BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan akan membawa
siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan dan tahan lama. Salah
satunya dapat diperoleh melalui kegiatan pembelajaran yang menekankan
pada keterlibatan aktivitas belajar siswa. Proses pembelajaran yang dilakukan
guru di dalam kelas sangat berpengaruh terhadap aktivitas dan peningkatan
hasil belajar atau prestasi siswa.
Proses pembelajaran yang dikembangkan oleh guru mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan dan motivasi belajar
siswa. Oleh karena itu pada saat berlangsungnya interaksi pembelajaran antara
guru dengan siswa diperlukan perencanaan yang seksama yaitu
mengkoordinasikan unsur-unsur pembelajaran seperti tujuan, bahan-bahan
pengajaran, kegiatan belajar mengajar, metode dan model pembelajaran yang
tepat, alat bantu pelajaran serta penilaian. Dengan demikian kualitas dan
keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan
guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran.
Fenomena yang terjadi di kelas IV SD Negeri 02 Tlogosih, Kecamatan
Keboagung, Kabupaten Demak, pembelajaran matematika kompetensi dasar
menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana, pelaksanaan metode
cooperative learning sudah sering dilakukan, namun pelaksanaannya dirasakan
1
2
masih kurang optimal. Hal ini dikarenakan saat guru mengajar, setelah
menjelaskan materi siswa disuruh untuk berdiskusi tanpa ada arahan dan
pengawasan dari guru tersebut, sang guru malah keluar kelas ngobrol dengan
guru yang lain. Setelah kiranya waktu sudah habis untuk berdiskusi, guru baru
kembali ke kelasnya. Hal ini juga ditunjukkan diantaranya dengan tidak
adanya siswa yang bertanya tentang hal-hal yang belum jelas kepada teman
saat diskusi, ada 2 siswa yang tidak mengerjakan tugas dari guru, 8 siswa yang
tidak mencatat penjelasan dari guru, tidak ada siswa yang bertanya pada guru
mengenai materi yang belum dipahami pada saat pembelajaran, tidak ada
siswa yang mendapat penghargaan dari guru, terdapat 5 siswa yang
gaduh/ramai di luar materi pelajaran, 4 siswa yang tidak memperhatikan
penjelasan guru sehingga ketika guru memberi pertanyaan siswa tidak bisa
menjawab, 2 siswa tidak membawa buku pegangan dan referensi matamatika,
3 siswa yang tidak mengerjakan ulangan sendiri dan meniru jawaban teman.
Sehingga hal ini mengakibatkan sebagian besar siswa belum dapat
memberikan atau mengemukakan kesimpulan dari hasil pembelajaran yang di
sampaikan oleh guru.
Menurut Lie (2002 : 12) pembelajaran kooperatif merupakan sistem
pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama
dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Slavin (2010 : 4)
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di
mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling
membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Roger, dkk.
3
(Miftahul Huda : 2011 : 29) juga menyatakan cooperative learning is group
learning activity organized in such a way that learning si based on the
socially structured change of information between learners in group in which
each learner is held accountable for his or her own learning and is motivated
to increase the learning of others (Pembelajaran kooperatif merupakan
aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa
pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di
antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnyasetiap pembelajar
bertanggung jawabatas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk
meningkatkan pembelajaran anggota-anggota lain). Dari beberapa pengertian
kooperatif menurut pakar-pakar diatas, Johnson dan Johnson kutipan dari
(Miftahul Huda : 2011 : 31) juga menyimpulkan bahwa, pembelajaran
kooperatif berarti working together to accomplish shared goals (bekerja sama
untuk mencapai tujuan bersama).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, Johnson & Johnson (Lie :
2002 : 7) menyatakan bahwa hasil-hasil penelitian mendukung penggunaan
metode pembelajaran cooperative learning. Dikarenakan dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa suasana belajar pembelajaran kooperatif menghasilkan
prestasi belajar yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif dan
penyesuaian psikologis yang lebih baik daripada suasana belajar yang penuh
dengan persaingan dan memisah-misahkan siswa. Sedangkan kutipan dari
(Miftahul Huda : 2011 : 13), Johnson dan beberapa rekannya memublikasikan
hasil meta-analisis mereka terhadap 122 studi yang meneliti pengaruh-
4
pengaruh pembelajaran kooperatif, kompetitif, dan individualistik terhadap
prestasi belajar siswa. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran
kooperatif dapat memberikan pencapaian dan produktivitas yang lebih tinggi
(seperti, semangat untuk belajar) dari pada pembelajaran kompetitif atu
individualistik. Hasil ini pun juga berlaku untuk semua bidang materi semua
pelajaran termasuk matematika. Dari sinilah, ketika diperbandingkan antara
kondisi kooperatif, kondisi kompetitif dan kondisi individual, superioritas
kooperatif meningkat lebih pesat karena setiap anggota kelompok didalamnya
dituntut untuk mencapai tujuan kelompok atau misi bersama.
Pada penelitian ini, kegiatan pembelajaran matematika kompetensi
dasar menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana dengan menggunakan
metode cooperative learning dipandang sebagai pengalaman belajar yang
mengarahkan siswa belajar secara aktif dan kreatif melalui tipe TGT (Teams
Games Tournament) dalam proses pembelajaran. Namun demikian,
pengembangan kemampuan siswa tidak terlepas dari kemampuan guru sebagai
mediator dan fasilitator yang baik, serta kemampuan dalam pengelolaan kelas,
penguasaan bahan pelajaran dan penyampaian materi pembelajaran. Dengan
metode cooperative learning tipe TGT (Teams Games Tournament),
diharapkan dapat mengarahkan siswa pada pemahaman yang mendalam
terhadap mata pelajaran matematika kompetensi dasar menentukan sifat-sifat
bangun ruang sederhana, sehingga perkembangan sikap siswa dapat lebih
dirasakan.
5
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament)
merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang dapat dijadikan alternatif
guru untuk mengajar selain model yang selama ini diterapkan. Dengan
membentuk kelompok-kelompok kecil heterogen (yang terdiri dari bermacam
ras, jenis kelamin dan kemampuan ) yang terdiri atas 3-5 siswa. Satu
kelompok mengerjakan soal latihan/LKS sebagai tim. Tugas ini dianggap
belum selesai apabila salah satu anggota belum menguasai materi. Kemudian
diadakan games atau permainan antar kelompok. Selanjutnya dibentuk
kelompok homogen untuk diadakan turnamen. Pembelajaran kooperatif tipe
TGT ini, siswa akan menikmati bagaimana suasana turnamen itu, dan karena
mereka berkompetisi dengan kelompok-kelompok yang memiliki komposisi
kemampuan yang setara, maka kompetisi dalam TGT terasa lebih fair
dibandingkan kompetisi dalam pembelajaran-pembelajaran tradisional pada
umumnya.
Atas dasar permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk mengangkat dan
meneliti “PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE TGT (Teams Games
Tournament) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
(KOMPETENSI DASAR MENENTUKAN SIFAT-SIFAT BANGUN
RUANG SEDERHANA) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI
KELAS IV SD NEGERI 02 TLOGOSIH KECAMATAN
KEBONAGUNG KABUPATEN DEMAK SEMESTER II TAHUN
PELAJARAN 2011/2012”. Penggunaan metode cooperative learning tipe
TGT (Teams Games Tournament) dalam pembelajaran matematika
6
kompetensi dasar menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana di kelas IV
SD Negeri 02 Tlogosih, Kecamatan Keboagung, Kabupaten Demak,
diharapkan siswa dapat terlibat secara aktif, sehingga kreatifitas siswa dapat
dikembangkan secara optimal. Dalam proses belajar mengajar matematika
kompetensi dasar menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana dengan
metode cooperative learning tipe TGT (Teams Games Tournament) dapat
mendorong siswa untuk belajar lebih lanjut, melatih jiwa kepemimpinan
dengan rasa percaya diri, serta siswa dapat belajar lebih kreatif secara
bergotong royong dan bahu membahu dalam pemecahan masalah untuk
mencapai tujuan.
1.2. Rumusan dan Pemecahan Masalah
1.2.1. Rumusan Masalah
Agar permasalahan ini lebih terarah, maka perlu dirumuskan secara
terperinci, jelas, dan sistematis. Adapun perumusan masalahnya adalah
sebagai berikut Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT (Teams Games Tournament) dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas IV SD Negeri 02 Tlogosih Kecamatan Kebonagung Kabupaten
Demak pada pembelajaran matematika kompetensi dasar menentukan
sifat-sifat bangun ruang sederhana?
1.2.2. Pemecahan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas peneliti merencanakan
pemecahan masalah dengan model pembelajaran Kooperatif tipe TGT
(Teams Games Tournament). Pada pembelajaran TGT siswa dibagi dalam
suatu kelompok (heterogen) yang terdiri atas 3-5 siswa yang berasal dari
7
latar belakang yang berbeda misalnya prestasi akademik, jenis kelamin,
kelompok ras atau warna kulit. Setelah terbentuk kelompok kemudian
dilakukan suatu bentuk permainan (game) dengan menggunakan beberapa
pertanyaan yang didesain dalam sebuah kartu untuk dijawab setiap siswa
dalam kelompoknya. Tiap siswa dalam kelompok akan mendapat tugas
secara bergiliran. Kemudian diadakan tahap berikutnya yaitu suatu
kompetisi (tournament) yang berlangsung secara individual.
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah:
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di SD Negeri 02 Tlogosih.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada penelitian ini adalah untuk:
Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 02 Tlogosih
Kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak pada pembelajaran
matematika kompetensi dasar menentukan sifat-sifat bangun ruang
sederhana.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai
pihak. Adapun manfaat tersebut adalah:
8
1.4.1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat dijadikan landasan dalam
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) untuk
meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
1.4.2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
1) Dapat membantu siswa yang mengalami kesulitan untuk dapat
bertukar pengetahuan dengan siswa lain sehingga dapat
meningkatkan pemahamannya.
2) Dapat dijadikan sebagai bahan untuk meningkatkan hasil belajar
siswa, sehingga dapat mengubah perolehan peringkat hasil belajar
menjadi lebih baik.
b. Bagi Guru
1) Guru dapat mengembangkan kemampuan merencanakan metode
atau strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan
karakteristik siswa.
2) Memberi masukan bagi guru, tentang variasi model pembelajaran
yang dapat digunakan sebagai salah satu usaha untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Bagi Sekolah
Memberikan masukan dalam mengembangkan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk meningkatkan hasil
belajar matematika siswa.