BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kesehatan maternal dewasa ini masih merupakan salah
satu isu pembangunan global. Dibeberapa negara khususnya
negara berkembang dan negara belum berkembang, kesehatan
maternal masih menjadi salah satu masalah yang sulit diperbaiki,
para ibu masih memiliki resiko tinggi baik selama proses
kehamilan, persalinan maupun selama masa nifas. Menurut data
WHO di dunia ada 303.000 wanita meninggal selama proses
kehamilan, persalinan dan nifas dalam tahun 2015, angka ini
meningkat dari tahun 2010 yang hanya sebesar 287.000
kematian (WHO Group, 2015).
Tingginya jumlah angka kematian ibu disebabkan oleh
beberapa faktor seperti hipertensi, pendarahan selama
persalinan, dan komplikasi setelah persalinan (Say et al., 2014).
Angka kematian ibu sebenarnya dapat dikurangi dengan
peningkatan baik secara kualitas dan kuantitas fasilitas
kesehatan maternal dan perbaikan serta penambahan jumlah
sumber daya manusia profesional dibidang kesehatan. Nilai ideal
angka kematian Ibu tercantum dalam goal ke tiga dalam target
2
Sustainable Development Goal (SDG) yaitu 70 kematian per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030 (Sustainable
Development Goals Team, 2016).
Di Indonesia masalah kesehatan maternal terfokus pada
tingginya angka kematian ibu (AKI) (Depkes RI, 2015). Angka
Kematian Ibu didefinisikan sebagai jumlah kematian ibu selama
masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh
kehamilan, persalinan dan nifas ataupun pengelolaannya. Pada
tahun 2015 angka kematian ibu di Indonesia mencapai 305
kematian per 100.000 kelahiran hidup, meskipun angka ini
mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2012
sebesar 359 kematian per 100.00 kelahiran hidup, namun masih
berada jauh dibawah target SDG tahun 2030 mendatang (Depkes
RI, 2015).
Di Jawa Tengah status kesehatan maternal telah
mengalami banyak peningkatan, hal ini terlihat dalam laporan
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah bahwa angka kematian
ibu menurun menjadi 112 kematian per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2015, meskipun demikian pemerintah Provinsi Jawa
Tengah masih harus bekerja untuk mencapai angka target SDG
2030. Kematian ibu di Jawa Tengah didominasi oleh usia
produktif 20 - 35 tahun dengan persentase mencapai 68.5% dari
3
total kasus kematian yang ada. Angka kematian ibu biasanya
dipengaruhi oleh status gizi, komplikasi pada kehamilan dan
persalinan, infeksi dan pendarahan. Angka kematian ibu dapat
dikurangi dengan pemanfaatan secara maksimal layanan
kesehatan primer yang terdapat di sekitar lingkungan tempat
tinggal, sebagai penyedia layanan kesehatan tingkat pertama
dan paling dekat dengan masyarakat (Dinas Kesehatan Jawa
Tengah, 2015).
Layanan kesehatan primer memiliki beberapa sub sistem
pelayanan. Salah satu sub sistem dalam layanan kesehatan
primer adalah layanan kesehatan maternal primer. Layanan
kesehatan maternal primer merupakan salah satu sub sistem
layanan kesehatan primer yang memberikan pelayanan
kesehatan tingkat pertama kepada wanita selama proses
kehamilan, persalinan dan masa nifas (Wibisono, 2007). Di
Indonesia penyelenggaraan layanan kesehatan maternal primer
menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota
yang pelaksanaan operasionalnya didelegasikan kepada
Puskesmas dan jaringan yang terdapat dibawahnya (Depkes RI,
2015).
Jumlah Puskesmas di Indonesia terus mengalami
peningkatan. Pada tahun 2011 Indonesia memiliki 9321 unit
4
Puskesmas dan pada tahun 2015 menjadi 9754 unit, meskipun
demikian berdasarkan indikator rasio Puskesmas terhadap
30.000 penduduk, jumlah rasio Puskesmas mengalami
penurunanpada tahun 2015. Hal ini disebabkan laju pertambahan
Puskesmas lebih rendah dibanding laju pertumbuhan penduduk
(Depkes RI, 2015). Di Jawa Tengah sendiri keberadaan
Puskesmas masih relatif sedikit dengan jumlah rasio 0,78 per
30.000 penduduk angka ini tidak berubah selama lima tahun
sampai tahun 2015 (Dinkes Jawa Tengah, 2015). Untuk dapat
memaksimalkan fungsi Puskesmas dalam memberikan layanan
kesehatan maternal, pemerintah membagi kegiatan pemanfaatan
fasilitas kesehatan maternal menjadi tiga kegiatan utama,
pertama kunjungan antenatal, kedua pertolongan persalinan, dan
yang terakhir kunjungan nifas.
Kegiatan pertama dalam pemanfaatan fasilitas kesehatan
primer maternal adalah kunjungan antenatal. Gambaran cakupan
kunjungan antenatal dapat dilihat dalam penelitian yang
dilakukan oleh Gusna dkk (2016) tentang analisis cakupan
antenatal di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Padang
Pariaman. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa 91,8%
partisipan memiliki cakupan kunjungan K4 rendah. Hal ini
disebabkan letak puskesmas yang jauh dan tidak adanya
5
transportasi umum menuju puskesmas. Gambaran kunjungan
antenatal lainnya dapat dilihat pada penelitian yang dilakukan
Mardiyah dkk (2014) di Desa Tempurejo, Kabupaten Jember
tentang faktor yang mempengaruhi kunjungan antenatal,
ditemukan bahwa 56,3% partisipan tidak melakukan kunjungan
antenatal lengkap, hal ini dipengaruhi oleh minimnya akses
menuju tempat layanan kesehatan, dan kurangnya pengetahuan.
Gambaran ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Fitrayeni (2015) tentang penyebab rendahnya kelengkapan
kunjungan antenatal care ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
Pegambiran. Rendahnya kelengkapan kunjungan antenatal di
Puskesmas Pegambiran disebabkan kurangnya pengetahuan
dan sulitnya akses.
Berdasarkan data dari Dinkes Provinsi Jawa Tengah
(2015), tidak semua ibu hamil melakukan batas minimal
kunjungan antenatal sesuai dengan ketetapan yang berlaku.
Kunjungan keempat (K4) cenderung mengalami penurunan bila
dibandingkan kunjungan pertama (K1) dengan persentase
kunjungan K1 mencapai 98,58% dan kunjungan K4 hanya
93,05%, yang artinya terdapat perbedaan jumlah sebesar 5,53%.
Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa cakupan kunjungan
antenatal meskipun tergolong tinggi namun ternyata masih
6
kurang merata. Hal ini disebabkan karena penyebaran
puskesmas yang tidak merata, sehingga setiap desa mendapat
pelayanan dari puskesmas.
Kegiatan kedua dalam pemanfaatan fasilitas kesehatan
primer maternal adalah pertolongan persalinan. Tahun 2015
cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
mengalami penurunan 1,08% menjadi 98,08%. Angka ini hanya
0,08% diatas angka target renstra sebesar 98% (Dinkes Provinsi
Jawa Tengah, 2015). Kegiatan terakhir berkaitan dengan
pemanfaatan fasilitas kesehatan primer maternal adalah
kunjungan nifas. Kunjungan nifas dimulai 6 jam – 42 hari setelah
persalinan. Berdasarkan data Dinkes Provinsi Jawa Tengah
(2015) cakupan ibu yang mendapat pelayanan nifas cenderung
naik dalam tahun 2013 – 2015. 94,06% pada tahun 2014 menjadi
95,09% pada tahun 2015.
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kunjungan
maternal. Dalam penelitian yang dilakukan di Blora Jawa Tengah
ditemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara,
pengetahuan, sikap dan pemilihan tempat bersalin bagi ibu hamil
(Astuti and Fitriana, 2014). Hal ini sama dengan hasil penelitian
yang dilakukan Kurniati (2013) tentang hubungan antara
pengetahuan dan sikap dengan kunjungan antenatal di Pati Jawa
7
Tengah dan penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kalibagor
Banyumas tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu dan
keberhasilan antenatal care (Fitriana, 2014). Selain itu penelitian
yang dilakukan oleh Purboningsih dan penelitian yang dilakukan
oleh Asihani juga menyatakan hal yang serupa, bahwa ada kaitan
antara tingkat pengetahuan dengan pemanfaatan layanan
kesehatan maternal yang ada (Asihani, 2010; Purboningsih,
2014).
Penelitian lain dari Irnawati dan Shophiyana (2014)
menyatakan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga
terutama suami dengan tingkat kunjungan antenatal di Desa
Keben Pati Jawa Tengah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan di Kabupaten Banyumas, bahwa salah satu faktor
yang mempengaruhi kunjungan antenatal adalah dukungan aktif
keluarga (Gamelia et al., 2015).
Menurut Gamelia (2015) dalam penelitiannya faktor lain
yang erat hubungannya dengan kunjungan antenatal adalah,
waktu tempuh ke tempat layanan kesehatan dan usia kehamilan.
Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan di
Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo tentang faktor yang
yang mempengaruhi kunjungan antenatal care, bahwa tidak ada
hubungan antara waktu tempuh dan usia kehamilan terhadap
8
tingkat kunjungan antenatal (Vitriani, 2012). Jadi berdasarkan
penelitian yang pernah ada di Jawa Tengah pemanfaatan
layanan kesehatan maternal yang ada dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan, dukungan keluarga, dan akses ke tempat
pelayanan kesehatan maternal primer, usia kehamilan, dan sikap
terhadap layanan kesehatan maternal.
Kecamatan Getasan termasuk dalam wilayah Kabupaten
Semarang yang berbatasan dengan Kabupaten Temanggung
dan Magelang di sebelah barat, Kecamatan Tengaran,
Kabupaten Boyolali dan Kota Salatiga di sebelah timur,
Kecamatan Tuntang dan Banyu Biru di sebelah utara, dan
Kabupaten Boyolali di sebelah selatan. Kecamatan Getasan
merupakan wilayah yang termasuk dalam kategori daerah
pinggiran perkotaan yang dekat dengan Kota namun masih
dengan mayoritas penduduk bertani, berkebun dan beternak.
Wilayah Kecamatan Getasan terdiri dari 13 desa atau kelurahan
antara lain Kopeng, Batur, Tajuk, Jetak, Samirono, Sumogawe,
Polobogo, Manggihan, Getasan, Wates, Tolokan, Ngrawan dan
Nogosaren (BPS Kab. Semarang and Bappeda Kab. Semarang,
2013).
Salah satu puskesmas yang terdapat di Kecamatan
Getasan sebagai lokasi penelitian adalah Puskesmas Getasan.
9
Puskesmas Getasan terletak di Jl. Salatiga Kopeng Km 10,
Kecamatan Getasan. Puskesmas Getasan memiliki 8 wilayah
desa binaan antara lain: Kopeng, Batur, Manggihan, Getasan,
Wates, Tolokan, Ngrawan dan Nogosaren. Untuk melaksanakan
tugasnya memberikan pelayanan kesehatan, Puskesmas
Getasan memiliki 3 Puskesmas pembantu, 5 polindes dan 8
bidan desa. Bidan merupakan tenaga kesehatan yang
bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan
maternal di wilayah binaan Puskesmas Getasan ini. Pemberian
informasi, tindakan preventif, kuratif dan promotif pada tingkatan
pertama menjadi tanggung jawab bidan dan tim yang telah
ditempatkan di masing – masing desa binaan (Badan Pusat
Statistik Kabupaten Semarang, 2013).
Dalam observasi, pengamatan, wawancara dan
pengumpulan data statistik yang dilakukan penulis di Puskesmas
Getasan selama studi pendahuluan, penulis mengasumsikan
beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pemanfaatan
layanan kesehatan maternal primer di wilayah binaan Puskesmas
Getasan. Faktor pertama adalah dukungan keluarga. Hal ini
didasarkan pada masyarakat Kecamatan Getasan yang masih
menjunjung tinggi adat istiadat Jawa yang kental, hal ini dapat
dilihat dari penduduk masih melakukan upacara adat selama
10
proses kehamilan sampai kelahiran seperti melakukan upacara
tiga bulanan dan mitoni (7 bulanan). Selain itu penduduk juga
mengikuti adat istiadat berkaitan dengan masa kehamilan seperti:
ibu hamil tidak boleh keluar malam, tidak boleh melilitkan handuk
di leher, tidak boleh membawa gunting dll. Aspek lain yang
dipengaruhi oleh kebudayaan adalah aspek pengambilan
keputusan, dalam wawancara yang dilakukan pada 10 warga
ditemukan bahwa keputusan dalam keluarga diambil setelah
didiskusikan dengan keluarga besar seperti kakek, nenek, orang
tua, paman dll. Suatu keputusan akan diambil bila mendapat
persetujuan dari mayoritas anggota keluarga, sehingga
dukungan keluarga sangat mempengaruhi keputusan akhir
dalam suatu masalah termasuk masalah kesehatan maternal.
Informasi dan jenis pengetahuan yang benar yang dimiliki
keluarga akan mendorong keputusan yang benar demikian
sebaliknya.
Faktor kedua yang yang diasumsikan penulis
mempengaruhi tingkat pemanfaatan layanan kesehatan primer
maternal adalah keterbatasan akses karena kondisi geografis.
Kecamatan Getasan terletak di kaki Gunung Merbabu, sehingga
memiliki medan yang menanjak dan terjal serta memiliki akses
jalan yang belum bagus (belum aspal) sehingga menyulitkan
11
proses transportasi. Jika dilihat dari ketersediaan angkutan
umum Kecamatan Getasan memiliki akses angkutan umum yang
terbatas, penulis menemukan bahwa setelah pukul 5 sore sulit
mendapat akses angkutan umum menuju Puskesmas, selain itu
tidak terdapat angkutan umum dari desa binaan ke Puskesmas.
Aspek terakhir yang diasumsikan berkaitan adalah tingkat
pemanfaatan layanan kesehatan maternal primer adalah tingkat
pengetahuan yang erat kaitannya dengan tingkat pendidikan.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten
Semarang tahun 2015 ditemukan bahwa sebagian besar
masyarakat di Kecamatan Getasan hanya menempuh pendidikan
sampai tingkat sekolah dasar. Dari jumlah 97.196 jiwa, yang
melanjutkan ke tingkat pendidikan selanjutnya kurang dari 50%,
sebesar 41.542 jiwa. Tingkat pendidikan yang rendah akan
mempengaruhi tingkat pengetahuan dan kesadaran terhadap
pentingnya layanan kesehatan maternal.
Dari pendahuluan diatas, dapat dilihat kemajemukan
wilayah Kecamatan Getasan. Jadi, berdasarkan latar belakang
diatas peneliti ingin melakukan penelitian tentang pemanfaatan
fasilitas kesehatan maternal primer di wilayah binaan Puskesmas
Getasan. Penelitian ini akan dilakukan di Desa Nogosaren salah
satu desa yang berada di wilayah binaan Puskesmas Getasan.
12
Desa Nogosaren dipilih karena dapat mewakili karakteristik
populasi masyarakat yang berada di wilayah binaan Puskesmas
Getasan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas terdapat
beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran tingkat pemanfaatan layanan
kesehatan maternal primer di Desa Nogosaren
Kecamatan Getasan?
2. Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan,
dukungan keluarga dan akses terhadap tingkat
pemanfaatan layanan kesehatan maternal primer di
Desa Nogosaren Kecamatan Getasan?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan,
dukungan keluarga, akses dan tingkat pemanfaatan layanan
kesehatan maternal primer di Desa Nogosaren.
1.3.2 Tujuan khusus
13
1. Mengetahui gambaran umum tingkat pemanfaatan
layanan kesehatan maternal primer di Desa Nogosaren
Kecamatan Getasan
2. Mengetahui gambaran umum tingkat pengetahuan
tentang layanan kesehatan maternal primer di Desa
Nogosaren Kecamatan Getasan
3. Mengetahui gambaran umum tentang dukungan
keluarga terhadap pemanfaatan layanan kesehatan
maternal primer di Desa Nogosaren Kecamatan
Getasan
4. Mengetahui gambaran umum akses menuju tempat
layananan kesehatan maternal primer di Desa
Nogosaren Kecamatan Getasan
5. Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan
tingkat pemanfaatan layanan kesehatan maternal
primer di Desa Nogosaren Kecamatan Getasan
6. Mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dan
tingkat pemanfaatan layanan kesehatan primer di Desa
Nogosaren Kecamatan Getasan
7. Mengetahui hubungan antara akses dan tingkat
pemanfaatan layanan kesehatan maternal primer di
Desa Nogosaren Kecamatan Getasan
14
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian yang diperoleh diharapkan
mampu memberikan sumbangan pengetahuan dan
teori untuk memaksimalkan tingkat pemanfaatan
layanan kesehatan maternal primer.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi peneliti
Penelitian ini akan menjadi pengalaman yang
berharga untuk peneliti dan memperkaya
pengetahuan. Hasil penelitian dapat membantu
peneliti merumuskan pendekatan-pendekatan yang
dapat digunakan dalam memberikan pendidikan
keperawatan pada pasien dan masyarakat
kedepannya dalam memasuki ranah pekerjaan.
2. Bagi lahan penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
tambahan masukan dan informasi bagi Puskesmas
untuk memaksimalkan tingkat pemanfaatan layanan
kesehatan maternal primer di wilayah binaannya
dengan memperhatikan faktor yang memiliki keeratan
15
tinggi dengan tingkat pemanfaatan layanan
kesehatan maternal primer di wilayah binaannya.
3. Bagi instansi pendidikan
Hasil penelitian diharapkan mampu menjadi bahan
masukan dalam proses belajar mengajar terutama
kaitannya dengan keperawatan maternitas dan
komunitas dalam upaya mendapatkan tingkat
pemanfaatan layanan kesehatan maternal yang
maksimal. Penelitian ini diharapkan mampu
membantu mahasiswa memahami faktor – faktor
yang akan mempengaruhi tingkat pemanfaatan
layanan kesehatan maternal.