Bab I Kelompok 6

30
BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Latar Belakang Kita sering menggunakan alat-alat yang diproduksi dari hasil permesinan. Tapi kita tidak sadar bahwa alat yang sering kita gunakan tersebut telah diproduksi sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan. Produk permesinan mempunyai kualitas geometrik tertentu yang selalu membutuhkan pemeriksaan. Untuk memeriksanya diperlukan metrologi dalam arti umum. Sedangkan Metrologi Industri adalah ilmu untuk melakukan pengukuran karakteristik geometrik suatu produk atau komponen mesin dengan alat dan cara yang tepat sehingga hasil pengukurannya dianggap sebagai hasil yang paling dekat dengan geometri sesungguhnya dari komponen mesin tersebut. Dalam laporan ini, dibahas mengenai apa itu pengukuran dalam bidang metrologi indutri yang sangat berguna dalam bidang keteknikan. 1.2 Pengukuran 1.2.1 Definisi Pengukuran Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran acuan/pembanding/referensi (Taufiq Rachim, 2001 : 19). Secara umum dikatakan bahwa pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan besaran standar. Agar dapat digunakan, maka besaran standar

description

Metrologi

Transcript of Bab I Kelompok 6

Page 1: Bab I Kelompok 6

BAB ITINJAUAN PUSTAKA

1.1 Latar Belakang

Kita sering menggunakan alat-alat yang diproduksi dari hasil permesinan.

Tapi kita tidak sadar bahwa alat yang sering kita gunakan tersebut telah

diproduksi sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan.

Produk permesinan mempunyai kualitas geometrik tertentu yang selalu

membutuhkan pemeriksaan. Untuk memeriksanya diperlukan metrologi dalam arti

umum. Sedangkan Metrologi Industri adalah ilmu untuk melakukan pengukuran

karakteristik geometrik suatu produk atau komponen mesin dengan alat dan cara

yang tepat sehingga hasil pengukurannya dianggap sebagai hasil yang paling

dekat dengan geometri sesungguhnya dari komponen mesin tersebut.

Dalam laporan ini, dibahas mengenai apa itu pengukuran dalam bidang

metrologi indutri yang sangat berguna dalam bidang keteknikan.

1.2 Pengukuran

1.2.1 Definisi Pengukuran

Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran

acuan/pembanding/referensi (Taufiq Rachim, 2001 : 19). Secara umum dikatakan

bahwa pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan besaran standar. Agar

dapat digunakan, maka besaran standar tersebut harus dapat didefinisikan secara

fisik, tidak berubah karena waktu, dan harus dapat digunakan sebagai alat

pembanding dimana saja, besaran standar tentunya memerlukan satuan-satuan

dasar.

1.2.2 Fungsi Pengukuran

Maksud dilaksanakan pengukuran sebagaimana dikemukakan Anas

Sudijono (1996: 4) ada tiga macam yaitu :

1. Pengukuran yang dilakukan bukan untuk menguji sesuatu seperti orang

mengukur jarak dua buah kota,

2. Pengukuran untuk menguji sesuatu seperti menguji daya tahan lampu pijar,

Page 2: Bab I Kelompok 6

3. Pengukuran yang dilakukan untuk menilai. Pengukuran ini dilakukan dengan

jalan menguji hal yang ingin dinilai seperti kemajuan belajar dan lain

sebagainya.

1.2.3 Klasifikasi Pengukuran

1. Pengukuran Langsung

Pengukuran dengan mengguanakan alat ukur langsung dan hasil

pengukuran dapat langsung terbaca, contohnya adalah penggaris

Gambar 1.1 PenggarisSumber :

2. Pengukuran Tak Langsung

Pengukuran yang dilaksanakan dengan memakai beberapa jenis alat

ukur pembanding, standar dan alat ukur bantu, contohnya blok ukur

Gambar 1.2 Blok UkurSumber :

3. Pengukuran Kaliber Batas

Proses pemeriksaan untuk memastikan apakah objek ukur memiliki

harga yang teletak di dalam atau di luar daerah toleransi ukuran, bentuk dan

posisi, contohnya adalah kaliber go not go

Page 3: Bab I Kelompok 6

Gambar 1.3 Kaliber go not goSumber :

4. Pengukuran dan Pembagian Bentuk Standar

Disini sifatnya hanya membandingkan bentuk benda yang dibuat

dengan standar yang memang digunakan untuk hal pembanding.

1.2.4 Jenis-jenis Pengukuran

1. Pengukuran Linier

Pengukuran linear adalah pengukuran yang hasil pengukurannya langsung

dibaca pada skala ukur dan alat ukur yang mempunyai skala yang bisa langsung

dibaca skalanya. Alat ukur linear langsung yang banyak digunakan dalam praktek

sehari-hari dapat digolongkan menjadi tiga golongan besar yaitu :

1. Mistar ukur dengan berbagai macam bentuk

2. Mistar langsung ( jangka sorong ) dengan berbagai bentuk

3. Mikrometer dengan berbagai bentuk

Gambar 1.4 PenggarisSumber :

2. Pengukuran Sudut

Proses pengukuran untuk mengetahui sudut yang terbentuk antara satu

titik dan dua titik lainnya.

Page 4: Bab I Kelompok 6

Gambar 1.5 Mistar SudutSumber : Sudjimunadi, 1988 : 134

3. Pengukuran Ulir

Proses pengukuran untuk kualitas geometri dari ulir.

Gambar 1.6 Mistar UlirSumber : Sudjimunadi, 1988 : 167

4. Pengukuran roda gigi

Proses pengukuran untuk mengetahui kualitas geometri dari roda gigi

Gambar 1.7 Dial GaugeSumber :

Page 5: Bab I Kelompok 6

5. Pengukuran kelurusan, kedataran dan kerataan

a. Pengukuran kelurusan merupakan proses untuk mengetahui benda tersebut

ukur tegak lurus

Gambar 1.8 : Memeriksa kelurusan permukaan dengan mistar bajaSumber:

b. Pengukuran kedataran dan kerataan suatu metode pengukuran dengan

menggunakan suatu alat, sederhana maupun sensor guna mengetahui suatu

bentuk geometri kekasaran dari suatu permukaan

Gambar 1.9 salah satu angle dekkor yaitu autocollimatorSumber:

6. Pengukuran Kekasaran Permukaan

Proses permukaan dengan menggunakan suatu alat untuk mengetahui

suatu bentuk geometri kekasaran dari suatu permukaan.

Gambar 1.10 Pengukur KekasaranSumber : Modul Praktikum Metrologi Industri

Page 6: Bab I Kelompok 6

1.3 Instumentasi

1.3.1 Definisi Instrumentasi

Menurut Ir. H. Bimbing Atedi dalam buku bahan ajar metrologi industri

menjelaskan bahwa instrumentasi adalah bidang ilmu dan teknologi yang

mencakup perencanaan, pembuatan dan penggunaan instrumen atau alat ukur

besaran fisika atau sistem instrumen untuk keperluan deteksi,

penelitian,pengukuran, pengaturan serta pengolahan data.

1.3.2 Fungsi Instrumentasi

Instrumentasi mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Instrumentasi Sebagai Alat Ukur

Instrumentasi mendeteksi dan memberikan informasi tentang besarnya

nilai proses variabel yang diukur dari suatu proses industri, misalnya tekanan,

suhu, dan sebagainya.

2. Instrumentasi Sebagai Alat Pengendalian

Instrumentasi mengendalikan jalannya proses agar variabel proses yang

sedang diukur dapat diatur tetap pada nilai yang ditentukan.

3. Instrumentasi Sebagai Alat Pembanding

Berfungsi sebagai sarana pembanding antara objek ukur dan standar

ukur, agar nilai objek ukur dapat ditentukan secara kuantitatif dalam satuan

standarnya.

4. Instrumentasi Sebagai Alat pengaman

Berfungsi untuk mengetahui hasil dari produk yang dihasilkan, sudah

memenuhi standar kualitas atau tidak

5. Instrumentasi Sebagai Alat Analisa

Instrumentasi menganalisa kualitas produk yang dikelola dan sebagai

alat analisa pencegahan polusi dari hasil industri agar tidak membahayakan dan

merusak lingkungan

Page 7: Bab I Kelompok 6

1.4 Metrologi dan Kontrol kualitas

1.4.1 Definisi Metrologi dan Kontrol kualitas

Menurut Taufiq Rochim, Metrologi adalah ilmu untuk melakukan

pengukuran geometris suatu produk dengan cara dan alat yang cocok sehingga

hasil pengukurannya mendekati kebenaran dari keadaan yang sesungguhnya.

Kontrol kualitas merupakan pengendalian mutu suatu produk dengan memastikan

bahwa sistem dan alat-alat ukur berfungsi dengan baik.

Beberapa organisasi-organisasi yang terdapat di dunia untuk standardisasi

adalah:

Organisasi Internasional untuk Standardisasi (bahasa Inggris: International

Organization for Standardization) atau biasa disingkat ISO adalah badan

penetap standar internasional yang terdiri dari wakil-wakil dari badan

standardisasi nasional setiap negara.

Automotive Service Excellence (ASE) adalah badan sertifikasi professional

yang bergerak dibidang otomotif dan perindustrian yang digunakan di

Amerika dan sebagian dari Canada.

1.4.2. Fungsi Metrologi dan Kontrol Kualitas

Di bawah ini merupakan fungsi metrologi, yaitu :

1. Menganalisa karakteristik geometri yang ideal

2. Mengetahui standar pengukuran dan sistemnya.

3. Membuat gambaran melalui karakteristik suatu objek.

4. Menganalisa pelaksanaan pembuatan

5. Mengetahui penguji kualitas, dan faktor terkait lainnya.

Di bawah ini merupakan fungsi kontrol kualitas, yaitu :

1. Untuk memperoleh hasil produksi yang presisi.

2. Untuk menentukan ketepatan.

3. Untuk memperoleh produk yang efisien dan tahan lama.

4. Memperkirakan hal-hal yang terjadi.

5. Pengendalian mutu produk.

Page 8: Bab I Kelompok 6

1.4.3 Jenis – jenis Metrologi

Di bawah ini merupakan jenis-jenis metrologi, yaitu :

1. Metrologi Legal

Pengukuran yang berhubungan dengan pengaturan dan pengembangan

standar pengukuran serta pemeliharaan suatu produk. Digunakan pada proses

pemeliharaan suatu produk seperti efektivitas dan efisiensi.

2. Metrologi Ilmiah

Digunakan untuk pengembangan keilmuan dan penelitian. Biasanya

penggunaan metrologi ini pada dunia observasi.

3. Metrologi industri

Merupakan pengukuran mutu dari sisi geometris dengan memastikan

sistem pengukuran berfungsi dengan baik. Penggunaan metrologi ini untuk

menentukan kepresisian suatu produk yang berkaitan dengan kontrol kualitas.

1.5. Parameter Pengukuran

Di bawah ini merupakan parameter pengukuran, yaitu :

1. Ketelitian

Teliti yang dikaitkan dengan apakah hasil suatu pengukuran persis atau

mendekati sama dengan ukuran yang sudah ditentukan.

2. Ketepatan

Ukuran kemampuan untuk mendapatkan hasil pengukuran secara

berulang dari pengukuran yang dilakukan.

3. Ukuran Dasar

Merupakan dimensi atau ukuran nominal dari suatu obyek ukur yang

secara teoritis dianggap tidak mempunyai harga batas ataupun toleransi.

4. Toleransi

Merupakan perbedaan ukuran dari kedua harga batas yang dihasilkan

sehingga dari perbedaan ukuran ini dapat diketahui

Page 9: Bab I Kelompok 6

Gambar 1.11 Poros Dan Lubang PorosSumber : Takeshi Sato, 2000 ; 123

5. Harga Batas

Dimensi maksimum dan minimum yang diizinkan dari suatu

komponen, di atas dan di bawah ukuran dasar.

6. Kelonggaran

Kelonggaran merupakan perbedaan ukuran antara pasangan suatu

komponen dengan komponen lain di mana ukuran terbesar dari salah satu

komponen adalah lebih kecil dari pada ukuran terkecil dari komponen yang

lain.

Gambar 1.12 Lubang dan PorosSumber :

1.6 Konstruksi Umum Alat Ukur

Secara garis besar, sebuah alat ukur mempunyai 3 komponen utama yaitu

sensor, pengubah dan penunjuk.

1. Sensor

Sensor merupakan bagian dari alat ukur yang merupakan peraba dari

alat ukur. Sebagai peraba, maka sensor ini akan kontak langsung dengan benda

Page 10: Bab I Kelompok 6

ukur. Contoh dari sensor ini antara lain yaitu kedua ujung mikrometer, ujung

dari jam ukur dan lain-lain.

a) Sensor Mekanik (Mechanics Sensor) merupakan sensor yang digunakan

untuk mengetahui, mengukur atau mendeteksi nilai perubahan mekanis dari

suatu objek

Gambar 1.13 Sensor mekanik pada dial gaugeSumber :

b) Sensor Elektris merupakan sensor yang digunakan untuk mengetahui,

mengukur nilai perubahan atau besaran fisik

Gambar 1.14 Sensor elektrik pada timbanganSumber :

c) Sensor Optis merupakan sensor yang digunakan untuk mengetahui,

mengukur nilai perubahan atau masuknya cahaya dari lensa alat tersebut.

Page 11: Bab I Kelompok 6

Gambar 1.15 Sensor optik pada Profile projectorSumber :

d) Sensor Pneumatic merupakan sensor yang digunakan untuk mengetahui,

mengukur atau mendeteksi nilai perubahan atau tekanan udara dari suatu

objek

Gambar 1.16 Sensor pneumatik pada compression testerSumber :

2. Pengubah

Pengubah befungsi sebagai penerus, pengubah atau pengolah semua

isyarat yang diterima oleh sensor. Dengan adanya pengubah inilah, semua

isyarat dari sensor diteruskan ke bagian lain, yaitu penunjuk. Macam-macam

pengubah berdasarkan cara kerjanya, yaitu :

Page 12: Bab I Kelompok 6

a) Pengubah Mekanis

Cara kerja pengubah mekanis berdasarkan pada prinsip kinematis

yang melakukan perubahan gerak translasi menjadi gerak rotasi atau

sebaliknya. Contohnya pada sistem roda gigi dan poros gigi.

Gambar 1.17 Pengubah MekanisSumber : Sudjimunadi, 1988 : 54

b) Pengubah Elektris

Cara kerja dari pengubah elektris berdasarkan pada prinsip

kelistrikan atau mengubah besaran fisik menjadi besaran listrik. Contohnya

pada sistem digital pada vernier caliper.

Gambar 1.18 Pengubah ElektrisSumber :

c) Pengubah Optis

Cara kerja dari pengubah optis berdasarkan pada prinsip optikal yang

berhubungan dengan lensa dan cahaya. Berfungsi untuk membedakan

Page 13: Bab I Kelompok 6

berkas cahaya dari benda ukur sehingga terjadi bayangan maya atau nyata.

Contoh dari pengubah optis yaitu kaca pembesar dan mikroskop.

Gambar 1.19 Pengubah OptisSumber : Sudjimunadi, 1988 : 64

d. Pengubah Pneumatis

Cara kerja dari pengubah pneumatis berdasarkan sistem pneumatic

yang memanfaatkan aliran udara. Dalam pengubah sistem pneumatis paling

tidak terdapat tiga komponen, yaitu : Sumber udara tekan, sensor sebagai

pengubah, pengukur perubahan aliran udara.

Ada dua macam pengubah pneumatis yang biasa digunakan, yaitu :

1. Sistem Tekanan Balik : bekerja berdasarkan atas perubahan tekanan

yang terjadi di dalam lubang pengontrol dan ruang perantara yang

diakibatkan oleh perubahan dari benda ukur.

2. Sistem Tekanan Aliran : bekerja berdasarkan perubahan kecepatan

aliran udara. Kecepatan aliran udara ini dapat diukur menggunakan

tabung gelas yang di dalamnya dilengkapi dengan pengapung dan skala

ukuran.

Page 14: Bab I Kelompok 6

Gambar 1.20 Pengubah PneumatisSumber : Sudjimunadi, 1988 : 64

3. Penunjuk

Penunjuk berfungsi sebagai bagian yang menunjukkan besaran hasil

pengukuran. Secara umum penunjuk dibagi menjadi 2 macam, yaitu :

a) Penunjuk yang mempunyai skala

Penunjuk yang mempunyai susunan garis-garis yang dibuat secara

teratur dengan jarak garis yang tetap serta tiap garis mempunyai arti

tertentu. Dalam pembacaan skala biasanya dibantu dengan garis indeks atau

jarum penunjuk yang ber geser secara relatif terhadap skala.

b) Skala Berangka (Sistem Digital)

Penunjuk berangka tidak mempunyai susunan skala yang berbentuk

garis-garis, melainkan yang langsung mencantumkan harga hasil

pengukuran pada display digital. Dalam pembacaan penunjuk berangka

tidak diperlukan alat bantu seperti indeks dan jaru penunjuk.

1.7 Sifat umum alat ukur

Secara umum sifat alat ukur dapat dibagi menjadi berikut, yaitu

1. Rantai Kalibrasi

Kalibrasi adalah mencocokkan harga-harga yang tercantum pada skala alat

ukur dengan harga –harga standar. Untuk menjamin hubungan dengan satuan

standar maka ala tukur yang akan digunakan oleh operator dapat diperiksa

melalui rantai kalibrasi:

a. Kalibrasi alat ukur kerja dengan alat ukur standar kerja

Page 15: Bab I Kelompok 6

b. Kalibrasi alat ukur standar kerja dengan alat ukur standar

c. Kalibrasi alat ukur standar dengan alat ukur standar nasional

d. Kalibrasi alat ukur standar nasional dengan alat ukur standar internasional

2. Kepekaan

Kepekaan alat ukur menyangkut masalah kemampuan dari alat ukur

untuk memonitor perbedaan yang kecil dari harga-harga yang diukur.

3. Kemudahan baca

Kemampuan alat ukur untuk menunjukkan harga yang jelas pada skala

ukur dapat diartikan sebagai kemudahan baca alat ukur.

4. Histeristis

Histeristis adalah penyimpangan yang dilakukan ketika mengukur

secara kontinyu dari dua arah berlawanan. Perbedaan tersebut timbul karena

pada waktu poros jam ukur bergerak ke atas banyak gaya-gaya yang harus

dilawannya seperti gaya pegas dan gaya gesek, pada waktu poros jam ukur

turun gaya pegas malah mendorongnya tetapi gaya gesekan harus dilawannya.

5. Kepasifan

Kepasifan terjadi apabila sensor tidak memberikan sinyal, namun

penunjuk skala tidak menunjukkan perubahan sama sekali pada jarum

penunjuknya. Untuk alat ukur mekanis jika terjadi kepasifan hal ini mungkin

disebabkan oleh pengaruh pegas yang sifat elastinya kurang sempurna.

Misalnya lambat reaksi dari barometer padahal sudah terjadi perubahan

tekanan udara.

6. Pergeseran

Pergeseran adalah penyimpangan yang terjadi dari harga-harga yang

ditunjukkan pada skala atau yang tercatat pada kertas grafik padahal sensor

tidak melakukan perubahan apa-apa.

7. Kestabilan nol

Jarum penunjuk pada alat ukur yang sudah menunjukkan harga hasil

pengukuran benda ukur tidak kembali pada posisi nol lagi saat benda ukur

diambil.

Page 16: Bab I Kelompok 6

1.8 Karakteristik Geometrik dan Kualitas

Di bawah ini merupakan penjelasan mengenai karakteristik geometrik dan

kualitas, yaitu :

1. Karakteristik Geometrik

Karakteristik geometrik adalah sifat ukuran yang harus dipenuhi agar

komponen (mesin) dapat bekerja sesuai rencana. Karakteristik geometrik

ditentukan oleh si perancang yang dituangkan dalam gambar teknik berupa

ukuran dimensi suatu produk.

2. Karakteristik Kualitas

Karakteristik kualitas adalah hasil suatu proses yang berkaitan dengan

kualitas. Pertama, karakteristik kualitas yang memiliki nominal yang menuju

nilai target yang tepat pada suatu nilai tertentu. Contoh seperti panjang, luas,

berat, volume, dll. Kedua, karakteristik kualitas yang memiliki sifat pencapaian

karakteristik jika semakin kecil (mendekati nol) maka semakin baik. Contoh

karakteristik ini adalah penyimpangan, waktu proses, kebisingan, dll. Ketiga,

karakteristik kualitas dengan sifat pencapaian karakteristik yang semakin besar

maka semakin bagus. Contoh dari karakterisrik ini adalah kekuatan, efisiensi,

ketahanan korosi, dan lainnya.

3. Perbedaan Karakteristik Geometrik dan Kualitas

Karakteristik geometrik lebih kepada ukuran-ukuran dimensi suatu

produk agar sesuai dengan apa yang direncanakan. Sedangkan karakteristik

kualitas, lebih kepada nilai dari sifat-sifat produk dari hasil proses manufaktur.

1.9 Sistem dan Standar Pengukuran

Di bawah ini merupakan penjelasan mengenai sistem dan standar

pengukuran, yaitu :

1. Sistem Metrik

Sistem metrik telah dikembangkan oleh para ilmuan perancis sejak

tahun 1790-an. Sistem ini mendasarkan pada meter untuk pengukuran panjang

dan kilogram untuk pengukuran berat. Dari satuan meter dan kilogram ini

kemudian diturunkan unit satuan lain untuk mengukur luas, volume, kapasitas

Page 17: Bab I Kelompok 6

dan tekanan. Sistem metrik secara resmi digunakan di semua negara di dunia

kecuali Amerika Serikat, Liberia, Myanmar dan Inggris.

Dibawah ini merupakan Tabel Satuan SI

Tabel 1.1 Besaran pokok bersatuan – satuan SI

Sumber : Buku Dasar-Dasar Metrologi Industri

Tabel 1.2 Besaran Turunan dan Satuannya

Sumber : Buku Dasar-Dasar Metrologi Industri

Pada tahun 1960, sistem metrik diresmikan menjadi sistem

internasional (SI). Sistem metrik diusulkan menjadi SI karena satuan-satuan

dalam sistem ini dihubungkan dengan bilangan pokok 10 sehingga lebih

memudahkan dalam penggunaannya.

Page 18: Bab I Kelompok 6

Tabel 1.3 Nama Awalan untuk Membentuk Hasil Kali dengan Bilangan Dasar Sepuluh Bagi Satuan Standar

Sumber : Buku Dasar-Dasar Metrologi Industri

2. Sistem BritishBerdasarkan pada satuan inchi pound dan detik sebagai dasar satuan

panjang, massa dan waktu. Kemudian berkembang menjadi satuan satuan lain

misalnya yard, mil, ounce gallon, feet, barrel dan sebagainya. Sistem british

digunakan di Amerika, Liberia, Myanmar dan Inggris.

Tabel 1.4 Satuan British

Sumber :

3. Konversi Satuan Metrik British

Ada 3 macam konversi yang sudah dilakukan, yaitu:

a) Konversi Secara Matematik

Konversi inchi ke metrik secara matematika diperlukan faktor

konversi.

Page 19: Bab I Kelompok 6

Caranya adalah sebagai berikut :

1 yard = meter = 0, 914440 meter

1 yard = 36 inchi, berarti

1 inchi = x 0,914440 meter = 0,025400 meter

Karena 1 meter = 1000 mm

Maka 1 inchi = 0,025400 x 1000

1 inchi = 25,4 mm (faktor konversi)

Contoh perhitungan lain :

1 HP = 746 watt

1 HP = 550 ft.lb/det

b) Konversi Dial Mesin

Konversi ini dilakukan pada dial yang terdapat pada mesin produksi

misalnya mesin bubut, frais dan sebagainya. Dengan demikian 1 unit mesin

dapat digunakan untuk membuat komponen-komponen baik dalam ukuran

inchi ( british) maupun dalam metrik.

Gambar 1.21 Dial MesinSumber

c) Konversi dengan Chart

Konversi ini berupa tabel yang ada angka-angka konversinya

sehingga mudah untuk menggunakannya karena hanya melihat tabel saja.

Page 20: Bab I Kelompok 6

Tabel 2.5 Konversi Satuan

Sumber: Buku Dasar-Dasar Metrologi Industri

1.10 Suaian

1.10.1. Definisi Suaian

Suaian adalah suatu istilah untuk menggambarkan tingkat kekekatan atau

kelonggaran yang mungkin dihasilkan dari penggunaan kelegaan atau toleransi

tertentu pada elemen mesin yang berpasangan.

1.10.2. Macam macam Suaian

Di bawah ini merupakan macam-macam suaian, yaitu :

a. Suaian Longgar (Clearance Fit)

Suaian longgar adalah suaian yang selalu akan menghasilkan

kelonggaran (clearance). Artinya, bila dua buah komponen disatukan

maka akan timbul kelonggaran, baik sebelum maupun sesudah

dipasangkan. Hal ini terjadi karena daerah toleransi lubang selalu

terletak di atas daerah toleransi poros. Contoh suaian longgar adalah

Page 21: Bab I Kelompok 6

roda gigi lepas pada mesin produksi.

b. Suaian Pas (Transition Fit)

Suaian pas adalah suaian yang dapat menghasilkan kelonggaran

atau kesesakan/kerapatan. Hal ini terjadi karena daerah toleransi lubang

dan daerah toleransi poros saling menutupi. Contoh suaian pas adalah

pasangan komponenpada poros transmisi.

c. Suaian Paksa (Interfence Fit)

Suaian paksa adalah suaian yang akan selalu menghasilkan

kerapatan atau kesesakan. Artinya, sebelum ataupun sesudah dua

komponen dipasangkan akan timbul kesesakan/kerapatan. Hal ini terjadi

karena daerah toleransi lubang selalu terletak di bawah daerah toleransi

poros. Contoh suaian paksa adalah ring bantalan peluru pada poros.

Gambar 1.22 Tiga jenis suaian dalam sistem basis poros dan lubang.Sumber : Buku Dasar-Dasar Metrologi Industri

1.11. Kesalahan dalam Pengukuran

1.11.1 Definisi Kesalahan dalam Pengukuran

Kesalahan dalam pengukuran adalah perbedaan antara nilai sebenarnya

dari suatu pekerjaan pengukuran yang dilakukan oleh seorang pengamat. Dalam

pengukuran besaran fisis menggunakan alat ukur atau instrumen tidak akan

mungkin didapat suatu nilai yang benar dan tepat, namun selalu mempunyai

ketidakpastian yang disebabkan oleh kesalahan-kesalahan dalam pengukuran

1.11.2 Jenis Kesalahan dalam Pengukuran

Di bawah ini merupakan jenis kesalahan dalam pengukuran, yaitu :

1. Kesalahan yang berasal dari alat ukur

Page 22: Bab I Kelompok 6

Untuk mengurangi terjadinya penyimpang pengukuran sampai

seminimal mungkin maka alat ukur yang akan dipakai harus dikalibrasi

berlebuh dulu. Kalibrasi ini diperlukan disamping untuk mencegah kesalahan

skala ukurnya juga untuk menghindari sifat – sifat yang merugikan dari alat

ukur, seperti kestabilan nol, kepasifan, pengembangan dan sebaginya

2. Kesalahan yang berasal dari benda ukur

Benda ukur seperti alumunium misalnya mempunyai sifat elastis,

artinya bila ada beban atau tekanan dikenakan pada benda tersebut maka akan

terjadi perubahan bentuk. Bila tidak hati-hati dalam mengukur benda benda

ukur yang bersifat elastis maka penyimpangan hasil pengukuran pasti akan

terjadi. Oleh karena itu, tekanan kontak dari sensor alat ukur harus

diperkirakan besarnya.

3. Kesalahan pengukuran karena lingkungan

Ruang laboratorium pengukuran atau ruang-ruang lainnya yang

digunakan untuk pengukuran harus bersih, terang dan teratur rapi letak

peralatan ukurnya. Ruang pengukuran yang banyak debu atau kotoran lainnya

sudah tentu dapat menganggu jalannya proses pengukuran.

4. Kesalahan pengukuran karena pengukur

Manusia mempunyai sifat tersendiri dan juga memiliki keterbatasan

sulit diperoleh hasil yang sama dari 2 orang yang melakukan pengukuran,

walaupun kondisi alat ukur, benda ukur dan situasi pengukuran di anggap

sama. Hal ini bisa karena kesalahan manusia tau juga perbedaan metode

pengukurannya.