BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang -...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang -...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Untuk mengacu pada sistem pelayanan publik di era reformasi, maka
sistem pelayanan prima sesuai tupoksiwab (tugas pokok, fungsi dan tanggung
jawab) menjadi modal dasar yang harus dilakukan sebagai tolok ukur kinerja
aparatur pemerintah saat ini. Sedangkan dilain pihak, Otonomi Daerah sudah
menjadi kewenangan daerah di seluruh wilayah Indonesia untuk mengatur urusan
pemerintahan daerahnya sendiri, termasuk sektor-sektor pembangunan dan
ekonomi daerah, tetapi masih dalam koridor NKRI, UUD 1945 dan Pancasila
serta dibawah pengawasan Pemerintah Pusat. Untuk itu diperlukan sebuah sistem
dan aturan yang jelas, terarah, transparansi dari pihak penyelenggara pelayanan
publik kepada masyarakat secara terbuka melalui informasi, agar dalam pelayanan
publik dengan cara cepat, tepat waktu, biaya ringan/proporsional dan sederhana.
Agar layanan tersebut dapat memuaskan orang-orang atau kelompok orang
yang dilayani, ada 4 (empat) kemungkinan yang terjadi dalam mengukur kepuasan
dan kualitas pelayanan publik ini, yaitu :
1. Bisa jadi pihak aparat birokrasi yang melayani dan pihak masyarakat yang
dilayani sama-sama dapat dengan mudah memahami kualitas pelayanan
tersebut (mutual knowledge).
2
2. Bisa jadi pihak aparat birokrasi yang melayani lebih mudah memahami
dan mengevaluasi kualitas pelayanan publik dari pada masyarakat
pelanggan yang dilayani (producer knowledge).
3. Bisa jadi masyarakat pelanggan yang dilayani lebih mudah dan lebih
memahami dalam mengevaluasi kualitas pelayanan yang diberikan oleh
aparat birokrasi pelayanan publik (consumer knowledge).
4. Bisa jadi baik aparat birokrasi pelayanan publik maupun masyarakat yang
dilayani sama-sama tidak tahu dan mendapat kesulitan dalam
mengevaluasi kualitas pelayanan publik (mutual Ignorance).
(http://www.docstoc.com/docs/ diakses tanggal 23 November 2009).
Bagi Pemerintah Kota Surabaya sistem pelayanan publik, khususnya jasa
transportasi masih menjadi kendala yang harus terus dilakukan, dimana sebagai
Kota terbesar kedua setelah Jakarta, Surabaya memiliki luas 326,36 km2 dan
jumlah penduduk lebih dari 3 (tiga) juta dengan kekuatan ekonomi yang
dimilikinya menjadikan kota ini mempunyai peran yang cukup strategis dan
diperhitungkan dalam menentukan arah kebijakan pembangunan Propinsi Jawa
Timur. Kekuatan ekonomi dan segala aktifitas ekonomi yang ada merupakan salah
satu penggerak ekonomi Jawa Timur (Anonim, 2004). Surabaya sebagai kota
budaya, pendidikan, pariwisata, maritim, industri dan perdagangan terus tinggi
seiring perkembangan perekonomian dan perkembangan jaman. Transportasi
merupakan hal sangat penting dalam mendukung perekonomian, kesejahteraan
sosial dan penghubung antar populasi penduduk. Transportasi mendukung
mobilisasi orang dan sangat penting bagi proses produksi dan distribusi barang
3
hasil produksi (UNECE, 2013). Namun, pelayanan angkutan umum di Surabaya
masih belum mampu menjangkau seluruh daerah karena terbatasnya trayek,
sehingga akhirnya penduduk memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi.
Kecenderungan penduduk untuk menggunakan kendaraan pribadi menurut Tamin
(2000) disebabkan oleh beberapa aspek negatif sistem angkutan umum, yaitu:
- Tidak adanya jadwal yang tetap,
- Pola rute yang memaksa terjadinya transfer
- Kelebihan penumpang pada jam sibuk
- Cara mengemudikan kendaraan yang sembarangan dan membahayakan
keselamatan
- Kondisi internal dan eksternal yang buruk
Setiap tahun volume pertumbuhan kendaraan bermotor di Surabaya
mencapai 10 persen hingga 12 persen. Padahal pertumbuhan jalan di Surabaya nol
persen. Menurut Deputi Direktur Direktorat Perhubungan Darat RH Christiono :
“Tingginya pertumbuhan kendaraan bermotor disebabkan lemahnya kemampuan
Pemerintah Daerah menyediakan sarana angkutan umum. Penyediaan layanan
angkutan umum yang seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah justru
dilepas kepada pihak Swasta”.
Berikut data-data tentang perbandingan pertumbuhan jumlah kendaraan
dengan jumlah penduduk Jawa Timur adalah sebagai berikut :
4
Sumber : denni0627 in Transportasi, tanggal 31 Januari 2013 dalam “Ratio
Jumlah Kendaraan Angkutan Umum AKDP”
Sedangkan data panjang dan lebar Jalan di Kota Surabaya menurut Status
Jalan adalah sebagai berikut :
No
Status
2003 2004 2005
P (km) L (m) P (km) L (m) P (km) L (m)
1. Jalan Nasional 80,87 20 – 50 80,87 20 – 50 80,87 20 – 50
2. Jalan Propinsi 18,57 12 – 15 18,57 12 – 15 18,57 18,57
3. Jalan Kabupaten - - - - - -
4 Jalan Kota 1.977 6 – 25 1.977 6 - 25 1.977 6 – 25
Total 2.076,44 2.076 2.076
Sumber : Dinas Marga dan Utilitas Kota Surabaya
Adapun data – data Panjang Jalan menurut Kewenangan Kota Surabaya
dan kondisi jalan hingga akhir – akhir ini adalah sebagai berikut :
No Jenis Kewenangan Panjang Jalan (Km)
1 Jalan Nasional 45,66
2 Jalan Propinsi 13,73
3 Jalan Kabupaten / Kota 2003,65
T o t a l 2063,04
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya Tahun 2012
5
No
Status
BAIK SEDANG RUSAK
KM ℅ KM ℅ KM ℅
1. Jalan Nasional 42,02 52℅ 23,15 27℅ 15,7 19℅
2. Jalan Propinsi 10,43 56℅ 6,92 37℅ 1,22 7℅
3. Jalan Kabupaten - - - - - -
4 Jalan Kota 1.617 82℅ 349,40 17,50℅ 10,60 0,50℅
Total 1.689 379,47 27,52
Sumber : Dinas Marga dan Utilitas Kota Surabaya Tahun 2005
Bila rata-rata pertumbuhan kendaraan bermotor di Kota Surabaya tiap
tahun mencapai 10%, maka di tahun 2013, jumlah kendaraan bermotor (angkutan
umum) hampir mencapai 10.000 unit, bahkan di tahun 2014 ini bisa mencapai
lebih dari itu, dengan kata lain tiap 2 km terdapat 2.000 lebih unit kendaraan
umum, sehingga dapat diprediksi kepadatan yang menimbulkan kemacetan luar
biasa, sehingga perlunya diimbangi dengan jumlah infrastruktur jalan raya yang
memadai. Untuk itu menimbulkan terjadinya perubahan paradigma yang mana
definisi Manajemen Kebutuhan akan Transportasi (MKT) seperti yang dinyatakan
oleh Orski (1998) adalah sebagai berikut:
“…….suatu cara untuk mempengaruhi perilaku pelaku pergerakan dengan
tujuan untuk mengurangi besarnya kebutuhan akan pergerakan atau
menyebarkan kebutuhan tersebut dalam ruang dan waktu…”. Konsep MKT ini
yaitu menjelaskan yang menggunakan pendekatan konvensional peningkatan
kebutuhan transportasi dipenuhi dengan meningkatkan prasarana transportasi yang
pada akhirnya akan terbentur oleh batas lingkungan. Sedangkan pada pendekatan
MKT, kebutuhan akan transportasi berusaha untuk dikendalikan sementara
6
prasarana terus ditingkatkan. Pengendalian kebutuhan akan transportasi menurut
Tamin (2000) tidak dilakukan dengan cara membatasi pergerakan yang akan
terjadi melainkan mengelola proses pergerakan tersebut supaya tidak terjadi pada
saat bersamaan dan atau terjadi pada lokasi yang bersamaan pula. Karena itu
beberapa kebijakan yang akan dilakukannya adalah sebagai berikut :
- Proses pergerakan pada lokasi yang sama tetapi waktu yang berbeda
(pergeseran waktu)
- Proses pergerakan pada waktu yang sama tetapi lokasi atau rute yang berbeda
(pergeseran lokasi / rute).
- Proses pergerakan pada lokasi dan waktu yang sama tetapi dengan moda
transportasi yang berbeda (pergeseran moda).
- Proses pergerakan pada lokasi, waktu, dan moda transportasi yang sama
tetapi dengan lokasi tujuan yang berbeda (pergeseran lokasi tujuan).
Salah satu pergeseran yang dapat dilakukan Pemerintah Kota Surabaya
untuk membatasi kebutuhan akan transportasi adalah pergeseran moda angkutan.
Kebijakan ini didukung oleh kenyataan bahwa penggunaan jalan raya sekarang ini
sangat tidak efisien dengan lebih banyaknya kendaraan pribadi berpenumpang
sedikit dibandingkan dengan angkutan umum yang mengangkut lebih banyak
penumpang. Jika angkutan umum perkotaannya bagus-bagus dan pelayanannya
juga membuat penumpang nyaman, diharapkan masyarakat akan beralih dari
kendaraan pribadi seperti sepeda motor dan mobil pribadi, dapat beralih ke
angkutan umum masal (Pusat Komunikasi Publik, 2013). Untuk itu perlunya
pemaksimalan penggunaan bus kota Rute Metode Baru (RMB) oleh Bus DAMRI,
7
dimana tujuan dari pengoperasian bus RMB ini adalah untuk meningkatkan
pelayanan angkutan umum sehingga dapat menunjang program peralihan
pemakaian moda dari kendaraan pribadi ke angkutan umum. Tentunya, untuk
mengalihkan transportasi masyarakat dari kendaraan pribadi kepada kendaraan
umum, pelayanan sangat menentukan. (Pusat Komunikasi Publik, 2013).
Disamping itu juga ada Bus Kota Non Ekonomi RMB yang menyediakan fasilitas
jauh lebih baik bagi pengguna jasa layanan transportasi tersebut seperti memenuhi
kriteria tambahan yaitu :
- Jadwal keberangkatan dan kedatangan harus dipatuhi, baik ada atau tidak ada
penumpang.
- Fasilitas tempat duduk yang empuk dan dilengkapi dengan AC.
- Penumpang yang diangkut sesuai jumlah tempat duduk yang disediakan.
- Keamanan penumpang terjaga.
- Awak bus selalu berpakaian rapi, ramah, sopan,serta lugas.
PERUM DAMRI (Perusahaan Umum Djawatan Angkutan Motor
Republik Indonesia) Unit Bus Kota Surabaya sebagai salah satu pengelola
angkutan umum massal akan mempersiapkan diri dengan melakukan pembenahan
dan perbaikan kualitas pelayanan angkutan. PERUM DAMRI berusaha menjaga
komitmen untuk memberikan pelayanan jasa transportasi yang terbaik bagi
penduduk kota Surabaya seperti yang sudah dilakukan sejak pertama kali
perusahaan ini berdiri. Bus RMB ini terdiri dari 12 armada, dengan 10 armada
yang beroperasi dan dua armada cadangan dengan jam pengoperasian mulai jam
8
06.00 WIB sampai dengan jam 22.00 WIB. Perbedaan mendasar dari bus RMB
dengan bus lainnya adalah sistem pengoperasiannya yang meliputi :
1. Sistem Pengoperasian Bus RMB1 Pembayaran dengan uang pas (Rp 1.500;),
dimasukkan ke box dekat sopir
2. Penumpang Max. 59 orang sesuai jumlah tempat duduk
3. Tempat berhenti pada halte yang telah ditentukan
4. Interval keberangkatan dari Purabaya ± 10 menit baik ada/tidak ada
penumpang
5. Pintu keluar/masuk : Pintu depan untuk masuk, pintu belakang untuk keluar
6. Sistem penggajian karyawan Sopir digaji per jam bukan berdasarkan setoran
Hingga kini di akhir tahun 2013, UPTD (Unit Pelayanan Teknis Daerah)
Terminal Tambak Osowilangon – Surabaya secara resmi mengoperasikan 10
(sepuluh) trayek bus antar kota. Peresmian ini merupakan tahap pertama yang
ditandai dengan beroperasinya 68 (enam puluh delapan) bus di Terminal TOW ini
yang terdiri dari 2 (dua) layanan, yaitu patas dan ekonomi. Bus tersebut terdiri
dari bus Angkutan Kota Dalam Propinsi (AKDP).
Apalagi hal tersebut didukung oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan menyerahkan 45 bus ukuran besar dan sedang kepada
Pemerintah Kota, Perum DAMRI dan Perum PPD. Bantuan ini sebagai stimulus
agar Pemerintah Kota serius mengembangkan dan meningkatkan pembangunan
transportasi perkotaan. (Pusat Komunikasi Publik, 2013).
Pada acara Penganugerahan pelayanan terbaik perusahaan angkutan umum
dan lifetime achievement bidang angkutan jalan serta dan penyerahan bantuan bus
9
dan kapal penyeberangan, EE Mangindaan selaku Menteri Perhubungan yang
didampingi Dirjen Perhubungan Darat Suroyo Alimoeso di Jakarta, Jumat, 20
Desember 2013 mengatakan, Pemda yang memperoleh bantuan Bus harus
menyiapkan sistem angkutan umum masal. "Diharapkan agar Kepala Daerah
serta seluruh perangkat Pemda yang terkait, untuk lebih serius mengembangkan
dan meningkatkan pembangunan transportasi perkotaan di daerahnya masing-
masing" kata Mangindaan.
Masih menjadi kendala lain yaitu dalam hal ini terutama masalah
kemacetan di Kota Surabaya diantaranya adanya Terminal bayangan yang
menjadi pemicunya, misalnya Terminal yang ada di Jalan Sidorame yang cukup
parah, dimana setiap harinya dikedua sisi jalannya dipadati puluhan angkot yang
ngetem, belum lagi aktifitas naik – turunnya penumpang yang selalu marak. Jalan
yang berada di Kecamatan Semampir ini termasuk kawasan padat, dimana
merupakan akses utama menuju Suramadu dan Pelabuhan Tanjung Perak yang
mengakibatkan banyak kendaraan berukuran besar yang berlalu-lalang. (Jawa Pos,
2014). Dan penyebab lainnya adalah jumlah Motor membludak, bisa
dimungkinkan tarif angkutan umum selama ini terlalu tinggi bila dibandingkan
dengan biaya menggunakan kendaraan pribadi, baik Mobil maupun Motor.
Namun perlu disadari juga bahwa dampaknya luar biasa dalam kehidupan, yakni
membengkaknya subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang menembus kurang
lebih Rp 200 Triliun dan peningkatan emisi gas rumah kaca serta kemacetan itu
sendiri yang tak terhindari. (Liputan6.com, Jakarta, 21 November 2013). Belum
lagi kondisi dan suasana dalam berkendara angkutan umum di Kota-kota Besar,
10
selain tidak praktis juga memakan waktu lama dan tidak aman pula, baik
Mikrolet, Bus, Kereta Api, Bajaj (Bemo), Taksi maupun angkutan darat lainnya
yang tidak nyaman, seperti bau asap rokok, ngetem, jadwal kedatangan yang tidak
jelas, penumpang yang padat, pengamen yang sangar, kurang aman, kurang
nyaman. (Dewi Puspasari, 2014).
Dan berbagai upaya telah dilakukan dan akan terus diperbaiki untuk
mengatasi kendala seperti kemacetan tersebut, yakni dengan adanya transportasi
massal, baik untuk jalur Bis (BRT/Bus Rapid Transit) maupun Kereta Api (Mass
Rapid Transit) untuk kedepannya yang akan diberlakukan, khusus di Kota
Surabaya rencana tersebut tahun 2015 sudah mulai dioperasikan MRT tersebut,
hingga angkutan pengumpan sehingga angkutan kota sampai pada gang-gang,
dimana hal tersebut sebagai momentum dalam membenahi transportasi publik
setelah dengan adanya kebijakan Mobil Ramah Lingkungan oleh Pemerintah
Pusat yang menjadi polemik dengan Pemerintah-pemerintah Daerah di Indonesia
selama ini. Hal itu sebagai antisipasinya. (Kompas, 2013).
Belum tuntas masalah kemacetan, masalah lain muncul khusus di
Terminal Tambak Osowilangon (TOW) yang berlokasi di Surabaya Barat
mengalami kerugian biaya pembangunan Terminal yang cukup signifikan, karena
pengoperasian Terminal Tambak Osowilangon (TOW) telah memakan biaya
kurang lebih Rp 14 miliar Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Surabaya yang
menarik kembali 296 Bus Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) jalur Pantura ke
Terminal Purabaya, dimana sebelumnya Bus AKAP Pantura yang terdiri dari 19
PO yang dulu ada di Purabaya dimasukkan ke Terminal Tambak Osowilangon
11
(TOW) ini kemudian tahun 2014 sekarang dikembalikan lagi ke Terminal
Purabaya, karena Dinas Perhubungan selaku atas nama Pemerintah Kota Surabaya
melakukan kebijakan berdasarkan Surat Direktorat Perhubungan Darat-
Kementerian Perhubungan Republik Indonesia Nomor A1/205/7/6/DJPD/2014
yang menyebutkan bahwa “semua Bus AKAP Pantura yang berada di TOW harus
dikembalikan ke Purabaya”. (Jawa Pos, 21 Februari 2014). Dampaknya tidak
hanya bagi Pemkot Surabaya saja tetapi juga kepada Pengusaha Bus dan
masyarakat pengguna jasa layanan transportasi tersebut termasuk masyarakat
yang mencari penghasilan di sekitar Terminal Tambak Osowilangon (TOW)
seperti Pedagang dan Tukang Parkir karena keadaan Terminal semakain sepi.
Inilah yang menjadi masalah bagi Instansi terkait, baik Pemkot dan DPRD Kota
Surabaya maupun bagi masyarakat luas pada umumnya, terkhusus bagi pengguna
jasa layanan transportasi Bus Kota di Surabaya. (Jawa Pos, 2014). Apalagi
terjadinya Paguyuban Pekerja Angkutan (PPA) Terminal Tambak Osowilangon
(TOW) yang tetap bertahan tidak akan memasukkan bus dan angkutan kota ke
dalam Terminal. Protes tersebut akan dilakukan sampai ada realisasi nyata dari
Pemkot Surabaya memasukkan seluruh Bus ke Terminal TOW sesuai trayeknya.
(Duta online, 2014). Dalam wawancara melalui SBO TV, 25 Februari 2014
Kepala UPTD Terminal TOW, Bpk. Indera Gani mengatakan “Anggaran biaya
sarana dan prasarana jasa transportasi khususnya di Terminal-Terminal di
seluruh Surabaya sangatlah besar, sehingga kedepan re-oting PEMKOT akan
melakukan pembenahan-pembenahan juga feeder-feeder angkot seperti di
Terminal TOW ini, misalnya akan ke Manukan tidak perlu ganti angkutan sampai
12
dua atau tiga kali, sedangkan bagi penumpang mereka memilih didalam Terminal
demi keamanan dan kenyamanan apalagi ketika hujan tiba”. Sedangkan menurut
Bpk. Simon Lekantompessy selaku Komisi C DPRD Kota Surabaya mengatakan
“TOW ini sebenarnya sudah layak dalam fasilitas termasuk kesigapan para
Petugas dalam bekerja/pelayanannya, namun perlunya sarana-sarana penunjang
lainnya, agar lebih baik kedepannya. Untuk itu perlu melibatkan pihak-pihak lain
termasuk Pemprov Jatim, karena Bus - bus dan angkutan lain yang masuk ke
Surabaya bukan hanya milik masyarakat Surabaya saja melainkan milik juga dari
daerah lain seperti Gresik, Lamongan dan Tuban terutama yang masuk jalur
Pantura ke Surabaya, jadi kami tidak mempunyai kekuatan bersuara dalam
menentukan arah kebijakan ini, sedangkan TOW mempunyai prospek yang
strategis, bagus dan akan ramai nantinya apabila proyek Teluk Lamong selesai,
sehingga adanya promosi untuk jalur - jalur yang ada disini, karena apabila tidak
maka akan mati, adapun sengketa-sengketa antar PO juga biaya transportasi
DAMRI ke dan dari Bungurasih-Tambak Osowilangon, segera diselesaikan tentu
PEMKOT Surabaya dan juga Pemprov Jatim harus tegas untuk hal-hal itu”.
1.2. Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah Kualitas Jasa Pelayanan Transportasi Bus DAMRI Kota
Surabaya dalam Rangka Meningkatkan Kepuasaan Penumpang di
Terminal Osowilangon Surabaya?
13
b. Faktor – faktor apakah yang mendukung dan menghambat peningkatan
kualitas jasa pelayanan transportasi Bus DAMRI khususnya di Terminal
Osowilangon?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kualitas jasa pelayanan transportasi Bus DAMRI Kota
Surabaya dalam Rangka Meningkatkan Kepuasaan Penumpang di
Terminal Osowilangon Surabaya
2. Untuk mengetahui faktor – faktor apakah yang mendukung dan
menghambat peningkatan kualitas jasa pelayanan transportasi Bus DAMRI
khususnya di Terminal Osowilangon.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Secara akademis, penelitian diharapkan menambah wawasan para
Mahasiswa yang mengkaji bidang pelayanan, khususnya Mahasiswa
Administrasi Negara.
2. Secara praktis
a. penelitian diharapkan memberi masukan yang berguna bagi instansi –
instansi terkait, khususnya Dinas Perhubungan Kota Surabaya
sehingga membuat perencanaan dan pengelolaan yang lebih baik untuk
kedepannya.
b. Bagi masyarakat luas, khusus pengguna jasa transportasi Bus DAMRI
di Kota Surabaya untuk mengetahui wacana tentang kondisi
pengoperasian Bus Kota di Surabaya.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu :
a. “Analisis Konsekuensi Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan
Masyarakat” dalam Kajian pada Pengguna Pelayanan Publik Dinas
Perhubungan dan Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Propinsi Jawa
Timur oleh Sukesi, Fakultas Ekonomi, Universitas Dr. Soetomo –
Surabaya dalam Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol.13 No.1,
Maret, 2011, hal : 61 – 75. Dalam Penelitian ini menggunakan jenis
Penelitian Kuantitatif yang bersifat deskriptif dengan indikator Kep.
MenPAN No. KEP/25/M.PAN/2/2004 yaitu 14 indikator tentang
Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM). Dan
hasil berdasarkan ringkasan survey menunjukkan kualitas peningkatan
yang semakin baik dari waktu ke waktu yang dikarenakan kulitas SDM
serta sarana dan prasarana penunjang transportasi lainnya dan secara
umum dapat dikategorikan “BAIK”.
b. Siti Aminah dalam Jurnal : Masyarakat, Kebudayaan dan Politik
dengan Judul “Transportasi Publik dan Aksesibilitas Masyarakat
Perkotaan”, Vol. 20, No. 1, 2007, Universitas Airlangga – Surabaya.
Karakter umum transportasi publik melayani masyarakat dengan
obilitas dan akses pada pekerjaan, sumber-sumber sosial ekonomi
politik, pusat kesehatan, dan tempat rekreasi. Apapun motivasi
15
masyarakat, baik yang sadar dan memutuskan untuk memilih
transportasi umum ataupun yang terpaksa karena tidak memiliki pilihan
lain, ada kecenderungan penumpang transportasi umum tidak memiliki
mobil dan harus bergantung pada transportasi umum.
Transportasi umum menyediakan layanan mobilitas dasar bagi orang-
orang tersebut dan juga bagi semua orang yang tidak memiliki akses
mobil. Sistem transportasi masal memang belum terwujud, artinya
sampai saat ini belum bisa dijangkau masyarakat, kepentingan
masyarakat belum terpenuhi, yang tidak hanya terkait dengan soal tarif,
tetapi sistem transportasi berkelanjutan yang bisa menjangkau
kebutuhan nyata masyarakat.
Mobilitas berkelanjutan (sustainable mobility) menyatukan segala
macam upaya untuk mencapai keseimbangan biaya dan keuntungan
sektor transportasi. Ini menandai adanya pergeseran dari pendekatan
perencanaan transportasi tradisional, yang mengkonseptualisasikan
transport sebagai sebuah permintaan dan infrastruktur pendukung bagi
pertumbuhan ekonomi, menuju pendekatan kebijakan melalui bukti dan
perkiraan resiko, serta untuk mengetahui kemungkinan pertumbuhan
yang tidak terkendali. Perluasan kapasitas jalan dan hambatan jalan
dapat dikurangi dengan menekan permintaan yang terlalu berlebih atas
penggunaan jalan. Meskipun, telah jelas mengenai perlunya berbagai
macam transportasi publik, masih terdapat tendensi untuk mengadakan
transportasi publik yang berbiaya besar dengan tawaran pilihan yang
16
sangat terbatas. Subsidi pada umumnya muncul karena keinginan untuk
mempertahankan layanan tertentu pada biaya yang rendah. Namun
pengalaman, menunjukkan keuntungan yang diantisipasi, pelayanan
yang lebih baik, mengurangi penggunaan mobil dan hambatannya, serta
patronase yang lebih tinggi, yang mengarah pada peningkatan viabilitas
menjadi ekspektasi jangka pendek.
Pertumbuhan motorisasi, yang kemudian menyebabkan meningkatnya
arus telah menarik perhatian pemerintah untuk meningkatkan kapasitas
jalan. Untuk sejumlah alasan, hal ini menjadi relevan dengan upaya
mengakomodasi lalu lintas. Pemkot, perlu untuk memperhatikan
signifikansi jangka panjang akomodasi lalu lintas yang termotorisasi
dalam hubungan berkecepatan tinggi, memiliki pengaruh besar terhadap
bentuk kota. Bagaimanpun transportasi publik harus bisa diakses semua
kelompok masyarakat, karena itu transportasi publik juga perlu
memberikan j aminan kenyamanan pada kelompok masyarakat miskin.
Karena dengan mobilitas tinggi dari pengguna mobil berarti mobilitas
yang rendah bagi yang lain, sementara akses fasilitas yang tersebar
sesuai dengan pengguna mobil mengurangi rangkaian fasilitas yang
dapat dikonsentrasikan pada semua pusat ataupun suburban.
Berikut data – data penelitian terdahulu sebagai bahan perbandingan antara
data – data peneliti terdahulu dengan data – data peneliti yang sekarang dilakukan.
17
Tabel : Penelitian Terdahulu
No. Peneliti Metode Penelitan Hasil Penelitian
1.
Sukesi, Fakultas
Ekonomi, Univ-
ersitas Dr.Soeto-
mo-Surabaya
- Jenis Penelitian :
Kuantitatif deskriptif
- Teknik Pengumpulan
Data :
- Data primer : survey
(melalui angket /
kuisioner)
- Data sekunder :
sumber yaitu
Dokumentasi dan
Studi Kepustakaan
- Teknik Analisis Data :
- Reduksi data
- Penyajian data
- Penarikan
kesimpulan
Berdasarkan hasil
analisis deskriptif data
survey, bahwa kualitas
pelayanan di lingkungan
Dishub dan LLAJ
Pemprov Jatim dari 11
UPT Jembatan Timbang
tergolong kategori
“Baik” dengan nilai rata-
rata : 79,57 (62,51-
81,25) dan dengan IKM
(Indeks Kepuasan
Masyarakat) yang kian
meningkat dengan nilai :
79,57 bila dibanding
tahun-tahun sebelumnya.
- Tahun 2009 : 69,58
“Baik”
- Tahun 2008 : 68,74
“Baik”
2.
Siti Aminah,
Jurusan Ilmu
Politik, Fakultas
Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik,
Universitas Air-
langga Surabaya
- Jenis Penelitian :
Kualitatif deskriptif
- Teknik Pengumpulan
Data :
- Wawancara
- Dokumentasi
- Observasi
- Teknik Analisa Data :
- Reduksi data
- Penyajian data
- Penarikan
kesimpulan
- Perlu memperhatikan
bagi Pemkot Surabaya
signifikansi jangka
panjang akomodasi lalu
lintas yang
termotorisasi dalam
hubungan yang
berkecepatan tinggi
karena memiliki
pengaruh besar
terhadap bentuk kota.
- Bagaimanapun juga
transportasi harus
diakses oleh semua
kelompok masyarakat,
karena itu transportasi
publik juga perlu
memberikan jaminan
kenyamanan pada
18
kelompok masyarakat
miskin.
3.
Suwito Ridani,
Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu
Politik, Univer-
sitas Wijaya Pu-
tra Surabaya
- Jenis Penelitian :
Kualitatif deskriptif
- Teknik Pengumpulan
Data :
- Wawancara
- Dokumentasi
- Observasi
- Teknik Analisa Data :
- Reduksi data
- Penyajian data
- Penarikan
kesimpulan
(masih penelitian)
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pelayanan Publik
Dalam Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, maka disebutkan hak - hak dan kewajiban daerah yang harus dilakukan
sebagai pelaksanaan undang – undang otonomi daerah tersebut. Bagi Pemerintah
Kota Surabaya, pelaksanaan otonomi daerah mengacu pada sistem
penyelenggaraan segenap aparat birokrasi dalam pelayanan publik demi
meningkatlkan kinerja pemerintah sebagai tanggung jawab birokrasi kepada
masyarakat umum (publik) untuk mencapai program - program kerja yang telah
direncanakan.
Menurut Undang – Undang No. 25 tahun 2009 Pelayanan Publik adalah
kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan
sesuai dengan peraturan perundang – undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
19
penyelenggara pelayanan publik. Sedangkan Menurut Keputusan Menteri
Pemberdayaan Negara (MenPAN) Nomor 25 Tahun 2004 yang menyatakan
bahwa “Pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan
oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan
penerima pelayanan, maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan
perundang-undangan”
Menurut Tjiptono istilah service mungkin bisa diartikan sebagai
“melakukan sesuatu bagi orang lain” padanan kata service dalam Bahasa
Indonesia yakni jasa, layanan, dan servis. Sebagai jasa, service umumnya
mencerminkan produk tidak berwujud fisik (intanggible) atau sektor industri
spesifik, seperti pendidikan, kesehatan, telekomunikasi, transportasi, asuransi dan
perbankan dll. Sebagai layanan, service menyiratkan segala sesuatu yang
dilakukan pihak tertentu (individu ataupun kelompok) kepada pihak lain (individu
ataupun kelompok). Contohnya adalah layanan pelanggan (customer
service).Sementara sebagai servis, service lebih mengacu pada konteks reparasi
misalnya servis peralatan elektronik. Pelayanan merupakan aktifitas manajeman
yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
secara aktif dan dinamis, karena dalam pelayanan pada dasarnya manusialah yang
menjadi sasaran, baik secara perorangan maupun berkelompok dalam bentuk
badan atau organisasi. Di dalam beraktifitas terdapat suatu proses penggunaan
akal pikiran, panca indra dan anggota badan dengan atau tanpa alat bantu yang
dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan.
20
Sedangkan menurut Moenir, pelayanan dapat diartikaan sebagai proses
pemenuhan kebutuhan melalui aktifitas orang lain yang langsung. Pengertian
pelayanan menurut Groonroos yang didefenisikan sebagai “A service is an
activity or series of activities of more or less intangible nature that normally, but
necessarily, take place in interaction between the customer and service employees
and/or physical resources or good/ or systems of the service provider, with are
provided as solution to customer problems”. dinyatakan bahwa sebuah pelayanan
merupakan suatu aktifitas atau rangkaian aktifitas yang bersifat tak berwujud
terjadi secara normal, tapi penting dalam interaksi antara pelanggan dan pemberi
jasa dan/atau sumber daya fisik atau peralatan dan/atau sistem penyedia layanan,
sebagai solusi masalah-masalah pelanggan. Dalam setiap pelayanan pasti
melibatkan penyedia (pemberi) dan penerima layanan. Untuk layanan yang
sifatnya barang keterlibatan penerima layanan relatif lebih kecil dibanding dengan
layanan yang bersifat jasa, semakin layanan tersebut berbentuk jasa semakin
banyak keterlibatan penerima jasa dalam proses pemberian layanan, namun pada
umumnya dalam setiap layanan jasa juga terdapat barang atau benda yang menjadi
bagian dari layanan jasa tersebut.
Menurut Boediono, pelayanan dapat didefinisikan yaitu suatu proses
bantuan kepada orang lain dengan cara - cara tertentu yang memerlukan kepekaan
dan hubungan interpersonal agar tercipta kepuasan dan keberhasilan. Definisi
yang menekankan pada kepekaan dan hubungan interpersonal dari penyedia
layanan akan menghasilkan pelayanan prima yang merupakan pelayanan dengan
nilai yang tinggi atau pelayanan yang bermutu, dimana tujuan dari prima adalah :
21
a. Meningkatkan mutu dan produktifitas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi
pemerintah dibidang pelayanan umum; mendefenisikan bahwa pelayanan
adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang
memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar tercipta kepuasan dan
keberhasilan. Definisi yang menekankan pada kepekaan dan hubungan
interpersonal dari penyedia layanan akan menghasilkan pelayanan prima.
Pelayanan prima merupakan pelayanan dengan nilai yang tinggi atau pelayanan
yang bermutu, dimana tujuan dari pelayanan prima adalah:
b. Mendorong upaya mengefektifkan sistem dan tata laksana pelayanan, sehingga
pelayanan umum dapat diselenggarakan secara berdaya guna dan berhasil guna
(efisien dan efektif)
c. Mendorong tumbuhnya kreatifitas, prakarsa dan peran serta masyarakat dalam
pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.
Sugiarto mendefinisikan jasa pelayanan sebagai suatu tindakan yang
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan orang lain (konsumen, pelanggan, tamu,
klien, pasien, penumpang dan lain-lain) yang tingkat kepuasannya hanya dapat
dirasakan oleh orang yang melayani dan orang yang dilayani.Dari pengertian
diatas kita ketahui bahwa tingkat kepuasan konsumen dapat dilihat dari dua sudut
pandang yaitu dari pihak penyedia jasa layanan (provider) dan dari pihak pnerima
layanan (customer).
Pelayanan yang dalam bahasa inggris disebut SERVICE dijelaskan oleh
Sugiarto dengan mengutip Vyre (1997:22) dalam bentuk akronim sebagai berikut:
S = Smile for everyone ( tersenyum pada semua orang)
E = Excellence in everything we do (melakukan pekerjaan dengan bagus)
22
R = Reaching out to every quest special with hospitality (berikan
pelayanan special dengan keramahtamahan yang mencapai semua
tamu)
V= Viewing every quest as a special (menganggab semua tamu adalah
tamu special)
I = Inviting quest to return (mengundang tamu untk datang kembali)
C = Creating a warm atmosphere (menciptakan suasana yang hangat)
E = Eye contact that shows we care (lakukan kontak mata yang
menunjukkan keseriusan kepedulian kita).
Memperhatikan akronim diatas kita mengetahui bahwa dalam setiap
layanan harus dilakukan dengan tulus dan didasari oleh kesediaan dari dalam hati
yang ikhlas, petugas yang melayani tidak menganggap pemberian layanan hanya
sekedar melaksanakan tugas apalagi dianggap sebagai beban, pelayanan diberikan
dengan tujuan untuk mencapai kepuasan bagi pemberi layanan dan terutama
kepuasan pelanggan. Pelanggan dianggab sebagai raja dan juga sahabat yang
harus di senangkan dan di bahagiakan.
Kemudian Mckevitt menyatakan the key aspects of services bahwa aspek
kunci dari pelayanan adalah sebagai berikut :
a. Intangibility, suatu jasa mempunyai sifat tidak berwujud, tidak dapat dilihat,
diraba, dicium, di dengar, dirasakan dan dinikmati sebelum dibeli oleh
konsumen, barang merupakan suatu obyek yang dapat dimiliki sedangkan
jasa adalah suatu perbuatan, kinerja (performance) atau usaha yang tidak
dapat dimiliki, konsep intangible memiliki 2 (dua) pengertian :
- Sesuatu yang tidak dapat disentuh atau yang tidak dapat dirasa
- Sesuatu yang tidak mudah di defenisikan, diformulasikan atau dipahami;
b. Heterogeneity, jasa senantiasa mengalami perubahan, tergantung dari siapa
penyedia jasa, penerima jasa dan kondisi dimana jasa tersebut diberikan;
23
c. Simultaneus Production and comsumtion, pada umumnya jasa diproduksi
(dihasilkan) dan dirasakan pada waktu bersamaan dan apabila dikehendaki
oleh seseorang untuk diserahkan kepada pihak lain, maka ia akan tetap
merupakan bagian dari jasa tersebut;
d. Lack of ownership, jasa yang dihasilkan tidak dapat dimiliki namun hanya
dapat dirasakan;
e. Perishability, daya tahan suatu jasa tergantung suatu situasi yang diciptakan
oleh beberapa faktor.
Kotler (1990:50), Tjiptono menyebut dan menjelaskan beberapa
karakteristik pelayanan meliputi yaitu :
a. Intangibility, artinya tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, dicim atau didengar
sebelumnya, konsep ini memiliki dua pengertian yaitu : menyebutkan dan
menjelaskan beberapa karakteristik pelayanan meliputi:
- Sesuatu yang tidak daat disentuh dan tidak dapat dirasa.
- Sesuatu yang mudah di defenisikan, diformulasikan, atau dipahami secara
rohaniah.
b. Inseparability, jasa biasanya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi
dan dikonsumsi secara bersama. Interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan
merupakan ciri husus dalam pemasaran jasa.
c. Variability, banyak variasi, banyak bentuk, kualitas dan jenis, tergantung
pada siapa, kapan, dan dimana jasa tersebut dihasilkan. Terdapat tiga fator
yang menyebabkan variabilitas kualitas jasa yaitu kerjasama atau partisipasi
24
pelanggan selama penyampaian jasa, moral/motivasi karyawan dalam
melayani pelanggan dan beban kerja perusahaan.
d. Perishability, jasa merupakan komoditas yang tidak tahan lama dan tidak
dapat di simpan. Apabila suatu jasa tidak digunakan maka jasa tersebut akan
berlalu begitu saja.
A. Standar Pelayanan
- Menurut UU No. 25 Tahun 2009 menjelaskan standar pelayanan adalah tolok
ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan
acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara
kepadamasyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah,
terjangkau, dan terukur.
- Menurut Parasuraman, standar pelayanan dapat diukur dengan 5 (lima)
indikator, diantaranya :
1. Tangibles (bukti langsung), meliputi penampilan fisik, perlengkapan,
pegawai, dan sarana komunikasi.
2. Reliability (keandalan), yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang
dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan.
3. Responsiveness (daya tanggap), yaitu keinginan para staf untuk
membentuk para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan
tanggap.
4. Assurance (jaminan), mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan,
dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf bebas dari bahaya,
resiko, atau keraguraguan.
25
5. Emphaty (empati), meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan,
komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan
pelanggan.
B. Kualitas Pelayanan Publik
Kotler mengatakan apabila kebutuhan pelanggan sudah terpenuhi dan
memuaskan pelayanan pelanggan hal itu merupakan kualitas terbaik. Kualitas
harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berahir pada persepsi pelanggan.
Sedangkan Nasution mengutip Crosby, 1979 memberikan pengertian kualitas
sebagai kesesuaian dengan yang disyaratkan atau yang distandarkan. Setiap
produk jasa / pelayanan dapat dikatakan berkualitas apabila kriteria yang
dihasilkan memenuhi standar jasa yang ditentukan. Tetapi menurut Lovelock
(1994:179) sebagaimana dikutip oleh Tjiptono mengatakan bila satu produk
ditambah dengan pelayanan akan menghasilakn suatu kekuatan yang memberikan
manfaat terhadap perusahaan dalam meraih frofit bahkan untuk menghadapi
pesaing. Ibarat sekumtum bunga, layanan dianalogikan sebagai delapan daun
bunga yang melekat pada setiap penawaran produk, semakin lengkap dan indah
daun bunganya semakin cantik bunga itu, yang terdiri dari :
a. Information, dimana suatu pelayanan yang berkualitas dimulai dari masukan
informasi dari produk atau jasa yang diperlikan kepada customer, penyediaan
saluran informasi yang langsung akan memberikan kemudahan dalam rangka
menjawab keinginan customer tersebut.
26
b. Konsultation, para penyedia jasa / layanan harus mengantisipasi titik kritis
yaitu dalam hal menyiapkan saran, auditing, konseling pribadi, dimana hal
tersebut akan menentukan beli atau tidaknya pembeli terhadap suatu produk.
c. Ordertaking, kepercayaan yang didapat kostumer melalui konsultasi akan
menjawab/membawa kepada tindakan untuk memesan produk yang
diinginkan. Penilaian pada titik ini akan ditekankan pada kualitas yang
mengacu pada kemudahan pengisian aplikasi maupn administrasi pemesanan
barang yang lebih fleksibel tidak berbelit-belit, syarat ringan dan kemudahan
memesan.
d. Hospitality, (penjamuan) customer yang berurusan secara langsung ke
tempat-tempat transaksi akan memberikan penilaian terhadap sikap ramah
dan sopan santun dari para karyawan, ruang tunggau yang nyaman, kafe
untuk makan dan minum, hinga tersedianya kamar mandi yang bersih.
e. Caretaking, (pemeliharaan) adanya variasi latar belakang konsumen yang
berbeda akan menuntut pelayanan yang berbeda
f. Exception, (pengecualian) terkadang costumer menginginkan pengecualian
kualitas pelayanan, misalnya bagaimana dengan waktu yang tiba – tiba dapat
menyelesaikan klaim – kalim yang ditujukan pada perusahaan.
g. Billing (penagihan) keinginan baik dari pelanggan untuk menuntaskan
transaksi yang sering digagalkan pada administrasi pembayaran, penjual /
penyedia layanan harus dapat memperhitungkan hal-hal yang berkaitan
dengan daftar isisan formulir transaksi, mekanisme pembayaran hingga
keakuratan perhitungan rekening tagihan.
27
h. Payment (pembayaran) dalam tahap akhir pelayanan, harus disediakan
fasilitas pembayaran berdasarkan pada keinginan pelanggan, dapat berupa
self service payment, melalui transper bank, credit card, debet langsung pada
rekening pelanggan, hingga tagihan ke rumah.
Sedangkan Zeithaml, Parasuraman, Berry menyebutkan secara lebih
praktis dan jelas service quality is the extent of discrepancy betwen customer
expectation or desire and their perceptions yang berarti kualitas pelayanan
merupakan selisih (kesenjangan / gap) antara persepsi / harapan konsumen dengan
layanan yang diterima. Sedangkan menurut Tjiptono memberikan beberapa
contoh defenisi kualitas yang kerapkali dijumpai antara lain sebagai berikut :
a. Kesesuaian dengan persyaratan / tuntutan
b. Kecocokan untuk pemakaian
c. perbaikan /penyempurnaan berkelanjutan
d. bebas dari kerusakan/cacat
e. pemenuhan kebutuhan pelanggan semenjak awal dan setiap saat
f. melakukan segala sesuatu secara benar semenjak awal
g. sesuatu yang bisa membahagiakan pelanggan
Adapun Peraturan kriteria kualitas pelayanan angkutan umum di wilayah
perkotaan dalam trayek tetap dan teratur harus sesuai dengan Kep. Dirjend
Perhubungan Darat no. 274/HK.105/DRJD/1996, yaitu :
a. Waktu tunggu di pemberhentian bus rata – rata : 5 –10 menit dan maksimum
10 – 20 menit guna menjamin kepastian pelayanan.
28
b. Jarak untuk mencapai tempat pemberhentian bus di pusat kota 300 – 500
meter, sedangkan untuk dipinggiran kota 500 – 1000 meter.
c. Penggantian rute dan moda pelayanan denganjumlah pergantian kendaraaan
rata – rata 1 (satu) maksimum 2 (dua).
d. Lama perjalanan ke dan dari tempat tujuan setiaphari tidak lebih dari 2 – 3 jam.
2.2.2. Transportasi
Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke
tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh
manusia atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam
melakukan aktivitas sehari-hari. Proses pengangkutan merupakan gerakan dari
tempat asal, dari mana kegiatan angkutan dimulai, ke tempat tujuan, kemana
kegiatan pengangkutan diakhiri. Peranan transportasi sangat penting untuk saling
menghubungkan daerah sumber bahan baku, daerah produksi, daerah pemasaran
dan daerah pemukiman sebagai tempat tinggal konsumen.
Transportasi berasal dari kosakata “transport” yang berarti perpindahan
ataupun pergerakan orang, binatang atau barang dari satu tempat ke tempat yang
lain. (The Oxford Dictionary Online, 2013). Secara umum, mode transportasi
terbagi menjadi mode transportasi darat, laut dan udara. (Wikipedia -
Transportasi, 2013).
Sistem transportasi dari suatu wilayah dapat didefinisikan sebagai suatu
sistem yang terdiri dari prasarana/sarana dan sistem pelayanan yang
memungkinkan adanya pergerakan ke seluruh wilayah, sehingga (Santoso,
1996:1): terakomodasinya mobilitas penduduk, dimungkinkan adanya pergerakan
29
barang, dimungkinkan akses ke semua wilayah. Pengangkutan memberikan jasa
kepada masyarakat, yang disebut jasa angkutan. Jasa angkutan merupakan
keluaran (output) perusahaan angkutan yang bermacam-macam jenisnya sesuai
banyaknya jenis alat angkutan (seperti jasa pelayaran, jasa kereta api, jasa
penerbangan, jasa angkutan bus dan lain-lain). Sebaliknya, jasa angkutan
merupakan salah satu faktor masukan (input) dari kegiatan produksi, perdagangan,
pertanian dan kegunaan lainnya (Nasution, 2003:16).
Adapun unsur-unsur transportasi itu adalah sebagai berikut :
1. Ada muatan yang diangkut
2. Tersedia kendaraan sebagai pengangkutnya
3. Ada jalanan yang dapat dilalui
4. Ada Terminal asal dan Terminal tujuan
5. Sumber daya manusia dan organisasi atau manajemen yang menggerakkan
kegiatan transportasi tersebut.
Sedangkan fungsi daripada transportasi tersebut sebagai faktor penunjang
dan perangsang pembangunan (the promoting sector) dan pemberi jasa (the
service sector) bagi perkembangan ekonomi. Fasilitas pengangkutan harus
dibangun mendahului proyek-proyek pembangunan lainnya. Perluasan dermaga di
pelabuhan didahulukan daripada pembangunan pupuk yang akan dibangun, guna
melancarkan pengiriman peralatan pabrik dan bahan baku serta penyaluran hasil
produksi ke pasar setelah pabrik beroperasi (Nasution, 2003 : 19).
Transportasi manusia atau barang biasanya bukanlah merupakan tujuan
akhir, tetapi hal itu dilakukan untuk mencapai tujuan lain, oleh karena itu,
30
permintaan atas jasa transportasi disebut sebagai permintaan turunan (derived
demand) yang timbul akibat adanya permintaan akan komoditi atau jasa lain. Pada
dasarnya permintaan atas jasa transportasi diturunkan dari (Morlok, 2000 : 452) :
Kebutuhan seseorang untuk berjalan dari satu lokasi ke lokasi lainnya
untuk melakukan suatu kegiatan (misalnya bekerja, sekolah).
Permintaan akan angkutan barang tertentu agar tersedia di tempat yang
diinginkan.
Untuk menunjang perkembangan ekonomi yang mantap perlu dicapai
keseimbangan antara penyediaan dan permintaan angkutan. Jika penyediaan jasa
angkutan lebih kecil daripada permintaannya, akan terjadi kemacetan arus barang
dan penumpang yang dapat menimbulkan kegoncangan harga di pasaran.
Sebaliknya, jika penawaran jasa angkutan melebihi permintaannya maka akan
timbul persaingan tidak sehat yang akan menyebabkan banyak perusahaan
angkutan rugi dan menghentikan kegiatannya, sehingga penawaran jasa angkutan
berkurang, selanjutnya menyebabkan ketidaklancaran arus barang dan kegoncang
harga di pasaran (Nasution, 2003 : 19).
Namun hal tersebut sudah ada Peraturan Daerah untuk regulasi berkaitan
dengan pelayanan publik dalam hal ini pelayanan jasa transportasi khususnya Bus
DAMRI Kota Surabaya, baik keluar atau menuju menuju Kota Surabaya yakni
Peraturan Gubernur Nomor 46 Tahun 2013 tentang berapa besaran tarif dasar dan
tarif jarak batas atas dan batas bawah angkutan penumpang antar kota dalam
propinsi kelas ekonomi yang menggunakan Bis umum di Propinsi Jawa Timur,
sebagai contoh untuk Bis dengan panjang lebih 9 (sembilan) meter, tarifnya batas
31
atas Rp 158,- setiap penumpangnya, sedangkan untuk batas bawah Rp 98,- setiap
penumpangnya. Untuk Bis yang panjangnya maksimal 9 (sembilan) meter,
tarifnya batas atas Rp 174,- setiap penumpangnya, sedangkan batas bawah Rp
108,- setiap penumpangnya. Hal tersebut sudah termasuk premi jasa asuransi Jasa
Raharja sebesar Rp 60,-, tetapi semua itu belum termasuk tarif penyeberangan
(ferry). Sedangkan tarif didalam Kota Surabaya, ketentuan lebih lanjut diatur
dalam Perda Perwali Surabaya Nomor 26 Tahun 2008, pasal 2 ayat 2 (a) untuk
Bis Ekonomi tidak lewat Tol dengan kode Trayek F jurusan Purabaya-
Diponegoro-Tambak Osowilangon tarifnya sebesar Rp 2000,-, demikian juga
Trayek L jurusan Purabaya-Darmo-Tambak Osowilangon besarnya tarif sama Rp
2000,-. Sedangkan Bis Patas Trayek P2 jurusan Purabaya-Darmo-Jl.Gresik-
Tambak Osowilangon besarnya tarif Rp 2.200.-, beda dengan Bis Patas Trayek P6
lewat 1 (satu) pintu Tol jurusan Purabaya-Diponegoro-Demak-Tol Tandes-
Tambak Osowilangon besarnya tarif Rp 3.200,- dan juga Bis Patas Trayek P8
lewat 2 (dua) pintu Tol jurusan Purabaya-Tol Waru – Tol Tandes – Tambak
Osowilangon besarnya tarif Rp 3.500,-an.
2.2.2.1. Angkutan Umum
Angkutan umum merupakan sarana angkutan untuk masyarakat kecil dan
menengah supaya dapat melaksanakan kegiatannya sesuai dengan tugas dan
fungsinya dalam masyarakat. Pengguna angkutan umum ini bervariasi, mulai dari
buruh, ibu rumah tangga, mahasiswa, pelajar, dan lain-lain. Angkutan umum,
khususnya angkutan orang yang diatur dalam Keputusan Menteri Perhubungan
Nomor KM 68 Tahun 1993 yang telah diperbaharui menjadi Keputusan Menteri
32
Perhubungan Nomor KM 84 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Angkutan
Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum dan Keputusan Menteri Perhubungan
Nomor KM 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan,
secara struktural dipisahkan dalam tiga kepentingan yaitu kepentingan pengguna
jasa (masyarakat), penyedia jasa (operator angkutan) dan pemerintah (regulator).
Namun definisi yang ditetapkan dalam ketentuan hukumnya memperlihatkan
keberpihakan kepada operator dengan profit-oriented-nya yaitu : “angkutan yang
dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran”.
Kehadiran Organda sebagai wadah operator angkutan belum mampu
menunjukan kinerja yang baik, bahkan cenderung bertindak sebagai regulator.
Kedepan, Organda dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengelola
perusahaan secara lebih efisien. Kreativitas dan inovasi tersebut dapat dimulai
dengan lebih kritis terhadap setiap kebijakan pemerintah yang mengatur angkutan
umum di jalan dan permintaan pasar.
Pengertian angkutan dalam Keputusan Menteri Perhubungan No. KM.35
tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan
Umum adalah angkutan dari pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat
ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Undang-Undang No. 14 tahun
1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pengertiannya adalah setiap
kendaraan bermotor yang disediakan untuk digunakan oleh umum dengan
dipungut bayaran. Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 41 tahun 1993 menyebutkan bahwa, definisi dari angkutan umum adalah
pemindahan orang dan/atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan
33
menggunakan kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan untuk
umum dengan dipungut bayaran. Keputusan Menteri Perhubungan No. KM.35
tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan
Umum definisinya adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk
dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran baik langsung maupun tidak
langsung.
Warpani ( 1990), menyatakan bahwa angkutan umum penumpang adalah
angkutan penumpang yang dilakukan dengan sistem sewa atau membayar. Juga
dikatakan bahwa yang termasuk dalam pengertian angkutan umum penumpang
adalah angkutan kota ( bus, minibus, dsb), kereta api, angkutan air, dan angkutan
udara. Keberadaan angkutan umum bertujuan untuk menyelenggarakan angkutan
yang baik dan layak bagi masyarakat. Ukuran pelayanan yang baik adalah
pelayanan yang aman, nyaman, cepat dan murah. (Warpani, 1990).
2.2.3. Kepuasan Masyarakat
Kepuasan disini berhubungan dengan apa yang menjadi keinginan,
tuntutan, harapan oleh pihak yang ingin dilayani, yakni masyarakat atau identik
khusus “pelanggan”. Pelanggan sebagaimana disebutkan oleh Gaspersz yaitu
adalah semua orang yang menurut perusahaan untuk memenuhi suatu standar
kualitas tertentu, dan karena itu akan memberikan pengaruh pada perpormansi
(performance) perusahaan. Manajemen perusahaan L.L Bean, Freeport, Maine
yang dikutip oleh Gaspersz memberikan beberapa defenisi tentang pelanggan
yaitu sebagai berikut :
a. Pelanggan adalah orang yang tidak tergantung kepada perusahaan, tetapi
34
perusahaan yang tergantung kepadanya.
b. Pelanggan adalah orang yang membawa perusahaan kepada keinginannya.
c. Tidak ada seorangpun yang pernah menang beradu argumentasi dengan
pelanggan.
d. Pelanggan adalah orang yang teramat penting dan harus dipuaskan.
Osborne dan Gaebler mengemukakan “customer driven government
meeting the needs of the customer not the bureaucracy”. Pemberi layanan harus
mengenal customer, orientasinya adalah kepada customer sekalipun badan
pemerintah mendapatkan ananya bukan dari customernya seharusnya
orientasinya bukan pada birokrasi. Pemerintah harus mengetahui keinginan dari
para customer sehingga pelayanan yang diberikan dapat sesuai keinginan
customer. Usaha-usaha untuk dapat menarik perhatian dari customer menjadi hal
yang harus dilakukan dalam rangka memenuhi keinginannya. Saran serta masukan
dari customer menjadi input organisasi melalui riset, bertemu langsung dengan
customer serta merespon keluhan dan pengaduan dari customer agar organisasi
menjadi lebih baik. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam meeting the
needs of costumer antara lain yaitu :
a. Mendekatkan diri kepada pelanggan, metode ini dijalankan dengan
mengembangkan alternatif layanan yang sudah ada ke bentuk yang lain yang
mendekatkatkan diri pada pelanggan yang dapat dilakukan dengan menambah
jam operasi atau membuat layanan mobile, bila diperlukan dengan melibatkan
para sukarelawan.
b. Metode mutu terpadu, organisasi harus terus menerus menanyakan apa yang
35
diinginkan pelanggannya, kemudian membentuk keseluruhan jasa dan proses
produksi untuk mewujudkannya, konsepnya mengatakan bahwa pelanggan
adalah orang terpenting bagi sebuah organisasi.
c. Menepatkan pelanggan di kursi pengemudi, dengan cara menempatkan sumber
daya di tangan pelanggan dan membiarkan mereka untuk memilih, dilakukan
dengan cara memberikan voucer, bantuan uang, bantuan beasiswa bagi yang
berprestasi terbaik. Terdapat beberapa keunggulan dalam sistem yang
berorientasi pada pelanggan antara lain yaitu :
1. Sistem berorientasi pada pelanggan memaksa pemberi jasa untuk dapat
bertanggungjawab kepada pelanggannya. Sistem yang beorientasi pada
pelanggan mendepolitisasi keputusan - keputusan terhadap pilihan pemberi
jasa.
2. Merangsang lebih banyak inovasi.
3. Memberi kesempatan kepada orang untuk memilih diantara berbagai
macam pelayanan.
4. Pemborosan lebih sedikit, karena pasokan disesuaikan dengan permintaan.
5. Mendorong pelanggan untuk membuat pilihan dan medorong untuk
menjadi pelanggan yang berkomitmen.
6. Menciptakan peluang yang lebih besar untuk keadilan.
d. Mengubah perhatian pemerintah yang berorientasi pada lembaga publik,
layanan yang tidak dapat dilakukan secara efektif oleh lembaga pemerintah
akan tetapi efektif dilakukan oleh lembaga non pemeritah seperti asosiasi, dan
sebagainya sebaiknya dialihkan pada lembaga tersebut namun tetap didanai
36
oleh pemerintah.
e. Keakraban dengan pengguna, keterbukaan dan holisme. Sistem yang
berorientasi pada pelanggan seharusnya arab dengan pemakai, pelanggan tidak
boleh dihadapkan dengan jaringan yang membingungkan dari progranm yang
terfragmentasi, syarat-syarat kelayakan yang relevan, dan banyaknya formulir
yang harus diisi, mereka juga harus merasa sistem itu transparan dan pelanggan
harus mampu menentukan pilihan tanpa harus melalui birokrasi yang rumit.
Menurut Kotler (1970:40) yang dikutip oleh Rangkuti Kemudian Stamatis
mendefenisikan kepuasan pelanggan adalah:
“ a person‟s feeling of pleasure or dissappointment resulting from comparing a
product‟s received performance (or outcome) in relation to the person‟s
expectation ”. Artinya bahwa perasaan senang atau kecewa seseorang sebagai
hasil dari perbandingan antara persepsi terhadap produk yang dirasakan dengan
yang diharapkannya.
Kemudian Stamatis memberikan pengertian kepuasan pelanggan
(costumer satisfactin) sebagai berikut : “what we delivered to the customer met
his or her approval, we want to know if the customer is delighted and willing to
come back”. Bahwa apakah yang disampaikan kepada pelanggan dapat memenuhi
kehendaknya, perlu diketahui apakah pelanggan senang dan berkeinginan untuk
kembali. Sedangkan menurut Tjiptono kepuasan pelanggan sebagai tanggapan
emosional pada evaluasi terhadap pengalaman konsumsi suatu produk atau jasa.
Dari definisi tersebut dapat diidentifikasi bahwa pengertian kepuasan pelanggan
mencakup perbedaan antara harapan dan hasil yang dirasakan.
37
2.3. Kerangka Fikir
Dengan mengacu pelayanan prima dari pihak penyelenggara pelayanan
publik di era reformasi saat ini, pemerintah daerah menyelenggarakan berbagai
sistem pelayanan yang transparan, akuntabel dan dinamis terlebih dengan adanya
Otanomi Daerah, tiap Pemerintah Daerah mulai berlomba-lomba meraih simpati
dan dukungan (feed back) dari masyarakatnya guna tujuan program kerjanya
terlaksana secara optimal dan berhasil. Sehingga Pemerintah Daerah, dalam hal
ini Pemerintah Kota Surabaya mengeluarkan beberapa peraturan daerah untuk
mengaturnya termasuk dalam pelayanan publik jasa transportasi.
Disini dapat digambarkan pedoman pelayanan publik jasa transportasi
Kota Surabaya dengan indikator dari Parasuraman sebagai berikut :
Otoda (UU No. 32 Th 2004)
Perda Kota Surabaya Perwali No.26 Tahun 2008
Pelayanan Publik Jasa Transportasi
Tangibles : 1. 1. Kualitas tempat duduk
2. Kondisi Bus bagus 3. Sarana/prasarana baik
Reliability : 1. Sigap, siap, tegas 2. Bijak dan berwibawa
Responsiblity : 1. Terbuka, tanggap terhadap
masukan,saran dan kritik 1. 2. Tersedia Kotak Surat, 2. 3. Website, Blogger
Assurance : 1. 1. P3K dan Mobil PMI 2. 2. Jaminan kecelakaan dan
kematian
Empathy : 1. 1. Ramah “humanis” 2. 2. Mudah berkomunikasi
Kepuasan Masyarakat 1. Keamanan terjamin 2. Kenyamanan 3. Layanan prima
(mudah,ramah,peduli,sigap ) 4. Ketepatan waktu (jadwal
keberangkatan) 5. Efisiensi dan efektif (waktu dan
biaya)
Faktor-faktor pendukung : 1. Kebijakan transportasi yang
mendukung BRT bagi Bus DAMRI 2. Anggaran pra/sarana besar 3. Letak Terminal strategis 4. Jumlah trayek memenuhi 5. Pelayanan yang optimal
Faktor-faktor penghambat : 1. Kemacetan 2. Sarana,prasarana kurang memadai 3. Terbatasnya Trayek 5. Kurang aman dan nyaman dalam
berkendara 6. Belum adanya re-rotring
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Metode penelitian merupakan seperangkat petunjuk atau pedoman yang
merupakan strategi untuk menjawab suatu permasalahan ilmiah guna memperoleh
suatu pengetahuan yang berkebenaran ilmiah, karena pada tahap ini akan
mengkaji bagaimana masalah penelitian yang ada dipecahkan atau ditemukan
jawabannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif deskriptif, dimana yang dicari adalah pemahaman atas suatu
fenomena sosial, sehingga yang menjadi fokus utama adalah memperoleh
pemahaman atas tindakan dan makna gejala sosial dalam sudut pandang subyek
penelitian. Metode kualitatif, merupakan serangkaian kegiatan dalam menyaring
informasi dari kondisi yang sewajarnya dalam kehidupan dari suatu obyek yang
dihubungkan dengan pemecahan masalah, baik dari sudut pandang teoritik dan
praktis (Nawawi, 1992 : 209-210).
Menurut Bryman, metode penelitian kualitatif memiliki karakteristrik
sebagai berikut :
a. Mengambil dari perspektif subyek penelitian.
b. Menggambarkan setting sehari-hari (natural).
c. Memahami tindakan dan makna dalam konteks sosial subyek penelitian.
d. Menekankan pada proses.
e. Design penelitian yang bersifat terbuka dan tidak terstruktur.
39
f. Menghindari konsep dan teori pada tahap awal (Silverman, 1997 : 24).
Sehingga yang terutama dalam metode penelitian kualitatif adalah
memperoleh pemahaman atas tindakan dan makna gejala sosial dalam sudut
pandang subyek penelitian. Alasan peneliti memakai metode penelitian kualitatif
adalah sifat masalah yang diteliti, dimana penelitian ini berupaya mengungkap
dan memahami sesuatu dibalik fenomena yang kompleks.
3.2. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada pelayanan jasa transportasi Bus DAMRI
yang berdasarkan indikator Parasuraman, adapun penjelasan kelima dimensi
indikator untuk menilai kualitas pelayanan tersebut adalah :
1. Tangibles (bukti fisik); meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan
sarana komunikasi serta kendaraan operasional. Dengan demikian bukti
langsung/wujud merupakan satu indikator yang paling konkrit. Wujudnya
berupa segala fasilitas yang secara nyata dapat terlihat.
- Kenyamanan tempat duduk, termasuk nikmat bila digunakan pada jok
tempat duduk
- Bersih, dan mudah diatur untuk tinggi-rendahnya sesuai kriteria penumpang
dan sebagainya.
- Dilengkapi fasilitas pendukung, misalnya: AC, pengharum suasana, warna
tempat yang asri, sabuk pengaman, dan lain - lain.
- Para pegawai yang ramah, sopan, jujur, dapat dipercaya, dapat diajak
sharring/berbagi, penampilan yang elegan dan dinamis, rapi dan sopan
dalam berbusana, dan lain - lain.
40
- Dilengkapi telephon panggilan ataupun telephon genggam bila
memungkinkan, baik di dalam Kendaraan Bus tersebut ataupun para
pegawai yang selalu siap memberi nomor – nomor penting yang dapat
dihubungi sewaktu – waktu bila diperlukan, dan lain – lain.
2. Reliability (kepercayaan) merupakan kemampuan memberikan pelayanan yang
dijanjikan dengan segera dan memuaskan. Menurut Lovelock “reliability to
perform the promised service dependably, this means doing it right, over a
period of time”. Artinya, keandalan adalah kemampuan perusahaan untuk
menampilkan pelayanan yang dijanjikan secara tepat dan konsisten atau
mengerjakan dengan benar sampai kurun waktu tertentu. Pemenuhan janji
pelayanan yang tepat dan memuaskan meliputi ketepatan waktu dan kecakapan
dalam menanggapi keluhan pelanggan serta pemberian pelayanan secara wajar
dan akurat.
- Dapat mudah dihubungi tempat/alamat Kantornya sebagai tanda keberadaan
yang sah.
- Memberikan bukti–bukti yang jelas, tidak sekedar janji–janji saja, misalnya
: tentang informasi pelayanan dalam harga, jadwal pemberangkatan hingga
sampai tujuan, dan lain - lain.
- Melayani dengan “Setulus Hati” sebagai tanda semboyan kerja maupun
sikap nyata.
3. Responsiveness (daya tanggap); yaitu sikap tanggap pegawai dalam
memberikan pelayanan yang dibutuhkan dan dapat menyelesaikan dengan
cepat. Kecepatan pelayanan yang diberikan merupakan sikap tanggap dari
41
petugas dalam pemberian pelayanan yang dibutuhkan. Sikap tanggap ini
merupakan suatu akibat akal dan pikiran yang ditunjukkan pada pelanggan.
- Selalu terbuka dalam pelayanan jasa, termasuk informasi apapun tentang
rute perjalan.
- Cepat tanggap bila mendapat keluhan penumpang serta dapat memberi
solusi yang terbaik.
- Cekatan, bijak, tangguh dalam situasi pertanyaan dan masukan para
penumpang.
4. Assurence (jaminan); mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan
sifat dapat dipercaya yang dimiliki pegawai, bebas dari bahaya, risiko dan
keragu – raguan. Jaminan adalah upaya perlindungan yang disajikan untuk
masyarakat bagi warganya terhadap resiko yang apabila resiko itu terjadi akan
dapat mengakibatkan gangguan dalam struktur kehidupan yang normal.
Misalnya : memberi masukan tentang bahaya bila tidak ikut asuransi jiwa
dalam berkendara dan menawarkan berbagai metode. Agar para penumpang
selalu waspada, hati – hati, dan ikut serta dalam Jaminan Asuransi Jiwa bila
diperlukan sewaktu – waktu.
5. Emphaty (empati); meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan,
komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan pelanggan. Empati
merupakan individualized attention to customer. Empati adalah perhatian yang
dilaksanakan secara pribadi atau individu terhadap pelanggan dengan
menempatkan dirinya pada situasi pelanggan. Misalnya : memberi penjelasan
dan informasi tentang hal –hal yang diperlukan bagi para penumpang masalah
42
harga maupun rute alternatif yang terbaik, agar semua dapat berjalan efektif
dan efisien, baik bagi penumpang itu sendiri maupun bagi para awak Bus
DAMRI tersebut.
3.3. Lokasi Penelitian
Area Pelayanan DLLAJ Kota Surabaya khusus di Kantor UPTD Terminal
Tambak Osowilangon (TOW) Jl. Raya Tambak Osowilangon – Kecamatan
Benowo – Kota Surabaya.
3.4. Jenis Data
Data yang digunakan sebagai bahan penelitian ini adalah data sekunder
dan primer. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui penelusuran
dokumen – dokumen (telaah dokumentasi), sedangkan data primer adalah data
yang diperoleh langsung pada sumber informasi.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Sehubungan dengan data dan informasi yang dibutuhkan, pengumpulan
data dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1 Wawancara mendalam
Yang dimaksud dengan wawancara mendalam adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap
muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab dengan
menggunakan alat yang dinamakan interview guide (Moh. Nasir, 1999 : 234).
Hal ini jga sebagai suatu metode pengumpulan data dengan cara melakukan
tanya jawab secara langsung dengan sumber – sumber data yang telah
43
disebutkan terdahulu dan melalui wawancara langsung dengan informan
untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan permasalahan.
Dalam hal ini informan merupakan sumber – sumber data. Tanya jawab ini
dilakukan dengan tidak terpaku pada pertanyaan terstruktur, namun
menggunakan instrumen yang berupa pedoman wawancara (interview guide)
yang dijadikan penuntun bagi peneliti dalam mengembangkan pertanyaan –
pertanyaan, sehingga memberikan kebebasan informan untuk menjawab.
Selanjutnya informan dimotivasi untuk memberikan penjelasan lebih lanjut
dari apa yang telah disampaikan. Adapun yang menjadi informannya yaitu :
1. Kepala Dinas Perhubungan ( Kadishub) Kota Surabaya
2. Kepala Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (DLLAJR) Kota
Surabaya
3. Direktur Bus DAMRI Kota Surabaya
4. Pengamat Transportasi
5. Masyarakat khusus pengguna jasa transportasi Bus DAMRI di Kota
Surabaya
2 Dokumentasi
Selain menggunakan metode wawancara mendalam, dokumentasi juga
digunakan sebagai metode pengumpulan data yang mana sumber
informasinya meliputi bahan – bahan tertulis dan dokumen – dokumen,
kemudian peneliti mentransfer data yang ada.
3 Observasi
44
Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan
langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada
pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. (Moh. Nasir, 1999 :
212).
3.6. Teknik Analisa Data
Analisa data merupakan bagian yang amat penting dalam metode
penelitian, karena dengan analisa data, maka data tersebut dapat dimaknai yang
nantinya dapat digunakan dalam memecahkan masalah penelitian. Soetandyo
Wignjosoebroto mengatakan bahwa analisa data adalah tahap setelah data selesai
dikumpulkan dengan lengkap dari lapangan, tahap ini merupakan tahap penting
dan menentukan. Pada tahap ini data dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian
rupa sampai berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai
untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian.
Dalam penelitian ini teknik analisa data yang digunakan adalah analisa
data kualitatif dengan tujuan untuk memperoleh kedalaman penghayatan
terhadap interaksi antar konsep yang dikaji secara empiris. Proses analisa data
dilakukan dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber. Dari
data yang sudah dikumpulkan selanjutnya dilakukan penyederhanaan data ke
dalam bentuk yang mudah dibaca, dipahami, dan diinterpretasi sebagai upaya
untuk mencari jawab atas permasalahan penelitian. Dalam menganalisa data, perlu
dilakukan beberapa tingkatan kegiatan, antara lain memeriksa data mentah sekali
lagi, menyusun data-data dalam kelompok-kelompok, menganalisa hubungan-
hubungan yang terjadi, membuat penafsiran-penafsiran terhadap hubungan antara
45
fenomena yang terjadi dan membandingkannya dengan fenomena-fenomena lain
di luar penelitian tersebut. Berdasarkan analisa dan penafsiran yang dibuat, ditarik
kesimpulan – kesimpulan yang berguna, serta implikasi-implikasi dan saran-saran
untuk kebijakan selanjutnya.
Miles dan Huberman menawarkan tiga alur kegiatan yang harus diikuti,
yang ketiganya saling berkaitan yaitu meliputi :
1. Reduksi data
Yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis
di lapangan, dimana proses ini berlangsung secara terus menerus selama
penelitian berlangsung.
2. Penyajian data
Yaitu merupakan sekumpulan informasi yang telah tersusun secara terpadu
dan mudah dipahami yang memberi kemungkinan dilakukannya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan.Penyajian data ini menuntut seseorang
peneliti untuk mampu mentransformasikan data kasar menjadi bentuk tulisan.
3. Verifikasi atau Penarikan Kesimpulan
Yaitu merupakan sebagian dari seluruh konfigurasi kegiatan penelitian yang
utuh dan dapat dilakukan selama penelitian berlangsung. Verifikasi ini
mungkin dapat dilakukan sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam
pikiran peneliti selama ia menulis, meninjau ulang catatan-catatan lapangan,
atau mungkin lebih seksama dan memakan waktu dan tenaga yang lebih
besar. (J.Miles, dan Huberman,1992 : 15-20).
46
3.7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Dalam tubuh pengetahuan penelitian kualitatif pada dasarnya sudah ada
usaha meningkatkan derajat kepercayaan data yang disebut keabsahan data.
Apabila peneliti melaksanakan pemeriksaan keabsahan data secara cermat maka
jelas bahwa penelitiannya benar – benar dapat dipertanggungjawabkan dari segala
segi. Pada penelitian ini, keabsahan data diperiksa melalui beberapa teknik antara
lain :
1. Perpanjangan keikutsertaan
Semakin lama peneliti terlibat dalam pengumpulan data, akan semakin
memungkinkan meningkatnya derajat kepercayaan data yang
dikumpulkan.
2. Observasi terus menerus dan sungguh – sungguh
3. Melakukan trianggulasi
Terdapat beberapa macam trianggulasi, baik triaggulasi metode yaitu
menggunakan lintas metode pengumpulan data, trianggulasi sumber data yaitu
memilih berbagai sumber data yang sesuai, dan trianggulasi pengumpul data
dimana beberapa peneliti mengumpulkan data secara terpisah. Dengan teknik-
teknik trianggulasi tersebut memungkinkan diperoleh variasi informasi secara luas
dan lengkap.
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Umum Obyek Penelitian
Pemerintah Kota Surabaya sebagai regulator dalam pelayanan jasa
transportasi di wilayahnya, ini dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota Surabaya
sebagai bagian dari struktur organisasi di Pemerintahan Kota Surabaya yang
menangani bidang transportasi tersebut. Adapun Organisasi Perangkat Daerah
Kota Surabaya sudah tertuang dalam Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 8
Tahun 2008 dan termasuk didalamnya tentang ditetapkannya pembentukan,
susunan organisasi, kedudukan, tugas dan fungsi Dinas Perhubungan Kota
Surabaya. Sedangkan dalam pengoperasionalnya angkutan orang dengan
kendaraan umum termasuk Bus – bus Kota juga Bus DAMRI dalam hal ini sudah
diatur dalam Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 7 Tahun 2006 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum.
4.1.1. Sejarah Lokasi Terminal Tambak Osowilangon (TOW) Surabaya
Untuk melayani transportasi darat, khusus Bus antar kota jalur utara yang
masuk dan keluar Kota Surabaya, maka dididirikan Terminal kedua oleh
Pemerintahan Kota Surabaya setelah dibangun Terminal Purabaya yang
merupakan Terminal teramai se-Asia Tenggara. Dengan luas area ± 50.000 m²
menempati lahan di kawasan barat laut Surabaya, menjadikan Terminal ini
terbesar kedua di wilayah Surabaya. Dan kini tidak hanya melayani jaringan
trayek antar bus kota dalam propinsi, namun lebih dari itu, dimana juga melayani
48
bus dalam kota Surabaya sendiri dan bus antar kota antar propinsi serta angkutan
umum (lyn).
Adapun tipe Terminal Tambak Osowilangon atau dikenal dengan sebutan
TOW Surabaya ini adalah Terminal tipe A, dimana fasilitas didalamnya sudah
layak dari standarisasi, bahkan cukup mewah, karena dilengkapi dengan sarana –
sarana penunjang lainnya, seperti Kantor, Loket, Ruang Tunggu, Toilet, Shelter,
Musolla, Pujasera/Kantin, CCTV dan sarana – sarana lainnya.
Hingga kini Terminal TOW Surabaya tersebut pernah mendapat predikat
dan ditetapkannya sebagai “The Best Effort Indonesian Bus Station”, karena
pihak pengelola berhasil menciptakan lingkungan yang bersih dan asri, tepatnya
pada tanggal 8 Juni 2010. Dan Terminal TOW ini dibangun atas dasar untuk
membangkitkan perekonomian masyarakat yang tinggal diwilayah perbatasan
Surabaya – Gresik.
4.1.2. Lokasi Terminal Tambak Osowilangon (TOW) Surabaya
Terminal Tambak Osowilangon atau dikenal dengan TOW terletak di
Jalan Raya Tambak Osowilangon (Komplek Terminal) yang terletak di sebelah
barat laut Surabaya dekat dengan perbatasan ke barat Kabupaten Gresik yang
merupakan pula jalur transportasi umum dari Pantura (Pantai Utara) Pulau Jawa
yang akan masuk dan keluar Kota Surabaya. Dengan nomor telepon ynag dapat
dihubungi setiap saat : (031) 7491268 serta kode posnya adalah 60191 Surabaya –
Jawa Timur – Indonesia.
49
4.2. Tugas dan Fungsi Organisasi
Adapun struktur organisasi di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
Terminal Tambak Osowilangon (TOW) Surabaya dalam lembar berikutnya :
Sumber : Data Sekunder UPTD Terminal Tambak Osowilangon (TOW) Surabaya bulan Juni
2014
Sedangkan fungsi masing – masing bagian dapat dijelaskan sesuai
Peraturan Daerah (Perda) yakni Peraturan Walikota (Perwali) Kota Surabaya
Nomor 77 Tahun 2008 Tentang Organisasi Unit Pelaksana Teknis Dinas Terminal
Pada Dinas Perhubungan Kota Surabaya sebagai berikut :
- Pasal 1 ayat 2 menjelaskan : Dinas adalah Dinas Perhubungan Kota Surabaya.
- Pasal 1 ayat 3 menjelaskan : Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Perhubungan
Kota Surabaya.
- Pasal 1 ayat 4 menjelaskan : Unit Pelaksana Teknis Dinas yang selanjutnya
dapat disingkat UPTD adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Terminal pada Dinas
Perhubungan Kota Surabaya.
- Pasal 3 ayat 1 menjelaskan : UPTD merupakan unsur pelaksana operasional
Dinas di lapangan.
- Pasal 3 ayat 2 menjelaskan : UPTD dipimpin oleh seorang Kepala UPTD yang
dalam melaksanakan tugas berada dibawah dan bertanggungjawab kepada
Kepala Dinas.
- Pasal 4 ayat 2 menjelaskan : Wilayah Operasional UPTD adalah sebagai berikut
(butir) c : Terminal Tambak Osowilangon meliputi Pangkalan Benowo,
Manukan Kulon, Balongsari, Kalimas Barat dan Sedayu.
50
- Pasal 5 menjelaskan : UPTD mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
Dinas di bidang Terminal khususnya operasional pengelolaan Terminal.
- Pasal 6 menjelaskan : Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5, UPTD mempunyai fungsi :
a. Pelaksanaan penyusunan program kegiatan pengelolaan Terminal
b. Penyelenggaraan kegiatan pengelolaan Terminal dan Pangkalan
c. Pelaksanaan pemungutan retribusi dan pendapatan daerah yang sah yang
berkaitan dengan pengelolaan Terminal dan Pangkalan
d. Pelaksanaan penertiban dan pengamanan di dalam Terminal dan Pangkalan
e. Pelaksanaan ketatausahaan UPTD
f. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas
g. Pelaksanaan tugas – tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya
- Pasal 7 menjelaskan : Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas :
a. Menyusun perencanaan kegiatan UPTD yang terkait dengan operasional
pengelolaan Terminal
b. Melaksanakan urusan keuangan, rumah tangga, perlengkapan dan peralatan
serta kebersihan kantor
c. Melaksanakan administrasi kepegawaian
d. Melaksanakan pembinaan kelembagaan dan ketatalaksanaan
e. Melaksanakan penerimaan dan penyetoran retribusi dan pendapatan daerah
lainnya ke rekening kas umum daerah
f. Melaksanaan koordinasi penyusunan laporan
51
g. Melaksanakan tugas – tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPTD sesuai
dengan tugas dan fungsinya
- Pasal 8 menjelaskan : Sub Unit Pendapatan mempunyai tugas :
a. Melaksanakan penjualan Tanda Pembayaran Retribusi (TPR) Terminal,
pemungutan retribusi dan pendapatan daerah lainnya yang sah serta menyetor
ke rekening kas umum daerah
b. Menyusun laporan pelaksanaan tugas
c. Melaksanakan tugas – tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPTD sesuai
dengan tugas dan fungsinya
- Pasal 9 menjelaskan : Sub Unit Tata Terminal mempunyai tugas :
a. Mengatur sirkulasi kendaraan dan orang di Terminal
b. Melaksanakan pencatatan jumlah arus kendaraan dan penumpang yang naik /
turun serta yang keluar / masuk Terminal
c. Melaksanakan pengaturan kedatangan dan pemberangkatan kendaraan me-
nurut jadwal yang ditetapkan
d. Melaksanakan pemeriksaan kelengkapan administrasi kendaraan, persyaratan
teknis dan layak jalan kendaraan serta kelengkapan kendaraan
e. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan pelanggaran
f. Melaksanakan tugas – tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPTD sesuai
dengan tugas dan fungsinya
- Pasal 10 menjelaskan : Sub Unit Keamanan dan Ketertiban mempunyai tugas :
a. Melaksanakan pengamanan dan penertiban didalam Terminal
b. Melaksanakan pengawasan Terminal
52
c. Melaksanakan koordinasi dengan instansi yang terkait untuk penanganan
keamanan dan ketertiban
d. Melaksanakan tugas – tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPTD sesuai
dengan tugas dan fungsinya
- Pasal 11 menjelaskan : Pangkalan mempunyai tugas :
a. Membantu pelaksanaan kegiatan UPTD dalam ruang lingkup wilayah yang
lebih kecil
b. Melaksanakan kebersihan dan keamanan Pangkalan
c. Melaksanakan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas
d. Melaksanakan tugas – tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPTD sesuai
dengan tugas dan fungsinya
- Pasal 14 menjelaskan :
a. Kepala UPTD dan Kepala Sub Bagian Tata Usaha adalah Jabatan Struktural
b. Kepala Sub Unit dan Kepala Pangkalan bukan merupakan jabatan struktural
atau jabatan fungsional tertentu
- Pasal 15 menjelaskan :
a. Kepala UPTD dan Kepala Sub Bagian Tata Usaha diangkat dan diberhentikan
sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku
b. Kepala Sub Unit dan Kepala Pangkalan diangkat dan diberhentikan oleh
Kepala Dinas atas usul Kepala UPTD
Adapun daftar Kepegawaian berdasarkan Golongan Jabatan dan
Kepangkatan di UPTD Terminal TOW Surabaya sebagai berikut :
53
No Nama Jabatan Golongan / Pangkat
Tiap Personil Pegawai
1 Drs. Inderagani, MM Kepala UPTD III/d – Penata Tingkat I
2 Sukarianto Kasubbag TU III/c – Penata
3 Umi Kalsum Anggota II/b – Pengatur Muda Tk I
4 Wahyu Eko Purwanto Anggota II/b – Pengatur Muda Tk I
5 Mardliyati Anggota II/b – Pengatur Muda Tk I
6 Achmad Suprijadi Anggota II/b – Pengatur Muda Tk I
7 Putikah Anggota I/d – Juru Tingkat I
8 Yulisah Afrianti, S.Kom Anggota Tenaga Kontrak (Mahir)
9 Ahmad fathoni, S.Kom Anggota Tenaga Kontrak (Madya)
10 Dewi Fikriyanti Anggota Tenaga Kontrak (Madya)
11 Faris, SE Anggota Tenaga Kontrak (Pemula)
12 Rahadi, BA Kasubnit Tater III/c – Penata
13 Arivin Okta W. Koord. Tater I II/b – Pengatur Muda Tk I
14 Ibrohim Anggota II/b – Pengatur Muda Tk I
15 Suwono Anggota II/b – Pengatur Muda Tk I
16 Danni Prasetyo Anggota II/b – Pengatur Muda Tk I
17 Martha M Anggota II/b – Pengatur Muda Tk I
18 A.Rofiq Anggota Honorarium Daerah
19 Suwarno Anggota Tenaga Kontrak
20 Hadi Sampurno Anggota Tenaga Kontrak
21 Herru Hermawan Koord. Tater II II/b – Pengatur Muda Tk I
22 Sugito Anggota II/b – Pengatur Muda Tk I
23 Risdianto Anggota II/b – Pengatur Muda Tk I
24 Legimin Anggota I/c – Juru
25 Budiono Anggota Honorarium Daerah
26 Askan Anggota Honorarium Daerah
27 Andri Setiono Anggota Tenaga Kontrak
28 Yosi Arif Efendi Anggota Tenaga Kontrak
29 Herry Isbiyanto Koord. Tater III II/b – Pengatur Muda Tk I
30 Didik Nurianto Anggota II/b – Pengatur Muda Tk I
54
31 Abdul Ghozi Anggota II/b – Pengatur Muda Tk I
32 Silvan Kurniawan Anggota II/b – Pengatur Muda Tk I
33 Kusno Sujarwadi Anggota I/d – Juru Tingkat I
34 Mariyadi Anggota Tenaga Kontrak
35 Puji Kuswari Anggota Tenaga Kontrak
36 Agus Hidayat, SE Anggota Tenaga Kontrak
37 Gatot Hadi Purwanto Kasubnit
Pendapatan
III/b – Penata Muda Tk I
38 Darwanto Koord. Pend. I II/b – Pengatur Muda Tk I
39 Marlikan Anggota II/b – Pengatur Muda Tk I
40 Hery Purnomo Anggota II/b – Pengatur Muda Tk I
41 Beddy S.A, S.Kom Anggota Tenaga Kontrak
42 Muhammad Roni Anggota Tenaga Kontrak
43 Alifah Angun N. Anggota Tenaga Kontrak
44 Joko Purnomo Koord.Pend. II III/b – Penata Muda Tk I
45 Edy Purnomo Anggota II/b – Pengatur Muda Tk I
46 Khusnul Jakin Anggota II/b – Pengatur Muda Tk I
47 Anwar S, S.Sos Anggota Tenaga Kontrak
48 Deniek Kurniawan Anggota Tenaga Kontrak
49 Zulaicha, SE Anggota Tenaga Kontrak
50 Iriyanto Koord. Pend. III II/d – Pengatur Tk I
51 Suyanto Anggota II/b – Pengatur Muda Tk I
52 Eko Nurhayadi Anggota II/b – Pengatur Muda Tk I
53 M.Solikin Anggota II/b – Pengatur Muda Tk I
54 Achmad Risqi Anggota Tenaga Kontrak
55 Ulyanduni Susanti Anggota Tenaga Kontrak
56 Yudi Kurniawan, SE Kasubnit Kamtib III/b – Penata Muda Tk I
57 Zainul Arifin Koord. Kamtib I II/b – Pengatur Muda Tk I
58 Matwi Anggota I/b – Juru Muda Tk I
59 Anas Anggota I/d – Juru Tk I
60 Iwan Sutrisno Anggota Tenaga Kontrak
55
61 Zainal Anggota Tenaga Kontrak
62 Fathur Rachman Koord. Kamtib II III/b – Penata Muda Tk I
63 Pujo Lelono Anggota III/b – Penata Muda Tk I
64 Juwono Anggota II/b – Pengatur Muda Tk I
65 Hartono Anggota I/d – Juru Tk I
66 Nurhadi Anggota Tenaga Kontrak
67 Pudjo Kasembadan Koord. Kamtib III II/a – Pengatur Muda
68 Waras Ri in Anggota I/d – Juru Tk I
69 Warsijo Anggota Honorarium Daerah
70 Denis Hermawan Anggota Tenaga Kontrak
71 Khoirul Anam Anggota Tenaga Kontrak
72 Hartono Ka.Pangk.Benowo II/b – Pengatur Muda Tk I
73 Setyadi Anggota Honorarium Daerah
74 Ghalib Anggota Honorarium Daerah
75 Setya Anjasmara Anggota Honorarium Daerah
76 Mudjoko, S.Sos Ka.Pangk.Benowo
dan Manukan II/b – Pengatur Muda Tk I
77 Totok Adriyanto Anggota II/b – Pengatur Muda Tk I
78 Parmadi Anggota II/b – Pengatur Muda Tk I
79 Mawi Anggota Honorarium Daerah
80 Ramli Anggota Tenaga Kontrak
81 Much.Mudafir Anggota Tenaga Kontrak
82 Djoko Budi Legowo Ka.Pangkalan
Kalimas Barat III/a – Penata Muda
83 Patlillah Anggota I/b – Juru Muda Tk I
84 Kamturin Anggota Honorarium Daerah
Sumber : Keterangan dari beberapa Staff UPTD (Kepala Sub Unit Tata Tertib dan Asisten
Koordinator Tata Tertib III, Kepala Sub Unit Pendapatan, Kepala Sub Unit
Keamanan dan Ketertiban) Terminal TOW Surabaya pada tanggal 25 Juli 2014
56
4.3. Deskripsi Data
Untuk data – data tentang jumlah armada angkutan perbatasan (Bus Kota)
secara keseluruhan yang ada di Kota Surabaya adalah sebagai berikut :
N
O NAMA PO
KODE
TRAYEK OD TRAYEK
POTENSI
THN 2012
1 ARJUNA SAKTI A.2 Purabaya – Semut PP. 2
Ketintang Selatan I/28
Surabaya
CAD.
EKONOMI
3
D Purabaya – Bratang PP. 2
E.1 Purabaya – Joyoboyo PP. 5
F Purabaya – Diponegoro – TOW PP. 7
F.1 Purabaya – Diponegoro – Rajawali
– Diponegoro – Purabaya PP.
5
ARJUNA SAKTI
Ketintang Selatan I/28
Surabaya
P.5 Purabaya – To Waru – Demak –
Semut (PATAS) PP.
P.6 Purabaya – Diponegoro – TOW
(PATAS) PP.
7
PAC.5 Purabaya – Tol Waru – Demak –
Semut PP. (PATAS AC) PP.
2 DUA PUTRA
Raya Kedungasem 35-
72 Surabaya
CAD.NON
EKONOMI
1
D Purabaya – Bratang PP. 2
F Purabaya – Diponegoro – TOW PP. 1
F.1 Purabaya – Diponegoro – Rajawali
– Diponegoro – Purabaya PP.
1
P.5 Purabaya – Tol Waru – Demak –
Semut (PATAS) PP.
1
3 ESTRA MANDIRI D Purabayaa – Bratang PP. 2
Kusuma Bangsa No.34
Surabaya
F Purabaya – Diponegoro –TOW PP. 7
P.5 Purabaya – Tol Waru – Demak –
Semut (PATAS) PP.
10
CAD.
EKONOMI
2
CAD. NON
EKONOMI
1
4 INDRAPURA
Pandegiling No.181-B
Surabaya
A.2 Purabaya –Semut PP. 1
CAD.
EKONOMI
1
D Purabaya – Bratang PP. 1
F Purabaya – Diponegoro – TOW PP. 2
P.5 Purabaya – Tol Waru – Demak –
Semut (PATAS) PP.
1
P.6 Purabaya – Diponegoro – TOW 2
57
(PATAS) PP.
5 JAYA UTAMA
Kalianak No.75
Surabaya
D Purabaya – Bratang PP. 3
F Purabaya – Diponegoro – TOW PP. 4
6 LADJU II
Tembok Dukuh VII/5
Surabaya
F Purabaya – Diponegoro – TOW PP. 1
P.5 Purabaya – Tol Waru – Demak –
Semut (PATAS) PP.
4
P.6 Purabaya – Diponegoro – TOW PP. 1
PAC.5 Purabaya – Tol Waru – Demak –
Semut PP. (PATAS) PP.
4
7 MANDALA
Mayjend Sungkono
KONDIP 5B/15
Surabaya
A.2 Purabaya – Semut PP. 1
D Purabaya – Bratang PP. 3
8 PEMUDI
Siwalankerto Permai
II-C/39 Surabaya
PAC.5 Purabaya – Tol Waru – Demak –
Semut PP. (PATAS ) PP.
1
PAC. 6 Purabaya – Diponegoro – TOW
(PATAS AC) PP.
2
9 RESTU
Siwalankerto Permai
II-C/39 Surabaya
P.5 Purabaya – Tol Waru – Demak –
Semut (PATAS ) PP.
1
10 RODTA
Pandan 12 Surabaya
A.2 Purabaya – Semut PP. 2
CAD.
EKONOMI
1
D Purabaya – Bratang PP. 2
F Purabaya – Diponegoro – TOW PP. 5
11 SABAR INDAH
Rungkut Asri Barat
XII/28 Surabaya
E.1 Purabaya – Joyoboyo PP. 1
F Purabaya – Diponegoro – TOW PP. 2
F.1 Purabaya – Diponegoro – Rajawali
– Diponegoro – Purabaya PP.
3
CAD.
EKONOMI
1
P.5 Purabaya – Tol Waru – Demak –
Semut (PATAS ) PP.
1
12 PERUM DAMRI
Raya Kalirungkut
No.7A Surabaya
C Purabaya – Darmo – Perak PP. 1
E Purabaya – Darmo – TOW PP. 3
E.1 Purabaya – Joyoboyo PP. 10
E.2 Purabaya – Darmo –Semut PP. 4
P.1 Purabaya – Darmo – Perak
(PATAS) PP.
23
P.2 Purabaya – Darmo – TOW PP. 9
P.4 Purabaya – Tol Waru – Perak
(PATAS) PP.
30
P.5 Purabaya – Tol Waru – Demak – 5
58
Semut (PATAS ) PP.
P.6 Purabaya – Diponegoro – TOW
(PATAS) PP.
3
P.7 Purabaya – Tol M.Sungkono – Tol
Tandes – TOW (PATAS) PP.
1
P.8 Purabaya – Tol Waru – Tol Tandes
– TOW (PATAS ) PP.
13
PAC.1` Purabaya – Darmo – Perak (RMB)
PP.
44
PAC.4 Purabaya – Tol Waru – Perak
(RMB) PP.
3
PAC.8 Purabaya – Tol Waru – Tandes –
TOW (PATAS) PP.
13
CAD.
EKONOMI
1
CAD. NON
EKONOMI
7
JUMLAH 280
Sumber : Kantor Dinas Perhubungan Kota Surabaya bulan Juni tahun 2014 oleh Bpk Budi
Setiawan, Staff Pelayanan Bidang Angkutan
Sedangkan data – data trayek Bus Kota yang ada di Terminal TOW
Surabaya saat ini adalah sebagai berikut :
N
O TRAYEK NAMA PO
JUMLA
H BUS
1 TOW – Tol Panjang – Purabaya (P8) PERUM DAMRI 18
2 TOW – Raya Darmo – Wonokromo – Purabaya (P2) PERUM DAMRI 3
3 TOW – Kupang – Diponegoro – A.Yani – Purabaya (P6) SWASTA 14
JUMLAH 3 TRAYEK BUS KOTA 35
Sumber : Kepala Sub. Unit Tata Tertib UPTD Terminal TOW Surabaya bulan Juni 2014 oleh
Bpk Rahadi, BA dan Staff-nya Koordinator Tater III oleh Bpk Hery Isbiyanto
Adapun untuk rute – rute yang dilalui Bus Kota dari dan ke Terminal
TOW Surabaya tersebut adalah sebagai berikut :
1. Rute P.8 (TOW – Tol Panjang – Purabaya)
a. Berangkat : Purabaya – Tol Waru – keluar Tol Tandes – Greges – TOW.
b. Kembali : TOW – Tol Tandes – Keluar Tol Waru – Purabaya.
2. Rute P.2 (TOW – Raya Darmo – Wonokromo – Purabaya)
a. Berangkat : Purabaya – Sutoyo – A.Yani – Wonokromo – Joyoboyo – Darmo
– Urip Sumoharjo – Basuki Rahmat – Embong Malang–Blauran – Bubutan –
Pahlawan – Indrapura – Jalan Gresik – TOW.
59
b. Kembali : TOW – Jl.Gresik – Perak Barat – Perak Timur – Rajawali –
Pahlawan – Gemblongan – Tunjungan – Pemuda – Sudirman – Darmo –
Wonokromo – A.Yani – Purabaya.
3. Rute P.6 (TOW – Kupang – Diponegoro – A.Yani – Purabaya).
a. Berangkat : Purabaya – Sutoyo – A.Yani – Wonokromo – Diponegoro –
Arjuno – Tidar – Proden – Demak – Dupak – Tol Tandes – Greges – TOW.
b. Kembali : TOW – Greges – Tol Tandes – Tandes – Dupak – Demak – Tidar
– Arjuno – Diponegoro – Wonokromo – A.Yani – Purabaya.
Sedangkan penetapan tarif untuk Bus Kota di Surabaya berdasarkan
Peraturan Walikota Nomor 49 Tahun 2013 Tentang Perubahan atas Peraturan
Walikota Nomor 41 Tahun 2013 Tentang Penetapan Tarif Penumpang Kelas
Ekonomi Untuk Angkutan Orang Dalam Trayek. Disini untuk Bus Kota khusus
Bus DAMRI yang masuk / keluar dari Terminal TOW Surabaya adalah :
NO KODE TRAYEK OD TRAYEK TARIF
1 P.2 Purabaya – Darmo – Jl.Gresik – TOW PP. Rp 2.100,00
2 P.8 Purabaya – Tol Waru – Tol Tandes – TOW PP. Rp 3.500,00
Sumber : Kepala Sub. Unit Pendapatan UPTD Terminal TOW Surabaya bulan Juni 2014 oleh Bpk
Gatot Hadi Purwanto
4.4. Temuan Penelitian
Deskripsi dalam penelitian ini meliputi :
- Deskripsi Bukti Langsung (Tangibles), seperti :
Dalam wawancara dengan Kasubnit Pendapatan UPTD Terminal
TOW Surabaya oleh Bpk. Gatot Hadi Purwanto pada tanggal 24 Juni
2014 mengatakan bahwa :
“(untuk perlengkapan/alat penunjang Para Pegawai/Petugas Dishub
teruitama di Lapangan)...ya (ada) Mobil Patroli...(untuk
sarana/prasarana)...tentang sarana dan prasarana berarti Kios-kios,
60
terus (tempat untuk Bus, Mobil Umum/Pribadi dan Sepeda Motor)Parkir,
Mushola (sambil menunjukkan arah tempatnya)...terus Barkot Pos
(menunjuk arah pintu masuk/keluar),(untuk) Parkir Mobil ada
sendiri...kalo yang...yang Parkir Sepeda Motor itu dikelola
Swasta...Sepeda Motor dibawah pihak Swasta, Ponten itu termasuk ya
Pihak ketiga (dikelola Swasta)...
Selanjutnya keterangan dari Bpk. Rahadi, BA selaku Kepala Sub.
Unit Tata Tertib UPTD Terminal TOW Surabaya mengatakan :
“Kalo disini (TOW) ha...untuk (PO) Indrapura 2 (dua) Bus...itu P6,
(PO) Pemudi 2 (dua), (PO) Ladju 1 (satu), Estra Mandiri 2 (dua) Bus,
(PO) Arjuna Sahkti 7 (tujuh) Bus...DAMRI...(dihitung)...untuk DAMRI
yang Purabaya-TOW nah ini a Purabaya-TOW sing the‟e gambaran
berarti (melihat data-data)...iki piro yo...nah iki lho...DAMRI P8 jumlah
trayek 18, P2 =3, P6=14 jumlah trayek...sampeyan beto iki to, sampeyan
tulis...butuh laen (lain) to...sampeyan isi iki e DAMRI-nya 18 (jumlah), P
loro (2) nggak tau mlaku iki...lama nggak jalan terus P6-nya 14
(jumlah)...perlu lyn-lynnya (lain)...”.
Selanjutnya keterangan tentang Lay-out kondisi, ukuran dan
karakteristik dari Terminal TOW dikemukakannya : “(apa) perlu luas
Terminal (yaitu) lay-out tadi..”, disambung oleh Bpk. Gatot Hadi
Purawanto Kasubnit Pendapatan : “asline lima hektar sama Gedung
depan itu...Terminal type A itu (masuk type)...minimal 5 (lima) hektar
luasnya...(selanjutnya) type B...(untuk) type C Joyoboyo itu lho...”
Sedangkan keterangan lebih lanjut tentang kondisi dan perawatan
dari pada Bus DAMRI itu sendiri oleh Bpk. Purwanto selaku Staff
Operasional Perum DAMRI Cabang Surabaya melalui sambungan
telepon pada tanggal 2 Juli 2014 mengatakan :
“Bus (DAMRI) bila beroperasi, sebelumnya dari pagi itu sudah
dalam keadaan bersih...setiap pagi dicuci sebelum benagkat dan sore
harinya (sudah) kelihatan agak kotor, karena perjalanan yang
disebabkan kondisi jalan ya...berdebu dan alin-lain bagaimana keadaan
di jalannya....namun setelah tidak digunakan (jam operasional pulang)
61
e...biasanya juga dicuci...ya agar selalu bersih gitu Mas...”.
(Selanjutnya)...untuk perawatan teknis kami juga ada...kalau mengenai
spare part (Bus DAMRI)...kami menggunakan...maksudnya Lokalan...di
Surabaya sendiri ada untuk spare part-nya...kalau nggak ada ya...ambil
dari Jakarta...selama ini (sepertinya buatan) kalau Lokalan Surabaya
saja cukup...ya cukup Mas, ya selama ini sudah cukup dari Lokalan...”.
Berdasarkan data-data dan keterangan diatas dan observasi di
Lapangan menunjukkan, bahwa fasilitas yang ada di Terminal TOW
Surabaya sudah layak memenuhi standarisasi dalam pelayanannya,
seperti Kantor, Ruang Tunggu, Kantin/Pujasera, Toilet, Mushola, Tempat
Parkir Sepeda Motor dan Mobil Angkutan Umum (Mikrolet/Lyn,Bus
Kota termasuk Bus DAMRI) maupun Tempat Parkir untuk Mobil Pribadi
dan juga ada Petugas yang mengawasinya, baik yang berada di Parkir
depan, belakang maupun area tengah Terminal dengan Tenda Kain
maupun dengan tempat bangunan yang permanen. Belum lagi Pos
Pengamanan / pengendalian kendaraan keluar / masuk Terminal TOW
dari Petugas Dinas Perhubungan yang berjaga di setiap titik, baik di pintu
masuk, tengan / area,sudut-sudut ruangan dan Kantor serta di pintu
keluar dari Terminal TOW tersebut yang didukung atau bekerjasama
dengan pihak Kepolisian dalam hal keamanan serta fasilitas menarik
lainnya seperti taman kecil di area Terminal juga menambah kesejukan
dan keindahan tersendiri bagi siapa saja yang berada di Terminal TOW
Surabaya, sedangkan fasilitas utama yang masih dibangun dan dibenahi
yaitu tempat halte transit atau dikenal dengan sebutan Shelter bagi Bus
Kota termasuk DAMRI juga angkutan umum lainnya yang selesai
diperkirakan sekitar tahun depan yakni 2015. PMK di Terminal TOW
62
juga disediakan sebagai “pertolongan pertama” bila terjadi kecelakaan
yang harus segera ditangai secara spontan dan bersifat ringan, bila
bersifat berta dan lebih lanjutnya dapat ditangani Tim Medis Rumah
Sakit, dimana pihak Dinas Perhubungan Kota Surabaya khususnya di
UPTD Terminal TOW hanya mefasilitasi dan membantu sementara. Dan
secara umum fasilitas yang ada di Terminal sudah memenuhi standarisasi
sebagai Terminal Tipe A. Untuk Bus DAMRI sendiri kondisi bersih
terutama di pagi hari hingga siang hari, karena setiap pagi biasanya Bus
dicuci dulu sebelum digunakan dan bila sore karena sudah melakukan
perjalanan kelihatan kurang bersih yang merupakan dampak dari terpaan
debu, namun secara fisik masih baik untuk dinilai. Adapun fasilitas
dalam Bus DAMRI sendiri sudah dilengkapi AC,TV/Video,Jok
Sheet/tempat duduk yang bersih dan bagus,layak untuk dinikmati bagi
para penumpang. AC sebagai pendingin ruangan sangat berarti ketika
terjadi kemacetan panjang/lama dalam perjalanan bagi para penumpang
yang sangat berbeda dengan Bus-bus Kota lainnya, dimana tidak semua
fasilitas dilengkapi seperti yang dimiliki Bus DAMRI. Para pengguna
jasa layanan transportasi Bus DAMRI akan senang dan terus bertahan
dengan sebagai “penumpang tetap / langganan” bila bepergian, karena
secara fisik seperti bentuk Bus, warna (biru laut), ukuran, jumlah Bus
serta fasilitas - fasilitas lainnya akan “mewarnai” cita rasa bagi para
pengguna jasa layanan (penumpang) transportasi tersebut. Disini dapat
dinilai secara fisik cukup bagus.
63
Menurut keterangan dari Bpk. Rahadi selaku Kepala Sub Unit Tata
Tertib pada tanggal 24 Juni 2014 mengatakan :
“Selama ini untuk TOW itu yang ada Bus Kota ya dari TOW ke
Purabaya, dari Purabaya ke TOW itu ada 3 lyn: ada P8, P6, P2. P2
DAMRI, P8 itu DAMRI nyoan, jadi jalurnya dari TOW e..lewat Tol ya
Tol Panjang turun Medaeng terus masuk Purabaya, nah tu...kalau dari
Purabaya juga sama dari sana artinya lewat tol Panjang, (selanjutnya)
memang rencanae kan ada karena sehubungan dengan perluasan
Terminal ini sudah e...Bus AKAP-AKDP juga ditambah, AKAP itu Antar
Kota Antar Propinsi kalau AKDP=Antar Kota Dalam Propinsi, contoh
dari sini (Surabaya) ke Bojonegoro, itu masuk AKDP, kalau
penambahan banyak Bus-e” (selanjutnya) ”yang di TOW itu Tol Mas,
Tol Panjang-Purabaya iya to di..di..yang ngelayani itu hanya Bus
DAMRI....(selanjutnya berdasarkan data khusus di TOW) lha...ini kan ini
kan tolnya TOW :Tambak Osowilangon-Tol Panjang-Purabaya gitu
lho...yang duanya (nomor urut data) P2: TOW-Raya Darmo-
Wonokromo-Purabaya trus untuk P4 :TOW-Kupang-Diponegoro-A.Yani-
Purabaya tapi Bus Swasta...yang lain yang nglayani ha...tapi ini sudah
lama nggak jalan yang P2 ini...Swasta lho..Swasta bukan (DAMRI)”.
Kemudian disambung Bapak Gatot Hadi Purwanto selaku Kepala
Sub Unit Pendapatan mengatakan : ”...masalah hanya 2 (dua) armada
thok, 2 (dua) Bus thok (sekaramg), dulu banyak, dulu ada lyn F barang e
(jurusan) Jembatan Merah”.
Adapun perkembangan trayek selanjutnya Terminal TOW
Surabaya menurut Bpk. Rahadi, BA Kasub Unit Tater UPTD TOW :
“(selanjutnya untuk angkutan massal) iya ha‟ah nantinya kesitu
ha‟ah...iya, kan selama ini kan mau di opo e...direnovasi, memang
banyak penambahan itu untuk Bus, nanti juga akan di anu ya Pak RMB
ON juga ikut nanti tapi kita membutuhkan untuk ini nyong yang njawab
itu Menanggal (Kantor Pusat Dishub Kota Surabaya Jalan Dukuh
Menanggal)...aku ngomong kliru ae nginiki,eh salah untuk mbahasan
trayeknya...ha‟ah...sedangkan ini trayek baru juga banyak AKAP-AKDP-
nya...”.
64
Sedangkan menurut keterangan dari pihak Perum DAMRI sendiri
dalam wawancara melalui telepon pada tanggal 27 Juni 2014 dengan
Bpk. Purwanto Staff Operasional Perum DAMRI Cabang Surabaya
mengatakan bahwa :
“Saat ini kondisi Bus DAMRI khususnya di Terminal TOW Surabaya
(yang beroperasi) dalam keadaan yang masih bagus, sembilan puluh
persen (90℅) ya kondisinya...(sejak) tahun 2003 dan 2005...(sedangkan)
dilakukan terus peremajaannya, ya ada terus...(hingga sekarang dalam
peremajaannya)”.
Dalam wawancara sebelumnya dengan Bpk. Budi Setiawan Staff
Pelayanan Bidang Angkutan di Kantor Dinas Perhubungan Kota
Surabaya tanggal 20 Juni 2014, yang mengatakan bahwa :
“(tentang trayek)...ini Perda tujuh...Perda 7 Tahun 2006 Tentang
Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan
Umum...termasuk Bus DAMRI, Bus Kota...Bus Kota, DAMRI...karena
Bus Kota tidak hanya DAMRI ada PO-PO yang lain...”. “(Selanjutnya
tentang rute trayek)...yang keluar-masuk dari TOW, ada...itu yang Bus
Kota (atau) DAMRI (saja)...yang diutamakan DAMRI ada...harus lihat
data kalau yang ini...(sambil menunjukkan data-data)...jumlah dan nama
trayek...e...ini kan ada yang PO-PO lain, e...ini yang PO DAMRI
(maksudnya) namanya Perum DAMRI...dua (nomor urut data) ada
beberapa jurusan yang dari TOW ini...Purabaya-TOW namanya trayek
E, e...ada Purabaya-Darmo ini lho Mas...Darmo-TOW tapi PATAS
namanya P2 terus Perak terus ini...Purabaya-Diponegoro-TOW
PATAS...kalo yang ini tadi lewat Darmo...yang ini lewat Diponegoro P6,
kemudian ini Purabaya-Tol masuk Tol hooh itu...itu P7, hooh terus ada
lagi...Purabaya-Tol P8...Tol Tandes ini AC...PATAS AC...atas tadi Non
AC...”. (Selanjutnya kedepan)...masih mengacu (MRT) tapi sekarang
belum dipakai...mungkin kalau setelah ada ini MRT (Mass Rapid
Transit).
Ditambahkan keterangan lebih lanjut oleh Bpk. Purwanto selaku
Staff Operasional Perum DAMRI Cabang Surabaya pada tanggal 27 Juni
2014 yang menyatakan : “ya memang Mas...saat ini jumlah armada
sesuai data-data di Dishub (Dinas Perhubungan Kota Surabaya)...Bus
65
Kota jumlahnya dua ratus delapan puluh unit...itu sudah termasuk (Bus)
DAMRI”.
Menurut data-data dan keterangan diatas, jumlah angkutan Bus
Kota khususnya DAMRI yang beroperasi di Terminal TOW Surabaya
sebanyak 170 buah kendaraan dari total 280 Bus dan 12 armada Bus
yang beroperasi termasuk Bus DAMRI tersebut yang ada di seluruh
wilayah Kota Surabaya dalam trayek untuk menjangkau dalam Kota
Surabaya, namun berdasarkan keterangan lebih lanjut dari Staff Tata
Tertib Unit Pelaksana Teknis Daerah di Terminal TOW Surabaya
layanan untuk rute P2 (Purabaya-Darmo-TOW PP) sudah “beku” dalam
artian sudah tidak beroperasi. Demikian juga untuk trayek P.7 juga sudah
tidak ada lagi. Hal ini belum lagi Angkutan Kota Antar Propinsi (AKAP)
dengan rute jalur Pantura yang akan masuk maupun keluar Kota
Surabaya seperti jurusan Semarang, Solo, Jogjakarta, Cepu, Purwodadi di
Propinsi Jawa Tengah, sedangkan Angkutan kota Dalam Propinsi
(AKDP) juga menjangkau wilayah-wilayah di Propinsi Jawa Timur,
seperti jalur jurusan Surabaya – Malang, Surabaya – Sumenep lewat
Pamekasan (Madura). Surabaya – Blitar lewat Malang, Surabaya –
Bojonegoro, Surabaya – Paciran – Brondong, Surabaya – Madiun –
Ponorogo – Pacitan, Surabaya – Tulungagung – Trenggalek, Surabaya –
Situbondo – Banyuwangi serta belum lagi tambahan dari Angkutan Lyn
Kota dalam wilayah Surabaya sendiri seperti Mikrolet jurusan TOW –
Keputih dan jurusan Benowo – Dukuh Kupang lewat TOW. Dan
66
selanjutnya Angkutan Lyn antar Kota dalam Propinsi seperti jurusan
Surabaya – Gresik (Mikrolet), Pasar Turi – Gresik (Mikrolet), juga MPU
jurusan Surabaya – Lamongan – Babat, Surabaya – Glagah, Surabaya –
Gresik – K. Cangkring. Jadi arus keluar - masuk angkutan yang ada
sangat potensial bagi keberadaan Terminal TOW Surabaya.
Sedangkan berdasarkan observasi di Lapangan membuktikan,
bahwa, untuk perlengkapan :
- Pegawai Dishub secara umum di Kantor Jalan Dukuh Menanggal sudah
memenuhi standarisasi, mulai peralatan kerja : Komputer dan internet,
Meja dan Kursi, Papan Pengumuman, Tempat Pertemuan, fasilitas
lainnya termasuk Logistik (peralatan tulis-menulis), Seragam Kerja juga
sangat menunjang dalam kinerjanya.
- Lokasi di UPTD Terminal Tambak Osowilangon (TOW) Surabaya
juga sudah memenuhi standarisasi, dimana para Pegawai baik di kantor
maupun yang ada di Lapangan sudah difasilitasi penunjang, seperti
Komputer dan jaringan internet, CCTV, Handy Talk (HT), Papan
Pengumuman, Meja-Kursi yang bagus juga kebutuhan logistik (perlatan
tulis-menulis), sehingga semua dapat menunjang kualitas kinerjanya
dalam pelayanan di jasa transportasi tersebuit.
- Bagi Awak Bus khususnya DAMRI sudah menggunakan Seragam
Kerja yang telah ditentukan, baik bagi Sopir maupun Kondektur yang
merupakan Petugas dari Dishub Kota Surabaya yang dilengkapi alat -
alat tulis, Tiket/karcis bea tarif, serta Radio Orari sebagai penghubung
67
komunikasi dalam kinerjanya. Untuk Pegawai di Kantor sudah
dilengkapi sarana-sarana penunjang seperti Komputer dan jaringan
internet dan logistik lainnya.
- Deskripsi Reliability (kehandalan) :
Berdasarkan sumber informasi dari Kepala Koodinator III Tata
Tertib, Staff Kepala Sub Unit Tater UPTD Terminal TOW Surabaya,
Bpk. Hery Isbiyanto pada tanggal 24 Juni 2014 dengan mengatakan :
“Kalau dari keamanannya ya dengan Polisi dan Koramil juga daops
setempat apa yang e...masuk wilayahnya dia, lha ini masuk Benowo ini,
Polseknya juga Polsek Benowo”.
Lebih lanjut kepala Sub Unit Pendapatan UPTD Terminal TOW
Surabaya, Bpk. Gatot Hadi Purwanto pada saat yang sama mengatakan :
”Museum...anu itu Polrestabese sana Tanjung Perak (masih)
baru...Jembatan itu lho jembatan itu Polrestabese Tanjung Perak,
jembatan yang ada ini e...Branjangan, kesananya tuh sudah anu...bukan
Polrestabes, ini (area TOW) Polrestabes, (sana) Polres Pelabuhan,
iya...iya...dibelakang ini lho,ha....dadi sing ini pama ini nek tengah situ
ya, sini Surabaya Polrestabes, sini (nya) pamane Polisi Tanjung
Perak...mangkane Polisi yang disitu tuh bukan Polisi Polrestabes,
(Polisinya) Tanjung Perak sak Margomulyo barang iku (masuk) Tanjung
Perak...sekarang namanya Kapolrestabes bukan Polisi Wilayah, dulu lek
Polwil...(selanjutnya mengenai tarif angkutan Bus Kota) tarif umum
datanya kan ada (di catatan sesuai Perda Kota Surabaya nomor 12
Tahun 2010)...lek masalah teknise di Lapangan ya nariknya ya dibatasi
tapi asline tarife ya nggak sampek Rp 2000 piro biyen saiki gareke...”.
Kemudian keterangan dari Bapak Rahadi, BA Kepala Sub Unit
Tata Tertib UPTD Terminal TOW Surabaya dalam sambungan
wawancaranya menyatakan :
“(selanjutnya sesuai data yang ada) Peraturan Perwali Nomor 49
Tahun 2013 Tentang Perubahan atas Perwali Nomor 41 Tahun 2013
Tentang Penetapan Tarif Penumpang Kelas Ekonomi untuk Angkutan
68
Orang Dalam Trayek...ini yang disini kan adanya kan P6 iyo to...pere
trayek P8 dan P6...P6 ya (jurusan) Purabaya-Diponegoro-Demak-Tol
Tandes-ke TOW Wilangun...untuk P8 Bus Patas lewat 2 (dua) Pintu Tol
dengan jalur trayek...trayek P8 Purabaya-Tol Waru-Tandes-Tambak
Osowilangon sebesar Rp 4000,-“
Menurut Bpk. Gatot Hadi Purwanto Kasubnit Pendapatan dalam
sambungannya menyatakan :
“...nggak (demikian) yang Ekonomi Rp 6000,- sekarang...biyen Rp
2000,- itu gratis gitu lho...saiki mundak itu...”. (selanjutnya bagaimana
para Petugas yang ada, penempatannya...)
oleh Bapak Rahadi, BA dijelaskan :
“ini struktur yang ada sekarang (menunjukkan data-data)...coba nanti
kamu kan ...(apa) perlu Perdanya? Kamu minta Perdanya...laah iki lho
(menunjukkan data-data Perda)
dan menurut Bpk. Gatot Hadi Purwanto menyambungnya yang
menyatakan :
“apa perlu Perda duit...tarif...tarife Bus onok ki Mas lengkap...”
(selanjutnya sesuai data)...iya kalo ini kan struktur organisasi, struktur
organisasi Kepala UPTD Kasub dan PP...ini tugasnya...e...Kasub Unit
Tater ya ini Bapak iki (Bpk. Rahadi,BA), saya Kasub Unit
Pendapatan...kalo saiki mberangkatno Bus, iki umpamane mberangkatno
Bus jelas keamanan, ketertiban lain...
disambung oleh Bpk. Hery Isbiyanto selaku Koordiantor III Sub
Unit Tater menyatakan :
“(itu Tugas Pak Gatot Hadi Purwanto hanya)...distribusi
thok...distribusi thok...”. Kemudian Bpk. Rahadi, BA menyambung :
“(menunjukkan data) kalo struktur ya, kalo struktur tadi ya...PP-nya iki
(Peraturan Walikota Surabaya Nomor 77 Tahun 2008) tentang
Organisasi Unit Pelaksana Teknis Dinas Terminal Pada Dinas
Perhubungan Kota Surabaya...wes...ki gambare iki (menunjukkan skema
gambar struktur organisasi UPTD TOW)”.
69
“(mengenai tarif-tarif semua fasilitas) Parkir, Kendaraan, bersama
Kios-kios stand...(sambil menunjukkan data-data Perda Kota Surabaya
Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Retribusi Terminal)...kalo sampyean
penting ini Perda...sak tarif-tarife iki lengkap ki, Mobil Bus tarife ki Rp
3.500.- termasuk Bus DAMRI (dan lain lain)...”
Ditambahkan lebih lanjut keterangan dari Bpk. Purwanto selaku
Staff Operasional Perum DAMRI Cabang Surabaya pada tanggal 27 Juni
2014 melalui telepon yang menyatakan : “Kalau untuk tarif
regulere...sesuai (pihak) Regulator (Perda Pemerintah Kota Surabaya
melalui Dinas Perhubungan Kota Surabaya, maksudnya disini) sebelum
perjanjian...”.
Lain halnya pendapat dari para pengguna layanan jasa transportasi
tersebut, seperti yang diungkapkan oleh Bpk. Rudi asal Singosari -
Malang yang biasa hilir mudik pada tanggal 25 Juni 2014, yakni :
“(tentang tarif)...untuk tarif sih normal Mas, biasa enam ribu rupiah,
memang ada kenaikan Mas, dulu empat ribu rupiah terus naik lima
ribuan, ya sekarang jadi enam ribu...”. Sedangkan pendapat pengguna
layanan jasa transportasi lainnya, yakni oleh Bpk. Toni asal Probolinggo
bersama keluarga mengatakan : “tarife standart-standart saja
Mas...nggak terlalu murah ...nggak terlalu mahal, ya...standart...”.
Demikian halnya dengan Ahmad asal Purworejo-Jogjakarta pada saat
yang sama, pekerja yang biasa menggunakan layanan jasa trasportasi Bus
DAMRI PATAS mengatakan : “untuk tarif ya Mas...ya normal,
kenaikannya biasa sesuai peraturan (Perda), ya biasa Mas...normal gitu,
70
kenaikannya ya setiap tahun ada...”. Masih menurut pengguna layanan
jasa transportasi lainnya oleh Alek asal Bojonegoro yang biasa hilir
mudik Bojonegoro ke Sidoarjo pada saaat yang sama pula mengatakan :
“untuk tarif Mas sesuai (peraturan yang ada)...normal, murah ya
standart-lah Mas...”.
Selanjutnya mengenai ketepatan waktu oleh Bpk. Rahadi, BA
selaku Kasubnit Tata Tertib Terminal TOW dijelaskan : “(untuk
ketepatan waktu khusus Bus DAMRI)...nggak pakai DAMRI...iya pakai
lima belas menitan...antara lima belas sampai tiga puluh menitan...rata-
rata kalo rame ya nggak sampek...” (sedangkan untuk Bus-bus Kota
lain) menurut Bpk. Gatot Hadi Purwanto Kasubnit Pendapatan
menjelaskan :
“Kalo yang Bus-bus Antar Kota juga ada jam trayeknya...jam
pemberangkatane Mas (dengan istilah) time table...itu ada jamnya,
umpamae jam muda jam delapan nggak iso jam muda terus jam sembilan
nggak iso...ya jam delapan berangkat...(terus) masuk kebawahe satu jam
kurang masuk...nggak iso sembarangan...lek Lyn iku e
sembarangan...(Lyn) itu mengatur ritme penumpangnya...misale
kecepetan Bus e yo gak oleh duit...akhirnya dibuat setengah jam-an,lek
dulu nggak...penuh-penuhan (kalau) penuh berangkat...dadi onok sak
jam ono rong jam...nah akhire nggak dibuat itu...”.
Dijelaskan lebih lanjut oleh Bpk. Rahadi, BA selaku Kasubnit Tata
Tertib Terminal TOW Surabaya mengenai rencana kedepan yakni :
“(sambil membaca keterangan data-data)“Bus trayek P8 ya...di
Lautan re-rotring dengan tetap berfungsi sebagai feeder dari trayek
AKAP atau AKDP, misalnya Terminal Larangan Sidoarjo, Terminal
Bunder Gresik, Tanjung Perak, TOW (Terminal Tambak
Osowilangon..nah ini calon dikembangno ki dengan P8 termasuk P6
juga disitu sama nanti...akan dilakukan re..rerotring termasuk Lyn...Lyn
juga ada, termasuk apa...MRT...itu nanti dari ini
pengembangannya...termasuk Angkot juga, jadi Bus Kota, Angkot mere-
71
rotring karena ini juga akan ada penambahannya nanti...jadi nentukan
jadi feeder ini masuk...balik antar masuk...penumpang mau ke dalam
Kota ya bisa naik ke Purabaya...ya bisa naik ini Bus DAMRI...kalau dia
ke dalam Kota kan ada kayak WK...Lyn WK ke Keputih terus ada SG...ya
sekali jalan...ini kan kalau mesti ditambah...maksudnya di Giri harus
dikembangkan lagi gitu lho...”.
Berikutnya dijelaskan lagi oleh Bpk. Gatot Hadi Purwanto, selaku
Kasubnit Pendapatan UPTD Terminal TOW Surabaya yakni :
“Umpama kode transportasi dari Tambak Oso (TOW) larinya e..e..ke
hadap sini e..rel Kereta Api...Kereta Api tanpa biaya, tanpa Lyn
terbange itu ada...angkutan yang berkesinambungan...jadi ini itu ada
kaki sambungannya kesana, jadi ada moda transportasi menuju ke Pasar
Turi (moda) Kereta Api tadi..dari Terminal langsung ke Bandara
Juanda...”. Menurut Bpk. Rahadi, BA selanjutnya : “(selama sudah
ada)...nanti kan mau dikembangkan lagi...standart-nya apa MRT...jadi
disini kalau itu apa...ketika ke Lyn itu...ada cuman sedikitlah kayak P8,
P6 terus Lyn panjang, ada tiga kalau nggak salah : (jurusan)
Karangmenjangan-Keputih e...RDK (lewat) Benowo itu lho...sama
(jurusan ke) Dukuh Kupang, PTG Surabaya-Gresik atau PTG kakinya
empat...khususnya kalo ini kan lebih...harus lebih baik
lagi...”.”(Selanjutnya mengenai re-rotring)...selama terjadi oper (ke
Manukan)...ini memungkinkan untuk langsung...e...prinsip angkutan ini
kan murah, mudah, (misalnya) oper-oper...orang kan males juga itu kan
pengaruh (waktunya)...lha...padahal kalau dari sini (TOW) ke Keputih
ada langsung...ini kan perlu re-rotring tadi”. (Selanjutnya)...lek nggak
salah berkaitan ini Bus Kota dengan Bus AKAP-AKDP kan sudah
berkesinambungan ya...e...Bus Kota masuk dari Bungurasih ke
Penumpang sini (TOW) yang dibawa ini ke Luar Kota...”.
Sedangkan penjelasan dari Bpk. Budi Setiawan selaku Staff
Pelayanan Bidang Angkutan dalam wawancara pada tanggal 20 Juni
2014 di Kantor Pusat Dinas Perhubungan Kota Surabaya Jl. Dukuh
Menanggal No.1 Surabaya mengatakan bahwa :
“Kalau Bus Antar Kota itu dia punya waktu ini e...berangkat dan
datang di Terminal Purabaya misalkan itu nanti ada...tapi kalau Bus
Kota itu di trayeknya itu tidak disebutkan jamnya ya...mungkin kalau di
Lapangan mungkin dia datang ngantri itu langsung berapa menit
e...nggak ada jamnya...di Purabaya mungkin kalau datang...diantri
depan kemudian dibelakangnya...dibelakangnya...kalau Bus Kota
72
(itu)...kalau Bus Antar Kota dia datang dan perginya jam berapa
ada...kalau Bus Kota di trayeknya itu tidak disebutkan...”.
Mengenai penempatan para petugas lebih lanjut diungkapkan oleh
Bpk. Gatot Hadi Purwanto selaku Kasubnit Pendapatan mengatakan :
“Kalau itu anu...kalau secara struktur organisasi tadi sudah
menempati sesuai tugasnya masing-masing ya...kalau kita mau ke jalan
raya di..apa itu Perhubungan (Dishub) sekarang itu nggak boleh di jalan
raya itu...operasi kita ngadakan operasi Lyn umpamane itu harus
didalam Terminal...didalam Terminal aja sama Timbangan...kalo kita
mau keluar ke jalan raya itu harus kita support juga...(kerjasama)
dengan Kepolisian tadi...jadi nek ada operasi orang Dishub nggak ada
Polisi...ini (Petugas Dishub) kena (sangsi)...ini hah harus ada Polisi,
meski Polisine satu (sedangkan) Dishubnya (petugas) tiga puluh (orang)
umpamane nggak apa-apa...jadi kalau ada kecelakaan, ada apa itu
Polisi ikut membantu kita...contohnya dulu ada itu yang jualan Bakso itu,
Satpol PP itu dulu...nggak ngobrak di jalan tapi ini lali nggowo
rombong...anaknya kesiram air panas itu...hah kesana itu, karena nggak
ada Polisinya...pihaknya (petugas Dishub) membantu kasihan Kepolisian
tapi nggak salah itu...akhirnya di jalan raya...iya sesuai TUPOKSI-
nya...Tugas Pokok dan Sistem-nya”.
Menurur pendapat salah satu kru Angkot Umum, yaitu salah satu
Sopir Lyn di Terminal TOW Surabaya pada tanggal 25 Juni 2014 yang
sehari – hari menunggu para penumpang dengan menyatakan, bahwa :
”Untuk Lyn seh Mas...(pemberangkatan) penumpang sesuai penuhnya,
bisa setengah jam, satu jam...bahkan dua jam...kalau (pemberangkatan
untuk) Bus antara lima belas menit sampai tiga puluh menit, kadang
nggak sampek Mas...bisa kurang dari setengah jam...ya Bus Kota...ya
Bus DAMRI juga”.
Berdasar keterangan dan data - data diatas serta observasi di
Lapangan, maka dalam melayani para pengguna layanan jasa
transportasi/penumpang, baik pihak dari Dinas Perhubungan yang berada
73
di UPTD Terminal TOW Surabaya maupun dari pihak Perum DAMRI,
terutama para Awak Bus selalu sigap, suka memberi informasi yang
urgen/penting, apalagi Petugas Dishub berada di semua titik, baik di
ruang tunggu, parkir, Pos - pos Pengamanan, Shelter tempat naik-
turunnya penumpang dan tempat-tempat lainnya yang mudah dilihat dan
dijangkau bagi para penumpang juga memberi pelayanan yang
semaksimal mungkin. Keamanan pun dilakukan, dimana kerjasama
dengan pihak Aparat Kepolisian dan juga TNI sesuai area Terminal
TOW tersebut guna mencapai rasa aman dan nyaman bagi para pengguna
layanan jasa transportasi tersebut. Sedangkan untuk ketepatan waktu, Bus
DAMRI sudah mematuhi standart aturan dari Perda Perhubungan jasa
transportasi, yakni terbukti dengan setiap Bus DAMRI yang datang dan
meninggalkan Terminal, memiliki interval waktu rata-rata kurang dari 30
menit antara 15 – 25 menit dan sesuai prosedur yang telah ditetapkan,
karena bila melanggar seperti menurunkan penumpang di jalan,
mengetem, tidak memenuhi persyaratan teknis dan layak jalan serta tidak
atau menyimpang dari ijin trayek, maka sangsi sudah menanti, yakni
Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang lalu Lintas dan
Angkutan Jalan. Kecakapan pun sudah bisa dilihat di setiap para Petugas
Dishub yang ada, seperti bertindak tegas bila ada hal-hal yang harus
dipahami oleh penumpang, misalnya Bus dalam menurunkan para
penumpang ikut membantu mengatur dan melarang apabila para
penumpang “nekad” masuk dalam Bus yang berjubelan, walaupun
74
keadaan penuh melebihi job sheet/tempat duduk dalam Bus, namun
untuk keamanan menjadi prioritas utama. Pihak Awak Bus DAMRI pun
tidak segan membantu para penumpang yang membawa barang-barang
untuk menurunkannya. Jadi, disini dapat dikatakan, bahwa kesigapan,
keramahan dan ketepatan waktu (jadwal datang dan berangkat Bus
DAMRI) serta kecakapan para Petugas Dishub dan para Awak dari Bus
DAMRI adalah bagus. Adapun time table bagi Bus Kota lainnya selain
DAMRI memiliki jadwal pemberangkatan tersendiri, hal ini terjadi
seperti pada Bus Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) maupun Bus Antar
Kota Dalam Propinsi (AKDP).
Adapun berbagai masalah yang ada selama ini, jalur satu trayek
masih belum optimal pelaksanaannya, seperti menuju ke Manukan bila
dari TOW membutuhkan oper hingga 3 (tiga) kali pergantian, khususnya
Angkutan Umum Lyn, sehingga rencan kedepannya akan diadakan re-
rotring dimana semua jalur trayek dapat dilakukan oleh satu Angkutan
saja dan sebaliknya, termasuk untuk Bus Kota dan juga Bus DAMRI P8
dan P6, sehingga waktu tempuh lebih efisien. Sedangkan kegunaan
adanya MRT untuk kedepannya yaitu prinsip untuk angkutan yang
mudah dan murah.
Untuk para Petugas Dishub di UPTD secraa keseluruhan bekerja
sesuai tugas dan fungsinya masing – masing, karena sesuai Struktur
Organisasi yang telah ditetapkan berdasarkan Peraturan yang ada.
75
- Deskripsi Daya Tanggap (Responsibility) :
Dalam wawancara dengan Bpk. Hery Isbiyanto selaku Koordinator
Tata Tertib III Sub Unit Tata Tertib UPTD Terminal TOW Surabaya
pada tanggal 24 Juni 2014 mengatakan : “ (terhadap keluhan, saran,
pesan pengguna layanan)...peluang bisa disampaikan lewat Facebook
[UPTD Terminal Tambak Osowilangon], Blogger [Terminal TOW],
Website : http://TerminaltambakOsowilangon.blogspot.com/
Sedangkan wawancara sebelumnya dengan Bpk. Budi Setiawan
selaku Staff Pelayanan Bidang Angkutan Dinas Perhubungan Kota
Surabaya pada tanggal 20 Juni 2014 yang menyatakan :
“Disini kita punya e...kalau untuk pelayanan kita punya
Website...kemudian sering ada pertanyaan dari masyarakat
itu...sementara itu aja dari website Dishub (Kota Surabaya) informasi
dari sana kan ada keluhan-keluhan bisa dimasukkan ke website itu...ada
pertanyaan (juga)...kalau Kotak Saran, ya...di Terminal ada, kalau disini
(Kantor Dishub) nggak ada...melalui langsung surat masuk...terus kalau
ada telepon disini Kantor untuk yang mau tanya ada telepon...
Ditambahkan lebih lanjut keterangan dari Bpk. Purwanto selaku
Staff Operasional Perum DAMRI Cabang Surabaya pada tanggal 27 juni
2014, yakni : “Untuk Petugasnya Mas...di Lapangan sudah dilengkapi
itu...ada Pos Siarannya...yaitu Radio Orari di Pos Pantau dalam
Terminal, ya...itu sebagai...unytuk memberi informasi...ya kepada
masyarakat, e...pengguna layanan...”.
Seiring perkembangan jaman yang berbasis teknologi dan dalam
pemberian layanan, UPTD Terminal TOW Surabaya juga menyediakan
Kotak Surat Suara yang ada di Terminal sebagai pesan, saran dan kritik
76
yang diharapkan dari masyarakat pengguna jasa layanan transportasi di
Terminal TOW Surabaya untuk berpartipasi ikut “membangun” demi
kebaikan dan kemajuan tentang pelayanan kedepannya. Akses internet
juga ada di Website dan Blogger, dimana masyarakat luas dapat
mengetahui bagaimana keadaan dan pelayanan yang diberikan oleh
Pemerintah Kota Surabaya, dalam hal ini Dinas Perhubungan yang
mewakili serta pihak Perusahaan Otobus (PO) dalam kinerjanya
melayani, termasuk Perum DAMRI Kota Surabaya, semua dapat dilihat
tanggapan dan jawaban yang diberikan oleh Stakeholder kepada
masyarakat luas terutama para pengguna jasa layanan transportasi di
Terminal TOW Surabaya khususnya. Telepon call center pun siap untuk
melayani masyarakat umum, baik menyangkut keluhan pelayanan yang
diberikan maupun harapan - harapan kedepannya yang harus dilakukan
oleh Regulator (Pemerintah/Dishub) maupun Operator Jasa Transportasi
(Perusahaan Otobus/Perum DAMRI), agar lebih baik, terbuka,
transparan, cekatan, bijak dan optimal dalam kinerja dan pelayanannya.
Disini dapat dikatakan daya tanggap yang diberikan secara umum sudah
layak dinilai baik serta perlunya pelayanan yang terus lebih baik lagi.
- Deskripsi Jaminan (Assurance) :
Dalam wawancara dengan Bpk. Gatot Hadi Purwanto selaku
Kepala Sub Unit Pendapatan UPTD Terminal TOW Surabaya pada
tanggal 24 Juni 2014 di Kantor UPTD TOW menjelaskan :
77
“(mengenai jaminan pertolongan pertama) sini kan ada PMI...ya
pertolongan pertama, PMI itu kan untuk pertolongan pertama nanti
umpamanya ada jenis berat (kecelakaan), kita pilih ke Gudang...kadang-
kadang e...anu apa itu akan ke Karangmenjangan (RSUD Dr.
Soetomo)...terutama PMI, Kepolisian dengan Petugas Perhubungan
(Dishub)...umpama contoh sini ada yang meninggal haa...itu di anu...kita
koordinasi dengan Polsek sini Polsek Benowo terus bersama Korekturnya,
diperban habis itu dibawa ke Karangmenjangan (RSUD Dr. Soetomo)
sudah selesai...diikuti ya terutama yo ini orangnya sakit naik Bus terus
langsung meninggal terus divisum...habis divisum itu terus Petugasnya
Bus dijak opo e...dimintai pertanyaan biasanya...kalau...kalau Petugasnya
dibawah Kepolisian Surabaya Polseknya sini (Polsek Benowo area TOW)
keamanannya itu biasanya disana di...kan penyidikan (lebih lanjut)”.
“(Selanjutnya)...(bila terjadi) kecelakaan Jasa Raharja...ini kalau Hari
Raya nanti ada...gabung Kepolisian, Koramil, TNI, Jasa Raharja gabung
disitu...itu hanya Hari Raya, kalau hari biasa nggak, nggak ada...umpama
ada kecelakaan umpamae sini selama didalam sepihak nggak ada
kecelakaan...kita tangani sendiri ”.
“(Selanjutnya)...Bus Antar Kota yang tabrakan ini lho...sini biasanya
yang kemarin tabrakan urusannya di dekat TVRI itu lho (Kasatlantas
Polrestabes Surabaya) laa situ...disana, sini juga ada Petugasnya...nabrak
Lyn SG situ...sini (Petugas Dishub TOW) dimintai saksi saja, masalah
kelanjutanya (tentang) asuransi gini ya mungkin dari Kepolisian terus
yang nangani...nah Bus-nya tadi kan yang tersangkanya itu kan yang
anu...yang dimintai pertanggungjawaban...terjadi kecelakaan di Pintu
Masuk umpamamnya nah...ini yang sering nah disana...itu kru Bus-nya
yang ditahan disana sebagai tersangkanya...ini korban, Bus-nya ditahan,
nah...ini urusannya dari PO Awak Bus yang nangani...Kasatlantas (nya) :
Polrestabes...jaminan itu untuk yang dua puluh lima juta itu ya...yang
meninggal itu...Jasa Raharja sama Kepolisian itu...kita (Dishub) kan
dimintai saksi, terus dana mungkin cair (untuk) yang meninggal itu...tapi
prosesnya kan di Kepolisian...tapi sini (Dishub) hanya sebagai saksi
Petugas saja ya...Petugas sebagai saksi saja, saksi tabrakan des haa...ini
baru saksi kan harus dua orang, dua orang tadi dimintai...ini (Petugas)
dipanggil ke Polrestabes...di Kepolisian misalnya di UPK ini lho belakang
ini lho...kemarin diminta disana, jadi sudah selesai dari kita (Dishub)
terus kesana del dilepas lagi...yang Satlantas, urusannya Satlantas kalau
terjadi kecelakaan itu...ini juga Petugasnya tiga kalau nggak salah...”.
“(Selanjutnya masalah asuransi)...nggak menangani, dari Kepolisian
(tentang) kecelakaannya, Jasa Raharja kan itu jaminan orangnya yang
kecelakaan tadi diberi santunan tadi...Sopirnya tadi yang jadi tersangka,
Sopir tersangka nabrak ya umpamanya ya disini masuk nabrak des haa...
sini sing ini kecelakaan ya orang kan ini biasanya kan membutuhkan ya
kena...ini (korban) kan meninggal, Petugas Dishube pokoke thengok-
thengok di Pos...ya ini (Petugas Dishub) yang jadi saksi...”.
78
“(Selanjutnya)...kalau jaminan Jasa Raharja ya...kita nggak itu, diluar
kita (tanggungjawabnya)...tapi kita (Dishub) kan delivery aja...jadi dari
Kepolisian tekniknya gimana saya (Dishub) nggak tahu...ketika ada
tabrakan Kepolisian yang nangani...ini biasanya kalau tabrakan di Pintu
Masuk ya trayeknya tadi biar orang nggak lari tapi ijin taryeknya
diminta”.
Pelayanan dalam perlindungan pun terhadap para penumpang, pihak
Dishub terutama di UPTD Terminal TOW Surabaya sudah memberikan
bantuan semaksimal mungkin, ini terlihat adanya Mobil PMK bagi para
penumpang yang mengalami kecelakaan yang bersifat ringan dan
memberikan “rekomendasi” bila diperlukan perawatan akibat dari
kecelakaan dalam pelayanan jasa transportasi di wilayah UPTD Terminal
TOW Surabaya ke Rumah Sakit, sedangkan bila terjadi pelanggaran yang
berhubungan pidana, maka pihak Dishub sudah berkoordinasi dengan
pihak Kepolisian POLRESTABES Surabaya. Sedangkan dari Perum
DAMRI juga memberikan santunan kecelakaan bahkan kematian, dimana
aturan dan cara teknisnya sesuai prosedur yang ada, sesuai perundang-
undangan yang berlaku dan telah bekerjasama dengan PT Jasa Raharja
sebagai mitra jasa asuransi untuk jaminan kecelakaan dan kematian bagi
pengguna jasa transportasi, khususnya Perum DAMRI sebagai Perusahaan
Milik Negara (BUMN/Persero). Nilai bagus dalam responsibility-nya.
- Deskripsi Empati (Emphaty) :
Dalam wawancara dengan Bpk. Gatot Hadi Purwanto selaku
Kepala Sub Unit Pendapatan UPTD Terminal Tambak Osowilangon
79
Surabaya pada tanggal 24 juni 2014 di Kantor UPTD Terminal TOW
Syrabaya yang mengatakan :
“(mengenai pelayanan kebutuhan masyarakat umum khususnya para
pengguna layanan jasa transportasi, termasuk Bus DAMRI dalam trayek
TOW sesuai kondisi riil)...lha ini pengaruhnya jalan yang disana Babat-
Tuban kalau ada jembatan rusak...(maka terjadi) macet, disini tersendat
e...agak lambat, e...ini masyarakat desa „Pa...mana Bus-e Malang Pa...‟
lha...jadi „mana kok nggak ada Bus-e Malang?‟ lha...macet ternyata
masih dalam perjalanan...sekarang ini yang Armada Sahkti itu yang baru
masuk sana itu ada jembatan yang rusak...jadi itu antrian dua kilo
(meter), berarti ini penumpange buanyak...Bus Armada Sahkti ini jam-e
tapi ini (Bus lain) mendahului...lha ini nggak iso berangkat, e...ini
(sampai) jejer lima (atau) jejer empat...tapi penumpange ki bingung
sakmene (jumlah banyak)...tapi nggak berani...lha ini keluhanya (yang
membuat) saya salut...‟kok nggak iso naik, kok diturukno lagi‟...jengkel
masyarakat, kita nunggu antrian ini ya..datang, baru thet baru naikin
semua...belakange...belakang...belakang (urut-urtannya Bus)”.
“(Selanjutnya)...karena terjadi kemacetan...ini menjadi kendala-
kendala...dampaknya dari kemacetan di jalan akhirnya sini mengendalai
perjalanannya Bus tadi..kan Bus kan sesuai jam-nya tadi...bukan DAMRI
ya, kalau DAMRI nggak ono jam-e...teko ngangkut...teko ngangkut,
lha...kalau Bus ini (Bus Kota lain) nggak iso, jam-e kesuwen (kelamaan)
nggak mau yo ditunggu sek...nggak mau langsung naik, nyerobot
belakange...nggak mau, tertib ini...terus termasuk tertib
administrasi...(untuk) DAMRI sendiri itu dapat penumpang
penuh...berangkat”.
Sedangkan mencakup peremajaan Bus khususnya DAMRI, ada
beberapa catatan seperti dijelaskan oleh Bpk. Hery Isbiyanto selaku
Koordiantor III Sub Unit Tata Tertib UPTD Terminal TOW Surabaya
dalam wawancara pada tanggal yang sama, 24 Juni 2014 mengatakan :
“itu masalah peremajaan...Bus itu kan ada TKB (sebagai) pengujian
Negara dan Motor...kalau nggak layak jalan ya...harus diperbaiki,
menyangkut juga bodi, baik peremajaan...disini (Dishub) memberi
rekomendasi...kemabli ke PO-nya lagi masalah keuangan...ya itu tadi,
kalau besok mereka mengganti (Bus) harus layak dulu...kalau nggak layak
jalan anu...moda mantra itu...(intinya) bisa untuk layak jalan, ya
sudah...apalagi untuk masalah surat-surat ijin maupun KPS/Kartu
Pengawasan”.
80
Kemudian disambung penjelasannya oleh Bpk. Gatot Hadi
Purwanto selaku Kasubnit Pendapatan dengan menjelaskan :
“...kalau Lyn ya contohnya ini dulu, e...apa itu tahun delapan puluh
lima (1985)...(saatnya uji kelayakan untuk semua kendaraan) kabeh
(untuk) peremajaan...harus diganti yang baru ini ganti...ganti, lain dengan
Kereta Api, langsung semua dibawah Pemerintah PT KAI, kita (Dishub)
kan enak koordinasinya...kalau ini kan PO (untuk Bus-bus Kota atau
Lyn)”.
Disambung oleh Bpk. Heri Isbiyanto selaku Koordinator Tater III
Subnit Tater yang menjelaskan :
“kalau DAMRI selama ini terus berbenah, kemarin itu sudah
datang...bantuan dari Kementerian Penyelenggara (KEMENHUB)
delapan unit itu yang paling bagus, (Bus itu) berasal (didatangkan) dari
Bandara SOETTA (Soekarno-Hatta), intinya bagus-bagus untuk angkutan
Bus”.
Menurut Bpk. Gatot Hadi Purwanto Kasubnit Pendapatan
mengatakan : “...sudah peremajaan, DAMRI sini sudah ada
peremajaan...hanya P6 yang belum, P6 itu Swasta lha iki Mas...”.
Disambung oleh Bpk. Rahadi, BA selaku Kasubnit Tater yang
mengatakan : “(selanjutmya mengenai bantuan Pemerintah Pusat)...yang
lama bantuan sudah, BUMN (untuk Perum DAMRI)...mau nggak mau ya
Pemerintah harus begitu...”. Disambung oleh Bpk. Gatot Hadi Purwanto
selaku Kasubnit Pendapatan yang menyatakan : “...yang P6 yang nggak,
yang P6 itu (milik) Perseorangan...yang punyanya Perum DAMRI sudah
termasuk ya Bus-nya itu...tapi kan ijinnya disini lancar ya...bisa ya, dari
kita disini (Dishub) bisa layak jalan ya nggak apa-apa”.
Pelayanan jasa transportasi di UPTD Terminal TOW Surabaya
juga memberi “perhatian khusus” yang sesuai kondisi riil di lapangan, hal
81
ini dapat dilihat bagaimana cara melayani yang terbaik bagi pengguna jasa
transportasi, khususnya Bus DAMRI, dimana kelayakan Bus menjadi
tumpuan utama, dimana setiap saat diadakan pengujian kelayakan
Kendaraan Bermotor yang sesuai Peraturan yang telah ditetapkan dan
berlaku bagi semua jenis kendaraan bermotor, baik itu Bus DAMRI, Bus
Kota lainnya (milik Swasta) maupun Angkutan Umum Lyn. Sehingga
perlunya berbenah terus demi perbaikan dalam melayani, sehingga
diharapkan selalu tampil “menarik” emapti bagi para pengguna layanan
jasa transportasi tersebut. Khusus Bus DAMRI melakukan pembenahan –
pembenahan terus, apalagi bantuan Bus DAMRI yang baru dari
Pemerintah Pusat ke PEMDA, termasuk PEMKOT Surabaya mendapat
beberapa bantuan Bus DAMRI baru yang dapat menunjang pelayanannya
secara optimal, sehingga memberikan arti tersendiri dan kesan yang
mendalam bagi para pengguna jasa transportasi tersebut.
Ketepatan waktu dalam memberi pelayanan dan informasi para
Petugas di Lapangan sangat berarti bagi masyarakat umum, khususnya
bagi para pengguna layanan jasa trasportasi tersebut, karena para Petugas
yang kurang ramah dan kurang menarik perhatian terutama dalam
memberi informasi ketepatan jam berangkat seta kendala yang ada
merupakan hal yang sangat prioritas dan dampaknya cukup signifikan dan
dalam berkomunikasi atau berhubungan dengan para pengguna layanan /
penumpang, para Awak Bus pun sudah biasa menghadapi berbagai
karakter orang banyak, kesabaran dan keramahan terus ada dan dijaga,
82
karena prinsip layanan merupakan harga utama sebagai humanis dengan
harapan para penumpang merasa nyaman dan “cinta “ akan layanan yang
diberikan.
- Deskripsi Kepuasan Pengguna Jasa Layanan Transportasi
Dalam wawancara dengan para pengguna layanan jasa transportasi,
khususnya Bus DAMRI di Terminal TOW Surabaya dapat diungkapkan :
- Dengan Bpk. Rudi asal Singosari – Malang yang biasa hilir mudik pada
tanggal 25 Juni 2014 di tempat Ruang Tunggu Utama mengatakan :
“Pelayanan Bus DAMRI bagi saya termasuk menyenangkan
Mas...bersih (keadaan Bus), dijamin (keamanan dan kenyamanan), full
musik, TV juga ada, baik joknya (tempat duduk), kalo Toilet nggak ada
Mas...jadwal berangkat sesuai...cepetlah Mas, nggak ngetem ya kurang
lebih sekitar sepuluh menit sampai lima belasan menit Mas...beda Bus
Kota yang (menggunakan) sistem BOMEL „mengejar setoran‟, tidak
ada Pengamen, Perokok kan AC Mas...jadi nggak boleh merokok, Anak
Jalanan (Anjal) atau Pengemis hampir tidak ada Mas, tapi kalau ndek
Bungurasih (Terminal Purabaya) ada itu Mas...”.
- Dengan Bpk. Toni asal Probolinggo bersama keluarga di tempat Balkon
(Shelter) pada waktu yang sama ketika menunggu Bus berangkat
mengatakan : “Pelayanane menyenangkan Mas...cukup memuaskan,
ya...Petugasnya ramah, bersih (keadaan Bus), (ada) AC, ngetem-e Mas
setengah jam-an, ya...biasalah Mas”.
- Dengan Ahmad asal Purworejo - Jogjakarta pada saat yang sama pula,
pekerja yang biasa menggunakan layanan jasa trasportasi Bus DAMRI
PATAS tersebut mengatakan :
“Pelayanan secara umumnya Mas...memuaskan, cukup enak
(karena) Petugasnya biasa, ramah, tanggap terus...(keadaan Bus
DAMRI) bersih, ada AC-nya...(untuk) Toilet nggak ada, dilarang
83
merokok...kan ber-AC, kalo ada Penumpang yang tidak mematuhi ya
ditegur Petugas...semua lumayan nyaman Mas, nggak ada Anjal,
Pengemis...kalo di Terminal Bungurasih (Purabaya) banyak
Anjal/Anak Jalanan, Penjual (makanan ringan dalam Bus) di TOW
hampir tidak ada...ya berjubelan (kapasitas) di dalam Bus...tapi secara
umumnya Mas ya memuaskan pelayanannya”.
- Dengan Alek asal Bojonegoro yang biasa hilir mudik Bojonegoro ke
Sidoarjo mengatakan :
“Kalau Petugasnya Mas termasuk ramah...(keadaan Bus) bersih,
tidak ada fasilitas Toilet (didalamnya)...Penumpang sendiri Mas tertib
harus beli tiket dulu (sebelum naik Bus), aman, tidak ada Pengamen
Jalanan...kalau Penjual (juga) jarang masuk kedalam Bus, ya..tertentu
(saja)...(dalam Bus) tidak ada yang merokok (harus) taat Peraturan,
karena Bus ber-AC, tidak boleh...ya kalau berangkat biasanya (Bus)
ngetem sampek dua kali...di Terminal (dalam) dan di Pintu Keluar,
ya...nggak terlalu lamalah Mas...secara umum pelayanannya cukup
memuaskan Penumpang”.
Dalam wawancara yang telah dilakukan dengan beberapa
penumpang dari berbagai kalangan, baik dari Keluarga maupun dari
kaum pekerja dan orang yang belum nikah, maka dapat dihasilkan
digambarkan sebagai berikut :
- Bagi Penumpang berkeluarga, biasa membawa barang dan lain-lainnya,
menyatakan sudah senang dengan pelayanan yang ada, baik dari pihak
Dishub Kota Surabaya yang ada di UPTD Terminal TOW Surabaya pada
umumnya maupun dari para Awak Bus (Sopir dan (Kondektur)
khususnya yang bersikap cukup ramah, tanggap dan bisa sedikit-banyak
memahami permintaan atau keluhan para penumpang pada umumnya.
- Bagi Pekerja / Swasta / Wiraswasta yang menggunakan jasa layanan Bus
DAMRI di Terminal TOW Surabaya ini, mereka juga cukup puas dengan
jasa layanan yang diberikan, baik menyangkut fasilitas yang ada maupun
84
keramahan dan kesigapan para Petugas, terutama dari pihak Dishub di
UPTD Terminal TOW Surabaya ini. Untuk pelayanan didalam Bus
DAMRI juga cukup puas, karena fasilitas sudah cukup nyaman, aman,
bersih dan dapat dinikmati bagi semua para penumpang
- Keamanan, kenyamanan dan keindahan dapat dirasakan dalam layanan
Bus DAMRI bagi pengguna jasa layanan transportasi tersebut, selain
tidak diperbolehkannya merokok, pengamen liar yang masuk Bus serta
anak jalanan (anjal), gelandang dan pengemis (gepeng), penjual makanan
umum juga tidak dibebaskan masuk, mungkin hanya waktu tertentu dan
itupun diawasi bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan oleh para
Petugas Dishub maupun Awak Bus DAMRI demi keamanan dan
kenyamanan para pengguna layananan transportasi tersebut dan hampir
bisa dikatakan di Terminal TOW Surabaya bebas dari semua itu, justru di
Terminal Purabaya yang menjadi sasaran para gepeng, anjal dan lainnya.
4.5. Interpretasi Penelitian
a. Bukti Langsung (Tangibles) dapat membawa pengaruh positif dan
signifikan terhadap kepuasan pengguna jasa layanan transportasi /
penumpang pada umumnya, dimana fasilitas yang memenuhi
persyaratan, standart, sesuai prosedur peraturan yang ada akan
berdampak pada keamanan dan kenyamanan, seperti Jok Sheet/tempat
duduk yang bagus, nyaman, bersih dan indah merupakan daya tarik
tersendiri dengan jumlah dan kondisi yang ada ditambah fasilitas –
85
fasilitas lainnya, seperti AC, TV/Video yang mewah dapat menambah
“nilai jual” bagi Perum DAMRI tersebut. Dan secara umum faktor bukti
fisik adalah hal utama dalam hal pelayanan di jasa transportasi ini, karena
tanpa bukti fisik yang bagus akan berpengaruh dalam “menarik minat”
para pengguna jasa layanan transportasi ini. Sehingga dapat dinilai cukup
bagus secara fisik.
b. Kehandalan (Reliability) dapat membawa pengaruh positif pula dalam
pelayanan, karena kecakapan dan kesigapan para Petugas di Lapangan
maupun para Awak Bus merupakan syarat mutlak dalam memberikan
pelayanan seoptimal mungkin dan terbukti dengan cara memberi
pengarahan terbaik, misalnya memberi informasi, baik disiarkan melalui
Radio Orari maupun tatap langsung dengan para pengguna layanan /
penumpang dengan mengawasi dan “ikut: mengatur naik-turunnya para
penumpang dan melarang bila terjadi kondisi yang tidak memungkinkan
“berjubelan” walaupun sedikit – banyak berjubelan, namun dalam hal
keamanan merupakan prioritas utama serta kepatuhan akan peraturan
yang ada dalam standarisasi kondisi Bus yang layak jalan dan jadwal
keberangkatan merupakan hal utama yang telah ditaati selalu. Bila
kecakapan, kesigapan dan ketaatan akan segala prosedur dalam
menjalankan amanat Undang – undang pelayanan khususnya tentang
Angkutan Jalan Orang Dalam Trayek tidak dilaksanakan dengan baik,
maka pelayananya dapat mengurangi dan mengganggu stabilitas Daerah
dalam hal arus urbanisasi, perdagangan, bisnis dan lain – lainnya, dan
86
tentu sangat merugika semua pihak, termasuk Pemerintah/Negara
maupun pihak orang perorangaan dan swasta serta masyarakat pada
umumnya. Dan nilainya sudah bagus dari para Petugas Dishub dan para
Awak Bus dalam hal kehandalan (reliability) pelayanannya di UPTD
Terminal TOW Surabya ini.
c. Daya Tanggap (Responsibility) juga menjadi tumpuan dalam memberi
jasa pelayanan di UPTD Terminal TOW Surabaya ini, hal ini terbukti
dengan adanya beberapa alat dan sistem yang dapat diakses dan
digunakan untuk menyalurkan saran, kritik, masukan serta berbagai
tanggapan masyarakat terhadap pelayanan yang telah diberikan oleh
Pemerintah Kota Surabaya dalam hal ini Dinas Perhubungan terutama di
Unit Pelaksana Teknis Daerah khususnya di Terminal Tambak
Osowilangon (TOW) Surabaya ini, baik melalui Surat Suara, Call Center,
Website dan lain – lain yang berbasis Teknologi Informasi (IT) sertta
boleh menyampaikan langsung dengan mekanisme yang ada yang sesuai
aturan, sehingga transparan dan akuntabel dalam memberi jawaban
dalam pelayananya, sehingga nilai cukup baik dalam hal responsibility.
d. Empati (Emphaty), dimana sikap ini merupakan sudah ada dari para
Petugas Dishub di Lapangan maupun para Awak Bus, khususnya Bus
DAMRI karena telah memberi pelayanan yang langsung berhubungan
dengan para pengguna jasa layanan transportasi yakni dengan
menjunjung tinggi keramahan dan ketaatan hukum yang berlaku dengan
mengindahkan secara “humanis”. Disini empati merupakan sikap yang
87
tidak terlalu transparan, namun juga berdampak dalam pelayanan,
sehingga nilainya pun dapat dikatakan biasa atau hal wajar biasa
dilakukan kepada siapapun para pengguna jasa layananan ini. Hasilnya
cukup untuk sebuah sikap manusiawi.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa,
pelayanan jasa transportasi Bus DAMRI di Unit Pelaksana Teknis Daerah
(UPTD) khususnya di Terminal Tambak Ossowilangun (TOW) Surabaya
dalam ukuran bukti fisik (tangibles), kehandalan (reliablity), daya tanggap
(responsiblity), jaminan (assurance), empati (empathy) sangat berpengaruh
dominan terhadap kepuasan konsumen dalam hal ini para pengguna jasa
transportasi (penumpang). Faktor bukti langsung merupakan faktor yang
paling dominan yang berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan
kehandalan, daya tanggap, jaminan perlindungan juga berpengaruh positif
namun tidak signifikan. Dan faktor empati dalam penelitian ini merupakan
faktor yang kurang berpengaruh positif dan juga kurang signifikan terhadap
kepuasan konsumen yakni bagi para pengguna jasa layanan transportasi ini.
88
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan temuan di Lapangan di Unit Pelaksana Teknis Dinas
(UPTD) Terminal Tambak Osowilangon (TOW) Surabaya, menunjukkan
bahwa pelayanan yang diberikan oleh pemberi layanan yakni oleh
Pemerintah Kota Surabaya khususnya oleh Dinas terkait yaitu Dinas
Perhubungan dan Perum DAMRI (BUMN) selaku owner (pemilik) Bus
telah membuktikan :
- Dari segi Tangibles (bukti fisik), kelayakan Bus sudah bagus, terbukti
dengan kondisi Bus, baik pengadaanya, perawatannya secara berkala,
peremajaanya, kuantitas (jumlah) dan kualitas (mutu) maupun sarana dan
prasarana yang mendukung, terutama di area Terminal serta fasilitas
yang ada didalam Bus tersebut.
- Dari segi Reliability (kehandalan) sudah baik. Hal ini terlihat dari segi
pelayanannya, baik oleh pihak Dishub Kota Surabaya khususnya di
UPTD Terminal TOW maupun oleh pihak Awak Bus yang juga
merupakan Petugas Dishub, dimana kesigapan, kecepatan, ketaatan dan
ketegasan dalam kinerja yang dapat memberi nilai positif terhadap
penerima layanan yakni para pengguna layanan jasa transportasi tersebut.
- Dari segi Responsibility (daya tanggap) juga telah menunjukkan cukup
signifikan dan cukup memuaskan dalam pelayanannya, hal ini terlihat
89
adanya akses online dengan internet melalui website, juga Kotak Surat
serta Radio Orari yang selalu memberi informasi penting bagi
masyarakat khususnya para pengguna layanan jasa transportasi Bus Kota
dan juga Bus DAMRI khususnya.
- Dari segi Assurance (jaminan) juga telah membuktikan pelayanan yang
seoptimal mungkin dan cukup baik, hal ini terlihat dengan adanya P3K
sebagai pertolongan pertama pada kecelakaan dilengkapi Mobil PMI
serta pemberian rekomendasi untuk ditindaklanjuti ke Rumah Sakit yang
telah ditunjuk Pemerintah Kota terhadap para pengguna layananan jasa
transportasi tersebut. Selain itu juga telah bekerjasama dengan PT Jasa
Raharja (Persero) untuk memberi bantuan atau santunan terhadap
kecelakaan dan kematian apabila terjadi bagi para pengguna layananan
serta telah pula berkoordinasi dengan pihak Aparat Penegak hukum,
yakni Kepolisian dan TNI (Kormail) setempat dalam wilayah hukum
POLRESTABES Surabaya bila terjadi indikasi tindak pidana yang
menyangkut sistem pelayanan jasa transportasi tersebut.
- Dari segi Empati (empati) juga menunjukkan nilai yang cukup wajar dan
lugas “humanis” dalam pelayanannya oleh Dinas terkait seperti
komunikasi yang wajar dan manusia antara pemberi layanan dan
penerima layanan, sehingga karakteristik Petugas Dishub dengan
masyarakat umum terutama para pengguna layanan jasa trasnportasi
tersebut dapat diketahui secara langsung dan terbuka.
90
Adapun faktor – faktor yang mendukung kualitas pelayanan jasa
transportasi Bus DAMRI di Kota Surabaya khususnya di UPTD Terminal
TOW Surabaya berdasarkan keterangan pihak Dishub UPTD TOW dan
masyarakat pengguna layanan jasa transportasi Bus DAMRI serta observasi
peneliti di Lapangan adalah :
- Kuantitas (jumlah) Bus yang memadai, hal ini terbukti dengan bantuan
dari Pemerintah Pusat kepada PEMKOT Surabaya akhir – akhir ini.
- Fasilitas lengkap dan menyenangkan bagi para pengguna layanan Bus
DAMRI, misalnya Bus dilengkapi AC, full musik, TV, tempat duduk
yang rapi dan nyaman serta kondisi Bus yang selalu bersih dan terawat.
- Sarana dan prasarana yang mendukung dalam pelayanannya, area
Terminal yang strategis di Jalur pantura Pulau Jawa yang dapat
menghubungkan rute / jurusan Dalam Kota, Antar kota Dalam Propinsi
maupun Antar Kota Antar Propinsi serta dekat Proyek teluk Lamong,
dekat PIOS (Pasar Induk Oso Wilangun) dan juga tempat yang luas
kurang lebih menempati lahan 5 (lima) hektar dan belum lagi
pengembangannya kedepan. Shelter yang cukup bagus seperti layaknya
Terminal – Terminal berkelas, Ruang tunggu yang luas dan nyaman,
taman Terminal yang cukup indah, area Parkir bagi Angkutan Umum,
Bus Kota termasuk Bus DAMRI, Mobil pribadi dan Sepeda Motor juga
telah disediakan oleh Pemerintah Kota Surabaya, serta fasilitas –fasilitas
lainnya yang mendukung pelayanan jasa transportasi tersebut.
91
Sedangkan faktor – faktor yang menghambat dalam kualitas
pelayanannya adalah :
- Berdasarkan observasi di Lapangan menujukkan, bahwa akses menuju
dan dari Terminal TOW Surabaya ini cukup jauh dari wilayah Kota
Surabaya pada umumnya dan hal ini menjadikan Terminal TOW ini
sebagai Terminal alternatif (Terminal kedua) bagi para pengguna yang
biasa hilir mudik, karena ijin trayek dibatasi akhir –akhir ini setelah
adanya Peraturan dan Kebijakan Dirjen Perhubungan Darat yang
memasukkan semua Bus AKAP khususnya jalur Pantura ke Kota
Surabaya harus menuju ke Terminal Purabaya seperti berita di Media
cetak / Koran Jawa Pos pada bulan Februari 2014 yang lalu.
- Kemacetan merupakan hambatan yang paling mendasar, dimana – mana
disetiap sudut Kota, di Pusat keramaian dan lain – lain termasuk juga di
jalan Tol tidak luput dari kemacetan. Hal ini berdasarkan keterangan
yang telah ada dari Pejabat Dishub di UPTD Terminal TOW Surabaya.
Dan kemacetan merupakan faktor penghambat pelayanan yang ada.
- Memakan waktu banyak dalam rute satu tujuan, hal ini terbukti dengan
keterangan Pejabat Dishub di UPTD Terminal TWO Surabaya, misalnya
dari TOW ke Manukan saja harus oper angkutan sampai 3 (tiga) kali,
tentu hal ini tidak efektif waktu serta tidak efisien dalam keuangan,
karena belum dilakukan re-rotring dalam rute panjang yang dapat
dilakukan oleh angkutan umum termasuk Bus Kota dan DMARI sendiri
92
dalam sekali jalan serta baliknya. Dan hal ini menjadi rencana yang akan
direalisasikan Pemerintah Kota Surabaya khususnya Dinas Perhubungan.
- Berdasarkan keterangan para pengguna layanan jasa transportasi Bus
DAMRI dari dan ke Terminal TOW Surabaya dan observasi peneliti di
Lapangan menunjukkan, bahwa tingkat kapasitas yang melebihi standart,
dimana jumlah tempat duduk didalam Bus tidak cukup menampung
banyak orang dan hal ini dilakukan dengan menambah jumlah
penumpang hingga terjadi “berjubelan” yang dampaknya kemungkinan
terjadinya pencopetan yang kurang aman serta kurang nyaman terutama
bagi penumpang yang berdiri tidak mendapatkan tempat duduk. Faktor
kedisiplinan para penumpang (pengguna layanan) dan tingkat kesadaran
yang masih rendah inilah yang menjadi kendala dalam pelayanan jasa
transportasi khususnya Bus DAMRI.
- Berdasarkan observasi dan keterangan yang ada dari pihak –pihak terkait
termasuk stakeholder menunjukkan, bahwa untuk sarana dan prasarana
yang belum tuntas dalam pembangunannya juga dapat menghambat
sistem pelayanan yang ada, seperti pembangunan Shelter Masuk dan
Keluar karena Terminal TOW Surabaya sendiri kini tengah melakukan
pembenahan – pembenahan dalam hal itu guna mendukung kualitas
pelayanan yang optimal dan sesuai harapan masyarakat pada umumnya.
93
5.2. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan dalam penelitian
tersebut, maka diajukan beberapa saran :
- Kehandalan Petugas Dishub khususnya di Terminal TOW maupun para
Awak Bus DAMRI, dimana berhubungan dengan kenyaman para
pengguna layanan jasa transportasi, khususnya Bus DAMRI yakni
penggunaan job sheet (tempat duduk) harus sesuai jumlah Penumpang
yang ada, jangan sampai berjubelan yang sering terjadi hingga melebihi
batas kapasitas standart layak Penumpang seperti saat ini. Dan khusus
bagi Perum DAMRI untuk dapatnya membuat jumlah tempat duduk yang
banyak, agar dapat menampung jumlah Penumpang dalam kapasitas yang
banyak, tentu secara tidak langsung nantinya membuat semacam BRT
(Bus Rapid Transit) seperti di kota – kota besar Indonesia lainnya.
- Dari segi Keamanan, diharapkan semua pihak terutama Petugas Dishub
di Terminal TOW Surabaya agar mengawasi kondisi yang ada ketika
para pengguna layanan jasa transportasi khusunya Bus DAMRI terutama
saat turun, karena kemungkinan terjadi perampokan atau pencurian yang
tidak diharapkan bersama yang mengakibatkan rasa “trauma” bagi para
pengguna layanan jasa transportasi bila hal – hal tersebut terjadi.
- Dari segi kondisi Area Terminal TOW, dimana sebagai sarana dan
fasilitas yang menunjang terhadap pelayanan jasa transportasi publik
dalam hal ini transportasi darat Bus DAMRI, agar segera menyelesaikan
program kerjanya untuk pembangunan Shelter Masuk maupun Shelter
94
Keluar walapun perencanaannya selesai di tahun 2015, tetapi tidak
menutup kemungkinan – kemungkinan yanga dapat menghambat dari
pada pembanguan fasilitas penunjang tersebut, karena dengan
dibangunnya fasilitas – fasilitas penunjang tentu akan menambah “daya
saing bisnis” dalam pelayanannya apalagi didekat Terminal TOW
tersebut hingga saat ini sedang dibangun proyek Teluk Lamong yang
dampaknya tentu dapat dirasakan bagi pendapatan Pemerintah Kota
Surabaya dalam hal ini khususnya Dinas Perhubungan Kota Surabaya
terlebih lagi di UPTD TOW yang dapat disebut sebagai “peluang
income” yang strategis.
- Dari segi Penataan Ruang khususnya di Terminal TOW Surabaya ini,
sebaiknya menjadikan tempat yang nyaman dan “indah” seperti layaknya
Taman Kota atau tempat refreshing meskipun Terminal TOW sebagai
Halte/persinggahan sementara, tetapi paling tidak dapat membuat rasa
“puas” menikmati keindahan aset Termianal TOW Surabaya, sehingga
masyarakat luas akan mengetahui tentang pentingnya keberadaan
Terminal tersebut meskipun letaknya diujung wilayah Kota Surabaya
serta secara tidak langsung dapat dijadikan ajang “promosi” sekaligus
ajang “kompetisi” dalam hal pelayanan jasa khusunya jasa transportasi
darat bagi Pemerintah Kota Surabaya khususnya lagi Dinas Perhubungan.
- Dari segi kebijakan tentang pergeseran moda angkutan, maka sebaiknya
melakukan penambahan kebijakan oleh PEMKOT Surabaya, dlam hal ini
oleh Dinas terkait untuk menambah proses pergerakan pada lokasi yang
95
sama tetapi waktu yang berbeda (pergeseran waktu), karena lokasi
Terminal TOW ini sangat strategis sekali untuk dikembangkan lebih
lnjut, dimana jalur Pantura Pulau jawa yang akan masuk ke Kota
Surabaya melewati Termianl TOW tersebut apalagi banyak Perusahaan
besar milik Negara, Swasta maupun Asing di jalur Pantura, mulai dari
wilayah Semarang juga daerah – daerah Jawa Tengah lainnya, Tuban,
Bojonegoro, Lamongan, Gresik akses jalan darat menuju Kota Surabaya
hanya melalui wilayah barat Kota Surabaya dan Terminal TOW ada di
wilayah barat Surabaya tersebut. Hal inilah yang menjadi keberadaan
Terminal ini sangat strategis untuk dikembangkan lagi menjadi Terminal
besar, mungkin dapat menjadi Terminal terbesar di Indonesia yang dalam
pelayanannya, jasa transportasilah yang paling utama dan Bus DAMRI-
lah sebagai angkutan umum di darat milik Negara satu – satunya
disamping PT KAI (Kereta Api Indonesia).
- Dari segi kuantitas (jumlah) Bus DAMRI terutama yang berada di
Terminal TOW Surabaya, agar ditambah jumlahnya dalam skala besar,
karena area Terminal cukup menampung jumlah Bus dalam kapasitas
yang besar. Tentu PEMKOT Surabaya harus terus bekerjasama dengan
PEMPROV Jawa Timur serta Pemerintah Pusat, agar pengadaan Bus
DAMRI di Kota Surabaya dapat terealisasi secara total, karena seiring
perkembangan moda transportasi yang semakin canggih dan
berkompetisi dalam pelayanan jasanya termasuk dengan pihak Swasta
dan Asing.
96
- Untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang telah diberikan, tidak
hanya dilihat dari segi kuantitas (jumlah ) Bus maupun fasilitas yang ada,
namun lebih dari itu, perlunya fokus pada sifat dan karakteristik
masyarakat, terutama para pengguna layanan jasa transportasi tersebut,
sehingga tercipta loyalitas terhadap pelayanan Bus DAMRI.
- Bagi penelitian yang akan datang, diharapkan lokasi penelitian yang
dilakukan semua UPTD di seluruh wilayah Kota Surabaya, agar data –
data dapat lebih akurat bagi pelayanan Bus DAMRI secara keseluruhan
serta melakukan analisa aspek – aspek sosial lainnya dalam pelayanan
yang dapat mempengaruhi kepuasan konsumen, dalam hal ini bagi para
pengguna layanan jasa transportasi khusunya Bus DAMRI di wilayah
Kota Surabaya secara luas.
97
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Colin Buchanan and Partners, PT. Pamintori Cipta, PT. Insan Mandiri (1994) Bus
Management and Operations Improvement Implementation Project. Technical
Report No. 6 Public Transport Facilities In Surabaya.
Dirjen Perhubungan Darat, Departemen Perhubungan Republik Indonesia, dalam
Jurnal “Komponen Transportasi Perkotaan” Angkutan Umum berdasarkan
Urban Mobility for Indonesia edisi D-1.
Dorsch Consult, Colin Buchanan and Partners,Sofretu, PT. Pamintori Cipta, PT.
Insan Mandiri(1996) Surabaya Integrated Transport NetworkPlanning Study.
Tamin, Ofyar Z. (2000) Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, ITB,
Bandung.
Pusat Komunikasi Publik, Sabtu, 31 Desember 2013 dalam internet berdasar
“Instruksi atau Himbauan Menteri Perhubungan Republik Indonesia”.
Pusat Komunikasi Publik, Rabu, 21 Desember 2013 dalam internet.
Riadi, Muchlisin, 2012, dalam “Pengertian dan Fungsi Transportasi”, Selasa, 16
Oktober 2012.
United Nations Economic Comission for Europe (UNECE), 2013.
White, P. (1986) Planning for Public Transport, University College London
(UCL) Press, London.
Willumsen, L.G. and Ortuzar, J.de Dios (1994) Modelling Transport. John Willey
& Sons, New York.
98
Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas dalam “Pengertian
tentangTransportasi”.
Widodo, Joko, M.S., 2005, “Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja”, Cetakan
Pertama, Maret, 2005, Bayumedia Publishing, Malang.
Jurnal
Jurnal manajemen dan kewirausahaan, vol.13, No.1, Maret 2011 : 61-75.
Opini Walikota Surabaya, Tri Rismaharini dan Opini Walikota Bandung, Ridwan
Kamil dalam “Lokakarya Pengembangan Transportasi Perkotaan” di Kantor
Pusat BAPPENAS, Jakarta, Rabu, 21 November 2013.
Peraturan Perundang-undangan
Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 1993
direvisi dengan Nomor 84 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Angkutan
Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum, kemudian diperbaharui dengan
Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2003
Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan.
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 25 Tahun 2004
Tentang definisi Pelayanan Publik.
Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Republik Indonesia Nomor
274/HK.105/DRJD/1996 Tentang Kriteria Pelayanan Angkutan Umum di
Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur.
99
Peraturan Gubernur Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Tarif Dasar Dan Tarif Jarak
Batas Atas Dan Batas Bawah Angkutan Penumpang Antar Kota Dalam
Provinsi Kelas Ekonomi Menggunakan Mobil Bus Umum Di Provinsi Jawa
Timur.
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 Tahun 1993 Tentang definisi Angkutan
Jalan/Umum.
Peraturan Walikota Surabaya Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelaksanaan
Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan
Tanpa Rokok Dan Kawasan Terbatas Merokok.
Peraturan Walikota Surabaya Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Penetapan Tarif
Angkutan Penumpang Umum (Mikrolet), Tarif Angkutan Bus Kota
(Angkutan Perbatasan) Dan Tarif Angkutan Taksi Argometer Dalam Wilayah
Kota Surabaya.
Peraturan Walikota Surabaya Nomor 77 Tahun 2008 Tentang Organisasi Unit
Pelaksana Teknis Dinas Terminal Pada Dinas Perhubungan Kota Surabaya
Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Program Pembangunan Nasional.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik dan Peraturan
pelaksanaannya.
100
Website
www.kipdiy.wordpress.com/.../keterbukaan-informasi-pelayanan-publik-2/
(Keterbukaan Informasi Pelayanan Publik dari Komisi Informasi Propinsi
Daerah Istimewa Jogjakarta.
http://www.docstoc.com/docs/ diakses tanggal 23 November 2009 ).
News.Liputan6.com, Jakarta, Rabu, 21 November 2013.
Media/Surat Kabar
Dewi Puspasari dalam “Dewipuspasari‟s Weblog”, 22 Januari 2014.
Kompas, Jakarta, 24 September 2013.
Jawa Pos, 19 Februari 2014.
Jawa Pos, 21 Februari 2013.
Duta online, 20 Februari 2014.
Blogger : Tambak Osowilangon (TOW), Jumat, 22 November 2013, Surabaya.