BIMBINGAN ISLAM DALAM UPAYA MELESTARIKAN...

download BIMBINGAN ISLAM DALAM UPAYA MELESTARIKAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/95/jtptiain-gdl... · bimbingan islam dalam upaya melestarikan lingkungan hidup dari bahaya

If you can't read please download the document

Transcript of BIMBINGAN ISLAM DALAM UPAYA MELESTARIKAN...

  • BIMBINGAN ISLAM DALAM UPAYA MELESTARIKAN

    LINGKUNGAN HIDUP DARI BAHAYA PENCEMARAN

    MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN SURAT AR-RUM

    AYAT 41

    SKRIPSI

    untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

    Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI)

    AKHMAD NADLIRIN 1103068

    FAKULTAS DA'WAH

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) WALISONGO

    SEMARANG

    2010

  • ii

    NOTA PEMBIMBING

    Lamp : 5 (eksemplar)

    Hal : Persetujuan Naskah

    Skripsi

    Kepada

    Yth. Bapak Dekan Fakultas Dawah

    IAIN Walisongo Semarang

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    Setelah membaca, mengadakan koreksi dan perbaikan sebagaimana mestinya,

    maka kami menyatakan bahwa skripsi saudara:

    Nama : Akhmad Nadlirin

    NIM : 1103068

    Jurusan : Dakwah /BPI

    Judul Skripsi : BIMBINGAN ISLAM DALAM UPAYA

    MELESTARIKAN LINGKUNGAN HIDUP DARI

    BAHAYA PENCEMARAN MENURUT

    PERSPEKTIF AL-QUR'AN SURAT AR-RUM

    AYAT 41

    Dengan ini telah saya setujui dan mohon agar segera diujikan. Demikian

    atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

    Wassalamualaikum Wr. Wb.

    Semarang, Desember 2009

    Pembimbing,

    Bidang Substansi Materi Bidang Metodologi & Tatatulis

    Dra. Maryatul Qibtiyah, M.Pd Abdul Sattar, S Ag. M.Ag NIP. 19680113199403 2 001 NIP. 1968041320003 1 001

  • iii

    SKRIPSI

    BIMBINGAN ISLAM DALAM UPAYA MELESTARIKAN

    LINGKUNGAN HIDUP DARI BAHAYA PENCEMARAN

    MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN SURAT AR-RUM

    AYAT 41

    Disusun oleh Akhmad Nadlirin 1103068

    telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

    pada tanggal: 22 Desember 2009

    dan dinyatakan telah lulus memenuhi sarat

    Susunan Dewan Penguji

    Ketua Dewan Penguji/ Pembantu Dekan, Anggota Penguji, Drs. Ali Murtadho M.Pd Drs. H. Abdul Ghofier Romas. NIP. 1969018199503 1 001 NIP. 19604121976111 Sekretaris Dewan Penguji/ Pembimbing, Abdul Sattar, S Ag. M.Ag Komarudin, M Ag. NIP. 1968041320003 1 001 NIP. 1968041320003 1 001

  • iv

    PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya

    sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk

    memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi di lembaga

    pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun

    yang belum/tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan

    daftar pustaka

    Semarang, 8 Desember 2009 Tanda tangan,

    AKHMAD NADLIRIN NIM: 1103068

  • v

    MOTTO

    )2: (

    Artinya: (Allah) yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi,

    dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan(Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukuran-Nya dengan serapi-rapinya. (QS. al-Furqan: 2) (Depag, 1986: 559).

  • vi

    PERSEMBAHAN

    Dalam perjuangan mengarungi samudra Ilahi tanpa batas, dengan keringat

    dan air mata kupersembahkan karya tulis skripsi ini teruntuk orang-orang yang

    selalu hadir dan berharap keindahan-Nya. Kupersembahkan bagi mereka yang

    tetap setia berada di ruang dan waktu kehidupan ku khususnya buat:

    Orang tuaku tercinta (Bapak Khamtoha dan Ibu Khatminem) yang tercinta.

    Yang memberi motivasi dan semangat dalam hidupku. Khususnya yang

    tercinta Umi dari negeri jiran yang selalu menyemangati abah.

    Kakak dan Adikku (Muinuddin, Zulkifli, Siti Rojanah, Akhmad Rojab,

    Akhmad Baihaqi, Jannatun Laila Habibah) dan seluruh keluarga ku

    tercinta, semoga semuanya selalu berada dalam pelukan kasih sayang

    Allah SWT.

    Teman-temanku, Dain, Iwan, Udin dan teman-teman PPMQA, Toin, Tahu,

    Halim dan yang tak dapat kusebutkan satu persatu yang selalu bersama

    dalam canda dan tawa yang senasib seperjuangan.

    Penulis,

  • vii

    ABSTRAKSI

    Nama: Akhmad Nadlirin (NIM: 1103068) dengan judul skripsi: Bimbingan Islam dalam Upaya Melestarikan Lingkungan Hidup dari Bahaya Pencemaran Menurut Perspektif Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41. Perwujudan dakwah bukan sekedar dalam bentuk kegiatan pembinaan/peningkatan penghayatan ajaran atau memperbaiki penghayatan ajaran, melainkan menuju pada dataran yang lebih luas, yaitu sebagai pelaksanaan keseluruhan ajaran dalam kehidupan sehari-hari pada orang perorangan dan masyarakat, menyangkut semua sektor kehidupan. Dalam pengertian ini maka upaya pelestarian lingkungan hidup merupakan dakwah juga. Berdasarkan keterangan tersebut, maka yang menjadi perumusan masalah: bagaimana pandangan al-Qur'an surat ar-Rum ayat 41 tentang arti penting lingkungan hidup? Bagaimana bimbingan Islam dalam upaya melestarikan lingkungan hidup dari bahaya pencemaran?

    Penulisan ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan bimbingan dan konseling Islam Adapun metode pengumpulan data dengan studi dokumenter. Sebagai sumber data primer adalah surat ar-Rum ayat 41, Sedangkan data sekunder yaitu sejumlah kepustakaan yang relevan dengan judul ini. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan analisis deskripsi.

    Hasil dari pembahasan menunjukkan bahwa dalam al-Qur'an ditegaskan bahwa semua kerusakan lingkungan hidup tidak lain merupakan akibat dari keserakahan manusia, sehingga mengeksploitasi alam lingkungannya habis-habisan. Oleh karena itu sejak awal Allah memperingatkan akan adanya akibat ulah manusia tersebut. Apabila mengkaji keterangan para ahli tafsir tersebut, maka menurut penulis, timbulnya kerusakan alam atau lingkungan hidup adalah sebagai akibat perbuatan manusia. Karena manusia yang diberi tanggungjawab sebagai khalifah di bumi banyak yang tidak melaksanakan dengan baik. Padahal manusia mempunyai daya inisatif dan kreatif, sedangkan makhluk-makhluk lain tidak memilikinya.

    Konsep al-Qur'an surat ar-Rum ayat 41 sesuai dengan asas fitrah bimbingan konseling Islam. Bimbingan dan konseling Islam merupakan bantuan kepada klien atau konseli untuk mengenal, memahami dan menghayati fitrahnya, sehingga segala gerak tingkah laku dan tindakannya sejalan dengan fitrahnya tersebut. Manusia, menurut Islam dilahirkan dalam atau dengan membawa fitrah, yaitu berbagai kemampuan potensial bawaan dan kecenderungan sebagai Muslim atau beragama Islam. Bimbingan Islam membantu klien untuk mengenal dan memahami fitrahnya itu, atau mengenal kembali fitrahnya tersebut manakala pernah tersesat, misalnya merusak lingkungan hidup. Dengan bimbingan dan konseling Islam diharapkan individu atau kelompok orang menghayati arti pentingnya melestarikan lingkungan hidup sehingga dengan demikian akan mampu mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akherat karena bertingkah laku sesuai dengan fitrahnya itu yaitu tidak merusak lingkungan hidup

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Bismillahirrahmanirrahim

    Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, bahwa atas

    taufiq dan hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

    ini. Skripsi yang berjudul BIMBINGAN ISLAM DALAM UPAYA

    MELESTARIKAN LINGKUNGAN HIDUP DARI BAHAYA PENCEMARAN

    MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN SURAT AR-RUM AYAT 41" ini,

    disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata

    satu (S.1) Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo

    Semarang.

    Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan

    saran-saran dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat

    terselesaikan. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Jamil, M.A., selaku Rektor IAIN Walisongo

    Semarang.

    2. Bapak Drs. H.M. Zain Yusuf, M.M., selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN

    Walisongo Semarang.

    3. Ibu Dra. Maryatul Qibtiyah, M.Pd selaku Dosen pembimbing I dan Bapak

    Abdul Sattar, S Ag. M.Ag selaku Dosen pembimbing II, yang telah bersedia

    meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan

    pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

    4. Segenap Bapak, Ibu tenaga edukatif dan administratif Fakultas Dakwah IAIN

    Walisongo Semarang yang telah memperlancar proses pembuatan skripsi ini.

    Pada akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini belum mencapai

    kesempurnaan dalam arti sebenarnya, namun penulis berharap skripsi ini dapat

    bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan para pembaca pada umumnya.

    Penulis

  • ix

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

    HALAMAN NOTA PEMBIMBING............................................................ ii

    HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii

    HALAMAN PERNYATAAN........................................................................ iv

    HALAMAN MOTTO .................................................................................... v

    HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi

    ABSTRAKSI................................................................................................... vii

    HALAMAN KATA PENGANTAR.............................................................. viii

    HALAMAN DAFTAR ISI............................................................................. ix

    BAB I : PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1

    1.2. Perumusan Masalah .................................................................... 9

    1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................... 9

    1.4. Sistematika Penulisan................................................................. 10

    BAB II : LANDASAN TEORI

    2.1. Penelusuran Literatur ................................................................... 11

    2.2. Landasan Teori ............................................................................ 16

    2.2.1. Lingkungan Hidup dan Pencemaran .................................. 16

    2.2.2. Bimbingan Islam ................................................................ 22

    BAB III : METODE PENELITIAN

    3.1. Jenis Penelitian ............................................................................ 38

    3.2. Pendekatan Penelitian.................................................................. 38

    3.3. Spesifikasi Penelitian................................................................... 39

    3.4. Sumber Data ................................................................................ 39

    3.4. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 40

    3.5. Teknik Analisis Data ................................................................... 40

  • x

    BAB IV: BIMBINGAN ISLAM DALAM UPAYA MELESTARIKAN

    LINGKUNGAN HIDUP DARI BAHAYA PENCEMARAN

    MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR'AN SURAT AR-RUM AYAT

    41

    4.1. Pandangan al-Qur'an Surat ar-Rum ayat 41 tentang Arti

    Penting Lingkungan Hidup .......................................................... 41

    4.2.Bimbingan Islam dalam Upaya Melestarikan Lingkungan

    Hidup dari Bahaya Pencemaran Ditinjau dari Bimbingan

    dan Konseling Islam..................................................................... 54

    4.3. Analisis ........................................................................................ 57

    BAB V : PENUTUP

    5.1 Kesimpulan69

    5.2 Saran-Saran70

    5.3 Penutup..70

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    RIWAYAT HIDUP

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Bimbingan Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu

    agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah sehingga

    dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat (Musnamar, 1992:

    5). Menurut Adz-Dzaky (2002: 189) konseling dalam Islam adalah suatu

    aktifitas memberikan bimbingan, pelajaran dan pedoman kepada individu

    yang meminta bimbingan (klien) dalam hal bagaimana seharusnya seorang

    klien dapat mengembangkan potensi akal pikirannya, kejiwaannya, keimanan

    dan keyakinan serta dapat menanggulangi problematika hidup dan

    kehidupannya dengan baik dan benar secara mandiri yang berparadigma

    kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah Rasulullah SAW.

    Berdasarkan pengertian tersebut, bimbingan Islam dapat dijadikan

    salah satu upaya melestarikan lingkungan hidup dari bahaya pencemaran.

    Perusakan alam dan lingkungan hidup tidak lepas dari kesalahan dan

    keserakahan manusia untuk memperkaya diri tanpa peduli dengan

    lingkungannnya. Dari sini tampak perusakan lingkungan adalah sebagai

    akibat pelanggaran manusia terhadap petunjuk Allah Swt.

    Berdasarkan penjelasan tersebut, bimbingan Islam bermaksud agar

    manusia memperoleh kebahagiaan baik di dunia maupun akhirat, hal ini

    sebagaimana dikemukakan Musnamar (1992: 5) konseling Islami adalah

  • 2

    proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali akan

    eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras dengan

    ketentuan dan petunjuk Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia

    dan di akhirat.

    Melihat pengertian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa adanya

    peristiwa pencemaran lingkungan hidup dapat dijadikan masukan dalam

    mengembangkan bimbingan Islam oleh para konselor sehingga dapat menjadi

    solusi terhadap problematika pelestarian lingkungan hidup yang sedang

    dihadapi dan dialami.

    Dalam Islam, kewajiban dakwah pada dasarnya merupakan kewajiban

    setiap pemeluk untuk melakukannya. Dakwah sebagai ekspresi dari rasa iman

    dan takwa kepada Allah, perwujudannya bukan sekedar dalam bentuk

    kegiatan pembinaan/peningkatan penghayatan ajaran atau memperbaiki

    penghayatan ajaran, melainkan menuju pada dataran yang lebih luas, yaitu

    sebagai pelaksanaan keseluruhan ajaran dalam kehidupan sehari-hari pada

    orang perorangan dan masyarakat, menyangkut semua sektor kehidupan.

    Dalam pengertian ini maka upaya pelestarian lingkungan hidup merupakan

    dakwah juga (Romly, 2003: 84).

    Namun masih banyak di antara umat Islam yang memandang dakwah

    dalam pengertian sempit sebagai tabligh dan ceramah saja, meskipun harus

    diakui bahwa beberapa gerakan dakwah dan lembaga dakwah sudah nampak

    maju, baik dalam garapan maupun sasarannya. Dakwah dalam pengertian

    sempit ini atau bil lisan, lebih banyak berorientasi kepada masalah-masalah

  • 3

    ibadah mahdhah (ritual). Dakwah semacam ini telah banyak dilakukan, dan

    memang harus terus dilakukan. Sementara itu dakwah yang berorientasi

    kepada masalah-masalah ibadah ijtimaiyah (sosial), termasuk pelestarian

    lingkungan hidup dapat dikatakan masih sedikit. Padahal dakwah pada

    hakekatnya adalah suatu upaya untuk mengangkat harkat dan martabat

    manusia agar memperoleh dunia yang hasanah dan akhirat yang hasanah.

    Makna ini sejalan dengan hakekat pembangunan nasional bangsa Indonesia,

    yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya (Romly, 2003: 85).

    Dalam konteksnya dengan persoalan lingkungan hidup, bahwa Allah

    telah menciptakan alam raya ini dengan sebenarnya. Alam semesta yang indah

    dan menakjubkan ini adalah benar-benar hadir dan sekaligus merupakan bukti

    keagungan pencipta-Nya. Allah juga telah menciptakan hukum-hukum yang

    berlaku umum yang menunjukkan kemahakuasaan dan keesaan-Nya. Langit

    dan bumi dan segala isinya diciptakan Allah secara serasi dan teratur.

    73: (( Artinya: Dia adalah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar.

    Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: "Jadilah, lalu terjadilah", dan milik Allah lah segala kekuasaun di waktu sangkakala ditiup. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-An'am: 73) (Depag, 1986: 198).

    Oleh karena itu, alam mempunyai eksistensi yang nyata dan obyektif

    serta berjalan mengikuti hukum-hukum yang tetap. Alam raya sebagai ciptaan

  • 4

    dari sebaik-baik pencipta, yaitu Allah, maka alam mengandung kebaikan pada

    dirinya dan teratur secara harmonis.

    )2: (

    Artinya: (Allah) yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi,

    dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan(Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukuran-Nya dengan serapi-rapinya. (QS. al-Furqan: 2) (Depag, 1986: 559).

    Jadi alam raya ini dalam pandangan Islam merupakan kenyataan yang

    sebenarnya. Pandangan ini berbeda dengan dugaan penganut aliran Idealisme

    yang menyatakan bahwa alam tidak mempunyai eksistensi yang nyata dan

    obyektif, melainkan semu, palsu, ilusi dan maya atau sekedar emanasi atau

    pancaran dari dunia lain yang konkrit yang disebut dunia ide (Romly, 2003:

    86).

    )27: (

    Artinya: Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang

    ada diantara keduanya sia-sia (tanpa hikmah dan palsu). Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka. (QS. Shaad: 27) (Depag, 1986: 736).

    Kemudian dalam ayat lain Allah menolak anggapan bahwa

    diciptakannya alam ini hanya sekedar main-main, tanpa maksud dan tujuan.

  • 5

    } 38{-38: (

    39( Artinya: Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan segala yang

    ada di antara keduanya dengan main-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan hak, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS ad-Dukhaan: 38-39) (Depag, 1986: 811).

    . Pandangan Islam juga berbeda dengan penganut aliran materialisme.

    Aliran materialisme memang menyatakan bahwa alam ini benar-benar ada,

    riel dan obyektif. Namun eksistensi alam ini dalam dugaan aliran materialisme

    adalah ada dengan sendirinya. Sedangkan menurut pandangan Islam, alam

    raya ini diciptakan Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Allah yang menciptakan

    sekaligus memelihara alam ini serta mengatur segala urusannya (Roham, dkk,

    1998: 141).

    Kerusakan bumi sudah terjadi sejak lama. Hal itu baru kini disadari

    secara merata oleh manusia. Kerusakan bumi telah mewabah, sejak dari

    kawasan lokal, regional hingga ke tingkat internasional. Muncul

    pembicaraannya di bangku-bangku kuliah, seminar-seminar, bahkan di

    pesantren dan masjid-masjid. Dipertanyakan mengapa terjadi kerusakan bumi

    berlangsung; dan apa jalan keluarnya? Melihat kenyataan lingkungan di

    beberapa bagian dunia semakin rusak, juga menyadari masa depan penghuni

    bumi yang semakin terancam keselamatannya, maka pada Juni 1972 PBB

    mengadakan Konferensi Khusus Tentang Lingkungan Hidup, yang dihadiri

  • 6

    oleh wakil-wakil Pemerintah setingkat Menteri Negara seluruh Dunia (Roham,

    dkk, 1998: 142).

    Hasil Konferensi Khusus PBB tersebut diterima secara menyeluruh.

    Pemerintah RI sendiri ikut menandatangani Konvensi 1972 itu. Sejak itu pula

    masalah Lingkungan Hidup menjadi masalah penting ditanggapi pemerintah,

    kemudian pada tahun 1978, yakni memasuki Repelita ketiga, Presiden

    mandataris MPR mengangkat seorang Menteri yang khusus menangani

    masalah Lingkungan Hidup dalam Kabinet Pembangunan III. Sejak itu

    penanganan masalah lingkungan terkesan serius, baik oleh pemerintah,

    lembaga-lembaga sosial maupun oleh rakyat Indonesia secara menyeluruh.

    Dalam Undang-undang No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan

    Lingkungan Hidup disebutkan bahwa: Pencemaran Lingkungan adalah

    masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi, dan atau komponen

    lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh

    kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun

    sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang

    atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (pasal 1 ayat 12)

    Dari kandungan kalimat tersebut maka terjadinya kerusakan

    lingkungan dapat disebabkan ada yang karena alamiah ada pula yang karena

    ulah manusia antara lain:

    - Gempa, banjir, badai.

    - Pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan daya tampung yang

    ada di pulau-pulau (tempat tinggal).

  • 7

    - Perpindahan penduduk yang tidak teratur.

    - Kebodohan penduduk tentang arti kesehatan.

    - Pengabaian pabrik, perusahaan atau industri terhadap limbah yang

    dihasilkannya.

    - Kelemahan atau kekurangan pemahaman warga akan pemeliharaan

    lingkungan masing-masing.

    - Membuang sampah, air, puntung rokok sembarangan,

    - Asap knalpot kendaraan bermotor.

    - Endapan lumpur akibat erosi.

    - Buangan bahan radioaktif dari PLTN.

    - Rembesan chlorinated hydrocarbon dan pupuk dalam kegiatan pertanian

    dan kehutanan (Roham, dkk, 1998: 144).

    Tindakan manusia merusak lingkungan disebabkan karena tidak tahu

    atau karena keserakahan. Manusia yang karena ketidaktahuannya merusak

    lingkungan hidup sudah tentu perlu diberi penjelasan dan pengetahuan sesuai

    dengan tingkat kemampuan berpikirnya. Sedangkan manusia yang merusak

    lingkungan karena keserakahannya, di samping diberi penjelasan keagamaan

    secara bijaksana perlu ditingkatkan pula pengetahuan tentang makna

    pelestarian lingkungan bagi kemaslahatan hidup bersama manusia (Romly,

    2003: 98).

    Berkenaan dengan itu, para da'i hendaknya memahami ilmu

    lingkungan, paling tidak secara garis besar sehingga dalam dakwahnya

    mereka mampu memberikan pengertian mengenai pelestarian lingkungan

  • 8

    hidup. Adapun yang dimaksud dengan ilmu lingkungan adalah ilmu yang

    mempelajari peranan dan perilaku manusia yang mempengaruhi kelangsungan

    perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya dalam

    suatu sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

    keadaan dan makhluk hidup (termasuk manusia) (Romly, 2003: 98).

    Dalam al-Qur'an ditegaskan bahwa semua kerusakan lingkungan hidup

    tidak lain merupakan akibat dari keserakahan manusia, sehingga

    mengeksploitasi alam lingkungannya habis-habisan. Oleh karena itu sejak

    awal Allah memperingatkan akan adanya akibat ulah manusia tersebut

    (Romly, 2003: 82)

    )41: (

    Artinya: Telah nampak (nyata) kerusakan di darat dan di laut

    disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang lurus). (QS. Ar-Rum: 41) (Depag, 1986: 647).

    Demikianlah tuntunan al-Qur'an bagaimana seharusnya sikap manusia

    terhadap lingkungan hidupnya dan Allah telah menjanjikan pahala yang tiada

    taranya bagi yang senantiasa memelihara dan melestarikan lingkungan hidup

    serta tidak membuat kerusakan. Jika semua manusia bersikap terhadap

    lingkungan hidup sesuai tuntunan Allah dapat dipastikan bahwa manusia tidak

    akan ditimpa malapetaka akibat ulahnya sendiri.

  • 9

    Dengan demikian jelaslah, banyak ayat al-Qur'an yang berbicara

    tentang lingkungan hidup yaitu dapat dilihat dalam QS. Ar-Rum: 41; QS ad-

    Dukhaan: 38-39; QS. Shaad: 27; QS. al-Furqan: 2; QS. Al-An'am: 73.

    Berdasarkan ayat-ayat al-Qur'an tersebut, mendorong peneliti memilih judul:

    Bimbingan Islam dalam Upaya Melestarikan Lingkungan Hidup dari Bahaya

    Pencemaran Menurut Perspektif Al-Qur'an Surat Ar-Rum Ayat 41.

    1.2 Perumusan Masalah

    Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara

    tersurat pertanyaan-pertanyaan apa saja yang ingin dicarikan jawabannya

    (Suriasumantri, 1993: 312). Berdasarkan keterangan ini maka yang menjadi

    perumusan masalah yaitu

    1.2.1. Bagaimana pandangan al-Qur'an surat ar-Rum ayat 41 tentang arti

    penting lingkungan hidup?

    1.2.2. Bagaimana bimbingan Islam diterapkan dalam upaya dakwah

    pelestarian lingkungan hidup dari bahaya pencemaran?

    1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan penelitian ini:

    1.3.1.1. Untuk mendeskripsikan pandangan al-Qur'an surat ar-Rum

    ayat 41 tentang arti penting lingkungan hidup

    1.3.1.2. Untuk mendeskripsikan bimbingan Islam dalam upaya

    dakwah pelestarian lingkungan hidup dari bahaya

    pencemaran

    1.3.2 Manfaat penelitian dapat ditinjau dari dua segi:

  • 10

    1.3.2.1 Secara teoritis, yaitu untuk menambah pengembangan ilmu

    Fakultas Dakwah khususnya jurusan Bimbingan dan Penyuluhan

    Islam, dengan harapan dapat dijadikan salah satu bahan studi

    banding oleh peneliti lainnya.

    1.3.2.2 Secara praktis yaitu dapat dijadikan masukan pada umat Islam

    dalam melestarikan Lingkungan Hidup menurut perspektif al-

    Qur'an

    1.4 Sistematika Penulisan

    Untuk dapat dipahami urutan dan pola berpikir dari tulisan ini, maka

    penelitian disusun dalam lima bab. Setiap bab merefleksikan muatan isi yang

    satu sama lain saling melengkapi. Untuk itu, disusun sistematika sedemikian

    rupa sehingga dapat tergambar kemana arah dan tujuan dari tulisan ini.

    Bab pertama, berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang,

    perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,

    kerangka teoritik, metoda penelitian dan sistematika penulisan.

    Bab kedua berisi pengertian bimbingan, tujuan bimbingan Islam,

    materi bimbingan Islam, metode bimbingan Islam

    Bab ketiga berisi metode penelitian yang meliputi jenis penelitian,

    pendekatan penelitian, spesifikasi penelitian, sumber data, metode

    pengumpulan data, teknik analisis data.

    Bab keempat berisi analisis pandangan al-Qur'an surat ar-Rum ayat 41

    tentang arti penting lingkungan hidup, analisis upaya melestarikan lingkungan

    hidup dari bahaya pencemaran ditinjau dari bimbingan dan konseling Islam

  • 11

    Bab kelima merupakan penutup berisi kesimpulan dan saran-saran

    yang layak dikemukakan.

  • 11

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1. Penelusuran Literatur

    Sepanjang pengetahuan penulis, dalam penyusunan skripsi ini baru

    dijumpai satu penelitian yang membahas lingkungan hidup. Penelitian yang

    dimaksud berupa tesis pasca sarjana IAIN Walisongo. Selain itu ada beberapa

    buku yang membahas masalah lingkungan hidup. Penelitian yang dimaksud

    sebagai berikut:

    1. Tesis yang disusun oleh Irzam (NIM: 065112057) dengan judul: Profile

    Lingkungan Hidup dalam Perspektif Pendidikan Agama Islam di Akademi

    Kepolisian Semarang. Pada intinya temuan dari tesis itu menjelaskan

    bahwa berdasarkan observasi di Akpol Semarang bahwa lingkungan

    merupakan faktor sangat kuat yang dapat mempengaruhi upaya para

    dosen, khususnya dosen PAI dan orang tua secara psikis dan fisik terhadap

    peserta didik. Pengaruh lingkungan ada yang baik misalnya di lingkungan

    Akpol itu aturan-aturan agama berjalan dengan baik, semua orang

    menjalankan syariat agama, semua orang menjalankan shalat, sering

    diadakan pengajian-pengajian. Hal itu akan berpengaruh besar terhadap

    taruna/taruni yang ada di sekitarnya. Suasana lain yang terlihat dari hasil

    observasi yaitu ditumbuhkannnya semangat keagamaan, dosen dan

    taruna/taruni demikian adanya hubungan komunikatif dan ramah. dosen

    memberi contoh hidup bersih, memberi contoh sopan santun, jangan

  • 12

    berkata kotor, harus selalu menjalankan aturan agama dan disiplin. Iklim

    Akpol yang demokratis, hidup antara sesama ditumbuhkan sikap saling

    menolong dan sebagainya.

    2. Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi (2007: 366). Masalah lingkungan

    hidup mulai bergema pada tahun 1968 ketika diangkat oleh Perserikatan

    Bangsa-Bangsa karena ditemukannya kasus-kasus pencemaran

    lingkungan, antara lain, berupa kabut asap yang mengganggu pernapasan

    di Los Angeles dan New York, Amerika Serikat, kematian massal burung

    pemakan ikan di beberapa kawasan Eropa, yang ternyata diakibatkan oleh

    kadar pestisida yang tinggi dalam tubuh burung-burung itu, serta beberapa

    peristiwa pencemaran lain di Jepang. Itu di negara-negara maju. Di

    negara-negara berkembang, terjadi juga pencemaran lingkungan dalam

    bentuk erosi, kerusakan lahan, musnahnya beberapa jenis flora dan fauna

    tertentu, penyakit menular, dan sebagainya. Dari hari ke hari krisis

    tersebut semakin parah dan mengkhawatirkan karena dari hari ke hari pula

    muncul berbagai macam pencemaran lingkungan.

    Lingkungan adalah "semua yang mempengaruhi pertumbuhan

    manusia atau hewan", sedangkan lingkungan alam adalah "keadaan

    sekitar yang mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku organisme",

    demikian Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa lingkungan

    hidup adalah "Segala sesuatu yang berada di sekeliling makhluk hidup

    (organisme) yang mempunyai pengaruh timbal-balik terhadap makhluk

    hidup tersebut". Formulasi "lingkungan hidup" yang dimasukkan dalam

  • 13

    Pasal 1 Butir 1 Undang-Undang Lingkungan Hidup adalah: "Kesatuan

    ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk

    di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan

    perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya

    (Shihab, 2007: 366).

    3. Yusuf al-Qardawi, As-Sunnah Sebagai Sumber Iptek dan Peradaban. Terj.

    Setiawan Budi Utomo (1999: 174). Al-Qur'an dan Sunnah secara bersama-

    sama telah memberikan perhatian yang mendalam terhadap masalah

    lingkungan. Perhatian ini tentu sangat menarik untuk diketahui oleh para

    peneliti yang obyektif. Disebutkan dalam surat Al-Ghasyiyah ayat 17;

    "Maka apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana unta diciptakan?"

    Di sini Al-Qur'an menyebutkan unta, bukan hewan lain. Pertanyaan ini

    menunjukkan pentingnya memperhatikan hewan-hewan yang antik dan

    proses penciptaannya, juga keunikan dan manfaat yang dimiliki hewan

    tersebut. Sebab, unta adalah hewan yang paling akrab dengan kehidupan

    bangsa Arab; bangsa yang diajak bicara oleh Al-Qur'an sebelum bangsa-

    bangsa lain.

    Penyebutan secara berulang-ulang nama-nama binatang tertentu

    semisal unta, sapi dan kambing tanpa menyebutkan binatang lain yang

    hidup di dunia, hanyalah karena Al-Qur'an ingin mengingatkan orang-

    orang yang diserunya akan sumber daya hewani yang ada dalam

    lingkungan mereka. Maksudnya, dengan begitu, diharapkan mereka dapat

    mengambil manfaatnya dan mensyukuri nikmat Allah. Daging binatang-

  • 14

    binatang itu bisa dimakan dan susunya bisa diminum. "Bersih,

    menyenangkan dan mudah diminum." Mereka juga dapat menikmatinya

    sebagai pemandangan ketika binatang-binatang itu sedang pulang ke

    kandang atau pergi ke tempat pengembalaan. Allah berfirman: "Dan kamu

    memperoleh pandangan yang indah darinya, ketika kamu membawanya

    ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan."

    (Al-Nahl: 6) (Qardawi, 1999: 174)

    4. Disertasi yang disusun Mujiyono Abdillah dengan judul: Agama Ramah

    Lingkungan Perspektif Al-Qur'an. Berdasarkan kajian yang diuraikan

    dalam buku yang berjudul: "Agama Ramah Lingkungan" ini dapat diambil

    kesimpulan antara lain sebagai berikut

    a. Ekologi yang berkembang hingga sekarang ini cenderung bersifat

    antroposentris, sekularistis dan ateistik. Ekologi yang demikian

    ditengarahi terbukti menjadi akar penyebab berkembangnya paham

    antroposentrisme. Paham antroposentrisme dalam pengelolaan

    lingkungan menjadi biang keladi akar penyebab kerusakan lingkungan

    yang semakin parah. Oleh karena itu perlu dikembangkan ekologi

    alternatif yang bernuansa rasional dan spiritual religius. Perumusan

    ekologi alternatif, yakni ekoreligi Islam adalah untuk merspon arus

    perubahan kecenderungan global bahwa dalam mengatasi dan

    mengantisipasi pencemaran dan kerusakan lingkungan global tidak

    cukup hanya mengandalkan teknis dan ekologis saja, melainkan perlu

    didekati dengan pendekatan holistik integralistik yakni teknologis,

  • 15

    ekologis dan spiritual religius. Dengan demikian, konsep ekoreligi

    Islam merupakan salah satu tawaran antisipatif ekologis spiritual

    religius Islami.

    b. Perilaku ekologi masyarakat merupakan cerminan bahkan merupakan

    pengejawantahan dari sistem keyakinan yang bersemayam dalam

    lubuk hati mereka. Oleh karena itu, jika sistem keyakinannya pro-

    ekologis maka perilaku kearifan lingkungannya akan tinggi.

    Sebaliknya, jika sistem keyakinannya kontra ekologis, maka

    perilakunya pun akan menentang sunnah lingkungan. Betapa pun

    terdapat keyakinan populer bahwa Islam memiliki sistem teologi

    tentang lingkungan, namun ternyata baru bersifat potensial tentatif

    teologis paradigmatis. Artinya, Islam belum memiliki konsep teologi

    lingkungan yang utuh menyeluruh dan detail operasional. Dengan

    demikian, tawaran konsep ekoteologi Islam berpeluang untuk

    diapresiasi secara positif baik secara ilmiah akademis maupun secara

    ilmiah aplikatif.

    Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut maka penelitian terdahulu

    berbeda dengan penelitian yang hendak penulis susun. Perbedaannya yaitu

    penelitian sebelumnya baru mengungkapkan lingkungan hidup dalam

    perspektif Pendidikan Agama Islam, demikian pula buku-buku yang ada

    belum menyentuh bimbingan dan konseling Islam dalam upaya melestarikan

    lingkungan hidup dari bahaya pencemaran menurut perspektif al-Qur'an surat

  • 16

    ar-rum ayat 41. sedangkan penelitian yang penulis susun memfokuskan pada

    bimbingan Islam

    2.2. Landasan Teori

    2.2.1. Lingkungan Hidup dan Pencemaran

    2.2.1.1. Lingkungan Hidup

    Istilah lingkungan yang dipergunakan dalam tulisan ini adalah

    merupakan terjemahan dari istilah "environment" dalam bahasa Inggris

    atau "I' evironement" dalam bahasa Perancis, "Umwelt" dalam bahasa

    Jerman, "millieu" dalam bahasa Belanda, "Alam sekitar" dalam bahasa

    Malaysia, "kapaligiran" dalam bahasa Tagalog, atau "Sinvat-lom dalam

    bahasa Thais (Abdurrahman, 1983: 6). Istilah tersebut, secara teknis

    dimaksudkan dengan lingkungan hidup atau lebih lengkap lagi lingkungan

    hidup manusia (Abdurrahman, 1983: 6).

    Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. Nomor 23 Tahun 1997

    tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup merumuskan sebagai berikut:

    "Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya keadaan dan mahluk hidup, termasuk "di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya (UU No. 23 Tahun 1997) Dari keterangan tersebut, menurut penulis bahwa lingkungan hidup

    adalah semua benda dan kondisi, termasuk manusia dan tingkah lakunya

    yang ada dalam ruang yang ditempati yang mempengaruhi kelangsungan

    kehidupan serta kesejahteraan manusia dan jasad-jasad hidup lainnya.

  • 17

    Timbulnya kerusakan alam atau lingkungan hidup sebagai akibat

    perbuatan manusia. Karena manusia yang diberi tanggungjawab sebagai

    khalifah di bumi banyak yang tidak melaksanakan dengan baik. Padahal

    manusia mempunyai daya inisatif dan kreatif, sedangkan makhluk-

    makhluk lain tidak memilikinya. Kebudayaan manusia makin lama makin

    maju sesuai dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan

    teknologi. Sejalan dengan kemajuan tersebut, perkembangan persenjataan

    dan alat perusak lingkungan maju pula.

    Banyak contoh yang dapat dilihat dari kerusakan lingkungan yang

    diakibatkan ulah manusia. Misalnya banyak pohon atau hutan ditebang

    dan dibakar, bukit dan gunung digali untuk menimbun daratan rendah

    yang akan dijadikan pemukiman. Akibatnya banyak musibah terjadi

    seperti gangguan asap, banjir, tanah longsor, dan sebagainya. Kemudian

    binatang yang hidup di sungai ditangkap bukan dengan cara yang baik.

    Tetapi karena keserakahan mereka menangkapnya dengan racun atau

    dengan dinamit (Romly, 2003: 82)

    Lingkungan bertambah parah dengan banyaknya kendaraan

    bermotor dan pabrik-pabrik yang menimbulkan pencemaran udara

    (polusi). Pencemaran tersebut membahayakan keselamatan hidup manusia

    dan kehidupan sekelilingnya. Limbah-limbah pabrik seringkali dibuang

    seenaknya ke sungai yang akhirnya bermuara ke laut. Demikian pula

    kapal-kapal tanker yang membawa minyak sering mengalami kebocoran,

    sehingga minyaknya tumpah ke laut. Akibatnya air sungai dan laut

  • 18

    beracun yang menyebabkan mati atau tercemarnya ikan dengan zat

    beracun dan yang lebih dahsyat adalah kerusakan lingkungan akibat

    perang (Romly, 2003: 82)

    Semua kerusakan sebagaimana dikemukakan di atas merupakan

    akibat dari keserakahan manusia, sehingga mengeksploitasi alam

    lingkungannya habis-habisan. Oleh karena itu sejak awal Allah

    memperingatkan akan adanya akibat ulah manusia tersebut (Romly, 2003:

    82)

    )41: (

    Artinya: Telah nampak (nyata) kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang lurus). (QS. Ar-Rum: 41) (Depag, 1986: 647).

    Demikianlah tuntunan Allah bagaimana seharusnya sikap manusia

    terhadap lingkungan hidupnya dan Allah telah menjanjikan pahala yang

    tiada taranya bagi yang senantiasa memelihara dan melestarikan

    lingkungan hidup serta tidak membuat kerusakan. Jika semua manusia

    bersikap terhadap lingkungan hidup sesuai tuntunan Allah dapat

    dipastikan bahwa manusia tidak akan ditimpa malapetaka akibat ulahnya

    sendiri (Romly, 2003: 98).

    .

  • 19

    2.2.1.2. Pencemaran

    Undang-undang No. Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan

    Lingkungan Hidup dalam pasal 1 ayat 12 menyatakan: pencemaran

    lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup,

    zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh

    kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu

    yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan

    peruntukannya

    Munadjat Danusaputra sebagaimana dikutip Abdurrahman (1983:

    97) merumuskan pencemaran lingkungan sebagai suatu keadaan dalam

    mana suatu materi, energi dan atau informasi masuk atau dimasukkan di

    dalam lingkungan oleh kegiatan manusia dan/atau secara alami dalam

    batas-batas dasar atau kader tertentu, hingga mengakibatkan terjadinya

    gangguan kerusakan dan atau penurunan mutu lingkungan, sampai

    lingkungan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, dilihat dari segi

    kesehatan, kesejahteraan dan keselamatan hayati.

    Bahaya yang senantiasa mengancam kelestarian lingkungan dari

    waktu ke waktu ialah "pencemaran" dan perusakan lingkungan. Ekosistem

    dari suatu lingkungan dapat terganggu kelestariannya oleh karena

    pencemaran dan perusakan lingkungan. Orang sering mencampur-

    adukkan antara pengertian pencemaran dan perusakan lingkungan padahal

    antara keduanya terdapat perbedaan. Undang-undang juga

    memperbedakan antara keduanya:

  • 20

    - Pencemaran Lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya

    mahluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam

    lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan

    manusia atau proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai

    ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang

    atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (pasal 1

    ayat 12 Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan

    Lingkungan Hidup) (Abdurrahman, 1983: 97)

    - Perusakan lingkungan: adalah tindakan yang menimbulkan perubahan

    langsung atau tidak langsung terhadap sifat-sifat fisik atau hayati

    lingkungan, yang mengakibatkan lingkungan itu kurang atau tidak

    berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan yang

    berkesinambungan (pasal 1 ayat 14 Undang-undang Nomor 23 tahun

    1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup).

    Perbedaan itu memang tidak "terlalu" prinsipil karena setiap orang

    melakukan perusakan lingkungan otomatis juga melakukan pencemaran,

    dan begitu sebaliknya. Bedanya hanya terletak pada intensitas perbuatan

    yang dilakukan terhadap lingkungan dan kadar akibat yang diderita oleh

    lingkungan akibat perbuatan tersebut.

    Dalam pertumbuhan dan perkembangan istilah dan pengertian

    "pencemaran lingkungan" ini maka terbentuklah pengertian-pengertian;

    pencemaran tanah; pencemaran air, pencemaran laut, pencemaran udara,

    pencemaran pandangan; pencemaran pendengaran, pencemaran masa dan

  • 21

    sebagainya. Dapat dikatakan telah mulai merata juga pengertian tentang

    "pencemaran kebudayaan" dan bahkan wakil Negara Kenya (Afrika)

    pernah menaburkan pengertian tentang "Pencemaran Hati Nurani" (the

    pollution of mind) sewaktu ia berbicara dalam Konferensi PBB tentang

    lingkungan hidup manusia di Stocholm pada tahun 1972 (Abdurrahman,

    1983: 98).

    Pencemaran lingkungan menimbulkan kerugian dan kerugian itu

    dapat terjadi dalam bentuk:

    a). kerugian ekonomi dan sosial (economic and social injury) dan

    b). gangguan sanitair (sanitary hazard) sedangkan menurut golongannya

    pencemaran itu dapat dibagi atas:

    1. Kronis; di mana kerusakan terjadi secara progresif tetapi lambat;

    2. kejutan atau akut; kerusakan mendadak dan berat, biasanya timbul

    dari kecelakaan;

    3. Berbahaya; dengan kerugian biologis berat dan dalam hal ada

    radioaktivitas terjadi kerusakan genetis.

    4. katastrofis; di sini kematian organisme hidup banyak dan mungkin

    organisme hidup menjadi punah (Abdurrahman, 1983: 98).

    Penanganan perkara pencemaran dan perusakan lingkungan hidup

    memang membutuhkan penyelesaian yang cepat karena korbannya adalah

    langsung dirasakan oleh manusia- Demikian pula kadar pencemaran itu

    sendiri akan cepat berubah dan tidak menentu apabila tidak segera diambil

  • 22

    tindakan penyelesaian (Shihab, 2007: 366). Mengatasi pencemaran

    lingkungan hidup merupakan hal yang mendesak.

    Pemahaman mad'u terhadap bahaya pencemaran lingkungan dan

    terhadap makna dan cara pelestarian lingkungan hidup serta etika

    lingkungan hidup merupakan salah satu strategi dakwah dalam membawa

    manusia dari kondisi yang kurang baik kepada kondisi yang lebih baik.

    Dalam kaitan ini maka para da'i perlu memahami masalah lingkungan

    hidup ini. Untuk itu para da'i perlu memperoleh pelatihan yang memadai

    mengenai lingkungan hidup ini. Dengan pelatihan tersebut mereka

    diharapkan dapat menguasai materi lingkungan hidup sebagai bahan

    dakwah, baik dalam bentuk dakwah bil lisan maupun dakwah bil hal.

    Dengan demikian, pendayagunaan dakwah dalam pelestarian lingkungan

    hidup dapat terlaksana (Romly, 2003: 98).

    2.2.2. Bimbingan Islam

    2.2.2.1. Pengertian Bimbingan Islam

    Menurut Natawidjaja (1972: 11) bimbingan adalah suatu proses

    pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara terus-menerus

    (continue) supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia

    sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan

    tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.

    Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat

    memberikan sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat

    umumnya.

  • 23

    Menurut Walgito (1989: 4), Bimbingan adalah bantuan atau

    pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu

    dalam menghadapi atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam

    kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu itu dapat mencapai

    kesejahteraan hidupnya

    Dengan memperhatikan rumusan tersebut, maka dapat

    disimpulkan bahwa bimbingan merupakan pemberian bantuan yang

    diberikan kepada individu guna mengatasi berbagai kesukaran di dalam

    kehidupannya, agar individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.

    Dalam hubungannya dengan konseling, bahwa dalam berbagai

    literatur diuraikan konseling dalam bermacam-macam pengertian.

    Sebagian ahli memaknakan konseling dengan menekankan pada pribadi

    klien, sementara yang lain menekankan pada pribadi konselor, serta

    berbagai variasi definisi yang memiliki penekanan sendiri-sendiri.

    Perbedaan ini terjadi karena setiap ahli memiliki latar belakang falsafah

    yang berbeda (Latipun, 2005: 5)

    Secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa latin yaitu

    consilium yang berarti dengan atau bersama yang dirangkai dengan

    menerima atau memahami. Sedangkan dalam bahasa Anglo-Saxon,

    istilah konseling berasal dari sellan yang berarti menyerahkan atau

    menyampaikan (Prayitno dan Amti, 2004: 99)

    Konseling diartikan sebagai proses pemberian bantuan yang

    dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut

  • 24

    konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah

    (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi

    klien. (Priyatno dan Amti, 1999: 93-94).

    Menurut Mappiare, (1996: 1) konseling (counseling), kadang

    disebut penyuluhan karena keduanya merupakan bentuk bantuan. Ia

    merupakan suatu proses pelayanan yang melibatkan kemampuan

    profesional pada pemberi layanan. Ia sekurang-kurangnya melibatkan pula

    orang kedua, penerima layanan, yaitu orang yang sebelumnya merasa

    ataupun nyata-nyata tidak dapat berbuat banyak dan setelah mendapat

    layanan menjadi dapat melakukan sesuatu.

    Mengenai kedudukan dan hubungan antara bimbingan dan

    konseling terdapat banyak pandangan, salah satunya memandang

    konseling sebagai teknik bimbingan, sebagaimana dikemukakan oleh

    Arthur J. Jones yang dikutip oleh Ahmadi dan Rohani (1991: 28), bahwa

    konseling sebagai salah satu teknik dari bimbingan, sehingga dengan

    pandangan ini maka pengertian bimbingan adalah lebih luas bila

    dibandingkan dengan konseling, konseling merupakan bagian dari

    bimbingan.

    Dengan kata lain, konseling berada di dalam bimbingan. Pendapat

    lain menyatakan: bimbingan terutama memusatkan diri pada pencegahan

    munculnya masalah, sementara konseling memusatkan diri pada

    pencegahan masalah yang dihadapi individu. Dalam pengertian lain,

    bimbingan sifat atau fungsinya preventif, sementara konseling bersifat

  • 25

    kuratif atau korektif. Dengan demikian bimbingan dan konseling

    berhadapan dengan obyek garapan yang sama, yaitu problem atau

    masalah. Perbedaannya terletak pada titik berat perhatian dan perlakuan

    terhadap masalah tersebut. Bimbingan titik beratnya pada pencegahan,

    konseling menitik beratkan pemecahan masalah. Perbedaan selanjutnya,

    masalah yang dihadapi atau digarap bimbingan merupakan masalah yang

    ringan, sementara yang digarap konseling yang relatif berat (Musnamar,

    1992: 3 4).

    Dalam tulisan ini, bimbingan dan konseling yang di maksud adalah

    yang Islami, maka ada baiknya kata Islam diberi arti lebih dahulu.

    Biasanya kata Islam diterjemahkan dengan penyerahan diri, penyerahan

    diri kepada Tuhan atau bahkan kepasrahan (Arkoun, 1996: 17). Secara

    terminologi sebagaimana dirumuskan oleh Ali (1977: 2), Islam

    mengandung arti dua macam, yakni (1) mengucap kalimah syahadat; (2)

    berserah diri sepenuhnya kepada kehendak Allah.

    Berdasarkan uraian tersebut, maka yang dimaksud bimbingan

    Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu

    hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah sehingga dapat

    mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat (Musnamar, 1992: 5).

    Menurut Adz-Dzaky (2002: 189) konseling dalam Islam adalah suatu

    aktifitas memberikan bimbingan, pelajaran dan pedoman kepada individu

    yang meminta bimbingan (klien) dalam hal bagaimana seharusnya seorang

    klien dapat mengembangkan potensi akal pikirannya, kejiwaannya,

  • 26

    keimanan dan keyakinan serta dapat menanggulangi problematika hidup

    dan kehidupannya dengan baik dan benar secara mandiri yang

    berparadigma kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah Rasulullah SAW.

    Menurut Musnamar (1992: 5) konseling Islami adalah proses pemberian

    bantuan terhadap individu agar menyadari kembali akan eksistensinya

    sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan

    dan petunjuk Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan di

    akhirat. Sedangkan menurut Lubis (2007: 98) konseling Islami adalah

    layanan bantuan konselor kepada klien/konseli untuk menumbuh-

    kembangkan kemampuannya dalam memahami dan menyelesaikan

    masalah serta mengantisipasi masa depan dengan memilih alternatif

    tindakan terbaik demi mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat di

    bawah naungan rida dan kasih sayang Allah.

    2.2.2.2. Bimbingan Islam

    Bimbingan Islami berkaitan dengan masalah yang dihadapi

    individu, yang mungkin dihadapi individu, atau yang sudah dialami

    individu. Masalah itu sendiri, dapat muncul dari berbagai faktor atau bidang

    kehidupan. Jika dirinci, dengan pengelompokan, masalah-masalah itu dapat

    menyangkut bidang-bidang:

    1. Pernikahan dan keluarga

    Anak dilahirkan dan dibesarkan (umumnya) di lingkungan

    keluarga, entah itu keluarga intinya (ayah dan ibunya sendiri), entah itu

    keluarga lain, atau keluarga besar (sanak keluarga). Keluarga lazimnya

  • 27

    diikat oleh tali pernikahan. Pernikahan dan ikatan keluarga di satu sisi

    merupakan manfaat, di sisi lain dapat mengandung mudarat atau

    menimbulkan kekecewaan-kekecewaan. Dalam pada itu pernikahan dan

    kekeluargaan sudah barang tentu tidak terlepas dari lingkungannya

    (sosial maupun fisik) yang mau tidak mau mempengaruhi kehidupan

    keluarga dan keadaan pernikahan. Karena itulah maka bimbingan dan

    konseling Islami kerap kali amat diperlukan untuk menangani bidang ini.

    2. Pendidikan

    Semenjak lahir anak sudah belajar, belajar mengenal

    lingkungannya. Dan manakala telah cukup usia, dalam sistem kehidupan

    dewasa ini, anak belajar dalam lembaga formal (di sekolah). Dalam

    belajar (pendidikan) pun kerapkali berbagai masalah timbul, baik yang

    berkaitan dengan belajar itu sendiri maupun lainnya. Problem-problem

    yang berkaitan dengan pendidikan ini sedikit banyak juga memerlukan

    bantuan bimbingan dan konseling Islami untuk menanganinya.

    3. Sosial (kemasyarakatan)

    Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dan

    kehidupannya sedikit banyak tergantung pada orang lain. Kehidupan

    kemasyarakatan (pergaulan) ini pun kerapkali menimbulkan masalah

    bagi individu yang memerlukan penanganan bimbingan dan konseling

    Islami (Musnamar, 1992: 41).

    Berdasarkan uraian tersebut bimbingan Islam dapat membantu

    melestarikan lingkungan hidup, karena bimbingan Islam dapat dijadikan

  • 28

    sarana untuk mencegah pencemaran lingkungan hidup dan sebagai

    upaya penanggulangan. Pentingnya bimbingan Islam adalah karena

    kondisi perusakan lingkungan hidup makin hari menunjukkan gejala

    yang mencemaskan. Gejala ini berkembang seiring dengan percepatan

    pertumbuhan dan perkembangan industri atau perusahaan-perusahaan

    besar yang menghasilkan limbah industri. Menurut Kusuma (1988: 64)

    proses perubahan sosial yang tengah berlangsung di Indonesia menandai

    pula perkembangan kota-kota dengan kompleksitas fungsinya yang tidak

    hanya mempunyai fungsi administratif dan komersial, melainkan

    tumbuh sebagai simpul interaksi sosial yang mempengaruhi sistem nilai

    dan norma serta perilaku warga masyarakat. Keseluruhan dampak

    perubahan itu sudah tentu menyentuh pula aspek-aspek kelestarian

    lingkungan hidup.

    4. Pekerjaan (jabatan)

    Untuk memenuhi hajat hidupnya, nafkah hidupnya, dan sesuai

    dengan hakekatnya sebagai khalifah di muka bumi (pengelola alam),

    manusia harus bekerja. Mencari pekerjaan yang sesuai dan membawa

    manfaat besar, mengembangkan karier dalam pekerjaan, dan sebagainya,

    kerapkali menimbulkan permasalahan pula, bimbingan dan konseling

    Islami pun diperlukan untuk menanganinya.

    5. Keagamaan

    Manusia merupakan makhluk religius. Akan tetapi dalam

    perjalanan hidupnya manusia dapat jauh dari hakekatnya tersebut.

  • 29

    Bahkan dalam kehidupan keagamaan pun kerapkali muncul pula

    berbagai masalah yang menimpa dan menyulitkan individu. Hal ini

    memerlukan penanganan bimbingan Islam. Sudah barang tentu masih

    banyak bidang yang digarap bimbingan dan konseling Islami di samping

    apa yang tersebut di atas. (Faqih, 2001: 45).

    2.2.2.3. Metode Bimbingan Islam

    Dalam pengertian harfiyyah, metode adalah jalan yang harus

    dilalui untuk mencapai suatu tujuan, karena kata metode berasal dari

    meta yang berarti melalui dan hodos berarti jalan (M. Arifin, 1994: 43).

    Metode lazim diartikan sebagai jarak untuk mendekati masalah sehingga

    diperoleh hasil yang memuaskan, sementara teknik merupakan

    pernerapan metode tersebut dalam praktek. Dalam pembicaraan ini kita

    akan melihat bimbingan dan konseling sebagai proses komunikasi .Oleh

    karenanya, berbeda sedikit dari bahasan-bahasan dalam berbagai buku

    tentang bimbingan, metode bimbingan Islam ini akan diklasifikasikan

    berdasarkan segi komunikasi tersebut.

    Metode bimbingan Islam berbeda halnya dengan metode

    dakwah. Sebagai kita ketahui metode dakwah meliputi : metode

    ceramah, metode tanya jawab, metode debat, metode percakapan antar

    pribadi, metode demonstrasi, metode dakwah Rasulullah SAW,

    pendidikan agama dan mengunjungi rumah (silaturrahmi) (Syukir, 1983:

    104). Demikian pula bimbingan dan konseling Islam bila

    diklasifikasikan berdasarkan segi komunikasi, pengelompokannya

  • 30

    menjadi: metode komunikasi langsung atau disingkat metode langsung

    dan metode komunikasi tidak langsung atau metode tidak langsung.

    1. Metode langsung

    Metode langsung (metode komunikasi langsung) adalah

    metode di mana pembimbing melakukan komunikasi langsung

    (bertatap muka) dengan orang yang dibimbingnya. Metode ini dapat

    dirinci lagi menjadi:

    a. Metode individual

    Pembimbing dalam hal ini melakukan komunikasi langsung

    secara individual dengan pihak yang dibimbingnya. Hal ini dapat

    dilakukan dengan mempergunakan teknik:

    1) Percakapan pribadi, yakni pembimbing melakukan dialog

    langsung tatap muka dengan pihak yang dibimbing;

    2) Kunjungan ke rumah (home visit), yakni pembimbing

    mengadakan dialog dengan kliennya tetapi dilaksanakan di

    rumah klien sekaligus untuk mengamati keadaan rumah klien

    dan lingkungannya;

    3) Kunjungan dan observasi kerja, yakni pembimbing/konseling

    jabatan melakukan percakapan individual sekaligus

    mengamati kerja klien dan lingkungannya.

    b. Metode kelompok

    Pembimbing melakukan komunikasi langsung dengan klien

    dalam kelompok. Hal ini dapat dilakukan dengan teknik-teknik:

  • 31

    1) Diskusi kelompok, yakni pembimbing melaksanakan bimbingan dengan cara mengadakan diskusi dengan/bersama kelompok klien yang mempunyai masalah yang sama.

    2). Karya wisata, yakni bimbingan kelompok yang dilakukan secara langsung dengan mempergunakan ajang karya wisata sebagai forumnya.

    3). Sosiodrama, yakni bimbingan/konseling yang dilakukan dengan cara bermain peran untuk memecahkan/mencegah timbulnya masalah (psikologis) (Musnamar, 1992: 49-51).

    4). Psikodrama, yakni bimbingan/konseling yang dilakukan dengan cara bermain peran untuk memecahkan/mencegah timbulnya masalah (psikologis).

    5). Group teaching, yakni pemberian bimbingan/konseling dengan memberikan materi bimbingan/konseling tertentu (ceramah) kepada kelompok yang telah disiapkan. Di dalam bimbingan pendidikan, metode kelompok ini dilakukan pula secara klasikal, karena sekolah umumnya mempunyai kelas-kelas belajar.

    2. Metode tidak langsung

    Metode tidak langsung (metode komunikasi tidak langsung)

    adalah metode bimbingan/konseling yang dilakukan melalui media

    komunikasi massa. Hal ini dapat dilakukan secara individual

    maupun kelompok, bahkan massal (Musnamar, 1992: 49-51).

    a. Metode individual

    1). Melalui surat menyurat.

    2). Melalui telepon dan sebagainya

    b. Metode kelompok/massal

    1). Melalui papan bimbingan.

    2). Melalui surat kabar/majalah.

    3). Melalui brosur.

  • 32

    4). Melalui radio (media audio).

    5). Melalui televisi.

    Metode dan teknik mana yang dipergunakan dalam melaksanakan

    bimbingan atau konseling, tergantung pada :

    1. Masalah/problem yang sedang dihadapi/digarap.

    2. Tujuan penggarapan masalah.

    3. Keadaan yang dibimbing/klien.

    4. Kemampuan pembimbing/konselor mempergunakan metode/teknik.

    5. Sarana dan prasarana yang tersedia.

    6. Kondisi dan situasi lingkungan sekitar.

    7. Organisasi dan administrasi layanan bimbingan dan konseling.

    8. Biaya yang tersedia (Musnamar, 1992: 49-51).

    2.2.2.4. Dasar Pijakan dan Azas-Azas Bimbingan Islam

    Dalam bahasa Arab, kata konseling disebut dengan al-irsyad,

    dalam hal ini al-irsyad dimaksudkan sebagai bimbingan, pengarahan

    konselor kepada klien/konseli untuk membantu menyelesaikan masalah

    (Akhyar Lubis, 2007: 30). Adapun Yang menjadi dasar pijakan utama

    bimbingan Islam adalah al-Qur'an dan hadis. Keduanya merupakan

    sumber hukum Islam atau dalil-dalil hukum (Khallaf, 1978: 10).

    Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :

    ) (

  • 33

    Artinya: Dari Malik sesungguhnya Rasulullah bersabda: Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara atau pusaka, kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, selama kalian berpegang kepada keduanya; kitabullah (Quran) dan Sunnah Rasulnya (HR Muslim) (Muslim, 1967: 35)

    Dalam al-Qur'an Allah berfirman:

    : ...( ...7(

    Artinya:Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah (Q.S. Al-Hasyr:7) (Depag RI, 1978: 915)

    Al-Qur'an dan hadis merupakan landasan utama yang dilihat dari

    sudut asal-usulnya, merupakan landasan naqliyah. Ada landasan lain

    yang dipergunakan oleh bimbingan Islam yang sifatnya aqliyah yaitu

    filsafat dan ilmu, dalam hal ini filsafat Islam dan ilmu atau landasan

    ilmiah yang sejalan dengan ajaran Islam.

    Adapun asas-asas atau prinsip-prinsip bimbingan dan konseling

    Islam terdiri dari:

    1. Asas-asas kebahagiaan di dunia dan akhirat

    Bimbingan Islam tujuan akhirnya adalah membantu klien, atau

    konseling, yakni orang yang dibimbing, mencapai kebahagiaan hidup

    yang senantiasa didambakan oleh setiap muslim.

    2. Asas fitrah

    Bimbingan Islam merupakan bantuan kepada klien atau

    konseling untuk mengenal, memahami dan menghayati fitrahnya,

  • 34

    sehingga segala gerak tingkah laku dan tindakannya sejalan dengan

    fitrahnya tersebut.

    3. Asas lillahi taala

    Bimbingan Islam diselenggarakan semata-mata karena Allah.

    Konsekuensi dari asas ini berarti pembimbing melakukan tugasnya

    dengan penuh keikhlasan, tanpa pamrih, sementara yang dibimbing

    pun menerima atau meminta bimbingan dan atau konseling pun

    dengan ikhlas dan rela, karena semua pihak merasa bahwa semua yang

    dilakukan adalah karena dan untuk pengabdian kepada Allah semata,

    sesuai dengan fungsi dan tugasnya sebagai mahkluk Allah yang harus

    senantiasa mengabdi pada-Nya.

    4. Asas Bimbingan seumur hidup

    Manusia hidup betapapun tidak akan ada yang sempurna dan

    selalu bahagia, dalam kehidupannya mungkin saja manusia akan

    menjumpai berbagai kesulitan dan kesusahan. Oleh karena itulah

    maka bimbingan dan konseling Islam diperlukan selama hayat

    dikandung badan.

    5. Asas kesatuan jasmaniah-rohaniah

    Seperti telah diketahui dalam uraian mengenai citra manusia

    menurut Islam, manusia itu dalam hidupnya di dunia merupakan satu

    kesatuan jasmaniah-rohaniah. Bimbingan dan konseling Islam

    memperlakukan kliennya sebagai makhluk jasmaniah-rohaniah

  • 35

    tersebut, tidak memandangnya sebagai makhluk biologis semata atau

    makhluk rohaniah semata.

    6. Asas keseimbangan rohaniah

    Rohani manusia memiliki unsur daya kemampuan pikir,

    merasakan atau menghayati dan kehendak atau hawa nafsu serta juga

    akal. Kemampuan ini merupakan sisi lain kemampuan fundamental

    potensial untuk:(1) mengetahui (=mendengar), (2) memperhatikan

    atau menganalisis (=melihat; dengan bantuan atau dukungan

    pikiran), dan (3) menghayati (=hati atau afidah, dengan dukungan

    kalbu dan akal).

    7. Asas kemaujudan individu (eksistensi)

    Bimbingan dan konseling Islami, memandang seorang individu

    merupakan maujud (eksistensi) tersendiri. Individu mempunyai hak,

    mempunyai perbedaan individu dari yang lainnya, dan mempunyai

    kemerdekaan pribadi sebagai konsekuensi dari haknya dan

    kemampuan fundamental potensial rohaniahnya.

    8. Asas sosialitas manusia

    Manusia merupakan makhluk sosial, hal ini diakui dan

    diperhatikan dalam bimbingan Islam. Pergaulan, cinta kasih, rasa

    aman, penghargaan pada diri sendiri dan orang lain, rasa memiliki dan

    dimiliki, semuanya merupakan aspek-aspek yang diperhatikan di

    dalam bimbingan Islam, karena merupakan ciri hakiki manusia (Faqih,

    2002: 200)

  • 36

    9. Asas kekhalifahan manusia

    Manusia, menurut Islam diberi kedudukan yang tinggi sekaligus

    tanggung jawab yang besar, yaitu sebagai pengelola alam semesta

    (khalifatullah fil ard). Dengan kata lain, manusia dipandang sebagai

    makhluk berbudaya yang mengelola alam sekitar sebaik baiknya.

    Sebagai khalifah, manusia harus memelihara keseimbangan ekosistem

    sebab problem-problem kehidupan kerap kali muncul dari

    ketidakseimbangan ekosistem tersebut yang diperbuat oleh manusia itu

    sendiri. bimbingan dan fungsinya tersebut untuk kebahagiaan dirinya

    dan umat manusia.

    10. Asas keselarasan dan keadilan.

    Islam menghendaki keharmonisan, keselarasan, keseimbangan,

    keserasian dalam segala segi.

    11. Asas pembinaan akhlakul karimah, manusia menurut pandangan Islam

    memiliki sifat-sifat yang baik (mulia). Sekaligus mempunyai sifat-sifat

    lemah.

    12. Asas kasih sayang. Setiap manusia memerlukan cinta kasih dan rasa

    kasih sayang dari orang lain.

    13. Asas saling menghargai dan menghormati. Dalam bimbingan dan

    konseling Islam kedudukan pembimbing atau konselor dengan yang

    dibimbing sama atau sederajat.

    14. Asas musyawarah. Bimbingan Islam dilakukan dengan asas

    musyawarah.

  • 37

    15. Asas keahlian, bimbingan Islam dilakukan oleh orangorang yang

    memang memiliki kemampuan keahlian dibidang tersebut.(Musnamar,

    1992: 20-33).

  • 38

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yakni prosedur

    penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

    lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong, 2002: 3). Dalam

    meneliti data tidak diwujudkan dalam bentuk angka, namun data-data

    tersebut diperoleh dengan penjelasan dan berbagai uraian yang berbentuk

    kata atau kalimat.

    Dalam penelitian ini hendak menggambarkan bimbingan Islam

    dalam upaya melestarikan lingkungan hidup dari bahaya pencemaran

    menurut perspektif Al-Qur'an Surat Ar-Rum ayat 41.

    3.2. Pendekatan Penelitian

    Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan bimbingan

    Islam. Alasan menggunakan pendekatan tersebut adalah karena sebagaimana

    ditegaskan Qibtiyah dalam buku Komarudin, dkk, (2008: 63) bahwa tujuan

    bimbingan menurut Islam pemberdayaan iman, atau lebih tepatnya penulis

    sebut mengembalikan manusia sesuai dengan fitrahnya yaitu beragama

    tauhid dan penerima kebenaran, terikat perjanjian dengan Allah dan

    mengakui bahwa Allah itu Tuhannya, dibekali dengan potensi akal,

    pendengaran, penglihatan, hati, dan petunjuk Ilahiyah, sebagai khalifah atau

    pemegang amanat untuk tugas keagamaan, dan sebagai Abdullah

  • 39

    (pengabdi), bertanggung jawab atas perbuatannya, serta diberi kebebasan

    menentukan jalan hidupnya sesuai dengan fitrahnya.

    Berdasarkan kerangka acuan seperti tersebut, maka hakekat fungsi

    dan proses bimbingan menurut Islam adalah memberikan pelayanan bantuan

    kepada seseorang yang mengalami masalah melalui cara yang baik untuk

    menumbuhkan kesadaran akan perbuatan dosa yang dilakukan dan

    memohon ampunan kepada Allah dan berjanji tidak akan mengulangi lagi,

    karena pada dasarnya masalah yang dialami manusia disebabkan oleh

    perbuatan manusia itu sendiri. Menumbuhkembangkan kesadaran untuk

    dekat kepada Allah dengan penuh kesadaran dan kesungguhan, dengan

    dzikrullah, beramal saleh, ikhlas dan menjalankan semua perintah-Nya dan

    meninggalkan larangan-Nya (Komarudin, dkk, 2008: 63).

    3.3. Spesifikasi Penelitian

    Spesifikasi penelitian ini adalah penelitian deskriptif analisis karena

    pada penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji

    hipotesis atau membuat prediksi. Metode ini menguraikan dan menjelaskan

    bimbingan dan konseling Islam dalam upaya melestarikan lingkungan hidup

    dari bahaya pencemaran menurut perspektif Al-Qur'an Surat Ar-Rum ayat

    41.

    3.4. Sumber Data

    a. Data primer yaitu surat ar-Rum ayat 41

    b. Data sekunder yaitu ayat al-Qur'an, hadis, dan tafsir yang berisi tentang

    lingkungan hidup, internet, jurnal-jurnal, surat kabar dan lain-lain.

  • 40

    3.5. Metode Pengumpulan Data

    Dalam penulisan skripsi ini, pengumpulan data menggunakan studi

    dokumenter. Dalam penelitian kepustakaan ini, maka peneliti memilih

    kepustakaan yang memiliki kualitas dan nilai aktual sehingga relevan

    dengan judul skripsi ini. Atas dasar itu pendekatan ini diaplikasikan dengan

    cara menelaah buku-buku yang berkaitan dengan psikologi agama dan

    bimbingan konseling Islam, terutama pada waktu membahas landasan teori.

    Dengan demikian penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi yaitu

    teknik pengumpulan data dengan menggunakan data tertulis seperti, buku-

    buku, bulletin, majalah, dan jurnal ilmiah.

    Sesuai dengan tema skripsi ini, cara melacak ayat-ayat yang

    berkenaan dengan lingkungan, dengan perkataan lain, untuk memudahkan

    pelacakan ayat-ayat al-Qur'an yang diperlukan dalam membahas topik-topik

    tertentu, maka kitab al-Mu'jam al-Mufahras li Alfaz al-Qur'an al-Karim,

    susunan Muhammad Fu'ad 'Abd al-Baqi dijadikan sebagai pegangan.

    3.6. Teknik Analisis Data

    Penelitian ini menggunakan analisis deskripsi yaitu menggambarkan

    dan menguraikan pandangan al-Qur'an surat ar-Rum ayat 41 tentang arti

    penting lingkungan hidup serta mendeskripsikan upaya melestarikan

    lingkungan hidup dari bahaya pencemaran ditinjau dari bimbingan dan

    konseling Islam.

  • 41

    BAB IV

    BIMBINGAN ISLAM DALAM UPAYA MELESTARIKAN LINGKUNGAN

    HIDUP DARI BAHAYA PENCEMARAN MENURUT PERSPEKTIF

    AL-QUR'AN SURAT AR-RUM AYAT 41

    4.1 Pandangan al-Qur'an Surat ar-Rum ayat 41 tentang Arti Penting

    Lingkungan Hidup

    Konsep Islam tentang lingkungan dalam pengertian luas merupakan

    upaya untuk merevitalisasi misi asal ekologi, back to basic ecology. Misi

    asal ekologi adalah untuk mengkaji keterhubungan timbal balik antar

    komponen dalam ekosistem. Dalam hal ini tidak terbatas hanya komponen

    manusia dan ekosistemnya, melainkan seluruh komponen dalam ekosistem.

    Dengan demikian, visi Islam tentang lingkungan adalah visi lingkungan

    yang utuh menyeluruh, holistik integralistik. Visi lingkungan yang holistik

    integralistik diproyeksikan mampu menjadi garda depan dalam

    pengembangan kesadaran lingkungan guna melestarikan keseimbangan

    ekosistem. Sebab seluruh komponen dalam ekosistem diperhatikan

    kepentingannya secara proporsional tidak ada yang dipentingkan dan tidak

    ada pula yang diterlantarkan oleh visi lingkungan Islam yang holistik

    integralistik (Qardawi, 1999: 174)

    Secara etimologis kata pelestarian akar katanya adalah lestari

    mendapat imbuhan pe-an. Kata lesatri merupakan kata pungutan yang

    diserap dari bahasa Jawa lestari. Kata lestari memiliki arti tetap selama-

  • 42

    lamanya, kekal, tidak berubah sebagai sedia kala. Kemudian kata

    melestarikan berarti menjadikan dan membiarkan sesuatu tetap tidak

    berubah (Purwodarminto, 1976: 245). Kemudian, kata lestari diberi

    imbuhan pe-an yang memiliki makna leksikologis membuat jadi atau

    menjadikan sesuatu seperti pada kata dasarnya. Oleh karena itu, pelestarian

    berarti membuat sesuatu jadi lestari atau menjadikan sesuatu lestari, tetap

    selama-lamanya, kekal dan tidak berubah.

    Dengan ungkapan lain, pelestarian merupakan upaya mengabadikan,

    memelihara dan melindungi sesuatu dari perubahan. Dalam bahasa Arab

    pelestarian semakna dengan kata al-ib'ah atau al-ishlah yang berarti

    menjadikan sesuatu tetap adanya. Menjaga keberadaannya karena dilandasi

    rasa kasih dan sayang (Ma'luf, tth: 45). Dengan demikian pelestarian

    lingkungan (ibqa' al-bay'ah) berarti menjaga keberadaan lingkungan karena

    dilandasi rasa cinta dan kasih sayang. Sedangkan secara terminologis,

    makna fungsional ekologis kelompok kata pelestarian lingkungan, ishlah al-

    hayah, dimaksudkan sebagai istilah yang memiliki arti spesifik yakni

    pelestarian terhadap daya dukung lingkungan yang dapat menopang secara

    terlanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang diupayakan oleh

    pembangunan (Sumarwoto, 1991: 77-82).

    Secara faktual yang dilestarikan bukan lingkungan itu sendiri,

    melainkan daya dukung lingkungan. Karena, lingkungan sendiri adalah

    bersifat dinamis selalu berubah, bahkan terlalu kecil peluang

    melestarikannya dalam pengertian etimologis. Perubahan lingkungan dapat

  • 43

    terjadi secara alamiah, natural, maupun sebagai akibat perilaku ekologis

    manusia, antropogenik. Perubahan lingkungan yang bersifat alami adalah

    perubahan melalui proses geologis, volkanologis dsb. Sedangkan perubahan

    lingkungan antropogenik adalah perubahan lingkungan yang terjadi karena

    intervensi manusia terhadap lingkungan. Perubahan tersebut ada yang

    direncanakan dan ada yang tidak direncanakan. Perubahan lingkungan yang

    direncanakan lazim dikenal dengan istilah pembangunan. Dengan demikian,

    pembangunan hakikatnya adalah pengelolaan perubahan lingkungan yang

    dilakukan oleh manusia dengan tujuan untuk mengurangi resiko negatif

    lingkungan dan memperbesar manfaat dan daya dukung lingkungan

    (Sumarwoto, 1991: 79).

    Pelestarian merupakan padanan dari istilah perlindungan,

    conservation lan Campbell memberi pencerahan tentang konservasi Apakah

    konservasi itu termasuk ilmu pengetahuan, seni, sikap, pandangan hidup

    ataukah filsafat? Inilah berbagai pertanyaan yang terkesan membingungkan

    berkaitan dengan istilah konservasi. Istilah konservasi merupakan satu kata

    tetapi memiliki banyak pemaknaan tergantung pemakai dan konteksnya.

    Betapapun demikian ternyata terdapat kesepakatan di kalangan masyarakat

    ekologi bahwa konservasi identik dengan perlindungan, preservation. Salah

    satu definisi operasional menyatakan bahwa konservasi adalah penggunaan

    secara nalar.

    Tegasnya, konservasi berarti penggunaan sumber daya alam dan

    lingkungan berdasarkan perhitungan rasional. Tentu, yang dimaksud dengan

  • 44

    perhitungan rasional di sini adalah rasional ekologis. Di samping itu,

    terdapat definisi lebih umum yang menyatakan bahwa konservasi adalah

    pemanfaatan secara bijaksana, wise use.

    Dengan ungkapan beda, konservasi adalah pemanfaatan sumber daya

    alam dan lingkungan yang diimbangi dengan upaya pemeliharaan daya

    dukung lingkungan bagi kehidupan. Inilah yang dimaksud dengan

    pemanfaatan secara bijak bestari.

    Islam memiliki sistem keyakinan yang cukup jelas bahwa Allah swt

    telah menjadikan sumber daya alam dan lingkungan daya dukung bagi

    kehidupan. Fakta spiritual menunjukkan bahwa Allah swt telah memberikan

    fasilitas daya dukung lingkungan bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu,

    secara teologis berpeluang dinyatakan bahwa ekoteologi Islam meyakini

    pelestarian lingkungan termasuk bagian integral dari sistem keberimanan

    seseorang. Hal ini didasarkan pada dua pendekatan yakni pendekatan

    ekologis dan pendekatan teologis Islam. Secara ekologis, pelestarian

    lingkungan merupakan keniscayaan ekologis yang tidak dapat ditawar oleh

    siapa pun dan kapan pun bagi keberlangsungan kehidupan. Oleh karena itu,

    pelestarian lingkungan mutlak harus dilakukan oleh manusia. Sedangkan

    secara ekoteologis Islam, Allah swt secara definitif menyatakan secara

    eksplisit akan kepedulian-Nya terhadap pelestarian lingkungan. Hal ini

    antara lain diungkapkan dalam al-Qur'an surat Luqman ayat 20:

  • 45

    1. Surat Luqman ayat 20

    )20: ( Artinya: Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah

    menundukkan (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan. (QS. Luqman: 20).

    Pesan inti ayat ini terdapat pada kalimat yang artinya: "Tidakkah kau

    cermati bahwa Allah swt telah menjadikan sumber daya alam dan

    lingkungan sebagai daya dukung lingkungan bagi kehidupan manusia

    secara optimum".

    Makna fungsional ekologis dari ungkapan ini dapat dinyatakan

    bahwa ungkapan oratorik yang digunakan dalam ayat tersebut

    mengandung arti keharusan yang lebih serius untuk dilakukan

    dibandingkan dengan ungkapan perintah biasa. Oleh karena itu, pelestarian

    lingkungan menuntut perhatian serius dari manusia dan harus dilakukan.

    Dengan demikian, perlu dirumuskan bahwa pelestarian lingkungan

    termasuk dalam sistem keberimanan masyarakat beragama. Dalam

    pengertian bahwa sumber daya alam dan lingkungan diciptakan oleh Allah

    sebagai daya dukung bagi kehidupan secara optimum. Agar optimasi daya

    dukung lingkungan dapat dipertahankan maka harus dilestarikan oleh

    manusia.

  • 46

    2. Surat al-Jatsiyah ayat 13:

    )13: (

    Artinya: Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya (sebagai rahmat) dari padanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir. (QS. al-Jatsiyah: 13)

    Pokok pikiran ayat ini terdapat pada kalimat yang artinya: "...yang

    demikian hanya ditangkap oleh orang-orang yang memiliki daya nalar

    memadai. Dalam perspektif ekoteologi Islam, yang dimaksud dengan orang-

    orang yang memiliki daya nalar memadai dalam ayat ini adalah orang-orang

    yang memiliki kesadaran lingkungan dan kearifan lingkungan serta

    memiliki kepedulian lingkungan cukup tinggi. Selanjutnya, kesadaran,

    kearifan dan kepedulian lingkungan tersebut dikristalisasikan dalam tindak

    pelestarian lingkungan. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa

    pelestarian lingkungan sebagai kristalisasi dari kesadaran, kearifan dan

    kepedulian lingkungan menjadi bagian integral dari keberimanan

    masyarakat beragama Islam. Teologi pelestarian lingkungan dapat

    dijabarkan dalam berbagai bentuk mulai dari perumusan supra struktur

    ekologis, struktur ekologis maupun infra struktur yang berwawasan

    lingkungan. Perumusan supra struktur ekologis antara lain dapat diciptakan

    sistem teologi pelestarian lingkungan. Sedangkan penciptaan struktur

    ekologis antara lain dapat dibuat rumusan tatanan hukum, pranata sosial,

    lembaga sosial yang berwawasan lingkungan.

  • 47

    Adapun penjabaran infra struktur ekologis dapat dilakukan dengan

    menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kondusif bagi pelestarian

    lingkungan. Singkatnya, teologi pelestarian lingkungan merupakan teologi

    reflektif bukan teologi verbalistis.

    Berdasarkan pendalaman dan pengembangan makna fungsional

    ekologis dari dua ayat al-Qur'an tersebut di atas dapat diambil natijah bahwa

    berdasarkan pendekatan rasional ekologis dan spiritual religius Islam

    pengembangan kesadaran, kearifan dan kepedulian lingkungan menjadi

    keniscayaan yang tidak dapat ditawar sedikitpun. Sebab, secara rasional

    ekologis pelestarian lingkungan merupakan keniscayaan ekologis, the

    objective of environment Hal ini karena manusia merupakan makhluk

    lingkungan. Antara manusia dengan lingkungan memiliki keterhubungan

    mutual simbiosis cukup kuat Manusia membutuhkan lingkungan sebagai

    tempat melangsungkan kehidupannya. Fakta menunjukkan bahwa manusia

    tidak dapat hidup di luar lingkungan. Sebab, lingkungan telah menyediakan

    fasilitas kehidupan bagi manusia berupa daya dukung lingkungan secara

    optimum. Di sisi lain, lingkungan juga membutuhkan manusia. Sebab,

    manusia merupakan makhluk yang paling berpeluang menjadi makhluk

    yang bertanggungjawab dalam tindak pelestarian lingkungan. Dengan

    ungkapan lain, manusia sebagai subyek pengelola lingkungan mampu

    membuat perencanaan, mampu melaksanakan dan mampu mengawasi

    tindak pelestarian lingkungan baik yang dilakukan oleh manusia sendiri

    ataupun yang dilakukan oleh komponen lain.

  • 48

    Dengan demikian, pelestarian lingkungan memerlukan partisipasi

    aktif dari manusia. Inilah relevansinya dinyatakan bahwa antara manusia

    dengan lingkungan memiliki keterhubungan mutual simbiosis cukup kuat.

    Dalam al-Qur'an ditegaskan bahwa semua kerusakan lingkungan

    hidup tidak lain merupakan akibat dari keserakahan manusia, sehingga

    mengeksploitasi alam lingkungannya habis-habisan. Oleh karena itu sejak

    awal Allah memperingatkan akan adanya akibat ulah manusia tersebut

    (Romly, 2003: 82)

    )41: (

    Artinya: Telah nampak (nyata) kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang lurus). (QS. Ar-Rum: 41) (Depag, 1986: 647).

    Demikianlah tuntunan al-Qur'an bagaimana seharusnya sikap

    manusia terhadap lingkungan hidupnya dan Allah telah menjanjikan pahala

    yang tiada taranya bagi yang senantiasa memelihara dan melestarikan

    lingkungan hidup serta tidak membuat kerusakan. Jika semua manusia

    bersikap terhadap lingkungan hidup sesuai tuntunan Allah dapat dipastikan

    bahwa manusia tidak akan ditimpa malapetaka akibat ulahnya sendiri.

    Terhadap al-Qur'an surat ar-Rum ayat 41, Tafsir Ibnu Katsir

    menjelaskan bahwa surat ar-Rum ayat 41 itu menjadi petunjuk bahwa

    berkurangnya hasil tanam-tanaman dan buah-buahan adalah karena banyak

  • 49

    perbuatan maksiat yang dikerjakan oleh para penghuninya. Abul Aliyah

    mengatakan bahwa barang siapa yang berbuat durhaka kepada Allah di

    bumi, berarti dia telah berbuat kerusakan di bumi, karena terpeliharanya

    kelestarian bumi dan langit adalah dengan ketaatan (Ibnu Katsir, 2003: 103).

    Ahmad Mustaf Al-Marg, dalam Tafsr al-Marg memberi

    komentar terhadap surat ar-Rum ayat 41, bahwa ayat itu menjadi isyarat

    bahwa telah muncul berbagai kerusakan di dunia ini sebagai akibat dari

    peperangan dan penyerbuan pasukan-pasukan, pesawat-pesawat terbang,

    kapal-kapal perang dan kapal-kapal selam. Hal itu tiada lain karena akibat

    dari apa yang dilakukan oleh umat manusia berupa kezaliman, banyaknya

    lenyapnya perasaan dari pengawasan Yang Maha Pencipta. Mereka

    melupakan sama sekali akan hari hisab, hawa nafsu terlepas bebas dari

    kalangan sehingga menimbulkan berbagai macam kerusakan di muka bumi.

    Karena tidak ada lagi kesadaran yang timbul dari dalam diri mereka, dan

    agama tidak dapat berfungsi lagi untuk mengekang kebinalan hawa

    nafsunya serta mencegah keliarannya. Akhirnya Allah SWT. merasakan

    kepada mereka balasan dari sebagian apa yang telah mereka kerjakan berupa

    kemaksiatan dan perbuatan-perbuatan lalu yang berdosa. Barangkali mereka

    mau kembali dari kesesatannya lalu bertaubat dan kembali kepada jalan

    petunjuk. Mereka kembali ingat bahwa setelah kehidupan ini ada hari yang

    pada hari itu semua manusia akan menjalani penghisaban amal

    perbuatannya. Maka apabila ternyata perbuatannya buruk, maka

    pembalasannya pun buruk pula. Sehingga keadilan menaungi masyarakat

  • 50

    semuanya, orang kuat merasa kasih sayang kepada orang yang lemah, dan

    adalah manusia mempunyai hak yang sama di dalam menggunakan fasilitas-

    fasilitas yang bersifat umum dan masyarakat semuanya bekerja dengan

    kemampuan yang seoptimal mungkin (Al-Marg, 1074: 101).

    Sesudah Allah menjelaskan bahwa timbulnya kerusakan sebagai

    akibat dari perbuatan tangan manusia sendiri, lalu Dia memberikan petunjuk

    kepada mereka, bahwa orang-orang sebelum mereka pernah melakukan hal

    yang sama seperti apa yang telah dilakukan oleh mereka. Akhirnya mereka

    tertimpa azab dari sisi-Nya, sehingga mereka dijadikan pelajaran buat

    orang-orang yang sesudah mereka dan sebagai perumpamaan-perumpamaan

    bagi generasi selanjutnya (Al-Marg, 1074: 101).

    Terhadap keterangan dua ahli tafsir tersebut, Hamka dalam tafsirnya

    menjelaskan bahwa kadang-kadang termenung kagum kita memikirkan ayat

    ini. Sebab dia dapat saja ditafsirkan sesuai dengan perkembangan zaman

    sekarang ini. Ahli-ahli fikir yang memikirkan apa yang akan terjadi kelak,

    ilmu yang diberi nama "Futurologi", yang berarti pengetahuan tentang yang

    akan kejadian karena memperhitungkan perkembangan yang sekarang.

    Misalnya tentang kerusakan yang terjadi di darat karena bekas buatan

    manusia ialah apa yang mereka namai polusi, yang berarti pengotoran udara,

    akibat asap dari zat-zat pembakar, minyak tanah, bensin, solar dan

    sebagainya. Bagaimana bahaya dari asap pabrik-pabrik yang besar-besar

    bersama dengan asap mobil dan kendaraan bermotor yang jadi kendaraan

  • 51

    orang ke mana-mana. Udara yang telah kotor itu dihisap tiap saat, sehingga

    paru-paru manusia penuh dengan kotoran.

    Kemudian diperhitungkan orang pula kerusakan yang timbul di

    lautan. Air laut yang rusak karena kapal tangki yang besar-besar membawa

    minyak tanah atau bensin pecah di laut. Demikian pula air dari pabrik-

    pabrik kimia yang mengalir melalui sungai-sungai menuju lautan, kian lama

    kian banyak. Hingga air laut penuh racun dan ikan-ikan jadi mati. Pernah

    sungai Seine di Eropa menghempaskan bangkai seluruh ikan yang hidup

    dalam air itu, terdampar ke tepi sungai jadi membusuk, tidak bisa dimakan.

    Demikian pula pernah beratus ribu, berjuta ikan mati terdampar ke tepi

    pantai Selat Teberau di antara Ujung Semenanjung Tanah Melayu dan pulau

    Singapura. Besar kemungkinan bahwa ikan-ikan itu keracunan (Hamka,

    1999: 95).

    Apabila mengkaji keterangan para ahli tafsir tersebut, maka menurut

    penulis, timbulnya kerusakan alam atau lingkungan hidup adalah sebagai

    akibat perbuatan manusia. Karena manusia yang diberi tanggungjawab

    sebagai khalifah di bumi banyak yang tidak melaksanakan dengan baik.

    Padahal manusia mempunyai daya inisatif dan kreatif, sedangkan makhluk-

    makhluk lain tidak memilikinya.

    Kebudayaan manusia makin lama makin maju sesuai dengan

    perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sejalan

    dengan kemajuan tersebut, perkembangan persenjataan dan alat perusak

    lingkungan maju pula. Banyak contoh yang dapat dilihat dari kerusakan

  • 52

    lingkungan yang diakibatkan ulah manusia. Misalnya banyak pohon atau

    hutan ditebang dan dibakar tanpa ada usaha untuk menanamnya kembali.

    Bukit dan gunung digali untuk menimbun daratan rendah yang akan

    dijadikan pemukiman. Akibatnya banyak musibah terjadi seperti gangguan

    asap, banjir, tanah longsor, dan sebagainya terjadi di mana-mana.

    Lingkungan bertambah parah dengan banyaknya kendaraan

    bermotor dan pabrik-pabrik yang menimbulkan pencemaran udara (polusi).

    Pencemaran tersebut membahayakan keselamatan hidup manusia dan

    kehidupan sekelilingnya.

    Limbah-limbah pabrik seringkali dibuang seenaknya ke sungai yang

    akhirnya bermuara ke laut. Demikian pula kapal-kapal tanker yang

    membawa minyak sering mengalami kebocoran, sehingga minyaknya

    tumpah ke laut. Akibatnya air sungai dan laut beracun yang menyebabkan

    mati atau tercemarnya ikan dengan zat beracun, dan yang lebih dahsyat

    adalah kerusakan lingkungan akibat perang.

    Semua kerusakan sebagaimana dikemukakan di atas merupakan

    akibat dari keserakahan manusia, sehingga mengeksploitasi alam

    lingkungannya habis-habisan. Oleh ka