan...

27
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan mempunyai peran penting dan strategis dalam pembangunan perekonomian nasional, terutama dalam meningkatkan perluasan kesempatan kerja, pemerataan pendapatan, dan peningkatan taraf hidup bangsa pada umumnya, nelayan kecil, pembudidaya ikan-ikan kecil, dan pihak-pihak pelaku usaha di bidang perikanan. Hal ini dilakukan dengan tetap memelihara lingkungan, kelestarian, dan ketersediaan sumber daya ikan. Sumber daya ikan adalah potensi semua jenis ikan yang didefinisikan sebagai segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan. Dalam kegiatan perikanan cara penangkapan ikan dan alat yang dipergunakan berkembang sangat cepat dengan tujuan untuk memperoleh ikan dalam waktu yang relatif singkat dan dalam jumlah yang besar. Dalam kamus istilah perikanan, penangkapan adalah usaha melakukan penangkapan atau pengumpulan ikan dan jenis-jenis sumber hayati lainnya dengan dasar bahwa ikan dan sumber hayati tersebut mempunyai manfaat atau mempunyai nilai ekonomis. 1 Negara-negara kepulauan yang mempunyai posisi strategis dan memiliki potensi sumber daya perikanan yang besar, menarik perhatian kapal-kapal nelayan asing untuk melakukan penangkapan ikan secara illegal (selanjutnya disebut Illegal Fishing). Selain itu salah satu faktor terjadinya Illegal Fishing adalah 1 Eddy Afrianto, et.al., 1996, Kamus Istilah Perikanan, Kanisius, Bandung, h.103.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - wisuda.unud.ac.id I.pdf · 3 meledakkan ketiga kapal nelayan...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - wisuda.unud.ac.id I.pdf · 3 meledakkan ketiga kapal nelayan milik Vietnam tersebut yang terbukti mencuri ikan di perairan Indonesia.3 Indonesia

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perikanan mempunyai peran penting dan strategis dalam pembangunan

perekonomian nasional, terutama dalam meningkatkan perluasan kesempatan

kerja, pemerataan pendapatan, dan peningkatan taraf hidup bangsa pada

umumnya, nelayan kecil, pembudidaya ikan-ikan kecil, dan pihak-pihak pelaku

usaha di bidang perikanan. Hal ini dilakukan dengan tetap memelihara

lingkungan, kelestarian, dan ketersediaan sumber daya ikan. Sumber daya ikan

adalah potensi semua jenis ikan yang didefinisikan sebagai segala jenis organisme

yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan

perairan. Dalam kegiatan perikanan cara penangkapan ikan dan alat yang

dipergunakan berkembang sangat cepat dengan tujuan untuk memperoleh ikan

dalam waktu yang relatif singkat dan dalam jumlah yang besar. Dalam kamus

istilah perikanan, penangkapan adalah usaha melakukan penangkapan atau

pengumpulan ikan dan jenis-jenis sumber hayati lainnya dengan dasar bahwa ikan

dan sumber hayati tersebut mempunyai manfaat atau mempunyai nilai ekonomis.1

Negara-negara kepulauan yang mempunyai posisi strategis dan memiliki

potensi sumber daya perikanan yang besar, menarik perhatian kapal-kapal nelayan

asing untuk melakukan penangkapan ikan secara illegal (selanjutnya disebut

Illegal Fishing). Selain itu salah satu faktor terjadinya Illegal Fishing adalah

1Eddy Afrianto, et.al., 1996, Kamus Istilah Perikanan, Kanisius, Bandung, h.103.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - wisuda.unud.ac.id I.pdf · 3 meledakkan ketiga kapal nelayan milik Vietnam tersebut yang terbukti mencuri ikan di perairan Indonesia.3 Indonesia

2

kebutuhan ikan dunia (demand) meningkat, disisi lain pasokan ikan dunia

menurun, dan terjadi kelebihan permintaan (overdemand) terutama jenis ikan dari

laut seperti Tuna. Hal ini merupakan penyumbang signifikan dalam masalah

penurunan persediaan ikan di laut.

Terkait dengan permasalahan Illegal Fishing, upaya suatu negara yang

mengalami kerugian juga merupakan hal yang patut diperhitungkan. Upaya yang

diambil suatu negara dalam menangani kasus Illegal Fishing harus diatur dalam

suatu peraturan yang jelas. Pada kenyataannnya upaya yang diambil oleh suatu

negara dengan negara yang lain berbeda. Salah satunya adalah kasus Illegal

Fishing yang terjadi di Indonesia pada akhir tahun 2014, yaitu upaya yang diambil

oleh pemerintah Indonesia adalah penenggelaman kapal nelayan asing dengan

cara peledakan.2

Tindakan Illegal Fishing sering terjadi di wilayah perairan Indonesia. Awal

bulan Desember tahun 2014 terjadi penangkapan ikan secara illegal di wilayah

perairan Indonesia, tepatnya di Laut Natuna, Pulau Anambas, Kepulauan Riau

oleh 3 (tiga) kapal nelayan Vietnam. Personel TNI Angkatan Laut dari KRI

Barakuda-633 mengevakuasi Anak Buah Kapal (ABK), kemudian menurunkan

paksa dari kapal Vietnam ke KRI Barakuda-633. Ada 8 (delapan) ABK kapal

nelayan Vietnam yang diamankan di KRI Barakuda-633 dan di periksa satu per

satu. Komandan KRI Barakuda-633 berjanji akan bertindak tegas. Pihaknya akan

mengambil tindakan untuk menenggelamkan kapal nelayan Vietnam dengan cara

2Anonim, ___, "Kapal Ditenggelamkan Jokowi Kami Tak Main-main" URL:

http://www.tempo.co/read/news/2014/12/05/090626509/Kapal Ditenggelamkan-Jokowi-Kami-

Tak-Main-main, diakses tanggal 1 April 2015.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - wisuda.unud.ac.id I.pdf · 3 meledakkan ketiga kapal nelayan milik Vietnam tersebut yang terbukti mencuri ikan di perairan Indonesia.3 Indonesia

3

meledakkan ketiga kapal nelayan milik Vietnam tersebut yang terbukti mencuri

ikan di perairan Indonesia.3

Indonesia menjadi negara maritim terbesar di dunia setelah Kanada dan Rusia

dengan dua pertiga dari keseluruhan wilayahnya merupakan wilayah laut, dengan

jumlah pulau sekitar 17.504 pulau dan panjang garis pantai 81.000 km.4 Luas laut

Indonesia sekitar 5,8 juta km2 terdiri dari 3,1 juta km2 luas laut yang tunduk di

bawah kedaulatan dan 2,7 km2 wilayah Zona Ekonomi Eksklusif. Laut yang

tunduk dibawah kedaulatan Indonesia terdiri dari 0,3 juta km2 laut teritorial dan

2,8 juta km2 perairan kepulauan. Potensi perikanan Indonesia sebanyak 6,26 juta

ton pertahun, dengan rincian sebanyak 4,4 juta ton dapat ditangkap di perairan

Indonesia dan 1,86 juta ton di wilayah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.

Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan terdapat 14 zona

fishing ground di dunia, saat ini hanya ada 2 (dua) zona yang masih potensial, dan

salah satunya di perairan Indonesia.5 Zona di Indonesia yang sangat potensial dan

rawan terjadinya Illegal Fishing adalah Laut Malaka, Laut Jawa, Laut Arafura,

Laut Timor, Laut Banda dan perairan sekitar Maluku dan Papua.6 Sumber

perikanan di Indonesia masih merupakan sumber kekayaan yang memberikan

kemungkinan sangat besar untuk dapat dikembangkan bagi kemakmuran bangsa

3Anonim, ____, "KRI Baracuda tangkap Nelayan Illegal asal Vietnam" URL:

http://laut.co.id/kri-barakuda-tangkap-nelayan-illegal-asal-vietnam/, diakses tanggal 3 Januari

2015.

4Melda Kamil Ariadno, 2007, Hukum Internasional Hukum Yang Hidup, Media, Jakarta, h.

129.

5Tommy Sitohang, 2005/2006, Masalah Illegal,Unregulated,Unreported Fishing dan

Penanggulangannya melalui Pengadilan Perikanan, Jurnal Keadilan Vol.4 No.2, April 2005/2006

h. 58.

6Anonim, 2008, Kejutan di Bulan April, Forum Keadilan No.50115-21, April 2008, h. 41.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - wisuda.unud.ac.id I.pdf · 3 meledakkan ketiga kapal nelayan milik Vietnam tersebut yang terbukti mencuri ikan di perairan Indonesia.3 Indonesia

4

Indonesia, baik untuk memenuhi kebutuhan protein rakyatnya, maupun untuk

keperluan ekspor guna mendapatkan dana bagi usaha-usaha pembangunan

bangsanya.7 Dengan melihat kondisi seperti ini Illegal Fishing dapat melemahkan

pengelolaan sumber daya perikanan di perairan Indonesia dan menyebabkan

sumber daya perikanan di beberapa Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP)

Indonesia mengalami over fishing.

Tindakan Illegal Fishing tidak hanya merugikan secara ekonomi dengan nilai

triliunan rupiah yang hilang, tetapi juga menghancurkan perekonomian nelayan.

Selain itu juga menimbulkan dampak politik terhadap hubungan antar negara yang

berdampingan, melanggar kedaulatan negara dan ancaman terhadap kelestarian

sumber daya hayati laut. Tindakan yang melanggar kedaulatan negara dan

ancaman terhadap kelestarian sumber daya hayati laut atau kegiatan yang

berkenaan dengan perikanan adalah perbuatan yang merugikan kedamaian,

ketertiban atau keamanan suatu negara. Perbuatan ini telah diatur dalam United

Nations Convention on The Law of The Sea 1982.8

Berdasarkan data dari Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia atau Food and

Agriculture Organization (FAO) menyatakan bahwa kerugian Indonesia akibat

Illegal Fishing diperkirakan mencapai Rp.30 triliun per tahun.9 FAO menyatakan

bahwa saat ini stok sumber daya ikan di dunia masih memungkinkan untuk

7 Hasjim Djalal, 1979, Perjuangan Indonesia Di Bidang Hukum Laut, Binacipta, Bandung,

h. 3.

8 I Wayan Parthiana, 2014, Hukum Laut Internasional dan Hukum Laut Indonesia, Yrama

Widya, Bandung, h. 107-108.

9 Kominfo Indonesia, Data FAO tahun 2001, diunduh pada Selasa, 16 September 2014 pukul

17.37 wita.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - wisuda.unud.ac.id I.pdf · 3 meledakkan ketiga kapal nelayan milik Vietnam tersebut yang terbukti mencuri ikan di perairan Indonesia.3 Indonesia

5

ditingkatkan penangkapannya hanya tinggal 20%, sedangkan 55% sudah dalam

kondisi pemanfaatan penuh dan sisanya 25% terancam kelestariannya.

Tindakan kapal nelayan asing yang memasuki wilayah perairan Indonesia

tanpa ijin serta mengeksploitasi kekayaan alam di dalamnya tentu melanggar

kedaulatan negara Indonesia. Untuk itu harus ada penegakan hukum yang tegas

berupa penangkapan nelayan asing beserta kapalnya untuk di proses secara

hukum. Tindakan penangkapan terhadap kapal nelayan asing dapat dibenarkan

apabila sudah dipenuhinya bukti-bukti bahwa kapal nelayan tersebut melakukan

Illegal Fishing. Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama TNI

Manahan Simorangkir, mengatakan bahwa bukti permulaan yang cukup untuk

melakukan penangkapan terhadap kapal nelayan asing adalah bukti yang menduga

adanya tindak pidana di bidang perikanan oleh kapal nelayan asing. Pelanggaran

itu mencakup tidak memiliki surat izin usaha penangkapan ikan (SIPI) dan surat

izin kapal pengangkut ikan (SIKPI), serta nyata-nyata menangkap dan/atau

mengangkut ikan di wilayah perairan Indonesia.10

Sebagaimana dijelaskan diatas, di Indonesia telah terjadi penangkapan kapal

nelayan asing yang melakukan Illegal Fishing disertai dengan tindakan

penenggelaman kapal dengan cara peledakan. Tujuan penenggelaman kapal

nelayan asing tersebut adalah untuk memberikan efek jera dan menunjukkan

ketegasan sikap pemerintah dalam mewujudkan perikanan yang berkelanjutan dan

bertanggung jawab. Namun perlu diingat juga bahwa perbuatan penenggelaman

10Sulasi Rohingati, 2014, Penenggelaman kapal Ikan Asing : Upaya Penegakan Hukum laut

Indonesia, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi Sekretariat Jenderal DPR RI, Jakarta,

h. 2.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - wisuda.unud.ac.id I.pdf · 3 meledakkan ketiga kapal nelayan milik Vietnam tersebut yang terbukti mencuri ikan di perairan Indonesia.3 Indonesia

6

dengan cara meledakkan kapal milik negara lain juga dapat menyalahi ketentuan

Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengikat Indonesia sebagai

negara anggota. Sebagai "peace loving country" Indonesia harus menyelesaikan

setiap kasus yang timbul secara damai. Karena itu bentuk penenggelaman dan

peledakkan kapal nelayan asing jelas bukan merupakan cara menyelesaikan kasus

secara damai dan bukan merupakan ciri dari negara yang beradab.11 Selain itu

tindakan tersebut juga dapat memicu ketegangan hubungan diplomatik antar

negara yang berkaitan, dalam hal ini Indonesia dan Vietnam.

Oleh sebab itu pentingnya permasalahan Illegal Fishing ini diangkat,

dikarenakan alasan-alasan sebagai berikut :

1. Illegal Fishing merupakan suatu permasalahan yang penting untuk dibahas

karena memberikan dampak kerugian di sektor perekonomian suatu

negara, terutama bagi negara-negara maritim.

2. Selain memberikan dampak kerugian ekonomi, tindakan Illegal Fishing

juga memberikan dampak sosial, politik dan lingkungan terhadap suatu

negara.

3. Kurang jelasnya peraturan Internasional yang mengatur mengenai upaya

yang dilakukan oleh suatu negara apabila terjadi Illegal Fishing di wilayah

kedaulatannya.

4. Upaya yang diambil suatu negara dalam menangani kasus Illegal Fishing

berbeda antara negara satu dengan negara lainnya, sehingga hal ini

memicu ketegangan politis antar negara yang berkaitan.

11Anonim, ____, URL: http://nasional.sindonews.com/read/935809/18/konsekuensi-

penenggelaman-kapal-1418270847/1, diakses tanggal 1 April 2015.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - wisuda.unud.ac.id I.pdf · 3 meledakkan ketiga kapal nelayan milik Vietnam tersebut yang terbukti mencuri ikan di perairan Indonesia.3 Indonesia

7

Berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul

"TINJAUAN HUKUM LAUT INTERNASIONAL TERHADAP

TINDAKAN ILLEGAL FISHING YANG DILAKUKAN OLEH NELAYAN

VIETNAM DI WILAYAH INDONESIA"

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis mengangkat beberapa

permasalahan akan dibahas lebih lanjut. Adapun permasalahan tersebut adalah

sebagai berikut :

1.2.1. Bagaimana kualifikasi hukum suatu tindakan Illegal Fishing terkait

dengan kasus penangkapan nelayan Vietnam oleh pemerintah Indonesia?

1.2.2. Apakah tindakan penenggelaman kapal yang dilakukan oleh pemerintah

Indonesia sah berdasarkan Hukum Laut Internasional?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Dalam penulisan karya tulis yang bersifat ilmiah, perlu ditegaskan mengenai

materi yang diatur di dalamnya. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari

menyimpangnya pembahasan materi dari pokok permasalahan yang telah

dirumuskan sebelumnya, sehingga dapat diuraikan secara sistematis. Adapun

ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut :

Pertama ruang lingkup pada Bab II akan membahas mengenai tinjauan umum

yaitu tinjauan umum terhadap Illegal Fishing dan tinjauan umum terhadap Hukum

Laut Internasional. Kedua pada Bab III akan membahas mengenai kualifikasi

hukum tindakan Illegal Fishing yang dilakukan oleh nelayan Vietnam

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - wisuda.unud.ac.id I.pdf · 3 meledakkan ketiga kapal nelayan milik Vietnam tersebut yang terbukti mencuri ikan di perairan Indonesia.3 Indonesia

8

berdasarkan Hukum Laut Internasional. Dan yang terakhir ruang lingkup Bab IV

yaitu akan membahas mengenai sahnya tindakan yang diambil pemerintah

Indonesia berdasarkan Hukum Laut Internasional terkait dengan penenggelaman

kapal nelayan Vietnam yang melakukan tindakan Illegal Fishing.

1.4 Orisinalitas Penelitian

Skripsi ini merupakan karya tulis asli sehingga dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya. Untuk memperlihatkan orisinalitas skripsi ini maka dapat dilihat

pebedaannya dengan penelitian terdahulu yang sejenis dan pernah ada yaitu tesis

yang berjudul "Strategi Penanganan Illegal, Unreported and Unregulated (IUU)

Fishing di Laut Arafura" dengan penulis bernama Maimuna Renhoran di Fakultas

Hukum Universitas Indonesia. Bertempat di Jakarta tahun 2012 dengan rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaturan hukum internasional dan hukum nasional

Indonesia tentang IUU Fishing?

2. Bagaimana praktek IUU Fishing di Laut Arafura dan penanggulangannya?

3. Strategi apa yang perlu diambil dalam upaya penanggulangan IUU Fishing

di Laut Arafura oleh Pemerintah Provinsi Papua?

Adapun penelitian lain yaitu skripsi berjudul "Penegakan Hukum Terhadap

kapal Asing Yang Melakukan Illegal Fishing Di Zona Ekonomi Eksklusif

Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Hukum Laut 1982" dengan penulis bernama

Bayu Kusuma di Fakultas Hukum Universitas Andalas. Bertempat di Sumatera

Barat tahun 2010 dengan rumusan masalah sebagai berikut :

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - wisuda.unud.ac.id I.pdf · 3 meledakkan ketiga kapal nelayan milik Vietnam tersebut yang terbukti mencuri ikan di perairan Indonesia.3 Indonesia

9

1. Bagaimana proses penegakan hukum terhadap kapal asing yang

melakukan Illegal Fishing di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia?

2. Tindakan apa saja yang dapat dilakukan menurut Konvensi Hukum Laut

1982?

Dari kedua penelitian sejenis diatas, maka skripsi ini memiliki perbedaan

yang lebih menekankan kepada permasalahan kualifikasi hukum tindakan Illegal

Fishing dan sah tidaknya upaya yang diambil pemerintah Indonesia terhadap

nelayan Vietnam yang melakukan Illegal Fishing. Skripsi ini berjudul "Tinjauan

Hukum Laut Internasional Terhadap Tindakan Illegal Fishing yang Dilakukan

oleh Nelayan Vietnam di Wilayah Indonesia".

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah

sebagai berikut :

a. Tujuan Umum

Tujuan umum penulisan skripsi ini adalah untuk mengkaji suatu peristiwa

dalam ranah Hukum Laut Internasional dalam hal ini adalah terjadinya suatu

tindakan Illegal Fishing yang dilakukan kapal nelayan Vietnam di wilayah

kedaulatan Indonesia dan tindakan yang diambil pemerintah Indonesia adalah

menenggelamkan kapal tersebut dengan cara peledakan. Terkait upaya yang

diambil suatu negara dalam menangani kasus Illegal Fishing yang terjadi di

wilayah kedaulatannya kurang jelas diatur dalam Hukum Laut Internasional.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - wisuda.unud.ac.id I.pdf · 3 meledakkan ketiga kapal nelayan milik Vietnam tersebut yang terbukti mencuri ikan di perairan Indonesia.3 Indonesia

10

b. Tujuan Khusus

1. Untuk mengkualifikasikan tindakan Illegal Fishing terkait dengan

penangkapan nelayan Vietnam oleh pemerintah Indonesia.

2. Untuk menganalisis apakah tindakan yang diambil pemerintah Indonesia

dalam hal penenggelaman kapal nelayan asing sah berdasarkan Hukum Laut

Internasional.

1.6 Manfaat Penelitian

Dalam suatu penelitian, terdapat suatu manfaat penelitian. Manfaat penelitian

dibagi menjadi dua yaitu secara teoritis dan secara praktis. Adapun penjelasannya

sebagai berikut :

a. Manfaat Teoritis

Penulisan skripsi ini diharapkan memberikan pemahaman mengenai tindakan

Illegal Fishing yang terjadi di wilayah kedaulatan suatu negara dan upaya yang

seharusnya dilakukan oleh suatu negara yang dirugikan berdasarkan ketentuan

Internasional yang ada khususnya Hukum Laut Internasional. Selain itu

diharapkan bermanfaat sebagai bahan acuan atau referensi dalam meneliti hal-hal

yang serupa dan penulisan skripsi ini mampu membantu para pembaca sebagai

pengembangan bahan perkuliahan serta diharapkan dapat memberikan sumbangan

pengetahuan baru di bidang Hukum Internasional khususnya Hukum Laut

Internasional yang terkait dengan Illegal Fishing.

b. Manfaat Praktis

1. Bagi mahasiswa Fakultas Hukum, penulisan skripsi ini diharapkan dapat

memberikan pengetahuan dan penjelasan bagi pembaca tentang Hukum Laut

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - wisuda.unud.ac.id I.pdf · 3 meledakkan ketiga kapal nelayan milik Vietnam tersebut yang terbukti mencuri ikan di perairan Indonesia.3 Indonesia

11

Internasional dan secara mengkhusus mengenai tinjauan Hukum Laut

Internasional terhadap tindakan Illegal Fishing yang dilakukan oleh nelayan

Vietnam di wilayah Indonesia.

2. Bagi akademisi, penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan ide baru

sebagai bahan kajian ilmiah yang dapat dikembangkan nantinya bagi para

akademisi khususnya kajian pada Hukum Laut Internasional yang terkait

dengan Illegal Fishing. Selain itu skripsi ini juga diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan perbandingan dalam pengajaran teori mengenai Hukum Laut

Internasional khususnya pada bagian hak dan kewajiban negara yang

berkenaan dengan perikanan.

3. Bagi pengambil kebijakan, khususnya bagi Kementerian Kelautan dan

Perikanan Republik Indonesia sebagai lembaga yang memiliki otoritas

dibidang kelautan dan perikanan, penulisan skripsi ini diharapkan dapat

dijadikan suatu tinjauan atau pertimbangan dalam mengambil kebijakan

khususnya terkait masalah perikanan dan Illegal Fishing. Selain itu skripsi ini

diharapkan dapat menjadi suatu tinjauan atau pertimbangan ketika akan

membuat regulasi atau pengaturan nasional mengenai penanggulangan

tindakan Illegal Fishing terkait dengan permasalahan yang dibahas dalam

skripsi ini.

1.7 Landasan Teoritis

Pembahasan dalam penulisan skripsi ini penting dikemukakan suatu landasan

teoritis yang menjadi landasan berpikir dalam membahas dan menyelesaikan

pokok permasalahan yang diangkat. Membahas tentang tinjauan Hukum Laut

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - wisuda.unud.ac.id I.pdf · 3 meledakkan ketiga kapal nelayan milik Vietnam tersebut yang terbukti mencuri ikan di perairan Indonesia.3 Indonesia

12

Internasional terhadap tindakan Illegal Fishing yang dilakukan oleh nelayan

Vietnam di wilayah Indonesia, terlebih dahulu harus membahas tentang teori

kedaulatan negara, teori penegakan hukum dan teori yurisdiksi.

a. Teori Kedaulatan Negara

Negara merupakan subjek hukum yang terpenting dibandingkan dengan

subjek-subjek hukum internasional lainnya. Pasal 1 Konvensi Montevideo 1933

mengenai hak-hak dan kewajiban-kewajiban negara menyebutkan bahwa "Negara

sebagai pribadi hukum internasional harus memiliki syarat-syarat berikut: (a)

penduduk tetap; (b) wilayah yang tertentu; (c) pemerintahan yang berdaulat; dan

(d) kemampuan untuk melakukan hubungan-hubungan dengan negara-negara

lain".12 Sebagai subjek hukum internasional negara memiliki hak dan kewajiban

menurut hukum internasional.

Menurut R. Kranenburg, negara adalah organisasi kekuasaan yang diciptakan

oleh kelompok manusia yang disebut bangsa. Sedangkan menurut Logeman,

Negara adalah organisasi kekuasaan yang menyatukan kelompok manusia yang

disebut bangsa.13 Hendry C Black mendefinisikan negara sebagai sekumpulan

orang yang secara permanen menempati suatu wilayah yang tetap diikat oleh

ketentuan-ketentuan hukum yang melalui pemerintahannya mampu menjalankan

kedaulatannya yang merdeka dan mengawasi masyarakatnya dan harta bendanya

dalam wilayah perbatasannya, mampu mengadakan perang dan damai serta

12Jawahir Thontowi, 2006, Hukum Internasional Kontemporer, Refika Aditama, Bandung,

h.105.

13Mochtar Kusumaatmadja, 1981, Pengantar Hukum Internasional, Binacipta, Bandung, h.

89.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - wisuda.unud.ac.id I.pdf · 3 meledakkan ketiga kapal nelayan milik Vietnam tersebut yang terbukti mencuri ikan di perairan Indonesia.3 Indonesia

13

mampu mengadakan hubungan internasional dengan masyarakat internasional

lainnya.14

Pengertian negara sebagai subjek hukum internasional adalah organisasi

kekuasaan yang berdaulat, menguasai wilayah tertentu, penduduk tertentu dan

kehidupan didasarkan pada sistem hukum tertentu.15 Pengertian mengenai negara

tersebut walaupun memiliki banyak pendapat dan perbedaan dalam memberikan

pengertian tentang negara tetapi baik menurut para ahli dan Konvensi Montevideo

1933 tetap memiliki persamaan bahwa suatu negara akan berdaulat jika memiliki

kriteria-kriteria yang di terima oleh masyarakat internasional.

Suatu negara dapat saja lahir dan hidup tetapi itu belum berarti bahwa negara

tersebut mempunyai kedaulatan, kedaulatan ialah kekusaan tertinggi yang dimiliki

oleh suatu negara untuk secara bebas melakukan berbagai kegiatan sesuai

kepentingannya, tetapi kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan hukum

internasional. Sesuai konsep hukum internasional kedaulatan memiliki tiga aspek

utama yaitu:16

1. Aspek eksteren kedaulatan adalah hak bagi setiap negara untuk secara bebas

menentukan hubungannya dengan berbagai negara atau kelompok-kelompok

lain tanpa tekanan atau pengawasan dari negara lain;

2. Aspek interen kedaulatan adalah hak atau wewenang eksklusif suatu negara

untuk menentukan bentuk lembaga-lembaganya, cara kerja lembaga-

14Huala Adolf, 1991, Aspek-Aspek Negara Dalam hukum Internasional, Rajawali, Jakarta,

(selanjutnya disingkat Huala Adolf I), h. 1-2.

15Sugeng Istanto, 1994, Hukum Internasional, Universitas Atmajaya, Yogyakarta, h. 20-21.

16Boer Mauna, 2005, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era

Dinamika Global, Edisi ke 2, Alumni, Bandung, h. 24.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - wisuda.unud.ac.id I.pdf · 3 meledakkan ketiga kapal nelayan milik Vietnam tersebut yang terbukti mencuri ikan di perairan Indonesia.3 Indonesia

14

lembaganya tersebut, dan hak untuk membuat undang-undang yang

diinginkannya serta tindakan-tindakan untuk mematuhi;

3. Aspek teritorial kedaulatan berarti kekuasaan penuh dan eksklusif yang

dimiliki oleh negara atas individu-individu dan benda-benda yang terdapat di

wilayah tersebut.

Kedaulatan suatu negara atas wilayah daratnya merupakan sesuatu yang

fundamental. Sebagai salah satu syarat dalam negara, kedaulatan suatu negara

sangat diperlukan supaya negara lain tidak semena-mena memasuki wilayah

kedaulatan negara lain. Negara dikatakan berdaulat atau sovereign karena

kedaulatan merupakan suatu sifat atau ciri hakiki dari pada negara. Negara

berdaulat berarti bahwa negara itu tidak mengakui suatu kesatuan yang lebih

tinggi dari pada kekuasaannya sendiri. Dimilikinya kekuasaan tertinggi oleh

negara ini memang dapat bertentangan dengan hukum internasional sebagai

kaidah-kaidah atau norma-norma yang mengatur hubungan-hubungan negara.

Hukum internasional menjadi tidak berlaku karena negara memiliki kekuasaan

tertinggi. akibatnya hukum internasional tidak akan dapat menjadi sarana

hubungan antar negara karena masing-masing negara dalam hubungan

internasional masih menonjolkan kedaulatannya.17

Walaupun demikian kekuasaan tertinggi ini mempunyai batas-batasnya.

Ruang berlaku kekuasaan tertinggi ini dibatasi oleh batas-batas wilayah negara itu

artinya suatu negara hanya memiliki kekuasaan tertinggi di dalam batas-batas

17Adji Samekto, 2009, Negara Dalam Dimensi Hukum Internasional, Citra Aditya Bakti,

Bandung, h. 50.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - wisuda.unud.ac.id I.pdf · 3 meledakkan ketiga kapal nelayan milik Vietnam tersebut yang terbukti mencuri ikan di perairan Indonesia.3 Indonesia

15

wilayahnya.18 Istilah kedaulatan atau sovereignty sering dipergunakan untuk

mengambarkan kedudukan sebagai subjek hukum internasional dari suatu negara.

Istilah kedaulatan juga mengambarkan suatu kompetensi hukum yang dimiliki

suatu negara pada umumnya. Kedaulatan (Souvereignty) dapat dipakai sebagai

sinonim untuk istilah kemerdekaan.19 Kedaulatan sebagai kekuasaan tertinggi

mengandung dua pembatasan penting dalam dirinya yaitu:20

1. Kekusaan itu terbatas pada batas wilayah negara yang memiliki kekuasaan

itu; dan

2. Kekuasaan itu berakhir di mana kekuasaan suatu negara lain mulai.21

Jadi, pembatasan yang penting ini melekat pada pengertian kedaulatan itu sendiri

dilupakan oleh orang yang beranggapan bahwa kekuasaan yang dimiliki oleh

suatu negara menurut paham kedaulatan itu tidak terbatas.22

Seperti yang telah diuraikan diatas, salah satu dari aspek utama kedaulatan

negara adalah penguasaan suatu wilayah teritorial, di dalam wilayah mana berlaku

hukum negara tersebut. Terhadap wilayah ini otoritas tertinggi berada pada negara

terkait, karena itu munculah konsep "kedaulatan tetitorial".23 Kedaulatan teritorial

atau kedaulatan wilayah adalah kedaulatan yang dimiliki negara dalam

melaksanakan yurisdiksi eksklusif di wilayahnya. Negara tidak dapat

18Mochtar Kusumaatmadja, 1997, Pengantar Hukum Internasional Buku I, Binacipta, Jakarta,

h. 16-17.

19Chairul Anwar, 1989, Pengantar Hukum Bangsa-Bangsa, Djambatan, Jakarta, h. 32-33.

20Mochtar Kusumaatmaja dan Etty R. Agoes, 2003, Pengantar Hukum Internasional, Alumni,

Bandung, h. 18.

22Ibid.

23J.G.Starke, 2010, Pengantar Hukum Internasional 1, Edisi ke 10, Sinar Grafika, Jakarta, h.

210.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - wisuda.unud.ac.id I.pdf · 3 meledakkan ketiga kapal nelayan milik Vietnam tersebut yang terbukti mencuri ikan di perairan Indonesia.3 Indonesia

16

melaksanakan yurisdiksi eksklusifnya keluar dari wilayahnya yang dapat

mengganggu kedaulatan wilayah negara lain. Negara memiliki kewajiban untuk

menghormati kedaulatan teritorial negara lain. Pasal 1 ayat 1 dan 2 Konvensi Laut

Teritorial menegaskan tentang ruang lingkup kedaulatan suatu negara. Ditegaskan

dalam Pasal 1 ayat 1 bahwa kedaulatan suatu negara di luar wilayah daratan dan

perairan pedalamannya meliputi suatu zona laut di depan pantainya yang disebut

sebagai laut teritorial.24

Selanjutnya Pasal 1 ayat 2 menegaskan bahwa kedaulatan tersebut dalam

pelaksanaannya harus tunduk pada ketentuan pasal-pasal Konvensi dan peraturan-

peraturan Hukum Internasional lainnya. Sementara itu, Pasal 2 menegaskan

bahwa kedaulatan dari suatu negara pantai meluas meliputi ruang udara di atas

laut teritorial, dan juga meliputi dasar laut dan tanah di bagian bawah dari laut

teritorial tersebut. Dari kedua Pasal tersebut secara tegas dapat dikatakan bahwa

laut teritorial merupakan bagian dari wilayah negara, termasuk dasar laut dan

tanah di bagian bawah dari laut teritorial itu sendiri maupun ruang udara di

atasnya. tentu saja wilayah negara ini, bersatu atau merupakan satu kesatuan

dengan wilayah daratan dan tanah di bawah wilayah daratannya, termasuk pula

ruang udara di atas wilayah daratannya itu. Secara keseluruhannya itulah yang

merupakan wilayah negara.25

24I Wayan Parthiana, op.cit, h. 31.

25Ibid, h. 32.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - wisuda.unud.ac.id I.pdf · 3 meledakkan ketiga kapal nelayan milik Vietnam tersebut yang terbukti mencuri ikan di perairan Indonesia.3 Indonesia

17

b. Teori Penegakan Hukum

Untuk menganalisis mengenai penegakan hukum Illegal Fishing yang

dilakukan pemerintah Indonesia terhadap nelayan Vietnam dalam anatomi

kejahatan transnasional maka digunakan teori penegakan hukum. Penegakan

hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide keadilan, kepastian

hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan. Penegakan hukum merupakan

usaha untuk mewujudkan ide-ide dan konsep-konsep hukum yang diharapakan

rakyat menjadi kenyataan. Jadi penegakan hukum merupakan suatu proses yang

melibatkan banyak hal.26

Secara konsepsional, inti dari penegakan hukum menurut Soerjono Soekanto

terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di

dalam kaidah-kaidah yang mantap dan mengejawantahkan serta sikap tindak

sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara

dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Penegakan hukum bukanlah

semata-mata berarti pelaksanaan perundang-undangan namun juga sebagai

pelaksanaan keputusan-keputusan hakim.27

Soerjono Soekanto mengemukakan ada 5 faktor yang mempengaruhi

penegakan hukum yaitu:28

1. Faktor hukumnya sendiri, dalam tulisan ini akan dibatasi pada undang-

undang saja;

26Dellyana Shant, 1988, Konsep Penegakan Hukum, Liberty, Yogyakarta, h. 32.

27Soerjono Soekanto, 2004, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,

RajaGrafindo Persada, Jakarta, h. 7.

28Ibid, h. 8.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - wisuda.unud.ac.id I.pdf · 3 meledakkan ketiga kapal nelayan milik Vietnam tersebut yang terbukti mencuri ikan di perairan Indonesia.3 Indonesia

18

2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun

menerapkan hukum;

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum;

4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau

diterapkan; dan

5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan

pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

Kelima faktor tersebut saling berkaitan dengan eratnya karena merupakan

esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur dari efektivitas

hukum.29 Efektivitas perundang-undangan tergantung pada beberapa faktor, antara

lain:30

1. Pengetahuan tentang substansi atau isi perundang-undangan;

2. Cara-cara untuk memperoleh pengetahuan tersebut;

3. Institusi yang terkait dengan ruang lingkup perundang-undangan di dalam

masyarakatnya; dan

4. Bagaimana proses lahirnya suatu perundang-undangan, yang tidak boleh

dilahirkan secara tergesa-gesa untuk kepentingan instan (sesaat), yang

diistilahkan oleh Gunnar Myrdall sebagai sweep legislation (undang-undang

sapu), yang memiliki kualitas buruk dan tidak sesuai dengan kebutuhan

masyarakatnya.31

29Ibid, h. 9.

30Achmad Ali, 2009, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicial

Prudence) Termasuk Interpretasi Undang-undang (Legisprudence), Kencana Prenada Media

Group, Jakarta, h. 378-379.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - wisuda.unud.ac.id I.pdf · 3 meledakkan ketiga kapal nelayan milik Vietnam tersebut yang terbukti mencuri ikan di perairan Indonesia.3 Indonesia

19

Gangguan terhadap penegakan hukum mungkin terjadi, apabila ada

ketidakserasian antara nilai, kaidah dan pola perilaku. Gangguan ini meliputi

ketidakserasian antara nilai-nilai yang berpasangan, yang menjelma di dalam

kaidah-kaidah yang bersimpang siur, dan pola perilaku tidak terarah yang

mengganggu kedamaian pergaulan.32

Menurut Satjipto Raharjo penegakan hukum pada hakikatnya merupakan

penegakan ide-ide atau konsep-konsep tentang keadilan , kebenaran, kemamfaatan

sosial, dan sebagainya. Hakikatnya penegakan hukum mewujudkan nilai-nilai atau

kaedah-kaedah yang memuat keadilan dan kebenaran, penegakan hukum bukan

hanya menjadi tugas dari para penegak hukum yang sudah di kenal secara

konvensional , tetapi menjadi tugas dari setiap orang. Meskipun demikian, dalam

kaitannya dengan hukum publik pemerintahlah yang bertanggung jawab.

Penegakan hukum dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Ditinjau dari sudut subyeknya

Dalam arti luas, proses penegakkan hukum melibatkan semua subjek hukum

dalam setiap hubungan hukum. Siapa saja yang menjalankan aturan normatif atau

melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dengan mendasarkan diri pada

norma aturan hukum yang berlaku, berarti dia menjalankan atau menegakkan

aturan hukum.

Sedangkan dalam arti sempit, penegakkan hukum hanya diartikan sebagai

upaya aparat penegak hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa

suatu aturan hukum berjalan bagaimana seharusnya.

32Soerjono Soekanto, loc.cit.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - wisuda.unud.ac.id I.pdf · 3 meledakkan ketiga kapal nelayan milik Vietnam tersebut yang terbukti mencuri ikan di perairan Indonesia.3 Indonesia

20

2. Ditinjau dari sudut obyeknya, yaitu dari segi hukumnya

Dalam arti luas, penegakkan hukum yang mencakup pada nilai-nilai keadilan

yang di dalamnya terkandung bunyi aturan formal maupun nilai-nilai keadilan

yang ada dalam bermasyarakat. Dalam arti sempit, penegakkan hukum itu hanya

menyangkut penegakkan peraturan yang formal dan tertulis.33

c. Teori Yurisdiksi

Huala Adolf mengemukakan bahwa "Yurisdiksi adalah kekuatan atau

kewenangan hukum negara terhadap orang, benda atau peristiwa (hukum)".34

Yurisdiksi pidana adalah kewenangan (hukum) pengadilan suatu negara terhadap

perkara-perkara yang menyangkut kepidanaan, baik yang tersangkut di dalamnya

unsur asing maupun nasional.35 Hukum internasional tradisional telah meletakkan

beberapa prinsip hukum mengenai yurisdiksi yakni:

1. Prinsip teritorial

Berdasarkan prinsip ini setiap negara dapat menerapkan yurisdiksi nasionalnya

terhadap semua orang (baik warga negara atau asing), badan hukum dan semua

benda yang berada di dalamnya. Lord Macmillan mengemukakan adalah suatu ciri

pokok dari kedaulatan dalam batas-batas ini, seperti semua negara merdeka yang

berdaulat, bahwa negara harus memiliki yurisdiksi terhadap semua orang dan

33Dellyana Shant, op.cit. h. 34.

34Huala Adolf, 2002, Aspek-aspek Negara Dalam Hukum Internasional, Edisi revisi,

RajaGrafindo Persada, Jakarta, (selanjutnya disebut Huala Adolf II), h. 183.

35Huala Adolf, 1996, Aspek-aspek Hukum Pidana Internasional, RajaGrafindo Persada,

Jakarta, (selanjutnya disebut Huala Adolf III), h. 145.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - wisuda.unud.ac.id I.pdf · 3 meledakkan ketiga kapal nelayan milik Vietnam tersebut yang terbukti mencuri ikan di perairan Indonesia.3 Indonesia

21

benda di dalam batas-batas teritorialnya dan dalam semua perkara pidana yang

timbul di dalam batas-batas teritorial ini.

2. Prinsip nasional aktif

Prinsip ini menyatakan setiap negara dapat memberlakukan yurisdiksi nasionalnya

terhadap warga negaranya yang melakukan tindak pidana sekali pun tindak pidana

itu dilakukan dalam bidang yurisdiksi negara lain. Di sini kewarganegaraan

pelaku menjadi titik taut diberlakukannya yurisdiksi negara asal.

3. Prinsip nasional pasif

Prinsip ini merupakan pasangan dari prinsip nasional aktif. Keduanya

mendasarkan diri pada kewarganegaraan sebagai kriteria. Pada prinsip nasional

pasif, tekanan diberikan pada kewarganegaraan si korban, sementara prinsip

nasional aktif menekankan pada kewarganegaraan si pelaku. Atas dasar prinsip ini

suatu negara memiliki kewenangan untuk memberlakukan misalnya hukum

pidananya terhadap suatu tindak pidana yang terjadi di luar wilayah negara

tersebut apabila korban adalah warganegaranya.

4. Prinsip perlindungan

Hukum internasional mengakui bahwa setiap negara mempunyai kewenangan

melaksanakan yurisdiksi terhadap kejahatan yang menyangkut keamanan dan

integritas atau kepentingan ekonomi yang vital. Prinsip ini menyatakan bahwa

suatu negara mempunyai hak untuk menerapkan hukum (pidana) nasionalnya

pada pelaku suatu tindak pidana sekalipun dilakukan di luar wilayah negara

tersebut apabila tindak pidana itu mengancam keamanan dan keutuhan negara

yang bersangkutan.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - wisuda.unud.ac.id I.pdf · 3 meledakkan ketiga kapal nelayan milik Vietnam tersebut yang terbukti mencuri ikan di perairan Indonesia.3 Indonesia

22

5. Prinsip universal

Pada prinsip-prinsip seperti yang disebutkan di atas, suatu negara dapat

menyatakan mempunyai hak untuk memberlakukan hukum pidananya dengan

alasan terdapat hubungan antara negara tersebut dengan tindak pidana yang

dilakukan. Hubungan yang dimaksud antara lain adalah tempat terjadinya tindak

pidana, kewarganegaraan pelaku atau korban dan keamanan serta keutuhan

negara. Berbeda dengan prinsip-prinsip tersebut, prinsip universal sama sekali

tidak mensyaratkan suatu hubungan. Hal ini berarti bahwa prinsip universal

memberi hak pada semua negara untuk memberlakukan hukum pidananya,

apabila tindak pidana yang dilakukan membahayakan nilai-nilai yang universal

dan kepentingan umat manusia.36

Suatu negara memiliki yurisdiksi atas setiap orang, benda dan peristiwa yang

terjadi di negaranya. Adapun ruang lingkup yang dimiliki negara tersebut adalah:

a. Yurisdiksi untuk menetapkan ketentuan hukum pidana (jurisdiction to

prescribe atau legislative jurisdiction atau prespective jurisdiction);

b. Yurisdiksi untuk menerapkan atau melaksanakan ketentuan yang telah

ditetapkan oleh badan legislatif (executif jurisdiction);

c. Yurisdiksi untuk memaksakan ketentuan hukum yang telah dilaksanakan oleh

badan eksekutif atau yang telah diputuskan oleh badan peradilan

(enforcement jurisdiction atau jurisdiction to adjudicate).37

36Ibid, h. 31-33.

37Ibid, h. 34.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - wisuda.unud.ac.id I.pdf · 3 meledakkan ketiga kapal nelayan milik Vietnam tersebut yang terbukti mencuri ikan di perairan Indonesia.3 Indonesia

23

Tindakan Illegal Fishing berada dalam anatomi kejahatan transnasional sehingga

yurisdiksi yang berlaku adalah yurisdiksi teritorial untuk menetapkan,

menerapkan dan memaksakan ketentuan hukum yang telah ditetapkan oleh suatu

negara.

1.8 Metode Penelitian

a. Jenis Penelitian

Penelitian skripsi ini adalah penelitian hukum normatif sebab penelitian

hukum ini dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder yakni

dengan mempelajari dan mengkaji asas-asas hukum dan kaedah-kaedah hukum

positif yang berasal dari bahan-bahan kepustakaan dan peraturan perundang-

undangan.38 Perundang-undangan yang dimaksud adalah konvensi-konvensi

ataupun traktat internasional terkait dengan kejahatan Illegal Fishing khususnya

ketentuan hukum dalam United Nations Convention on The Law of The Sea 1982.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif sebab juga mengkaji

adanya norma yang kurang jelas dan berupaya mencari penemuan hukum dalam

konteks tindakan yang seharusnya dilakukan oleh suatu negara yang dirugikan

akibat Illegal Fishing sesuai dengan ketentuan Internasional yang ada khususnya

dalam United Nations Convention on The Law of The Sea 1982.

b. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

pendekatan undang-undang (statute approach) dan pendekatan kasus (case

38Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2007, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

Singkat, RajaGrafindo Persada, Jakarta, h. 13.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - wisuda.unud.ac.id I.pdf · 3 meledakkan ketiga kapal nelayan milik Vietnam tersebut yang terbukti mencuri ikan di perairan Indonesia.3 Indonesia

24

approach). Untuk pengkajian permasalahannya dilihat dari segi hukumnya dan

mengenai sumbernya berasal dari peraturan perundang-undangan serta teori-teori

yang ada sebagai dasar dalam pelaksanaannya.39

Pendekatan undang-undang (statute approach), yang dimaksud undang-

undang disini adalah undang-undang dalam arti luas yaitu menyangkut semua

instrumen Hukum Internasional dalam bentuk tertulis yang bertujuan untuk

mengetahui hukum yang diberlakukan dalam kasus Illegal Fishing tersebut.

Dalam skripsi ini dilakukan dengan menelaah konvensi-konvensi yang terkait

namun pada dasarnya adalah mengkaji dari United Nations Convention on The

Law of The Sea 1982 terkait permasalahan Illegal Fishing dalam Hukum Laut

Internasional.

Kemudian pada pendekatan kasus (case approach) dilakukan dengan

mengumpulkan fakta-fakta mengenai tindakan Illegal Fishing yang dilakukan

oleh nelayan Vietnam di wilayah Indonesia sehingga fakta tersebut dapat dikaji

dan kemudian ditentukan hukum yang dapat diberlakukan terhadapnya.

c. Sumber Bahan Hukum

Adapun bahan hukum yang dipergunakan dalam penulisan ini diperoleh

melalui dua sumber yaitu :

1. Bahan Hukum Primer, yaitu bersumber pada asas dan kaidah hukum yakni

berupa ketentuan-ketentuan internasional yang berupa konvensi atau

traktat antara lain :

- Charter Of The United Nations

39Peter Mahmud Marzuki, 2009, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,

h. 10.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - wisuda.unud.ac.id I.pdf · 3 meledakkan ketiga kapal nelayan milik Vietnam tersebut yang terbukti mencuri ikan di perairan Indonesia.3 Indonesia

25

- FAO Code of Conduct Responsible Fisheries 1995

- United Nations Convention on The Law of The Sea 1982

- International Plan Of Action Illegal Unreported and Unregulated

Fishing 2001

- Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Pengesahan United

Nations Convention on the Law of the Sea

- Undang Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan

- Undang Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 Tentang

Perubahan Atas Undang Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang

Perikanan

- Peraturan Pemerintah Tentang Perikanan

- Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan yang berkaitan dengan

Perikanan

2. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bersumber pada buku-buku hukum, jurnal-

jurnal hukum, karya tulis hukum atau pandangan ahli hukum yang termuat

dalam media massa, kamus serta internet dengan menyebutkan nama

situsnya.

3. Bahan Hukum Tersier, yaitu sumber yang berupa sumber non-hukum yang

menjelaskan bahan hukum primer maupun sekunder. Bahan hukum tersier

dalam karya tulis ini terdiri atas Kamus Perikanan dan Kamus Bahasa

Inggris.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - wisuda.unud.ac.id I.pdf · 3 meledakkan ketiga kapal nelayan milik Vietnam tersebut yang terbukti mencuri ikan di perairan Indonesia.3 Indonesia

26

d. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Adapun pengumpulan bahan hukum yang digunakan dalam penulisan skripsi

ini adalah dengan menggunakan sistem kartu (card system). Sistem ini dilakukan

dengan tiga cara, yaitu :

1. Mempergunakan kartu pengarang. Cara ini dilakukan apabila penulis telah

mengetahui dengan pasti nama pengarang atau penulis dari bahan pustaka

yang diketahuinya.

2. Mempergunakan kartu judul. Hal ini dapat dilakukan apabila penulis tidak

mengetahui secara pasti nama pengarang, namun penulis mengetahui judul

bahan pustaka yang dicari.

3. Mempergunakan kartu subyek. Yang dimaksud dengan kartu subyek

adalah pokok bahan atau bidang ilmu yang menjadi isi dari suatu bahan.

Dari subyek ini, penulis tidak perlu mengetahui nama pengarang ataupun

judul dari suatu bahan pustaka.40

e. Teknik Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum

Analisa data merupakan kegiatan yang berupa pengkajian atau telaah

terhadap hasil pengolahan data yang dibantu dengan teori-teori yang telah

didapatkan sebelumnya.41 Bahan hukum yang telah terkumpul, diolah dengan

langkah-langkah deskripsi, sistematis dan eksplanasi. Deskripsi merupakan

penggambaran mengenai bahan-bahan hukum sebagaimana sesuai dengan

40Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 1985, Penelitian Hukum Normatif, RajaGrafindo

Persada, Jakarta, h. 23.

41Mukti Fajar, et.al., 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, PT. Pustaka

Pelajar, Yogyakarta, h. 183.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - wisuda.unud.ac.id I.pdf · 3 meledakkan ketiga kapal nelayan milik Vietnam tersebut yang terbukti mencuri ikan di perairan Indonesia.3 Indonesia

27

ketentuan yang ada, sedangkan mengenai sistematisasi yaitu menggabungkan

bahan-bahan hukum yang satu dengan bahan hukum yang lain sehingga tidak

menunjukan adanya kontradiksi. Kemudian mengenai eksplanasi yaitu

memberikan uraian-uraian serta argumentasi-argumentasi terhadap bahan-bahan

hukum yang diperoleh.

Teknik lainnya yang penulis gunakan adalah teknik analisis, yaitu pemaparan

secara mendetail dari penjelasan yang didapat pada tahap sebelumnya yang

berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini sehingga keseluruhannya

membentuk satu kesatuan yang saling berhubungan secara logis.42

42Ronny Hanitijo, 1991, Metode Penelitian Hukum, Cet.II, Ghalia Indo, Jakarta, h. 93.