BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan...

20
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul Adapun alasan mengapa Penulis memiliki judul; “Hubungan Kerja berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain”, perlu untuk dikemukakan oleh Penulis sebagai berikut di bawah ini. Pertama, Hubungan Kerja adalah suatu hubungan antara Pengusaha dengan Pekerja yang timbul dari Perjanjian Kerja yang diadakan untuk waktu tertentu maupun waktu yang tidak tertentu. 1 Dengan demikian dalam Hubungan Kerja ada perjanjian atau suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya. 2 Sedangkan Perjanjian Kerja pada hakikatnya adalah suatu kontrak, yaitu perjanjian antara Pekerja yang menerima syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak. 3 1 Sendjun H. Manulang, S.H., Pokok Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2011), hlm. 63. Hakikat (the nature) Hubungan Kerja dalam definisi Manulang tersebut berbeda dengan pengertian Hubungan Kerja dalam UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 tahun 2003), Pasal 1 Angka (15). Hubungan Kerja adalah hubungan antara Pengusaha dengan Pekerja/Buruh berdasarkan Perjanjian Kerja yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah. 2 Djumadi, S.H., Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm.9. 3 Pasal 1 Angka (14) UU Ketenagakerjaan.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2668/2/T1_312008001_BAB I.pdf · 4 Tertentu (PKWT) dan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Kepada Perusahaan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Alasan Pemilihan Judul

Adapun alasan mengapa Penulis memiliki judul; “Hubungan Kerja

berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dan Penyerahan

Sebagian Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain”, perlu untuk dikemukakan oleh

Penulis sebagai berikut di bawah ini.

Pertama, Hubungan Kerja adalah suatu hubungan antara Pengusaha dengan

Pekerja yang timbul dari Perjanjian Kerja yang diadakan untuk waktu tertentu

maupun waktu yang tidak tertentu.1 Dengan demikian dalam Hubungan Kerja ada

perjanjian atau suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan

dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya.2 Sedangkan Perjanjian Kerja pada

hakikatnya adalah suatu kontrak, yaitu perjanjian antara Pekerja yang menerima

syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.3

1 Sendjun H. Manulang, S.H., Pokok – Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2011), hlm. 63. Hakikat (the nature) Hubungan Kerja dalam definisi Manulang tersebut

berbeda dengan pengertian Hubungan Kerja dalam UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 tahun 2003),

Pasal 1 Angka (15). Hubungan Kerja adalah hubungan antara Pengusaha dengan Pekerja/Buruh

berdasarkan Perjanjian Kerja yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah.

2 Djumadi, S.H., Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002),

hlm.9.

3 Pasal 1 Angka (14) UU Ketenagakerjaan.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2668/2/T1_312008001_BAB I.pdf · 4 Tertentu (PKWT) dan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Kepada Perusahaan

2

Dalam ketentuan pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, hakikat

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu dapat diketahui melalui pengertian atau definisi

bahwa PKWT adalah perjanjian kerja antara Pekerja/Buruh dengan Pengusaha untuk

mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu atau untuk Pekerja tertentu.4

Perjanjian Kerja berdasarkan jangka waktu tertentu yang dapat diadakan

untuk waktu paling lama 3 (tiga) tahun.5 Meskipun pada prinsipnya PKWT itu adalah

suatu Hubungan Kerja atau perhubungan hukum antara Pekerja dengan Pemberi

Kerja atau suatu kontrak, mengingat antara lain telah diakui secara jelas dalam

Undang – Undang Pasal 56 Ayat (1) UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

“Perjanjian Kerja dibuat untuk waktu tertentu atau untuk waktu tidak tertentu”,

namun masih ada saja banyak pihak di dalam masyarakat yang memersoalkan

eksistensi perhubungan hukum PKWT tersebut.6

Dalam Perjanjian Kerja yang pada hakikatnya adalah suatu kontrak (a

contract) tersebut, setidak-tidaknya berunsur, baik Pekerja maupun Pemberi Kerja,

4 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No.: KEP 100/MEN/VI/2004

tanggal 21 Juni 2004 Pasal 1 Angka (1).

5 F.X. Djumialdji S.H., M.Hum, Perjanjian Kerja (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2005), hlm. 23.

Sedangkan menurut KEPMENAKER No. KEP 100/MEN/VI/2004, Pasal 8 Ayat (1) j.o. Ayat (2),

PKWT dengan Pekerja/Buruh untuk melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru,

kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan dapat dilakukan

untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang untuk satu kali paling lama 1

(satu) tahun, serta tidak dapat dilakukan pembaharuan.

6 Lihat uraian mengenai pihak-pihak dalam masyarakat yang memersoalkan eksistensi PKWT,

terutama PKWT dan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain, dalam Latar Belakang

Masalah, dan Sub Judul 1.2 Bab I Skripsi ini.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2668/2/T1_312008001_BAB I.pdf · 4 Tertentu (PKWT) dan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Kepada Perusahaan

3

masing–masing mempunyai hak dan kewajiban.7 Kewajiban Pekerja pada umumnya

tersimpul dalam hak Pemberi Kerja. Seperti juga hak Pekerja tersimpul dalam

kewajiban Pemberi Kerja. Dus, ada perikatan bagi Pekerja dan perikatan bagi

Pemberi Kerja. Misalnya, Pekerja mempunyai kewajiban untuk melaksanakan

pekerjaan, maka Pemberi Kerja mempunyai hak atas pelaksanaan pekerjaan dan

memerintah si Pekerja tersebut.8 Dalam kaitan dengan itu, peraturan Pemberi Kerja

atau peraturan–peraturan perburuhan ada yang dibuat secara sepihak oleh Pemberi

Kerja. Akibatnya, Pemberi Kerja pada dasarnya dapat memasukkan apa saja yang

Pemberi Kerja inginkan. Pemberi Kerja dapat mencantumkan kewajiban Pekerja

semaksimal–maksimalnya dengan hak yang seminimal–minimalnya, sepanjang hal

itu tidak dipaksakan kepada Pekerja.9

Penulis tertarik untuk menggambarkan pemikiran pihak-pihak yang

memertanyakan institusi hukum PKWT dan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Kepada

Perusahaan Lain, sekaligus membuat gambaran dari perpektif ilmu hukum atau postur

prinsip-prinsip dan kaedah-kaedah hukum yang mengatur PKWT dan Penyerahan

Sebagian Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain. Terutama, dalam pandangan Penulis,

apa yang disebut sebagai Hubungan Kerja Berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu

7 Lihat Catatan Kaki Penulis dalam Catatan Kaki no. 1, supra.

8 Abdul Rachmad Budiono, S.H., M.H., Hukum Perburuhan di Indonesia (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 1995), hlm. 47.

9 Imam Soepomo, S.H., Pengantar Hukum Perburuhan (Jakarta: Djambatan, 1999), hlm. 73.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2668/2/T1_312008001_BAB I.pdf · 4 Tertentu (PKWT) dan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Kepada Perusahaan

4

Tertentu (PKWT) dan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain

adalah suatu perjanjian atau suatu kontrak yang mempunyai ciri-ciri tertentu yang

berbeda dengan Perjanjian yang hanya Perjanjian Kerja untuk Waktu Tertentu

(PKWT) saja dan Perjanjian yang hanya Perjanjian Penyerahan Sebagian Pekerjaan

Kepada Perusahaan Lain saja.10

Kedua, bekerja kepada orang lain dalam hal ini maksudnya adalah bekerja

dengan bergantung pada orang lain, si pemberi perintah dan menerima upah. Karena

itu Pekerja harus tunduk dan patuh pada orang lain Pemberi Kerja yang memberikan

perintah tersebut.11

Pola hubungan hukumnya bersifat di bawah perintah dan

memerintah (sub ordinasi). Pekerja menerima perintah dari pihak yang lebih tinggi

kedudukannya Pemberi Kerja yang memberi perintah atau menyuruh melakukan

sesuatu. Apakah ada kemungkinan suatu badan hukum yang menerima pekerjaan dari

perusahaan pemberi kerja berstatus atau berkedudukan sebagai Pekerja atau orang

yang menerima perintah? Pertanyaan ini belum pernah dipikirkan oleh para pengamat

10 Inilah yang membedakan antara Skripsi ini dengan skripsi-skripsi yang pernah ditulis. Dalam

skripsi-skripsi terdahulu, para penulis skripsi-skripsi terdahulu itu hanya membicarakan, setelah

meneliti Hubungan Hukum yang bernama Perjanjian Kerja untuk Waktu Tertentu (PKWT) saja. Atau

mereka hanya membahas atau menggambarkan outsourcing yang mereka samakan dengan Hubungan

Kerja Berdasarkan Perjanjian Penyerahan Sebagian Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain saja.

Sedangkan dalam skripsi ini, Penulis berpendapat (suatu thesis sentence) bahwa Hubungan Kerja

Berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Kepada

Perusahaan Lain adalah suatu pola hubungan hukum yang berdiri sendiri, dan yang Penulis sebutkan

dalam uraian hasil penelitian sebagai suatu pola hubungan hukum sui generis atau hybrid. Inilah

orisinalitas dari Penelitian dan Penulisan Karya Tulis Penulis.

11 H. Zainal Asikin, S.H., SU., Asas–Asas Hukum Perburuhan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2006), hlm. 1.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2668/2/T1_312008001_BAB I.pdf · 4 Tertentu (PKWT) dan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Kepada Perusahaan

5

dalam bidang kontrak ketenagakerjaan. Hal ini merupakan ide atau gagasan asli

Penulis yang tergambar dalam suatu pertanyaan.

Tujuan pengaturan hukum ketenagakerjaan seperti antara lain dipaparkan di

atas itu sendiri adalah untuk kepentingan Pekerja itu sendiri. Pekerja akan lebih

mengenal dan memahami kharateristik atau sifat-sifat hak–hak dan kewajiban–

kewajiban sebagai Pekerja. Bila hak-hak para Pekerja dipenuhi oleh pihak Pemberi

Kerja, maka Pekerja itu dapat menyampaikan dan menanyakan secara langsung

kepada Pemberi Kerja mengenai hak-haknya yang belum diterima atau belum

dipenuhi, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Atau, dapat

menempuh upaya hukum yang sesuai dalam jalurnya yang ditentukan oleh peraturan

perundang-undangan dan yurisdiksi pengadilan.

Selain itu, tujuan pengaturan ketenagakerjaan juga untuk kepentingan

masyarakat/warga yang ingin menjadi Pekerja, adalah suatu pemberian informasi-

informasi mengenai hak-hak dan kewajiban-kewajiban mengenai jaminan dan

perlindungan hukum dari Pemerintah/Negara yang harus dilaksanakan sebagaimana

dituntut oleh hukum (the dictate of the law).

Selanjutnya, tujuan pengaturan ketenagakerjaan juga untuk kepentingan

Pemberi Kerja dan Pemerintah untuk memberikan informasi mengapa Pekerja

menuntut hak-hak mereka. Pemberi Kerja dapat memenuhi hak-hak normatif yang

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2668/2/T1_312008001_BAB I.pdf · 4 Tertentu (PKWT) dan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Kepada Perusahaan

6

telah ditetapkan di dalam ketentuan undang–undang, bahkan Pemerintah tidak selalu

memihak kepada Pemberi Kerja yang bertentangan dengan ketentuan hukum.12

Semua hal yang telah dikemukakan di atas adalah antara lain, bentuk

kepastian hukum dan keadilan, bagi kehidupan para Pekerja yang merupakan hasil

dikte hukum. Mereka (Pekerja) akan dapat memenuhi secara layak standar hidup

sesuai dengan ketentuan hukum. Kehidupan antara para Pekerja dengan Pemberi

Kerja menjadi harmonis serta adanya rasa memiliki perusahaan. Perusahaan akan

lebih pesat perkembangannya dalam memenuhi kebutuhan hidup masyarakat dalam

mewujudkan kesejahteraan.13

Namun demikian, masih ada saja banyak pihak di dalam masyarakat yang

memersoalkan eksistensi perhubungan hukum PKWT tersebut di atas.14

Sehingga

seperti telah dikemukakan di atas, Penulis tertarik untuk menggambarkan pemikiran

pihak–pihak itu memertanyakan institusi hukum yang berlaku tersebut. Sekaligus,

membuat gambaran dari perpektif ilmu hukum atau postur prinsip–prinsip dan

kaedah–kaedah hukum yang mengatur PKWT dan Penyerahan Sebagian Pekerjaan

Kepada Perusahaan Lain yang menjadi soal atau polemik dalam masyarakat tersebut

dan yang jauh lebih menarik, menurut pendapat Penulis, seperti telah dikemukakan di

depan, merupakan suatu jenis perhubungan hukum tersendiri yang berbeda dari

12 Dr. H.R. Abdussalam, SIK., M.H., Hukum Ketenagakerjaan (Jakarta: Restu Agung, 2009) hlm. 7.

13

Ibid.

14

Memang apabila diamati dengan saksama, persoalan yang ada sebatas pada persoalan perjanjian

outsourcing.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2668/2/T1_312008001_BAB I.pdf · 4 Tertentu (PKWT) dan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Kepada Perusahaan

7

PKWT saja atau perjanjian penyerahan sebagian pekerjaan kepada perusahaan lain

saja yang sudah cukup banyak dibahas oleh para penulis-penulis skripsi terdahulu.

Ketiga, Penyerahan Sebagian Pekerjaan kepada Perusahaan Lain adalah

penyerahan sebagian pekerjaan dari Perusahaan Pemberi Pekerjaan kepada

Perusahaan Penerima Pemborongan Pekerjaan atau Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja

melalui perjanjian pemborongan pekerjaan secara tertulis. Biasanya Penyerahan

Sebagian Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain bertujuan antara lain untuk

memperkecil biaya produksi atau untuk memusatkan perhatian kepada hal utama dari

perusahaan tersebut. Penyerahan Sebagian Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain

merupakan institusi yang sah menurut hukum dan diakui dalam undang-undang

Ketenagakerjaan di Indonesia.

Pengaturan mengenai Penyerahan Sebagian Pekerjaan kepada Perusahaan

Lain juga telah diakui dengan jelas dalam Undang–Undang No. 13 tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan. Dinyatakan pada Pasal 64, bahwa “perusahaan dapat

menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui

perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa Pekerja yang dibuat secara

tertulis”.

Meskipun demikian mekanisme Penyerahan Sebagian Pekerjaan kepada

Perusahaan Lain juga, selain PKWT sebagaimana telah dipaparkan di atas, masih

juga dipertanyakan oleh sejumlah kelompok masyarakat.

Keempat, dalam kaitan atau seiring sejalan dengan kegiatan/aktifitas

“memertanyakan” eksistensi PKWT dan Penyerahan Pelaksanaan Pekerjaan kepada

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2668/2/T1_312008001_BAB I.pdf · 4 Tertentu (PKWT) dan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Kepada Perusahaan

8

Perusahaan Lain, dalam hukum, ada asas yang sangat fundamental menuntun

kehidupan ketatanegaraan, bahwa Undang–Undang tidak boleh diganggu gugat.

Namun masih ada saja banyak pihak di dalam masyarakat yang memersoalkan

eksistensi perhubungan hukum PKWT tersebut.

Penulis tertarik untuk menggambarkan pemikiran pihak–pihak itu

memertanyakan institusi hukum yang berlaku tersebut, sekaligus membuat gambaran

dari perpektif ilmu hukum atau postur prinsip–prinsip dan kaedah–kaedah hukum

yang mengatur PKWT dan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain

yang menjadi soal atau polemik dalam masyarakat tersebut, dan yang menurut

Penulis merupakan suatu kontrak sui generis (hybrid).

1.2. Latar Belakang Masalah

Hukum meningkatkan kebahagiaan masyarakat secara keseluruhan dengan

cara antara lain melarang perbuatan–perbuatan yang mendatangkan sengsara.15

Sebagaimana halnya dengan sumber hukum pada umumnya, pengaturan mengenai

ketenagakerjaan mempunyai sumber yang tidak jauh berbeda. Khusus dalam

membicarakan masalah sumber hukum perburuhan16

ini, perlu digarisbawahi adanya

15 Sama dengan Catatan untuk Catatan Kaki no. 14, supra. Hukum adalah sumber kebahagiaan, lihat

Buku Jeferson Kameo SH., LLM., Ph.D. Kontrak sebagai Nama Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

16

Istilah hukum perburuhan sebetulnya sudah ketinggalan zaman (jadul) atau lapuk ditelan jaman. Saat

ini, menurut Penulis istilah yang lebih tepat (modern) adalah Ketenagakerjaan; konsep atau lebih tepat

institusi hukum yang digunakan oleh UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Hal ini tidak

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2668/2/T1_312008001_BAB I.pdf · 4 Tertentu (PKWT) dan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Kepada Perusahaan

9

sumber hukum perburuhan yang datangnya dari subyek dalam perhubungan hukum

perburuhan itu (the parties to contract), yakni pihak Pekerja dan Serikat Pekerja serta

badan yang bersangkutan dengan masalah perburuhan itu sendiri khususnya dalam

proses penyelesaian perselisihan perburuhan.

Dalam industrialisasi dan pembangunan ekonomi sebagai satu strategi dari

bangsa Indonesia yang didikte oleh hukum (the dictate of the law) untuk

meningkatkan kesejahteraan rakyatnya, manusia–manusia warga negara mempunyai

tenaganya dan keahlian atau keterampilan untuk upah bagi kesejahteraan diri sendiri

atau masyarakat. Golongan manusia warga negara yang demikian itu disebut dengan

Pekerja. Dalam hal ini, Negara mau tidak mau harus terlibat dan bertanggung jawab

terhadap soal perburuhan/ketenagakerjaan demi menjamin agar Pekerja dapat

terlindungi hak-haknya dalam bingkai hukum.

Meskipun Penulis berpendapat bahwa hukum adalah sumber kebahagiaan (the

law as a source of happines), dalam hubungan perburuhan/ketenagakerjaan antara

Pekerja dan Pemberi Kerja, masih ada saja pihak yang berpendapat bahwa Pekerja

seringkali dianggap berada pada posisi yang lemah. Karenanya sistem hukum

perburuhan/ketenagakerjaan yang mengatur hubungan hukum ketenagakerjaan di

Negara ini adalah sistem hukum perburuhan/ketenagakerjaan yang melindungi

(protektif) terhadap Pekerja, sekaligus tidak meninggalkan Pemberi Kerja.

mengesampingkan fakta bahwa KUHPerdata Bab ketujuh A tentang Persetujuan-persetujuan untuk

melakukan pekerjaan masih relevan.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2668/2/T1_312008001_BAB I.pdf · 4 Tertentu (PKWT) dan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Kepada Perusahaan

10

Dalam hubungan antara Pekerja dan Pemberi Kerja, secara yuridis Pekerja

haruslah bebas. Prinsip hukum yang mengatur setiap hubungan hukum, tidak seorang

pun boleh diperbudak.17

Semua bentuk dan jenis perbudakan, peruluran dan

perhambaan tidak mendapat tempat dalam suatu hubungan yang didasarkan atas

prinsip kemerdekaan atau kebebasan berkontrak. Hanya saja, masih ada anggapan

bahwa Pekerja itu tidak bebas. Pihak yang mengemukakan pandangan yang

mencerminkan anggapan seperti itu mengatakan bahwa Pekerja adalah orang yang

tidak mempunyai bekal hidup yang lain selain tenaganya dan terkadang terpaksa18

menerima hubungan kerja dengan Pemberi Kerja meskipun memberatkan untuk

Pekerja itu sendiri.

Anggapan yang sudah umum atau sering muncul itu juga mengatakan bahwa

penekanan terhadap efisien secara berlebihan untuk semata–mata meningkatkan

investasi guna mendukung pembangunan ekonomi melalui kebijakan upah murah

berakibat pada hilangnya keamanan kerja (job security) bagi Pekerja Indonesia.

Ancaman kehilangan pekerjaan itu, kata pihak–pihak itu, berangkat dari asumsi

bahwa sebagian besar Buruh/Pekerja tidak akan lagi menjadi Pekerja tetap, tetapi

menjadi Pekerja kontrak yang akan berlangsung seumur hidupnya. Hal inilah yang

oleh sebagian kalangan dimaksud, disebut sebagai satu bentuk perbudakan zaman

17 Dalam hukum yang Penulis sebut sebagai sumber kebahagiaan itu, misalnya, ada asas bahwa para

pihak harus bebas (freedom of contract). Lihat uraian lebih lanjut dalam Bab II Skripsi ini, dalam Sub

Judul 2.7. Post.

18

Bukankah suatu perjanjian tidak boleh dibuat secara terpaksa? Dari mana pihak-pihak itu

berpendapat demikian?

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2668/2/T1_312008001_BAB I.pdf · 4 Tertentu (PKWT) dan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Kepada Perusahaan

11

modern. Pada titik inilah mulai nampak apa yang telah Penulis kemukakan di depan

sebagai satu kubu yang memertanyakan institusi hukum PKWT yang berlaku

tersebut. Menurut pendapat Penulis, mungkin saja pihak-pihak yang beranggapan

demikian belum terlalu memahami apa itu kontrak.

Sebagian kalangan dalam masyarakat tersebut beranggapan bahwa status

sebagai Pekerja kontrak19

(PKWT), pada kenyataannya berarti juga hilangnya hak–

hak, tunjangan–tunjangan kerja dan sosial yang biasanya dinikmati oleh mereka yang

mempunyai status sebagai Pekerja tetap (PKWTT). Dengan demikian, amat potensial

menurunkan kualitas hidup dan kesejahteraan Pekerja Indonesia. Padahal, Pekerja,

kata sebagian kalangan dalam masyarakat tersebut, merupakan bagian terbesar dari

rakyat Indonesia. Pada akhirnya apabila metoda yang memungkinkan Pekerja kontrak

(PKWT)20

yang dituding dapat menghilangkan hak-hak, tunjangan-tunjangan kerja

dan sosial yang hanya dinikmati oleh pekerja tetap (PKWTT) maka itu sama artinya

dengan akan menurunkan kualitas hidup dan kesejahteraan rakyat Indonesia pada

19 Kekurang pemahaman tentang kontrak, dapat menyebabkan orang merendahkan kontrak secara

tidak sengaja (kemungkinan). Padahal UU tentang Ketenagakerjaan yang adalah suatu kontrak telah

begitu detail memberikan perlindungan kepada macam-macam hak Pekerja.

20

Penulis tidak sependapat dengan pihak yang menyamakan hanya PKWT, atau jenis Perjanjian Kerja

seperti Pekerja harian lepas sebagai Pekerja kontrak. Sebab, pada prinsipnya, dalam kontrak sebagai

Nama Ilmu Hukum, setiap perjanjian, termasuk Perjanjian Kerja adalah suatu kontrak. Lihat Buku

Jeferson Kameo SH., LLM., Ph.D. Kontrak sebagai Nama Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas

Kristen Satya Wacana Salatiga.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2668/2/T1_312008001_BAB I.pdf · 4 Tertentu (PKWT) dan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Kepada Perusahaan

12

umumnya, demikian pandangan pihak-pihak yang sudah umum ada dalam

masyarakat tersebut.21

Masih juga merupakan anggapan umum sebagian masyarakat, bahwa Pekerja

dalam PKWT, juga dilihat hanya semata–mata sebagai komoditas atau barang

dagangan di sebuah pasar tenaga kerja. Pekerja dibiarkan sendirian menghadapi

ganasnya kekuatan pasar dan kekuatan modal, yang akhirnya akan timbul

kesenjangan sosial yang semakin menganga antara yang kaya dan yang miskin dan

tidak menutup kemungkinan kelak anak cucu Pekerja itu akan menjadi budak di

negeri sendiri dan diperbudak oleh bangsa sendiri dan hal ini sangat jelas

bertentangan dengan Pasal 27 Ayat (2) UUD 1945 “setiap orang berhak untuk bekerja

serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja”,

kata pihak–pihak tersebut.22

Masih dalam rangka menggambarkan pihak-pihak yang memertanyakan

PKWT, kenyataan masih saja ada anggapan umum sebagian masyarakat apabila di

dalam PKWT Pekerja ditempatkan sebagai faktor produksi semata, maka begitu

mudah Pekerja dipekerjakan bila dibutuhkan dan diputus hubungan kerjanya ketika

21 Dalam analisis pada Bab III Sub Judul 3.4. Penulis temukan bahwa ternyata PKWT itu identik

dengan pemborongan pekerjaan dan tegas, menurut undang-undang dilakukan oleh pihak yang

berbadan hukum, bukan Buruh. Sehingga asumsi bahwa Pekerja itu lemah bisa jadi keliru.

22

Padahal, melalui analisis yang mendalam, Penulis menemukan, seperti telah dikemukakan dalam

Catatan Kaki No. 18 bahwa Pekerja dalam PKWT yang identik dengan perjanjian penyerahan sebagian

pekerjaan kepada perusahaan lain itu adalah Badan Hukum, punya kedudukan yang lebih kuat

dibanding Buruh.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2668/2/T1_312008001_BAB I.pdf · 4 Tertentu (PKWT) dan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Kepada Perusahaan

13

tidak lagi dibutuhkan. Komponen upah sebagai salah satu dari biaya–biaya (cost) bisa

tetap ditekan seminimal mungkin.

Hal yang menarik adalah bahwa disamping memertanyakan PKWT, pada saat

yang bersamaan pihak-pihak sebagaimana telah dikemukakan di atas juga

memertanyakan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain.

Penyerahan Sebagian Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain oleh para pihak yang

memertanyakan PKWT itu disamakan dengan outsourcing. Menurut pandangan yang

umum di sejumlah kalangan itu, inilah akibat dilegalkannya sistem kerja

“pemborongan pekerjaan” (outsourcing).

Dengan sistem seperti itu, maka anggapan umum sejumlah kalangan itu

adalah bahwa Pekerja semata sebagai sapi perahan para pemilik modal dan ini adalah

bertentangan dengan Pasal 33 Ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan “Perekonomian

disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”. Menurut anggapan

umum dalam kalangan masyarakat tertentu tersebut, tidak ada lagi prinsip

perekonomian berdasarkan pada demokrasi ekonomi, dimana produksi dikerjakan

oleh semua, untuk semua dengan kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan. Di

sinilah persis perbudakan modern dan degradasi nilai manusia, Pekerja sebagai

komoditas atau barang dagangan, akan terjadi secara resmi dan diresmikan melalui

Undang–Undang. Kemakmuran masyarakat yang diamanatkan konstitusipun akan

menjadi kata–kata kosong, demikian pandangan dari kalangan masyarakat tersebut.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2668/2/T1_312008001_BAB I.pdf · 4 Tertentu (PKWT) dan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Kepada Perusahaan

14

Outsourcing,23

dan perjanjian kerja waktu tertentu, jelas tidak menjamin

adanya job security, tidak adanya kelangsungan pekerjaan karena seorang pekerja

dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu pasti tahu bahwa pada suatu saat hubungan

kerja akan putus dan tidak akan bekerja lagi ditempat tersebut, akibatnya pekerja akan

mencari pekerjaan lain, sehingga kontinuitas, pekerjaan menjadi persoalan bagi

pekerja yang di outsourcing dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. Apabila job

security tidak terjamin, jelas hal tersebut bertentangan dengan Pasal 27 Ayat (2) UUD

1945 yaitu “hak untuk mendapatkan pekerjaan yang layak”, kata pandangan umum

yang ada di kalangan masyarakat tertentu tersebut.

Bagi sejumlah kalangan itu, outsourcing yang sudah diatur dua macam

outsourcing dalam Pasal 64, yaitu outsourcing mengenai pekerjaannya yang

dilakukan oleh pemborong dan outsourcing mengenai pekerjanya yang dilakukan

oleh perusahaan jasa penyedia tenaga pekerja.24

Outsourcing yang pertama konstruksi

hukumnya yaitu ada main contractor yang mensubkan pekerjaan pada sub

contractor. Subcontractor untuk melakukan pekerjaan yang di subkan oleh

maincontractor yang membutuhkan pekerja. Di situlah subcontractor merekrut

23 Istilah outsourcing bukan istilah hukum, sebab tidak dikenal dalam UU Ketenagakerjaan. Sehingga

pihak yang berperang dengan istilah itu seperti berperang dalam “bayangan”. Meskipun demikian,

istilah outsourcing juga digunakan dalam putusan Pengadilan di Indonesia. Lihat Putusan No. No. 153

K/PDT.SUS/2010 antara Serikat Buruh Nestle Panjang melawan PT. Nestle Indonesia. Sebagian pihak

menyebut outsourcing dengan alih daya. Lihat misalnya Peraturan Bank Indonesia No. 14/2/PBI/2012

tanggal 6 Januari 2012.

24

Perusahaan-perusahaan (Agen) yang menyediakan tenaga kerja atau penyalur tenaga kerja.

Gambaran singkat tentang perspektif hukum keagenan sebagai suatu kontrak Penulis kemukakan

dalam Bab II, Sub Judul 2.9.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2668/2/T1_312008001_BAB I.pdf · 4 Tertentu (PKWT) dan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Kepada Perusahaan

15

pekerja untuk mengerjakan pekerjaan yang disubkan oleh maincontractor. Sehingga

ada hubungan kerja antara subcontractor nya dengan pekerjanya. Dalam perpektif

kalangan dalam masyarakat tersebut, apabila dikaitkan dengan konstitusi, jelas hal

tersebut memaksakan adanya hubungan kerja antara Perusahaan Penyedia Jasa

Pekerja dengan Pekerjanya, yang sebenarnya tidak memenuhi unsur–unsur Hubungan

Kerja yaitu dengan adanya perintah, pekerjaan dan upah. Dengan demikian Pekerja

hanya dianggap sebagai barang saja, bukan sebagai subyek hukum.25

Akibat dari

outsourcing dan PKWT Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja pada dasarnya menjual

manusia kepada user, dengan sejumlah uang dan mendapatkan keuntungan dengan

menjual manusia, kata para pihak itu. Tidak ada hal seperti itu dalam kontrak.

Menurut kalangan dalam masyarakat tersebut, manusia harus dilindungi

sebagai manusia yang seutuhnya. Bekerja seharusnya adalah untuk memberikan

kehidupan yang selayaknya tetapi ketika Pekerja hanya sebagai bagian produksi dan

terutama dengan kontrak-kontrak26

yang dibuat, maka hanya sebagai salah satu

bagian dari produksi, sehingga perlindungan sebagai manusia menjadi lemah.

Meskipun sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa masih banyak

pihak di dalam masyarakat yang mempertanyakan eksistensi PKWT dan Penyerahan

25 Perlu dikemukakan di sini bahwa dalam istilah Inggris Hukum, Subyek hukum itu memang benda

(property) atau hak. Mungkin yang dimaksud oleh para pihak tersebut dengan pihak adalah the party

to contract. The party to contract adalah orang (legal person). Penjelasan mengenai hal ini dapat

dilihat dalam buku Jeferson Kameo SH., LL.M., Ph.D. dengan judul Kontrak Sebagai Nama Ilmu

Hukum Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

26

Tidak ada kontrak yang boleh dibuat dengan sengaja dalam rangka menempatkan satu pihak dalam

hubungan hukum tersebut sebagai semata-mata alat produksi untuk “diperas”. Apabila hal itu terjadi,

maka itu bukan suatu kontrak tetapi perbuatan melawan hukum.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2668/2/T1_312008001_BAB I.pdf · 4 Tertentu (PKWT) dan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Kepada Perusahaan

16

Sebagian Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain, namun pihak Pemerintah sendiri

membantah rasionalisasi dibalik gugatan pihak–pihak di dalam masyarakat tersebut.

Berikut di bawah ini, bagaimana sudut pandang Pemerintah (eksekutif dan DPR).

Pemerintah berpendapat bahwa Hubungan Kerja berdasarkan Perjanjian Kerja

Waktu Tertentu (PKWT) dan Penyerahan Sebagian Pekerjaan kepada Perusahaan

Lain, yang umum dikenal dengan outsourcing, sebagaimana diatur dalam Pasal 59

serta Pasal 64 Undang–Undang Ketenagakerjaan adalah dalam rangka memberikan

kesempatan bagi seluruh warga negara Indonesia untuk mendapatkan pekerjaan yang

layak, sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 27 Ayat (2) UUD 1945; juga dalam

rangka memberikan perlakuan yang adil dan layak bagi semua warga negara dalam

hubungan kerja guna mendapatkan imbalan yang setimpal dengan pekerjaan yang

dilaksanakannya.

Dalam pandangan Pemerintah, dengan diterapkannya Perjanjian Kerja Waktu

Tertentu (PKWT), dan Penyerahan Sebagian Pekerjaan kepada Perusahaan Lain atau

outsourcing adalah bagi Pekerja outsourcing, mereka akan menggunakan seluruh

kemampuannya dalam bekerja. Dengan adanya outsourcing, maka para Pekerja akan

mendapatkan suatu keterampilan yang belum mereka miliki sebelumnya. Apabila

para Pekerja tersebut telah memiliki kemampuan, maka Pekerja akan menambah

kemampuan mereka dengan bekerja outsourcing. Pekerjaan tersebut akan menjadi

lebih bermanfaat, jika pekerjanya mampu menangkap ilmu yang mereka dapat dari

perusahaan penerima.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2668/2/T1_312008001_BAB I.pdf · 4 Tertentu (PKWT) dan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Kepada Perusahaan

17

Selanjutnya Pemerintah berpendapat bahwa para pekerja mengembangkan

keterampilan tersebut untuk menambah daya saing dalam meraih lapangan pekerjaan.

Sebelum mendapatkan pekerjaan tetap, dengan adanya outsourcing akan membantu

Pekerja yang belum bekerja untuk disalurkan kepada perusahaan–perusahaan yang

membutuhkan tenaga kerja dari perusahaan outsourcing tersebut. Selain hal tersebut,

Peraturan perundang–undangan Ketenagakerjaan yang sudah mengatur jenis dan sifat

pekerjaan yang akan selesai dalam waktu tertentu, serta segala aturan–aturan dalam

menerapkan sebuah Pekerjaan untuk Waktu Tertentu, dan Penyerahan Sebagian

Pekerjaan kepada Perusahaan Lain. Pemerintah menilai bahwa pandangan sejumlah

kalangan di dalam masyarakat yang menyatakan Pasal 59, Pasal 64, Pasal 65, dan

Pasal 66 Undang–Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan telah

menimbulkan kerugian hak adalah tidak benar.

Sejalan dengan pandangan Pemerintah sebagimana telah dipaparkan di atas,

dalam polemik itu, DPR beranggapan bahwa tidak ada kerugian konstitusional atau

kerugian yang bersifat potensial akan terjadi dengan berlakunya Pasal 59 dan Pasal

64 UU Ketenagakerjaan. Bagi para pihak Dewan Perwakilan Rakyat, anggapan

kalangan dalam masyarakat bahwa para Pekerja tidak spesifik (khusus) dan aktual

mengenai kerugian konstitusional akibat pemberlakuan PKWT dan Penyerahan

Sebagian Pekerjaan kepada Perusahaan Lain dalam UU Ketenagakerjaan.

Pada prinsipnya, menurut pihak DPR, kegiatan yang berhubungan langsung

dengan proses produksi, Pekerja outsourcing tidak boleh digunakan oleh perusahaan.

Hanya kegiatan jasa penunjang yang tidak berhubungan langsung dengan proses

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2668/2/T1_312008001_BAB I.pdf · 4 Tertentu (PKWT) dan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Kepada Perusahaan

18

produksi, perusahaan dapat mempekerjakan Pekerja outsourcing melalui Perusahaan

Penyedia Jasa.

Pada bagian lain, menurut DPR Perjanjian Kerja Waktu Tertentu yang lazim

disebut dengan pekerja kontrak, mendasarkan diri pada Pasal 59 Ayat (1) huruf (a),

huruf (b), huruf (c), dan huruf (d) serta Ayat (2), Ayat (3), Ayat (4), Ayat (5), Ayat

(6), Ayat (7) dan Ayat (8) Undang–Undang Ketenagakerjaan, kesepakatan yang

dibuat untuk Perjanjian Kerja Waktu Tertentu adalah hanya untuk pekerjaan yang

mempunyai sifat, jenis dan kegiatan akan selesai dalam waktu tertentu.

Sehingga menurut DPR, hal itu dapat dikategorikan sebagai Pekerjaan Waktu

Tertentu, yaitu pekerjaan yang sekali selesai yang dilakukan sekali tiap bulan.

Kontroversi antara sebagian Masyarakat versus pihak Pemerintah (eksekutif dan

DPR) itu perlu diteliti dikaitkannya dengan prinsip–prinsip dan kaedah–kaedah

hukum yang mengatur mengenai PKWT dan Penyerahan Sebagian Pekerjaan kepada

Perusahaan Lain tersebut.

Itulah uraian mengenai latar belakang Penulis melakukan penelitian dan pada

akhirnya menulis suatu Skripsi Kesarjanaan yang rumusan masalahnya akan

dikemukakan di bawah ini.

1.3. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah penelitian dan Penulisan karya tulis ini adalah:

Bagaimana hubungan kerja berdasarkan perjanjian kerja waktu tertentu dan

penyerahan sebagian perkerjaan kepada perusahaan lain?

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2668/2/T1_312008001_BAB I.pdf · 4 Tertentu (PKWT) dan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Kepada Perusahaan

19

1.4. Tujuan Penelitian

Sedangkan tujuan penelitian dan Penyusunan Karya Tulis ini adalah

mengetahui bagaimana prinsip–prinsip dan kaedah–kaedah hukum yang mengatur

mengenai perjanjian kerja waktu tertentu dan penyerahan pekerjaan kepada

perusahaan lain.

1.5. Metode Penelitian

Adapun metode yang Penulis pergunakan untuk penelitian dan Penyusunan

Karya Tulis ini adalah penelitian hukum. Yang dimaksud dengan Penelitian Hukum

adalah mencari dan menemukan kembali (research) prinsip–prinsip hukum dan

kaedah–kaedah hukum yang mengatur mengenai Hubungan Kerja berdasarkan

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dan Penyerahan Sebagian Pekerjaan

kepada Perusahaan Lain, yang menurut Pendapat Penulis (thesis sentence), bahwa

PKWT dan penyerahan sebagian pekerjaan kepada perusahaan lain tersebut pada

hakikatnya adalah suatu kontrak sui generis (hybrid).

Adapun satuan amatan dalam penelitian dan Penyusunan Karya Tulis ini yaitu

UUD 1945; UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, serta peraturan

perundang–undangan yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi antara lain,

misalnya; Undang–Undang No. 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian Hubungan

Industrial; Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (Keputusan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor;

KEP.100/MEN/VI/2004 tanggal 21 Juni 2004). Disamping itu akan diamati satu

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2668/2/T1_312008001_BAB I.pdf · 4 Tertentu (PKWT) dan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Kepada Perusahaan

20

Putusan Pengadilan Hubungan Industrial yang telah berkekuatan hukum tetap, antara

lain; putusan No. 153 K/PDT.SUS/2010 antara Serikat Buruh Nestle Panjang

melawan PT. Nestle Indonesia.

Sedangkan satuan analisis penelitian dan Penulisan Karya Tulis ini yaitu

bagaimana hubungan kerja berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu dan

Penyerahan Sebagian Pekerjaan kepada Perusahaan Lain yang berlaku dalam sistem

hukum Indonesia saat ini.