grafik wisata bdg

42
BAB 3 GAMBARAN UMUM PARIWISATA KOTA BANDUNG Pariwisata telah menjadi salah satu sektor yang telah menjadi suatu industri dan memiliki peran yang sangat besar bagi pengembangan pembangunan Kota Bandung. Kota Bandung merupakan salah satu kota tujuan wisata utama di Wilayah Jawa Barat bagi wisatawan dari wilayah sekitarnya maupun dari mancanegara. Selain itu berbagai faktor seperti faktor posisi Kota Bandung sebagai pusat pemerintahan, pusat perekonomian, pusat perdagangan dan industri atau dapat dikatakan sebagai pusat kegiatan jasa dan kegiatan perekonomian Jawa Barat, serta kondisi geografis Kota Bandung mendukung Kota Bandung untuk menjadi salah satu tujuan wisata utama di Jawa Barat. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa Kota Bandung dapat berkembang sebagai “kota jasa dan pariwisata”. (RIPPDA Kota Bandung 2006) 3.1 Gambaran Umum 3.1.1 Potensi Pariwisata Kota Bandung Kota Bandung dapat dikatakan sebagai kota yang merupakan tujuan utama wisata yang memiliki banyak faktor penarik bagi wisatawan (pull factor) yang merupakan potensi pengembangan pariwisata yang dimiliki Kota Bandung. Identifikasi potensi produk pariwisata di Kota Bandung dapat dipisahkan kedalam tiga komponen, yaitu daya tarik wisata, amenitas dan aksesibilitas. Berikut ini akan dijelaskan mengenai masing-masing komponen potensi produk wisata di Kota Bandung. 3.1.1.1 Potensi daya tarik wisata (Attraction) Berdasarkan kondisi pariwisata dan pola pengembangan perkotaannya, Kota Bandung dapat diklasifikasikan sebagai destinasi pariwisata “urban tourism” dengan berbagai variasi dari potensi daya tarik wisata alam, budaya, buatan dan berbagai kegiatan lainnya. Tipologi potensi daya tarik wisata di Kota Bandung dapat dilihat pada TABEL III-1 berikut ini.

description

wisata

Transcript of grafik wisata bdg

Page 1: grafik wisata bdg

BAB 3

GAMBARAN UMUM PARIWISATA KOTA BANDUNG

Pariwisata telah menjadi salah satu sektor yang telah menjadi suatu

industri dan memiliki peran yang sangat besar bagi pengembangan pembangunan

Kota Bandung. Kota Bandung merupakan salah satu kota tujuan wisata utama di

Wilayah Jawa Barat bagi wisatawan dari wilayah sekitarnya maupun dari

mancanegara. Selain itu berbagai faktor seperti faktor posisi Kota Bandung

sebagai pusat pemerintahan, pusat perekonomian, pusat perdagangan dan industri

atau dapat dikatakan sebagai pusat kegiatan jasa dan kegiatan perekonomian Jawa

Barat, serta kondisi geografis Kota Bandung mendukung Kota Bandung untuk

menjadi salah satu tujuan wisata utama di Jawa Barat. Berdasarkan hal-hal

tersebut, maka dapat dikatakan bahwa Kota Bandung dapat berkembang sebagai

“kota jasa dan pariwisata”. (RIPPDA Kota Bandung 2006)

3.1 Gambaran Umum

3.1.1 Potensi Pariwisata Kota Bandung

Kota Bandung dapat dikatakan sebagai kota yang merupakan tujuan utama

wisata yang memiliki banyak faktor penarik bagi wisatawan (pull factor) yang

merupakan potensi pengembangan pariwisata yang dimiliki Kota Bandung.

Identifikasi potensi produk pariwisata di Kota Bandung dapat dipisahkan kedalam

tiga komponen, yaitu daya tarik wisata, amenitas dan aksesibilitas. Berikut ini

akan dijelaskan mengenai masing-masing komponen potensi produk wisata di

Kota Bandung.

3.1.1.1 Potensi daya tarik wisata (Attraction)

Berdasarkan kondisi pariwisata dan pola pengembangan perkotaannya,

Kota Bandung dapat diklasifikasikan sebagai destinasi pariwisata “urban

tourism” dengan berbagai variasi dari potensi daya tarik wisata alam, budaya,

buatan dan berbagai kegiatan lainnya. Tipologi potensi daya tarik wisata di Kota

Bandung dapat dilihat pada TABEL III-1 berikut ini.

Page 2: grafik wisata bdg

TABEL III-1

TIPOLOGI POTENSI DAYA TARIK WISATA KOTA BANDUNG

No Jenis Daya Tarik

a. Wisata Heritage (Wisata Peninggalan Sejarah)

b. Wisata Belanja dan Kuliner

c. Wisata Pendidikan

d. Rekreasi dan Hiburan (Alam, Budaya, Buatan)

e. MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition)

Sumber : RIPPDA Kota Bandung Tahun 2006

Berikut ini akan diuraikan mengenai potensi daya tarik wisata yang

terdapat di Kota Bandung.

a. Wisata Heritage.

Wisata heritage yang terdapat di Kota Bandung didominasi oleh

pengaruh peninggalan budaya asing akibat penjajahan, khususnya

peninggalan dari zaman penjajahan Belanda. Potensi pengembangan

wisata heritage di Kota Bandung dapat dilihat dengan banyaknya tempat-

tempat yang bias dikunjungi seperti kawasan-kawasan yang memiliki

nilai-nilai sejarah kolonial dan pecinan yang ditandai dengan karakteristik

fisik bangunan di kawasan-kawasan tersebut. Kawasan-kawasan di Kota

Bandung yang memiliki potensi daya tarik wisata heritage antara lain

terdapat pada kawasan pemerintahan dan perkantoran seperti pada ruas

jalan Asia Afrika-Braga-Cikapundung, kawasan militer seperti yang

terdapat pada gedung Kodam Siliwangi yang terdapat pada Jalan Aceh,

kawasan pemukiman seperti yang terdapat pada wilayah Cipaganti-Dago-

Riau dan kawasan perdagangan seperti pada ruas Jalan Otista dan Gardu

Jati.

Dalam pengembangan potensi wisata heritage ini, terdapat

berbagai hambatan, yaitu tingginya tingkat perubahan guna lahan dari

bangunan-bangunan tua dan bersejarah menjadi lahan komersial dan

perdagangan, seperti tingginya tingkat perubahan guna lahan pemukiman

Page 3: grafik wisata bdg

di kawasan Jalan Dago maupun pada kawasan Jalan Riau menjadi

kawasan perdagangan dan kegiatan ekonomi seperti Factory Outlet.

b. Wisata Pendidikan.

Wisata pendidikan merupakan salah satu jenis daya tarik wisata

yang mulai digemari oleh masyarakat, khususnya akan kebutuhan

mengenai pendidikan yang bersifat outdoor dan berbagai fasilitas

penunjang aktivitas wisata pendidikan yang telah terdapat di Kota

Bandung. Berbagai objek wisata penunjang kegiatan pendidikan yang

terdapat di Kota Bandung antara lain adalah daya tarik wisata museum

(museum Geologi, museum Konferensi Asia Afrika, dan museum Pos,

dll), berbagai institusi pendidikan (ITB, Universitas Padjajaran,

Universitas Parahayangan, dll), pondok pesantren (Daarut Tauhid) dan

taman kota (Taman lalu lintas, Gasibu, Kebun Binatang, dll).

c. Wisata Belanja dan Kuliner.

Kegiatan wisata belanja dan kuliner dapat dikatakan menjadi daya

tarik utama bagi pengembangan kegiatan pariwisata di Kota Bandung.

Jenis wisata belanja yang marak ada di Kota Bandung yang menjadi daya

tarik seperti Factory Outlet yang berada pada kawasan Jl. Dago dan Jl.

Riau, kawasan pusat perbelanjaan lain seperti Cihampelas dan Alun-alun

Kota Bandung. Untuk keberadaan Factory Outlet, saat ini telah terdapat

sedikitnya sekitar 39 unit, sedangkan untuk kegiatan wisata kuliner,

keberadaan rumah makan dan restoran cenderung tersebar di Kota

Bandung dengan jumlah restoran mencapai 96 unit dan rumah makan

sebanyak 190 unit.

Kegiatan wisata belanja dan kuliner di Kota Bandung dirasa perlu

memperhatikan berbagai infrastruktur pendukung kegiatan tersebut, karena

kegiatan wisata belanja di Kota Bandung telah memberikan dampak yaitu

kemacetan di daerah pemusatan kegiatan wisata belanja dan kuliner.

Pemusatan kegiatan wisata belanja tersebut juga menimbulkan berbagai

dampak bagi industri-industri wisata belanja lainnya seperti kawasan

belanja Cibaduyut dan Alun-alun yang sekarang telah sepi dari

Page 4: grafik wisata bdg

pengunjung karena kalah oleh kegiatan wisata belanja di kawasan

Bandung Utara. (RTRW Kota Bandung Tahun 2003-2013)

Kegiatan wisata belanja dan kuliner juga didukung oleh

bertambahnya pusat perbelanjaan seperti mall, hypermarket dan plaza

yang memberikan berbagai fasilitas penunjang yang lebih lengkap yang

dirasa akan semakin menarik wisatawan dalam melakukan kegiatan wisata

belanja dan kuliner dan dapat mengembalikan citra Kota Bandung sebagai

“kota fashion dan cuisine”. Hal tersebut dapat menggambarkan sedikit

mengenai pentingnya berbagai sarana prasarana yang dapat menunjang

kegiatan pariwisata di Kota Bandung, seperti ketersediaan lahan parkir.

d. Rekreasi dan Hiburan

Posisi Kota Bandung yang cukup dekat dengan Jakarta menjadikan

Kota Bandung sebagai salah satu daerah tujuan utama bagi warga Jakarta

yang ingin berekreasi guna melepaskan segala kepenatan kerja dan

aktifitas sehari-hari, khususnya setelah dibangunnya akses yang

memudahkan wisatawan untuk pergi menuju Kota Bandung. Oleh karena

hal tersebut, maka Kota Bandung sangat berpotensi sebagai destinasi

wisata utama bagi warga Jakarta. Untuk kegiatan rekreasi dan hiburan di

Kota Bandung sendiri lebih banyak merupakan jenis wisata buatan, bukan

jenis wisata alam, yaitu seperti kolam renang, berbagi pusat perbelanjaan,

Factory Outlet. Untuk kegiatan hiburan yang berupa wisata budaya,

wisatawan dapat menikmati berbagai jenis kegiatan di Saung Angklung

Mang Udjo. Selain itu, Kota Bandung juga memiliki berbagai jenis wisata

religi seperti berbagai tempat peribadatan (Mesjid Agung, Gereja Katedral,

dll). Peluang Kota Bandung sebagai salah satu wadah budaya dan kesenian

sunda perlu dikembangkan dan diberi perhatian lebih, mengingat Kota

Bandung sebagai pusat distribusi wisatawan di Jawa Barat.

Page 5: grafik wisata bdg

e. MICE (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition)

Potensi jenis wisata MICE di Kota Bandung cukup besar, terutama

dalam skala kecil. Hal tersebut didukung oleh tersedianya berbagai sarana

prasarana pendukung seperti aksesibilitas, jaringan telekomunikasi, sarana

dan prasarana transportasi, gedung konfrensi, dll. Salah satu bentuk

kegiatan MICE yang berskala internasional yang pernah diadakan di Kota

Bandung adalah Konferensi Asia Afrika yang dihadiri oleh berbagai

Negara sahabat Indonesia yang diadakan di Gedung Asia Afrika. Sesuai

dengan visi misi Kota Bandung, maka pengembangan jenis wisata MICE

perlu lebih diperhatikan guna memperkuat visi dan misi Kota Bandung

tersebut.

3.1.1.2 Potensi amenitas

Dalam pengembangan suatu kota, baik itu secara keseluruhan maupun

pengembangan per sektor seperti pariwisata, ketersediaan sarana dan prasarana

pendukung sangat diperlukan. Ketersediaan amenitas tersebut berperan sebagai

infrastruktur pendukung pengembangan sektor pariwisata. Untuk ketersediaan

sarana dan prasarana pendukung kegiatan pariwista di Kota Bandung sendiri dapat

dikatakan cukup penting. Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung kegiatan

pariwisata di Kota Bandung seperti akomodasi masih dianggap dapat mencukupi

permintaan kebutuhan wisatawan, namun pada beberapa waktu tertentu seperti

pada waktu long weekend, banyak hotel di Kota Bandung yang telah penuh.

Untuk sarana kuliner, makin banyaknya café, restoran, warung tenda menandakan

makin banyaknya pilihan makanan dan minuman yang dapat dinikmati oleh

wisatawan yang datang ke Kota Bandung.

Untuk ketersediaan sarana pengelola wisata, ketersediaan biro perjalanan

wisata dan agen perjalanan wisata dapat dimanfaatkan oleh wisatawan guna

mempermudah wisatawan baik wisatawan nusantara maupun wisatawan

mancanegara dalam berwisata di Kota Bandung. Untuk sarana dan prasarana

pendukung kegiatan pariwisata lain di Kota Bandung, ketersediaannya dapat

dikatakan sudah mencukupi, namun ada beberapa fasilitas yang dirasa masih

Page 6: grafik wisata bdg

kurang, yaitu ketersediaan prasarana parkir, baik prasarana parkir di masing-

masing objek wisata maupun prasarana parkir komunal atau gedung parkir umum

khususnya di wilayah objek wisata di Kota Bandung. Saat ini, ketersediaan

prasarana gedung parkir umum hanya tersedia di pusat perbelanjaan dan

ketersediaan lahan parkir belum terdapat diseluruh pusat-pusat kegiatan wisata.

Ketersediaan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan pariwisata di Kota

Bandung akan dijelaskan kemudian.

3.1.1.3 Potensi aksesibilitas

Ketersediaan aksesibilitas yang cukup baik bagi perjalanan wisata ke Kota

Bandung ditandai dengan tersedianya berbagai jenis prasarana transportasi

pendukung seperti lapangan terbang, stasiun kereta api dan terminal bus. Jenis

transportasi yang biasa digunakan dalam perjalanan wisata ke Kota Bandung

adalah transportasi darat, seperti kereta api, kendaraan pribadi, bus dan travel.

Cepatnya perkembangan jasa transportasi di Kota Bandung dapat dilihat dari

banyaknya perusahaan jasa angklutan travel antar kota yang memudahkan

perjalanan para wisatawan. Perkembangan jasa travel tersebut didukung lagi oleh

tersedianya jalan tol Purbaleunyi. Pembangunan jalan tol Purbaleunyi telah

memberikan dampak secara signifikan bagi kualitas aksesibilitas menuju Kota

Bandung. Dapat dilihat dari tingginya jumlah kendaraan yang memanfaatkan jasa

jalan tol Purbaleunyi untuk melakukan perjalanan wisata ke Kota Bandung. Untuk

jenis transportasi yang biasa digunakan dalam perjalanan wisatawan di Kota

Bandung sendiri antara lain adalah kendaraan pribadi, taksi, dan angkutan kota.

Untuk jumlah kendaraan pribadi yang datang ke Kota Bandung yang melewati

gerbang tol Pasteur adalah sebanyak 7 juta unit kendaraan. (Bandung Dalam

Angka) Arus deras kendaraan meningkat dengan tajam pada akhir pekan atau

pada masa liburan. Kelengkapan sarana transportasi di Kota Bandung masih dapat

dikatakan kurang, dapat dilihat dari rendahnya kualitas dari angkutan-angkutan

umum dan kurangnya ketersediaan halte-halte serta sarana parkir.

Selain memiliki berbagai potensi internal yang telah disebutkan

sebelumnya, yaitu daya tarik, amenitas dan aksesibilitas, pengembangan

Page 7: grafik wisata bdg

pariwisata di kota Bandung juga memiliki potensi lain yang dapat mendukung

pengembangan kegiatan pariwisata di Kota Bandung, yaitu potensi pasar. Potensi

pengembangan kegiatan pariwisata di Kota Bandung tidak dapat dipisahkan oleh

kondisi pasar. Jenis pariwisata baru (experience) dan pariwisata konvensional

(leisure) dapat berkembang secara proporsional di Kota Bandung. Potensi pasar

yang besar yang dimiliki Kota Bandung dapat dilihat dari tingginya jumlah wisata

yang datang ke Kota Bandung. Berdasarkan RIPPDA Kota Bandung Tahun 2006,

jumlah wisatawan yang menginap ke Kota Bandung hingga tahun 2005 mencapai

jumlah 1.837.500 jiwa wisatawan nusantara dan 91.350 wisatawan mancanegara

dengan persentase pertumbuhan jumlah kunjungan mencapai 9,5% untuk

wisatawan nusantara dan 6% untuk wisatawan mancanegara.

3.1.2 Sarana Prasarana Penunjang Pariwisata Kota Bandung

Tidak diragukan lagi bahwa pengembangan pariwisata berkaitan erat

dengan kelengkapan infrastruktur perkotaan seperti kelengkapan sarana dan

prasarana pendukung kegiatan pariwisata. Sebagai sebuah kota besar dengan salah

satu tujuan wisata, maka ketersediaan infrastruktur pendukung kegiatan pariwisata

di Kota Bandung dirasa menjadi elemen utama dalam pengembangan pariwisata

di Kota Bandung. Namun, ketersediaan dan penyediaan infrastruktur pendukung

kegiatan pariwisata di Kota Bandung masih dirasa kurang dapat mengimbangi

kebutuhan masyarakat Kota Bandung secara umum, dan khususnya untuk

memenuhi kebutuhan para pengunjung dan wisatawan yang datang ke Kota

Bandung.

Berbagai masalah yang timbul yang berkaitan dengan ketersediaan

infrastruktur dapat dilihat jelas pada akhir minggu atau “weekends” dan pada

hari-hari libur. Dimana ketersediaan infrastruktur penunjang kegiatan pariwisata

di Kota Bandung (supply) dirasa tidak dapat mengimbangi kebutuhan para

wisatawan yang datang ke Kota Bandung (demand). Beberapa permasalahan yang

berkaitan dengan sarana prasarana yang terjadi di Kota Bandung berdasarkan

RTRW Kota Bandung Tahun 2003-2013 antara lain adalah sebagai berikut:

Page 8: grafik wisata bdg

Terjadinya kesenjangan yang cukup besar antara permintaan (supply)

prasarana oleh pemerintah daerah yang masih sangat kurang dibandingkan

dengan permintaan (demand) masyarakat akan prasarana perkotaan.

Level Of Services penyediaan prasarana kota antara yang direncanakan

dalam RUTR Kota Bandung yang melayani rata-rata 80% penduduk kota

dalam kenyataannya mengalami penurunan hingga 70% yang antara lain

disebabkan oleh berbagai hal seperti pembiayaan, perencanaan,

pengelolaan, kelembangaan, kualitas prasarana dan aspek lokasi. Hal

tersebut dapat terjadi karena yang menggunakan berbagai sarana tersebut

bukan hanya penduduk Kota Bandung saja, melainkan pengunjung yang

datang ke Kota Bandung baik pada waktu weekdays maupun pada waktu

weekends sehingga seringkali menimbulkan kemacetan lalu lintas.

Masalah sarana sosial, pendidikan, kesehatan, prasarana hiburan, kuburan,

taman kota kurang mendapat perhatian khusus dalam RUTR Kota

Bandung.

Dikaitkan dengan kegiatan pariwista yang terdapat di Kota Bandung, maka

ketersediaan sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan pariwisata di

Kota Bandung antara lain:

Hotel

Hotel yang terdapat di Kota bandung, terdiri dari berbagai tipe mulai dari

hotel melati hingga hotel berbintang. Wisatawan nusantara yang

menginap di Kota Bandung dengan tingkat daya beli yang relatif beraneka

ragam, dapat memanfaatkan jasa hotel melati maupun hotel berbintang

sesuai dengan kemampuan yang dimiliki wisatawan tersebut. Beragamnya

jenis hotel atau penginapan di Kota Bandung memungkinkan pengunjung

untuk lebih memilih hotel/penginapan yang sesuai dengan budget yang

dimiliki.

Restoran/rumah makan

Dengan dijulukinya Kota Bandung sebagai kota “fashion and cuisine”,

maka otomatis kegiatan jasa yang bergerak dalam bidang kuliner sangat

banyak dan beragam. Dalam hal ini, keanekaragaman kuliner merupakan

Page 9: grafik wisata bdg

salah satu daya tarik yang dimiliki Kota Bandung dalam menarik

wisatawan untuk datang dan menikmati Kota Bandung.

Pusat Perbelanjaan

Pusat perbelanjaan yang terdapat di Kota Bandung dapat dikatakan

bervariasi, tidak hanya terpaku pada ketersediaan mall yang biasa terjadi di

kota-kota besar di Indonesia. Di Kota Bandung, salah satu bentuk sarana

perbelanjaan yang menjadikan Kota Bandung sebagai daya tarik bagi

wisatawan adalah keberadaan Factory Outlet selain berbagai sarana

belanja berupa mall yang memiliki daya tarik tersendiri. Untuk jenis

sarana perbelanjaan Factory Outlet dan Mall, wistawan yang

menggunakan sarana tersebut lebih kepada wisatawan yang memiliki

kemampuan lebih, walaupun untuk menikmati kenyamanan yang

diberikan tidak harus mengeluarkan biaya.

Sistem Transportasi

Transportasi di Kota Bandung terbagi menjadi sistem transportasi jalan

raya, rel, dan transportasi udara. Untuk pergerakan di Kota Bandung,

sistem pergerakan untuk masyarakat Kota Bandung lebih mengarah pada

kawasan-kawasan di pusat kota seperti Diponegoro, Asia Afrika, Dewi

Sartika, Merdeka, Dago, Riau dan berbagai daerah lainnya karena terdapat

arus masuk dari wilayah luar Kota Bandung, khususnya saat akhir pekan

dengan tujuan melakukan pergerakan untuk berwisata maupun hanya

untuk lewat (trough traffic). Dalam hubungannya dengan pergerakan di

dalam maupun luar Kota Bandung, pengaruh rel atau kereta api cukup

besar dimana menjadi salah satu moda transportasi utama bagi penduduk

yang ingin melakukan mobilisasi salam skala regional selain dengan bus.

Keberadaan jasa angkutan travel juga menjadi salah satu pendorong

perkembangan kegiatan pariwisata di Kota Bandung dimana banyak

wisatawan yang datang ke Kota Bandung dengan memanfaatkan jasa

travel tersebut.

Page 10: grafik wisata bdg

Pola jaringan tranportasi di Kota Bandung memiliki beberapa karakteristik

tertentu. Pola jaringan transportasi di Kota Bandung berdasarkan RTRW

Kota Bandung tahun 2003-2013 antara lain adalah sebagai berikut:

a. Pola jaringan jalan cenderung membentuk pola kombinasi radial

konsentris sesuai dengan pola guna lahannya dengan beberapa

poros utama kota, serta pada sebagian besar ruas jalan utama

terdapat interaksi (simpangan) dengan jarak antar persimpangan

yang cukup dekat.

b. Pola jaringan pada kawasan perluasan (internal kota) pola radial

untuk mengarahkan arus pergerakan tidak melalui pusat kota

c. Pola jaringan pada kawasan pinggiran (luar kota) dilayani dengan

jaringan jalan tol untuk memisahkan arus pergerakan regional tidak

bercampur dengan pergerakan internal kota.

Apabila dikaitkan dengan kegiatan pariwisata di Kota Bandung, pola

jaringan jalan di Kota Bandung belum dapat mendukung perkembangan kegiatan

pariwisata di Kota Bandung. Hal tersebut dapat dilihat dari seringnya terjadi

kemacetan lalu lintas karena berlebihnya kapasitas jalan, khususnya di kawasan

wisata. Jaringan jalan di Kota Bandung sendiri terdiri dari jaringan jalan primer

untuk lalu lintas regional dan antar kota serta jaringan jalan sekunder yang

dugunakan untuk melayani pergerakan di dalam kota. Sampai tahun 2005, total

jalan di Kota Bandung mencapai 1.221.69 km. Secara umum, dapat dikatakan

bahwa sarana transportasi di Kota Bandung belum terlalu mencukupi. Hal tersebut

dapat dilihat dari kurangnya ketersediaan prasarana parkir yang disediakan oleh

tempat-tempat kegiatan baik kegiatan pariwisata meupun kegiatan lainnya. Hal

tersebut menyebabkan berkurangnya kapasitan yang dimiliki oleh ruas jaln

tersebut karena biasanya terdapat on street parking yang seringkali menimbulkan

kemacetan lalu lintas. Untuk lokasi prasarana parkir gedung yang dapat

menampung parkir kendaraan dalam jumlah besar, hanya dimiliki oleh pusat-

pusat perbelanjaan dan tidak digunakan secara khusus untuk memfasilitasi

kegiatan pariwisata di Kota Bandung. Untuk lebih jelasnya, berikut ini dapat

Page 11: grafik wisata bdg

dilihat panjang jalan di Kota Bandung dan jumlah prasarana parkir yang tersedia

di Kota Bandung.

TABEL III-2

PANJANG JALAN, JUMLAH FASILITAS PARKIR DAN JUMLAH

KENDARAAN MASUK KOTA BANDUNG TAHUN 2003-2006

Tahun Panjang Jalan

(km)

Fasilitas Parkir Jalan

Umum

Jumlah Kendaraan Datang ke

Kota Bandung

2002 1,103.71 n/a n/a

2003 1,103.71 246 n/a

2004 1,221.69 245 6.995.187

2005 1,221.69 238 7.814.355

Sumber: Bandung Dalam Angka

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terjadi kecenderungan pertambahan

jumlah kendaraan yang masuk ke Kota Bandung dari tahun ke tahun, namun

peningkatan jumlah kendaraan tersebut tidak diimbangi dengan pertumbuhan

fasilitas pendukung seperti panjang jalan dan ketersediaan fasilitas parkir seperti

terlihat pada tabel diatas. Grafik mengenai panjang jalan dan jumlah tempat parkir

umum dapat dilihat pada grafik berikut ini.

GAMBAR 3.1

PANJANG JALAN DI KOTA BANDUNG

Sumber : Bandung Dalam Angka

Dari grafik di atas dapat diihat bahwa terjadi kenaikan jumlah panjang

jalan di Kota Bandung antara tahun 2003 dan 2004, namun pada tahun 2005,

panjang jalan di Kota Bandung belum bertambah. Panjang jalan di Kota Bandung

1,000.00

1,050.00

1,100.00

1,150.00

1,200.00

1,250.00

2002 2003 2004 2005

Panjang Jalan

Page 12: grafik wisata bdg

dirasa masih belum dapat melayani kebutuhan masyarakat Kota Bandung maupun

kebutuhan pengunjung dan wisatawan yang datang ke Kota Bandung. Hal tersebut

dapat dilihat dari seringnya terjadi kemacetan lalu lintas khususnya pada waktu

akhir pekan. Saat ini, yang menggunakan prasarana jalan raya bukan hanya

masyarakat Kota Bandung saja, melainkan wisatawan yang datang ke Kota

Bandung dalam jumlah yang sangat besar. Oleh karena itu, pada akhir pekan

maupun pada hari-hari libur, kemacetan lalu lintas dapat terjadi karena kapasitas

jalan yang ada tidak dapat menampung kendaraan masyarakat Kota Bandung dan

wisatawan yang datang ke Kota Bandung pada akhir pekan.

TABEL III-3

JUMLAH LOKASI PARKIR UMUM DI KOTA BANDUNG

Jenis Parkir Tahun

2003 2004 2005 2006

Parkir Jalan Umum 227 226 222 222

Pelataran Parkir 3 3 2 2

Parkir Gedung 16 16 14 14

Sumber : Hasil Analisis 2008

Untuk ketersediaan fasilitas parkir, berdasarkan Bandung Dalam Angka

Tahun, Kota Bandung memiliki sekitar 238 lokasi parkir umum pada tahun 2006.

Jumlah lokasi parkir umum di Kota Bandung pada tahun 2003-2006 mengalami

penurunan. Lokasi parkir umum yang terdapat di Kota Bandung terdiri dari parkir

di jalan (on street parking), gedung parkir dan pelataran parkir. Penurunan jumlah

lokasi parkir dapat dikarenakan larangan parkir di pinggir jalan, penggunaan lahan

parkir untuk kepentingan lain, maupun perubahan guna lahan yang terjadi yang

mengganti lahan parkir menjadi fungsi lainnya. Untuk berbagai objek wisata

seperti wisata belanja dan wisata kuliner, biasanya setiap objek wisata memiliki

pelataran parkir sendiri, namun kapasitasnya tidak semua dapat menampung

kendaraan wisatawan yang datang. Hal tersebut dapat menjadi permasalahan

karena semakin sulit wisatawan untuk mendapatkan parkir, maka jumlah

Page 13: grafik wisata bdg

kendaraan yang berada di jalan raya akan menjadi besar dan akan menimbulkan

kemacetan lalu lintas karena jalan tersebut tidak dapat menampung kapasitas

gabungan kendaraan masyarakat Kota Bandung maupun kendaraan wisatawan.

Selain itu, minimnya ketersediaan prasarana gedung parkir dan pelataran parkir

umum di kawasan pemusatan objek wisata menjadi isu utama yang menyebabkan

kemacetan lalu lintas pada ruas jalan tersebut, karena banyak kendaraan yang

mengantri untuk mencari parkir dan menimbulkan hambatan yang cukup besar.

Jalan raya dan ketersediaan berbagai sarana prasarana merupakan elemen utama

dalam pengembangan kepariwisataan, apabila melihat dari konsep destinasi yang

diutarakan oleh Gunn. Jalan raya tercakup dalam aksesibilitas, baik antara daerah

di sekitar Kota Bandung, maupun antar tujuan wisata di Kota Bandung.

Sedangkan ketersediaan sarana prasarana akan berpengaruh kepada kenyamanan

yang akan dirasakan oleh pengunjung dan wisatawan yang datang ke Kota

Bandung, maupun oleh penduduk Kota Bandung itu sendiri.

Selain beberapa sarana dan prasarana dasar yang telah dijelaskan di atas,

Kota Bandung memiliki berbagai sarana penunjang kegiatan pariwisata lainnya.

Berdasarkan www.bandungtourism.com, sarana dan prasarana yang dimaksud

yang terdapat di Kota Bandung adalah sebagai berikut:

55 Hotel berbintang ( 4.511 kamar )

171 Hotel melati ( 3.359 kamar )

96 Restoran

190 Rumah makan

238 Usaha hiburan

132 Usaha Perjalanan Wisata

12 Agen Perjalanan Wisata

3 Penyelanggara MICE

1 Konsultan Pariwisata

Selain berbagai jenis sarana dan prasarana tersebut yang menunjang kegiatan

pariwisata di Kota Bandung, terdapat pula berbagai jenis usaha pariwisata yang

saling berkaitan dengan kegiatan pariwisata di Kota Bandung. Berdasarkan Page

dalam Urban Tourism, yang menjadikan sebuah kota menjadi daya tarik seperti

Page 14: grafik wisata bdg

Kota Bandung adalah ketersediaan sarana dan prasarana pelengkap dan

pendukung kegiatan pariwisata.

3.1.3 Wisatawan di Kota Bandung

Sebagai salah satu kota tujuan wisata skala nasional, Kota Bandung tentu

saja memiliki berbagai macam tipe wisatawan. Berdasarkan WTO, wisatawan

digolongkan dalam dua kelompok besar, yaitu pengunjung domestik dan

pengunjung internasional. Untuk wisatawan yang datang ke Kota Bandung, dapat

pula dikategorikan berdasarkan pengertian dari WTO tersebut, yaitu wisatawan

baik itu wisatawan domestik maupun mancanegara dimana wisatawan merupakan

pengunjung yang datang dan menginap di Kota Bandung. Kelompok yang ketiga

adalah para day tripper, yaitu para pengunjung datang datang dan melakukan

aktivitas di Kota Bandung dalam waktu kurang dari 24 jam. Pengunjung yang

datang ke Kota Bandung untuk berbagai keperluan didominasi oleh wisatawan

nusantara maupun day tripper yang berasal dari daerah-daerah di sekitar Kota

Bandung. Kota Bandung tidah hanya menarik pengunjung yang berasal dari

daerah sekitar Kota Bandung, namun daya tarik yang dimiliki oleh Kota Bandung

mampu menarik wisatawan dari Jawa, luar Jawa, bahkan wisatawan mancanegara.

Berdasarkan WTO, wisatawan domestik sendiri terdiri dari beberapa jenis

wisatawan, yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan wisata dan menginap di

Kota Bandung, serta wiatawan yang melakukan perjalanan wisata dan tidak

menginap di Kota Bandung. Wisatawan yang melakukan perjalanan dan

menginap di Kota Bandung biasanya berasal dari kota-kota lain di sekitar

Bandung seperti Jabodetabek, bahkan para wisatawan dari Yogyakarta maupun

daerah lain. Wisatawan yang melakukan perjalanan wisata tetapi tidak menginap,

lebih didominasi oleh wisatawan yang datang dari daerah-daerah sekitar Kota

Bandung seperti Cimahi, Subang, Sumedang, Soreang, dan daerah lain di sekitar

Kota Bandung yang masih memiliki jarak tempuh yang cukup dekat. Kegiatan

pariwisata di Kota Bandung diharapkan dapat terus berkembang. Salah satu cara

untuk melihat perkembangan pariwisata Kota Bandung adalah melihat

kecenderungan pertambahan wisatawan yang datang ke Kota Bandung pada

Page 15: grafik wisata bdg

beberapa tahun ke depan. Proyeksi jumlah wisatawan yang datang ke Kota

Bandung dapat dilihat pada TABEL III-4 berikut ini.

TABEL III-4

PROYEKSI JUMLAH WISATAWAN YANG DATANG KE KOTA

BANDUNG TAHUN 2006-2010

Tahun Wisatawan Nusantara Wisatawan Mancanegara

2006 2.012.063 96.831

2007 2.203.208 102.641

2008 2.412.513 108.799

2009 2.641.702 115.327

2010 2.292.664 122.247

Sumber : RIPPDA Kota Bandung Tahun 2006

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, wisatawan yang datang ke Kota

Bandung terbagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu wisatawan domestik dan

wisatawan mancanegara (wisman). Untuk wisatawan nusantara, wisatawan yang

datang ke Kota Bandung masih didominasi oleh wisatawan dari wilayah sekitar

Kota Bandung seperti Jabodetabek apalagi setelah dibukanya akses melalui jalan

Tol Purbaleunyi yang memudahkan akses menuju Kota Bandung dan wisatawan

lainnya yang berasal dari kabupaten/kota lain di Jawa Barat. Selain itu, wisatawan

nusantara yang datang ke Kota Bandung juga ada yang berasal dari daerah lain di

luar Jawa Barat seperti Banten, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur

maupun dari daerah lain di luar pulau Jawa. Untuk wisatawan mancanegara,

wisatawan yang datang ke Kota Bandung masih didominasi oleh wisatawan asal

Eropa Barat seperti Belanda, Jerman, Inggris, dan Perancis. Khusus untuk

wisatawan yang berasal dari macanegara, perjalanan pariwisata ke Kota Bandung

bukanlah merupakan tujuan utama, tetapi merupakan bagian dari rangkaian

kunjungan wisata ke Indonesia selain Yogyakarta dan Bali. Ketersediaan bandar

udara (airport) juga sangat membantu arus wisatawan mancanegara yang datang

ke Kota Bandung yaitu dengan dibukanya jalur penerbangan langsung dari

Malaysia dan Singapura ke Kota Bandung. Berikut ini dapat dilihat gambar pola

perjalanan wisatawan dari luar Kota Bandung.

Page 16: grafik wisata bdg

GAMBAR 3.2

POLA PERJALANAN WISATAWAN NUSANTARA KE KOTA

BANDUNG

KOTA

BANDUNG

KOTA

CIMAHI

KAB.

BANDUNG

KAB.

SUBANG

KAB.

SUMEDANG

KAB.

GARUT

JABODETABEK

CIREBON, DLL

JAWA TENGAH, DLL

WISATAWAN NUSANTARA

Sumber : RIPPDA Kota Bandung Tahun 2006

GAMBAR 3.3

POLA PERJALANAN WISATAWAN MANCANEGARA KE KOTA

BANDUNG

Jakarta

Wisatawan

ke Indonesia

Malaysia,

SIngapura

BandungYogyakarta,

Bali

WISATAWAN MANCANEGARA

Sumber : RIPPDA Kota Bandung Tahun 2006

Pola perjalanan wisata dari wisatawan yang datang ke Kota Bandung

cenderung berbeda antara wisatawan nusantara dengan wisatawan mancanegara.

Untuk wisatawan nusantara, wisatawan yang datang cenderung menggunakan

kendaraan pribadi, khususnya yang datang dari arah Jabodetabek karena

segmentasi wisatawan yang datang ke Kota Bandung banyak yang menggunakan

mobil. Hal tersebut disebabkan oleh mudahnya akses untuk mencapai Kota

Page 17: grafik wisata bdg

Bandung, apalagi setelah dibangunnya jalan Tol Purbaleunyi. Hal tersebut juga

mendukung Kota Bandung menjadi daerah tujuan wisata utama bagi daerah-

daerah di sekitar Kota Bandung. Wisatawan nusantara yang datang ke Kota

Bandung datang baik secara individual, keluarga maupun dengan rombongan.

Untuk wisatawan yang berasal dari mancanegara, Kota Bandung bukanlah

merupakan daerah tujuan akhir wisata. Kedatangan wisatawan mancanegara

tersebut merupakan bagian dari rangkaian kunjungan paket perjalanan wisata ke

Indonesia seperti ke Yogyakarta dan Bali.

Wisatawan yang datang ke Kota Bandung sendiri, baik wisatawan

domestik maupun wisatawan mancanegara memiliki segmentasi berdasarkan

berbagai aspek. Berikut ini dapat dilihat segmentasi pasar wisatawan yang datang

ke Kota Bandung pada TABEL III-5 dan TABEL III-6 baik wisatawan nusantara

maupun wusatawan mancanegara.

Page 18: grafik wisata bdg

TABEL III-5

SEGMENTASI PASAR WISATAWAN NUSANTARA DI KOTA

BANDUNG

Aspek Deskripsi

Aspek Geografis (Geographic

Segmenting)

• Wistawan asal daerah sekitar Kota Bandung (Kab. Bandung, Sumedang, Subang, Garut,

Purwakarta, Cianjur, dan Kota Cimahi.

• Wisatawan asal Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi)

• Wisatawan asal kabupaten / kota lainnya di Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, dan Yogjakarta.

Aspek Demografis

(Demographic

Segenting)

• Wisatawan remaja

• Wisatawan keluarga

• Cenderung memiliki edukasi yang baik

• Memiliki daya beli yang bervariasi, mulai dari yang membatasi diri dalam berbelanja maupun yang memiliki kebebasan dalam berbalanja

Aspek Psikologis

(Psychographic Segmenting)

• Mayoritas bertujuan untuk melakukan rekreasi, sebagian besar melakukan bisnis dan MICE

• Telah menjadikan Kota Bandung sebagai daerah tujuan utama wisata mereka

• Kota Bandung telah ditetapkan sebagai wisata perkotaan (belanja dan kuliner) dan wisata alam pegunungan

• Sebagian besar wisatawan yang datang menggunakan kendaraan pribadi, namun cukup signifikan yang menggunakan kendaraan umum

• Lama tinggal kurang dari 1 hari, dan 1-2 hari

• Untuk wisatawan yang menginap, cenderung menggunakan hotel baik itu hotel melati maupun hotel berbintang

Perilaku

Berwisata

(Behavioristic Segmenting)

• Sifat kunjungan cenderung individual dan berkelompok

• Pengunjung repeater jumlahnya cukup banyak

• Adanya keinginan dari wisatawan untuk mendapatkan pilihan wisata yang memberikan

pengetahuan dan pengalaman yang dikemas secara menarik

• Menikmati keanekaragaman pilihan cinderamata asal Kota Bandung baik berupa barang maupun berupa makanan

• Kurangnya apresiasi terhadap atraksi budaya sunda karena keterbatasan akan atraksi budaya yang

ditawarkan

Sumber : RIPPDA Kota Bandung Tahun 2006

TABEL III-6

SEGMENTASI PASAR WISATAWAN MANCANEGARA DI KOTA

BANDUNG

Aspek Deskripsi

Aspek Geografis (Geographic

Segmenting)

• Sebagian besar wisatawan berasal dari Eropa Barat, dan kini mulai berkembang untuk wisatawan

dari Malaysia dan Singapura

Aspek Demografis

(Demographic

Segenting)

• Wistawan usia remaja dan dewasa

• Memiliki edukasi yang baik

• Memiliki daya beli yang tinggi

Aspek

Psikologis

(Psychographic Segmenting)

• Mayoritas bertujuan untuk rekreasi dan sebagian untuk nostalgia

• Lama tinggal 1-2 hari

• Membutuhkan hotel berbintang

Perilaku

Berwisata

(Behavioristic Segmenting)

• Mayoritas menggunakan biro perjalanan wisata dan mengikuti program kunjungan ke beberapa

daerah seperti Jawa dan Bali

• Apresiasi terhadap budaya Sunda dan keindahan alam tinggi

Sumber : RIPPDA Kota Bandung Tahun 2006

Page 19: grafik wisata bdg

Wisatawan yang datang ke Kota Bandung pasti memiliki tempat tujuan

wisata untuk dikunjungi. Terdapat 15 kantong-kantong wisata atau kawasan

wisata yang dapat dikunjungi wisatawan di Kota Bandung. Kantong-kantong atau

kawasan-kawasan wisata yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Gegerkalong – Setiabudi

Sukajadi – Sarijadi – Setrasari – Pasteur

Cihampelas – Cipaganti

Alun – alun – Sudirman – Otista – Gardujati – Pasirkaliki

Dago Utara – Punclut

Gedung Sate – Gasibu – Sabuga

Padasuka – Suci

Ir. H. Juanda – Merdeka – Riau

Braga – Asia Afrika- Dikapundung

Gatot Subroto – Binong Jati

Tegallega

Cibaduyut

Cigondewah

Ujung Berung, dan

Gede Bage

Wisatawan yang datang ke Kota Bandung pada akhir minggu atau pada

hari libur kerap kali memenuhi berbagai kawasan wisata seperti kawasan wisata

belanja di daerah Dago dan Riau, khususnya bagi wisatawan yang datang dari

Jakarta dan sekitarnya. Selain memenuhi kawasan wisata belanja, wisatawan yang

datang ke Kota Bandung juga memenuhi kawasan wisata lain seperti kebon

binatang Bandung dan kolam renang karangsetra. Selain kebon binatang, objek

wisata lain yang selalu dikunjungi oleh wisatawan pada akhir pekan atau hari libur

adalah kawasan perbelanjaan Factory Outlet di kawasan Dago dan Riau.

Berdasarkan berbagai potensi daya tarik wisata yang dimiliki oleh Kota Bandung,

maka wisatawan datang ke Kota Bandung dengan berbagai alasan dan tujuan,

tergantung dari kebutuhan dari wisatawan itu sendiri. Alasan dan tujuan para

Page 20: grafik wisata bdg

wisatawan tersebut dapat dikatakan sebagai karakteristik dari wisatawan tersebut.

Tujuan dan alasan tersebut juga yang mempengaruhi pola pergerakan wisatawan

baik itu yang dari dan ke Kota Bandung, maupun perkerakan wisatawan di dalam

Kota Bandung sendiri. Selain itu, perbedaan kepentingan dan tujuan dari tiap-tiap

individu wisatawan akan mempengaruhi persebaran wisatawan di berbagai lokasi

objek wisata di Kota Bandung. Berikut ini pada TABEL III-7 dapat dilihat alasan

wisatawan untuk datang ke Kota Bandung.

TABEL III-7

ALASAN KUNJUNGAN WISATAWAN KE KOTA BANDUNG

Kawasan

Penelitian Wisata Pendidikan

Mengunjungi

Teman Lainnya Belanja Total

Cihampelas 63.6 % - - - 36.4% 100 %

Setiabudi 33.3 % - 25 % - 41.7% 100 %

Riau 5 % 5 % 35 % 5 % 50 % 100 %

Total 29.1 % 1.8 % 23.6% 1.8 % 43.6 % 100 %

Sumber : RIPPDA Kota Bandung Tahun 2006

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar wisatawan yang

datang ke Kota Bandung dengan tujuan belanja. Hal tersebut dapat dilihat dari

persentasenya yang paling besar, yaitu sebesar 43,6%. Seperti yang telah

dijelaskan sebelumnya, kegiatan wisata belanja di Kota Bandung didominasi oleh

kegiatan wisata belanja di Factory Outlet dan berbagai pusat perbelanjaan lain

seperti daerah Alun-alun dan sekitarnya.

3.2 Pengembangan dan Permasalahan Parwisata Kota Bandung

Dalam pengembangan pariwisata Kota Bandung, terdapat suatu konsep

yang mengklasifikasikan wilayah-wilayah di Kota Bandung menjadi kelompok-

kelompok kawasan wisata yaitu konsep “Honeypot Clustering” yang membagi

wilayah pengembangan pariwisata kedalam beberapa kelompok area yang

menggabungkan fungsi-fungsi kota dan fitur-fitur unik kota dengan tema yang

menggambarkan karakteristik daya tarik wisata yang dominan (primer) di area

tersebut yang didukung oleh keberadaan daya tarik wisata pendukung

Page 21: grafik wisata bdg

(sekunder/tersier) dalam satu konsep area yang kemudian lebih dikenal dengan

istilah “kantong-kantong wisata”. Berikut ini dapat dilihat pembagian kantong-

kantong wisata di Kota Bandung pada TABEL III-8.

TABEL III-8

KANTONG-KANTONG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA KOTA

BANDUNG

No Kantong - kantong

Kawasan Wisata

Jenis Wisata Keterangan

Primer Sekunder Tersier

1 Gegerkalong -

Setiabudi

Wisata

Religi

Wisata

Pendidikan

- Terdapat pondok pesantren Daarut

Tauhid yang cukup menjadi daya tarik

bagi wisatawan untuk datang ke daerah ini. Selain itu, terdapatnya beberapa FO

juga menjadi daya tarik tambahan.

Keduanya seringkali menimbulkan kepadatan dan kemacetan lalu lintas,

khususnya pada akhir pekan.

2 Sukajadi - Sarijadi - Setrasari - Pasteur

Wisata Belanja &

Kuliner

Wisata Seni Budaya

- Terdapat pusat perbelanjaan seperti Paris Van Java yang menjadi salah satu

tempat tujuan wisata bagi wisatawan

maupun bagi pensusuk lokal. Terdapat juga galeri nu art yang menjadi atraksi

wisata seni dan budaya.

3 Cihampelas - Cipaganti

Wisata Belanja &

Kuliner

Wisata Heritage

Hiburan (Night Life

Activities)

Cihampelas merupakan salah satu daerah yang terkenal sebagai daerah

wisata belanja dimana terdapat banyak

pusat perbelanjaan seperti Ciwalk dan toko konveksi dan jeans. Daerah

Cihampelas hampir selalu dilanda

kemacetan karena minimnya sarana dan prasarana pendukung seperti trotoar,

lahan parkir dan zebra cross.

4 Alun - alun -

Sudirman - Otista - Gardujati -

Pasirkaliki

Wisata

Belanja & Kuliner,

Wisata

Hiburan & Rekreasi

Wisata

Heritage

Wisata

Religi

Wilayah Alun - alun merupakan salah

satu daerah tujuan wisata belanja bagi wisatawan nusantara. Selain itu,

keberadaan mesjid agung juga menjadi

daya tarik tersendiri bagi daerah ini. Untuk wisata heritage, dapat dilihat dari

banyaknya bangunan peninggalan

Belanda yang kembali digunakan dan dilestarikan sebagai bangnan

perkantoran maupun hotel.

5 Dago Utara - Punclut

Wisata Rekreasi,

Wisata

Kuliner

Wisata Budaya

- Pada area ini terdapat beberapa permasalahan yang muncul mengenai

degredasi lingkungan yang berakibat

bagi wilayah lain di sekitarnya.

6 Gedung Sate -

Gasibu - Sabuga

Wisata

Heritage

Wisata

Pendidikan,

Rekreasi, MICE

Wisata

Religi

Pada wilayah ini terdapat trademark

Kota Bandung, yaitu Gedung Sate.

Terdapat pula beberapa pendidikan tinggi ternama yang menjadi salah satu

faktor panarik pergerakan penduduk ke

Kota Bandung. Pada hari minggu terdapat Pasar Kaget di kawasan sekitar

Gedung Sate dan Gasibu yang kerap

menimbulkan berbagai permasalahan seperti kemacetan lalu lintas.

7 Padasuka - Suci Wisata Seni

Budaya

Wisata

Belanja

- Terdapat Saung Angklung Mang Udjo

yang menjadi daya tarik bagi wisatawan

nusantara maupun wisatawan mancanegara. Akses yang kurang

Page 22: grafik wisata bdg

nyaman menuju lokasi daya tarik wisata

perlu diperhatikan oleh pemerintah.

8 Ir. H. Juanda -

Merdeka - Riau

Wisata

Belanja

Wisata

Heritage &

Pendidikan

Rekreasi Pada wilayah ini terjadi banyak

permasalahan, seperti konversi fungsi

guna lahan menjadi lahan komersil. Terjadi pemusatan kegiatan perdagangan

seperti FO memberikan dampak

langsung berupa kemacetan lalu lintas setiap akhir pekan akibat kurangnya

sarana parkir yang memadai. Selain FO,

beberapa toko oleh - oleh khas Bandung juga terdapat pada daerah ini.

9 Braga - Asia Afrika

- Cikapundung

Wisata

Heritage

Wisata

Belanja &

MICE

- Pada wilayah ini terdapat banyak

bangunan peninggalan Belanda yang

dimanfaatkan kembali sebagai hotel dan gedung perkantoran yang menyebabkan

wilayah ini terkesan "Bandoeng Tempoe

Doeloe".

10 Gatot Subroto -

Binong Jati

Wisata

Belanja &

Kuliner

- - Pada wilayah ini terdapat pusat

perbelanjaan Bandung Super Mall

11 Tegallega Wisata Rekreasi

Wisata Pendidikan

- Pada wilayah ini terdapat Taman Tegallega yang menjadi tempat rekreasi

bagi penduduk Kota Bandung.

Permasalahan yang timbul pada wilayah ini dalah ketidakteraturan PKL yang

mengganggu kualitas lingkungan dan estetika.

12 Cibaduyut Wisata

Belanja

- - Pusat penjualan sepatu dan produk kulit

di daerah ini kini sudah tidak seramai

dahulu karena telah tergantikan oleh keberadaan berbagai jenis pusat

perbelanjaan dan FO yang tersebar di

Kota Bandung. Sebaiknya kegiatan wisata belanja di wilayah ini dapat

kembali dikembangjan agar terjadi

pemerataan kegiatan, khususnya kegiatan wisata.

13 Cigondewah Wisata

Belanja

Wisata

Kuliner

- Kawasan Cigondewah sebagai sentra

kawasan konveksi kini sudah kehilangan pamornya dan kini tidak dapat menjadi

place of onterest bagi wisatawan.

14 Ujung Berung Wisata

Budaya

- - Terdapat rencana pengembangan

kawasan Ujung Berung sebagai Pusat Kebudayaan Sunda.

15 Gede Bage Wisata

Konveksi (MICE)

Wisata

Belanja

- Wilayah ini diperuntukkan sebagai pusat

primer kawasan Bandung Timur yang dilengkapi oleh berbagai fasilitas seperti

fasilitas olahraga (Jalak Harupat).

Keberadaan pasar induk Gede Bage juga menjadi daya tarik tersendiri bagi

wilayah ini.

Sumber : RIPPDA Kota Bandung Tahun 2006

Berdasarkan pembagian kantong-kantong wisata diatas, dapat dikatakan

bahwa pengembangan pariwisata di Kota Bandung diarahkan untuk memiliki dua

tema kawasan wisata, yaitu:

Page 23: grafik wisata bdg

1. Bandung Urban Heritage Tourism

Tema ini menekankan pada pengembangan aktivitas WIsata

Belanja dan Kuliner-Wisata Heritage serta potensi lain yang dimiliki

seperti potensi budaya dan MICE sebagai sector pendukung kegiatan

pariwisata di Kota Bandung.

2. Bandung Tempoe Doeloe

Menekankan pada peningkatan kualitas lingkungan menjadi sebuah

lingkungan yang nyaman, aman dan sejuk yang didapat dengan cara

merawat dan memperbaiki taman-taman kota yang berada di Kota

Bandung.

Kota Bandung memiliki berbagai macam objek wisata, baik itu wisata

belanja maupun tempat rekreasi yang terdapat di dalam kantong-kantong kawasan

pariwisata di atas. Objek-objek wisata tersebut merupakan berbagai macam objek

wisata yang menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk melakukan perjalanan

wisata ke dan di Kota Bandung. Berikut ini dapat dilihat jumlah pengunjung objek

wisata di Kota Bandung beberapa tahun terakhir.

TABEL III-9

JUMLAH PENGUNJUNG DI BERBAGAI OBJEK WISATA DI KOTA

BANDUNG TAHUN 2003-2006

Objek Wisata Jumlah Wisatawan Berdasarkan Tahun

2003 2004 2005 2006

Kebun Binatang Bandung 1,105,058 1,070,968 1,068,793 656,870

Taman Lalu Lintas AISN 131,006 187,655 187,655 126,708

Karang Setra 119,148 135,153 135,153 96,776

Museum Geologi 112,438 102,729 102,729 147,989

Museum Pos Indonesia 17,225 18,935 18,935 16,660

Museum Konferensi Asia Afrika 58,298 54,478 54,478 75,629

Museum Mandala Wangsit Siliwangi 9,954 7,740 7,740 5,966

Museum Sri Baduga 109,945 114,521 114,521 65,140

Saung Angklung Ujo 27,026 19,776 19,776 31,674

Menara Mesjid Raya Jawa Barat 73,012 0 0 0

Jumlah 1,763,110 1,711,955 1,709,780 1,223,412

Sumber: Bandung Dalam Angka

Page 24: grafik wisata bdg

Selain berbagai macam objek wisata diatas, Kota Bandung yang dikenal

dengan Kota Fashion dan Cuisine juga memiliki berbagai macam objek wisata

yang menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang dan melakukan perjalanan

wisata di Kota Bandung. Objek wisata yang dimaksud adalah berbagai fasilitas

perbelanjaan, Factory Outlet dan berbagai objek wisata kuliner. Factory-factory

Outlet yang menjadi daya tarik utama bagi pariwisata Kota Bandung dapat dilihat

pada TABEL III-10. Berbagai jenis objek wisata belanja dan kuliner tersebut saat

ini dapat dikatakan menjadi daya tarik utama bagi wisatawan untuk datang ke

Kota Bandung, khususnya pada akhir pekan atau pada hari libur. Sebagai daya

tarik utama bagi pariwisata Kota Bandung saat ini, kegiatan pariwisata di Kota

Bandung secara tidak langsung akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota

Bandung. Hubungan antara kegiatan pariwisata dengan perekonomian Kota

Bandung akan dijelaskan kemudian. Kegiatan pariwisata tersebut selain membawa

berbagai dampak positif bagi Kota Bandung, juga membawa berbagai masalah.

Salah satu permasalahan yang kerap timbul khususnya pada akhir pekan dan pada

hari libur adalah kemacetan lalu lintas pada beberapa tempat yang menjadi

konsentrasi kegiatan wisata di Kota Bandung. Salah satu penyebab timbulnya

berbagai permasalahan tersebut adalah minimnya ketersediaan fasilitas parkir dan

ketidakmampuan jalan untuk menampung jumlah kendaraan, baik kendaraan

milik penduduk Kota Bandung, maupun kendaraan wisatawan yang masuk ke

Kota Bandung. Untuk berbagai jenis permasalahan lain yang terkait dengan

kegiatan pariwisata di Kota Bandung akan dijelaskan pada sub bab selanjutnya.

Page 25: grafik wisata bdg

TABEL III-10

FACTORY OUTLET DI KOTA BANDUNG TAHUN 2008

No. Factory Outlet Lokasi No. Factory Outlet Lokasi

1 Victoria

IR. H. Juanda

(Dago)

21 FOS Clothing Gallery Setiabudhi

2 Dago Stock Export 22 Rumah Mode

3 Rich & Famous 23 China Town

Sukajadi 4 VIV 24 Colour Fashion

5 Raffles Hills 25 Rainbow

6 Blossom 26 Graha Mode

7 Happening 27 De Cosmo Factory Outlet Jl. Pelajar Pejuang 45

8 Up Town 28 Stock Corner

9 Glamour 29 Gani Artha Ujung Berung

10 Grande Art & Style 30 Balai Anak Jl. Sumatra

11 Dago Skate n Surf 31 Export Station

12 Oasis

R.E. Martadinata

(Riau)

32 Stock Center Soekarno Hatta

13 Metropolis 33 Terminal Mode Jl. Lombok

14 Summit Boutique 34 The Big Price Cut Jl. Aceh

15 Herritage 35 Blossom Jl. BKR

16 Riau Stock Mall 36 Cargo Factory Outlet Jl. Diponegoro

17 Decoral 37 Raja Collection Jl. Kebon Sirih

18 Renariti 38 Renaldijaya Eka Inti Kebon Kawung

19 Emirates

20 China Emporium

Sumber : www.bandung.go.id Tahun 2008

Kegiatan pariwisata di Kota Bandung dapat dikatakan sedang dalam tahap

puncak. Hal tersebut dapat dilihat dengan pertumbuhan berbagai jenis daya tarik

wisata yang ditawarkan kepada wisatawan dalam kurun waktu yang cukup

singkat. Berbagai macam usaha dilakukan untuk terus menarik pengunjung

sebanyak-banyaknya untuk datang dan berwisata di Kota Bandung. Namun dalam

praktiknya, perkembangan pariwisata di Kota Bandung kurang didukung oleh

berbagai faktor pendukung kegiatan pariwisata lain seperti kurangnya

kenyamanan yang disebabkan oleh kemacetan lalu lintas yang selalu terjadi setiap

akhir pekan, dimana merupakan waktu wisatawan untuk berkunjung dan

berwisata. Walaupun, pada kenyataannya para wisatawan itu sendiri yang

memberikan pengaruh yang cukup besar dalam menyebabkan kemacetan lalu

lintas di Kota Bandung. Wisatawan yang datang ke Kota Bandung, khususnya

yang datang dari Jakarta dan sekitarnya lebih banyak yang menggunakan

Page 26: grafik wisata bdg

kendaraan paribadi dibandingkan dengan wisatawan yang menggunakan sarana

transportasi umum, baik itu bus, kereta api, pesawat terbang, maupun jasa travel.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ketersediaan sarana dan prasarana

pendukung kegiatan pariwiwsata di Kota Bandung dapat dikatakan belum cukup

memadai dalam usaha mendukung keberlangsungan kegiatan pariwisata di Kota

Bandung, khususnya di daerah-daerah yang merupakan daerah pemusatan

kegiatan wisata serta pemusatan wisatawan. Oleh karena itu, kondisi pariwisata di

Kota Bandung saat ini dapat dikatakan sedang berada di puncak, dimana untuk

kedepannya apabila tidak dilakukan perbaikan di berbagai sektor, maka

ditakutkan kegiatan pariwisata di Kota Bandung akan semakin menurun dan

kehilangan daya tariknya. Hal tersebut dapat digambarkan dari kondisi pariwisata

di Kota Bandung saat ini. Dari tabel jumlah pengunjung dapat dilihat terdapat

penurunan jumlah wisatawan di beberapa lokasi wisata. Hal tersebut dapat

dijadikan suatu gambaran bahwa kegiatan pariwisata di Kota Bandung

keberadaannya serta keberlanjutannya sedang terancam atau berada pada posisi

yang kritis. Untuk lebih jelasnya, posisi pariwisata Kota Bandung dalam Tourism

Life Cycle dapat dilihat pada GAMBAR 3.4 berikut ini.

GAMBAR 3.4

POSISI PARIWISATA KOTA BANDUNG DALAM TOURISM LIFE

CYCLE

A

E

D

C

B

Peningkatan

Pembangunan

Stagnan

Penurunan

Eksplorasi

Jumlah

kunjungan

Waktu

Daerah Kritis

Posisi Pariwisata

Kota Bandung

Sumber : Hasil Analisis 2008

Page 27: grafik wisata bdg

Dalam pengembangan kegiatan pariwisata di Kota Bandung, selain

memiliki berbagai potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai pemicu

pengembangan pariwisata, terdapat berbagai hal yang menghambat proses

pengembangan pariwisata. Berberapa permasalahan yang timbul juga dirasa telah

memberikan dampak negatif terhadap pengembangan pariwisata di Kota

Bandung. Berdasarkan RIPPDA Kota Bandung Tahun 2006, terdapat beberapa

permasalahan yang dihadapi Kota Bandung dalam usaha pengembangan sektor

pariwisata, baik permasalahan internal maupun eksternal.

Untuk permasalahan internal pengembangan pariwisata Kota Bandung,

permasalahan yang terjadi antara lain sebagai berikut:

Terbatasnya kebijakan mengenai pengembangan investasi usaha

pariwisata. Selain permasalahan mudahnya perizinan, juga perlu

diperhatikan berbagai kebijakan mengenai daya saing usaha, agar

pengembangan suatu kegiatan pariwisata tidak mematikan jenis usaha

lainnya, melainkan dapat saling melengkapi.

Terbatasnya kualitas objek wisata perkotaan di Kota Bandung. Aktivitas

dalam berbagai daya tarik wisata di Kota Bandung yang dirasa masih

terpaku pada jenis aktivitas rekreasi pasif yang masih sedikit melakukan

interaksi dengan sumberdaya yang ada.

Kurangnya pemanfaatan sumber daya alam sebagai wisata perkotaan.

Perkembangan zaman dan teknologi mendorong terganggunya potensi

alami Kota Bandung sebagai daerah wisata. Pembanguina berbagai

fasilitas dalam upaya membangun kota Bandung sebagai kota metropolitan

dirasa dapat menggangu potensi alami yang dimiliki Kota Bandung

sebagai kota yang sejuk dan asri.

Perkembangan budaya yang tersendat sebagai suatu daya tarik wisata di

Kota Bandung karena masuknya berbagai pengaruh dari kebudayaan luar.

Masih sedikitnya event yang dapat menjadi daya tarik wisata perkotaan,

misalnya Dago Festival yang dapat menjadi salah satu jenis atraksi wisata

dan daya tarik Kota Bandung.

Page 28: grafik wisata bdg

Daya tarik wisata-wisata lama yang tergantikan oleh daya tarik wisata

yang baru. Pusat perbelanjaan yang lama seperti Cibaduyut yang tersaingi

oleh berbagai pusat perbelanjaan modern seperti Factory Outlet.

Masih terhambatnya hubungan kegiatan wisata perkotaan di Kota

Bandung dengan daya tarik wisata lain di wilayah sekitar Kota Bandung

yang dapat ditandai oleh terjadinya kemacetan lalu lintas pada akhir pekan

serta rendahnya kualitas database dan sistem informasi wisata yang

dimiliki Kota Bandung akibat akses yang belum memadai. Dalam hal ini,

koordinasi antar berbagai stakeholders memegang peranan penting dalam

pengembangan pariwisata Kota Bandung.

Kurang teraturnya pemanfaatan lahan pariwisata di Kota Bandung yang

dapat dilihat dari penumpukan kegiatan wisata di beberapa kawasan di

Kota Bandung.

Pembangunan berbagai fasilitas umum yang masih kurang mendukung

pengembangan pariwisata di Kota Bandung. Pembangunan berbagai

fasilitas perkotaan yang tidak sesuai dengan RTRW, kurangnya sarana

pendukung seperti sarana parkir, sistem pengelolaan lalu lintas, prasarana

jalan, dan desain berbagai fasilitas yang tidak mewakili karakter budaya

sunda dirasa menjadi beberapa contoh permasalahan ketersediaan fasilitas

dan infrastruktur dalam pengembangan pariwisata.

Masih rendahnya kualitas SDM baik itu SDM pariwisata maupun SDM

masyarakat lokal serta kesadaran masyaraat dalam berbagai hal turut

memberi peran dalam permaslahan pengembangan pariwisata di Kota

Bandung.

Selain permasalahan internal, pengembangan pariwisata di Kota Bandung

juga menemui berbagai permasalahan eksternal. Permasalahan eksternal yang

dihadapi Kota Bandung dalam pengembangan kegiatan pariwisata antara lain

adalah sebagai berikut:

Kurangnya koordinasi antara pengembangan pariwisata Kota Bandung

dengan destinasi wisata lainnya di sekitar Kota Bandung.

Page 29: grafik wisata bdg

Persaingan dengan jenis destinasi wisata lainnya di Provinsi Jawa Barat

maupun daerah lainnya. Pengembangan pariwisata di wilayah lain

menimbulkan persaingan dalam hal destinasi wisatawan yang akan

berpengaruh kepada pemasukan daerah.

Kesiapan pariwisata Kota Bandung dalam menghadapi AFTA (Asean free

Trade Area) dan GATS (General Agreement on Trade in Services) dalam

hal SDM, peluang investasi di sektor pariwisata.

Pemanfaatan teknologi informasi dan jejaring kerja dengan stakeholders

pariwisata di luar Kota Bandung.

Isu keamanan dan kesehatan lingkungan yang terdapat di Kota Bandung.

Selain dari hasil analisis yang dilakukan penulis berdasarkan hasil

penyebaran kuesioner, penulis juga menemukan penelitian lain yang dilakukan

oleh Litbang Kompas yang dilakukan pada bulan Agustus 2008 lalu mengenai

persepsi masyarakat Kota Bandung terhadap kondisi lalu lintas dan jalan di Kota

Bandung. Penelitian yang dilakukan oleh Litbang Kompas dilakukan pada 200

responden yang dilakukan dengan metode random sampling. Pada GAMBAR 3.5

berikut ini dapat dilihat mengenai hasil pengolahan data yang dilakukan oleh

Litbang Kompas mengenai persepsi masyarakat tentang kondisi lalu lintas dan

jalan di Kota Bandung.

GAMBAR 3.5

KONDISI LALU LINTAS DAN JALAN DI KOTA BANDUNG

Sumber : Litbang Kompas, 2008

0

10

20

30

40

50

60

Perse

n (

%)

Semakin tertib

Tetap tertib

Tetap semerawut

Semakin semerawut

Tidak tahu

Page 30: grafik wisata bdg

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari beberapa variabel yang diteliti,

ternyata masyarakat Kota Bandung merasa bahwa kondisi lalu lintas dan jalan

yang terdapat di Kota Bandung menjadi semakin semerawut apabila dibandingkan

dengan 5 tahun belakangan. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa berdasarkan

persepsi responden, kondisi ketersediaan lahan parkir, PKL, angkutan umum dan

lalu lintas yang terdapat di Kota Bandung lebih semerawut dibandingkan dengan

kondisi lima tahun lalu. Sejalan dengan hasil pengolahan data yang dilakukan

penulis dari hasil penyebaran kuesioner, maka PKL merupakan salah satu hal

yang menjadi hal yang mencipakan perasaan tidak nyaman, karena PKL kerap

kali menggunakan trotoar sebagai lahan untuk berjualan dan hal tersebut dapat

mengganggu kenyamanan pengunjung ketika menggunakan trotoar untuk

berpindah objek wisata. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

Litbang Kompas, sebanyak 80% responden berpendapat bahwa tingkat kemacetan

lalu lntas di kota Bandung saat ini lebih buruk apabila dibandingkan dengan

kondisi lalu lintas yang terdapat di Kota Bandung lima tahun lalu. Selain itu,

Litbang Kompas juga melakukan penelitian untuk mengatahui bebagai persoalan

di Kota Bandung yang harus segera dicari penyelesaiannya. Pada GAMBAR 3.6

berikut ini dapat dilihat mengenai berbagai persoalan di Kota Bandung.

GAMBAR 3.6

PERSOALAN UTAMA KOTA BANDUNG

Sumber : Litbang Kompas, 2008

22%

12%

10%

8%7%4%

4%

3%

3%

2%

2%

19%

4% Sampah

Kemacetan lalu lintas

Ketertiban lalu lintas

Sarana dan prasarana

Tenaga kerja

Pedagang kaki lima

Pendidikan

Keamanan

Tata kota

Ekonomi

Transportasi

Lainnya

Tidak tahu

Page 31: grafik wisata bdg

Dari gambar diatas diketahui bahwa berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Litbang Kompas, permasalahan utama yang terdapat di Kota

Bandung adalah permasalaha sampah atau kebersihan. Citra Kota Bandung

sebagai salah satu destinasi pariwisata dapat terganggu dengan permaslahan

kebersihan. Permasalahan terbesar kedua adalah kemacetan lalu lintas di Kota

Bandung. Temuan yang dihasilkan oleh Litbang Kompas mendukung hasil

analisis yang telah dilakukan oleh penulis. Berdasarkan hasil pengolahan data

penyebaran kuesioner, kemacetan lalu lintas yang terjadi di Kota Bandung

merupakan hambatan utama yang dihadapi oleh pengunjung dan hampir selueruh

pengunjung merasa terganggu oleh kemacetan lalu lintas yang terjadi di Kota

Bandung. Hal tersebut dapat menyimpulkan bahwa Kota Bandung telah berubah

menjadi kota yang semakin tidak nyaman bagi masyarakat Kota Bandung maupun

bagi pengunjung yang datang ke Kota Bandung.

3.3 Gambaran Kegiatan Pariwisata Kawasan Studi

Pada sub bab ini penulis akan menjelaskan gambaran umum kegiatan

pariwisata di beberapa lokasi yang menjadi wilayah studi penulis. Beberapa

kawasan wisata berikut ini diharapkan dapat menggambarkan kondisi

kepariwisataan di Kota Bandung. Hal tersebut dilakukan karena baik kegiatan

pariwisata, ketersediaan dan kebutuhan sarana prasarana, serta karakteristik

wisatawan di Kota Bandung berbeda-beda. Dalam hal ini penulis akan mencoba

menjelaskan mengenai gambaran kegiatan pariwisata di kawasan belanja Riau,

Cihampelas, Alun-alun Kota Bandung, dan Kebon Binatang Kota Bandung.

3.3.1 Kegiatan Pariwisata di Kawasan Riau

Kawasan wisata di Jl. L.L.R.E. Martadinata atau lebih dikenal dengan

jalan Riau merupakan salah satu kawasan yang tergolong ke dalam kawasan

kantong-kantong pariwisata Kota Bandung berdasarkan RIPPDA Kota Bandung

tahun 2006. Kegiatan pariwisata di kawasan ini tidak dimulai secara serempak,

namun perkembangannya dimulai dari perubahan guna lahan pemukiman menjadi

kegiatan perdagangan. Kegiatan pariwisata yang terdapat di kawasan ini

didominasi oleh kegiatan perdagangan seperti Factory Outlet dan rumah makan.

Page 32: grafik wisata bdg

Namun, sampai saat ini guna lahan di kawasan ini masih terdapat banyak

pemukiman yang keberadaannya mulai terganggu oleh cepatnya perubahan guna

lahan yang terjadi di kawasan ini.

Berdasarkan hasil observasi awal yang penulis lakukan, perkembangan

kegiatan pariwisata khususnya wisata belanja di kawasan ini terjadi dengan sangat

pesat dalam beberapa tahun terakhir. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya

jumlah Factory Outlet yang berdiri dalam beberapa tahun terakhir, seperti

Cascade, Stamp dan lainnya. Hal tersebut didukung oleh daya tarik kawasan ini

dalam menarik pengunjung untuk melakukan wisata khususnya wisata belanja.

Berdasarkan hasil observasi, kegiatan wisata di kawasan ini mencapai puncaknya

pada akhir pekan atau pada hari-hari libur dimana biasanya pada hari-hari tersebut

pada ruas jalan di kawasan ini terjadi kemacetan lalu lintas. Pada hari-hari kerja,

kemacetan lalu lintas jarang terjadi karena ruas jalan ini masih dapat menampung

lalu lintas kendaraan yang melewati ruas jalan ini. Berdasarkan hasil observasi,

tingkat pelayanan jalan yang terdapat di kawasan wisata belanja Riau dapat

mencapai tingkat D atau E pada akhir pekan dimana arus lalu lintas di jalan ini

tidak stabil, sering terjadi hambatan yang menimbulkan kemacetan dan antrian.

Pada waktu hari kerja, tingkat pelayanan jalan di kawasan ini dapat mencapai

tingkat B dimana arus kendaraan relatif lancar arus relatif stabil namun terdapat

kemungkinan terjadinya hambatan.

Kemacetan yang sering terjadi di kawasan ini pada akhir pekan dapat

disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, kemacetan lalu lintas yang dimaksud

dapat disebabkan oleh kurangnya kapasitas jalan terhadap volume kendaraan yang

melintas pada akhir minggu ataupun pada hari libur. Ruas jalan yang terdapat di

kawasan ini yang semula hanya ditujukan untuk kawasan perumahan maupun

sebagai jalan penghubung kini harus menampung jumlah kendaraan yang datang

dari luar Kota Bandung. Kedua, kemacetan lalu lintas di ruas jalan ini dapat pula

disebabkan oleh banyaknya pintu masuk maupun keluar kendaraan yang menjadi

hambatan bagi lalu lintas di kawasan tersebut. Ketiga, kemacetan lalu lintas

disebabkan oleh kurangnya ketersediaan prasarana parkir yang memadai.

Berdasarkan hasil observasi, pada kawasan ini hanya terdapat beberapa titik lokasi

Page 33: grafik wisata bdg

parkir umum yang mampu menampung banyak kendaraan, khususnya kendaraan

pengunjung yang datang ke Kota Bandung pada akhir pekan. Beberapa lokasi

tersebut antara lain adalah lahan kosong di depan hotel Hyatt dan gedung parkir

basement di Cascade Factory Outlet dan Stamp (gedung pos). Tingginya

kebutuhan akan lahan parkir khususnya pada akhir minggu mengakibatkan

banyaknya kendaraan yang menggunakan bahu jalan sebagai tempat parkir (on

street parking) yang dapat menyebabkan hambatan maupun penurunan kapasitas

jalan di kawasan ini. Berdasarkan hasil observasi, hal berikutnya yang dapat

menyebabkan kemacetan lalu lintas adalah dengan lokasi objek wisata yang

berdekatan (berada dalam satu kawasan), maka banyak pengunjung yang

melakukan perpindahan lokasi objek wisata dengan berjalan kaki. Pengunjung

banyak yang menyeberang jalan untuk menuju lokasi objek wisata lainnya

sehingga kerap menimbulkan hambatan dan tundaan bagi lalu lintas di kawasan

tersebut.

Untuk karakteristik pengunjung yang terdapat pada kawasan ini,

berdasarkan hasil observasi ditemukan bahwa sebagian besar pengunjung yang

datang khususnya pada akhir pekan adalah pengunjung yang berasal dari luar

Kota Bandung. Pengunjung yang biasa datang ke kawasan ini adalah pengunjung

yang datang dari daerah Jabodetabek dan sebagian besar dari mereka

menggunakan kendaraan pribadi. Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan,

sebagian besar pengunjung yang datang ke kawasan wisata Riau merupakan

pengunjung yang memiliki daya beli yang cukup tinggi, mengingat jenis wisata

yang terdapat di kawasan ini adalah wisata belanja. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Vivin Puspitasari pada tahun 2005, persentase pengunjung yang

menggunakan kendaraan pribadi dalam melakukan perjalanan wisata di kawasan

ini adalah sekitar 78,3% dan merupakan salah satu penyebab terjadinya kepadatan

lalu lintas di kawasan ini pada akhir pekan. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa

pengunjung yang datang ke kawasan wisata belanja Riau merupakan pengunjung

dengan kondisi ekonomi yang baik. Untuk kelengkapan sarana dan prasarana

penunjang kegiatan pariwisata, berdasarkan observasi dan pengamatan, pada

kawasan ini cukup dilengkapi oleh berbagai sarana prasarana pendukung

Page 34: grafik wisata bdg

pariwisata seperti jalan raya, prasarana parkir, trotoar, zebra cross, fasilitas

perbankan (ATM) dan berbagai sarana prasarana dasar lainnya. Secara umum,

kegiatan pariwisata yang terdapat di kawasan ini mirip dengan kegiatan pariwisata

di beberapa kawasan lainnya, seperti kawasan wisata belanja Jl. Ir. H. Juanda dan

kawasan belanja Setiabudi. Berikut dapat dilihat karakteristik kawasan wisata

belanja di kawasan wisata belanja Riau, Dago dan Setiabudi yang memiliki

kesamaan dalam beberapa hal pada TABEL III-11 berikut ini.

TABEL III-11

KARAKTERISTIK WISATA DI KAWASAN RIAU

Parameter Karakteristik

Jenis Kegiatan Wisata Didominasi oleh kegiatan wista belanja, namun banyak didukung oleh berbagai

macam sarana pendukung seperti rumah makan dan toko oleh - oleh.

Wisatawan

Didominasi oleh wisatawan yang berasal dari Jabodetabek dan menggunakan

kendaraan pribadi dalam mengunjungi Kota Bandung maupun dalam berwisata selama

di Kota Bandung.

Ketersediaan sarana

prasarana

Sebagian besar objek wisata belanja di kawasan ini belum memiliki fasilitas parkir

yang memadai. Hanya di beberapa lokasi saja yang telah memiliki fasilitas parkir

dengan kapasitas yang cukup banyak seperti Cascade Factory Outlet, Stamp Factory

Outlet, Rumah Mode Factory Outlet dan Kartika Sari. Pada kawasan ini juga terdapat

beberapa hotel yang dapat menunjang kegiatan pariwisata di kawasan ini.

Permasalahan Kepadatan lalu lintas pada akhir pekan yang kerap menyebabkan kemacetan lalu lintas. Hal yang dapat menyebabkan hal tersebut antara lain adalah kurangnya

kapasitas tampung fasilitas parkir dan on street parking.

Sumber : Hasil Observasi 2008

3.3.2 Kegiatan Pariwisata di Kawasan Cihampelas

Kawasan wisata di Cihampelas merupakan salah satu lokasi tujuan wisata

yang telah muncul sejak lama seperti pusat kerajinan sepatu dan kulit di

Cibaduyut. Berdasarkan RTRW Kota Bandung Tahun 2003-2013 dan RIPPDA

Kota Bandung tahun 2006, kawasan wisata ini merupakan salah satu kawasan

wisata yang memiliki daya tarik yang besar dalam menarik wistawan untuk datang

dan berwisata di Kota Bandung. Kawasan wisata ini diawali dengan keberadaan

pusat penjualan celana jeans yang kemudian berkembang menjadi suatu kawasan

wisata belanja yang menawarkan berbagai macam pilihan bagi pengunjung. Guna

lahan pada kawasan ini yang awalnya perumahan kemudian sedikit demi sedikit

akhirnya berubah menjadi sejumlah outlet dan kemudian menjadi suatu kawasan

homogen yang merupakan kawasan wisata belanja.

Page 35: grafik wisata bdg

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh penulis, pengunjung

yang datang ke kawasan ini dapat dikatakan lebih beragam apabila dibandingkan

dengan pengunjung yang datang ke kawasan Riau maupun Dago. Pengunjung

yang datang ke kawasan wisata belanja Cihampelas banyak yang datang secara

berkelompok (rombongan) dan menggunakan bus. Namun hal tersebut tidak

kemudian menutup kemungkinan kedatangan pengunjung secara perorangan

maupun secara keluarga yang menggunakan kendaraan pribadi dan menggunakan

kendaraan umum. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pengunjung yang

datang ke kawasan ini lebih beragam apabila dibandingkan dengan kawasan lain

seperti Dago dan Riau. Pengunjung yang datang berasal dari daerah sekitar Kota

Bandung seperti Cimahi, Padalarang, Lembang, dan daerah lain seperti dari

Jabodetabek. Beragamnya daerah asal pengunjung maupun wisatawan di kawasan

wisata Cihampelas, menunjukkan bahwa segmentasi pasar wisatawan di kawasan

ini juga cukup beragam. Walaupun jenis kegiatan wisata yang terdapat di kawasan

ini adalah jenis wisata belanja seperti jenis wisata di kawasan Riau, namun

berdasarkan hasil observasi segmentasi pasar di kawasan ini dapat dikatakan lebih

rendah dibandingkan dengan kawasan wisata belanja Riau. Hal tersebut dapat

dilihat bahwa banyaknya pengunjung yang masih menggunakan angkutan kota

sebagai moda transportasi utama, walaupun banyak juga pengunjung maupun

wisatawan yang menggunakan kendaraan pribadi. Selain itu, perbedaan pasar

antara kawasan ini dengan kawasan Riau dapat dilihat dari jenis produk yang

ditawarkan kepada pengunjung dan wisatawan.

Untuk ketersediaan sarana dan prasarana, berdasarkan hasil observasi

awal, kawasan ini dirasa kurang memiliki kelengkapan prasarana parkir khusus

untuk wisatawan yang ingin melakukan kegiatan wisata di kawasan ini,

khususnya prasarana parkir untuk bus-bus rombongan yang sering datang pada

akhir pekan. Saat ini, prasarana parkir umum yang berupa gedung parkir di

kawasan ini hanya dimiliki oleh pusat perbelanjaan Premier, Cihampelas Walk,

dan hotel Aston. Selain itu, prasarana parkir lainnya hanya berupa lahan kosong

yang berada di halaman objek wisata dan belum dapat menampung jumlah

kendaraan wisatawan yang ingin parkir, sehingga kerap menimbulkan kemacetan

Page 36: grafik wisata bdg

lalu lintas pada ruas jalan ini. Selain mengenai prasarana parkir, di kawasan ini

juga dilengkapi oleh sarana angkutan umum dengan pilihan dan trayek yang

cukup banyak, sehingga memudahkan masyarakat maupun wisatawan lokal untuk

mencapai lokasi ini dan melakukan kegiatan wisata yang biasa mereka lakukan.

Untuk kondisi lalu lintas, ruas jalan Cihampelas sebagai jalan kolektor sekunder,

berdasarkan standar IHCM harusnya memiliki tingkat pelayanan skala C dimana

arus lalu lintas masih dapat berjalan dengan baik dan tidak mengalami berbagai

macam hambatan yang dapat mengurangi laju kendaraan yang melintas pada ruas

jalan tersebut. Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan oleh Bahagia

Fadhilah pada tahun 2008, tingkat pelayanan di beberapa ruas di jalan Cihampelas

dapat mencapai skala E-F, khususnya pada akhir pekan. Tingkat pelayanan

dengan level E-F merupakan kondisi lalu lintas dimana terjadi arus lalu lintas

yang tidak stabil, dimana volume kendaraan yang melintasi jalan ini telah

melampaui kapasitas jalan ini. Selain itu, sering terjadi antrian panjang dan

kemacetan lalu lintas. Kemacetan yang biasa terjadi di kawasan ini selain

disebabkan oleh kurangnya fasilitas parkir juga dapat disebabkan oleh banyaknya

gangguan di sisi jalan seperti PKL dan wisatawan.

Lokasi objek wisata yang berdekatan dan berada dalam suatu kawasan

memicu pengunjung untuk sering berpindah yang menyebabkan tingginya tingkat

pergerakan pengunjung yang terjadi di kawasan ini. Banyak wisatawan yang

berpindah dari satu outlet ke outlet lain sehigga seringkali menyebabkan

hambatan bagi lalu lintas kendaraan yang melintas di ruas jalan ini. Pola

pergerakan wisatawan yang tinggi tersebut apabila tidak dilengkapi oleh

ketersediaan sarana prasarana yang memadai akan semakin menimbulkan

berbagai permasalahan pada ruas jalan ini. Berdasarkan hasil observasi, baru-baru

ini pemerintah Kota Bandung memperbaiki kondisi beberapa sarana prasarana

penunjang pariwisata di kawasan ini seperti ketersediaan trotoar. Namun, hal

tersebut tidak dapat terlalu membantu karena trotoar tersebut kembali digunakan

oleh para pedagang untuk berdagang dan menghalangi jalur orang yang ingin

menggunakan prasarana tersebut. Berikut ini dapat dilihat karakteristik kawasan

wisata belanja di kawasan Cihampelas pada TABEL III-12 berikut ini.

Page 37: grafik wisata bdg

TABEL III-12

KARAKTERISTIK WISATA DI KAWASAN CIHAMPELAS

Parameter Karakteristik

Jenis Kegiatan Wisata

Didominasi oleh kegiatan wisata belanja berupa outlet penjualan celana jeans yang

terkenal di Kota Bandung. Pada kawasan ini juga terdapat pusat perbelanjaan yang cukup memperbesar tarikanyang dimiliki oleh kawasan ini.

Wisatawan

Pengunjung yang datang ke kawasan ini cenderung lebih beragam, namun banyak

pengunjung yang datang berasal dari daerah di sekitar Kota Bandung seperti Cimahi, Padalarang, Lembang, dsb. Pengunjung yang datang ke kawasan ini sering kali datang

secara berkelompok dan menggunakan bus.

Ketersediaan sarana

prasarana

Sebagian besar outlet yang berada di kawasan ini belum memiliki fasilitas parkir yang

memadai, namun dengan keberadaan pusat perbelanjaan, maka secara tidak langsung telah menyediakan fasilitas parkir untuk kendaraan yang ingin melakukan kegiatan

wisata di kawasan ini. Pada kawasan ini juga dilengkapi oleh sarana penunjang

pariwisata seperti hotel dan restoran.

Permasalahan

Outlet yang berada langsung di pinggir jalan sering kali menyebabkan hambatan bagi

lalu lintas di ruas jalan ini karena lokasi parkir yang berada hampir di setiap bagian

depan dari outlet. Bus-bus yang biasa digunakan wisatawan belum memiliki lokasi parkir khusus dan sering menyebabkan kemacetan lalu lntas karen kesulitasn dalam

mencari lokasi parkir.

Sumber : Hasil Observasi 2008

3.3.3 Kegiatan Pariwisata di Kawasan Alun-alun

Kawasan wisata alun-alun merupakan salah satu kawasan wisata tertua di

Kota Bandung. Kawasan ini pada masa kolonial merupakan kawasan yang berada

di daerah pusat kota dan pusat pemerintahan. Berdasarkan RIPPDA Kota

Bandung tahun 2006, kawasan alun-alun merupakan salah satu kawasan yang

termasuk ke dalam kantong-kantong kawasan wisata di Kota Bandung. Daya tarik

utama dari kawasan ini adalah wisata belanja, wisata religi dan rekreasi. Kegiatan

wisata belanja ditandai dengan terdapatnya beberapa pusat perbelanjaan yang

telah terdapat di Kota Bandung sejak dulu seperti pusat perbelanjaan Kings dan

pasar baru. Selain itu, terdapatnya mesjid Agung juga menjadi salah satu daya

tarik utama bagi kegiatan wisata religi di kawasan ini. Untuk wisatawan yang

ingin melakukan kegiatan rekreasi, biasanya dilakukan dengan berekreasi di ruang

terbuka di alun-alun Kota Bandung.

Karena terletak lebih ke arah selatan, maka terdapat anggapan bahwa

kawasan wisata alun-alun lebih melayani masyarakat maupun wisatawan yang

datang dari wilayah selatan Kota Bandung. Berdasarkan hasil observasi awal,

wisatawan yang datang ke kawasan ini lebih banyak yang datang secara individual

Page 38: grafik wisata bdg

maupun dengan kelompok kecil. Berdasarkan hasil observasi, segmentasi pasar

yang terdapat di kawasan ini merupakan pengunjung dengan kemampuan yang

cukup, mengingat jenis wisata di kawasan ini adalah rekreasi yang tergolong

murah dan wisata belanja yang lebih banyak didominasi oleh penduduk Kota

Bandung. Sedangkan moda transportasi yang biasa digunakan oleh wisatawan di

kawasan ini adalah kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Untuk

ketersediaan sarana dan prasarana, kawasan ini telah mengalami peningkatan

kualitas sarana prasarana dibandingkan dengan beberapa waktu lalu. Pada tahun

2007, kawasan alun-alun Kota Bandung mengalami renovasi dan perbaikan.

Setelah renovasi tersebut, kawasan ini akhirnya memiliki prasarana parkir umum

yang memadai dan trotoar yang memiliki kualitas dan keindahan yang jauh lebih

baik. Kawasan ini juga memiliki arus lalu lintas yang cukup tinggi dengan jalur

utama adalah Jl. Asia Afrika yang menjadi salah satu jalan utama sejak jaman

kolonial. Kawasan ini dilalui oleh berbagai sarana angkutan umum, baik itu

angkutan kota maupun bus kota. Oleh karena ketersediaan sarana transportasi

umum tersebut, maka kawasan alun-alun merupakan salah satu kawasan wisata

yang mudah dijangkau oleh masyarakat baik dari Kota Bandung maupun dari

daerah lain di sekitar Kota Bandung. Sebagai kawasan yang dilalui oleh banyak

trayek angkutan kota dan menjadi salah satu kawasan wisata, maka kawasan ini

juga dilengkapi oleh sarana halte bus sebagai sarana penunjang kegiatan wisata di

kawasan ini.

Beberapa permasalahan yang terdapat di kawasan ini berdasarkan hasil

observasi awal adalah permasalahan ketidakteraturan PKL yang dapat

mengganggu keindahan dan kenyamanan wisatawan yang datang ke kawasan ini.

Selain itu, kemacetan dan kepadatan lalu lintas sering terjadi karena terdapat

hambatan yang berupa penyatuan jalur yang berasal dari arah pusat perbelanjaan

Kings. Pemerintah Kota Bandung telah menerapkan metode one way atau satu

jalur untuk mencegah dan mengurangi tingkat hambatan yang terdapat di kawasan

ini. Lokasi objek wisata yang terdapat di kawasan ini juga cenderung berada

dalam satu kawasan, kecuali pusat perbelanjaan pasar baru yang berada sedikit di

luar kawasan ini. Sebagai suatu kawasan dengan lokasi objek wisata yang

Page 39: grafik wisata bdg

berdekatan, maka sangat mungkin untuk terjadi pergerakan wisatawan yang cukup

tinggi dalam melakukan perpindahan lokasi objek wisata. Tingginya pergerakan

seperti yang terjadi di pusat perbelanjaan pasar baru dan Kings sering kali

menyebabkan kemacetan lalu lintas karena menimbulkan hambatan yang

menghambat arus lalu lintas yang melewati ruas jalan tersebut. Berdasarkan hasil

observasi, tingkat pelayanan jalan yang terdapat di kawasan ini dapat mencapai

tingkat D atau E pada waktu akhir pekan dan dapat mencapai tingkat C pada

waktu hari kerja mengingat jalan dikawasan ini banyak dilalui oleh angkutan

umum, sehingga seringkali menimbulkan hambatan. Berikut ini dapat dilihat

karakteristik kawasan wisata di kawasan Alun-alun pada TABEL III-13 berikut

ini.

TABEL III-13

KARAKTERISTIK KEGIATAN WISATA DI KAWASAN ALUN – ALUN

Parameter Karakteristik

Jenis Kegiatan

Wisata

Jenis kegiatan wisata yang terdapat di kawasan ini lebih beragam. Daya tarik utama

dari kawasan ini adalah terdapatnya ruang terbuka yang berperan sebagai alun - alun

Kota Bandung serta keberadaan mesjid Agung. Selain itu, terdapat objek wisata lain yang berupa pusat perdagangan seperti Kings dan Pasar Baru.

Wisatawan

Didominasi oleh wisatawan yang berasal dari Kota Bandung maupun yang datang dari sekitar Kota Bandung, seperti Soreang, Sumedang, dsb. Wisatawan yang datang ke

kawasan ini banyak yang menggunakan kendaraan paribadi maupun kendaraan

umum.

Ketersediaan sarana

prasarana

Kawasan ini dilengkapi oleh berbagai sarana prasarana pendukung kegiatan

pariwisata seperti fasilitas parkir umum, halte bus, trotoar, zebra cross, dll. Selain itu,

kawasan ini juga dilewati oleh berbagai trayek angkutan sehingga memudahkan masyarakat untuk mencapai lokasi ini.

Permasalahan

Permasalahan yang sering kali terjadi di alun - alun adalah kemacetan lalu lintas dan

permasalahan PKL yang dapat mengurangi kenyamanan wisatawan dalam melakukan

kegiatan wisata di daerah ini.

Sumber : Hasil Observasi 2008

3.3.4 Kegiatan Pariwisata di Kawasan Kebon Binatang

Kebon Binatang Kota Bandung merupakan salah satu objek wisata yang

dapat menarik banyak wisatawan bagi daerah-daerah lain di sekitar Kota

Bandung. Kebon Binatang Bandung merupakan salah satu objek wisata buatan

yang memanfaatkan kondisi geografis sebagai salah satu daya tarik utama.

Sebagai salah satu objek wisata rekreasi, yang menjadi daya tarik utama bagi

Kebon Binatang Bandung adalah adanya flora dan fauna yang terdapat di lokasi

ini. Keberadaan Kebon Binatang Bandung mampu membangkitkan berbagai

Page 40: grafik wisata bdg

sektor lain seperti usaha souvenir dan rumah makan yang terdapat di bagian luar

dari area Kebon Binatang.

Berdasarkan hasil observasi awal, wisatawan yang biasa datang ke Kota

Bandung terdiri dari wisatawan yang datang dengan perorangan atau kelompok

kecil dan pengunjung yang datang dengan rombongan. Kebanyakan dari

pengunjung yanga datang biasa menggunakan kendaraan pribadi maupun

kendaraan umum untuk mengunjungi Kebon Binatang Bandung. Mengingat

harga tiket masuk yang cukup murah, jenis kegiatan wisata rekreasi, dan

banyaknya pengunjung yang membawa makan sendiri menunjukkan bahwa

segmentasi pasar pengujung dan wisatawan di kawasan ini tergolong ke dalam

golongan ekonomi menengah. Awalnya, Kebon Binatang Bandung belum

dilengkapi oleh prasarana parkir khusus kendaraan pengunjung. Oleh karena itu,

setiap akhir pekan jalan Taman Sari sebagai jalan dimana Kebon Binatang

Bandung berada pasti akan mengalami macet. Hal tersebut disebabkan oleh

kendaraan yang parkir di pinggir jalan dan menghambat lalu lintas yang melintas

di ruas jalan tersebut. Selain itu, kurangnya ketersediaan saran pejalan kaki yang

berupa troroar juga menyebabkan hambatan bagi lalu lintas karena wisatawan

kerap berjalan di badan jalan. Hal tersebut diperparah dengan PKL yang

berdagang di pinggir jalan dan angkutan umum yang ngetem dalam mencari

penumpang.

Saat ini, kelengkapan sarana prasarana di kawasan wisata Kebon Binatang

telah diperbaiki. Saat ini, Kebon Binatang Bandung telah memiliki lahan khusus

yang digunakan sebagai fasilitas parkir bagi kendaraan-kendaraan wisatawan baik

untuk kendaraan pribadi maupun bus. Selain dengan ketersediaan prasarana parkir

yang tergolong baru, kawasan Kebon Binatang Bandung kini telah dilengkapi

oleh sarana pejalan kaki yang berupa trotoar yang terletak di jalan Taman Sari

Bandung. Ketersediaan sarana tersebut mulai dirasakan manfaatnya pada awal-

awal beroperasinya sarana tersebut, khususnya untuk prasarana parkir. Namun,

lama kelamaan kapasitas dari prasarana parkir yang dimiliki Kebon Binatang Kota

Bandung dirasa masih kurang dalam menampung jumlah kendaraan wisatawan

yang parkir, sehingga para wisatawan kembali menggunakan badan jalan sebagai

Page 41: grafik wisata bdg

lokasi parkir dan kembali menyebabkan kemacetan lalu lintas. Kemacetan lalu

lintas khususnya pada akhir pekan seringkali disebabkan oleh terhambatnya lalu

lintas akibat kendaraan yang ingin parkir atau mencari parkir di pinggir jalan.

Untuk ketersediaan sarana trotoar, wisatawan yang datang ke kawasan ini telah

memanfaatkan sarana ini sehingga sudah tidak terlalu mengganggu lalu lintas

kendaraan lagi, walaupun masih ada beberapa wisatawan yang belum menyadari

fungsi dari sarana ini dan tetap berjalan di badan jalan. Ruas jalan Taman Sari

yang dilewati beberapa trayek angkutan kota menjadikan objek wisata Kebon

Binatang Bandung mudah dijangkau. Namun hal tersebut masih belum didukung

oleh tersedianya sarana halte bus ataupun sarana menaikkan dan menurunkan

penumpang sehingga seringkali menyebabkan kemacetan lalu lintas yang dapat

membuang waktu pengunjung dan wisatawan maupun penduduk Kota Bandung

yang melintas di kawasan ini. Berdasarkan hasil observasi, tingkat pelayanan jalan

yang terdapat di kawasan ini dapat mencapai D atau F pada waktu akhir pekan,

apalagi pada waktu liburan panjang dimana sering terjadi kemacetan lalu lintas

dan antrian yang cukup panjang pada waku akhir pekan. Pada waktu hari kerja,

tingkat pelayanan jalan di kawasan ini dapat mencapai B, dimana arus cukup

stabil dengan kecepatan yang terbatas dan mulai ada gangguan.

Untuk permasalahan yang sering terjadi di kawasan ini adalah kemacetan

lalu lintas yang diakibatkan oleh berbagai macam penyebab, yaitu hambatan yang

disebabkan oleh kendaraan yang mencari parkir ataupun kendaraan yang akan

parkir atau yang keluar lokasi parkir, hambatan yang disebabkan oleh wisatawan

yang berjalan di badan jalan, PKL yang tidak teratur dan mengurangi kapasitas

jalan, serta angkutan umum yang ngetem dalam mencari penumpang. Berikut ini

dapat dilihat karakteristik kawasan wisata di kawasan Kebon Binatang Bandung

pada TABEL III-14 berikut ini.

Page 42: grafik wisata bdg

TABEL III-14

KARAKTERISTIK KEGIATAN WISATA DI KAWASAN

KEBON BINATANG

Parameter Karakteristik

Jenis Kegiatan Wisata Jenis kegiatan yang berada di kawasan ini adalah kegiatan rekreasi. Daya tarik

utamanya adalah banyaknya binatang - binatang liar yang dapat dilihat dari dekat.

Wisatawan

Wisatawan yang datang ke kebon binatang lebih banyak yang berasal dari Kota Bandung dan yang datang dari sekitar Kota Bandung seperti Padalarang, Cimahi,

Soreang, Subang, dsb. Wisatawan yang datang biasanya menggunakan kendaraan

pribadi dan kendaraan umum. Untuk wisatawan yang datang secara berkelompok

(rombongan), biasanya mereka menggunakan bus atau menyewa angkutan kota

sebagai moda transportasi.

Ketersediaan sarana prasarana

Sarana prasarana yang dimiliki kebon binatang yang dapat mendukung kegiatan

pariwisata di kawasan kebon binatang antara lain ketersediaan fasilitas parkir umum dan trotoar. Pada kawasan ini dilewati oleh berbagai trayek angkutan kota sehingga

cukupmudah dijangkau oleh wisatawan.

Permasalahan

Ketersediaan fasilitas parkir yang baru memberikan pengaruh yang cukup baik dalam mengurangi permasalahan lalu lintas yang biasa terjadi. On street parking menjadi

masalah utama yang menyebabkan permasalahan kemacetan lalu lintas. Angkutan

kota yang ngetem, wisatawan yang berjalan di badan jalan, maupun PKL turut menyebabkan kemacetan lalu lintas pada kawasan ini.

Sumber : Hasil Observasi 2008