BAB I Latar Belakang Masalah - digilib.uns.ac.id fileAmartya Sen sebagaimana dikutip oleh Eman...

14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak dapat dipungkiri bahwa tanah merupakan salah satu anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki peran penting dalam kehidupan makhluk hidup terutama Manusia. Hubungan manusia dengan tanah bukan hanya sekedar tempat hidup, tetapi lebih dari itu tanah memberikan sumber daya bagi kelangsungan hidup umat manusia. Disamping itu tanah merupakan aset yang sangat berharga. Bagi sebuah bangsa, oleh karena itu tanah memegang peranan penting yang mampu menunjukan kedaulatan bangsa yang bersangkutan (Mudjiono, 2007:458). Dari kasus yang banyak terjadi, jelas sekali, bahwa tanah memegang peranan sentral dalam kehidupan bagi negara yang bercorak agraris seperti Negara Indonesia. Gejolak ini merupakan causa prima terjadinya peningkatan penghargaan masyarakat terhadap tanah (Mukmin Zakie, 2011:188). Di dalam masyarakat agraris hubungan antara manusia dan tanah bersifat religio- magis-kosmis, yaitu hubungan antara manusia dan tanah yang menonjolkan penguasaan kolektif (Mukmin Zakie, 2011: 189). Hal ini dipertegas dengan pendapat Sonny Djoko Marlijanto yang menyatakan hubungan antara tanah dengan Negara Indonesia bersifat abadi, oleh karena itu harus dikelola secara cermat pada masa sekarang maupun untuk masa yang akan datang (Sonny Djoko Marlianto, 2010 :1). Hubungan antara tanah dengan Negara Indonesia dijadikan dasar bagi pihak penyelenggara negara untuk menentukan kebijakan-kebijakan pembangunan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan di berbagai daerah. Amartya Sen sebagaimana dikutip oleh Eman Ramelan menjelaskan bahwa pembangunan pada hakekatnya bukanlah sebuah proses

Transcript of BAB I Latar Belakang Masalah - digilib.uns.ac.id fileAmartya Sen sebagaimana dikutip oleh Eman...

Page 1: BAB I Latar Belakang Masalah - digilib.uns.ac.id fileAmartya Sen sebagaimana dikutip oleh Eman Ramelan menjelaskan bahwa pembangunan pada hakekatnya bukanlah sebuah proses perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tidak dapat dipungkiri bahwa tanah merupakan salah satu anugerah dari

Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki peran penting dalam kehidupan

makhluk hidup terutama Manusia. Hubungan manusia dengan tanah bukan

hanya sekedar tempat hidup, tetapi lebih dari itu tanah memberikan sumber

daya bagi kelangsungan hidup umat manusia. Disamping itu tanah merupakan

aset yang sangat berharga. Bagi sebuah bangsa, oleh karena itu tanah

memegang peranan penting yang mampu menunjukan kedaulatan bangsa

yang bersangkutan (Mudjiono, 2007:458).

Dari kasus yang banyak terjadi, jelas sekali, bahwa tanah memegang

peranan sentral dalam kehidupan bagi negara yang bercorak agraris seperti

Negara Indonesia. Gejolak ini merupakan causa prima terjadinya peningkatan

penghargaan masyarakat terhadap tanah (Mukmin Zakie, 2011:188). Di

dalam masyarakat agraris hubungan antara manusia dan tanah bersifat religio-

magis-kosmis, yaitu hubungan antara manusia dan tanah yang menonjolkan

penguasaan kolektif (Mukmin Zakie, 2011: 189). Hal ini dipertegas dengan

pendapat Sonny Djoko Marlijanto yang menyatakan hubungan antara tanah

dengan Negara Indonesia bersifat abadi, oleh karena itu harus dikelola secara

cermat pada masa sekarang maupun untuk masa yang akan datang (Sonny

Djoko Marlianto, 2010 :1).

Hubungan antara tanah dengan Negara Indonesia dijadikan dasar bagi

pihak penyelenggara negara untuk menentukan kebijakan-kebijakan

pembangunan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan di

berbagai daerah. Amartya Sen sebagaimana dikutip oleh Eman Ramelan

menjelaskan bahwa pembangunan pada hakekatnya bukanlah sebuah proses

Page 2: BAB I Latar Belakang Masalah - digilib.uns.ac.id fileAmartya Sen sebagaimana dikutip oleh Eman Ramelan menjelaskan bahwa pembangunan pada hakekatnya bukanlah sebuah proses perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

yang semata-mata bertujuan untuk meningkatkan tersedianya sumberdaya

masyarakat. Tapi ditujukan pada pemberdayaan dan pengembangan

kemampuan masyarakat. (Eman Ramelan, 2008:1). Dalam tulisannya Eman

Ramelan juga menjelaskan konteks yang agak berbeda juga dapat dilihat

dalam tujuan pembangunan yang diarahkan pada pencapaian masyarakat

yang adil dan makmur. Kemakmuran berdimensi physic-biologis dan bersifat

ekonomis, seperti yang dikemukakan oleh Richard Postner bahwa sebagai

konsep ekonomi, kemakmuran akan banyak berurusan dengan hal-hal yang

bersifat kebendaan dan kekayaan materil, sedangkan keadilan lebih bersifat

psikologis dan subyektif (Eman Ramelan, 2008:2).

Pembangunan yang bersifat physic dalam artian meningkatkan

kemakmuran dan atau kesejahteraan masyarakat luas, dapat dilakukan dengan

melakukan pembangunan infrastruktur, yang antara lain dilakukan dengan

pembuatan jalan raya baru, peningkatan kualitas dan kelas jalan raya,

pembangunan pasar, pelabuhan jaringan telekomunikasi, dan lain sebagainya.

Maka tersedianya infrastruktur yang memadai dapat menggerakan roda

perekonomian lebih optimal yang berpengaruh pada peningkatan pendapat

serta pada akhirnya bermuara pada peningkatan kesejahteraan dan atau

kemakmuran masyarakat (Eman Ramelan, 2008:2).

Namun seringkali untuk membangun suatu infrastruktur, banyak negara

diperhadapkan dengan kondisi keterbatasan akan tanah, maka perlu

melakukan suatu perbuatan pemerintah yang sah (legitimate dan justified),

dapat dipertanggungjawabkan (accountable and responsible) dan

bertanggung jawab (liable) (Safi, 2010:173). dimana secara aplikatif dapat

dilakukan dengan kegiatan “mengambil” tanah atau biasa disebut kegiatan

pengadaan tanah (pembebasan tanah).

Aktivitas pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan secara

teoritik didasarkan pada azas atau prinsip tertentu dan terbagi menjadi dua

subsistem: Pertama pengadaan tanah oleh pemerintah karena kepentingan

umum, Kedua pengadaan tanah oleh pemerintah karena bukan kepentingan

umum (komersial) (Imam Koeswahyono, 2008:4). Menurut Maria S.W.

Page 3: BAB I Latar Belakang Masalah - digilib.uns.ac.id fileAmartya Sen sebagaimana dikutip oleh Eman Ramelan menjelaskan bahwa pembangunan pada hakekatnya bukanlah sebuah proses perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Sumardjono pengadaan tanah merupakan perbuatan pemerintah untuk

memperoleh tanah untuk berbagai kegiatan pembangunan, khususnya bagi

kepentingan umum. Pada prinsipnya proses pengadaan tanah melalui kegiatan

pembebasan tanah dilakukan dengan cara musyawarah antara pihak yang

memerlukan tanah dan pemegang hak atas tanah yang tanahnya diperlukan

untuk kegiatan pembangunan (Maria S.W. Sumardjono, 2008: 280). Untuk

memberikan kepastian hukum negara melakukan kegiatan pengadaan tanah

untuk kepentingan pembangunan, maka perlu dibuat suatu peraturan

perundang-undangan yang menjabarkan secara jelas mengenai ketentuan-

ketentuan yang dapat dimengerti terutama terhadap masyarakat yang

kehilangan hak atas tanah.

Hal pertama yang berkaitan ketika negara melakukan kegiatan pengadaan

tanah yaitu konsep kepentingan umum, khususnya bagaimana peraturan

perundangan yang berkaitan dengan pengadaan tanah untuk kepentingan

pembangunan telah mengatur kriteria tersebut di berbagai negara.

Pembahasan mengenai prinsip-prinsip kepentingan umum dalam pengadaan

tanah untuk kepentingan pembangunan menjadi penting karena : (Adrian

Sutedi, 2008: 48-49).

1. Dalam sarana pembangunan, terutama pembangunan di bidang materiil,

baik di kota maupun di desa banyak memerlukan tanah, misalnya

pembuatan gedung sekolah, pelebaran jalan, semuanya memerlukan

tanah sebagai sarana utamanya;

2. Sebagai titik tolak di dalam pembebasan tanah, pengadaan tanah, dan

pencabutan hak atas tanah. Untuk mendapatkan tanah dalam rangka

penyelenggaraan atau untuk keperluan pembangunan, harus dilaksanakan

dengan hati-hati dan dengan cara yang bijaksana;

3. Setelah lahirnya otonomi daerah, dalam rangka untuk menampung

aspirasi masyarakat di daerah, kepentingan umum dalam penafsirannya

harus disesuaikan dengan masyarakat setempat, sikap pemerintah tidak

dibenarkan secara parsial memihak bagi kepentingan golongan tertentu

Page 4: BAB I Latar Belakang Masalah - digilib.uns.ac.id fileAmartya Sen sebagaimana dikutip oleh Eman Ramelan menjelaskan bahwa pembangunan pada hakekatnya bukanlah sebuah proses perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

saja, tetapi dilakukan secara menyeluruh baik untuk kepentingan

masyarakat pedesaan maupun kepentingan masyarakat.

Istilah kepentingan umum seringkali menjadi perdebatan dalam

kaitannya dengan pengadaan tanah untuk pembangunan. Pemegang hak atas

tanah menganggap bahwa pengadaan tanah itu bukan untuk kepentingan

umum melainkan untuk kepentingan swasta, sedangkan pihak yang

memerlukan tanah menganggap bahwa pengadaan tanah itu benar-benar

untuk kepentingan umum. Menurut Christina Tri Budhayanti tanpa adanya

kriteria yang jelas mengenai konsep kepentingan umum dalam pengadaan

tanah, maka akan dapat menimbulkan berbagai penafsiran untuk mengisi

kriteria tersebut. Jika hal ini dilakukan, tidak mustahil bahwa setiap kegiatan

umum lebih jauh lagi akan menjadikan pemegang hak atas tanah akan

menjadi korbannya (Christina Tri Budhayanti, 2012). Problem yuridis yang

menggambarkan buruknya penetapan kepentingan umum di Indonesia salah

satunya adalah jalan tol. Dalam penyelenggaraan jalan tol, peran negara

digantikan oleh kepentingan bisnis. Negara justru membiarkan jalan umum

rusak dan semrawut sehingga pengguna jalan umum yang memiliki aset lebih

beralih ke jalan tol, sedangkan rakyat biasa tidak dapat mengaksesnya dengan

leluasa. Dengan beralih pengguna ke jalan tol, mengakibatkan keuntungan

usaha bisnis tol semakin membesar. Dan keuntungan tersebut merupakan

keuntungan pengusaha itu sendiri, bukan diperuntukan bagi sebesar-besarnya.

Hal kedua yang berkaitan ketika negara melakukan kegiatan pengadaan

tanah adalah pemberian ganti rugi yang diterima oleh masyarakat sebagai

akibat dari kegiatan pengadaan tanah untuk kepentingan umum. pemberian

ganti rugi yang dilakukan oleh negara telah diatur dalam pengaturan hukum

dimana berisikan ketentuan mengenai bentuk-bentuk ganti rugi hingga proses

penyelesaian sengketa ganti rugi. Problem yuridis yang menggambarkan

buruknya penetapan konsep ganti rugi di Negara Indonesia adalah dengan

memberlakukan mekanisme konsinyasi, dimana konsinyasi sebagai alternatif

penyelesaian ganti rugi dalam pengadaan tanah justru tidak menyelesaikan

masalah, melainkan mendatangkan konflik baru dalam pembebasan tanah,

Page 5: BAB I Latar Belakang Masalah - digilib.uns.ac.id fileAmartya Sen sebagaimana dikutip oleh Eman Ramelan menjelaskan bahwa pembangunan pada hakekatnya bukanlah sebuah proses perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

karena pihak dari pemerintah yang terlibat langsung dalam pembangunan

seakan-akan mengakhiri konflik pembebasan tanah dengan menitipkan di

Pengadilan Negeri.

Menilik penerapan di berbagai negara lain juga telah mempunyai

pengaturan hukum mengenai pengadaan tanah untuk kepentingan

pembangunan, salah satunya adalah Negara Inggris. Sejak tahun 1909 Negara

Inggris telah membuat pengaturan hukum yang menegaskan bahwa otoritas

perencanaan pembangunan (local authorities) berwenang untuk membuat

rencana perencanaan kota yang tertuang dalam suatu rencana tata ruang

wilayah bagi daerahnya (Michael Purdue, 2006:492). Hingga menetapkan

pengaturan hukum Town and country planning Act 1947 yang kemudian

disempurnakan dalam Town and Country Planning Act 1952 dengan

memperkenalkan pengaturan hukum berbasis tata kelola kota modern

(modern urban planning) yang bertujuan untuk menciptakan tata kelola kota

lebih modern dari sebelumnya (Robert Jones, 1982:4).

Sebagai tindak lanjut dari penerapan tata kelola kota modern (modern

urban planning), maka Negara Inggris membuat suatu pengaturan hukum

adanya pengadaan tanah untuk kegiatan pembangunan, melalui kegiatan

pembebasan tanah yang dalam proses perkembangan historisnya tidak

mengkodifikasikan kedalam satu peraturan-perundang-undangan saja, namun

mempunyai peraturan perundang-undangan tersendiri mengenai proses

pengadaan tanah yang memuat konsep kepentingan umum didalamnya, serta

peraturan perundangan-undangan mengenai proses ganti rugi sebagai akibat

adanya pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan.

Melihat penetapan pengaturan hukum mengenai konsep kepentingan

umum dan pemberian ganti rugi di Negara Indonesia belum berjalan dengan

baik, maka penulis tertarik untuk menkonstruksikan dengan pengaturan-

pengaturan pengadaan tanah yang memuat konsep kepentingan umum dan

pemberian ganti rugi di Negara Inggris, maka hal ini menjadi menarik untuk

dikaji melalui penelitian dengan judul “KONSTRUKSI HUKUM ATAS

KEPENTINGAN UMUM DAN GANTI RUGI DALAM PENGADAAN

Page 6: BAB I Latar Belakang Masalah - digilib.uns.ac.id fileAmartya Sen sebagaimana dikutip oleh Eman Ramelan menjelaskan bahwa pembangunan pada hakekatnya bukanlah sebuah proses perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

TANAH (STUDI PERBANDINGAN HUKUM TANAH INDONESIA

DAN INGGRIS)”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk

membahas masalah tersebut lebih lanjut dengan menitikberatkan pada

rumusan masalah yaitu:

Bagaimana seharusnya pengaturan kepentingan umum dan ganti rugi yang

layak yang dihasilkan dari hukum tanah Negara Indonesia dan Negara

Inggris?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian diperlukan karena terikat dengan perumusan masalah

dan judul dari penelitian itu sendiri. Penulis mempunyai tujuan atau hal-hal

yang dicapai baik tujuan obyektif maupun tujuan subyektif. Adapun tujuan

dari penelitian ini adalah:

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk membuat model pengaturan hukum terhadap konsep

kepentingan umum dan konsep ganti rugi layak yang telah dihasilkan

di dalam pelaksanaan hukum tanah negara Indonesia dan negara

Inggris terhadap pengadaan tanah.

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk memperoleh suatu hasil penelitian sebagai bahan untuk

menyusun skripsi sebagai persyaratan dalam mencapai gelar

kesarjanaan di bidang Ilmu Hukum di Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

b. Untuk menambah, memperluas, dan mengembangkan pengetahuan

serta pemahaman aspek hukum dalam teori dan praktek di lapangan

hukum.

c. Untuk memperdalam berbagai teori hukum yang telah penulis

dapatkan di Fakultas Hukum, khususnya di bidang hukum pertanahan.

Page 7: BAB I Latar Belakang Masalah - digilib.uns.ac.id fileAmartya Sen sebagaimana dikutip oleh Eman Ramelan menjelaskan bahwa pembangunan pada hakekatnya bukanlah sebuah proses perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

D. Manfaat Penelitian

Salah satu pemilihan masalah dalam penelitian ini adalah hasil penelitian

ini dapat memberikan manfaat. Karena nilai dari sebuah penelitian ditentukan

oleh besarnya manfaat yang dapat diambil dari adanya penelitian tersebut.

Adapun manfaat yang penulis harapkan dari penelitian ini antara lain:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai rujukan dalam memahami

model pengaturan hukum yang layak mengenai konsep kepentingan

umum yang sesuai dan pemberian ganti rugi yang layak dalam

kegiatan pengadaan tanah bagi Negara Indonesia kedepannya.

b. Memperkaya referensi penulisan tentang hukum pertanahan.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan sumbangan jawaban masalah yang sedang diteliti oleh

penulis.

b. Mengembangkan daya penalaran dan membentuk pola pikir dinamis

sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan

ilmu yang diperoleh.

c. Hasil penulisan ini diharapkan dapat membantu memberikan masukan

serta tambahan pengetahuan bagi pihak-pihak yang terkait dengan

masalah yang diteliti.

E. Metode Penelitian

Penelitian hukum dilakukan untuk mencari pemecahan atau isu hukum

yang timbul. oleh karena itulah, penelitian hukum merupakan suatu penelitian

di dalam kerangka know-how di dalam hukum, bukan sekedar know-about.

Sebagai kegiatan know-how, penelitian hukum dilakukan untuk memecahkan

isu hukum yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2013:60). Hasil yang

dicapai adalah untuk memberikan preskripsi mengenai apa yang seyogyanya

atas isu yang diajukan. (Peter Mahmud Marzuki, 2013: 83).

Page 8: BAB I Latar Belakang Masalah - digilib.uns.ac.id fileAmartya Sen sebagaimana dikutip oleh Eman Ramelan menjelaskan bahwa pembangunan pada hakekatnya bukanlah sebuah proses perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Agar suatu penelitian ilmiah dapat dilaksanakan dengan baik maka

diperlukan suatu metode yang tepat. Metode penelitian yang digunakan oleh

penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum. Penelitian hukum (legal

research) adalah kebenaran koherensi, yaitu adakah aturan hukum sesuai

norma hukum dan adakah norma yang berupa perintah atau larangan itu

sesuai dengan prinsip hukum, serta apakah tindakan (act) seseorang

sesuai dengan norma hukum (bukan hanya sesuai aturan hukum) atau

prinsip hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2013:47).

Penggunan jenis penelitian hukum (legal research atau

rechtsonderzoek) menekankan pada konsep hukum, norma hukum dan

validitas aturan hukum untuk memberikan penjelasan yang detail

terhadap masalah yang dirumuskan oleh penulis. dalam penelitian ini.

Penulis akan membuat suatu model pengaturan hukum terhadap konsep

kepentingan umum dan konsep ganti rugi yang layak dalam pengadaan

tanah dari temuan harmonisasi hukum terhadap konsep kepentingan

umum dan konsep ganti rugi dalam pengadaan tanah yang telah

dihasilkan oleh Negara Indonesia dan Negara Inggris.

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

preskriptif. Ilmu hukum bukan termasuk kedalam ilmu deskriptif,

melainkan ilmu yang bersifat preskriptif. Objek ilmu hukum adalah

koherensi antara norma-norma hukum dan prinsip hukum, antara aturan

hukum dan norma hukum, serta koherensi antara tingkah laku (act)

individu dengan norma hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2013: 41-42).

Sebagai ilmu yang bersifat preskptif maka dapat dikaji bagaimana

seharusnya model pengaturan hukum terhadap konsep kepentingan

umum dan konsep ganti rugi yang layak dalam pengadaan tanah dengan

mempelajari sisi koherensi antara norma-norma hukum dan prinsip

Page 9: BAB I Latar Belakang Masalah - digilib.uns.ac.id fileAmartya Sen sebagaimana dikutip oleh Eman Ramelan menjelaskan bahwa pembangunan pada hakekatnya bukanlah sebuah proses perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

hukum serta antara aturan hukum dan norma hukum, dari temuan

harmonisasi hukum pengaturan hukum pengadaan tanah untuk

kepentingan pembangunan oleh Negara Indonesia dan Negara Inggris

yang memuat konsep kepentingan umum dan konsep ganti rugi

didalamnya.

3. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian hukum Peter Mahmud Marzuki berpendapat

pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam penelitian hukum

adalah pendekatan undang-undang (Statute Approach), pendekatan kasus

(case approach), pendekatan historis (historical approach), pendekatan

komparatif (comparative approach), dab pendekatan konseptual

(conseptual approach) (Peter Mahmud Marzuki, 2013:133). Berkaitan

dengan pendekatan penelitian hukum yang dikemukan oleh Peter

Mahmud Marzuki, penulis menggunakan pendekatan komparatif dan

pendekatan konseptual.

Pendekatan komparatif (comparative approach) merupakan kegiatan

untuk membandingkan hukum suatu negara dengan hukum negara lain

atau hukum dari suatu waktu tertentu dengan hukum dari waktu yang lain

(Peter Mahmud Marzuki, 2013:173). Dalam penelitian ini perbandingan

yang digunakan adalah pengaturan hukum yang telah dihasilkan

mengenai pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan di Negara

Indonesia dan Negara Inggris yang memuat konsep kepentingan umum

dan konsep ganti rugi didalamnya. Hasil yang diharapkan dari

pendekatan komparatif adalah menemukan persamaan dan perbedaan

konsep kepentingan umum dan konsep ganti rugi yang telah dihasilkan

dalam pengaturan hukum mengenai pengadaan tanah untuk kepentingan

pembangunan di Negara Indonesia dan Negara Inggris.

Pendekatan Konseptual (conseptual approach) mempelajari

pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin di dalam ilmu hukum, peneliti

akan menkorelasikan ide-ide yang melahirkan pengertian-pengertian

hukum, konsep-konsep hukum, dan asas-asas hukum yang relevan

Page 10: BAB I Latar Belakang Masalah - digilib.uns.ac.id fileAmartya Sen sebagaimana dikutip oleh Eman Ramelan menjelaskan bahwa pembangunan pada hakekatnya bukanlah sebuah proses perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

dengan isu yang dihadapi, Pemahaman akan pandangan-pandangan dan

doktrin-doktrin tersebut merupakan sandaran bagi peneliti dalam

membangun suatu argumentasi hukum dalam memecahkan isu yang

dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2013:178). Dalam penelitian ini

penulis akan menemukan konstruksi pengaturan hukum dengan

membangun suatu argumentasi dari pemahaman akan pandangan dan

doktrin-doktrin konsep kepentingan umum dan konsep ganti rugi dalam

pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan. Sehingga dapat

terbentuk suatu model pengaturan hukum yang layak terhadap konsep

kepentingan umum dan konsep ganti rugi dalam pengadaan tanah untuk

kepentingan pembangunan.

4. Sumber dan Jenis Bahan Hukum

Peter Mahmud Marzuki mengemukakan bahwa penelitian hukum

tidak mengenal adanya data. Untuk memecahkan isu hukum dan

sekaligus memberikan preskripsi mengenai apa yang seyogyanya,

diperlukan sumber-sumber penelitian (Peter Mahmud Marzuki,

2013:181). Sumber-sumber penelitian hukum dapat dibedakan menjadi

sumber penelitian bahan hukum primer dan sumber penelitian bahan

hukum sekunder, disini penulis uraikan bahan hukum primer dan bajan

sekunder yang penulis gunakan:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yang penulis gunakan dalam penelitian

hukum ini adalah:

1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945;

2) Undang-Undang No 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok-Pokok Agraria;

3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 Tentang pencabutan hak-

hak atas tanah dan benda-benda di atasnya;

4) Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1973 Tentang Acara

Penetapan Ganti Kerugian oleh Pengadilan Tinggi Sehubungan

Page 11: BAB I Latar Belakang Masalah - digilib.uns.ac.id fileAmartya Sen sebagaimana dikutip oleh Eman Ramelan menjelaskan bahwa pembangunan pada hakekatnya bukanlah sebuah proses perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Dengan Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah dan Benda-Benda Yang

Ada Diatasnya;

5) Instruksi presiden Nomor 9 Tahun 1973 Tentang Pelaksanaan

Pencabutan Hak-Hak atas Tanah dan Benda-benda yang ada

Diatasnya;

6) Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 15 Tahun 1975 Tentang

Tata Cara Pembebasan Tanah;

7) Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 Tentang Pengadaan

Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan;

8) Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun Tentang Pengadaan Tanah

bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum

sebagaimana diubah menjadi Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun

2006;

9) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Penggadaan

Tanah bagi pembangunan untuk Kepentingan Umum;

10) Peraturan Presiden Nomor 71 tahun 2012 Tentang

Penyelenggaraan Penggadaan Tanah bagi pembangunan untuk

Kepentingan Umum;

11) Land Compensation Act 1961;

12) Town and Country Planning Act 1962;

13) Compulsary Purchase Act 1965;

14) Town and Country Planning Act 1971;

15) Town and Country Planning Act 1990.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan - bahan sekunder yang terutama adalah buku teks karena

buku teks berisi mengenai prinsip-prinsip dasar ilmu hukum dan

pandangan-pandangan klasik para sarjana yang mempunyai

kualifikasi tinggi. Disamping buku teks, bahan sekunder dapat

berupa tulisan-tulisan tentang hukum baik dalam bentuk buku

ataupun jurnal-jurnal. Tulisan-tulisan hukum tersebut berisi tentang

Page 12: BAB I Latar Belakang Masalah - digilib.uns.ac.id fileAmartya Sen sebagaimana dikutip oleh Eman Ramelan menjelaskan bahwa pembangunan pada hakekatnya bukanlah sebuah proses perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

perkembangan atau isu-isu yang aktual mengenai hukum bidang

tertentu (Peter Mahmud Marzuki, 2013: 182-183).

5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan Bahan Hukum merupakan cara yang

dipergunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah

yang akan diteliti. Teknik pengumpulan Bahan Hukum yang penulis

pergunakan dengan melakukan studi dokumen. Studi dokumen dilakukan

dengan cara mengumpulkan dan menganalisis isi dari peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan konsep kepentingan umum

dan konsep ganti rugi dalam pengadaan tanah untuk kepentingan

pembangunan di Negara Indonesia dan Negara Inggris, literatur-literatur

buku, jurnal-jurnal serta melakukan inventarisasi baik melalui online

searching seperti google, Lexis Nexis, SSRN, www.legislation.gov.uk dan

lain-lain yang berhubungan dengan penelitian hukum yang dilakukan.

6. Teknik Analisis Bahan Hukum

Penulisan ini dimaksudkan untuk memberikan pisau analitis untuk

mencari jawaban atas isu hukum dengan menggunakan silogisme

deduksi. Dalam hal ini metode deduksi berpangkal dari pengajuan premis

mayor kemudian diajukan premis minor. Sebagai premis mayor adalah

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang

No 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria, Undang-Undang Nomor

20 Tahun 1961 Tentang pencabutan hak-hak atas tanah dan benda-benda

di atasnya, Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1973 Tentang Acara

Penetapan Ganti Kerugian oleh Pengadilan Tinggi Sehubungan Dengan

Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah dan Benda-Benda Yang Ada

Diatasnya, Instruksi presiden Nomor 9 Tahun 1973 Tentang Pelaksanaan

Pencabutan Hak-Hak atas Tanah dan Benda-benda yang ada Diatasnya,

Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 15 Tahun 1975 Tentang Tata

Cara Pembebasan Tanah, Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993

Tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan;, Peraturan

Presiden Nomor 36 Tahun Tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan

Page 13: BAB I Latar Belakang Masalah - digilib.uns.ac.id fileAmartya Sen sebagaimana dikutip oleh Eman Ramelan menjelaskan bahwa pembangunan pada hakekatnya bukanlah sebuah proses perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Pembangunan untuk Kepentingan Umum sebagaimana diubah menjadi

Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006, Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2012 Tentang Penggadaan Tanah bagi pembangunan untuk

Kepentingan Umum, Peraturan Presiden Nomor 71 tahun 2012 Tentang

Penyelenggaraan Penggadaan Tanah bagi pembangunan untuk

Kepentingan Umum,. Land Compensation Act 1961, Compulsary

Purchase Act 1965, Town and Country Planning Act 1962 Town and

Country Planning Act 1971 Town and Country Planning Act 1990.

Sedangkan yang menjadi premis minor yaitu Harmonisasi Hukum Yang

Telah Dihasilkan oleh Negara Indonesia dan Negara Inggris Mengenai

Konsep Kepentingan Umum dan Konsep Ganti Rugi Dalam Pengadaan

Tanah

F. Sistematika Penulisan Hukum

Sistematika penulisan hukum ini disusun untuk memberikan gambaran

tentang bahasan secara menyeluruh mengenai penulisan karya hukum yang

sesuai dengan aturan baku penulisan karya ilmiah. Sistematika penulisan

hukum ini terdiri dari 4 (empat) bab yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam Penulisan ini, diuraikan mengenai:

A. Latar Belakang Masalah;

B. Rumusan Masalah;

C. Tujuan Penelitian;

D. Manfaat Penelitian;

E. Metode Penelitian;

F. Sistematika Penulisan Hukum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Kajian mengenai Hak Menguasai Negara;

2. Kajian mengenai Fungsi Sosial Hak atas Tanah;

Page 14: BAB I Latar Belakang Masalah - digilib.uns.ac.id fileAmartya Sen sebagaimana dikutip oleh Eman Ramelan menjelaskan bahwa pembangunan pada hakekatnya bukanlah sebuah proses perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

3. Kajian mengenai Konsep Kepentingan Umum;

4. Kajian mengenai Konsep Ganti Rugi.

B. Kerangka Pemikiran

Dalam pemaparan ini, Penulis mendeskripsikan logika dan

paradigma berpikir (mindset) yang telah dikonstruksi dalam

bentuk bagan. Hal ini dimaksudkan agar mudah memberikan

pemahaman yang rasional terhadap masalah dan output akhir

dalam penelitian ini.

BAB III PEMBAHASAN

A. Model Pengaturan Hukum Layak tentang Konsep Kepentingan

Umum dan Konsep Ganti Rugi dalam Pengadaan Tanah yang

dihasilkan dari Hukum Tanah Indonesia dan Hukum Tanah

Inggris.

1. Landasan-Landasan Yuridis Konsep Kepentingan Umum

di Indonesia;

2. Landasan-Landasan Yuridis Konsep Ganti Rugi di

Indonesia;

3. Landasan-Landasan Yuridis Konsep Kepentingan Umum

di Inggris;

4. Landasan-Landasan Yuridis Konsep Ganti Rugi di Inggris;

5. Harmonisasi Hukum yang Telah dihasilkan dalam Hukum

Tanah Indonesia dan Hukum Tanah Inggris Sebagai

Wujud Model Pengaturan Hukum Layak Terhadap

Konsep Kepentingan Umum dan Ganti Rugi dalam

Pengadaan Tanah.

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA