TIONGHOA DIASPORA DI HONGKONG -...

15
1 TIONGHOA DIASPORA DI HONGKONG. Benny G.Setiono. Bersamaan dengan berlangsungnya Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 18-24 April 1955, berhasil juga ditandatangani Perjanjian Dwikewarganegaraan antara pemerintah Republik Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok yang masing- masing diwakili Menteri Luar Negeri Sunario dan Menteri Luar Negeri Zhou Enlai.Isi perjanjian tersebut mengharuskan orang Tionghoa di Indonesia untuk memilih menjadi WNI atau menjadi warganegara asing atau RRT, sehingga tidak ada lagi kewarganegaraan ganda. Sebelumnya Siauw Giok Tjhan berjuang mati-matian untuk menggagalkan Perjanjian Dwi Kewarganegaraan tersebut, karena ia sadar bahwa isi perjanjian itu sangat merugikan kepentingan orang-orang Tionghoa di Indonesia. Jelas sekali tujuan pemerintah Indonesia dengan menjadikan stelsel aktif dalam perjanjian tersebut untuk menjadikan sebanyak mungkin penduduk Tionghoa di Indonesia menjadi warga negara asing/RRT. Berbeda dengan perjuangan Siauw Giok Tjhan yang menghendaki sebanyak mungkin orang Tionghoa menjadi WNI, mayoritas orang-orang totok melalui induk organisasinya Chiao Chung sebaliknya mendesak Duta Besar RRT Huang Chen agar melindungi posisi penduduk Tionghoa di Indonesia dengan menjadikannya sebanyak mungkin menjadi warga negara Tiongkok. Sikap ini didasari pertimbangan “picik” bahwa apabila mereka menjadi WN Tiongkok apabila pemerintah RI melakukan penekanan kepada mereka maka mereka akan mendapatkan perlindungan dari pemerintah Tiongkok. Tetapi ternyata bahwa pilihan mereka keliru, kelak di kemudian hari pada masa pemerintahan Orde Baru yang sangat reperesif dan rasis mereka beramai-ramai berusaha menanggalkan kewarganegaraan Tiongkok untuk menjadi warga negara Indonesia. Mendengar reaksi Siauw Giok Tjhan mengenai Perjanjian Dwikewarganegaran tersebut, Zhou Enlai sangat terkejut. Ia kemudian memerintahkan Dubes Huang Chen agar mengundang Siauw Giok Tjhan untuk membicarakan butir-butir isi perjanjian yang ditentang Siauw itu. Pertemuan yang juga disetujui Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo tersebut berlangsung di Kedubes RRT di Jl.Gajah Mada, Jakarta dan berlangsung dari pukul 11.00 malam sampai jam 4.00 pagi.

Transcript of TIONGHOA DIASPORA DI HONGKONG -...

Page 1: TIONGHOA DIASPORA DI HONGKONG - gelora45.comgelora45.com/news/BennyS_TionghoaDiasporaDiHongkong.pdf · 1 TIONGHOA DIASPORA DI ... Bersamaan dengan berlangsungnya Konferensi Asia Afrika

1

TIONGHOA DIASPORA DI HONGKONG.

Benny G.Setiono.

Bersamaan dengan berlangsungnya Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 18-24

April 1955, berhasil juga ditandatangani Perjanjian Dwikewarganegaraan antara

pemerintah Republik Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok yang masing-

masing diwakili Menteri Luar Negeri Sunario dan Menteri Luar Negeri Zhou

Enlai.Isi perjanjian tersebut mengharuskan orang Tionghoa di Indonesia untuk

memilih menjadi WNI atau menjadi warganegara asing atau RRT, sehingga tidak

ada lagi kewarganegaraan ganda.

Sebelumnya Siauw Giok Tjhan berjuang mati-matian untuk menggagalkan

Perjanjian Dwi Kewarganegaraan tersebut, karena ia sadar bahwa isi perjanjian itu

sangat merugikan kepentingan orang-orang Tionghoa di Indonesia. Jelas sekali

tujuan pemerintah Indonesia dengan menjadikan stelsel aktif dalam perjanjian

tersebut untuk menjadikan sebanyak mungkin penduduk Tionghoa di Indonesia

menjadi warga negara asing/RRT.

Berbeda dengan perjuangan Siauw Giok Tjhan yang menghendaki sebanyak

mungkin orang Tionghoa menjadi WNI, mayoritas orang-orang totok melalui

induk organisasinya Chiao Chung sebaliknya mendesak Duta Besar RRT Huang

Chen agar melindungi posisi penduduk Tionghoa di Indonesia dengan

menjadikannya sebanyak mungkin menjadi warga negara Tiongkok. Sikap ini

didasari pertimbangan “picik” bahwa apabila mereka menjadi WN Tiongkok

apabila pemerintah RI melakukan penekanan kepada mereka maka mereka akan

mendapatkan perlindungan dari pemerintah Tiongkok. Tetapi ternyata bahwa

pilihan mereka keliru, kelak di kemudian hari pada masa pemerintahan Orde Baru

yang sangat reperesif dan rasis mereka beramai-ramai berusaha menanggalkan

kewarganegaraan Tiongkok untuk menjadi warga negara Indonesia.

Mendengar reaksi Siauw Giok Tjhan mengenai Perjanjian Dwikewarganegaran

tersebut, Zhou Enlai sangat terkejut. Ia kemudian memerintahkan Dubes Huang

Chen agar mengundang Siauw Giok Tjhan untuk membicarakan butir-butir isi

perjanjian yang ditentang Siauw itu. Pertemuan yang juga disetujui Perdana

Menteri Ali Sastroamidjojo tersebut berlangsung di Kedubes RRT di Jl.Gajah

Mada, Jakarta dan berlangsung dari pukul 11.00 malam sampai jam 4.00 pagi.

Page 2: TIONGHOA DIASPORA DI HONGKONG - gelora45.comgelora45.com/news/BennyS_TionghoaDiasporaDiHongkong.pdf · 1 TIONGHOA DIASPORA DI ... Bersamaan dengan berlangsungnya Konferensi Asia Afrika

2

Setelah pertemuan tersebut Zhou Enlai sadar bahwa ia telah melakukan kesalahan

dan menyesal telah menandatangai Perjanjian Dwi Kewarganegaraan itu. Siauw

berhasil meyakinkan Zhou bahwa stafnya dan Menteri Luar Negeri Sunario telah

memberikan informasi yang salah kepadanya.

Perjanjian tersebut menurut Siauw akan merugikan ratusan ribu orang Tionghoa

yang menetap di Indonesia, karena mereka akan kehilangan kewarganegaraan

Indonesianya. Ini akan menyulitkan mereka dalam melakukan perdagangan,

mendapatkan pendidikan dan berbagai aspek kehidupan lainnya.

Siauw Giok Tjhan juga menyampaikan latar belakang politik dan tujuan kelompok

yang dipimpin Sunario dan Iskaq dalam mempersiapkan naskah perjanjian yang

sudah ditandatanganinya itu, yaitu ingin mengganti pedagang-pedagang Tionghoa

yang dianggap mendominasi dan mengendalikan perekonomian Indonesia dengan

para pedagang “asli” atau “pribumi” tanpa memperdulikan dampak terhadap

kelancaran dan kemajuan ekonomi nasional Indonesia. Ia juga berhasil

meyakinkan Zhou Enlai bahwa untuk kepentingan jangka panjang penduduk

Tionghoa di Indonesia sebaiknya menjadi WNI, karena mereka dilahirkan,

dibesarkan dan akan meninggal di bumi Indonesia.

Zhou Enlai ternyata menerima seluruh argumentasi Siauw Giok Tjhan dan

memarahi Huang Chen dan stafnya yang selama ini terlibat dalam berbagai

pembicaraan dengan pemerintah Indonesia.

Setelah terjadi berbagai perubahan atau exchange of note, akhirnya pada 1 Juli

1958 disahkan Undang Undang Kewarganegaran Republik Indonesia N0.2/1958.

Pertukaran surat-surat pengesahan/ratifikasi Perjanjian Dwi Kewarganegaraan

tersebut berlangsung di Beijing pada 20 Januari 1960, sehingga sejak saat itu

perjanjian tersebut telah berlaku, tinggal pelaksanaannya saja yang berlangsung

hingga 1962.

Perjanjian Sunario-Zhou sifatnya stelsel aktif, menggantikan stelsel pasif yang

berlaku sejak UU Kewarganegaraan tahun1946 dan UU Kewarganegaraan RIS

yang dihasilkan KMB dan diteruskan di masa pemerintahan demokrasi parlementer

sampai lahirnya UU Kewarganegaraan No.2/1958. Ini merupakan kemenangan

Mr.Sunario yang sejak 1946 berjuang mati-matian agar stelsel aktif yang berlaku

dalam undang-undang kewarganegaraan RI, khususnya untuk menyelesaikan

masalah dwi kewarganegaraan Indonesia-Tiongkok..

Karena Perjanjian Sunario-Zhou ini sifatnya stelsel aktif, maka orang Tionghoa

yang ingin memilih menjadi WNI harus pergi ke pengadilan negeri untuk

Page 3: TIONGHOA DIASPORA DI HONGKONG - gelora45.comgelora45.com/news/BennyS_TionghoaDiasporaDiHongkong.pdf · 1 TIONGHOA DIASPORA DI ... Bersamaan dengan berlangsungnya Konferensi Asia Afrika

3

menyatakan melepaskan atau menolak kewarganegaraan RRT. Sudah tentu hal ini

sangat merepotkan dan menyulitkan bagi mereka yang ingin memilih menjadi

WNI, karena untuk bisa mendaftar ke Pengadilan Negeri diperlukan banyak

dokumen antara lain akte kelahiran yang bersangkutan dan orang tua, akte kawin

orang tua, KTP dllnya. Padahal banyak orang Tionghoa pada masa itu yang tidak

memiliki akte kelahiran atau akte kawin, sebab pada umumnya mereka hanya

melakukan perkawinan adat saja karena kantor Catatan Sipil (Burgelijk Stand) bagi

peranakan Tionghoa baru ada di Jawa pada 1919 dan di luar Jawa pada 1926. Juga

banyak yang tidak mampu terutama di desa-desa di pedalaman atau pinggiran kota

seperti di sekitar Jabotabek, Kepulauan Bangka-Belitung dan Kalimantan Barat.

Akibatnya banyak orang Tionghoa yang terpaksa menjadi asing atau stateless yang

warisannya sampai sekarang terkenal dengan sebutan Cina Benteng atau Cinbeng.

Undang Undang Kewarganegaraan ini juga yang mengharuskan setiap WNI

mempunyai Surat Bukti Kewarganegaraan Indonesia (SBKRI) yang membuat

repot etnis Tionghoa.

PP-10.

Pada November 1959 Presiden Soekarno dengan tiba-tiba menandatangani

Peraturan Pemerintah N0.10 atau yang lebih terkenal dengan sebutan PP-10.

Peraturan ini berisi larangan bagi orang asing terutama ditujukan kepada orang-

orang Tionghoa untuk berdagang eceran di daerah-daerah pedalaman ,yaitu di luar

ibukota daerah swatantra tingkat 1 dan tingkat 2 dan berlaku sejak 1 Januari 1960.

Sudah tentu peraturan yang sangat rasialis ini menggoncangkan sendi-sendi

kehidupan orang-orang Tionghoa di Indonesia,karena pada masa itu UU

Kewarganegaraan tahun 1958 belum dilaksanakan,sehingga terjadi

kesimpangsiuran dalam menentukan yang mana asing dan yang mana

WNI.Penguasa militer di daerah-daaerah dengan seenaknya mengusir bukan saja

orang-orang Tionghoa asing tetapi orang-orang Tionghoa peranakan yang

berdasarkan UU kewarganegaraan 1946 telah menjadi WNI.

Sebenarnya PP-10 ini kelanjutan dari Peraturan Menteri Perdagangan Kabinet

Djuanda, Rachmat Moeljomiseno seorang tokoh NU yang pernah aktif di KENSI.

Peraturan tersebut dikeluarkan pada Mei 1959, berisi larangan bagi orang asing

untuk berdiam dan berdagang di daerah pedalaman.

Ketika peraturan ini diterbitkan, Siauw Giok Tjhan segera menentangnya di DPR.

Ia menyatakan bahwa peraturan semacam ini tidak bisa dikeluarkan oleh seorang

menteri tetapi harus merupakan undang-undang yang disahkan DPR. Ia

Page 4: TIONGHOA DIASPORA DI HONGKONG - gelora45.comgelora45.com/news/BennyS_TionghoaDiasporaDiHongkong.pdf · 1 TIONGHOA DIASPORA DI ... Bersamaan dengan berlangsungnya Konferensi Asia Afrika

4

menyatakan bahwa orang Tionghoa yang sudah turun menurun berdagang atau

berusaha di pedalaman secara legal dan membantu kelancaran ekonomi nasional

secara otomatis mendapatkan perlindungan hukum internasional yang harus

dipatuhi pemerintah Indonesia. Ia juga mengingatkan kalau sampai orang-orang

Tionghoa diusir dan menutup usaha di kediamannya di daerah pedalaman,maka

akan menimbulkan kemunduran ekonomi Indonesia. Keahlian dan pengalaman

yang dimiliki para pedagang atau pengusaha Tionghoa yang sudah beberapa

generasi lamanya akan merusak dan melumpuhkan jaringan distribusi di

pedalaman.

Rupanya peraturan ini sengaja dikeluarkan pada saat Presiden Soekarno sedang

berada di luar negeri. Ketika ia kembali ke tanah air dan mengatahui adanya

peraturan tersebut, Presiden Soekarno sangat marah kepada Rachmat

Moeljomiseno sehingga ketika ia membentuk kabinet baru setelah 5 Juli 1959

Rachmat tidak diikut sertakan lagi.

Apa yang sesungguhnya menjadi alasan Presiden Soekarno sehingga akhirnya dia

menandatangani PP-10 tersebut sampai saat ini masih menjadi tanda tanya dan

kontroversi. Ada yang berpendapat bahwa Presiden Soekarno mendapatkan

tekanan dari pihak militer dan partai-partai Islam. Para pedagang Islam yang baru

bermunculan dan pada umumnya berkiblat ke NU dan Masjumi rupanya merasa

dirugikan dengan keberadaan para pedagang Tionghoa yang secara tradisional

turun menurun mendominasi perekonomian di daerah pedalaman. Dengan adanya

PP-10 mereka merasa diuntungkan yang kenyataannya membuat macet

perekonomian di pedalaman setelah ditinggalkan para pedagang Tionghoa.

Dengan diberlakukannya PP-10 puluhan ribu orang Tionghoa terpaksa

meninggalkan tempat usaha dan kediamannya di daerah pedalaman. Peraturan

yang sebenarnya hanya melarang berdagang eceran tetapi prakteknya juga

melarang bertempat tinggal.

Orang-orang Tionghoa tanpa pandang bulu dianggap semuanya berstatus dwi

kewarganegaraan atau asing dan oleh pihak militer dipaksa meninggalkan tempat

kediamannya. Tidak saja para pedagang tetapi yang tidak berdagangpun diusir.

Tindakan paling buruk dilakukan pihak militer Jawa Barat di bawah pimpinan

Kolonel Kosasih. Berbagai insiden menyedihkan terjadi, seperti peristiwa di

Cimahi pada Juli 1960 dimana seorang perempuan Tionghoa yang bersama

keluarganya berusaha bertahan dan tidak mau meninggalkan tempat kediamannya

mati tertembak. Presiden Soekarno yang mendengar insiden ini kemudian

mengeluarkan instruksi kepada para penguasa militer agar tidak lagi memaksa

Page 5: TIONGHOA DIASPORA DI HONGKONG - gelora45.comgelora45.com/news/BennyS_TionghoaDiasporaDiHongkong.pdf · 1 TIONGHOA DIASPORA DI ... Bersamaan dengan berlangsungnya Konferensi Asia Afrika

5

orang-orang Tionghoa meninggalkan tempat tinggalnya. Mereka yang terusir

menimbulkan masalah tempat penampungan di kota-kota besar karena kebanyakan

mereka tidak mempunyai famili yang bisa menampungnya.

Pelaksanaan PP-10 menimbulkan ketegangan hubungan diplomatic RI-_RRT.

Melalui Dubes Huang Chen dan Radio Peking, pemerintah RRT menyampaikan

protes-protes kerasnya dan menyatakan kesediaannya untuk menampung korban

PP-10 dengan mengirimkan beberapa kapal dan mengangkut mereka untuk

ditempatkan di berbagai desa di daratan Tiongkok. Pada awalnya bukan hanya

mereka yang menjadi korban PP-10, tetapi banyak juga para pemuda dan pelajar

Tionghoa yang menyambut dengan gembira dan penuh semangat untuk menempuh

hidup baru di daratan Tiongkok. Terjadi demam repatriasi, dengan berbekal

keranjang-keranjang rotan dan peti-peti jati yang besar-besar berisi berbagai

keperluan mereka berbondong-bondong berangkat ke tanah harapan.

Pada masa itu lebih dari 136.000 orang Tionghoa meninggalkan Indonesia untuk

bermukim kembali di Tiongkok. Melihat situasi yang tidak menguntungkan

tersebut ada juga orang-orang Tionghoa yang berpendidikan Belanda/Barat yang

ikut meninggalkan Indonesia untuk tinggal di Singapore, Serawak, Eropa

khususnya Belanda, Amerika, Canada, Brasilia dllnya walaupun jumlahnya tidak

terlalu banyak.

Tetapi kondisi dan sistim masyarakat di tempat baru serta kebiasaan di tempat

lama di Indonesia, ditambah lagi kendala bahasa ternyata tidak seperti harapan dan

bayangan mereka yang kembali ke daratan Tiongkok dan menimbulkan banyak

kesengsaraan bagi orang-orang tersebut. Mereka yang sudah turun- menurun hidup

di pedesaan Indonesia dan sudah tidak mampu lagi berbahasa Tionghoa merasa

tidak betah dan tidak tahan lagi menanggung kesengsaraan ini. Akhirnya mereka

berusaha keluar dari daratan Tiongkok untuk dapat bermukim di Hongkong,

Macao dan sebagainya. Inilah awal diaspora dan cikal bakal orang-orang Tionghoa

yang berasal dari Indonesia di Hongkong. Mereka pada umumnya bekerja sebagai

buruh di pabrik-pabrik yang memang saat itu sedang berkembang dan

membiasakan diri tinggal di apartemen-apartemen yang sempit. Mereka berusaha

beradaptasi dengan kehidupan barunya tetapi banyak juga yang tidak tahan dan

berusaha dengan segala cara untuk kembali ke Indonesia, tanah kelahiran dan

tempatnya dibesarkan.

G30S.

Page 6: TIONGHOA DIASPORA DI HONGKONG - gelora45.comgelora45.com/news/BennyS_TionghoaDiasporaDiHongkong.pdf · 1 TIONGHOA DIASPORA DI ... Bersamaan dengan berlangsungnya Konferensi Asia Afrika

6

Pada tanggal 1Oktober 1965 subuh terjadi sebuah aksi yang dilakukan oleh

sejumlah tentara AD yang menamakan diri Gerakan 30 September atau G30S di

bawah pimpinan Letkol Untung Samsuri dari Resimen Tjakrabirawa. Enam orang

jenderal dan seorang perwira AD diculik dan dibunuh. Gerakan yang hanya berusia

sehari saja karena berhasil ditumpas oleh Panglima Kostrad Mayjen Soeharto di

samping menuduh PKI sebagai dalangnya juga menuduh RRT ikut mendukung

gerakan tersebut dengan mengatakan menemukan beberapa pucuk senapan Chung

buatan RRT yang berhasil disita dari para sukarelawan Dwikora Pemuda Rakyat di

Lobang Buaya yang katanya berasal dari persenjataan bantuan RRT untuk

Angkatan ke-5 yang digagas PKI.

Sejak tanggal 2 Oktober mulai dilakukan pembersihan dengan memburu dan

menangkap pimpinan,aktivis dan anggota PKI beserta seluruh ormas-ormas yang

berada di bawah naungannya. Dalam perkembangannya bukan hanya orang-orang

yang dituduh PKI saja yang mereka buru dan tangkapi tetapi juga orang-orang

yang mereka tuduh menjadi simpatisan PKI dan ormas-ormasnya ikut menjadi

korban.

Baperki satu-satunya organisasi yang menyuarakan aspirasi etnis Tionghoa di

Indonesia turut menjadi sasaran. Pada 15 Oktober 1965 kampus Universitas Res

Publica yang didirikan Jajasan Pendidikan Baperki untuk menampung anak-anak

Tionghoa baik WNI maupun WNA yang tidak dapat memasuki perguruan-

perguruan tinggi negeri diserbu, dijarah dan dibakar gerombolan liar yang

didukung militer. Para aktivis mahasiswanya ikut dikejar dan ditangkapi, demikian

juga seluruh pimpinan dan pengurus Universitas Res Publica dan Baperki

mengalami nasib yang sama. Para korban persekusi dengan tuduhan PKI tersebut

bukan hanya ditangkap saja tetapi juga banyak yang dibunuh yang jumlahnya

mencapai ratusan ribu ribu orang termasuk orang-orang Tionghoa. Dalam

perkembangannya bukan hanya tokoh/pimpinan Baperki yang ditahan, tetapi

banyak juga para tokoh Tionghoa WNA yang menjadi pimpinan Chung Hua

Chung Hui dan Chung Hua Chiao Toan Chung Hui (Chiao Chung) yang turut

ditahan atau mengalami pemerasan.

Ternyata semua manuver Soeharto ini bertujuan untuk merebut kekuasaan dari

tangan Presiden Soekarno. Dibentuk berbagai kesatuan-kesatuan aksi yang

ditujukan untuk menggulingkan Presiden Soekarno. Aksi-aksi tersebut mencapai

puncaknya pada tanggal 11 Maret 1966 dengan mengepung istana presiden dan

Presiden Soekarno dipaksa menandatangani Surat Perintah kepada Mayjen

Soeharto agar memulihkan keamanan yang terkenal dengan sebutan SP 11 Maret.

Page 7: TIONGHOA DIASPORA DI HONGKONG - gelora45.comgelora45.com/news/BennyS_TionghoaDiasporaDiHongkong.pdf · 1 TIONGHOA DIASPORA DI ... Bersamaan dengan berlangsungnya Konferensi Asia Afrika

7

Alih-alih memulihkan keamanan, tindakan Soeharto yang pertama adalah melarang

dan membubarkan PKI dengan seluruh ormasnya. Kemudian menangkapi para

menteri yang dianggap kiri dan menjadi simpatisan PKI dan pendukung Presiden

Soekarno. Tindakan selanjutnya membubarkan kabinet Dwikora dan membentuk

kabinet baru dengan sistim presidium dan kemudian mengganti anggota-anggota

DPR/MPR dengan para pendukungnya dan mengimpeach Presiden Soekarno dan

mengangkat dirinya menjadi pejabat presiden yang tahap berikutnya

dikembangkan menjadi presiden RI definitf. Setelah itu seluruh pendukung

Presiden Soekarno baik sipil maupun militer ikut ditangkap dan mengusir Bung

Karno dan keluarga dari istana Merdeka untuk dijadikan tahanan rumah di Batu

Tulis, Bogor dan kemudian dipindahkan ke Wisma Yoso di Jl.Gatot Subroto,

Jakarta sampai meninggal dunia karena sakit tanggal 20 Juni 1970. Dimulailah era

yang mereka sebut Orde Baru/Orba menggantikan apa yang mereka sebut Orde

Lama/Orla.

Selaras dengan terjadinya G30S dimulai kampanye Sinophobia atau anti Tionghoa

yang luas disponsori oleh kekuatan asing terutama Inggris dan Amerika Serikat.

Saat itu Perang Vietnam sebagai manifestasi Perang Dingin antara kubu negara-

negara kapitalis Barat di bawah pimpinan AS dan Inggris dengan negara-negara

sosialis dan negara-negara Eropa Timur dibawah pimpinan Uni Soviet dan RRT

tengah mencapai puncaknya. Terjadi tarik-menarik kedua kekuatan tersebut di

hamper seluruh belahan dunia,mulai dari negara-negara Amerika Latin, Eropa,

Afrika, Timur Tengah, Asia Timur sampai ke Asia Tenggara, Tidak ada satu

negarapun yang terhindar dari pengaruh Perang Dingin termasuk Indonesia.Dinas-

dinas rahasia dari kedua belah pihak antara lain CIA dari AS, MI-6 dari Inggri,

KGB dan GRU dri Uni Soviet sibuk mengintervensi kebijaksanaan politik setiap

negara terutama negara Asia,Afrika dan Amerika Latin.

Sementara itu di daratan Tiongkok sedang terjadi perpecahan politik dengan mulai

dikobarkannya Revolusi Kebudayaan oleh Mao Tse Tung yang selama ini telah

disisihkan dari panggung politik. Dengan dibantu The Gang of Four dan Marsekal

Lin Piao, ia membentuk Pengawal Merah untuk melikiduasi lawan-lawan

politiknya.Dengan alasan memurnikan ajaran-ajaran Marx, Lenin dan pikiran Mao

Tse Tung, seluruh tatanan dan nila-nilai yang dianggap feodal dan borjuis

dihancurkan. Jadi tidak heran kalau hal ini tercermin juga dalam politik luar

negerinya yang radikal yang dilaksanakan oleh Duta Besar untuk Indonesia Yao

Chung Ming yang juga bersikap sangat radikal dan kekiri-kirian.

Sejak awal meletusnya G30S dengan didasari semangat Solidaritasme Proletar

Internasional pemerintah Tiongkok melalui Radio Peking dan kantor berita

Page 8: TIONGHOA DIASPORA DI HONGKONG - gelora45.comgelora45.com/news/BennyS_TionghoaDiasporaDiHongkong.pdf · 1 TIONGHOA DIASPORA DI ... Bersamaan dengan berlangsungnya Konferensi Asia Afrika

8

Hsinhua secara aktif mengutuk dan memprotes aksi-aksi pengganyangan terhadap

PKI.

Setelah munculnya SP-11 Maret dan tergulingnya Presiden Soekarno dari tampul

kekuasan dan diambil alih Soeharto aksi-aksi dan demo-demo diarahkan ke

pemerintah Tiongkok antara lain dengan menyerbu, merusak dan menduduki

gedung-gedung perwakilan pemerintah Tiongkok di seluruh Indonesia. Gedung

kantor Hsinhua di Tanah Abang, Gedung Perwakilan Dagang di jl. Cilosari,

bungalow/guest house milik Kedubes di Puncak, kantor Konsulat di Makassar dan

Medan diserbu dan diduduki, malahan gedung Konsulat Jendral di jl.Salemba

diduduki dan dijadikan markas Laskar Ampera Arief Rachman Hakim.

Sejak Maret 1966 aksi-aksi yang didukung LPKB dan militer di seluruh Indonesia

yang dimulai dari Jawa Barat juga ditujukan untuk menduduki dan mengambil

gedung-gedung sekolah Tionghoa. Pada 19 Mei1966, Wakil Perdana Menteri

Roeslan Abdulgani mengumumkan keputusan kabinet bahwa seluruh sekolah

asing di di Indonesia dilarang yang disusul Surat Keputusan Menteri PDK tanggal

6 Juli yang mengatur pelaksanaannnya.

Seluruh sekolah Tionghoa di Indonesia yang berjumlah 629 buah dengan jumlah

murid 272.782 orang dan jumlah guru 6.478 orang ditutup dan diambil alih.

Menteri PDK juga menyatakan bahwa bekas murid-murid sekolah Tionghoa

tersebut tidak akan ditampung di sekolah-sekolah nasional swasta melainkan bagi

yang memenuhi syarat akan dibagi-bagi dalam berbagai sekolah untuk

menghindari pengelompokan dan tidak boleh lebih 5 % dari jumlah seluruh murid

di sekolah tersebut. Aksi-aksi kemudian dilanjutkan dengan menduduki dan

disusul penyitaan oleh penguasa militer atas gedung-gedung kantor milik

perkumpulan-perkumpulan Tionghoa termasuk gedung Chiao Chung yang terletak

di jalan Mangga Besar. Dengan ditutup dan dilarangnya sekolah-sekolah Tionghoa

ratusan ribu anak-anak Tionghoa WNA tidak dapat melanjutkan sekolahnya.

Kemudian aksi-aksi anti Tionghoa yang didukung penguasa setempat terutama

militer semakin merebak di seluruh Indonesia, terjadi perusakan dan penganiayaan

terhadap milik dan keselamatan orang-orang Tionghoa tanpa membedakan WNA

atau WNI. Sebaliknya entah dikoordinir oleh pihak Kedubes atau tidak merebak

aksi-aksi perlawanan orang-orang Tionghoa diberbagai kota di Jatim dan Sumatera

Utara terutama di kota Medan dengan membawa gambar Mao Tse Tung. Mungkin

hal ini terjadi karena pengaruh Revolusi Kebudayaan di daratan Tiongkok yang

tengah berkobar dengan sengitnya. Ribuan orang Tionghoa menjadi korban

Page 9: TIONGHOA DIASPORA DI HONGKONG - gelora45.comgelora45.com/news/BennyS_TionghoaDiasporaDiHongkong.pdf · 1 TIONGHOA DIASPORA DI ... Bersamaan dengan berlangsungnya Konferensi Asia Afrika

9

sehingga pemerintah Tiongkok mengirim beberapa kapal untuk membawa mereka

kembali ke daratan Tiongkok.

Puncaknya pada 20 April 1966 terjadi aksi puluhan ribu ( ada yang memperkirakan

100.000 ) orang Tionghoa baik WNA maupun WNI di Jakarta turun ke jalan

mengantarkan jenasah Lin Siang Yu sampai ke tempat pemakamannya. Prosesi

pemakaman yang panjangnya sampai beberapa kilometer ini berlangsung hingga 6

jam lamanya, mulai dari tempat pemberangkatan sampai ke tempat

pemakamannya. Lin Siang Yu adalah mantan anggota pengurus Chiao Chung dan

Ketua Perkumpulan orang Shantung yang ditangkap polisi dengan tuduhan

menjadi mata-mata RRT. Tujuan polisi sebenarnya adalah untuk memeras uang

dari dia dan keluarganya tetapi Lin ternyata orang yang keras dan menolak

pemerasan tersebut yang akhirnya meninggal karena tidak bisa menahan siksaan

yang dideritanya.

Prosesi pemakaman ini berubah menjadi semacam demonstrasi protes atas

perlakuan penguasa kepada etnis Tionghoa dengan meneriakan yel-yel dan

mengacung-acungkan kepalan. Terjadi berbagai insiden dengan para pemuda di

sepanjang jalan Gajah Mada. Barisan sepeda motor yang dikendarai para pemuda

Tionghoa yang mencapai 1.000 buah banyaknya,menabrak sebuah pos penjagaan

militer dan sebagian lagi melemparkan batu-batu dan botol minuman ke markas

kesatuan aksi pelajar dan mahasiswa.

Situasi yang semakin membingungkan dan tidak menentu ini menimbulkan

kekuatiran yang besar terutama di kalangan komunitas totok. Hal ini

membangkitkan semangat repatriasi di antara mereka terutama dari kalangan

pemudanya. Terjadi gelombang kedua eksodus kembali ke daratan Tiongkok

secara besar-besaran. Puluhan ribu pemuda,pelajar dan mahasiswa dengan penuh

semangat berangkat ke Tiongkok untuk meneruskan studinya.

Tetapi ternyata repatriasi ini kembali menimbulkan kekecewaan kepada mereka.

Mereka tiba pada saat yang salah, karena di daratan Tiongkok pada saat itu sedang

berlangsung Revolusi Kebudayaan.Seluruh sekolah dan perguruan tinggi di

Tiongkok ditutup dan para murid, mahasiswa,guru dan para dosen digiring ke

pedesaan untuk menjadi petani. Karena tidak tahan menghadapi penderitaan yang

dihadapinya, mereka beramai-ramai berusaha keluar dari daratan Tiongkok menuju

ke Hongkong, Macao dan tempat-tempat lainnya. Inilah diaspora kedua orang-

orang Tionghoa dari Indonesia yang bermukim di Hongkong dan Macao.

Page 10: TIONGHOA DIASPORA DI HONGKONG - gelora45.comgelora45.com/news/BennyS_TionghoaDiasporaDiHongkong.pdf · 1 TIONGHOA DIASPORA DI ... Bersamaan dengan berlangsungnya Konferensi Asia Afrika

10

Di samping mereka yang kembali ke Tiongkok untuk melanjutkan studinya,juga

terdapat sejumlah orang Indonesia baik Tionghoa maupun non Tionghoa yang saat

terjadinya G30S berada di Tiongkok dalam rangka studi di berbagai universitas

karena mendapat beasiswa dari pemerintah Tiongkok maupun menjadi anggota

delegasi untuk menghadiri perayaan hari Nasional RRT tanggal 1 Oktober 1965.

Mereka tidak dapat kembali ke Indonesia karena paspor mereka dicabut. Mereka

pada awalnya di tampung oleh pemerintah Tiongkok dan ditempatkan di suatu

tempat, tetapi dilarang melakukan kegiatan politik apapun. Mereka berangsur-

angsur meninggalkan daratan Tiongkok, terutama setelah pemerintah Tiongkok

berusaha memulihkan hubungan diplomatiknya dengan pemerintah Indonesia. Ada

yang ke Macao, Hongkong dan sebagian besar menuju ke Eropa Barat dan

mendapatkan asylum dari pemerintah Perancis, Jerman, Belanda, Swedia dllnya.

Demikianlah mereka hidup sebagai eksil di negara-negara sampai sekarang.

Dalam sidang darurat 9 Oktober 1967, presidium kabinet akhirnya memutuskan

bahwa hubungan diplomatik dengan RRT harus segera dibekukan. Pada saat

bersamaan departemen luar negeri mengirimkan nota pemberitahuan kepada

pemerintah RRT bahwa sebuah pesawat penumpang RRT diijinkan mendarat di

Jakarta untuk mengangkut seluruh diplomat RRT meninggalkan Indonesia, dengan

syarat ijin diberikan apabila seluruh diplomat Indonesia dan keluarganya telah

meninggalkan daratan Tiongkok. Sebelum 31 Oktober 1967 seluruh diplomat

Indonesia dan RRT telah kembali ke negaranya masing-masing. Seluruh

kepentingan kedutaan dan pemerintah RRT di Indonesia diwakili oleh Kedutaan

Rumania.

Dengan demikian berakhirlah hubungan diolomatik antara pemerintah RI dan

pemerintah RRT yang telah dimulai sejak 1950. Hubungan kedua negara yang

telah beberapa kali mengalami pasang surut dan mencapai puncak persahabatannya

pada masa sebelum G30S, ternyata harus berakhir dengan sangat tragis.

Runtuhnya Rejim Orde Baru.

Demikianlah sejak rejim Soeharto dengan Orbanya berhasil menumpas PKI dan

menggulingkan Presiden Soekarno,dia menjalankan pemerintahan dengan sangat

otoriter. Untuk menunjukkan bahwa dia seolah-oleh seorang “demokratis” dia

menggunakan UUD 1945 dan Golkar untuk menguasai DPR dan MPR. Untuk

memudahkan kontrol atas kekuasaan politiknya, partai-partai politik dipaksa

melakukan fusi sehingga hanya ada 3 partai politik penggembira dan Golkar yang

selalu mendominasi lembaga-lembaga legislatif dari pusat sampai ke daerah-

daerah untuk mendukung setiap kebijaksanaan dan kekuasaan rejim Soeharto.

Page 11: TIONGHOA DIASPORA DI HONGKONG - gelora45.comgelora45.com/news/BennyS_TionghoaDiasporaDiHongkong.pdf · 1 TIONGHOA DIASPORA DI ... Bersamaan dengan berlangsungnya Konferensi Asia Afrika

11

Berbagai peraturan yang sangat rasis dan diskriminatif terhadap etnis Tionghoa

diterbitkan antara lain mengganti sebutan Tionghoa dan Tiongkok dengan

pejorative Cina. Kemudian dikeluarkan peraturan yang melarang orang-orang

Tionghoa merayakan ritual adat,tradisi,kebudayaan dan kepercayaannya di tempat

terbuka. Agama Khonghucu tidak diakui sebagai agama yang sah dan resmi di

Indonesia. Orang-orang Tionghoa dianjurkan dengan setengah paksa agar

mengganti namanya dengan nama-nama yang bernuansa Indonesia atau Barat.

Penggunaan bahasa Tionghoa baik lisan maupun tulisan dilarang.Demikian juga

barang-barang cetakan yang menggunakan aksara Tionghoa dilarang. Orang-orang

Tionghoa yang berwarga negara RRT diberi paspor stateless apabila ingin

berpergian keluar negeri sehingga mereka kesulitan mendapatkan visa di negara

yang ingin dikunjunginya. BAKIN sebagai badan intilejen resmi pemerintah

membentuk BKMC atau Badan Koordinasi Masalah Cina untuk mengawasi

kegiatan dan pergerakan orang-orang Tionghoa di Indonesia.

Orang-orang Tionghoa ditabukan untuk terjun ke dunia politik praktis. Mereka

hanya diperbolehkan bergerak dalam dunia bisnis saja. Malahan sekelompok kecil

orang Tionghoa dijadikan kroni presiden dan keluarganya serta para pejabat dari

pusat sampai ke daerah-daerah untuk melakukan korupsi dan mengumpulkan

kekayaan mereka. Sudah tentu hal ini membuat etnis Tionghoa sangat negatif

dimata rakyat Indonesia.

Sepanjang pemerintahan Orde Baru selama 32 tahun selalu terjadi kerusuhan-

kerusuhan anti Tionghoa di berbagai kota di Indonesia yang menjarah dan merusak

harta milik orang-orang Tionghoa. Puncaknya terjadi pada 13-15 Mei 1998 dimana

massa liar merusak,menjarah dan membakar ribuan rumah,tempat usaha dan

kendaraan milik orang-orang Tionghoa di Jakarta dan sekitarnya. Juga terjadi

perkosaan terhadap perempuan-perempuan Tionghoa yang menjadi korban

keganasan nafsu binatang mereka. Tampak dengan kasat mata terjadinya

pembiaran atas aksi-aksi anarkhis tersebut oleh para penguasa keamanan

Indonesia. Pada saat peristiwa tersebut terjadi Soeharto sedang berada di Kairo

untuk menghadiri Sidang KTT-G15. Akibat kejadian tersebut puluhan ribu warga

Tionghoa yang panik dan ketakutan berbondong-bondong pergi keluar Indonesia

menuju Singapore dan berbagai negara lainnya.

Pada akhir 1989 dan awal 1990 pemerintah RRT demi kepentingan nasionalnya

melakukan pendekatan kepada pemerintah Indonesia untuk memulihkan hubungan

diplomatiknya yang selama ini beku. Pendekatan ini mendapat sambutan dari

Page 12: TIONGHOA DIASPORA DI HONGKONG - gelora45.comgelora45.com/news/BennyS_TionghoaDiasporaDiHongkong.pdf · 1 TIONGHOA DIASPORA DI ... Bersamaan dengan berlangsungnya Konferensi Asia Afrika

12

pemerintah Indonesia yang melihat bahwa kemajuan ekonomi RRT yang

spektakuler telah merubah situasi internasional. Setelah dilakukan serangkaian

perundingan akhirnya pada 8 Agustus 1990 hubungan diplomatik kedua negara

berhasil dipulihkan kembali.

Pada 2 Juli 1997, Thailand mengalami krisis moneter yang kemudian merambat ke

negara tetangganya Malaysia dan Korea Selatan. Pada 21 juli 1997 krisis moneter

ini akhirnya menimpa Indonesia. Nilai tukar rupiah rupiah terhadap US dollar dari

RP 2.500.- terus merosot sampai mencapai puncaknya menjadi Rp.16.500.- GDP

rata-rata anjok dari US$ 1.000.- menjadi US$ 300.- Demikian juga dengan index

bursa saham gabungan melorot sampai ketitik terendah. Krisis moneter ini

berkembang menjadi krisis ekonomi yang membuat pemerintahan rejim Soeharto

tak berdaya walaupun sudah meminta bantuan IMF yang ternyata membuat

kerugian yang besar dengan paket BLBI yang akibatnya masih kita tanggung

sampai sekarang.

Muncul berbagai demonstrasi yang dipelopori para mahasiswa menuntut Soeharto

agar segera lengser. Setelah terjadi Tragedi Mei dan pengkhianatan dari para

pengikut dan kroninya, akhirnya pada 21 Mei 1998 Soeharto lengser dari

kekuasaannya dan digantikan oleh B.J.Habibie. Rupanya Tragedi Mei yang

mengorbankan demikian banyak kerugian kepada etnis Tionghoa menjadi tumbal

runtuhnya Rejim Orde Baru yang selama 32 tahun memerintah Indonesia secara

otoriter.

Era Reformasi.

Setelah runtuhnya Rejim Orde Baru dimulailah era reformasi yang membawa

berbagai perubahan yang mendasar bagi rakyat Indonesia. Kini seluruh rakyat

Indonesia menikmati kebebasan yang selama ini menekan mereka. Tidak

ketinggalan etnis Tionghoa juga mengalami banyak perubahan. Seluruh peraturan

rasis yang selama 32 tahun mendiskriminasi etnis Tionghoa satu demi satu berhasil

dilikuidasi.

UU Kewarganegaran yang baru menyatakan bahwa di Indonesia hanya ada WNI

atau WNA dan tidak diperlukan lagi SBKRI dan pasal 6 ayat 1 UUD 1945 yang

menyatakan bahwa Presiden Republik Indonesia orang Indonesia asli telah

diamandemen sehingga setiap warga negara Indonesia termasuk etnis Tionghoa

bisa menjadi presiden RI. Demikian juga telah berhasil diterbitkan Undang Undang

Page 13: TIONGHOA DIASPORA DI HONGKONG - gelora45.comgelora45.com/news/BennyS_TionghoaDiasporaDiHongkong.pdf · 1 TIONGHOA DIASPORA DI ... Bersamaan dengan berlangsungnya Konferensi Asia Afrika

13

Anti Diskriminasi Ras dan Etnis, sehingga kehidupan semakin nyaman bagi etnis

Tionghoa di Indonesia.

Tidak heran apabila saat ini mulai banyak orang-orang Tionghoa terutama

kalangan mudanya yang tertarik untuk terjun ke dalam politik praktis. Banyak

orang Tionghoa yang telah terpilih menjadi anggota legislatif baik menjadi anggota

DPR maupun DPRD. Ada yang berhasil terpilih menjadi walikota,bupati,wakil

gubernur dan gubernur seperti Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok yang sangat

kontroversial. Ada yang juga mencalonkan diri menjadi wakil presiden walaupun

tidak berhasil terpilih. Demikian juga ada beberapa orang Tionghoa yang terpilih

menjadi menteri di berbagai kabinet di era reformasi.

Tionghoa Diaspora di Hongkong.

Reformasi yang terjadi ternyata berimbas juga kepada orang-orang Tionghoa dari

Indonesia yang selama lebih 50 tahun bermukim di Hongkong sebagai diaspora.

Mereka pada umumnya telah berusia senja dan beranak pinak sehingga jumlahnya

menjadi ratusan ribu orang. Walaupun telah berpuluh tahun hidup di perantauan

bahkan jauh lebih lama dibandingkan dengan masa kehidupannya di Indonesia,

tetapi kecintaannya terhadap Indonesia tempat mereka dilahirkan dan dibesarkan

tidak menjadi surut.

Mereka selalu mengikuti apa yang terjadi Indonesia, karena mereka pada

umumnya masih mempunyai sanak keluarga di negara tempat kelahirannya ini.

Demikian juga dengan reformasi yang terjadi setelah tragedi Mei 1998 yang sangat

menghentak tersebut. Menyaksikan perubahan situasi yang terjadi di Indonesia

mereka tidak mau ketinggalan untuk berusaha berpartisipasi untuk kepentingan

bangsa Indonesia. Adanya ratusan ribu tenaga kerja Indonesia yang mencari nafkah

di Hongkong juga merubah suasana kehidupan disana,sehingga mereka semakin

akrab kembali dengan suasana di Indonesia.

Sekelompok orang Tionghoa tersebut kemudian mendirikan sebuah organisasi

yang bernama Hongkong Scociety for Indonesian Studies (HKIS) yang dipimpin

oleh Chan Chun Tat dan Yang Ping. Berbagai kegiatan untuk sosialisasi keadaan di

Indonesia mereka lakukan. Juga mereka membina hubungan yang erat dengan

Konsulat Indonesia di Hongkong dan membuka dialog dengan berbagai tokoh dan

organisasi di Indonesia.HKSIS aktif berpartisipasi dalam kegiatan untuk

mempererat persahabatan Tiongkok-Indonesia.

Mereka juga menerbitkan majalah Focus Indonesia dan maling list HKSIS yang

aktif menyuarakan dan sosialisasi aspirasi mereka dan kejadian penting di

Page 14: TIONGHOA DIASPORA DI HONGKONG - gelora45.comgelora45.com/news/BennyS_TionghoaDiasporaDiHongkong.pdf · 1 TIONGHOA DIASPORA DI ... Bersamaan dengan berlangsungnya Konferensi Asia Afrika

14

Indonesia. Majalah yang sangat informatif tersebut bukan hanya diedarkan di

Hongkong saja tetapi juga di Indonesia dan berbagai negara lainnya. HKSIS juga

kerap mengadakan berbagai diskusi dan seminar serta mengadakan dialog dengan

para tokoh Indonesia yang kebetulan berkunjung ke Hongkong.

Tanpa terasa HKSIS tahun ini telah berusia 15 tahun,tidak mudah memimpin

sebuah organsisasi yang dapat eksis sampai demikian lamanya. Dalam

perjalanannya tentu mengalami banyak kendala dan suka dukanya. Semoga HKSIS

dapat bertahan dan memberikan sumbangsih yang berarti bukan saja bagi

komunitas Tionghoa diaspora di Hongkong tetapi juga bagi bangsa Indonesia.

Seperti juga yang banyak dihadapi oleh berbagai organisasi pada umumnya,

masalah pimpinan dan kepengurusan adalah masalah krusial yang harus bisa

diselesaikan dengan baik. Agar HKSIS dapat terus eksis dan berkesinambungan,

maka regenerasi pimpinan dan pengurus mutlak harus dilakukan secara periodik

tanpa menimbulkan perpecahan.

Dirgahayu HKSIS !

Jakarta, 21Desember 2015

Page 15: TIONGHOA DIASPORA DI HONGKONG - gelora45.comgelora45.com/news/BennyS_TionghoaDiasporaDiHongkong.pdf · 1 TIONGHOA DIASPORA DI ... Bersamaan dengan berlangsungnya Konferensi Asia Afrika

15