BAB I Latar Belakang Masalah - digilib.uns.ac.id fileAmartya Sen sebagaimana dikutip oleh Eman...
Transcript of BAB I Latar Belakang Masalah - digilib.uns.ac.id fileAmartya Sen sebagaimana dikutip oleh Eman...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tidak dapat dipungkiri bahwa tanah merupakan salah satu anugerah dari
Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki peran penting dalam kehidupan
makhluk hidup terutama Manusia. Hubungan manusia dengan tanah bukan
hanya sekedar tempat hidup, tetapi lebih dari itu tanah memberikan sumber
daya bagi kelangsungan hidup umat manusia. Disamping itu tanah merupakan
aset yang sangat berharga. Bagi sebuah bangsa, oleh karena itu tanah
memegang peranan penting yang mampu menunjukan kedaulatan bangsa
yang bersangkutan (Mudjiono, 2007:458).
Dari kasus yang banyak terjadi, jelas sekali, bahwa tanah memegang
peranan sentral dalam kehidupan bagi negara yang bercorak agraris seperti
Negara Indonesia. Gejolak ini merupakan causa prima terjadinya peningkatan
penghargaan masyarakat terhadap tanah (Mukmin Zakie, 2011:188). Di
dalam masyarakat agraris hubungan antara manusia dan tanah bersifat religio-
magis-kosmis, yaitu hubungan antara manusia dan tanah yang menonjolkan
penguasaan kolektif (Mukmin Zakie, 2011: 189). Hal ini dipertegas dengan
pendapat Sonny Djoko Marlijanto yang menyatakan hubungan antara tanah
dengan Negara Indonesia bersifat abadi, oleh karena itu harus dikelola secara
cermat pada masa sekarang maupun untuk masa yang akan datang (Sonny
Djoko Marlianto, 2010 :1).
Hubungan antara tanah dengan Negara Indonesia dijadikan dasar bagi
pihak penyelenggara negara untuk menentukan kebijakan-kebijakan
pembangunan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan di
berbagai daerah. Amartya Sen sebagaimana dikutip oleh Eman Ramelan
menjelaskan bahwa pembangunan pada hakekatnya bukanlah sebuah proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
yang semata-mata bertujuan untuk meningkatkan tersedianya sumberdaya
masyarakat. Tapi ditujukan pada pemberdayaan dan pengembangan
kemampuan masyarakat. (Eman Ramelan, 2008:1). Dalam tulisannya Eman
Ramelan juga menjelaskan konteks yang agak berbeda juga dapat dilihat
dalam tujuan pembangunan yang diarahkan pada pencapaian masyarakat
yang adil dan makmur. Kemakmuran berdimensi physic-biologis dan bersifat
ekonomis, seperti yang dikemukakan oleh Richard Postner bahwa sebagai
konsep ekonomi, kemakmuran akan banyak berurusan dengan hal-hal yang
bersifat kebendaan dan kekayaan materil, sedangkan keadilan lebih bersifat
psikologis dan subyektif (Eman Ramelan, 2008:2).
Pembangunan yang bersifat physic dalam artian meningkatkan
kemakmuran dan atau kesejahteraan masyarakat luas, dapat dilakukan dengan
melakukan pembangunan infrastruktur, yang antara lain dilakukan dengan
pembuatan jalan raya baru, peningkatan kualitas dan kelas jalan raya,
pembangunan pasar, pelabuhan jaringan telekomunikasi, dan lain sebagainya.
Maka tersedianya infrastruktur yang memadai dapat menggerakan roda
perekonomian lebih optimal yang berpengaruh pada peningkatan pendapat
serta pada akhirnya bermuara pada peningkatan kesejahteraan dan atau
kemakmuran masyarakat (Eman Ramelan, 2008:2).
Namun seringkali untuk membangun suatu infrastruktur, banyak negara
diperhadapkan dengan kondisi keterbatasan akan tanah, maka perlu
melakukan suatu perbuatan pemerintah yang sah (legitimate dan justified),
dapat dipertanggungjawabkan (accountable and responsible) dan
bertanggung jawab (liable) (Safi, 2010:173). dimana secara aplikatif dapat
dilakukan dengan kegiatan “mengambil” tanah atau biasa disebut kegiatan
pengadaan tanah (pembebasan tanah).
Aktivitas pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan secara
teoritik didasarkan pada azas atau prinsip tertentu dan terbagi menjadi dua
subsistem: Pertama pengadaan tanah oleh pemerintah karena kepentingan
umum, Kedua pengadaan tanah oleh pemerintah karena bukan kepentingan
umum (komersial) (Imam Koeswahyono, 2008:4). Menurut Maria S.W.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Sumardjono pengadaan tanah merupakan perbuatan pemerintah untuk
memperoleh tanah untuk berbagai kegiatan pembangunan, khususnya bagi
kepentingan umum. Pada prinsipnya proses pengadaan tanah melalui kegiatan
pembebasan tanah dilakukan dengan cara musyawarah antara pihak yang
memerlukan tanah dan pemegang hak atas tanah yang tanahnya diperlukan
untuk kegiatan pembangunan (Maria S.W. Sumardjono, 2008: 280). Untuk
memberikan kepastian hukum negara melakukan kegiatan pengadaan tanah
untuk kepentingan pembangunan, maka perlu dibuat suatu peraturan
perundang-undangan yang menjabarkan secara jelas mengenai ketentuan-
ketentuan yang dapat dimengerti terutama terhadap masyarakat yang
kehilangan hak atas tanah.
Hal pertama yang berkaitan ketika negara melakukan kegiatan pengadaan
tanah yaitu konsep kepentingan umum, khususnya bagaimana peraturan
perundangan yang berkaitan dengan pengadaan tanah untuk kepentingan
pembangunan telah mengatur kriteria tersebut di berbagai negara.
Pembahasan mengenai prinsip-prinsip kepentingan umum dalam pengadaan
tanah untuk kepentingan pembangunan menjadi penting karena : (Adrian
Sutedi, 2008: 48-49).
1. Dalam sarana pembangunan, terutama pembangunan di bidang materiil,
baik di kota maupun di desa banyak memerlukan tanah, misalnya
pembuatan gedung sekolah, pelebaran jalan, semuanya memerlukan
tanah sebagai sarana utamanya;
2. Sebagai titik tolak di dalam pembebasan tanah, pengadaan tanah, dan
pencabutan hak atas tanah. Untuk mendapatkan tanah dalam rangka
penyelenggaraan atau untuk keperluan pembangunan, harus dilaksanakan
dengan hati-hati dan dengan cara yang bijaksana;
3. Setelah lahirnya otonomi daerah, dalam rangka untuk menampung
aspirasi masyarakat di daerah, kepentingan umum dalam penafsirannya
harus disesuaikan dengan masyarakat setempat, sikap pemerintah tidak
dibenarkan secara parsial memihak bagi kepentingan golongan tertentu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
saja, tetapi dilakukan secara menyeluruh baik untuk kepentingan
masyarakat pedesaan maupun kepentingan masyarakat.
Istilah kepentingan umum seringkali menjadi perdebatan dalam
kaitannya dengan pengadaan tanah untuk pembangunan. Pemegang hak atas
tanah menganggap bahwa pengadaan tanah itu bukan untuk kepentingan
umum melainkan untuk kepentingan swasta, sedangkan pihak yang
memerlukan tanah menganggap bahwa pengadaan tanah itu benar-benar
untuk kepentingan umum. Menurut Christina Tri Budhayanti tanpa adanya
kriteria yang jelas mengenai konsep kepentingan umum dalam pengadaan
tanah, maka akan dapat menimbulkan berbagai penafsiran untuk mengisi
kriteria tersebut. Jika hal ini dilakukan, tidak mustahil bahwa setiap kegiatan
umum lebih jauh lagi akan menjadikan pemegang hak atas tanah akan
menjadi korbannya (Christina Tri Budhayanti, 2012). Problem yuridis yang
menggambarkan buruknya penetapan kepentingan umum di Indonesia salah
satunya adalah jalan tol. Dalam penyelenggaraan jalan tol, peran negara
digantikan oleh kepentingan bisnis. Negara justru membiarkan jalan umum
rusak dan semrawut sehingga pengguna jalan umum yang memiliki aset lebih
beralih ke jalan tol, sedangkan rakyat biasa tidak dapat mengaksesnya dengan
leluasa. Dengan beralih pengguna ke jalan tol, mengakibatkan keuntungan
usaha bisnis tol semakin membesar. Dan keuntungan tersebut merupakan
keuntungan pengusaha itu sendiri, bukan diperuntukan bagi sebesar-besarnya.
Hal kedua yang berkaitan ketika negara melakukan kegiatan pengadaan
tanah adalah pemberian ganti rugi yang diterima oleh masyarakat sebagai
akibat dari kegiatan pengadaan tanah untuk kepentingan umum. pemberian
ganti rugi yang dilakukan oleh negara telah diatur dalam pengaturan hukum
dimana berisikan ketentuan mengenai bentuk-bentuk ganti rugi hingga proses
penyelesaian sengketa ganti rugi. Problem yuridis yang menggambarkan
buruknya penetapan konsep ganti rugi di Negara Indonesia adalah dengan
memberlakukan mekanisme konsinyasi, dimana konsinyasi sebagai alternatif
penyelesaian ganti rugi dalam pengadaan tanah justru tidak menyelesaikan
masalah, melainkan mendatangkan konflik baru dalam pembebasan tanah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
karena pihak dari pemerintah yang terlibat langsung dalam pembangunan
seakan-akan mengakhiri konflik pembebasan tanah dengan menitipkan di
Pengadilan Negeri.
Menilik penerapan di berbagai negara lain juga telah mempunyai
pengaturan hukum mengenai pengadaan tanah untuk kepentingan
pembangunan, salah satunya adalah Negara Inggris. Sejak tahun 1909 Negara
Inggris telah membuat pengaturan hukum yang menegaskan bahwa otoritas
perencanaan pembangunan (local authorities) berwenang untuk membuat
rencana perencanaan kota yang tertuang dalam suatu rencana tata ruang
wilayah bagi daerahnya (Michael Purdue, 2006:492). Hingga menetapkan
pengaturan hukum Town and country planning Act 1947 yang kemudian
disempurnakan dalam Town and Country Planning Act 1952 dengan
memperkenalkan pengaturan hukum berbasis tata kelola kota modern
(modern urban planning) yang bertujuan untuk menciptakan tata kelola kota
lebih modern dari sebelumnya (Robert Jones, 1982:4).
Sebagai tindak lanjut dari penerapan tata kelola kota modern (modern
urban planning), maka Negara Inggris membuat suatu pengaturan hukum
adanya pengadaan tanah untuk kegiatan pembangunan, melalui kegiatan
pembebasan tanah yang dalam proses perkembangan historisnya tidak
mengkodifikasikan kedalam satu peraturan-perundang-undangan saja, namun
mempunyai peraturan perundang-undangan tersendiri mengenai proses
pengadaan tanah yang memuat konsep kepentingan umum didalamnya, serta
peraturan perundangan-undangan mengenai proses ganti rugi sebagai akibat
adanya pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan.
Melihat penetapan pengaturan hukum mengenai konsep kepentingan
umum dan pemberian ganti rugi di Negara Indonesia belum berjalan dengan
baik, maka penulis tertarik untuk menkonstruksikan dengan pengaturan-
pengaturan pengadaan tanah yang memuat konsep kepentingan umum dan
pemberian ganti rugi di Negara Inggris, maka hal ini menjadi menarik untuk
dikaji melalui penelitian dengan judul “KONSTRUKSI HUKUM ATAS
KEPENTINGAN UMUM DAN GANTI RUGI DALAM PENGADAAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
TANAH (STUDI PERBANDINGAN HUKUM TANAH INDONESIA
DAN INGGRIS)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk
membahas masalah tersebut lebih lanjut dengan menitikberatkan pada
rumusan masalah yaitu:
Bagaimana seharusnya pengaturan kepentingan umum dan ganti rugi yang
layak yang dihasilkan dari hukum tanah Negara Indonesia dan Negara
Inggris?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian diperlukan karena terikat dengan perumusan masalah
dan judul dari penelitian itu sendiri. Penulis mempunyai tujuan atau hal-hal
yang dicapai baik tujuan obyektif maupun tujuan subyektif. Adapun tujuan
dari penelitian ini adalah:
1. Tujuan Obyektif
a. Untuk membuat model pengaturan hukum terhadap konsep
kepentingan umum dan konsep ganti rugi layak yang telah dihasilkan
di dalam pelaksanaan hukum tanah negara Indonesia dan negara
Inggris terhadap pengadaan tanah.
2. Tujuan Subyektif
a. Untuk memperoleh suatu hasil penelitian sebagai bahan untuk
menyusun skripsi sebagai persyaratan dalam mencapai gelar
kesarjanaan di bidang Ilmu Hukum di Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
b. Untuk menambah, memperluas, dan mengembangkan pengetahuan
serta pemahaman aspek hukum dalam teori dan praktek di lapangan
hukum.
c. Untuk memperdalam berbagai teori hukum yang telah penulis
dapatkan di Fakultas Hukum, khususnya di bidang hukum pertanahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
D. Manfaat Penelitian
Salah satu pemilihan masalah dalam penelitian ini adalah hasil penelitian
ini dapat memberikan manfaat. Karena nilai dari sebuah penelitian ditentukan
oleh besarnya manfaat yang dapat diambil dari adanya penelitian tersebut.
Adapun manfaat yang penulis harapkan dari penelitian ini antara lain:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai rujukan dalam memahami
model pengaturan hukum yang layak mengenai konsep kepentingan
umum yang sesuai dan pemberian ganti rugi yang layak dalam
kegiatan pengadaan tanah bagi Negara Indonesia kedepannya.
b. Memperkaya referensi penulisan tentang hukum pertanahan.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan sumbangan jawaban masalah yang sedang diteliti oleh
penulis.
b. Mengembangkan daya penalaran dan membentuk pola pikir dinamis
sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan
ilmu yang diperoleh.
c. Hasil penulisan ini diharapkan dapat membantu memberikan masukan
serta tambahan pengetahuan bagi pihak-pihak yang terkait dengan
masalah yang diteliti.
E. Metode Penelitian
Penelitian hukum dilakukan untuk mencari pemecahan atau isu hukum
yang timbul. oleh karena itulah, penelitian hukum merupakan suatu penelitian
di dalam kerangka know-how di dalam hukum, bukan sekedar know-about.
Sebagai kegiatan know-how, penelitian hukum dilakukan untuk memecahkan
isu hukum yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2013:60). Hasil yang
dicapai adalah untuk memberikan preskripsi mengenai apa yang seyogyanya
atas isu yang diajukan. (Peter Mahmud Marzuki, 2013: 83).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Agar suatu penelitian ilmiah dapat dilaksanakan dengan baik maka
diperlukan suatu metode yang tepat. Metode penelitian yang digunakan oleh
penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum. Penelitian hukum (legal
research) adalah kebenaran koherensi, yaitu adakah aturan hukum sesuai
norma hukum dan adakah norma yang berupa perintah atau larangan itu
sesuai dengan prinsip hukum, serta apakah tindakan (act) seseorang
sesuai dengan norma hukum (bukan hanya sesuai aturan hukum) atau
prinsip hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2013:47).
Penggunan jenis penelitian hukum (legal research atau
rechtsonderzoek) menekankan pada konsep hukum, norma hukum dan
validitas aturan hukum untuk memberikan penjelasan yang detail
terhadap masalah yang dirumuskan oleh penulis. dalam penelitian ini.
Penulis akan membuat suatu model pengaturan hukum terhadap konsep
kepentingan umum dan konsep ganti rugi yang layak dalam pengadaan
tanah dari temuan harmonisasi hukum terhadap konsep kepentingan
umum dan konsep ganti rugi dalam pengadaan tanah yang telah
dihasilkan oleh Negara Indonesia dan Negara Inggris.
2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
preskriptif. Ilmu hukum bukan termasuk kedalam ilmu deskriptif,
melainkan ilmu yang bersifat preskriptif. Objek ilmu hukum adalah
koherensi antara norma-norma hukum dan prinsip hukum, antara aturan
hukum dan norma hukum, serta koherensi antara tingkah laku (act)
individu dengan norma hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2013: 41-42).
Sebagai ilmu yang bersifat preskptif maka dapat dikaji bagaimana
seharusnya model pengaturan hukum terhadap konsep kepentingan
umum dan konsep ganti rugi yang layak dalam pengadaan tanah dengan
mempelajari sisi koherensi antara norma-norma hukum dan prinsip
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
hukum serta antara aturan hukum dan norma hukum, dari temuan
harmonisasi hukum pengaturan hukum pengadaan tanah untuk
kepentingan pembangunan oleh Negara Indonesia dan Negara Inggris
yang memuat konsep kepentingan umum dan konsep ganti rugi
didalamnya.
3. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian hukum Peter Mahmud Marzuki berpendapat
pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam penelitian hukum
adalah pendekatan undang-undang (Statute Approach), pendekatan kasus
(case approach), pendekatan historis (historical approach), pendekatan
komparatif (comparative approach), dab pendekatan konseptual
(conseptual approach) (Peter Mahmud Marzuki, 2013:133). Berkaitan
dengan pendekatan penelitian hukum yang dikemukan oleh Peter
Mahmud Marzuki, penulis menggunakan pendekatan komparatif dan
pendekatan konseptual.
Pendekatan komparatif (comparative approach) merupakan kegiatan
untuk membandingkan hukum suatu negara dengan hukum negara lain
atau hukum dari suatu waktu tertentu dengan hukum dari waktu yang lain
(Peter Mahmud Marzuki, 2013:173). Dalam penelitian ini perbandingan
yang digunakan adalah pengaturan hukum yang telah dihasilkan
mengenai pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan di Negara
Indonesia dan Negara Inggris yang memuat konsep kepentingan umum
dan konsep ganti rugi didalamnya. Hasil yang diharapkan dari
pendekatan komparatif adalah menemukan persamaan dan perbedaan
konsep kepentingan umum dan konsep ganti rugi yang telah dihasilkan
dalam pengaturan hukum mengenai pengadaan tanah untuk kepentingan
pembangunan di Negara Indonesia dan Negara Inggris.
Pendekatan Konseptual (conseptual approach) mempelajari
pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin di dalam ilmu hukum, peneliti
akan menkorelasikan ide-ide yang melahirkan pengertian-pengertian
hukum, konsep-konsep hukum, dan asas-asas hukum yang relevan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
dengan isu yang dihadapi, Pemahaman akan pandangan-pandangan dan
doktrin-doktrin tersebut merupakan sandaran bagi peneliti dalam
membangun suatu argumentasi hukum dalam memecahkan isu yang
dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2013:178). Dalam penelitian ini
penulis akan menemukan konstruksi pengaturan hukum dengan
membangun suatu argumentasi dari pemahaman akan pandangan dan
doktrin-doktrin konsep kepentingan umum dan konsep ganti rugi dalam
pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan. Sehingga dapat
terbentuk suatu model pengaturan hukum yang layak terhadap konsep
kepentingan umum dan konsep ganti rugi dalam pengadaan tanah untuk
kepentingan pembangunan.
4. Sumber dan Jenis Bahan Hukum
Peter Mahmud Marzuki mengemukakan bahwa penelitian hukum
tidak mengenal adanya data. Untuk memecahkan isu hukum dan
sekaligus memberikan preskripsi mengenai apa yang seyogyanya,
diperlukan sumber-sumber penelitian (Peter Mahmud Marzuki,
2013:181). Sumber-sumber penelitian hukum dapat dibedakan menjadi
sumber penelitian bahan hukum primer dan sumber penelitian bahan
hukum sekunder, disini penulis uraikan bahan hukum primer dan bajan
sekunder yang penulis gunakan:
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer yang penulis gunakan dalam penelitian
hukum ini adalah:
1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945;
2) Undang-Undang No 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria;
3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 Tentang pencabutan hak-
hak atas tanah dan benda-benda di atasnya;
4) Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1973 Tentang Acara
Penetapan Ganti Kerugian oleh Pengadilan Tinggi Sehubungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Dengan Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah dan Benda-Benda Yang
Ada Diatasnya;
5) Instruksi presiden Nomor 9 Tahun 1973 Tentang Pelaksanaan
Pencabutan Hak-Hak atas Tanah dan Benda-benda yang ada
Diatasnya;
6) Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 15 Tahun 1975 Tentang
Tata Cara Pembebasan Tanah;
7) Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 Tentang Pengadaan
Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan;
8) Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun Tentang Pengadaan Tanah
bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum
sebagaimana diubah menjadi Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun
2006;
9) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Penggadaan
Tanah bagi pembangunan untuk Kepentingan Umum;
10) Peraturan Presiden Nomor 71 tahun 2012 Tentang
Penyelenggaraan Penggadaan Tanah bagi pembangunan untuk
Kepentingan Umum;
11) Land Compensation Act 1961;
12) Town and Country Planning Act 1962;
13) Compulsary Purchase Act 1965;
14) Town and Country Planning Act 1971;
15) Town and Country Planning Act 1990.
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan - bahan sekunder yang terutama adalah buku teks karena
buku teks berisi mengenai prinsip-prinsip dasar ilmu hukum dan
pandangan-pandangan klasik para sarjana yang mempunyai
kualifikasi tinggi. Disamping buku teks, bahan sekunder dapat
berupa tulisan-tulisan tentang hukum baik dalam bentuk buku
ataupun jurnal-jurnal. Tulisan-tulisan hukum tersebut berisi tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
perkembangan atau isu-isu yang aktual mengenai hukum bidang
tertentu (Peter Mahmud Marzuki, 2013: 182-183).
5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Teknik pengumpulan Bahan Hukum merupakan cara yang
dipergunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah
yang akan diteliti. Teknik pengumpulan Bahan Hukum yang penulis
pergunakan dengan melakukan studi dokumen. Studi dokumen dilakukan
dengan cara mengumpulkan dan menganalisis isi dari peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan konsep kepentingan umum
dan konsep ganti rugi dalam pengadaan tanah untuk kepentingan
pembangunan di Negara Indonesia dan Negara Inggris, literatur-literatur
buku, jurnal-jurnal serta melakukan inventarisasi baik melalui online
searching seperti google, Lexis Nexis, SSRN, www.legislation.gov.uk dan
lain-lain yang berhubungan dengan penelitian hukum yang dilakukan.
6. Teknik Analisis Bahan Hukum
Penulisan ini dimaksudkan untuk memberikan pisau analitis untuk
mencari jawaban atas isu hukum dengan menggunakan silogisme
deduksi. Dalam hal ini metode deduksi berpangkal dari pengajuan premis
mayor kemudian diajukan premis minor. Sebagai premis mayor adalah
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang
No 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria, Undang-Undang Nomor
20 Tahun 1961 Tentang pencabutan hak-hak atas tanah dan benda-benda
di atasnya, Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1973 Tentang Acara
Penetapan Ganti Kerugian oleh Pengadilan Tinggi Sehubungan Dengan
Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah dan Benda-Benda Yang Ada
Diatasnya, Instruksi presiden Nomor 9 Tahun 1973 Tentang Pelaksanaan
Pencabutan Hak-Hak atas Tanah dan Benda-benda yang ada Diatasnya,
Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 15 Tahun 1975 Tentang Tata
Cara Pembebasan Tanah, Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993
Tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan;, Peraturan
Presiden Nomor 36 Tahun Tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Pembangunan untuk Kepentingan Umum sebagaimana diubah menjadi
Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006, Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2012 Tentang Penggadaan Tanah bagi pembangunan untuk
Kepentingan Umum, Peraturan Presiden Nomor 71 tahun 2012 Tentang
Penyelenggaraan Penggadaan Tanah bagi pembangunan untuk
Kepentingan Umum,. Land Compensation Act 1961, Compulsary
Purchase Act 1965, Town and Country Planning Act 1962 Town and
Country Planning Act 1971 Town and Country Planning Act 1990.
Sedangkan yang menjadi premis minor yaitu Harmonisasi Hukum Yang
Telah Dihasilkan oleh Negara Indonesia dan Negara Inggris Mengenai
Konsep Kepentingan Umum dan Konsep Ganti Rugi Dalam Pengadaan
Tanah
F. Sistematika Penulisan Hukum
Sistematika penulisan hukum ini disusun untuk memberikan gambaran
tentang bahasan secara menyeluruh mengenai penulisan karya hukum yang
sesuai dengan aturan baku penulisan karya ilmiah. Sistematika penulisan
hukum ini terdiri dari 4 (empat) bab yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam Penulisan ini, diuraikan mengenai:
A. Latar Belakang Masalah;
B. Rumusan Masalah;
C. Tujuan Penelitian;
D. Manfaat Penelitian;
E. Metode Penelitian;
F. Sistematika Penulisan Hukum.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Kajian mengenai Hak Menguasai Negara;
2. Kajian mengenai Fungsi Sosial Hak atas Tanah;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
3. Kajian mengenai Konsep Kepentingan Umum;
4. Kajian mengenai Konsep Ganti Rugi.
B. Kerangka Pemikiran
Dalam pemaparan ini, Penulis mendeskripsikan logika dan
paradigma berpikir (mindset) yang telah dikonstruksi dalam
bentuk bagan. Hal ini dimaksudkan agar mudah memberikan
pemahaman yang rasional terhadap masalah dan output akhir
dalam penelitian ini.
BAB III PEMBAHASAN
A. Model Pengaturan Hukum Layak tentang Konsep Kepentingan
Umum dan Konsep Ganti Rugi dalam Pengadaan Tanah yang
dihasilkan dari Hukum Tanah Indonesia dan Hukum Tanah
Inggris.
1. Landasan-Landasan Yuridis Konsep Kepentingan Umum
di Indonesia;
2. Landasan-Landasan Yuridis Konsep Ganti Rugi di
Indonesia;
3. Landasan-Landasan Yuridis Konsep Kepentingan Umum
di Inggris;
4. Landasan-Landasan Yuridis Konsep Ganti Rugi di Inggris;
5. Harmonisasi Hukum yang Telah dihasilkan dalam Hukum
Tanah Indonesia dan Hukum Tanah Inggris Sebagai
Wujud Model Pengaturan Hukum Layak Terhadap
Konsep Kepentingan Umum dan Ganti Rugi dalam
Pengadaan Tanah.
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA