BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I. TESIS.pdf · Beberapa laporan menemukan...

download BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I. TESIS.pdf · Beberapa laporan menemukan adanya ... tetapi kemudian mengalami metastasis ke paru-paru ... Suatu tumor marker

If you can't read please download the document

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I. TESIS.pdf · Beberapa laporan menemukan...

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Karsinoma tiroid merupakan keganasan tersering organ endokrin.Sebagian besar

    neoplasma tersebut berasal dari sel epitel folikel dan merupakan tipe papiler.

    Keganasan ini dapat menunjukkan pola folikular yang tidak jarang dikelirukan

    dengan hiperplasia nodular yang merupakan nodul nonneoplastik ataupun dapat

    menyerupai morfologi adenoma folikular jinak. Karsinoma papiler tiroid

    cenderung memiliki pertumbuhan yang lambat dan prognosis yang baik, namun

    apabila tidak diterapi dengan tepat, keganasan ini dapat mengalami metastasis ke

    kelenjar getah bening dan bahkan menyebar ke organ jauh.

    Sebagian besar lesi tiroid, baik itu hiperplasia fisiologis, lesi nodular jinak,

    dan neoplasma ganas, menunjukkan gambaran mikrofolikel atau makrofolikel

    yang khas (Baloch and LiVolsi, 2010). Pada kebanyakan kasus, diagnosis dapat

    segera dinilai tanpa kesulitan berdasarkan kriteria sitologi dan histopatologi

    (Fischer and Asa, 2008). Sebagai contoh, hiperplasia nodular biasanya

    berhubungan dengan nodular goiter, dan dapat segera dikenali berdasarkan

    gambaran variabilitas ukuran folikel dan adanya berbagai perubahan degeneratif,

    seperti fibrosis, perdarahan, dan pembentukan kista.Adenoma folikular biasanya

    muncul sebagai nodul tunggal, dipisahkan dari parenkim tiroid yang normal oleh

    kapsel fibrosa yang utuh, dan umumnya menunjukkan gambaran mikrofolikel dan

  • 2

    makrofolikel yang dominan, tanpa invasi pembuluh darah maupun invasi pada

    kapsel (Fischer and Asa, 2008; Baloch and LiVolsi, 2010; Rosai, 2010)

    Pada beberapa situasi tidak jarang diagnosis sulit ditegakkan, khususnya pada

    kelompok nodul tiroid dengan arsitektur follicular (follicular pattern).

    Diagnosis follicular-patterned lesions of uncertain malignant potential pada

    sediaan histopatologi dapat mengakibatkan kebingungan klinisi, sehingga

    menghambat penatalaksanaan yang efektif terhadap lesi ini. Membedakan

    karsinoma papiler varian folikulardengan adenoma folikularbisa sulit bila lesi

    berkapsel, serta gambaran inti dari karsinoma papiler hanya tampak fokal (Chan,

    2004; Renshaw and Gould, 2005; Elsheikh et al., 2008; Saleh et al., 2010).Begitu

    pula hiperplasia nodular yang berbatas tegas, dan secara mikroskopis

    menunjukkan pola pertumbuhan papiler, dapat dikelirukan dengan karsinoma

    papiler tiroid. Hiperplasia papiler ini menunjukkan pola pertumbuhan berlebih

    dari sel epitel folikel dengan inti berbentuk bulat dan tidak jernih. Lesi ini

    ditemukan pada pasien hipertiroidisme autoimun yang tidak diobati, gangguan

    kongenital metabolisme tiroid, serta fokus hiperfungsi dari kelenjar tiroid (Baloch

    and LiVolsi, 2010; Rosai, 2010).

    Beberapa laporan menemukan adanya variabilitas di antara para ahli patologi

    dalam menentukan kriteria minimal untuk mendiagnosis karsinoma papiler tiroid

    (Chan, 2004).Elsheikh, et al (2008), dalam penelitiannya melaporkan adanya

    variasi intraobserver yang luas dalam mendiagnosis karsinoma papiler varian

    folikular berkisar antara 17% sampai 100%. Disebutkan pula adanya variasi

    interobserver yang dipengaruhi oleh lokasi geografis serta latar belakang

  • 3

    pelatihan ahli patologi. Hirokawa, et al (2008), melakukan review terhadap 21

    sediaan lesi folikular tiroid yang berkapsel, dan membandingkan diagnosis di

    antara delapan ahli patologi (empat dari Amerika dan empat lainnya dari Jepang).

    Kesepakatan diagnosis di antara delapan ahli hanya ditemukan pada dua kasus.

    Kesepakatan dalam menegakkan diagnosis lesi jinak dan ganas ditemukan pada

    62% kasus. Diagnosis karsinoma papiler cenderung lebih sering dikemukakan

    oleh ahli patologi Amerika, sedangkan frekuensi diagnosis adenomatous goiter

    lebih tinggi pada ahli patologi Jepang dibandingkan Amerika (Elsheikh et al.,

    2008).

    Ditemukan pula kekhawatiran mengenai kemungkinan underdiagnosis

    karsinoma papiler sebagai lesi jinak neoplastik atau nonneoplastik (Chan, 2004).

    Dasar kekhawatiran ini adalah adanya laporan kasus karsinoma papiler varian

    folikular yang awalnya didiagnosis sebagai adenoma folikular dan microfollicular

    adenomatoid nodule, tetapi kemudian mengalami metastasis ke paru-paru dan

    tulang (Baloch and LiVolsi, 2005). Penelitian lainnya melaporkan lesi tiroid

    dengan gambaran makrofolikular yang secara sitologi dan arsitektural sangat

    menyerupai nodular goiter ternyata telah mengalami metastasis ke kelenjar getah

    bening dan merupakan suatu karsinoma papiler tiroid (Baloch and LiVolsi, 2010).

    Dalam praktek sehari-hari juga tidak jarang ditemukan kasus-kasus seperti di

    atas, sehingga menyulitkan diagnosis. Pemeriksaan tambahan, seperti

    imunohistokimia diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis.

    Imunohistokimia dapat diperiksa tunggal maupun kombinasi secara panel, untuk

    meningkatkan akurasi diagnostik lesi tiroid, khususnya lesi yang menampilkan

  • 4

    pola folikular (DeMatos et al., 2005, Prasad et al., 2005, Fischer and Asa, 2008).

    Suatu tumor marker yang ideal harus mempunyai beberapa karakteristik, di

    antaranya spesifik, sensitif, mudah dikerjakan, mudah diinterpretasikan, tidak

    mahal, dan dapat digunakan pada spesimen fine needle aspiration biopsy (FNAB).

    Menurut Fischer and Asa (2008), berbagai marker imunohistokimia tersebut

    dibedakan menjadi beberapa kategori, diantaranya golongan yang terlibat dalam

    adesi sel (galectin-3, E-cadherin, fibronektin), reseptor signaling (RET), gene

    transcription control (thyroxin transcription factor-1 (TTF-1)),sekresi

    (thyroglobulin, calcitonin, carcinoembryonic antigen (CEA)), regulasi siklus sel

    (p27, cyclin D1), dan struktur sel (cytokeratine (CK) 19).

    Beberapa studi menyatakan bahwa salah satu marker imunohistokimia yang

    banyak diteliti dan digunakan oleh para ahli patologi dalam membedakan berbagai

    lesi tiroid adalah galectin-3. Chiu, et al (2010), dalam review artikelnya

    menyatakan bahwa galectin-3 merupakan marker yang paling akurat dalam

    mendiagnosis differentiated thyroid carcinoma, bila dibandingkan dengan panel

    56 marker molekular lainnya. Studi lainnya melalui pemeriksaan tissue

    microarray menggunakan sampel penelitian 100 nodul jinak dan 105 nodul ganas

    tiroid yang dipulas dengan 57 marker dan diteliti imunoekspresinya, melaporkan

    berbagai marker yang penting dalam mendiagnosis differentiated thyroid

    carcinoma, antara lain galectin-3, cytokeratine 19, vascular endothelial growth

    factor, androgen receptor, p16, aurora-A, dan hector battifora mesothelial

    epitope-1 (HBME-1). Disebutkan pula bahwa galectin-3 memiliki akurasi

  • 5

    diagnostik sebesar 86,9%, sebanding dengan panel berbagai marker terbaik yang

    memiliki akurasi diagnostik sebesar 91,0%.

    Galectin-3 merupakan family protein yang mengikat -galactoside pada

    glikoprotein dan glikolipid sel. Protein ini menunjukkan struktur pentamer yang

    mampu mengadakan reaksi silang dengan glikoprotein pada permukaan sel,

    menghasilkan bentuk baru yang berperan dalam sinyal seluler dan stabilisasi

    reseptor. Galectin-3 diekspresikan oleh sel makrofag, netrofil, sel mast, dan sel

    langerhans, serta terlibat dalam beberapa proses fisiologis dan patologis, termasuk

    regulasi normal proliferasi sel dan inhibisi apoptosis, interaksi antar sel dan sel

    dengan matriks, adhesi, serta migrasi. Protein ini juga diyakini memiliki peranan

    dalam peradangan dan perbaikan kerusakan sel, transformasi neoplastik, dan

    metastasis. Pada tiroid, beberapa laporan menyebutkan bahwa galectin-3

    mengalami ekspresi yang tinggi pada tumor ganas (DeMatos et al., 2005; Prasad

    et al., 2005; Chiu et al., 2010).

    Galectin-3 terekspresi positif pada inti, sitoplasma, permukaan sel, dan

    matriks disekitar sel. Pada sebagian besar kasus karsinoma papiler tiroid, galectin-

    3 terpulas difus dan kuat pada sitoplasma (DeMatos et al., 2005; Prasad et al.,

    2005; Cheung et al., 2006; Fischer and Asa, 2008). Sebaliknya, imunoreaktivitas

    galectin-3 hanya ditemukan fokal pada sejumlah kecil kasus tumor tiroid jinak

    dan tidak terekspresi pada spesimen jaringan tiroid normal (Chiu et al., 2010).

    Berdasarkan hal tersebut di atas, bahwa tidak jarang terdapat kesulitan

    diagnosis dalam menentukan lesi nonneoplastik, neoplastik jinak, maupun ganas

  • 6

    pada kasus-kasus nodul soliter tiroid yang berasal dari diferensiasi sel epitel

    folikel, khususnya yang menampilkan arsitektur folikular dan atau papiler, maka

    perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan pulasan imunohistokimia

    galectin-3 yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan gambaran ekspresinya

    pada berbagai lesi tiroid tersebut, serta membuktikan bahwa galectin-3 terekspresi

    paling kuat dan merata pada karsinoma papiler, dibandingkan dengan hiperplasia

    nodular dan adenoma folikular, sehingga dapat digunakan sebagai marker

    diagnostik. Penelitian ini belum pernah dilakukan di Bali, sehingga apabila

    terbukti, maka hasil pemeriksaan imunohistokimia galectin-3 dapat pula

    bermanfaat dalam memberikan informasi tambahan kepada klinisi, sehingga

    penatalaksanaan pasien menjadi lebih tepat.

    1.2 Rumusan Masalah

    Dari latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini,

    adalah:

    1. Apakah ekspresi galectin-3 lebih tinggi pada adenoma folikular

    dibandingkan dengan hiperplasia nodular pada organ tiroid?

    2. Apakah ekspresi galectin-3 lebih tinggi pada karsinoma papiler

    dibandingkan dengan hiperplasia nodular pada organ tiroid?

    3. Apakah ekspresi galectin-3 lebih tinggi pada karsinoma papiler

    dibandingkan dengan adenoma folikular pada organ tiroid?

  • 7

    1.3 Tujuan Penelitian

    Dari latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini,

    adalah:

    1.3.1 Tujuan Umum

    Untuk mengetahui perbedaan ekspresi galectin-3 pada hiperplasia nodular,

    adenoma folikular, dan karsinoma papiler pada organ tiroid, sehingga dapat

    digunakan sebagai marker diagnostik dalam membedakan berbagai lesi tiroid

    tersebut.

    1.3.2 Tujuan Khusus

    1. Untuk membuktikan bahwa ekspresi galectin-3 lebih tinggi pada adenoma

    folikular dibandingkan dengan hiperplasia nodular pada organ tiroid.

    2. Untuk membuktikan bahwa ekspresi galectin-3 lebih tinggi pada

    karsinoma papiler dibandingkan dengan hiperplasia nodular pada organ

    tiroid.

    3. Untuk membuktikan bahwa ekspresi galectin-3 lebih tinggi pada

    karsinoma papiler dibandingkan dengan adenoma folikular pada organ

    tiroid.

  • 1.4 Manfaat Penelitian

    Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian di atas, maka

    manfaat dari penelitian ini, antara lain:

    1.4.1 Manfaat Akademik

    1. Memberikan informasi data epidemiologi tentang ekspresi galectin-3 pada

    berbagai nodul tiroid yang berasal dari diferensiasi sel epitel folikel, baik itu

    nodul nonneoplastik (hiperplasia nodular), nodul neoplastik jinak (adenoma

    folikular), dan nodul neoplastik ganas (karsinoma papiler).

    2. Memperkuat landasan teori mengenai peranan galectin-3 pada adesi sel,

    serta proliferasi dan diferensiasi sel epitel folikel tiroid ke arah keganasan.

    1.4.2 Manfaat Praktis

    Apabila penelitian ini terbukti, maka galectin-3 dapat digunakan sebagai marker

    diagnostik,sehingga lebih memudahkan dalam menegakkan diagnosis lesi-lesi

    nonneoplastik, neoplastik jinak, maupun ganas pada kasus-kasus nodul tiroid yang

    berasal dari diferensiasi sel epitel folikel, khususnya yang menampilkan arsitektur

    folikular dan atau papiler, serta tidak menunjukkan gambaran inti karsinoma

    papiler tiroid yang jelas. Diagnosis yang akurat akan memberikan manfaat bagi

    klinisi, sehingga penanganan pasien menjadi lebih tepat.