BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II SKRIPSI DWI.pdf · nyeri dada, atau nyeri dada...

33
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini dibahas mengenai konsep penyakit jantung koroner, program rehabilitasi jantung, konsep kepatuhan dan dukungan keluarga. 2.1 Penyakit Jantung Koroner 2.1.1 Pengertian PJK adalah suatu kondisi ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan oksigen miokardium. Ketidakseimbangan ini dapat terjadi akibat penyempitan arteri koroner, penurunan aliran darah atau curah jantung, kebutuhan O2 miokardium meningkat atau spasme arteri koroner, dengan penyebab tersering yaitu aterosklerosis (Rokhaeni dkk, 2001). 2.1.2 Manifestasi Klinis Manifestasi klinis dari PJK bervariasi antara lain tanpa gejala, angina pektoris, IMA, aritmia, payah jantung dan kematian mendadak (Nurhayati, dalam Rokhaeni, 2001). Palpitasi merupakan manifestasi PJK meskipun tidak spesifik, bisa timbul spontan ataupun atas faktor pencetus yang menambah iskemia seperti aktivitas fisik dan juga stress. Angina pektoris yang spesifik merupakan gejala utama dan khas bagi PJK (Noer dkk, 1999). Keadaan tersebut merupakan keluhan utama pasien masuk rumah sakit, dan apabila tidak mendapat penanganan yang adekuat sedini mungkin dapat berkembang menjadi IMA dengan angka kematian yang tinggi yaitu 87,06% pada pasien IMA dengan umur kurang dari 60 tahun dan 68,28% pada pasien IMA umur lebih dari 60 tahun (Kasron, 2012).

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II SKRIPSI DWI.pdf · nyeri dada, atau nyeri dada...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II SKRIPSI DWI.pdf · nyeri dada, atau nyeri dada yang ... Untuk mengatasi iskemia, ... Setelah terapi farmakologik dan tindakan pembedahan

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini dibahas mengenai konsep penyakit jantung koroner,

program rehabilitasi jantung, konsep kepatuhan dan dukungan keluarga.

2.1 Penyakit Jantung Koroner

2.1.1 Pengertian

PJK adalah suatu kondisi ketidakseimbangan antara suplai dengan

kebutuhan oksigen miokardium. Ketidakseimbangan ini dapat terjadi akibat

penyempitan arteri koroner, penurunan aliran darah atau curah jantung, kebutuhan

O2 miokardium meningkat atau spasme arteri koroner, dengan penyebab tersering

yaitu aterosklerosis (Rokhaeni dkk, 2001).

2.1.2 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis dari PJK bervariasi antara lain tanpa gejala, angina

pektoris, IMA, aritmia, payah jantung dan kematian mendadak (Nurhayati, dalam

Rokhaeni, 2001). Palpitasi merupakan manifestasi PJK meskipun tidak spesifik,

bisa timbul spontan ataupun atas faktor pencetus yang menambah iskemia seperti

aktivitas fisik dan juga stress. Angina pektoris yang spesifik merupakan gejala

utama dan khas bagi PJK (Noer dkk, 1999). Keadaan tersebut merupakan keluhan

utama pasien masuk rumah sakit, dan apabila tidak mendapat penanganan yang

adekuat sedini mungkin dapat berkembang menjadi IMA dengan angka kematian

yang tinggi yaitu 87,06% pada pasien IMA dengan umur kurang dari 60 tahun dan

68,28% pada pasien IMA umur lebih dari 60 tahun (Kasron, 2012).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II SKRIPSI DWI.pdf · nyeri dada, atau nyeri dada yang ... Untuk mengatasi iskemia, ... Setelah terapi farmakologik dan tindakan pembedahan

13

Menurut PERKI (2004) dalam Wartini (2011) disebutkan bahwa keluhan

nyeri dada yang memerlukan perhatian secara serius memiliki karakteristik

sebagai berikut :

a. Nyeri dada yang baru dirasakan (< 1 bulan).

b. Perubahan kualitas nyeri dada, seperti meningkatnya frekuensi atau beratnya

nyeri dada, atau nyeri dada yang dirasakan saat istirahat.

c. Nyeri dada yang tidak hilang dengan istirahat atau dengan pemberian nitrat

sublingual. Dikatakan juga gejala lain yang mungkin menyertai adalah sesak nafas

dan pingsan (sinkop).

2.1.3 Faktor Risiko

Sebagian besar IMA terjadi atas dasar aterosklerosis koroner. Berbagai

penelitian epidemiologi menujukkan adanya keadaan, sifat dan kelainan yang

dapat mempercepat terjadinya aterosklerosis yang lazim disebut faktor risiko

koroner. Faktor risiko timbulnya PJK dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu

faktor risiko yang tidak dapat dicegah atau dimodifikasi dan faktor risiko yang

dapat dicegah atau dimodifikasi. Untuk selanjutnya disebut faktor risiko koroner

tetap dan faktor risiko koroner termodifikasi. Faktor risiko tetap antara lain umur,

jenis kelamin dan riwayat penyakit jantung dalam keluarga (keturunan).

Sementara faktor risiko yang termodifikasi yaitu merokok, hipertensi,

hiperkolesterol, diabetes mellitus (DM) dan obesitas (Rokhaeni dkk, 2001;

Smeltzer, 2002). Sedangkan Wita (1992) menambahkan bahwa stress dan perilaku

tipe A juga termasuk faktor risiko termodifikasi. Penelitian Friedman, dkk (1982)

dalam Wita (1992) menyatakan pola perilaku tipe A dan stress psikologis

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II SKRIPSI DWI.pdf · nyeri dada, atau nyeri dada yang ... Untuk mengatasi iskemia, ... Setelah terapi farmakologik dan tindakan pembedahan

14

merupakan faktor risiko koroner tersendiri. Dikatakan pula hubungan antara stress

dan penyakit kardiovaskuler merupakan hal yang kompleks dan interaktif.

Sebagai dampak akhir dari stress dapat menimbulkan gangguan irama jantung

yang fatal, mengganggu aliran darah koroner secara langsung maupun tidak

langsung sebagai akibat spasme pembuluh darah koroner.

Kaplan (1983) dalam Wita (1992) mengemukakan bahwa umur masih

merupakan prediktor kuat terjadinya PJK meskipun tidak jelas kerentanan

terhadap aterosklerosis dengan bertambahnya umur. PJK merupakan penyebab

kematian pada laki-laki usia 35-44 tahun dan pada usia 55-65 tahun mencapai

40%. Disebutkan pula oleh Stokes (1990) dalam Wita (1992) bahwa predominasi

jenis kelamin laki-laki pada PJK sangat jelas terutama pada umur muda dan

berkurang setelah wanita mengalami menopause. Angka kejadian PJK pada

wanita sebelum menopause biasanya 10 hingga 20 tahun lebih lambat daripada

laki-laki.

PERKI (2004) dalam Wartini (2011) menyebutkan bahwa beberapa studi

epidemiologi berhasil mengidentifikasi faktor-faktor risiko PJK antara lain :

merokok berapapun jumlahnya, kadar kolesterol total dan kolesterol Low Density

Lipoprotein (LDL) yang tinggi, hipertensi, kadar kolesterol High Density

Lipoprotein (HDL) yang rendah, DM dan usia lanjut. Dikatakan pula terdapat

faktor-faktor lain yang berhubungan dengan meningkatnya risiko terjadinya PJK

yaitu faktor predisposisi. Faktor-faktor ini adalah : obesitas, kebiasaan kurang

bergerak, riwayat keluarga menderita PJK, etnik tertentu dan faktor psikososial.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II SKRIPSI DWI.pdf · nyeri dada, atau nyeri dada yang ... Untuk mengatasi iskemia, ... Setelah terapi farmakologik dan tindakan pembedahan

15

2.1.4 Penatalaksanaan

Mengingat PJK adalah penyakit multifaktorial dengan manifestasi yang

bermacam-macam, pasien sebaiknya dilihat secara keseluruhan (holistik) dan

diperlakukan individual. Penatalaksanaannya dibagi menjadi dua macam yaitu

penatalaksanaan umum dan mengatasi iskemia yang terdiri dari medikamentosa

dan revaskularisasi (Noer dkk, 1999).

a. Penatalaksanaan Umum

Yang dimaksud disini adalah penjelasan mengenai penyakitnya, hal-hal

yang mempengaruhi keseimbangan O2 miokardium, pengendalian faktor risiko,

pencegahan dan penunjang agar tidak terjadi iskemia yang lebih berat dengan

pemberian oksigen disamping pasien diistirahatkan di tempat tidur.

b. Mengatasi Iskemia

Untuk mengatasi iskemia, terdiri dari pemberian obat-obatan

(medikamentosa) dan melakukan revaskularisasi dengan cara pemakaian

trombolitik, biasanya pada PJK akut seperti IMA. Juga prosedur invasive, non

operatif sering dilakukan yaitu Percutaneus Transluminal Coronary Angioplasty

(PTCA), sedangkan beberapa kasus memerlukan tindakan operasi segera yang

selanjutnya dikenal dengan istilah Coronary Artery Surgery (CAS). Salah satunya

yang banyak dikenal adalah Coronary Artery Bypass Graft (CABG).

Setelah terapi farmakologik dan tindakan pembedahan berhasil

memperbaiki kondisi pasien, selanjutnya sesuai indikasi pasien direncanakan

untuk mengikuti program rehabilitasi jantung untuk memulihkan, menyiapkan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II SKRIPSI DWI.pdf · nyeri dada, atau nyeri dada yang ... Untuk mengatasi iskemia, ... Setelah terapi farmakologik dan tindakan pembedahan

16

pasien secara bertahap kembali pada aktivitas sehari-hari seperti sebelum terkena

PJK (Boestan, 2004).

2.2 Program Rehabilitasi Jantung

Program rehabilitasi jantung sesungguhnya merupakan program yang

berupaya mengembalikan pasien jantung menjadi manusia seutuhnya kembali,

baik dari aspek psikologisnya, maupun aspek jasmaniahnya (Baraas, 2006). Itulah

sebabnya program rehabilitasi jantung dirancang secara multidisiplin dalam

komposisi kerja yang terpadu dan efektif.

Rokhaeni, dkk (2001) menyebutkan bahwa rehabilitasi pada pasien PJK

adalah rangkaian usaha dalam membantu penyembuhan pasien agar dapat kembali

dengan cepat pada kehidupan normalnya atau mendekati kondisi sebelum sakit.

Selanjutnya dikatakan tujuan rehabilitasi pada pasien PJK untuk memulihkan

kondisi fisik, mental, sosial serta vokasional seseorang seoptimal mungkin,

sehingga dicapai kemampuan diri untuk melaksanakan aktivitas di rumah maupun

di lingkungan. Program ini tidak saja ditujukan pada saat pasien sedang dirawat di

ruang intensif, tetapi juga sesudah dipindah ke ruang perawatan biasa dan setelah

keluar rumah sakit. Manfaat program rehabilitasi ini antara lain : rehabilitasi dini

aman, tidak meningkatkan angka morbiditas maupun mortalitas, efek negatif tirah

baring dapat dihindari atau dicegah, ansietas dan depresi pasien dapat dibatasi

sesedikit mungkin dan masa perawatan menjadi lebih singkat sehingga pasien

dapat kembali bekerja lebih cepat.

Pasien yang hendak diberikan latihan aktivitas ini harus memenuhi

beberapa kriteria antara lain pasien IMA tanpa komplikasi, pasien PJK dengan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II SKRIPSI DWI.pdf · nyeri dada, atau nyeri dada yang ... Untuk mengatasi iskemia, ... Setelah terapi farmakologik dan tindakan pembedahan

17

keluhan angina ringan atau tanpa keluhan. Komplikasi yang sering terjadi pada

pasien IMA yaitu aritmia, kegagalan ventrikel kiri, syok kardiogenik, emboli dan

rupture ventrikel (Rokhaeni dkk, 2001). Sedangkan kontraindikasi yaitu untuk

pasien angina pectoris yang belum stabil (sakit dada masih terasa saat pasien

istirahat, lamanya lebih dari 15 menit dan masih ada peningkatan rasa sakit),

tekanan darah sistolik > 200mmHg atau diastolik > 110mmHg, pasien demam

(suhu >37,7 oC), aritmia atrial atau ventrikel, takikardi (HR > 130x/menit) dan

gambaran EKG saat istirahat menunjukkan ST depresi > 2 mm (Hoeri dalam

Rokhaeni dkk, 2001).

Program rehabilitasi jantung di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita dibagi

menjadi tiga fase (Baraas, 2006)

2.2.1 Program Fase I

PERKI (2004) dalam Wartini (2011) menyebutkan bahwa Program fase I

diberikan pada pasien yang masih dirawat di ruang intensif hingga menjelang

pulang. Pada hari pertama pasien hendaknya istirahat total dengan berbaring di

tempat tidur minimal 12 jam dan mulai diterangkan tentang penyakit yang sedang

dialami, seluk beluk faktor risikonya serta tindakan yang akan dilakukan termasuk

rencana untuk melakukan program rehabilitasi jantung. Di hari kedua dan ketiga,

pasien mulai diajarkan untuk melakukan latihan pernapasan dan latihan pasif

maupun aktif di tempat tidur. Apabila selama perawatan di ruang rawat intensif

pasien berada dalam kondisi stabil, kemudian bisa dipindahkan ke ruang rawat

biasa pada hari ketiga. Di hari berikutnya mulailah latihan fisik yang dilakukan

setiap hari selama empat sampai lima hari sebelum pasien pulang.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II SKRIPSI DWI.pdf · nyeri dada, atau nyeri dada yang ... Untuk mengatasi iskemia, ... Setelah terapi farmakologik dan tindakan pembedahan

18

2.2.2 Program fase II

Fase II merupakan program setelah pasien keluar dari rumah sakit, harus

senantiasa berada di bawah supervisi instruktur latihan, untuk mengawasi

kemungkinan terjadinya risiko latihan ataupun untuk menilai perkembangan

latihan. Durasi latihan berlangsung selama 20 sampai 30 menit dilakukan tiga

sampai empat kali seminggu selama dua sampai tiga bulan.

2.2.3 Program fase III

Latihan fase III ini tidak lagi disupervisi, karena kemampuan fisik pasien

sesungguhnya sudah setara dengan orang sehat. Walaupun demikian, bagi pasien

jantung kini tidak dianjurkan untuk mengikuti program fase III dengan beban

berat seperti itu, tetapi dianjurkan untuk menjalani program fase III dengan beban

moderat. Mula-mula latihan diawali dengan pemanasan lima menit berupa

peregangan (stretching), senam ringan atau berjalan santai tiga sampai empat

km/jam, kemudian diakhiri dengan latihan pendinginan sekitar lima menit juga

berupa peregangan, senam ringan atau dengan berjalan santai. Latihan fisik yang

teratur dan terukur seperti itu hendaknya dilakukan minimal tiga kali dalam

seminggu atau setiap selang sehari dalam seminggu. Bagi pasien yang sudah

terlatih baik, latihan bisa dilakukan setiap hari lima sampai enam kali dalam

seminggu.

Lubis (2010) memuat program rehabilitasi jantung yang dibagi dalam

empat fase yaitu :

a. Fase I : dilakukan selama pasien dirawat di rumah sakit. Program difokuskan

pada ambulasi dini dan pendidikan kesehatan.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II SKRIPSI DWI.pdf · nyeri dada, atau nyeri dada yang ... Untuk mengatasi iskemia, ... Setelah terapi farmakologik dan tindakan pembedahan

19

b. Fase II : program yang diberikan setelah pasien keluar dari rumah sakit yang

dilakukan selama beberapa minggu. Kegiatan dilakukan dengan supervisi dari tim

rehabilitasi terutama pada latihan, diet, modifikasi faktor risiko dan pendidikan

kesehatan.

c. Fase III : dilakukan segera setelah fase II tetap dengan supervisi untuk

pemeliharaan kondisi yang telah dicapai. Fase ini berlangsung selama empat

sampai enam bulan.

d. Fase IV : fase yang tidak memerlukan supervisi dan berlangsung dalam waktu

tak terbatas, dengan tujuan untuk pemeliharaan pencapaian kondisi yang optimal.

Secara jelas dipaparkan oleh peneliti sebelumnya mengenai latihan

aktifitas rehabilitasi fase I untuk pasien PJK, antara lain menurut Smeltzer & Bare

(2002) menjelaskan latihan aktifitas yang diberikan pada pasien IMA selama

dirawat di ICCU adalah :

a. Hari ke-1 : tirah baring dengan pispot, bantu activity daily living (ADL).

b. Hari ke-2 : latihan duduk di kursi, bantu ADL.

c. Hari ke-3 : latihan berjalan dengan bantuan, bantu ADL.

d. Hari ke-4 : latihan berjalan dengan bantuan, bantu ADL.

e. Hari ke-5 : latihan berjalan sendiri, bantu ADL.

f. Hari ke-6 : latihan berjalan sendiri, bantu ADL.

g. Hari ke-7 : melakukan aktifitas bertahap, ADL dibantu.

h. Hari ke-8 : melakukan aktifitas bertahap, ADL dibantu.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II SKRIPSI DWI.pdf · nyeri dada, atau nyeri dada yang ... Untuk mengatasi iskemia, ... Setelah terapi farmakologik dan tindakan pembedahan

20

Hoeri dalam Rokhaeni, dkk (2001) membuat pedoman latihan rehabilitasi

jantung fase I pada semua pasien yang masih dalam perawatan di rumah sakit

selama tujuh hari sebagai berikut :

a. Hari ke-1 : merawat diri dengan bantuan, makan sendiri, kaki berjuntai ke

bawah, duduk di kursi 15 menit satu sampai dua kali perhari.

b. Hari ke-2 : duduk di kursi 15-30 menit tiga kali perhari, merawat diri tanpa

bantuan.

c. Hari ke-3 : duduk di kursi dengan waktu tak terbatas, pindah ruangan dengan

kursi roda, jalan di sekitar kamar.

d. Hari ke-4 : sesuai dengan kemampuan kapan saja dapat meninggalkan tempat

tidur, jalan ke kamar mandi, ruangan kelas, tetapi dengan pengawasan.

e. Hari ke-5 : jalan ke ruang tunggu, jalan ke tempat telephone, jalan di gang

rumah sakit.

f. Hari ke-6 : mandi sendiri, dengan pengawasan ke ruangan sendiri.

g. Hari ke-7 : melanjutkan aktifitas terdahulu.

Dalam penelitian ini, peneliti akan mempergunakan latihan aktivitas yang

selama ini dipergunakan di Ruang ICCU RSUP Sanglah Denpasar sesuai dengan

Standar Operasioal Prosedur (SOP), dan program ini sudah pernah dipergunakan

sebagai pedoman latihan aktivitas rehabilitasi pada penelitian sebelumnya tentang

pengaruh latihan aktifitas rehabilitasi jantung fase I terhadap efikasi diri dan

kecemasan pasien PJK di Ruang ICCU RSUP Sanglah Denpasar (Mertha, 2010)

serta penelitian tentang hubungan pendidikan kesehatan latihan aktifitas

rehabilitasi jantung fase I dengan kepatuhan melaksanakan mobilisasi pada pasien

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II SKRIPSI DWI.pdf · nyeri dada, atau nyeri dada yang ... Untuk mengatasi iskemia, ... Setelah terapi farmakologik dan tindakan pembedahan

21

PJK di Ruang ICCU RSUP Sanglah Denpasar (Wartini, 2011). Juga penerapannya

didasarkan pada program rehabilitasi jantung fase I untuk pasien PJK selama

dirawat di Ruang ICCU sampai pasien pindah ke ruangan biasa.

Latihan aktifitas dilakukan 2-3 kali sehari dalam waktu 10-15 menit setiap

sesi latihan, selama tujuh hari :

a. Hari I :

1. Gerakan tidur terlentang-miring kiri-terlentang-miring kanan di tempat tidur

(sebelumnya pasien istirahat total minimal 12 jam).

2. ADL (makan, minum, mandi, menggosok gigi, berpakaian, BAB/BAK)

dibantu di tempat tidur.

b. Hari II :

1. Duduk bersandar di tempat tidur, gerakan ekstensi dan fleksi pergelangan kaki

dan gerakan ekstensi dan fleksi sendi lutut.

2. Makan minum sendiri di tempat tidur.

3. BAB/BAK dibantu di tempat tidur.

4. Mandi, menggosok gigi dan berpakaian dibantu di tempat tidur.

c. Hari III :

1. Duduk di samping tempat tidur, menggerakkan kepala ke atas dan ke bawah,

gerakan ekstensi dan fleksi pergelangan kaki dan gerakan ekstensi fleksi sendi

lutut.

2. Turun dari tempat tidur, berdiri di samping tempat tidur.

3. Sambil memegang pinggir tempat tidur, melangkah ke kiri dan ke kanan.

4. Makan minum sendiri di tempat tidur.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II SKRIPSI DWI.pdf · nyeri dada, atau nyeri dada yang ... Untuk mengatasi iskemia, ... Setelah terapi farmakologik dan tindakan pembedahan

22

5. BAB/BAK dibantu di tempat tidur.

6. Mandi, menggosok gigi dan berpakaian sendiri di tempat tidur.

7. Pasien dipindah ke ruangan rawat biasa dengan menggunakan kursi roda.

d. Hari IV :

1. Duduk di samping tempat tidur, menggerakkan kepala ke atas dan ke bawah,

gerakan ekstensi dan fleksi pergelangan kaki dan gerakan ekstensi dan fleksi sendi

lutut.

2. Turun dari tempat tidur, berdiri di samping tempat tidur.

3. Sambil memegang pinggir tempat tidur, melangkah ke kiri dan ke kanan.

4. Berjalan lambat sekitar tempat tidur atau sekitar ruang rawat atau ke kamar

mandi.

5. Makan minum sendiri di tempat tidur.

6. BAB/BAK di kamar kecil.

7. Mandi, menggosok gigi dan berpakaian sendiri di tempat tidur.

8. Pasien dipindah ke ruangan rawat biasa dengan menggunakan kursi roda.

e. Hari V :

1. Duduk di samping tempat tidur, menggerakkan kepala ke atas dan ke bawah,

gerakan ekstensi dan fleksi pergelangan kaki dan gerakan ekstensi dan fleksi sendi

lutut.

2. Turun dari tempat tidur, berdiri di samping tempat tidur.

3. Sambil memegang pinggir tempat tidur, melangkah ke kiri dan ke kanan.

4. Berjalan lambat sekitar tempat tidur atau sekitar ruang rawat atau ke kamar

mandi.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II SKRIPSI DWI.pdf · nyeri dada, atau nyeri dada yang ... Untuk mengatasi iskemia, ... Setelah terapi farmakologik dan tindakan pembedahan

23

5. Makan minum sendiri di tempat tidur.

6. BAB/BAK di kamar kecil.

7. Mandi, menggosok gigi dan berpakaian sendiri di kamar mandi dengan

pengawasan.

f. Hari VI :

1. Duduk di samping tempat tidur, menggerakkan kepala ke atas dan ke bawah,

gerakan ekstensi dan fleksi pergelangan kaki dan gerakan ekstensi dan fleksi sendi

lutut.

2. Turun dari tempat tidur, berdiri di samping tempat tidur.

3. Sambil memegang pinggir tempat tidur, melangkah ke kiri dan ke kanan.

4. Berjalan lambat sekitar tempat tidur atau sekitar ruang rawat atau ke kamar

mandi.

5. Makan minum sendiri di tempat tidur.

6. BAB/BAK di kamar kecil.

7. Mandi, menggosok gigi dan berpakaian sendiri di kamar mandi dengan

pengawasan.

g. Hari VII :

1. Melanjutkan aktifitas terdahulu.

2. Pasien diijinkan pulang.

PERKI (2004) dalam Wartini (2011) menyebutkan bahwa latihan aktifitas

(mobilisasi) bertahap pada pasien PJK tersebut bertujuan untuk mengoptimalkan

kondisi fisik, fisiologi dan social pasien. Sehingga penderita dapat hidup kembali

secara aktif dan produktif serta mencegah agar tidak terjadi serangan berulang

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II SKRIPSI DWI.pdf · nyeri dada, atau nyeri dada yang ... Untuk mengatasi iskemia, ... Setelah terapi farmakologik dan tindakan pembedahan

24

(Boestan, 2004). Selama penyesuaian aktifitas, pasien diobservasi adanya gejala

dan tanda seperti nyeri dada, dispneu, kelemahan, kelelahan dan peningkatan

frekuensi jantung. Evaluasi program latihan aktifitas dilakukan pada akhir fase I

yang mencakup perubahan aspek fisik, aspek mental dan aspek pengetahuan

berupa prilaku dalam kepatuhan menjalani program latihan (Smeltzer & Bare,

2002).

Lebih lanjut Hoeri dalam Rokhaeni (2001) memaparkan hal-hal yang perlu

dievaluasi dalam pelaksanaan program rehabilitasi jantung antara lain :

a. Aspek fisik :

1. Keluhan angina berkurang.

2. Adanya perbaikan kapasitas fungsional.

3. Tekanan darah serta denyut nadi istirahat tidak tinggi.

4. Tidak ada komplikasi.

b. Aspek mental :

1. Pasien tampak lebih tenang dan tidak mudah cemas.

2. Mampu bersosialisasi dengan baik.

c. Aspek pendidikan :

Untuk aspek pendidikan dapat dilihat dari adanya perubahan perilaku

dalam hal kepatuhan menjalani program latihan, pengaturan makan dan minum

obat.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II SKRIPSI DWI.pdf · nyeri dada, atau nyeri dada yang ... Untuk mengatasi iskemia, ... Setelah terapi farmakologik dan tindakan pembedahan

25

2.3 Kepatuhan

2.3.1 Pengertian

a. Menurut Irwanto (1996), kepatuhan berasal dari kata dasar “patuh” yang

berarti taat dan disiplin sehingga mempunyai arti suatu ketaatan dan kedisiplinan

seseorang dalam melakukan sesuatu.

b. Kepatuhan merupakan suatu bentuk perilaku. Perilaku manusia berasal dari

dorongan yang ada dalam diri manusia, sedang dorongan merupakan usaha untuk

memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia (Heri P, 1999).

c. Sarafino (1990) mendefinisikan kepatuhan atau ketaatan (compliance atau

adherence) sebagai tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku

yang disarankan oleh dokternya atau oleh tim medis lainnya.

Jadi kepatuhan dalam melaksanakan rehabilitasi adalah ketaatan pasien

dalam melaksanakan aktifitas sesuai aturan yang berlaku dalam upaya mencegah

terjadinya komplikasi dan mengembalikan kondisi pasien ke kondisi normal atau

mendekati keadaan sebelum sakit.

2.3.2 Kriteria Kepatuhan

Rosiana (2012) menyebutkan bahwa kriteria kepatuhan dibagi menjadi dua

yaitu :

a. Patuh adalah tingkat ketaatan dan kedisiplinan klien terhadap program

pengobatan yang diberikan.

b. Tidak patuh adalah ketidaktaan dan ketidaksiplinan klien terhadap program

pengobatan yang diberikan.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II SKRIPSI DWI.pdf · nyeri dada, atau nyeri dada yang ... Untuk mengatasi iskemia, ... Setelah terapi farmakologik dan tindakan pembedahan

26

Depkes RI (2004) dalam Murdani (2010) juga menyebutkan tentang

kriteria kepatuhan yaitu :

a. Patuh adalah suatu tindakan yang taat baik terhadap perintah ataupun aturan

dan semua aturan maupun perintah tersebut dilakukan dan semuanya benar.

b. Tidak patuh adalah suatu tindakan mengabaikan atau tidak melaksanakan

perintah dan aturan sama sekali.

2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan

Menurut Smeltzer & Bare (2002) dikatakan sejumlah variabel yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan yaitu :

a. Variabel demografi, seperti umur, jenis kelamin, suku bangsa, status sosial

ekonomi dan pendidikan.

b. Variabel penyakit, seperti tingkat keparahan penyakit dan hilangnya gejala

akibat terapi.

c. Variabel program pengobatan, seperti kompleksitas program dan efek samping

yang tidak menyenangkan.

d. Variabel psikososial, seperti intelegensia, sikap terhadap tenaga kesehatan,

penerimaan atau penyangkalan terhadap penyakit, keyakinan agama atau budaya

dan finansial.

Menurut Saputra dalam Niven (2002) disebutkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan, yaitu :

a. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II SKRIPSI DWI.pdf · nyeri dada, atau nyeri dada yang ... Untuk mengatasi iskemia, ... Setelah terapi farmakologik dan tindakan pembedahan

27

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan klien dapat meningkatkan

kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang

aktif.

b. Akomodasi

Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian klien yang

dapat mempengaruhi kepatuhan adalah jarak dan waktu.

c. Modifikasi faktor lingkungan dan sosial

Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman-

teman, kelompok-kelompok pendukung dapat dibentuk untuk membantu

kepatuhan terhadap program pengobatan. Lingkungan yang harmonis dan positif

akan membawa dampak yang positif.

d. Perubahan model terapi

Program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin sehingga klien

terlihat aktif dalam pembuatan program pengobatan (terapi).

e. Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien

Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien adalah suatu

hal penting untuk memberikan umpan balik pada klien setelah memperoleh

infomasi tentang diagnosis. Suatu penjelasan penyebab penyakit dan bagaimana

pengobatan dapat meningkatkan kepatuhan.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II SKRIPSI DWI.pdf · nyeri dada, atau nyeri dada yang ... Untuk mengatasi iskemia, ... Setelah terapi farmakologik dan tindakan pembedahan

28

f. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu obyek tertentu (Notoatmodjo, 2005).

Semakin tinggi tingkat pengetahuan, semakin baik pula tingkat kepatuhan klien

terhadap program pengobatan.

g. Usia

Usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat akan

berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Semakin dewasa

seseorang, maka cara berfikir semakin matang.

h. Dukungan keluarga

Dukungan keluarga merupakan bagian dari penderita yang paling dekat

dan tidak dapat dipisahkan. Penderita akan merasa tentram dan senang apabila

mendapat perhatian dan dukungan dari keluarganya, karena dengan dukungan

tersebut akan menimbulkan kepercayaan dirinya untuk menghadapi atau

mengelola penyakitnya dengan lebih baik serta penderita mau menuruti saran-

saran yang diberikan keluarga untuk menunjang pengelolaan penyakitnya.

Menurut Smert (1994) dalam Syakira (2009), berbagai strategi telah

dicoba untuk meningkatkan kepatuhan antara lain :

a. Dukungan profesional kesehatan

Dukungan professional kesehatan sangat diperlukan untuk meningkatkan

kepatuhan seperti misalnya teknik komunikasi. Komunikasi memegang peranan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II SKRIPSI DWI.pdf · nyeri dada, atau nyeri dada yang ... Untuk mengatasi iskemia, ... Setelah terapi farmakologik dan tindakan pembedahan

29

penting karena komunikasi yang baik diberikan oleh profesional kesehatan baik

dokter/perawat dapat menanamkan ketaatan bagi pasien.

b. Dukungan keluarga

Dukungan keluarga yang dimaksud adalah anggota keluarga, teman, teman

dekat, dokter serta ahli – ahli dibidang keahlian yang sesuai. Para profesional

kesehatan yang dapat meyakinkan keluarga pasien untuk menunjang peningkatan

kesehatan pasien maka ketidakpatuhan dapat dikurangi.

c. Perilaku sehat

Modifikasi perilaku sehat sangat diperlukan. Untuk pasien dengan PJK

diantaranya adalah tentang bagaimana cara untuk menghindari dari komplikasi

lebih lanjut apabila sudah menderita PJK.

d. Pemberian informasi

Pemberian informasi yang jelas pada pasien dan keluarga mengenai

penyakit yang dideritanya serta cara pengobatannya.

2.3.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Ketidakpatuhan merupakan suatu kondisi pada individu atau kelompok

yang sebenarnya mau melakukannya, tetapi dapat dicegah untuk melakukannya

oleh faktor-faktor yang menghalangi ketaatan terhadap anjuran.

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dapat digolongkan

menjadi empat bagian (Niven, 2002) yaitu :

a. Pemahaman tentang instruksi

Tak seorangpun dapat memahami instruksi jika terjadi salah paham

tentang instruksi yang diberikan. Ley dan Spetman dalam Niven (2002),

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II SKRIPSI DWI.pdf · nyeri dada, atau nyeri dada yang ... Untuk mengatasi iskemia, ... Setelah terapi farmakologik dan tindakan pembedahan

30

menemukan bahwa lebih dari 60% yang diwawancarai setelah bertemu dokter

salah mengerti tentang instruksi yang diberikan kepada mereka. Hal ini

disebabkan kegagalan petugas kesehatan dalam memberikan informasi yang

lengkap dan banyaknya instruksi yang harus diingat serta penggunaan istilah

medis.

b. Kualitas interaksi

Kualitas interaksi antara professional kesehatan dan pasien merupakan

bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan (Korcsh dan Negrete

dalam Niven, 2002).

c. Isolasi sosial dalam keluarga

Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam

menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat menentukan

tentang program pengobatan yang dapat mereka terima.

d. Keyakinan, sikap dan kepribadian

Model keyakinan kesehatan berguna untuk memperkirakan adanya

ketidakpatuhan. Orang-orang yang tidak patuh adalah orang yang mengalami

depresi, ansietas sangat memperhatikan kesehatannya, memiliki ego yang lebih

lemah dan yang memiliki kehidupan sosial lebih memusatkan perhatian pada diri

sendiri.

Niven (2002) juga mengungkapkan derajat ketidakpatuhan itu ditentukan

oleh beberapa faktor, yaitu :

a. Kompleksitas prosedur pengobatan.

b. Derajat perubahan gaya hidup yang dibutuhkan.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II SKRIPSI DWI.pdf · nyeri dada, atau nyeri dada yang ... Untuk mengatasi iskemia, ... Setelah terapi farmakologik dan tindakan pembedahan

31

c. Lamanya waktu yang diperlukan pasien untuk mematuhi program tersebut.

d. Apakah penyakit tersebut benar-benar menyakitkan.

e. Apakah pengobatan itu berpotensi menyelamatkan hidup.

f. Keparahan penyakit yang dipersepsikan sendiri oleh pasien, bukan oleh

petugas kesehatan.

2.4 Kepatuhan Rehabilitasi Jantung Fase I

Hoeri dalam Rokhaeni (2001) menyebutkan bahwa program rehabilitasi

jantung fase I merupakan program yang diberikan selama pasien dirawat di rumah

sakit. Program ini dilaksanakan sesegera mungkin pada pasien dengan

hemodinamik stabil sejak di ICCU dan dilajutkan setiap hari di ruang rawat inap

hingga pasien pulang ke rumah. Jenis kegiatan program rehabilitasi jantung fase I

ini terdiri dari latihan aktifitas dan pendidikan kesehatan.

Dalam penelitian ini, peneliti akan mempergunakan latihan aktivitas yang

selama ini dipergunakan di Ruang ICCU RSUP Sanglah Denpasar sesuai dengan

Standar Operasional Prosedur (SOP), dan program ini sudah pernah dipergunakan

sebagai pedoman latihan aktivitas rehabilitasi pada penelitian sebelumnya tentang

pengaruh latihan aktifitas rehabilitasi jantung fase I terhadap efikasi diri dan

kecemasan pasien PJK di Ruang ICCU RSUP Sanglah Denpasar (Mertha, 2010)

serta penelitian tentang hubungan pendidikan kesehatan latihan aktifitas

rehabilitasi jantung fase I dengan kepatuhan melaksanakan mobilisasi pada pasien

PJK di Ruang ICCU RSUP Sanglah Denpasar (Wartini, 2011). Juga penerapannya

didasarkan pada program rehabilitasi jantung fase I untuk pasien PJK selama

dirawat di Ruang ICCU sampai pasien pindah ke ruangan biasa.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II SKRIPSI DWI.pdf · nyeri dada, atau nyeri dada yang ... Untuk mengatasi iskemia, ... Setelah terapi farmakologik dan tindakan pembedahan

32

Latihan aktivitas dilakukan 2-3 kali sehari dalam waktu 10-15 menit setiap

sesi latihan, selama tujuh hari : Latihan aktifitas dilakukan 2-3 kali sehari dalam

waktu 10-15 menit setiap sesi latihan, selama tujuh hari :

a. Hari I:

1. Gerakan tidur terlentang - miring kiri - terlentang - miring kanan di tempat

tidur (sebelumnya pasien istirahat total minimal 12 jam)

2. ADL (makan, minum, mandi, menggosok gigi, berpakaian, BAB/BAK)

dibantu di tempat tidur.

b. Hari II :

1. Duduk bersandar di tempat tidur, gerakan ekstensi dan fleksi pergelangan kaki

dan gerakan ekstensi dan fleksi sendi lutut.

2. Makan minum sendiri di tempat tidur.

3. BAB/BAK dibantu di tempat tidur.

4. Mandi, menggosok gigi dan berpakaian dibantu di tempat tidur.

c. Hari III :

1. Duduk di samping tempat tidur, menggerakkan kepala ke atas dan ke bawah,

gerakan ekstensi dan fleksi pergelangan kaki dan gerakan ekstensi fleksi sendi

lutut.

2. Turun dari tempat tidur, berdiri di samping tempat tidur.

3. Sambil memegang pinggir tempat tidur, melangkah ke kiri dan ke kanan.

4. Makan minum sendiri di tempat tidur.

5. BAB/BAK dibantu di tempat tidur.

6. Mandi, menggosok gigi dan berpakaian sendiri di tempat tidur.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II SKRIPSI DWI.pdf · nyeri dada, atau nyeri dada yang ... Untuk mengatasi iskemia, ... Setelah terapi farmakologik dan tindakan pembedahan

33

7. Pasien dipindah ke ruangan rawat biasa dengan menggunakan kursi roda.

d. Hari IV :

1. Duduk di samping tempat tidur, menggerakkan kepala ke atas dan ke bawah,

gerakan ekstensi dan fleksi pergelangan kaki dan gerakan ekstensi dan fleksi sendi

lutut.

2. Turun dari tempat tidur, berdiri di samping tempat tidur.

3. Sambil memegang pinggir tempat tidur, melangkah ke kiri dan ke kanan.

4. Berjalan lambat sekitar tempat tidur atau sekitar ruang rawat atau ke kamar

mandi.

5. Makan minum sendiri di tempat tidur.

6. BAB/BAK di kamar kecil.

7. Mandi, menggosok gigi dan berpakaian sendiri di tempat tidur.

8. Pasien dipindah ke ruangan rawat biasa dengan menggunakan kursi roda.

e. Hari V :

1. Duduk di samping tempat tidur, menggerakkan kepala ke atas dan ke bawah,

gerakan ekstensi dan fleksi pergelangan kaki dan gerakan ekstensi dan fleksi sendi

lutut.

2. Turun dari tempat tidur, berdiri di samping tempat tidur.

3. Sambil memegang pinggir tempat tidur, melangkah ke kiri dan ke kanan.

4. Berjalan lambat sekitar tempat tidur atau sekitar ruang rawat atau ke kamar

mandi.

5. Makan minum sendiri di tempat tidur.

6. BAB/BAK di kamar kecil.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II SKRIPSI DWI.pdf · nyeri dada, atau nyeri dada yang ... Untuk mengatasi iskemia, ... Setelah terapi farmakologik dan tindakan pembedahan

34

7. Mandi, menggosok gigi dan berpakaian sendiri di kamar mandi dengan

pengawasan.

f. Hari VI :

1. Duduk di samping tempat tidur, menggerakkan kepala ke atas dan ke bawah,

gerakan ekstensi dan fleksi pergelangan kaki dan gerakan ekstensi dan fleksi sendi

lutut.

2. Turun dari tempat tidur, berdiri di samping tempat tidur.

3. Sambil memegang pinggir tempat tidur, melangkah ke kiri dan ke kanan.

4. Berjalan lambat sekitar tempat tidur atau sekitar ruang rawat atau ke kamar

mandi.

5. Makan minum sendiri di tempat tidur.

6. BAB/BAK di kamar kecil.

7. Mandi, menggosok gigi dan berpakaian sendiri di kamar mandi dengan

pengawasan.

g. Hari VII :

1. Melanjutkan aktifitas terdahulu.

2. Pasien diijinkan pulang.

2.5 Dukungan Keluarga

2.5.1 Pengertian Keluarga

Depkes (1988) dalam Effendy (1998) menyebutkan bahwa keluarga adalah

unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang

yang berkumpul dan tinggal dalam satu atap dalam keadaan saling

ketergantungan.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II SKRIPSI DWI.pdf · nyeri dada, atau nyeri dada yang ... Untuk mengatasi iskemia, ... Setelah terapi farmakologik dan tindakan pembedahan

35

2.5.2 Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (1982) dikutip dari Setiadi (2008) menyebutkan bahwa

fungsi keluarga dibagi menjadi lima yaitu :

a. Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala

sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.

b. Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak

untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan

dengan orang lain di luar rumah.

c. Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga

kelangsungan keluarga.

d. Fungsi ekonomi adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan

keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu

dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan adalah fungsi untuk

mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki

produktivitas tinggi.

2.5.3 Peran Keluarga

Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh

seseorang dalam konteks keluarga yang menggambarkan seperangkat perilaku

interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu (Setiadi, 2008).

Dalam UU kesehatan nomor 23 tahun 1992 pasal lima menyebutkan ”Setiap orang

berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan perorangan, keluarga dan lingkungan”. Dari pasal di atas jelas bahwa

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II SKRIPSI DWI.pdf · nyeri dada, atau nyeri dada yang ... Untuk mengatasi iskemia, ... Setelah terapi farmakologik dan tindakan pembedahan

36

keluarga berkewajiban menciptakan dan memelihara kesehatan dalam upaya

meningkatkan tingkat derajat kesehatan yang optimal. Berbagai peranan yang

terdapat di dalam keluarga. Menurut Effendy (1998) peran itu dibagi menjadi tiga

yaitu :

a. Peran Ayah

Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari

nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga,

sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari

lingkungannya.

b. Peran Ibu

Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Ibu mempunyai peranan untuk

mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung

dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya, di samping itu juga ibu dapat berperan sebagai

pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

c. Peran Anak

Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat

perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

2.5.4 Pengertian Dukungan Keluarga

a. Menurut Sarwono (2003) dukungan adalah suatu upaya yang diberikan kepada

orang lain, baik moril maupun materiil untuk memotivasi orang tersebut dalam

melaksanakan kegiatan.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II SKRIPSI DWI.pdf · nyeri dada, atau nyeri dada yang ... Untuk mengatasi iskemia, ... Setelah terapi farmakologik dan tindakan pembedahan

37

b. Menurut Sarason (1983) dalam Zainudin (2002) menyebutkan bahwa

dukungan keluarga adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-orang

yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita.

c. Cobb (2002) mendefinisikan dukungan keluarga sebagai adanya kenyamanan,

perhatian, penghargaan atau menolong orang dengan sikap menerima kondisinya,

dukungan keluarga tersebut diperoleh dari individu maupun kelompok.

Jadi dukungan keluarga adalah informasi verbal atau non verbal, saran,

bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab

dengan subjek di dalam lingkungannya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal

yang dapat memberikan keuntungan emosional dan berpengaruh pada tingkah

laku penerimanya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan secara

emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang

menyenangkan pada dirinya.

Dalam semua tahap, dukungan keluarga menjadikan keluarga mampu

berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal, sehingga akan meningkatkan

kesehatan dan adaptasi mereka dalam kehidupan (Setiadi, 2008). Dukungan

keluarga merupakan cara untuk menunjukkan kasih sayang, kepedulian dan

penghargaan untuk orang lain. Individu yang menerima dukungan keluarga akan

merasa dirinya dicintai, dihargai, berharga, dan merupakan bagian dari lingkungan

sosialnya (Sarafino, 1990). Dukungan keluarga diperoleh dari hasil interaksi

individu dengan orang lain dalam lingkungan sosialnya dan bisa berasal dari siapa

saja, keluarga, pasangan (suami/istri), teman, maupun rekan kerja. Kenyamanan

psikis maupun emosional yang diterima individu dari dukungan keluarga akan

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II SKRIPSI DWI.pdf · nyeri dada, atau nyeri dada yang ... Untuk mengatasi iskemia, ... Setelah terapi farmakologik dan tindakan pembedahan

38

dapat melindungi individu dari konsekuensi stres yang menimpanya (Taylor, 2003

dalam Setiadi, 2008).

2.5.5 Bentuk-Bentuk Dukungan Keluarga

Komponen-komponen dukungan keluarga menurut (Friedman,1982)

terdiri dari:

a. Dukungan penilaian atau penghargaan

Dukungan ini meliputi pertolongan pada individu untuk memahami

kejadian depresi dengan baik dan juga sumber depresi dan strategi koping yang

dapat digunakan dalam menghadapi stressor. Dukungan ini juga merupakan

dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap individu.

Individu mempunyai seseorang yang dapat diajak bicara tentang masalah mereka,

terjadi melalui ekspresi pengaharapan positif individu kepada individu lain,

penyemangat, persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan seseorang dan

perbandingan positif seseorang dengan orang lain, misalnya orang yang kurang

mampu. Dukungan keluarga dapat membantu meningkatkan strategi koping

individu dengan strategi-strategi alternatif berdasarkan pengalaman yang berfokus

pada aspek-aspek yang positif.

b. Dukungan instrumental

Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan,

bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata (instrumental support

material support), suatu kondisi dimana benda atau jasa akan membantu

memecahkan masalah praktis, termasuk di dalamnya bantuan langsung, seperti

saat seseorang memberi atau meminjamkan uang, membantu pekerjaan sehari-

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II SKRIPSI DWI.pdf · nyeri dada, atau nyeri dada yang ... Untuk mengatasi iskemia, ... Setelah terapi farmakologik dan tindakan pembedahan

39

hari, menyampaikan pesan, menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat

sakit ataupun mengalami depresi yang dapat membantu memecahkan masalah.

Dukungan nyata paling efektif bila dihargai oleh individu dan mengurangi depresi

individu. Pada dukungan nyata keluarga sebagai sumber untuk mencapai tujuan

praktis dan tujuan nyata.

c. Dukungan informasional

Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab

bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi dari masalah, memberikan

nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh

seseorang. Keluarga dapat menyediakan informasi dengan menyarankan tentang

dokter, terapi yang baik bagi dirinya, dan tindakan spesifik bagi individu untuk

melawan stressor. Individu yang mengalami depresi dapat keluar dari masalahnya

dan memecahkan masalahnya dengan dukungan dari keluarga dengan

menyediakan feed back. Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai

penghimpun informasi dan pemberi informasi.

d. Dukungan emosional

Selama depresi berlangsung, individu sering menderita secara emosional,

sedih, cemas, dan kehilangan harga diri. Jika depresi mengurangi perasaan

seseorang akan hal dimiliki dan dicintai. Dukungan emosional memberikan

individu perasaan nyaman, merasa dicintai saat mengalami depresi, bantuan dalam

bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang

menerimanya merasa berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga

menyediakan tempat istirahat dan memberikan semangat.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II SKRIPSI DWI.pdf · nyeri dada, atau nyeri dada yang ... Untuk mengatasi iskemia, ... Setelah terapi farmakologik dan tindakan pembedahan

40

Menurut House Smet (1994) dalam Prasetyawati (2011) menyebutkan

bahwa setiap bentuk dukungan keluarga mempunyai ciri-ciri antara lain :

a. Informatif, yaitu bantuan informasi yang disediakan agar dapat dipergunakan

oleh seseorang dalam menganggulangi persoalan-persoalan yang dihadapi,

meliputi pemberian nasehat, petunjuk, masukan atau penjelasan bagaimana

seseorang bersikap atau bertindak dalam menghadapi situasi yang dianggap

membebani.

b. Perhatian emosional, setiap orang pasti membutuhkan bantuan afeksi dari

orang lain. Dukungan ini meliputi ekspresi empati misalnya mendengarkan, mau

memahami, ekspresi kasih sayang dan perhatian.

c. Bantuan instrumental, bantuan bentuk ini bertujuan untuk mempermudah

seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan

yang dihadapinya atau menolong secara langsung kesulitan yang dihadapinya,

misalnya menyediakan fasilitas yang diperlukan, meminjamkan uang dan

memberikan makanan.

d. Bantuan penilaian, dukungan ini bisa berbentuk penilaian yang positif,

penguatan (pembenaran) untuk melakukan sesuatu.

2.5.6 Sumber Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga dapat diperoleh dari teman dekat, anggota keluarga,

teman, dokter serta ahli-ahli dibidang keahlian yang sesuai (Farhati dkk, 1996

dalam Komalasari, 2011).

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II SKRIPSI DWI.pdf · nyeri dada, atau nyeri dada yang ... Untuk mengatasi iskemia, ... Setelah terapi farmakologik dan tindakan pembedahan

41

2.5.7 Manfaat Dukungan Keluarga

Witridiani (1996) dalam Komalasari (2011) menyebutkan bahwa

dukungan keluarga dapat memberikan dukungan emosi, instrumental, penilaian

positif dan informasi yang bermanfaat bagi individu dalam :

a. Meningkatkan produktivitas bila dihubungkan dengan pekerjaan.

b. Meningkatkan kesejahteraan psikologis dan penyesuaian diri dengan

menyediakan rasa memiliki, memperjelas identitas diri, menambah harga diri,

serta mengurangi stress.

c. Meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik.

d. Pengelolaan terhadap stres dengan menyediakan pelayanan, perawatan, sumber-

sumber informasi dan umpan balik yang dibutuhkan untuk menghadapi stres dan

tekanan.

Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa

kehidupan, sifat dan jenis dukungan keluarga berbeda-beda dalam berbagai tahap-

tahap siklus kehidupan. Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan,

dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai

kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan

adaptasi keluarga (Friedman, 1982).

2.5.8 Faktor Yang Membentuk Dukungan Keluarga

Runtu (2002) menyebutkan bahwa sedikitnya ada tiga faktor penting yang

mendorong seseorang untuk memberikan bantuan atau dukungan yang positif.

Pertama, empati yaitu turut merasakan kesusahan orang lain dengan tujuan

mengantisipasi emosi dan memotivasi tingkah laku untuk mengurangi kesusahan

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II SKRIPSI DWI.pdf · nyeri dada, atau nyeri dada yang ... Untuk mengatasi iskemia, ... Setelah terapi farmakologik dan tindakan pembedahan

42

dan meningkatkan kesejahteraan orang lain. Kedua, norma & nilai sosial yang

berguna untuk membimbing individu untuk menjalankan kewajiban dalam

kehidupan. Ketiga, pertukaran sosial yaitu hubungan timbal balik perilaku sosial

antara cinta, pelayanan, informasi dan status dengan strategi minimal, yaitu

meminimalkan korban dan memaksimalkan reward dan untuk meramalkan

tingkah laku seseorang.

2.6 Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Rehabilitasi Pasien

PJK

Irwanto (1996) mendefinisikan kepatuhan berasal dari kata dasar “patuh”

yang berarti taat dan disiplin sehingga mempunyai arti suatu ketaatan dan

kedisiplinan seseorang dalam melakukan sesuatu. Sackett (1976) dalam Setiadi

(2008) mendefinisikan kepatuhan pasien sebagai sejauh mana perilaku pasien

sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan. Kepatuhan

dalam melaksanakan rehabilitasi adalah ketaatan pasien dalam melaksanakan

aktifitas sesuai aturan yang berlaku dalam upaya mencegah terjadinya komplikasi

dan mengembalikan kondisi pasien ke kondisi normal atau mendekati keadaan

sebelum sakit.

Saputra dalam Niven, (2002) menyebutkan salah satu faktor yang

mempengaruhi kepatuhan adalah dukungan keluarga, disebutkan juga bahwa

dukungan keluarga merupakan bagian dari penderita yang paling dekat dan tidak

dapat dipisahkan. Pasien akan merasa senang dan tentram apabila mendapat

perhatian dan dukungan dari keluarganya, karena dengan dukungan tersebut akan

menimbulkan kepercayaan dirinya untuk menghadapi atau mengelola penyakitnya

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II SKRIPSI DWI.pdf · nyeri dada, atau nyeri dada yang ... Untuk mengatasi iskemia, ... Setelah terapi farmakologik dan tindakan pembedahan

43

dengan lebih baik serta pasien mau menuruti saran-saran yang diberikan oleh

keluarga untuk menunjang pengelolaan penyakitnya.

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga

terhadap anggotanya. Anggota keluarga dipandang sebagai bagian yang tidak

terpisahkan dalam lingkungan keluarga. Anggota keluarga memandang bahwa

orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan

jika diperlukan (Friedman, 1982). Pada hakekatnya keluarga diharapkan mampu

berfungsi untuk mewujudkan proses pengembangan timbal balik rasa cinta dan

kasih sayang antara anggota keluarga, antar kerabat serta antar generasi yang

merupakan dasar keluarga yang harmonis (Soetjiningsih, 1995).

Menurut Johnson dan Johnson (dalam Witridiani, 1996) dukungan

keluarga dapat memberikan dukungan emosi, instrumental, penilaian positif dan

informasi yang bermanfaat bagi individu dalam meningkatkan dan memelihara

kesehatan fisik. Dukungan emosional memiliki dampak yang positif dimana

dengan pemberian dukungan tersebut pasien merasa lebih diperhatikan, sehingga

dapat mengurangi rasa sakit yang dideritanya. Dukungan instrumental dapat

membantu memecahkan masalah serta mengurangi depresi individu. Dukungan

penilaian dapat membantu meningkatkan strategi koping individu dengan strategi-

strategi alternatif berdasarkan pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek yang

positif. Dukungan informasi membuat pasien merasa lebih berhati-hati. Dengan

adanya motivasi dan dorongan yang kuat dan sangat tinggi dari keluarga dapat

membuat kondisi penyakit subjek semakin membaik (Komalasari, 2011).

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II SKRIPSI DWI.pdf · nyeri dada, atau nyeri dada yang ... Untuk mengatasi iskemia, ... Setelah terapi farmakologik dan tindakan pembedahan

44

Rosiana (2012) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa peran serta dan

dukungan keluarga yang merawat dan mendampingi pasien juga sangat

menentukan keberhasilan program rehabilitasi yang dijalani. Dukungan keluarga

merupakan sumber yang sangat penting bagi penderita penyakit kronis, hal ini

terjadi karena dukungan keluarga tidak hanya meningkatkan fungsi fisik dan

emosi pasien tetapi juga kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatannya.

Disebutkan pula bahwa keluarga menjadi pusat utama yang penting dan hanya

keluargalah yang memperhatikan individu secara total dan memperhatikan setiap

segi-segi kehidupanya. Keluarga memainkan suatu peran bersifat mendukung

selama masa penyembuhan dan pemulihan klien. Apabila dukungan semacam ini

tidak ada, maka keberhasilan penyembuhan atau pemulihan (rehabilitasi) sangat

berkurang.