BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar...
1
“SISTEM IMPLEMENTASI PADA KEGIATAN PEMBUDIDAYAAN IKAN”
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perikanan merupakan suatu kegiatan perekonomian, dimana manusia
mengusahakan sumberdaya alam perikanannya secara lestari guna mendapatkan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan umat manusia (Sofyan Ilyas
dan Fuad Cholik, 1992 : 152 dalam Dewayanti, 2003). Pembangunan sub sektor
perikanan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan dan petani ikan
menuju terwujudnya masyarakat adil dan makmur. Di Indonesia, menurut UU RI
no. 9/1985 dan UU RI no. 31/2004, kegiatan yang termasuk dalam perikanan
dimulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang
dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan
Pembangunan perikanan budidaya pada hakekatnya adalah upaya yang
sistematis dan terencana oleh seluruh pemangku kepentingan untuk mengubah
suatu kondisi perikanan budidaya menjadi lebih baik, melalui pemanfaatan
sumberdaya secara optimal, efektif , efisien dan akuntabel guna mewujudkan
kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.
Ikan merupakan hewan yang hidup di air yang menjadi salah satu dari sekian
banyak bahan makanan yang dibutuhkan manusia. Ikan sangat bermanfaat bagi
manusia sebab didalamnya terdapat bermacam zat yang dibutuhkan oleh tubuh
manusia (Apriadji, 2010). Selain itu apabila dibandingkan dengan sumber
penghasil protein lain seperti daging, susu, dan telur harga ikan relatif lebih murah
(Ranutinoyo, 2010). Mengingat pentingnya ikan bagi manusia, tak heran bila
manusia berusaha mendapatkan ikan dalam jumlah yang mencukupi, antara lain
dengan mengusahakan melakukan pencarian disumbernya yakni laut dan ada pula
yang memiliharanya dengan sebaik–baiknya yang lazim disebut dengan usaha
perikanan. Ikan yang pemeliharaannya di danau biasanya adalah ikan air tawar
yang pemeliharaannya secara keseluruhan dilakukan di dalam jaring tancap yang
telah disediakan oleh para pengusaha perikanan air tawar ini (Sukadi, 2002).
Salah satu cara melakukan analisis usaha Budidaya Perikanan yang bertujuan
untuk mengetahui gambaran secara jelas modal atau investasi yang diperlukan
2
untuk operasional suatu usaha kegiatan produksi tambak per musim tanam atau
dalam satu tahun. Secara garis besar petani atau pelaku usaha perikanan dapat
mengetahui penerimaan dan keuntungan yang diperoleh serta beberapa lama
kemungkinan modal investasi tersebut dapat dikembalikan (Adi, 2012), Metode-
metode penilaian investasi dalam analisis finansial bertujuan untuk melihat
seberapa layak suatu usaha dapat dijalankan. Melalui metode ini dapat diketahui
apakah suatu proyek layak untuk dilaksanakan dilihat dari aspek profitabilitas
komersialnya Kriteria analisis finansial yang akan digunakan sebagai acuan dalam
penentuan keputusan meliputi NPV (Net Present Value), ROI (Return on
Investment), BCR (benefit cost ratio), PBP (Pay Back Period) dan BEP (Break
Event Point), untuk kesesuaian ikan dengan lingkungan hal-hal yang perlu
diperhatikan meliputi suhu, kecerahan air, oksigen terlarut, pH air, dll (Frits,
2013) hal ini penting untuk menjadi parameter karena kondisi air merupakan
penentu apakan ikan dapat hidup dan pada suatu lokasi pembudidayaan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini:
1. Apa gagasan yang muncul perlunya pembudidayaan ikan?
2. Apa yang dimaksud ruang lingkup perikanan budidaya?
3. Apa Jenis-jinis habitat budidaya peikanan?
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi budidaya perikanan?
5. Perlukah adanya parameter budidaya?
6. Hambatan apa yang mempengaruhi perkembangan ikan?
7. Bagaimana cara mencegah terjadinya infeksi pada ikan?
8. Apa kaitannya teknologi terhadap budidaya perikanan?
9. Jenis tingkatan pemberikan pakanapa yang baik pada ikan budidaya?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari makalah ini:
1 Peningkatan budidaya produksi ikan.
2 Pembenihan ikan yang bertujuan untuk benih ikan yang baik.
3 Potensi lahan budidaya ikan yang baik dan benar.
4 Ciri-ciri fisk lingkungan budidaya perikanan
3
5 Penyakityang berpotensi mengganggu kelancaran usaha budidaya ikan.
6 cara ekstensifatau intensif didasarkan pada tipe dan kuantitas pakan yang
digunakan untuk merangsang produksi.
7 Tingkatan pemberian pakan yang baik.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah:
1. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai sistem implementasi
pada kegiatan pembudidayaan ikan.
2. Dapat digunakan sebagai referensi materi mengenai sistem implementasi
pada kegiatan pembudidayaan ikan.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistem Implementasi Ecolabelling Pada Pembudidayaan Ikan
Peningkatan produksi perikanan budidaya perlu diiringi dengan pengolahan
yang baik. Implementasi ecolabelling pada kegiatan budidaya memberikan
gagasan perlunya penggunaan bibit unggul serta penggunaan pakan organik,
sehingga peningkatan produksi budidaya diiringi dengan kualitas ikan budidaya
yang meningkat pula.
2.2 Ruang Lingkup Kegiatan Budidaya Perairan
2.2.1 Berdasarkan Segmentasi Atau Tahapan Usaha
2.2.1.1 Pembenihan Ikan
Pembenihan ikan adalah kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan benih
ikan. Kegiatanyang dilakukan dalam pembenihan ikan meliputi :
Manajemen induk
Perolehan induk yang digunakan dapat berasaldari hasil tangkapan alam atau
hasil budidayaPemeliharaan serta cara pemberian pakaninduk . Kualitas dan
kuantitas pakan yang diberikan merupakan faktor yang penting dan
mempunyaihubungan erat dengan kematangan gonad, jumlahtelur yang
diproduksi dan kualitas telur dan larvayang dihasilkan .Peningkatan kualitas benih
dilakukan melalui :
o Pemilihan strain
o Seleksi,
o Hybridisasi,persilanganantarayangberbedaatau yang sejenis dan
o Pemijahan strain yang tidak sedarah untukmenghindari inbreeding.
Pemijahan secara buatan atau alami, padapemijahan secara buatan, dilakukan
dengan carapenyuntikan hormon kedalam tubuh ikan betina .Telur dan sperma
ikan dikeluarkan dengan caramelirit abdomen ke arah genital ikan. Telur
dansperma yang keluar kemudian dicampurkan dalamwadah dan diaktifasi
menggunakan air. Telur yangtelah difertilisasi di inkubasikan dalam
wadahpenetas yang berbentuk corong, dalam hapa atauakuarium. Pada pemijahan
secara alami, indukikan dipasangkan dengan perbandingan 1 : 3tergantung spesies
5
. Telur yang diperoleh kemudiandipindahkan dan ditetaskan di dalam hapa atau
dikolam penetasan .
2.2.1.2 Pendederan Ikan
Pendederan ikan adalah kegiatan benih ikan yang mencapai ukuran tertentu
atau bertujuan untuk menghasilkan benih yang siap tebar ke wadah pembesaran.
Larva yang diperoleh setelah penetasan di biarkan sampai kuning telur habis,
biasanya 2 atau 3 hari, lalu diberikan pakan tambahan berupa artemia atau pakan
alami lainnya sampai berumur seminggu . Selanjutnya benih yang telah berumur 7
- 10 hari didederkan dalam kolam yang telah diberi pupuk organik atau anorganik
. Pendederan dilakukan selama 1 - 3 bulan, dengan tambahan pakan buatan dan
pemupukan susulan .
2.2.1.3 Pembesaran Ikan
Pembesaran ikan adalah kegiatan pemeliharaan ikan dalam jangka waktu
tertentu yang bertujuan untuk menghasilkan ikan berukuran konsumsi.
a) Pembesaran dengan sistem mono/polikultur
Polikultur, yaitu budidaya dengan menggabungkan berbagai jenis ikan yang
mempunyai kebiasaan makan yang berbeda. Pada lingkungan yang digunakan
untuk budidaya, pertumbuhan ikannya tidak dibatasi oleh limhah dari pakan
dan/atau biota . Biomas terbesar dari ikan yang dapat dihasilkan merupakan
kombinasi spesis yang dapat memanfaatkan kebiasaan makan. Penebaran ikan
melalui kebiasaan makan yang berbeda dapat dilakukan dengan meliharaan ikan
mas (pemakan benthic), nilem (pemakan peripithon), koan1grass carp (pemakan
herbivor) dalarn satu kolam . Monokultur, adalah budidaya ikan satu jenis dalam
satu wadah, jenis budidaya yang sering diantara lain budidaya nila jantan tunggal
kelamin, ikan mas, gurame atau ikan lainnya .
b) Sistem Akuaponik
Akuaponik merupakan budidaya ikan dengan sistem resirkulasi terpadu
dengan tanaman sayuran (resirkulasi plus) yang ditanam pada media filter yang
terdiri dari kerikil dan pasir. Akar sayuran akanmengambil unsur hara yang
dihasilkan dari sisa metabolisme dan sisa pakan ikan sehingga air yang tersaring
menjadi jernih dan kualitasnya meningkat, sementara itu tanaman sayuran tidak
lagi memerlukan pupuk karena telah tercukupi oleh sisa hasil metabolisme ikan
6
yang dipelihara. Bahan yang digunakan dalam penerapan akuaponik tidak banyak
berbeda dengan yang digunakan dalam hidroponik, bedanya akuaponik
memanfaatkan kolam ikan sebagai produsen sekaligus pemasok hara . Wadah dan
substrat tanaman yang biasa digunakan dalam hidroponik dimodifikasi
sedemikian rupa hingga dapat digunakan sebagai filter air kolam ikan dalam
penerapan akuaponik . Secara garis besar fasilitas yang digunakan dalam
penerapan akuaponik adalah kolam atau bak ikan, wadah filtrasi, pompa listrik
atau pompa vacum, dan intalasi pipa . Padat tebar ikan yang dipelihara dan cara
pemberian pakan inengikuti padat tebar anjuran untuk tiap spesies demikian juga
jarak tanam sayuran sesuai anjuran untuk tiap spesies .
Akuaponik dapat diterapkan mulai dari skala rumah tangga dihalaman rumah
sampai pada lahan yang luas sebagai usaha komersial . Sayuran yang ditanam
umumnya jenis yang tahan air seperti kangkung, salada, pokchai bahkan tomat
pun biasa, sedangkan ikan yang dipelihara ikan konsumsi maupun ikan hias . Bak
fiberglass, atau kolamhalaman, pompa akuarium atau pompa vaccum,pipa pvc,
dan rak filter dapat dipergunakan untukakuaponik skala rumah tangga di
perkotaan(integrated urban aquaculture). Akuaponik skalausaha komersial
memerlukan kolam ikan, pompacelup, rak filter, dan pipa pvc yang
dirancanguntuk operasional sistem budidaya ikan terpadu dipinggiran kota
(integrated suburban aquaculture) .Air dari wadah pemeliharaan ikan dialirkan
dengankecepatan aliran yang memungkinkan sisa pakandan kotoran ikan terbawa
kedalam pipa yangdiletakan searah lajur tanaman yang ditanam dalamsubstrat
filter. Gravitasi kemudian mengalirkan airdari filter kembali kedalam wadah
pemeliharaanikan . Filter merupakan lapisan kerikil dan pasiryang sekaligus
merupakan media tumbuh tanaman .Ketebalan pasir sebagai media tumbuh
disesuaikandengan sistem perakaran tanaman yang akanditanam. ikan dipanen
setelah mencapai ukurankonsumsi, antara 300-500 gram/ekor, yang dapatdicapai
selama masa pemeliharaan 4-6 bulan dariukuran tebar sekitar 50 gram/ekor.
Sayuran disemaiterlebih dahulu sebelum ditanam dalam substratfilter dan
kemudian bisa dipanen setelah berumur2-4 minggu. Dengan kata lain, pada setiap
kalipanen ikan dapat dilakukan lebih dari 5 kali panensayuran . Secara finansial,
7
biaya perneliharan ikandapat diimbangi oleh hasil panen sayuran sehinggapanen
ikan sepenuhnya merupakan keuntunganusaha .
2.3 Berdasarkan Habitat Atau Sumber Air Yang Di Gunakan
2.3.1 Budidaya Air Tawar
Potensi lahan budidaya kolam yang dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan di kolam tercatat 375.800 ha, dan potensi budidaya mina padi yang
dimungkinkan untuk budidaya ikan bersama padi (mina padi) mencapai 240.000
ha. Jenis-jenis komoditas ikan air tawar yang dapat dibudidayakan adalah ikan
mas, gurame, patin, arwana, nila, mola, tawes, sepat siam; tambakan, lele, udang
galah, sidat, belut, kodok lembu dan labi-labi. Perkembangan luas areal budidaya
kolam selama enam tahun (1994-2000) mengalami peningkatan rata-rata pertahun
sebesar 2,l9Yo y aint dari 60.892 ha pada tahun 1994 menjadi 68.690 ha pada
tahun 2000, karamba/jaing apung meningkat 53,1106 yaitu dari 15 ha tahun 1994
menjadi 5l ha tahun 2000, mina padi meningkat 0,440 yaitu dari 138.277 ha tahun
1994 menjadi 141.270 ha tahun 2000. Perkembangan produksi perikan-an
budidaya kolam selama enam tahun (1994-2000) mengalami peningkatan rata-rata
pertahun 4,57o/o yaitu 140,10 ribu ton tahun 1994 menjadi 181,84 ribu ton pada
tahun 2000, mina padi meningkat 6,66yo yaitu dari 78,20 ribu ton tahun 1994
menjadi 100,33 ribu ton tahun 2000, jaring apung meningkat 35,86% yaitu dari
33,01 ribu ton tahun 1994 menjadi 65,50 ribu ton tahun 2000.
2.3.2 Budidaya Air payau
Potensi lahan untuk pembudi-dayan di pantai (tambak) sebesar 913.000 ha
(Ditjen Perikanan Budi-daya, 2002). Jenis-jenis komoditas budidaya di tambak
masih didominasi oleh udang windu, sedangkan jenis lain adalah udang lain (non
windu) dan bandeng. Perkembangan luas areal pembudidayaan di pantai (tarnbak)
selama enam tahun (1994-2000) mengalami peningkatan ratarata 4,12%o yaitu
dari 326.908 ha pada tahun 1994 menjadi 4ll.n0 ha pada tahun 2000, sedangkan
produksinya mengalami peningkatan sebesar 4,06yo pertahun yaitu 346,21 ribu
ton pada tahun 1994 menjadi430,45 ton pada tahun 2000.
8
2.3.3 Budidaya Air Laut
Pelaksanaan kebijakan pengem-banganbudidaya laut dirintis sejak
diterbitkannyakeputusan Presiden RI No. 23 tahun 1982 danKeputusan Menteri
Pertanian No. 437 pada tahunyang sama yang mengatur tentang
pengembanganusaha budidaya laut. Dalam penerapannya usahabudidaya laut
yang berkembang pesat hanya padabudidaya kerang mutiara, rumput laut dan
kerapu.Potensi lahan dan perairan untuk pengembangan budidaya laut diperki-
rakan mencapai sekitar24.528. 178 ha (Ditjen Perikanan Budidaya, 2002),dengan
rencana pengembangan208.365 ha dengankomoditas kakap, kerapu, tiram
mutiara, teripang,abalone dan rumput laut. Lahan yang bisadigunakan untuk
budidaya laut dan pantai yaitu (a)pantai, (b) pasang surut (intertidat), (c)
sublitoral,(d) kolom permukaan air, (e) mid-water, (f) dasarperairan (sea bed).
Peningkatan produksi selamaperiode tahvn 1999-2000 meningkat 8,98o/o
yaintdari 135,97 ribu ton tahun 1999 menjadi 148,18ribu ton tahun 2000,
sedangkan luas areal selamaperiode tahun 1999-2000 mengalami
peningkatan3,74yo yaitu dari 374.000 ha tahun 1999 menjadi388.000 ha tahun
2000.
2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Kegiatan Budidaya Ikan
2.4.1 Faktor Independen
Faktor independen adalah faktor-faktor yangumunmya tidak dipe-ngaruhi
oleh faktor-faktorlain. Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Lingkungan
Ciri-ciri fisik lingkungan yang penting bagi pengembangan budidaya
perikanan sangatbergantung kepada ketersediaan dan kecocokanfisik dari areal
untuk pengembangan budidaya perikanan yaitu:
a. Tersedianya lahan;
b. Topografi dan elevasi lahan;
c. Sifat-sifat tanah, teristimewa komposisi, tekstur dan kemampuan
menahan air, sifat oseanografiperairan;
d. Frekuensi, jumlahdan disfiibusi hujan;
e. Mutu, kuantitas, ketersediaan dan aksesibilitas air
9
f. Kondisi cuaca, seperti suhu, laju penguapan,perubahan musim,
frekuensi topan dan lamanya
g. Kualitas dan kuantitas populasi;
h. Akses ke suplai danpasar.
2. Faktor Manusia
Faktor manusia meliputi sikap, adat istiadat dangaya hidup dari warga,
stabilitas dan kekuatanekonomi serta politik dari pemerintah. Faktorfaktorini
beragam dan kompleks, contohnya:
a) Sikap dan keterampilan produsen relatif terhadapmengadopsi tekno-logi
dan modal untukditanamkan dalam produksi;
b) Perminataan pasar, sikap konsu-men, daya beli;Kemauan dan
kemampuan pemerintah melengkapiprasarana, kredit dan sebagainya
c) Kemampuan lembaga pemerintah melengkapisistem dukungan pela-
yanan bagi pengembanganbudidaya perikanan antara lainpelatihan bagi
profesional, penelitian gunamengembangkan teknologi baru, dan
penyuluhan
3. Faktor Dependen
Faktor dependen adalah faktor-faktor yang dipengaruhi oleh faktor-faktor
lainnya. Faktorfaktortersebut ialah wadah budidaya ikan, inputhara, spesies ikan,
dan teknologi. Wadah budidaya ikanseperti tambak,kolam, keramba dan
sebagainya sangat dipengaruhioleh faktor lingkungan fisik dan manusia misalnya:
a) Kolam lebih cocok di daerah lahan pegunungan
b) Keramba jaring apung dikembang-kan di perairanwaduk dan laut
Input hara berupa pupuk dan pakantergantung kualitas dan kuan-titasnya
pada faktor lingkungan fisik, misalnya: unsur ramuan pakan tidak dapat
diproduksi dimana lingkungan fisiktidak cocok bagi produksinya. Spesies
ikan yang dibudidayakan sangattergantung dari faktor-faktor spesifik tiap
spesiesmisalnya: Tilapia tidak cocok dibudidayakan padasaat suhu rendah
di bawah 200C. Teknologi yang menggunakan karamba jaringapung
menuntut pem-berian pakan yang intensif.
10
2.5 Parameter Budidaya Ikan
2.5.1 Suhu
Suhu merupakan parameter lingkunganyang sangat besar pengaruhnya pada
hewanakuatik. Ikan merupakan hewanpoikilothermal yaitu hewan yang
memilikisuhu tubuh yang sama dengan suhulingkungan sekitarnya. Suhu
sangatdipengaruhi oleh radiasi sinar matahari. Olehkarena itu, setiap spesies
hewan akuatikmemiliki suhu optimal untuk pertumbuhannya.Suhu mempengaruhi
kelarutan oksigendi dalam air serta menyebabkan interaksiberbagai faktor lain
dalam parameter kualitasair. Hasil pengamatan suhu air pada kolambudidaya ikan
sidat selama penelitianmenggunakan alat ukur thermometer air.Pengukuran suhu
dilakukan tiga hari sekalidalam setiap minggunya yaitu pada pagi,siang, dan sore
hari. Data suhu air disajikanpada diagram berikut.
Hasil penelitian menunjukan bahwa suhu air tertinggi terjadi pada kolam A
(biofilter tanaman selada) sebesar 26,22 ºC dan pada kolam B (biofilter tanaman
sawi) sebesar 26,11 ºC. Suhu air pada kolam A dan B terjadi kenaikan, setelah air
mengalami proses filtrasipada biofiltering. Hal ini, dikarenakan adaanya peran
sistem resirkulasi dan biofilter dalam menjaga suhu air yang semula rendah
setelah melalui sistem resirkulasi yaitu air digerakan oleh pomba air dan
memasuki proses biofiltrasi maka terjadi gesekan mekanis antara partikel air,
media tanam dan akar tanaman sehingga suhu air dalam kolam dapat meningkat
dan cenderung lebih konstan. Kisaran suhu air tersebut, masih dapat ditolerir bagi
kelangsungan hidup ikan sidat, namun untuk pertumbuhan suhu air tersebut belum
11
berada pada kisaran yang optimal. Menurut Amri (2003), suhu air optimal bagi
pertumbuhan ikan sidat adalah 29°C. Hal ini disebabkan, saat penelitian intensitas
cahaya matahari sangat rendah dikarena cuaca pada saat penelitian curah hujan
cukup tinggi sehingga sangat mempengaruhi suhu air kolam budidaya ikan sidat.
Suhu air bagi kelangsungan hidup ikan mempengaruhi proses-proses fisiologis
seperti tingkat respirasi, efisiensi pakan, pertumbuhan, tingkah laku dan
reproduksi.
2.5.2 DO atau Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut adalah oksigen dalambentuk terlarut didalam air karena ikan
tidakdapat mengambil oksigen dalam perairansecara difusi langsung dari udara
(Gusrina,2008). Tingkat konsumsi oksigen ikanbervariasi tergantung pada suhu,
konsentrasioksigen terlarut, ukuran ikan, tingkat aktivitas,waktu setelah pemberian pakan
dan lainsebagainya. Tingkat metabolisme jugabervariasi antar spesies dan dibatasi
olehrendahnya kandungan oksigen yang tersedia.Pada umumnya, ikan kecil
akanmengkonsumsi oksigen per berat badan lebihbanyak dibandingkan ikan besar dari
satuspesies.Hasil pengukuran kadar Oksigen terlarutdalam air pada kolam A dan B
denganmenggunakan Oxymeter selama penelitiandisajikan pada gambar berikut.
Dari diagram diatas dapat diketahui bahwa kandungan oksigen terlarut tertinggi
setelah proses biofiltrasi pada kolam A yaitu sebesar 8,4 ppm dan pada kolam B sebesar
8,00 ppm. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh sintesa tumbuhan pada sistem
resirkulasi terhadap kandungan oksigen terlarut dalam air. Kandungan oksigen terlarut
yang ideal di dalam air untuk budidaya ikan tidak boleh <3,00 mg/l karena dapat
menyebabkan kematian organisme air (SNI
12
7550, 2009). Secara umum, ikan di daerah panas lebih toleran terhadap kandungan
oksigen yang rendah dibandingkan dengan ikan di daerah dingin. Konsentrasi minimum
oksigen terlarut untuk ikan di daerah tropis adalah 5 mg/L sedangkan untuk ikan di
daerah dingin maupun ikan laut adalah 6 mg/L.
2.6 Penyakit Pada Budidaya Ikan
TAUxm et al . (2004) mendeskripsikan masingmasing kelompok penyakit
yang berpotensi mengganggu kelancaran usaha budidaya ikan. Secara umum,
penyakit ikan dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu penyakit infeksius
(parasit, jamur, bakteri dan virus) dan non-infeksius (lingkungan, nutrisi dan
genetis) .
2.6.1 Penyakit infeksius
Parasit
Secara umum, infeksi patogen parasitikjarang mengakibatkan wabah
penyakit yangsporadis ; namun pada intensitas penyeranganyang sangat tinggi dan
areal yang terbatas, hat itubisa saja terjadi . Akibat yang ditimbulkan olehinfeksi
patogen parasitik secara ekonomis cukupmerugikan ; selain dapat mengakibatkan
kematian,juga dapat menurunkan bobot, performance sertamenurunkan ketahanan
tubuh ikan, sehingga seringdimanfaatkan sebagai jalan masuk (port of entry)bagi
infeksi sekunder oleh patogen lain sepertijamur, bakteri dan virus . Secara garis
besar infeksioleh patogen parasitik dibagi dalam dua kelompok, yaitu : protozoa
dan metazoa, termasuk di dalamnyagolongan internal dan eksternal parasitik .
Protozoa
Beberapa jenis protozoa parasitik yang umummenginfeksi dan
menimbulkan kerugian signifikan pada budidaya ikan air tawar di Indonesia,
antara lain : Ichthyopthirius multiliis, Trichodina spp. Dan Trichodinella spp. atau
umum disebut "penyakit gatal", Tetrahymena spp., Costia neca:rix atau
Ichthyobodo necator, Oodinium spp ., Epistylis spp., Myxobolus spp. atau "bintil
putih", dan Myxosoma spp atau "gembil" . Salah satu jenis parasit dari kelompok
protozoa yang paling sering menjadi kendala pada budidaya ikan air tawar adalah
Ichthyophthirius multifiliis atau biasa disebut "Ich" atau "penyakit bintik putih .
13
Metazoa
Parasit dari golongan metazoa yang sering dilaporkan menginfeksi dan
menimbulkan kerugian signifikan pada budidaya air tawar di Indonesia,
antara lain : Monogenetic trematod (Dactylogyrus spp., Cichlidogyrus spp.,
Gyrodactylus spp., Quadriacanthus sp.), Cestoda, Nematoda, Argulus sp.
(Brachiura), Ergasilus sp. (Copepoda), Lernaea sp. (Copepoda), Alitropus typus
(Isopoda), Jamur Infeksi jamur pada budidaya ikan umumnya merupakan infeksi
sekunder, meskipun ada beberapa jenis jamur yang bersifat obligate parasite
seperti Aphanomycosis . Jenis penyakit jamur yang sering dilaporkan menjadi
kendala pada budidaya ikan air tawar adalah dari famili saprolegniaceae
(Saprolegnia sp. dan Achlya sp .) .
Bakteri
Penyakit bakterial merupakan jenis penyakit yang banyak dilaporkan
sebagai penyebab kegagalan usaha perikanan . Jenis jenis penyakit yang
disebabkan oleh bakteri antara lain "penyakit merah" akibat infeksi bakteri
Aeromonas- Pseudomonas, "penyakit luka kulit, sirip dan insang" akibat bakteri
Flavobacterium columnare, penyakit tuberculosis disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium spp dan penyakit Streptococciasis, penyakit ini
disebabkan oleh bakteri gram positif, Streptococcus spp. Kasus penyakit ikan
akibat infeksi patogen bakterial masih sering terjadi dengan intensitas yang
variatif, dan umumnya pembudidaya masih mengandalkan antibiotik sebagai
"magic bullet" untuk melawan penyakit bakterial .
Virus
Koi hervest virus (KHV) merupakan penyakit viral yang paling serius dan
sporadis pada budidaya ikan air tawar di Indonesia. Wabah KHV terus berlanjut
hingga kini, kondisi ini sangat meresahkan pembudidaya ikan mas dan koi,
termasuk pelaku usaha lainnya yang terkait dengan pembudidayaan kedua jenis
ikan tersebut . Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dan stakeholders,
seperti: pembentukan posko penanggulangan wabah, sosialisasi status penyakit,
pelatihan, sarasehan, penyaluran bantuan, dan lain-lain . Oleh karena itu, definisi
kasus infeksi KHV yang relatif konsisten disederhanakan menjadi 3 point, yaitu :
1 . Hanya menginfeksi ikan mas dan koi .
14
2. Insang berwarna pucat, terdapat bercak putih (white patch) pada filamen insang
dan akhimya membusuk (gill necrosis) .
3 . Terjadi kematian massal dalam tempo singkat (1 - 7 hari) .
2.6.2 Penyakit Non-Infeksi
Penyakit Akibat Lingkungan
Penyakit ikan akibat faktor lingkungan sering mengakibatkan kerugian
yang serius, karena kematian yang terjadi berlangsung sangat singkat dan
umumnya mematian seluruh populasi ikan . Kasus penyakit tersebut misalnya
kematian massal ikan di waduk akibat umbalan (up welling), keracunan akibat
peledakan (blooming) populasi plankton, keracunan pestisida/limbah industri/
bahan kimia lainnya, dan lain-lain . Dalam konteks budidaya ikan pada lahan dan
air terbatas, maka penyakit akibat faktor lingkungan yang mungkin terjadi akan
lebih kompleks . Oleh karena itu, pada tulisan ini hanya dibahas beberapa
penyebab yang lebih dominan .
Ikan Tercekik
Kekurangan oksigen terlarut, sering menjadi masalah pada budidaya ikan,
baik di kolam maupun di perairan umum (karamba jaring apung) . Kondisi ini
umumnya terjadi menjelang pagi hari di perairan yang memiliki populasi
fitoplankton tinggi, atau pada saat tekanan atmosfir rendah dibarengi dengan tidak
ada cahaya matahari karena tertutup awan dalam tempo yang cukup lama.
Keracunan Nitric
Keracunan nitrit atau methemoglobinemia atau penyakit darah coklat
adalah penyakit yang disebabkan oleh konsentrasi nitrit yang tinggi di dalam air.
Sumber nitrit terutama berasal dari hasil metabolisme protein pakan oleh ikan .
Unsur nitrogen yang dihasilkan oleh tubuh ikan adalah ammonia. Pada saat
ammonia dilepas ke air, selanjutnya akan dioksidasi oleh bakteri Nitrosomonas
yang mampu merubah ammonia menjadi nitrit . Nitrit selanjutnya akan dioksidasi
menjadi nitrat oleh bakteri Nitrobacter . Apabila pakan ikan terlalu intensif atau
Nitrobacter kurang efisien dan efektif mengoksidasi nitrit menjadi nitrat, maka
konsentrasi nitrit akan meningkat dan selanjutnya menjadi masalah bagi ikan .
Nitrit akan bersifat toksik bagi ikan pada konsentrasi 0,5 ppm .
15
2.6.3 Penyakit Malnutrisi
Defisiensi vitamin C merupakan penyakit yang umum terjadi, akibat yang
paling populer adalah "broken back syndrome" seperti scoliosis dan lordosis .
Vitamin C sangat berperan dalam (1) proses osifikasi atau konversi dari tulang
rawan menjadi tulang sejati, (2) sebagai co-enzim reaksi biokimia dalam tubuh,
(3) meningkatkan ketahanan tubuh (imunitas) terhadap penyakit infeksius, (4)
mencegah pengaruh negatif akibat gangguan lingkungan atau stres, serta (5)
mempercepat proses penyembuhan luka . Selain kelima manfaat tersebut,
penambahan vitamin C diatas kebutuhan normal juga terbukti dapat menunjang
kesehatan ikan mulai dari perkembangan telur hingga dewasa, serta berperan
positif bagi pertumbuhan ikan .
2.6.4 Penyakit Genetis
Penyakit akibat faktor genetik sangat jarang dilaporkan, meskipun secara
aktual merupakan penyebab yang kompleks pada usaha budidaya ikan.
Perkawinan sekerabat (in breeding) yang berlangsung terus menerus akan
berdampak penurunan variasi genetik dalam tubuh ikan, dan dampak yang terlihat
antara lain : (1) pertumbuhan yang lambat (kuntet) dan variasi ukuran yang luas
(blantik), (2) lebih sensitif terhadap infeksi patogen, (3) organ tubuh invalid,
seperti operkulum yang tidak tertutup sempurna, tubuh bengkok atau tidak
memiliki salah satu sirip, (4) dan lain-lain .
2.7 Pengendalian Penyakit Pada Budidaya Ikan Air
Sebagaimana dijelaskan pada Penyakit Ikan dan Konsep Pengendaliannya
untuk mencapai kondisi yang harmonis antar tiga bioekosistem (inang, patogen
dan lingkungan), dapat dilakukan melalui pendekatan terhadap masing-masing
komponen dan harus dilakukan secara terintegrasi :
2.7.1 Ikan Yang Prima (Pendekatan Inang)
Untuk mendapatkan inang yang sehat, maka upaya harus dimulai dari
seleksi terhadap benih ikan yang dihasilkan dari induk yang berkualitas.
Biasanya cukup sulit untuk merunut sejarali dari calon-calon ikan yang hendak
dipelihara, kecuali kegiatan budidaya ikan mulai dari sub-unit usaha perbenihan
hingga pembesaran dilakukan dalam satu unit. Namun secara umum, benih ikan
16
yang berkualitas dicirikan oleh penampakan yang sempurna (tidak invalid),
ukuran relatif seragam, warna cerah dan bersih, gerakan aktif dan agresif terhadap
pakan yang diberikan, serta responsif terhadap rangsangan dari luar. Status
kesehatan ikan yang selalu dalam kondisi prima, merupakan prasyarat untuk
mampu mengeliminasi kehadiran patogen yang hendak menginfeksi tubuhnya .
Hal tersebut dapat dicapai melalui pemberian pakan yang berkualitas dalam
jumlah yang mencukupi serta kondisi kualitas air yang baik . Di dalam tubuh ikan
sendiri, pada dasarnya telah ada sistem pertahanan tubuh baik yang bersifat
spesifik maupun non-spesifik, namun level protektifnya sangat rendah sehingga
perlu dirangsang/diinduksi dari luar .
2.7.2 Lingkungan Yang Nyaman (Pendekatan Lingkungan)
Lingkungan yang berpengaruh terhadap budidaya ikan terbagi dalam 2
bagian besar yaitu lingkungan luar (eksternal) dan lingkungan dalam (internal) .
Lingkungan internal kolam berkaitan dengan sanitasi dan manajemen budidaya
yang menghasilkan limbah internal seperti amonia dan nitrit yang sangat toksik
bagi ikan . Limbah internal dapat berasal dari sisa pakan, feces, plankton yang
mati, ikan mati dan lain-lain
2.7.3 Biosecurity (Pendekatan Patogen)
Konsep ini pada prinsipnya lebih difokuskan pada upaya mencegah masuk
dan menyebarnya patogen virulen pada unit budidaya. Kondisitersebut dapat
dilakukan melalui teknik (1) mencegah terjadinya penyakit, (2) pemantauan
penyakit secara berkala, dan (3) eradikasi patogen.
2.8 Tingkat Penerapan Teknologi Budidaya Perikanan
Tingkat pembudidayaan perikanan biasanya diklasifikasikan atas cara
ekstensifatau intensif didasarkan pada tipe dan kuantitas pakan yang digunakan
untuk merangsang produksi. Pembudidayaan tingkat ekstensif umurnnya
berkaitan dengan tingginya kuantitas dari input pakan. Intensitas pembudidayaan
ikan umumnya ditingkatkan tahap demi tahap, dengan cara mulamula
meningkatkan padat penebaran dan ditingkatkan sebanding dengan input kuantitas
dan kualitas hara diikuti oleh modifftasi-modifikasi lingkungan guna
mengimbangi masalah-masalah yang timbul.
17
Perkembangan pertumbuhan ikan yang dibudidayakan sangat ditentukan
oleh:
a. Mutu pakan yang tersedia;
b. Jumlah pakan;
c. Frekuensi pemberianpakan;
d. Temperatur;
e. Stabilitas mutu air dan minimum harian serta rata-tata;
f. Keefektifan sistem pembuangan limbah, metabolik secara biologi, fisik dan
atau mekanik;
g. Besaran dan frekuensi stres lingkungan terhadap spesies yang dibudidayakan;
h. Kesehatan spesies yang dibudi-dayakan;
i. Potensial genetik bagi pertum-buhan.
Berat rata-rata dan berat total dari setiap spesies yang dibudidayakan untuk
jangka waktu tertentu tergantung kepada: komposisi gizi dari pakan, perubahan
lingkungan, reproduksi, represi/penahanan, predasi/kebuasan, hama dan penyakit,
dan mortalitas. Macam-macam tingkat penerapan teknologi budidaya perikanan
adalah ekstensif, pemupukan ekstensif, pemupukan intensif, pemberian pakan
ekstensif, pemberian pakan intensif, dan pemberian pakan hiperintensif, dan
pemberian pakan
ulhahiperintensif
Ekstensif
Pada tingkat ektensif cirinya adalah:
Tidak ada hara yang ditambahkan untukmendorong dalam mensuplemen atau
menggantikanmakanan alami.
Desain dan kontruksi kolam sangat sederhana;
Pengontrolan atas kualitaslkuan-titas air sedikit,drainase air tidak sempurna;
Komposisi, jumlah dan ukuran dari spesies ikantidak ada ketentuan.
Contoh: kolam tradisional tanpa pemberian pakandan modifikasi lingkungan
Pemupukan Ekstensif
Pada tingkat pemupukan eksten-sif cirinya adalah:
Fotosintesis dan produksi makanan didorongoleh penambahan pupuk dalam
jumlah kecil
18
Lingkungan dimodifikasi sehingga cocokapabila dilakukan pemupuk-an
misalnyakedalaman air lebih tinggi;
Kualitas/kuantitas air dan penebar-an ikan tidakdikontrol dengan sempurna;
Komposisi, jumlah dan ukuran dari spesies ikantidak dikendalikan.
Contoh: kolam tradisional yang dipupuk seadanya.
Pemupukan Intensif
Pada tingkat pemupukan intensif cirinya adalah:
Fotosintesis dan produksi makanan didorongseperti pada "Pemupukan
Ekstensifl' tetapikualitas dan kuantitas pupuk memadai sehinggamencapai
respon produksi yang memadai
Lingkungan dimodifikasi sehinggapengeringanair dan pemanenan ikan dapat
sempurna dilakukan
Pengontrolan kualitas air tidak optimal
Komposisi spesies ikan tertentu, jumlah danukuran dari spesies ikan macam-
macam.
Contoh: penerapan budidaya polikultur di sawahtambak.
Produksi: 2 ton/ha
Unsur P biasanya menjadi faktor pembatas
2.9 Pemberian Pakan
2.9.1 Pemberian Pakan Ekstensif
Pada tingkat pemberian pakan ekstensif cirinyaadalah:
dengan kualitas dan kuan-titas kurang darioptimum ditam-bahkan bagi
konsumsi langsung ikan untuk mensuplemen pakan alami, nutrisi pakan
biasanya tidak komplit Pakan dan tidak seimbang
Lingkungan dimodifftasi sehinggapengeringan air dan pemanenan ikan dapat
dilakukan
Pengontrolan air (kualitas/kuan-titas) tidak sempurna;
Komposisi, ukuran spesies ikan serta jumlahnya dalam spesies ditentukan.
Contoh: Penerapan teknologi madya di tambak:
Padat tebar 60.000-150.000 ekor/hallvlT, ukuran benih tokolan (PL-32),
penebaran 2kali/th
19
Produktifitas 900-2.250 kg/ha/TvlT.
2.9.2 Pemberian Pakan Intensif
Pada pemberian pakan intensif cirinya adalah:
Pakan merupakan sumber giziutama, walaupunpakan alami juga penting,
pakan biasanyakomplit dan seimbang.
Lingkungan dimodifikasi sehinggapengeringanair dan pemanenan ikan dapat
dilakukan;
Kontrol mutu air ditingkatkan apabiladibandingkan dengan "Pemberian
PakanEkstensif' yaitu dengan adanya aerasi darurat,mutu air biasanya
kendalanya pada iklim;
Komposisi, ukuran spesies ikan serta jumlahnyadalam spesies ditentukan.
Contoh: Penerapan teknologi maju di tambak, keramba jaring apung
Padat tebar 150.000-300.000 ekor/hallr4T,ukuran benih tokolan (PL-32),
penebaran 2kali/th
Produktifitas 2.250 - 5.500 kg/hallvlT.
2.9.3 Pemberian Pakan hiperintensif
Pada pemberian pakan hiper-intensif cirinya adalah:
Pakan secara gizi komplit dan seimbang,kuantitas pakan cukup sehingga
dapatmenggantikan pakan alami
Mutu air dikelola secara kontinyu;
Lingkungan dimodifikasi dengan baik untukpenggantian air seba-gian atau
seluruhnya
Cahaya matahari (fotosintesis) sangat penting
Konhol kualitaslkuantitas air dilakukan secara kontinyu;
Ukuran dan jumlah spesies ikan ditentukan dan padat penebaran tinggi.
Contoh: Pemeliharaan ikan Z. aurea di kolam deras bisa menghasilkan 56 Kglm2,
pada pemeliharaan ikan dikolam dengan areasi produksi ikan lele Amerika bisa
mencapai 7 ton/ha dengan areasi 10m3/ha/unit.
2.9.4 Pemberian Pakan Ultrahiperintensif
Pada pemberian pakan ultrahi-perintensif cirinya adalah:
20
Mutu pakan seperti pada "Pembe-rian Pakan Hiperintensif' tetapi dalam
kuantitas yang lebih besar
Lingkungan budidaya bersifat buatan ke arah ekshim (misalnya tangki-
tangki) dengan modifikasi lingkungan komplit dengan ciri-ciri utama seperti
kontrol suhu, pembu-angan limbah metabolik, resirkula-si, aerasi, pemberian
pakan otomotik, pemantauan kualitas/ku-antitas mutu air konstan, kegagalan
dari salah satu komponen tertentu dari sistem akan mengakibatkan kematian
total dalam hitungan menit;
Komposisi, ukuran spesies ikan serta jumlahnya dalam spesies ditentukan.
Contoh: Fasilitas Pembenihan dan pembesaran kerapu (60x 80 m) di Gondol Bali
(Kerjasama BRKP dengan DIFTA Denmark), dapatmenghasilkan 650.000
fingerling ikan air laut per
tahun.
Berdasarkan potensial genetik-nya, ikandapat terus diperbaiki produksinya
dengan program
pemulihan yang terdiri dari seleksi dan hibridisasi. Kemajuan perbaikan mutu
genetik ikan sangat jelas terlihat peneraparlnya pada ikan salmon diNorwegia
mulai tahun 1970-an. Perbaikan mutu genetik ikan-ikan tropis dimulai awal tahun
1990.Sehu-bungan dengan pengembangan potensi
genetik ikan diperlukan kegiatan pengembangan plasma nutfah yang terdiri dari
inventarisasi,karakterisasi, evaluasi serta pemanfaatan plasmanutfah.
Pengembangan plasma nutfah suatu jents ikan didasarkan pada kriteria (a)
terancamnyasumberdaya genetik, (b) jenuhnya eksploitasi penangkapan, (c) perlu
dikembangkan biodiversitas,(d) mempunyai potensi genetik yang unggul, (e)
perlu dike-tahui spesiesnya karena cirimorfologis yang sulit dibedakan, (f) perlu
pengelolaanbersama dalam eksploitasi penangkapan.Jenis-jenis yang dipelajari
plasma nutfahnya untuk peningkatan teknologi budidaya diantaranya ikan mas,
botia, lele, patin, gurame, bandeng,napoleon, terubuk, layang, belida, danred
snapper.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dalam meningkatkan teknologi budidayaikan diperlukan penentuan
komoditas prioritas,penelaahan plas-ma nutfah, penguasaandomestikasi, program
pemuliaan (seleksi dan hibridisasi) serta pengembangan perbenihan
danpembesarannya. Peningkatan teknologi budidayatidak terlepas dari pembinaan
kelembagaankelompok pembudidaya untuk dapat berusahasecara ekonomis dan
menguntungkan.Kerjasama antara instansi pemerintah sepertiUPT Pengem-
bangan Budidaya, UPT Riset, BBIdan swasta sangat penting peranannya
dalammeningkatkan teknologi budldaya ikan. PemberdayaanBalai dan Loka
pengembanganBudidaya, perlu terus dikembangkan agar mampumemberikan
pendampingan teknologi sehinggabudidaya yang dikembangkan dapat diadopsi
olehpembudidaya ikan.
3.2 Saran
Pengembangan budidaya tidak terlepas dariupaya-upaya pelestarian usahanya
sehinggadiperlukan dukung-an dari kegiatan-kegiatanseperti perlindungan jenis
yang hampir punah,pengembangan pengelolaan suaka perikanan, pengaturan lalu
lintas plasma nutfah ikan,pengembangan perikanan berbasis masyarakat,
pengelolaan bersama penangkapan ikan, danpengembangan plasma nutfah.
Pengelolaanpengelolaantersebut di-kembangkan dalam bentukyang adaptif dan
berbasis masyarakat.
22
DAFTAR PUSTAKA
Fatuchri, M. (2002). Peningkatai\ teknologi budidaya perikanan, 2(2), 61–66.
Ikan, P., & Tawar, A. I. R. (2004). PENGUASAAN TEKNOLOGI BUDIDAYA
UNTUK, (1993), 109–115.
Ternak, J. P., Peternakan, F. P., & Malang, U. M. (2013). Analisis penerapan biofilter
dalam sistem resirkulasi terhadap mutu kualitas air budidaya ikan sidat .