BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program …skp.bdg.ppid.pertanian.go.id/doc/130/ANGGARAN...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program …skp.bdg.ppid.pertanian.go.id/doc/130/ANGGARAN...
1
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Kebijakan teknis Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung Tahun
Anggaran 2013 dengan menetapkan 1 (satu) program yaitu Program
Peningkatan Kualitas Perkarantinaan Pertanian dan Pengawasan
Keamanan Hayati. Dengan ditetapkan program tersebut kebijakan teknis
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung dalam rangka mencapai
pemerintahan yang baik (Good Goverment).
Rencana Strategis (Renstra) Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
merupakan perangkat untuk mencapai harmonisasi perencanaan
pembangunan pertanian secara menyeluruh, terintegrasi, efisien dan sinergis
dengan sektor lain dalam mencapai tujuan pembangunan nasional. Stasiun
Karantina Pertanian Kelas I Bandung telah menetapkan 6 (enam) program
kerja strategis untuk periode 2010-2014 antara lain sebagai berikut :
1. Kegiatan pengembangan sistem informasi dan peningkatan sistem
pengawasasn hayati:
Melengkapi sarana jaringan sistem informasi;
Mengembangkan sistem jaringan informasi pelayanan melalui PPK
online.
2. Kegiatan peningkatan kualitas pelayanan karantina pertanian dan
pengawasan keamanan hayati:
Melaksanakan pelayanan teknis karantina hewan dan tumbuhan
serta pengawasan keamanan hayati;
Melaksanakan pemantauan daerah sebar HPHK dan OPTK;
Meningkatkan pelayanan kepada pengguna jasa melalui sistem
jaringan terpadu (PPK online);
Membuat, menetapkan dan memberlakukan Sistem Manajemen
Mutu (SMM).
3. Meningkatkan sosialisasi dan pelayanan informasi:
Menyelenggarakan kegiatan sosialisasi penyebarluasan informasi
Karantina Pertanian;
Pembuatan leaflet/papan visual.
2
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
4. Kegiatan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia:
Mengikuti pelatihan baik teknis maupun administrasi;
Magang.
5. Penyediaan sarana operasional yang optimal serta teknologi dan sistem
informasi yang handal dan terintegrasi:
Membangun dan melengkapi sarana dan prasarana perkantoran;
Membangun sarana laboratorium;
Menyediakan fasilitas kendaraan operasional;
Pengadan sarana meubelair, IT dan counter pelayanan.
6. Meningkatkan efektifitas pegendalian intern:
Meningkatkan pengendalian intern/SPI dan SMM;
Mengimplementasikan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
telah disusun dalam panduan mutu pelayanan;
Laporan keuangan yang handal;
Pengamanan aset.
Renstra tersebut merupakan salah satu wujud operasional dari Ruh, Visi, dan
Misi Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung. Ruh penyelenggaraan
pembangunan pertanian Indonesia yaitu Bersih dan Peduli. Bersih berarti
bebas dari KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme), amanah, transparan dan
akuntabel. Peduli berarti memberikan fasilitasi pelayanan, perlindungan,
pembelaan, pemberdayaan dan keberpihakan terhadap kepentingan umum
(masyarakat pertanian) di atas kepentingan pribadi dan golongan
(demokratis) dan aspiratif. Visi Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
adalah “Mewujudkan Karantina Pertanian yang Tangguh, Terpercaya dan
Handal” sedangkan Misi Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung yaitu :
1. Melindungi kelestarian sumber daya alam hayati, hewani dan nabati;
2. Mendukung keberhasilan pangan nasional, khususnya di Provinsi Jawa
Barat;
3. Meningkatkan kesejahteraan petani, nilai tambah, daya saing dan ekspor
produk pertanian;
4. Mewujudkan pelayanan prima kepada masyarakat pengguna jasa
karantina; serta
5. Mendorong partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan
perkarantinaan.
3
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Melalui Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan,
Ikan dan Tumbuhan, Pemerintah Indonesia telah menentukan pilihan bahwa
salah satu strategi untuk menjaga kelestarian sumber daya alam hayati
hewani, ikan dan tumbuhan adalah melalui penyelenggaraan perkarantinaan.
Dalam upaya mendukung program pembangunan pertanian di wilayah
Provinsi Jawa Barat, Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
senantiasa melakukan pembenahan secara internal (lingkup UPT Stasiun
Karantina Pertanian Kelas I Bandung) maupun eksternal (koordinasi dengan
instansi terkait) dalam rangka optimalisasi tugas, pokok dan fungsi.
1.2. TUJUAN
Penyusunan Laporan Tahunan Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Tahun Anggaran 2013 ini mempunyai tujuan diantaranya adalah :
a. Sebagai bahan informasi pelaksanaan program/kegiatan Stasiun
Karantina Pertanian Kelas I Bandung yaitu kegiatan yang telah dilakukan
di UPT Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung pada Tahun
Anggaran 2013;
b. Sebagai bahan informasi terhadap tingkat pencapaian kinerja Stasiun
Karantina Pertanian Kelas I Bandung Tahun Anggaran 2013; dan
c. Untuk mengetahui berbagai permasalahan terkait dengan tupoksi baik di
Kantor UPT maupun di Wilayah Kerjanya.
4
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
BAB II
KEADAAN UMUM
2.1. STRUKTUR ORGANISASI
a. Kedudukan
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung merupakan Unit Pelaksana
Teknis (UPT) dari Badan Karantina Pertanian – Kementerian Pertanian baik
kegiatan operasional secara teknis maupun administratif dilaporkan kepada
Badan Karantina Pertanian.
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung dipimpin oleh seorang Kepala
(Eselon IVa) dibantu 2 pejabat struktural (Eselon Va) yaitu Kepala Urusan
Tata Usaha dan Kepala Sub-Seksi Pelayanan Operasional. Maka Struktur
Organisasi dan Tata Kerja Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung.
(dapat diihat pada Gambar 2.1.)
Gambar 2.1. Struktur Organisasi
b. Tugas Pokok
Pelaksanaan pencegahan masuk dan tersebarnya Hama Penyakit Hewan
Karantina (HPHK) dan Organisme Pengganggu Tumbuhan/Organisme
Penggangu Tumbuhan Karantina (OPT/OPTK) ke dalam wilayah negara
Republik Indonesia dan antar area di dalam wilayah Negara Republik
Indonesia, serta keluarnya HPHK dan OPT tertentu dari wilayah Negara
5
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Republik Indonesia khususnya di wilayah Provinsi Jawa Barat serta
melakukan pengawasan keamanan hayati.
Kegiatan operasional perkarantinaan hewan dan tumbuhan dilaksanakan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku antara lain
sebagai berikut :
1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan,
dan Tumbuhan;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 tentang Karantina
Tumbuhan;
4. Undang-Undang No. 5 Tahun 1994 tentang Ratifikasi Konvensi PBB
mengenai Keanekaragaman Hayati;
5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1983 tentang Kesehatan
Masyarakat Veteriner;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu,
dan Gizi Pangan;
8. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 27/permentan/pp.340/5/2009 jo.
Permentan 38/permentan/pp.340/8/2009 tentang Pengawasan
Keamanan Pangan terhadap Pemasukan dan Pengeluaran Pangan
Segar Asal Tumbuhan; dan
9. Surat Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor 363 Tahun
2009 sebagai Petunjuk Pelaksanaan Permentan No. 38 Tahun 2009.
c. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut di atas, Stasiun Karantina
Pertanian Kelas I Bandung menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
a. Penyusunan rencana, evaluasi, dan pelaporan;
b. Pelaksanaan tindakan pemeriksaan, pengasingan, pengamatan,
perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan, dan pembebasan (8P)
terhadap media pembawa Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPT/OPTK);
c. Pelaksanaan pemantauan daerah sebar HPHK dan OPT/OPTK;
d. Pelaksanaan pembuatan koleksi HPHK dan OPT/OPTK;
6
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
e. Pelaksanaan pemberian pelayanan operasional karantina hewan dan
tumbuhan;
f. Pengelolaan sistem informasi, dokumentasi, dan sarana teknik karantina
hewan dan tumbuhan;
g. Pelaksanaan pengawasan dan penindakan pelanggaran peraturan
perundang-undangan di bidang karantina hewan, karantina tumbuhan
dan keamanan hayati hewani dan nabati;
h. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
d. Visi
Dalam rangka penjabaran manajemen agribisnis terhadap tugas pokok dan
fungsi organisasi, Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung mengacu
kepada visi dan misi Badan Karantina Pertanian, yaitu :
“Mewujudkan Karantina Pertanian yang Tangguh, Terpecaya dan
Handal”
Visi tersebut mempunyai makna bahwa Stasiun Karantina Pertanian Kelas I
Bandung sebagai institusi pemerintah yang melayani public harus tangguh,
tak tergoyahkan dari ancaman dan rintangan, terpercaya dalam akurasi data
dan identifikasi hama penyakit hewan maupun organisme pengganggu
tumbuhan, serta handal dalam menjalankan profesi sebagai karantinawan
dan karantinawati.
e. Misi
Sebagai pondasi yang kuat dalam penyusunan perencanaan strategis, maka
untuk mewujudkan visi tersebut Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
merumuskan misi sebagai berikut :
1. Melindungi kelestarian sumber daya alam hayati dan nabati;
2. Mendukung keberhasilan pangan nasional, khususnya di Provinsi Jawa
Barat;
3. Meningkatkan kesejahteraan petani, nilai tambah, daya saing dan ekspor
produk pertanian;
4. Mewujudkan pelayanan prima kepada masyarakat pengguna jasa
karantina;
5. Mendorong pastisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan
perkarantinaan.
7
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
f. Tujuan
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi Stasiun Karantina Pertanian Kelas I
Bandung, maka perlu dirumuskan tujuan yang akan dicapai yaitu :
1. Meningkatkan efektifitas pelayanan karantina dan pengawasan
keamanan hayati, dalam rangka mencegah masuknya HPHK dan OPTK
dari luar negeri dan antar area di dalam negeri, serta keluarnya dari
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas kinerja Sumber Daya Manusia serta
implementasi prinsip tata pemerintahan yang baik;
3. Meningkatkan sarana dan prasarana operasional serta laboratorium
perkarantinaan;
4. Meningkatkan sistem manajemen mutu pelayanan operasional dan
laboratorium;
5. Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang arti penting keberadaan
Karantina Pertanian.
g. Sasaran
Untuk mewujudkan tercapainya tujuan pembangunan karantina pertanian di
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung, ada beberapa sasaran yang
harus dicapai sampai dengan Tahun 2014 yang berfokus pada 11 (sebelas)
aspek, antara lain :
1. Menyediakan sarana Instalasi Karantina Pertanian dalam rangka
memudahkan pelaksanaan tindakan karantina;
2. Melengkapi secara bertahap peralatan laboratorium dalam upaya
diagnose hama dan penyakit pertanian secara cepat, tepat, akurat dan
terpercaya sesuai standar nasional;
3. Menjamin ketersediaan dan kelengkapan alat dan bahan secara
berkesinambungan dalam rangka mendukung kinerja laboratorium;
4. Melengkapi sistem informasi dan komunikasi yang modern dan aplikatif;
5. Melengkapi sarana transportasi guna mendukung kelancaran kegiatan
operasional di lapangan;
6. Melengkapi peta sebar HPHK dan OPTK scara akurat dan aktual;
7. Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang professional dengan cara
peningkatan keterampilan dan kinerja pegawai;
8
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
8. Meningkatkan pemahaman dan partisipasi masyarakarat umum,
akademis, birokrat ataupun pengguna jasa tentang arti penting karantina
pertanian;
9. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait, agar dapat mendukung
kinerja Karantina Pertanian;
10. Melengkapi sarana pelayanan dalam rangka peningkatan pelayanan
prima kepada pengguna jasa karantina pertanian;
11. Mengusulkan status eselon Stasiun Karantina Pertanian Kelas I
Bandung dari eselon IVA menjadi eselon IIIA.
2.2. WILAYAH KERJA
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor :
22/Permentan/OT.140/4/2008 tanggal 3 April 2008 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian, Wilayah Kerja Stasiun
Karantina Pertanian Kelas I Bandung, meliputi Pelabuhan Laut Cirebon,
Kantor Pos MPC Bandung, Bandara Husein Sastranegara Bandung dan
Terminal Peti Kemas Gede Bage Bandung yang ada di Provinsi Jawa Barat.
(dapat dilihat pada Gambar 2.2.) Gambar 2.2. Wilayah Kerja SKP Kelas I Bandung berdasarkan Permentan Nomor : 22/Permentan/OT.140/4/2008
Provinsi Jawa Barat merupakan daerah yang memiliki areal pertanian yang
luas dengan aneka ragam flora dan fauna. Sentra produksi dari mulai padi,
tanaman pangan, tanaman hortikultura, dan tanaman perkebunan. Komoditi
9
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
unggulan Provinsi Jawa Barat yang mempunyai potensi sebagai komoditi
ekspor seperti bawang merah, sayuran dan lain sebagainya.
Tindakan karantina pada Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
selama tahun 2013 meliputi pemeriksaan, penahanan, penolakan,
pemusnahan, dan pembebasan terhadap lalu lintas komoditi pertanian impor,
ekspor, dan domestik.
Untuk tindakan pemusnahan yang dilaksanakan di Stasiun Karantina
Pertanian Kelas I Bandung yaitu komoditi yang berasal dari Wilayah Kerja
Bandara Husen Sastranegara dan Kantor Pos MPC Bandung tidak dilengkapi
dokumen yang dipersyaratkan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 16
Tahun 1992, PP Nomor 14 Tahun 2002, dan PP Nomor 82 Tahun 2000.
Kantor Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung berlokasi di Jl.
Soekarno Hatta No. 725 C Bandung, termasuk dalam wilayah Kota Bandung.
Sedangkan untuk Wilayah Kerjanya sebagai berikut :
1) Wilayah Kerja Pelabuhan Laut Cirebon
Kantor Wilayah Kerja Pelabuhan Laut Cirebon berkedudukan di Jalan Maluku
No. 1 Pelabuhan Cirebon - 45112.
Wilker Pelabuhan laut Cirebon saat ini sudah menjadi wilayah kerja dari
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung. Kegiatan bongkar muat di
Pelabuhan Laut Cirebon terkendala oleh terbatasnya prasarana dan sarana
yang ada di Pelabuhan Laut Cirebon. Dangkalnya alur untuk kapal yang
masuk ke dalam Pelabuhan Laut Cirebon merupakan salah satu kendala
yang menyebabkan rendahnya kegiatan bongkar muat di Pelabuhan Laut
Cirebon, khususnya kegiatan ekspor dan impor.
Wilker Pelabuhan laut Cirebon dilaksanakan oleh 8 orang pegawai,
diantaranya 1 orang sebagai Penanggung Jawab Wilayah Kerja Palabuhan
Laut Cirebon dengan jabatan fungsional sebagai POPT Terampil, dibantu; 1
orang POPT Ahli dan 1 orang POPT Terampil, 3 orang Paramedik Veteriner,
dan 2 orang Fungsional umum dari Peternakan dan Administrasi.
Dengan kendaraan operasional sebanyak 3 buah kendaraan roda dua. Dan
untuk gedung laboratorium sebagai sarana penunjang terdapat di Wilayah
Kerja Pelabuhan Cirebon. (dapat dilihat pada Gambar 2.2.1.)
10
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Gambar 2.2.1 Wilayah Kerja Pelabuhan Laut Cirebon
2) Wilayah Kerja Bandara Husein Sastranegara Bandung
Wilker Bandara Husein Sastranegara berkedudukan di Jalan Terusan
Padjajaran No. 156 Bandung - 40174.
Wilayah Kerja Bandara Husein Sastranegara mempunyai aktifitas
penerbangan domestik dan internasional belum dapat terselenggara secara
optimal, antara lain disebabkan landasan pacu pada bandara tersebut belum
cukup panjang untuk dapat disinggahi oleh pesawat-pesawat berukuran
besar. Kondisi tersebut berdampak pada rendahnya lalu lintas antar area,
ekspor, dan impor komoditi pertanian melalui Bandara Husein Sastranegara
Bandung.
Wilayah Kerja Bandara Husein Sastranegara mempunyai 8 orang pegawai,
diantaranya 1 orang sebagai Penanggung jawab Wilker Bandara Husein
Sastranegara dengan jabatan fungsional POPT Ahli; dibantu oleh 2 orang
POPT Terampil, 4 orang Paramedik Veteriner dan 1 orang Calon Medik
Veteriner. Dengan kendaraan operasional 1 buah kendaraan roda dua.
(dapat dilihat pada Gambar 2.2.2.)
11
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Gambar 2.2.2 Wilayah Kerja Bandara Husein Sastranegara
3) Wilayah Kerja Kantor Pos Besar (MPC) Bandung
Wilker Kantor Pos Bandung (MPC/Mail Processing Center) berkedudukan di
Jalan Soekarno-Hatta (By Pass) No. 558 Bandung - 40286.
Wilayah Kerja Kantor Pos MPC Bandung mempunyai 3 orang pegawai yang
dipimpin oleh Penanggungjawab Wilker dengan jabatan Medik Veteriner;
dibantu oleh 1 orang POPT Terampil dan 1 orang Paramedik Veteriner.
12
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Di samping kegiatan sertifikasi karantina tumbuhan impor, ekspor dan
domestik, terhadap beberapa jenis benih dan bibit tanaman impor yang
masuk melalui Kantor Pos MPC Bandung. (dapat dilihat pada Gambar 2.2.3.)
Gambar 2.2.3 Wilayah Kerja Kantor Pos Besar MPC Bandung
4) Wilayah Kerja Terminal Peti Kemas Gedebage Bandung
Wilayah Kerja Terminal Peti Kemas Gedebage berkedudukan di Jalan
Gedebage No. 68 Bandung – 40295.
Wilker Terminal Peti Kemas Gedebage mempunyai 6 orang pegawai,
diantaranya 1 orang sebagai Penanggung Jawab Wilker Gedebage dengan
jabatan POPT Ahli; dibantu oleh 5 orang pegawai dengan jabatan 4 orang
POPT Terampil dan 1 orang fungsional umum (pramubakti).
Sarana dan Prasarana yang terdapat di dalam Wilker Peti Kemas Gedebage
yaitu 1 buah kendaraan roda dua dan 1 buah kendaraan roda empat. (dapat
dilihat pada Gambar 2.2.4.)
13
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Gambar 2.2.4 Wilayah Kerja Terminal Peti Kemas Gedebage Bandung
14
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
BAB III
KEGIATAN KETATAUSAHAAN
Salah satu fungsi dari Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung sesuai
dengan Permentan Nomor : 22/Permentan/OT.140/4/2008 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Unit Pelayanan Teknis Karantina Pertanian adalah melakukan
penyiapan bahan penyusunan rencana, evaluasi dan pelaporan serta urusan tata
usaha dan rumah tangga yang menjadi tanggung jawab urusan tata usaha.
3.1. KEUANGAN
3.1.1. BELANJA NEGARA
Pada Tahun Anggaran 2013, Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
memperoleh alokasi dana DIPA sebesar Rp7.188.841.000, terdiri dari:
Tabel 3.1. Rincian Anggaran dan Realisasi per Jenis Belanja TA 2013
No Uraian Anggaran Realisasi % Capaian
(1) (2) (3) (4) (5)=(3-4)/4*100
1 Belanja Pegawai 2.568.954.000 2.484.498.462 96,71
2 Belanja Barang 3.050.439.000 2.993.336.500 98,13
3 Belanja Modal 1.569.448.000 1.566.646.900 99,82
TOTAL 7.188.841.000 7.044.481.862 97,99
Dengan alokasi dana tersebut, selama tahun 2013 SKP Kelas I Bandung
telah merealisasikannya sebesar Rp7.044.481.862, (97,99%).
Gambar 3.1 Diagram Realisasi DIPA Tahun Anggaran 2013
BELANJA PEGAWAI
BELANJA BARANG
BELANJA MODAL
15
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Secara umum alokasi anggaran DIPA Tahun Anggaran 2013 mempunyai
tujuan dan sasaran sebagai berikut :
a. Pemantauan, penyuluhan, dan penyebaran informasi;
b. Terbayarnya gaji dan tunjangan pegawai serta lembur pegawai;
c. Tersedianya peralatan kantor dan sarana penunjang operasional;
d. Terlaksananya pengadaan Alat Pengolah Data dan Informasi;
e. Terlaksananya pengadaan Peralatan Laboartorium;
f. Terlaksananya pengadaan Sarana Kantor (Meubelair);
g. Terpeliharanya bangunan/gedung kantor di UPT SKP Kelas I Bandung
dan Wilkernya;
h. Terpeliharanya kendaraan dinas operasional; serta
i. Terlaksananya keperluan perjalanan dinas;
Dengan pengelolaan DIPA Tahun Anggaran 2013, secara garis besar kondisi
yang dapat dicapai antara lain adalah pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
karantina pertanian dapat berjalan lancar dan kesejahteraan pegawai relatif
dapat dicapai.
3.1.2. PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP)
Realisasi Pendapatan Negara Bukan Pajak pada Tahun Anggaran 2013
adalah sebesar Rp426.973.168 atau mencapai 142,63 persen dari estimasi
pendapatan yang ditetapkan sebesar Rp299.350.000.
Rincian Estimasi Pendapatan Negara Bukan Pajak per tanggal pelaporan
dapat dilihat dalam Tabel berikut ini:
Tabel 3.2. Rincian Estimasi Pendapatan dan realisasi PNBP
No U r a i a n Estimasi
Pendapatan Realisasi %
1 Pendapatan Sensor/Karantina, Pengawasan/Pemeriksaan
299.350.000 407.764.684 136.21
2 Pendapatan dari Penjualan Peralatan dan Mesin
- 14.800.000 -
3 Penerimaan Kembali Belanja Pegawai Pusat TAYL
- 4.408.484 -
JUMLAH 299.350.000 426.973.168 142.63
16
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
3.2. KEPEGAWAIAN DAN TATA USAHA
Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat menentukan bagi
kinerja suatu organisasi. Kuantitas dan kualitas sumber daya manusia akan
sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Unit
Pelaksana Teknis. Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi akan optimal apabila
didukung oleh kuantitas yang cukup dan kualitas yang handal dari sumber
daya manusia sebagai pelaksananya. Peningkatan kualitas sumber daya
manusia melalui pendidikan formal maupun non formal (diklat), baik di dalam
maupun di luar negeri yang berorientasi pada peningkatan profesionalisme,
masih sangat diperlukan.
Kondisi di Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung pada tahun 2013
adalah sebagai berikut :
3.2.1. Jumlah Pegawai
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Stasiun Karantina
Pertanian Kelas I Bandung didukung oleh sebanyak 51 pegawai.
Tabel 3.3 Jumlah Pegawai menurut Jenis Jabatan
NO. JENIS JABATAN JUMLAH/ORANG
1. Kepala UPT 1
2. Kepala Urusan Tata Usaha 1
3. Kepala Sub Seksi Pelayanan Operasional 1
4. Medik Veteriner Utama -
5. Medik Veteriner Muda 1
6. Calon Medik Veteriner 3
7. Paramedik Veteriner Penyelia 2
8. Paramedik Veteriner Pelaksana Lanjutan 1
9. Paramedik Veteriner Pelaksana 1
10. Calon Paramedik Veteriner Pelaksana 6
11. POPT Ahli Madya 1
12. POPT Ahli Muda 1
13. POPT Ahli Pertama 4
14. POPT Penyelia 1
15. POPT Pelaksana Lanjutan 3
16. POPT Pelaksana 7
17. Calon POPT Pelaksana 2
18. Tenaga Teknis Karantina Pertanian *) 34
19. Tenaga Administrasi Umum **) 14
TOTAL 51 Keterangan :
*) Pegawai pada sub seksi pelayanan operasional;
**) Pegawai pada sub ketatausahaan.
17
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
3.2.2. Mutasi Alih Tugas
Pada tahun 2013 terjadi mutasi alih tugas pegawai (Pejabat Struktural)
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor:
4894/Kpts/KP.330/11/2013 tanggal 15 Nopember 2013, yaitu :
Mutasi Masuk:
1. 1 orang Pejabat Struktural (Kepala UPT) dari SKP Kelas I Entikong
an. Choirul Anam, SP;
2. 1 orang POPT Pemula dari BBKP Tanjung Priok an. Sari
Widaningsih.
Mutasi Keluar:
1. 1 orang Pejabat Struktural (Kepala UPT SKP I Bandung) an. Hom
Hom, SP, MP ke SKP Kelas I Cilacap;
2. 1 orang POPT Terampil an. Dadang Kusnady dan Paramedik
Veteriner Pelaksana an. Rusdiyanto ke BBKP Tanjung Priok.
Selain pergantian pejabat struktural ada juga penambahan pegawai dari
Badan Ketahanan Pangan sebanyak 1 orang an. Asri Dwiandary, SP., M.Si.
3.2.3. Ketatausahaan
Dibidang katatausahaan khususnya surat menyurat dalam tahun 2013 telah
memproses surat masuk maupun surat keluar dengan rekapitulasi sebagai
mana tercantum di bawah ini. (dapat dilihat pada Tabel 3.3.)
Tabel 3.4 Rekapitulasi Surat Masuk dan Surat Keluar
No. JENIS SURAT JUMLAH
1. Surat Masuk 694
2. Surat Keluar 1389
3.3. PERLENGKAPAN (Sarana dan Prasarana)
Pada tanggal 16 Juni 2011 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
sekarang sudah pindah ke kantor baru beralamat Jl. Soekarno Hatta No. 725
C Bandung dengan luas 840m2, dengan bangunan gedung kantor seluas 600
m2, diisi oleh pegawai berikut barang inventaris berupa peralatan
laboratorium KT dan KH yang berada di lantai 1 sejajar dengan pelayanan,
18
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
lantai 2 diisi oleh para pegawai administrasi keuangan dan tata usaha serta
pelayanan operasional serta ruang Kepala UPT, Kepala Urusan Tata Usaha
dan Kepala Sub Seksi Pelayanan Operasional, lantai 3 diisi untuk ruang
POPT, ruang rapat, ruang laboratorium koleksi dan ruang perpustakaan.
Untuk gedung Kantor Wilker Pelabuhan Cirebon yang digunakan berada di
atas tanah seluas 446 m2 milik PT. Pelabuhan Indonesia II Cabang Cirebon
dengan status sewa dengan biaya sebesar Rp. 1.210.000.,-/tahun. Kantor
Wilker TPK Gedebage Bandung dengan luas 50 m2 berada ditanah milik PT.
KAI (Kereta Api Indonesia) dengan status difasilitasi, kondisinya pun masih
sangat memprihatinkan dan kurang layak karena keterbatasan ruangan.
Untuk Wilayah Kerja Bandara Husen Sastranegara dengan luas 42 m2,
suasana terasa sesak tidak hanya adanya pegawai tetapi tidak adanya
tempat untuk menyimpan media pembawa apabila ada penahanan serta
tidak tentunya jadwal penerbangan (delay), dan tentunya dengan beban
sewa yang cukup besar yaitu sebesar Rp. 8.721.000/tahun.
Sistem pengolah data sudah semakin baik dengan dilengkapinya komputer
dengan spesifikasi yang memadai serta fasilitas Local Area Network (LAN)
dan Internet serta adanya VPN (Virtual Private Network) berupa jaringan
tersendiri yang menghubungkan computer-komputer yang berada di seluruh
wilayah kerja ke computer Server yang berada di Kantor Induk UPT seperti
layaknya jaringan LAN. Sehingga semakin lengkap sarana untuk pengolahan
data. Namun masih diperlukan tenaga operator yang handal dan profesional
serta menguasai hal-hal yang berkaitan dengan komputerisasi.
Kendaraan operasional roda-4 di Stasiun Karantina Pertanian kelas I
Bandung ada 5 (lima) unit, yaitu :
a) Minibus Mitsubishi T120 tahun pembuatan 1996 yang dipegang oleh
Kasubsi Yanop, dengan kondisi rudak berat dan digunakan untuk
operasional tindakan karantina di luar pelabuhan (sudah dilakukan
penghapusan);
b) Toyota Kijang LSX tahun 1997 yang dipegang oleh Penanggungjawab
Wilker TPK Gedebage Bandung, digunakan untuk kegiatan
operasional;
c) Toyota Kijang LGX tahun 2002 yang dipegang oleh Ka Ur. Tata Usaha,
dengan kondisi baik, digunakan untuk operasional tindakan karantina di
luar pelabuhan dan staf keuangan untuk proses ke KPPN atau ke Bank
dalam rangka menunjang kegiatan operasional perkantoran;
19
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
d) Toyota Avanza G pengadaan tahun 2007 untuk operasional di SKP
Kelas I Bandung;
e) Toyota Kijang LGX tahun 2000 merupakan transfer masuk dari BBKP
Tanjung Priok untuk keperluan sehari-hari Kepala UPT.
Untuk melihat data Sarana kendaraan dinas baik roda 4 maupun roda 2
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung Tahun Anggaran 2013. (dapat
dilihat pada Lampiran 3)
Peralatan laboratorium yang dimiliki dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan baik kualitas maupun kuantitas, namun ada pula yang menjadi
rusak berat ataupun rusak ringan, sarana dan prasarana ini merupakan
kebutuhan pokok dalam kegiatan operasional terkait pengujian target OPTK
yang masuk melalui kegiatan impor dan antar area maupun pengujian OPT
untuk kegitan ekspor. Pengujian yang dapat dilakukan di laboratorium
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung yaitu pengujian serangga,
cendawan, nematode, gulma dan bakteri, namun untuk target OPTK virus
dan bakteri tertentu yang bahan pengujiannya belum lengkap di rujuk ke
BBUS KP.
Alangkah baiknya apabila laboratorium di Balai Besar Uji Standar menjadi
pembina bagi laboratorium-laboratorium di daerah sehingga dengan
pembinaan yang berkesinambungan akan terbentuk suatu sistem
laboratorium yang handal dan terpercaya. Laboratorium masih perlu ditata
kembali, khususnya mengenai SOP Pengujian laboratorium itu sendiri
maupun SDM yang mampu melakukan pengujian sehingga perlu pelatihan
yang dapat diselenggarakan oleh Badan Karantina Pertanian.
Dalam upaya meningkatkan peranan laboratorium yang ada di Stasiun
Karantina Pertanian Kelas I Bandung, peralatan laboratorium terus
diupayakan untuk ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya, dengan tujuan agar
hasil pengamatan dan identifikasi yang dilakukan oleh Stasiun Karantina
Pertanian Kelas I Bandung sesuai standar mutu dan terpercaya. Peralatan
laboratorium terdapat penambahan, begitu juga peralatan inventaris lainnya.
3.3.1. Pengadaan Barang Inventaris
Dalam T. A. 2013 telah dilaksanakan pengadaan barang inventaris kantor,
baik secara penunjukan langsung maupun melalui pelelangan. Dalam
pelaksanaan kegiataan pengadaan barang-barang yang dimaksud
berpedoman pada Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang
Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Jo. Peraturan Presiden
20
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Nomor 53 Tahun 2010. Perolehan barang-barang inventaris kantor, jumlah
dan jenis barang yang dananya bersumber dari DIPA T. A. 2013 antara lain:
a) Pengadaan Peralatan Laboaratorium;
b) Pengadaan Tower Triangle;
c) Pengadaan mesin absen dan cctv;
d) Pengadaan alat pengolah data;
e) Pengadaan sepeda motor;
f) Pengadaan brandkas;
g) Pengadaan meubelair kantor;
h) Pengadaan sarana layanan publik;
i) Pengadaan meubelair laboratorium; dan
j) Penambahan daya listrik 23.000 VA;
k) Pembangunan Ruang Genset.
Tabel 3.5. Realisasi Belanja Modal atas Beban DIPA TA. 2013
No. JENIS PENGADAAN PERUNTUKAN NILAI DALAM
DIPA (Rp.) KETERANGAN
1. Pengadaan Peralatan Laboratorium
Peningkatan Pelayanan Karantina
858.500.000,- Lelang Umum
2. Pengadaan tower triangle
Sarana Perkantoran 27.000.000,- Penunjukan Langsung
3. Pengadaan mesin absen dan cctv
Peningkatan Pelayanan Karantina
92.500.000,- Penunjukan Langsung
4. Pengadaan alat pengolah data
Sarana Perkantoran
122.731.000,- Penunjukan Langsung
5. Pengadaan sepeda motor
Sarana Perkantoran
26.000.000,- Penunjukan Langsung
6. Pengadaan brandkas Sarana Perkantoran
7.500.000,- Penunjukan Langsung
7. Pengadaan meubelair kantor
Sarana Perkantoran
241.500.000,- Penunjukan Langsung
8. Pengadaan sarana layanan publik
Sarana Layanan Publik 74.520.000,- Penunjukan Langsung
9. Pengadaan meubelair laboratorium
70.000.000,- Penunjukan Langsung
10. Penambahan daya listrik
Gedung Pelayanan Karantina
32.945.000,- Penunjukan Langsung
11. Pembangunan Ruang Genset
Gedung Pelayanan Karantina
86.252.000,- Penunjukan Langsung
21
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
BAB IV
KEGIATAN PELAYANAN OPERASIONAL
Kegiatan pelayanan operasional Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
dilaksanakan di Kantor SKP Kelas I Bandung juga di tempat-tempat pemasukan
dan pengeluaran yang terdapat di Wilayah Kerja Stasiun Karantina Pertanian
Kelas I Bandung, diantaranya :
4.1. KARANTINA HEWAN
4.1.1. Tindakan Karantina Hewan – Impor
Selama tahun 2013 terdapat kegiatan Impor melalui UPT Stasiun Karantina
Pertanian Kelas I Bandung, berupa :
Tabel 4.1. Kegiatan Impor Karantina Hewan Tahun 2013
No Jenis MP
Nama Komoditas
Vol. (ekor/kg/tabung)
Frek. (Kali)
Negara Asal
1 Hewan Tarantula 28 ekor 1 Philipina
2 Bahan Asal
Hewan
Kulit Unta
Garaman
2 lembar 1 Somalia
3 Hasil Bahan Asal
Heawan
Kerupuk Kulit
Babi
1 karton 1 China
4.1.2. Tindakan Karantina Hewan – Ekspor
Adapun kegiatan sertifikasi karantina hewan ekspor yang dilaksanakan
selama tahun 2013 adalah Hewan, Bahan Asal Hewan, Hasil Bahan Asal
Hewan dan Benda Lain dan Media Pembawa Lain. Yang diekspor melalui
Wilayah Kerja Bandara Husein Sastranegara yaitu sarang walet, marmut dan
kelinci dengan tujuan pengiriman ke Malaysia dan Singapura, wilker
Gedebage berupa wool ke Lithuania, Letvia dan Australia dan Kulit
jadi/olahan ke China, Amerika, Hongkong, Eropa dan Australia, sedangkan
yang diekspor melalui Wilayah Kerja Cirebon adalah tokek kering ke China.
Rekapitulasi kegiatan ekspor karantina hewan selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran 4.
22
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
4.1.3. Tindakan Karantina Hewan Terhadap Media Pembawa HPHK Yang
Diantarareakan
1). Kegiatan Domestik Masuk
Untuk kegiatan karantina hewan domestik masuk selama tahun 2013 yang
melalui Wilker Bandara Husen Sastranegara yaitu pakan hewan kesayangan
dari Surabaya dan melalui Wilker Cirebon berupa burung dari Tanjung Balai
Asahan. (dapat dilihat pada lampiran 4)
2). Kegiatan Domestik Keluar
Kegiatan karantina hewan domestik keluar selama tahun 2013 banyak
melalui Wilayah Kerja Bandara Husein Sastranegara, selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 4.
Tabel 4.2. Data Realisasi Tindakan Karantina Hewan Tahun 2013
No. Jenis MP
HPHK
Ekspor Impor Domestik Keluar Domestik Masuk Satuan
Frek Vol Frek Vol Frek Vol Frek Vol
1 Hewan 10 170 - - 1.557 49.568 7 58 Ekor
2 Bahan Asal
Hewan
3 88 - - 6
42
178
55
-
75
-
-
26.250
-
Kg
Lembar
Tabung
3 Hasil Bahan
Asal Hewan
65 181.735,40 - - 249 11.008,50 - - Kg
4 Benda Lain
dan Media
Pembawa Lain
6 780 - - 261
29
2.492
808
-
115
-
2.469
Kemasan
Kg
TOTAL 10
68
6
17
182.823,40
780
- - 1.557
384
261
42
49.568
11.994,50
2.492
55
7
115
-
-
75
58
2.469
-
-
26.250
Ekor
Kg
Kemasan
Tabung
Lembar
4.1.4. Penggunaan Formulir Karantina Hewan
Adapun penggunaan formulir karantina hewan sesuai dengan Keputusan
Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor : 244/Kpts/PD.670.230/L/6/2007
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Dokumen dan Sertifikat
Karantina Hewan selama tahun 2013, KH-9 (Sertifikat Kesehatan Hewan)
1614 lembar, KH-10 (Sertifikat Sanitasi Poduk Hewan) 337 lembar, KH-11
(Surat Keterangan Benda Lain) 268 lembar dan KH-12 (Serifikat Pelepasan
Karantina) 192 lembar. (selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5)
23
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
4.1.5. Kegiatan Pemantauan HPHK
Pemantauan Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) tahun 2013
sebagaimana tertuang dalam Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian
No.348/kpts/KH.120/L/3/2013 tentang Pedoman Pemantauan Daerah Sebar
HPHK Tahun 2013 dibagi dalam 2 (dua) prioritas. Prioritas nasional ditujukan
untuk mendukung pencapaian Program Swasembada Daging Sapi (PSDS)
sedangkan prioritas regional ditujukan untuk mendukung program
surveilan/pemberantasan/pembebasan daerah setempat dari penyakit hewan
tertentu.
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung merupakan salah satu UPT
Karantina Pertanian yang tidak ada lalu lintas media pembawa berupa sapi
atau ternak lainnya. Oleh karena itu, prioritas regional menjadi pilihan wajib
dalam pelaksanaan pemantauan HPHK tahun 2013.
Pemasukan media pembawa melalui SKP Kelas I Bandung sejak tahun 2011
sampai dengan bulan April 2013 adalah burung kenari, love bird, merpati,
ayam bangkok, ayam serama, kroto dan kulit kambing garaman.
Berdasarkan data tersebut serta hasil dari koordinasi dengan Balai
Penyidikan dan Pengujian Veteriner Subang, Dinas Peternakan Provinsi
Jawa Barat, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung, Dinas
Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung Barat, Dinas Pertanian dan
Tanaman Pangan Kota Bandung dan Dinas Perekonomian, Koperasi,
Perindustrian dan Perdagangan Kota Cimahi, maka SKP Kelas I Bandung
berencana melakukan pemantauan High Pathogenic Avian Influenza (HPAI)
di daerah sebar pertama.
High Pathogenic Avian Influenza (HPAI) merupakan salah satu penyakit
hewan yang dianggap strategis dan menjadi prioritas penanggulangan di
Jawa Barat. Hal ini sejalan dengan Peraturan Direktorat Jenderal Peternakan
No.59/kpts/PD.610/05/2007 tentang Jenis-jenis Penyakit Hewan Menular
yang Mendapat Prioritas Pengendalian dan atau Pemberantasannya.
Tujuan Pemantauan ini untuk mengetahui ada tidaknya HPAI di daerah
sebar pemasukan media pembawa HPAI.
Materi sampel berupa Populasi yang digunakan adalah populasi dari media
pembawa HPAI yang dimasukkan melalui wilayah kerja Bandara Husein
Sastranegara SKP Kelas I Bandung dan asumsi populasi unggas yang
berada di daerah sebar pertama. Sampel yang diambil adalah sampel swab
trakea atau swab orofaring dan metode yang digunakan metode
penghitungan besaran sampel dilakukan dengan rumus detect disease untuk
24
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
mengetahui ada tidaknya keberadaan HPAI di daerah sebar. Prevalensi yang
digunakan adalah prevalensi asumsi di Kabupaten Bandung sebesar 5%.
Dengan menggunakan Tabel Penentuan Jumlah Sampel Detect Disease,
diperoleh jumlah sampel sebesar 59 sampel.
n = [ 1- (1-a)1/D ] [ N- (D-1)/2 ]
keterangan : N= Populasi ;
a= Tingkat konfidensi (95%);
n= besaran contoh;
D= prevalensi (asumsi sebesar 5%)
Sampel diperoleh secara bias dengan memilih ayam yang menunjukkan
gejala klinis dari penyakit Avian Influenza. Gambaran metodologi penentuan
besaran sampel dan lokasi daerah sebar disajikan dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.3. Lokasi daerah sebar
No. Lokasi
(daerah sebar)
Kota /
Kab.
Jumlah
Kandang
Jumlah
Populasi
Jumlah
spesimen
1. Kandang Bpk. Didi
Subandi
Kota
Bandung 6 140 48
2. Kandang Bpk.
Wardjito
Kab.
Bandung 1 33 5
3. Kandang Bpk. Irfan
Nurrochim, SE
Kota
Bandung 2 35 6
Total 9 208 59
Catatan: Lokasi (daerah sebar) merupakan rumah tinggal yang tertutup/ terisolasi dengan lingkungan
luar.
Metode pengujian Spesimen swab trachea dilakukan pengujian dengan
Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk mengetahui ada tidaknya virus
HPAI. Terhadap serum darah dilakukan uji serologis digunakan untuk
mengetahui titer antibodi unggas terhadap virus HPAI. Uji ini dilaksanakan
karena daerah sebar HPAI belum pernah dilakukan vaksinasi HPAI. Titer
antibodi akan memberikan gambaran tingkat protektifitas unggas di daerah
sebar terhadap infeksi virus HPAI.
Hasil dari pengujian spesimen disajikan pada tabel berikut ini :
25
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Tabel 4.4. Hasil pengujian PCR
No. Lokasi
(daerah sebar)
Jenis
unggas
Jumlah
sample
Lab.
Penguji Metode Hasil
1. Kandang Bpk. Didi
Subandi
Ayam
Bangkok
48 BPPV
Subang
PCR Negatif
2. Kandang Bpk.
Wardjito
Ayam
Bangkok
5 BPPV
Subang
PCR Negatif
3. Kandang Bpk. Irfan
Nurrochim, SE
Ayam
Pelung
6 BPPV
Subang
PCR Negatif
Total 59
Tabel 4.5. Hasil pengujian Serologis
No. Lokasi
(daerah sebar)
Jumlah
sample Lab. Penguji Metode Hasil
1. Kandang Bpk. Didi
Subandi
10 BPPPHK
Cikole
HA – HI
Test
20
2. Kandang Bpk.
Wardjito
3 BPPPHK
Cikole
HA – HI
Test
20
3. Kandang Bpk. Irfan
Nurrochim, SE
3 BPPPHK
Cikole
HA – HI
Test
20
Total 16
Gambar 4.1. Gambar 4.2.
Daerah sebar media pembawa HPAI (kandang milik Bapak Wardjito (gambar
4.1), kandang milik Bapak Irfan Nurrochim (gambar 4.2)).
Kesimpulannya bahwa ayam di 3 (tiga) lokasi daerah sebar pertama tidak
ditemukan agen H5N1 dengan tingkat kekebalan terhadap H5 rendah.
26
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
4.1.6. Kegiatan Koleksi HPHK
Untuk kegiatan Koleksi HPHK Tahun Anggaran 2013di laksanakan di
Kabupaten Bandung dan Bandung Barat pada bulan Mei s/d Juni 2013.
Tujuannya adalah sebagai salah satu bukti fisik pelaksanaan kegiatan
pemantauan dan memperoleh koleksi sampel Hama dan Panyakit Hewan
Karantina.
Materi metode yang digunakan adalah materi yang di simpan berupa serum
darah dan swab kloaka ayam. Darah diambil dari vena brachialis ayam
dengan menggunanan spuit 3 cc, kemudian didiamkan sampai serum darah
keluar. Agar memudahkan pengambilan serum, darah di sentrifus selama 5
menit dengan kecepatan 300 rpm. Serum diambil dengan menggunakan
mikropipet, kemudian diletakkan di dalam eppendorf 1,5 ml diberi label,
berisi kode sampel dan tanggal pengambilan, disimpan di dalam freezer -
20˚C.
Swab kloaka diambil dari kloaka ayam menggunakan cotton bud steril,
kemudian dimasukkan ke dalam viral media transport. Setelah beberapa
lama swab diambil dan eppendorf berisi viral media transport diberi label,
berisi kode sampel dan tanggal pengambilan, kemudian disimpan di dalam
freezer -20˚C.
Hasilnya sampel serum darah dan Swab kloaka koleksi berasal dari ayam ,
sebagai Media Pembawa Hama Penyakit Hewan Karantina (MP HPHK),
yang masuk ke wilayah kerja Stasiun karantina Pertanian Kelas I Bandung.
Pemasukan MP HPHK tersebut melalui Bandara Husein Sastranegara.
Pengambilan sampel dilakukan di kandang pemilik.
Serum darah Swab kloaka
27
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
4.2. KARANTINA TUMBUHAN
4.2.1. Tindakan Karantina Tumbuhan – Impor
Selama tahun 2013, pada Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung ada
kegiatan impor yaitu impor Benih Padi dari Philifina, Chinese Cabbage Seed
dari Jepang, Cemara Sergantii dari Taiwan, Echeveria dari Korea, Kakao Biji
dari AS-Papua Newguinea-Ghana-Kamerun-Pantai Gading-Kep. Solomon-
Pakistan dan Kapas Serat dari AS-Australia-Brazil-Pakistan-Philifina-
Singapura dan Spanyol, yang masuk melalui Wilayah Kerja Kantor Pos Besar
Bandung dan Wilayah Kerja Bandara Husein, Willayah Kerja TPK Gedebage
Bandung, SKP Kelas I Bandung dan Wilayah Kerja Pelabuhan Laut Cirebon
Kegiatan karantina tumbuhan impor selengkapnya dapat dilihat di lampiran 6.
4.2.2. Tindakan Karantina Tumbuhan – Ekspor
Kegiatan operasional ekspor pada Stasiun Karantina Pertanian Kelas I
Bandung tahun 2013 pengeluarannya melalui 3 Wilayah Kerja yaitu Wilker
Bandara Husein Sastranegara, Wilker TPK Gede Bage dan Wilker
Pelabuhan Laut Cirebon. Kegiatan sertifikasi karantina tumbuhan ekspor
yang dilaksanakan selama tahun 2013 didominasi oleh komoditi bawang
merah, kakao bubuk, kakao pasta, tepung terigu dan tepung sagu. Adapun
jumlah komoditi yang di ekspor pada tahun 2013 sebanyak 131 jenis/komoditi
yang di ekpor ke beberapa negara baik di Asia, Afrika, Amerika dan Australia.
(Dapat dilihat pada lampiran 6)
4.2.3. Tindakan Karantina Tumbuhan Terhadap Media Pembawa
OPT/OPTK Yang Diantarareakan
1) Kegiatan Domestik Masuk
Kegiatan karantina tumbuhan domestik masuk selama tahun 2013 hanya
melalui Wilayah Kerja Pelabuhan Laut Cirebon hanya 1 (satu) komoditi,
yaitu tepung sagu dari Daik Lingga, Kuala Gaung, Selat Panjang dan
Sungai Gantung dengan jumlah volume 13.622.884,95 Kg. (Dapat dilihat
pada lampiran 6)
2) Kegiatan Domestik Keluar
Kegiatan karantina domestik keluar periode tahun 2013 terdapat 158
komoditi, mayoritas komoditi bunga, benih tanaman dan bibit tanaman .
28
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Kegiatan dapat berjalan lancar berkat kerjasama yang baik dengan
instansi terkait di pelabuhan laut dan bandara. Kegiatan karantina
tumbuhan domestik keluar selama tahun 2013 dapat dilihat pada
lampiran 6.
4.2.4. Penggunaan Formulir Karantina Tumbuhan
Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 103/Kpts/HK.060/M/2/2002
Tanggal 12 Februari 2004 tentang Bentuk dan Jenis Dokumen Tindakan
Karantina Tumbuhan. Rekapitulasi penggunaan formulir baru karantina
tumbuhan berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor:
3237/Kpts/HK.060/9/2009 tentang Pedoman Penggunaan Dokumen
Tindakan Karantina tahun 2013 yaitu; KT-9 (SPKT/Keamanan PSAT)
336 lembar, KT-10 (PC) 4.151 lembar, KT-11 (Re-Ekspor) 250 lembar
dan KT-12 (SKTAA) 7.168 lembar. Rekapitulasi penggunaan formulir
karantina tumbuhan terdapat pada lampiran 7.
4.2.5. Kegiatan Intersepsi OPT/OPTK
Kegiatan intersepsi pada Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
terdapat pada kegiatan impor, ekspor dan pemantauan daerah sebar
OPT/OPTK Tahun 2013.
Adapun hasil intersepsi tersebut terdapat pada lampiran 8.
4.2.6. Kegiatan Pemantauan OPTK
Kegiatan pemantauan dan daerah sebar OPT/OPTK dilaksanakan pada
bulan Maret sampai dengan Juli 2013, dengan pelaksana seluruh POPT
lingkup Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung.
Kegiatan Pemantauan ini berdasarkan Surat Kepala Badan Karantina
Pertanian No. 204/Kpts/OT.140/07/2009 tentang wilayah pemantauan
Hama Penyakit Hewan dan Organisme Pengganggu Tumbuhan
Karantina pada Balai Besar dan Stasiun Karantina Pertanian, dengan
wilayah pemantauannya yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut
dan Kabupaten Majalengka.
Target komoditi dan target OPTK berdasarkan Surat Keputusan Kepala
Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati Nomor :
131/KT.210/L.3/1/2013 tentang Pelaksanaan Pemantauan Organisme
Penggangu Tumbuhan Karantina (OPTK) Tahun Anggaran 2013yaitu
mengacu pada daftar OPTK Permentan Nomor 38 jo Permentan Nomor :
90/Kpts/HK.060/12/2011 yaitu :
29
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
1. Trogoderma granarium;
2. Erwinia corotovora subsp atroseptica pada kentang; dan
3. Pantoea stewartii pada jagung.
Tujuan pemantauan yaitu untuk memperoleh atau mengetahui adta
perkembangan Organisme Pengganggu Tumbuhan/Organis Penggangu
Tumbuhan Karantina (OPTK/OPTK) golongan I dan II, Kategori A1 dan
A2, pada komoditi terpilih.
Metode pemantauan yang digunakan adalah:
1. Pengambilan Data Sekunder
Dengan cara mendatangi instansi terkait di wilayah tempat yang akan
dilakukan pemantauan OPTK dengan melakukan wawancara serta
pengisian quitioner.
2. Pengambilan Data Primer
Dengan cara pengamatan di lapangan terhadap OPTK dan gejala
spesifik dari suatu OPT/OPTK.
Dari hasil pemantauan daerah sebar OPTK Stasiun Karantina Pertanian
Kelas I Bandung, untuk wilayah Kabupaten Garut, Kabupaten Bandung
dan Kabupaten Majalengka tidak ditemukan target OPTK. Pantoea
stewartii; Erwinia caratovora subsp. Atroseptica; Trogoderma granarium;
Pseudomonas syringae pv. Syringae dan Ditylenchus dipsaci.
Hasil temuan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) terdapat di
wilayah pemantauan daerah sebar yaitu :
1. Temuan OPT di wilayah pemantauan Kabupaten Garut adalah
Dorylaimus sp., Helicotylenchus sp., Araecerus fasciculatus,
Alphitobius laevigatus, Carphopilus dimidiatus, Ahasverus advena,
Bolithopagus sp., Sithopilusoryzae, dan Acarus siro.
2. Temuan OPT di wilayah Kabupaten Bandung adalah Drechslera sp.,
Aspergillus sp., Curvularia sp., Fusarium semitectum, Chaetomium
sp.,Dorylaimus sp., dan Sitophilus oryzae.
3. Temuan OPT di wilayah Kabupaten Majalengka adalah Dorylaimus
sp. dan Sitophilus oryzae.
Adapun hasil pemantauan tahun 2013 pada lampiran 9.
30
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
4.2.7. Kegiatan Koleksi OPT/OPTK
Kegiatan koleksi dilakukan dari hasil OPT/OPTK yang diperoleh dari kegiatan
intersepsi Impor, Ekspor, Antar Area dan Pemantauan Daerah Sebar
OPT/OPTK.
Adapun hasil koleksi tahun 2013 terdapat pada lampiran 9.
4.3. PEMUSNAHAN MEDIA PEMBAWA OPTK
Penyakit hawar daun karet Amerika Selatan (South American Leaf Blight)
disebabkan oleh cendawan patogen Microcyclus ulei (P. Henn.) yang
menyerang tanaman karet (Hevea brasiliensis). H. Hom Hom, SP., MP.
dalam acara tindakan pemusnahan media pembawa OPTK (19/9)
menjelaskan bahwa upaya memasukkan media pembawa yang memiliki
risiko mengandung OPTK A1 harus diwaspadai. Produksi karet indonesia
hingga september 2013 saat ini sedang mengalami penurunan akibat faktor
cuaca. Ancaman terhadap komoditas pertanian Indonesia menjadi
tanggungjawab utama karantina pertanian dalam mencegah masuk dan
berkembangnya OPTK dari luar negeri, “sebagai barrier, karantina memiliki
tugas penting dalam hal ini” tegasnya.
Acara yang dihadiri oleh perwakilan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Tipe
Madya Pabean Bandung, Mail Proccessing Center Bandung (MPC), pemilik
media pembawa serta instansi terkait lainnya memusnahkan sejumlah media
pembawa yang tidak dilengkapi dokumen. Media pembawa tersebut berhasil
ditahan oleh petugas karantina di Wilayah kerja Kantor POS Bandung dan
Bandara Husein Sastranegara Bandung. Beberapa yang dimusnahkan
diantaranya biji karet, jamur, kapas, kaktus, bunga mawar, bunga matahari,
bunga tulip dan beberapa benih holtikultura lainnya yang berasal dari
beberapa negara seperti Malaysia, Hongkong, Belanda dan Amerika Serikat.
Keberhasilan tersebut menurut H. Hom Hom, SP., MP. akan terus dipantau
dan ditelusuri, guna kepentingan pencegahan upaya pemasukan secara
sengaja beberapa media pembawa ke wilayah Jawa Barat khususnya. Dalam
kesempatan yang sama koordinator jabatan fungsional Karantina Tumbuhan
Ir. Yanni P Panji, menambahkan bahwa kejelian petugas karantina,
pengawasan yang efektif dan kerjasama antar instansi perlu terus dibina dan
dikembangkan guna peningkatan fungsi karantina pertanian kedepan.
Kegiatan pemusnahan media pembawa tersebut dilakukan di insenerator
SKP Kls I Bandung. Pemusnahan bertujuan untuk mencegah masuk dan
berkembangnya OPTK target dalam media pembawa tersebut. Hadir pula
31
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
dalam acara tersebut Koordinator jabatan fungsional karantina hewan, drh.
Ahmad Bihariddin. “Kegiatan ini akan terus dilakukan jika media pembawa
yang ditahan, tidak dapat dilengkapi dokumen persyaratannya dan uji
laboratorium tidak lolos” jelasnya. Upaya melindungi pertanian lokal dan
nasional dari serangan OPTK pengganggu adalah tanggung jawab bersama
seluruh komponen bangsa tanpa terkecuali.
Gambar 4.5. Kegiatan Pemusnahan Media Pembawa OPTK
32
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
BAB V
KEGIATAN LAIN-LAIN
5.1. KEGIATAN PUBLIC AWARENESS
Kegiatan Sosialisasi Karantina Pertanian Tahun Anggaran 2013 dilaksanakan
di Hotel Grand Paradise, Lembang (Jl. Tangkuban Parahu No. 50 Lembang,
Kabupaten Bandung Jawa Barat).
Kegiatan ini bertemakan “Meningkatkan Peran serta Masyarakat dalam
Pengawasan dan Penindakan Perkarantinaan”, dengan narasumber yang
dihadirkan adalah Kepala Badan Karantina Pertanian, Sekretaris Badan
Karantina Pertanian, Kepala Pusat Kepatuhan Kerjasama dan Informasi
Perkarantinaan, Kepala Bidang Kepatuhan KKIP, dan Kepala Sud Direktorat II
Bidang Ekonomi Markas Besar Kepolisian Negara RI, dengan moderator
Kepala Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung.
Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan di ruang pertemuan yang didesain seperti
ruang makan dengan nuansa romawi (gambar terlampir). Kegiatan ini dihadiri
109 peserta yang terdiri dari Pegawai Kecamatan Lembang, Pegawai
Kecamatan Parongpong, Polda, Polresta, Polsek, Brimob, Sekolah Pimpinan
dan Staf POLRI, Lab. Kimia Agro, Balai Besar Kementerian Pertanianm Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Prop. Jawa Barat, Dinas Pertanian Kab.
Bandung, PT. KAI, Kantor Administrator TPK Gedebage, Kantor Kesehatan
Pelabuhan, Dinas Perhubungan Prop. Jawa Barat, PT. Angkasa Pura II,
Fakultas Pertanian UNINUS, Kantor Pelayanan dan Pengawasan Bea Cukai
Tipe Madya, BPTHP Jawa Baratm Cargo Bandara Husein Sastranegara dan
Perusahaan Fumigasi dan Pihak ketiga lainnya.
Ringkasan Materi
Pembicara I : Dr. drh Catur Putra Budiman, M.Agric
Materi : Sosialisasi Nota Kesepahaman antara Badan Karantina
Pertanian Kementerian Pertanian dan Markas Besar
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Pembicara II : Ir. Karsad
Materi : Nota Kesepahaman antara Badan Karantina Pertanian
dengan Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia
33
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
No.1484/HK.020/L/3/2013 tentang Kerjasama Karantina
Hewan, Karantina Tumbuhan dan Pengawasan Keamanan
Hayati.
Pembicara III : Kombespol Drs. M. Soleh Hidayat, MH.
Materi : Peranan Intelijen dalam Melakukan Pengawasan Terhadap
Lalu Lintas Komoditas Pertanian.
Moderator : Hom Hom, SP. MP (Kepala SKP Kelas I Bandung)
Pertanyaan – Pertanyaan
1. Bapak Rizal dari Riksa Persada
Pertama, Saya sangat mengapresiasi kegiatan yang dilakukan oleh
Karantina Bandung dengan mempertemukan asosiasi eksportir
sayuran, importir bibit, cargo dan istansi lainnya. Semoga masalah
bibit ilegal yang berkembang di masyarakat bisa tertangani dengan
baik melalui koordinasi tersebut.
Kedua, saya mau konfirmasi dengan pak Kombespol Soleh. Tadi
Bapak menyampaikan kalo wilayah Sumatra Barat merupakan tujuan
akhir penjualan daging Anjing dari pulau Jawa. Saya adalah orang
minang yang lahir di Padang, setahu saya Provinsi Sumatra Barat
merupakan provinsi dengan 90 persen muslim. Rasanya tidak
mungkin masyarakat kami yang mengkonsumsi daging Anjing
tersebut. Apa tidak mungkin informasi yang Bapak peroleh tersebut
kurang bisa dipertanggungjawabkan??.
2. Bapak Asep dari Gabungan Petani Sayuran Lembang
Pertama, saya mau bercerita pengalaman saya berkaitan dengan
ekspor sayuran. Tahun 2006 yang lalu kami pernah ekspor ke
Singapura senilai kurang lebih 50 juta. Dari Indonesia sudah kami
urus dokumen – dokumen yang dipersyaratkan secara lengkap.
Namun kami mendapatkan informasi bahwa sayuran kami ditolak
oleh Singapura karena alasan kandungan pestisidanya melebihi
ambang batas. Pihak ekspedisi menyampaikan bahwa sayuran
tersebut akan dikembalikan ke Negara Indonesia, namun sampai
dengan hari ini sayuran tersebut tidak kami terima. Nah, gimana cara
kami menelusuri kasus ini? Apakah pihak kepolisian dapat membantu
kasus-kasus seperti ini di masa yang akan datang?
Kedua, untuk pihak karantina bandung, dimana kami dapat informasi
tentang syarat-syarat yang berkaitan dengan pestisida tersebut?
Ketiga, sebagaimana kita ketahui bahwa bibit impor memiliki tingkat
sensitifitas terhadap hama yang tinggi. Kami sudah pernah mencoba
dengan bibit sayuran impor tanpa obat dan hasilnya nol. Kami dapat
34
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
informasi bahwa terdapat predator alami yang dapat mengendalikan
hama-hama yang biasa ada di tanaman brokoli. Kami ingin tahu,
bagaimana cara mengimpor predator-predator tersebut? Apakah
memungkinkan untuk bisa dilaksanakan?
Keempat, kami sebagai petani memiliki dilema tentang pemasaran.
Biasa terjadi di kami adalah modal usaha dimodali oleh tengkulak dan
setelah panen harus dijual kepada tengkulak tersebut dengan harga
yang disepakati sebelumnya yang biasanya lebih murah dari harga
pasar. Kami minta solusi kepada Bapak, bagaimana cara kami
meningkatkan nilai jual produk sayuran yang kami tanam? Terima
kasih.
3. Bapak Rubbi Robana dari Dekan Fakultas Pertanian UNINUS Bandung
Terima kasih atas kesempatannya. Kembali saya sampaikan disini
bahwa Karantina Bandung hari ini mengadakan sosialisasi. Dengan
sosialisasi ini kami dapat informasi yang sebelumnya belum kami
ketahui. Sosialisasi juga dimaksudkan agar informasi yang diberikan
oleh Karantina Bandung diketahui oleh sebanyak-banyaknya peserta.
Nah, tahun lalu saya juga sudah mengusulkan agar Karantina
memiliki terobosan-terobosan kegiatan. Kalau di Kementerian
Kelautan dan Perikanan misalnya, mereka memiliki duta-duta
kementerian dari artis atau dari tokoh nasional lainnya. Efeknya dapat
mengangkat potensi – potensi wilayah terpencil menjadi isu nasional
dan berdampak pada peningkatan ekonomi di wilayah tersebut.
Apakah di Kementerian Pertanian, terutama Badan Karantina
Pertanian, tidak mencoba untuk melakukan hal yang sama. Usul
saya, artis yang saat ini sangat digandrungi masyarakat adalah
“Sule”. Jadikanlah beliau sebagai Duta Karantina sehingga informasi-
informasi tentang karantina bisa diketahui oleh masyarakat luas.
4. Bapak Kustiaman dari BPTPH Provinsi Jawa Barat
Menyambung permasalahan tentang cemaran pestisida di produk-
produk pertanian di Indonesia. Saat ini telah ditunjuk 8 laboratorium
pertanian untuk melakukan pengujian-pengujian terhadap produk
pertanian. Namun penunjukkan tersebut belum disertai dengan
dukungan teknis yang signifikan. Contoh kami di Laboratorium Kimia
Agro, kami hanya dapat melakukan pengujian-pengujian yang
terbatas. Sementara untuk pengujian yang lebih kompleks kami
belum bisa karena peralatan dan sumber daya yang terbatas.
Seharusnya Pemerintah lebih memperhatikan hal-hal seperti sebelum
peraturan-peraturan tersebut diumumkan. Saya menitip pesan saja
kepada Bapak di Karantina Pusat untuk ikut sama-sama
35
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
memperjuangkan keluhan-keluhan kami sehingga apa yang dicita-
citakan yaitu ketahanan pangan terutama sayuran di tingkat
masyarakat Jawa Barat dapat diwujudkan.
Jawaban – Jawaban
1. Kombespol Drs. M. Soleh Hidayat, MH
Menjawab pertanyaan dari Bapak Rizal, saya dapat sampaikan inilah
pekerjaan seorang Intelijen. Informasi yang diberikan oleh orang lain
belum bisa bernilai A1, sehingga saya harus mendalami bahkan
harus terlibat didalamnya. Jadi, apa yang saya katakan 90% daging
Anjing dari Jawa Barat dikonsumsi oleh orang di Sumatra Barat
adalah benar. Tapi siapa dulu yang makan?? Tunggu cerita saya
terlebih dahulu. Ceritanya bermula dari kasus sengketa lahan
perkebunan sawit antara masyarakat dengan perusahaan di
Kabupaten Sawahlunto Provinsi Sumbar dan issu penyalahgunaan
pupuk bersubsidi di perkebunan tersebut. Ketika saya ditugaskan
untuk melakukan penggalangan, saya sampai berbaur dengan
mereka dan menginap hingga sebulan. Saya perhatikan kehidupan
pekerja perkebunan kelapa sawit dan masyarakat sekitarnya ternyata
banyak yang mengkonsumsi daging Anjing. Saya perhatikan lagi
ternyata yang mengkonsumsi daging Anjing tersebut adalah orang-
orang atau pekerja pendatang dari Sumatra Utara. Jadi protes Anda
tidak sepenuhnya salah karena yang mengkonsumsi memang bukan
penduduk asli minang apalagi orang muslim.. (sambil tertawa).
Mengenai adanya persengkataan dalam bidang ekspor impor
komoditas pertanian. Sebaiknya Anda telusuri terlebih dahulu pada
agen ekspedisi atau jasa cargo yang membawa produk sayuran
Anda. Saya yakin petugas kami siap membantu jika sudah ada
laporan dari masyarakat tentang penyalahgunaan atau tindakan
kriminal yang dilakukan orang lain sehingga merugikan usaha Anda.
Tapi melihat kejadian yang menimpa Anda sudah terjadi relatif lama
dan rentetan kejadiannya kurang begitu jelas apalagi barang bukti
yang sangat mudah rusak dan sulit ditemukan, saya agak ragu dapat
diungkap dengan baik. Saran saya, untuk kedepannya Anda
seharusnya lebih dahulu berkoordinasi dengan pihak terkait sebelum
melakukan eksportasi sayuran ke negara lain.
2. Ir. Karsad
Saya turut prihatin dengan kejadian yang menimpa Anda. Memang
kami harus akui bahwa saat itu sarana dan prasarana laboratorium
kami belum mendukung untuk melakukan pengujian pestisida yang
dipersyaratkan oleh Negara Singapura atau memang petugas kami
36
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
dalam melakukan tindakan karantina masih terbatas pada
pemeriksaan dokumen atau saat itu belum ada petunjuk teknis
tentang tindakan karantina terhadap sayuran yang akan diekspor.
Kejadian yang menimpa Anda juga terjadi pada eksportir sayuran
dari Sumatra Utara (daerah Kaban Jahe, Pematang Siantar) bahkan
banyak perusahaan eksportir di Pelabuhan Belawan Medan yang
gulung tikar saat terjadi issu cemaran pestisida tersebut. Inilah
tantangan kita sebenarnya. Aturan internasional sudah memberikan
standar – standar tertentu kandungan kimia yang masih
diperbolehkan dalam sayuran segar. Namun pemerintah kita juga
berkewajiban melindungi petani-petani lokal. Padahal kita semua
sangat faham, teknik pertanian di negara kita masih kalah jauh
dibanding dengan sistem pertanian di negara maju sehingga
penggunaan pupuk, pestisida dan bahan kimia lainnya sulit sekali
dikontrol. Akibatnya produk kita kalah dari segi kualitas di dalam
perdagangan internasional. Upaya pemerintah sudah banyak,
diantaranya melalui perjanjian bilateral dengan negara tujuan ekspor
dengan cara menurunkan standar internasional sampai dengan nilai
yang masih bisa ditoleransi. Langkah ini saja masih sulit untuk
dipenuhi petani-petani tradisional kita sehingga yang dapat bersaing
hanyalah perusahaan – perusahaan yang bermodal besar. Ya,, mari
kita benahi bersama-sama. Pemerintah hanyalah fasilitator yang
menjadi pelaku utama tentulah petani itu sendiri dan tentunya pelaku
usaha lainnya.
Terkait dengan peningkatan kapasitas di bidang peralatan
laboratorium. Kami akan sampaikan usulan Bapak kepada atasan
kami semoga dapat dipertimbangkan. Intinya kami mencoba untuk
lebih mendekatkan laboratorium pemerintah yang telah ada dengan
pengguna jasa. Pemerintah ingin laboratoriumnya berdaya dan
semakin berkembang sesuai dengan perkembangan internasional.
Kemudian terkait dengan usulan dari Bapak Dekan dari UNINUS,
kami sebagai birokrat di Pemerintahan tentunya dalam penggunaan
anggaran harus sesuai dengan DIPA yang telah direncanakan
sebelumnya. Untuk tahun ini memang belum bisa dilaksanakan
seperti itu, tapi mudah2an ditahun-tahun mendatang bisa
direncanakan dan juga direalisasikan seperti yang Bapak inginkan.
3. Hom Hom, SP, MP
Saya sebagai moderator dapat menambahkan bahwa memang
itulah kondisi yang kita alami sekarang. Pengguna jasa kami, PT.
General Food Industri, mengirimkan sampel biji kakao impor yang
merupakan salah satu komoditi pangan segar asal tumbuhan
37
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
(PSAT) untuk uji residu endosulfan dan metalaxyl. Karena di
Laboratorium Kimia Agro alat pengujian tersebut diinformasikan
rusak sehingga terpaksa kami kirim ke laboratorium swasta (PT.
Angler) di Surabaya. Tentunya hal ini menjadi pekerjaan rumah
untuk pemerintah.
Untuk masalah bentuk kegiatan sosialisasi seperti yang diusulkan
Bapak Dekan, saya sangat setuju dan bahkan pernah
menyampaikan kepada pimpinan bahwa saya ingin mengadakan
kegiatan sosialisasi dalam bentuk wayang golek yang mengundang
dalang kondang Asep Sunandar Sunarya, namun memang saat ini
kita masih terbentur peraturan. Ya,, mudah-mudahan di waktu
mendatang sosialisasi dalam bentuk yang berbeda dapat kita
wujudkan.
Gambar 5.1. Gerbang masuk Grand Hotel Paradise - Lembang
38
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Gambar 5.2. Layout meja Narasumber dan Moderator
Gambar 5.3. Sambutan Kepala Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
(Hom Hom, SP, MP)
39
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Gambar 5.4. Narasumber dan Moderator yang memberikan materi
(dari kanan; Kombespol M. Soleh Hidayat, MH., Dr drh. Catur P Budiman M.Agric., Ir. Karsad dan Hom Hom SP, MP)
Gambar 5.5. Sambutan Kepala Badan Karantina Pertanian (diwakili oleh Kepala Pusat KKIP, Dr drh. Catur P Budiman, M.Agric)
40
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Gambar 5.6. Peserta diskusi Sosialisasi Karantina Pertanian
Gambar 5.7. Pertanyaan dari Bapak Rizal
41
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Gambar 5.8. Pertanyaan dari Bapak Asep
Gambar 5.9. Foto panitia bersama narasumber di lokasi kegiatan
42
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
BAB VI
PENETAPAN KINERJA
Dengan adanya perubahan paradigma dalam penyusunan program dan
kegiatan serta anggaran yang berbasis Kinerja pada lembaga dan instansi
pemerintahan yang semula disusun berdasarkan besarnya dana yang akan
dihabiskan menjadi berapa besar kinerja yang dapat dihasilkan (Result
Oriented Goverment), dimana setiap program dan kegiatan yang
dilaksanakan oleh Penyelenggara Negara harus dapat
dipertanggungjawabkan kinerja atau hasil akhir kepada masyarakat atau
rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Karantina Pertanian dan
Pengawasan Keamanan Hayati dengan kegiatan prioritas UPT yaitu
peningkatan Kualitas Pelayanan Karantina Pertanian dan Pengawasan
Keamanan hayati dengan sasaran Pelayanan Karantina Pertanian dan
Pengawasan Keamanan Hayati yang efektif, sedangkan Indikator dari
kegiatan UPT adalah realisasi target operasional sertifikasi karantina dan
pengawasan keamanan hayati, media pembawa yang disertifikasi bebas
HPHK dan OPTK prosentase penolakan kiriman barang ekspor yang
disertifikasi karantina pertanian serta peningkatan indeks kepuasan dan
peningkaran kepatuhan pengguna jasa yang tertuang dalam Penetapan
Kinerja Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung (terlampir).
Kepala Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung dalam rangka
mewujudkan manajemen Pemerintahan yang efektif, transparan dan
akuntabel serta berorientasi pada hasil di tahun 2013 telah menandatangani
Penetapan Kinerja dengan Kepala Badan Karantina Pertanian yang berjanji
akan mewujudkan target kinerja jangka menengah seperti yang telah
ditetapkan dalam dokumen perencanaan.
43
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Tabel 6.1. Form Penetapan Kinerja UPT Tahun 2013
Sasaran
Strategis
Indikator
Kinerja
Target
Peningkatan Kualitas Pelayanan
Karantina Pertanian dan
Pengawasan Keamanan Hayati
Realisasi target operasional sertifikasi
karantina dan pengawasan keamanan
hayati
100%
Tingkat kesesuaian operasional
tindakan karantina dan pengawasan
keamanan hayati terhadap kebijakan
standar teknik dan metode yang
diberlakukan
100%
Prosentase penolakan kiriman barang
ekspor yang disertifikasi karantina
pertanian
< 1%
Peningkatan indeks kepuasan dan
kepatuhan pengguna jasa
10 %
Tabel 6.2. Capaian Penetapan Kinerja UPT Tahun 2013
Sasaran
Strategis
Indikator
Kinerja
Target Realisasi Prosentase
Peningkatan Kualitas
Pelayanan Karantina
Pertanian dan
Pengawasan
Keamanan Hayati
Realisasi target operasional
sertifikasi karantina dan
pengawasan keamanan hayati
18.641 kali 21.748 kali 118,98 %
Tingkat kesesuaian
operasional tindakan karantina
dan pengawasan keamanan
hayati terhadap kebijakan
standar teknik dan metode
yang diberlakukan
18.641 kali
NNC (3)
kali dari
21.748 kali
99,99 %
Prosentase penolakan kiriman
barang ekspor yang
disertifikasi karantina pertanian
0 % 0,06 % < 1 %
Peningkatan indeks kepuasan
dan kepatuhan pengguna jasa
78,94 % 81,59% 103,4 %
44
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
77
78
79
80
81
82
2011
2012
2011 78,94
2012 81,59
IKM
Gambar 6.1. Grafik perbandingan Indeks Kepuasan Masyarakat TA 2011 dan TA 2013
Dari realisasi di atas tergambar bahwa Penetapan Kinerja Kepala Stasiun
Karantina Pertanian Kelas I Bandung dengan Kepala Badan Karantina
Pertanian Tahun Anggaran 2013yaitu sebagai berikut :
1. Realisasi target operasional sertifikasi karantina dan pengawasan
keamanan hayati pada Tahun 2013 mengalami peningkatan dan
melampaui target sebesar 118,98 persen;
2. Tingkat kesesuaian operasional tindakan karantina dan pengawasan
keamanan hayati terhadap kebijakan standar teknik dan metode yang
diberlakukan tahun 2013 mencapai 99,99 persen;
3. Penolakan kiriman barang ekspor yang disertifikasi karantina pertanian
tahun 2013 sebanyak 3 kali dari 21.748 kali, hal ini berarti hanya 0,06
persen jauh dibawah 1 persen;
4. Peningkatan indeks kepuasan dan kepatuhan pengguna jasa tahun 2013
mengalami kenaikan menjadi sebesar 81,59 persen dibandingkan tahun
2011 sebesar 78,94 persen.
45
Laporan Tahunan Tahun 2013 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
BAB VII
PENUTUP
7.1. KESIMPULAN
Kegiatan operasional Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung pada
tahun 2013 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Hal ini terlihat dari jumlah dan frekuensi kegiatan yang
mengalami peningkatan terutama kegiatan karantina tumbuhan impor,
ekspor, domestik masuk, domestik keluar.
Sumber daya manusia di Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung dari
segi kualitas sudah cukup berkualitas, namun mengenai pengelolaan PNBP
di tingkat Wilker harus perlu di tingkatkan karena berhubungan dengan
system komputerisasi. Meskipun demikian, pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi yang dilaksanakan secara umum sudah cukup memadai, demikian
pula tugas-tugas ketatausahaan dan pelayanan teknis yang masing-masing
dikelola oleh pejabat Struktural Eselon V.
Sarana gedung kantor baru yang terletak di Jalan Soekarno Hatta sudah
cukup layak dan megah, namun alat pengolah data dan sarana peralatan
laboratorium belum memadai.
Peralatan laboratorium dari tahun ke tahun terus dilengkapi, dengan
mengikuti perkembangan teknologi peralatan yang semakin canggih dan
memberi kemudahan dalam mengidentifikasi OPT/OPTK maupun HPHK.
Penetapan Kinerja Kepala Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
dengan Kepala Badan Karantina Pertanian Kelas I Bandung dapat tercapai
sesuai target bahkan secara keseluruhan melampaui peningkatan kinerja dari
tahun sebelumnya.
7.2. SARAN
a) Pelatihan teknis karantina tumbuhan dan hewan masih diperlukan bagi
para fungsional teknis untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan,
sehingga secara bertahap dapat menjadi tenaga yang profesional;
b) Perlu adanya pelatihan bagi tenaga administrasi keuangan, kepegawaian
maupun adimistrasi perkantoran, sehingga secara bertahap dapat
menjadi tenaga yang profesional;