BAB I Laporan Krismin Laporan Marcus I

26
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kristalografi merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang kristal dan mineral-mineral penyusun pembentuknya, serta dasar disiplin ilmu kristalografi. Bidang ini terkait dalam ilmu geologi tentang kimia dan fisika. Secara mendalam pokok bahasan yang dikaji meliputi sifat-sifat geometri Kristal serta fisis kristal. Secara tersendiri kristalografi diartikan satu cabang ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat di dalam geometri kristal terutama berkaitan dengan permasalahan perkembangan, pertumbuhan, kenampakan luar suatu struktur dalam sifat fisis lainnya. Sedangkan mineralogi merupakan ilmu yang secara dalam mempelajari tentang sifat-sifat mineral pembentuk batuan yang terdapat di bumi dan manfaat bagi manusia serta dampaknya terhadap sifat tanah. Mempelajari kristalografi berarti akan membahas tentang bagaimana serta dimana kristal diartikan bidang homogen yang memiliki bidang polyhedral tertentu. Bidang muka yang licin dalam suatu kristal di dalam kristalografi dan mineralogi biasanya bersifat anisotrop dan tembus air. Proses terbentuknya kristal dan mineral alam merupakan akibat dari proses geologi, yaitu: a. Endogenik, merupakan proses kristal yang dibentuk pengkristalan magma.Satrio RamadhanH1C109070

description

re

Transcript of BAB I Laporan Krismin Laporan Marcus I

Page 1: BAB I Laporan Krismin Laporan Marcus I

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Kristalografi merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang kristal dan

mineral-mineral penyusun pembentuknya, serta dasar disiplin ilmu kristalografi.

Bidang ini terkait dalam ilmu geologi tentang kimia dan fisika. Secara mendalam

pokok bahasan yang dikaji meliputi sifat-sifat geometri Kristal serta fisis kristal.

Secara tersendiri kristalografi diartikan satu cabang ilmu yang mempelajari

tentang sifat-sifat di dalam geometri kristal terutama berkaitan dengan

permasalahan perkembangan, pertumbuhan, kenampakan luar suatu struktur

dalam sifat fisis lainnya. Sedangkan mineralogi merupakan ilmu yang secara

dalam mempelajari tentang sifat-sifat mineral pembentuk batuan yang terdapat di

bumi dan manfaat bagi manusia serta dampaknya terhadap sifat tanah.

Mempelajari kristalografi berarti akan membahas tentang bagaimana serta

dimana kristal diartikan bidang homogen yang memiliki bidang polyhedral

tertentu. Bidang muka yang licin dalam suatu kristal di dalam kristalografi dan

mineralogi biasanya bersifat anisotrop dan tembus air.

Proses terbentuknya kristal dan mineral alam merupakan akibat dari proses

geologi, yaitu:

a. Endogenik, merupakan proses kristal yang dibentuk pengkristalan

magma.Satrio RamadhanH1C109070

b. Eksogenik, merupakan proses pengkristalan yang dipengaruhi oleh gaya-gaya

dari luar.

c. Tektonik lempeng, dimana proses ini adalah dasar dari penyatuan

jalur magnetik dengan sumbu zona pelapukan. Berdasarkan perbandingan

panjang yang berada pada sumbu-sumbu kristalografi, letak maupun maupun

posisi sumbu, jumlah dan nilai sumbuvertikal atau nilai di sumbu c, maka kristal

digolongkan menjadi 7 sistemkristal, yaitu :

             a) Sistem Isometric

             b) Sistem Tetragonal

             c) Sistem Hexagonal

d)Sistem Trigonal

            e)Sistem Orthorombic

             f)Sistem Triclinic

            g)Sistem Monoclin

Page 2: BAB I Laporan Krismin Laporan Marcus I

Kristal berasal dari bahasa Yunani yaitu crustallos yang berarti es atau

sesuatu yang menyerupai es. Kristal merupakan bangun yang homogen terdiri atas

atom-atom yang tersusun teratur dan berulang (dalam pola tiga dimensi).

Zat padat terbentuk dari Kristal yang mempunyai jarak antara atom satu dan

antara lainnya tertentu sehingga akan membentuk bangun geometri tertentu pula.

Bentuk-bentuk geometri inilah yang merupakan dasar bentuk Kristal suatu zat.

Bentuk geometri terkecil dari krsital disebut sel satuan.

1. 2 Maksud dan Tujuan

1. 2. 1 Maksud                                                                                                

Dalam studi kristalografi, setelah mempelajari ilmu-ilmu tentang kristal,

tahap selanjutnya adalah mempalajari ilmu tentang mineral atau Mineralogi.

Kristalografi sendiri terkait dalam satu rangkaian dengan berbagai macam contoh

dalam pembelajarannya. Terkait dengan kristal adalah komponen dasar dalam

Geologi karena kristal adalah adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion

penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga

dimensi. Dan dengan menjalani studi Kristalogrfi, dimaksudkan agar kita dapat

mengenal, mengetahui dan juga menguasai Kristalografi yang menjadi salah satu

dasar terpenting dalam Geologi.

Dengan bekal ilmu tentang kristal yang akan diperoleh, Kristalografi adalah

salah satu aplikasi dari ilmu tersebut. Dan pada akhirnya, dengan menguasai

kristalografi dan Mineralogi nantinya, akan dapat lebih mudah dalam mempelajari

ilmu Geologi pada tahap selanjutnya.

1. 2. 2 Tujuan                                                                                                

Dalam kegiatan mempelajari dan melakukan praktikum Kristalografi, kita di

tuntut untuk dapat :

1. Mengenal dan menguasai bentuk bentuk Kristal.

2. Mengaplikasikan ilmu tentang Kristal yang telah di dapat sebelumnya.

1. 3 Landasan Teori

1. 3. 1 Sejarah Terbentuknya Kristal

Kistalografi terbentuk pada zaman pra-sejarah. Lama sebelum ke sasteraan

berkembang, manusia telah mengenal zat warna alam seperti hematite (merah)

dan manganese oxide (hitam), dan dapat di gunakan untuk lukisan lukisan dalam

gua. Manusia zaman batu telah menyadari akan kekerasan dan keuletan “fibrous

sitinolite”(nephrite yada) dan menggunakannya sebagai belian yang istimewa,

Page 3: BAB I Laporan Krismin Laporan Marcus I

distribusi dari peralatan nephrite ini membuktikan bahwa material ini pernah di

gunakan dalam kehidupan, karena alat alat ini di jumpai jauh dari tempat bahan

mentahnya. Penambangan dan peleburan mineral mineral dari kristalografi salah

satu tulisan yang pertama tentang ini telah di tuangkan di buku”one stone”yang di

terbitkan oleh filosof Yunani Theopharatus pada tahun 372-358 S. M. Dalam

abad ke 1 masehi mencatat, bahwa banyak sekali pengetahuan alam yang sudah di

kenal oleh orang Romawi.

Dan dia menerangkan tentang beberapa macam Kristal yang di ambil untuk

sebagai batu penghiasan, zat warna dan biji logam. Dan ia mencatat keadaan

geologi, mineralogi dan Kristalografi pada saat itu. Tulisan ini telah di

terjemahkan ke dalam bahasa inggris dan tersedia banyak perpustakaan setelah

perkembangan selanjutnya tentang, Kristalografi, mineralogi dan geologi. Setelah

abad ke 18 tercatat bahwa kemajuan dalam kristalografi lambat akan tetapi setabil.

Para ahli mencatat akan usaha ini adalah swedia dari jerman, guru besar pada saat

itu adalah A. G. Warner pada tahun 1750-1817.

Seorang maha guru pada mining academy freieropah. Dalam tahun-tahun

pertama abad ke 19 terlibat kemajuan yang pesat.Dari mineralogi mengumumkan

tentang teori-teori atom dan pernyataan bahwa nineral adalah senyawa kimia

dengan komposisi tertentu. Juga penemuan reflecting geniometer melengkapi

cara pengukuran Kristal dengan lebih teliti dan klasifikasi bentuk serta sistem

memenuhi syarat.Ahli kimia swedia Berzelium pada tahun 1779-1884 serta

murid-murid nya, terutama Mitscherlich pada tahun 1794-1863, mempelajari

kimia Kristal dan kemudian mengumumkan klasifikasi mineral secara kimia.

Selama abad ke 19 banyak di temukan beberapa macam bentuk Kristal dan di

deskripsikan oleh para pakar Kristal dan mineral-mineral. Dan tidak jarang hasil

pembukaan distrik pembangunan baru yang semula merupakan daerah yang

belum di selidiki.

Untuk keseragaman pendapat tersebut dibuat suatu kesimpulan yang disebut

defenisi kompilasi, yaitu: ‘Kristal adalah bahan padat homogeny, biasanya

anisortop dan tembus cahaya serta mengikuti hukum-hukum ilmu pasti sehingga

susunan bidang bidangnya memenuhi hukum geometri, jumlah dan kedudukan

selalu tertentu dan teratur”.

1. 3. 2 Pengertian Kristal Menurut beberapa Ahli

Kata “Kristal” berasal dari bahasa Yunani crystallon yang berarti tetesan

dingin dan beku. Menurut pengertian kompilasi yang diambil untuk

menyeragamkan pendapat para ahli,maka Kristal adalah bahan padat homogeny,

Page 4: BAB I Laporan Krismin Laporan Marcus I

biasanya anisortop dan tembus cahaya serta mengikuti hukum hukum ilmu pasti

sehingga susunan bidang bidang nya memenuhi hukum geometri; jumlah dan

kedudukan bidang kristalnya selalu tertentu dan teratur. Kristal Kristal tersebut

selalu dibatasi oleh beberapa bidang datar yang jumlah dan kedudukan nya

tertentu. Keteraturannya tercermin dalam permukaan Kristal yang berupa bidang

bidang datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang ini

disebut sebagai bidang muka Kristal. Sudut antara bidang bidang muka Kristal

yang saling berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu Kristal. Bidang muka itu

baik letak maupun arahnya di tentukan oleh perpotongan dengan sumbu sumbu

Kristal. Dalam sebuah Kristal,sumbu Kristal berupa garis bayangan yang lurus

yang menembus Kristal melalui pusat Kristal. Sumbu Kristal tersebut mempunyai

satuan panjang yang disebut sebagai parameter.

Selain dari definisi ini terdapat pula berbagai definisi Kristal dari berbagai

ahli:

1. Wikipedia

Kristal adalah suatu padatan yang atom,molekul, atau ion penyusunnya

terkemas secara teratur dan polanya berulang menyebar secara tiga dimensi.

2. Snechal

Kristal merupakan padatan yang secara essensial mempunyai pola difraksi

tertentu.

3. Djauhari Noor

Kristal di defenisikan sebagai mineral yang memiliki sifat dan bentuk tertentu

dalam keadaan padatnya sebagai perwujudan dari susunan yang teratur di

dalamnya.

4. L. G. Berry, Brian Mason, dan R. V Dietrich, 1959.

Mengatakan Kristal adalah A solid body bounded by natural planar

surfaces, generally called crystal faces, that are the external expression of a

regular internal arrangement of constituen atoms or ions. “kumpulan benda

padat yang di kelilingi oleh permukaan planar yang biasanya disebut permukaan

Kristal. Itu adalah tanda luar dari susunan tetap bagian dalamnya dari unsure atom

ion”

Istilah kristalin yang di pakai pada material yang mempunyai susunan tetap

bagian dalamnya dari unsur atom atau ion. Bahan yang terdiri dari Kristal

mungkin bias ataupun tidak bias menjadi permukaan Kristal.

Page 5: BAB I Laporan Krismin Laporan Marcus I

5. B. G. Escher, 1949

Mengatakan bahwa Kristal merupakan bahan padat homogen dan bentuknya

di batasi oleh bidang bidang ter tentu yang merupakan bidang banyak, bentuk

tersebut ter tentu untuk tiap tiap mineral zat.

Defenisi diatas kalau ditelaah mengandung pengertian’’Bahan padat

homogen’’ mengandung yang penjabaranya:

Tidak termasuk bahan cair dan gas

Tidak dapat diuraikan menjadi unsur lain oleh proses fisika bentuknya dibatasi

oleh bidang tertentu’’mengandung pengertian

Bentuk Kristal dibatasi oleh bentuk bidang yang tetap dan membentuk sudut

pinggir yang tetap pula merupakan bidang banyak’’mengandung pengertian;

Setiap Kristal terdiri dari beberapa bidang(polieder)“Bentuk Kristal tertentu

untuk tiap tiap mineral”mengandung pengertian;

Setiap mineral mempunyai bentuk Kristal yang tetap.

6. E. S. Dana dan W. E. Ford, 1960.

Mengatakan bahwa Kristal adalah suatu bentuk bidang banyak yang dibatasi

oleh bidang datar teratur, tersusun dari komposisi kimia tertentu akibat kekuatan

antar atom yang melewati kondisi yang cocok dari keadaan cair atau gas kebentuk

padat.

Devenisi diatas jika di tinjau mengandung pengertian :

“Suatu bidang banyak di batasi oleh bidang banyak” mengandung pengertian

Bentuk Kristal terdiri dari beberapa bidang datar.

Setiap bidang terletak dan teratur trhadap bidang lainnya. “Tersusun dari

komposisi kimia tertentu akibat kekuatan antara atom yang melewati kondisi

yang cocok dari keadaan cair atau gas ke bentuk padat” mengandung pengertian

Setiap Kristal mempunyai komposisi kimia tetap

Kristal selalu berupa benda padat

1. 3. 3 Proses Pembentukan Kristal

Pada Kristal ada beberapa proses ataupun tahapan dalam pembentukan

Kristal. Proses yang di alami oleh suatu Kristal akan mempengaruhi sifat-sifat

Kristal tersebut. Proses ini juga bergantung pada bahan dasar serta kondisi

lingkungan tempat dimana Kristal tersebut terbentuk.

Berikut ini adalah fase-fase pembentukan Kristal yang umumnya terjadi pada

pembentukan Kristal:

Fase cair ke padat : kristalisasi suatu lelehan atau cairan sering terjadi pada

skala luas dibawah kondisi alam maupun industry. Pada fase ini cairan atau

Page 6: BAB I Laporan Krismin Laporan Marcus I

lelehan dasar pembentuk Kristal akan membeku atau memadat dan membentuk

Kristal. Biasanya di pengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan.

Fase gas ke padat (sublimasi) : Kristal langsung di bentuk dari uap tanpa

melalui fase cair. Bentuk Kristal biasanya berbentuk kecil dan kadang kadang

ber bentuk rangka (skeletal). Pada fase ini Kristal yang terbentuk adalah hasil

sublimasi gas-gas yang memadat karena perubahan lingkungan. Umumnya gas-

gas tersebut adalah hasil dari aktivitas vulkanis atau dari gunung api yang

membeku karena petrubahan tempertur.

Fase padat ke padat : Proses ini dapat terjadi pada agregat Kristal di bawah

pengaruh tekanan dan temperatur(deformasi). Yang berubah adalah struktur

kristalnya, sedangkan susunan unsur kimia tetap (rekristalisasi). Fase ini hanya

mengubah Kristal yang sudah terbentuk sebelumnya karena tekanan dan

temperatur yang berubah secara signifikan. Namun, komposisi dan

unsurekimianya kimianya tidak berubah karena tidak adanya factor lain yang

terlibat kecuali tekanan dan temperature.

1. 3. 4 Sistem Kristalografi

Seperti sudah diketahuai bahwa Kristal ialah suatu zat padat yang terjadi

karena alamiah tersusun atas zat anorganik dan dibatasi bidang datar tertentu.

Kristal memiliki struktur internal yang sudah tentu dapat digambarkan secara

geometris. Bidang-bidang batas dari Kristal tersebut oleh satu garis atau arah

dapat di tentukan posisinya. Garis atau arah tersebut dinamakan sumbu Kristal.

Kristal mineral dibagi menjadi 7 sistem Kristal, pembagian tersebut

didasarkan atas:

1. Jumlah sumbu Kristal

2. Letak sumbu Kristal terhadap sumbu yang lain

3. Besarnya parameter masing-masing sumbu

Page 7: BAB I Laporan Krismin Laporan Marcus I

Gambar 1. 1 Sudut dan penjuru kristalografi

1. Sistem Isometrik

Gambar 1. 2 Sistem Isometrik

Sistim ini juga disebut ancer legular, atau bahkan sering dikenal sebagai

ancer kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus

satu dengan yang lainnya. Denagn perbandingan panjang yang sama untuk

masing-masing sumbunya.

Pada kondisi sebenarnya, sistem Isometrik memiliki axial ratio(perbandingan

sumbu a=b=c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama

dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kistalografi α = β = γ = 90°. Hal ini

berarti, pada sistem ini semua sudut kristalografinya(α , β , dan γ) tegak lurus satu

sama lain(90°).

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, ancer

ismoetrik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3. Artinya pada sumbu

a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan

sumbu c juga ditarik dengan nilai 3(nilai bukan patokan, hanya perbandingan).

Dan sudut antar sumbunya a+ menuju b F =30°. Hal ini menjelaskan bahwa antara

sumbu a+ memiliki nilai 30° terhadap sumbu b F .

Page 8: BAB I Laporan Krismin Laporan Marcus I

Sistem isometric dibagi menjadi 5 kelas :

Tetaoidal

Gyroida

Diploida

Hextetrahedral

Hexoctahedral

Beberapa contoh mineral dengan sistim kristal isometric adalah: Gold, Pyrite,

Galena, Halite, Flourite(pellant,chris : 1992)

2. Sistem Tetragonal

Gambar 1. 3 Sistem Tetragonal

Sama dengan sistim isometric, ancer ini mempunyai 3 sumbu Kristal yang

masing masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang

sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi

pada umumnya lebih panjang

Pada kondisi sebenarnya, ancer Tetragonal memiliki axial ratio

(perbandingan sumbu) a = b ≠ c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan

sumbu b tetapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi

α = β = γ = 90°.

Hal ini berarti, pada ancer ini semua sudut kristalografi ( α, β dan γ) tegak

lurus stu sama lain ( 90° ).

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, ancer

Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya pada sumbu

a, di tarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b di tarik garis dengan nilai 3, dan

sumbu c di tarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan).

Page 9: BAB I Laporan Krismin Laporan Marcus I

Dan sudut antara sumbunya a+^b F = 30°. Hal ini menjelaskan bahwa antara

sumbu a+ memiliki nilai 30° terhadap sumbu b F .

Sistim tetragonal dibagi menjadi 7 kelas :

Beberapa contoh mineral pyramid

Bipiramid

Bispenoid

Trapezohedral

Ditetragonal Piramid

Skalenohedral

Ditetragonal Bipiramid

Dengan sistim Kristal tetragonal ini adalah rutil, autunite, pyrolusite ,leusite,

scapolite , (Pellan, Chris : 1992 )

3. Sistem Hexagonal

Gambar 1. 4 Sistem Hexagonal

Sistem ini mempunyai 4 sumbu Kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap

ketiga sumbu lain nya. Sumbu a, b, dan d masing masing membentuk sudut 120°

terhadap satu sama lain. Sumbu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan

panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih

panjang).

Pada kondisi sebenarnya ancer hexagonal memiliki axial ratio

(perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan

panjang sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c, dan

juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90° ; γ = 120°. Hal ini berarti,pada ancer

ini , sudut α dan β Saling tegak lurus dan membentuk sudut 120° terhadap sumbu

γ.

Page 10: BAB I Laporan Krismin Laporan Marcus I

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal ancer

Hexagonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada

sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3,

dan sumbu c di tarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan,hanya

perbandingan) Dan sudut antar sumbunya a+ ^ b F = 20° ; d F ^ b+ = 40°. Hal ini

menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20° terhadap sumbu b F dan

sumbu d F membentuk sudut 40° terhadap sumbu b +

Sistem ini dibagi menjadi 7 :

Hexagonal Piramid

Hexagonal Bipiramid

Dihexagonal Piramid

Dihexagonal Bipiramid

Trigonal Bipiramid

Ditrigonal Bipiramid

Hexagonal Trapezohedral

Beberapa contoh mineral dengan sistem Kristal Hexagonal adalah quartz,

corundum, hematite, calcite, dolomite, apatite. ( Mondadori, Arlondo. 1977).

4. Sistem Trigonal

Gambar 1. 5 Sistem Trigonal

Beberapa ahli memasukkan ancer ini kedalam sitem Hexagonal. Demikian

pula cara penggambaran nya juga sama. Perbedaan nya, bila pada ancer trigonal

setelah terbentuk bidang dasar,yang terbentuk segi enam,kemudian dibentuk

segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik

sudutnya.

Pada kondisi sebenarnya, ancer Trigonal memiliki axial ratio( perbandingan

sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan panjang sumbu

Page 11: BAB I Laporan Krismin Laporan Marcus I

b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki

sudut Kristalografi α = β = 90° ; γ = 120°. Hal ini berarti pada ancer ini, sudut α

dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120° terhadap γ

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, ancer

Trigonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu

a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b di tarik garis dengan nilai 3, dan

sumbu c ditarik garis dengan nilai 6, ( nilai bukan patokan, hanya perbandingan)

dan sudut antara sumbunya a+^ b F = 20°; d F ^ b+ = 40°. Hal ini menjelaskan

bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20° terhadap sumbu b F dan sumbu d F

membentuk sudut 40° terhadap sumbu b+.sistim ini dibagi menjadi 5 kelas:

Trigonal Piramid

Trigonal Trapezohedral

Ditrigonal Piramid

Ditrigonal Skalenohedral

Rombohedral

Beberapa contoh mineral dengan sistem Kristal Trigonal ini adalah

Tourmaline, dan Cinabar (Mondadori, Arlondo. 1977).

5. Sistem Kristal Orthorhombik

Gambar 1. 6 Sistem Orthorombik

Sistim ini disebut juga ancer rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri

Kristal yang saling tegak lurus dengan yang lain nya. Ketiga sumbu tersebut

mempunyai panjang yang ber beda.

Pada kondisi sebenarnya ancer orthorhombic memiliki axial ratio

(perbandingan sumbu) a ≠ b≠ c, yang artinya panjang sumbu sumbunya tidak ada

yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut

Page 12: BAB I Laporan Krismin Laporan Marcus I

kristalografi = β = γ = 90°. Hal ini berarti pula, pada ancer ini ketiga sudutnya

saling tegak lurus (90°).

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, ancer

Orthorhombik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang Artinya,

tidak ada patokan yang menjadi ukuran panjang pada sumbu sumbu pada ancer

ini, dan sudut antara sumbunya a+^ b F = 30°;. Hal ini menjelaskan bahwa antara

sumbu a+ memiliki nilai 30° terhadap sumbu b F .

Sistem ini dibagi menjadi 3 kelas :

Bisfenoid

Pyramid

Bipiramid

Beberapa contoh mineral dengan sistem Kristal Orthorhombik ini adalah stibnite,

chrysoberyl, dan witherita (Pellant, Chris, 1992).

6. Sistem Monoklin

Gambar 1. 7 Sistem Monoklin

Monoklim artinya hanya mempunyai sumbu yang miring dari tiga sumbu

yang dimiliki nya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap

sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu

tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling

panjang dab sumbu b yang paling pendek.

Pada kondisi sebenarnya ancer Monoklin memiliki axial ratio

(perbandingan sumbu) a ≠ b≠ c, yang artinya panjang sumbu sumbunya tidak ada

yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut

kristalografi = β = γ = 90° ≠ γ . Hal ini berarti pula , pada ancer ini, sudut α dan

β saling tegak lurus (90°) sedangkan γ tidak tegak lurus(miring).

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, ancer

Monoklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang Artinya, tidak ada

Page 13: BAB I Laporan Krismin Laporan Marcus I

patokan yang menjadi ukuran panjang pada sumbu sumbu pada ancer ini, dan

sudut antara sumbunya a+^ b F = 45°;. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu

a+ memiliki nilai 45° terhadap sumbu b F

Sistem Monoklin dibagi menjadi tiga kelas :

Sfenoid

Doma

Prisma

Beberapa contoh mineral dengan ancer Kristal monoklin ini adalah azurite,

kernite, malachite , colemanite, gypsum ferberite, dan epidot (Pellant, Chris.

1992).

7. Sistim Triklin

Gambar 1. 8 Sistem Triklin

Sistem ini mempunyai tiga sumbu simetri, yang satu dengan yang lainnya

tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing masing sumbu tidak sama

Pada kondisi sebenarnya ancer Triklin memiliki axial ratio (perbandingan

sumbu) a ≠ b≠ c, yang artinya panjang sumbu sumbunya tidak ada yang sama

panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi = β =

γ = 90° ≠ γ. Hal ini berarti pula, pada ancer ini, sudut α, β, dan γ tidak saling

tegak lurus satu dengan yang lainnya.

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, ancer Triklin

memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang Artinya, tidak ada patokan

yang menjadi ukuran panjang pada sumbu sumbu pada ancer ini, dan sudut antara

sumbunya a+^ b F = 45°;dan b F ^ c+ = 80°. Hal ini menjelaskan bahwa antara

sumbu a+ memiliki nilai 45° terhadap sumbu b F membentuk sudut 80° terhadap

c+.

Page 14: BAB I Laporan Krismin Laporan Marcus I

Sistem ini dibagi menjadi 2 kelas :

Pedial

Pinakoidal

Beberapa contoh mineral dengan ancer Kristal Ttriklin adalah albite,

anorthite, labradorite, kaolinite, microcline dan anortaclase (Pellant, Chris.

1992).

1. 3. 5 Sumbu Dan Sudut Kristalografi

Sumbu bentuk Kristal terdiri dari dua unsur utama susunan susunan sumbu

yaitu terdiri dari sumbu sumbu dan sudut kristalografi.

Sumbu Kristal

Sumbu kristalografi ialah suatu garis lurus yang di buat melalui pusat

Kristal.kristal mempunyai bentuk tiga dimensional sehingga mempunyai panjang,

lebar, dan tebal atau tinggi. Tetapi di dalam penggambaran bentuk bentuk Kristal

dalam bentuk dan bidang kertsa yang merupakan 2 bentuk dimensional sehingga

digunakan suatu proyeksi orthogonal

Sumbu a ialah sumbu yang tegak lurus pada bidang kertas gambar kita.

Sumbu b ialah sumbu yang horizontal terhadap bidang kertas gambar kita

Sumbu c ialah sumbu yang vertical tegak pada bidang kertas gambar kita

Sumbu kristalografi dan saling berpotong pada titik potong tertentu yang

disebut sebagai pusat Kristal.

Sudut Kristal

Sudut Kristal adalah sudut yang terbentuk oleh perpotongan sumbu sumbu

Kristal dan saling berpotongan pada titik potong yang disebut sebagai pusat

Kristal.

Berikut skema dari sumbu a, b, dan c beseta sudutnya

Gambar 1. 9 Sumbu dan Sudut Kristal

Page 15: BAB I Laporan Krismin Laporan Marcus I

Sudut α (Alpha)

Adalah sudut yang di bentuk oleh sumbu b dengan sumbu c.

Sudut β (Betha)

Adalah sudut yang di bentuk oleh sumbu a dengan sumbu c

Sudut γ (Gamma)

Adalah sudut yang di bentuk oleh sumbu a dengan sumbu b

Dalam mempelajari dan mengenal bentuk Kristal secara mendetail, perlu

diadakan pengelompokan secara sistematis. Pengelompokan tersebut di dasarkan

kepada perbandingan panjang, letak (posisi) dan jumlah sumbu kristalografi serta

nilai sumbu tegaknya. Masing masing sumbu a, b, dan c memiliki nilai positif dan

negative seperti halnya dalam hukum tangan kiri Darcy.

1. 3. 6 Proyeksi

Adalah gambar tiga dimensi suatu bentuk Kristal yang dibuat di ayas bidang

kertas agar dapat di pahami.

1. 3. 6. 1 Proyeksi Orthogonal

Digunakan untuk mendapatkan gambar tiga dimensional dari suatu bentuk

Kristal diatas bidang kertas. Pelukissan (penggambaran) tersebut dapat dilakukan

dengan cara berikut:

Table 1. 1 penggambaran salib sumbu sistem kristal

No Sistem Kristal Perbandingan Sumbu Sudut Antar Sumbu

1 Isometrik a : b : c = 1 : 3 : 6 a+^b F = 30°.

2 Tetragonal a : b : c = 1 : 3 : 6 a+^b F = 30°.

3 Hexagonal a : b : c = 1 : 3 : 6 a+^ b F = 20°; d F ^ b+ = 40°.

4 Trigonal a : b : c = 1 : 3 : 6 a+^ b F = 20°; d F ^ b+ = 40°.

5 Orthorombik a : b : c = Sembarang a+^b F = 30°.

6 Monoklin a : b : c = Sembarang a+^ b F = 45°

7 Triklin a : b : c = Sembarang a+^ b F = 45° b F ^ c+ = 80°.

1. Penggambaran bentuk Kristal

Cari semua simbol bentuk Kristal (indsches Miller) yang ada pada octanc I,

yaitu semua bidang yang memoton sumbu a+ , b+, c+

Untuk simbol tersebut ke Indische Weisz.

Plotkan seluruh parameter kesusunan salib sumbu, dan hubungkan semua titik

yang bersesuaian sehingga membentuk garis-garis. Upayakan penarikan garis

Page 16: BAB I Laporan Krismin Laporan Marcus I

dari semua garis dapat terkombinasikan sehingga titik potongnya menghasikan

bidang bidang semu dari bentuk yang di inginkan.

Bidang yang terbentuk di proyeksikan dengan cara simetri ke berbagai octan

Perjelas garis garis rusuk Kristal dan hilangkan garis bantu yang dibuat

sebelumnya.

Lengkapi gambar tersebut dengan indihces dan unsur-unsur simetrinya.

1. 3. 6. 2 Proyeksi Streografis

Untuk mendapatkan cirri-ciri simetri yang lengkap pada suatu Kristal maka

bentuk prespektif harus di kombinasikan dengan proyeksi pada basal plane.

Pembentukan proyeksi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara ; salah satunya

adalah dengan proyeksi streografis

Proyeksi streografis di anggap sebagai proyeksi yang paling baik karena ini

mencakup proyeksi dari separuh bola, bidang proyeksinya merupakan lingkaran

equatorial yang mempunyai jari jari sama panjang dengan jari-jari bola. Setelah

bidang datar proyeksi di ambil seperti bidang datar equatorial bola, garis khayal

di gambarkan pada ujung ujung proyeksi bola ke selatan ujung bola. Selanjutnya

titik-titikyang dihasilkan oleh pertemuan garis proyeksi bidang Kristal dengan

bidang equatorial disebut sebagai proyeksi stereografis

Pengkonstruksian proyeksi stereografis dalam bentuk tersendiri (keluar dari

proyeksi bola) dapat di lakukan dengan menggunakan wulf net, paku

payung,kalkil, dan jangka yaitu dengan cara sebagai berikut:

Letakkan kalkil di atas wulf net dan ikuti(lukis) lingkaran diatas kalkil

Setelah pusat kedua lingkaran di himpitkan dengan paku payung, letakkan posisi

sumbu b (bidang 010 dan 010 ) pada diameter horizontal (kutub E W Wulf Net).

Hitung sudut antar pedion plane atau basal panacoid, kemudian plotkan

kedalam lingkaran kalkil sesuai dengan busur Wulf Net.

Hitung sudut antar bidang terhadap seluruh pedion plane, selanjutnya plotkan

dengan cara yang sama seperti poin 3

Bidang lainnya akan dapat diketemukan berdasarkan “hukum kompilasi” yang

merupakan perpotongan masing masing garis busur lingkaran vertikal dan

horizontal.

Sempurnakan proyeksi tersebut dengan melengkapi nilai nilai simetri kristanya.

1. 3. 7 Aplikasi Kristal Dibidang Pertambangan

Sesuai dengan namanya, program studi Teknik Pertambangan akan

mempelajari berbagai macam hal yang brhubungan dengan proses penambangan

Page 17: BAB I Laporan Krismin Laporan Marcus I

terutama mineral berharga dan batubara. Untuk melakukan proses penambangan

ada beberapa hal yang harus di persiapkan seperti ilmu tentang mineralogi dan

kristalografi, misalnya sifat Kristal mineral yang akan di tambang. Kemudian

kegunaan nya mineral. Bagai mana cara mengolahnya agar bias di manfaatkan

oleh manusia dan lain sebagainya.

Ketika kita akan menambang emas maka selin mengetahu hal-hal penting

yang telah disebutkan diatas, perlu di ketahui pula apakah proses penambangan

yang di lakukan itu menguntungkan atau tidak. Maksudnya sifat mineral,

kegunaannya, cara menambangnya, juga cara mengolahnya agar bisa di

pergunakan oleh manusi harus di perhitungkan sisi ekonominya. Oleh sebab itu,

pada Teknik Pertambangan, kita juga akan mempelajari ilmu ekonomi yang

berkaitan dengan proses penambngan mineral.

Dalam proses penambngan, ada 3 hal utama yang di lakukan yaitu:

Eksplorasi, Eksploitasi, dan Pemrosesan. Eksplorasi merupakan proses pencairan

mineral berharga. Eksploitasi adalah proses penambangan mineral tersebut.

Sedangkan pemrosesan adalah kegiatan memisahkan mineral berharga dari

partikel-partikel lain yang menyatu dengan mineral tersebut.

Pada intinya Teknik Pertambangan akan mempelajari kristalografi agar

mengetahui bagai mana cara mengambil atau mengektrak mineral berharga se

ekonomis mungkin.