BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang...
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Kepolisian adalah suatu institusi yang memiliki ciri umum yang dapat
ditelusuri dari sejarah lahirnya polisi baik sebagai fungsi maupun organ. Pada
awalnya polisi lahir bersama masyarakat untuk menjaga sistem kepatuhan
anggota masyarakat terhadap kesepakatan antar warga masyarakat itu sendiri
terhadap kemungkinan adanya tabrakan kepentingan, penyimpangan perilaku
dan perilaku kriminal dari masyarakat. Ketika masyarakat bersepakat untuk
hidup di dalam suatu negara, pada saat itulah polisi dibentuk sebagai lembaga
formal yang disepakati untuk bertindak sebagai pelindung dan penjaga
ketertiban dan keamanan masyarakat atau yang disebut sebagai fungsi
“Sicherheitspolitizei”. Kehadiran Polisi sebagai organisasi sipil yang
dipersenjatai agar dapat memberikan efek pematuhan (enforcingeffect).1
Dalam Undang-undang No 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia dijelaskan bahwa tugas pokok polri adalalah menjaga,
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, melakukan penegakan
hukum dan memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat.
1Bibit Samad Rianto, Pemikiran Menuju POLRI yang Professional, Mandiri, Berwibawa, dan Dicintai
Rakyat ,PTIK Press dan Restu AGUNG, Jakarta, 2006, h. 36.
Polri bertanggung jawab dalam mengupayakan, mencegah, dan
penangkalan dari setiap gejala yang mungkin muncul dan dapat mengganggu
keamanan dan ketertiban di masyarakat. Keamanan dan ketertiban masyarakat
merupakan suatu situasi yang dibutuhkan dalam mendukung pelaksanaan
pembangunan dan semua kegiatan masyarakat. Wujud situasi keamanan dan
ketertiban di dalam masyarakat sangat diharapkan oleh masyarakat, karena
dapat menimbulkan perasaan yang tentram dan damai bagi setiap masyarakat
dan dapat meningkatkan motivasi dan semangat dalam bekerja, karena tidak
ada rasa takut akibat kemungkinan adanya gangguan yang akan menimpa.
Secara umum, tugas Polisi pada hakikatnya ada dua, yaitu
menegakkan hukum dan memelihara keamanan serta ketertiban umum.
Tugas yang pertama mengandung pengertian Represif atau tugas terbatas
yang kewenangannya dibatasi oleh kitab undang-undang hukum acara pidana
(KUHAP), tugas kedua mengandung pengertian Preventif atau tugas
mengayomi adalah tugas yang luas, tanpa batas, boleh melakukan apa saja
asal keamanan terpelihara dan tidak melanggar hukum itu sendiri.2
Sebagai aparat penegak hukum sekaligus sebagai pengayom dan
pelindung masyarakat inilah yang menempatkan polisi tidak hanya
bertanggungjawab kepada hukum, dalam arti dalam menjalankan tugas
operasionalnya terikat pada peraturan perundangan, dan asas – asas hukum
yang berlaku (khususnya hukum pidana). Pada saat yang bersamaan polisi
juga harus bertangungjawab kepada masyarakat yang mengharapkan
2 Kunarto, Perilaku Organisasi Polri, Cipta Manunggal, Jakarta, 1997, h. 111.
profesionalisme polisi untuk mengungkap kejahatan dalam rangka
mewujudkan ketertiban masyarakat.3
Kedua tugas tersebut harus dilakasanakan polisi dengan penuh
tanggung jawab serta mendapat dukungan penuh dari masyarakat itu sendiri.
Namun, melihat fenomena saat ini justru banyak presepsi masyarakat yang
negatif tentang polisi itu sendiri. Muncul stigma ini tidak lain karena kurang
adanya keadilan dalam penindakan hukum positif. Banyak tindak pidana
ringan yang diselesaikan pada tingkat peradilan yang pada akhirnya tidak
melahirkan keadilan itu sendiri. Ketidakadilan itu muncul karena terikatnya
aparat penegak hukum pada prosedur – prosedur kaku yang ditentukan dalam
peraturan perundang – undangan.
Pandangan ini menempatkan prosedur menjadi dasar legalitas untuk
menegakkan keadilan, bahkan lebih penting dari keadilan itu sendiri.4
Penegakan hukum yang terkurung dengan tembok– tembok prosedur tersebut,
menjadi penghalang untuk mewujudkan pencarian kebenaran (searching for
the truth) dan keadilan (searching for justice).5 Penegakan hukum positif
(undang – undang) yang dikukuhi sebagai menjunjung tinggi rule of law
hanya mampu mewujudkan keadilan formal (formal justice) tetapi belum
mampu mewujudkan keadilan substantive (substansial justice).6
3 Satjipto Rahardjo, Polisi Sipil, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2002, h. 25. 4 FX.Aji Samekto, Justice Not For All, Kritik terhadap Hukum Modern Dalam Perspektif Hukum
Kritis, Genta Press, Jogjakarta, 2008, h. 33. 5 Ibid., h. 34. 6 Ibid., h. 35.
Hukum dapat berfungsi efektif apabila ada keserasian antara hukum
dengan kultur masyarakatnya. Kultur masyarakat akan menjadi kultur hukum
yang bercermin pada aturan hukum.7 Dalam hal ini, salah satu strategi yang
diterapkan oleh Polri untuk menegakkan peradilan dalam masyarakat adalah
keikutsertaan masyarakat dalam peradilan yang disebut dengan lay judges,
diartikan dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit, partisipasi
masyarakat yang tidak direkrut secara khusus dan dilatih sebagai hakim, tetapi
dilibatkan dalam proses peradilan (lay participations). Dalam arti luas
diartikan sebagai semua bentuk partisipasi masyarakat dalam pengadilan
pidana baik sebagai jury maupun sebagai lay judges sendiri.8
Pertahanan keamanan Bangsa dan Negara Indonesia dalam memenuhi
tujuannya dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, pertahanan
dan keamanan adalah merupakan suatu kebutuhan yang mutlak dan harus
diwujudkan. Pertahanan dan keamanan merupakan upaya preventif untuk
menjaga dan mempertahankan kedaulatan bangsa dan Negara Indonesia dari
berbagai tekanan, maupun gangguan baik yang datang dari dalam maupun
luar Negara Republik Indonesia. Menurut deklarasi bangsa Indonesia yang
tertuang dalam pembukaan UUD 1945, bahwa Negara berkewajiban
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Negara Indonesia.
Dari pengertian diatas maka yang dimaksud dengan pengertian
ketahanan nasional dalam bidang pertahanan dan keamanan, yaitu merupakan
7Soerjono Soekanto, Penegakan Hukum Indonesia, Karya Agung, Semarang, 1984, h. 34.
8Barda Nawawi Arief, Perkembangan Asas Hukum Pidana Indonesia, Penerbit Pustaka Magister,
Semarang, 2008, h. 2.
suatu kondisi dinamis suatu bangsa, berisi ketrampilan dan kekuatan, yang
mengandung potensi untuk mengembangkan kemampuan nasional menjadi
kekuatan nasional, guna menghadapi dan mengatasi segala macam ancaman,
gangguan, hambatan baik yang datang dari dalam maupun dari luar Negara
Indonesia, langsung maupun tidak langsung yang membahayakan pertahan
keamanan bangsa dan Negara. Maka dari ini kita harus meningkatkan
kesadaran tentang pertahanan dan keamanan ketertiban di dalam masyarakat.
Khususnya tugas polisi sebagai pengayom, pelindung dan pelayan masyarakat
untuk meningkatkan kesadaraan keamanan dan ketertiban di lingkup
masyarakat.
Istilah Keamanan dan Ketertiban Masyarakat sering kali kita dijumpai
dalam istilah “Kamtibmas”. Kamtibmas selalu dikaitkan dengan tugas
kepolisian, seperti kita lihat di rumusan tugas Kepolisian Negara Republik
Indonesia yang terdapat pada Undang–Undang Nomor 20 Tahun 1982 ayat 4
huruf a yaitu: Selaku alat negara penegak hukum memelihara serta
meningkatkan tertib hukum dan bersama-sama dengan segenap komponen
kekuatan Pertahanan Keamanan Negara lainnya membina ketentraman
masyarakat dalam wilayah Negara guna mewujudkan keamanan dan
ketertiban masyarakat.
Kamtibmas merupakan tanggung jawab seluruh masyarakat dan
pemerintah, termasuk di dalamnya adalah kepolisian sebagai aparat penegak
hukum. Dalam pelaksanaannya, kepolisian melakukan upaya – upaya atau
tindakan yang diwujudkan dalam kegiatan berupa, operasi kepolisian, baik
yang bersifat rutin maupun yang bersifat khusus. Kegiatan Polri untuk
mendorong, mengarahkan, dan menggerakkan masyarakat untuk berperan
dalam Binkamtibmas (Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat)
melalui bentuk penerapan model perpolisian masyarakat (Polmas) antara lain
dilakukan melalui penugasan anggota Polri menjadi Bhayangkara Pembina
Kamtibmas yang selanjutnya disebut Bhabinkamtibmas.
Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. Pol:
Kep/8/XI/2009 tanggal 24 November 2009 tentang perubahan Buku Petunjuk
Lapangan Kapolri No.Pol: Bujuklap/17/VII/1997 tanggal 18 Juli 1997
tentang Bintara Polri Pembina Kamtibmas di Desa/Kelurahan. Sesuai dengan
Surat Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor:
B/3377/IX/2011/Baharkam tanggal 29 September 2011 tentang penggelaran
Bhabinkamtibmas di Desa atau Kelurahan. Ruang Lingkup pelaksanaan
tugas Bhabinkamtibmas di Desa atau Kelurahan ini meliputi tentang
pembinaan kekuatan dan penggunaan kekuatan Bhabinkamtibmas atau
petugas Polmas di Desa.9
Bhayangkara pembina keamanan dan ketertiban masyarakat
(Bhabinkamtibmas) adalah anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia
(Polri) yang bertugas membina keamanan dan ketertiban masyarakat. Tujuan
kegiatan Bhabinkamtibmas adalah mewujudkan situasi kamtibmas yang
mantap dan dinamis dalam rangka mengamankan dan menyukseskan
9Wawancara dengan Bapak. Aiptu, Slamet Riyadi Selaku anggota Bhabinkamtibmas Polsek
Bandungan, 2 november 2017.
pembangunan nasional. Sedangkan yang dimaksud dengan keamanan dan
ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi dinamis masyarakat yang
ditandai oleh terjaminnya tertib dan tegaknya hukum serta terbinanya
ketentraman yang menghasilkan kemampuan membina serta
mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal,
mencegah dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-
bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat.10
Tugas pokok Bhabinkamtibmas :
1) Melakukan pembinaan terhadap warga masyarakat yang menjadi
tanggung jawabnya untuk dapat meningkatkan partisipasi masyarakat,
kesadaran hukum dan ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan
perundang – undangan yang berlaku.
2) Melakukan upaya kegiatan kerjasama yang baik dan harmonis dengan
aparat Desa, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh Pemuda,
Tokoh Adat dan para sesepuh yang ada di Desa atau Keluarahan.
3) Melakukan pendekatan dan membangun kepercayaan masyarakat.
4) Melakukan upaya pencegahan tumbuhnya penyakit masyarakat dan
membantu penanganan rehabilitasi yang terganggu.
5) Melakukan upaya peningkatan daya tangkal dan daya cegah warga
masyarakat terhadap timbulnya gangguan kamtibmas.
10 Kepolisian Negara Republik Indonesia, Buku Panduan Bhabinkamtibmas Polri Tentang Kamtibmas,
2004, h. 4.
6) Membimbing masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam rangka
pembinaan Kamtibmas secara Swakarsa di Desa atau Kelurahaan.
7) Melakukan kerjasama dan kemitraan dengan potensi masyarakat dan
kelompok atau forum kamtibmas guna mendorong peran sertanya
dalam Bhabinkamtibmas dan dapat mencari solusi dalam penanganan
permasalahan atau potensi gangguan dan ambang gangguan yang
terjadi dimasyarakat agar tidak berkembang menjadi gangguan
kamtibmas.
8) Menumbuhkan kesadaran dan ketaatan terhadap hukum dan
perundang – undangan.
9) Memberikan bantuan dalam rangka penyelesaian perselisihan warga
masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban umum.
10) Memberikan petunjuk dan melatih masyarakat dalam rangka
pengamanan lingkungan.
11) Memberikan pelayanan terhadap kepentingan warga masyarakat untuk
sementara waktu sebelum ditangani pihak yang berwenang.
12) Menghimpun informasi dan pendapat dari masyarakat untuk
memperoleh masukan atas berbagai isu atau kisaran suara yang
tentang penyelenggaraan fungsi dan tugas pelayanan Kepolisian serta
permasalahan yang berkembang dalam masyarakat.
Bhabinkamtibmas memiliki fungsi dan peranan sangat penting dalam
mewujudkan kemitraan polisi dengan masyarakat, sehingga secara bersama-
sama mampu mendeteksi gejala yang dapat menimbulkan permasalahan pada
masyarakat, juga mampu mendapatkan solusi untuk mengantisipasi problema
serta mampu memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.
Bhabinkamtibmas dapat dikatakan berperan penting dalam penyelesaian atau
pemecahan masalah yang terjadi di dalam masyarakat. Bhabinkamtibmas
mempunyai peran selaku mediator, negosiator, dan fasilitator dalam
penyelesaian masalah yang masih bisa diukur berat ringannya suatu
kesalahan atau permasalahan yang masih dapat diselesaikan dengan
kesepakatan damai.11
Bhabinkamtibmas sangat di butuhkan sekali kehadirannya di
masyarakat karena Bhabinkamtibmas berperan penting dalam menjaga
keamanan dan ketertiban di masyarakat. Peran Bhabinkamtibmas sangat
berpengaruh sekali dalam bidang keamanan di masyarakat Kelurahan
Bandungan. Bhabinkamtibmas dan masyarakat dapat berkoordinasi dalam
menindak suatu permasalahan yang terjadi di masyarakat. Seperti yang
dulunya pemikiran masyarakat bila terjadi suatu tindak kejahatan,
masyarakat suka main hakim sendiri, dengan adanya Bhabinkamtibmas bisa
memberi petunjuk dan mengarahkan masyarakat. Sehingga masyarakat sadar
dengan tindakan hukum.12
Pada dasarnya Bhabinkamtibmas harus dapat
11 Wawancara dengan Bapak. Aiptu, Slamet Riyadi selaku Bhabinkamtibmas Polsek Bandungan,
2 November 2017. 12 Wawancara dengan Bapak. Tri Sumedi selaku tokoh Masyarakat kelurahan Bandungan,
1 november 2017.
mendorong dan menjaga keamanan di dalam lingkup masyarakat serta bisa
menjadi sebagai pelopor mediasi.13
Tentunya dalam pencegahan suatu tindak kejahatan diperlukan
pengetahuan tentang kejahatan itu terjadi, keadaan lingkungan yang
dipengaruhi oleh keadaan sosial, budaya dan kultur sehingga dalam
penanggulangan dan pengungkapan suatu tindak kejahatan diperlukan
personil yang mempelajari hal itu dan selanjutnya mendapatkan cara yang
tepat dalam penanggulangannya.14
Kabupaten semarang sebagai wilayah penelitian menjadi menarik
terkhusus di Kelurahan Bandungan, Kecamatan Bandungan. Hal menarik ini
di Bandungan sendiri terdapat banyak sekali hotel-hotel, dan tempat-tempat
karaoke Dengan adanya tempat-tempat karaoke dan hotel-hotel ini sangat
mempengaruhi bagaimana peran Bhabinkamtibmas dalam menjaga
keamanan dan ketertiban masyarakat di kelurahan Bandungan. Selain faktor
tersebut, faktor geografis Bandungan juga menjadi menarik untuk melihat
bagaimana peran Bhabinkamtibmas dalam mendorong menjaga ketahanan
keamanan di masyarakat, Bandungan terletak di kaki gunung Ungaran
menyebabkan banyak sekali wisatawan yang datang ke Bandungan.
Sehingga membuat pihak Bhabinkamtibmas sulit untuk menjangkau atau
13
Wawancara dengan Bapak. Kyai Man Basri selaku tokoh agama di kelurahan Bandungan,
1 november 2017. 14
Romanus Ate, Fungsi Preventif Patroli BRIMOB dalam Penanggulangan Tindakan Kejahata, Jurnal
S-1 Ilmu Sosiatri, Vol. 1 No. 1, 2012, h. 2.
mendeteksi dini gejala-gejala yang menimbulkan adanya gangguan
kamtibmas.
Bhabinkamtibmas berfungsi untuk menyadarkan masyarakat tentang
pentingnya penegakan-penegakan hukum atau tentang keamanan dan
ketertiban masyarakat itu sendiri. Sehingga masyarakat peduli terhadap
kamtibmas, sadar dengan adanya hukum. Sehingga dapat mengurangi dari
pada pemahaman yang bersifat radikal yang nantinya menjurus pada
pelanggaran-pelangaran hukum.
Sangat menarik dan perlu dikaji perihal penerapan tugas
Bhabinkamtibmas dalam mewujudkan ketahanan keamanan masyarakat di
Kelurahan Bandungan. Berdasarkan uraian yang penulis tulis, maka penulis
melakukan penulisan sekripsi yang berjudul: “IMPLEMENTASI TUGAS
BHABINKAMTIBMAS DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN
KEAMANAN DI MASYARAKAT” (Studi di Kelurahan Bandungan,
kabupaten Semarang).
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang permasalah di atas peneliti merumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana implementasi tugas Bhabinkamtibmas dalam mewujudkan
ketahanan keamanan di masyarakat kelurahan Bandungan ?
2. Apa saja kendala yang dihadapi oleh anggota Bhabinkamtibmas dalam
menjalankan tugas sebagai penyelenggara ketahanan keamanan
masyarakat di Kelurahan Bandungan ?
C. Tujuan Penelitian
Dengan melihat rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian
ini yaitu:
1. Untuk menganalisis implementasi tugas Bhabinkamtibmas dalam
mewujudkan ketahanan keamanan di masyarakat Kelurahan
Bandungan.
2. Untuk mengetahui kendala tugas yang dihadapi oleh anggota
Bhabinkamtibmas dalam menjalankan tugas sebagai penyelenggara
ketahanan keamanan masyarakaat di Kelurahan Bandungan.
D. Manfaat Penelitian
a) Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini dapat digunakan untuk
memperbanyak dan memperkaya kajian hukum pidana terhadap
pelaksanaan tugas Bhabinkamtibmas dan masalah-masalah yang
berkaitan dengan masyarakat khususnya terkait dengan penyelesaian
masalah-masalah kecil atau masalah-masalah tindak pidana ringan di
masyarakat melalui Bhabinkamtibmas.
b) Manfaat Praktis
1. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai masukan dan bahan pertimbangan mengenai
tugas Bhabinkamtibmas dalam menyelesaikan masalah –
masalah gangguan sosial yang timbul di masyarakat dengan
bijak dan adil oleh masyarakat itu sendiri.
2. Bagi Polri, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
sebagai tolak ukur kedepan bagaimana masyarakat agar lebih
paham lagi dengan tugas Bhabinkamtibas dan bisa lebih baik
lagi dalam penanganan gangguan sosial yang ada di
masyarakat, yang masih bisa di tangani oleh
Bhabinkamtibmas.
3. Bagi peneliti lain yang hendak meneliti topik sejenis, hasil
penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan
bahan pembanding yang dapat melengkapi hasil penelitiannya.
E. Metode Penelitian
Spesifikasi Penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian ini
adalah deskriptif analitis, yaitu suatu metode penelitian yang dimaksudkan
untuk menggambarkan mengenai fakta - fakta berupa data dengan bahan
hukum primer dalam bentuk peraturan perundang-undangan yang terkait dan
bahan hukum sekunder.
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan yuridis sosiologis. Pendekatan yuridis sosiologis adalah
mengindentifikasi dan mengkonsepsikan hukum sebagai institusi sosial yang
riil dan fungsional dalam sistem kehidupan yang nyata.15
Pendekatan yuridis
sosiologis adalah menekankan penelitian yang bertujuan memperoleh
pengetahuan hukum secara empiris dengan cara terjun langsung ke lapangan
yaitu dengan cara mengetahui secara langsung bagaimana tugas
Bhabinkamtibmas di lapangan.
Lokasi penelitian adalah wilayah hukum Polsek Bandungan,
Khususnya Kelurahan Bandungan. Di pilihnya lokasi tersebut karena penulis
beranggapan Kelurahan Bandungan merupakan suatu wilayah yang cukup
unik dan menarik karena wilayah Kelurahan Bandungan terdapat hotel-hotel
dan tempat-tempat lokalisasi. Selain itu wilayah yang cukup luas dan letak
demografis yang terdapat di kaki Gunung Ungaran juga menjadi salah satu
faktor menarik menjadikan Kelurahan Bandungan sebagai lokasi penelitian.
Adapun beberapa alasan lain, antara lain :
1. Kelurahan Bandungan adalah pusat kota Kecamatan
Bandungan.
2. Polsek Kecamatan Bandungan terdapat di kelurahan
Bandungan.
15 Soerjono Soekanto, Pengantar Penilitian Hukum, Jakarta, penerbit Universitas Indonesia Press,
1986, h. 51.
3. Menjadi desa percontohan pendidikan, pertanian, dan
peternakan di Kecamatan Bandungan.
4. Wilayah yang cukup luas dan padat penduduknya.
Penilitian ini dilakukan dengan jangka waktu kasus yang terjadi di
tahun 2017.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Studi literatur, yaitu melakukan penelitian terhadap data
sekunder untuk mendapatkan landasan teori dan memperoleh
infomasi dalam bentuk formal dan data melalui naskah resmi
yang ada.
b. Wawancara, yaitu proses tanya jawab secara lisan dimana dua
orang atau lebih berhadapan secara fisik antara penanya atau
interviewer dengan pemberi informasi atau responden. Teknik
ini dilakukan dengan proses interaksi dan komunikasi secara
lisan.
Dalam penelitian ini, sumber data yang dipakai penulis adalah sebagai
berikut:
1. Sumber data primer, yaitu dengan melakukan wawan cara kepada :
1. Bapak Aiptu, Slamet Riyadi selaku Bhabinkamtibmas Polsek
Bandungan.
2. Bapak Tri Sumedi selaku Tokoh Masyarkat Kelurahan
Bandungan.
3. Bapak Kyai, Man Basri selaku tokoh Agama Kelurahan
Bandungan.
4. Bapak Abiyarso selaku perangkat Desa Kelurahan Bandungan.
5. Bapak Bambang selaku anggota FKPM Kelurahan Bandungan.
2. Sumber data sekunder berupa
1. Bahan hukum primer
a. Undang – Undang Dasar 1945.
b. UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
c. Skep Kapolri Nomer. B/3377/IX/2011/Baharkam.
Tentang penggelaran Bhabinkamtibmas di
desa/kelurahan.
d. Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia No. Pol.: Kep/8/XI/2009 tanggal 24
November 2009 tentang perubahan Buku Petunjuk
Lapangan Kapolri No.Pol.: Bujuklap/17/VII/1997
tanggal 18 Juli 1997 tentang Bintara Polri Pembina
Kamtibmas di Desa/Kelurahan.
2. Bahan hukum sekunder
Bahan hukum sekunder terdiri dari buku – buku
termasuk skripsi, tesis, disertai hukum dan jurnal- jurnal
hukum yang dapat membantu memberikan penjelasan, analisa,
dan pemahaman dari bahan hukum primer.
F. Sistematika Penulisan
Untuk lebih mempermudah dalam melakukan pembahasan, analisis,
serta penjabaran isi dari penelitian ini, maka penulis menyusun sistematika
dalam penulisan ini, sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika
Penulisan.
BAB II Pembahasan, bab II ini menguraikan tentang Landasan Teori, Hasil
Penilitian, dan Analisis Data
BAB III Penutup, menguraikan Kesimpuulan dan Saran hasil penelitian.