BAB I kars

21
BAB I A. Latar Belakang Indonesia saat ini mulai memasuki era globalisasi dan persaingan pasar bebas, untuk itu diperlukan peningkatan mutu dalam segala bidang, salah satunya peningkatan mutu pelayanan melalui akreditasi Rumah Sakit menuju kualitas pelayanan Internasional. Dalam menjawab tantangan tersebut peningkatan kualitas pelayanan sangatlah penting agar rumah sakit mampu berkompetisi baik di tingkat regional, nasional bahkan Internasional. Akreditasi rumah sakit adalah suatu proses dimana suatu lembaga independen baik dari dalam atau pun luar negeri, biasanya non pemerintah, melakukan assesment terhadap rumah sakit berdasarkan standar akreditasi yang berlaku . Begitu pentingnya akreditasi Rumah Sakit, karena juga untuk penentuan proses lebih lanjut tentang perijinannya. Semua yang tergabung di dalam tim akreditasi berjuang keras untuk memenuhi tuntutan seperti yang diharapkan. Rumah sakit yang telah terakreditasi akan mendapatkan pengakuan dari Pemerintah karena telah memenuhi standar pelayanan dan managemen yang di tetapkan. Sebuah proses akreditasi dirancang untuk meningkatkan budaya keselamatan dan budaya mutu di rumah sakit, sehingga Rumah Sakit senantiasa berusaha meningkatkan akan mutu dan juga keamanan dari pelayanan kesehatan yang diberikannya.

Transcript of BAB I kars

Page 1: BAB I kars

BAB I

A. Latar Belakang

Indonesia saat ini mulai memasuki era globalisasi dan persaingan pasar bebas,

untuk itu diperlukan peningkatan mutu dalam segala bidang, salah satunya

peningkatan mutu pelayanan melalui akreditasi Rumah Sakit menuju kualitas

pelayanan Internasional. Dalam menjawab tantangan tersebut peningkatan kualitas

pelayanan sangatlah penting agar rumah sakit mampu berkompetisi baik di tingkat

regional, nasional bahkan Internasional.

Akreditasi rumah sakit adalah suatu proses dimana suatu lembaga independen

baik dari dalam atau pun luar negeri, biasanya non pemerintah, melakukan assesment

terhadap rumah sakit berdasarkan standar akreditasi yang berlaku. Begitu pentingnya

akreditasi Rumah Sakit, karena juga untuk penentuan proses lebih lanjut tentang

perijinannya. Semua yang tergabung di dalam tim akreditasi berjuang keras untuk

memenuhi tuntutan seperti yang diharapkan. Rumah sakit yang telah terakreditasi

akan mendapatkan pengakuan dari Pemerintah karena telah memenuhi standar

pelayanan dan managemen yang di tetapkan. Sebuah proses akreditasi dirancang

untuk meningkatkan budaya keselamatan dan budaya mutu di rumah sakit, sehingga

Rumah Sakit senantiasa berusaha meningkatkan akan mutu dan juga keamanan dari

pelayanan kesehatan yang diberikannya.

B. Tujuan

Umum :

Terwujudnya peningkatan mutu dan keselamatan pasien, melalui implementasi

standar akreditasi yang berorientasi kepada pasien

Khusus :

1. Meningkatnya pemahaman para praktisi RS terhadap standar akreditasi pelayanan

berfokus pasien

2. Meningkatnya pemahaman para praktisi RS terhadap standar akreditasi dan elemen

penilaian yang ada di standar akreditasi rumah sakit.

3. Meningkatnya implementasi program keselamatan pasien di rumah sakit

Page 2: BAB I kars

BAB II

A. Definisi

Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) adalah lembaga independen

pelaksana akreditasi rumah sakit yang bersifat fungsional, non struktural dan

bertanggung jawab kepada Menteri Kesehatan. KARS tersebut dibentuk pertama

kali pada tahun 1995 dan setiap 3 (tiga) tahun peraturan diperbarui, yang terakhir

diperbarui melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 417/Menkes/Per/II/2011

tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit, dengan tugas dan fungsi melaksanakan

akreditasi di Indonesia. Akreditasi Rumah Sakit pertama kali dilaksanakan pada

tahun 1995, dengan 5 pelayanan, kemudian pada tahun 1998 bertambah menjadi

12 pelayanan dan pada tahun 2001 menjadi 16 pelayanan. Namun sejalan dengan

peningkatan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yang berfokus kepada

pasien. Maka diperlukan perubahan paradigma akreditasi yang berfokus kepada

provider menjadi akreditasi yang berfokus kepada pasien.

B. Manfaat Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

1. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan Rumah Sakit yang

bersangkutan karena berorientasi pada peningkatan mutu dan keselamatan

pasien.

2. Proses administrasi, biaya serta penggunaan sumber daya akan menjadi lebih

efisien. Menciptakan lingkungan internal RS yang lebih kondusif untuk

penyembuhan, pengobatan dan perawatan pasien.

3. Mendengarkan pasien dan keluarga, serta menghormati hak-hak pasien serta

melibatkan merek adalam proses perawatan. Memberikan jaminan, kepuasan

serta perlindungan kepada masyarakat atas pemberian pelayanan kesehatan.

4. Meningkatkan kepercayaan masyarakat bahwa rumah sakit menitik beratkan

pada keselamatan dan mutu pelayanan.

5. Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan efisien sehingga staf merasa

puas.

6. Mendengarkan pasien dan keluarga mereka, menghormati hak-hak mereka,

dan melibatkan mereka sebagai mitra dalam proses pelayanan.

7. Menciptakan budaya mau belajar dari laporan insiden keselamatan pasien.

8. Meningkatan Komunikasi Antara Staff

Page 3: BAB I kars

9. Meningkatan sistem & prosedur dalam rumah sakit.

10. Menciptakan lingkungan yang lebih aman

11. Kerjasama organisasi yang lebih baik

12. Menurunnya keluhan pasien & staf

13. Meningkatan kesadaran staf akan tanggung jawabny

C. Standar Akreditasi baru tersebut terdiri dari 4 (empat ) kelompok sebagai

berikut :

1. Standar Berfokus Kepada Manajemen (Management-centered Standards)

a. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)

Standar ini berbicara tentang proses yang digunakan Rumah Sakit untuk

melakukan pengukuran, penilaian dan juga peningkatan dari performa

kerjanya. Rumah Sakit diminta menggambarkan kegiatan-kegiatan

peningkatan mutunya termasuk apabila ada perencanaan jenis layanan

baru, proses pendokumentasian proses klinis dalam catatan medis pasien,

penilaian outcome pelayanan, benchmarking eksternal dan juga proses

pemilihan fokus area untuk peningkatan mutu.

b. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)

Standar ini berbicara tentang metodologi Rumah Sakit untuk mendesain

dan mengimplementasikan program untuk mengidentifikasi dan

menurunkan risiko bagi staf dan pasien untuk tertular dan menularkan

infeksi. Standar ini juga akan menilai proses pelaporan kejadian infeksi di

Rumah Sakit dan jenis-jenis surveilan yang dilakukan sehubungan dengan

program-program PPI.

c. Tata Kelola, Kepemimpinan, dan Pengarahan (TKP)

Standar ini akan menilai efektifitas kepemimpinan yang ditinjau dari

proses-proses berikut:

Perencanaan dan desain jenis layanan baru atau modifikasi jenis

layanan yang telah ada

Pengarahan organisasi melalui pengembangan dan pemeliharaan

kebijakan, penyediaan jumlah staf yang memadahi dan menentukan

kualifikasi dan kompetensi dari staf

Page 4: BAB I kars

Integrasi dan koordinasi unit layanan

Peningkatan performa Rumah Sakit

d. Manajemen Fasilitas dan Keamanan (MFK)

Standar ini mengukur bagaimana Rumah Sakit memelihara lingkungan

yang aman, fungsional dan efektif bagi pasien, staf, dan pengunjung lain.

Standar ini juga akan menilai bagaimana kesiapan Rumah Sakit dalam hal

penanganan kondisi darurat, masalah-masalah keamanan, keselamatan,

pengelolaan alat medis, sarana dan prasarana Rumah Sakit, penanganan

B3, dan pengelolaan sampah.

e. Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS)

Standar ini berbicara tentang perencaan sumber daya manusia, khususnya

mengenai program orientasi, pendidikan dan pelatihan staf, pengukuran

kompetensi staf, penanganan perminataan akan staf baru, proses kredensial

dan pengaturan kewenangan klinis dokter dan praktisi kesehatan lainnya.

f. Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI)

Standar ini berbicara tentang seberapa baik Rumah Sakit memperoleh,

mengatur dan menggunakan informasi dalam proses penyediaan,

koordinasi dan integrasi layanannya. Prinsip-prinsip manajemen informasi

yang baik haruslah diaplikasikan dalam semua saluran komunikasinya,

baik elektronik maupun tertulis.

2. Standar Berfokus Pada Pasien (Patient-centered Standards)

a. Akses kepada Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan (APK)

Standar ini berbicara tentang pemenuhan kebutuhan pelayanan pasien oleh

Rumah Sakit, pengaturan alur pelayanan yang efisien untuk pasien, dan

juga bagaimana memberikan proses perpindahan, rujukan, atau pemulangan

pasien secara tepat.

b. Hak Pasien dan Keluarga (HPK)

Page 5: BAB I kars

Standar ini menjabarkan bagaimana Rumah Sakit berkewajiban untuk

menghormati dan melindungi nilai-nilai dan kepercayaan yang dianut oleh

pasien sekaligus mengingatkan Rumah Sakit akan kewajibannya untuk

mematuhi peraturan perundangan yang berlaku, dan menginformasikan

kepada pasien tentang tanggung jawab pasien dalam pengambilan

keputusan di dalam proses layanannya. Standar ini juga mengatur mengenai

hak-hak pasien di dalam surat ijin tindakan, penanganan complain dan juga

bagaimana Rumah Sakit melindungi kerahasiaan dan privasi pasien.

c. Asesmen Pasien (AP)

Standar ini mengatur asesmen pasien di seluruh unit layanan Rumah Sakit,

mulai dari proses pengumpulan data pasien, pemeriksaan fisik dan

penunjang, analisa data dan informasi pasien untuk kemudian dapat

mengidentifikasi kebutuhan perawatan pasien dan pembuatan rencana

perawatan lanjutan untuk pasien tersebut. Standar ini juga mengatur

pelayanan radiologi dan laboratorium.

d. Pelayanan Pasien (PP)

Standar ini mengatur aktifitas dasar pelayanan pasien termasuk proses

prerencanaan dan koordinasi pelayanan perawatan, monitoring hasil dan

modifikasi proses perawatan hingga kepada pelayanan lanjutan (follow up).

Standar ini juga mengatur pelayanan di unit risiko tinggi

(ICU/HCU/ICCU), pelayanan gizi, manajemen nyeri dan layanan pasien

terminal (end-of-life care).

e. Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)

Standar ini mengatur pelayanan sedasi (sedang hingga dalam), pelayanan

anestesi dan pembedahan. Standar ini secara khusus mengatur tentang

persiapan, monitoring, dan perencanaan perawatan pasca

sedasi/anestesi/pembedahan.

f. Manajemen Penggunaan Obat (MPO)

Page 6: BAB I kars

Standar ini mengatur sistem dan proses pemilihan, pengadaan,

penyimpanan, peresepan, penterjemahan, distribusi, penyiapan, penyerahan,

administrasi, dokumentasi dan juga monitoring dari pemberian obat-obatan

kepada pasien.

g. Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK)

Standar ini mengatur proses edukasi yang efektif kepada pasien dan

keluarga dan juga bagaimana penggunaan metodologi edukasi yang

menunjang proses edukasi tersebut, standar ini juga menilai kesiapan pasien

untuk mendapatkan edukasi melalui penilaian jenis bahasa yang digunakan

dan keinginan pasien untuk menerima edukasi.

3. Sasaran Keselamatan Pasien (SKP)

Tujuan dari SKP adalah mempromosikan peningkatan mutu dalam kaitannya

dengan keselamatan pasien. Sasaran di dalamnya menyoroti permasalahan

utama dalam sistem layanan kesehatan dan juga memberikan solusi yang

terbukti secara evidence based dan berdasar consensus internasional untuk

mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan keselamatan pasien.

Sistem layanan Rumah Sakit akan didesain sedemikian rupa sehingga akan

menghasilkan layanan yang aman, berkualitas, dan memberikan juga solusi

untuk keselamatan pasien di seluruh unit layanan Rumah Sakit tanpa

terkecuali.

4. Sasaran Menuju Millenium Development Goal’s(MDGs)

a. Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK)

Standar ini menilai usaha-usaha Rumah Sakit dalam menurunkan angka

kematian bayi dan meningkatkan kesehatan ibu, termasuk penyediaan

layanan kegawatdaruratan selama 24 jam, pemberian ASI eksklusif, dan

perawatan bayi metode kangguru pada bayi baru lahir dengan berat badan

rendah.

b. Penanggulangan HIV/AIDS

Page 7: BAB I kars

Standar ini menilai usaha-usaha Rumah Sakit dalam penanggulangan kasus

HIV/AIDS sesuai dengan pedoman rujukan ODHA dengan cara

meningkatkan fungsi pelayanan VCT, pemberian ART, pelayanan PMTCT,

infeksi oportunistik, dan mekanisme pelaporan kasus-kasus baru

HIV/AIDS.

c. Penanggulangan TB

Standar ini sebagai jawaban atas kondisi darurat TB oleh WHO sejak tahun

1993 dan akan menilai pelayanan DOTS sebagai langkah efektif dan

efesien dalam penganggulangan TB. 

D. Tahapan Akeditasi

Akreditasi terdiri atas tiga tahap,yaitu:

1. Tahap I yang dinilai adalah 5 pelayanan dasar yang meliputi:

Adm & Manajemen

Pelayanan Medis

Pelayanan Gawat Darurat

Pelayanan Keperawatan

Rekam Medis

2. Tahap II pada tahap ini selain kelima pelayanan dasar di atas, juga meliputi 7

pelayanan lain:

Pelayanan Farmasi

Pelayanan K3

Pelayanan Radiologi

Pelayanan Laboratorium

Pelayanan Kamar Operasi

Pengendalian Infeksi

Pelayanan Perinatal Risiko tinggi

3. Tahap III pada tahap ini keseluruhan yang dinilai ada 16 pelayanan. Selain 12

pelayanan yang telah disebutkan sebelumnya, juga meliputi 4 dari beberapa

pelayanan berikut:

Pelayanan Anestesi & Reanimasi

Pelayanan Rehabilitasi Medis

Pelayanan Gizi

Page 8: BAB I kars

Pelayanan Intensif Pelayanan Sterilisasi Sentral

Pemeliharaan Sarana

Pelayanan Lainnya : Askes, JPKM, Bank Darah, klinik VCT

E. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 417/Menkes/PER/II/2011

Tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit

Menimbang : Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 40 ayat (3) Undang-Undang

Nomor 44 Tahun 2009 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit perlu

menetapkanPeraturan Mentri Kesehatan tentang Komisi Akreditasi Rumah

Sakit.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);Undang-Undang

Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5072);

2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Lembar

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);

3. Keputusan Presiden Nomor 78 tahun 2001 tentang Komite Akreditasi

Nasional;

4.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

147/Menkes/Per/2010 tentang Perizinan Rumah Sakit

BAB I : Ketentuan Umum

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan :

1. Akreditasi rumah sakit dalah pengakuan terhadap rumah sakit yang diberikan

oleh lembaga independen yang ditetapkan oleh menteri, setelah dinilai bahwa

rumah sakit itu memenuhi standar pelayanan rumah sakit yang berlaku.

2. Standar pelayanan rumah sakit adalah pedoman yang harus diikuti dalam

menyelenggarakan Rumah Sakit antara lain Standar Prosedur Operasional,

standar pelayanan medis, dan standar asuhan keperawatan .

Page 9: BAB I kars

3. Akreditasi adalah penilaian yang dilakukan oleh lembaga independen pelaksana

akreditasi rumahs akit untukmengukur pencapaian dan cara penerapan standar

pelayanan.

4. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan peorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

5. Komisi Akreditasi Rumah Sakit, yang selanjutnya disingkat KARS adlah

lembaga independen pelaksanaan akreditasi rumah sakit yang bersifat fungsional,

non-struktural, dan bertanggung jawab kepada Menteri.

6. Peraturan Internal Komisi Akreditasi Rumah Sakit adalah peraturan tentang

pengorganisasian Komisi Akreditasi Rumah Sakit termasuk para surveior yang

ditetapkan oleh Direktur Jendral Bina Upaya Kesehatan

7. Mentri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan Pemerintah di bidang

kesehatan.

BAB II : Kedudukan, Fungsi dan Tugas

Pasal 2

KARS berkedudukan di ibu Kota Negara

Pasal 3

(1) KARS mempunyai fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengembangan,

pembimbingan dan pelatian serta monitoring dan evaluasi dalam bidang

akreditasi rumah sakit di Indonesia, sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan akreditasi rumah sakit secara internasional.

(2) Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), KARS

mempunyai tugas :

a. Merumuskan kebijakan dan tata laksana akreditasi

b. Menyusun rencana strategis akreditasi rumah sakit

c. Menyusun peraturan internal KARS

d. Menyusun standar akreditasi

e. Menetapkan status akreditasi rumah sakit

f. Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan dan pembimbingan serta

pengembangan di bidang akreditasi dan mutu layanan rumah sakit;

g. Mengangkat dan memberhentikan tenaga surveior

Page 10: BAB I kars

h. Membina kerja sama dengan institusi di dalam maupun luar negeri yang

berkaitan dengan bidang akreditasi dan peningkatan mutu layanan rumah

sakit;

i. Melakukan sosialisasi da promosi kegiatan akreditasi

j. Melakukan monitoring dan evaluasi dalam bidang akreditasi rumah sakit; dan

k. Melakukan pencatatan dan pelaporan kegiatan akreditasi rumah sakit.

(3) KARS dapat bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Provinsi, Perhimpunan

Rumah Sakit Seluruh Indonesia dan Komite Akreditasi Nasional dalam

melakukan monitoring dan evaluasi kinerja rumah sakit pasca akreditasi dan

untuk membina rumah sakit dalam upaya meningkatkan mutu layanannya.

(4) Dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi kinerja rumah sakit pasca akreditasi

sebagaimana dimaksudkan pada ayat (3) Perhipunan Rumah Sakit Seluruh

Indonesia mengikutsertakan asosiasi perumahsakitan lainnya.

F. Daftar Rumah Sakit Akreditasi Versi 2012

No. Nama RS Kepemilikan Provins

i

Tanggal

Survei

Lulus Masa

Berlaku

1. RSUPN. Dr.

Ciptomangunku

sumo, Jakarta

PemerintahDKI

Jakarta

16 Juli

2012

LULUS

PARIPURNA

16 Juli

2015

2

RS. Premier

Bintaro,

Tangerang

Swasta Banten16 Juli

2012

LULUS

PARIPURNA

16 Juli

2015

3RS. Royal

Progress, JakartaSwasta

DKI

Jakarta

23 Agustus

2012

LULUS

PARIPURNA

23

Agustus

2015

4

RS. Premier

Jatinegara,

Jakarta

SwastaDKI

Jakarta

23 Agustus

2012

LULUS

PARIPURNA

23

Agustus

2015

5RS.

EKA,TangerangSwasta Banten

1

November

2012

LULUS

PARIPURNA

1

November

2015

Page 11: BAB I kars

6

RS. Puri Indah

Pondok Indah,

Jakarta

SwastaDKI

Jakarta

21

November

2012

LULUS

PARIPURNA

21

November

2015

7

RS. Santa

Maria,

Pekanbaru

Swasta Riau

11

Desember

2012

LULUS

PARIPURNA

11

Desember

2015

Page 12: BAB I kars

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Akreditasi rumah sakit merupakan suatu proses dimana suatu lembaga, yang

independen, melakukan asesmen terhadap rumah sakit. Tujuannya adalah

menentukan apakah rumah sakit tersebut memenuhi standar yang dirancang untuk

memperbaiki keselamatan dan mutu pelayanan. Standar akreditasi sifatnya berupa

suatu persyaratan yang optimal dan dapat dicapai. Akreditasi menunjukkan

komitmen nyata sebuah rumah sakit untuk meningkatkan keselamatan dan

kualitas asuhan pasien, memastikan bahwa lingkungan pelayanannya aman dan

rumah sakit senantiasa berupaya mengurangi risiko bagi para pasien dan staf

rumah sakit. Dengan demikian akreditasi diperlukan sebagai cara efektif untuk

mengevaluasi mutu suatu rumah sakit, yang sekaligus berperan sebagai sarana

manajemen.

B. Saran

Rumah Sakit yang belum terakreditasi diharapkan untuk merencanakan rumah

sakitnya dilakukan akreditasi terutama akreditasi KARS. Dalam hal ini rumah

sakit yang sudah terakreditasi KARS sudah terbukti bahwa pelayanannya lebih

prima, adanya peningkatan mutu sumber daya manusia ketenagaan, administrasi

dan komunikasi serta peralatan medis, hingga fasilitas penunjang lainnya yang

lebih bermutu. Tentunya Rumah Sakit yang sudah terakreditasi KARS harus tetap

mempertahankan mutu yang sesuai dengan standart KARS agar tingkat layanan

yang di harapkan akan makin meningkat dan citra Rumah Sakit pada akhirnya pun

ikut meningkat.

Page 13: BAB I kars

DAFTAR PUSTAKA

http://buk.depkes.go.id/index.

http://ditjenpp.kemenkumham.go.id

http://www.kars.or.id

http://www.rspondokindah.co.id

Page 14: BAB I kars

Paper Akreditasi Rumah Sakit KARS 2012

Disusun Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keperawatan

Koordinator : Agus Santoso S.Kp,.M.Kep

Disusun Oleh :

Jhefrin Indara N. 22020110141077

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2013