Bab I-III Kaptopril

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Captopril adalah penghambat enzim konversi angiotensin (penghambat ACE) yang pertama ditemukan. Angiotensin converting enzym (ACE) secara fisiologis dikenal sebagai enzim yang berperan dalam menjaga tekanan darah agar tetap normal yaitu dengan merubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Pada keadaan patologis, peningkatan aktifitas ACE dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah melebihi batas normal (hipertensi). Pada kondisi tersebut, hambatan pada aktifitas ACE dapat menyebabkan turunnya tekanan darah. 1 ACE inhibitor telah ditetapkan sebagai terapi antihipertensi dan memproteksi sistem kardiovaskular pada pasien gagal jantung kongestif. Selain itu, obat ini juga mempunyai efek antiiskemik. ACE inhibitor merupakan antihipertensi yang efektif dan efek sampingnya dapat 1

Transcript of Bab I-III Kaptopril

Page 1: Bab I-III Kaptopril

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Captopril adalah penghambat enzim konversi angiotensin (penghambat ACE)

yang pertama ditemukan. Angiotensin converting enzym (ACE) secara fisiologis

dikenal sebagai enzim yang berperan dalam menjaga tekanan darah agar tetap normal

yaitu dengan merubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Pada keadaan patologis,

peningkatan aktifitas ACE dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah melebihi

batas normal (hipertensi). Pada kondisi tersebut, hambatan pada aktifitas ACE dapat

menyebabkan turunnya tekanan darah.1

ACE inhibitor telah ditetapkan sebagai terapi antihipertensi dan memproteksi

sistem kardiovaskular pada pasien gagal jantung kongestif. Selain itu, obat ini juga

mempunyai efek antiiskemik. ACE inhibitor merupakan antihipertensi yang efektif

dan efek sampingnya dapat ditoleransi dapat dengan baik. Efek samping penggunaan

ACE inhibitor antara lain sakit kepala, takikardi (peningkatan denyut jantung),

berkurangnya persepsi pengecapan, dizziness (ketidakseimbangan saat berdiri dari

posisi duduk atau tidur), nyeri dada, batuk kering, hiperkalemia, angiodema,

neutropenia, dan pankreatitis. ACE inhibitor dapat digunakan sebagai obat tunggal

maupun dikombinasikan dengan obat lain (biasanya dikombinasikan dengan

diuretik). Selain sebagai antihipertensi, ACE inhibitor juga dapat digunakan sebagai

1

Page 2: Bab I-III Kaptopril

vasodilator, terapi congestive heart failure (CHF), left ventricular dysfunction,

myocardial infarction, dan diabetes melitus.2,3,4

ACE inhibitor dikontraindikasikan untuk wanita hamil karena ACE inhibitor

dapat menembus plasenta. ACE inhibitor dihubungkan dengan fetal hypotension,

oliguria serta kematian pada manusia, dan fetotoxicity pada hewan uji. Informasi yang

perlu diketahui pasien hipertensi terhadap ACE inhibitor antara lain tetap

menggunakan ACE inhibitor walau sudah mencapai tekanan darah normal karena

hipertensi tidak mempunyai gejala yang spesifik. ACE inhibitor tidak dapat

menyembuhkan hipertensi, akan tetapi hanya dapat mengontrol hipertensi dengan

terapi jangka panjang. Pasien dianjurkan untuk tidak menggunakan obat-obatan lain

khususnya OWA simpatomimetik, kecuali atas rekomendasi dokter. Pasien harus

segera menghubungi dokter jika pasien mengalami kehamilan selama menggunakan

ACE inhibitor.2

Jenis ACE inhibitor yang dapat digunakan sebagai antihipertensi antara lain

Benazepril, Captopril, Enalapril, Fosinopril, Lisinopril, Moexipril, Perindropil,

Quinapril, Ramipril, Trandolapril. Salah satu golongan ACE inhibitor yang paling

banyak digunakan sebagai antihipertensi adalah captopril. Oleh karena itu, penting

untuk mengetahui bagaimana cara kerja captopril dan besarnya dosis serta interaksi

obat bila diberikan bersamaan.2

2

Page 3: Bab I-III Kaptopril

1.2. Tujuan

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme captoril

sebagai ACE inhibitor, indikasi dan kontraindikasi, dosis obat, serta efek samping

pemberian captoril.

3

Page 4: Bab I-III Kaptopril

BAB II

ISI

2.1. Nama Generik dan Nama Dagang

Nama Generik: Captopril5

Nama Dagang:5

Acepress : Tab 12,5 mg, 25 mg

Capoten : Tab 12,5 mg, 25 mg

Captensin : Tab 12,5 mg, 25 mg

Captopril Hexpharm : Tab 12,5 mg, 25 mg, 50 mg

Casipril : Tab 12,5 mg, 25 mg

Dexacap : Tab 12,5 mg, 25 mg, 50 mg

Farmoten : Tab 12,5 mg, 25 mg

Forten : Tab 12,5 mg, 25 mg, 50 mg

Locap : Tab 25 mg

Lotensin : Kapl 12,5 mg, 25 mg

Metopril : Tab salut selaput 12,5 mg, 25 mg; Kapl salut selaput 50 mg

Otoryl : Tab 25 mg

Praten : Kapl 12,5 mg

Scantensin : Tab 12,5 mg, 25 mg

Tenofax : Tab 12,5 mg, 25 mg

Tensicap : Tab 12,5 mg, 25 mg

4

Page 5: Bab I-III Kaptopril

Tensobon : Tab 25 mg

2.2. Definisi dan Cara Kerja ACE Inhibitor

Angiotensin II adalah suatu bahan kimia yang sangat potensial yang

menyebabkan otot-otot yang mengelilingi pembuluh-pembuluh darah untuk

berkontraksi (mengkerut), dengan demikian mempersempit pembuluh-pembuluh.

Penyempitan pembuluh-pembuluh meningkatkan tekanan didalam pembuluh-

pembuluh yang menyebabkan hipertensi (tekanan darah tinggi). Angiotensin II

dibentuk dari angiotensin I didalam darah oleh enzim angiotensin converting enzyme

(ACE). ACE inhibitor adalah obat-obat yang memperlambat atau menghalangi

aktivitas dari enzim ACE, yang mengurangi produksi angiotensin II. Sebagai

akibatnya, pembuluh-pembuluh darah membesar atau melebar, dan tekanan darah

dikurangi. Tekanan darah yang rendah ini mempermudah jantung untuk memompa

darah dan dapat memperbaiki fungsi dari suatu jantung yang gagal. Sebagai

tambahan, kemajuan dari penyakit ginjal yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi

atau diabetes diperlambat.6

ACE inhibitor memiliki mekanisme aksi menghambat sistem renin-

angiotensin-aldosteron dengan menghambat perubahan angiotensin I menjadi

angiotensin II sehingga menyebabkan vasodilatasi dan mengurangi retensi sodium

dengan mengurangi sekresi aldosteron. Oleh karena ACE juga terlibat dalam

degradasi bradikinin maka ACE inhibitor menyebabkan peningkatan bradikinin, suatu

vasodilator kuat dan menstimulus pelepasan prostaglandin dan nitric oxide.

5

Page 6: Bab I-III Kaptopril

Peningkatan bradikinin meningkatkan efek penurunan tekanan darah dari ACE

inhibitor, tetapi juga bertanggungjawab terhadap efek samping berupa batuk kering.

ACE inhibitor mengurangi mortalitas hampir 20% pada pasien dengan gagal jantung

yang simtomatik dan telah terbukti mencegah pasien harus dirawat di rumah sakit

(hospitalization), meningkatkan ketahanan tubuh dalam beraktivitas, dan mengurangi

gejala.5

ACE inhibitor harus diberikan pertama kali dalam dosis yang rendah untuk

menghindari resiko hipotensi dan ketidakmampuan ginjal. Fungsi ginjal dan serum

potassium harus diawasi dalam 1-2 minggu setelah terapi dilaksanakan terutama

setelah dilakukan peningkatan dosis. Salah satu obat yang tergolong dalam ACE

inhibitor adalah Captopril yang merupakan ACE inhibitor pertama yang digunakan

secara klinis.5

2.3. Struktur Kimia

Kaptopril memiliki struktur kimia 1-(3-mercapto-2-D-methyl-1-oxoproppyl)-

l-proline (S,S), seperti tampak pada gambar 2.1.7

Gambar 2.1. Struktur Kimia Kaptopril

6

Page 7: Bab I-III Kaptopril

Sebagai salah satu anggota kelas antihipertensi golongan ACE inhibitor,

kaptopril telah sering diteliti karena berbagai alasan, di antaranya karena obat ini

mengandung beberapa kelompok donor, antara lain COOH, C=O, SH dan proline

nitrogen.7

2.4. Indikasi

Indikasi pemberian captopril antara lain sebagai berikut:8

1. Hipertensi ringan sampai sedang (sendiri atau dengan terapi tiazid) dan

hipertensi berat yang resisten terhadap pengobatan lain

2. Gagal jantung kongestif

3. Setelah infark miokard

4. Nefropati diabetic (mikroalbuminuria lebih dari 30 mg/hari) pada diabetes

tergantung insulin.

2.5. Kontraindikasi

Kontraindikasi pemberian captopril antara lain sebagai berikut:8

1. Hipersensitif terhadap penghambat ACE (termasuk angiodema)

2. Penyakit renovaskuler

3. Stenosis aorta atau obstruksi keluarnya darah dari jantung

4. Kehamilan

7

Page 8: Bab I-III Kaptopril

5. Hipertensi dengan gejala hiponatrium

6. Anuria

7. Laktasi

8. Gagal ginjal.

2.6. Efek Samping

Efek Samping pemberian captopril antara lain sebagai berikut:5

1. Batuk kering

2. Hipotensi

3. Pusing

4. Disfungsi ginjal

5. Hiperkalemia

6. Angioedema

7. Ruam kulit

8. Takikardi

9. Proteinuria

2.7. Farmakokinetik

Captopril diabsorbsi di lambung dan bagian proksimal usus halus secara pasif

dan sebagian lagi diabsorpsi dengan bantuan peptide. Captopril sebagai dosis tunggal

mempunyai durasi selama 6-12 jam dengan onset 1 jam. Bioavaibilitas oral 60-65%

dan berkurang 30-40% bila diberikan bersama makanan, maka obat ini harus

diberikan sebelum makan. Ikatan dengan protein plasma sekitar 30%. Waktu paruh

8

Page 9: Bab I-III Kaptopril

eliminasinya sekitar 2,2 jam. Ekskresi utuh dalam urin terjadi pada 40% dari dosis

yang bioavailabel, maka pada gangguan ginjal dosis obat harus dikurangi.

Monoterapi efektif sebagai antihipertensi pada sekitar 70% penderita.2,9,10,11

2.8. Bentuk Sediaan Obat

Bentuk sediaan obat yaitu tablet, tablet salut selaput, tablet salut gula, kaplet,

kaplet salut selaput dan kapsul-tablet.8

2.9. Dosis

Hipertensi ringan sampai dengan sedang awal 12,5 mg 2x sehari.

Pemeliharaan : 25 mg 2x sehari, dapat ditingkatkan dengan selang waktu 2-4 minggu.

Maksimal 50 mg dua kali sehari. Hipertensi berat awal 12,5 mg 2x sehari, dapat

ditingkatkan bertahap sampai dengan maksimal 50 mg 3x sehari.8

Pada pasien hipertensi dengan gagal jantung dosis inisial 6,25-12,5 mg 2-3

kali/hari dan diberikan dengan pengawasan yang tepat. Dosis ini perlu ditingkatkan

secara bertingkat sampai tercapai target dosis. Target dosis 50 mg 3 kali/hari (150mg

sehari).5,11

2.10. Aturan Pakai

Captoril diberikan dalam keadaan perut kosong (1 jam sebelum makan atau 2

jam setelah makan).2 Hal ini dikarenakan absorbsi captopril akan berkurang

30%-40% apabila diberikan bersamaan dengan makanan.5

9

Page 10: Bab I-III Kaptopril

Captopril digunakan setelah penggunaan antihipertensi lain dihentikan selama

1 minggu, kecuali pada pasien dengan accelerated or malignant hypertension

atau hipertensi yang sulit dikontrol.2

Pasien yang tidak dapat menggunakan sediaan padat secara oral dapat dibuat

larutan oral Captopril dengan cara menyerbuk 25 mg tablet Captopril yang

dilarutkan dalam 25 atau 100 ml air dan diaduk hingga bercampur lalu segera

diminum tidak lebih dari 10 menit karena sifat Captopril yang tidak stabil

dalam bentuk larutan.2

2.11. Interaksi Obat

Adapun interaksi interaksi obat captoril adalah sebagai berikut:12

Allopurinol: resiko besar untuk hipersensitifitas dengan coadministration

Antasid: mungkin menurunkan bioavailabilitas dari captopril

Capsaicin: batuk kemungkinan bertambah parah

Digoksin: menaikkan tingkatan digoksin

Makanan: menurunkan bioavailabilitas dari captopril

Indometasin: bisa mengurangi efek hipotensif

Lithium: menaikkan kadar lithium dan kemungkinan terjadi gejala keracunan

lithium

Phenothiazine: kemungkinan menaikkan efek kaptopril

Probenecid: menaikkan kadar kaptopril dalam darah dan menurunkan total

klirens.

10

Page 11: Bab I-III Kaptopril

2.12. Peringatan dan Perhatian

Resiko khusus untuk penggunaan kaptopril antara lain sebagai berikut:5,13

1. Wanita hamil

Captopril tidak disarankan untuk digunakan pada wanita yang sedang hamil

karena dapat menembus plasenta dan dapat mengakibatkan teratogenik. Hal ini juga

dapat menyebabkan kematian janin.3 Pemakaian obat penghambat ACE pada

kehamilan dapat menyebabkan gangguan/kelainan organ pada fetus atau neonatus.

Apabila pada pemakaian obat ini ternyata wanita itu hamil, maka pemberian

obat harus dihentikan dengan segera. Pada kehamilan trimester II dan III dapat

menimbulkan gangguan antara lain; hipotensi, hipoplasia-tengkorak neonatus, anuria,

gagal ginjal reversibel atau irreversibel dan kematian. Juga dapat terjadi

oligohidramnion, deformasi kraniofasial, perkembangan paru hipoplasi, kelahiran

prematur, perkembangan, retardasi intrauteri, patenduktus arteriosus. Bayi dengan

riwayat dimana selama didalam kandungan ibunya mendapat pengobatan penghambat

ACE, harus diobservasi intensif tentang kemungkinan terjadinya hipotensi, oliguria

dan hiperkalemia.

2. Wanita menyusui

Captopril tidak direkomendasikan untuk wanita yang sedang menyusui karena

bentuk awal captopril dapat menembus masuk dalam ASI sekitar 1% dari konsentrasi

plasma. Akan tetapi tidak diketahui apakah metabolit dari captopril juga dapat

menembus masuk dalam ASI.

11

Page 12: Bab I-III Kaptopril

3. Proteinuria/sindroma nefrotik

Proteinuria yang lebih dari 1 g sehari terjadi pada 1,2% (70/5769) penderita

hipertensi yang diobati dengan kaptopril. Diantaranya penderita tanpa penyakit

ginjal/proteinuria sebelum pengobatan, insidensinya hanya 0,5% (19/3573) yakni

0,2% pada dosis kaptopril < 150 mg sehari dan 1% pada dosis kaptopril > 150 mg

sehari. Pada penderita dengan penyakit ginjal/proteinuria sebelum pengobatan,

insidensinya meningkat menjadi 2,1% 946/2196), yakni 1% pada dosis kaptopril >

150 mg sehari. Sindroma nefrotik terjadi kira-kira 1/5 (7/34) penderita dengan

proteinuria.

Proteinuria yang terjadi pada penderita tanpa penyakit ginjal sebelumnya

pengobatan tidak disertai dengan gangguan fungsi ginjal. Proteinuria biasanya

muncul setelah 3-9 bulan pengobatan (range 4 hari hingga 22 bulan). Pada sebagian

lagi, proteinuria menetap meskipun obat dihentikan. Oleh karena itu pada penderita

dengan risiko tinggi, perlu dilakukan pemeriksaan protein dalam urin sebelum

pengobatan, sebulan sekali selama 9 bulan pertama pengobatan dan periodik setelah

itu.

4. Gagal ginjal akut:

Fungsi ginjal dapat memburuk akibat pemberian kaptopril pada penderita

dengan gangguan fungsi ginjal sebelum pengobatan. Gejala ini muncul dalam

beberapa hari pengobatan, yang ringan (kebanyakan kasus) reversibel atau stabil

meski pengobatan diteruskan, sedangkan pada yang berat dan progresif, obat harus

dihentikan. Gejala ini akibat berkurangnya tekanan perfusi ginjal oleh kaptopril, dan

12

Page 13: Bab I-III Kaptopril

karena kaptopril menghambat sintesis A II intrarenal yang diperlukan untuk

konstriksi arteriola eferen ginjal guna mempertahankan filtrasi glomerulus pada

stenosis arteri ginjal. Gagal ginjal yang akut dan progesif terutama terjadi pada

penderita dengan stenosis arteri tinggi tersebut, pemberian kaptopril harus disertai

dengan monitoring fungsi ginjal. Karena itu pada penderita dengan risiko tinggi

tersebut, pemberian kaptopril harus disertai dengan monitoring fungsi ginjal

(kreatinin serum dan BUN), dan dosis kaptopril dimulai serendah mungkin. Bila

terjadi azotemia yang progresif, kaptopril harus dihentikan dan gejala ini reversibel

dalam 7 hari.

5. Neutropenia/agranulositosis:

Neutropenia akibat pemberian captopril (jumlah neutrofil kurang dari

1000/mm3) 2 kali berturut-turut, bertahan selama obat diteruskan, insidensinya 0,02%

(1/4544) pada penderita dengan fungsi ginjal (kreatinin serum >2 mg/dl), dan menjadi

7,2% (8/111) pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan penyakit vaskular

kolagen seperti lupus (SLE) atau skleroderma. Neutropenia muncul dalam 12 minggu

pertama pengobatan, dan reversibel bila pengobatan dihentikan (90% penderita dalam

3 minggu) atau dosisnya diturunkan.

Pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan juga penderita yang

mendapat obat-obat lain yang diketahui dapat menurunkan leukosit (obat-obat

sitotoksik, imunosupressan, fenilbutazon dan lain-lain), harus dilakukan hitung

leukosit sebelum pengobatan setiap 2 minggu selama 3 bulan pertama pengobatan

dan periodik setelah itu. Penderita juga harus diberi tahu agar segera melapor kepada

13

Page 14: Bab I-III Kaptopril

dokternya bila mengalami tanda-tanda infeksi akut (faringitis, demam), karena

mungkin merupakan petunjuk adanya neutropenia.

2.13. Kemasan dan Nomor Registrasi

CAPTOPRIL 12,5 mg : kotak, 10 strip @ 10 tablet, GKL9705023010A1

CAPTOPRIL 25 mg : Kotak, 10 strip @ 10 tablet, GKL9705023010B1

CAPTOPRIL 50 mg : Kotak, 10 strip @ 10 tablet, GKL9705023010C1

Pemberian harus dengan resep dokter. Penyimpanan di tempat kering, pada suhu

dibawah 30ºC dan terlindung dari cahaya matahari.13

BAB III

PENUTUP

Captopril adalah penghambat enzim konversi angiotensin (penghambat ACE)

yang pertama ditemukan. ACE inhibitor adalah obat-obat yang memperlambat atau

menghalangi aktivitas dari enzim ACE, yang mengurangi produksi angiotensin II.

Sebagai akibatnya, pembuluh-pembuluh darah membesar atau melebar, dan tekanan

darah dikurangi.

14

Page 15: Bab I-III Kaptopril

Indikasi pemberian captopril adalah hipertensi ringan sampai dengan sedang

awal 12,5 mg 2x sehari. Hipertensi berat awal 12,5 mg 2x sehari. Pada pasien

hipertensi dengan gagal jantung dosis inisial 6,25-12,5 mg 2-3 kali/hari dan diberikan

dengan pengawasan yang tepat. Kontraindikasi pemberian captopril adalah

hipersensitif terhadap penghambat ACE (termasuk angiodema), penyakit

renovaskuler, stenosis aorta, kehamilan, hipertensi dengan gejala hiponatrium, anuria,

laktasi dan gagal ginjal.

Efek samping pemberian captopril adalah batuk kering, hipotensi, pusing,

disfungsi ginjal, hiperkalemia, angioedema, ruam kulit, takikardi, proteinuria,

15