BAB I-III laporan kasus post partus dengan ekstraksi vakum

35
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap wanita menginginkan proses persalinan berjalan secara normal dan melahirkan bayi yang sempurna. Proses persalinan dipengaruhi oleh tiga faktor yang berperan yaitu kekuatan mendorong janin keluar (power) yang meliputi kekuatan uterus (his), kontraksi otot dinding perut, kontraksi diaphragma dan ligamentum action, faktor lain adalah faktor janin (passanger) dan faktor jalan lahir (passage). Apabila his normal, tidak ada gangguan karena kelainan dalam letak atau bentuk janin dan tidak ada kelainan dalam ukuran dan bentuk jalan lahir maka proses persalinan akan berlangsung secara normal. Namun apabila salah satu ketiga faktor ini mengalami kelainan, misalnya keadaan yang menyebabkan kekuatan his tidak adekuat, kelainan pada bayi atau kelainan jalan lahir maka persalinan tidak dapat berjalan normal sehingga perlu segera dilakukan persalinan dengan tindakan seperti dengan ektraksi vacum dan forsep untuk menyelamatkan jiwa ibu & bayi dalam kandungannya. 10 Hal ini sesuai dengan Rencana Strategis Nasional yang terdapat dalam pesan kunci Making Pregnancy Safer (MPS) yaitu : setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih,

description

ventouse/ekstraksi vakum a/i kala II lama

Transcript of BAB I-III laporan kasus post partus dengan ekstraksi vakum

Page 1: BAB I-III laporan kasus post partus dengan ekstraksi vakum

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap wanita menginginkan proses persalinan berjalan secara normal dan

melahirkan bayi yang sempurna. Proses persalinan dipengaruhi oleh tiga faktor

yang berperan yaitu kekuatan mendorong janin keluar (power) yang meliputi

kekuatan uterus (his), kontraksi otot dinding perut, kontraksi diaphragma dan

ligamentum action, faktor lain adalah faktor janin (passanger) dan faktor jalan

lahir (passage). Apabila his normal, tidak ada gangguan karena kelainan dalam

letak atau bentuk janin dan tidak ada kelainan dalam ukuran dan bentuk jalan lahir

maka proses persalinan akan berlangsung secara normal. Namun apabila salah

satu ketiga faktor ini mengalami kelainan, misalnya keadaan yang menyebabkan

kekuatan his tidak adekuat, kelainan pada bayi atau kelainan jalan lahir maka

persalinan tidak dapat berjalan normal sehingga perlu segera dilakukan persalinan

dengan tindakan seperti dengan ektraksi vacum dan forsep untuk menyelamatkan

jiwa ibu & bayi dalam kandungannya.10 Hal ini sesuai dengan Rencana Strategis

Nasional yang terdapat dalam pesan kunci Making Pregnancy Safer (MPS) yaitu :

setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi

obstetrik dan neonatal mendapatkan pelayanan yang adekuat.10

Persalinan tindakan pervaginam dengan ektraksi vakum atau forsep

dilakukan apabila syarat persalinan dipenuhi dan ada indikasi. Ekstraksi vakum

merupakan salah satu dari dua instrumen tindakan obstetrik operatif yang

bertujuan untuk menolong persalinan melalui jalan lahir atau pervaginam.10 Alat

ekstraksi vakum terdiri dari mangkok penghisap, botol vakum dan pompa untuk

membentuk tekanan negatif.8 Tindakan ini dilakukan untuk semua keadaan yang

mengancam ibu dan janin yang memiliki indikasi untuk menjalani persalinan

pervaginam dengan bantuan alat. Tindakan lainnya yang dapat digunakan untuk

persalinan dengan tindakan adalah teknik forseps. Forsep merupakan instrumen

obstetrik yang terdiri dari dua sendok untuk memegang kepala bayi.10 Forsep

Page 2: BAB I-III laporan kasus post partus dengan ekstraksi vakum

2

dapat digunakan sebagai ekstraktor, rotator atau keduanya. Terminasi persalinan

menggunakan forsep diindikasikan untuk semua keadaan yang mengancam ibu

atau janin. Indikasi pada ibu antaralain penyakit jantung, gangguan paru, penyakit

neurologis tertentu, kelelahan dan persalinan kala dua yang berkepanjangan.10

Sebagian besar pertolongan persalinan dengan tindakan disebabkan karena

persalinan lama atau macet. Menurut penelitian di RS Dr. Moch Hoesin,

Palembang tahun 1999-2004, menunjukkan kejadian persalinan tindakan ektraksi

vakum sebanyak 3,46% dan ektraksi forsep sebanyak 9,46% dengan indikasi

terbanyak adalah preeklamsia berat untuk ektraksi forsep (39,76%) dan kala II

lama untuk ektraksi vakum (45,33%).10 Pada penelitian lainnya yang dilakukan di

RSUP Dr. Kariadi selama periode 1 Januari 2008 – 31 Desember 2008, sebanyak

48 wanita ditolong dengan ektraksi vakum, dan satu wanita dengan ektraksi forsep

dari 283 persalinan pada wanita hamil yang berusia lebih dari 35 tahun.9

Penelitian lainnya yang dilakukan di klinik Obstetri Gynekology Kosovo

didapatkan persalinan yang menggunakan ektraksi vakum sebesar 158 atau

(1,74%) dari 10742 persalinan, dimana 121 (76,5%) dari 158 kasus ektraksi

vakum tanpa memiliki riwayat aborsi, sebanyak 101 (64%) wanita dengan

melakukan persalinan dengan ektraksi vakum berusia 21-30 tahun. Pada

penelitian tersebut menggambarkan indikasi utama dari tindakan ektraksi vakum

karena kelelahan seorang ibu pada kala II yang ditemukan pada 115 kasus

(72%).10

Persalinan dengan tindakan bertujuan untuk membantu proses persalinan

yang mengalami penyulit, sehingga dapat mengurangi risiko kematian ibu dan

bayi yang pada akhirnya dapat menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan

Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia. Pada periode 2004 sampai dengan

2007 terjadi penurunan AKI dari 307 kasus per 100.000 kelahiran hidup menjadi

228 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB dari 35 kasus per 1000 kelahiran hidup

menjadi 34 kasus per 1000 kelahiran hidup.9 Penyebab langsung kematian ibu di

Indonesia, 80% karena komplikasi obstetri dan 20% oleh sebab lainnya,

sedangkan penyebab tidak langsung adalah “3 Terlambat” dan “4 Terlalu”. Tiga

faktor terlambat yang dimaksud adalah terlambat dalam mengambil keputusan,

Page 3: BAB I-III laporan kasus post partus dengan ekstraksi vakum

3

terlambat sampai ke tempat rujukan, dan terlambat dalam mendapat pelayanan di

fasilitas kesehatan. Adapun 4 terlalu yang dimaksud adalah terlalu muda saat

melahirkan, terlalu tua melahirkan, terlalu banyak anak, dan terlalu dekat jarak

melahirkan.13 Namun, keberhasilan tersebut masih perlu terus ditingkatkan,

mengingat AKI dan AKB di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan

negara ASEAN lainnya. Upaya penurunan AKI harus difokuskan pada penyebab

langsung kematian ibu, yang terjadi 90% pada saat persalinan dan segera setelah

pesalinan, yaitu perdarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), komplikasi

pueperium 8%, partus macet 5%, abortus 5%, trauma obstetrik 5%, emboli 3%,

dan lain-lain 11% .11

Ekstrasi vakum adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan

dengan ekstraksi tekanan negatif melalui sebuah cup pada kepala janin sehingga

terbentuk caput buatan. Alat ini dinamakan ekstraktor vakum atau ventouse.

Indikasi dilakukannya ekstraksi vakum ada tiga, yaitu indikasi ibu, indikasi janin

dan indikasi waktu.1

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dena Towner seorang

profesor obstetrik dan ginekologi di UC Davis School of Medicine and Medical

Center California sepanjang tahun 1992-1994, didapatkan sebanyak 59,354 bayi

yang lahir dari ekstraksi vakum dari 584.340 persalinan bayi engan berat badan

bayi normal. Menurut penelitian tersebut, perdarahan intrakranial pada bayi terjadi

pada 1 dari 860 persalinan dengan ekstraksi vakum dan 1 dari 664 persalinan

dengan ekstraksi forceps. Sementara kemungkinan perdarahan intrakranial oleh

karena ekstraksi vakum 2 kali lipat dari yang ditemukan terjadi pada persalinan

spontan.

Page 4: BAB I-III laporan kasus post partus dengan ekstraksi vakum

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persalinan

Proses persalinan dibagi atas empat kala. Kala I atau kala pembukaan

adalah waktu dimulainya his persalinan yang pertama sampai pembukaan serviks

menjadi lengkap (10cm). Kala II disebut juga kala pengeluaran, yaitu waktu dari

sejak pembukaan serviks lengkap sampai bayi dilahirkan. Kala III atau kala uri

adalah waktu segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta. Kala IV atau kala

pengawasan dimulai dari lahirnya plasenta sampai dengan 1-2 jam kemudian,

untuk mengamati apakah terjadinya perdarahan post partum (HPP) atau tidak.2,3,4

Pada Primipara, kala I berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada

multipara kira-kira 7 jam. Kala I sendiri terbagi atas dua fase, yaitu fase laten kira-

kira membutuhkan waktu 8 jam dan fase aktif membutuhkan waktu kira-kira 6

jam. Kala II pada primipara berlangsung kira-kira 2 jam dan multipara kira-kira 1

jam. Kala III berlangsung 2-6 menit, maksimal 15 menit. Kala IV erlangsung 1-22

jam pasca kala III.2,3,4

Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2-3 menit

sekali. Pembukaan serviks sudah lengkap. Pada saat ini kepala bayi sudah masuk

ruang panggul, sehingga timbul tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang

menimbulkan refleks rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan pada rektum

yang menyebabkan ingin buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol

dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia membuka dan tidak lama

kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his. Dengan his dan

kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput dibawah

simfisis dan dahi, muka dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar,

his mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota bayi.2,3,4,5

2.1.1 Kala II Lama

a. Definisi

Kala II lama adalah bila pada primipara kala II terjadi lebih dari 2 jam,

sedangkan pada multipara terjadi lebih dari 1 jam.3 Hal ini

Page 5: BAB I-III laporan kasus post partus dengan ekstraksi vakum

5

menyebabkan partus lama, yaitu persalinan yang berlangsung lebih

dari 24 jam pada primipara dan lebih dari 18 jam pada multipara.2

b. Etiologi

1. Kelainan tenaga (his)

2. Kelainan letak dan bentuk janin

3. Kelainan panggul

4. Kelainan tali pusat (tali pusat pendek)

5. Janin besar atau ada kelainan kongenital

6. Primitua

7. Perut gandung, grande multipara

8. Ketuban pecah dini (KPD)

9. Kelainan traktus genitalia

10. Pimpinan partus yang salah

11. Ibu tidak kooperatif.2,3,5,6

c. Tatalaksana

1. Perawatan pendahuluan:

Penisilin prokain 1 juta IU intramuskular

Streptomisin 1 gram IM

Infus cairan:

1) Garam fisiologis

2) Larutan glukosa 5-10% pada janin, pertama 1 liter/jam

Istirahat 1 jam untuk observasi, kecuali bila keadaan

mengharuskan untuk segera bertindak.

2. Pertolongan

Dapat dilakukan:

Partus spontan.

Ekstraksi vakum.

Ekstraksi forceps.

Manual aid pada letak sungsang.

Embriotomi bila janin meninggal

Seksio sesaria, dll.2

Page 6: BAB I-III laporan kasus post partus dengan ekstraksi vakum

6

2.2 Ekstraksi vakum

Adalah persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi

tekanan negatif dengan menggunakan ekstraktor vakum dari Malstrom. Persalinan

dengan ekstraksi vakum dilakukan apabila ada indikasi persalinan dan syarat

persalinan terpenuhi. Indikasi persalinan dengan ekstraksi vakum adalah1,7 :

a) Ibu yang mengalami kelelahan tetapi masih mempunyai kekuatan untuk

mengejan

b) Partus macet pada kala II

c) Gawat janin

d) Toksemia gravidarum

e) Ruptur uteri mengancam.

Persalinan dengan indikasi tersebut dapat dilakukan dengan ekstraksi vakum

dengan catatan persyaratan persalinan pervaginam memenuhi. Syarat untuk

melakukan ekstraksi vakum adalah sebagai berikut7 :

a) Pembukaan lengkap

b) Penurunan kepala janin boleh pada Hodge III

2.1.2 Keuntungan ekstraksi vakum

Keuntungan ekstraksi vakum dibandingkan ekstraksi forseps antaralain adalah10 :

1) Mangkuk dapat dipasang waktu kepala masih agak tinggi, Hodge III atau

kurang dengan demikian mengurangi frekuensi seksio sesaria

2) Tidak perlu diketahui posisi kepala dengan tepat, mangkuk dapat dipasang pada

belakang kepala, samping kepala ataupun dahi

3) Mangkuk dapat dipasang meskipun pembukaan belum lengkap, misalnya pada

pembukaan 8 – 9 cm, untuk mempercepat pembukaan. Untuk itu dilakukan

tarikan ringan yang kontinu sehingga kepala menekan pada serviks. Tarikan tidak

boleh terlalu kuat untuk menghindari robekan serviks. Disamping itu mangkuk

Page 7: BAB I-III laporan kasus post partus dengan ekstraksi vakum

7

tidak boleh terpasang lebih dari ½ jam untuk menghindari kemungkinan

timbulnya perdarahan otak

2.1.3 Kerugian ekstraksi vakum

a) Memerlukan waktu lebih lama untuk pemasangan mangkuk sampai dapat

ditarik relatif lebih lama daripada forseps (+ 10 menit) cara ini tidak dapat dipakai

apabila ada indikasi untuk melahirkan anak dengan cepat seperti misalnya pada

fetal distres (gawat janin).

b) Kelainan janin yang tidak segera terlihat (neurologis).

c) Tidak dapat digunakan untuk melindungi kepala janin preterm.

d) Memerlukan kerjasama dengan ibu yang bersalin untuk mengejan.7

2.1.4 Beberapa ketentuan mengenai ekstraksi vakum

1) Mangkuk tidak boleh dipasang pada ubun – ubun besar

2) Penurunan tekanan harus berangsur – angsur

3) Mangkuk dengan tekanan negatif tidak boleh terpasang lebih dari ½ jam

4) Penarikan waktu ekstraksi hanya dilakukan pada waktu ada his dan ibu

mengedan

5) Apabila kepala masih agak tinggi (H III) sebaiknya dipasang mangkuk yang

terbesar

6) Mangkuk tidak boleh dipasang pada muka bayi

7) Vakum ekstraksi tidak boleh dilakukan pada bayi prematur.7

2.1.5 Bahaya ekstraksi vakum

a) Terhadap ibu : robekan serviks atau vagina karena terjepit antara kepala bayi

dan mangkuk

b) Terhadap anak : perdarahan dalam otak.7

2.1.1 Persiapan ekstraksi vakum

Persiapan ekstraksi vakum untuk mencapai hasil yang optimal yaitu 7:

1) Persiapan untuk ibu

Page 8: BAB I-III laporan kasus post partus dengan ekstraksi vakum

8

Duk steril untuk menutupi bagian operasi

Desinfektan ringan non iritan di bagian tempat operasi

Pengosongan vesika urinaria.

2) Persiapan untuk bayi

Alat resusitasi

Partus pak

Tempat plasenta.10

2.1.6 Susunan ekstraktor vakum

Susunan ekstraktor vakum terdiri dari :

1. Mangkuk (cup)

Mangkuk ini digunakan untuk membuat kaput suksedaneum buatan sehingga

mangkuk dapat mencekam kepala janin. Sekarang ini terdapat dua macam

mangkuk yaitu mangkuk yang terbuat dari bahan logam dan plastik. Beberapa

laporan menyebutkan bahwa mangkuk plastik kurang traumatis dibanding dengan

mangkuk logam. Mangkuk umumnya berdiameter 4 cm sampai dengan 6 cm.

Pada punggung mangkuk terdapat :

Tonjolan berlubang tempat insersi rantai penarik. Tonjolan berlubang yang

menghubungkan rongga mangkuk dengan pipa penghubung. Tonjolan landai

sebagai tanda untuk titik petunjuk kepala janin (point of direction). Pada mangkuk

bagian depan terdapat logam/plastik yang berlubang untuk menghisap cairan atau

udara.7

2. Rantai penghubung

Rantai penghubung tersebut dari logam dan berfungsi menghubungkan mangkuk

dengan pemegang

3. Pipa penghubung

Terbuat dari karet atau plastik yang lentur yang tidak akan berkerut oleh tekanan

negatif. Pipa penghubung berfungsi sebagai penghubung tekanan negatif

mangkuk dengan botol.

4. Botol

Page 9: BAB I-III laporan kasus post partus dengan ekstraksi vakum

9

Merupakan tempat cadangan tekanan negatif dan tempat penampungan cairan

yang mungkin ikut tersedot ( air ketuban, lendir serviks, dan darah)

Pada botol ini terdapat tutup yang mempunyai tiga saluran yaitu :

1. Saluran manometer

2. Saluran menuju mangkuk

3. Saluran menuju ke pompa penghisap

5. Pompa penghisap Dapat berupa pompa penghisap manual maupun listrik.

6. Alat pemegang

2.3 Faktor – faktor yang berperan dalam proses persalinan

Faktor – faktor yang berperan dalam proses persalinan adalah faktor yang

berasal dari kondisi ibu sendiri dalam menghadapi persalinan dan kondisi janin

dalam kandungan, yaitu :

1. Faktor kekuatan his (power)

His yang baik terdiri dari kontraksi yang simetris, adanya dominasi di fundus

uteri, dan sesudah itu terjadi relaksasi. Kesulitan dalam proses persalinan karena

kelainan his yaitu karena his yang tidak normal, sehingga menghambat kelancaran

proses persalinan. Faktor yang memegang peran penting dalam kekuatan his

antara lain faktor herediter, emosi, ketakutan, salah pimpin persalinan.10

2. Faktor Jalan lahir (passege)

Faktor jalan lahir yang dapat berpengaruh terhadap terjadinya persalinan tindakan

antara lain: ukuran panggul sempit, kelainan pada vulva, kelainan vagina, kelainan

serviks uteri dan ovarium.10

3. Faktor Bayi (passenger)

Faktor bayi atau janin sangat berpengaruh terhadap proses persalinan. Penyulit

persalinan yang disebabkan oleh bayi antara lain :10

a) Kelainan pada letak kepala

b) Letak sungsang

Page 10: BAB I-III laporan kasus post partus dengan ekstraksi vakum

10

c) Letak melintang

d) Presentasi ganda

e) Kelainan bentuk dan besar janin

2.4 Karakteristik ibu yang bersalin dengan ekstraksi vakum dan forsep

A. Faktor ibu

1. Umur

Pada umur ibu kurang dari 20 tahun rahim , organ - organ reproduksi belum

berfungsi dengan sempurna. Akibatnya apabila ibu hamil pada umur ini mungkin

mengalami persalinan lama atau macet, karena ukuran kepala bayi lebih besar

sehingga tidak dapat melewati panggul. Selain itu, kekuatan otot – otot perinium

dan otot – otot perut belum bekerja secara optimal sehingga sering terjadi

persalinan lama atau macet yang memerlukan tindakan seperti ektraksi vakum dan

forseps.10

Sedangkan pada umur ibu yang lebih dari 35 tahun,kesehatan ibu sudah mulai

menurun seperti terjadinya tekanan darah tinggi, gestasional diabetes (diabetes

yang berkembang selama kehamilan), jalan lahir kaku, sehingga rigiditas tinggi.11

2. Paritas

Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan ibu. Pada ibu dengan primipara

(wanita yang melahirkan bayi hidup pertama kali) kemungkinan terjadinya

kelainan dan komplikasi cukup besar baik pada kekuatan his (power), jalan lahir

(passage) dan kondisi janin (passager) karena pengalaman melahirkan belum

pernah dan informasi yang kurang tentang persalinan dapat pula mempengaruhi

proses pesalinan. Wanita nulipara (belum pernah melahirkan bayi hidup)

mempunyai peningkatan risiko sebesar 5,6 kali untuk persalinan dengan bantuan

ekstraksi vakum dibandingkan dengan wanita multipara dan juga peningkatan

risiko sebesar 2,2 kali untuk terjadinya robekan perinium.10

3. Jarak kehamilan dengan sebelumnya

Seorang wanita yang hamil dan melahirkan kembali dengan jarak yang pendek

dari kehamilan sebelumnya, akan memberikan dampak yang yang buruk terhadap

kondisi kesehatan ibu dan bayi. Hal ini disebabkan, karena bentuk dan fungsi

Page 11: BAB I-III laporan kasus post partus dengan ekstraksi vakum

11

organ reproduksi belum kembali dengan sempurna. Sehingga fungsinya akan

terganggu apabila terjadi kehamilan dan persalinan kembali. Sedangkan jarak

kehamilan yang terlalu jauh berhubungan dengan bertambahnya umur ibu.

Sehingga kekuatan fungsi – fungsi otot uterus dan otot panggul melemah , hal ini

sangat berpengaruh pada proses persalinan apabila terjadi kehamilan lagi.

Kontraksi otot – otot uterus dan panggul yang lemah menyebabkan kekuatan his

pada proses persalinan tidak adekuat, sehinnga banyak terjadi partus lama.10

4. Penyulit kehamilan dan persalinan

Seorang ibu yang memiliki penyakit – penyakit kronik sebelum kehamilan, seperti

paru,ginjal,jantung,diabetes militus dan lainnya akan sangat mempengaruhi proses

kehamilan dan memperburuk keadaan pada saat proses persalinan. Ibu yang hamil

dengan kondisi penyakit ini termasuk dalam kehamilan resiko tinggi.10

B. Pemeriksaan Kehamilan

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu

selama masa kehamilannya sesuai dengan standart pelayanan antenatal seperti

yang ditetapkan.

Standard pelayanan antenatal menurut Depkes RI pada pemeriksaan dan

pemantauan baik pada kunjungan pertama atau kunjungan ulang, apabila

dilakukan dengan baik dan dicatat semua temuan pada buku KIA atau kartu ibu

maka faktor risiko dapat diketahui. Oleh karena itu, apabila pelayanan dan

perawatan antenatal baik sesuai standard WHO, maka faktor resiko pada

kehamilan dapat terdeteksi sedini mungkin, sehingga penyulit dalam proses

persalinan dapat diminimalkan.10

C. Status Ekonomi

Status ekonomi masyarakat yang sering dinyatakan dengan penghasilan keluarga,

yang berkaitan dengan kemampuan masyarakat dari segi ekonomi dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk kebutuhan kesehatannya. Sehingga

penghasilan keluarga akan mempengaruhi kemampuan dalam memperoleh

pelayanan kesehatan.

D. Rujukan

Page 12: BAB I-III laporan kasus post partus dengan ekstraksi vakum

12

Upaya rujukan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh petugas kesehatan (bidan)

untuk menyerahkan tanggung jawab atas timbulnya masalah dari suatu kasus

kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan rasional. Rujukan yang rasional

adalah rujukan yang dilakukan dengan mempertimbangkan daya guna (efisien)

dan hasil guna.10

Macam kasus rujukan dalam bidang obstetri adalah :

1) Rujukan Ibu Hamil Resiko Tinggi atau Gawat Obstetri adalah proses yang

ditujukan kepada ibu hamil dengan resiko tinggi dengan kondisi ibu dan janin

masih sehat, penderita tidak perlu segera dirujuk.

2) Rujukan Gawat Darurat Obstetri (emergensi) adalah rujukan yang harus

dilakukan saat itu juga dengan tujuan upaya penyelamatan ibu atau bayi.

Menurut penelitian yang dilakukan Rusydi di RS M. Hoesin Palembang dalam

Miftahul Falah tahun menyimpulkan bahwa persalinan tindakan dengan ekstraksi

vakum adalah dengan indikasi kala II lama dan forseps indikasi terbanyak adalah

preeklamsia.10

Page 13: BAB I-III laporan kasus post partus dengan ekstraksi vakum

13

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 ANAMNESIS

3.1.1 Identittas Pasien

Nama : Ny. A. W

Umur : 32 tahun

Pekerjaan : guru TK

Pendidikan : S1

Agama : Islam

Suku : Palembang

Alamat : Perumahan Bukit Hijau, Banyuasin

MRS :29-10-3014 pukul 9.00 WIB

III.1.2 Anamnesis

Keluhan Utama:

Bayi belum keluar-keluar

Riwayat Perjalanan Penyakit:

Jam 19.00 WIB sehari sebelum datang ke RS sudah merasa mulas

menjalar sampai ke pinggang, os datang ke bidan setempat. Ketuban

dipecahkan oleh bidan pada pukul 23.00 dan pukul 6.00 WIB sebelum

masuk ke RS dan pembukaan sudah lengkap. 2 jam setelah itu, bayi belum

lahir, os langsung di rujuk oleh bidan ke RSUD BARI. Os mengaku hamil

cukup bulan dan gerakan janin masih ada. Riwayat keluar lendir dan darah

saat kehamilan muda (-), riwayat keluar air-air (-) ketuban dipecahkan

sejak 9 jam SMRS warna jernih. Riwayat demam (-). Pukul 9.00 WIB

dilakukan ekstraksi vakum.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Page 14: BAB I-III laporan kasus post partus dengan ekstraksi vakum

14

Jantung (-) Hipertensi (-)

Ginjal (-) Alergi (-)

DM (-) Asma (-)

Riwayat Penyakit Keluarga:

Jantung (-) DM (-)

Paru (-) Hipertensi (-)

Hati (-) Alergi (-)

Ginjal (-) Asma (-)

Riwayat Kontrasepsi :

Pasien mengaku tidak pernah menggunakan KB

Riwayat Haid:

Haid pertama : 13 tahun

Siklus haid : 28 hari tidak teratur

Lamanya haid : 6 hari

Banyaknya : 2-3x ganti pembalut

Kelainan : -

Riwayat ANC :

Pasien mengaku sejak usia kehamilan 6 bulan periksa ke bidan

Riwayat Kehamilan dan Persalinan:

Ini

Kehamilan ini:

HPHT : pasien mengaku lupa

Taksiran persalinan : -

Pemeriksaan:

1. Pemeriksaan Fisik:

Keadaan Umum : tampak lemah

Kesadaran : compos mentis

Nadi : 117x/ menit, filiformis

Temperatur : 36,70C

Tekanan darah : 100/50mmHg

Respiration rate : 22x/menit

Page 15: BAB I-III laporan kasus post partus dengan ekstraksi vakum

15

Mata : Conjunctiva anemis (+/+), Sklera Ikterik (-/-), Edema (-/-)

Leher : Pembesaran KGB tidak ada, JVP : 5-2 mmH2O

Thoraks : Jantung dalam batas normal, S1 dan S2 jelas, murmur (-),

gallops (-)

Abdomen : TFU 3 jari di bawah umbilikus, kontraksi uterus baik,

vesika urinaria teraba penuh dan tegang. Hipertimpani pada abdomen

kiri bawah

Genitalia : robekan perineum (+) grade IV, robekan jalan lahir tidak

dapat dinilai, perdarahan aktif (+)

Ekstremitas : akral dingin, CRT 3 detik.

2. Pemeriksaan Laboratorium:

Belum dilakukan

Diagnosis Kerja

P1A0 post partum dengan ekstraksi vakum atas indikasi kala II lama

Penatalaksanaan :

1. IVFD RL + induksin 2 amp gtt xx/menit pada tangan kiri

2. IVFD RL gtt xv/menit pada tangan kanan

3. Cek Hb

4. Injeksi cefotaxime 2x1g

5. Infus Metronidazole 3x500mg

6. Injeksi kalnex 3x5ml

7. Injeksi alinamin F 3x10ml

8. DC menetap (+)

Laporan Persalinan:

Pukul 9.20 WIB pemeriksaan dalam dilakukan untuk mencari penanda dan

proses ekstraksi vakum dimulai, piringan hisap vakum dimasukkan dan

ditempelkan pada penanda.

Tekanan vakum diatur pada -0,2 selama 2 menit lalu dinaikkan menjadi -

0,4 setelah 1 menit operator mulai menarik kepala bayi dan ibu

diperintahkan untuk mengejan

Page 16: BAB I-III laporan kasus post partus dengan ekstraksi vakum

16

Bayi lahir pukul 9.30 WIB berjeniskelamin perempuan dengan berat 3000

g dan panjang badan 49 cm.

Penilaian laserasi jalan lahir tidak bisa dilakukan karena pasien kurang

kooperatif, ruptur perineum grade IV.

Perdarahan lebih dari 500cc dan aktif.

Penjahitan luka robekan perineum dilakukan sampai dengan selesai lalu

dipasang tampon untuk menghentikan perdarahan.

Tindakan selesai pukul 10.00 WIB.

Follow up:

30-10-2014

05.00 WIB

Subjektif : Pendarahan (+) aktif, nyeri luka jahitan (+), kembung

berkurang, lemas

Objektif :

Tekanan darah : 100/70 mmHg

RR : 21x/menit

Nadi : 121x/menit

Hb : 8,2g%

Intake cairan : 500 cc

Output : urin 200 cc keruh

Pendarahan : (+), aktif, tampon sudah dilepaskan,

Abdomen : redum pada bagian atas simphisis dan kuadran

abdomen kanan, hipertimpani pada abdomen kiri, tampak cembung, flatus

(-), BAB (-).

Assesment : P1A0 post partum dengan ekstraksi vakum a/i kala II lama

Planning :

IVFD RL + 2 amp induxin gtt xx/menit pada tangan kiri

IVFD RL gtt xv/menit pada tangan kanan ganti NaCl jika darah

sudah ada

Page 17: BAB I-III laporan kasus post partus dengan ekstraksi vakum

17

Cefotaxime 2x1 g

Metronidazole 3x 500mg/IV

Kalnex3x1vial/IV

Alinamin F 3x1 vial/IV

Rencana transfusi 3 kolf WB dan 1 kolf PRC

23.00 WIB

Subjektif : pasien merasa kedinginan post transfusi darah ½ kolf

Objektif :

TD : 80/40mmHg

Nadi : 183x/menit, filiformis

RR : 32x/menit

Hb : 4g%

Conjunctiva : anemis (+/+)

Akral : dingin

Assesment : P1A0 post partum dengan ekstraksi vakum a/i kala II lama

dengan syok anafilaktik ringan pasca transfusi PRC

Planning :

Darah distop sementara dan diganti darah yang baru bila syok sudah

teratasi

Kocor RL pada tangan kiri dan NaCl pada tangan kanan

Injeksi dexametason 1 amp

Oksigen 5 L dengan nasal canul

Monitor tekanan darah dan urin serta perdarahan

23.20 WIB

Keadaan membaik

TD : 130/60 Nadi : 139x/menit

RR : 25x/menit Urin : 300cc keruh

31-10-2014

05.00 WIB

Subjektif : lemas, perasaan ingin BAB

Objektif :

Page 18: BAB I-III laporan kasus post partus dengan ekstraksi vakum

18

TD : 100/50 Nadi : 128x/menit

RR : 23x/menit Urine : 900 cc jernih

Intake cairan 2 kolf RL @500cc minum tidak diketahui

Abdomen cembung, flatus (+), BAB (-), hipertimpani abdomen kiri, vesica

teraba tegang.

Planning:

1. cek Hb ulang dan monitor tanda vital, intake cairan dan urin output

2. cefotaxime 2 x 1g IV

3. metronidazole 3 x 500mg IV

4. kalnex 3 x 1 vial IV

5. alinamin F 3 x 1 vial IV

6. rencana transfusi 1 PRC dan 3 kolf WB lagi

8.50 WIB

Subjektif : sesak, menggigil kedinginan

Objektif :

TD : 80/50 mmHg Nadi : 172x/menit

RR : 28x/menit Urine : 150 cc jernih

Intake cairan minum 2 cangkir @220cc

Abdomen tampak cembung, flatus (+)

Hasil USG tampak vesica urinaria terisi penuh

Assesment : P1A0 post partum dengan ekstraksi vakum a/i kala II lama

Planning : injeksi furosemide 1 x 20mg IV, kocor RL

10.00 WIB

Keadaan membaik

TD : 130/70 Nadi : 134x/menit

Page 19: BAB I-III laporan kasus post partus dengan ekstraksi vakum

19

RR : 24x/menit urine : 400 cc

Hb : 3,5g%

Intake cairan infus 300 cc

1-11-2014

05.30 WIB

Subjektif : lemas dan belum BAB

Objektif :

TD : 130/60 nadi : 11x/menit

RR : 23x/menit Hb : 3,5g%

Intake cairan 840cc urin : 700 cc jernih

Abdomen : kembung berkurang tetapi agak sedikit masih cembung,

bising usus (+) 4 x/menit, flatus (+), vesica tidak teraba.

Assesment : P1A0 post partum dengan ekstraksi vakum a/i kala II lama

Planning :

cek Hb ulang

line IVFD tangan sebelah kanan up

IVFD RL gtt XX x/menit tangan kiri

Ciprofloxacin 3x500mg

Asam mefenamat 3x500mg

Metronidazole 3x500mg

Vit B com 2x1 tab

2-11-2014

06.00 WIB

Subjektif :

Objektif :

TD : 130/70 mmHg Nadi : 113x/menit

RR : 22x/menit Hb : 9,1g%

Urin jernih

Abdomen kembung berkurang

Assesment : P1A0 post partum dengan ekstraksi vakum a/i kala II lama

Planning :

Page 20: BAB I-III laporan kasus post partus dengan ekstraksi vakum

20

IVFD up

Ciprofloxacin 3x500mg

Metronidazole 3x500mg

Asam mefenamat 3x500mg

Vit B com 2x1 tab

Urin cathether up

3-11-2014

08.00 WIB

Subjektif :

Objektif :

TD : 140/90mmHg Nadi : 117x/menit

RR : 22x/menit Hb : 9,1g%

Assesment : P1A0 post partum dengan ekstraksi vakum a/i kala II lama

Planning : boleh pulang

Ciprofloxacin 3x500mg

Metronidazole 3x500mg

Asam Mefenamat 3x500mg

Vit B com 2x1tab

BAB IV

Page 21: BAB I-III laporan kasus post partus dengan ekstraksi vakum

21

PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan

Pada tanggal 29 Oktober 2014, Ny. A.W berusia 32 tahun tinggal di

perumahan bukit hijau kabupaten Banyuasin, suku asli Palembang,

berkebangsaan Indonesia, pekerjaan sebagai guru TK, datang ke Ponek

RSUD Palembang BARI pukul 9.00 WIB dengan keluhan bayi tidak lahir-

lahir sejak 2 jam setelah pembukaan lengkap pada pukul 06.00 WIB.

Ketuban sudah dipecahkan oleh bidan ±10 jam SMRS. Pasien mengaku

hamil cukup bulan dan gerakan janin masih dirasakan. Berdasarkan

anamnesis pasien sudah dalam keadaan inpartu kala II lama.

Tatalaksana yang dilakukan adalah pemasangan IVFD RL, ekstraksi

vakum, penjahitan robekan jalan lahir, pemberian antibiotik profilaksis

terhadap kemungkinan infeksi.

Pada kasus ini tidak ada kelainan tenaga (his), tidak ada kelainan

bentuk janin, tidak ada kelainan panggul. Penyebab kala II lama pada kasus

ini adalah ibu yag kurang kooperatif, dan dapat juga disebabkan partus

kering (dry labour) karena pasien ini ketubannya sudah dipecahkan sejak ±

10 jam SMRS, sehingga dipilih terminasi kehamilan dengan ekstraksi

vakum. Pada kasus ini syarat-syarat ekstraksi vakum sudah terpenuhi

karena ketuban sudah pecah, pembukaan sudah lengkap, bayi kecil,

kontraksi (tenaga mengejan) ibu ada.

Pemilihan terminasi kehamilan dengan cara ekstraksi vakum pada

kasus ini sesuai dengan indikasi dan syarat ekstraksi vakum.

Adapun indikasi ekstraksi vakum antara lain:

Indikasi ibu : untuk memperpendek kala II, misalnya pada penyakit

jantung, gangguan pernapasan, hipertensi dan ibu kelelahan.

Indikasi janin : adanya gawat janin

Page 22: BAB I-III laporan kasus post partus dengan ekstraksi vakum

22

Indikasi waktu : kala II memanjang

Konta indikasi ekstraksi vakum:

Faktor ibu:

1. Adanya ruptur uteri membakat

2. Adanya penyakit ibu yang secara mutlak ibu tidak boleh

mengejan

Faktor janin:

1. Malposisi janin

2. Janin preterm

Pada kasus ini tidak ditemukan kontra indikasi untuk dilakukannya

ekstraksi vakum.

BAB V

Page 23: BAB I-III laporan kasus post partus dengan ekstraksi vakum

23

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan pembahasan, dapat diambil kesimpulan:

1. Diagnosis yang ditegakkan sudah tepat

2. Penatalaksanaan untuk kasus ini yaitu dengan ekstraksi vakum sudah tepat

karena memenuh syarat dan dilakukan dengan indikasi kala II lama.

DAFTAR PUSTAKA

Page 24: BAB I-III laporan kasus post partus dengan ekstraksi vakum

24

1. Sutoto dan Herman K. Ekstraksi vakum. Dalam; Ilmu Fhantom Bedah

Obstetri edisi 1999, Semarang, Badan Penerbit Universitas Dipenogoro,

1999: 41-45.

2. Mochtar Rustam. Partus Lama. Dalam; Sinopsis Obstetri edisi 2, Jakarta,

EGC Penerbit buku kedokteran, 1998.

3. Prawirohardjo S. Fisiologi dan Mekanisme Persalinan Normal. Dalam;

Ilmu Kebidanan edisi 3, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka, 1999.

4. Sastrawinata S. Persalinan. Dalam; Obstetri Fisiologi edisi 1983, Bandung,

ELEMAN, 1983.

5. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Ketuban Pecah Dini dan

Ekstraksi Vakum. Dalam; Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal, Jakarta, YBP-SP, 2002.

6. Sastrawinata S. Obstetri Patologi edisi 1981, Bandung, Elstar offset, 1981.

7. . American Family Physican. Assisted vaginal delivery using the vacuum

extractor [Internet]. C2000 [diakses pada 2014 Oct 30]. Available from :

http://www.aafp.org/afp/2000/0915/p1316.html

8. Hadi R. Persalinan dengan cara ekstraksi vakum oleh bidan di RSUD DR

Soedono Madiun tahun 1998. Cermin Dunia Kedokteran [Internet]. 2001

[diakses pada 51 2014 Nov 2]: 37(2):966-970. Available from:

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_133_obstetri_dan_ginekologi.p

df

9. Darmayanti A.R., Pramono B.A. Luaran Maternal dan Perinatal pada

Wanita Usia Lebih dari 35 Tahun di RSUP Dr. Kariadi Semarang tahun

2008. Eprints Undip [Internet] . 2010 [diakses pada 2014 Oct 31];

Available from : http://eprints.undip.ac.id/4733/1/Luaran_maternal.pdf

10. Falah M. Karakteristik Ibu yang Bersalin dengan cara Ektraksi Vakum dan

Forceps di RSUP dr. Kariadi tahun 2009-2010. Dalam; Laporan Hasil

Akhir Penelitian Karya Tulis Ilmiah. Bandung, UNPAD. 2012.

Page 25: BAB I-III laporan kasus post partus dengan ekstraksi vakum

25

11. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pertolongan persalinan oleh

tenaga kesehatan efektif turunkan angka kematian ibu di

Indonesia[ Internet ]. C2010 [diakses pada 2014 Oct 30]. Available from:

http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1076-pertolongan-

persalinan-oleh-tenaga-kesehatan-efektif-turunkan-aki-di-indonesia.html