BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan...

26
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul Indonesia sebagai salah satu negara berkembang memiliki beberapa program yang harus dijalankan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat terutama dalam bidang kesehatan. Pemerintah telah mengeluarkan beberapa upaya seperti jamsostek, jamkesmas, dan sebagainya. Saat ini, pemerintah sedang mengembangkan sistem jaminan kesehatan nasional yang dikelola sebuah badan bernama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS). BPJS merupakan bentuk transformasi sistem asuransi kesehatan (PT Askes) yang disediakan pemerintah dalam upaya pemenuhan kebutuhan kesehatan yang diberikan kepada seluruh warga negara. Adanya sistem pelayanan kesehatan yang baru tersebut diharapkan dapat memberikan fasilitas yang baik untuk warga negara. Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti bermaksud untuk meneliti efektivitas sistem pelayanan kesehatan melalui BPJS Kesehatan yang berjalan sejak 1 januari 2014 hingga sekarang. Penelitian ini menjadi hal yang menarik karena konflik yang ada dalam pelaksanaan BPJS Kesehatan ini sudah banyak terjadi. Seperti yang terjadi dalam pelayanan rumah sakit di daerah Lampung, salah satu pasien mengalami pelayanan yang tidak baik, yaitu dengan kasus pembuangan pasien. Saat menyampaikan laporan tahunan, Direktur Advokasi YLBHI, Bahrain, menyindir kasus ini sebagai potret orientasi dokter dan fasilitas kesehatan pada uang sehingga melupakan sisi kemanusiaan. Tak lupa, Bahrain meminta petinggi Kementerian Kesehatan memberikan sanksi tegas kepada dokter, perawat dan petugas rumah sakit lainnya

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Juduletd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100589/potongan/S1-2016... · 1.1. Alasan Pemilihan Judul ... laporan tahunan, Direktur Advokasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Alasan Pemilihan Judul

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang memiliki beberapa

program yang harus dijalankan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam

upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat terutama dalam bidang kesehatan.

Pemerintah telah mengeluarkan beberapa upaya seperti jamsostek, jamkesmas, dan

sebagainya. Saat ini, pemerintah sedang mengembangkan sistem jaminan kesehatan

nasional yang dikelola sebuah badan bernama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Kesehatan (BPJS). BPJS merupakan bentuk transformasi sistem asuransi kesehatan

(PT Askes) yang disediakan pemerintah dalam upaya pemenuhan kebutuhan

kesehatan yang diberikan kepada seluruh warga negara. Adanya sistem pelayanan

kesehatan yang baru tersebut diharapkan dapat memberikan fasilitas yang baik

untuk warga negara. Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti bermaksud untuk

meneliti efektivitas sistem pelayanan kesehatan melalui BPJS Kesehatan yang

berjalan sejak 1 januari 2014 hingga sekarang.

Penelitian ini menjadi hal yang menarik karena konflik yang ada dalam

pelaksanaan BPJS Kesehatan ini sudah banyak terjadi. Seperti yang terjadi dalam

pelayanan rumah sakit di daerah Lampung, salah satu pasien mengalami pelayanan

yang tidak baik, yaitu dengan kasus pembuangan pasien. Saat menyampaikan

laporan tahunan, Direktur Advokasi YLBHI, Bahrain, menyindir kasus ini sebagai

potret orientasi dokter dan fasilitas kesehatan pada uang sehingga melupakan sisi

kemanusiaan. Tak lupa, Bahrain meminta petinggi Kementerian Kesehatan

memberikan sanksi tegas kepada dokter, perawat dan petugas rumah sakit lainnya

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Juduletd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100589/potongan/S1-2016... · 1.1. Alasan Pemilihan Judul ... laporan tahunan, Direktur Advokasi

2

2

yang terlibat. “Pembuangan pasien tak bisa dibenarkan,” tegas Bahrain. Dapat

dilihat bahwa kasus ini menjadi salah satu alasan peneliti dalam melakukan

penelitian. Kasus ini dimuat dalam HukumOnline.com pada 25 Februari 2014.

1.1.1. Orisinalitas

Penelitian ini merupakan penelitian yang masih orisinal. Hal tersebut dapat

dibuktikan dengan tidak ditemukannya penelitian yang membahas mengenai

efektivitas pelayanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial di kawasan Kecataman

Selopampang, Temanggung, Jawa Tengah. Namun, sebagai komparasi telah ada

beberapa penelitian yang berkaitan dengan program-program bantuan jaminan

sosial di wilayah lain. Penelitian sebelumnya telah dilakukan sebagaimana dibahas

berikut ini.

Penelitian yang berjudul ‘Pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas

Melalui Kepuasan Pasien Pengguna BPJS di Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi’

(Fitriani, 2014) menunjukkan hasil bahwa pihak rumah sakit dapat meningkatkan

kualitas pelayanan yang diwujudkan dengan lima dimensi, yaitu kualitas pelayanan

dan perlakuan yang sama terhadap pasienya, memberikan kepercayaan dalam

pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga medis maupun non medis serta mendukung

ketersediaan sumber daya yang memadai.Selain itu kualitas pelayanan juga dapat

ditingkatkan dengan memberikan perhatian dan kepedulian yang tulus dari petugas

kesehatan terhadap pasien. Dari penelitian ini, dapat terlihat bahwa BPJS dilihat

dari pelayanan rumah sakitnya.

Penelitian tentang ‘Formulasi Kebijakan Integrasi Jaminan Kesehatan

Daerah ke Sistem Jaminan Kesehatan Nasional Menuju Universal Health

Coverage’ (Supriyanto, 2014). Hasil dari penelitian ini adalah terdapat 2.558.490

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Juduletd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100589/potongan/S1-2016... · 1.1. Alasan Pemilihan Judul ... laporan tahunan, Direktur Advokasi

3

3

peserta usulan daerah (2,96% dari 86.400.000 penerima Jamkesmas/PBI –

Penerima Bantuan Iuran) dari 251 kabupaten/kota dari 31 provinsi yang tidak tepat

sasaran. Hal ini terutama karena penetapan peserta dilakukan sentralistik dan

kurang memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk menetapkan

masyarakat di daerahnya yang memenuhi syarat sebagai PBI. Dalam penelitian ini,

peneliti hanya meneliti berapa jumlah penerima yang menjadi peserta PBI dan non

PBI.

Penelitian yang berjudul ‘Pelayanan Pemeliharaan Kesehatan Bagi

Pekerja/Buruh Oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan’ (Wijoyo,

2014). Penelitian ini menemukan bahwa hambatan-hambatan pada Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) dalam upaya

pelayanan kesehatan adalah: (1) Berupa keterlambatan regulasi dari pemerintah

dalam membuat peraturan yang dalam pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional

(JKN) yang akan dituangkan dalam Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden.

(2) Pelaksanaan jaminan kesehatan yang menjadi salah satu hambatan upaya dalam

pelayanan kesehatan pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dimana

hambatan ini karena kurangnya sosialisasi yang dilakukan. (3) Kurangnya fasilitas

dan tenaga kesehatan masih minim, terutama pada unit layanan tingkat I seperti

klinik dan puskesmas. Dalam penelitian ini dapat diketahui kelemahan dari BPJS

kesehatan, peneliti lebih menonjolkan kelebihan serta kekurangan yang didapatkan

dalam proses penelitian.

Penelitian yang berjudul ‘Analisis Implementasi Jaminan Kesehatan

Nasional di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang’ (Putra, 2014). Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa penyelenggaraan JKN sudah menuhi syarat strandar yang

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Juduletd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100589/potongan/S1-2016... · 1.1. Alasan Pemilihan Judul ... laporan tahunan, Direktur Advokasi

4

4

diberikan pemerintah, terrlihat pula dari respon masyarakat. Tetapi ada pula

kendalanya yaitu, pencairan klaim yang lambat, teknologi yang kurang memadai

dalam mengakses informasi tentang JKN, kurangnya SDM di bagian pelayanan

JKN pada rumah sakit.Dari beberapa penelitian tersebut terlihat bahwa fokus dari

penelitian ini belum pernah dilakukan oleh peneliti lain. Relevansi dengan PSDK

1.1.2. Relevansi Dengan PSdK

Studi Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan merupakan studi terapan

yang mengkaji masalah-masalah sosial dan cara mengatasinya dalam upaya untuk

menciptakan hubungan yang serasi antara kebutuhan hidup dan sumber-sumber

pemenuhan kebutuhan yang tersedia. Kebijakan sosial sendiri merupakan salah

satu kajian dalam Studi Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan karena melalui

kebijakan sosial, pemerintah berusaha menyelaraskan antara berbagai kebutuhan

sosial dengan sumber daya yang ada. Pada pembahasan Pembangunan Kesehatan

Masyarakat Desa atau sering disebut pula PKMD, terungkap adanya permasalahan

yang perlu dipecahkan berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Permasalahan

tersebut muncul akibat adanya penyakit menular, serta keadaan sanitasi dengan

lingkungan yang kurang baik.

Pembahasan yang telah dilakukan dalam PKMD memberikan pengertian

akan pentingnya kesehatan bagi masyarakat, khususnya masyarakat desa.

Kesehatan menjadi bagian penting karena merupakan hal yang paling utama dalam

menjalankan segala aktifitas baik diluar maupun di dalam rumah. Sehingga,

kebutuhan kesehatan akan sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam proses

pembangunan desa maupun dalam proses pembangunan sebuah negara

berkembang.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Juduletd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100589/potongan/S1-2016... · 1.1. Alasan Pemilihan Judul ... laporan tahunan, Direktur Advokasi

5

5

Program BPJS Kesehatan merupakan salah satu wujud konkret kebijakan

sosial di bidang kesehatan yang telah diimplementasikan oleh Pemerintah.

Kebijakan ini bertujuan untuk membantu masyarakat yang kurang mampu secara

ekonomi agar dapat memperoleh sarana kesehatan yang layak dengan mudah.

Terpenuhinya kebutuhan masyarakat terhadap sarana kesehatan melalui program

ini diharapkan dapat mencegah serta mengurangi timbulnya berbagai permasalahan

kesehatan yang diakibatkan oleh rendahnya tingkat kesehatan masyarakat dan

sulitnya memperoleh pelayanan kesehatan yang layak bagi masyarakat yang kurang

mampu secara ekonomi. Selain itu, Program BPJS Kesehatan ini juga bertujuan

untuk mendorong peningkatan kualitas pembangunan sosial dan tingkat

kesejahteraan masayarakat kurang mampu khususnya di wilayah-wilayah yang

terpencil jauh dari pusat kota dan pusat kesehatan. Dengan demikian, isu mengenai

pengimplementasian Program BPJS Kesehatan memiliki relevansi yang jelas

dengan Ilmu Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan.

1.1.3. Aktualitas

Jaminan sosial yang sudah ada sejak tahun 1960 ini menjadi pertanyaan

berbagai kalangan karena sistem penyelenggaraannya yang berubah-ubah.

Berbagai pihak mempertanyakan perbedaan apa yang muncul antara program

jaminan sosial yang satu dengan yang lainnya. Perubahan nama yang terjadi sejak

tahun 1960 sampai pada tahun 2014 lalu yaitu BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial) ini adalah salah satu kebijakan yang masih simpang-siur penggunaannya

dengan KIS (Kartu Indonesia Sehat) yang diluncurkan oleh presiden yang baru

yaitu Presiden Jokowi pada tahun 2015. Bagaimana dengan BPJS yang sampai saat

ini masih banyak permasalahan khususnya dalam masyarakat? Dinamika yang

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Juduletd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100589/potongan/S1-2016... · 1.1. Alasan Pemilihan Judul ... laporan tahunan, Direktur Advokasi

6

6

terjadi dalam proses implementasi BPJS merupakan isu yang aktual untuk dijadikan

pembahasan dalam suatu penelitian. Hal tersebut disebabkan karena implementasi

Program BPJS baru berlangsung selama satu tahun semenjak diberlakukan mulai

tanggal 1 Januari 2014.

Selama proses implementasi BPJS berlangsung, timbul berbagai macam

dinamika baik pada level struktural maupun aktor. Pada level struktural, dinamika

yang terjadi adalah masih banyaknya kelalaian sistem yang ada dalam pengawasan

proses administrasi hingga pelaksanaan program BPJS Kesehatan. Pada level aktor,

dinamika yang terjadi adalah berkaitan dengan bagaimana masyarakat

menggunakan fasilitas jaminan sosial tersebut. Pasalnya, pelayanan yang diberikan

serta sosialisasi dari pemerintah pun kurang memadai dan dapat menimbulkan

penyalahgunaan fasilitas dari program BPJS diberikan dan digunakan tidak

sebagaimana mestinya.

1.2. Latar Belakang

Pembangunan sebuah negara tidak terlepas dari hal yang disebut dengan

jaminan sosial, yang salah satunya berbentuk. Asuransi ini meliputi beberapa hal

seperti assuransi kecelakaan kerja, asuransi pensiun, asuransi jiwa, dan sebagainya.

Jaminan sosial ini sudah diterapkan oleh banyak negara, baik negara maju seperti

Amerika, Inggris, Jerman, Australia dan negara-negara Skandinavia; maupun

negara berkembang seperti Thailand, Malaysia, dan Philippina. Di Amerika,

penduduk kewarganegaraan Amerika harus mempunyai asuransi jiwa, terutama

untuk asuransi kesehatan. Seluruh warga negara mendapatkanya, tidak terkecuali,

termasuk pula warga negara yang tidak bekerja atau pengangguran. Sistem

pembayaranya serta cara mengaksesnya pun terbilang mudah dan tidak membebani

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Juduletd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100589/potongan/S1-2016... · 1.1. Alasan Pemilihan Judul ... laporan tahunan, Direktur Advokasi

7

7

warga negara sebagai pengguna jaminan sosial negara. Hal ini saat ini juga berlaku

di Indonesia, yang sebenarnya sudah dikembangkan sejak tahun 1960.

Jaminan sosial di Indonesia sudah sejak ada dari tahun 1960 dengan adanya

Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 865 tahun 1960 yang memperkenalkan

program pemeliharaan kesehatan yang disebut "Jakarta Pilot Project" di Jakarta.

Menteri Kesehatan Prof. Dr. G.A Siwabessy membentuk Badan Penyelenggara

Dana Pemeliharaan Kesehatan (BPDPK) yang berada di Departemen Kesehatan

untuk mengelola asuransi kesehatan pegawai negeri. Menteri Tenaga Kerja

Awaloedin Djamin membentuk Tim Kerja Kesejahteraan Pegawai Negeri

(TKKPN). Keppres No 122 tahun 1968 menetapkan potongan gaji pegawai negeri

sebesar 5% untuk membiayai pemeliharaan kesehatan. Pada tahun 1971 Perpres No

8 tahun 1977 menetapkan iuran sebesar 2% gaji pokok berlaku kepada pegawai

aktif dan pensiunan. Sistem kapitasi mulai diperkenalkan di puskesmas Jakarta.

BPDPK membatasi jumlah anak yang ditanggung sebanyak 3 orang. Jaminan sosial

ini berjalan hingga tahun 1980. Pada tahun 1981 jaminan sosial yang diberikan PP

No 22 dan 23 tahun 1984 menetapkan pengelolaan asuransi kesehatan PNS

dipisahkan dari Departemen Kesehatan. BPDBPK berubah menjadi perusahaan

umum Husada Bahakti atau disingkat Perum PHB. Dan sistem ini berlaku hingga

1990.

Pada tahun 1991 hingga tahun 2000 Perum PHB ditingkatkan

keleluasaannya menjadi PT Asuransi Kesehatan Persero atau PT Askes melalui PP

No 6 tahun 1992. UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan mewajibkan

Pemerintah menyelenggarakan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Masyarakat (JPKM). Permenkes No 571 Tahun 1993 mengatur agar Pemerintah

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Juduletd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100589/potongan/S1-2016... · 1.1. Alasan Pemilihan Judul ... laporan tahunan, Direktur Advokasi

8

8

menyelenggarakan JPKM. Kepmenkes No 1122 Tahun 1994 mengatur pemberian

tanda pengenal bagi keluarga miskin dalam bentuk kartu Sehat untuk berobat ke

Puskesmas. Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dapat digunakan untuk

pengobatan ke fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah. Pengembangan

dokter keluarga dalam penyelenggaraan Program JPKM Berdasarkan KepMenkes

No 56 Tahun 1996. Pemerintah mengembangkan program Jaring Pengaman Sosial

Bidang Kesehatan (JPS-BK) (Hadi Setia 2015).

Pada tahun 2000 hingga 2014 sistem jaminan sosial berganti-ganti nama

dari JAMSOSTEK hingga menjadi BPJS Kesehatan. Berdasarkan Kepmenkes No

781 tahun 2003, No 1099 tahun 2003 dan No 1141 tahun 2003 pemerintah

melaksanakan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Keluarga Miskin (JPK Gakin) di

3 provinsi dan 13 kabupaten. Pemerintah mengesahkan UU No 40 Tahun 2004

tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Pemerintah membentuk UU No

24 Tahun 2011 tentang Badan Pelaksana Jaminan Sosial (BPJS). Implementasi

Jaminan Kesehatan Nasional melalui UU SJSN PT Askes dibubarkan diganti

dengan BPJS Kesehatan mulai beroperasi mulai 1 Januari 2014.

Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang melakukan proses

pemenuhan kebutuhan serta peningkatan kesejahteraan warga negaranya.

Pembangunan negara merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan oleh

setiap negara. Beberapa cara yang dilakukan antara lain berupa pengentasan

kemiskinan. Kemiskinan dipahami sebagai keadaaan kekurangan untuk menjamin

kelangsungan hidup. Kemiskinan adalah apabila pendapatan suatu komunitas

berada dibawah satu garis kemiskinan tertentu. Kemiskinan juga berarti kekurangan

kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Juduletd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100589/potongan/S1-2016... · 1.1. Alasan Pemilihan Judul ... laporan tahunan, Direktur Advokasi

9

9

ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat yang layak

(Kurniawan 2004:40). Hidup miskin bukan hanya kekurangan uang, serta tingkat

pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal seperti : tingkat pendidikan rendah,

tingkat kesehatan rendah, perlakukan tidak adil dalam hukum, ketentraman

terhadap ancaman kriminal maupun ketidak berdayaan dalam menemukan jalan

hidupnya.Kemiskinan telah membatasi warga negara dalam mengkases beberapa

fasilitas negara seperti memperoleh perlindungan hukum, memperoleh rasa aman,

memperoleh akses kebutuhan hidup, mengakses fasilitas pendidikan, mengakses

fasilitas kesehatan, dan sebagainya. Berdasarkan Badan Pusat Satistik (BPS) pada

bulan Maret 2015, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per

kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,59 juta

orang (11,22 persen), bertambah sebesar 0,86 juta orang dibandingkan dengan

kondisi September 2014 yang sebesar 27,73 juta orang (10,96 persen). Persentase

penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2014 sebesar 8,16 persen,

naik menjadi 8,29 persen pada Maret 2015. Sementara persentase penduduk miskin

di daerah perdesaan naik dari 13,76 persen pada September 2014 menjadi 14,21

persen pada Maret 2015.

Angka-angka tersebut mengindikasikan bahwa program-program yang

dikeluarkan oleh pemerintah dalam upaya pengentasan kemiskinan belum berhasil.

Beberapa pihak membuat indikator-indikator kemiskinan,salah satunya adalah

BKKBN. Penentuan indikator kemiskinan, BKKBN lebih melihat dari sisi

kesejahteraanya. Unit survey yang digunakan pun adalah keluarga bukan rumah

tangga seperti yang dilakukan oleh BPS. Dalam BKKBN pertahapan keluarga

sejahtera dibagi menjadi lima tahap yaitu, keluarga pra-sejahtera, keluarta sejahtera

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Juduletd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100589/potongan/S1-2016... · 1.1. Alasan Pemilihan Judul ... laporan tahunan, Direktur Advokasi

10

10

I (miskin), keluarga pra-sejahteran II, Keluarga pra-sejahtera III, dan tahapan

keluarga pra-sejahtera III plus. Indikator yang dikeluarkan oleh BKKBN belumlah

mencangkup tentang pemenuhan nutrisi atau gizi anak.

Pada saat ini pemerintah Indonesia sedang menjalankan proses

pembangunan agar mencapai standar internasional dalam pemenuhan kebutuhan

masyarakatnya melalui standar MDGs. Dalam Millenieum Developemnt Goals

(MDGs) 2000, para pemimpin dunia sepakat bahwa proporsi anak balita kurang

gizi atau berberat badan rendah merupakan salah satu indikator kemiskinan

(Khomsa, 2006). MDGs membahas beberapa hal yang harus dipenuhi dalam

pengentasan kemiskinan di dunia, dan terutama di negara Indonesia, yaitu :

menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk

semua, serta mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan., Selain

itu, MDGs mendorong adanya upaya untuk menurunkan angka kematian anak,

meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit

menular lainya, memastikan kelestarian hidup, serta mengembangkan kemitraan

global untuk pembangunan.

Konsep MDGs yang berlaku pada saat ini telah digantikan oleh SDGs yaitu

Sustainable Development Goals. Indonesia sekarang sedang menjalankan hal-hal

tersebut. Terbukti dengan adanya kebijakan-kebijakan sosial yang dilakukan untuk

memenuhi kebutuhan hidup warga negaranya terutama untuk warga negara yang

berada di garis kemiskinan. Salah satu hal yang mendasari dari segala kebijakan

adalah pemenuhan kebutuhan kesehatan bagi warga negara. Pada SDGs,

melanjutkan konsep pembangunan Millenium Development Goals (MDGs) dimana

konsep itu sudah berakhir pada tahun 2015. Jadi, kerangka pembangunan yang

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Juduletd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100589/potongan/S1-2016... · 1.1. Alasan Pemilihan Judul ... laporan tahunan, Direktur Advokasi

11

11

berkaitan dengan perubahan situasi dunia yang semula menggunakan konsep

MGDs sekarang diganti SDGs. Berbeda dengan MDGs, SDGs menyajikan tujuh

belas standar kebutuhan manusia dalam proses pemenuhan kesejahteraanya dengan

salah satunya dalah pemenuhan akan kesehatan bagi masyarakat. Dalam

perjalanannya, Indonesia telah membuat kebijakan mengenai kesehatan yang

dilakukan pada tahun 1960. Pemerintah mengeluarkan sistem jaminan sosial

kesehatan bagi warga negaranya.

BPJS kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan merupakan transformasi dari 4

BUMN penyelenggara jaminan sosial yaitu, PT ASKES, PT JAMSOSTEK, PT

TASPEN, dan PT ASABRI. Transformasi formasi BPJS tersebut kelembagaan

harus sudah selesai pada 1 April 2014 dan operasionalnya harus sudah mulai pada

bulan April 2014, sedangkan untuk BPJS ketenagakerjaan mulai beroperasi pada

bulan Juli 2015. Transformasi BPJS harus dilakukan dengan prinsip sebagai

berikut: tidak boleh ada pemutusan hubungan kerja dan tidak boleh ada

penghilangan hak-hak normatif dari karyawan ke-4 BUMN, tidak boleh merugikan

peserta lama yang mengikuti program di 4 BUMN, tidak boleh ada program

terhadap peserta lama yang stagnan atau terhenti, satu peserta hanya membayar

sekali untuk setiap program. Selain itu ada kepastian investasi dalam 4 BUMN yang

saat ini sedang berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, proses

pengalihan aset dari 4 BUMN kepada aset BPJS dan aset dana jaminan sosial

dilakukan dengan prinsip kehati-hatian.

Pelaksanaan program BPJS menjadi isu yang sedang hangat untuk

dibicarakan terutama pada BPJS Kesehatan. Sistem yang diberlakukan oleh

pemerintah dalam sistem BPJS kesehatan adalah isu yang sangat penting untuk

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Juduletd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100589/potongan/S1-2016... · 1.1. Alasan Pemilihan Judul ... laporan tahunan, Direktur Advokasi

12

12

dibahas. Penerapan program BPJS ini menjadikan permasalahan baru dalam upaya

pembangunan negara Indonesia. Data yang didapatkan menunjukkan bahwa angka

kemiskinan di pedesaan tidaklah berkurang secara signifikan, salah satu

indikatornya pun menunjukkan bahwa kebutuhan akan kesehatan juga penting

untuk diperhatikan. Jaminan sosial yang dirumuskan dalam UU SJSN adalah

jaminan kesehatan yang diselenggarakan secara nasional berdasar prinsip asuransi

sosial dan prinsip ekuitas atau kesamaan dalam memperoleh pelayanan sesuai

dengan kebutuhan medis. Masyarakat pun tidak terikat pada besar iuran yang

diambil dari satu sumber, tanpa harus memperhatikan besaran iuran atau besaran

upah masing-masing pengiur tanpa memperhatikan tempat tinggal pengiur,

sebagaimana diatur dalam pasal 19 ayat 1 UU SJSN. Keberadaan jaminan sosial

sudah diatur pada UU negara, maka jaminan sosial merupakan hal yang penting

pula untuk diperhatikan.

Sebagaimana telah disebutkan di awal, penerapan BPJS Kesehatan ini tidak

sedikit menimbulkan konflik, terutama di daerah-daerah yang terbilang jauh dari

pusat pemerintahan atau kota. Selain terjadi di daerah Lampung sebagaimana

dibahas di depan, konflik implementasi BPJS juga terjadi di daerah Ngawi. Seorang

wanita berniat untuk menjual salah satu ginjalnya dalam memenuhi kebutuhan

berobat suaminya yang menderita stroke. Kasus tersebut, tiga rumah sakit menolak

untuk memberikan pengobatan terhadap suaminya tersebut, padahal mereka

merupakan salah satu peserta BPJS Kesehatan. Wanita yang bekerja sebagai petani

ini, sudah mencoba meminta bantuan kepada rumah sakit untuk mendapatkan

fasilitas kesehatan dari program BPJS Kesehatan tersebut, tetapi Ia tidak dilayani

sebagaimana mestinya, berita ini dimuat dalam SindoNews.com pada 19 September

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Juduletd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100589/potongan/S1-2016... · 1.1. Alasan Pemilihan Judul ... laporan tahunan, Direktur Advokasi

13

13

2015. Kasus lain yang terjadi di daerah pedesaan pula, penduduk menganggap

bahwa pemberian bantuan berupa BPJS belum merata sampai ke penduduk desa,

serta persyaratan yang terbilang memberatkan calon peserta pula yang membuat

penduduk desa tidak memiliki kartu BPJS, yang dimuat pada SinduNews.com

tanggal 9 Oktober 2015. Kasus tersebut dapat menunjukkan bagaimana program

BPJS Kesehatan ini belum berjalan dengan baik dan menimbulkan konflik yang

sangat patut untuk diperhatikan.

Kasus lainya yaitu tentang sosialisasi program yang kurang menyebar dan

kurang dimengerti oleh masyarakat khususnya penduduk di daerah pedesaan.

Sosialisasi yang dilaksanakan hanya kepada tokoh atau pemuka desa saja, karena

melalui cara tersebut belum tentu efektif untuk masyarakat lainya. Pemberian

informasi akan lebih jelas ketika dari pihak BPJS yang menjelaskan langsung

kepada masyarakat sehingga, masyarakat pun akan dapat menanyakan apa yang

belum dimengerti. Pernah Disinggung apakah BPJS Kesehatan melakukan

sosialisasi terutama di daerah atau desa-desa melalui spanduk ataupun baliho, pihak

BPJS menjawab belum adanya kegiatan tersebut dan akan dilihat dengan anggaran

yang diberikan pada tahun 2016, berita ini dimuat dalam PojokPitu.com tanggal 24

Juni 2015. Hal ini menjadikan pusat perhatian bagi pemerintah dalam rangka untuk

memperbaiki sistem dari kebijakan sosial terutama dalam program BPJS

Kesehatan.

Kasus lain pun terjadi di Semarang, dalam BeritaJateng.net yang diunggah

pada tanggal 30 Maret 2016, anggota Komisi E DPRD Jateng, dari Fraksi Partai

Keadilan Sejahtera (PKS) Jateng, Rusman menyebutkan bahwa pelayanan BPJS

Kesehatan di Jawa Tengah, masih banyak kesalahan serta kendala yang

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Juduletd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100589/potongan/S1-2016... · 1.1. Alasan Pemilihan Judul ... laporan tahunan, Direktur Advokasi

14

14

mengakibatkan rakyat kecil tidak mendapat pelayanan yang maksimal. Salah satu

contoh, ada satu pasien di RS Moewardi yang terindikasi tumor ganas, namun

dipulangkan paksa. Padahal kondisinya sangat memprihatinkan, sebab harus ada

selang melalui hidungnya untuk memasukkan makanan. Bahkan setelahnya, pasien

tidak diperbolehkan menghubungi pihak RS Moewardi, dan hanya disuruh

menunggu telepon dari pihak RS. Pelayanan kesehatan yang kurang baik

menyebabkan program BPJS Kesehatan ini mejadi tidak efektif.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka permasalahan dalam

penelitian ini adalah bagaimana efektivitas pelayanan BPJS Kesehatan dalam

pemenuhan kebutuhan kesehatan masyarakat ?

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Substansial

Untuk mengetahui efektivitas pelayanan Badan penyelenggara jaminan

sosial kesehatan dalam mewujudkan pemenuhan kebutuhan kesehatan sebagai

upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat.

1.4.2 Tujuan Operasional

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi

pengembangan studi Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan,

khususnya pada konsentrasi Kebijakan Sosial yang menangani

permasalahan di bidang kesehatan.

Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan

di Departemen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Juduletd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100589/potongan/S1-2016... · 1.1. Alasan Pemilihan Judul ... laporan tahunan, Direktur Advokasi

15

15

Penelitian ini diharapkan juga menjadi acuan untuk penelitian

selanjutnya.

1.5. Manfaat Penelitian

Secara substansial, penelitian ini dapat menjadi referensi untuk

mengetahui efektivitas pelayanan BPJS Kesehatan dalam

mewujudkan pemenuhan kebutuhan kesehatan masyarakat di

kecamatan selopampang, temanggung, jawa tengah.

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk sumbangsih

pemikiran dan referensi yang bisa digunakan bagi penelitian

selanjutnya.

Penelitian ini bermanfaat menambah pengetahuan tentang efektivitas

pelayanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan

Penelitian ini bermanfaat sebagai data yang dapat digunakan sebagai

referensi dalam mempertimbangkan perumusan kebijakan sosial di

bidang kesehatan.

1.6. Landasan Teori

Fokus penelitian ini mengenai efektivitas pelayanan BPJS Kesehatan dalam

mewujudkan pemenuhan kesehatan masyarakat. Abdurahmat dalam Othenk (2008:

7), efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah

tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah

pekerjaan tepat pada waktunya. Dapat disimpulkan bahwa efektivitas berkaitan

dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu, dan

partisipasi aktif dari anggota serta merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil

yang dinyatakan, dan menunjukan derajat kesesuaian antara tujuan yang dinyatakan

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Juduletd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100589/potongan/S1-2016... · 1.1. Alasan Pemilihan Judul ... laporan tahunan, Direktur Advokasi

16

16

dengan hasil yang dicapai. Pengertian efektifitas menurut Susanto: “Efektivitas

merupakan daya pesan untuk mempengaruhi atau tingkat kemampuan pesan-pesan

untuk mempengaruhi” (Susanto dalam Othenk : 2008). Menurut pengertian Susanto

tersebut, efektivitas bisa diartikan sebagai suatu pengukuran akan tercapainya

tujuan yang telah direncanakan sebelumnya secara matang agar hasil yang

diharapkan dapat berjalan dengan baik.

Menurut Edi (2012:86) pengertian efektifitas adalah sebagai berikut:

“Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah

tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah

barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukkan

keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil

kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya”.

Jadi, efektivitas implementasi yaitu ketercapaian tujuan dari suatu kebijakan

yang telah direncanakan dan telah dilaksanakan. Suatu implementasi kebijakan

dinyatakan efektif ketika tujuan dari kebijakan itu bisa diwujudkan. Sehubungan

dengan hal tersebut, maka efektivitas adalah menggambarkan seluruh siklus input,

proses dan output yang mengacu pada hasil guna daripada suatu program yang

menyatakan sejauh mana tujuan telah dicapai, serta ukuran berhasil tidaknya suatu

program mencapai tujuannya dan mencapai target-targetnya.

Penelitian ini menggunakan teori Steers yang menyatakan bahwa efektivitas

merupakan jangkauan usaha suatu program sebagai suatu sistem dengan sumber

daya dan sarana tertentu untuk memennuhi tujuan dan sasaranya tanpa

melumpuhkan cara dan sumber daya itu serta tanpa memberi tekanan yang tidak

wajar terhadap pelaksananya. Tangkilisan (2005:64) Steers mengemukakan lima

kriteria dalam pengukuran efektivitas organisasi, yaitu:

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Juduletd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100589/potongan/S1-2016... · 1.1. Alasan Pemilihan Judul ... laporan tahunan, Direktur Advokasi

17

17

1. Produktivitas

2. Kemampuan adaptasi atau fleksibilitas

3. Kepuasan kerja

4. Kemampuan berlaba

5. Pencarian sumber daya

Penelitian ini menggunakan pengukur produktivitas serta kepuasan kerja

yang akan diukur melalui tanggapan informan serta permasalahan-permasalahan

yang ada pada saat proses penelitian berlangsung. Upaya dapat dikatakan efektif,

tepat tujuan dan berhasil guna jika sasaran/tujuan yang direncanakan ingin dicapai

dapat berhasil dengan target/rencana yang telah ditetapkan sebelum program

diberlakukan.

Pendekatan efektivitas dibagi menjadi dua yaitu (Tangkilisan, 2005 ) :

1. Pendekatan dari segi tujuan (the goal approach)

Pendekatan tujuan untuk menentukan dan mengevaluasi efektivitas

didasarkan pada gagasan bahwa organisai diciptakan sabagai alat untuk

mencapai tujuan. Organisasi dibentuk dengan maksud mencapai tujuan.

Efektivitas disini sebagai pencapaian sasaran yang telah disepakati.

Menurut Kerr dan Slocum (Tangkilisan, 2005) beberapa hal yang perlu

diketahui seseorang khususnya yang berhubungan dengan pencapaian

suatu tujuan adalah :

a) Sifat-sifat tugas yaitu tentang tugas apa yang harus dilakukan,

b) Metode kerja yaitu cara tugas itu dilakukan termasuk prosedur

kerjanya,

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Juduletd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100589/potongan/S1-2016... · 1.1. Alasan Pemilihan Judul ... laporan tahunan, Direktur Advokasi

18

18

c) Kegagalan dan keberhasilan yaitu sejauhmana seseorang

mengetahui bahwa hasil kerjanya salah atau benar.

Organisasi pun menjadi hal penting dalam pembangunan negara.

Keberadaan BPJS dalam upaya pembangunan negara menjadi

organisasi yang penting di bidang pemenuhan kebutuhan kesehatan.

Pelayanan BPJS kesehatan merupakan salah satu cara yang diberikan

oleh BPJS dalam upaya pencapaian tujuan yang sudah direncanakan

sejak awal.

2. Pendekatan dari teori sistem

a) Menurut teori sistem, efektivitas organisasi dapat diukur melalui

tiga tahapan, yaitu :Jangka pendek

1) Produksi : menggambarkan kemampuan untuk

mempengaruhi jumlah dan mutu otput yang sesuai.

2) Efisien : konsep definisi sebagai angka perbandingan

antara output dan input.

3) Kepuasan : kepuasan dan semangat kerja menunjukkan

sampai seberapa jauh organisasi memenuhi kebutuhan

masyarakat/anggotanya.

b) Jangka panjang

1) Adaptasi : kemampuan adaptasi, seberapa jauh

organisasi dapat menanggapi perubahan internal dan

eksternal.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Juduletd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100589/potongan/S1-2016... · 1.1. Alasan Pemilihan Judul ... laporan tahunan, Direktur Advokasi

19

19

2) Pengembangan : usaha pengembangan yang biasanya

dilakukan adalah program pendekatan logis maupun

sosiologis.

c) Jangka panjang, maksud dari tahapan ini adalah, bagaimana

sebuah organisasi dapat bertahan dengan mengedepankan

kepentingan orang banyak terutama masyarakat atau anggota

yang ikut terlibat dalam setiap program yang diberikan oleh

organsisasi tersebut.

Melalui tahapan-tahapan yang telah disebutkan, BPJS dapat memberikan

efek yang lebih bagi masyarakat dalam upaya pemenuhan kebutuhan kesehatan

melalui layanan BPJS Kesehatan. Richard M. Steers menyatakan bahwa efektivitas

dinilai menurut ukuran sebagaimana sebuah organisasi berhasil mencapai tujuan

yang layak dicapai dan optimal. BPJS Kesehatan merupakan salah satu solusi

pemerintah dalam menangani masalah sosial dalam bidang kesehatan. Ketidak

berdayaan masyarakat tingkat desa dalam mengakses fasilitas kesehatan menjadi

hal yang sangat diperhatikan oleh pemerintah dalam mewujudkan masyarakat yang

sejahtera. BPJS Kesehatan menjadi alat untuk mencapai kesejahteraan masyarakat

khususnya masyarakat yang berada di tingkat desa. Terpenuhi kebutuhan kesehatan

bagi seluruh warga negara menjadi bagian penting dalam sebuah pembangunan

negara, maka pemerintah pun seharusnya memperhatikan kelangsungan hidup

masyarakat terutama yang berada di daerah terpencil.

Peneliti menggunakan teori efektivitas yang dikemukakan oleh Steers,

karena teori yang dikeluarkan sangat mendukung dengan judul penelitian. Kriteria

pengukur efektivitas dari teori Steers ini menjadikan penelitian lebih terlihat

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Juduletd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100589/potongan/S1-2016... · 1.1. Alasan Pemilihan Judul ... laporan tahunan, Direktur Advokasi

20

20

bagaimana peneliti memberi ukuran pelayanan yang efektif serta pelayanan yang

belum efektif. Efektivitas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan diukur

melalui:

1. Akses informasi kepersertaan BPJS Kesehatan

Berdasarkan Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan,

mengisyratkan bahwa setiap individu, keluarga dan mesyarakat berhak

memperoleh perlindungan terhadap kesehatan, dan Negara bertanggung jawab

mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi

masyarakat miskin dan tidak mampu. Upaya mewujudkan hak tersebut

pemerintah harus menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang merata, adil,

dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. Salah satunya melalui BPJS

(Badan Penyelenggara Jaminan Sosial). Kepersertaan ini menjadi langkah awal

masyarakat dapat mengikuti program pelayanan kesehatan pemerintah. Tanpa

adanya proses kepersertaan ini, masyarakat tidak dapat ikut berpartisipasi

dalam program BPJS Kesehatan.

Informasi mengenai kepersertaan ini menjadi hal penting untuk

disampaikan oleh pihak pihak yang berwenang yaitu BPJS itu sendiri,

Puskesmas ataupun melalui perangkat desa. Penyampaian informasi ini pula

dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat pula terhadap program BPJS

Kesehatan. Kepersertaan ini menjadi salah satu bentuk pelayanan awal yang

akan dirasakan oleh masyarakat terutama pasa masyarakat yang ingin menjadi

peserta BPJS Kesehatan baik PBI maupun non PBI.

2. Pelayanan adiministrasi

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Juduletd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100589/potongan/S1-2016... · 1.1. Alasan Pemilihan Judul ... laporan tahunan, Direktur Advokasi

21

21

Pelayanan administrasi mempengaruhi minat dari masyarakat untuk mejadi

peserta dalam program BPJS Kesehatan. Pelayanan administrasi ini pun

menunjukkan fokus pada aktor. Sesuai yang disebutkan oleh Steers bahwa

efektivitas program dapat dilihat dari aktor maka, dalam BPJS Kesehatan

peneliti pun juga akan melihat bagaimana pelayanan administrasi yang

dilakukan oleh aktor yang berada di puskesmas maupun di rumah sakit daerah.

Pelayanan ini merupakan pelayanan awal kepada masyarakat dalam mengakses

program BPJS Kesehatan dengan mudah.

Kegiatan administratif menjadi bagian penting sesuai dengan yang telah

tertulis dalam pasal 17 yang menjelaskan tentang tata cara pengenaan sanksi

administratif bagi pemberi kerja yang terlambat atau tidak membayar iuran.

Pasal 17 ayat 2 menjelaskan bahwa sanksi administratif dapat berupa teguran

tertulis; Denda; dan/atau; tidak mendapat pelayanan publik teretentu. Kegiatan

administratif yang dimaksud pada hal ini meliputi pembayaran iuran,

pelayanan puskesmas serta rumah sakit sebagai fasilitas kesehatan, serta

pelayanan yang diberikan BPJS Kesehatan secara langsung kepada peserta PBI

maupun non PBI.

Pelayanan administrasi menjadi salah satu standar untuk melihat efektivitas

pelayanan yang diberikan oleh BPJS Kesehatan terhadap pasien yang

merupakan anggota atau peserta dari BPJS itu sendiri. Melalui pelayanan

administrasi ini pun dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam

mengikuti program BPJS Kesehatan.

3. Pelayanan kesehatan

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Juduletd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100589/potongan/S1-2016... · 1.1. Alasan Pemilihan Judul ... laporan tahunan, Direktur Advokasi

22

22

Pelayanan kesehatan merupakan salah satu hal yang mendasar dalam

pemenuhan kebutuhan kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan ini

berkaitan dengan aktor-aktor pelaksanaan program yang berada di puskesmas

atau rumah sakit daerah. Pelayanan kesehatan yang baik merupakan pemicu

bagi BPJS dalam mencapai tujuanya. Program BPJS Kesehatan dapat

memberikan pengaruh yang baik bagi pemenuhan kebutuhan kesehatan pada

masyarakat khususnya masyarakat yang menengah kebawah. Pelayanan

kesehatan ini merupakan hal yang harus di perhatikan oleh pemerintah maupun

para aktor yang bergerak di bidangnya. Sesuai dengan konsep yang diberikan

oleh Steers yaitu penekanan pada aktor maka pelayanan ini menjadi salah satu

tolak ukur peneliti dalam meneliti efektivitas program BPJS Kesehatan.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan dalam hal ini puskesmas maupun pihak

rumah sakit sebagai fasilitas kesehatan mempunyai peraturan-peraturan sendiri

yang khusus mengatur sistem pelayanan kesehatan yang wajib diberikan oleh

pasien sehingga pasien mendapatkan pelayanan yang baik dan benar dari

tenaga kesehatan yang ada di puskesmas maupun yang berada di rumah sakit.

Seperti yang ada dalam peraturan Permenkes 75 yang menjelaskan berbagai

hal mengenai pelayanan kesehatan yang baik dan benar dan wajib dilakukan

oleh tenaga kesehatan yang bekerja. Adanya pelayanan kesehatan menjadikan

salah satu indikator dalam penentuan efektivitas dari BPJS Kesehatan.

4. Ketersediaan sarana dan prasarana

Keseluruhan proses menggambarkan bagaimana program berjalan guna

mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Ketersediaan sarana dan prasarana

menjadi hal utama dalam pemenuhan kebutuhan kesehatan masyarakat.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Juduletd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100589/potongan/S1-2016... · 1.1. Alasan Pemilihan Judul ... laporan tahunan, Direktur Advokasi

23

23

Pengelolaan sarana dan prasarana yang benar berarti telah satu langkah lebih

dekat untuk mencapai tujuan yang diharapkan dan secara tidak langsung akan

mempengaruhi efektivitas suatu program. Ketersediaan sarana dan prasarana

yang ada dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan merupakan hal yang perlu

diperhatikan. Ketersediaan kebutuhan alat serta obat yang ada di puskesmas

atau RSUD pun ikut andil dalam efektivitas kebijakan sosial yang betujuan

untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat, terutama masyarakat yang

bertempat tinggal di daerah yang terpencil. Akses pun juga perlu diperhatikan

dalam pemenuhan kebutuhan kesehatan. Akses masyarakat dalam memenuhi

kebutuhan kesehatanya merupakan hal yang tak kalah pentingnya untuk

diperhatikan. Walaupun sekarang sudah memasuki jaman modern tetapi masih

ada pula wilayah yang tidak dapat mengakses sarana kesehatan dengan mudah.

Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor seperti, jarak yang cukup jauh dari

tempat tinggal, keterbatasan kendaraan, dan sebagainya.

Pemenuhan sarana dan prasarana menjadi pelengkap adanya pelayanan

kesehatan serta pelayanan adminitrasi yang dilakukan. Sarana dan prasarana

yang baik serta memuaskan akan menjadikan pasien yang berobat merasakan

kepuasan dengan adanya sarana dan prasana yang tersedia di puskesmas

maupun di rumah sakit. Keadaan sarana dan prasarana yang baik dan dapat

digunakan oleh pasien atau konsumen yang ada di puskesmas maupun rumah

sakit pun dapat memberikan rasa puas bagi para pasien itu sendiri terutama bagi

pasien yang merupakan peserta BPJS Kesehatan baik PBI maupun non PBI.

Dalam Permenkes 75 pun dibahas pula bagaimana fasilitas kesehatan harus

menyediakan sarana dan prasarana yang baik serta tersedia sehingga pasien

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Juduletd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100589/potongan/S1-2016... · 1.1. Alasan Pemilihan Judul ... laporan tahunan, Direktur Advokasi

24

24

dapat menggunakannya dengan baik pula sesuai kebutuhanya. Pemenuhan

sarana dan prasarana ini menjadi pemicu adanya partisipasi masyarakat dalam

mengakses pelayanan kesehatan di tingkat puskesmas maupun rumah sakit.

Partisipasi yang ada pun akan berdampak pada efektivitas pelayanan BPJS

Kesehatan baik di puskesmas maupun di rumah sakit. Rasa kepuasan pasien

terhadap ketersediaan sarana dan prasana menjadikan program ini salah satu

program yang dapat mendukung proses pembangunan negara.

5. Ketepatan pencapaian

Efektivitas suatu program dapat dilihat pada sejauh mana pencapaian hasil

terhadap rumusan tujuan program yang telah disepakati. Output yang

dihasilkan kepuasan masyarakat dalam mengakses fasilitas kesehatan negara

serta pencapaian tujuan utama dalam pembangunan negara terutama dalam

bidang kesehatan. Upaya pencapaian tujuan yang dilakukan oleh BPJS

merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan oleh pemerintah dan

masyarakat. Pencapaian tujuan BPJS akan dilihat bagaimana masyarakat

merespon kebijakan tersebut dan bagaimana masyarakat memberikan

apresiasinya dalam kebijakan pemerintah terutama dalam pemenuhan

kebutuhan kesehatan masyarakat. Semakin dekat hasil pencapaian program

dengan rumusan tujuan maka semakin tinggi pula tingkat efektivitasnya.

Output yang diberikan oleh BPJS pun dapat dirasakan oleh seluruh warga

negara, terutama warga yang tergolong menengah kebawah.

Ketepatan pencapaian yang dilakukan oleh BPJS Kesehatan mengacu

kepada tujuan awal terbentuknya jaminan sosial BPJS Kesehatan. Tujuan

tersebut pun tidak hanya berlaku untuk masyarakat saja, tetapi juga untuk

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Juduletd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100589/potongan/S1-2016... · 1.1. Alasan Pemilihan Judul ... laporan tahunan, Direktur Advokasi

25

25

fasilitas kesehatan yang menjadi mitra dalam pelaksanaan program ini.

Pencapaian tujuan ini dibahas dalam buku undang-undang SJSN yang telah

menyebutkan beberapa ketentuan pencapaian tujuan sesuai dengan peraturan

yang ada. Adanya undang-undang yang mengatur berjalannya pelayanan BPJS

Kesehatan, efektivitas pelayanan dalam mencapai tujuan dapat menjadi hal

yang saling mendukung dalam proses berjalanya pelayanan program BPJS

Kesehatan ini.

6. Kebermanfaatan

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata manfaat diartikan sebagai

“guna, faedah, laba, untung”. Dengan demikian manfaat berdasarkan

pengertiannya masing-masing adalah guna faedah laba untung yang didapat

dari hasil mempraktikkan atau hasil kerja menerapkan apa yang sedang atau

sudah dikerjakan. Manfaat ini menunjukkan bagaimana program dapat berjalan

dengan baik sebagaimana mestinya terhadap masyarakat. Kebermanfaatan ini

sesuai dengan konsep yang disampaikan oleh Steers bahwa sistem berkaitan

dengan lingkungan luar. Lingkungan luar yang dimaksudkan adalah

masyarakat penerima program BPJS Kesehatan. Melalui kebermanfaatan

efektivitas program BPJS Kesehatan dapat dinilai atau dilihat dari persepktif

masyarakat maupun aktor dari organisasi tersebut, yaitu BPJS.

Menurut visi dan misi yang dikeluarkan oleh BPJS Kesehatan, pelayanan

yang diberikan ini tidak hanya semata untuk tenaga kesehatan saja tetapi untuk

kembali pada masyarakat dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan

kesehatannya dalam upaya pencapaian kesejahteraan masyarakat itu sendiri.

Keberadaan visi dan misis yang sudah dikeluarkan melalui website serta

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Juduletd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/100589/potongan/S1-2016... · 1.1. Alasan Pemilihan Judul ... laporan tahunan, Direktur Advokasi

26

26

sosialisasi terhadap masyarakat menunjukkan bahwa BPJS Kesehatan

berusaha memberikan manfaat yang lebih terhadap pasien yang sudah menjadi

peserta BPJS Kesehatan baik PBI maupun non PBI. Dalam hal ini efektivitas

program dapat dilihat melalui respon masyarakat dengan adanya BPJS

Kesehatan di dalam kehidupannya terutama dalam memenuhi standar

kesejahteraan dari masyarakat itu sendiri.

Kebutuhan masyarakat akan pemenuhan kesejahteraanya melalui bidang

kesehatan memberikan peluang bagi pemerintah saat ini untuk memperbaiki sistem

jaminan sosial yang ada sebelumnya sehingga dapat berjalan lebih baik lagi.

Pelaksanaan BPJS Kesehatan menjadi hal penting dalam upaya pembangunan

negara Indonesia. Keberadaan jaminan sosial kesehatan ini memberikan

kemudahan bagi masyarakat untuk mengakses pelayanan kesehatan dengan biaya

yang tidak besar serta dapat mengakses segala bentuk pelayanan kesehatan baik di

puskesmas maupun rumah sakit. Efektivitas BPJS Kesehatan dapat dilihat melalui

pelayanan administrasi, pelayanan kesehatan, sarana dan prasarana, ketepatan

tujuan serta kebermanfaatan yang dirasakan oleh peserta BPJS Kesehatan baik

peserta PBI maupun non PBI. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode

kualitatif deskriptif-analisis yang akan dibahas dalam bab II, untuk melihat

efektivitas BPJS Kesehatan di wilayah Kecamatan Selopampang, Temanggung.