Tekhnik Ekstraksi Vakum Mu2n

download Tekhnik Ekstraksi Vakum Mu2n

of 43

Transcript of Tekhnik Ekstraksi Vakum Mu2n

Tekhnik Ekstraksi Vakum

Ekstraksi vakum merupakan suatu tindakan kebidanan untuk membantu persalinan atau pengeluaran bayi dengan menggunakan tenaga negatif (vakum) pada kepala bayi. Ektraksi vakum ini dilakukan dengan indikasi persalinan lama, adanya gawat janin, adanya penyakit jantung kompensata saat persalinan, atau adanya penyakit paru fibrotik. Namun ekstraksi vakum ini tidak boleh dilakukan jika terdapat bakat atau riwayat ruptur uteri pada ibu, letak lintang, presentasi muka, presentasi bokong, atau preterm. Syarat-syarat yang harus dipenuhi jika hendak melakukan ekstraksi vakum adalah pembukaan serviks lengkap, kepala janin terletak di Hodge III dan engaged, tidak ada CPD (cephalopelvic dysproportion), ada his atau tenaga untuk mengejan, dan ketuban telah pecah atau dipecahkan. Sebelum melakukan vakum ekstraksi, lakukan persiapan berikut ini: Informed consent pada pasien dan keluarga Siapkan posisi ibu pada posisi litotomi Pasang kateter urin untuk mengosongkan kandung kemih Kosongkan rektum Bersihkan vulva dan perineum dengan antiseptik Siapkan alat-alat vakum Ekstraksi vakum dimulai dengan pemeriksaan dalam untuk mengetahui posisi kepala, posisi ubun-ubun kecil dan menentukan letak denominator. Kemudian lakukan episiotomi primer sebelum meletakkan cup vakum pada primigravida, namun pada multipara dilakukan jika

perineum berisiko robek. Dapat pula dilakukan episiotomi sekunder saat kepala hampir lahir dan perineum sudah meregang. Kemudian lakukan kembali pemeriksaan dalam untuk menilai pembukaan serviks dan letak kepala janin. Pilih cup yang akan dipakai, biasanya menggunakan nomor 5 pada pembukaan serviks lengkap. Masukkan cup ke dalam vagina dalam posisi miring kemudian tegak lurus menghadap bagian kepala terrendah menjauhi ubun-ubun besar. Pada presentasi belakang kepala, pasang cup pada oksiput, namun jika oksiput tidak jelas, maka pasang cup dekat sakrum ibu. Kemudian setelah cup terpasang maka periksa sekitar cup, apakah ada jaringan serviks atau vagina yang terjepit. Lakukan penghisapan dengan pompa penghisap dengan tenaga -0,2 kg/cm3, tunggu 2 menit. Kemudian naikkan perlahan-lahan tekanan sebesar -0,2 kg/cm3 setiap 2 menit hingga mencapai -0,7 sampai -0,8kg/cm3. Bersamaan dengan timbulnya his, mintalah ibu untuk mengejan. Kemudian tarik cup sesuai arah sumbu panggul dan mengikuti putaran paksi dalam. Ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri menahan cup dalam posisinya, sedangkan tangan kanan menarik pemegang. Saat terjadi his, lakukan tarikan, dan hentikan saat his berhenti. Lahirkan kepala bayi dengan menarik cup ke atas, hingga kepala melakukan gerakan defleksi. Sementara itu, tangan kiri penolong menahan perineum. Ketika kepala lahir, maka lepaskan cup. Setelah kepala keluar, lakukan tekhnik pertolongan persalinan untuk melahirkan badan, kaki hingga plasenta. Sebaiknya tarikan tidak lebih dari 20 menit, maksimal lama tarikan 40 menit. Ekstraksi vakum disebut gagal jika dalam setengah jam traksi tidak berhasil, dan jika saat penarikan, cup terlepas sebanyak 3 kali.

http://klinikkesehatan.com/tekhnik-ekstraksi-vakum.htm

VAKUM EKSTRAKSI ATAS INDIKASI KALA II TAK MAJU PADA PASIEN G2P1A0 HAMIL 40 MINGGU 3 HARI USIA 29 TAHUNDibuat oleh: Jumiati,Modifikasi terakhir pada Sun 07 of Aug, 2011 [17:49]

Abstrak

Seorang wanita G2P1A0 hamil 40 minggu 3 hari usia 29 tahun datang dengan keluhan kenceng-kenceng dan banyak keluar lender darah dari jalan lahir. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien didiagnosis kala II tak maju. Penatalaksanaan pada pasien ini berupa vakum ekstraksi. Vakum ekstraksi adalah suatu persal;inan buatan dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi negative pada kepalanya.

Kata kunci : kala II tak maju, vakum ekstraksi

History

Pasien datang ke VK RSUD Salatiga, seorang wanita G2P1A0 hamil 40 minggu 3 hari usia 29 tahun datang dengan keluhan kenceng-kenceng dan banyak keluar lendir darah dari jalan lahir Pasien merupakan kiriman bidan dengan kala II tak maju. Riwayat penyakit jantung, diabetes mellitus, hipertensi, asma dan trauma sebelumnya disangkal. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien baik, compos mentis. Vital sign tekanan darah: 110/80 mmHg, nadi: 92 x/menit, suhu: 37 C, respirasi: 20 x/menit. Status ginekologi: Abdomen Inspeksi : perut membuncit, membujur, striae gravidarum (+)

Palpasi

:

L1 : TFU 3 jari dibawah proc.xypoideus, teraba besar, bulat, lunak, jumlah satu. L2 : kanan terasa bagian kecil, kiri teraba bagian memanjang ada tahanan. L3 : teraba bagian besar, keras, jumlah satu. L4 : divergen. PD Pembukaan 6-7, porsio tebal dan lunak, kepala turun Hodge I, kulit ketuban (+)

Diagnosis

Kala II tak maju

Terapi

Vakum ekstraksi

Diskusi

Ekstraksi vakum adalah persalinan buatan yang dilakukan dengan cara membuat tekanan negative pada kepala janin sehingga terbentuk kaput buatan dan janin dapat dilahirkan pervaginam. Alat Vakum terdiri dari: 1.Mangkuk vakum 2.Rantai vakum 3.Pemegang vakum 4.Selang penghubung mangkuk vakum ke botol vakum 5.Botol vakum 6.Pompa vakum Indikasi untuk melakukan ekstraksi vakum: Indikasi Ibu: Pada ibu dengan penyakit paru, jantung Indikasi Anak: Gawat janin (masih kontroversi) Indikasi waktu: kala II lama / persalinan lama Kontra indikasi dalam melakukan ekstraksi vakum: Faktor ibu: - Pada ibu yang tidak dapat mengedan sama sekali - Rupture uteri imminens - Panggul sempit / DKP Faktor Janin: - Janin preterm - Presentasi muka - Malposisi

Faktor Penolong: - Tidak berpengalaman / keahlian kurang - Tidak mengetahui pasti dimana posisi kepala janin - Indikasi yang tidak jelas Syarat dalam melakukan ekstraksi vakum: 1. Presentasi belakang kepala 2. Penurunan kepala HIII+ 3. Ketuban (-) 4. Tidak ada DKP / panggul sempit 5. Pembukaan lengkap 6. Harus ada tenaga mengedan dari ibu Prosedur dalam melakukan ekstraksi vakum: 1. Ibu tidur dalam posisi litotomi 2. Persiapan alat vakum 3. Setelah persiapan vakum selesai, dipilih mangkuk yang sesuai dengan pembukaan serviks, pada pembukaan lengkap, biasanya ukuran mangkuk yang dipilih adalah mangkuk nomor 5 4. Mangkuk dimasukkan ke dalam vagina dalam posisi miring, kemudian dipasang di bagian terendah kepala, menjauhi ubun-ubun besar 5. Setelah mangkuk terpasang, dilakukan pemeriksaan ulang, apakah ada jalan lahir/ jaringan yang terjepit. 6. Setelah itu pompa vakum dinyalakan, dimulai dengan tekanan -0,2kg/cm2 selama 2 menit, kemudian dinaikkan lagi menjadi -0,4kg/cm2 selama 2 menit, kemudian dinaikkan lagi menjadi -0,6kg/cm2. 7. Setelah itu, dilakukan traksi percobaan, dilihat apakah saat dilakukan traksi , kepala janin ikut turun. Jika tidak, pemasangan mangkuk diulangi lagi. 8. Bersamaan dengan timbulnya his, ibu disuruh mengejan, dan mangkuk ditarik searah dengan sumbu panggul. Pada waktu melakukan tarikan , harus ada koordinasi yang baik antara tangan kiri dan kanan penolong

9. Ibu jari dan telunjuk tangan kiri penolong menahan mangkuk,agar mangkuk selalu dalam posisi yang benar, sehingga tidak terlepas. sedangkan tangan kanan melakukan tarikan dengan memegang pada pemegang. 10. Traksi dilakukan selama ada his, dan harus mengikuti putaran paksi dalam , sampai occiput terlihat sebagai hipomoklion, traksi dilakukan curam ke arah atas, dan tangan kiri menahan perineum saat kepala meregang perineum, hinggal lahirlah dahi, mata, hidung, mulut, dan dagu janin. 11. Setelah kepala lahir, tekanan dihentikan , dan mangkuk dilepaskan, janin dilahirkan seperti persalinan normal biasa. Ekstraksi vakum dikatakan gagal apabila: 1. Waktu dilakukan traksi, mangkuk terlepas sebanyak 3 kali, 2. Dalam waktu setengah jam dilakukan ekstraksi , janin tidak lahir juga, pilihannya adalah : a. Dicoba dengan ekstraksi forceps, asal syarat lainnya juga memenuhi b. Dilakukan section cesarean

Kesimpulan

Ekstraksi vakum adalah persalinan buatan yang dilakukan dengan cara membuat tekanan negative pada kepala janin sehingga terbentuk kaput buatan dan janin dapat dilahirkan pervaginam. Pada pasien ini, dilakukan vakum ekstraksi atas indikasi kala II tak maju.

Referensi

Saifuddin, A. B. 2002. Kesehatan Reproduksi Wanita. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta. Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan: Penyakit Dan Kelainan Alat Kandungan. Yayasan Binapustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta

Penulis

Jumiati, Bagian Ilmu Penyakit Kandungan dan Kebidanan, RSUD Salatiga http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?page=VAKUM+EKSTRAKSI+ATAS+INDI KASI+KALA+II+TAK+MAJU+PADA+PASIEN+G2P1A0+HAMIL+40+MINGGU+3+HA RI+USIA+29+TAHUN+ Artikel Kategori : Artikel Ibu

Ekstraksi vakum dan cunam (forceps) Alat vakum (lihat gambar 1) atau cunam (lihat gambar 2) dipakai untuk membantu persalinan. Pemakaian kedua macam alat ini cenderung menurun, terutama alat cunam. Padahal alat ini bila digunakan pada saat yang tepat dapat menghindari keperluan untuk operasi sesar. Memang harus diakui bahwa untuk menggunakan alat cunam diperlukan keterampilan yang lebih dibandingkan dengan alat vakum. Gambar 1. Salah satu alat vakum Gambar 2. Salah satu alat cunam Gambar cunam tampak agak mengerikan bila membayangkannya dipakai untuk membantu persalinan, tetapi bila pemakaiannya tepat justru alat ini tidak meninggalkan jejas/gores pada janin. Biasanya indikasi atau alasan untuk menggunakan alat ini adalah ibu yang kelelahan meneran, atau janin perlu segera dikeluarkan, atau ibu tidak diperkenankan meneran terlalu kuat. Di samping itu, ada syarat yang harus dipenuhi agar pelaksanaan berjalan lancar. Syarat ini bisa dinilai oleh dokter, apakah terpenuhi atau tidak dengan melakukan pemeriksaan dalam. Salah satu keuntungan menggunakan alat cunam adalah tidak terdapatnya jejas pada kepala janin (kalau dilakukan dengan baik). Dan di sinilah letak keterampilan yang diperlukan untuk memasang alat cunam dengan tepat. Bila digunakan alat vakum, pertama-tama dipasang semacam cup di kepala janin, lalu udara dikeluarkan dengan memompa keluar, sehingga cup menempel pada kepala janin. Bersamaan

dengan kontraksi rahim dan tenaga meneran ibu dilakukan tarikan. Saat janin sudah lahir, akan tampak seperti benjolan di kulit kepala janin yang akan menghilang dalam dua atau tiga hari.(lihat gambar 3). Gambar 3 Seperti hampir pada setiap tindakan kedokteran, ada risiko akibat tindakan, tetapi kalau dilakukan dengan baik, maka risikonya pada janin maupun ibu menjadi minim.

Penulis : dr.Handaya SpOG http://herminahospitalgroup.com/home/article/21

Pengaruh Ekstraksi Vakum pada Kecerdasan Anak April 23, 2008Posted by drandalas in Seputar Kehamilan. trackback Tidak semua persalinan seseorang bisa berlangsung lancar secara normal, kadang akan melalui proses persalinan buatan dengan alat ektraksi vakum , forseps, atau melalui proses operasi Caesar. Cara persalinan buatan dengan ekstraksi vakum relatif banyak digunakan para dokter kebidanan saat ini, teknik persalinan buatan ini relatif aman baik bagi ibu maupun bayinya. Selama ini banyak beredar rumor di masyarakat tentang dampak buruk ekstraksi vakum bagi kesehatan anak, sehingga para ibu takut dan menolak dilakukan ekstraksi vakum sehingga meminta tindakan operasi Caesar. Sebenarnya alasan penolakan sang ibu tersebut kurang tepat karena semua tindakan persalinan dengan alat bantu tersebut jika dilakukan oleh tenaga terlatih/profesional yang kompeten, tetap aman bagi bayi dan ibu. Penggunaan alat ekstraksi vakum bertujuan membantu sang bayi lahir tepat waktu sesuai kesepakatan umum yang dipakai para ahli kebidanan yakni pada kehamilan pertama rentang waktu mengejan antara sampai 2 jam dan untuk ibu yang sudah pernah melahirkan dengan rentang waktu hingga 1 jam, malah rentang waktu tersebut bisa dipersingkat atas indikasi bayi atau ibu. Semua batasan waktu yang dipakai tersebut demi upaya menurunkan risiko angka kesakitan dan kematian terhadap bayi. Teknik melahirkan bayi menggunakan alat vakum telah diperkenalkan sejak tahun 1840 oleh Simpson, dan model alat ini terus berubah demi mengurangi risiko pada bayi yang diperkenalkan Malmstrom tahun 1954. Alat ekstraksi vakum dibuat dalam dua bentuk. Ada yang terbuat dari bahan stainless dan silastic yang masing-masing punya keunggulan. Prinsip kerja alat ekstraksi vakum adalah dengan memberikan tekanan negatif,sehingga akan membentuk kaput dikulit kepala bayi yang berguna sebagai tempat tarikan saat ibu mengejan. Penggunaan alat ektraksi vakum pada persalinan buatan hanya untuk tenaga tambahan bukan menggantikan tenaga mengejan ibu, kekuatan dan teknik dalam menarik kepala bayi inilah yang sering menjadi faktor risiko terjadi komplikasi terutama untuk bayi. Bila tarikan terlalu kuat berisiko terjadi perdarahan dibawah kulit atau perdarahan otak. Karena dilakukan tarikan kepala bayi dengan ala Alasan pemilihan alat ekstraksi vakum (alat bantu persalinan pervaginam) adalah untuk

menghindari tingginya angka operasi Caesar, yang sudah tentu membutuhkan biaya relatif lebih besar dan risiko dari tindakan operasi terhadap ibu, bila dibandingkan dengan tindakan ekstraksi vakum. Hal yang sering membuat sang ibu takut anaknya dilahirkan dengan ekstaksi vakum adalah akibat terbentuknya kaput (kulit kepala anak yang menonjol) segera saat bayi lahir, sebenarnya kaput tersebut tak perlu dirisaukan sebab kaput tersebut memang harus ada untuk tempat kepala bayi tersebut. Seorang tenaga profesional dalam melakukan tarikan telah mempunyai feeling atau rasa dalam kekuatan tarikan yang diberikan, operator biasa dapat menilai apakah tarikan yang diberikan telah sesuai dengan menilai ada bagian kepala anak yang turun dari jalan lahir. Bila tarikan yang diberikan telah optimal tapi tidak signifikan dengan majunya kepala bayi, dokter/operator kemungkinan akan mempertimbangkan tindakan operasi Caesar, demi mencegah hal komplikasi yang tidak diinginkan Komplikasi yang sering terjadi pada tindakan partus buatan dengan ektraksi vakum, biasanya timbul akibat terlalu lama dan terlalu kuatnya tarikan. Kadang sering juga operator menghadapi kendala dari pihak keluarga akibat sikap keluarga yang tidak siap untuk operasi dan meminta dokter untuk mencoba tetap lahir pervaginam, walau dokter telah merasa tarikan vakum sangat berat. Dampak dari anak yang dilahirkan dengan bantuan alat ektraksi vakum bila dilakukan oleh tenaga profesional biasanya tetap aman, seperti laporan penelitian yang dilakukan oleh Towner dkk dari California (1999) dari 583.400 wanita, selama 2 tahun, baik melalui operasi, tarikan forseps, vakum dan lahir spontan. Dari hasil penelitian tersebut terlihat risiko terjadi perdarahan intrakranial pada bayi sangat bervariatif baik ibu melahirkan secara normal, memakai alat maupun dengan lahir dengan operasi Caesar. Sebagai contoh, risiko terjadi perdarahan intrakranial akibat tindakan vakum 1 0rang setiap 860 tindakan, sedangkan akibat lahir spontan 1 kasus setiap 1900. Sedangkan bila bayi lahir dengan tarikan forseps risiko perdarahan otak hanya 1 kasus setiap 600 bila dibandingkan dengan operasi Caesar 1 kasus setiap 900. Hasil penelitian tadi memberi gambaran pada kita tentang kecilnya risiko terjadi perdarahan otak pada bayi yang dilahirkan dengan ekstraksi vakum Sedang dalam hal pengaruh terhadap kepintaran sang anak juga tidak ada perbedaan yang bermakna, mari kita amati penelitian yang dilakukan Seidman dkk(1991) di West Yerusssalem Hospital setelah sang anak berusia 17 tahun, anak yang dilahirkan spontan mempunyai inteligen skore 105, kelahiran dengan Forseps 104, anak yang lahir dengan vakum 105 dan dengan operasi Caesar 103. Malah hasil anak yang dioperasi memberikan hasil Inteligen skor yang relatif rendah dari lahir pervaginam. Bila kita kaji hasil penelitian ini memberikan masukan yang jauh berbeda dengan anggapan masyarakat selama ini, seolah-olah kalau mau anak pintar sebaiknya lahir denan operasi Caesar. Tindakan operasi pasti sangat praktis karena segera kita dapat melihat bayi lahir, akan tetapi perlu dingat dan dipertimbangkan tindakan operasi mempunyai risiko komplikasi. Pilihan tindakan operasi sebaiknya hanya dilakukan pada kasus-kasus yang memang mutlak diperlukan bukan oleh karena alasan alasan yang irasional. Karena kalau dengan alasan akan kepintaran anak, jelas-jelas tidak beralasan karena dari beberapa penelitian tidak menunjukkan perbedaan yang nyata lebih baik atau bermakna tingkat intelegensi anak yang dilahirkan dengan operasi Caesar dengan lahir normal atau tindakan ekstraksi vakum. Masalah Keluhan komplikasi ringan yang sering ditakutkan dari kelahiran dengan alat vakum akibat adanya caput sebenarnya tak perlu dirisaukan karena caput tersebut akan hilang dalam beberapa hari. Pada persalinan normal dengan waktu lahir memanjang capu bisa juga di temukan pada kepala bayi, caput tersebut muncul sebagai adaptasi kepala anak terhadap proses turunnya kepala melalui jalan lahir.Caput di kepala akan besar bila kekuatan sakit akibat kontraksi rahim (his) yang terjadi sangat kuat akan tetapi pembukaan tetap kecil, dan caput lebih besar bila ketuban sang ibu telah pecah lebih awal.

Risiko komplikasi lanjutan bisa terjadi berupa perdararahan dibawah kulit kepala (cephalohematom) atau perdarahan didalam rongga (intrakranial hemorhagi) akan tetapi sangat jarang.. Kedua komplikasi ini mudah dibedakan dengan caput suksedadeum yang lahir normal atau dengan tindakan vakum, pembengkakan dikepala(caput) akibat tindakan vakum akan hilang dalam beberapa jam sampai beberapa hari. Sedang perdarahan dibawah kulit (cephalo hematom) yang terbentuk beberapa jam setelah lahir dan akan hilang seminggu kemudian, bahkan ada kasus yang hilang sampai berbulan-bulan. Bila terjadi perdarahan otak akan dikelola bersama bersama tim dokter bedah saraf atau bedah anak, dan dokter anak(perinatologis). Jadi bila dilihat dari hasil beberapa penelitian baik dalam hal rendahnya insidensi kejadian perdarahan intrakranial pada partus buatan dengan ekstraksi vakum, juga dalam hal tidak berpengaruhnya tingkat kecerdasan anak yang persalinannya melalui ektraksi vakum, yang dilakukan oleh tenaga profesional mempunyai tingkat kompetensi/kecakapan cukup, maka jelas tidak ada alasan lagi para ibu dalam hal kekuatiran akan terjadi komplikasi. Sebaiknya keluarga sang ibu terus/selalu berkonsultasi dengan dokter dalam setiap tindakan yang akan diambil dan bila pasien tidak bertanya sudah menjadi tugas dokter menjelaskan detail tindakan apa yang akan diambil beserta segala kemungkinan risiko.. http://klinikdokterandalas.wordpress.com/2008/04/23/pengaruh-ekstraksi-vakumpada-kecerdasan-anak/

IkhtisarPembatasan pertumbuhan intrauterin (IUGR) mengacu pada suatu kondisi di mana janin tidak mampu untuk mencapai ukuran yang ditentukan secara genetis potensinya. Definisi fungsional berusaha untuk mengidentifikasi populasi janin berisiko untuk dimodifikasi namun hasilnya dinyatakan miskin. Definisi ini mengecualikan sengaja janin yang kecil untuk usia kehamilan (SGA) tetapi tidak patologis kecil. SGA didefinisikan sebagai pertumbuhan pada persentil 10 atau kurang untuk berat dari semua janin pada usia kehamilan. Tidak semua janin yang SGA yang patologis pertumbuhan dibatasi dan, pada kenyataannya, mungkin konstitusional kecil. Demikian pula, tidak semua janin yang tidak memenuhi potensi pertumbuhan genetik mereka dalam waktu kurang dari 10 persentil untuk berat janin diperkirakan (EFW). Dari semua janin pada atau di bawah persentil 10 untuk pertumbuhan, hanya sekitar 40% berada pada risiko tinggi kematian perinatal berpotensi dicegah (lihat gambar di bawah). 40% lainnya dari janin secara konstitusional kecil. Karena diagnosis ini dapat dilakukan dengan kepastian hanya pada neonatus, sejumlah besar janin yang sehat tetapi SGA akan dikenakan berisiko tinggi protokol dan, berpotensi, prematuritas iatrogenik.

Pembatasan pertumbuhan janin. Distribusi janin kecil.

20% sisa janin yang SGA secara intrinsik kecil sekunder etiologi kromosom atau lingkungan. Contohnya termasuk janin dengan trisomi 18, infeksi cytomegalovirus, atau sindrom alkohol janin. Ini janin kurang mungkin memperoleh manfaat dari intervensi prenatal, dan prognosis mereka yang paling erat terkait dengan etiologi yang mendasari. Tantangan klinisi adalah untuk mengidentifikasi janin PJT yang kesehatannya terancam dalam rahim karena lingkungan intrauterin bermusuhan dan untuk memantau dan intervensi tepat. Tantangan ini juga mencakup mengidentifikasi janin kecil tapi sehat dan menghindari kerugian iatrogenik kepada mereka atau ibu mereka. http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://emedicine.meds cape.com/article/261226-overview Tingkat Pasal ini: Bagaimana Anda tahu jika bayi Anda berkembang dalam diri Anda? Apa tanda-tanda peringatan gawat janin? Perawat kandungan Wanda Steele memberitahu Anda beberapa hal Anda dan penyedia layanan kesehatan Anda mungkin melihat. Wanda Steele, RN Pertanyaan: Apa saja tanda dan gejala gawat janin? - Carson Jawaban ahli: Hi Carson,

Sayangnya, ada cara sangat sedikit untuk mengetahui bahwa janin Anda dalam kesulitan dalam rahim. Satu hal yang kita lakukan bergantung banyak pada adalah " menghitung tendangan . " Ibu melakukan hal ini dirinya sendiri saat terjadi aktivitas normal sehari-hari. Jika janin belum mencapai setidaknya 10 gerakan dari setelah sarapan sampai sore pertengahan, kami meminta ibu untuk menghubungi kami. Jika 10 gerakan telah tercapai, dia tidak khawatir tentang menghitung lebih lanjut sampai hari berikutnya. Kita biasanya hanya meminta ibu-ibu yang memiliki atau beresiko untuk masalah atau mengeluh gerakan janin menurun untuk melakukan kegiatan ini. Jika seseorang menelepon dan mengatakan bahwa bayinya tidak bergerak sepuluh kali dalam periode waktu, maka dia diminta untuk datang ke kantor untuk Uji Non-Stres (NST). Pasien harus makan baru, mengosongkan kandung kemihnya dan harus minum cairan. Dia dihubungkan ke monitor janin dan diminta untuk menekan tombol setiap kali dia merasakan gerakan bayi. Pada saat yang sama bahwa dia melakukan ini, tanda kecil dibuat pada strip monitor. (Banyak kali kita menemukan bahwa bayi memang sering bergerak, tapi ibu telah menjadi begitu terbiasa dengan gerakan yang ia tidak menyadarinya untuk sementara waktu.) Strip monitor juga mendaftarkan denyut jantung janin dan aktivitas uterus apapun. Pada saat gerakan kita ingin melihat kenaikan terkait dalam denyut jantung janin minimal 15 ketukan di atas dasar yang berlangsung selama minimal 15 detik. Kita perlu melihat setidaknya 2 dari percepatan dalam kerangka waktu sepuluh menit dan tes harus tidak kurang dari 20 menit durasi. Kami juga tidak ingin melihat deselerasi pada detak jantung janin yang terjadi dengan atau tanpa gerakan atau dalam menanggapi kontraksi. Ini adalah American College of Obstetri Ginekologi dan standar untuk tes ini, dan uji harus dievaluasi oleh dokter. Jika tes ini jika ditemukan non-menenangkan - yang akan dicatat oleh kurangnya gerakan janin, kurangnya akselerasi sesuai dengan gerakan atau deselerasi dari denyut jantung pengujian lebih lanjut akan dipesan. Ini mungkin melibatkan USG untuk menilai kesejahteraan janin, profil biofisik. Pemantauan lebih lanjut juga akan ditunjukkan. Jika tes ini tidak meyakinkan, pengiriman mungkin diperlukan. Gawat janin selama fase persalinan dapat dicatat sama dengan mengamati bayi pada monitor janin. Deselerasi denyut jantung janin yang terjadi dengan kontraksi dapat respon normal oleh bayi, asalkan bayi kembali ke awal saat kontraksi ini berakhir dan perlambatan itu tidak "terlalu dalam terlalu lama." Jika denyut jantung janin harus turun dan tidak kembali ke baseline segera dengan cairan meningkat, oksigen dan perubahan posisi, ini bisa mengindikasikan masalah yang bisa berarti pengiriman cepat diperlukan. Berulang, deselerasi halus yang terjadi setelah kontraksi telah dimulai dan kembali ke dasar setelah kontraksi dengan baik atas ("deselerasi lambat") dianggap sebagai pertanda buruk, dan pengiriman biasanya cepat jika bayi tidak menanggapi langkah-langkah yang sama saya sebutkan di atas. Harap diingat bahwa evaluasi strip monitor janin adalah proses yang sangat rumit, dan saya hanya memberikan Anda beberapa dasar-dasar di sini. Ini bukanlah sesuatu yang harus dilakukan oleh seorang amatir, dan hanya harus dilakukan oleh seorang profesional yang sangat terlatih yang telah memiliki pelatihan khusus dalam bidang pemantauan janin.

Warna cairan ketuban juga dapat dianggap sebagai tanda gawat janin. Cairan harus jelas tetapi bisa berubah warna. Jika hijau atau coklat gelap (bernoda mekonium, buang air besar pertama bayi), ini akan menunjukkan telah terjadi stres pada bayi. Tentu saja, yang tidak akan mempertimbangkan tenaga kerja, dalam dan dari dirinya sendiri, stres? Jika berdarah, ini bisa mengindikasikan perdarahan masalah dengan plasenta. Ada tes lebih lanjut yang bisa dilakukan, seperti pH kulit kepala, tapi itu akan tergantung pada evaluasi situasi oleh dokter. Sekali lagi, saya meminta Anda mempertimbangkan bahwa evaluasi dari semua hal yang saya sebutkan di atas harus dilakukan oleh profesional yang sangat terlatih. Ia membayar untuk menjadi pasien informasi, dan saya menganjurkan hak Anda untuk tahu apa yang terjadi dengan sepenuh hati, tetapi membiarkan profesional Anda percaya dengan Anda sendiri dan perawatan bayi Anda melakukan pekerjaan mereka. Untuk saat ini, makan dengan baik, berjalan-jalan bagus dan menikmati sendiri. Pengasuh Anda akan memberitahu Anda ketika ada alasan untuk khawatir. http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.pregnancy andbaby.com/pregnancy/articles/944619/what-are-the-signs-of-fetal-distress

Distress janin Selama Kehamilan

Sebuah pengiriman cepat biasanya dalam rangka untuk meringankan penderitaan bayi Anda - dan Anda13 0 ShareTwitter E-mail

Apa itu adalah: distres janin adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan apa yang terjadi ketika suplai oksigen bayi Anda dikompromikan dalam rahim - baik selama kehamilan atau selama persalinan. Marabahaya mungkin disebabkan oleh sejumlah faktor seperti penyakit ibu, abrupsio plasenta , kompresi tali pusat, infeksi janin, atau hanya karena ibu berada dalam posisi yang menempatkan tekanan pada pembuluh darah utama, merampas oksigen bayi. Seberapa sering hal ini Insiden tepat gawat janin tidak pasti,? Tapi perkiraan berkisar dari satu dalam setiap 25 kelahiran untuk satu dalam setiap 100 kelahiran. Siapa yang paling berisiko? Ada beberapa kondisi yang dapat menempatkan bayi pada peningkatan risiko untuk gawat janin. Ini termasuk pembatasan pertumbuhan intrauterin , hidramnion atau oligohidramnion , preeklampsia atau eklampsia , gestational diabetes , atau kehamilan ganda.

Apa gejalanya? Bayi yang melakukan dengan baik dalam rahim memiliki yang kuat, detak jantung stabil dan menanggapi rangsangan dengan gerakan yang tepat. Bayi dalam kesusahan bereaksi dengan menurunkan denyut jantung mereka, mereka mengubah pola gerakan (atau bahkan berhenti untuk bergerak sama sekali), dan / atau dengan melewatkan tinja pertama mereka - yang disebut mekonium - sementara masih dalam rahim. Jika Anda khawatir kekurangan oksigen dan / atau penurunan denyut jantung bisa serius bagi bayi dan harus diperbaiki secepat mungkin -? Biasanya dengan pengiriman segera (paling sering oleh C-section - kecuali kelahiran vagina sudah dekat). Apa yang dapat Anda lakukan: Jika Anda berpikir bayi Anda berada dalam tekanan karena Anda sudah melihat perubahan dalam kegiatan janin atau karena Anda tidak mampu menghitung sepuluh tendangan dalam waktu dua jam, hubungi dokter Anda. Ada berteknologi rendah trik Anda dapat mencoba sampai Anda dapat dilihat oleh dokter Anda, seperti memutar ke sisi kiri Anda untuk mengambil tekanan dari pembuluh darah utama Anda. Setelah Anda baik di kantor dokter atau di rumah sakit (atau tenaga kerja), Anda akan ditempatkan pada monitor janin untuk melihat apakah bayi Anda memang menunjukkan tanda-tanda tertekan. Anda mungkin akan diberi oksigen dan cairan tambahan melalui infus untuk membantu Anda lebih baik oksigenat darah dan kembali detak jantung bayi anda normal. Jika teknik ini tidak bekerja, pengobatan terbaik adalah pengiriman cepat. Kadangkadang, itu berarti forsep atau vakum pengiriman; kali lain, itu berarti darurat C-section. http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.whattoexp ect.com/pregnancy/pregnancy-health/complications/fetal-distress.aspx

hubungan kehamilan postterm dengan kejadian gawat janin di RSUP NTB.BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kematian dan kesakitan ibu hamil, bersalin, dan nifas masih merupakan masalah besar di negara berkembang termasuk Indonesia. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian usia subur disebutkan masih terkait dengan kehamilan, persalinan, dan nifas. Lembaga kesehatan dunia World Health Organization (WHO) memperkirakan di seluruh dunia setiap tahun lebih dari 585 ribu meninggal pada saat hamil atau bersalin (Depkes RI 2005). Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tergolong tertinggi jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, yaitu Singapura (3 per 1000), Brunei Darussalam (8 per 1000), Malaysia (10 per 1000), Vietnam (18 per 1000) dan Thailand (20 per 1000).Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2008, Angka Kematian Ibu (AKI) sebanyak 248 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebanyak 35 per 1.000 kelahiran hidup (Depkes RI 2008). AKI dan AKB di Nusa Tenggara Barat (NTB) masih tinggi bahkan untuk AKI terjadi peningkatan pada tahun 2009 menjadi 121 orang, padahal tahun 2008 jumlah AKI 92 orang. Begitu juga dengan AKB pada tahun 2009 masih tercatat sebanyak 824 orang. Untuk menekan angka kematian ini, Pemerintah Provinsi mencanangkan program yang populer yaitu AKINO dan program tersebut telah berjalan. Salah satu program AKINO ini adalah pelayanan melahirkan gratis di seluruh fasilitas kesehatan. (Dikes NTB, 2009). Sesungguhnya tragedi kematian ibu tidak perlu terjadi karena lebih dari 80% kematian ibu sebenarnya dapat dicegah melalui kegiatan yang efektif, yaitu melalui pemeriksaan kehamilan, pemberian gizi yang memadai dan lain-lain. Karena upaya penurunan AKI serta peningkatan derajat kesehatan ibu tetap merupakan prioritas utama dalam pembangunan kesehatan menuju tercapainya Indonesia Sehat 2010 (Depkes RI,2004). Penyebab kematian ibu 90% disebabkan oleh perdarahan, toksemia gravidarum, infeksi, partus lama, komplikasi dan abortus. Kematian ini paling banyak terjadi pada masa sekitar persalinan yang sebenarnya dapat dicegah, Sedangkan 10% disebabkan oleh komplikasi persalinan lain (Depkes RI 2005). Salah satu penyebab kematian ibu di atas telah di uraikan bahwa di sebabkan oleh komplikasi. Kehamilan lewat waktu merupakan salah satu kehamilan yang beresiko tinggi, dimana dapat terjadi komplikasi pada ibu dan janin. Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari Hari Pertama haid terakhir. Kehamilan lewat waktu juga biasa disebut serotinus atau postterm pregnancy, yaitu kehamilan yang berlangsung selama lebih dari 42 minggu atau 294 hari. Beberapa penulis menghitung waktu 42 minggu setelah haid terakhir, ada pula yang mengambil 43 minggu. Postterm, prolonged, postdates, dan postmature merupakan istilah yang lazim digunakan untuk kehamilan yang waktunya melebihi batas waktu normal (40 minggu). Menurut standar internasional dari American College of Obstetricians and Gynocologist (1997), kehamilan jangka panjang atau prolonged pregnancy ialah kehamilan yang terjadi dalam jangka waktu lengkap 42 minggu (294 hari) atau lebih, yang dihitung dari hari pertama haid terakhir. Yang dimaksud lengkap 42 minggu ialah 41 minggu 7 hari, jika 41 minggu 6 hari belum bisa dikatakan lengkap 42 minggu2. Kehamilan yang terjadi dalam jangka waktu >40 minggu sampai dengan 42 minggu disebut kehamilan lewat tanggal atau postdate pregnancy. Di samping itu, lebih dari setengah kematian bayi (56%) merupakan kematian neonatal (bayi baru lahir) yang umumnya berusia 0-6 hari. Penyebab

langsung kematian bayi adalah asfiksia, Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR), dan infeksi. Sedangkan penyebab tidak langsung AKI dan AKB adalah faktor lingkungan, perilaku, genetik dan pelayanan kesehatan (Departemen Kesehatan RI, 2007). Dari data diatas dapat dilihat penyebab langsung kematian bayi yang berada pada urutan pertama adalah asfiksia. Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu yakni terjadinya kehamilan lewat waktu, partus lama, preeklamsi/ eklamsi, perdarahan abnormal, demam selama persalinan. Jadi, jika ingin menekan kematian bayi dan balita, perhatian yang besar perlu pada upaya penyelamatan bayi baru lahir (Depkes RI 2007) . Angka kejadian kehamilan lewat waktu kira-kira 10%, angka ini bervariasi antara 3,5-14%1. Data statistik menunjukkan, angka kematian dalam kehamilan lewat waktu lebih tinggi ketimbang dalam kehamilan cukup bulan, dimana angka kematian kehamilan lewat waktu mencapai 5 - 7 %. Variasi insiden postterm berkisar antara 231,37%7. Dari perolehan data di Rumah Sakit Umum Propinsi NTB pada tahun 2009 diketahui data kasus kebidanan sebagai berikut: pada tahun 2009 periode Januari Desember diperoleh ibu yang bersalin berjumlah 2911 orang dan yang mengalami kehamilan postterm berjumlah 334 orang (11, 47%). Untuk data mengenai kasus gawat janin tahun 2009 periode Januari Desember diperoleh sebanyak 184 kasus (Medikal Record RSUP NTB 2009). Dari berbagai uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan kehamilan postterm dengan kejadian gawat janin di RSUP NTB.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan masalah yaitu Apakah ada hubungan kehamilan postterm dengan kejadian gawat janin? . C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan kehamilan postterm dengan kejadian gawat janin di RSUP NTB. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi kehamilan postterm tahun 2010 Periode Januari-Juni di RSUP NTB. b. Mengidentifikasi kejadian gawat janin tahun 2010 Periode Januari-Juni di RSUP NTB. c. Menganalisis hubungan kehamilan postterm dengan kejadian gawat janin di RSUP NTB. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Tempat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau konstribusi pada tempat penelitian khususnya bidan agar meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. 2. Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi institusi pendidikan khususnya bagi Akademi DIII Kebidanan UNW Mataram sebagai masukan dan menambah referensi tentang hubungan kehamilan postterm dengan kejadian gawat janin. 3. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran untuk mengetahui dan memahami tentang hubungan kehamilan postterm dengan kejadian gawat janin. 4. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan, wawasan dan ide untuk melakukan penelitian selanjutnya tentang hubungan kehamilan postterm dengan kejadian gawat janin. 5. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada masyarakat terutama pada ibu-ibu bersalin tentang hubungan kehamilan postterm dengan kejadian gawat janin. Sehingga masyarakat mengetahui secara dini faktor faktor terjadinya kehamilan postterm pada ibu bersalin. Posted 26th May 2011 by indra kusuma Labels: skripsi kebidanan 0

PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MASA KEHAMILANPERAWATAN DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MASA KEHAMILAN PRINSIP PENGELOLAAN Untuk menghindari kemungkinan terjadinya resiko fatal pada perawatan gigi dan mulut pada masa kehamilan, dalam melaksanakan pengelolaan dokter gigi harus berpegang teguh pada prinsip kerja rutin dengan melaks

PERTUMBUHAN & PERKEMBANGAN MANUSIAPERTUMBUHAN & PERKEMBANGAN MANUSIA Tahap awal perkembangan manusia diawali dengan peristiwa pertemuan/peleburan sel sperma dengan sel ovum yang dikenal dengan peristiwa FERTILISASI.

Cara Bermain Bola yang BaikCara Bermain Bola yang Baik Ada 3 point dasar dlm bermain bola yaitu : 1. Menendang 2. Menangkap 3. Mengumpan Cara menendang yg baik yaitu : 1. Mengumpan dgn menggunakan bagian bawah mata kaki agar powernya terkontrol 2.

Askep Mulut dan GigiAskep Mulut dan Gigi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan keperawatan di Indonesia telah mengalami perubahan yang sangat pesat menuju perkembangan keperawatan sebagai profesi, profesi ini merupakan suatu perubahan yang sangat mendasar dan konsepsional yang mncakup seluruh aspek keperawa

Nov 29

Edwars Syndrome and Jacobs SyndromeEdwards syndrome eMedicine Trisomy 18 (T18) (also known as Trisomy E or Edwards syndrome) is a genetic disorder caused by the presence of all or part of an extra 18th chromosome. It is named after John H.

Sejarah Kejayaan Kerajaan MajapahitSejarah Kejayaan Kerajaan Majapahit Majapahit adl sebuah kerajaan kuno di Indonesia yg pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaan pada masa kekuasaan Hayam Wuruk yg berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389.

AnatomiAMNIOTOMI pemecahan selaput ketuban Selama membran amnion masih utuh, bayi akan terlindung dari infeksi Cairan amnion berfungsi sebagai perisai untuk melindungi bayi dari tekanan kontraksi uterus Kantung ketuban akan pecah secara spontan Istilah untuk menjelaskan penemuan cairan ketuban/selapu

KehamilanPERSIAPAN PERSALINAN A. PERSIAPAN PERSALINAN DAN KELAHIRAN BAYI Agar persalinan Anda berjalan lancar dan tidak lagi perlu khawatir terhadap apa dan bagaimana persiapan selama persalinan berjalan, tidak ada salahnya jika jauh-jauh hari Anda mempersiapkan kebutuhan persalinan tersebut.

Tertawalah mumpung gratis.Tata Tertib Kerja PT. Kadang Sukses Pakaian Kerja Anda disarankan berpakaian sesuai gaji yang anda terima.

Jun 2

PuisiKetulusan cinta Ku sandarkan keluh ini

Pada dinding hati mu Agar hari ini Kepedihan ini berlalu,,,,,, Ku toreh resah ini Pada dasar hati mu Agar kau dapat merasakan Betapa pedihnya hatiku,,,,,,, Ku coba menuai rindu Dalam benak mu Sekedar mengungkapkan kekurangan ku Karena satu kelebihan

Bahan bakar alternatifBriket Batubara sebagai Bahan Bakar Alternatif Pengganti Minyak Tanah Akhir-akhir ini harga bahan bakar minyak dunia meningkat pesat yang berdampak pada?meningkatnya harga jual bahan bakar minyak termasuk minyak tanah.

Dianggap NII Gadungan , 9 Mahasiswa UMM Menjadi KorbanDianggap NII Gadungan , 9 Mahasiswa UMM Menjadi Korban Kamis, 5 Mei 2011. Semakin maraknya NII akhir-akhir ini membuat kecemasan kampus putih.

PEMISAHAN ETANOL DARI HASIL FERMENTASI KULIT BUAH NANAS DENGAN METODE DESTILASIBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan sumber energi semakin hari semakin meningkat. Sebagian besar kebutuhan akan energi diperoleh dari minyak bumi.

Nama-nama latin Flora & FaunaNama latin BINATANG 1. noa quarlesi : Anoa pegunungan 2. Arctictis binturong : Binturung 3. Arctonyx collaris : Pulusan 4. Babyrousa babyrussa : Babirusa 5. Balaenoptera musculus : Paus biru 6. Balaenoptera physalus : Paus bersirip 7. Bos sondaicus : Banteng 8.

PENYALAHGUNAAN NARKOBAPENYALAHGUNAAN NARKOBA Apa itu narkoba..? Narkoba adalah obat/bahan/zat, yang bukan tergolong makanan. Jika diminum, dihirup, dihisap, ditelan,/ di suntikan, berpengaruh terutama pada kerja otak dan sering menyebabkan ketergantungan. Akibatnya kerja otak meningkat atau menurun.

May 28th, 2011Asam Amino Dari sekitar 20 jenis asam amino yang dibutuhkan tubuh, sembilan di antaranya disebut sebagai asam amino esensial atau penting karena tubuh tidak bisa membentuknya dan harus didapat dari makanan.

May 28th, 201110 Gejala Pemanasan Global A. Lapisan Es yang Kian Menipis Ada yang bilang pemanasan global itu hanya khayalan parapecinta lingkungan. Ada yang bilang itu sudah takdir. Ilmuwan juga masih pro dan kontra soal itu. Yang pasti, fenomena alam itu bisa dirasakan dalam 10 kejadian berikut ini.

Bible Prophecy | Online Bible Studies | Videos | WorldsLastChance.com

Bible Prophecy | Online Bible Studies | Videos | WorldsLastChance.com

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PENGAJARAN BERTIMBALBALIK (RECIPROCAL TEACHING) TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA POKOK BAHASAN KOLOID SISWA KELAS XI IPA SEMESTER II SMAN I BOLO BIMA TAHUN PELAJARAN 2009/2010BAB I PENDAHULUAN 1.1.

peningkatan prestasi belajar biologi dan motivasi siswa di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang Tahun Ajaran 2010/2011 melalui model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples.BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan yang cepat di luar bidang pendidikan menjadi tantangan-tantangan yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika cara pengajaran dan pendidikan di Indonesia tidak dirubah, bangsa Indonesia akan ketinggalan dibandingkan dengan negara-negara lain.

hubungan kehamilan postterm dengan kejadian gawat janin di RSUP NTB.BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kematian dan kesakitan ibu hamil, bersalin, dan nifas masih merupakan masalah besar di negara berkembang termasuk Indonesia. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian usia subur disebutkan masih terkait dengan kehamilan, persalinan, dan nifas.

HUBUNGAN KEHAMILAN POSTTERM DENGAN KEJADIAN GAWAT JANIN DI RUANG BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NTBAKI dan AKB di NTB masih tinggi bahkan untuk AKI terjadi peningkatan pada tahun 2009 menjadi 121 orang, pada tahun sebelumnya jumlah AKI 92 orang. Begitu juga dengan AKB pada tahun 2009 masih tercatat sebanyak 824 orang.Loading Send feedback

0

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian ibu dan angka kematian bayi merupakan indikator yang paling penting untuk melakukan penilaian kemampuan suatu negara untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan, khususnya dalam bidang obstetri. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) dan data Biro Pusat Statistik (BPS) angka kematian ibu dalam kehamilan dan persalinan di seluruh dunia mencapai 515 ribu jiwa pertahun. Ini berarti seorang ibu meninggal hampir setiap menit karena komplikasi kehamilan dan persalinannya. Sedangkan angka kematian bayi di Indonesia pada tahun 2007 2-5 kali lebih tinggi mencapai 34 per 1000 kelahiran hidup atau 2 kali lebih besar dari target WHO yaitu sebesar 15% per kelahiran hidup (Suprayitno, 2007). Adapun penyebab kematian perinatal adalah kelainan kongenital, prematuritas, trauma persalinan, infeksi, gawat janin dan asfiksia neonatorum. Terjadinya gawat janin di sebabkan oleh induksi persalinan, infeksi pada ibu, perdarahan, insufisiensi plasenta, prolapsus tali pusat, kehamilan dan persalinan preterm dan postterm. Persalinan postterm menunjukkan bahwa kehamilan telah melampaui waktu perkiraan persalinan menurut hari pertama menstruasinya. Ballantyne 1902 seperti dikutip Manuaba, seorang bidan Scotlandia, untuk pertama kali menyatakan bahwa janin yang terlalu lama dalam kandungan dapat membahayakan dirinya dan ibunya saat persalinan berlangsung. Kemudian berturu-turut 1950 Clifford mengemukakan tentang sindrom postterm baby, sedangkan 1960 Mc Clure menyatakan bahwa angka kematian bayi dengan kehamilan postdate semakin meningkat (Manuaba, 2007). Menurut WHO persalinan postterm adalah keadaan yang menunjukkan bahwa kehamilan berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari. Defenisi ini didasarkan pada hasil observasi epidemiologi yang membuktikan bahwa persalinan postterm dengan disertai gawat janin mempunyai kontribusi terhadap out come kesehatan yang buruk atau 10% dari persalinan adalah persalinan postterm (Hidayat, 2009). Faktor yang merupakan predisposisi terjadinya persalinan postterm diantaranya faktor ibu adalah karena hanya sebagian kecil ibu yang mengingat tanggal menstruasi pertamanya dengan baik dan adanya gangguan terhadap timbulnya persalinan seperti pengaruh esterogen, oksitosin dan saraf uterus. Banyaknya kasus persalinan postterm di Indonesia yang tidak dapat ditegakkan secara pasti diperkirakan sebesar 22% (Prawirohardjo, 2008). Beberapa ahli dapat menyatakan bahwa persalinan preterm akan meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayi. Seringnya kesalahan dalam mendefinisikan postterm diperlukan deteksi sedini mungkin untuk menghindari kesalahan dalam menentukan usia kehamilan. Jika taksiran persalinan telah ditentukan pada trimester terakhir atau berdasarkan data yang tidak dapat diandalkan bidan harus tetap siaga pada reabilitas taksiran persalinan tersebut. Data yang terkumpul sering menunjukkan peningkatan resiko lahir mati seiring peningkatan usia kehamilan lebih dari 40 minggu. Penyebab kematian tidak mudah dipahami dan juga tidak ada kesepakatan tentang pendekatan yang paling tepat guna mencegah kematian tersebut. (Varney, Helen, 2007). Bertolak dari pernyataan diatas, maka penulis sebagai calon bidan dalam rangka mempersiapkan diri sebagai seorang bidan yang terampil dan memiliki keahlian diberikan penugasan untuk melakukan pembinaan pada seorang ibu bersalin . Melalui pembinaan

tersebut penulis dapat memahami berbagai proses yang terjadi selama ibu hamil dan bersalin, sehingga dapat menerapkan asuhan kebidanan yang tepat dan aman. B. Batasan Masalah Dalam penulisan kasus ini penulis membatasi masalah yaitu penerapan manajemen asuhan kebidanan pada kasus persalinan postterm. C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Untuk mendapatkan pengalaman serta dapat menerapkan dan mengembangkan pola pikir ilmiah dalam melaksanakan manajemen asuhan kebidanan pada kasus persalinan postterm. 2. Tujuan Khusus 1. Dapat melaksanakan pengkajian data dengan cara wawancara, observasi dan pemeriksaan pada pada kasus persalinan postterm. 2. Dapat menegakkan diagnosa, mengkaji masalah dan kebutuhan pada kasus persalinan postterm. 3. Dapat mengidentifikasi masalah potensi yang mungkin terjadi pada kasus persalinan postterm. 4. Dapat menentukan tindakan segera pada kasus persalinan postterm. 5. Dapat membuat rencana asuhan pada kasus persalinan postterm sebagai dasar untuk melaksanakan asuhan kebidanan. 6. Dapat melakukan implementasi secara efektif dan efisien pada kasus persalinan postterm. 7. Dapat mengevaluasi asuhan yang telah diberikan pada kasus persalinan postterm. 8. Dapat melakukan pendokumentasian pada kasus persalinan postterm. D. Manfaat Penulisan 1. Bagi Penulis a. Menambah wawasan dan pengetahuan, serta agar penulis dapat melaksanakan manajemen asuhan kebidanan pada kasus persalinan postterm. b. Berperan secara profesional sehingga dapat memberikan pelayanan yang berkualitas pada klien. c. Mengembangkan kemampuan berfikir dalam menemukan masalah dan dalam mencari pemecahan masalah tersebut BAB II LANDASAN TEORITIS A. Persalinan Postterm 1. Pengertian Persalinan postterm adalah persalinan melampaui umur hamil 42 minggu dan pada janin terdapat tanda postmaturitas (Manuaba, 2007). Definisi standar untuk kehamilan dan persalinan lewat bulan adalah 294 hari setelah hari pertama menstruasi terakhir, atau 280 hari setelah ovulasi. Istilah lewat bulan (postdate) digunakan karena tidak menyatakan secara langsung pemahaman mengenai lama kehamilan dan maturitas janin ( Varney Helen, 2007). Persalinan postterm menunjukkan kehamilan berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari (Prawirohardjo, 2008).

2. Etiologi Menurut Sarwono Prawirohardjo dalam bukunya (Ilmu Kebidanan, 2008) faktor penyebab kehamilan postterm adalah : a. Pengaruh Progesteron Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya merupakan kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus terhadap oksitosin , sehingga terjadinya kehamilan dan persalinan postterm adalah karena masih berlangsungnya pengaruh progesteron. b. Teori Oksitosin Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan postterm memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis memegang peranan penting dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebabnya. c. Teori Kortisol/ACTH janin Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai pemberi tanda untuk dimulainya persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesteron berkurang dan memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti anansefalus, hipoplasia adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat bulan. d. Saraf Uterus Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan di mana tidak ada tekanan pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian bawah masih tinggi kesemuanya diduga sebagai penyebabnya. e. Heriditer Beberapa penulis menyatakan bahwa seseorang ibu yang mengalami kehamilan postterm mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat bulan pada kehamilan berikutnya. Mogren (1999) seperti dikutip Cunningham, menyatakan bahwa bilamana seseorang ibu mengalami kehamilan postterm saat melahirkan anak perempuan, maka besar kemungkinan anak perempuannya mengalami kehamilan postterm. 3. Diagnosa Tidak jarang seorang bidan mengalami kesulitan dalam menentukan diagnosis karena diagnosis ditegakkan berdasarkan umur kehamilan, bukan terhadap kondisi kehamilan. Diagnosis dapat ditentukan melalui (Prawirohardjo, 2008) : a. Riwayat Haid Diagnosis tidak sulit untuk ditegakkan apabila hari pertama haid terakhir (HPHT) diketahui dengan pasti. Untuk riwayat haid yang dapat dipercaya, diperlukan beberapa kriteria antara lain, 1) Penderita harus yakin betul dengan HPHT-nya 2) Siklus 28 hari dan teratur 3) Tidak minum pil antihamil setidaknya 3 bulan terakhir Selanjutnya diagnosis ditentukan dengan menghitung menurut rumus Naegele. Berdasarkan riwayat haid, seseorang penderita yang ditetapkan sebagai kehamilan dan persalinan postterm kemungkinan adalah sebagai berikut: 1) Terjadi kesalahan dalam menetukan tanggal haid terakhir atau akibat menstruasi abnormal. 2) Tanggal haid terakhir diketahui jelas, tetapi terjad kelambatan ovulasi. 3) Tidak ada kesalahan menentukan haid terakhir dan kehamilan memang berlangsung lewat

bulan (keadaan ini sekitar 20-30% dari seluruh penderita yang diduga kehamilan postterm). b. Riwayat Pemerikasaan Antenatal 1) Tes Kehamilan Bila pasien melakukan tes imunologik sesudah terlambat 2 minggu, maka dapat diperkirakan kehamilan memang telah berlangsung 6 minggu. 2) Gerak Janin Gerak janin atau quickening pada umumnya dirasakan ibu pada umur kehamilan 18-20 minggu. Pada primigravida dirasakan sekitar umur kehamilan 18 minggu, sedangkan pada multigravida pada 16 minggu. Petunjuk umum untuk menentukan persalinan adalah quickening ditambah 22 minggu pada primigravida atau ditambah 24 minggu pada multigravida. 3) Denyut Jantung Janin (DJJ) Dengan stetoskop Laenec DJJ dapat didengar mulai umur 18-20 minggu, sedangkan dengan Doppler dapat terdengar pada umur kehamilan 10-12 minggu. Kehamilan dapat dinyatakan sebagai kehamilan postterm bila didapat 3 atau lebih dari 4 kriteria hasil pemeriksaan sebagai berikut: 1) Telah lewat 36 minggu sejak tes kehamilan positif. 2) Telah lewat 32 minggu sejak DJJ pertama terdengar dengan Doppler. 3) Telah lewat 24 minggu sejak dirasakan gerakan janin pertama kali. 4) Telah lewat 22 minggu sejak terdengarnya DJJ pertama kali dengan stetoskop Laennec. c. Tinggi Fundus Uteri Dalam trimester pertama pemeriksaan tinggi fundus uteri serial dalam sentimeter dapat bermanfaat bila dilakukan pemeriksaan secara berulang tiap bulan. Lebih dari 20 minggu, tinggi fundus uteri dapat menentukan umur kehamilan secara kasar. d. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) Bila telah dilakukan pemeriksaan ultrasonografi serial terutama sejak trimester pertama,hamper dapat dipastikan usia kehamilan. Pada trimester pertamapemeriksaan panjang kepala-tungging (crown-rump length/CRL) memberikan ketepatan kurang lebih 4 hari dari taksiran persalinan. e. Pemeriksaan Radiologi Dapat dilakukan dengan melihat pusat penulangan. Gambaran epifiisis femur bagian distal paling dini dapat dilihat pada kehamilan 32 minggu, epifisis tibia proksimal terlihat setelah umur kehamilan 36 minggu dan epifisis kuboid pada kehamilan 40 minggu. f. Pemeriksaan Laboratorium 1) Kadar lesitin/spinngomielin Bila lesitin/spinngomielin dalam cairan amniom kadarnya sama, maka umur kehamilan sekitar 22-28 minggu, lesitin 1,2 kali kadar spingomielin: 28-32 minggu, pada kehamilan genap bulan rasio menjadi 2:1 . Pemeriksaan ini tidak dapat dipakai untuk menentukan kehamilan postterm, tetapi hanya digunakan untuk menentukan apakah janin cukup umur/matang untuk dilahirkan yang berkaitan dengan mencegah kesalahan dalam tindakan pengakhiran kehamilan. 2) Aktivitas tromboplastin cairan amniom Hastwell berhasil membuktikan bahwa cairan amnion mempercepat waktu pembekuan darah. Aktifitas ini meningkat dengan bertambahnya umur kehamilan. Pada umur kehamilan 41-42 minggu ATCA berkisar antara 45-65 detik, pada umur kehamilan lebih dari 42 minggu didapatkan ATCA kurang dari 45 detik. Bila didapatkan ATCA antara 42-46 detik menunjukkan bahwa kehamilan berlangsung lewat waktu. 3) Sitologi cairan amnion Pengecatan nile bluesulphate dapat melihat sel lemak dalam cairan amnion. Bila jumlah sel

yang mengandung lemak melebihi 10% maka kehamilan diperkirakan 36 minggu dan apabila 50% atau lebih maka umur kehamilan 39 minggu atau lebih. 4) Sitologi vagina Pemeriksaan sitologi vagina (indeks kariopiknotik > 20%) mempunyai sensitivitas 75 %. 4. Komplikasi Kemungkinan komplikasi pada persalinan postterm adalah: a. Terhadap Ibu Persalinan postterm dapat menyebabkan distosis karena aksi uterus tidak terkoordinir, janin besar, moulding kepala kurang. Maka akan sering dijumpai seperti partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu, robekan luas jalan lahir, dan perdarahan postpartum. Hal ini akan menaikkan angka mordibitas dan mortalitas (Prawirohardjo, 2006). b. Terhadap Janin Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga mempunyai risiko asfiksia, hipoksia, hipovolemia, asidosis, hipoglikemia, hipofungsi adrenal sampai kematian dalam rahim (Saifuddin, 2002). 5. Tanda Bayi Postmatur Tanda postmatur dapat di bagi dalam 3 stadium (Prawirohardjo, 2008) : a. Stadium I Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas. b. Stadium II Gejala diatas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit. c. Stadium III Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat. Menurut Manuaba 2007, tanda bayi postmatur adalah: a. Biasanya lebih berat dari bayi matur ( > 4000 gram). b. Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur. c. Rambut lanugo hilang atau sangat kurang. d. Verniks kaseosa di badan berkurang. e. Kuku-kuku panjang. f. Rambut kepala agak tebal. g. Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel. 6. Penatalaksanaan Tindakan yang penting dilakukan (Saifuddin, 2002) adalah: a. Setelah usia kehamilan > 40-42 minggu yang penting adalah monitoring janin sebaikbaiknya. b. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat. c. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa amniotomi. d. Bila : 1) Riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim. 2) Terdapat hipertensi, pre-eklampsia. 3) Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas. 4) Pada kehamilan > 40-42 minggu. Maka ibu dirawat di rumah sakit : e. Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada.

1) Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang. 2) Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi gawat janin. 3) Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre-eklampsia, hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas) dan kesalahan letak janin. f. Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan sangat merugikan bayi, janin postmatur kadang-kadang besar dan kemungkinan diproporsi sefalo-pelvik dan distosia janin perlu dipertimbangkan. Selain itu janin postmatur lebih peka terhadap sedatif dan narkosa, jadi pakailah anestesi konduksi. 7. Pertimbangan Persalinan Anjuran Persalinan anjuran bertujuan untuk dapat (Wiknjosastro, 2000): a. Merangsang otot rahim berkontraksi, sehingga persalinan berlangsung. b. Membuktikan ketidakseimbangan antara kepala janin dengan jalan lahir bishop telah menetapkan beberapa penilaian agar persalinan induksi dapat berhasil seperti yang ditujukan pada tabel berikut : Tabel 1.1 Skor Bishop Keadaan Fisik Nilai Total Nilai Pembukaan serviks 0 cm perlunakan 0-30% Konsistensi serviks kaku Arah serviks ke belakang Kedudukan bagian terendah -3 0 0 Pembukaan 1-2 cm perlunakan serviks 40-50% Konsistensi serviks sedang Arah serviks ke tengah Kedudukan bagian terendah -2 1 1 Pembukaan 3-4 cm perlunakan 60-70% Konsistensi serviks lunak Kedudukan bagian terendah -1-0 2 2 Pembukaan di atas 5 cm perlunakan 80% + 3 3 Persalinan anjuran atau induksi persalinan dapat dilakukan dengan metode (Manuaba, 2007): a. Metode Stein Metode Steinsche merupakan metode lama, tetapi masih perlu diketahui, yaitu: a) Penderita diharapkan tenang pada malam harinya. b) Pada pagi harinya diberikan enema dengan caster oil atau sabun panas. c) Diberikan pil kinine sebesar 0,200 gr, setiap jam sampai mencapai dosis 1,200 gr. d) Satu jam setelah pemberian kinine pertama, disuntikkan oksitosin 0,2 unit/jam sampai tercapai his yang adekuat. Persalinan anjuran dengan metode ini di luar rumah sakit berbahaya karena dapat terjadi : 1) Kontraksi rahim yang kuat sehingga dapat mengancam : ketuban pecah saat pembukaan kecil, ruptura uteri membakat, gawat janin dalam rahim. 2) Kelambatan melakukan rujukan, dapat merugikan penderita. 3) Persalinan anjuran dengan infus pituitrin (sintosinon). b. Persalinan anjuran dengan infus oksitosin, pituitrin atau sintosinon 5 unit dalam 500 cc glukosa 5%. Teknik induksi dengan infus glukosa lebih sederhana, dan mulai dengan 8 tetes, dengan teknik maksimal 40 tetes/menit. Kenaikan tetesan setiap 15 menit sebanyak 4 sampai 8 tetes sampai kontraksi optimal tercapai. Bila dengan 30 tetes kontraksi maksimal telah tercapai, maka tetesan tersebut dipertahankan sampai terjadi persalinan. Apabila terjadi kegagalan,

ulangi persalinan anjuran dengan selang waktu 24 sampai 48 jam. c. Memecahkan ketuban Memecahkan ketuban merupakan salah satu metode untuk mempercepat persalinan. Setelah ketuban pecah, ditunggu sekitar 4 sampai 6 jam dengan harapan kontraksi otot rahim akan berlangsung. Apabila belum berlangsung kontraksi otot rahim dapat diikuti induksi persalinan dengan infus glukosa yang mengandung 5 unit oksitosin. d. Persalinan anjuran dengan menggunakan prostaglandin Telah diketahui bahwa kontraksi otot rahim terutama dirangsang oleh prostaglandin. Pemakaian prostaglandin sebagai induksi persalinan dapat dalam bentuk infus intravena (Nalador) dan pervaginam (prostaglandin vagina suppositoria). e. Pompa Payudara atau Stimulasi Putting Beberapa studi skala besar telah mengevaluasi keamanan dan keefektifitasaan stimulasi payudara sebagai metede induksi persalinan. Namun, efek komulatif dari banyak studi yang menggunakan pompa payudara atau stimulasi putting manual yang di kombinasi dengan landasan fisiologi perubahan serviks. Penanganan yang beragam termasuk pompa payudara listrik otomatis yang menstimulasi masing-masing payudara selama15 menit, diselingi periode istirahat selama15 menit, stimulasi payudara dengan pijatan lembut menggunakan kompresan hangat dan lembab salama 1 jam sebanyak 3 kali sehari, stimulasi payudara selama 45 menit tiga kali sehari dan pijatan lembut pada kedua payudara secara bergantian selama waktu 3 jam sehari. Kelemahan penelitian ini meliputi kurangnya kepatuhan dalam melaksanakan intervensi yang di anjurkan, jumlah anggoata sedikit dalam kelompok, kontrol minim terhadap variabel penting, seperti usia gestasi, dan kriteria intervensi yang tidak dapat di andalkan. Wanita yang mencoba teknik ini sebaiknya di peringatkan membatasi kontak dengan puting sehingga tidak terlalu hiperstimulasi uterus. Tabel 1.2 Bagan Penanganan Kehamilan Postterm Kriteria Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang umur kehamilannya lebih dari 42 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir Kategori Kehamilan postterm tanpa kelainan Kehamilan postterm dengan kelainan Penilaian 1) Skor Bishop 2) Pemantauan janin 3) Letak janin 1) Skor Bishop >5 2) Baik 3) Normal 1) Skor Bishop 41 minggu (rujuk ) Puskesmas 1) Penilaian umur kehamilan HPHT 2) Riwayat obstetri yang lalu 3) Tinggi fundus uteri 4) Faktor risiko 5) Kehamilan > 41 minggu (rujuk ) Rumah Sakit 1) Penilaian ulang umur kehamilan 2) Penilaian Skor Bishop 3) Pemeriksaan fetal assessment 4) USG 5) NST (kalau perlu CST) Skor Bishop 5 Anak tidak besar

NST reaktif Penempatan normal Lakukan induksi (sambil observasi) 8. Pengelolaan selama persalinan Selama proses persalinan yang penting di lakukan (Prawirohardjo, 2008) adalah : a. Pemantauan yang baik terhadap ibu (aktivitas uterus) dan kesejahteraan janin. Pemakaian continuous electronic fetal monitoring sangat bermanfaat. b. Hindari penggunaan obat penenang atau analgetika selama persalinan. c. Awasi jalannya persalinan. d. Persiapan oksigen dan bedah sesar bila sewaktu-waktu terjadi gawat janin. e. Cegah terjadinya aspirasi mekonium dengan mengusap wajah neonatus dan dilanjutkan resusitasi sesuai dengan prosedur pada janin dengan cairan ketuban bercampur mekonium. f. Segera setelah lahir,bayi harus segera diperiksa terhadap kemungkinan hipoglikemi, hiovolemi, hipotermi dan polisitemi. g. Pengawasan ketat terhadap neonatus dengan tanda-tanda posmaturitas. h. Hati-hati kemungkinan terjadi distosia bahu. Sedangkan dalam buku acuan nasional pelayaan kesehatan maternal dan neonatal, pengelolaan intrapartum dapat dilakukan dengan : a. Pasien tidur miring sebelah kiri. b. Pergunakan pemantauan elektronik jantung janin. c. Beri oksigen bila ditemukan keadaan jantung yang abnormal. d. Perhatikan jalannya persalinan. e. Segera setelah lahir, bayi harus segera diperiksa terhadap kemungkinan hipoglikemi, hipovolemi, hipotermi dan polisitemi. Apabila ditemukan cairan ketuban yang terwarnai mekoneum harus segera dilakukan resusitasi sebagai berikut : a. Penghisapan nasofaring dan orofaring posterior secara agresif sebelum dada janin lahir. b. Bila mekoneum tampak pada pita suara, pemberian ventilasi dengan tekanan positif dan tangguhkan dahulu sampai trakea telah di intubasi dan penghisapan yang cukup. c. Intubasi trakea harus dilakukan rutin bila ditemukan mekoneum yang tebal. B. Gawat Janin 1. Pengertian Gawat janin adalah keadaan yang terjadi bila janin tidak menerima oksigen yang cukup sehingga janin mengalami hipoksia (APN, 2008). Gawat janin adalah keadaan hipoksia janin (Prawirohardjo, 2000). Indikator gawat janin yaitu: a. Bradikardi : DJJ 160 kali/menit. 2. Etiologi Janin yang beresiko tinggi terjadinya kegawatan (APN, 2008) : a. Janin yang pertumbuhannya terhambat. b. Janin dari ibu dengan diabetes. c. Janin preterm dan postterm. d. Janin dengan kelainan letak.. e. Janin dengan kelinan bawaan / infeksi. Gawat janin dalam persalinan dapat terjadi bila:

a. Persalinan berlangsung lama. b. Induksi persalinan dengan oksitosin. c. Ada perdarahan / infeksi. d. Insufisiensi plasenta, pretem / eklampsia. 3. Tanda-tanda Gawat Janin DJJ abnormal (APN, 2008) : a. DJJ dalam persalinan bervariasi dan kembali normal setelah beberapa waktu, jika tidak kembali normal menunjukkan adanya hipoksia. b. Bradikardi terjadi diluar HIS dan tidak menghilang setelah HIS, ini menunjukkan gawat janin. c. Takikardi reaksi adanya demam pada ibu, obat-obatan, amnionitis. d. Bila ibu tidak mengalami takikardi, tapi DJJ > 160 kali / menit, hal ini menunjukkan hipoksia. 4. Penanganan Bila terjadi gawat janin dalam persalinan dapat dilakukan (APN, 2008) : a. Periksa pembukaan serviks. b. Jika pembukaan serviks masih kecil, segera lakukan rujukan dan apabila pembukaan serviks sudah lengkap, periksa penurunan kepala. c. Jika penurunan kepala kurang dari Hodge III, segera lakukan rujukan dan apabila penurunan kepala berada pada Hodge III-IV dapat dilakukan persalinan pervaginam dengan ibu diberikan oksigen dan mengatur posisi ibu dalam keadaan Mc Robert. d. Kala II dipercepat dengan melakukan episiotomi, vacuum ekstraksi, memberikan injeksi dexamethason dengan tujuan memperbaiki DJJ , serta mengatur posisi ibu dan kristeler. e. Kontrol DJJ setiap 5 menit. f. Periksa tekanan darah,nadi,suhu ibu setiap 10 menit. g. Bradikardi terjadi pada kala II akibat kompresi tali pusat persalinan lancar, tidak perlu dilakukan tindakan. C. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Postterm a. langkah I : Pengumpulan Data Dasar 1) Data Subjektif a) Identitas ibu dan suami yang perlu dikaji adalah nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan , pekerjaan, nomor telepon dan alamat. Bertujuan untuk menetapkan identitas pasien karena mungkin memiliki nama yang sama dengan alamat dan nomor telepon yang berbeda serta untuk mengetahui faktor resiko yang mungkin terjadi. b) Keluhan utama , merupakan alasan utama klien untuk datang ke pelayanan kesehatan. Kemungkinan yang ditemui pada kasus persalinan postterm ini adalah ibu mengeluhkan bahwa kehamilannya telah lewat dari taksiran persalinannya. c) Riwayat menstruasi yang dikaji adalah menarche, siklus haid, lamanya, banyaknya dan adanya dismenorrhoe saat haid yang bertujuan untuk membantu menegakkan diagnosis persalinan postterm dari siklus haidnya . d) Riwayat kehamilan sekarang yang dikaji yaitu HPHT, riwayat hamil muda dan tua, frekuensi pemeriksaan ANC yang bertujuan untuk mengetahui taksiran persalinan dan resiko yang akan terjadi dari adanya riwayat pada kehamilan muda maupun tua yang pernah dialami. e) Riwayat penyakit dahulu yang dikaji adalah apakah ibu ada menderita penyakit jantung, DM, ipertensi, ginjal, asma, TBC, epilepsi dan PMS serta ada tidaknya ibu alergi baik

terhadap obat-obatan ataupun makanan dan pernah transfusi darah ,atau operasi, serta ada tidaknya kelainan jiwa. f) Riwayat penyakit keluarga yang dikaji yaitu ada tidaknya keluarga ibu maupun suami yang menderita penyakit jantung, DM, hipertensi, ginjal, asma, dan riwayat keturunan kembar yang bertujuan agar dapat mewaspadai apakah ibu juga berkemungkinan menderita penyakit tersebut. g) Riwayat perkawinan yang dikaji yaitu umur berapa ibu kawin dan lamanya ibu baru hamil setelah kawin, yang bertujuan untuk mengetahui apakah ibu memiliki faktor resiko. h) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu yang dikaji adalah fisiologi jarak kehamilan dengan persalinan yang minimal 2 tahun, usia kehamilan aterm 37-40 minggu atau apakah ibu ada mempunyai riwayat persalinan postterm, jenis persalinan yang bertujuan untuk menentukan ukuran panggul dan adanya riwayat persalinan dengan tindakan, sehingga menunjukkan bahwa 3P telah bekerja sama dengan baik, penyulit yang bertujuan untuk mengetahui penyulit persalinan yang pernah dialami ibu, nifas yang lalu kemungkinan adanya keadaan lochea, laktasi berjalan dengan normal atau tidak serta keadaan anak sekarang. i) Riwayat keluarga berencana, kemungkinan ibu pernah menggunakan alat alat kontrasepsi atau tidak. j) Makan terkhir bertujuan untuk mengetahui persiapan tenaga ibu untuk persalinan. k) BAK dan BAB terakhir bertujuan untuk mengetahui apakah ada penghambat saat proses persalinan berlangsung. 2) Data Objektif a) Pemeriksaan umum Secara umum ditemukan gambaran kesadaran umum, dimana kesadaran pasien sangat penting dinilai dengan melakukan anamnesa. Selain itu pasien sadar akan menunjukkan tidak adanya kelainan psikologis dan kesadaran umum juga mencakup pemeriksaan tanda-tanda vital, berat badan, tinggi badan , lingkar lengan atas yang bertujuan untuk mengetahui keadaan gizi pasien. b) Pemeriksaan khusus I. Inspeksi Periksa pandang yang terpenting adalah mata (konjungtiva dan sklera) untuk menentukan apakah ibu anemia atau tidak, muka (edema), leher apakah terdapat pembesaran kelenjar baik kelenjar tiroid maupun limfe sedangkan untuk dada bagaimana keadaan putting susu, ada tidaknya teraba massa atau tumor, tanda-tanda kehamilan (cloasma gravidarum, aerola mamae, calostrum), serta dilihat pembesaran perut yang sesuai dengan usia kehamilan, luka bekas operasi, dan inspeksi genitalia bagian luar serta pengeluaran pervaginam dan ekstremitas atas maupun bawah serta HIS. II. Palpasi Dengan menggunakan cara leopold: Leopold I : Untuk menentukan TFU dan apa yang terdapat dibagian fundus (TFU dalam cm) dan kemungkinan teraba kepala atau bokong lainnya, normal pada fundus teraba bulat, tidak melenting, lunak yang kemungkinan adalah bokong janin Leopold II: Untuk menentukan dimana letaknya punggung janin dan bagian-bagian kecilnya. Pada dinding perut klien sebelah kiri maupun kanan kemungkinan teraba, punggung, anggota gerak, bokong atau kepala. Leopold III: Untuk menentukan apa yang yang terdapat dibagian bawah perut ibu dan apakah BTJ sudah terpegang oleh PAP, dan normalnya pada bagian bawah perut ibu adalah kepala.

Leopold IV: Untuk menentukan seberapa jauh masuknya BTJ ke dalam rongga panggul dan dilakukan perlimaan untuk menentukan seberapa masuknya ke PAP. III. Auskultasi Untuk mendengar DJJ dengan frekuensi normal 120-160 kali/menit, irama teratur atau tidak, intensitas kuat, sedang atau lemah. Apabila persalinan disertai gawat janin, maka DJJ bisa kurang dari 110 kali/menit atau lebih dari 160 kali/menit dengan irama tidak teratur. IV. Perkusi Pemeriksaan reflek patella kiri dan kanan yang berkaitan dengan kekurangan vitamin B atau penyakit saraf, intoksikasi magnesium sulfat. V. Penghitungan TBBJ Dengan menggunakan rumus (TFU dalam cm 13) x 155 yang bertujuan untuk mengetahui taksiran berat badan janin dan dalam persalinan postterm biasanya berat badan janin terjadi penurunan karena terjadi perubahan anatomik yang besar pada plasenta atau sebaliknya berat janin terus bertambah karena plasenta masih berfungsi. VI. Pemeriksaan Dalam Yang dinilai adalah keadaan servik, pembukaan, keadaan ketuban, presentasi dan posisi, adanya caput atau moulage, bagian menumbung atau terkemuka, dan kapasitas panggul (bentuk promontorium, linea innominata, sacrum, dinding samping panggul, spina ischiadica, coksigis dan arcus pubis > 900). c) Pemeriksaan Penunjang I. Darah Yaitu kadar Hb, dimana Hb normal pada ibu hamil adalah 11 gr% (TM I dan TM III 11 gr % dan TM II 10,5 gr %) Hb 11 gr% : tidak anemia Hb 9-10 gr% : anemia ringan Hb 7-8 gr% : anemia sedang Hb 7 gr% : anemia berat II. Urine Untuk memeriksa protein urine dan glukosa urine.untuk klien dengan kehamilan dan persalinan normal protein dan glukosa urine negative. III. Aktivitas tromboplastin cairan amniom Pemeriksaan ini membuktikan bahwa cairan amnion mempercepat waktu pembekuan darah. Aktifitas ini meningkat dengan bertambahnya umur kehamilan. Pada umur kehamilan 41-42 minggu ATCA berkisar antara 45-65 detik, pada umur kehamilan lebih dari 42 minggu didapatkan ATCA kurang dari 45 detik. Bila didapatkan ATCA antara 42-46 detik menunjukkan bahwa kehamilan berlangsung lewat waktu. IV. Sitologi cairan amnion Pengecatan nile bluesulphate dapat melihat sel lemak dalam cairan amnion. Bila jumlah sel yang mengandung lemak melebihi 10% maka kehamilan diperkirakan 36 minggu dan apabila 50% atau lebih maka umur kehamilan 39 minggu atau lebih. V. Sitologi vagina Pemeriksaan sitologi vagina (indeks kariopiknotik > 20%) mempunyai sensitivitas 75 %. b. Langkah II: Interprestasi Data Data dasar di interprestasikan menjadi masalah atau diagnosa spesifik yang sudah di identifikasikan. Di dalam interprestasi data, terdapat tiga komponen penting di dalamnya yaitu: 1) Diagnosa Diagnosa setiap kala persalinan berbeda dan diagnosa ditetapkan bertujuan untuk mengetahui apakah ada penyimpangan. Untuk persalinan postterm dapat ditegakkan dengan mengetahui

HPHT serta menetukan taksiran persalinan dan mengetahui gerakan janin pertama kali dirasakan dan riwayat pemeriksaan ANC lainnya. 2) Masalah Dapat berupa keluhan utama atau keadaan psikologis ibu, keadaan janin yang memburuk karena terjadi gawat janin, nyeri akibat luka episiotomi. 3) Kebutuhan Di sesuaikan dengan adanya masalah,seperti: a) Berikan ibu dukungan psikologis. b) Anjurkan keluarga untuk mendampingi ibu saat persalinan. c) Lakukan episiotomi untuk mempercepat kala II dan bila terjadi gawat janin. d) Jahit laserasi akibat episiotomi. e) Berikan ibu rasa nyaman dengan membersihkan dan mengganti pakaian ibu. f) Penuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasi ibu. g) Anjurkan ibu untuk istirahat. c. Langkah III: Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial Kemungkinan masalah potensial yang timbul adalah: 1) Terjadinya gawat janin. 2) Distosia bahu. 3) Perdarahan postpartum. 4) Atonia uteri. 5) Anemia . d. Langkah IV : Identifikasi Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera. Adapun tindakan segera yang dilakukan adalah: 1) Untuk gawat janin. I. Atur posisi ibu miring kekiri. II. Berikan oksigen. III. Lakukan episiotomi. IV. Injeksikan dexamethason. V. Pasang infuse RL jika diperlukan. VI. Lakukan resusitasi setelah janin lahir. 2) Distosia bahu. I. Atur posisi ibu dengan MC Robert. II. Lahirkan bahu janin dalam waktu 60 detik. III. Lakukan episiotomi luas. IV. Tarik kepala janin cunam kebawah dan berikan tekanan pada supra simfisis. 3) Perdarahan postpartum. I. Pasang infuse RL dan oksigen. II. Periksa laserasi. III. Jahit laserasi. IV. Berikan uterotonika. V. Lakukan manual atau KBI dan KBE pada kasus atonia uteri. e. Langkah V:Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan sehingga dapat direncanakan asuhan sesuai dengan kebutuhan yaitu: a) Kala I Tindakan yang perlu dilakukan adalah: 1) Melakukan pemeriksaan TTV setiap 2-3 jam. 2) Pemeriksaan DJJ setiap jam dan setiap 5 menit jika terjadi gawat janin. 3) Memperhatikan keadaan kandung kemih agar selalu kosong. 4) Memperhatikan keadaan patologis.

5) Pasien tidak diperkenankan mengedan. 6) Memberikan dukungan psikologis. 7) Menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu seperti suami,keluarga. 8) Mengatur aktivitas dan posisi. 9) Menjaga privasi. 10) Penjelasan tentang kemajuan persalinan. 11) Menjaga kebersihan diri. 12) Mengatasi rasa panas 13) Pemenuhan nutrisi dan hidrasi b) Kala II 1) Posisi ibu saat meneran (posisi duduk atau setengah duduk, posisi jongkok atau berdiri, posisi merangkak atau berbaring miring kekiri). 2) Memberikan dukungan pada ibu. 3) Memimpin mengedan. 4) Pemantauan DJJ setiap selesai mengedan. 5) Menolong kelahiran bayi (dengan melakukan episiotomi jika terjadi gawat janin). 6) Periksa tali pusat. 7) Melahirkan bahu. 8) Melahirkan sisa tubuh bayi. 9) Bayi dikeringkan dan dihangatkan seluruh tubuhnya. 10) Melakukan rangsangan taktil. 11) Lakukan resusitasi jika ditemukan bayi asfiksia. c) Kala III 1) Manajemen aktif kala III (injeksi oksitosin 10 iu secara im, melakukan PTT, massase fundus uteri) 2) Cara pelepasan plasenta adalah: I. Secara Schultze Pelepasan plasenta dimulai dari pertengahan, sehingga plasenta lahir diikuti oleh pengeluaran darah. II. Secara Duncan Pelepasan plasenta dimulai dari daerah tepi, sehingga terjadi perdarahan dan diikuti oleh pelepasan plasenta. 3) Tanda-tanda pelepasan plasenta I. Rahim naik disebabkan karena plasenta yang telah lepas jatuh kedalam segmen bawah rahim atau bagian atas vagina dan mengangkat rahim. II. Bagian tali pusat yang lahir menjadi lebih panjang. III. Rahim menjadi lebih bundar bentuknya dan lebih keras. IV. Keluar darah dengan tiba-tiba. 4) Cara pemeriksaan plasenta sudah lepas, yaitu: I. Perasat kustner Dengan Perasat kustner tali pusat diregangkan dengan satu tangan dan tangan lainnya menekan perut atas symfisis, jika tali pusat masuk, maka plasenta belum lepas. II. Perasat klein Ibu disuruh mengejan, sehingga tali pusat ikut serta turun atau memanjang. Bila mengejan dihentikan dapat terjadi tali pusat tertarik kembali,maka plasenta belum terlepas ataupun sebaliknya. III. Perasat strassman Tali pusat diregangkan dan rahim diketok, bila getarannya sampai pada tali pusat berarti plasenta belum lepas. 5) Pemeriksaan plasenta dan selaputnya

6) Pemeriksaan laserasi d) Kala IV 1) Lakukan massase uterus untuk merangsang kontraksi. 2) Evaluasi TFU. 3) Jahit laserasi. 4) Bersihkan ibu dang anti pakaian. 5) Evaluasi KU ibu. 6) Pantau TTV, kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua. 7) Pantau suhu ibu selama dua jam pertama 8) Nilai perdarahan, periksa perineum dan vagina setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua 9) Ajarkan ibu dan keluarga bagaimana menilai kontraksi uterus yang normal 10) Lakukan perawatan bayi dengan memberikan vitamin K dan salep mata 11) Bersihkan peralatan. 12) Penuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasi ibu. 13) Anjurkan ibu utuk istirahat. 14) Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya. 15) Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama kala empat persalinan dihalaman belakang partograf. e) Langkah V:Melaksanakan Perencanaan Perencanaan bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh klien bahkan anggota kesehatan lainnya yang mana bidan berkolaborasi. Bidan juga bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan yang telah di rencanakan. f) Langkah VII:Evaluasi Merupakan langkah akhir dari proses asuhan kebidanan persalinan,dari hasil pelaksanaan perencanaan dapat diketahui keefektifan dari asuhan yang telah diberikan dan menunjukkan perbaikan kondisi apabila banyi ataupun ibu sempat mengalami masalah yang harus segera ditangani. g) Pendokumentasian Pendokumentasian kasus dibuat dalam bentuk matrik dengan menggunakan 7 langkah varney. DAFTAR PUSTAKA Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran :EGC Prawiroharjo, Sarwono.2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. _____. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Varney, Helen Dkk.2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan ed.4 vo1. Jakarta.EGC Wiknjosastro. 2000. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. APN. 2008. Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar. Jakarta: Institusi DEPKES RI http://tiara3arza.wordpress.com/2011/06/30/kehamilan-serotinus/

Deetha's blogHy semua... Please welcome in my blog. Blog ini dibuat dengan tujuan ingin membantu para mahasiswa kebidanan dan juga mahasiswa kesehatan lainnya terutama dalam berbagi informasi, ilmu dan wawasan tentang segala hal yang berhubungan dengan kesehatan terutama kebidanan. Semoga kita bisa saling bertukar ilmu dan informasi... (>.