BAB I LAPORAN KP

16
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan suatu bangsa dan negara tentunya tidak bisa terlepas dari peranan sektor industri. Perkembangan sektor industri saat ini merupakan andalan utama bagi pertumbuhan pembangunan di Indonesia karena berdampak positif dalam penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan, serta pemerataan pembangunan. Namun, pembangunan sektor industri juga tidak terlepas dari dampak negatif karena dalam proses kegiatan industri terdapat potensi-potensi bahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan suatu masalah yang penting untuk diperhatikan. Hal ini diperlukan sebagai upaya pemeliharaan dan peningkatan kondisi lingkungan kerja, keselamatan dan kesehatan kerja, serta melindungi tenaga kerja

Transcript of BAB I LAPORAN KP

Page 1: BAB I LAPORAN KP

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan suatu bangsa dan negara tentunya

tidak bisa terlepas dari peranan sektor industri. Perkembangan sektor industri

saat ini merupakan andalan utama bagi pertumbuhan pembangunan di

Indonesia karena berdampak positif dalam penyerapan tenaga kerja,

peningkatan pendapatan, serta pemerataan pembangunan. Namun,

pembangunan sektor industri juga tidak terlepas dari dampak negatif karena

dalam proses kegiatan industri terdapat potensi-potensi bahaya yang dapat

mengakibatkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan suatu masalah yang

penting untuk diperhatikan. Hal ini diperlukan sebagai upaya pemeliharaan

dan peningkatan kondisi lingkungan kerja, keselamatan dan kesehatan kerja,

serta melindungi tenaga kerja terhadap resiko bahaya dalam melakukan

pekerjaan (Budiono,2008).

Menurut OSHAS 18001:2004 dalam Sinaga (2013), keselamatan dan

kesehatan kerja (K3) merupakan kondisi dan faktor yang mempengaruhi atau

akan mempengaruhi keselamatan dan kesehatan pekerja (pekerja kontrak dan

kontraktor), tamu atau orang lain yang ada di tempat kerja. Sedangkan

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Occupational Health and Safety

Assessment Series (OHSAS) dapat disimpulkan bahwa K3 adalah suatu

program yang menjamin keselamatan dan kesehatan pegawai di tempat kerja.

Page 2: BAB I LAPORAN KP

Menurut Milyandra (2009), istilah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

dapat dipandang mempunyai dua sisi pengertian. Pertama, Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) sebagai suatu pendekatan ilmiah (scientific approach).

Kedua, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sebagai suatu terapan atau

suatu program yang mempunyai tujuan tertentu sehingga K3 dapat

digolongkan sebagai ilmu terapan (applied approach). Sedangkan menurut

Rijanto (2010), Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai suatu program

didasari pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil

terjadinya bahaya (hazard) dan risiko (risk) yang dapat menyebabkan

timbulnya penyakit dan kecelakaan maupun kerugian-kerugian lainnya yang

mungkin terjadi.

Salah satu tempat kerja yang di dalamnya dilakukan usaha

pertambangan dan pengolahan seperti : emas, perak, bijih logam, batu-batuan,

gas, minyak, atau mineral lainnya, baik di permukaan bumi maupun di dasar

perairan perlu diperhatikan sektor keselamatan dan kesehatan kerja. Hal ini

diakibatkan tempat kerja tersebut di nilai potensial menimbulkan bahaya

terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja atau orang lain yang berada di

wilayah tersebut (Rahayu, 2009).

Kondisi kesehatan yang baik merupakan potensi untuk meraih

produktivitas kerja yang baik pula. Pekerjaan yang menuntun produktivitas

tinggi hanya dapat dilakukan oleh tenaga kerja dengan kesehatan prima

(Suma’mur, 2009). Berdasarkan Undang-Undang No.1 Tahun 1970, setiap

tenaga kerja ataupun orang lain yang berada di tempat kerja berhak

Page 3: BAB I LAPORAN KP

mendapatkan perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan

untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.

Menurut Wingdjosoebroto (1995) dalam Safar.R (2004), bahwa produktivitas

adalah perbandingan antara output dan input. Produktivitas dikatakan

meningkat jika terjadi peningkatan output diikuti penurunan input, atau terjadi

peningkatan output diikuti dengan sedikit peningkatan input.

Penerapan upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) memiliki

keterkaitan yang kuat terhadap kesehatan tenaga kerja. Keselamatan dan

kesehatan kerja merupakan salah satu unsur dari perlindungan tenaga kerja

serta peningkatan produktifitas sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan

dan kemakmuran bangsa Indonesia. Berdasarkan Data Kementerian Tenaga

Kerja dan Transmigrasi (Kemnakertrans) menyebutkan sepanjang tahun 2009

telah terjadi 54.398 kasus kecelakaan kerja di Indonesia. Angka tersebut

menurun sejak 2007 yang sempat mencapai 83.714 kasus dan pada 2008

sebanyak 58.600 kasus (Kepmenakertrans dalam Jamsostek, 2010).

Sedangkan menurut data statistik kecelakaan kerja versi PT.Jamsostek

(Persero) periode 2011, kecelakaan kerja di Indonesia sebesar 99.491 kasus

(Jamsostek, 2011). Pada tahun 2012, angka kecelakaan kerja meningkat

menjadi 103.000 kasus atau naik sebesar 3,14% (Jamsostek, 2013).

Secara umum kecelakaan diakibatkan oleh dua hal pokok, yaitu unsafe

act dan unsafe condition. Unsafe act merupakan perilaku dan kebiasaan yang

mengarah pada terjadinya kecelakaan kerja seperti tidak menggunakan APD

(Alat Pelindung Diri) dan penggunaan peralatan yang tidak standard,

Page 4: BAB I LAPORAN KP

sedangkan unsafe condition merupakan kondisi kerja yang tidak aman seperti

terlalu gelap, panas, dan gangguan-gangguan faktor fisik lingkungan kerja

lainnya (Dalimunthe,2012)

Lingkungan kerja merupakan komponen yang sangat berperan terhadap

keselamatan dan kesehatan para pekerja. Lingkungan kerja seringkali

mempengaruhi upaya dalam mewujudkan produktivitas kerja yang optimal,

salah satunya berasal dari faktor fisik yang terdapat didalam lingkungan kerja

tersebut (Asriani, 2010). Faktor fisik di tempat kerja merupakan salah satu

faktor penyebab terjadinya gangguan kesehatan. Pada tahun 1970, pemerintah

mengeluarkan Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan

Kesehatan Kerja yang bertujuan melindungi tenaga kerja baik dalam hal

keselamatan maupun kesehatannya. Pada tahun 2011, dikeluarkan pula

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor

PER13/MEN/X/2011 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika

dan Faktor Kimi di Tempat Kerja (Permenakertrans No.13/MEN/X/2011).

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor

PER13/MEN/X/2011 Tahun 2011 yang dimaksud dengan faktor fisik adalah

faktor yang di dalam tempat kerja yang bersifat fisika yang dalam keputusan

ini terdiri dari iklim kerja, kebisingan, getaran, gelombang mikro, sinar ultra

ungu, dan medan magnet. Selain itu menurut Suma’mur (2009), penerangan

juga meruapakan salah satu faktor fisik lingkungan kerja.

Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan

gerakan udara, dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh

Page 5: BAB I LAPORAN KP

tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya (Permenakertrans

No.13/MEN/X/2011). Suhu, kelembaban, dan ventilasi udara di tempat kerja

yang berada di luar zona kenyamanan merupakan beban kerja yang berat bagi

tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaannya (Suma’mur, 2009). Suhu

tinggi dapat menyebabkan terjadinya heat stress (tekanan panas) pada pekerja.

Indonesia yang berada di daerah tropis memiliki tingkat heat stress melebihi

indeks I (satu) (Suma’mur, 2009).

Menurut Permenakertrans No.13/MEN/X/2011, kebisingan adalah

semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses

produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat

menimbulkan gangguan pendengaran. Pemajanan kebisingan yang berlebihan

dapat menyebabkan terjadinya kelelahan dini, kegelisahan dan depresi. Secara

fisiologis, kebisingan dapat menyebabkan meningkatnya tekanan darah dan

denyut jantung (Budiono, 2008). Intensitas kebisingan yang melebihi 85 dB

(A) selain mempengaruhi produktivitas juga berada pada taraf yang

membahayakan bagi alat pendengaran (Suma’mur, 2009).

Sedikitnya ada tujuh juta orang (35% dari populasi industri di Amerika

dan Eropa) yang terpajan bising dengan intensitas 85 dBA atau lebih

(Soetjipto,2007). Di Amerika terdapat lebih dari 5,1 juta pekerja terpajan

bising dengan intensitas lebih dari 85 dBA, 246 orang tenaga kerjanya

memeriksakan telinga untuk keperluan ganti rugi asuransi dan ditemukan 85%

pekerja yang menderita tuli saraf. Di Polandia diperkirakan ada 600.000 dari 5

juta pekerja industri mempunyai risiko terpajan kebisingan, dengan perkiraan

Page 6: BAB I LAPORAN KP

25% dari jumlah yang terpajan tersebut mengalami gangguan pendengaran

akibat bising. Dari seluruh penyakit akibat kerja dapat diidentifikasikan

penderita tuli akibat bising lebih dari 36 kasus baru dari 100.000 pekerja

setiap tahun. Berdasarkan data yang diperoleh, ada 20% dari pekerja di

Malaysia yang terpapar kebisingan tinggi dan mengalami penurunan

gangguan pendengaran, sedangkan untuk di Indonesia belum ada datanya

(Bashiruddin, 2009).

Berdasarkan komitmen inilah PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang

berupaya menyusun kebijakan yang berkenaan dengan keselamatan dan

kesehatan kerja di lingkungan perusahaan sebagai wujud kepeduliannya. Pada

tanggal 12 Januari 1992 manajemen perusahaan telah bertekad untuk

menjalankan kebijakan perusahaan dalam bidang keselamatan dan kesehatan

kerja. Sebagai konsekuensinya, perusahaan akan selalu mendukung segala

upaya yang dapat menjamin terciptanya keselamatan dan kesehatan kerja dan

lingkungannya serta perlindungan terhadap kekayaan perusahaan sepenuh hati

dari segala kemungkinan kerugian (Pusri,2007).

Dalam melaksanakannya Direksi beserta seluruh jajaran karyawan

PT.Pupuk Sriwidjaja Palembang menerapkan beberapa kebijakan antara lain :

Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2000, Sistem Manajemen Lingkungan

ISO 14000 : 2004, Sistem manajemen Laboratorium ISO/IEC 17025-2005,

Sistem Manajemen Pelayaran & Fasilitas Dermaga, Sistem Manajemen

Keselamatan Pelayaran dan Pencegahan di Laut, Sistem manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Pusri,2007).

Page 7: BAB I LAPORAN KP

PT.Pupuk Sriwidjaja Palembang berusaha untuk mengembangkan sikap

profesional yang dilandasi etos kerja, bertindak responsif, disiplin, kerja keras,

kreatif, bersih, dan baik sangka. Penerapan sistem kesehatan penting demi

terpeliharanya kesehatan pekerja sehingga produktivitas dan hasil kerja dapat

tercapai dengan optimal. Selain itu program pencegahan pencemaran dan

pengukuran lingkungan kerja secara rutin merupakan salah satu bukti

komitmen dari direksi PT.Pupuk Sriwidjaja Palembang untuk terus

meningkatkan pengelolaan lingkungan kerja. Wujud nyatanya dengan

melakukan monitoring terhadap lingkungan kerja termasuk faktor fisik serta

mengelola faktor fisik tersebut agar tidak mengganggu keselamatan dan

kesehatan kerja karyawan.

Atas dasar inilah penulis tertarik untuk melakukan Praktikum

Kesehatan Masyarakat (PKM) di PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang guna

mengetahui bagaimana gambaran hazard fisik terutama iklim kerja

(suhu/temperatur dan kelembaban) dan kebisingan, serta implementasi yang

dilakukan PT.Pupuk Sriwidjaja Palembang dalam mengelola hazard-hazard

tersebut. Apakah dengan adanya pemantauan, pengukuran, serta pengelolaan

dengan teknologi yang tepat terhadap hazard fisik tersebut dapat mencegah

dan meminimalisir terjadinya kecelakaan dan atau penyakit akibat kerja bagi

para karyawan yang tentunya akan berdampak pada produktivitas perusahaan.

Page 8: BAB I LAPORAN KP

1.2.Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran mengenai hazard fisik (Kebisingan,

Iklim Kerja (Temperatur/Suhu dan Kelembaban) di Area Pusri IV PT.

Pupuk Sriwidjaja Palembang dan Cara Pengelolaannya.

1.2.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan-tujuan khusus dari kegiatan praktikum

Kesehatan Masyarakat (PKM) di PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang

adalah sebagai berikut :

1. Diketahuinya prosedur operasional kegiatan Pengukuran

Kebisingan, Iklim Kerja (Suhu dan Kelembaban) di Area Pusri IV

PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang

2. Diketahuinya alat ukur yang digunakan untuk melakukan

pengukuran terhadap Kebisingan, Iklim Kerja (Suhu dan

Kelembaban) di Area Pusri IV PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang

3. Diketahuinya hasil pengukuran terhadap Kebisingan, Iklim Kerja

(Suhu dan Kelembaban) di Area Pusri IV PT. Pupuk Sriwidjaja

Palembang

4. Diketahuinya proses pengelolaan terhadap Kebisingan, Iklim Kerja

(Suhu dan Kelembaban) di Area Pusri IV PT. Pupuk Sriwidjaja

Palembang

Page 9: BAB I LAPORAN KP

1.3.Manfaat

1.3.1. Bagi Mahasiswa

1. Mendapatkan ilmu pengetahuan yang lebih luas serta menambah

wawasan baru terutama di bidang K3&LH, khususnya mengenai

Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES).

2. Mengobservasi dan menganalisa permasalahan di lapangan

terutama yang berkaitan dengan faktor fisik yang ada di

perusahaan

3. Mendapatkan pengalaman kerja sehingga lebih siap

berkompetensi pada saat terjun ke lapangan pekerjaan.

4. Mampu mengembangkan sikap profesionalisme di lingkungan

kerja.

1.3.2. Bagi Institusi PKM (PT.Pupuk Sriwidjaja Palembang)

1. Memperoleh gambaran mengenai kemampuan mahasiswa yang

melaksanakan Praktikum Kesehatan Masyarakat di PT.Pupuk

Sriwidjaja Palembang

2. Mendapatkan masukan dan saran untuk alternatif masalah atau

inovasi dalam kegiatan Departemen K3&LH PT.Pupuk Sriwidjaja

Palembang yang dapat menjadi pertimbangan bagi kemajuan

perusahaan.

Page 10: BAB I LAPORAN KP

1.3.3. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat

1. Memperkenalkan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sriwidjaja ke institusi-institusi terutama PT. Pupuk Sriwidjaja

Palembang

2. Terbinanya jaringan kerjasama dengan institusi tempat Praktikum

Kesehatan Masyarakat (PT.Pupuk Sriwidjaja Palembang) dengan

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya.

3. Mendapatkan masukan mengenai perkembangan ilmu pengetahuan

melalui ilmu yang diperoleh dalam kegiatan Praktikum Kesehatan

Masyarakat di perusahaan.

4. Menambah studi literatur yang bermanfaat bagi pihak yang

membutuhkan.

1.4.Waktu dan Lokasi Praktikum Kesehatan Masyarakat

Kegiatan Praktikum Kesehatan Masyarakat dilaksanakan di

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja & Lingkungan Hidup

(K3&LH) PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang, Sumatera Selatan, pada tanggal

02 Januari 2014 sampai 28 Februari 2014.