BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - core.ac.uk · Sistem nilai yang ada di dalam suatu...

17
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian tentang globalisasi memang tidak pernah sepi dibahas dalam setiap kesempatan diskusi.Persoalannya yang kompleks, membuatnya identik, bahkan menjadi frasa yang melengkapi istilah modernisasi.Semua bangsa dan masyarakat di dunia ini senantiasa terlibat dalam proses modernisasi, meskipun kecepatan dan arah perubahannya berbeda-beda antar masyarakat satu dengan masyarakat yang lainya. 1 Perkembangan yang begitu cepat pada era globalisasi ini, memudahkan semua budaya-budaya yang ada di dunia masuk ke setiap negara lainnya termasuk Indonesia. Menurut Koentjaraningrat, budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar masyarakat mengenai hal-hal yang mereka anggap amat mulia. Sistem nilai yang ada di dalam suatu masyarakat dijadikan orientasi dan rujukan dalam bertindak. 2 Remaja Indonesia saat ini mulai kesulitan untuk memaknai pentingnya arti warisan budaya, khususnya kesenian tradisional yang kita miliki. Memaknai sesuatu tersebut lebih penting dari pada kita hanya berbicara atau berkampanye tentang bagaimana menjaga kesenian tersebut. Seringkali masyarakat Indonesia juga terlambat dalam bertindak, ketika apa yang kita miliki mulai diklaim oleh bangsa lain, kita baru menyadari arti penting warisan budaya atau kesenian yang harus benar-benar dijaga seutuhnya. Perbedaan pandangan yang terdapat pada mind atau pikiran setiap individu dalam memaknai arti pentingnya warisan budaya, membuat semakin pudarnya sikap remaja dalam memaknai arti penting sebuah aset bangsa. 1 Basrowi. 2005. Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalia Indonesia. Hlm. 170 2 Ibid. Hlm. 80

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - core.ac.uk · Sistem nilai yang ada di dalam suatu...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kajian tentang globalisasi memang tidak pernah sepi dibahas dalam setiap

kesempatan diskusi.Persoalannya yang kompleks, membuatnya identik, bahkan

menjadi frasa yang melengkapi istilah modernisasi.Semua bangsa dan masyarakat di

dunia ini senantiasa terlibat dalam proses modernisasi, meskipun kecepatan dan arah

perubahannya berbeda-beda antar masyarakat satu dengan masyarakat yang

lainya.1Perkembangan yang begitu cepat pada era globalisasi ini, memudahkan

semua budaya-budaya yang ada di dunia masuk ke setiap negara lainnya termasuk

Indonesia. Menurut Koentjaraningrat, budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang

hidup dalam alam pikiran sebagian besar masyarakat mengenai hal-hal yang mereka

anggap amat mulia. Sistem nilai yang ada di dalam suatu masyarakat dijadikan

orientasi dan rujukan dalam bertindak.2

Remaja Indonesia saat ini mulai kesulitan untuk memaknai pentingnya arti

warisan budaya, khususnya kesenian tradisional yang kita miliki. Memaknai sesuatu

tersebut lebih penting dari pada kita hanya berbicara atau berkampanye tentang

bagaimana menjaga kesenian tersebut. Seringkali masyarakat Indonesia juga

terlambat dalam bertindak, ketika apa yang kita miliki mulai diklaim oleh bangsa

lain, kita baru menyadari arti penting warisan budaya atau kesenian yang harus

benar-benar dijaga seutuhnya. Perbedaan pandangan yang terdapat pada mind atau

pikiran setiap individu dalam memaknai arti pentingnya warisan budaya, membuat

semakin pudarnya sikap remaja dalam memaknai arti penting sebuah aset bangsa.

1 Basrowi. 2005. Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalia Indonesia. Hlm. 170

2 Ibid. Hlm. 80

2

Remaja atau generasi muda yang diharapkan dapat meneruskan atau menjaga

suatu kekayaan negara, lambat laun mulai melupakannya. Terdapat suatu pemikiran

yang sering kita dengar bahwa apa yang kita miliki ini merupakan suatu yang sudah

tertinggal atau hal yang “jadul” untuk dipelajari khususnya para remaja Indonesia.

Inilah suatu masalah yang harus dihadapi bangsa Indonesia, yaitu terjadi disfungsi

peran pemuda dalam melestarikan dan menjaga kebudayaan Indonesia.

Ancaman-ancaman terhadap lenyapnya budaya tradisional tidak akan terjadi

apabila di setiap daerah terdapat suatu komunitas ataupun kelompok yang masih

mempertahankan dan mempelajari budaya tersebut. Inilah yang tengah dilakukan

oleh komunitas kesenian “Kuda Lumping Bawono Langgeng” yang berada di Dusun

Dawung, Desa Pagerwojo, Kec. Kesamben, Kab. Blitar. Komunitas ini mencoba

mempertahankan budaya tradisional, khususnya kesenian tari tradisional kuda

lumping.

Tahun 1992 di Desa Pagerwojo terdapat dua komunitas kesenian kuda

lumping yang telah berdiri lebih dahulu jika dibandingkan dengan komunitas

Bawono Langgeng. Komunitas ini juga mengusung semangat melestarikan kesenian

tradisional kuda lumping, dengan lahirnya komunitas Bawono Langgeng, maka

menambah kekayaan komunitas kesenian yang dimiliki oleh Desa Pagerwojo.Ketiga

komunitas ini bersaing dengan sehat untuk menunjukkan eksistensi mereka dalam

melestarikan kesenian tradisional kuda lumping. Namun menjadi permasalahan

ketika komunitas yang telah berdiri lebih tua justru berguguran dan memilih bubar,

hal tersebut diakibatkan oleh berbagai hal, seperti faktor internal dan eksternal

komunitas.Sehingga, kini hanya menyisakan satu komunitas Bawono Langgeng yang

sampai sekarang masih eksis dalam melestarikan kesenian kuda lumping di Desa

Pagerwojo.

3

Komunitas kesenian ini, beranggotakan para seniman muda sampai tua, yang

memiliki kepedulian terhadap kesenian tradisional, khususnya kesenian kuda

lumping. Menjaga kelestarian dan memajukan serta mewariskan kesenian tradisional

khususnya kuda lumping ini kepada generasi muda adalah harapan dari komunitas

ini. Oleh karenanya, pendekatan seni yang dilakukan menggunakan media

tradisional dan dikolaborasikan denganmedia modern, khusunya pada gamelan dan

koreografi atau gerakan tarinya. Hal tersebut merupakan salah satu cara agar

kesenian ini tidak dimaknai sebagai kesenian yang ketinggalan zaman dan mampu

beradaptasi dengan unsur lain yang lebih modern.

Komunitas kesenian kuda lumping Bawono Langgeng menjadi salah satu

kelompok seni yang ikut terdampak atas berjalannya waktu dan pergeseran budaya,

sehingga mengakibatkan komunitas ini sering mengalami vakum atau menghentikan

berbagai aktivitas seninya.Bawono Langgeng merupakan satu-satunya komunitas

yang tersisa di Desa Pagerwojo, bukan tidak mungkin jika suatu saat nanti komunitas

ini juga berpotensi bubar. Oleh sebab itu, komunitas ini berupaya tetap eksis

meskipun dengan berbagai ancaman yang datang seperti perkembangan teknologi

dan pilihan hiburan di masyarakat yang jauh lebih bervariasi.

Tahun 2013, komunitas ini hidup dan menitih perjalanan seninya

kembali.Sebelumnya peneliti telah berkesempatan untuk berbincang langsung

dengan pimpinan dari komunitas keseniankuda lumping Bawono Langgeng

ini.Peneliti menanyakan alasan mengapa komunitas seni ini dihidupkan kembali.Dan

berikut petikan jawaban dari Bapak Mesdi (Pimpinan Komunitas).

“Ya begitulah Mas, Kesenian kuda lumping ini sengaja dihidupkan kembali

atas prakarsa dari berbagai pecinta seni Mas, termasuk aktor-aktor lama, ya

Mbah-mbah mu itu,ya dorongan dari masyarakat serta dukungan dari

pemerintah Desa setempat.Ya,harapannya,kehadiran kesenian ini membawa

perubahan-perubahan yang sedikit banyak membawa perbedaan

4

dibandingkan dengan sebelumnya Mas.Dalam tampilan yang baru ini,

sengaja ditambahkan nuansa yang lebih modern dan visi yang lebih jelas

Mas.Yakni, berkomitmen menjaga dan melestarikan eksistensi kesenian

“Kuda Lumping Bawono Langgeng” terus menjadikannya sarana rekreasi

bagi masyarakat.”

Petikan wawancara tersebut, menggambarkan kepedulian dan rasa cinta yang

besar terhadap kesenian tradisional. Ada unsur rekreasi atau hiburan bagi

masyarakat, merupakan hal baru dalam komunitas ini, karena sebelumnya, hal ini

tidak pernah ada dalam komunitas kesenian tradisional kuda lumping Bawono

Langgeng.Rekreasi atau pariwisata adalah fenomena kemasyarakatan, yang

menyangkut manusia, masyarakat, kelompok, organisasi, kebudayaan dan

sebagainya, yang merupakan obyek kajian sosiologi.3Melihat unsur sistem yang ada

begitu kompleks, maka visi yang dibuat oleh komunitas ini tentunya juga didukung

oleh masyarakat dan pemerintah desa setempat.Sehingga sistem yang terbangun

selama ini mampu menjalankan fungsi dan mengakomodir tujuan dari komunitas ini

dengan cukup baik.

Komunitas kesenian kuda lumping Bawono Langgeng merupakan sistem

yang ada dalam sistem sosial masyarakat.Sistem tersebut didalamnya terdapat

struktur dan fungsi masing-masing, sama halnya dengan yang ada pada sistem sosial

yang lebih luas, namun diantara keduanya memilki tujuan yang berbeda.Komunitas

seni memilki tujuan yang jauh lebih spesifik sedangkan sistem sosial masyarakat

tentunya memiliki tujuan dan fungsi yang lebih luas dan kompleks.

Komunitas seni ini telah bersinergi dan menjalin kerjasama yang baik dengan

masyarakat dan pemerintah DesaPagerwojo. Pada awal didirikan kembali, komunitas

seni ini gencar melakukan promosi dan menggelar pementasan di berbagai tempat,

3I Gede Pitana, Putu G. Gayatri. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta : Andi Offset. Hlm. 31

5

hal tersebut sebagai upaya komunitas untuk mengenalkan kesenian kuda lumping ini

kepada masyarakat luas agar tetap eksis dan menjadikannya sebagai sarana rekreasi

yang bisa dinikmati oleh masyarakat lokal maupun luar daerah.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin mengetahui bagaimana eksistensi

kesenian kuda lumping di Dusun Dawung, Desa Pagerwojo, Kecamatan Kesamben,

Kabupaten Blitar dan bagaimana upaya komunitas dalam melestarikan dan

mempertahankan eksistensi kesenian kuda lumping tersebut. Fenomena ini akan

dikaji, dideskripsikan dan dianalisis secara sosiologis. Pada dasarnya teori sosiologi

memang tidak bisa dilepaskan dari nilai yang terkandung dalam kehidupan

masyarakat secara nyata. Dengan demikian diharapkan nantinya akan memunculkan

sebuah wacana atau konsep maupun teori baru yang dapat memberikan solusi,

kontribusi dan saran dari analisis yang sudah dilakukan oleh peneliti mengenai

fenomena yang telah diangkat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan gambaran tersebut, rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini

adalahBagaimana eksistensi kesenian Kuda Lumping Bawono Langgeng di Dusun

Dawung?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian

ini adalah untuk mendekripsikan eksistensi kesenian Kuda Lumping Bawono

Langgeng di Dusun Dawung.(Upaya komunitas Bawono Langgeng dalam

melestarikan dan mempertahankan Eksistensi kesenian Kuda Lumping).

6

1.4 ManfaatPenelitian

1. Secara Teoritis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengembangan

ilmu pengetahuan terutama dalam bidang Sosiologi, khususnya mengenai teori

fungsionalisme struktural dan implementasinya melalui konsep atau fungsi AGIL

yang dilihat dari perpektif komunitas kesenian Bawono Langgeng sebagai sistem

dalam melestarikan dan mempertahankan eksistensi kesenian kuda lumping.

2. Secara Praktis

a. Dapat menambah referensi bagi peneliti dan mahasiswa yang akan

meneliti dengan tema yang sama.

b. Mampu mengidentifikasi dan menganalisa masalah–masalah yang selama

ini sering terjadi dan menyebabkan kesenian kuda lumping Bawono

Langgeng ini sering vakum.

c. Mampu memberikan solusi dan saran kepada Komunitas Kesenian kuda

lumping Bawono Langgeng agar tetap eksis dan tetap mempertahankan

nilai-nilai dalam kesenian kuda lumping sebagai kesenian tradisional.

1.5 Definisi Konsep

1. Eksistensi

Menurut Martinus Eksistensi adalah hal, hasil tindakan, keadaan, kehidupan

semua yang ada.Eksistensi yang dimaksud adalah keberadaan sesuatu yang ada

dalam kehidupan.Unsur dari eksistensi tersebut meliputi lahir, berkembang dan

mati.4 Sedangkan menurut Save M. Dagun, kata eksistensi berasal dari kata latin

4Khutniah Nainul. 2013. Upaya Mempertahankan Eksistensi Tari Kridha Jati di Sanggar Hayu

Budaya Kelurahan Pengkol Kec. Jepara, Kab. Jepara. Jurusan Pendidikan Seni Drama, Tari dan

Musik Fak. Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang. Semarang. Skripsi. Hlm. 8

7

existere yang artinya muncul, ada, timbul, memiliki keberadaan aktual. Existere

disusun dari ex yang artinya keluar dan sistere yang artinya tampil atau muncul.

Terdapat beberapa pengertian tentang eksistensi yang dijelaskan menjadi 4

pengertian.Pertama, eksistensi adalah apa yang ada.Kedua, eksistensi adalah apa

yang memiliki aktualitas.Ketiga, eksistensi adalah segala sesuatu yang dialami dan

menekankan bahwa sesuatu itu ada. Keempat, eksistensi adalah

kesempurnaan.5Pengertian yang dimaksud dalam judul penulisan ini adalah sebuah

usaha yang dilakukan oleh sebuah komunitas seni dalam memperoleh kedudukan

yang benar-benar tetap ada. Dan keberadaan atau posisinyasebagai wujud upaya

dalam mempertahankan apa yang menjadi harapan dari sebuah komunitas

keseniankuda lumping Bawono Langgeng.

2. Kesenian Kuda Lumping

2.1 Kesenian

Kesenian berasal dari kata dasar seni (art) yang berarti penggunaan imajinasi

dan kreatifitas manusia dalam menerangkan, memahami dan menikmati kehidupan.

Kesenian merupakan salah satu cara manusia memandang dunianya. Pandangan

dunia dapat diartikan sebagai konsepsi yang eksplisit, suatu masyarakat atau individu

tentang batas-batas serta tata kerja dunia seseorang.6 Kesenian merupakan hasil

karya manusia. Dari sudut pandang yang lain, cara kesenian sebagai ekspresi hasrat

manusia akan keindahan, maka terdapat beberapa ruang lingkup kesenian yang

bersifat universal. Koentjaraningrat membagi kesenian dalam dua lapangan besar,

yaitu (1) seni rupa, atau kesenian yangdinikmati oleh manusia dengan mata, dan (2)

5 Ibid. Hlm. 7

6Pujileksono Sugeng. 2009. Pengantar Antropologi. Malang : UMM Press. Hlm. 102

8

seni suara, atau kesenian yang dinikmati manusia dengan telinga. Seni yang

merupakan gabungan dari seni rupa dan seni suara adalah seni tari.7

Kesenian adalah manifestasi keindahan manusia yang diungkapkan melalui

penciptaan suatu karya seni. Seni lahir bersama dengan kelahiran manusia.

Keduanya erat berhubungan dan tidak bisa dipisahkan. Dimana ada manusia disitu

ada kesenian. Faktanya, kesenian merupakan bagian dari kehidupan manusia yang

tidak terpisahkan,karena kesenian sebagai pembentuk peradaban manusia, kesenian

sebagai kebutuhan hidup, kesenian untuk kebahagiaan. Secara historis

perkembangan zaman boleh saja mengalami perubahan yang dahsyat namun, peran

kesenian tidak akan pernah berubah dalam tatanan kehidupan manusia. Sebab,

melalui media kesenian, makna harkat menjadi citra manusia berbudaya semakin

jelas dan nyata.8

2.2 Kuda Lumping

Kuda lumping merupakan properti kesenian tari yang berbentuk kuda,

biasanya terbuat dari bambu yang dianyam, dicat serta dihiasi dengan kain sehingga

menyerupai kuda. Kesenian Kuda Lumping ini juga identik dengan hal mistis,

dimana para pemain atau penari kuda lumping bisa kesurupan, karena kemasukan

roh, maka tindakan pemain bisa diluar kendali seperti memakan beling, mengupas

kelapa tanpa alat bantu, sehingga permainan kuda lumping selalu dikendalikan oleh

seorang pawang yang bisa menyembuhkan para pemain yang kerasukan tersebut.9

Kuda lumping juga disebut jaran kepang atau jathilan.Kesenian ini

merupakan tarian tradisional Jawa yang menampilkan sekelompok prajurit tengah

7 Ibid. Hlm. 103

8Sulismadi dan Ahmad Sofani. 2011.Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.Malang : UMM Press. Hlm. 90

9http://senitarikudalumping.blogspot.co.id/2015/07/perkembangan-seni-tari-kuda-lumping.html.

Diakses pada 11 Februari 2016, Pukul 13.00 WIB

9

menunggang kuda. Tarian ini menggunakan kuda yang terbuat dari bambu atau

bahan lainnya yang di anyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda, dengan dihiasi

rambut tiruan dari tali plastik atau sejenisnya yang di gelung atau di kepang.

Anyaman kuda ini dihias dengan cat dan kain beraneka warna. Tarian kuda lumping

biasanya menampilkan adegan prajurit berkuda yang menari dengan atraktif, akan

tetapi beberapa penampilan kuda lumping juga menyuguhkan atraksi kesurupan,

kekebalan, dan kekuatan magis, seperti atraksi memakan beling dan kekebalan tubuh

terhadap deraan pecut (cambuk) atau benda-benda tajam lainnya.

Kesenian kuda lumping menggambarkan kisah seorang pasukan pemuda

cantik bergelar Jathil penunggang kuda putih berambut emas, berekor emas, serta

memiliki sayap emas yang membantu pertempuran kerajaan bantarangin melawan

pasukan penunggang babi hutan dari kerajaan lodaya pada serial legenda reog abad

ke 8.

Terlepas dari asal usul dan nilai historisnya, kesenian tari kuda lumping

merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran sebuah pasukan berkuda

atau kavaleri. Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan ritmis, dinamis, dan agresif,

melalui kibasan anyaman bambu, menirukan gerakan layaknya seekor kuda di

tengah peperangan.

1.6 Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif,

karena dalam penelitian ini berusaha menelaah fenomena sosial khususnya fenomena

tentang eksistensi kesenian Kuda Lumping. Selain itu penelitian kualitatif sebagai

prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

10

orang-orang dan perilaku yang diamati.10

Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah

mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha

memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya.11

Metode yang digunakan dalam penulisan dan penelitian ini menggunakan

metode kualitatif deskriptif.Metode kualitatif deskriptif adalah suatu proses

penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki

suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada penelitian ini, peneliti membuat

suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terperinci dari pandangan

informan, dan melakukan studi pada situasi yang alami. Metodologi kualitatif

merupakan prosedur yang menghasilkan data desktiptif berupa kata-kata tertulis

maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif

digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi,

untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan

kebenaran data dan meneliti sejarah perkembangan.12

Deskriptif kualitatif merupakan motode dalam meneliti status sekelompok

manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas

peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk

membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-

fakta yang ada.13

Oleh sebab itu, peneliti ingin mengkaji fenomena eksistensi

kesenian kuda lumpingdengan fokus studi pada komunitas kesenian Kuda Lumping

di Dusun Dawung, Desa Pagerwojo, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar.

10

Moleong, 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hlm. 3 11

Nasution, 1988. Metode Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Hlm. 5 12

Moleong, 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hlm. 3 13

Nazir, 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hlm. 63

11

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat di mana peneliti melihat keadaan yang

sebenarnya dari objek yang diteliti. Yaitu, berada di Dsn. Dawung, Desa Pegerwojo,

Kec. Kesamben, Kab. Blitar. Alasan peneliti memilih lokasi penelitian tersebut

karena peneliti melihat bahwa komunitas kesenian kuda lumping ini cukup unik,

komunitas ini menjadi satu-satunya komunitas kesenian tradisional kuda lumping

yang sampai sekarang tetap eksis di Desa Pagerwojo.

3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian yang digunakan peneliti adalah anggota dari komunitas

kesenian Kuda Lumping Bawono Langgeng yang memahami sebuah fenomena

sosial tentang eksistensi kesenian kuda lumping serta secara langsung terlibat dalam

penyelenggaran dan aktivitas kesenian ini. Diantaranya, Ketua Komunitas, pengurus

dan anggota. Serta beberapa informan yang terdiri dari pemerintah DesaPagerwojo

dan juga masyarakat setempat, dengan jumlahinforman atau narasumber sebanyak 10

orang.

4. Teknik Penentuan Informan

Penelitian ini menggunakan teknik purposive untuk menentukan

informan.Teknik purposive yaitu teknik penentuan informan dengan pertimbangan

tertentu. Teknik ini bisa diartikan sebagai suatu proses penentuan informan dengan

menentukan terlebih dahulu jumlah informan yang hendak diambil, kemudian

pemilihan informan dilakukan dengan berdasarkan tujuan-tujuan dan karakteristik

tertentu, asalkan tidak menyimpang dari ciri-ciri informan yang ditetapkan.14

Dalam

penentuan informan, peneliti membaginya kedalam 2 bagian.Yakni, key informan

14

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta. Hlm. 85

12

atau informan kunci, yakni orang yang dianggap paling memahami kondisi

komunitas, atau obyek yang diteliti dan juga informan yang menurut peneliti mampu

mendukung kelengkapan data yang dibutuhkan.

Dengan demikian karakter atau ciri – ciri keyinforman yang digunakan

peneliti untuk memperoleh data yang peneliti butuhkan adalah sebagai berikut :

1. Ketua Komunitas Kesenian Kuda Lumping Bawono Langgeng

2. Pelaku seni dan sekaligus pengurus komunitas kesenian kuda lumping yang

berjumlah 2 orang

3. Anggota yang termasuk penari dan pemusik yang berjumlah 2 orang

Serta untuk mendukung kelengkapan data yang dibutuhkan oleh peneliti, maka

peneliti juga mewawancarai :

1. PemerintahDesaPegerwojo (Kepala Urusan Peerintahan)

2. Masyarakat setempat yang biasanya ikut mendukung acara pagelaran kesenian

kuda lumping Bawono Langgeng yang berjumlah 2 orang

5. Sumber Data

a. Data Primer

Data Primer merupakan data penelitian yang diperoleh secara langsung dari

sumber asli (tidak melalui perantara). Data primer dapat diperoleh dari sumber yang

asli dan dikumpulkan secara khusus untuk menjawab penelitian. Data Primer didapat

dengan melakukan observasi dan wawancara pada komunitas kesenian kuda lumping

Bawono Langgeng secara langsung.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti

secara tidak langsung atau melalui media perantara. Data sekunder diperoleh dari

13

buku, skripsi, jurnal, dan media internet. Data sekunder juga berupa foto-foto yang

dihasilkan sendiri dengan kamera. Foto-foto tersebut terkait dengan aktifitas

komunitas kesenian kuda lumping. Yakni, latihan rutin yang selama ini telah

terjadwal, wawancara dengan informan, dan pementasan kuda lumping.

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Observasi

Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya

mengukur sikap dari informan (wawancara) namun juga dapat digunakan untuk

merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan

bila penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-

gejala alam dll.

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini ialah mengamati lokasi

penelitian, aktivitas bekerja, komunikasi dan perilaku antar anggota komunitas, dan

juga masyarakat yang datang untuk melihat atau menonton sesi latihan atau waktu

pementasan kesenian kuda lumping.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (Interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu15

. Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam

15

Lexy J. Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung : PT. Remaja Rosdakarya..

Hlm. 135

14

suatu topik tertentu.16

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya

atau pewawancara dengan si penjawab atau informan dengan menggunakan alat

yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini ialah mewawancarai ketua

komunitas kesenian kuda lumping Bawono Langgeng, pengurus, dan anggota.Serta

untuk mendukung kelengkapan data, maka peneliti juga akan mewawancarai

aparatur Desa dan masyarakat setempat. Wawancara yang dilakukan oleh peneliti

difokuskan pada pembahasan, untuk mendukung hasil yang sesuai dengan rumusan

masalah yang telah dibuat.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi

bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Dokumentasi yang berbentuk tulisan misalnya cacatan harian, sejarah kehidupan

(life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk

gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Studi dokumen

merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam

penelitian kualitatif.

Dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini ialah mendokumentasikan

momen seperti saat peneliti melakukan wawancara dengan informan, aktivitas

komunitas kesenian kuda lumping Bawono Langgeng, draft atau catatan – catatan

penting selama bekerja di lapangan, serta data-data dari komunitas yang mendukung

penyusunan laporan penelitian.

16

Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kkualitatif. Bandung : Alfabeta. Hlm. 82

15

Pengumpulan Data

Penyajian Data

Penarikan

Kesimpulan dan

verifikasi data

Reduksi Data

7. Teknik Analisa Data

Proses analisa data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari

berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam

catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan lain

sebagainya17

. Teknik analisa data dalam penelitian dilakukan dengan model

interaktif, yaitu dimulai dari lapangan atau fakta empiris yang diperoleh dengan cara

terjun ke lapangan. Teknik analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi melalui cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan

kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, mengklasifikasikan

hal-hal penting yang di pelajari, serta membuat kesimpulan yang mudah dipahami

oleh peneliti ataupun pembaca.

Komponen dalam analisis data (interactive model).18

17

Ibid. Hlm. 190 18

Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kkualitatif. Bandung : Alfabeta. Hlm. 92

16

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh melalui observasi pada komunitas kesenian

kuda lumping Bawono Langgeng yang menggambarkan adanya upaya dalam

mempertahankan eksistensi kesenian Kuda Lumping sebagai kesenian

tradisional. Data ini berupa data sekunder yang berupa foto-foto serta

pengamatan terhadap aktifitas komunitas kesenian Kuda Lumping ini.

2. Reduksi Data

Pada tahap ini dilakukan pemilihan tentang relevansi atau tidaknya data

dengan tujuan penelitian. Pada tahap ini, analisis data dilakukan dengan

mengumpulkan data dari wawancara dan dokumentasi yang merupakan hasil

turun lapangan. Data masih berupa bahan mentah yang harus diringkas,

disusun lebih sistematis serta ditonjolkan pokok – pokok yang penting

sehingga lebih mudah dikendalikan. Peneliti menggolongkan hasil penelitian

sesuai sub permasalahan yang sudah dijabarkan pada rumusan masalah.

Penjabaran tersebut dikelompokkan sesuai dengan fokus penelitian yang

terdapat pada rumusan masalah, yakni tentang bagaimana eksistensi kesenian

kuda lumping dengan fokus studi pada komunitas Bawono Langgeng.

3. Penyajian Data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberikan

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti dengan cara hasil dari reduksi data yang

telah dilakukan. Pada tahap ini juga peneliti berupaya mengklasifikasikan dan

menyajikan data sesuai dengan pokok permasalahan yang diawali dengan

pengkodean pada setiap subpokok permasalahan secara mendetail. Peneliti

mengklasifikasikan data yang diperoleh dari lapangan, seperti hasil

17

wawancara, observasi maupun dokumentasi terhadap komunitas kesenian

kuda lumping Bawono Langgeng. Sesuai dengan tanda-tanda yang telah

dibuat sejak awal untuk memudahkan proses pengklasifikasian data.

4. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Data

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau

gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap

sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau

interaktif, hipotesis atau teori.19

Penarikan kesimpulan dilakukan dengan cara

membandingkan kesesuaian pernyataan dari subyek penelitian dengan makna

yang terkandung dengan konsep – konsep dasar dalam penelitian tersebut.

Verivikasi Data dimaksudkan agar penilaian tentang kesesuaian data dengan

maksud yang terkandung dalam konsep – konsep dasar dalam penelitian

tersebut lebih tepat dan obyektif. Oleh sebab itu, data dari lapangan harus

disesuaikan atau diverivikasi dengan konsep dasar penelitian atau rumusan

masalah yang telah ditentukan. Atau dengan kata lain, Kesimpulan yang ada

dapat menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan sejak awal.

19

Ibid. Hlm. 99