BAB I MAKALAH HIPOGLIKEMI.docx

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal- rendah) terjadi kalau kadar glukosa turun di bawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7 hingga 3,3 mmol/L). Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat. Pada hipoglikemia berat (kadar glukosa darah hingga di bawah 10 mg/dl), dapat terjadi serangan kejang bahkan dapat terjadi koma (koma hipoglikemik). Pada sebagian besar kasus koma hipoglikemik yang ditemukan di tempat pelayanan kesehatan umum (klinik/RS) penyebab utamanya adalah karena terapi pemberian insulin pada pasien penderita diabetes mellitus. Pada penelitian survei yang dilakukan oleh Department of Neurology and Neurological Sciences, and Program in Neurosciences, Stanford University School of Medicine , terdapat setidaknya 93,2% penyebab masuknya seseorang dengan gejala koma hipoglikemik adalah mereka yang menderita diabetes mellitus dan telah menjalani terapi pemberian insulin pada rentang waktu sekitar 1,5 tahunan. Berdasarkan data tersebut maka penulis menulis makalah kegawatdaruratan hipoglikemia ini dan menampilkan 1

Transcript of BAB I MAKALAH HIPOGLIKEMI.docx

Page 1: BAB I MAKALAH HIPOGLIKEMI.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal-rendah) terjadi kalau

kadar glukosa turun di bawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7 hingga 3,3 mmol/L).

Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang

berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang

berat. Pada hipoglikemia berat (kadar glukosa darah hingga di bawah 10 mg/dl),

dapat terjadi serangan kejang bahkan dapat terjadi koma (koma hipoglikemik).

Pada sebagian besar kasus koma hipoglikemik yang ditemukan di tempat

pelayanan kesehatan umum (klinik/RS) penyebab utamanya adalah karena terapi

pemberian insulin pada pasien penderita diabetes mellitus. Pada penelitian survei

yang dilakukan oleh Department of Neurology and Neurological Sciences, and

Program in Neurosciences, Stanford University School of Medicine, terdapat

setidaknya 93,2% penyebab masuknya seseorang dengan gejala koma

hipoglikemik adalah mereka yang menderita diabetes mellitus dan telah menjalani

terapi pemberian insulin pada rentang waktu sekitar 1,5 tahunan. Berdasarkan data

tersebut maka penulis menulis makalah kegawatdaruratan hipoglikemia ini dan

menampilkan tinjauan kasus dalam bentuk jurnal tentang hipoglikemia.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka pembahasan makalah ini

difokuskan pada pemahaman tentang:

1. Apakah pengertian hipoglikemia?

2. Apa saja etiologi hipoglikemia?

3. Bagaimana patofisiologi hipoglikemia?

4. Apa saja manifestasi klinis hipoglikemia?

5. Apasaja pemeriksaan diagnostik hipoglikemia?

6. Apa komplikasi hipoglikemia?

7. Bagaimana penatalaksanaan hipoglikemia?

1

Page 2: BAB I MAKALAH HIPOGLIKEMI.docx

8. Bagaimana pengkajian hipoglikemia?

9. Apasaja diagnosa keperawatan yang muncul pada hipoglikemia?

10. Apa intervensi keperawatan pada hipoglikemia?

1.3. TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan makalah ini adalah agar:

1. Mahasiswa mampu memahami pengertian hipoglikemia

2. Mahasiswa mampu memahami etiologi hipoglikemia

3. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi hipoglikemia

4. Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis hipoglikemia

5. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan diagnostik hipoglikemia

6. Mahasiswa mampu memahami komplikasi hipoglikemia

7. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan hipoglikemia

8. Mahasiswa mampu memahami pengkajian hipoglikemia

9. Mahasiswa mampu memahami diagnosa keperawatan yang muncul pada

hipoglikemia

10. Mahasiswa mampu memahami intervensi keperawatan pada hipoglikemia

2

Page 3: BAB I MAKALAH HIPOGLIKEMI.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PENGERTIAN HIPOGLIKEMIA

Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal rendah) terjadi kalau

kadar glukosa darah turun di bawah 50-60 mg/dl (2,7 hingga 3,3 mmol/L).

Hipoglikemia dapat terjadi setiap saat pada siang hari atau malam hari. Kejadian

ini bisa dijumpai sebelum makan, khususnya jika waktu makan tertunda atau bila

pasien lupa makan camilan. Sebagai contoh, hipoglikemia siang hari atau malam

hari terjadi bila insulin reguler yang disuntikkan pada pagi hari mencampai

puncaknya, sementara hipoglikemia pada sore hari timbul bersamaan dengan

puncak kerja NHP atau insulin lente yang diberikan pagi hari. Hipoglikemia pada

tengah malam dapat terjadi akibat pencapaian puncak kerja NHP atau insulin lente

yang disuntikkan pada malam hari, khususnya bila pasien tidak makan camilan

sebelum tidur. (Brunner & Suddarth, 2001)

Kadar glukosa normal pada orang non diabetes

Setelah bangun tidur-puasa 70-99 mg/dL

Setelah makan 70-140 mg/dL

Target glukosa darah pada orang dengan diabetes

Sebelum makan 70-130 mg/dL

1-2 jam setelah makan dimulai Di bawah 180 mg/dLSumber: American Diabetes Association. Standards of Medical Care in Diabetes—2008. Diabetes

Care. 2008;31:S12–S54.

2.2. KLASIFIKASI HIPOGLIKEMIA

Tipe hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis yakni:

1) Transisi dini (early transitional) : mengalami kerusakan sistem produksi

pankreas sehingga terjadi hiperinsulin.

3

Page 4: BAB I MAKALAH HIPOGLIKEMI.docx

2) Hipoglikemi klasik sementara (Classic transient hypoglicemic) : tarjadi jika

mengalami malnutrisi sehingga mengalami kekurangan cadangan lemak dan

glikogen.

3) Sekunder (Scondary) : sebagai suatu respon stress sehingga terjadi

peningkatan metabolisme yang memerlukan banyak cadangan glikogen.

4) Berulang (Recurrent) : disebabkan oleh adanya kerusakan enzimatis, atau

metabolisme insulin terganggu.

2.3. ETIOLOGI HIPOGLIKEMIA

Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:

1. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas

2. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada

penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya

3. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal

4. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.

Secara umum, hipogklikemia dapat dikategorikan sebagai yang

berhubungan dengan obat dan yang tidak berhubungan dengan obat. Sebagian

besar kasus hipoglikemia terjadi pada penderita diabetes dan berhubungan dengan

obat. Hipoglikemia yang tidak berhubungan dengan obat lebih jauh dapat dibagi

lagi menjadi:

1. Hipoglikemia karena puasa, dimana hipoglikemia terjadi setelah berpuasa

2. Hipoglikemia reaktif, dimana hipoglikemia terjadi sebagai reaksi terhadap

makan, biasanya karbohidrat.

Hipoglikemia paling sering terjadi disebabkan oleh insulin atau obat lain

(sulfonilurea) yang diberikan kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar

gula darahnya. Jika dosis obat ini lebih tinggi dari makanan yang dimakan maka

obat ini bisa bereaksi menurunkan kadar gula darah terlalu banyak.

Penderita diabetes berat menahun sangat peka terhadap hipoglikemia

berat. Hal ini terjadi karena sel-sel pulau Langerhans pankreasnya tidak

membentuk glukagon secara normal dan kelanjar adrenalnya tidak menghasilkan

4

Page 5: BAB I MAKALAH HIPOGLIKEMI.docx

epinefrin secara normal. Padahal kedua hal tersebut merupakan mekanisme utama

tubuh untuk mengatasi kadar gula darah yang rendah.

Pentamidin yang digunakan untuk mengobati pneumonia akibat AIDS

juga bisa menyebabkan hipoglikemia. Hipoglikemia kadang terjadi pada penderita

kelainan psikis yang secara diam-diam menggunakan insulin atau obat

hipoglikemik untuk dirinya.

Pemakaian alkohol dalam jumlah banyak tanpa makan dalam waktu yang

lama bisa menyebabkan hipoglikemia yang cukup berat sehingga menyebabkan

stupor.

Olah raga berat dalam waktu yang lama pada orang yang sehat jarang

menyebabkan hipoglikemia. Puasa yang lama bisa menyebabkan hipoglikemia,

hanya jika terdapat penyakit lain (terutama penyakit kelenjar hipofisa atau

kelenjar adrenal) atau mengkonsumsi sejumlah besar alkohol. Cadangan

karbohidrat di hati bisa menurun secara perlahan sehingga tubuh tidak dapat

mempertahankan kadar gula darah yang adekuat. Pada orang-orang yang memiliki

kelainan hati, beberapa jam berpuasa bisa menyebabkan hipoglikemia. Bayi dan

anak-anak yang memiliki kelainan sistem enzim hati yang memetabolisir gula bisa

mengalami hipoglikemia diantara jam-jam makannya.

Seseorang yang telah menjalani pembedahan lambung bisa mengalami

hipoglikemia diantara jam-jam makannya (hipoglikemia alimenter, salah satu

jenis hipoglikemia reaktif). Hipoglikemia terjadi karena gula sangat cepat diserap

sehingga merangsang pembentukan insulin yang berlebihan. Kadar insulin yang

tinggi menyebabkan penurunan kadar gula darah yang cepat.

Hipoglikemia alimentari kadang terjadi pada seseorang yang tidak

menjalani pembedahan. Keadaan ini disebut hipoglikemia alimentari idiopatik.

Jenis hipoglikemia reaktif lainnya terjadi pada bayi dan anak-anak karena

memakan makanan yang mengandung gula fruktosa dan galaktosa atau asam

amino leusin. Fruktosa dan galaktosa menghalangi pelepasan glukosa dari hati;

leusin merangsang pembentukan insulin yang berlebihan oleh pankreas.

Akibatnya terjadi kadar gula darah yang rendah beberapa saat setelah memakan

makanan yang mengandung zat-zat tersebut.

5

Page 6: BAB I MAKALAH HIPOGLIKEMI.docx

Hipoglikemia reaktif pada dewasa bisa terjadi setelah mengkonsumsi

alkohol yang dicampur dengan gula (misalnya gin dan tonik). Pembentukan

insulin yang berlebihan juga bisa menyebakan hipoglikemia. Hal ini bisa terjadi

pada tumor sel penghasil insulin di pankreas (insulinoma). Kadang tumor diluar

pankreas yang menghasilkan hormon yang menyerupai insulin bisa menyebabkan

hipoglikemia.

Penyebab lainnya adalah penyakit autoimun, dimana tubuh membentuk

antibodi yang menyerang insulin. Kadar insulin dalam darah naik-turun secara

abnormal karena pankreas menghasilkan sejumlah insulin untuk melawan antibodi

tersebut.

Hal ini bisa terjadi pada penderita atau bukan penderita diabetes.

Hipoglikemia juga bisa terjadi akibat gagal ginjal atau gagal jantung, kanker,

kekurangan gizi, kelainan fungsi hipofisa atau adrenal, syok dan infeksi yang

berat. Penyakit hati yang berat (misalnya hepatitis virus, sirosis atau kanker) juga

bisa menyebabkan hipoglikemia. (National Cardiovascular Center Harapan Kita;

Hipoglikemia atau Hypoglycemic, 2010)

Menurut Sabatine (2004), hipoglikemia dapat terjadi pada penderita

diabetes dan non-diabetes dengan etiologi sebagai berikut.

1. Pada Diabetes

a. Overdose insulin

b. Asupan makanan kurang ( tertunda atau lupa, terlalu sedikit, output yang

berlebihan; muntah diare, deit berlebihan)

c. Aktivitas berlebihan

d. Gagal ginjal

e. Hipotiroid

2. Pada Non-diabetes

a. Peningkatan produksi insulin

b. Paska aktivitas

c. Konsumsi makanan ynag sedikit kalori

d. Konsumsi alkohol

e. Paska melahirkan

f. Post gastrectomy

6

Page 7: BAB I MAKALAH HIPOGLIKEMI.docx

g. Penggunaan obat–obatan dalam jumlah besar (seperti salisilat,

sulfonamide)

2.4. PATOFISIOLOGI HIPOGLIKEMIA

Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama

bergantung pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah

glukosa terbatas, otak dapat memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di

astrosit, namun itu dipakai dalam beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja

yang begitu banyak, otak sangat tergantung pada suplai glukosa secara terus

menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam system saraf pusat dan

saraf-saraf di dalam system saraf tersebut.

Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun,

maka akan mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan

mental seseorang telah dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di

bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar glukosa darah menurun hingga di bawah 10

mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron menjadi tidak berfungsi sehingga dapat

menghasilkan koma.

Patogenesis (Arif Masjoer, 2001), pada waktu makan cukup tersedia

sumber energi yang diserap dari usus. Kelebihan energi disimpan sebagai

makromolekul dan dinamakan fase anabotik. 60% dari glukosa yang di serap usus

dengan pengaruh insulin akan di simpan di hati sebagai glikogen, sebagian dari

sisanya akan disimpan di jaringan lemak dan otot sebagai glikogen juga. Sebagian

lagi dari glukosa akan mengalami metabolisme anaerob maupun aerob untuk

energi seluruh jaringan tubuh terutama otak sekitar 70% pemakaian glukosa

berlangsung di otak tidak dapat menggunakan asam lemak bebas sebagai sumber

energi.

Pencernaan dan penyerapan protein akan menimbulkan peningkatan asam

amino di dalam darah yang dengan bantuan insulin akan disimpan di hati dan otak

sebagai protein. Lemak diserap dari usus melalui saluran limfe dalam bentuk

kilomikron yang kemudian akan dihidrolasi oleh lipoprotein lipase menjadi asam

lemak. Asam lemak akan mengalami esterifikasi dengan gliserol membentuk

7

Page 8: BAB I MAKALAH HIPOGLIKEMI.docx

trigliserida, yang akan disimpan di jaringan lemak. Proses tersebut berlangsung

dengan bantuan insulin.

Pada waktu sesudah makan atau sesudah puasa 5-6 jam, kadar glukosa

darah mulai turun keadaan ini menyebabkan sekresi insulin juga menurun,

sedangkan hormon kontraregulator yaitu glukagon, epinefrin, kartisol, dan

hormon pertumbuhan akan meningkat. Terjadilah keadaan kortison sebaliknya

(katabolik) yaitu sintetis glikogen, protein dan trigliserida menurun sedangkan

pemecahan zat-zat tersebut akan meningkat.

Pada keadaan penurunan glukosa darah yang mendadak, glukogen dan

epinefrinlah yang sangat berperan. Kedua hormon tersebut akan memacu

glikogenolisis, glukoneogenisis, dan proteolisis di otot dan lipolisis di jaringan

lemak. Dengan demikian tersedia bahan untuk glukoneogenesis yaitu asam amino

terutama alanin, asam laktat, piruvat, sedangkan hormon, kontraregulator yang

lain berpengaruh sinergistk glukogen dan adrenalin tetapi perannya sangat lambat.

Secara singkat dapat dikatakan dalam keadaan puasa terjadi penurunan insulin dan

kenaikan hormon kontraregulator. Keadaan tersebut akan menyebabkan

penggunaan glukosa hanya di jaringan insulin yang sensitif dan dengan demikian

glukosa yang jumlahnya terbatas hanya disediakan untuk jaringan otak.

Walaupun metabolik rantai pendek asam lemak bebas, yaitu asam

asetoasetat dan asam β hidroksi butiran (benda keton) dapat digunakan oleh otak

untuk memperoleh energi tetapi pembentukan benda-benda keton tersebut

memerlulan waktu beberapa jam pada manusia. Karena itu ketogenesis bukan

merupakan mekanisme protektif terhadap terjadinya hipoglikemia yang

mendadak.

Selama homeostatis glukosa tersebut di atas berjalan, hipoglikemia tidak

akan terjadi. Hipoglikemia terjadi jika hati tidak mampu memproduksi glukosa

karena penurunan bahan pembentukan glukosa, penyakit hati atau

ketidakseimbangan hormonal. (Arif Masjoer, 2001)

8

Page 9: BAB I MAKALAH HIPOGLIKEMI.docx

2.5. MANIFESTASI KLINIS HIPOGLIKEMIA

Brunner & Suddarth (2001) dalam Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah membagi gejala hipoglikemia menjadi dua kategori yaitu gejala adrenergik

dan gejala sistem saraf pusat.

Hipoglikemia Ringan

Ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan

terangsang. Pelimpahan adrenalin kedalam darah menyebabkan gejala seperti

perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.

Hipoglikemia Sedang

Penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak tidak

memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda – tanda

gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencangkup ketidak mampuan untuk

berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, patirasa

dibawah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan

emosional, perilaku tidak rasional, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan.

Kombinasi semua gejala ini ( disamping gejala adrenergik) dan terjadi pada

hipoglimia sedang.

Hipoglikemia Berat

Fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat berat sehingga

pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemi yang

dideritanya. Gejalanya dapat mencangkup perilaku yang mengalami disorientasi,

serangan kejang, sulit dibangunkan dalam tidur atau bahkan kehilangan

kesadaran.

Gejala hipoglikemi dapat terjadi mendadak dan tanpa terduga sebelumnya.

Kombinasi semua gejala tersebut dapat bervariasi antara pasien yang satu dengan

yang lainnya. Sampai derajat tertentu, gejala ini dapat berhubungan dengan

tingkat penurunan kadar glukosa darah yang sebenarnya atau dengan kecepatan

penurunan kadar tersebut. Sebagai contoh glukosa dalam kisaran hiperglikemia

(misalnya, sekitar 200 atau lebih) dapat merasakan gejala hipoglikemia

(adrenergik) kalau glukosa darah tiba tiba turun hingga 120 mg/dl (6,6 mmol/L)

9

Page 10: BAB I MAKALAH HIPOGLIKEMI.docx

atau kurang. Sebaliknya pasien yang biasanya memiliki kadar glukosa darah yang

rendah namun masih dalam rentang normal dapat tetap asimtomatik meskipun

kadar glukosa tersebut turun secara perlahan lahan sampai dibawah 50mg/dl (2,7

mmol/L).

Faktor lain yang berperan dalam menimbulkan perubahan gejala

hipoglikemia adalah penurunan respons hormonal (adrenergik) terhadap

hipoglikemia. Keadaan ini terjadi pada sebagian pasien yang telah menderita

diabetes selama bertahun tahun. Penurunan respon adrenergik tersebut dapat

berhubungan dengan salah satu komplikasi kronis diabetes yaitu neuropati

otonom. Dengan penurunan glukosa darah, limpahan adrenalin yang normal tidak

terjadi. Pasien tidak merasakan gejala adrenergik yang lazim seperti perspirasi dan

perasaan lemah. Keadaan hipoglikemi ini mungkin baru terdeteksi setelah timbul

gangguan sistem saraf pusat yang sedang atau berat. Yang mengesankan adalah

bakwa pasien ini melakukan pemantauan mandiri glukosa darahnya secara teratur

dan sebelum khususnya mengemudikan kendaraan atau melakukan pekerjaan

berbahaya lainnya. (Brunner & Suddarth, 2001)

2.6. WOC HIPOGLIKEMIA

(Terlampir)

2.7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK HIPOGLIKEMIA

Menurut Soemadji (2006) dan Cryer (2005), karakteristik diagnostik

hipoglikemia ditentukan berdasarkan pada TRIAS WIPPLE sebagai berikut.

1. Terdapat tanda – tanda hipoglikemia

2. Kadar glukosa darah kurang dari 50 mg%

3. Gejala akan hilang seiring dengan peningkatan kadar glukosa darah (paska

koreksi)

10

Page 11: BAB I MAKALAH HIPOGLIKEMI.docx

Pemeriksaan diagnostik yang mendukung diagnosa hipoglikemia

diantaranya:

1. Prosedur khusus: Untuk hipoglikemia reaktif tes toleransi glukosa

postprandial oral 5 jam menunjukkan glukosa serum <50 mg/dl setelah 5 jam.

2. Pengawasan di tempat tidur: biasanya terjadi peningkatan tekanan darah.

3. Pemeriksaan laboratorium: untuk hipoglikemia glukosa serum <50 mg/dl,

spesimen urin dua kali negatif terhadap glukosa.

4. EKG: biasanya menunjukkan takikardia.

2.7. PENATALAKSANAAN HIPOGLIKEMIA

Menurut Brunner & Suddarth (2001) dalam Buku Ajar Keperawatan

Medikal Bedah penanganan harus segera di berikan jika terjadi hipoglikemi.

Rekomendasi biasanya berupa pemberian 10 hingga 15 gram gula yang bekerja

cepat per oral :

1. 2-4 tablet glukosa yang dapat dibeli di rumah obat/apotik

2. 4-6 ons sari buah atau teh yang manis

3. 6-10 butir permen khusus atau permen manis lainnya

4. 2-3 sendok teh sirup atau madu.

(ke dalam sari buah tidak perlu ditambahkan gula meskipun pada label tertulis

bahwa sari buah tersebut “tidak mengandung gula”. Gula buah yang ada dalam

sari buah cukup mengandung karbohidrat yang sederhana yang dapat menaikkan

kadar glukosa darah. Penambahan gula pasir kedalam sari buah dapat

menyebabkan kenaikan tajam kadar glukosa darah, dan pasien bisa mengalami

hiperglikemi selama beberapa jam sesudah penangnan di lakukan).

Apabila gejala bertahan selama lebih dari 10 hingga 15 menit sesudah

terapi pendahuluan, ulangi terapi tersebut. Setelah gejalanya berkurang, berikan

makanan camilan yang mengandung protein dan pati (seperti cracker dengan keju

atau susu) kecuali jika pasien berencana untuk makan atau makan cemilan dalam

waktu 30 hingga 60 menit menurut jadwal makannya.

Pasien-pasien diabetes (khususnya yang mendapatkan insulin) harus selalu

membawa gula sederhana dalam bentuk tertentu. Ada beberapa jenis tablet

11

Page 12: BAB I MAKALAH HIPOGLIKEMI.docx

glukosa dan jeli yang tersedia dipasaran sehingga memudahkan pasien untuk

membawanya. Jika seorang pasien mengalami reaksi hipoglikemia sementara dia

sama sekali tidak membawa makanan darurat seperti dianjurkan diatas, maka

setiap makanan yang tersedia (khususnya yanvg mengandung karbohidrat

sederhana) harus di konsumsi.

Pasien harus di beritahukan agar tidak mengkonsumsi makanan penutup

mulut yang tinggi kalori dan yang tinggi lemak ( seperti kue-kue kering, tarcis,

cakes, donat, es krim) untuk mengatasi hipoglikemi yang dialaminya. Kandungan

lemak yang tinggi dalam makanan ini dapat memperlambat penyerapan glukosa

sehingga reaksi hipoglikemia yang terjaditidak dapat diatasi dengan segera

sebagaimana pada pemberian karbohidrat sederhana. Selanjutnya pasien dapat

makan lebih banyak bila gejalanya tidak segera berkurang. Cara ini akan

menyebabkan glukosa darah meningkat dengan cepat untuk beberapa jam dan

berperan dalam meningkatkan berat badan.

Pasien yang merasa terikat dengan jadwal makan, akan memandang

hipoglikemi sebagai saat yang tepat untuk “menyenangkan” diri dengan makanan

cemilan. Oleh karen itu menyertakan cemilan dalam rencana makan merupakan

tindakan yang bijaksana. Hal ini akan mempermudah pasien untuk membatasi

penanganan hipoglikemia dengan bentuk karbohidrat sederhana (rendah kalori)

seperti jus atau tablet glukosa.

Penanganan Hipoglikemia Berat

Bagi pasien yang tidak sadarkan diri, tidak mampu menelan atau menolak

terapi, preparat glukagon 1 mg dapat disuntikkan secara subkutan atau

intramuskuler. Glukagon adalah hormon yang di produksi oleh sel-sel alfa

pangkreas yang menstimulasi hati untuk melepaskan glukosa (melalui pemecahan

glikogen, yaitu simpanan glukosa). Preparat glukagon dikemas sebagai serbuk

dalam botol suntik (vial) berukuran 1 mg dan harus dicampur dahulu dengan

pelarutnya sebelum disuntukkan. Setelah penyuntikan glukagon pasien kembali

sadar dalam waktu 20 menit. Gula sederhana yang diikuti oleh makanan cemilan

harus diberikan kepada pasien yang sadar dalam waktu 20 menit. Gula sederhana

12

Page 13: BAB I MAKALAH HIPOGLIKEMI.docx

yang diikuti oleh makanan cemilan harus diberikan kepada pasien yang sadar

untuk mencegah timbulnya kembali hipoglikemia, mengingat kerja 1 mg

glukagon yang singkat. Tindakan ini juga menggantikan simpanan glukosa dalam

hati. Sebagian pasien akan mengalami mual setelah penyuntikan glukagon. Pasien

harus di ingatkan untuk memberi tahukan dokter setelah mengalami hipoglikemia

berat.

Glukagon hanya dijual melalui resep dokter dan harus menjadi bagian dari

perlengkapan darurat yang mudah didapat oleh pasien diabetes yang memerlukan

insulin. Anggota keluarga, tetangga atau teman kerja juga harus mendapat

informasi tentang penggunaan glukagon ini. Hal ini terutama berlaku bagi pasien

yang tidak atau kurang mendapatkan peringatan tentang hipoglikemia.

Di rumah sakit atau ruang gawat darurat, pasien yang tidak sadarkan diri

atau tidak dapat menelan dapat ditangani dengan penyuntikan intravena 25 hingga

50 ml dekstrosa 50% dalam air (larutan “D50”). Efek penyuntikan ini biasa dilihat

dalam waktu beberapa menit. Pasien dapat mengeluh sakit kepala dan dapat

merasa nyeri dalam penyunyikan IV. Kepastian terhadap patensi selang infus

yang digunakan untuk menyuntuikan dekstrosa 50% sangat penting; larutan

hipertonis seperti dekstrosa 50% sangat iritatif bagi pembuluh vena. (Brunner &

Suddarth, 2001)

2.7. PENGKAJIAN HIPOGLIKEMIA

Pengkajian bedasarkan prinsip ABCDE:

a) Airway (jalan napas)

Kaji adanya sumbatan jalan napas. Terjadi karena adanya penurunan

kesadaran/koma sebagai akibat dari gangguan transport oksigen ke otak.

Diagnosa keperawatan: Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan

dengan adanya benda asing/lidah jatuh ke belakang.

b) Breathing (pernapasan)

Merasa kekurangan oksigen dan napas tersengal – sengal, sianosis.

Diagnosa keperawatan: Pola napas tidak efektif berhubungan dengan adanya

depresan pusat pernapasan.

13

Page 14: BAB I MAKALAH HIPOGLIKEMI.docx

c)  Circulation (sirkulasi)

Kebas, kesemutan dibagian ekstremitas, keringat dingin, hipotermi, nadi

lemah, tekanan darah menurun.

Diagnosa keperawatan: Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan

hipoksia jaringan. Ditandai dengan peningkatan TIK, nekrosis jaringan,

pembengkakan jaringan otak, depresi SSP dan oedema.

c) Disability (kesadaran)

Terjadi penurunan kesadaran, karena kekurangan suplai nutrisi ke otak.

Diagnosa keperawatan: Resiko tinggi injuri berhubungan dengan penurunan

kesadaran.

d) Exposure

Pada exposure kita melakukan pengkajian secara menyeluruh. Karena

hipoglikemi adalah komplikasi  dari penyakit DM kemungkinan kita

menemukan adanya luka/infeksi pada bagian tubuh klien / pasien.

Pengkajian Fokus

Data dasar yang perlu dikaji adalah :

a) Keluhan utama

Sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering hipoglikemi

merupakan diagnose sekunder yang menyertai keluhan lain sebelumnya

seperti asfiksia, kejang, sepsis.

b) Riwayat

Kaji riwayat penyakit pasien, baik penyakit yang kemungkinan diturunkan

maupun didapat, seperti diabetes melitus, sepsis, enteral feeding, pemakaian

terapi kortikosteroid, konsumsi alkohol, gangguan hati, ginjal, jantung

maupun kelenjar hipofisis, misalnya gagal ginjal atau gagal jantung, kanker,

kelainan fungsi hipofisa atau adrenal, syok dan infeksi yang berat. Penyakit

hati yang berat misalnya hepatitis virus, sirosis atau kanker. Kaji juga adanya

penyakit autoimun.

c) Data fokus

Data Subyektif:

1) Sering masuk rumah sakit dengan keluhan yang tidak jelas

14

Page 15: BAB I MAKALAH HIPOGLIKEMI.docx

2) Banyak keringat dingin

3) Rasa lapar (pada bayi sering menangis)

4) Nyeri kepala

5) Sering menguap

6) Irritabel

Data obyektif:

1) Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku,

2) Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas cepat

irreguler, keringat dingin, mata berputar-putar, menolak makan dan koma

3) Plasma glukosa < 50 gr/%

2.8. DIAGNOSA KEPERAWATAN HIPOGLIKEMIA

Berdasarkan pengkajian di atas maka didapatkan diagnosa keperawatan

yang dapat muncul pada kasus hipoglikemia yaitu:

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan adanya sumbatan

jalan napas/ lidah jatuh ke belakang.

2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan adanya depresan pusat

pernapasan.

3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipoksia jaringan.

4. Resiko tinggi injuri berhubungan dengan penurunan kesadaran.

2.9. INTERVENSI KEPERAWATAN HIPOGLIKEMIA

No Dx NOC NIC1 Ketidakefektifan

bersihan jalan napas berhubungan dengan adanya sumbatan jalan napas/ lidah jatuh ke belakang.

Status pernafasan : ventilasi

Status pernafasan : potensi jalan nafas

Control aspirasi

Manajemen jalan nafas Buka jalan nafas

dengan teknik mengangkat dagu atau dengan mendorong rahang sesuai keadaan

Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi yang potensial

Masukkan jalan nafas/ nasofaringeal sesuai

15

Page 16: BAB I MAKALAH HIPOGLIKEMI.docx

kebutuhan Auskultasi bunyi nafas,

catat adanya ventilasi yang turun atau yang hilang dan catat adanya bunyi tambahan

Lakukan pengisapan endotrakeal atau nasotrakeal.

2 Pola napas tidak efektif berhubungan dengan adanya depresan pusat pernapasan.

Status pernafasan : ventilasi

Status pernafasan : potensi jalan nafas

Control aspirasi

Terapi oksigen Pertahankan jalan

nafas yang paten Monitor aliran oksigen Observasi adanya

tanda – tanda hipoventilasi

Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi

Management TTV Monitor TTV Catat adanya fluktuasi

TD Monitor suhu, warna

dan kelembaban kulit3 Gangguan perfusi

jaringan berhubungan dengan hipoksia jaringan.

Manajemen Cairan/Elektrolit Dapatkan specimen

lab untuk memonitor level cairan/ elektrolit

Pasang infuse IV Pertahankan

keakuratan catatan intake dan output

Monitor tanda- tanda vital

Lakukan manajemen hipoglikemia

Manajemen Asam Basa Posisikan untuk

memfasilitasi ventilasi yang adekuat seperti membuka jalan napas dan menaikkan kepala tempat tidur

16

Page 17: BAB I MAKALAH HIPOGLIKEMI.docx

Pantau gejala gagal pernapasan seperti PaO2 yang rendah, peningkatan PaCO2, dan kelemahan otot napas

Pantau pola napas Pantau factor penentu

pengangkutan oksigen jaringan seperti PaO2,

SaO2, kadar Hb dan cardiac outpu

Dorong pasien dan keluarga untuk aktif dalam pengobatan ketidakseimbangan asam basa

4 Resiko tinggi injuri berhubungan dengan penurunan kesadaran.

Pencegahan Jatuh Identifikasi defisit

kognitif atau fisik pasien yang berpotensi untuk jatuh

Kunci korsi roda, tempat tidur selama pemindahan pasien

Tempatkan benda- benda di sekitar pasien untuk mudah dijangkau

Gunakan pinggiran tempat tidur yang panjang dan tinggi untuk mencegah jatuh dari tempat tidur

Tempatkan tempat tidur mekanis pada posisi terendah

Beri permukaan tempat tidur yang tertutup dari pintu

Ajar keluarga tentang factor resiko yang berkontribusi pada jatuh dan bagaimana mengurangi resiko jatuh

17

Page 18: BAB I MAKALAH HIPOGLIKEMI.docx

BAB III

TINJAUAN KASUS

(Terlampir: Jurnal berjudul “Efek Lama Pemberian Vitamin C Dosis Tinggi terhadap Aktivitas Hipoglikemia Glibenklamida pada Tikus”)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pengaruh lama pemberian Vitamin C dosis tinggi terhadap aktivitas hipoglikemia glibenklamida pada tikus dapat dilihat seperti tabel I dan gambar 1 di bawah ini.

(a)Perbedaan rata-rata signifikan dibandingkan kontrol negatif pada p<0,05

(b)Perbedaan rata-rata signifikan dibandingkan kontrol positif pada p<0,05

18

Page 19: BAB I MAKALAH HIPOGLIKEMI.docx

Data tabel I, II, dan Gambar 1 terlihat pemberian vitamin c dosis 100

mg/Kg BB selama 1, 3 dan 7 hari memperlihatkan bahwa telah terjadi penurunan

kadar glukosa darah dibandingkan dengan kontrol negatif dan kontrol positif.

Kemudian pengaruh pemberian vitamin c 1, 3 dan 7 hari dapat dilihat dengan nilai

AUC yang semakin kecil karena perlakuan vitamin c. Bila dibandingkan nilai auc

dari kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol positif terlihat bahwa

pemebrian vitamin c dosis tinggi selama 1, 3 dan 7 hari itu secara statistika akan

terlihat perbedaan.

Meningkatnya efek hipoglikemik dari glibenklamida setelah perlakuan

vitamin c selama 1, 3, dan 7 hari kemungkinan disebabkan oleh hal hal berikut ini.

19

Page 20: BAB I MAKALAH HIPOGLIKEMI.docx

1. Interaksi bisa terjadi pada fase absorpsi. Pada fase ini vitamin c dapat

meningkatkan kadar glibenklamida di dalam darah. Peningkatan ini akan

menyebabkan aktivitas penurun glukosa darah glibenklamida meningkat

tajam.

2. sifat dari vitamin c sebagai inhibitor enzim bila diberikan dalam jumlah yang

relatif besar. Sifat ini juga karena vitamin c sebagai antioksidan pada dosis

kecil, tetapi akan bersifat sebagai pro-oksidan/inhibitor pada dosis besar

(Darmawan, 2004). Adanya inhibitor ini akan berpengaruh terhadap

metabolisme glibenklamida di hati. Akibatnya kadar glibenklamidameningkat

di dalamdarah, lebih lanjut akanmeningkatkan efek farmakologinya

(Hussar,1990). Seperti diketahui bahwa organ utama tempat pembersihan

obat adalah hepar dan ginjal, walaupun demikian dapat pula terjadi (relatif

kecil) disaluran cerna dan jaringan.

3. vitamin c dapatmeningkatkan kecepatan aliran darah. Hal ini didukung Jialal,

et al., (1990) bahwa vitamin c dapatmencegah ateroslerosis dan iskemik

sehingga dapatmeningkatkan kerja sistem vaskuler. Selain itu vitamin c juga

dapat memperbaiki sistem vaskuler di sistem syaraf sebagai neurotropik yang

dikombinasikan dengan vitamin E, dan B komplek (Jialal, et al., 1990;

Darmawan, 2004).

4. vitamin c merupakan sebagai antioksidan yang dapat mencegah terjadinya

oksidasi lebih lanjut dari glibenklamida, sehingga kadar glibenklamida sedikit

yang dirubah menjadi metabolit yang tidak aktif (Carr & Frei, 1999; Wen et

al, 1997; Harats et al., 1998; Rifici & Khachadurian, 1993; Alessio et al,

1997).

Berdasarkan keempat kemungkinan tersebut dia atas, maka kemungkinan

besar lebih disebabkan karena sifat vitamin c yang berubah sebagai inhibitor pada

dosis tinggi. Hal ini ditunjukan karena vitamin c meningkatkan penetrasi penisilin

pada data eksperimental (Bednova et al., 1989). Juga dapat meningkatkan fluk

haloperidol pada absorpsi kulit (Vaddi et al., 2001). Jadi bisa dikatakan bahwa

pemberian dalam jangka lama mempengaruhi aktivitas hipoglikemia

glibenklamidaa pada tikus.

20

Page 21: BAB I MAKALAH HIPOGLIKEMI.docx

BAB V

PENUTUP

5.1. KESIMPULAN

Hipoglikemia merupakan salah satu kegawatan diabetik yang mengancam,

sebagai akibat dari menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg/dl. Gejala biasanya

muncul bila kadar glukosa < 40 mg/dL dan mulai memunculkan tanda – tanda

yang sesuai dengan tingkatan hipoglikemia yang dialami penderita. Pada kasus

kegawatdaruratan situasi yang harus diwaspadai adalah apabila pasien datang

dengan atau telah mengalami gejala hipoglikemia yang berat, maka pada saat itu

penderita perlu mendapatkan pertolongan segera, karena apabila tidak dilakukan

pertolongan segara akan berdampak pada terganggunya fungsi otak , karena otak

merupakan organ vital yang sangat tergantung pada ketersediaan glukosa dalam

melakukan aktivitasnya, jika kerja otak terganggu maka akan berdampak pada

seluruh organ dan sistem lainnya dalam tubuh dan ini akan menyebabkan keadaan

yang bisa menimbulkan kecacatan atau kematian.

Dari studi kasus yang ditemukan bahwa ada penelitian yang

membahas tentang “Efek Lama Pemberian Vitamin C Dosis Tinggi terhadap

Aktivitas Hipoglikemia Glibenklamida pada Tikus” didapatkan kesimpulan

bahwa Lama perlakuan pemberian vitamin C dosis tinggi meningkatkan aktivitas

21

Page 22: BAB I MAKALAH HIPOGLIKEMI.docx

hipoglikemia glibenklamida. Hal ini terlihat pada penurunan AUC dan aktivitas

penurunan kadar gula darah yang lebih rendah dibandingkan kontrol posisif yaitu

glibenklamida dosis 5 mg/Kg BB; po. (p<0,05). Semakin lama perlakuan

pemberian vitamin C dosis tinggi tidak meningkatkan aktivitas hipoglikemia

glibenklamida (p>0,05).

5.2. SARAN

Diharapkan kepada pembaca dapat menjadikan makalah ini sebagai salah

satu sumber ilmu yang bermanfaat dalam melakukan penatalaksanaan terhadap

kegawatdaruratan hipoglikemia, walaupun masih penuh dengan keterbatasan dan

kekurangan yang sangat perlu kritik dan saran dari pembaca.

22