BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar...

22
1 “SISTEM IMPLEMENTASI PADA KEGIATAN PEMBUDIDAYAAN IKAN” BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan merupakan suatu kegiatan perekonomian, dimana manusia mengusahakan sumberdaya alam perikanannya secara lestari guna mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan umat manusia (Sofyan Ilyas dan Fuad Cholik, 1992 : 152 dalam Dewayanti, 2003). Pembangunan sub sektor perikanan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan dan petani ikan menuju terwujudnya masyarakat adil dan makmur. Di Indonesia, menurut UU RI no. 9/1985 dan UU RI no. 31/2004, kegiatan yang termasuk dalam perikanan dimulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan Pembangunan perikanan budidaya pada hakekatnya adalah upaya yang sistematis dan terencana oleh seluruh pemangku kepentingan untuk mengubah suatu kondisi perikanan budidaya menjadi lebih baik, melalui pemanfaatan sumberdaya secara optimal, efektif , efisien dan akuntabel guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. Ikan merupakan hewan yang hidup di air yang menjadi salah satu dari sekian banyak bahan makanan yang dibutuhkan manusia. Ikan sangat bermanfaat bagi manusia sebab didalamnya terdapat bermacam zat yang dibutuhkan oleh tubuh manusia (Apriadji, 2010). Selain itu apabila dibandingkan dengan sumber penghasil protein lain seperti daging, susu, dan telur harga ikan relatif lebih murah (Ranutinoyo, 2010). Mengingat pentingnya ikan bagi manusia, tak heran bila manusia berusaha mendapatkan ikan dalam jumlah yang mencukupi, antara lain dengan mengusahakan melakukan pencarian disumbernya yakni laut dan ada pula yang memiliharanya dengan sebaikbaiknya yang lazim disebut dengan usaha perikanan. Ikan yang pemeliharaannya di danau biasanya adalah ikan air tawar yang pemeliharaannya secara keseluruhan dilakukan di dalam jaring tancap yang telah disediakan oleh para pengusaha perikanan air tawar ini (Sukadi, 2002). Salah satu cara melakukan analisis usaha Budidaya Perikanan yang bertujuan untuk mengetahui gambaran secara jelas modal atau investasi yang diperlukan

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar...

1

“SISTEM IMPLEMENTASI PADA KEGIATAN PEMBUDIDAYAAN IKAN”

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perikanan merupakan suatu kegiatan perekonomian, dimana manusia

mengusahakan sumberdaya alam perikanannya secara lestari guna mendapatkan

manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan umat manusia (Sofyan Ilyas

dan Fuad Cholik, 1992 : 152 dalam Dewayanti, 2003). Pembangunan sub sektor

perikanan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan dan petani ikan

menuju terwujudnya masyarakat adil dan makmur. Di Indonesia, menurut UU RI

no. 9/1985 dan UU RI no. 31/2004, kegiatan yang termasuk dalam perikanan

dimulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang

dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan

Pembangunan perikanan budidaya pada hakekatnya adalah upaya yang

sistematis dan terencana oleh seluruh pemangku kepentingan untuk mengubah

suatu kondisi perikanan budidaya menjadi lebih baik, melalui pemanfaatan

sumberdaya secara optimal, efektif , efisien dan akuntabel guna mewujudkan

kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.

Ikan merupakan hewan yang hidup di air yang menjadi salah satu dari sekian

banyak bahan makanan yang dibutuhkan manusia. Ikan sangat bermanfaat bagi

manusia sebab didalamnya terdapat bermacam zat yang dibutuhkan oleh tubuh

manusia (Apriadji, 2010). Selain itu apabila dibandingkan dengan sumber

penghasil protein lain seperti daging, susu, dan telur harga ikan relatif lebih murah

(Ranutinoyo, 2010). Mengingat pentingnya ikan bagi manusia, tak heran bila

manusia berusaha mendapatkan ikan dalam jumlah yang mencukupi, antara lain

dengan mengusahakan melakukan pencarian disumbernya yakni laut dan ada pula

yang memiliharanya dengan sebaik–baiknya yang lazim disebut dengan usaha

perikanan. Ikan yang pemeliharaannya di danau biasanya adalah ikan air tawar

yang pemeliharaannya secara keseluruhan dilakukan di dalam jaring tancap yang

telah disediakan oleh para pengusaha perikanan air tawar ini (Sukadi, 2002).

Salah satu cara melakukan analisis usaha Budidaya Perikanan yang bertujuan

untuk mengetahui gambaran secara jelas modal atau investasi yang diperlukan

2

untuk operasional suatu usaha kegiatan produksi tambak per musim tanam atau

dalam satu tahun. Secara garis besar petani atau pelaku usaha perikanan dapat

mengetahui penerimaan dan keuntungan yang diperoleh serta beberapa lama

kemungkinan modal investasi tersebut dapat dikembalikan (Adi, 2012), Metode-

metode penilaian investasi dalam analisis finansial bertujuan untuk melihat

seberapa layak suatu usaha dapat dijalankan. Melalui metode ini dapat diketahui

apakah suatu proyek layak untuk dilaksanakan dilihat dari aspek profitabilitas

komersialnya Kriteria analisis finansial yang akan digunakan sebagai acuan dalam

penentuan keputusan meliputi NPV (Net Present Value), ROI (Return on

Investment), BCR (benefit cost ratio), PBP (Pay Back Period) dan BEP (Break

Event Point), untuk kesesuaian ikan dengan lingkungan hal-hal yang perlu

diperhatikan meliputi suhu, kecerahan air, oksigen terlarut, pH air, dll (Frits,

2013) hal ini penting untuk menjadi parameter karena kondisi air merupakan

penentu apakan ikan dapat hidup dan pada suatu lokasi pembudidayaan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini:

1. Apa gagasan yang muncul perlunya pembudidayaan ikan?

2. Apa yang dimaksud ruang lingkup perikanan budidaya?

3. Apa Jenis-jinis habitat budidaya peikanan?

4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi budidaya perikanan?

5. Perlukah adanya parameter budidaya?

6. Hambatan apa yang mempengaruhi perkembangan ikan?

7. Bagaimana cara mencegah terjadinya infeksi pada ikan?

8. Apa kaitannya teknologi terhadap budidaya perikanan?

9. Jenis tingkatan pemberikan pakanapa yang baik pada ikan budidaya?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari makalah ini:

1 Peningkatan budidaya produksi ikan.

2 Pembenihan ikan yang bertujuan untuk benih ikan yang baik.

3 Potensi lahan budidaya ikan yang baik dan benar.

4 Ciri-ciri fisk lingkungan budidaya perikanan

3

5 Penyakityang berpotensi mengganggu kelancaran usaha budidaya ikan.

6 cara ekstensifatau intensif didasarkan pada tipe dan kuantitas pakan yang

digunakan untuk merangsang produksi.

7 Tingkatan pemberian pakan yang baik.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari makalah ini adalah:

1. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai sistem implementasi

pada kegiatan pembudidayaan ikan.

2. Dapat digunakan sebagai referensi materi mengenai sistem implementasi

pada kegiatan pembudidayaan ikan.

4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sistem Implementasi Ecolabelling Pada Pembudidayaan Ikan

Peningkatan produksi perikanan budidaya perlu diiringi dengan pengolahan

yang baik. Implementasi ecolabelling pada kegiatan budidaya memberikan

gagasan perlunya penggunaan bibit unggul serta penggunaan pakan organik,

sehingga peningkatan produksi budidaya diiringi dengan kualitas ikan budidaya

yang meningkat pula.

2.2 Ruang Lingkup Kegiatan Budidaya Perairan

2.2.1 Berdasarkan Segmentasi Atau Tahapan Usaha

2.2.1.1 Pembenihan Ikan

Pembenihan ikan adalah kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan benih

ikan. Kegiatanyang dilakukan dalam pembenihan ikan meliputi :

Manajemen induk

Perolehan induk yang digunakan dapat berasaldari hasil tangkapan alam atau

hasil budidayaPemeliharaan serta cara pemberian pakaninduk . Kualitas dan

kuantitas pakan yang diberikan merupakan faktor yang penting dan

mempunyaihubungan erat dengan kematangan gonad, jumlahtelur yang

diproduksi dan kualitas telur dan larvayang dihasilkan .Peningkatan kualitas benih

dilakukan melalui :

o Pemilihan strain

o Seleksi,

o Hybridisasi,persilanganantarayangberbedaatau yang sejenis dan

o Pemijahan strain yang tidak sedarah untukmenghindari inbreeding.

Pemijahan secara buatan atau alami, padapemijahan secara buatan, dilakukan

dengan carapenyuntikan hormon kedalam tubuh ikan betina .Telur dan sperma

ikan dikeluarkan dengan caramelirit abdomen ke arah genital ikan. Telur

dansperma yang keluar kemudian dicampurkan dalamwadah dan diaktifasi

menggunakan air. Telur yangtelah difertilisasi di inkubasikan dalam

wadahpenetas yang berbentuk corong, dalam hapa atauakuarium. Pada pemijahan

secara alami, indukikan dipasangkan dengan perbandingan 1 : 3tergantung spesies

5

. Telur yang diperoleh kemudiandipindahkan dan ditetaskan di dalam hapa atau

dikolam penetasan .

2.2.1.2 Pendederan Ikan

Pendederan ikan adalah kegiatan benih ikan yang mencapai ukuran tertentu

atau bertujuan untuk menghasilkan benih yang siap tebar ke wadah pembesaran.

Larva yang diperoleh setelah penetasan di biarkan sampai kuning telur habis,

biasanya 2 atau 3 hari, lalu diberikan pakan tambahan berupa artemia atau pakan

alami lainnya sampai berumur seminggu . Selanjutnya benih yang telah berumur 7

- 10 hari didederkan dalam kolam yang telah diberi pupuk organik atau anorganik

. Pendederan dilakukan selama 1 - 3 bulan, dengan tambahan pakan buatan dan

pemupukan susulan .

2.2.1.3 Pembesaran Ikan

Pembesaran ikan adalah kegiatan pemeliharaan ikan dalam jangka waktu

tertentu yang bertujuan untuk menghasilkan ikan berukuran konsumsi.

a) Pembesaran dengan sistem mono/polikultur

Polikultur, yaitu budidaya dengan menggabungkan berbagai jenis ikan yang

mempunyai kebiasaan makan yang berbeda. Pada lingkungan yang digunakan

untuk budidaya, pertumbuhan ikannya tidak dibatasi oleh limhah dari pakan

dan/atau biota . Biomas terbesar dari ikan yang dapat dihasilkan merupakan

kombinasi spesis yang dapat memanfaatkan kebiasaan makan. Penebaran ikan

melalui kebiasaan makan yang berbeda dapat dilakukan dengan meliharaan ikan

mas (pemakan benthic), nilem (pemakan peripithon), koan1grass carp (pemakan

herbivor) dalarn satu kolam . Monokultur, adalah budidaya ikan satu jenis dalam

satu wadah, jenis budidaya yang sering diantara lain budidaya nila jantan tunggal

kelamin, ikan mas, gurame atau ikan lainnya .

b) Sistem Akuaponik

Akuaponik merupakan budidaya ikan dengan sistem resirkulasi terpadu

dengan tanaman sayuran (resirkulasi plus) yang ditanam pada media filter yang

terdiri dari kerikil dan pasir. Akar sayuran akanmengambil unsur hara yang

dihasilkan dari sisa metabolisme dan sisa pakan ikan sehingga air yang tersaring

menjadi jernih dan kualitasnya meningkat, sementara itu tanaman sayuran tidak

lagi memerlukan pupuk karena telah tercukupi oleh sisa hasil metabolisme ikan

6

yang dipelihara. Bahan yang digunakan dalam penerapan akuaponik tidak banyak

berbeda dengan yang digunakan dalam hidroponik, bedanya akuaponik

memanfaatkan kolam ikan sebagai produsen sekaligus pemasok hara . Wadah dan

substrat tanaman yang biasa digunakan dalam hidroponik dimodifikasi

sedemikian rupa hingga dapat digunakan sebagai filter air kolam ikan dalam

penerapan akuaponik . Secara garis besar fasilitas yang digunakan dalam

penerapan akuaponik adalah kolam atau bak ikan, wadah filtrasi, pompa listrik

atau pompa vacum, dan intalasi pipa . Padat tebar ikan yang dipelihara dan cara

pemberian pakan inengikuti padat tebar anjuran untuk tiap spesies demikian juga

jarak tanam sayuran sesuai anjuran untuk tiap spesies .

Akuaponik dapat diterapkan mulai dari skala rumah tangga dihalaman rumah

sampai pada lahan yang luas sebagai usaha komersial . Sayuran yang ditanam

umumnya jenis yang tahan air seperti kangkung, salada, pokchai bahkan tomat

pun biasa, sedangkan ikan yang dipelihara ikan konsumsi maupun ikan hias . Bak

fiberglass, atau kolamhalaman, pompa akuarium atau pompa vaccum,pipa pvc,

dan rak filter dapat dipergunakan untukakuaponik skala rumah tangga di

perkotaan(integrated urban aquaculture). Akuaponik skalausaha komersial

memerlukan kolam ikan, pompacelup, rak filter, dan pipa pvc yang

dirancanguntuk operasional sistem budidaya ikan terpadu dipinggiran kota

(integrated suburban aquaculture) .Air dari wadah pemeliharaan ikan dialirkan

dengankecepatan aliran yang memungkinkan sisa pakandan kotoran ikan terbawa

kedalam pipa yangdiletakan searah lajur tanaman yang ditanam dalamsubstrat

filter. Gravitasi kemudian mengalirkan airdari filter kembali kedalam wadah

pemeliharaanikan . Filter merupakan lapisan kerikil dan pasiryang sekaligus

merupakan media tumbuh tanaman .Ketebalan pasir sebagai media tumbuh

disesuaikandengan sistem perakaran tanaman yang akanditanam. ikan dipanen

setelah mencapai ukurankonsumsi, antara 300-500 gram/ekor, yang dapatdicapai

selama masa pemeliharaan 4-6 bulan dariukuran tebar sekitar 50 gram/ekor.

Sayuran disemaiterlebih dahulu sebelum ditanam dalam substratfilter dan

kemudian bisa dipanen setelah berumur2-4 minggu. Dengan kata lain, pada setiap

kalipanen ikan dapat dilakukan lebih dari 5 kali panensayuran . Secara finansial,

7

biaya perneliharan ikandapat diimbangi oleh hasil panen sayuran sehinggapanen

ikan sepenuhnya merupakan keuntunganusaha .

2.3 Berdasarkan Habitat Atau Sumber Air Yang Di Gunakan

2.3.1 Budidaya Air Tawar

Potensi lahan budidaya kolam yang dapat digunakan untuk pembudidayaan

ikan di kolam tercatat 375.800 ha, dan potensi budidaya mina padi yang

dimungkinkan untuk budidaya ikan bersama padi (mina padi) mencapai 240.000

ha. Jenis-jenis komoditas ikan air tawar yang dapat dibudidayakan adalah ikan

mas, gurame, patin, arwana, nila, mola, tawes, sepat siam; tambakan, lele, udang

galah, sidat, belut, kodok lembu dan labi-labi. Perkembangan luas areal budidaya

kolam selama enam tahun (1994-2000) mengalami peningkatan rata-rata pertahun

sebesar 2,l9Yo y aint dari 60.892 ha pada tahun 1994 menjadi 68.690 ha pada

tahun 2000, karamba/jaing apung meningkat 53,1106 yaitu dari 15 ha tahun 1994

menjadi 5l ha tahun 2000, mina padi meningkat 0,440 yaitu dari 138.277 ha tahun

1994 menjadi 141.270 ha tahun 2000. Perkembangan produksi perikan-an

budidaya kolam selama enam tahun (1994-2000) mengalami peningkatan rata-rata

pertahun 4,57o/o yaitu 140,10 ribu ton tahun 1994 menjadi 181,84 ribu ton pada

tahun 2000, mina padi meningkat 6,66yo yaitu dari 78,20 ribu ton tahun 1994

menjadi 100,33 ribu ton tahun 2000, jaring apung meningkat 35,86% yaitu dari

33,01 ribu ton tahun 1994 menjadi 65,50 ribu ton tahun 2000.

2.3.2 Budidaya Air payau

Potensi lahan untuk pembudi-dayan di pantai (tambak) sebesar 913.000 ha

(Ditjen Perikanan Budi-daya, 2002). Jenis-jenis komoditas budidaya di tambak

masih didominasi oleh udang windu, sedangkan jenis lain adalah udang lain (non

windu) dan bandeng. Perkembangan luas areal pembudidayaan di pantai (tarnbak)

selama enam tahun (1994-2000) mengalami peningkatan ratarata 4,12%o yaitu

dari 326.908 ha pada tahun 1994 menjadi 4ll.n0 ha pada tahun 2000, sedangkan

produksinya mengalami peningkatan sebesar 4,06yo pertahun yaitu 346,21 ribu

ton pada tahun 1994 menjadi430,45 ton pada tahun 2000.

8

2.3.3 Budidaya Air Laut

Pelaksanaan kebijakan pengem-banganbudidaya laut dirintis sejak

diterbitkannyakeputusan Presiden RI No. 23 tahun 1982 danKeputusan Menteri

Pertanian No. 437 pada tahunyang sama yang mengatur tentang

pengembanganusaha budidaya laut. Dalam penerapannya usahabudidaya laut

yang berkembang pesat hanya padabudidaya kerang mutiara, rumput laut dan

kerapu.Potensi lahan dan perairan untuk pengembangan budidaya laut diperki-

rakan mencapai sekitar24.528. 178 ha (Ditjen Perikanan Budidaya, 2002),dengan

rencana pengembangan208.365 ha dengankomoditas kakap, kerapu, tiram

mutiara, teripang,abalone dan rumput laut. Lahan yang bisadigunakan untuk

budidaya laut dan pantai yaitu (a)pantai, (b) pasang surut (intertidat), (c)

sublitoral,(d) kolom permukaan air, (e) mid-water, (f) dasarperairan (sea bed).

Peningkatan produksi selamaperiode tahvn 1999-2000 meningkat 8,98o/o

yaintdari 135,97 ribu ton tahun 1999 menjadi 148,18ribu ton tahun 2000,

sedangkan luas areal selamaperiode tahun 1999-2000 mengalami

peningkatan3,74yo yaitu dari 374.000 ha tahun 1999 menjadi388.000 ha tahun

2000.

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Kegiatan Budidaya Ikan

2.4.1 Faktor Independen

Faktor independen adalah faktor-faktor yangumunmya tidak dipe-ngaruhi

oleh faktor-faktorlain. Faktor-faktor tersebut adalah:

1. Lingkungan

Ciri-ciri fisik lingkungan yang penting bagi pengembangan budidaya

perikanan sangatbergantung kepada ketersediaan dan kecocokanfisik dari areal

untuk pengembangan budidaya perikanan yaitu:

a. Tersedianya lahan;

b. Topografi dan elevasi lahan;

c. Sifat-sifat tanah, teristimewa komposisi, tekstur dan kemampuan

menahan air, sifat oseanografiperairan;

d. Frekuensi, jumlahdan disfiibusi hujan;

e. Mutu, kuantitas, ketersediaan dan aksesibilitas air

9

f. Kondisi cuaca, seperti suhu, laju penguapan,perubahan musim,

frekuensi topan dan lamanya

g. Kualitas dan kuantitas populasi;

h. Akses ke suplai danpasar.

2. Faktor Manusia

Faktor manusia meliputi sikap, adat istiadat dangaya hidup dari warga,

stabilitas dan kekuatanekonomi serta politik dari pemerintah. Faktorfaktorini

beragam dan kompleks, contohnya:

a) Sikap dan keterampilan produsen relatif terhadapmengadopsi tekno-logi

dan modal untukditanamkan dalam produksi;

b) Perminataan pasar, sikap konsu-men, daya beli;Kemauan dan

kemampuan pemerintah melengkapiprasarana, kredit dan sebagainya

c) Kemampuan lembaga pemerintah melengkapisistem dukungan pela-

yanan bagi pengembanganbudidaya perikanan antara lainpelatihan bagi

profesional, penelitian gunamengembangkan teknologi baru, dan

penyuluhan

3. Faktor Dependen

Faktor dependen adalah faktor-faktor yang dipengaruhi oleh faktor-faktor

lainnya. Faktorfaktortersebut ialah wadah budidaya ikan, inputhara, spesies ikan,

dan teknologi. Wadah budidaya ikanseperti tambak,kolam, keramba dan

sebagainya sangat dipengaruhioleh faktor lingkungan fisik dan manusia misalnya:

a) Kolam lebih cocok di daerah lahan pegunungan

b) Keramba jaring apung dikembang-kan di perairanwaduk dan laut

Input hara berupa pupuk dan pakantergantung kualitas dan kuan-titasnya

pada faktor lingkungan fisik, misalnya: unsur ramuan pakan tidak dapat

diproduksi dimana lingkungan fisiktidak cocok bagi produksinya. Spesies

ikan yang dibudidayakan sangattergantung dari faktor-faktor spesifik tiap

spesiesmisalnya: Tilapia tidak cocok dibudidayakan padasaat suhu rendah

di bawah 200C. Teknologi yang menggunakan karamba jaringapung

menuntut pem-berian pakan yang intensif.

10

2.5 Parameter Budidaya Ikan

2.5.1 Suhu

Suhu merupakan parameter lingkunganyang sangat besar pengaruhnya pada

hewanakuatik. Ikan merupakan hewanpoikilothermal yaitu hewan yang

memilikisuhu tubuh yang sama dengan suhulingkungan sekitarnya. Suhu

sangatdipengaruhi oleh radiasi sinar matahari. Olehkarena itu, setiap spesies

hewan akuatikmemiliki suhu optimal untuk pertumbuhannya.Suhu mempengaruhi

kelarutan oksigendi dalam air serta menyebabkan interaksiberbagai faktor lain

dalam parameter kualitasair. Hasil pengamatan suhu air pada kolambudidaya ikan

sidat selama penelitianmenggunakan alat ukur thermometer air.Pengukuran suhu

dilakukan tiga hari sekalidalam setiap minggunya yaitu pada pagi,siang, dan sore

hari. Data suhu air disajikanpada diagram berikut.

Hasil penelitian menunjukan bahwa suhu air tertinggi terjadi pada kolam A

(biofilter tanaman selada) sebesar 26,22 ºC dan pada kolam B (biofilter tanaman

sawi) sebesar 26,11 ºC. Suhu air pada kolam A dan B terjadi kenaikan, setelah air

mengalami proses filtrasipada biofiltering. Hal ini, dikarenakan adaanya peran

sistem resirkulasi dan biofilter dalam menjaga suhu air yang semula rendah

setelah melalui sistem resirkulasi yaitu air digerakan oleh pomba air dan

memasuki proses biofiltrasi maka terjadi gesekan mekanis antara partikel air,

media tanam dan akar tanaman sehingga suhu air dalam kolam dapat meningkat

dan cenderung lebih konstan. Kisaran suhu air tersebut, masih dapat ditolerir bagi

kelangsungan hidup ikan sidat, namun untuk pertumbuhan suhu air tersebut belum

11

berada pada kisaran yang optimal. Menurut Amri (2003), suhu air optimal bagi

pertumbuhan ikan sidat adalah 29°C. Hal ini disebabkan, saat penelitian intensitas

cahaya matahari sangat rendah dikarena cuaca pada saat penelitian curah hujan

cukup tinggi sehingga sangat mempengaruhi suhu air kolam budidaya ikan sidat.

Suhu air bagi kelangsungan hidup ikan mempengaruhi proses-proses fisiologis

seperti tingkat respirasi, efisiensi pakan, pertumbuhan, tingkah laku dan

reproduksi.

2.5.2 DO atau Oksigen Terlarut

Oksigen terlarut adalah oksigen dalambentuk terlarut didalam air karena ikan

tidakdapat mengambil oksigen dalam perairansecara difusi langsung dari udara

(Gusrina,2008). Tingkat konsumsi oksigen ikanbervariasi tergantung pada suhu,

konsentrasioksigen terlarut, ukuran ikan, tingkat aktivitas,waktu setelah pemberian pakan

dan lainsebagainya. Tingkat metabolisme jugabervariasi antar spesies dan dibatasi

olehrendahnya kandungan oksigen yang tersedia.Pada umumnya, ikan kecil

akanmengkonsumsi oksigen per berat badan lebihbanyak dibandingkan ikan besar dari

satuspesies.Hasil pengukuran kadar Oksigen terlarutdalam air pada kolam A dan B

denganmenggunakan Oxymeter selama penelitiandisajikan pada gambar berikut.

Dari diagram diatas dapat diketahui bahwa kandungan oksigen terlarut tertinggi

setelah proses biofiltrasi pada kolam A yaitu sebesar 8,4 ppm dan pada kolam B sebesar

8,00 ppm. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh sintesa tumbuhan pada sistem

resirkulasi terhadap kandungan oksigen terlarut dalam air. Kandungan oksigen terlarut

yang ideal di dalam air untuk budidaya ikan tidak boleh <3,00 mg/l karena dapat

menyebabkan kematian organisme air (SNI

12

7550, 2009). Secara umum, ikan di daerah panas lebih toleran terhadap kandungan

oksigen yang rendah dibandingkan dengan ikan di daerah dingin. Konsentrasi minimum

oksigen terlarut untuk ikan di daerah tropis adalah 5 mg/L sedangkan untuk ikan di

daerah dingin maupun ikan laut adalah 6 mg/L.

2.6 Penyakit Pada Budidaya Ikan

TAUxm et al . (2004) mendeskripsikan masingmasing kelompok penyakit

yang berpotensi mengganggu kelancaran usaha budidaya ikan. Secara umum,

penyakit ikan dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu penyakit infeksius

(parasit, jamur, bakteri dan virus) dan non-infeksius (lingkungan, nutrisi dan

genetis) .

2.6.1 Penyakit infeksius

Parasit

Secara umum, infeksi patogen parasitikjarang mengakibatkan wabah

penyakit yangsporadis ; namun pada intensitas penyeranganyang sangat tinggi dan

areal yang terbatas, hat itubisa saja terjadi . Akibat yang ditimbulkan olehinfeksi

patogen parasitik secara ekonomis cukupmerugikan ; selain dapat mengakibatkan

kematian,juga dapat menurunkan bobot, performance sertamenurunkan ketahanan

tubuh ikan, sehingga seringdimanfaatkan sebagai jalan masuk (port of entry)bagi

infeksi sekunder oleh patogen lain sepertijamur, bakteri dan virus . Secara garis

besar infeksioleh patogen parasitik dibagi dalam dua kelompok, yaitu : protozoa

dan metazoa, termasuk di dalamnyagolongan internal dan eksternal parasitik .

Protozoa

Beberapa jenis protozoa parasitik yang umummenginfeksi dan

menimbulkan kerugian signifikan pada budidaya ikan air tawar di Indonesia,

antara lain : Ichthyopthirius multiliis, Trichodina spp. Dan Trichodinella spp. atau

umum disebut "penyakit gatal", Tetrahymena spp., Costia neca:rix atau

Ichthyobodo necator, Oodinium spp ., Epistylis spp., Myxobolus spp. atau "bintil

putih", dan Myxosoma spp atau "gembil" . Salah satu jenis parasit dari kelompok

protozoa yang paling sering menjadi kendala pada budidaya ikan air tawar adalah

Ichthyophthirius multifiliis atau biasa disebut "Ich" atau "penyakit bintik putih .

13

Metazoa

Parasit dari golongan metazoa yang sering dilaporkan menginfeksi dan

menimbulkan kerugian signifikan pada budidaya air tawar di Indonesia,

antara lain : Monogenetic trematod (Dactylogyrus spp., Cichlidogyrus spp.,

Gyrodactylus spp., Quadriacanthus sp.), Cestoda, Nematoda, Argulus sp.

(Brachiura), Ergasilus sp. (Copepoda), Lernaea sp. (Copepoda), Alitropus typus

(Isopoda), Jamur Infeksi jamur pada budidaya ikan umumnya merupakan infeksi

sekunder, meskipun ada beberapa jenis jamur yang bersifat obligate parasite

seperti Aphanomycosis . Jenis penyakit jamur yang sering dilaporkan menjadi

kendala pada budidaya ikan air tawar adalah dari famili saprolegniaceae

(Saprolegnia sp. dan Achlya sp .) .

Bakteri

Penyakit bakterial merupakan jenis penyakit yang banyak dilaporkan

sebagai penyebab kegagalan usaha perikanan . Jenis jenis penyakit yang

disebabkan oleh bakteri antara lain "penyakit merah" akibat infeksi bakteri

Aeromonas- Pseudomonas, "penyakit luka kulit, sirip dan insang" akibat bakteri

Flavobacterium columnare, penyakit tuberculosis disebabkan oleh bakteri

Mycobacterium spp dan penyakit Streptococciasis, penyakit ini

disebabkan oleh bakteri gram positif, Streptococcus spp. Kasus penyakit ikan

akibat infeksi patogen bakterial masih sering terjadi dengan intensitas yang

variatif, dan umumnya pembudidaya masih mengandalkan antibiotik sebagai

"magic bullet" untuk melawan penyakit bakterial .

Virus

Koi hervest virus (KHV) merupakan penyakit viral yang paling serius dan

sporadis pada budidaya ikan air tawar di Indonesia. Wabah KHV terus berlanjut

hingga kini, kondisi ini sangat meresahkan pembudidaya ikan mas dan koi,

termasuk pelaku usaha lainnya yang terkait dengan pembudidayaan kedua jenis

ikan tersebut . Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dan stakeholders,

seperti: pembentukan posko penanggulangan wabah, sosialisasi status penyakit,

pelatihan, sarasehan, penyaluran bantuan, dan lain-lain . Oleh karena itu, definisi

kasus infeksi KHV yang relatif konsisten disederhanakan menjadi 3 point, yaitu :

1 . Hanya menginfeksi ikan mas dan koi .

14

2. Insang berwarna pucat, terdapat bercak putih (white patch) pada filamen insang

dan akhimya membusuk (gill necrosis) .

3 . Terjadi kematian massal dalam tempo singkat (1 - 7 hari) .

2.6.2 Penyakit Non-Infeksi

Penyakit Akibat Lingkungan

Penyakit ikan akibat faktor lingkungan sering mengakibatkan kerugian

yang serius, karena kematian yang terjadi berlangsung sangat singkat dan

umumnya mematian seluruh populasi ikan . Kasus penyakit tersebut misalnya

kematian massal ikan di waduk akibat umbalan (up welling), keracunan akibat

peledakan (blooming) populasi plankton, keracunan pestisida/limbah industri/

bahan kimia lainnya, dan lain-lain . Dalam konteks budidaya ikan pada lahan dan

air terbatas, maka penyakit akibat faktor lingkungan yang mungkin terjadi akan

lebih kompleks . Oleh karena itu, pada tulisan ini hanya dibahas beberapa

penyebab yang lebih dominan .

Ikan Tercekik

Kekurangan oksigen terlarut, sering menjadi masalah pada budidaya ikan,

baik di kolam maupun di perairan umum (karamba jaring apung) . Kondisi ini

umumnya terjadi menjelang pagi hari di perairan yang memiliki populasi

fitoplankton tinggi, atau pada saat tekanan atmosfir rendah dibarengi dengan tidak

ada cahaya matahari karena tertutup awan dalam tempo yang cukup lama.

Keracunan Nitric

Keracunan nitrit atau methemoglobinemia atau penyakit darah coklat

adalah penyakit yang disebabkan oleh konsentrasi nitrit yang tinggi di dalam air.

Sumber nitrit terutama berasal dari hasil metabolisme protein pakan oleh ikan .

Unsur nitrogen yang dihasilkan oleh tubuh ikan adalah ammonia. Pada saat

ammonia dilepas ke air, selanjutnya akan dioksidasi oleh bakteri Nitrosomonas

yang mampu merubah ammonia menjadi nitrit . Nitrit selanjutnya akan dioksidasi

menjadi nitrat oleh bakteri Nitrobacter . Apabila pakan ikan terlalu intensif atau

Nitrobacter kurang efisien dan efektif mengoksidasi nitrit menjadi nitrat, maka

konsentrasi nitrit akan meningkat dan selanjutnya menjadi masalah bagi ikan .

Nitrit akan bersifat toksik bagi ikan pada konsentrasi 0,5 ppm .

15

2.6.3 Penyakit Malnutrisi

Defisiensi vitamin C merupakan penyakit yang umum terjadi, akibat yang

paling populer adalah "broken back syndrome" seperti scoliosis dan lordosis .

Vitamin C sangat berperan dalam (1) proses osifikasi atau konversi dari tulang

rawan menjadi tulang sejati, (2) sebagai co-enzim reaksi biokimia dalam tubuh,

(3) meningkatkan ketahanan tubuh (imunitas) terhadap penyakit infeksius, (4)

mencegah pengaruh negatif akibat gangguan lingkungan atau stres, serta (5)

mempercepat proses penyembuhan luka . Selain kelima manfaat tersebut,

penambahan vitamin C diatas kebutuhan normal juga terbukti dapat menunjang

kesehatan ikan mulai dari perkembangan telur hingga dewasa, serta berperan

positif bagi pertumbuhan ikan .

2.6.4 Penyakit Genetis

Penyakit akibat faktor genetik sangat jarang dilaporkan, meskipun secara

aktual merupakan penyebab yang kompleks pada usaha budidaya ikan.

Perkawinan sekerabat (in breeding) yang berlangsung terus menerus akan

berdampak penurunan variasi genetik dalam tubuh ikan, dan dampak yang terlihat

antara lain : (1) pertumbuhan yang lambat (kuntet) dan variasi ukuran yang luas

(blantik), (2) lebih sensitif terhadap infeksi patogen, (3) organ tubuh invalid,

seperti operkulum yang tidak tertutup sempurna, tubuh bengkok atau tidak

memiliki salah satu sirip, (4) dan lain-lain .

2.7 Pengendalian Penyakit Pada Budidaya Ikan Air

Sebagaimana dijelaskan pada Penyakit Ikan dan Konsep Pengendaliannya

untuk mencapai kondisi yang harmonis antar tiga bioekosistem (inang, patogen

dan lingkungan), dapat dilakukan melalui pendekatan terhadap masing-masing

komponen dan harus dilakukan secara terintegrasi :

2.7.1 Ikan Yang Prima (Pendekatan Inang)

Untuk mendapatkan inang yang sehat, maka upaya harus dimulai dari

seleksi terhadap benih ikan yang dihasilkan dari induk yang berkualitas.

Biasanya cukup sulit untuk merunut sejarali dari calon-calon ikan yang hendak

dipelihara, kecuali kegiatan budidaya ikan mulai dari sub-unit usaha perbenihan

hingga pembesaran dilakukan dalam satu unit. Namun secara umum, benih ikan

16

yang berkualitas dicirikan oleh penampakan yang sempurna (tidak invalid),

ukuran relatif seragam, warna cerah dan bersih, gerakan aktif dan agresif terhadap

pakan yang diberikan, serta responsif terhadap rangsangan dari luar. Status

kesehatan ikan yang selalu dalam kondisi prima, merupakan prasyarat untuk

mampu mengeliminasi kehadiran patogen yang hendak menginfeksi tubuhnya .

Hal tersebut dapat dicapai melalui pemberian pakan yang berkualitas dalam

jumlah yang mencukupi serta kondisi kualitas air yang baik . Di dalam tubuh ikan

sendiri, pada dasarnya telah ada sistem pertahanan tubuh baik yang bersifat

spesifik maupun non-spesifik, namun level protektifnya sangat rendah sehingga

perlu dirangsang/diinduksi dari luar .

2.7.2 Lingkungan Yang Nyaman (Pendekatan Lingkungan)

Lingkungan yang berpengaruh terhadap budidaya ikan terbagi dalam 2

bagian besar yaitu lingkungan luar (eksternal) dan lingkungan dalam (internal) .

Lingkungan internal kolam berkaitan dengan sanitasi dan manajemen budidaya

yang menghasilkan limbah internal seperti amonia dan nitrit yang sangat toksik

bagi ikan . Limbah internal dapat berasal dari sisa pakan, feces, plankton yang

mati, ikan mati dan lain-lain

2.7.3 Biosecurity (Pendekatan Patogen)

Konsep ini pada prinsipnya lebih difokuskan pada upaya mencegah masuk

dan menyebarnya patogen virulen pada unit budidaya. Kondisitersebut dapat

dilakukan melalui teknik (1) mencegah terjadinya penyakit, (2) pemantauan

penyakit secara berkala, dan (3) eradikasi patogen.

2.8 Tingkat Penerapan Teknologi Budidaya Perikanan

Tingkat pembudidayaan perikanan biasanya diklasifikasikan atas cara

ekstensifatau intensif didasarkan pada tipe dan kuantitas pakan yang digunakan

untuk merangsang produksi. Pembudidayaan tingkat ekstensif umurnnya

berkaitan dengan tingginya kuantitas dari input pakan. Intensitas pembudidayaan

ikan umumnya ditingkatkan tahap demi tahap, dengan cara mulamula

meningkatkan padat penebaran dan ditingkatkan sebanding dengan input kuantitas

dan kualitas hara diikuti oleh modifftasi-modifikasi lingkungan guna

mengimbangi masalah-masalah yang timbul.

17

Perkembangan pertumbuhan ikan yang dibudidayakan sangat ditentukan

oleh:

a. Mutu pakan yang tersedia;

b. Jumlah pakan;

c. Frekuensi pemberianpakan;

d. Temperatur;

e. Stabilitas mutu air dan minimum harian serta rata-tata;

f. Keefektifan sistem pembuangan limbah, metabolik secara biologi, fisik dan

atau mekanik;

g. Besaran dan frekuensi stres lingkungan terhadap spesies yang dibudidayakan;

h. Kesehatan spesies yang dibudi-dayakan;

i. Potensial genetik bagi pertum-buhan.

Berat rata-rata dan berat total dari setiap spesies yang dibudidayakan untuk

jangka waktu tertentu tergantung kepada: komposisi gizi dari pakan, perubahan

lingkungan, reproduksi, represi/penahanan, predasi/kebuasan, hama dan penyakit,

dan mortalitas. Macam-macam tingkat penerapan teknologi budidaya perikanan

adalah ekstensif, pemupukan ekstensif, pemupukan intensif, pemberian pakan

ekstensif, pemberian pakan intensif, dan pemberian pakan hiperintensif, dan

pemberian pakan

ulhahiperintensif

Ekstensif

Pada tingkat ektensif cirinya adalah:

Tidak ada hara yang ditambahkan untukmendorong dalam mensuplemen atau

menggantikanmakanan alami.

Desain dan kontruksi kolam sangat sederhana;

Pengontrolan atas kualitaslkuan-titas air sedikit,drainase air tidak sempurna;

Komposisi, jumlah dan ukuran dari spesies ikantidak ada ketentuan.

Contoh: kolam tradisional tanpa pemberian pakandan modifikasi lingkungan

Pemupukan Ekstensif

Pada tingkat pemupukan eksten-sif cirinya adalah:

Fotosintesis dan produksi makanan didorongoleh penambahan pupuk dalam

jumlah kecil

18

Lingkungan dimodifikasi sehingga cocokapabila dilakukan pemupuk-an

misalnyakedalaman air lebih tinggi;

Kualitas/kuantitas air dan penebar-an ikan tidakdikontrol dengan sempurna;

Komposisi, jumlah dan ukuran dari spesies ikantidak dikendalikan.

Contoh: kolam tradisional yang dipupuk seadanya.

Pemupukan Intensif

Pada tingkat pemupukan intensif cirinya adalah:

Fotosintesis dan produksi makanan didorongseperti pada "Pemupukan

Ekstensifl' tetapikualitas dan kuantitas pupuk memadai sehinggamencapai

respon produksi yang memadai

Lingkungan dimodifikasi sehinggapengeringanair dan pemanenan ikan dapat

sempurna dilakukan

Pengontrolan kualitas air tidak optimal

Komposisi spesies ikan tertentu, jumlah danukuran dari spesies ikan macam-

macam.

Contoh: penerapan budidaya polikultur di sawahtambak.

Produksi: 2 ton/ha

Unsur P biasanya menjadi faktor pembatas

2.9 Pemberian Pakan

2.9.1 Pemberian Pakan Ekstensif

Pada tingkat pemberian pakan ekstensif cirinyaadalah:

dengan kualitas dan kuan-titas kurang darioptimum ditam-bahkan bagi

konsumsi langsung ikan untuk mensuplemen pakan alami, nutrisi pakan

biasanya tidak komplit Pakan dan tidak seimbang

Lingkungan dimodifftasi sehinggapengeringan air dan pemanenan ikan dapat

dilakukan

Pengontrolan air (kualitas/kuan-titas) tidak sempurna;

Komposisi, ukuran spesies ikan serta jumlahnya dalam spesies ditentukan.

Contoh: Penerapan teknologi madya di tambak:

Padat tebar 60.000-150.000 ekor/hallvlT, ukuran benih tokolan (PL-32),

penebaran 2kali/th

19

Produktifitas 900-2.250 kg/ha/TvlT.

2.9.2 Pemberian Pakan Intensif

Pada pemberian pakan intensif cirinya adalah:

Pakan merupakan sumber giziutama, walaupunpakan alami juga penting,

pakan biasanyakomplit dan seimbang.

Lingkungan dimodifikasi sehinggapengeringanair dan pemanenan ikan dapat

dilakukan;

Kontrol mutu air ditingkatkan apabiladibandingkan dengan "Pemberian

PakanEkstensif' yaitu dengan adanya aerasi darurat,mutu air biasanya

kendalanya pada iklim;

Komposisi, ukuran spesies ikan serta jumlahnyadalam spesies ditentukan.

Contoh: Penerapan teknologi maju di tambak, keramba jaring apung

Padat tebar 150.000-300.000 ekor/hallr4T,ukuran benih tokolan (PL-32),

penebaran 2kali/th

Produktifitas 2.250 - 5.500 kg/hallvlT.

2.9.3 Pemberian Pakan hiperintensif

Pada pemberian pakan hiper-intensif cirinya adalah:

Pakan secara gizi komplit dan seimbang,kuantitas pakan cukup sehingga

dapatmenggantikan pakan alami

Mutu air dikelola secara kontinyu;

Lingkungan dimodifikasi dengan baik untukpenggantian air seba-gian atau

seluruhnya

Cahaya matahari (fotosintesis) sangat penting

Konhol kualitaslkuantitas air dilakukan secara kontinyu;

Ukuran dan jumlah spesies ikan ditentukan dan padat penebaran tinggi.

Contoh: Pemeliharaan ikan Z. aurea di kolam deras bisa menghasilkan 56 Kglm2,

pada pemeliharaan ikan dikolam dengan areasi produksi ikan lele Amerika bisa

mencapai 7 ton/ha dengan areasi 10m3/ha/unit.

2.9.4 Pemberian Pakan Ultrahiperintensif

Pada pemberian pakan ultrahi-perintensif cirinya adalah:

20

Mutu pakan seperti pada "Pembe-rian Pakan Hiperintensif' tetapi dalam

kuantitas yang lebih besar

Lingkungan budidaya bersifat buatan ke arah ekshim (misalnya tangki-

tangki) dengan modifikasi lingkungan komplit dengan ciri-ciri utama seperti

kontrol suhu, pembu-angan limbah metabolik, resirkula-si, aerasi, pemberian

pakan otomotik, pemantauan kualitas/ku-antitas mutu air konstan, kegagalan

dari salah satu komponen tertentu dari sistem akan mengakibatkan kematian

total dalam hitungan menit;

Komposisi, ukuran spesies ikan serta jumlahnya dalam spesies ditentukan.

Contoh: Fasilitas Pembenihan dan pembesaran kerapu (60x 80 m) di Gondol Bali

(Kerjasama BRKP dengan DIFTA Denmark), dapatmenghasilkan 650.000

fingerling ikan air laut per

tahun.

Berdasarkan potensial genetik-nya, ikandapat terus diperbaiki produksinya

dengan program

pemulihan yang terdiri dari seleksi dan hibridisasi. Kemajuan perbaikan mutu

genetik ikan sangat jelas terlihat peneraparlnya pada ikan salmon diNorwegia

mulai tahun 1970-an. Perbaikan mutu genetik ikan-ikan tropis dimulai awal tahun

1990.Sehu-bungan dengan pengembangan potensi

genetik ikan diperlukan kegiatan pengembangan plasma nutfah yang terdiri dari

inventarisasi,karakterisasi, evaluasi serta pemanfaatan plasmanutfah.

Pengembangan plasma nutfah suatu jents ikan didasarkan pada kriteria (a)

terancamnyasumberdaya genetik, (b) jenuhnya eksploitasi penangkapan, (c) perlu

dikembangkan biodiversitas,(d) mempunyai potensi genetik yang unggul, (e)

perlu dike-tahui spesiesnya karena cirimorfologis yang sulit dibedakan, (f) perlu

pengelolaanbersama dalam eksploitasi penangkapan.Jenis-jenis yang dipelajari

plasma nutfahnya untuk peningkatan teknologi budidaya diantaranya ikan mas,

botia, lele, patin, gurame, bandeng,napoleon, terubuk, layang, belida, danred

snapper.

21

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Dalam meningkatkan teknologi budidayaikan diperlukan penentuan

komoditas prioritas,penelaahan plas-ma nutfah, penguasaandomestikasi, program

pemuliaan (seleksi dan hibridisasi) serta pengembangan perbenihan

danpembesarannya. Peningkatan teknologi budidayatidak terlepas dari pembinaan

kelembagaankelompok pembudidaya untuk dapat berusahasecara ekonomis dan

menguntungkan.Kerjasama antara instansi pemerintah sepertiUPT Pengem-

bangan Budidaya, UPT Riset, BBIdan swasta sangat penting peranannya

dalammeningkatkan teknologi budldaya ikan. PemberdayaanBalai dan Loka

pengembanganBudidaya, perlu terus dikembangkan agar mampumemberikan

pendampingan teknologi sehinggabudidaya yang dikembangkan dapat diadopsi

olehpembudidaya ikan.

3.2 Saran

Pengembangan budidaya tidak terlepas dariupaya-upaya pelestarian usahanya

sehinggadiperlukan dukung-an dari kegiatan-kegiatanseperti perlindungan jenis

yang hampir punah,pengembangan pengelolaan suaka perikanan, pengaturan lalu

lintas plasma nutfah ikan,pengembangan perikanan berbasis masyarakat,

pengelolaan bersama penangkapan ikan, danpengembangan plasma nutfah.

Pengelolaanpengelolaantersebut di-kembangkan dalam bentukyang adaptif dan

berbasis masyarakat.

22

DAFTAR PUSTAKA

Fatuchri, M. (2002). Peningkatai\ teknologi budidaya perikanan, 2(2), 61–66.

Ikan, P., & Tawar, A. I. R. (2004). PENGUASAAN TEKNOLOGI BUDIDAYA

UNTUK, (1993), 109–115.

Ternak, J. P., Peternakan, F. P., & Malang, U. M. (2013). Analisis penerapan biofilter

dalam sistem resirkulasi terhadap mutu kualitas air budidaya ikan sidat .