BAB I Letak Janin

46
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia dengan tingkat kematian ibu 450/100000 kelahiran hidup perlu segera mengambil langkah-langkah yang positif untuk menanggulanginya antara lain agar setap ibu hamil dapat di periksa oleh petugas kesehatan dan di mana agar segala kelainan yang timbul pada proses persalinan dapat diketahui lebih awal dan dapat segera diatasi. Mengetahui lebih awal persalinan abnormal dan mencegah terjadinya persalinan lama akan menurunkan resiko perdarahan postpartum dan sepsis secara bermakna yang pada akhirnya akan meniadakan persalinan macet, pecahnya kandungan atau peranakan (ruptura uteri) dan akhirnya menurunkan kematian dan kesakitan ibu serta mengurangi risiko infeksi pada bayi yang baru lahir. Perpanjangan fase laten terjadi bila lebih dari 14 jam pada primigravida dan lebih dari 20 jam pada multipara. Menurut statistik persalinan macet dan pecahnya peranakan menyumbangkan 70% dari semua kematian ibu. Dengan mengetahui fase laten dalam persalinan maka akan membantu perugas kesehatan dalam pengambilan keputusan lebih awal kapan seorang ibu harus dipercepat atau diakhiri persalinan dan juga dapat meningkatkan mutu dan keteraturan pemantau janin dan ibu selama persalinan dan juga membantu menurunkan masalah janin dan ibu. 1

description

keperawatan maternitas

Transcript of BAB I Letak Janin

BAB IPENDAHULUANA. LATAR BELAKANGIndonesia dengan tingkat kematian ibu 450/100000 kelahiran hidup perlu segera mengambil langkah-langkah yang positif untuk menanggulanginya antara lain agar setap ibu hamil dapat di periksa oleh petugas kesehatan dan di mana agar segala kelainan yang timbul pada proses persalinan dapat diketahui lebih awal dan dapat segera diatasi.Mengetahui lebih awal persalinan abnormal dan mencegah terjadinya persalinan lama akan menurunkan resiko perdarahan postpartum dan sepsis secara bermakna yang pada akhirnya akan meniadakan persalinan macet, pecahnya kandungan atau peranakan (ruptura uteri) dan akhirnya menurunkan kematian dan kesakitan ibu serta mengurangi risiko infeksi pada bayi yang baru lahir. Perpanjangan fase laten terjadi bila lebih dari 14 jam pada primigravida dan lebih dari 20 jam pada multipara. Menurut statistik persalinan macet dan pecahnya peranakan menyumbangkan 70% dari semua kematian ibu. Dengan mengetahui fase laten dalam persalinan maka akan membantu perugas kesehatan dalam pengambilan keputusan lebih awal kapan seorang ibu harus dipercepat atau diakhiri persalinan dan juga dapat meningkatkan mutu dan keteraturan pemantau janin dan ibu selama persalinan dan juga membantu menurunkan masalah janin dan ibu.Persalinan normalsuatu keadaan fisiologis, normal dapat berlangsung sendiri tanpa intervensi penolong. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor P utama yaitu kekuatan ibu (power), keadaan jalan lahir (passage) dan keadaan janin (passanger).Faktor lainnya adalah psikologi ibu (respon ibu ), penolong saat bersalin, dan posisi ibu saat persalinan.Dengan adanya keseimbangan atau kesesuaian antara faktor-faktor "P" tersebut, persalinan normal diharapkan dapat berlangsung.Bila ada gangguan pada satu atau lebih faktor P ini, dapat terjadi kesulitan atau gangguan pada jalannya persalinan.Kelambatan atau kesulitan persalinan ini disebut distosia. Salah satu penyebab dari distosia karena adalah kelainan janin. Distosia berpengaruh buruk bagi ibu maupun janin. Pengenalan dini dan penanganan tepat akan menentukan prognosis ibu dan janin. Maka dari itu di makalah ini akan dibahas mengenai salah satu dari 3 faktor P tersebut yaitu keadaan janin passanger.

B. RUMUSAN MASALAH1. Apa pengertian dari distosia?2. Apa macam-macam distosia karena kelainan letak janin?3. Bagaimana asuhan keperawatan dari distosia karena kelainan letak janin?C. TUJUAN 1. Tujuan umumMengetahui secara menyeluruh tentang konsep teori dan konsep asuhan keperawatan pada distosia karena kelainan letak janin.2. Tujuan khususa. Memahami pengertian dari distosia.b. Memahami macam-macam dari distosia kelainan letak janin.c. Mengetahui asuhan keperawatan dari distosia kelainan letak janin.

BAB IIPEMBAHASAN

A. PENGERTIANYang dimaksud dengan distosia adalah persalinan yang sulit yang ditandai adanya hambatan kemajuan dalam persalinan. Sedangkan persalinan yang normal (eustocia) adalah persalinan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung spontan dalam 18 jam.Klasifikasinya yaitu distosia karena kekuatan-kekuatan yang mendorong anak tidak memadai, distosia karena adanya kelainan pada jalan lahir dan distosia karena adanya kelainan letak janin atau kelainan fisik janin.B. MACAM-MACAM DISTOSIA KARENA KELAINAN LETAK JANIN1. Positio Occipito Posterior Persistensa. PengertianKebanyakan persalinan dengan position occipito posterior mengalami putaran paksi sehingga anak lahir dengan occiput di bawah symphyse. Karena sudut pemutaran besar, maka kala II biasanya sedikit lebih panjang.Putaran paksi ini baru terjadi di hodge III malahan kadang-kadang baru terjadi di hodge IV. Kalau pada position occipito posterior putaran paksi tidak terjadi maka kita sebut position occipito posterior persistens. Sebab-sebab tidak terjadinya putaran paksi ialah panggul anthropoid, panggul andropoid, kesempitan panggul tengah, ketuban pecah sebelum waktunya, fleksi kepala kurang, inertia uteri.Ada kalanya occiput berputar ke belakang dan anak lahir maka di bawah symphyse. Ini terutama terjadi kalau fleksi kurang. Jadi hanya sebagian kecil (4%) dari position occipito posterior memerlukan pertolongan operatif.

b. TerapiKalau ada indikasi dapat dipilih antara ekstraksi vakum atau forceps. Ekstraksi dengan forceps:1) Anak dilahirkan dengan occiput tetap di belakang.Ini terutama dilakukan kalau ada factor-faktor yang menyukarkan rotasi ke depan seperti panggul anthropoid atau android.2) Anak dilahirkan dengan occiput sebelah depan ialah:Dengan rotasi manual atau dengan forceps. Ini dilakukan kalau tidak ada faktor-faktor yang menghalangi rotasi.Penilaian ada atau tidaknya faktor yang menghalangi rotasi sangat sukar maka dalam praktek baiknya forceps dipasang biparietal dan dilakukan tarikan. Kalau ternyata bahwa sewaktu tarikan kepala ada tondens untuk memutar ke depan kita bantu rotasi dengan forceps misalnya dengan teknik scanzoni. Sebaliknya kalau kepala tidak ada tondens untuk memutar ke depan, kita lahirkan kepala dengan occiput ke belakang. Kalau dilahirkan dengan occiput ke belakang harus dibuat episiotomy yang cukup lebar karena kemungkinan raptura parinel rotaries besar.

2. Letak Mukaa. PengertianLetak muka adalah letak kepala dengan defleksi maksimal, hingga occiput mengenal punggung dan muka terarah ke bawah. Punggung terdapat dalam lordose dan biasanya terdapat di belakang.Posisi ditentukan oleh dagu (mento), jadi ada posisi : 1) Left mento anterior (LMA) = dagu kiri depan2) Right mento anterior (RMA) = dagu kanan depan3) Left mento posterior (LMP) = dagu kiri belakang4) Right mento posterior (RMP) = dagu kanan belakang

b. Sebab:Sebab yang terpenting ialah panggul sempit dan anak yang besar. Secara lengkap sebab-sebab dapat dibedakan dalam 2 golongan:1) Letak muka primer yang disebabkan oleh kelainan anak dan tak dapat diperbaiki seperti:a) Strauma congenitalis.b) Kelainan tulang leher.c) Lilitan tali pusar yang banyak.d) Meningocele.e) Anencephal.2) Letak muka sekunder: dapat diperbaiki, anak normal:a) Panggul picak.b) Anak besar.c) Dinding perut kendor.d) Bagian-bagian yang menumbung.e) Hydramnion.Mungkin juga letak defleksi dapat terjadi karena tonus otot-otot extensor anak lebih kuat dari tonus otot-otot fleksor.c. TerapiKalau menemukan letak muka sebaiknya diperiksa apakah tidak ada kelainan panggul. Dalam kehamilan dapat dicoba perasat schatz untuk memperbaiki letak defleksi:1) Kepala anak dimobilisasi dan diletakkan pada fossa iliaca pada fihak punggung anak.2) Penolong berdiri pada fihak perut anak, satu tangan menarik bokong sedang satunya dikepalkan dan menolak dada anak.3) Sesudah lordose berkurang maka tangan yang tadinya menolak dada memegang daerah belakang kepala dan mendekatkannya dengan bokong.Dalam persalinan asal tidak ada kelainan panggul, terapi bersifat konserpatif mengingat bahwa letak muka dapat lahir spontan. Juga jika dagu terdapat sebelah belakang masih ada kemungkinan bahwa dagu memutar ke depan dan persalinan berlangsung spontan.Jika ada indikasi untuk menyelesaikan persalinan maka forceps hanya dipergunakan kalau:1) Kepala sudah di H IV2) Dagu terdapat sebelah depan.Jika syarat-syarat ini tidak dipenuhi lebih baik dilakukan SC.

3. Letak Dahia. Pengertian Letak dahi ialah letak kepala dengan defleksi yang sedang hingga dahi menjadi bagian yang terendah. Biasanya letak dahi bersifat sementara, dan dengan majunya persalinan menjadi letak muka dan letak belakang kepala. Letak dahi yang jarang menetap agak jarang terjadi. Sebab-sebab letak dahi kira-kira sama dengan sebab-sebab letak muka.b. Mekanisme persalinan:Pada letak dahi ukuran terbesar kepala ialah diameter mento occipitalis (13 cm) melalui jalan lahir yang lebih besar dari semua pintu atas panggul. Maka pada anak yang cukup besar kepala tidak dapat masuk ke dalam pintu atas panggul. Letak dahi merupakan persentasi yang paling buruk diantara letak kepala. Pada anak yang agak kecil kepala dapat masuk dengan moulage yang kuat, kemudian terjadi putaran paksi, sehingga memutar ke depan kea rah symphyse.Dahi paling dulu nampak pada vulva dan tulang rahang atas menjadi hypomochlion. Dengan fleksi lahirlah ubun-ubun besar dan belakang kepala dan setelah belakang kepala lahir, dengan gerakan defleksi yang berturut-turut lahir mulut, dan dagu. Vulva diregang oleh diameter maxilo occipitalis succedaneum terjadi pada dahi.c. TerapiDalam kehamilan boleh dicoba perasat schatz. Kalau dalam persalinan terdapat letak dahi dilakukan SC, mengingat bahaya-bahaya untuk ibu dan anak.

4. Letak Sungsanga. PengertianLetak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah (presentasi bokong). Kejadian 3%. Letak sungsang dibagi sebagai berikut:(1). Letak bokong murni; presentasi bokong murni, dalam bahasa inggris frank breech. Bokong saja yang menjadi bagian depan sedangkan kedua tungkai lurus ke atas.(2). Letak bokong kaki (presentasi bokong kaki) di samping bokong teraba kaki dalam bahasa inggris complete breech. Disebut letak bokong kaki sempurna atau tidak se,purna kalau di samping bokong teraba kedua kaki atau satu kaki saja.(3). Letak lutut (presentasi lutut). incomplete breech(4). Letak kaki (presentasi kaki).Tergantung pada terabanya kedua kaki atau lutut atau hanya teraba satu kaki atau lutut disebut letak kaki atau lutut sempurna dan letak kaki atau lutut tidak sempurna.

Antara tiga tonjolan tulang tadi dapat diraba anus dan genitalia anak, tapi jenis kelamin anak hanya dapat ditentukan kalau oedema tidak terlalu besar. Terutama kalau caput succedaneum besar, bokong harus dibedakan dari muka karena kedua tulang pipi dapat menyerupai tubera ossis ischii, dagu menyerupai ujung os sacrum sedangkan mulut disangka anus.Yang menentukan ialah bentuk os sacrum yang mempunyai deretan processi spinosi yang disebut crista sacralis media.

Pada letak bokong teraba kaki disamping bokong

Perbedaan kaki dan tangan:1) Pada kaki ada calcaneus, jadi ada tiga tonjolan tulang ialah mata kaki dan calcaneus. Pada tangan hanya ada mata tangan.2) Kaki tidak dapat diluruskan terhadap tungkai, selalu ada sudut.3) Jari kaki jauh lebih pendek dari telapak kaki.Dalam keraguan kita membuat foto rontgen.

b. Etiologi1. Prematuritas karena bentuk rahim relative kurang lonjong, air tuban masih banyak dan kepala anak relative besar.2. Hydramnion karena anak mudah bergerak.3. Placenta praevia Karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas panggul.4. Bentuk rahim yang abnormal seperti uterus bicornis.5. Panggul sempit; walaupun panggul sempit sebagai sebab letak sungsang masih disangsikan oleh berbagai penulis.6. Kelainan bentuk kepala : hydrocephalus, anecephalus, karena kepala kurang sesuai dengan bentuk pintu atas panggul.c. Mekanisme persalinanGaris pangkal paha masuk serong ke dalam pintu atas panggul. Pantat depan memutar ke depan setelah mengalami rintangan dari otot-otot dasar panggul. Dengan demikian dapat terjadi laterofleksi badan untuk menyesuaikan diri dengan lengkungan panggul.Pantat depan nampak terdahulu dalam vulva dan dengan trochanter depan sebagai hypomochilion dan laterofleksi dari badan lahirlah pantat belakang pada pinggir pinggir depan perineum disusul dengan kelahiran pantat depan.Setelah bokong lahir terjadi rotasi luar sehingga punggung berputar sedikit ke depan dan supaya bahu dapat masuk ke dalam ukuran serong dari pintu atas panggul. Sesudah bahu turun terjadila putaran paksi dari bahu sampai ukuran bisacromial dalam ukuran muka belakang dari pintu bawah panggul. Karena itu punggung berputar lagi ke samping.Pada saat bahu akan lahir maka kepala dalam keadaan fleksi masuk dalam ukuran melintang pintu natas panggul. Kepala ini mengadakan putaran paksi sedemikian rupa sehingga kuduk terdapat di bawah symphyse dan dagu nsebelah belakang. Berturut-turut lahir pada perineum : dagu, mulut, hidung, dahi, dan belakang kepala. Sebab-sebab kematian anak pada letak sungsang ialah:1. Setelah pusat lahir, maka kepala anak mulai masuk ke dalam rongga panggul, sehingga tali pusat tertekan antara kepala dan rongga panggul. Diduga bahwa kepala harus lahir dalam 8 menit, sesudah pusat lahir supaya anak dapat lahir dengan selamat.2. Pada letak sungsang dapat terjadi pendarahan otak karena kepala dilahirkan dengan cepat.3. Dapat terjadi kerusakan dari tulang belakang karena tarikan pada badan anak.4. Pada letak sungsang lebih sering terjadi prolapsus foeniculi, karena bagia depan kurang baik menutup bagian bawah rahim.Selain itu karena pertolongan mungkin terjadi fraktur dari humerus atau clavicula, paralyse lengan karena tekanan atau tarikan pada plexus brachialis.d. TerapiYang paling penting adalah usaha untuk memperbaiki letak sebelum persalinan terjadi dengan versi luar. Bertentangan dengan pendapat yang dulu hendaknya versi luar sudah dicoba pada bulan ke 7. Versi luar masih dapat diusahakan pada penderita in partu dengan syarat:1) Pembukaan kurang dari 3-4 cm.2) Ketuban masih utuh.3) Bokong anak masih dapat dipisahkan.Versi luar tidak boleh dipaksakan karena mungkin ada faktor-faktor seperti kelainan bentuk rahim atau tali pusat yang pendek yang tidak memungkinkannya, jadi kalau dipaksa menimbulkan kerusakan pada anak atau solution placentae.TeknikSebagai persiapan :1) Kandungan kencing harus kosong dulu.2) Pasien ditidurkan terlentang.3) BJ anak diperiksa dahulu (kalau buruk versi dibatalkan).4) Kaki dibengkokkan pada lutut dan pangkal paha supaya dinding perut kendor.a) Mobilisasi : bokong dibebaskan dulu.b) Sentralisasi : kepala dan bokong anak dipegang dan didekatkan satu sama lain hingga badan anak membalut dan dengan demikian lebih mudah diputar.c) Versi : anak diputar hingga kepala anak terletak di bawah : arah pemutaran hendaknya kearah yang mudah yang paling sedikit tahanannya. Kalau ada pilihan diputar ke arah perut anak supaya tidak terjadi defleksi.Setelah versi berhasil, BJ anak diperiksa lagi dan kalau tetap buruk anak diputar lagi ke letak semula. Kesukaran pada versi : versi luar tidak selalu berhasil dan sekali-sekali tidak boleh dipaksakan misalnya dengan member nacose supaya dinding perut kendor. Kesukaran pada versi luar dapat disebabkan karena:a) Dinding perut tegang seperti pada prigmigravidae.b) Perasaan takut atau nyeri.c) Anak dalam letak bokong (frank breech).d) Tali pusat pendek.e) Kelainan rahim seperti uterus bicornis, subseptus atau karena myoma dan lain-lain.Bahaya dari versi luar adalah solution placentae, rupture uteri dan letak defleksi, maka tidak boleh dilakukan pada setiap orang atau keadaan.Kontra indikasi untuk versi luar , misalnya ialah:a) Tensi yang tinggi Karen mudah terjadi solution placentae.b) Kalau ada luka dinding rahim seperti luka section caesarea atau luka enukleasi myoma.c) Pada panggul sempit absolute karena akan di section juga.d) Pada kehamilan ganda.e) Pada hydramnion Karena sukar dilakukan dan mudah kembali.f) Pada hydrocephalus.g) Pada pendarahan antepartum karena mungkin menimbulkan pendarahan baru.h) BJ anak yang buruk.5. Letak Lintanga. PengertianPada letak lintang sumbu panjang anak tegak lurus atau hampir tegak lurus pada sumbu panjang ibu. Pada letak lintang bahu menjadi bagian terendah, maka juga disebut presentasi bahu atau presentasi acromion. Kalau punggung terdapat sebelah depan disebut dorsoanterior dan kalau dibelakang disebut dorsoposterior.b. Sebab-sebabSebab-sebab yang terpenting ialah :1) Dinding perut yang kendur seperti pada multipara.2) Kesempitan panggul.3) Plasenta previa.4) Prematuritas.5) Kelainan bentuk rahim seperti uterus arcuatus atau pada mioma uteri.6) Kelainan ganda.c. Jalannya persalinanAdakalanya anak yang pada permulaan persalinan dalam letak lintang, berputar sendiri menjadi letak memanjang. Kejadian ini disebut versio spontanea. Versio spontanea hanya mungkin kalau ketuban masih utuh.Anak yang menetap dalam letak lintang pada umumnya tidak dapat lahir spontan. Hanya anak kecil atau anak yang sudah mengalami macerasi dapat lahir secara spontan.Dalam kala I dan II anak yang ditekan sedemikian rupa hingga kepala anak mendekati permukaan ventral tubuh anak; akibatnya ialah ukuran melintang berkurang sehingga bahu dapat masuk kedalam rongga panggul.Setelah ketuban pecah, bahu di dorong ke dalam rongga panggul dan lengan yang bersangkutan biasanya menumbung. Akan tetapi tidak lama kemudian kemajuan bagian ini terhenti.

Rahim menambah kekuatan kontraksi untuk mengatasi rintangan dan berangsur terjadilah lingkaran retraksi yang patologis. Kalau keadaan ini dibiarkan terjadilah ruptura uteri atau his menjadi lemah karena otot rahim kecapaian dan timbullah infeksi intrauterine sampai terjadi tymponia uteri.Hanya kalau anak kecil atau telah mengalami macerasi dapatlah persalinan berlangsung spontan. Dalam hal ini kepala tertekan ke dalam perut anak dan seterusnya anak lahir dalam keadaan terlipat atau conduplicatio corpore. Yang paling dulu nampak dalam vulva ialah daerah dada di bawah bahu; kepala dan thorax melalui rongga panggul bersamaan.Cara lain yang memungkinkan kelahiran spontan dalam letak lintang ialah : evolution spontanea, walaupun jarang sekali terjadi. Evolution spontanea ada 2 variasi :1. Mekanisme dari Douglas.2. Mekanisme dari Denman.Karena his yang kuat maka bahu turun dan kepala tertahan pada romus superior osssis pubis hingga leher teregang. Akhirnya bahu sampai di bawah arcus pubis. Pada saat ini terjadi laterofleksi dari tulang belakang.

Pada modus Douglas laterofleksi terjadi ke bawah dan pada tulang pinggang bagian atas maka setelah bahu lahir, lahirlah sisi thorax, perut,bokong, dan akhirnya kepala.Pada modus Denman laterofleksi terjadi ke atas dan pada tulang pinggang bagian bawah maka setelah bahu lahir, lahirlah bokong baru kemudian dada dan kepala.

d. TerapiDalam kehamilan diusahakan versi luar segera letak lintang di diagnosa. Sedapat-dapatnya dijadikan letak kepala tetapi kalau ini tidak mungkin diusahakan versi menjasi letak sungsang.Kalau versi berhasil kepala didorong kedalam pintu atas panggul supaya kepala terfiksasi oleh pintu atas panggul dan anak tidak memutar kembali. Kalau tidak berhasil terutama pada multipara dipasang gurita. Kalau partus sudah mulai, maka pasien selekas mungkin harus masuk rumah sakit.Dalam persalinan masih dapat dicoba versi luar asal pembukaan lebih kecil dari 3-4 cm dan ketuban masih utuh.Kalau versi luar tidak berhasil maka dilakukan SC, karena hasil versi dan ekstraksi kurang baik. Versi dan ekstraksi hanya dilakukan pada anak ke II gamely yang dalam letak lintang.Pada anak mati dengan letak lintang yang belum kasip dapat dipilih antara dekapitasi dan VE.Setelah pembukaan lengkap, jika letak lintang dibiarkan maka bahu masuk ke dalam rongga panggul, his bertambah kuat mengatasi rintangan dan SBR menjadi tipis karena lingkaran retraksi naik, jadi terjadi gambaran ancaman robekan rahim.Pada pemeriksaan dalam kita tidak dapat lagi memasukkan tangan antara bagian depan dan jalan lahir dan bahu tak dapat digerakkan ke atas walaupun di luar his atau dalam narkose yang dalam.Keadaan ini disebut letak lintang kasip. Jadi letak lintang kasip merupakan keadaan ancaman rahim. Pada letak lintang kasip anaknya biasanya sudha mati.Persalinan diselesaikan dengan dekapitasi dank arena pada letak lintang kasip persalinan pada umumnya sudah berlangsung lama, baiknya juga diberikan antibiotika dan infuse glukosa.

6. Letak Majemuk (Presentasi Ganda, Compound Presentation)a. Pengertian Yang dimaksud dengan letak majemuk ialah kalu disamping bagian terendah teraba anggota badan.Tangan yang menumbung pada letak bahu tidak disebut letak majemuk, begitu pula adanya kaki disamping bokong pada letak sungsang tidak termasuk letak majemuk. Pada letak kepala dapat terjadi :

1) Tangan menumbung.2) Lengan menumbung.3) Kaki menumbung.Pada tangan menumbung hanya teraba jari dan telapak tangan disamping kepala, tidak teraba pergelangan tangan.

Jika juga pergelangan tangan atau lebih teraba, disebut lengan menumbung. Tangan menumbung prognosanya lebih baik dari lengan menumbung, karena tangan yang ceper bentuknya tidak banyak mengambil tempat dibandingkan dnegan lengan. Tangan menumbung pada letak kepala tidak menghalangi turunnya kepala, hanya mungkin menyebabkan terganggunya putaran paksi, sebaliknya lengan menumbung dapat menghalangi turunnya kepala.Kaki yang menumbung disamping jarang terjadi pada anak hidup yang cukup besar tetapi kemungkina pada anak yang sudah bermacerasi, pada monstrum dan anak kecil, lebih besar; juga dapat terjadi pada kehamilan kembar dimana disamping kepala anak I menumbung kaki anak ke II yang dalam letak sungsang.Pada letak sungsang jarang sekali tangan teraba di samping bokong dan keadaan ini biasanya tidak menimbulkan kesukaran.Pada letak majemuk sering kali tali pusat menumbung dan hal ini sangat mempengaruhi prognosa.

b. SebabLetak majemuk terjadi kalau pintu atas panggul tidak tertutup dengan baik oleh bagian depan anak, seperti pada :1) Multipara, karena kepala sering masih tinggi pada permulaan persalinan.2) Pada disproporsi cephalopelvic.3) Pada anak yang premature.4) Hydramnion.c. TerapiTangan yang menumbung tidak menghalangi persalinan spontan jadi baiknya dibiarkan; kalau terjadi gangguan putaran paksi dapat diselesaikan dengan ekstraksi forcipal dengan memasang sendok forceps antara tangan yang menumbung dan kepala anak.Lengan yang menumbung, baiknya direposisi kalau pembukaan sudah lengkap, karena dapat menghalangi turunnya kepala.Kalau kepala sudah jauh masuk ke dalam rongga panggul, reposisi tidak mungkin lagi, maka persalinan diselesaikan dengan forceps. Kalu reposisi tidak berhasil dan kepala tidak mau turun dilakukan SC. Kaki yang menumbung disamping kepala baiknya direposisi.

C. ASUHAN KEPERAWATAN1. Pengkajian keperawatana. Pengkajian pada riwayat kesehatan masa lalu dan sekarangb. Keluhan masa lalu :1) Pengkajian psikologi klien, apakah sering mengalami stres pada saat kehamilan dan bagaimana persiapan dalam menghadapi persalinannya.2) Kaji kapan terjadi pecah ketuban.3) Tanyakan pada klien gerakan aktif janin dalam 24 jamc. Keluhan sekarang: Klien merasa mulas dan nyeri pada pinggang serta telah mengeluarkan air pada vaginanya

Pengkajian pola fungsional1. Aktifitas/istirahatMelaporkan keletihan,kurang energi,letargi,penurunan penampilan2. Sirkulasi Tekanan darah dapat meningkat,mungkin menerima magnesium sulfat untu hipertensi karena kehamilan3. Eliminasi Distensi usus atau kandng kemih yang mungkin menyertai4. Integritas egoMungkin sangat cemas dan ketakutan5. Nyeri atau ketidaknyamananMungkin menerima narkotika atau anastesi pada awal proses kehamilan,kontraksi jarang,dengan intensitas ingan sampa sedang,dapat terjadi sebelum awitan persalinan atau sesudah persalinan terjadi,fase laten dapat memanjang,6. KeamananServiks mungkin kaku atau tidak siap,pemerisaan vagina dapat menunjukkan janin dalam malposisi,penurunan janin mungkin kurang dari 1 cm/jam pada nulipara atau kurang dari 2 cm/jam pada mutipara bahkan tidak ada kemajuan.,dapat mengalami versi eksternal setelah getasi 34 minggu dalam upaya untuk mengubah presentasi bokong menjadi presentasi kepala.7. Seksualitas Dapat primigravida atau grand multipara,uterus mungkin distensi berlebihan karena hidramnion,gestasi multipel.janin besar atau grand multiparis.Pengkajian fisik Pengkajian dapat dilakukan dengan pengkajian Tanda-tanda vital, pada pengkajian fisik tekanan darah, denyut jantung, suhu, pernapasan biasanya meningkat, hal ini dipengaruhi oleh nyeri yang dirasakan oleh klien. Selain itu pengkajian fisik dapat juga dilakukan dengan palpasi yaitu palpasi letak janin dalam kandungan, apakah normal atau malposisi.Prosedur diagnostika) Tes pranatal : dapat memastikan polihidramnion,janin besar atau gestasi multipel.b) Tes stres kontraksi/tes nonstres : mengkaji kesejahteraan janin.c) Ultrasound atau pelvimetri sinar X : mengevaluasi arsitektur pelvis, presentase janin, posisi dan formasi.d) Pengambilan sampel kulit kepala janin : mendeteksi atau mengesampingkan asidosis.

2. Diagnosa Keperawatana. Cedera, resiko tinggi terhadap maternal (ibu) b/d penurunan tonus otot/pola kontraksi otot, obstruksi mekanis pada penurunan janin, keletihan maternal.b. Cedera resiko tinggi terhadap janin b/d persalinan lama, malpresentasi janin,hipoksia/asidosis jaringan, abnormalitas pelvis ibu.c. Kekurangan volume cairan b/d status hipermetabolik, muntah, diaforesis hebat, pembatasan masukan oral, diuresis ringan berhubungan dengan pemberian oksitosin.d. Koping individu tidak efektif b/d krisis situasi, kerentanan pribadi, harapan persepsi tidak relistis, ketidakadekuatan sistem pendukung.e. Ketakutan, ansietas b/d persalinan dan kurang informasi.

3. Intervensi Keperawatana. Cedera,resiko tinggi terhadap maternal(ibu) b/d penurunan tonus otot/poa kontraksi otot, obstruksi mekanis pada penurunan janin, keletihan maternal.Tujuan : Mencegah adanya resiko cedera pada ibuNo.IntervensiRasional

1Tinjau ulang riwayat persalinan,awitan dan durasiMembantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebab, kebutuhan pemeriksaan diagnostik dan intervensi yang tepat

2Catat waktu/jenis obat.hindari pemberian narkotik dan anastesi blok epidural sampai serviks dilatasi 4 cmSedatif yang diberikan terlalu dini dapat menghambat atau menghentikan persalinan.

3Evaluasi tingkat keletihan yang menyertai,serta aktifitas dan istirahat,sebelum awitan persalinanKelelahan ibu yang berlebihan menimbulkan disfungsi sekunder, atau mungkin akibat dari persalinan lama

4Kaji pola kontraksi uterus secara manual atau secara elektronikDisfungsi kontraksi dapat memperlama persalinan,meningkakan resiko komplikasi maternal/janin

5Catat kondisi serviks.pantau tanda amnionitis.catat peningkatan suhu atau jumlah sel darah putih;catat bau dan rabas vaginaServiks kaku atau tidak siap tidak akan dilatasi, menghambat penurunan janin/kemajuan persalinan. terjadi amniositis secara langsung dihubungkan dengan lamanya persalinan sehingga melahirkan harus terjadi dalam 24 jam setelah pecah ketuban

6Catat penonjolan,posisi janin dan presentase janinDigunakan sebagai indikator dalam mengidentifikasi persalinan yang lama

7Anjurkan klien berkemih setiap1-2 jam.kaji terhadap penuhan kandung kemih diatas simfisis pubis

Kandung kemih dapat menghambat aktifitas uterus dan mempengaruhi penurunan janin

8Tempatkan klien pada posisirekumben lateral dan anjurkan tirah baring atau ambulasi sesuai toleransiAmbulasi dapat membantu kekuatan gravitasi dalam merangsang pola persalinan normal dan dilatasi serviks

9Bantu dengan persiapan seksio sesaria sesuai indikasi untuk malposisi, CPD atau cincin bandl

Melahirkan seksio sesari segera diindifikasikan untuk cincin bandl untuk distres janin karena CPD

10Siapkan untuk melahirkan dengan forsep (bila perlu)Melahirkan secara forsep dilakukan pada ibu yang lelah berlebihan dan tidak mampu untuk mengedan lagi

b. Cedera resiko tinggi terhadap janin b/d persalinan lama, malpresentasi janin, hipoksia/asidosis jaringan, abnormalitas pelvis ibuTujuan : Mencegah adanya resiko cedera pada bayiNo.IntervensiRasional

1Kaji denyut jantung janin secara manual dan elektronik,dan kaji irama jantung janin.Bradikardi dan takikardi pada janin dapat disebabkan oleh stres, hipoksia, asidosis, atau sepsis

2Perhatikan tekanan uterus selama istirahat dan fase kontraksi melalui kateter tekanan intrauterus bila tersediaTekanan dan kontraksi yang besar dapat menggangu oksigenasi dalam ruang intravilos

3Perhatikan frekuensi kontaksi uterus. Beri tahu dokter bila frekuensi dua menit atau kurangKontraksi yang terjadi setiap 2 menit atau kurang tidak memungkinkan oksigenasi adekuat dari ruang intravilous

4Kaji malposisi dengan menggunakan manuver Leopold dan temuan pemeriksaan internal.tinjau ulang hasil USGMenentukan pembaringan janin,posisi,dan persentase dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang memperberat disfungsional persalinan

5Pantau penurunan janin pada jalan lahir dalam hubungannya dengan kolumna vertebralis iskial Penurunan jalan lahir merupakan tanda CPD atau malposisi

6Perhatikan warna dan jumlah cairan amnion bila pecah ketubanKelebihan cairan amnion yang berlebihan menyebabkan distensi uterus dihubungkan dengan anomali janin

7Perhatikan bau dan perubahan warna cairan amnion pada pecah ketuban lama. Dapatkan kultur bila temuan abnormalInfeksi asenden dan sepsis disertai dengan takikardia dapat terjadi pada pecah ketuban lama

8Berikan antibiotik pada klien sesuai indikasiMencegah /mengatasi infeksi asenden dan juga akan melindungi janin

9Siapkan untuk melahirkan pada posisi posterior,bila janin gagal memutar dari oksiput posterior ke anteriorMelahirkan janin dalam posisi posterior mengakibatkan insiden lebih tinggi dari laserasi maternal

10Siapkan untuk kelahiran secara sesaria bila presentasi bokong terjadi

Untuk menghindari cedera pada kolumna vertebralis bila melahirkan pervagina dari bokong

3. Kekurangan volume cairan b/d status hipermetabolik, muntah, diaforesis hebat, pembatasan masukan oral, diuresis ringan berhubungan dengan pemberian oksitosin.Tujuan : mempertahankan keseimbangan cairan,dan bebas dari komplikasiNo.IntervensiRasional

1Pantau masukan dan keluaran cairanUntuk membandingkan apakah pemasukan dan pengeluaran seimbang sehingga tidak terjadi dehidrasi

2Lakukan tes urine untuk mengetahui adanya ketonKetidakadekuatan masukan glukosa mengakibatkan pemecahan lemak dan adanya keton pada urin

3Pantau tanda vital. Catat laporan pusing pada perubahan posisi

Peningkatan frekuensi nadi dan suhu ,dan perubahan tekanan darah ortostatik dapat menandakan penurunan volume sirkulasi

4Kaji elastisitas kulitKulit yang tidak elastis menandakan terjadi dehidrasi

5Kaji bibir dan membran mukosa oral dan derajat salivaMembran mukosa atau bibir yang kering dan penurunan saliva adalah indikator lanjut dari dehidrasi

6Perhatikan respon denyut jantung janin yang abnormalDapat menunjukkan efek dehidrasi maternal dan penurunan perfusi

7Berikan masukan cairan adekuat melalui pemberian minuman > 2500 literMengurangi dehidrasi

8Berikan cairan secara intravena Larutan parenteral mengandung elektrolit dan glukosa dapat memperbaiki atau mencegah ketidakseimbangan maternal dan janin serta apat menurunkan keletihan maternal

9Tinjau ulang hemoglobin dan hematokritPeningkatan Ht menunjukkan dehidrasi

10Tinjau ulang kadar elektrolit serum dan glukosa serum Kadar elektrolit serum mendeteksi terjadinya ketidakseimbangan elektrolit, kadar glukosa serum mendeteksi hipoglikemia

4. Koping individu tidak efektif b/d krisis situasi,kerentanan pribadi,harapan persepsi tidak relistis,ketidakadekuatan sistem pendukungTujuan : mengungkapkan pemahaman tentang apa yang terjadi dan menggunakan teknik koping yang efektif.No.IntervensiRasional

1Tentukan kemajuan persalinan

Persalinan yang lama yang berakibat keletihan dapat menurunkan kemampuan klien untuk mengatasi/mengatur kontraksi

2Kaji derajat nyeri dalam hubungannya dengan dilatasi/penonjolan

Peningkatan nyeri bila serviks tidak dilatasi/membuka dapat menandakan terjadinya disfungsi.nyeri hebat menandakan terjadinya aniksia sel-sel uterus

3Kenali realitas keluhan klien akan nyeri/ketidaknyamananKetidaknyamanan dan nyeri dapat disalahartikan pada kurangnya kemajuan yang tidak dikenali sebagai masalah disfungsional

4Anjurkan klien untuk mengungkapkan nyeri/ketidaknyamanannya dan dengarkan keluhan klienDengan mengungkapkan nyeri/ ketidaknyamanannya, dapat menurunkan ketidaknyamanan dan membantu klien rileks dalam mengatsi situasi

5Tentukan tingkat ansietas klien dan pelatihAnsietas yang berlebihan meningkatkan aktivitas adrenal/pelepasan katekolamin menyebabkan ketidakseimbangan endokrin sehingga menurunkan ketersediaan glukosa untuk sintesis ATP yang diperlukan untuk kontraksi uterus

6Diskusikan kemungkinan kepulangan klien kerumah sampai mulainya persalinan aktifKlien mungkin merasa lebih rileks bila berada dilingkungan yang dikenalnya sehingga mengurangi ansietas pada klien

7Berikan kenyamanan berupa pengaturan posisi dan penggunaan relaksasi dan pernapasanRelaksasi dan pengaturan posisi dapat menurunkan ansietas yang nantinya dapat berpengaruh pada janinnya

8Berikan dorongan pada upaya klien atau pasangan untuk berkencanMemperbaiki kesalahan konsep bahwa klien terlalu bereaksi terhadap persalinan

9Berikan informasi faktual tentang apa yang terjadiDapat membantu reduksi dan meningkatkan koping

10Perhatikan adanya frustasiFrustasi dapat menghambat adanya persalinan

5. Ketakutan,ansietas b/d ancaman yang akan dirasakan oleh klien/janin dan kurang informasiTujuan : mengurangi kecemasan dan menambah pengetahuan klienNo.IntervensiRasional

1Kaji status psikologis dan emosional klienAdanya ansietas dan gangguan gangguan emosional klien dapat menghambat kerja sama klien dengan perawat dalam melakukan persalinan

2Anjurkan pengungkapan perasaanPengungkapan perasaan dapat menugrangi ansietas

3Dengarkan keterangan klien yang menandakan kehilangan harga diriMembantu klien meyakini adanya intervensi untuk membantu proses persalinan adalah refleks negatif pada kemauan dirinya sendiri

4Anjurkan penggunaan tehnik pernapasan dan latihan relaksasiMembantu menurunkan ansietas dan memungkinkan klien untuk berpartisipasi secara aktif

5Berikan kesempatan kepada klien untuk memberi masukan pada proses pengambilan keputusanDapat meningkatkan rasa kontrol klien meskipun kebanyakan dari apa yang terjadi diluar kontrolnya

6Jelaskan prosedur dan tindakan yang akan dilakukan sehubungan dengan distosiaPemahaman yang baik mengenai prosedur atau tindakan dapat mengurangi ansietas

7Beritahukan mengenai kontraindikasi pemberian oksitosin kepada klienKecemasan klien berkurang apabila terjadi kontraindikasi oksitosin pada klien

8Demonstrasikan dan jelaskan penggunaan peralatanPengetahuan dapat menghilangkan kecemasan dan memberi rasa kontrol terhadap situasi

9Gunakan terminologi positif, hindari penggunaan istilah yang menandakan ketidaknormalan persalinanMembantu klien/pasangan menerima situasi tanpa menuduh dirinya sendiri

10Bila diperlukan kelahiran melalui sesaria (Jelaskan prosedur)Untuk menetukan pilihan klien dan menghindari kecemasan

4. Implementasi Keperawatan Tindakan keperawatan mandiri dilakukan tanpa pesanan dokter. Tindakan keperawatan mandiri ini ditetapkan dengan standar praktek American Nurses Association; undang undang praktik keperawatan negara bagian; dan kebijakan institusi perawatan kesehatan.

5. Evaluasi Keperawatan Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Klien keluar dari siklus proses keperawatan apabila kriteria hasil telah dicapai. Klien akan masuk kembali ke dalam siklus apabila kriteria hasil belum tercapai.

BAB IIIPENUTUP

3.1 SimpulanDistosia adalah persalinan yang sulit yang ditandai adanya hambatan kemajuan dalam persalinan. Sedangkan persalinan yang normal (eustocia) adalah persalinan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung spontan dalam 18 jam.Klasifikasinya yaitu distosia distosia karena kekuatan-kekuatan yang mendorong anak tidak memadai, distosia karena adanya kelainan pada jalan lahir dan distosia karena adanya kelainan letak janin atau kelainan fisik janin.pembagian dari distonia karena kelainan letak janin ialah positio occipito posterior persistens, letak muka, letak dahi, letak sungsang, letak lintang, dan letak majemuk (presentasi ganda, compound presentation). 3.2 Saran Diharapkan melalui makalah ini, mahasiswa dapat mengetahui dan memahami konsep teori dari distosia karena kelainan letak janin dan bisa melakukan asuhan keperawatan pada distosia karena kelainan letak janin tersebut dengan baik dan benar. Apa yang dibahas diatas tidak hanya merupakan sesuatu yang sifatnya hanya merupakan sebuah konseptual, melainkan dapat menjadi pijakan bagi mahasiswa dalam mengaplikasikannya. Dan makalah ini masih memiliki kekurangan maka dari itu kami mengharapkan masukan dari rekan-rekan mahasiswa maupun ibu dosen pembimbing kami.

DAFTAR PUSTAKA

Badan obstetric & Ginekologi FK Universitas Padjadjaran Bandung. 1982. Obstetri Patologi. Bandung : Elstar Offsethttp://himzzsaraaa.blogspot.com/2012/05/askep-distosia-karena-kelainan-his.htmlSastrawinata, Sulaiman. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi. Jakarta : EGCSofian, Amru. 2011. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta : EGC

3