Bab i Metlit Revisi_1e5r

9
Faktor Penyebab Penyakit ISPA Pada Balita di Kecamatan Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2013 Oleh : Kelompok 3 1. Leni Anggraeni 2. Muhammad Yusuf 3. Nely Solihati 4. Riawati 5. Shavera St Mustika 6. Tb. Eza Hermawan 7. Wahyu Insan Gustiawan PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT 2A SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN SERANG 2013

description

dcxfg

Transcript of Bab i Metlit Revisi_1e5r

Page 1: Bab i Metlit Revisi_1e5r

Faktor Penyebab Penyakit ISPA Pada Balita di Kecamatan Ciwandan Kota

Cilegon Tahun 2013

Oleh :

Kelompok 3

1. Leni Anggraeni

2. Muhammad Yusuf

3. Nely Solihati

4. Riawati

5. Shavera St Mustika

6. Tb. Eza Hermawan

7. Wahyu Insan Gustiawan

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT 2A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN SERANG

2013

Page 2: Bab i Metlit Revisi_1e5r

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hidup sehat merupakan hak yang di miliki oleh setiap manusia yang

ada didunia ini, akan tetapi di perlukan berbagai cara untuk mendapatkannya

(DepKes, 2007). Sebagai upaya untuk mewujudkan visi Indonesia sehat 2010,

pemerintah telah menyusun berbagai program pembangunan dalam bidang

kesehatan antara lain kegiatan pemberantasan Penyakit Menular (P2M) baik

yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif di semua aspek

lingkungan kegiatan pelayanan kesehatan.

Untuk dapat mengukur derajat kesehatan masyarakat digunakan

beberapa indikator, salah satunya adalah angka kesakitan dan kematian balita.

Angka kematian balita yang telah berhasil diturunkan dari 45 per 1000

kelahiran hidup pada tahun 2003 menjadi 44 per 1000 kelahiran hidup pada

tahun 2007 (DepKes, 2008).

World Health Organization (WHO) memperkirakan insiden Infeksi

Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka

kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

pertahun pada usia balita.

Di Indonesia, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) selalu

menempati urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan

balita. Selain itu ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak

di rumah sakit. Survei mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun

2005 menempatkan ISPA/Pneumonia sebagai penyebab kematian bayi

terbesar di Indonesia dengan persentase 22,30% dari seluruh kematian balita

(DepKes, 2008).

Berdasarkan prevalensi ISPA tahun 2010 di Indonesia telah mencapai

25% dengan rentang kejadian yaitu sekitar 17,5 % - 41,4 % dengan 16

provinsi diantaranya mempunyai prevalensi di atas angka nasional. Prevalensi

ISPA tertinggi pada balita (>35%), sedangkan terendah pada kelompok umur

Page 3: Bab i Metlit Revisi_1e5r

15 - 24 tahun. Prevalensi cenderung meningkat lagi sesuai dengan

meningkatnya umur. Prevalensi antara laki-laki dan perempuan relatif sama,

dan sedikit lebih tinggi diperdesaan. Prevalensi ISPA cenderung lebih tinggi

pada kelompok dengan pendidikan dan tingkat pengeluaran rumah tangga per

kapita lebih rendah. (DepKes, 2010) Menurut data Riskesdas tahun 2007 –

2011 sekitar 18 Juta penduduk dilaporkan memiliki prevalensi penyakit

ISPA.

Di provinsi Banten, penyakit ISPA juga merupakan masalah kesehatan

utama masyarakat. Penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)

menempati urutan tertinggi dari 10 besar jenis penyakit di Provinsi Banten

setelah penyakit batuk, gastristis (gangguan lambung), dermatitis (radang

kulit) dan influenza serta lima jenis penyakit lainnya. Berdasarkan data yang

diperoleh dari bagian bidang Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Provinsi Banten diperoleh informasi

bahwa jumlah kasus ISPA se-Provinsi Banten sejak Januari – September

2011 mencapai 103.640 kasus. Dari jumlah tersebut, kasus ISPA tertinggi

terjadi di Kota Cilegon sebanyak 44.194 kasus, Kabupaten Serang sebanyak

28.879 kasus, Kota Serang sebanyak 14.233 kasus, Kabupaten Lebak 10.960

kasus, dan Kabupaten Tangerang tidak ada kasus.

Dari data tersebut dapat di lihat, Kota Cilegon merupakan kota yang

paling tinggi kasus ISPA di banding kota/kabupaten lainnya, ini di sebabkan

karena beberapa faktor yang mempengaruhi baik itu dari faktor lingkungan

maupun faktor non lingkungan. Dari beberapa kecamatan yang berada di

Kota Cilegon kasus terbanyak terjadi di Kecamatan Ciwandan.

Penyakit ISPA di pengaruhi oleh beberapa faktor dan secara umum

terdapat 3 (tiga) faktor terjadinya ISPA yaitu faktor lingkungan, faktor

individu anak , serta faktor perilaku.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian bidang Pemberantasan

Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Provinsi

Banten diperoleh informasi bahwa jumlah kasus ISPA se-Provinsi Banten

Page 4: Bab i Metlit Revisi_1e5r

sejak Januari – September 2011 mencapai 103.640 kasus. Dari jumlah

tersebut, kasus ISPA tertinggi terjadi di Kota Cilegon sebanyak 44.194 kasus,

Kabupaten Serang sebanyak 28.879 kasus, Kota Serang sebanyak 14.233

kasus, Kabupaten Lebak 10.960 kasus, dan Kabupaten Tangerang tidak ada

kasus.

C. Pertanyaan Penelitian

Faktor resiko apa saja yang bisa menyebabkan terjadinya ISPA pada balita di

wilayah Kecamatan Ciwandan Kota Cilegon ?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini di lakukan untuk mengetahui faktor penyebab

terjadinya ISPA pada balita di wilayah Kecamatan Ciwandan Kota

Cilegon tahun 2013.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran faktor penyebab pada penderita penyakit ISPA.

b. Mengetahui gambaran faktor lingkungan (ventilasi rumah dan

kepadatan hunian) pada balita yang menderita ISPA.

c. Mengetahui gambaran perilaku pada balita yang menderita ISPA.

d. Mengetahui gambaran umur pada balita yang menderita ISPA.

e. Mengetahui gambaran status gizi pada balita yang menderita ISPA.

f. Mengetahui hubungan faktor lingkungan (ventilasi rumah dan

kepadatan hunian) dengan balita yang menderita ISPA.

g. Mengetahui hubungan perilaku dengan balita yang menderita ISPA.

h. Mengetahui hubungan umur dengan balita yang menderita ISPA.

i. Mengetahui hubungan status gizi dengan balita yang menderita ISPA.

Page 5: Bab i Metlit Revisi_1e5r

E. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan atau

sumbangan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu kesehatan, khususnya

dalam meningkatkan pencegahan terhadap penyakit ISPA pada balita.

2. Secara Praktis

a. Bagi Dinas Kesehatan

Dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam penentuan

kebijakan dan program penanggulangan penyakit ISPA khususnya pada

balita di daerah Kecamatan Ciwandan Kota Cilegon.

b. Bagi Penulis

Untuk menambah wawasan dan meningkatkan  pengetahuan dalam

mengaplikasikan ilmu yang telah didapat khususnya dalam pencegahan

penyakit menular yang terjadi di masyarakat khususnya penyakit ISPA.

c. Bagi Responden

Dapat meningkatkan dan menambah pengetahuan masyarakat

tentang cara pencegahan penyakit menular khususnya penyakit ISPA.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Kegiatan penelitian yang akan kami lakukan adalah penelitian

mengenai penyakit ISPA pada balita yang berada di Kecamatan Ciwandan

Kota Cilegon. Kegiatan ini dilakukan pada bulan Mei – Juli tahun 2013.

Penelitian ini dilakukan karena prevalensi penyakit ISPA pada balita cukup

tinggi di Provinsi Banten khususnya di daerah Kecamatan Ciwandan Kota

Cilegon. Sampel dalam penelitian ini adalah penduduk Kecamatan Ciwandan

khusus pada balita di daerah tersebut, karena balita lebih rentan terhadap

penyakit. Pengumpulan data akan dilakukan dengan cara mencari data primer

yang diperoleh dari wawancara dan observasi, dan mencari data sekunder

Page 6: Bab i Metlit Revisi_1e5r

yang diperoleh dari data yang ada di Dinas Kesehatan Provinsi Banten dan

Puskesmas Ciwandan.

Page 7: Bab i Metlit Revisi_1e5r